Anda di halaman 1dari 43

PUTUSAN

Nomor 672/Pdt.G/2020/PA.Skg
ِ‫ٱلر ِح ِيم‬
َّ ‫ن‬ِِ ‫ٱلر ْح َٰم‬ َِِّ َٰ ‫ِب ْس ِِم‬
َّ ‫ٱَلل‬
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANANYANG MAHA ESA
Pengadilan Agama Sengkang yang memeriksa dan mengadili
perkara pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara
waris yang diajukan oleh:
1. PENGGUGAT I, umur 80 tahun, agama Islam, pekerjaan tidak ada,
tempat kediaman di Kabupaten Wajo, selaku Penggugat I.
2. PENGGUGAT II, umur 56 tahun, agama Islam, pekerjaan tidak ada,
tempat kediaman di Kabupaten Wajo, selaku Penggugat II.
3. PENGGUGAT III, umur 63 tahun, agama Islam, pekerjaan pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil, tempat kediaman di Kabupaten Soppeng, selaku
Penggugat III.
dalam hal ini memberikan kuasa kepada BS. Reza Patryanto Yunus,
S.H. Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor PATRYANTO dan
PARTNERS, beralamat di Kabupaten Wajo, berdasarkan surat Kuasa
Khusus Nomor 440/SK/PA.Skg/VII/2020, tanggal 24 Juli 2020, disebut
para Penggugat..
melawan
1. TERGUGAT I, umur 40 tahun, agama Islam, pekerjaan wiraswasta,
beralamat di Kabupaten Wajo, selaku Tergugat I.
2. TERGUGAT II, umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS,
beralamat di Kabupaten Wajo, selaku Tergugat II.
3. TERGUGAT III, umur 33 tahun, agama Isam, pekerjaan wiraswasta,
beralamat di Kabupaten Wajo, selaku Tergugat III.
dalam hal ini diwakili oleh kuasanya H. M. Yunus Naru, S.H., Ahmad
Amiruddin, S.H., Andi Fauzan Fikri Ahmad, S.H., M.H.
Advokat/Penasehat Hukum yang berkantor di Kabupaten Wajo,
Propinsi Sulawesi Selatan, berdasrkan surat kuasa khusus Nomor
40/SK/PA.Skg/I/2021, tanggal 12 Januari 2021;
Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;
Setelah mendengar dalil-dalil yang diajukan kedua belah pihak
berperkara dan kesaksian saksi-saksi;
Setelah memperhatikan bukti-bukti para pihak yang berperkara;
DUDUK PERKARANYA
Menimbang, bahwa para Penggugat telah mengajukan gugatan
kewarisan yang terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Sengkang
tanggal 24 Juli 2020 di bawah register perkara Nomor 672/Pdt.G/2020/PA
Skg. pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa sebagaimana Surat Keterangan Nikah yang dikeluarkan oleh
Kelurahan Atakkae yaitu Surat Nomor: 474.2/26/ATK/2020, tanggal 07
Juli 2020, dimana pada pokoknya menyebutkan pada tahun 1937 telah
terjadi Perkawinan antara (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra;
2. Bahwa dari Perkawinan (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra, telah
dilahirkan 4 (empat) orang anak yang bernama:
1. Hj. I Pammintong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
3. Bahwa (alm) Indo Tanra telah meninggal dunia pada tanggal 18
Oktober 1999 di Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam dan
(alm) Tjabbe telah meninggal dunia pada tanggal 6 Desember 2003 di
Jl. Serikaya Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam;
4. Bahwa selanjutnya, sekitar tahun 2019 (alm) Nurmi telah meninggal
dunia di Sengkang, Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam
dan meninggalkan ahli waris, yaitu:
1. Dedi Ibrahim (anak laki-laki kandung/anak pertama);
2. Muhibar (anak laki-laki kandung/anak kedua);
3. Wasiastuti (anak perempuan kandung/anak ketiga);
5. Bahwa dalam perkawinan (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra,
selain meninggalkan ahli waris, juga meninggalkan warisan berupa
harta benda dalam bentuk tanah dan bangunan, yaitu:
1. Sebidang tanah dan bangunan yang di atasnya berupa rumah
panggung/kayu dan terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, Desa
Pattirosompe, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, dengan alas
hak berupa Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15
Desember 1977, seluas 203 M , atas nama Cabbe, dengan batas-
2

batas sebagai berikut:


• Utara : Rumah Muh. Saleh.
• Selatan : Rumah (alm) Baharuddin.
• Timur : Rumah Lamba.
• Barat : Jl. Irian (Jl. Raya).
2. Bahwa sebidang tanah dan bangunan dengan alas hak berupa
Sertifikat Hak Milik Nomor 134, tertanggal 15 Desember 1977 a
quo, dahulunya terletak di Desa Pattirosompe, Kecamatan Tempe,
namun karena telah terjadi pemekaran di Kabupaten Wajo, maka
saat ini sebidang tanah dan bangunan tersebut terletak di
Kelurahan Lapongkoda, Kecamatan Tempe;
6. Bahwa pada tanggal 21 Februari 2020, Kantor Kelurahan Atakkae
mengeluarkan Surat Keterangan Beda Identitas yaitu Surat Nomor:
474/31/ATK, tertanggal 21 Februari 2020, dimana pada pokoknya
menyebutkan nama yang tertulis dalam Sertifikat Hak Milik Nomor:
134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo berbeda dengan nama yang
tertulis dalam Surat Keterangan Kematian. Adapun nama yang tertulis
dalam Surat Keterangan Kematian adalah Tjabbe dan nama yang
tertulis dalam Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember
1977 adalah Cabbe;
7. Bahwa sebelum sebidang tanah dan bangunan tersebut didaftarkan
menjadi Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977,
Penggugat I meminta tolong kepada (alm) Tjabbe dengan memberikan
uang sebesar Rp. 11.250,00 (sebelas ribu dua ratus lima puluh rupiah)
(sebagaimana Kwitansi tertanggal 10 Maret 1975, dimana (alm) Tjabbe
selaku pembeli) untuk membeli sebidang Tanah dengan Persil No. 8
dengan luas 50 M yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, dimana
2
saat ini tanah tersebut terletak dibelakang rumah panggung (kayu) dan
telah dibangun rumah permanen;
8. Bahwa tanah milik Penggugat I tersebut, merupakan satu kesatuan
dengan tanah dan bangunan peninggalan (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, dengan alas hak
berupa Sertifikat Hak Milik Nomor: 134 tertanggal 15 Desember 1977,
sehingga tanah milik Penggugat I yaitu seluas 50 m2 dan warisan/harta
peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra berupa harta
benda dalam bentuk tanah dan bangunan hanya seluas 153 m2;
9. Bahwa sekitar tahun 2007, suami dari (alm) Nurmi dan/atau bapak dari
para Tergugat yaitu (alm) Ibrahim datang menemui Penggugat III
dengan niat untuk membeli warisan/harta peninggalan milik (alm)
Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yaitu tanah dan bangunan yang terletak di
Jl. Irian No. 52, Sengkang, yang mana kemudian Penggugat III pada
waktu itu belum dapat memberikan jawaban atas niat dari (alm)
Ibrahim, karena ingin mendiskusikan terlebih dahulu kepada
saudaranya yaitu Penggugat I dan Penggugat II;
10. Bahwa pada kenyataannya, para Penggugat tidak setuju dengan
permintaan suami dari (alm) Nurmi dan/atau bapak dari para Tergugat
yaitu (alm) Ibrahim untuk membeli Tanah dan Bangunan yang terletak
di Jl. Irian No. 52, Sengkang, karena para Penggugat hanya setuju
menjual bangunan yaitu rumah panggung/kayu yang berada di atas
tanah warisan/harta peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra dengan harga Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
Adapun para Penggugat pada waktu itu, hanya menerima uang
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), dikarenakan harga
tanah yaitu Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) telah dikurangi
dengan bagian (alm) Nurmi dari hasil penjualan rumah milik (alm)
Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yang terletak di BTN Pepabri Sengkang
yaitu seharga Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
11. Bahwa oleh karena para Penggugat telah menjual rumah
panggung/kayu kepada suami dari (alm) Nurmi yaitu (alm) Ibrahim,
maka warisan/harta peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra hanya menyisakan tanah seluas 153 M dengan alas hak
2

Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 yang


mana sampai saat ini warisan/harta peninggalan a quo belum pernah
dibagi warisnya (selanjutnya disebut Objek Sengketa);
12. Bahwa sebelum (alm) Tjabbe meninggal dunia, Penggugat I selaku
anak tertua diamanahkan untuk menyimpan dan mengamankan
Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo.
Adapun sekitar tahun 2007, suami dari (Alm) Nurmi yaitu (Alm) Ibrahim
datang menemui Penggugat I untuk meminjam Sertifikat Hak Milik
Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo untuk jaminan
mengurus pinjaman kredit di salah satu Bank yang ada di Sengkang;
13. Bahwa pada kenyataannya, sejak saat itu sampai dengan saat ini (alm)
Ibrahim dan (alm) Nurmi yang telah meninggal dunia tidak pernah
menjaminkan Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember
1977 a quo di salah satu Bank yang ada di Sengkang dan juga tidak
pernah beritikad baik untuk mengembalikan Sertifikat a quo ke
Penggugat I;
14. Bahwa perbuatan (alm) Ibrahim dan (alm) Nurmi yang tidak
mengembalikan Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal tertanggal
15 Desember 1977 a quo mengakibatkan para Penggugat tidak dapat
melakukan pembagian harta waris atas warisan/harta peninggalan
milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra (objek sengketa), dikarenakan
sampai saat ini warisan/harta peninggalan a quo beserta alas haknya
yaitu Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977
berada dalam penguasaan ahli waris dari (Alm) Nurmi dan/atau cucu
dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra;
15. Bahwa perbuatan para Tergugat menguasai tanah seluas 153 m2 yang
terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang (Objek Sengketa) merupakan
Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad),karena tanah
seluas 153 M yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang dengan alas
2

