Anda di halaman 1dari 47

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT LUDIRA HUSADA TAMA

NOMOR 123/ RSL/ KEP – DIR/IX/ 2022


TENTANG
PENETAPAN INDIKATOR MUTU PRIORITAS RUMAH SAKIT (IMP – RS)

DIREKTUR RUMAH SAKIT LUDIRA HUSADA TAMA,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan rumah sakit terhadap tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan lebih bermutu, perlu disusun
kebijakan tentang penetapan indikator mutu prioritas;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ludira Husada Tama;

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/ Menkes/
SK/ 2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020
Tentang Komite Mutu Rumah Sakit;
7. Keputusan Direktur Nomor 121/ RSL/ KEP.DIR/ IX/ 2022 tentang
Pembentukan Komite Mutu Rumah Sakit Ludira Husada Tama;
8. Keputusan Direktur Utama PT. Ludira Sarana Utama Nomor 004/LSU/Kep-
DIR.UT/X/2022 tentang Penetapan Pelaksana Tugas Jabatan Direktur
Rumah Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta;
9. Peraturan Direktur Utama PT. Ludira Sarana Utama Nomor 003/ LSU/ PER
– DIR.UT/ III/ 2021 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kelola
Rumah Sakit Ludira Husada Tama;
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT LUDIRA HUSADA TAMA NOMOR 123/
RSL/ KEP– DIR/ IX/ 2022 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU PRIORITAS
RUMAH SAKIT (IMP – RS)

A. DAFTAR INDIKATOR MUTU PRIORITAS RUMAH SAKIT (IMP – RS)


No Indikator Sasaran Keselamatan Pasien Target
1 Kepatuhan Identifikasi Pasien Rawat Inap 100%
2 Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium 100%
3 Kepatuhan pemakaian tanda high alert pada obat untuk pasien bedah 100%
4 Site marking (penandaan lokasi operasi) pada pasien persiapan operasi 100%
5 Kepatuhan Kebersihan Tangan Kamar Operasi 85%
6 Kepatuhan upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien jatuh pada pasien
100%
rawat inap

No Indikator Pelayanan Klinis Prioritas Target


1 Kelengkapan Assesmen Medis Dalam Waktu 24 Jam Setelah Pasien Bedah
100%
Masuk Rawat Inap
2 Waktu Tunggu Pelayanan Obat Jadi Pasien Bedah Rawat Jalan 80%
3 Kepatuhan Pelaksanaan Monitoring Fisiologis Selama Anestesi 100%
4 Proses Monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam 100%
5 Surveilans Phlebitis < 1‰

No Indikator Sesuai Tujuan Strategis Rumah Sakit (KPI) Target


1 Kepatuhan Terhadap Alur Klinis (Clinical Pathway) Pasien Bedah 80%

No Indikator Terkait Perbaikan Sistem Target


1 Kelengkapan Catatan Medis Pasien (KLPCM) Pasien Bedah 100%
2 Kelengkapan Informed Consent Pasien Bedah 100%
3 Ketepatan Waktu Pembayaran Kepada Supplier Pasien 100%
No Indikator Terkait Manajemen Risiko Target
1 Penundaan Operasi Elektif 5%
2 Pemantauan Diskrepansi Diagnosis Pre Dan Post Operasi 0%
3 Waktu Tunggu Pengoperasian Genset Saat Listrik PLN Padam Oleh PSRS
100%
Kurang Dari 5 Menit

