Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.

00 (202x) 000–000

Jurnal Teknik Kimia USU


Journal homepage: https://talenta.usu.ac.id/jtk

Penggunaan Adsorben Bentonit pada Proses Pencucian Kering (Dry


Washing) dalam Pemurnian Biodiesel Minyak Jelantah
Use of Bentonite Adsorbent in Dry Washing Process in Refining Used Cooking Oil
Biodiesel

Article history: ABSTRAK


Diterima : xx xxxxx 202x
Direvisi : xx xxxxx 202x Bentonit merupakan bahan alternatif yang digunakan sebagai dry washing agent
Disetujui : xx xxxxx 202x pada proses pemurnian biodiesel, selain itu dapat ditingkatkan melalui aktivasi
Mulai online : xx xxxxx 202x asam guna meningkatkan luas permukaan dan mengubah struktur bentonit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bentonit yang
E-ISSN: 2337-4888 diaktivasi dengan asam sebagai dry washing agent dalam pemurniaan biodiesel.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode proses pencucian kering (Dry
How to cite: Washing) dengan menggunakan adsorben Bentonit. Hasil penelitian
Penulis 1, Penulis 2, dst. (202x).
menunjukkan bentonit yang diaktivasi dengan HCL dihasilkan kualitas biodiesel
Judul Artikel. Jurnal Teknik Kimia
USU, x(x), xxx-xxx. yang lebih baik berdasarkan UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1 apabila
dibandingkan biodiesel hasil pencucian konvensional menggunakan air. Jadi
disimpulkan bahwa massa pemberian adsorben bentonit sebanyak 6 gram di
waktu kontak 3 jam adalah yang terbaik untuk karakteristik biodiesel dari
This work is licensed under a Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0 International.
minyak jelantah hasil dry washing yang dibuktikan dengan nilai pH sebesar 6
https://doi.org/10.32734/jtk.xxxxx dan nilai kejernihan (Persen Transmisi) sebesar 96,7.
Kata kunci: aktivasi, bentonit, biodiesel, dry washing agent.

ABSTRACT
Bentonite is an alternative material used as a dry washing agent in the biodiesel
purification process, besides that it can be increased through acid activation to
increase the surface area and change the structure of bentonite. The purpose of
this study was to determine the ability of acid-activated bentonite as a dry
washing agent in biodiesel purification. The research method used is the method
of dry washing process (Dry Washing) using Bentonite adsorbent. The results
showed that bentonite activated with HCL produced better biodiesel quality
based on UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1 when compared to
biodiesel from conventional washing using water. So it was concluded that the
mass of bentonite adsorbent as much as 6 grams at a contact time of 3 hours
was the best for the characteristics of biodiesel from used cooking oil from dry
washing as evidenced by a pH value of 6 and a clarity value (Percent
Transmission) of 96.7.

