PENDAHULUAN
• Identifikasi reseptor sensitif di sekitar yang kemungkinan akan terdampak oleh emisi
kegiatan operasi PT Trisula Alambhana Persada;
AERMET adalah model meteorologi yang menghitung parameter angin dan suhu per jam
pada grid tiga dimensi. Parameter dua dimensi terkait seperti mixing height, karakteristik
permukaan, dan sifat dispersi juga ditampilkan AERMET. Produk AERMET adalah berkas
meteorologi yang dipergunakan oleh AERMOD untuk memprediksi gerakan polutan udara.
AERMOD adalah model tiga dimensi kepulan Gauss kondisi non tunak yang
dikembangkan oleh US Environmental Protection Agency (USEPA) untuk dipergunakan
dalam kondisi model Gauss dasar tidak efektif. Kondisi ini termasuk kondisi stagnan, yang
dicirikan dengan kondisi tanpa angin atau kecepatan angin sangat rendah dengan arah yang
berubah-ubah. Sistem pemodelan AERMOD memiliki kemampuan pemodelan dengan
perubahan angin dan turbulensi secara spasial. Hal ini penting untuk pemodelan di lokasi
dengan topografi yang kompleks, transpor jarak jauh, dan kondisi mendekati tanpa angin
atau tenang. Dengan demikian AERMOD dipakai untuk pemodelan dalam kajian ini.
1
Tabel 2. 1 Parameter Masukan Model
Parameter Masukan
AERMET
Grid meteorologi 18 km x 18 km
Koordinat acuan pusat grid (Zona: 49S )
Stasiun meteorologi
Luaran model prediksi numerik AERMET
Permukaan
2
tahun). Data ini kemudian diolah dengan AERMET, yang merupakan pengolah data
meteorologi untuk AERMOD.
3
Data Analisa Angin
No Tahun Bulan Jam Bujur Lintang U10 V10 U V α Kuadran ∏ Arah datang Kecepatan Keterangan Arah Datang Arah Bertiup Keterangan Bertiup
1 2022 1 0 110.12 -2.25 0.867961 -1.269587 -0.867961 1.269587 0.97112379 K4 5.681123793 326 1.54 BARAT LAUT 146 TENGGARA
2 2022 1 1 110.12 -2.25 1.001625 -0.79728 -1.001625 0.79728 0.6722889 K4 5.382288904 309 1.28 BARAT LAUT 129 TENGGARA
3 2022 1 2 110.12 -2.25 1.95524 0.107036 -1.95524 -0.107036 0.05468856 K3 4.655311435 267 1.96 BARAT 87 TIMUR
4 2022 1 3 110.12 -2.25 3.441857 0.818136 -3.441857 -0.818136 0.23337093 K3 4.476629074 257 3.54 BARAT 77 TIMUR
5 2022 1 4 110.12 -2.25 4.180826 0.587965 -4.180826 -0.587965 0.1397174 K3 4.570282601 262 4.22 BARAT 82 TIMUR
6 2022 1 5 110.12 -2.25 3.712282 0.233559 -3.712282 -0.233559 0.06283239 K3 4.647167607 266 3.72 BARAT 86 TIMUR
7 2022 1 6 110.12 -2.25 3.333604 -0.209184 -3.333604 0.209184 0.06266794 K4 4.772667938 274 3.34 BARAT 94 TIMUR
8 2022 1 7 110.12 -2.25 3.317077 -0.293826 -3.317077 0.293826 0.0883492 K4 4.798349203 275 3.33 BARAT 95 TIMUR
9 2022 1 8 110.12 -2.25 3.635017 -0.045531 -3.635017 0.045531 0.01252501 K4 4.722525009 271 3.64 BARAT 91 TIMUR
10 2022 1 9 110.12 -2.25 3.472845 -0.155161 -3.472845 0.155161 0.04464866 K4 4.754648662 273 3.48 BARAT 93 TIMUR
11 2022 1 10 110.12 -2.25 3.012151 -0.595089 -3.012151 0.595089 0.19505101 K4 4.905051008 281 3.07 BARAT 101 TIMUR
12 2022 1 11 110.12 -2.25 2.25087 -1.022523 -2.25087 1.022523 0.42640665 K4 5.136406652 294 2.47 BARAT LAUT 114 TENGGARA
13 2022 1 12 110.12 -2.25 2.288056 -1.490255 -2.288056 1.490255 0.5773021 K4 5.287302103 303 2.73 BARAT LAUT 123 TENGGARA
14 2022 1 13 110.12 -2.25 2.002136 -1.422682 -2.002136 1.422682 0.61779279 K4 5.327792793 305 2.46 BARAT LAUT 125 TENGGARA
15 2022 1 14 110.12 -2.25 2.413455 -1.400509 -2.413455 1.400509 0.52580238 K4 5.235802378 300 2.79 BARAT LAUT 120 TENGGARA
16 2022 1 15 110.12 -2.25 2.405605 -1.926135 -2.405605 1.926135 0.67515929 K4 5.385159286 309 3.08 BARAT LAUT 129 TENGGARA