B. PROFIL INDIKATOR MUTU PRIORITAS RUMAH SAKIT


I. INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien Bedah Rawat Inap (SKP 1)
a Judul Kepatuhan Identifikasi Pasien Bedah Rawat Inap (SKP 1)
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Keselamatan Pasien.
2. Ketepatan identifikasi menjadi sangat penting untuk
menjamin keselamatan pasien selama proses pelayanan
dan mencegah insiden keselamatan pasien.
3. Untuk menjamin ketepatan identifikasi pasien maka
b Dasar Pemikiran
diperlukan indikator yang mengukur dan memonitor
tingkat kepatuhan pemberi pelayanan dalam
melakukan proses identifikasi. Dengan adanya
indikator tersebut diharapkan pemberi pelayanan akan
menjadikan identifikasi sebagai proses rutin dalam
proses pelayanan.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan untuk melakukan
d Tujuan
identifikasi pasien dalam melakukan tindakan pelayanan.
e 1. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
2. Identifikasi pasien secara benar adalah proses
Definisi Operasional identifikasi yang dilakukan pemberi pelayanan dengan
menggunakan minimal dua dari empat penanda
identitas seperti: nama lengkap, tanggal lahir, nomor
rekam medik, NIK (Nomor Induk Kependudukan)
sesuai dengan yang ditetapkan di Rumah Sakit.
3. Identifikasi dilakukan dengan cara visual (melihat) dan
atau verbal (lisan).
4. Pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien
secara benar pada setiap keadaan terkait
tindakan intervensi pasien seperti :
 Pemberian pengobatan: pemberian obat,
pemberian cairan intravena, pemberian darah dan
produk darah, radioterapi, dan nutrisi.
 Prosedur tindakan: tindakan operasi atau tindakan
invasif lainnya sesuai kebijakan yang ditetapkan
rumah sakit.
 Prosedur diagnostik: pengambilan sampel, pungsi
lumbal, endoskopi, kateterisasi jantung,
pemeriksaan radiologi, dan lain-lain.
 Kondisi tertentu: pasien tidak dapat berkomunikasi
(dengan ventilator), pasien bayi, pasien tidak
sadar, bayi kembar.
5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi
pelayanan melakukan identifikasi seluruh tindakan
intervensi yang dilakukan dengan benar.

Input
Jenis indikator Proses 
f
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi
h Numerator (Pembilang)
pasien bedah secara benar dalam periode observasi
Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
i Denominator (Penyebut)
periode observasi
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi :
Semua pemberi pelayanan yang diberikan pelayanan
Kriteria Inklusi dan
k kesehatan.
Eksklusi
Kriteria Eksklusi :
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif
m
Data Observasi 
n Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan
o Formulir Observasi Kepatuhan Identifikasi Pasien Bedah
Data
 Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
p Populasi/ Sampel
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s
Penyajian Data Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Rawat Inap

2. Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium (SKP 2)


a Judul Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
b Dasar Pemikiran Pasien.
2. Kecepatan dan ketepatan pelaporan hasil laboratorium
kritis sangat penting dalam kelanjutan tatalaksana
pasien. Hasil kritis menunjukkan kondisi pasien yang
membutuhkan keputusan klinis yang segera untuk
upaya pertolongan pasien dan mencegah komplikasi
akibat keterlambatan.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu 
Efisien
Adil
Terintegrasi
1. Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium.
2. Tergambarnya sistem yang menunjukkan bagaimana
d Tujuan
nilai kritis dilaporkan dan didokumentasikan untuk
menurunkan risiko keselamatan pasien.
1. Hasil kritis adalah hasil pemeriksaan yang termasuk
kategori kritis sesuai kebijakan rumah sakit dan
memerlukan penatalaksanaan segera.
2. Waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah waktu
yang dibutuhkan sejak hasil pemeriksaan keluar dan
e Definisi Operasional
telah dibaca oleh dokter/analis yang diberi
kewenangan hingga dilaporkan hasilnya kepada
dokter yang meminta pemeriksaan.
3. Standar waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah
waktu pelaporan ≤ 30 menit
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah hasil kritis laboratorium yang dilaporkan ≤ 30
h Numerator (Pembilang)
menit
i Denominator (Penyebut) Jumlah hasil kritis laboratorium yang diobservasi
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi :
Semua hasil pemeriksaan laboratorium yang memenuhi
Kriteria Inklusi dan kategori hasil kritis.
k
Eksklusi
Kriteria Eksklusi :
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
Data sekunder dari:
n Sumber Data
Catatan Data Laporan Hasil Tes Kritis Laboratorium
Instrumen Pengambilan
o Formulir Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
Data
 Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
p Populasi/ Sampel
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Laboratorium

3. Kepatuhan pemakaian tanda high alert pada obat untuk pasien bedah (SKP 3)
Kepatuhan pemakaian tanda high alert pada obat untuk
a Judul
pasien bedah (SKP 3)
b Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi 
Untuk memastikan keselamatan pasien terkait
pengelolaan obat yang harus diwaspadai (High Alert)
d Tujuan
yang tepat, mencegah kekeliruan pendistribusian,
penyimpanan, maupun pemberian kepada pasien.
Obat – obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications) adalah obat yang persentasinya tinggi
dalam menyebabkan terjadi kesalahan/ error dan/ atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
e (advese oucome) demikian pula obat – obat yang tampak
Definisi Operasional
mirip/ ucapan mirip (nama obat, rupa, dan ucapan mirip/
NORUM, atau Look Alike Sound Alike/ LASA).
Prioritas obat High Alert di Rumah Sakit Ludira Husada
Tama adalah: Narkotika, Sedative (Ketamin,
Midazolam, Propofol, Bupivacaine spinal, Atracurium).
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah semua obat golongan High Alert yang ditempel
h Numerator (Pembilang) tanda HIGH ALERT yang ada dibangsal untuk diberikan
kepada pasien (diterima dari farmasi)
Jumlah seluruh obat HIGH ALERT yang ada dibangsal
i Denominator (Penyebut)
untuk diberikan kepada pasien (diterima dari farmasi)
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Kepatuhan pemakaian tanda high alert pada obat yang
termasuk golongan high alert yang ada di bangsal untuk
Kriteria Inklusi dan
k pasien bedah.
Eksklusi

