Anda di halaman 1dari 38

TAHUN

2022

RENCANA KINERJA TAHUNAN


DIREKTORAT
JENDERAL TENAGA KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen
Rencana KinerjaTahunan (RKT) Tahun 2022 Direktorat Jenderal Tenaga
Kesehatan Kementerian Kesehatan, dokumen ini merupakan penjabaran
dari Rencana Aksi Program tahun 2020-2024

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan


tahun 2022, yang disusun untuk menjaga keselarasan kegiatan per dapat tahun agar tetap
sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan adanya dokumen ini diharapkan digunakan sebagai
acuan dan arahan dalam dukungan manajemen dalam pelaksanaan tugas teknis pada program
pembangunan kesehatan, mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan, penganggaran, dan
evaluasi program / kegiatan tahun 2022.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun 2022
merupakan rencana pembangunan di bidang kesehatan masyarakat khususnya bidang
pengembangan sumber daya manusia Kesehatan setahun yang disusun untuk menjadi pedoman
dan arah bagi seluruh pelaksana kegiatan Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan dalam upaya
mencapai sasaran-sasaran pembangunan bidang kesehatan masyarakat khususnya bidang
pengembangan sumber daya manusia Kesehatan yang telah ditetapkan.
Atas segala masukan dan sumbangan pemikiran semua pihak yang telah berpartisipasi
mewujudkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun
2022 disampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga dokumen perencanaan ini bemanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kesehatan melalui
penyelenggaraan bidang pengembangan sumber daya manusia Kesehatan yang aman dan
bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.
Akhir kata, semoga dokumen ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam
mengevaluasi kinerja Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun 2022

Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan

drg. Arianti Anaya, MKM

III
DAFTAR ISI

Halaman

I. KATA PENGANTAR .......................................................................................................... II


II. DAFTAR ISI ...................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 5
1.2. Tugas dan Fungsi ..................................................................................................... 5
1.3. Struktur Organisasi ................................................................................................... 6
1.4. Potensi dan Permasalahan ........................................................................................ 7
1.4.1. Permasalahan ................................................................................................... 7
1.4.2. Peluang dan Solusi ............................................................................................ 7
1.5. Hambatan dan Upayah Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2022 .................. 8
1.5.1. hambatan ........................................................................................................ 8

BAB II ARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN


2.1. Kebijakan dan Strategis Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan ............................... 9
2.1.1. Kebijakan ....................................................................................................... 9
2.1.2. Strategi .......................................................................................................... 9
2.2. Program pada Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan .............................................. 10
2.3. Ketersediaan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan ................................................... 10
2.4. Sasaran Strategi .............................................................................................................. 15
2.4.1. Koordinasi Program dan Kegiatan PPSDM Kesehatan Dalam Mendukung
Sasaran Strategis Tahun 2020-2024 .......................................................... 16

BAB III POKOK – POKOK PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2021


3.1. Pagu dan Realisasi Capaian Kinerja Tahun Anggaran 2021 ................................... 17
3.1.1. Komposisi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan
TA 2021 Per Program ................................................................................. 17
3.1.2. Komposisi Realisasi Anggaran
Badan PPSDM Kesehatan TA 2021 ........................................................ 18
3.1.3. Pagu dan Realisasi lnsentif Tenaga
Kesehatan yang Menangani COVID-19 ........................................................ 20
3.1,4. Pagu dan Realisasi Program PPSDMK
Tahun 2021 Per Sumber Dana .............................................................................. 21
3.1,5. Komposisi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan
Per Kewenangan TA 2021 .................................................................................. 21

IV
3.2. Hasil Evaluasi Kinerja Anggaran dan Efisiensi ........................................................................ 22
3.2.1. Nilai Kinerja SMART DJA
Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2021 ......................................................... 22

BAB IV RENCANA KERJA TAHUNAN


4.1. Pokok- Pokok Kebijakan Rencana Kerja Tahunan 2022 ......................................... 24
4.1.1. Pagu Anggaran Pada Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Tahun Anggaran 2022 .......................... 24
4.1.2. Rencana Kerja Tahun 2022 ........................................................................ 26
4.2. Kerangka Pendanaan ........................................................................................... 96
4.2.1. Pagu Indikatif .............................................................................................. 96
4.2.2 Pagu Anggaran ............................................................................................ 97
4.2.3.Pagu Alokasi ................................................................................................ 98
4.2.4. Kronologis Penambahan Anggaran Insentif
Tenaga Kesehatan TA 2022 ........................................................................ 99

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 101

LAMPIRAN - LAMPIRAN

V
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan Kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya
program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa
setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Selanjutnya Menteri
Kesehatan mengamanahkan bahwa Renstra Kementerian Kesehatan harus dijabarkan
dalam Rencana Aksi Program Unit Eselon I dan seterusnya sampai ke Satker yang
disebut dengan Rencana Aksi Kegiatan (RAK). Selanjutnya dijabarkan menjadi
Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) dan ditetapkan dalam bentuk penetapan kinerja
Perjanjian kinerja merupakan pemyataan komitmen yang mempresentasekan tekad
dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam waktu satu tahun

1.2. Tugas dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021,
tentang Kementerian Kesehatan, Bagian Ketujuh (7) Direktorat Jenderal Tenaga
Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijkan
di bidang tenaga Kesehatan.Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderak
Tenaga Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan, pendayagunaan, pelatihan,


peningkatan kualifikasi, penilaian kompetensi, pengembangan karier, perlindungan,
da kesejahteraan tenaga Kesehatan

6
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan kebutuhan, pendayagunaan,
pembinaan, pelatihan, peningkatan kualifikasi, penilaian kompetensi, pengembangan
karier, perlindungan dan kesejahteraan tenaga Kesehatan
3. Penyusunan Norma, standar, prosedur dan kriteria di di bidang perencanaan
kebutuhan, pendayagunaan, pembinaan, pelatihan, peningkatan kualifikasi, penilaian
kompetensi, pengembangan karier, perlindungan dan kesejahteraan tenaga
Kesehatan
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang perencanaan kebutuhan,
pendayagunaan, pembinaan, pelatihan, peningkatan kualifikasi, penilaian
kompetensi, pengembangan karier, perlindungan dan kesejahteraan tenaga
Kesehatan
5. Pelaksanaan administraasi Direktorat Jenderal; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Menteri

1.3. Struktur Organisasi.

7
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri dan di Pimpin oleh Direktur Jenderal.