hak Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a


quo (Objek Sengketa) merupakan warisan dan/atau harta peninggalan
(alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yang sampai saat ini belum pernah
dibagi dan/atau para Penggugat tidak pernah menjual ke pihak
manapun;
16. Bahwa atas penguasaan obyek sengketa tersebut para Penggugat
telah berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut, baik secara
kekeluargaan melalui via telepon maupun melalui kuasa hukumnya
para Penggugat juga telah berkali-kali melakukan peringatan kepada
para Tergugat sebagaimana surat-surat peringatan sebagai berikut:
• Surat Nomor: 004/SK/VI/2020, tertanggal 15 Juni 2020, Perihal:
SOMASI;
• Surat Nomor: 006/SK/VI/2020, tertanggal 21 Juni 2020, Perihal:
SOMASI II;
• Surat Nomor: 007/SK/VI/2020, tertanggal 26 Juni 2020, Perihal:
SOMASI terakhir;
17. Bahwa pada intinya surat-surat peringatan a quo dilayangkan dengan
harapan para Tergugat sadar atas perbuatannya karena menguasai
Objek Sengketa yang merupakan harta peninggalan orang tua para
Penggugat dan/atau kakek para Tergugat yang harus dibagi kepada
seluruh ahli waris sesuai dengan hukum islam dan/atau undang-
undang yang berlaku (Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) dan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam);
18. Bahwa meskipun para Penggugat telah berkali-berkali memperingati
para Tergugat, namun pada kenyataannya sampai dengan
diajukannya gugatan waris ini para Tergugat tetap tidak beritikad baik
dan tidak meninggalkan dan/atau menyelesaikan permasalahan atas
pembagian objek sengketa yang merupakan harta peninggalan orang
tua para Penggugat dan/atau kakek para Tergugat;
19. Bahwa objek sengketa merupakan warisan dari (alm) Tjabbe dan (alm)
Indo Tanra yang jatuh dan beralih kepada seluruh ahli waris yang sah
dan diakui secara hokum dan sampai sekarang belum pernah dibagi
warisnya. Oleh karena itu objek sengketa a quo harus dibagi kepada
semua ahli waris sesuai dengan Ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam;
20. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, objek sengketa dalam perkara
a quo mengacu kepada ketentuan KUHPerdata, dan prinsip yang
dianut dalam pembagian harta warisan sesuai ketentuan KUHPerdata
yaitu:
1. Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain)
apabila terjadinya suatu kematian (Pasal 830 KUHPerdata).
Dalam poin ini telah memenuhi prinsip tersebut yaitu:
• Bahwa (Alm) Indo Tanra telah meninggal dunia pada tanggal
18 Oktober 1999 di Jl. Serikaya, Sengkang, Kabupaten Wajo
dalam keadaan beragama Islam dan (alm) Tjabbe telah
meninggal dunia pada tanggal 06 Desember 2003 di Jl.
Serikaya, Sengkang, Kabupaten Wajo dalam keadaan
beragama Islam, yang meninggalkan 4 (empat) orang anak
yang bernama sebagai berikut:
1. Hj. I Pammitong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (Alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
• Bahwa (alm) Nurmi telah meninggal dunia di Sengkang,
Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam dan
meninggalkan 3 (tiga) orang anak (ahli waris), yaitu:
1. Dedi Ibrahim (anak laki-laki kandung/anak pertama);
2. Muhibar (anak laki-laki kandung/anak kedua);
3. Wasiastuti (anak perempuan kandung/anak ketiga);
2. Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali
untuk suami atau isteri dari pewaris (Pasal 832 KUHPerdata).
21. Bahwa berdasarkan prinsip tersebut, maka yang berhak mewaris
hanyalah orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan
pewaris. Baik itu berupa keturunan lansung maupun orang tua,
saudara, nenek/nenek atau keturunannya dari saudara-saudaranya.
Sehingga, sebagaimana ketentuan Pasal 174 Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Islam yaitu:
1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah:
• Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara
laki-laki, paman dan kakek.
• Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan,
saudara perempuan dari nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.
2. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat
warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.
22. Bahwa menurut R. Santoso Pudjosubroto, hukum waris adalah hukum
yang mengatur apakah dan bagaimanakah hak-hak dan kewajiban
tentang harta benda seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan
beralih kepada orang lain yang masih hidup. Sehingga berdasarkan
golongan pada poin 18 dan 19, menunjukkan ahli waris dalam hal ini
yaitu para Penggugat selaku anak dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra dan para Tergugat selaku anak dari (alm) Nurmi dan/atau cucu
dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra;
23. Bahwa seluruh objek sengketa a quo saat ini dikuasai oleh para
Tergugat yang mana hal tersebut sangat tidak berdasar dan
bertentangan dengan ajaran agama Islam dan ketentuan hukum yang
berlaku, sehingga para Penggugat menolak dengan tegas tindakan
perbuatan para Tergugat yang menguasai seluruh Objek Sengketa a
quo tanpa dasar dan tidak ada penjelasan yang transparan kepada
seluruh ahli waris, baik terkait surat bukti kepemilikan Objek Sengketa
tersebut;
24. Bahwa oleh karena Objek Sengketa beserta alas haknya yaitu
Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 dikuasai
oleh para Tergugat dan guna menjaga para Tergugat tidak bertindak
semena-mena terhadap Objek Sengketa maka bersama ini para
Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia memeriksa
perkara a quo berkenan membatalkan atau setidak-tidaknya
menangguhkan semua upaya atau tindakan yang mungkin akan
dilakukan para Tergugat dan dapat merugikan objek sengketa, dengan
terlebih dahulu menetapkan objek sengketa sebagai budel waris dan
juga meletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag) atas objek
sengketa;
25. Bahwa Penggugat memohon agar Putusan Perkara ini dapat
dilaksanakan terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad), meskipun
ada perlawanan, banding maupun kasasi;
Berdasarkan alasan-alasan yang telah para Penggugat uraikan dan
kemukakan diatas, mohon kiranya Pengadilan Agama Sengkang c.q
Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo,
berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan para Penggugat untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan dan menetapkan (Alm) Tjabbe dan (Alm) Indo Tanra
memiliki dan/atau meninggalkan 7 (tujuh) orang ahli waris, yaitu:
1. Hj. I Pammitong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (Alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
5. Dedi Ibrahim (cucu laki-laki/anak kandung (Alm) Nurmi);
6. Muhibar (cucu laki-laki/anak kandung (Alm) Nurmi);
7. Wasiastuti (cucu perempuan/anak kandung (Alm) Nurmi/anak
ketiga);
3. Menyatakan dan menetapkan Objek Sengketa adalah harta
peninggalan (Alm) Tjabbe dan (Alm) Indo Tanra sebagai harta warisan
yang belum terbagi dan dimasukkan ke dalam budel waris untuk
dibagi kepada seluruh Ahli Warisnya yang pembagiannya diatur
menurut ketentuan Hukum yang berlaku yaitu KUHPerdata dan Inpres
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam;
4. Menyatakan tanah dengan luas 50 m2 yang terletak dibelakang Objek
Sengketa, dimana saat ini telah dibangun rumah permanen
merupakan tanah milik Penguggat I;
5. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag)
atas Objek Sengketa;
6. Menyatakan Putusan dalam Perkara ini dapat dilaksanakan terlebih
dahulu (uit voerbaar bij voorraad), meskipun ada perlawanan,
banding maupun Kasasi;
7. Menghukum para Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.
Atau,
• Apabila Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili
Perkara a quo berpendapat lain, maka mohon kiranya diberikan
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono).

Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan kuasa para


Penggugat hadir dan para Tergugat hadir Majelis Hakim mengupayakan
agar para Penggugat dan para Tergugat berdamai dan menyelesaikan
masalah ini secara kekeluargaan dan untuk memaksimalkan upaya damai
tersebut Majelis Hakim telah memberikan kesempatan kepada kedua
belah pihak untuk menempuh proses mediasi, dengan mediator Dra. Hj.
SH, M.H., akan tetapi berdasarkan laporan mediator tertanggal 6 Oktober
2020 bahwa mediasi yang dilakukan tidak berhasil mencapai
kesepakatan;
Bahwa selanjutnya dibacakanlah gugatan Penggugat yang pada
gugatan tersebut mengalami perbaikan seperlunya;
Bahwa pada persidangan setelah mediasi para Tergugat tidak
pernah lagi hadir dipersidangan dan telah dipanggil secara resmi dan
patut dan ketidak hadirannya tanpa alasan yang sah, karena Tergugat
tidak hadir dengan demikian para Tergugat tidak membantah dalil-dalil
gugatan para Penggugat, Tergugat III nanti hadir pada waktu sidang
pemeriksaan setempat (desente) dan pada tahap sidang kesimpulan para
Tergugat telah hadir yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya;
Bahwa untuk membuktikan dalil-dalilnya para Penggugat
mengajukan surat-surat bukti berupa:
1. Fotocopy Surat Pernyataan Ahli Waris dan Silsilah Keluarga, tanggal
21 Februari 2020, yang diketahui oleh Camat Tempe, bukti surat
tersebut telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan
aslinya ternyata sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P1.
2. Fotocopy Surat Keterangan Nikah, Nomor 474.2/26/ATKA/2020,
tanggal 07 Juli 2020, yang keluarkan oleh Lurahan Atakkae,
Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut telah diberi
materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai,
oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P2.
3. Fotocopy Keterangan Kematian Nomor 474.3/09/ATK. tanggal 20
Februari 2020, atas nama Indo Tanra, yang keluarkan oleh Lurahan
Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut
telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
ternyata sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P3.
4. Fotocopy Keterangan Kematian Nomor 474.3/08/ATK. Tanggal 20
Februari 2020, atas nama Tjabbe, yang keluarkan oleh Lurahan
Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut
telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
ternyata sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P4.
5. Fotocopy Keterangan Beda Identitas Nomor 474.3/ /ATK. Tanggal 21
Februari 2020, atas nama Cabbe, yang keluarkan oleh Lurahan
Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut
telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
ternyata sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P5
6. Fotocopy Kwitansi Pembayaran tanah persil No.8 d II, luas 5 x 10 m,
telah diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya
ternyata sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P6.
7. Fotocopy Somasi I, tanggal 15 Juni 2020, yang dikeluarkan oleh
Patryanto dan Partners, bukti surat tersebut telah diberi materai cukup
dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai, oleh Ketua
Majelis diberi tanda bukti P7.
8. Fotocopy Somasi II, tanggal 21 Juni 2020, yang dikeluarkan oleh
Patryanto dan Partners, bukti surat tersebut telah diberi materai cukup
dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai, oleh Ketua
Majelis diberi tanda bukti P8.
9. Fotocopy Somasi III, tanggal 26 Juni 2020, yang dikeluarkan oleh
Patryanto dan Partners, bukti surat tersebut telah diberi materai cukup
dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai, oleh Ketua
Majelis diberi tanda bukti P6.
10. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama Hj. I Pamintong, NIK
7313057112350050, tanggal 10 Februari 2020, yang dikeluarkan oleh
Provinsi Sulaweis Selatan, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut telah
diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata
sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P10.
11. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama Hsnah, NIK
7313057112530106, tanggal 06 Juli 2020, yang dikeluarkan oleh
Provinsi Sulaweis Selatan, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut telah
diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata
sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P11.
12. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama Abbas, NIK
7312041612560001, tanggal 21 Oktober 2012, yang dikeluarkan oleh
Provinsi Sulaweis Selatan, Kabupaten Wajo, bukti surat tersebut telah
diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya ternyata
sesuai, oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti P12.
Bahwa selain bukti tertulis tersebut, para Penggugat juga
mengajukan saksi-saksi:
1. SAKSI I P, umur 57 tahun, agama Islam, mengaku bertetangga
dengan Penggugat, di bawah sumpahnya memberikan keterangan
pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi bertetangga sudah lama dengan para Penggugat;
• Bahwa ayah Hj. I Pamintong sudah meninggal begitu juga Ibunya;
• Bahwa saksi tidak mengetahui kapan ayah dan ibu Hj. I Pamintong
meninggal dunia;
• Bahwa Tjabbe dan Indo Tanra memiliki 4 orang anak, yaitu Hj. I
Pamintong, Hasnah, Nurmi dan Abbas;
• Bahwa Nurmi sudah meninggal pada tahun 2019;
• Bahwa Nurmi meninggal telah menikah dan dikaruniai 3 orang
anak;
• Bahwa lebih dahulu Tjabbe meninggal daripada Nurmi;
• Bahwa Tjabbe meninggal lebih darulu dari Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe meninggal dalam keadaan beragama Islam dan
meninggal karena sakit;
• Bahwa semua anak-anak Tjabbe beragama Islam;
• Bahwa Tjabbe tidak mempunyai istri selain Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe meningalkan tanah dan rumah;
• Bahwa tanah dan rumah tersebut terletak di Jalan Irian, Kelurahan
Lapongkoda, Kecamatan tempe, Kabupaten Wajo;
• Bahwa tanah dan rumah tersebut 2 orang yang punya;
• Bahwa yang punya tanah dan rumah tersebut adalah I Pamintong
dan Tjabbe.
• Bahwa Tanah I Pamintong terletak di belakang rumah Tjabbe;
• Bahwa tanah tersebut seluas 203 M2, 50 meter milik I Pamintong
dan 153 meter milik Tjabbe;
• Bahwa tanah tersebut diperoleh dari ayahnya.
• Bahwa sertifikat tersebut tersebut dimiliki 2 orang karena sertifikat
belum di pecahkan.
• Bahwa tanah tersebut diperoleh Tjabbe dengan cara dibeli;
• Bahwa saksi mengetahui hal tersebut karena diceritakan;
• Bahwa di atas tanah tersebut ada rumah kayu;
• Bahwa batas-batasnya adalah sebelah Barat Jalan Irian, sebelah
Utara rumah Muhammad saleh, sebelah Timur rumah H. Lamba,
sebelah Selatan rumah Baharuddin;
• Bahwa rumah tersebut dibangun Nurmi;
• Bahwa yang tinggal di rumah tersebut adalah anak-anaknya
Nurmi,
• Bahwa yang pegang sertifikat tanah tersebut adalah Wasiastuti,
karena Wasiastuti yang tinggal di rumah tersebut;
• Bahwa Wasiastuti yang pegang sertifkat tersebut karena dipinjam
oleh Ibrahim kepada I Pamintong untuk mengambil kredit di Bank,
ternyata Ibrahim tidak mengagumkan sertifikat tersebut;
• Bahwa Astuti yang tinggal di rumah tersebut karena rumah
tersebut dikasi oleh Nurmi;
• Bahwa saksi mengetahui hal tersebut karena mendengar dari
orang-orang yang ada disekitar rumah tersebut;
• Bahwa Nurmi yang tinggal di rumah tersebut, karena rumah
tersebut dibeli oleh Nurmi dari I Pamintong;
• Bahwa tanahnya tidak dibeli oleh Nurmi;
• Bahwa rumah tersebut seharga Rp40.000.000,00(empat puluh juta
rupiah) dan Rp30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah) yang dibayar,
karena Nurmi sudah mengambil bahagiannya;
• Bahwa saksi mengetahui karena saksi melihat sendiri Nurmi
membayar kepada I Pamintong.
• Bahwa saksi sudah lupa waktunya, tetapi pembayarannya pada
sore hari.
2. SAKSI II P, umur 50 tahun, agama Islam, mengaku berteman dengan
Penggugat III, di bawah sumpahnya memberikan keterangan pada
pokoknyasebagai berikut;
• Bahwa saksi bersahabat sejak kecil sampai sekarang dan saksi
sering ke rumah Penggugat III;
• Bahwa ayah Penggugat III bernama Tjabbe, dan ibunya bernama
Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe meninggal dunia pada tahun 2003;
• Bahwa saksi mengetahui karena saksi sering kerumah Penggugat
III;
• Bahwa Indo Tanra meninggal lebih dahulu daripada Tjabbe.
• Bahwa Indo Tanra meninggal 1999;
• Bahwa Penggugat III bersaudara 4 orang, yaitu Hj. I Pamintong,
Hasnah, Nurmi dan Abbas;
• Bahwa Tjabbe meninggal dalam keadaan beragama Islam, karena
sakit begitu juga semua anak-anak Tjabbe beragama Islam.
• Bahwa Tjabbe tidak mempunyai istri yang lain;
• Bahwa saksi juga kenal dengan Nurmi, Nurmi telah meninggal
pada tahun 2019;
• Bahwa Numi sudah menikah dengan laki-laki bernama Ibrahim;
• Bahwa suami Nurmi lebih dahulu meninggal dari pada Nurmi;
• Bahwa ada tanah dan rumah yang ditinggalkan oleh Tjabbe, tanah
dan rumah tersebut terletak di Jalan Irian yang seluasnya 153 M ;
2

• Bahwa tanah tersebut ada sertifikatnya dan saksi pernah


melihatnya;
• Bahwa nomor sertifikat tersebut adalah No.134;
• Bahwa masih ada tambahan tanah tersebut, tanahnya Hj. I
Pamintong seluas 50 M , tanah tersebut terletak dibagian belakan;
2

• Bahwa lebih dahulu tanah yang dibeli baru muncul sertifkat, jadi
sertifkat antara tanah Hj. I Pamintong dengan tanah Tjabbe
digabung;
• Bahwa saksi tidak menegathui batas-batasnya, karena apabila
saksi kerumah tersebut hanya sebentar;
• Bahwa rumah tersebut dibeli oleh Ibrahim;
• Bahwa harga rumah tersebut Rp50.000.000.00(lma puluh juta
rupiah) akan tetapi hanya Rp30.000.000.00(tiga puluh juta) yang
dibayar, karena dipotong untuk bahagian Nurmi;
• Bahwa Hj. I Pamintong yang menerimanya kemudian dibagi
kepada ketiga saudaranya;
• Bahwa saksi tidak melihatnya sewaktu dibayar, hanya dengar
cerita dari Abbas;
• Bahwa yang tinggal di rumah tersebut adalah Wasiatuti;
• Bahwa tanah tersebut belum pernah dibagi kepada ahli warisnya;
• Bahwa tanah dibelakang ada sebuah rumah permanen yang
dibangun oleh Ibrahim;
3. SAKSI III P, umur 54 tahun, mengaku pernah bertetangga dengan
Tjabbe (orang tua para Penggugat), di bawah sumpahnya memberikan
keterangan pada pokoknyasebagai berikut;
• Bahwa saksi tetangga dengan Tjabbe sejak tahun 1992, waktu itu
Tjabbe masih hidup;
• Bahwa istri Tjabbe bernama Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe mempunyai 4 orang anak;
• Bahwa Tjabbe tidak mempunyai istri selain Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe meninggal pada tahun 2003, karena sakit orang
tua;
• Bahwa Indo Tanra meninggal dunia pada tahun 1999;
• Bahwa Tjabbe dan Indo Tanra beragama Islam;
• Bahwa anak anak Tjabbe sekarang tinggal 3 orang yang masih
hidup;
• Bahwa anak yang berna Nurmi telah meninggal dunia pada tahun
2019;
• Bahwa anak-anak dan cucu-cucunya Tjabbe, semua beragama
Islam.
• Bahwa masalah yang dipermasalahkan pihak berperkara adalah
harta yang ditinggalkan oleh Tjabbe, yaitu tanah perumahan;
• Bahwa tanah perumahan tersebut terletak di Jalann irian yang
luasnya 203 M 2

• Bahwa saksi tidak mengetahui berapa panjang dan lebar tanah


tersebut;
• Bahwa saksi mengetahui, karena saksi pernah menjadi Ketua RT
tahun 1993 sampai 2016.
• Bahwa tanah tersebut ber sertikat dengan nomor 134;
• Bahwa tidak semua tanah yang seluas 203 M milik Tjabbe, yang
2

50 M milik Hj. I Pamintong, karena tanah tersebut bersambung;


• Bahwa Hj. I Pamintong membeli tanah yang 50 M tersebut, dan
2

kwitansinya atas nama Tjabbe, akan tetapi uangnya milik Hj. I


Pamintong;
• Bahwa saksi mengetahui dari Hj. I Pamintong, dan melihat
kwitansinya tahun 1975 seharga Rp11.250,00(sebelas ribu dua
ratus lima puluh rupiah), milik Lamba, tanah tersebut seluas 50 M ;
2

• Bahwa tanah tersebut sudah dibeli baru muncul sertifikatnya;


• Bahwa batas-batas tanah tersebut adalah sebelah Barat Jalan
irian, sebelah utara rumah Muh. Saleh, sebelah Timur rumah
Lamba, sebelah Selatan rumah H. Bahar;
• Bahwa siasanya 153 M ada rumah kayu milik Tjabbe yang dibeli
2

oleh Ibrahim;
• Bahwa saksi mengetahuinya karena diceritakan Ibrahim;
• Bahwa harganya Rp50.000.000,00(lima juta rupiah), tetapi yang
dibayar hanya Rp30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah), karena
dipotong untuk bagian Nurmi sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah), dan rumah Tjabbe di BTN PEPABRI, dan
Rp30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah) diserahkan kepada ketiga
saudara Nurmi;
• Bahwa pada tanah 50 M ada rumah batu permanen yang
dibangun oleh Ibrahim, saksi mengetahuinya karena diberitahu
Ibrahim;
• Bahwa anak-anak Nurmi yang tinggal di rumah tersebut, akan
tetapi rumah tersebut sudah kosong sejak 1 tahun yang lalu;
• Bahwa objek tersebut tanahnya belum pernah dibagi;
• Bahwa anak-anak Nurmi tinggal di rumah tersebut karena anak-
anak Nurmi mengetahuinyta rumah tersebut dibeli orang tuanya;
Bahwa pada tanggal 30 Desember 2020, telah mengadakan
pemeriksaan setempat terhadap objek sengketa, yang dihadiri oleh kuasa
para Penggugat dan Tergugat III, dan di lapangan ditemukan keadaan
sebagai berikut:
• Sebidang tanah yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, Kelurahan
Lapongkoda, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, dengan luas 10 M
X 13,30 M, sama dengan 133 M , dengan batas-batas sebagai berikut:
2

• Utara : Rumah Muh. Saleh.