Kriteria Ekslusi:
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Form pencatatan tanda high alert pada obat
Instrumen Pengambilan
o Formulir Indikator Mutu harian
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
p Populasi/ Sampel < 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Penyajian Data Tabel 
s
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Farmasi

4. Site marking (penandaan lokasi operasi) pada pasien persiapan operasi (SKP 4)
Site marking (Surgical Safety Checklist) pada pasien
a Judul
persiapan operasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien 
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Menurut Surgery Safety Cheklist WHO: penandaan area
operasi merupakan kunci utama dalam menciptakan
keselamatan pasien sebelum operasi. Penandaan area
d Tujuan
operasi merupakan hal yang paling penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian saat
operasi.
Penandaan lokasi operasi (Site Marking) oleh operator,
saat pasien masih sadar, dan harus terlihat setelah proses
e Definisi Operasional desinfeksi di kamar operasi terutama dilakukan pada
area operasi lateralisasi (2 sisi), multiple struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi, multiple level (tulang belakang).
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah pasien pre operasi lateralisasi, multiple struktur
h Numerator (Pembilang)
dan multiple level yang dilakukan site marking
Jumlah semua pasien operasi lateralisasi, multiple
i Denominator (Penyebut)
struktur dan multiple level
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Site marking dilakuan pada : operasi lateralisasi (2 sisi),
multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), multiple
Kriteria Inklusi dan
k level (tulang belakang) mata, wajah
Eksklusi
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang dioperasi yang tidak masuk kriteria: bayi
premature, operasi cito, gigi
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Laporan operasi
Instrumen Pengambilan
o Formulir Sugical Safety Checklist
Data
JCI Sample Size
p Populasi/ Sampel Total Populasi tiap Jumlah sample tiap
Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Kamar Operasi dan CSSD

5. Kepatuhan Kebersihan Tangan Kamar Operasi (SKP 5)

a Judul Kepatuhan Kebersihan Tangan Kamar Operasi (SKP 5)


1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
b Dasar Pemikiran Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai
dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan
d Tujuan agar dapat menjamin keselamatan petugas dan pasien
dengan cara mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan
tampak kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs)
dengan kandungan alkohol 60-80% bila tangan tidak
Definisi Operasional tampak kotor.
e 2. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah
kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
3. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
4. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
a. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien atau
pakaian pasien, sebelum menangani obat-obatan
dan sebelum menyiapkan makanan pasien.
b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien.
c. Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum
melakukan tindakan steril atau aseptik, contoh:
pemasangan intra vena kateter (infus), perawatan
luka, pemasangan kateter urin, suctioning,
pemberian suntikan dan lain-lain.
d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
seperti muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi
drain, setelah melepas sarung tangan steril dan
setelah melepas APD.
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
adalah melakukan kebersihan tangan setelah
tangan petugas menyentuh permukaan, sarana
prasarana, dan alat kesehatan yang ada di
lingkungan pasien, meliputi: menyentuh tempat
tidur pasien, linen yang terpasang di tempat tidur,
alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain yang
digunakan pasien.
5. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh
permukaan (lingkungan atau pasien) atau tangan
menyentuh zat yang terdapat pada permukaan.
6. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
7. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan
tenaga kesehatan.
8. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
9. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
10. Periode observasi adalah kurun waktu yang
digunakan untuk mendapatkan minimal 200 peluang
kebersihan tangan di unit sesuai dengan waktu yang
ditentukan untuk melakukan observasi dalam satu
bulan.
11. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
12. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah
jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
satu periode observasi.
13. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada
waktu observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar
dapat mencatat semua indikasi kegiatan yang
dilakukan.
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
h Numerator (Pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
i Denominator (Penyebut)
dilakukan dalam periode observasi
j Target Pencapaian ≥ 85%
k Kriteria Inklusi dan Kriteria Inklusi :
Eksklusi Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
terindikasi harus melakukan kebersihan tangan