Selain mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan


kebijakan di bidan tenaga kesehatan, Direktortat Jenderal Tenaga Kesehatan juga
mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada seuma unsur
di lingkungan Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia,
Terkait Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomo 76 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Sekretariat Konsil
Kedokteran Indonesia, sedangkan untuk Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia Tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia

1.4. Potensi dan Permasalahan

1.4.1. Permasalahan

Keterpenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas belum


sesuai standar, Kompetensi Sumber Daya Manusia Kesehatan Puskesmas belum
optimal, Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan di rumah sakit belum sesuai
standar ( kekurangan tenaga spesialis)

1.4.2. Peluang Solusi

Percepatan pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas sesuai


standar, khusus untuk pemenuhan program prioritas ( tenaga gizi, tenaga
kesmas,tenaga promkes, tenaga ahli laboratorium, percepatan pemenuhan tenaga
spesialis di rumah sakit kabupaten / kota ( kelas C), peningkatan komptensi Sumber
Daya Manusia Kesehatan melalui Pelatihan.

1.5. Hambatan dan Upaya Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2022

1.5.1. Hambatan
1) Terkait dengan Belanja Modal Prasarana Gedung, sebagian besar masih dalam
proses evaluasi teknis pekerjaan (oleh Dinas PU-PR setempat);
8
2) Terkait Belanja Modal Sarana, sebagian barang di e-katalog belum tersedia;
sebagian barang ekatalog telah tersedia dan sudah di-klik (beli) dan sedang
dilakukan proses pembayaran;

3) Terkait dengan Belanja Kegiatan, terdapat kondisi sebagai berikut:


a. Kegiatan telah berlangsung tetapi proses pembayaran dilakukan di Semester
II (contoh: Tubel, Nakes Teladan

4) Terkait dengan Belanja Insentif Nakes,

5) Rendahnya realisasi dikarenakan adanya penurunan kasus sehingga jumlah


Nakes yang melayani COVID menurun

6) Terkait dengan Belanja PEN, untuk sentra vaksin di Poltekkes Kemenkes tidak
dilakukan pencairan anggaran karena pelayanan vaksinasi telah dapat dilakukan
melalui layanan rutin di faskes setempat

7) Kondisi dapat diatasi dengan pengangkatan PPPK atau retensi dokter meningkat
( skema permanen ), meningkatkan kembali dokter memalui program intersip
penugasan

a. Kegiatan adaptan sedang dalam proses penyelesaian konsolidasi dengan


Organisasi Profesi dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
b. Upaya Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2022.
1. Proses percepatan evaluasi teknis pekerjaan dan segera dilakukan
proses lelang
2. Bagi barang yang tidak tersedia di ekatalog dilakukan substitusi sesuai
dengan spesifikasi sesuai ketentuan, termasuk mempertimbangkan
TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri)
3. Pelaksanaan pembayaransesuai dengan jadwal kegiatan di Semester
II
4. Terkait capaian IKP Puskesmas Tanpa Dokter, 7,08% (tw 1) ➔
terdapat penambahan 122 puskesmas baru dibandingkan tahun 2021
(sehingga denominator bertambah), terdapat in-out dokter (pindah /
mutasi /melanjutkan pendidikan/meninggal), dokter yang ditempatkan
melalui penugasan khusus atau internsip telah selesai masa tugas.

9
5. Sisa Anggaran belanja insentif COVID dapat dimanfaatkan untuk
pembayaran insentif Nakes Semester II
6. Sisa anggaran dapat dianggarkan untuk antisipasi kebutuhan
anggaran penanganan COVID pada Semester II khusus, pasca
internsip. Data SISDMK per 9 Juni, Puskesmas Tanpa Dokter : 5,48%
(568/10.373 Puskesmas.

10
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN

2.1. Kebijakan dan Strategis Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan


2.1.1. Kebijakan
Pemenuhan dan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan

2.1.2. Strategi

1. Afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan strategis termasuk pengembangan


paket pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, farmasi dan alat kesehatan);
2. Afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas belajar) tenaga kesehatan di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah kurang diminati;
3. Pengembangan mekanisme re-distribusi tenaga kesehatan yang ditempatkan
di fasilitas pelayanan kesehatan yang didukung penyediaan insentif finansial
dan non finansial;
4. Afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga kesehatan yang
ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan;
5. Pengembangan mekanisme kerjasama pemenuhan tenaga kesehatan melalui
penugasan sementara dan kontrak pelayanan;
6. Perluasan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan fokus pada pelayanan
kesehatan dasar;
7. Pengembangan tenaga kesehatan untuk penguatan fungsi pelayanan
kesehatan dasar seperti promosi kesehatan dan perawat komunitas;
8. Penyesuaian program studi dan Lembaga Pendidikan bidang kesehatan
dengan kebutuhan dan standar; dan
9. Pemenuhan tenaga kesehatan sesuai standar dan tenaga non-kesehatan
termasuk tenaga sistem informasi dan administrasi keuangan untuk
mendukung tata kelola di fasilitas pelayanan Kesehatan

2.2. Program pada Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan

Program Dukungan Program Pelayanan Program Pendidikan


Manajemen Kesehatan dan JKN dan Pelatihan
Vokasi

Sasaran : Sasaran: SSasaran:


Meningkatkan koordinasi
pelaksanaan tugas, Meningkatnya Meningkatnya
pembinaan dan pemberian Pemenuhan SDM Ketersediaan SDM