• Selatan : Rumah (Alm) Baharuddin.
• Timur : Rumah Lamba.
• Barat : Jl. Irian (Jl. Raya).
Bahwa pada akhirnya para Penggugat memberikan kesimpulan
yang secara lengkap tertuang dalam berita acara persidangan;
Bahwa para Tergugat juga dalam tahap kesimpulan telah
mengajukan berupa:
Protes/Kebaratan.
Selaku kuasa hukum para Tergugat mengajukan protes/keberatan apabila
pada siding perkara pada hari ini dengan agenda mengajukan
kesimpulan, sebab:
1. Terima kuasa dari para Tergugat pada tanggal 4 Januari 2021;
2. Demi rasa keadilan maka dimohonkan penerapan Azas Audiet Alterem
Partem yaitu hak dan kepentingan para pihak diperhatikan, sebab dari
awal persidangan hingga pemeriksaan obyek sengketa harus ada
berita acara yang lengkap Audentieblas;
3. Karena itu kami selaku pihak Tergugat mohon diberikan kesempatan
untuk mengajukan hak untuk menjawab gugatan Penggugat terlebih
dahulu;
4. Bahwa pihak Tergugat materil/principal (Tergugat III) hanya pernah
satu kali hadiri siding, siding tanggal 1 September 2020 dan Tergugat I
tidak pernah hadir, karena tidak pernah menerima surat panggilan;
5. Ternyata surat panggilan siding, oleh jurusita Pengadilan Agama
Sengkang, hanya menyedorkan kepada Tergugat III dan tidak pernah
menemui Tergugat I (vide relas panggilan) yang paraf hanya Tergugat
III, padahal Tergugat I berdomisili di Makassar sejak tahun 2018, surat
panggilan siding tidak pernah sampai kepadanya;
6. Surat panggilan untuk siding yang ketiga orang Tergugat, selama 5 X
panggilan tidak pernah tercantum tanggal diserahkannya surat
panggilan tersebut oleh jurusita (bukti surat panggilan terlampir).
Eksepsi/Jawaban.
Eksepsi:
1. Setelah meneliti surat gugatan Penggugat dengan dasar tuntutan
pembagian waris atau obyek sengketa yang Penggugat anggap masih
berupa budel waris, ternyata pihak Penggugat keliru menyebutkan
hanya Penggugat dan pihak Tergugat kini ahli waris dari almarhum
Tjabbe, sebab yang benar masih ada oknum ahli waris Tjabbe yang
tidak ikut serta dalam gugatan ini, yaitu anak-anak almarhum Tjabbe
dari istri keduanya yaitu 2 (dua) orang bernama Syarifuddin bin Tjabbe
alias Fodding dan Lacang bin Tjabbe, selayaknya gugatan Penggugat
patut dinyatakan tidak diterima (Niet Ontvanklijke Verklaard);
2. Gugatan Penggugat dalam hal ini tidak menunjukkan itikad baik
dengan menganggap obyek sengketa masih budel waris, tanpa
mengungkap budel waris yang sebenarnya telah digrogoti pihak
Penggugat terlebih dahulu tanpa mengikut sertakan keseluruhan budel
waris almarhum Tjabbe, antara lain rumah di BTN Pepabri serta tanah
kering di Waetuwo/Pasabaru, sehingga gugatan Penggugat dalam hal
ini dinyatakan tidak beritikad baik, maka sewajarnya dinyatakan tidak
dapat diterima;
3. Bahwa proses persidangan dalam perkara ini, tanpa mendengar
jawaban pihak Tergugat dan tanpa memeriksa bukti-bukti surat dan
saksi dari pihak Tergugat telah berlanjut dengan pemeriksaan
setempat dan disuruh untuk mengajukan kesimpulan, bahwa hal
tersebut sangat bertentangan dengan proses (audiet aulterem partem)
hak dan kepentingan para pihak diperhatikan;
4. Bahwa pihak Tergugat I tidak pernah menerima surat panggilan siding,
mohon lihat relas panggilannya, sebab Tergugat I berdomisili di
Makassar, bekerja di PT. PJK sejak tahun 2018, maka sewajarnya
pihak pengadilan/ Majelis Hakim Pengadilan Agama Sengkang,
menyampaikan panggilan sidang kepada Tergugat I, via Pengadilan
Agama Makassar namun kenyataannya hanya menyodorkan surat
panggilan kepada Tergugat III saja;
5. Surat-surat panggilan baik untuk Tergugat III maupun untuk Tergugat I
yang disodorkan kepada Tergugat III semua tidak ada tanggal
penyerahan surat panggilan tersebut;
Kiranya Majelis Hakim mempertimbangkan dan memberi izin kepada
Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III mengajukan jawaban terlebih
dahulu baru perkara ini diproses lanjut.
Jawaban pokok perkara.
Bahwa segala uraian dalam hal eksepsi tersebut di atas merupakan
bagian yang tak terpisahkan dengan pokok perkara ini;
Bahwa setelah pihak Tergugat, meneliti surat gugatan Penggugat
dalam hal ini, maka pihak Tergugat dengan tegas membantah dan
menolak seluruh dalil gugatan Penggugat, kecuali hal-hal yang diakui
sepanjang tidak merugikan hak dan kepentingan pihak Tergugat;
Bahwa tidak benar alasan dalil gugatan Penggugat yang
menyatakan para ahli waris almarhum Tjabbe (Cabbe) dengan
almarhumah Indo Tanra adalah para Penggugat dan Tergugat, sebab
yang benar almarhum Tjabbe semasa hidupnya 2 (dua) kali beristei yaitu
dengan istri kedua yang bernama almarhumah Imake dan punya 2 (dua)
orang anak, yaitu Syarifuddin bin Tjabbe alias Fodding dan Lacang bin
Tjabbe, keduanya masih hidup, maka tanpa melibatkan kedua anak
tersebut berarti Penggugat dalam hal ini tidak beritikad baik;
Begitupun dengan menyebut obyek sengketa kini sebagai budel
waris almarhum Tjabbe antara lain yaitu:
1. Rumah di BTN Pepabri;
2. Tanah kering/kabun di Waetuwo/Pasabaru.
Bahwa pihak Penggugat tidak beritikad baik dalam hal ini
mengungkap budel waris almarhum Tjabbe;
Itikad tidak baik dari pihak Penggugat tersebut lakukan karena
untuk menyembunyikan perbuatannya yang telah menggerogoti dan
menjual obyek budel waris, rumah di BTN Pepabri dan tanah kering/kabun
di Waetuwo/Pasabaru, dan menikmatinya tanpa memberikan hak waris
dari ahli waris lainnya yakni para Tergugat dan dua orang anak dari
Tjabbe tersebut;
Kini pihak Penggugat mencoba pula mengungkit seolah-olah obyek
sengketa masih berupa budel waris, padahal jelas dalam tahun 2004
obyek sengketa tersebut telah dibeli oleh ayah para Tergugatatas nama
Ibrahim sebagai pembeli dan sebagai penjual dikala itu adalah Penggugat
III dan Penggugat I;
Bahwa tanah seluas kurang lebih 50 m 2 pada persil No. 8 terletak
dibagian belakang rumah obyek sengketa, yang kini telah didirikan rumah
oleh pihak Tergugat, itu murni milik Tjabbe juga termasuk dalam lokasi
yang dibeli oleh ayah Tergugat pada tanggal 28 Januari 2004, hal mana
diakui oleh Penggugat benar lokasi itu satu kesatuan tanah Tjabbe
dengan alas hak sertifikat (SHM No.134 tanggal 15 Desember 1997);
Bahwa dari dalil Penggugat jelas terselip pengakuan adanya ayah
para Penggugat bernama Ibrahim pernah menemui pihak Penggugat
dengan minta untuk membeli warisan/harta peninggalan almarhum Tjabbe
yaitu tanah dan bangunan yang terletak di Jl. Irian No. 52 Sengkang (kini
obyek sengketa), hanya Penggugat keliru sebab justru tahun 2004 lah
telah terjadi jual beli antara pihak Penggugat dan ayah pihak Tergugat,
bukan tahun 2007;
Bahwa tidak benar dalil Penggugat yang menyangka yang telah
dibeli oleh Ibrahim (ayah para Tergugat) hanya rumah panggung di atas
tanah obyek sengketa sebab seharga Rp40.000.000,00 yang telah
dibayar oleh ayah para Tergugat kepada pihak Penggugat, sesuai
kwitansi masalah tanah dari bangunan/rumah;
Begitupula pihak Tergugat sangkali adanya dalil pihak Penggugat
yang menyatakan dari harga Rp40.000.000,00 tersebut, hanya diterima
Rp30.000.000,00 sebab Rp10.000.000,00 adalah berupa bagian
almarhumah Murni (ibu para Tergugat) yaitu dari hasil penjualan tanah
almarhum Tjabbe dan almarhumah Indo Tanra yang terletak di BTN
Pepabri Sengkang;
Sesuai pengetahuan dan kenyataan 2 (dua) lokasi budel waris
almarhum Tjabbe yaitu di BTN Pepabri dan tanah kering di
Waetuwo/Pasabaru tidak pernah dibagi waris, baik terhadap pihak
Tergugat maupun ahli waris lainnya yang berhak;
Bahwa memang sertifikat/SHM dari tanah sengketa kini dalam
penguasaan pihak Tergugat, karena lokasi tersebut telah menjadi milik
para Tergugat dibeli oleh ayah Tergugat, maka tidak ada kewajibannya
menurut hokum untuk menyerahkan sertifikat/SHM tersebut kepada
Penggugat;
Bahwa benar apabila budel waris almarhum Tjabbe/Indo Tanra
sebagai waris kepada semua ahli warisnya tapi perlu dijelaskan fakta
hukumnya yaitu budel waris almarhum Tjabbe/Indo Tanra kini adalah
rumah di BTN Pepabri tersebut dan tanah kering di Waetuwo/Pasabaru
sebab belum pernah terbagi terhadap para ahli waris yang berhak;
Sedangkan obyek sengketa kini sudah bukan lagi berupa budel
waris sebab sudah menjadi milik pihak Tergugat yang dibeli oleh ayah
Tergugat (Ibrahim) dari pihak Penggugat pada tahun 2004, juga fakta
yang tidak boleh ditutupi, yaitu ada dua orang ahli waris almarhum Tjabbe
yaitu anak dari istri kedua almarhum Tjabbe yaitu Sarifuddin bin Tjabbe
alias Fodding dan Lacang bin Tjabbe (maaf nama panggilan);
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dengan segala
kerendahan hati pihak Tergugat dalam hal ini mohon putusan:
• Mengabulkan eksepsi yang diajukan pata Tergugat;
• Menolak gugatan Penggugat seluruhnya;
• Setidaknya gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima;
• Menghukum Penggugat membayar biaya perkara seluruhnya.
Bahwa untuk singkatnya, maka semua berita acara dalam
persidangan perkara ini harus dianggap telah termasuk dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini.
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan para Penggugat
sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa pokok gugatan para Penggugat adalah
sengketa kewarisan dan pada identitas para pihak yang berperkara
adalah beragama Islam, maka kewenangan untuk memeriksa dan
mengadili perkara ini adalah Pengadilan Agama Sengkang sesuai dengan
maksud Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan disempurnakan kedua kalinya dengan Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009;
Menimbang, bahwa sesuai dengan maksud Pasal 154 RBg dan
PERMA Nomor 1 Tahun 2016, Majelis Hakim telah berupaya
mendamaikan para pihak untuk menyelesaikan masalah sengketa
kewarisan secara damai baik melalui mediasi dengan melalui Mediator
Hakim, Dra. Hj. SH, M.H., maupun melalui penasehatan Majelis Hakim
pada tahap awal persidangan, namun kedua upaya tersebut tidak berhasil
mencapai perdamaian;
Menimbang, bahwa setelah majelis memperhatikan secara cermat
permohonan sita para Penggugat ternyata sepanjang dalil para
Penggugat tidak satupun dalil yang diajukan oleh para Penggugat yang
dapat menunjukkan bahwa Tergugat disangka akan berupaya memindah
tangankan objek sengketa agar terhindar dari kepentingan para
Penggugat sehingga oleh karenanya permohonan sita jaminan para
Penggugat dipandang tidak beralasan;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 261 RBg penyitaan hanya
dapat dilakukan jika terdapat persangkaan yang kuat dan beralasan
bahwa Tergugat akan menggelapkan objek sengketa dengan maksud
untuk menjauhkan objek sengketa dari kepentingan para Penggugat dan
karena permohonan sita para Penggugat tidak beralasan, maka harus
ditolak berdasarkan Penentuan Hari Sidang Nomor
672/Pdt.G/2020/PA.Skg, tanggal 24 Juli 2020;
Menimbang, bahwa oleh karena upaya mediasi dan perdamaian
tidak tercapai, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
membacakan surat gugatan para Penggugat yang oleh para Penggugat
menyatakan tetap pada gugatannya.
Menimbang, bahwa para Penggugat dalam gugatannya pada
pokoknya mendalilkan sebagai berikut:
1. Bahwa sebagaimana Surat Keterangan Nikah yang dikeluarkan oleh
Kelurahan Atakkae yaitu Surat Nomor: 474.2/26/ATK/2020, tanggal 07
Juli 2020, dimana pada pokoknya menyebutkan pada tahun 1937 telah
terjadi Perkawinan antara (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra;
2. Bahwa dari Perkawinan (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra, telah
dilahirkan 4 (empat) orang anak yang bernama:
1. Hj. I Pammintong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
3. Bahwa (alm) Indo Tanra telah meninggal dunia pada tanggal 18
Oktober 1999 di Jl. Serikaya, Sengkang, Kabupaten Wajo dalam
keadaan beragama Islam dan (alm) Tjabbe telah meninggal dunia
pada tanggal 06 Desember 2003 di Jl. Serikaya, Sengkang, Kabupaten
Wajo dalam keadaan beragama Islam;
4. Bahwa selanjutnya, sekitar tahun 2019 (alm) Nurmi telah meninggal
dunia di Sengkang, Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam
dan meninggalkan Ahli Waris, yaitu:
1. Dedi Ibrahim (anak laki-laki kandung/anak pertama);
2. Muhibar (anak laki-laki kandung/anak kedua);
3. Wasiastuti (anak perempuan kandung/anak ketiga);
5. Bahwa dalam perkawinan (alm) Tjabbe dengan (alm) Indo Tanra,
selain meninggalkan Ahli Waris, juga meninggalkan warisan berupa
harta benda dalam bentuk tanah dan bangunan, yaitu:
• Sebidang tanah dan bangunan yang di atasnya berupa rumah
panggung/kayu dan terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, Desa
Pattirosompe, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, dengan alas
hak berupa Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15
Desember 1977, seluas 203 M , atas nama Cabbe, dengan batas-
2