Kriteria Eksklusi :
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif
m
Data Observasi 
n Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan
o Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Data
p Populasi/ Sampel Minimal 200 Peluang
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Komite PPI

6. Kepatuhan upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien jatuh pada pasien rawat
inap (SKP 6)
Kepatuhan upaya pencegahan risiko cedera akibat pasien
a Judul
jatuh pada pasien rawat inap (SKP 6)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
c Dimensi Mutu Berorientasi kepada pasien
Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan dalam
menjalankan upaya pencegahan jatuh agar terselenggara
d Tujuan
asuhan pelayanan yang aman dan mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien.
1. Upaya pencegahan risiko jatuh meliputi:
a. Asesment awal risiko jatuh
b. Assesment ulang risiko jatuh
c. Intervensi pencegahan risiko jatuh
e Definisi Operasional
2. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh
adalah pelaksanaan ketiga upaya pencegahan jatuh
pada pasien rawat inap yang berisiko tinggi jatuh
sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit.
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah pasien rawat inap berisiko tinggi jatuh yang
h Numerator (Pembilang)
mendapatkan ketiga upaya pencegahan risiko jatuh.
Jumlah pasien rawat inap berisiko tinggi jatuh yang
i Denominator (Penyebut)
diobservasi
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi :
Pasien rawat inap berisiko tinggi jatuh

Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi :


k
Eksklusi Pasien yang tidak dapat dilakukan asesmen ulang maupun
edukasi seperti pasien meninggal, pasien gangguan jiwa
yang sudah melewati fase akut, dan pasien menolak
intervensi
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Data sekunder menggunakan data dari rekam medis
Instrumen Pengambilan
o Formulir Upaya Pencegahan Risiko Pasien Jatuh
Data
 Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
p Populasi/ Sampel
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Unit Rawat Inap dan Kebidanan

II. INDIKATOR PELAYANAN KLINIS PRIORITAS


1. Kelengkapan asesmen medis dalam waktu 24 jam setelah pasien bedah masuk rawat
inap
Kelengkapan assessment medis dalam waktu 24 jam
a Judul
setelah pasien bedah masuk rawat inap
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien 
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
d Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter dan perawat dalam
kelengkapan informasi rekam medik.
Yang dimaksud asesmen medis lengkap dalam waktu 24
jam setelah pasien masuk rawat inap adalah :
1. Proses kegiatan mengevaluasi pasien
2. Oleh tenaga medis
3. Paling lambat 24 jam setelah pasien masuk rawat
e Definisi Operasional
inap
4. Meliputi pengumpulan informasi, menganalisa
informasi dan membuatr rencana pelayanan untuk
memnuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah pasien baru rawat inap yang sudah dilakukan
h Numerator (Pembilang)
assesmen awal lengkap dalam waktu 1 x 24 jam
i Denominator (Penyebut) Jumlah semua pasien baru rawat inap
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Tidak ada

Kriteria Inklusi dan


k Kriteria Ekaslusi:
Eksklusi
Pasien yang meninggal dalam waktu 24 jam setelah
pasien masuk rawat inap pasien APS atau dirujuk
sebelum waktu 24 jam
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Rekam Medis
Instrumen Pengambilan
o Formulir Indikator Mutu
Data
JCI Sample Size
Total Populasi tiap Jumlah sample tiap
Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
popula i
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
p Populasi/ Sampel data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Rawat Inap dan Kebidanan
2. Waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien bedah rawat jalan

Waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien bedah di rawat


a Judul
jalan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Efektif 
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien 
Adil
Terintegrasi 
d Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
Waktu tunggu pelayanan obat jadi rawat jalan adalah
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai
e Definisi Operasional
dengan menerima obat jadi beserta informasinya setiap
hari kecuali hari libur dan minggu.
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah pasien rawat jalan dengan waktu tunggu
h Numerator (Pembilang)
pelayanan obat jadi < 30 menit
Denominator Jumlah total pasien rawat jalan yang disurvei dalam bulan
i
(Penyebut) tersebut.
j Target Pencapaian 80%
Kriteria Inklusi:
Kriteria Inklusi dan
k Pasien rawat jalan yang mendapatkan resep obat jadi dan
Eksklusi
menunggu sampai penyerahan obat < 30 menit
Kriteria Ekslusi:
Pasien rawat jalan yang mendapat resep obat jadi dan
tidak menunggu di farmasi sampai penyerahan obat 1
siklus
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif
m
Data Observasi 
n Sumber Data Form pencatatan waktu tunggu obat jadi
Instrumen Pengambilan
o Formulir Indikator Mutu harian
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
p Populasi/ Sampel data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Farmasi