11
2.3. Ketersediaan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan

Penyebaran dan pemenuhan tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyebutkan bahwa salah satu
pendekatan perencanaan SDM kesehatan adalah mengacu pada standar ketenagaan
berdasarkan rasio tenaga terhadap jumlah penduduk. Di mana berdasarkan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Target Rasio Kebutuhan SDMK Tahun 2014, 2019, dan 2025. Maka proyeksi
rasio kebutuhan SDMK untuk tahun 2025 untuk setiap 100.000 penduduk adalah: (a)
12 dokter spesialis, (b) 50 dokter umum; (c) 14 dokter gigi, (d) 200 perawat, (e) 130
bidan, (f) 21 perawat gigi, (g) 15 apoteker, (h) 30 asisten apoteker, (i) 18 SKM, (j) 20
sanitarian, (k) 12 ahli gizi, (l) 5 keterapian fisik, (m) 18 keterapian medis, (n) analis, (o)
biomedis, (p) epidemiolog, dan (q) tenaga laboratorium.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan puskesmas dapat dihitung berdasarkan
standar ketenagaan minimal di puskesmas mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas dan dengan perhitungan
kebutuhan tenaga di puskesmas berdasarkan beban kerja.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2019, ada 363.714 tenaga kesehatan


yang bertugas di puskesmas dengan proporsi terbesar adalah bidan yaitu sebesar
41,66% dan yang paling sedikit adalah dokter gigi (2,16%). Dari total 10.134
puskesmas seluruh Indonesia, hanya 44,25% puskesmas yang memiliki 5 jenis tenaga
promotif dan preventif kesehatan, meningkat dari 2018 yang mencapai 40%. Keterisian
puskesmas dengan 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan lengkap di provinsi lain rata-
rata masih di bawah 50%. Secara nasional terdapat 20% puskesmas yang kekurangan
dokter, 31,6% puskesmas dengan status jumlah dokter cukup, dan 48,4% puskesmas
yang memiliki jumlah dokter melebihi standar kebutuhan minimal. Ada tiga provinsi
yang memiliki lebih dari setengah puskesmasnya kekurangan tenaga dokter, yaitu
Provinsi Papua Barat (63,3%), Papua (58,2%), dan Maluku (51,7%). Sebaliknya,
terdapat 13 provinsi dengan persentase puskesmas yang memiliki jumlah dokter
berlebih terhadap total puskesmas di atas 50%. Terdapat 77,9% puskesmas memiliki
jumlah perawat melebihi dari standar yang ditetapkan. Hanya 15,8% puskesmas
dengan kategori kurang, dan 6,32% puskesmas dengan kategori cukup. Provinsi DKI
Jakarta memiliki persentase puskesmas dengan kekurangan perawat yang tinggi
(78%). Demikian pula untuk bidan, terdapat 83,5% puskesmas memiliki jumlah bidan
lebih dari standar yang ditetapkan. Hanya 12,91% puskesmas dengan kategori kurang,
dan 3,6% puskesmas dengan kategori cukup. Hanya dua provinsi memiliki persentase
12
puskesmas kekurangan tenaga bidan di atas 50%, yaitu DKI Jakarta sebesar 68,5%
dan Papua sebesar 53,26%.
Rasio tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) untuk setiap 1.000
penduduk meningkat dari 1,88 di tahun 2013 menjadi 2,51 pada tahun 2018. Jika
dilihat berdasarkan jenisnya, pada tahun 2021 per 1.000 penduduk, rasio tenaga
kesehatan dokter berada di angka 0,52, kemudian bidan berada di angka 1,70, dan
perawat berada di angka 2,28. Variasi rasio in cukup tinggi baik antar provinsi maupun
antar kabupaten/kota dalam suatu provinsi. Perlu pula diperhatikan rasio tenaga
kesehatan di bagian timur Indonesia dengan densitas populasi yang rendah, luas
wilayah jangkauan, maupun kondisi geografis serta ketersediaan infrastruktur yang
ada.
Jumlah dokter spesialis di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2021 sebesar
43.173 orang dengan proporsi terbanyak yaitu spesialis dasar: spesialis anak, spesialis
dalam, spesialis obgyn dan spesialis bedah (44.14%) dan proporsi paling sedikit yaitu
dokter gigi spesialis (10%). Pada tahun 2019, provinsi dengan jumlah dokter spesialis
terbanyak adalah DKI Jakarta, yaitu 6.174 orang dan Jawa Timur sebanyak 5.156
orang.
Sedangkan provinsi dengan jumlah dokter spesialis paling sedikit adalah
Sulawesi Barat (93 orang) dan Maluku (96 orang).
Masalah-masalah yang sering ditemukan terkait perencanaan kebutuhan SDMK
antara lain:

a. Adanya penafsiran yang berbeda oleh pemangku kepentingan yang terkait dan para
perencana SDMK di daerah terhadap kebijakankebijakan perencanaan kebutuhan
SDMK sehingga menimbulkan keraguan dalam memilih dan menggunakannya
dalam proses penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK;
b. Belum optimalnya kapasitas para perencana SDMK dalam merencanakan
kebutuhan SDMK di mana tingkatan administrasi pemerintahan;
c. Perencanaan SDMK masih kurang didukung sistem informasi manajemen SDMK
yang terintegrasi antar pemangku kepentingan;
d. Tim perencana SDMK di daerah belum berfungsi secara optimal dalam
perencanaan kebutuhan SDMK;
e. Pembinaan perencanaan SDMK secara berjenjang kurang terintegrasi dan belum
berkesinambungan; dan
f. Implementasi perencanaan SDMK kurang didukung dengan kebijakan lokal baik
kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota maupun pemerintah daerah provinsi.