batas sebagai berikut:


• Utara : Rumah Muh. Saleh.
• Selatan : Rumah (alm) Baharuddin.
• Timur : Rumah Lamba.
• Barat : Jl. Irian (Jl. Raya).
• Bahwa sebidang tanah dan bangunan dengan alas hak berupa
Sertifikat Hak Milik Nomor 134, tertanggal 15 Desember 1977 a
quo, dahulunya terletak di Desa Pattirosompe, Kecamatan Tempe,
namun karena telah terjadi pemekaran di Kabupaten Wajo, maka
saat ini sebidang tanah dan bangunan tersebut terletak di
Kelurahan Lapongkoda, Kecamatan Tempe;
6. Bahwa pada tanggal 21 Februari 2020, Kantor Kelurahan Atakkae
mengeluarkan Surat Keterangan Beda Identitas yaitu Surat Nomor:
474/31/ATK, tertanggal 21 Februari 2020, dimana pada pokoknya
menyebutkan nama yang tertulis dalam Sertifikat Hak Milik Nomor:
134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo berbeda dengan nama yang
tertulis dalam Surat Keterangan Kematian. Adapun nama yang tertulis
dalam Surat Keterangan Kematian adalah Tjabbe dan nama yang
tertulis dalam Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember
1977 adalah Cabbe;
7. Bahwa sebelum sebidang tanah dan bangunan tersebut didaftarkan
menjadi Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977,
Penggugat I meminta tolong kepada (alm) Tjabbe dengan memberikan
uang sebesar Rp. 11.250,00 (sebelas ribu dua ratus lima puluh rupiah)
(sebagaimana Kwitansi tertanggal 10 Maret 1975, dimana (alm) Tjabbe
selaku pembeli) untuk membeli sebidang Tanah dengan Persil No. 8
dengan luas 50 M yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, dimana
2
saat ini tanah tersebut terletak dibelakang rumah panggung (kayu) dan
telah dibangun rumah permanen;
8. Bahwa tanah milik Penggugat I tersebut, merupakan satu kesatuan
dengan tanah dan bangunan peninggalan (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, dengan alas hak
berupa Sertifikat Hak Milik Nomor: 134 tertanggal 15 Desember 1977,
sehingga tanah milik Penggugat I yaitu seluas 50 M dan warisan/harta
2

peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra berupa harta
benda dalam bentuk tanah dan bangunan hanya seluas 153 M ; 2

9. Bahwa sekitar tahun 2007, suami dari (alm) Nurmi dan/atau bapak dari
para Tergugat yaitu (alm) Ibrahim datang menemui Penggugat III
dengan niat untuk membeli warisan/harta peninggalan milik (alm)
Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yaitu tanah dan bangunan yang terletak di
Jl. Irian No. 52, Sengkang, yang mana kemudian Penggugat III pada
waktu itu belum dapat memberikan jawaban atas niat dari (alm)
Ibrahim, karena ingin mendiskusikan terlebih dahulu kepada
saudaranya yaitu Penggugat I dan Penggugat II;
10. Bahwa pada kenyataanya, para Penggugat tidak setuju dengan
permintaan suami dari (alm) Nurmi dan/atau bapak dari para Tergugat
yaitu (Alm) Ibrahim untuk membeli Tanah dan Bangunan yang terletak
di Jl. Irian No. 52, Sengkang, karena para Penggugat hanya setuju
menjual bangunan yaitu rumah panggung/kayu yang berada di atas
tanah warisan/harta peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra dengan harga Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
Adapun para Penggugat pada waktu itu, hanya menerima uang
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), dikarenakan harga
tanah yaitu Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) telah dikurangi
dengan bagian (alm) Nurmi dari hasil penjualan rumah milik (alm)
Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yang terletak di BTN Pepabri Sengkang
yaitu seharga Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
11. Bahwa oleh karena para Penggugat telah menjual rumah
panggung/kayu kepada suami dari (alm) Nurmi yaitu (alm) Ibrahim,
maka warisan/harta peninggalan milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra hanya menyisakan tanah seluas 153 M dengan alas hak
2

Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 yang


mana sampai saat ini warisan/harta peninggalan a quo belum pernah
dibagi warisnya (Selanjutnya disebut Objek Sengketa);
12. Bahwa sebelum (alm) Tjabbe meninggal dunia, Penggugat I selaku
anak tertua diamanahkan untuk menyimpan dan mengamankan
Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo.
Adapun sekitar tahun 2007, suami dari (Alm) Nurmi yaitu (Alm) Ibrahim
datang menemui Penggugat I untuk meminjam Sertifikat Hak Milik
Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a quo untuk jaminan
mengurus pinjaman kredit di salah satu Bank yang ada di Sengkang;
13. Bahwa pada kenyataannya, sejak saat itu sampai dengan saat ini (alm)
Ibrahim dan (alm) Nurmi yang telah meninggal dunia tidak pernah
menjaminkan Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember
1977 a quo di salah satu Bank yang ada di Sengkang dan juga tidak
pernah beritikad baik untuk mengembalikan Sertifikat a quo ke
Penggugat I;
14. Bahwa perbuatan (alm) Ibrahim dan (alm) Nurmi yang tidak
mengembalikan Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal tertanggal
15 Desember 1977 a quo mengakibatkan para Penggugat tidak dapat
melakukan pembagian harta waris atas warisan/harta peninggalan
milik (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra (objek sengketa), dikarenakan
sampai saat ini warisan/harta peninggalan a quo beserta alas haknya
yaitu Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977
berada dalam penguasaan ahli waris dari (Alm) Nurmi dan/atau cucu
dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra;
15. Bahwa perbuatan para Tergugat menguasai tanah seluas 153 M yang
2

terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang (Objek Sengketa) merupakan


Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad),karena tanah
seluas 153 M yang terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang dengan alas
2

hak Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 a


quo (Objek Sengketa) merupakan warisan dan/atau harta peninggalan
(alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra yang sampai saat ini belum pernah
dibagi dan/atau para Penggugat tidak pernah menjual ke pihak
manapun;
16. Bahwa atas penguasaan obyek sengketa tersebut para Penggugat
telah berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut, baik secara
kekeluargaan melalui via telepon maupun melalui kuasa hukumnya
para Penggugat juga telah berkali-kali melakukan peringatan kepada
para Tergugat sebagaimana surat-surat peringatan sebagai berikut:
• Surat Nomor: 004/SK/VI/2020, tertanggal 15 Juni 2020, Perihal:
SOMASI;
• Surat Nomor: 006/SK/VI/2020, tertanggal 21 Juni 2020, Perihal:
SOMASI II;
• Surat Nomor: 007/SK/VI/2020, tertanggal 26 Juni 2020, Perihal:
SOMASI terakhir;
17. Bahwa pada intinya surat-surat peringatan a quo dilayangkan dengan
harapan para Tergugat sadar atas perbuatannya karena menguasai
Objek Sengketa yang merupakan harta peninggalan orang tua para
Penggugat dan/atau kakek para Tergugat yang harus dibagi kepada
seluruh ahli waris sesuai dengan hukum islam dan/atau undang-
undang yang berlaku (Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) dan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam);
18. Bahwa meskipun para Penggugat telah berkali-berkali memperingati
para Tergugat, namun pada kenyataannya sampai dengan
diajukannya gugatan waris ini para Tergugat tetap tidak beritikad baik
dan tidak meninggalkan dan/atau menyelesaikan permasalahan atas
pembagian objek sengketa yang merupakan harta peninggalan orang
tua para Penggugat dan/atau kakek para Tergugat;
19. Bahwa objek sengketa merupakan warisan dari (alm) Tjabbe dan (alm)
Indo Tanra yang jatuh dan beralih kepada seluruh ahli waris yang sah
dan diakui secara hokum dan sampai sekarang belum pernah dibagi
warisnya. Oleh karena itu objek sengketa a quo harus dibagi kepada
semua ahli waris sesuai dengan Ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam;
20. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, objek sengketa dalam perkara
a quo mengacu kepada ketentuan KUHPerdata, dan prinsip yang
dianut dalam pembagian harta warisan sesuai ketentuan KUHPerdata
yaitu:
1). Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain)
apabila terjadinya suatu kematian (Pasal 830 KUHPerdata).
Dalam poin ini telah memenuhi prinsip tersebut yaitu:
• Bahwa (Alm) Indo Tanra telah meninggal dunia pada tanggal
18 Oktober 1999 di Jl. Serikaya, Sengkang, Kabupaten Wajo
dalam keadaan beragama Islam dan (alm) Tjabbe telah
meninggal dunia pada tanggal 06 Desember 2003 di Jl.
Serikaya, Sengkang, Kabupaten Wajo dalam keadaan
beragama Islam, yang meninggalkan 4 (empat) orang anak
yang bernama sebagai berikut:
1. Hj. I Pammitong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (Alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
• Bahwa (alm) Nurmi telah meninggal dunia di Sengkang,
Kabupaten Wajo dalam keadaan beragama Islam dan
meninggalkan 3 (tiga) orang anak (ahli waris), yaitu:
1. Dedi Ibrahim (anak laki-laki kandung/anak pertama);
2. Muhibar (anak laki-laki kandung/anak kedua);
3. Wasiastuti (anak perempuan kandung/anak ketiga);
2). Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali
untuk suami atau isteri dari pewaris (Pasal 832 KUHPerdata).
21. Bahwa berdasarkan prinsip tersebut, maka yang berhak mewaris
hanyalah orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan
pewaris. Baik itu berupa keturunan lansung maupun orang tua,
saudara, nenek/nenek atau keturunannya dari saudara-saudaranya.
Sehingga, sebagaimana ketentuan Pasal 174 Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Islam yaitu:
(1). Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah:
• Golongan laki-laki terdiri dari ayah, anak laki-laki, saudara
laki-laki, paman dan kakek.
• Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan,
saudara perempuan dari nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.
(2). Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat
warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda.
22. Bahwa menurut R. Santoso Pudjosubroto, hukum waris adalah hukum
yang mengatur apakah dan bagaimanakah hak-hak dan kewajiban
tentang harta benda seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan
beralih kepada orang lain yang masih hidup. Sehingga berdasarkan
golongan pada poin 18 dan 19, menunjukkan ahli waris dalam hal ini
yaitu para Penggugat selaku anak dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo
Tanra dan para Tergugat selaku anak dari (alm) Nurmi dan/atau cucu
dari (alm) Tjabbe dan (alm) Indo Tanra;
23. Bahwa seluruh objek sengketa a quo saat ini dikuasai oleh para
Tergugat yang mana hal tersebut sangat tidak berdasar dan
bertentangan dengan ajaran agama Islam dan ketentuan hukum yang
berlaku, sehingga para Penggugat menolak dengan tegas tindakan
perbuatan para Tergugat yang menguasai seluruh Objek Sengketa a
quo tanpa dasar dan tidak ada penjelasan yang transparan kepada
seluruh ahli waris, baik terkait surat bukti kepemilikan Objek Sengketa
tersebut;
24. Bahwa oleh karena Objek Sengketa beserta alas haknya yaitu
Sertifikat Hak Milik Nomor: 134, tertanggal 15 Desember 1977 dikuasai
oleh para Tergugat dan guna menjaga para Tergugat tidak bertindak
semena-mena terhadap Objek Sengketa maka bersama ini para
Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia memeriksa
perkara a quo berkenan membatalkan atau setidak-tidaknya
menangguhkan semua upaya atau tindakan yang mungkin akan
dilakukan para Tergugat dan dapat merugikan objek sengketa, dengan
terlebih dahulu menetapkan objek sengketa sebagai budel waris dan
juga meletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag) atas objek
sengketa;
25. Bahwa Penggugat memohon agar Putusan Perkara ini dapat
dilaksanakan terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad), meskipun
ada perlawanan, banding maupun kasasi;
Berdasarkan alasan-alasan yang telah para Penggugat uraikan dan
kemukakan diatas, mohon kiranya Pengadilan Agama Sengkang c.q
Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili perkara a quo,
berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan para Penggugat untuk
Seluruhnya;
2. Menyatakan dan menetapkan (Alm) Tjabbe dan (Alm) Indo Tanra
memiliki dan/atau meninggalkan 7 (tujuh) orang ahli waris, yaitu:
1. Hj. I Pammitong (anak perempuan kandung/anak pertama);
2. (Alm) Nurmi (anak perempuan kandung/anak kedua);
3. Hasnah (anak perempuan kandung/anak ketiga);
4. Abbas (anak laki-laki kandung/anak keempat);
5. Dedi Ibrahim (cucu laki-laki/anak kandung (Alm) Nurmi);
6. Muhibar (cucu laki-laki/anak kandung (Alm) Nurmi);
7. Wasiastuti (cucu perempuan/anak kandung (Alm) Nurmi/anak
ketiga);
3. Menyatakan dan Menetapkan Objek Sengketa adalah harta
peninggalan (Alm) Tjabbe dan (Alm) Indo Tanra sebagai harta warisan
yang belum terbagi dan dimasukkan ke dalam budel waris untuk
dibagi kepada seluruh Ahli Warisnya yang pembagiannya diatur
menurut ketentuan Hukum yang berlaku yaitu KUHPerdata dan Inpres
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam;
4. Menyatakan tanah dengan luas 50 M yang terletak dibelakang Objek
2