3. Kepatuhan Pelaksanaan Monitoring Fisiologis Selama Anestesi

Kepatuhan pelaksanaan monitoring fisiologis selama


a Judul
anestesi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Tergambarnya ketelitian dan kecermatan dokter anestesi
d Tujuan dan asisten anestesi dalam melaksanakan monitoring
fisiologi selama anestesi / sedasi.
Kepatuhan pelaksanaan monitoring fisiologi selama
anestesi / sedasi adalah kedisiplinan dokter anestesi dan
e Definisi Operasional
asisten anestesi dalam pelaksanaan monitoring fisiologi
selama anestesi / sedasi.
Input
Proses 
f
Jenis indikator Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Numerator Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dan
h
(Pembilang) anestesi dalam 1 bulan untuk pasien rawat inap
Denominator Jumlah seluruh operasi dalam satu bulan
i
(Penyebut)
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Semua pasien rawat inap yang dilakukan pembedahan di
Kriteria Inklusi dan kamar operasi.
k
Eksklusi
Kriteria Ekslusi:
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Formulir monitoring durante sedasi / anestesi
Instrumen
o Formulir monitoring durante sedasi / anestesi.
Pengambilan Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi

p Populasi/ Sampel 64-319 64


< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
Atau

Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Kamar Operasi dan CSSD

4. Proses Monitoring Proses Pemulihan Anestesi Dan Sedasi Dalam

Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi


a Judul
dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Efektif
Keselamatan Pasien 
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Untuk mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien
d Tujuan selama tindakan operasi dan setelah tindakan operasi
dilakukan kepada pasien
e Kepatuhan pelaksanaan monitoring proses pemulihan
Definisi Operasional anestesi dan sedasi dalam adalah kedisiplinan dokter
anestesi dan asisten anestesi dalam pelaksanaan monitoring
proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam.
Input
Proses 
f
Jenis indikator Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Numerator Jumlah pengisian monitoring paska sedasi/ anestesi yang
h
(Pembilang) lengkap
Denominator Jumlah tindakan pengisian monitoring paska anastesi/
i
(Penyebut) sedasi dalam 1 bulan
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Pasien yang akan dilakukan operasi
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi
Kriteria Ekslusi:
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Rekam Medis, formulir monitoring paska anestesi/ sedasi.
Instrumen
o Formulir monitoring paska anestesi / sedasi.
Pengambilan Data
JCI Sample Size
Total Populasi tiap Jumlah sample tiap
Bulan Bulan
p Populasi/ Sampel ≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Kamar Operasi dan CSSD

5. Surveilans Phlebitis

a Judul Surveilans Phlebitis


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b DasarPemikiran 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
Efektif
Keselamatan Pasien 
c DimensiMutu
Berorientasi kepada pasien 
Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi 
Untuk mewujudkan pasien safety dan mencegah terjadinya
d Tujuan
phlebitis
Phlebitis adalah area lokal tusukan infus di temukan tanda-
tanda merah, seperti terbakar, bengkak, sakit bila di tekan,
e Definisi Operasional
ulkus sampai eksudat purulen atau mengeluarkan cairan
bila di tekan
Input 
Proses 
f Jenis indikator
Output 
Outcome 
g Satuan Pengukuran Permil
h Numerator (Pembilang) Jumlah pasien yang terinfeksi phlebitis
Denominator
i Jumlah hari pemasangan infus perifer
(Penyebut)
j Target Pencapaian < 1‰
Kriteria Inklusi:
Kriteria Inklusi dan Pasien yang terpasang infus perifer
k
Eksklusi Kriteria Eksklusi:
Pasien dengan phlebitis sebelum pemasangan IVL
l Formula N/D x 1000 ‰
MetodePengumpulan Retrospektif
m
Data Observasi 
n Sumber Data Formulir surveilans
InstrumenPengambilan
o Formulir surveilans harian
Data
JCI Sample Size
p Populasi/ Sampel Total Jumlah sample tiap
PopulasitiapBulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64- 19 4
< 64 Tidakperlu
sampling (100%
populasidiambil
data semua)
Atau
RumusSolvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlahsampel yang dicari
N = Ukuranpopulasi
e = Nilai margin of error (besarkesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t PenanggungJawab Ketua Komite PPI