13
Beberapa permasalahan perencanaan SDMK yang dihadapi pemerintah daerah saat
ini antara lain:

a. Komitmen pemerintah daerah dalam bentuk dukungan anggaran, peningkatan


kapasitas tenaga perencana SDMK, dan dukungan tindak lanjut terhadap
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK masih kurang;
b. Pelaporan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK secara berjenjang ke provinsi
dan pusat belum berjalan sebagaimana mestinya;
c. Belum mendapatkan laporan perencanaan kebutuhan SDMK secara periodik dari
pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi;

d. Perpindahan tenaga perencana SDMK yang sudah dilatih tentang perencanaan


SDMK masih tinggi;

Perencanaan kebutuhan yang baik dan terintegrasi dapat digunakan sebagai dasar
untuk penyediaan, pemenuhan dan pengembangan tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

Dalam hal produksi tenaga kesehatan, masalah yang ditemukan antara lain:

a. Kurangnya rumah sakit pendidikan dan dosen pendidik klinik dalam pendidikan
kedokteran;
b. Masih rendahnya rasio dosen dan mahasiswa pada pendidikan kedokteran dan
tenaga kesehatan;
c. Kurangnya kuota mahasiswa pendidikan tenaga kesehatan;

d. Terbatasnya fakultas kedokteran yang melaksanakan pendidikan dokter spesialis;


e. Masih rendahnya kualitas pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia bagian timur;
dan
f. Beasiswa pendidikan bagi putra daerah di daerah prioritas masih terbatas.

Beberapa solusi untuk mengatasi kesenjangan sebaran tenaga kesehatan di beberapa


daerah yang memiliki kekurangan tenaga dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya:

a. Penyusunan perencanaan kebutuhan dan perencanaan pemenuhan tenaga


kesehatan yang akurat;
b. Pembuatan regulasi tentang pengaturan tenaga kesehatan, dokter dan dokter gigi
yang berlebih di satu daerah, percepatan pemenuhan tenaga kesehatan di daerah,
dan pengaturan pendayagunaan tenaga kesehatan;

14
c. Pemenuhan tenaga kesehatan melalui mekanisme Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K);
d. Penempatan dokter internsip di puskesmas dan rumah sakit serta dokter paska
internsip;
e. Pendayagunaan tenaga kesehatan melalui penugasan khusus, pengangkatan
melalui DAK Nonfisik;
f. Meninjau kembali sistem pembiayaan kesehatan yang berdasar sistem kapitasi;

Data menunjukkan rasio dokter berbanding puskesmas mengalami peningkatan


dari 1,99 (Rifaskes, 2011) menjadi 2,08 dokter per puskesmas (Risnakes, 2017). Rasio
dokter per puskesmas di sebagian besar provinsi di wilayah barat Indonesia
menunjukkan peningkatan, sebaliknya di wilayah timur rasio dokter berbanding
puskesmas menunjukkan penurunan. Selain itu, terjadi disparitas keberadaan dokter di
puskesmas. Data Risnakes 2017 menunjukkan terjadi peningkatan ketiadaan dokter
puskesmas di provinsi wilayah timur Indonesia bila dibandingkan kondisi berdasarkan
hasil Rifaskes tahun 2011.
Berdasarkan data sebaran di atas, terlihat bahwa masih terdapat kesenjangan
distribusi di beberapa daerah, terutama untuk DTPK. Penyediaan tenaga kesehatan
menjadi sangat penting dalam pemenuhan kekurangan tenaga di puskesmas sebagai
garda terdepan dalam pemberian layanan kesehatan primer di suatu wilayah. Selain
itu, adanya pandemi COVID-19 menjadi tantangan dalam pemenuhan tenaga dari segi
jumlah maupun kualitas (kompetensi) tenaga kesehatan. Perlu adanya strategi
nasional yang efektif dan efisien antara lain melalui penyiapan proyeksi pemetaan
produksi tenaga kesehatan, perencanaan kebutuhan, pemenuhan dan pengembangan
tenaga kesehatan. Dengan adanya strategi tersebut, maka penyediaan tenaga
kesehatan dapat presisi dalam hal jumlah, jenis dan sebarannya di seluruh Indonesia.
Salah satu upaya menjawab tantangan pemenuhan tenaga kesehatan adalah dengan
akselerasi produksi tenaga kesehatan melalui pendidikan. Akselerasi tersebut berupa
pemberian afirmasi bantuan/beasiswa pendidikan bagi calon dokter/dokter gigi, dokter
spesialis/dokter gigi spesialis maupun SDM kesehatan, sehingga para penerima
afirmasi bantuan/beasiswa pasca pendidikan tersebut dapat didayagunakan dalam
pemenuhan tenaga erutama di DTPK. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian
Kesehatan juga dapat turut andil dalam pemenuhan tenaga di puskesmas sesuai
standar.
Berbagai upaya untuk mengurangi kesenjangan serta dalam rangka pemenuhan
akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk DTPK secara permanen
dilakukan melalui pengangkatan CPNS, sementara untuk penempatan yang bersifat
15
temporer dilakukan antara lain dengan pendayagunaan tenaga kesehatan melalui
penugasan khusus tenaga kesehatan; penempatan dokter, dokter gigi dan bidan
Pegawai Tidak Tetap
(PTT), penempatan dokter internship, pendayagunaan pasca pendidikan oleh
pemerintah daerah bagi lulusan yang mendapat bantuan dana pendidikan program
afirmasi pendidikan tinggi tenaga kesehatan (padinakes), rekrutmen tenaga dengan
menggunakan dana DAK Nonfisik, dan pengangkatan tenaga BLUD.
Pendayagunaan melalui penugasan khusus tenaga kesehatan dilakukan baik
secara tim maupun individu. Penugasan khusus secara tim terdiri dari dokter, dokter
gigi dan jenis tenaga kesehatan lainnya. Pendayagunaan secara individu merupakan
penugasan individual untuk dokter spesialis, calon dokter spesialis, dokter, dokter gigi
dan tenaga kesehatan lainnya. Untuk penugasan melalui PTT saat ini hanya untuk
PTT yang tersisa. Masih ada sisa penugasan PTT yang tidak bisa diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena usia telah melewati batas maksimal penerimaan
yaitu di atas usia 35 tahun saat pertama kali dilakukan pendaftaran. Pemberlakuan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi
CPNS, Pengangkatan yang antara lain tidak lagi mengizinkan pemerintah pusat dan
daerah melakukan rekrutmen tenaga honorer (kontrak) menimbulkan dilema dalam
pemenuhan tenaga kesehatan. Untuk itu diperlukan metode penempatan tenaga
kesehatan di puskesmas yang inovatif dan operasional. Dalam lima tahun ke depan,
penempatan tenaga dengan skema khusus akan dilanjutkan dan diperkuat melalui
inovasi yang tepat, khususnya untuk daerah DTPK.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, perlu didukung juga oleh
SDM Kesehatan yang profesional. Untuk menjamin terwujudnya standar kualitas dan
profesionalisme SDM Kesehatan perlu dilakukan pembinaan dan pengelolaan SDM
Kesehatan dengan memperhatikan kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Program
pelatihan SDM kesehatan menjadi sangat penting. Peningkatan keterampilan di bidang
klinik melalui on-the-job training (magang) dan peningkatan kemampuan bidang
manajerial untuk para kepala puskesmas dan dinas kesehatan melalui berbagai
pelatihan perlu dipertimbangkan dan diperkuat. Pendayagunaan beasiswa Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk program pendidikan kedokteran,
peningkatan kuota beasiswa tenaga kesehatan putra daerah, afirmasi pendidikan tinggi
tenaga kesehatan dan peningkatan kualitas dan distribusi pendidikan tinggi tenaga
kesehatan diharapkan dapat memacu ketersediaan SDMK, termasuk perlunya
simplifikasi proses adaptasi tenaga kesehatan WNI lulusan luar negeri untuk bekerja di
tanah air.