17 2022 1 16 110.12 -2.25 1.806496 -2.430469 -1.806496 2.430469 0.931616 K4 5.641616004 323 3.03 BARAT LAUT 143 TENGGARA
18 2022 1 17 110.12 -2.25 1.193339 -2.786107 -1.193339 2.786107 1.1661189 K4 5.8761189 337 3.03 UTARA 157 SELATAN
19 2022 1 18 110.12 -2.25 1.253044 -2.851568 -1.253044 2.851568 1.15677313 K4 5.866773133 336 3.11 UTARA 156 SELATAN
20 2022 1 19 110.12 -2.25 1.047694 -3.024899 -1.047694 3.024899 1.2373709 K4 5.947370899 341 3.20 UTARA 161 SELATAN
21 2022 1 20 110.12 -2.25 0.958447 -2.970348 -0.958447 2.970348 1.25867181 K4 5.968671807 342 3.12 UTARA 162 SELATAN
22 2022 1 21 110.12 -2.25 1.159459 -2.48502 -1.159459 2.48502 1.13424088 K4 5.844240876 335 2.74 UTARA 155 SELATAN
23 2022 1 22 110.12 -2.25 0.610964 -2.252738 -0.610964 2.252738 1.3059575 K4 6.015957495 345 2.33 UTARA 165 SELATAN
24 2022 1 23 110.12 -2.25 0.224436 -2.220535 -0.224436 2.220535 1.47006547 K4 6.180065471 354 2.23 UTARA 174 SELATAN
25 2022 1 0 110.12 -2.25 0.643399 -1.63895 -0.643399 1.63895 1.19671339 K4 5.90671339 339 1.76 UTARA 159 SELATAN
26 2022 1 1 110.12 -2.25 1.255936 -1.95605 -1.255936 1.95605 1.00001059 K4 5.710010592 327 2.32 BARAT LAUT 147 TENGGARA
- - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -- - - - - - -
8759 2022 12 22 110.12 -2.25 1.960612 -4.881748 -1.960612 0.38190292 0.19237866 K4 4.902378656 281 2.00 185 101 TIMUR
8760 2022 12 23 110.12 -2.25 2.0637 -4.560072 -2.0637 0.42497966 0.20309182 K4 4.913091817 282 2.11 185 102 TIMUR
4
Wind Rose
5
Frekuensi Distirbusi
No Directions / Wind Classes (m/s) 0.50 - 2.10 2.10 - 3.60 3.60 - 5.70 5.70 - 8.80 8.80 - 11.10 >= 11.10 Total (%)
Calms 7.88
Missing/Incomplete 0.01
Total 100.00
Frekuensi Count
Directions /
Wind Classes
No (m/s) 0.50 - 2.10 2.10 - 3.60 3.60 - 5.70 5.70 - 8.80 8.80 - 11.10 >= 11.10 Total
3 135 - 225 8 3 0 0 0 0 11
Calms 690
Missing/Incomplete 1
Total 8760
6
Untuk keperluan masukan Aermod, titik-titik reseptor dimodelkan dalam bentuk jaringan
reseptor representatif (grid). Distribusi konsentrasi polutan dihitung berdasarkan jaringan
reseptor ini. Dalam model ini, jaringan reseptor dimodelkan sebagai jaringan kartesian
dengan PT Trisula Alambhana Persada sebagai titik pusat, dan titik reseptor ditempatkan
dalam grid 300 m x 300 m. Dengan demikian ada 6400 titik reseptor representatif.
7
Tabel 2.3 Molecular Weight
Komponen Mw(g/mol)
C12H26 170.33
O2 32.00
N2 28.01
CO2 44.01
H2O 18.02
CO 28.01
P (KVA) 1500.00
T (jam) 8.00
8
Tabel 2.2. Perhitungan Neraca Massa
C12H26 170.33 267.750 1.572 0.009 -1.000 -0.008 -1.000 -0.314 1.249 0.007 212.772 0.040
O2 32.00 1177.980 36.812 0.208 -18.500 -0.155 -12.500 -3.930 32.727 0.181 1047.260 0.197
N2 28.01 3879.457 138.483 0.783 0.000 0.000 0.000 0.000 138.483 0.767 3879.457 0.729
CO2 44.01 0.000 0.000 0.000 12.000 0.101 0.000 0.000 0.101 0.001 4.427 0.001
H20 18.02 0.000 0.000 0.000 13.000 0.109 13.000 4.087 4.196 0.023 75.597 0.014
CO 28.01 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 12.000 3.773 3.773 0.021 105.674 0.020
Total 5325.188 176.867 1.000 5.500 0.046 11.500 3.616 180.528 1.000 5325.188 1.000
N2 + O2 2NO
Partikulat yang biasa ditemukan dalam emisi pembakaran termasuk karbon hitam (black
carbon), yang merupakan fraksi partikel yang belum terbakar sempurna dalam bahan bakar
seperti diesel atau solar. Partikulat ini, bersama dengan partikel lain yang terbentuk selama
pembakaran, merupakan salah satu kontributor utama polusi udara dan memiliki dampak
negatif pada kualitas udara dan kesehatan.