III. INDIKATOR SESUAI TUJUAN STRATEGIS RUMAH SAKIT (KPI)


1. Kepatuhan Terhadap Alur Klinis (Clinical Pathway) Pasien Bedah
Kepatuhan Terhadap Alur Klinis (Clinical Pathway)
a Judul
pasien bedah
b Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran
2. Permenkes tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
Untuk menjamin kepatuhan dokter atau dokter gigi di
rumah sakit terhadap standar pelayanan maka perlu
dilakukan monitor kepatuhan penggunaan clinical
pathway.
3. Kepatuhan terhadap alur klinis/clinical pathway
adalah kepatuhan seluruh Profesional Pemberi
Asuhan terhadap alur klinis/clinical pathway yang
telah ditetapkan.
4. Pemilihan penyakit yang akan dilakukan pengukuran
kepatuhan terhadap alur klinis/clinical pathway
sesuai dengan prioritas rumah sakit adalah :
a. Apendisitis Akut
b. Tonsilitis Kronis

Pemilihan penyakit yang akan dilakukan pengukuran


kepatuhan terhadap alur klinis/clinical pathway untuk RS
khusus disesuaikan dengan program prioritas rumah sakit.
Efektif 
Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Berorientasi kepada pasien
c Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi 
Untuk menjamin kepatuhan Profesional Pemberi Asuhan
d Tujuan (PPA) di rumah sakit terhadap standar pelayanan dan
untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis di rumah sakit.
1. Clinical Pathway adalah suatu perencanaan pelayanan
terpadu/terintegrasi yang merangkum setiap langkah
yang diberikan pada pasien, berdasarkan standar
pelayanan medis, standar pelayanan keperawatan dan
standar pelayanan Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
lainnya yang berbasis bukti dengan hasil terukur, pada

e Definisi Operasional jangka waktu tertentu selama pasien dirawat di Rumah


Sakit.
2. Kepatuhan terhadap clinical pathway adalah proses
pelayanan secara terintegrasi yang diberikan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) kepada pasien yang
sesuai dengan clinical pathway yang ditetapkan Rumah
Sakit.

Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah pelayanan oleh PPA yang sesuai dengan clinical
h Numerator (Pembilang)
pathway
Denominator Jumlah seluruh pelayanan oleh PPA pada clinical pathway
i
(Penyebut) yang diobservasi
j Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria Inklusi :
Pasien yang menderita penyakit sesuai batasan ruang
lingkup clinical pathway yang diukur.
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri selama
perawatan.
2. Pasien yang meninggal
3. Variasi yang terjadi sesuai dengan indikasi klinis
pasien dalam perkembangan pelayanan.
l Formula N/D x 100%

Retrospektif 
m Metode Pengumpulan
Observasi
Data
n Sumber Data Data sekunder dari rekam medis pasien
Instrumen Pengambilan
o Formulir Kepatuhan Clinical Pathway
Data
 Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
p Populasi/ Sampel
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s
Penyajian Data Grafik 
Divsi Pelayanan, Komite Medik, Komite Keperawatan
t Penanggung Jawab
dan Komite Tenaga Kesehatan lain

IV. INDIKATOR TERKAIT PERBAIKAN SISTEM


1. Kelengkapan catatan medis pasien (KLPCM) pasien bedah
Kelengkapan catatan medis pasien (KLPCM) pasien
a Judul
bedah
b Dasar Pemikiran Pedoman Rekam Medis
Efektif
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien 
c Dimensi Mutu
Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mengetahui angka ketidaklengkapan pengisian rekam
d Tujuan medis pada rawat inap baik dari sisi dokter dan dari
keperawatan.
Kelengkapan pengisian catatan medis yang berisi seluruh
informasi tenatng pasien sesuai dengan formularium yang
disediakan, khususnya rekam medis dan resume
e Definisi Operasional
keperawatan termasuk seluruh hasil pemeriksaan
penunjang dalam waktu 14 hari setelah pasien keluar dari
Rumah Sakit.
Input
Proses 
f
Jenis indikator Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah rekam medik yang tidak lengkap dalam periode
h Numerator (Pembilang)
waktu tertentu
Denominator
i Seluruh rekam medis pada waktu yang sama.
(Penyebut)
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Indentitas pasien, data perjalanan penyakit (anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis,
Kriteria Inklusi dan terapi, tindakan yang dilengkapi dengan informed consent,
k
Eksklusi laporan), tanda tangan dokter.

Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Medical record

Instrumen Pengambilan Formulir Indikator Mutu


o
Data
JCI Sample Size
Total Populasi tiap Jumlah sample tiap
Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
p Populasi/ Sampel

Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Rekam Medis

4. Kelengkapan informed consent pasien bedah

a Judul Kelengkapan informed consent pasien bedah


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
b Dasar Pemikiran 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Efektif
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien 
Dimensi Mutu
c Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mengetahui angka kelengkapan pengisian rekam medis
d Tujuan
pada rawat inap baik dari sisi dokter dan dari keperawatan.
Informed consent adalah persetujuan tindakan koedoktera
yang diberikan kepada pasien dan keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada pasien
e Definisi Operasional tersebut serta resiko yang akan terjadi terhadap pasien.
Kelengkapan informed consent adalah tidak terisinya
informed consent secara lengkap, data maupun tanda
tangan. Baik pada lembar informasi maupun pada lembar
consent.
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
h Numerator (Pembilang) Jumlah kelengkapan informed consent terhadap pasien
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medis yang di
i
(Penyebut) survei
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Pasien bedah di rawat inap
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi
Kriteria Eksklusi:
Pasien bedah rawat jalan
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Medical record
Instrumen Pengambilan Formulir Indikator Mutu
o
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu

p Populasi/ Sampel sampling (100%


populasi diambil
data semua)

Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Penyajian Data Tabel 
s
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Rekam Medis

3. Ketepatan Waktu Pembayaran Kepada Supplier Pasien Bedah


Ketepatan Waktu Pembayaran Kepada Suplier Pasien
a Judul
Bedah
b Dasar Pemikiran PKS Suplier
Efektif 
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi 
Kepercayaan pihak supier terhadap likuiditas keuangan
d Tujuan
rumah sakit
Ketepatan waktu pembayaran kepada pihak suplier akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan pihak luar rumah
e Definisi Operasional
sakit dalam hal kemampuan rumah sakit membayar
kewajibannya.
Input
f Jenis indikator
Proses 
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
h Numerator (Pembilang) Jumlah ketidaktepatan waktu pembayaran pada supplier
i Denominator (Penyebut) Jumlah seluruh pembayaran pada suplier
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Iklusi:
Jumlah semua Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang
Kriteria Inklusi dan mencantumkan jatuh tempo
k
Eksklusi
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Data suplier pasien bedah
Instrumen Pengambilan
o Formulir data suplier pasien bedah
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
p Populasi/ Sampel
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
Atau

Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kadiv. Keuangan dan Akuntansi

V. INDIKATOR TERKAIT MANAJEMEN RISIKO


1. Penundaan Operasi Elektif
a Judul Penundaan Operasi Elektif
1. Undang-Undang tentang Rumah Sakit
2. Rumah sakit harus menjamin ketepatan waktu dalam
memberikan pelayanan termasuk tindakan operasi,
b Dasar Pemikiran
sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mendapatkan
hasil pelayanan seperti yang diinginkan dan
menghindari komplikasi akibat keterlambatan operasi.
Efektif
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien 
c Dimensi Mutu
Tepat Waktu 
Efisien 
Adil
Terintegrasi
Tergambarnya ketepatan pelayanan bedah dan
d Tujuan
penjadwalan operasi.
1. Operasi elektif adalah operasi yang waktu
pelaksanaannya terencana atau dapat dijadwalkan.
Definisi Operasional
e 2. Penundaan operasi elektif adalah tindakan operasi yang
tertunda lebih dari 1 jam dari jadwal operasi yang
ditentukan
Input
Proses 
f Jenis indikator
Output
Outcome
g Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah pasien yang jadwal operasinya tertunda lebih dari
h Numerator (Pembilang)
1 jam
Denominator
i Jumlah pasien operasi elektif
(Penyebut)
j Target Pencapaian ≤ 5%
Kriteria Inklusi :
Pasien operasi elektif
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi
Kriteria Eksklusi :
Penundaan operasi atas indikasi medis
l Formula N/D x 100%

m Metode Pengumpulan Retrospektif 


Data Observasi
Data sekunder dari catatan pasien yang dijadwalkan
n Sumber Data
operasi dan data pelaksanaan operasi
Instrumen Pengambilan
o Formulir Penundaan Operasi Elektif
Data
 Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
p Populasi/ Sampel
 Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Kamar Operasi dan CSSD