16
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) sebagai sumber
data tenaga kesehatan dan sudah banyak dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan vaksinasi nakes, insentif nakes, validasi usulan formasi (nusantara sehat,
maupun CASN) maupun kajian dalam penelitian kesehatan perlu diperkuat terkait
kepatuhan dan kualitas pengisian datanya. Sehingga diperlukan komitmen bersama
antara pemerintah pusat dan daerah serta penguatan dari sisi anggaran yang
mendukung secara berkesinambungan guna menjamin kelengkapan dan validitas data
tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan dukungan APBD untuk membangun
sinergisitas serta interoperabilitas data antar sistem yang ada di kementerian, lembaga
dan daerah.

2.4. Sasaran Strategi

Sasaran strategis Badan PPSDM Kesehatan yang akan dicapai pada tahun
2024 dalam pelaksanaan programnya selama lima tahun adalah sebagai
berikut:
1. Puskesmas tanpa dokter sebesar o %
2. Terpenuhinya Puskesmas dengan jenis tenaga Kesehatan sesuai standar
3. sebesar 83%
4. Terpenuhinya RSUD Kab/Kota yang memiliki dokter spesialis dasar
dan spesialis lainnya sebesar go%
5. Tersedianya SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensin sebanyak
167.742 orang

Sasaran strategis tersebut di-breakdown targetnya per tahun, dan


pencapaiannya didukung melalui delapan kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
2. Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
3. Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
5. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
6. Pelaksanaan Internsip Tenaga Kesehatan
7. Registrasi, Standardisasi, Pembinaan, dan Pengawasan Tenaga Kesehatan
8. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program

17
2.4.1. Koordinasi Program dan Kegiatan PPSDM Kesehatan Dalam
Mendukung
Sasaran Strategis Tahun 2020-2024

18
BAB III
POKOK-POKOK PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2021

3.1. Pagu dan Realisasi Capaian Kinerja Tahun Anggaran 2021

Pagu dan Realisasi berdasarkan Sistem Aplikasi Terpadu Direktorat


Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, pada Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Tahun 2021, adalah sebagai
berikut:

Kode Uraian Pagu Realisasi Sisa Persen

024.12 Badan 14.986.633.313.000 14.298.114.093.274 688.519.219.726 95,41 %


Pengembangan
dan
Pemberdayaan
SDM Kesehatan

Dalam mendukung tujuan dan sasaran strategis Kementerian


Kesehatan, di Badan PPSDM Kesehatan terdapat 1 (satu) program teknis
yakni program pelayanan Kesehatan dan JKN serta 2 program generic yaitu,
program Pendidikan dan vokasi serta dukunngan manajemen pelaksanaan
program, dengan komposisi pembagian anggaran per program sebagai
berikut:
3.1.1. Komposisi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan TA 2021 Per
Program
NO PROGRAM JUMLAH
1 24.12.DG Program Pelayanan Kesehatan 261,508,335,000
dan JKN

2 024.12.DL Program Pendidikan dan 2,312,676,409,000


Pelatihan Vokasi

3 024.12.WA Program Dukungan Manajemen 12,412,448,569,000

TOTAL 14,986,633,313,000

19
[-] Program Kegiatan Pagu Realisasi

-
[-] 02412.10 2079
-
5034 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan
Tinggi -

261.508.335.000 235.325.998.348 89,99


[-]
02412.DG 2075 Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
152.617.074.095
Program
Pelayanan 2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM
Kesehatan Kesehatan 65.113.762.325
dan JKN 2084 Registrasi, Standardisasi, Pembinaan dan
Pengawasan Tenaga Kesehatan 17.595.161.928

2.312.676.409.000 2.025.670.890.432 87,59


[-]
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia
02412.DL
Kesehatan 140.007.218.866
Program
Pendidikan 2077 Pendidikan SDM Kesehatan
50.778.218.415
dan
5034 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan
Pelatihan
Tinggi 1.434.960.152.858
Vokasi
5234 Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan
399.925.300.293

12.412.448.569.000 12.037.117.204.494 96,98


[-]
02412.WA 4399 Tata Kelola SDM
22.601.735.827
Program
4817 Dukungan Manajemen Pelaksanaan
Dukungan
Program di Badan Pengembangan dan
Manajemen
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan 12.014.515.468.667
Jumlah
14.986.633.313.000 14.298.114.093.274 95,41

20
3.1.2 Komposisi Realisasi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan TA 2021 Per Program
3 (tiga) indikator kinerja program Badan PPSDM Kesehatan mendukung
Program Pelayanan Kesehatan dan JKN yaitu Persentase Puskesmas Tanpa
Dokter, Persentase Puskesmas Dengan Jenis Tenaga Kesehatan Sesuai
Standar dan indikator Persentase RSUD Kabupaten/kota yang Memiliki 4
Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Lainnya. Sementara untuk
Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi diukur melalui indikator Jumlah SDM
Kesehatan yang Ditingkatkan Kompetensinya. Oleh karena tidak dapat
dilakukan breakdown anggaran per indikator kinerja program.