Untuk mengetahui total partikulat kondisi pembakaran dan jenis bahan bakar yang
digunakan, sulit memberikan nilai pasti untuk jumlah partikulat yang dihasilkan.
Komposisi partikulat yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor,
seperti jenis teknologi pembakaran, suhu pembakaran, kandungan logam dan senyawa lain
dalam bahan bakar, dan sebagainya.
Untuk menghitung jumlah partikulat secara tepat, perlu dilakukan analisis laboratorium
yang lebih mendalam dan pengujian spesifik yang melibatkan pembakaran dodekana
dalam kondisi tertentu. Data ini akan memberikan informasi lebih lanjut tentang jenis dan
jumlah partikulat yang dihasilkan dari proses pembakaran.
9
Untuk menghitung jumlah partikulat secara tepat, perlu dilakukan analisis laboratorium
yang lebih mendalam dan pengujian spesifik yang melibatkan pembakaran dodekana
dalam kondisi tertentu. Data ini akan memberikan informasi lebih lanjut tentang jenis dan
jumlah partikulat yang dihasilkan dari proses pembakaran.
secara teoritis untuk menghitung partikulat yang dihasilkan dari pembakaran teoritis
dodekana (C12H26) dalam kondisi ideal di mana seluruh dodekana terbakar secara
sempurna dan tidak sempurna , maka dalam perhitungan di asumsikan bahwa partikulat
yang dihasilkan adalah 1% dari berat karbon yang terkandung dalam bahan bakar diesel.
dalam perhitungan ini hanyalah hipotetis dan hasilnya akan bersifat perkiraan kasar.
Bahan bakar solar yang digunakan di Indonesia umumnya tidak mengandung timbal (Pb),
namun dapat mengandung sulfur (S) dalam jumlah kecil. Pada tahun 2021, standar mutu
bahan bakar solar di Indonesia mengharuskan kandungan sulfur maksimal sebesar 500
ppm (parts per million) atau kurang dari 0,05%.
Sehingga, dapat diasumsikan bahwa kandungan timbal (Pb) pada solar di Indonesia adalah
nol persen atau sangat mendekati nol persen. Sedangkan kandungan sulfur (S) pada solar di
Indonesia dapat bervariasi, namun tidak melebihi 0,05%.
ambien hasil prediksi AERMOD Viewdibandingkan dengan baku mutu kualitas udara
ambien. Kriteria kajian ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak negatif polutan
udara terhadap reseptor sensitif.
10
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2021 Tentang Baku Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran Dalam. Tabel emisi
Berdasarkan Peraturan dalam di lihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 2 Baku Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran Dal
11
BAB III
HASIL PEMODELAN
Hasil pemodelan sebaran NOx dan CO disajikan berturut-turut pada Gambar 3.1, Gambar
3.2, Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Konsentrasi maksimum, baik untuk reseptor dalam
grid maupun reseptor . pada Analisa permodelan udara arah persebaran tidak ada mengenai
permukiman . adapun receptor penerima terdapat pada lokasi wilayah kegiatan
Tabel 3. 1 Konsentrasi maksimum pada reseptor dalam grid dan reseptor diskrit
CO
No. Lokasi Reseptor X Y
(ug/m )
3
ppm (mg/Nm3)
Nox
No. Lokasi Reseptor X Y
(ug/m )
3
ppm (mg/Nm3)
Pada Gambar 3.2 sampai dengan Gambar 3.4, terlihat di sekitar titik sumber dengan
radius jarak sekitar 2,5 km, konsentrasi relatif sangat tinggi ; pada jarak yang lebih lebih
akumulasi konsentrasi dijumpai di dekat area emisi.
12
Gambar 3. 1 Peta Sebaran Emisi NOx
13
Gambar 3. 2 Peta Sebaran Emisi CO
14
Gambar 3. 3 Arah Angin
15
Analisis cross section ke arah Selatan Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 Menunjukan
dampak persebaran konsetrasi emisi genset pada gambar di bawah :
16
Gambar 3.9 Profil Konsentrasi CO arah Barat
Beradasarkan Analisa di atas bahwa Nox dan CO masih dibawah baku mutu berdasarkan
acuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2021 Tentang Baku Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran Dalam.
17
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1. Kesimpulan
1. Laporan ini menyajikan hasil pemodelan menggunakan model dispersi udara
Aermod View dan penilaian dampak kualitas udara pada titik-titik reseptor
sensitif di sekitar PT Trisula Alambhana Persada. PT Trisula Alambhana
Persada adalah NOx dan CO.
2. PT Trisula Alambhana Persada terhadap konsentrasi polutan sangat rendah
dibandingkan konsentrasi maksimum.
.
3. Persebaran emisi genset yg terpapar yaitu 1 titik receptor dan merupakan titik
pemantauan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19