Sengketa, dimana saat ini telah dibangun rumah permanen


merupakan tanah milik Penguggat I;
5. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag)
atas Objek Sengketa;
6. Menyatakan Putusan dalam Perkara ini dapat dilaksanakan terlebih
dahulu (uit voerbaar bij voorraad), meskipun ada perlawanan,
banding maupun Kasasi;
7. Menghukum para Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.
Atau,
• Apabila Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili
Perkara a quo berpendapat lain, maka mohon kiranya diberikan
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono).
Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil gugatan para Penggugat
tersebut, para Tergugat tidak mengajukan jawaban karena para Tergugat
tidak pernah lagi datang menghadiri persidangan dan telah dipanggil
secara resmi dan patut, ketidak hadirannya tanpa alasan yang jelas;
Menimbang, bahwa karena salah sorang Tergugat hanya satu kali
datang dipersidangan sebelum tahap jawab menjawab, maka Tergugat
tidak mengajukan bantahan terhadap dalil-dalil gugatan para Penggugat;
Menimbang, bahwa sekalipun Tergugat tidak membantah dalil-dalil
gugatan para Penggugat, karena perkara ini adalah perkara warisan maka
tetap diperlukan pembuktian yang berkaitan dengan apakah antara ahli
waris dengan pewaris bisa saling mewarisi dan apakah ada harta warisan
yang ditinggalkan oleh pewaris;
Menimbang, bahwa para Penggugat untuk menguatkan dalil
gugatannya, mengajukan bukti tertulis berupa bukti P1. (surat pernyataan
ahli waris dan silsilah), bukti P2. (fotokopi keterangan nikah), P3. (fotokopi
keterangan kematian an. Indo Tanra), P4. (fotokopi keterangan kematian
an. Tjabbe), P5. (fotokopi beda identitas an. Cabbe), P6. (fotokopi kwitansi
pembayaran), P7. (fotokopi somasi I), P8. (fotokopi somasi II), P9.
(fotokopi somasi III), P10. (fotokopi KTP an. Hj. I Pamintong), P11.
(fotokopi KTP an. Hasnah dan P12. (fotokopi KTP an. Abbas), bukti surat
tersebut telah bermeterai cukup;
Menimbang, bahwa bukti P1 sampai dengan bukti P12 tersebut
bersifat partai, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang
untuk itu, memuat tanggal, hari dan tahun pembuatan serta
ditandatangani oleh pejabat yang membuat, sehingga telah memenuhi
syarat formil. Isi berhubungan langsung dengan yang disengketakan, isi
tidak bertentangan dengan hukum kesusilaan, agama, dan ketertiban
umum serta pembuatannya sengaja dibuat untuk dipergunakan sebagai
alat bukti sehingga memenuhi syarat materil, karena sudah memenuhi
syarat formil dan syarat materil sebagai akta otentik, maka bukti P1
sampai dengan bukti P12 tersebut mempunyai nilai pembuktian yang
sempurna dan mengikat, dengan demikian bukti tersebut dapat
dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa para Penggugat untuk menguatkan dalil
gugatannya, mengajukan 3 orangsaksi, ketiga orang saksi tersebut telah
menghadap di depan persidangan, diperiksa satu persatu, mengangkat
sumpah, memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
SAKSI I P, mengaku bertetangga dengan Penggugat, memberikan
keterangan pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa ayah dan ibu Hj. I Pamintong sudah meninggal, saksi tidak
mengetahui kapan meninggalnya;
• Bahwa Tjabbe dan Indo Tanra memiliki 4 orang anak, yaitu Hj. I
Pamintong, Hasnah, Nurmi dan Abbas;
• Bahwa Nurmi sudah meninggal pada tahun 2019, telah menikah dan
dikaruniai 3 orang anak, lebih dahulu Tjabbe meninggal daripada
Nurmi;
• Bahwa Tjabbe meninggal lebih darulu dari Indo Tanra,
• Bahwa Tjabbe meninggal dalam keadaan beragama Islam dan
meninggal karena sakit begitu juga semua anak-anaknya beragama
Islam;
• Bahwa Tjabbe tidak mempunyai istri selain Indo Tanra;
• Bahwa tanah dan rumah tersebut terletak di Jalan Irian, Kelurahan
Lapongkoda, Kecamatan tempe, Kabupaten Wajo, tanah dan rumah
tersebut 2 orang yang punya, yaitu I Pamintong dan Tjabbe.
• Bahwa Tanah I Pamintong terletak di belakang rumah Tjabbe, luas
keseluruhannya adal 203 M2, 50 meter milik I Pamintong dan 153
meter milik Tjabbe, sertifikat tanah tersebut dimiliki 2 orang karena
belum di pecah.
• Bahwa di atas tanah tersebut ada rumah kayu, batas-batasnya adalah
sebelah Barat Jalan Irian, sebelah Utara rumah Muhammad saleh,
sebelah Timur rumah H. Lamba, sebelah Selatan rumah Baharuddin;
• Bahwa rumah tersebut dibangun Nurmi, yang tinggal di rumah tersebut
adalah anak-anaknya Nurmi,
• Bahwa yang pegang sertifikat tanah tersebut adalah Wasiastuti,
karena Wasiastuti yang tinggal di rumah tersebut;
• Bahwa Wasiastuti yang pegang sertifkat tersebut karena dipinjam oleh
Ibrahim kepada I Pamintong untuk mengambil kredit di Bank, ternyata
Ibrahim tidak mengagumkan sertifikat tersebut;
• Bahwa Astuti yang tinggal di rumah tersebut karena rumah tersebut
dikasi oleh Nurmi;
• Bahwa saksi mengetahui hal tersebut karena mendengar dari orang-
orang yang ada disekitar rumah tersebut;
• Bahwa Nurmi yang tinggal di rumah tersebut, karena rumah tersebut
dibeli oleh Nurmi dari I Pamintong, tanahnya tidak dibeli oleh Nurmi;
• Bahwa rumah tersebut seharga Rp40.000.000,00(empat puluh juta
rupiah) dan Rp30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah) yang dibayar,
karena Nurmi sudah mengambil bahagiannya;
• Bahwa saksi mengetahui karena saksi melihat sendiri Nurmi
membayar kepada I Pamintong.
• Bahwa saksi sudah lupa waktunya, tetapi pembayarannya pada sore
hari.
SAKSI II P, mengaku teman Penggugat III, memberikan keterangan pada
pokoknyasebagai berikut;
• Bahwa ayah Penggugat III bernama Tjabbe, dan ibunya bernama Indo
Tanra, Tjabbe meninggal dunia pada tahun 2003, Indo Tanra
meninggal tahun 1999;
• Bahwa Penggugat III bersaudara 4 orang, yaitu Hj. I Pamintong,
Hasnah, Nurmi dan Abbas;
• Bahwa Tjabbe meninggal dalam keadaan beragama Islam, karena
sakit begitu juga semua anak-anak Tjabbe beragama Islam.
• Bahwa Tjabbe tidak mempunyai istri yang lain;
• Bahwa Nurmi telah meninggal pada tahun 2019, menikah dengan laki-
laki bernama Ibrahim, Ibrahim lebih dahulu meninggal dari pada Nurmi;
• Bahwa ada tanah dan rumah yang ditinggalkan oleh Tjabbe, terletak di
Jalan Irian yang seluasnya 153 M , bersertifikatnya No.134 dan saksi
2

pernah melihatnya;
• Bahwa masih ada tambahan tanah tersebut, tanahnya Hj. Ipamintong
seluas 50 M , tanah tersebut terletak dibagian belakan, lebih dahulu
2

tanah yang dibeli baru muncul sertifkat, jadi sertifkat antara tanah Hj. I
Pamintong dengan tanah Tjabbe digabung;
• Bahwa rumah tersebut dibeli oleh Ibrahim, dengan harga
Rp50.000.000.00 (lma puluh juta rupiah) akan tetapi hanya
Rp30.000.000.00 (tiga puluh juta) yang dibayar, karena dipotong untuk
bahagian Nurmi, Hj. I Pamintong yang menerimanya kemudian dibagi
kepada ketiga saudaranya;
• Bahwa saksi tidak melihatnya sewaktu dibayar, hanya dengar cerita
dari Abbas;
• Bahwa yang tinggal di rumah tersebut adalah Wasiatuti;
• Bahwa tanah tersebut belum pernah dibagi kepada ahli warisnya;
• Bahwa tanah dibelakang ada sebuah rumah permanen yang dibangun
oleh Ibrahim;
SAKSI III P, mengaku pernah bertetangga dengan Tjabbe (orang tua para
Penggugat), memberikan keterangan pada pokoknya sebagai berikut;
• Bahwa saksi tetangga dengan Tjabbe sejak tahun 1992, waktu itu
Tjabbe masih hidup, istri Tjabbe bernama Indo Tanra, mempunyai 4
orang anak, Tjabbe tidak mempunyai istri selain Indo Tanra;
• Bahwa Tjabbe meninggal pada tahun 2003, karena sakit tua, Indo
Tanra meninggal dunia pada tahun 1999, Tjabbe dan Indo Tanra
beragama Islam;
• Bahwa anak Tjabbe sekarang tinggal 3 orang yang masih hidup,
karena Nurmi telah meninggal dunia pada tahun 2019, anak-anak dan
cucu-cucunya Tjabbe, semua beragama Islam.
• Bahwa masalah yang dipermasalahkan pihak berperkara adalah harta
yang ditinggalkan oleh Tjabbe, yaitu tanah perumahan terletak di
Jalann irian yang luasnya 203 M , saksi tidak mengetahui berapa
2

panjang dan lebar tanah tersebut, saksi mengetahui, karena saksi


pernah menjadi Ketua RT tahun 1993 sampai 2016, ber sertikat
dengan nomor 134;
• Bahwa tidak semua tanah yang seluasnya 203 M milik Tjabbe, yang
2

50 M milik Hj. I Pamintong, karena tanah tersebut bersambung;


• Bahwa Hj. I Pamintong membeli tanah yang 50 M tersebut, dan
2

kwitansinya atas nama Tjabbe, akan tetapi uangnya milik Hj. I


Pamintong, saksi mengetahui dari Hj. I Pamintong, dan melihat
kwitansinya tahun 1975 seharga Rp11.250,00 (sebelas ribu dua ratus
lima puluh rupiah), milik Lamba, tanah tersebut sudah dibeli baru
muncul sertifikatnya;
• Bahwa batas-batas tanah tersebut adalah sebelah Barat Jalan irian,
sebelah utara rumah Muh. Saleh, sebelah Timur rumah Lamba,
sebelah Selatan rumah H. Bahar;
• Bahwa siasanya 153 M ada rumah kayu milik Tjabbe yang dibeli oleh
2

Ibrahim, saksi mengetahuinya karena diceritakan Ibrahim, harganya


Rp50.000.000,00(lima juta rupiah), tetapi yang dibayar hanya
Rp30.000.000,00(tiga puluh juta rupiah), karena dipotong untuk
bagian Nurmi sebesar Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah), dan
rumah Tjabbe di BTN PEPABRI, dan Rp30.000.000,00(tiga puluh juta
rupiah) diserahkan kepada ketiga saudara Nurmi;
• Bahwa pada tanah 50 M ada rumah batu permanen yang dibangun
oleh Ibrahim, saksi mengetahuinya karena diberitahu Ibrahim, anak-
anak Nurmi yang tinggal di rumah tersebut, akan tetapi rumah tersebut
sudah kosong sejak 1 tahun yang lalu;
• Bahwa tanahnya belum pernah dibagi;
• Bahwa anak-anak Nurmi tinggal di rumah tersebut karena anak-anak
Nurmi mengetahuinyta rumah tersebut dibeli orang tuanya.
Menimbang, bahwa ketiga orang saksi tersebut telah memberikan
keterangan di depan persidangan, bukan orang yang dilarang untuk
didengar sebagai saksi, mengucapkan sumpah dengan demikian telah
terpenuhi syarat formal alat bukti saksi. Keterangan yang diberikan
ketigasaksi tersebut didasarkan atas pengetahuan, penglihatan dan
pendengaran saksi dan keterangannya saling terkait dan bersesuaian
antara satu dengan lainnya maka kesaksian 3 orang saksi tersebut telah
memenuhi syarat materil kesaksian sehingga kesaksiannya mempunyai
nilai pembuktian yang dapat diterima dan dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa dari bukti saksi pertama, kedua dan ketiga
yang diajukan oleh Penggugat terbutki bahwa Tjabbe dan Indo Tanra
sudah meninggal, kedua orang tua Tjabbe lebih dahulu meninggal dunia,
memiliki 4 orang anak, yaitu Hj. I Pamintong, Hasnah, Nurmi dan Abbas,
Nurmi meninggal pada tahun 2019, telah menikah dan dikaruniai 3 orang
anak, Tjabbe meninggal lebih darulu dari Indo Tanra, Tjabbe meninggal
dalam keadaan beragama Islam dan meninggal karena sakit begitu juga
semua anak-anaknya beragama Islam, Tjabbe tidak mempunyai istri
selain Indo Tanra. Tanah perumahan terletak di Jalann irian yang luasnya
153 m2 yang belum terbagi kepada ahli warisnya;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan
pembagian harta warisan Tjabbe terlebih dahulu mempertimbangkan
penetapan ahli waris dari Tjabbe;
Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat dinyatakan lelaki
Tjabbe meninggal dunia pada tahun 2003, meninggal dunia karena sakit
dengan menganut agama Islam, dan meninggalkan empat orang anak,
yaitu Hj. I Pamintong, Hasnah, Nurmi dan Abbas, apa yang didalilkan
Penggugat tersebut ternyata tidak dibantah oleh Tergugat karena
Tergugat tidak pernah hadir;
Menimbang, bahwa dari saksi yang diajukan oleh Penggugat
Tjabbe meninggal dunia pada tahun 2003 dalam keadaan beragama
Islam dan penyebab meninggalnya karena sakit, dengan demikian
sejalan dengan Pasal 171 huruf (b) Kompilasi Hukum Islam yang
berbunyiِ“pewarisِadalahِorangِyangِpadaِsaatِmeninggalnyaِatauِyangِ
dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam,
meninggalkanِahliِwarisِdanِhartaِpeninggalan”, dengan demikian Tjabbe
meninggal dunia pada tahun 2003 dalam keadaan beragama Islam
karena sakit;
Menimbang, bahwa dari saksi yang diajukan Penggugat semasa
hidupnya Tjabbe menikah dengan Indo Tanra, dari pernikahan tersebut
melahirkan empat orang anak yaitu Hj. I Pamintong, Hasnah, Nurmi dan
Abbas dan sewaktu meninggal Tjabbe istrinya yang bernama Indo Tanra
dan kedua orang tua Tjabbe sudah meninggal dunia dan keempat orang
anaknya masih hidup, dari fakta tersebut terbukti bahwa pada waktu
Tjabbe meninggal pada tahun 2003 meninggalkan empat orang anak yaitu
Hj. I Pamintong, Hasnah, Nurmi dan Abbas, keempat anak tersebut bukan
orang yang terhalang menjadi ahli waris berdasarkan Pasal 173 huruf (a
dan b) Kompilasi Hukum Islam, selain itu anak-anak Tjabbe tersebut tidak
ada yang menghalangi (menghijab) menurut istilah ilmu faraid, dengan
demikian terbukti ahli waris Tjabbe adalah Hj. I Pamintong, Hasnah, Nurmi
dan Abbas;
Menimbang, bahwa dalam Pasal 171 huruf (e) Kompilasi Hukum
Islamِdijelaskanِ“hartaِwarisanِadalah harta bawaan ditambah bagian dari
harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit
sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz) pembayaran
utangِdanِpemberianِuntukِkerabat”;
Menimbang, bahwa pada waktu meninggalnya Tjabbe
meninggalkan warisan berupa tanah perumahan terletak di Jl. Irian No.
52, Sengkang, Kelurahan Lapongkoda, Kecamatan Tempe, Kabupaten
Wajo, dengan luasnya 153 M dengan batas-batasnya adalah sebelah
2