Komposisi anggaran Badan PPSDM Kesehatan yang terbesar justru dalam


Program Dukungan Manajemen Pelaksanaan Program untuk membiayai insentif
dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang membantu percepatan
penanganan COVID-19, sesuai dengan arahan Presiden.
Penempatan anggaran insentif tenaga kesehatan yang menangani COVID-
19 ini ditempatkan pada kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program PPSDM Kesehatan, dengan
pelaksananya adalah Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan. Realisasi
anggaran untuk insentif tenaga kesehatan, dapat dilihat pada tabel berikut:

3.1.3. Pagu dan Realisasi lnsentif Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID-19

NO PROGRAM PAGU REALISASI REALIS


ASI (%)
1 lnsentif nakes 10.471.222.531.000 10.181.479.085.958 97,23%
2 Santunan Kematian 171.500.000.000 171.300.000.000 99,88%
3 Fasilitasi Sentra 24.108.247.000 18.611.466.036 77,20%
Vaksinasi COVID-19
4 Fasilitasi lsolasi Terpusat 852.989.000 815.008.415 95,55%
Pasien Covid-19
5 Penyediaan Relawan 2.992.629.000 2.990.861.764 99,94%
dalam Penanganan
COVID-19
Total 10.670.676.396.000 10.375.196.422.173 97,23%

Monitoring realisasi anggaran insentif COVID-19 ini dilakukan mingguan


dan dilaporkan melalui Biro Perencanaan dan Anggaran, Setjen Kemenkes
untuk dikompilasi dan dilaporkan kepada Komite Percepatan COVID-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (KC- PEN).

21
Sementara itu realisasi Badan PPSDM Kesehatan per sumber dana
untuk Tahun 2021 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini:

3.1.4. Pagu dan Realisasi Program PPSDMK Tahun 2021 Per Sumber Dana

No Jenis Sumber Dana I Pagu Realisasi %


1 Rupiah Murni 14.019.318.765.000 13.527.626.904.823 96,49%

2 Penerimaan Negara Bukan 219.322.757.000 182.611.090.635 83,26%


Pajak
3 Badan Layanan Umum 745.559.237.000 636.599.794.672 85,39%

4 Hibah Langsung Dalam 162.000.000 162.000.000 100,00%


Negeri
5 Hibah Langsung Luar 2.270.554.000 2.270.554.000 100,00%
Negeri
Total 14.986.633.313.000 14.349.270.344.130 95,75%

Realisasi Anggaran Program PPSDM Kesehatan Tahun 2021


untuk Kantor Pusat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Nama Satker Pagu Realisasi %
1 PUSKATSDMK 172,311,201,733.00 98.40%
2 SETBADAN 10,790,238,379,000.00 10,490,728,389,674.00 97.22%
3 PUSLAT SDMK 27,136,225,000.00 26,276,551,376.00 96.83%
4 PUSDIK SDMK 48,284,091,000.00 46,635,843,416.00 96.59%

J
5 SET KTKI 37,435,576,000.00 35,707,218,768.00 95.38%
6 PUSRENGUN SDMK 556,511,898,000.00 486,354,106,797.00 87.39%

L TOTAL KANTOR
PUSAT
111,634,717,123,000.00 111,258,013,311,764.00I 96.76%

Sementara itu realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan


tahun 2021 berdasarkan kewenangan dapat dilihat pada gambar
berikut:

22
3.1.5. Komposisi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan Per Kewenangan TA 2021

Jenis Kewenangan Pagu Realisasi %


1 Kantor Pusat 11.634.717.123.000 11.258.013.311.764 96,76%
2 Kantor Daerah 3.248.508.717.000 3.005.575.718.271 92,52%
3 Dinas Kesehatan 103.407.473.000 85.681.314.095 82,86%
TOTAL 14.986.633.313.ooo I 14.349.270.344.130 I 95,75%

Dari gambar terlihat, komposisi anggaran per kewenangan terbesar


adalah di Kantor sebesar 77% dari alokasi anggaran tahun 2021.
Sedangkan anggaran per kewennangan terkecil pada dekonsentrasi
sebesar 1%.

3.2. HASIL EVALUASI KINERJA ANGGARAN DAN EFISIENSI

Kinerja anggaran Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2021 tergambarkan


dari nilai kinerja yang dipantau Kementerian Keuangan melalui Sistem
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu seperti tampak dalam gambar
berikut:

3.2.1. Nilai Kinerja SMART DJA Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2021

Nilai Kinerja Anggaran (NKA) Badan PPSDM Kesehatan tahun 2021


berdasarkan pantauan Sistem Monitoring Evalusi Terpadu Kemenkeu adalah

23
91,92. Nilai ini naik 6,79 dibandingan NKA Tahun 2020 yang mendapat nilai
85,13. NKA ini termasuk dalam kategori Sangat Baik. Penilaian ini
diperoleh berdasarkan nilai atas variabel:
1) Capaian Keluaran Program sebesar 100%;

2) Penyerapan anggaran sebesar 98%;

3) Konsistensi Penyerapan Anggaran terhadap Perencanaan 85.48%;

4) Efisiensi sebesar 19.2 %;

5) Capaian Sasaran Program 100%; dan

6) Rata-rata Nilai Satker 85.07%.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja anggaran dari Kementerian


Keuangan, efisiensi output program PPSDM Kesehatan adalah sebesar
19,2%. Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 Tahun 2021
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran Atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, angka 19,2%
tersebut menunjukkan bahwa Badan PPSDM Kesehatan sangat efisien dalam
memanfaatkan anggaran yang tersedia dalam upayanya mencapai target
indikator program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan.
Efisiensi di tingkat unit eselon I dipengaruhi dari capaian output program,
alokasi anggaran program dan realisasi anggarannya. Dengan realisasi
anggaran Badan PPSDM Kesehatan sebesar 95,75%, rata-rata capaian
output program bisa mencapai 175,35%.
Hasil evaluasi untuk efisiensi anggaran tahun 2021 ini lebih baik
daripada tahun 2020, dimana saat itu efisiensi Badan PPSDM Kesehatan
adalah 6,7% dengan rata-rata capaian output program 105,61% dan realisasi
anggaran 95,63%.
Tentunya hasil kinerja anggaran ini tidak terlepas pula dari performa
Satker, UPT Badan PPSDM Kesehatan dan Satker Dekonsentrasi yang tahun
2021 ini rata-rata nilai kinerjanya 85,07; meningkat 10,78 dari rata-rata nilai
tahun 2020 yang sebesar 74,29.