2. Pemantauan Diskrepansi Diagnosis Pre dan Post Operasi


a Judul Pemantauan Diskrepansi Diagnosis Pre Dan Post Operasi
Ketepatan diagnosis antara sebelum tindakan dengan
setelah tindakan mencerminkan kemampuan dari dokter
bedah dan sarana medis yang tersedia untuk menentukan
b Dasar Pemikiran
diagnosa. Sehingga antara diagnosa dan tindakan akan
tepat. Ketidaktepatan antara diagnosa sebelum dan
sesudah operasi berarti tingkat keselamatan pasien kurang
Efektif
Keselamatan Pasien
Berorientasi kepada pasien 
c Dimensi Mutu Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Mencegah atau menghindari kemungkinan terjadi
d Tujuan kesalahan tindakan di kamar operasi dan tidak
kelengkapan pada catatan di rekam medic
Diskrepansi diagnosis pre dan post operasi harus di tulis
e Definisi Operasional
oleh dokter operator di laporan operasi.
f Jenis indikator Input
Proses 
Output
Outcome 
g Satuan Pengukuran Prosentase
Jumlah pasien yang diskrepansi diagnosis pre dan post
h Numerator (Pembilang)
operasi yang lengkap
Denominator Jumlah pasien operasi dalam 1 bulan
i
(Penyebut)
j Target Pencapaian 0%
Kriteria Inklusi:
Pasien yang akan dilakukan operasi elektif
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang akan dilakukan operasi emergensi
l Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif 
m
Data Observasi
n Sumber Data Rekam Medis, Laporan Operasi
Instrumen Pengambilan
o Laporan operasi
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
p Populasi/ Sampel populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampl ng (100%
populasi diambil
data semua)
Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data
Periode Analisis dan
r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data
Tabel 
s Penyajian Data
Grafik 
t Penanggung Jawab Kepala Unit Kamar Operasi dan CSSD

3. Waktu Tunggu Pengoperasian Genset saat Listrik PLN padam oleh PSRS kurang
dari 5 menit
Waktu tunggu pengoperasian genset saat listrik PLN
a Judul
padam oleh IPSRS < 5 menit
Listrik adalah kebutuhan vital dalam sebuah rumah sakit
sehingga diusahakan supaya masalah pasokan listrik tidak
b Dasar Pemikiran
terganggu terlalu lama saat pasokan listrik dari PLN
terganggu

Efektif
Keselamatan Pasien 
c Berorientasi kepada pasien 
Dimensi Mutu
Tepat Waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi 

Untuk memastikan waktu jeda pasokan listrik ke rumah


d Tujuan sakit tidak lebih dari 10 menit saat terjadi masalah
pasokan litrik dari PLN
Yaitu merupakan target waktu pengalihan suplai daya
e Definisi Operasiona listrik dari PLN dipindahkan ke genset saat terjadi
gangguan pasokan listrik dari PLN

Input
Proses
f Jenis indikator
Output
Outcome 

g Satuan Pengukuran Prosentase


Waktu tunggu pengoperasian genset < dari 5 menit saat
h Numerator (Pembilang)
listrik PLN padam
Denominator Jumlah keseluruhan pengoperasian genset saat listrik PLN
i
(Penyebut) padam
j Target Pencapaian 100%
Kriteria Inklusi:
Pengoperasian genset saat pasokan listrik PLN padam/
terhenti
Kriteria Inklusi dan
k
Eksklusi Kriteria Eksklusi:
Pengoperasian genset untuk keperluan tambahan
Pengoperasian genset yang bukan oleh petugas IPRS/
Satpam
l Formula N/D x 100%

Metode Pengumpulan
m Retrospektif
Data
Observasi 
n Sumber Data Buku laporan genset
Instrumen Pengambilan
o Formulir pelaporan genset
Data
JCI Sample Size

Total Populasi tiap Jumlah sample tiap


Bulan Bulan
≥ 640 128
320-639 20% dari total
populasi
64-319 64
< 64 Tidak perlu
sampling (100%
populasi diambil
data semua)
p Populasi/ Sampel

Atau
Rumus Solvin :
N
n=
1 + N(e)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Ukuran populasi
e = Nilai margin of error (besar kesalahan) dari
ukuran populasi
Periode Pengumpulan
q Bulanan
Data

Periode Analisis dan


r Bulanan, Triwulan, Tahunan
Pelaporan Data

Anda mungkin juga menyukai