Barat Jalan Irian, sebelah Utara rumah Muhammad saleh, sebelah Timur
rumah H. Lamba, sebelah Selatan rumah Baharuddin;
Menimbang, bahwa karena ada perbedaan luas antara gugatan
dengan hasil pemeriksaan stempat (desente), maka yang dijadikan dasar
oleh Majelis Hakim adalah hasil pemeriksaan stempat yaitu lebar 10 m
dan panjang 13.30 m sama dengan 133 m2;
Menimbang, bahwa berapa bagian masing-masing ahli waris
almarhum Tjabbe, yang terdiri dari Hj. I Pamintong (anak perempuan),
Hasnah (anak perempuan), Nurmi (anak perempuan) dan Abbas (anak
laki-laki);
Menimbang, bahwa karena Tjabbe pada waktu meninggalnya,
bapaknya lebih duluan meninggal dan memiliki anak lebih dari satu (terdiri
dari satu orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan), anak laki-
laki tersebut berserikat dengan anak perempuan dalam memperoleh
bagian yaitu sisa (ashabah), karena anak laki-laki berkumpul dengan anak
perempuan maka bagai anak laki-laki sama dengan bagian dua anak
perempuan, berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 11;
ِۚ ۡ ُ ۡ ِّ ُ ۡ َ َّ ۡۖ ۡ ُ َٰ ۡ َ ٓ ُ ‫ُ ُ ه‬ ُ
.… ‫ي‬ ِ ‫وصيكم ٱَّلل ِ يف أول ِدكم ِللذك ِر ِمثل حظ ٱۡلنثي‬
ِ ‫ي‬
Artinya:
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan
bagianِduaِorangِanakِperempuan;ِ…
Menimbang, bahwa karena tidak ada ahli waris selain empat
orang anak, maka harta peninggalan Tjabbe jatuh kepada anak-anaknya;
Menimbang, bahwa karena anak Tjabbe secara keseluruhan
berjumlah empat orang (terdiri dari 1 orang anak laki-laki dan 3 orang
anak perempuan), dengan demikian karena bagian anak laki-laki sama
dengan bagian 2 anak perempuan, maka dengan demikian jumlah bagian
secara keseluruhan adalah 5 bagian;
Menimbang, bahwa untuk menyelesaikan pembagian warisan
secara tuntas tersebut, maka jumlah pembilang yang dipakai adalah (5)
dengan cara penyelesaian sebagai berikut:
• Bagian tiap-tiap anak adalah=
• Hj. I Pamintong (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian;
• Hasnah (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian;
• Nurmi (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian;
• Abbas (anak laki-laki) = 2/5 X 5 = 2 bagian;
Menimbang, bahwa untuk efektifnya pembagian warisan ini, maka
Majelis Hakim menghukum para Tergugat atau siapa saja yang
menguasai harta warisan tersebut untuk menyerahkan kepada ahli waris
lainnya sesuai dengan bagiannya masing-masing sebagaimana tersebut
di atas, dan apabila tidak dapat dibagi secara natura maka harta warisan
akan dijual lelang yang kemudian harganya dibagi kepada ahli wars
sesuai dengan bagiannya masing-masing;
Menimbang, bahwa sekalipun dalam petitumnya, para Penggugat
tidak meminta agar Tergugat atau siapa saja yang berada di atas harta
warisan tersebut dihukum untuk mengosongkannya untuk kemudian
diserahkan kepada ahli waris lainnya sesuai dengan bagiannya masing-
masing, namun karena Majleis Hakim berpendapat bahwa dictum tersebut
adalah merupakan satu kesatuan dari pembagian warisan, maka hal
tersebut tidak menyalahi asas ultra petitum partium;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan para Penggugat untuk
ditetapkan anak-anak Nurmi yaitu Dedi Ibrahim bin Ibrahim, Muhibar bin
Ibrahim dan Wasiastuti binti Ibrahim sebagai ahli waris;
Menimbang, bahwa sewaktu Tjabbe meninggal dunia pada tahun
2003 keempat anaknya masih hidup termasuk Nurmi ibu kandung para
Tergugat, karena ibu kandung para Tergugat masih hidup sewaktu Tjabbe
meninggal dunia, maka gugatan para Penggugat untuk ditetapkan para
Tergugat sebagai ahli waris Tjabbe adalah premature dengan demikian
gugat para Penggugat tidak dapat diterima;
Menimbang, karena tidak semua gugatan para Penggugat
dikabulka, maka gugatan para Penggugat selebihnya tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa terhadap protes atau keberatan dan eksepsi
atau jawaban Tergugat yang diajukan oleh kuasa para Tergugat pada saat
kesimpulan, Majelis Hakim berpendapat bahwa protes atau keberatan dan
eksepsi atau jawaban Tergugat tersebut diajukan diluar waktunya (bukan
lagi pada tahap jawab menjawab), dengan demikian protes atau
keberatan dan eksepsi atau jawaban Tergugat dikesampingkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat adalah pihak yang kalah,
maka sesuai maksud Pasal 192 RBg, Tergugat dihukum untuk membayar
seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini;
Memperhatikan segala ketentuan peraturan perundang-undangan
danِhukumِSyar’iِyang berkaitan dengan perkara ini;
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan para Penggugat sebagian;
2. Menetapkan meninggalnya Tjabbe pada tahun 2003;
3. Menetapkan ahli waris Tjabbe adalah:
• Hj. I Pamintong (anak perempuan);
• Hasnah (anak perempuan);
• Nurmi (anak perempuan); dan
• Abbas (anak laki-laki).
4. Menetapkan harta warisan Tjabbe adalah berupa tanah perumahan
terletak di Jl. Irian No. 52, Sengkang, Kelurahan Lapongkoda,
Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, luasnya 133 M dengan batas-
2

batas:
• Utara : Rumah Muh. Saleh.
• Selatan : Rumah (Alm) Baharuddin.
• Timur : Rumah Lamba.
• Barat : Jl. Irian (Jl. Raya).
5. Menetapkan bagian masing-masing ahli waris adalah:
• Hj. I Pamintong (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian dari harta
peninggalan Tjabbe;
• Hasnah (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian dari harta
peninggalan Tjabbe;
• Nurmi (anak perempuan) = 1/5 X 5 = 1 bagian dari harta
peninggalan Tjabbe;
• Abbas (anak laki-laki) = 2/5 X 5 = 2 bagian dari harta peninggalan
Tjabbe.
6. Menghukum para Tergugat atau siapa saja yang menguasai harta
warisan tersebut untuk menyerahkan kepada ahli waris lainnya dalam
keadaan kosong yang merupakan bagiannya dan apabila tidak dapat
dibagi secara natura maka harta warisan tersebut akan dijual lelang
yang kemudian harganya dibagi kepada ahli waris sesuai dengan
bagiannya masing-masing;
7. Tidak menerima selain dan selebihnya;
8. Menolak permohonan sita para Penggugat;
9. Menghukum para Tergugat untuk membayarbiaya perkara ini sejumlah
Rp2.179.000,00(dua juta seratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Agama Sengkang pada hari Selasa tanggal 9 Februari 2021
Miladiyah, bertepatan dengan tanggal 27 Jumadil Akhir 1442 Hijriyah, oleh
Hj. St. A, S.H., sebagai Ketua Majelis, Drs. H. M. A. dan Drs. N, masing-
masing sebagai Hakim Anggota yang diucapkan pada Selasa tanggal 16
Februari 2021 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 4 Rajab 1442
Hijriyah, oleh Dra. Hj. SH, M.H., sebagai Ketua Majelis, ARB, S.H.I., dan
H., S.H.I., masing-masing sebagai Hakim Anggota dalam sidang terbuka
untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dengan didampingi oleh Hj. F.,
S.Ag. sebagai Panitera Pengganti dihadiri oleh kuasa para Penggugat
dankuasa para Tergugat.
Hakim Anggota I, Ketua Majelis
ttd ttd
ARB, S.H.I. Dra. Hj. SH, M.H.
Hakim Anggota II,
ttd
H, S.H.I.
Panitera Pengganti,
ttd
Hj. F, S.Ag.

Perincian biaya perkara:


1. Pendaftaran Rp 30.000,00
2. Proses Rp 50.000,00
3. Biaya Panggilan Rp 900.000,00
4. PNBP Rp 40.000,00
5. Pemeriksaan setempat Rp 1.140.000,00
6. Materai Rp 9.000,00
7. Redaksi Rp 10.000,00
Jumlah Rp 2.179.000,00
(dua juta seratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah)

Anda mungkin juga menyukai