2. Pada tahun 2004, tergugat dan keluarganya datang memohon kepada saya agar
diberi ijin menempati tanah tersebut, saya pun memberi ijin dengan catatan untuk
menjaga tanah tersebut dan menempati lokasi di sudut pinggir batas sebelah timur
tapi ternyata tergugat membangun di tengah tengah kurang lebih 20-25meter dari
pinggir batas.
3. Pada sekitar tahun 2004 juga, tergugat ditegur oleh keponakan saya, Pak
Manuputty karena ketahuan sedang dalam proses membangun bangunan permanen
di tengah lokasi tanah tersebut, telah ditegur berkali-kali namun tetap saja
meneruskan pembangunan tersebut.
4. Pada tahun 2005, saya meminta tergugat dan keluarga untuk keluar dari tanah
tersebut karena ada calon pembeli ingin membeli tanah tersebut dan dari pihak
tergugat bersikeras tidak mau keluar sehingga transaksi tersebut gagal.
5. Pada tahun 2017, saya meminta anak saya, Ronny Risamasu menemui tergugat
untuk menawarkan tergugat untuk membeli tanah tersebut jika berminat, silahkan
membuka harga, namun tergugat tidak bersedia untuk membeli tanah tersebut
dengan alasan bahwa dia menempati tanah tersebut karena diberikan oleh kepala
kampung.
6. Pada tahun 2019, anak saya, Ronny Risamasu menawarkan tanah tersebut ke
penggugat, penggugat mengecek lokasi, dan akhirnya melakukan transaksi.
7. Bahwa benar, saya telah menjual sebidang tanah seluas 7500M2 yang terletak di
Kampung Argosimerai, SP5 Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua
Barat kepada Penggugat sesuai dengan alat bukti SHM, Akta Jual Beli, Akta Kuasa
Menjual.
8. Pada tahun 2019-2021, saya diajak oleh penggugat untuk menyelesaikan masalah
tanah ini dengan tergugat secara kekeluargaan, hingga melibatkan BPN, namun
juga tidak membuahkan hasil.
9. Akhirnya, saya dan penggugat memutuskan untuk membawa masalah ini ke ranah
hukum agar mendapatkan keadilan.
Demikian jawaban saya, semoga dapat membantu Hakim untuk memutuskan seadil-
adilnya
Yang bertandatangan,
Adolf Risamassu