24
BAB IV

RENCANA KERJA TAHUNAN

4.1. Rencana Kerja Tahunan 2022

Program Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan meliputi peningkatan


pendanaan dan efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan program dan
kegiatan dilakukan melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara
signifikan sehingga mencapai 5% dari APBN dan anggaran fungsi pendidikan.
Pada tahun 2022 terdapat perubahan yang cukup signifikan dari sisi
organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, dimana Permenkes
tersebut dilatarbelakangi oleh Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021
tentang Kementerian Kesehatan.
.
4.1.1. Pagu Anggaran Pada Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Tahun Anggaran 2022.
[-] Program Kegiatan Jumlah
610,256,970,000
2075 Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 407,101,034,000
[-] 024.12.DG Program Pelayanan 2078 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM
Kesehatan dan JKN Kesehatan 176,964,347,000
2084 Registrasi, Standardisasi, Pembinaan, dan
Pengawasan Keprofesian Tenaga Kesehatan 26,191,589,000

2,954,010,904,00
0
2076 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan 361,659,344,000
[-] 024.12.DL Program Pendidikan
2077 Pendidikan SDM Kesehatan 289,612,204,000
dan Pelatihan Vokasi
5034 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan
1,665,330,884,00
Tinggi
0
5234 Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan 637,408,472,000
1,940,380,727,00
0
[-] 024.12.WA Program Dukungan 4399 Tata Kelola SDM 63,439,818,000
Manajemen 4817 Dukungan Manajemen Pelaksanaan
Program di Badan Pengembangan dan 1,876,940,909,00
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 0
5,504,648,601,00
Jumlah
0
.

25
4.2. kerangka Pendanaan
4.2.1. Pagu Indikatif
Pagu indikatif yang telah ditetapkan untuk Rencana Kinerja Tahunan
Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun Anggaran 2022 berdasarkan
ketetapan dengan nomor PR.04.01/I/1090/2021, tanggal 19 Juli 2021, hal
ketetapan Pagu Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
dalam Penyusunan RKAKL Tahun Anggaran 2022 Tanggal dan menindak lanjuti
surat dari Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia denga
Nomor : PR.01.05/I/14877/2021, tanggal 15 Juli 2021 hal Ketetapan Pagu
Kementerian Kesehatan Dalam Penyusunan RKAKL Tahun Anggaran 2022
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan dengan rincian
sebagai berikut:

selanjutnya dilakukan telaahan dan reviu oleh Biro Perencanaan dan


Anggaran, Inspektorat Jenderal IV kementerian Kesehatan sebagai acuan untuk
penetapan pagu anggaran. Pagu anggaran yang telah ditetapkan, selanjutnya
direview oleh biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes RI, sena Inspektorat
Jenderal IV Kemenkes RI. Setelah dilakukan review pagu anggaran, kemudian
dilakukan perbaikan sesuai dengan Catatan Hasil Review (CHR) Inspektorat
Jenderal Kemenkes RI.

26
4.2.2 Pagu Anggaran
Pagu Anggaran yang telah ditetapkan untuk Rencana Kinerja
Tahunan Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun Anggaran 2022
berdasarkan ketetapan dengan nomor PR.04.01/I1221/2021 tanggal 1
Agustus 2021, hal Perbaikan Distribusi Pagu Anggaran Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Tahun Anggaran
2022, dan menindak lanjuti surat dari Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia denga Nomor : PR.04.01/15063/2021
tanggal 27 Juli 2021, tanggal 02 Agustus 2021 hal Pagu Anggaran
Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2022 dan menindaklanjuti hasil
penelaahan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan dimana
ada perbedaan pagu fungsi pendidikan antara ADK dengan SBPA Tahun
Anggaran 2022, dengan ini disampai pagu Anggaran Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Tahun Anggaran
2022

selanjutnya dilakukan telaahan dan reviu oleh Biro Perencanaan dan


Anggaran, Inspektorat Jenderal IV kementerian Kesehatan sebagai acuan untuk
penetapan pagu anggaran. Pagu anggaran yang telah ditetapkan, selanjutnya
direview oleh biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes RI, sena Inspektorat
Jenderal IV Kemenkes RI. Setelah dilakukan review pagu anggaran, kemudian
dilakukan perbaikan sesuai dengan Catatan Hasil Review (CHR) Inspektorat
Jenderal Kemenkes RI.

27
4.2.3.Pagu Alokasi
Pagu Alokasi yang telah ditetapkan untuk Rencana Kinerja Tahunan
Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Tahun Anggaran 2022 berdasarkan
ketetapan dengan nomor PR.04.01/I/1571/2022, tanggal 8 Oktober 2021, hal
Ketetapan Pagu Alokasi Anggaran Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan Tahun Anggaran 2022, dan menindak lanjuti surat dari
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia denga Nomor :
PR.04.01/I/8535/2021, tanggal 5 Oktober 2021, hal Pagu Alokasi Kesehatan
Tahun Anggaran 2022, dengan ini disampai Resdistribusi ketetapan pagu
Alokasi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Tahun
Anggaran 2022:

selanjutnya dilakukan telaahan dan reviu oleh Biro Perencanaan dan


Anggaran, Inspektorat Jenderal IV kementerian Kesehatan sebagai acuan untuk
penetapan pagu anggaran. Pagu anggaran yang telah ditetapkan, selanjutnya
direview oleh biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes RI, sena Inspektorat
Jenderal IV Kemenkes RI. Setelah dilakukan review pagu anggaran, kemudian
dilakukan perbaikan sesuai dengan Catatan Hasil Review (CHR) Inspektorat
Jenderal Kemenkes RI.

Penetapan pagu alokasi anggaran dilaksanakan oleh Direktorat


Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes. Pagu alokasi anggaran yang telah
ditetapkan, direview kembali oleh tim perencana dari Tim Perencanaan dan
Anggaran Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, untuk dijadikan bahan review
oleh, biro perencanaan dan anggaran Kemenkes dan Inspektorat Jenderal
Kemenkes. Setelah hasil perbaikan CHR pagu alokasi anggaran, dilanjutkan
dengan review bersama direktorat jenderal anggaran Kementerian Keuangan RI.
28
Setelah dilakukan review oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian
keuangan, pagu alokasi anggaran Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan yang
telah disetujui oleh DJA Kemenkeu, di tetapkan menjadi DIPA petikan Direktorat
Jenderal Tenaga Kesehatan tahun 2023. Daftar isian pelaksanaan anggaran
(dipa) induk tahun anggaran 2022 dengan nomor dipa nomor : dipa-024.12-
0/2022 tanggal 17 November 2022.

.2.4. Kronologis Penambahan Anggaran Insentif Tenaga Kesehatan TA 2022


1. Revisi DIPA ke-3
Penambahan anggaran bersumber BA BUN senilai
Rp5.792.542.794.000,00 sesuai surat Direktur Jenderal Anggaran a.n
Menteri Keuangan Nomor S-77/MK.2/2022 tanggal 24 Maret 2022 Hal
Penetapan Satuan Anggaran Bagian Anggaran 999.08 (SABA 999.08) dari
BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA Kementerian
Kesehatan (BA 024) untuk Tambahan Anggaran Penanganan Covid-19
pada Unit Ditjen Tenaga Kesehatan TA 2022 Tahap I dengan rincian
peruntukan sbb
a. Insentif Nakes sebesar Rp5.768.193.858.000,00,
b. Penyediaan Relawan sebesar Rp16.265.000.000,00,
c. Sentra Vaksinasi sebesar Rp8.083.936.000,00.

2. Revisi DIPA ke-5


Penambahan anggaran bersumber BA BUN senilai
Rp22.075.529.000,00 sesuai surat Direktur Jenderal Anggaran a.n Menteri
Keuangan Nomor S-129/MK.2/2022 tanggal 12 Mei 2022 Hal Penetapan
Satuan Anggaran Bagian Anggaran 999.08 (SABA 999.08) dari BA BUN
Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA Kementerian Kesehatan
(BA 024) untuk Tambahan Anggaran Pembayaran Tunggakan Pemberian
Insentif Kesehatan TA 2021 Tahap II

3. Revisi DIPA ke-6


Penambahan anggaran bersumber BA BUN senilai
Rp98.541.257.000,00 sesuai surat Direktur Jenderal Anggaran a.n Menteri
Keuangan Nomor S-133/MK.2/2022 tanggal 13 Mei 2022 Hal Penetapan
Satuan Anggaran Bagian Anggaran 999.08 (SABA 999.08) dari BA BUN
Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA Kementerian Kesehatan
(BA 024) untuk Tambahan Anggaran Pembayaran Tunggakan Pemberian
Insentif Tenaga Kesehatan TA 2021 Tahap III
29
4. Revisi DIPA ke-7
Penambahan anggaran bersumber BA BUN senilai
Rp34.260.358.000,00 sesuai surat Direktur Jenderal Anggaran a.n Menteri
Keuangan Nomor S-150/MK.2/2022 tanggal 1 Juni 2022 Hal Penetapan
Satuan Anggaran Bagian Anggaran 999.08 (SABA 999.08) dari BA BUN
Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) ke BA Kementerian Kesehatan
(BA 024) untuk Pembayaran Tunggakan Pemberian Insentif Tenaga
Kesehatan TA 2021 Tahap IV

5. Revisi DIPA ke-11


Pergeseran rincian anggaran insentif nakes tahun 2022 untuk
pembayaran tunggakan insentif nakes tahun 2021 tahap V senilai
Rp20.756.003.000,00 dan tunggakan insentif nakes tahun 2021 tahap VI
senilai Rp 15.255.114.000,00

6. Revisi DIPA ke-14


Pergeseran rincian anggaran insentif nakes tahun 2022 untuk
pembayaran tunggakan insentif nakes tahun 2021 tahap VII senilai
Rp17.939.286.000,00

7. Revisi DIPA ke-16


Pergeseran rincian anggaran insentif nakes tahun 2022 untuk
pembayaran tunggakan insentif nakes tahun 2021 tahap VIII senilai
Rp14.767.858.000,00

8. Revisi DIPA ke-19


Pengembalian anggaran PEN (insnetif nakes, penyediaan relawan
dan sentra vaksin) ke BA BUN senilai Rp2.402.108.476.000,00 sesuai
surat Direktur Jenderal Anggaran a.n Menteri Keuangan Nomor S-
495/MK.2/2022 tanggal 17 November 2022 Hal Penetapan Revisi SP
SABA 999.08 pada Kementerian Kesehatan (BA 024) Nomor S-
77/MK.2/2022 tanggal 24 Maret 2022, S-86/MK.2/2022 tanggal 5 April
2022 dan S-99/MK.2/2022 tanggal 19 April 2022

30
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan ( RKT) Direktorat Jenderal Tenaga


Kesehatan Tahun 2022 merupakan salah satu upaya untuk menciptakan arah
yang lebih jelas, target kerja yang lebih teratur serta pengelolaan sumber daya
yang lebih efektif dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan Direktorat Jenderal
Tenaga Kesehatan Tahun 2022, sebagaimana tertuang dalam rencana strategis
Kementerian Kesehatan periode 2020-2024. Perencanaan program disusun
secara bottom up dari masing masing program dan kegiatan berdasarkan arah
perkembangan organisasi. Alokasi anggaran yang tersedia dan diatur dalam
mekanisme pengusulan biaya yang berlaku serta sesuai kebutuhan sehingga
tercapaiefisiensi dan peningkatan kinerja.

31
Lampiran Lampiran

Anda mungkin juga menyukai