Keyword: activation, bentonite, biodiesel, dry washing agent


1
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.00 (202x) 000–000

1. Pendahuluan
Kebutuhan manusia yang meningkat terhadap konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) berbasis fosil
(fossil fuel) menimbulkan sangat sedikit dua resiko serius yakni faktor ekonomi, berbentuk jaminan
penyediaan bahan bakar fosil buat sebagian dekade mendatang, permasalahan supplai, harga dan
fluktuasinya serta polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Oleh karena itu
diperlukan alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM).
Alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar
yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan atau lewak hewani. Pembuatan biodiesel dibagi menjadi dua
langkah yaitu, esterifikasi guna menurunkan Kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid (FFA), dan
ditransesterifikasi menjadi metil ester. Proses akhir pembuatan biodiesel membentuk dua lapisan cairan
berbeda : lapisan atas, lapisan biodiesel yang terkontaminasi dan lapisan bawah berupa gliserol
terkontaminasi. Untuk hasil dengan kualitas terbaik, hasil biodiesel yang masih mengandung pengotor
seperti sisa katalis, metanol yang tidak bereaksi, dan sisa gliserol harus dihilangkan dari produk.
Pencucian harus dilakukan guna menghilangkan sisa pengotor yang ada di biodiesel. Metode pencucian
biodiesel yang umum dipakai ialah water washing, yakni pencucian dengan aquadest hangat. Tetapi cara ini
mempunyai kekurangan yaitu diperlukan waktu yang cukup lama serta penggunaan biaya yang banyak. Oleh
karenanya diperlukan metode mutakhir dalam permurniaan biodiesel yaitu penggunaan metode dry washing
dengan penggunaan adsorben.
Digunakan adsorben bentonit (Al2O3.4SiO2.2H2O) yang merupakan sumber daya mineral yang melimpah
di Indonesia. Oleh karena itu, bentonit sangat cocok digunakan dalam proses dry washing dan pemurnian
biodiesel.
Bentonit merupakan lempung (clay) alami yang terkandung mineral-mineral penting dari kelompok
mineral liat smektit dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh mineral yang berjumlah sangat banyak, yakni
montmorilonit (> 80%) dengan rumus kimia bentonit adalah (Al,Mg) 8.(Si4O10).4(OH)8.12H2O [1]. Bentonite
memiliki sifat dapat mengadsorbsi sebab dimensi partikel koloidnya paling kecil serta memiliki kapasitas
permukaan ion yang tinggi [2][3].
Secara komersial, bentonit digunakan untuk sifat mineraloginya. Ini banyak digunakan dalam kegiatan
industri dan pertanian karena memiliki luas permukaan spesifik yang besar baik sebagai penukar ion maupun
untuk kapasitas adsorpsi atau penyerapan. Pemanfaatan bentonit yang melimpah juga membuat bentonit
perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu ketika akan digunakan untuk keperluan tertentu.
Padatan atau molekul gas atau cair dihubungkan dengan molekul-molekul adsorbat akan terjadi pada
proses adsorpsi, oleh karenanya itu dapat terjadi gaya kohesif atau gaya hidrostatik dan gaya ikatan
hidrogen yang bekerja diantara molekul seluruh material. Proses adsorpsi menggambarkan di mana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan adsorben melalui reaksi kimia dan fisik. Sifat zat
padat yang mengadsorpsi, sifat antar molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur, pH, waktu kontak dan
lainyya adalah faktor yang menjadi dasar terjadinya adsoprsi [4]. Peningkatan kapasitas adsorbsi dipengaruhi
oleh konsentrasi adsorbatnya, semakin tinggi konsentrasinya maka akan berbanding lurus dengan kapasitas
adsorpsinya [1]
Biodiesel dapat dibuat dengan memanfaatkan minyak jelantah melalui proses kimia yaitu melalui reaksi
transesterifikasi yakni mengubah minyak (trigliserida) menjadi asam lemak metil ester. Kadar asam lemak
bebas (FFA) pada bahan baku (minyak jelantah) adalah salah satu faktor penting dalam metode pembuatan
biodiesel. [6].
Badan Standarisasi Nasional (BSN) juga telah mengeluarkan SNI 7182-2015 tentang persyaratan mutu
biodiesel di Indonesia [7]

2. Metode
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yakni : Aquadest, HCl 1N, Indikator pH, biodiesel kasar, bentonit,kertas saring.
2
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.00 (202x) 000–000

Alat yang digunakan dalam penelitian yakni : Neraca analitik, ayakan, oven, magnetic Stirer dan stirer,
gelas Kimia 100 mL, hot Plate, gelas Kimia 300 mL, Bulp, lumpang Alu, gelas Kimia 1000 mL, statif dan
klem, erlenmeyer 300 mL,penyangga corong, botol semprot, desikator, labu ukur 250 mL, kasa asbes,
termometer 100o C, corong kaca, gegep besi, pipet skala 10 mL, cawan petri, spektrofotometer UV-VIS.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode proses pencucian kering (Dry Washing) dengan
penggunaan adsorben bentonit. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan persiapan aktivasi bentonit, yaitu
melakukan penimbangan bentonit, pengadukan dengan kecepatan rpm 200, pencucian, dan pengeringan.
Kemudian dilakukan proses pemurnian metode dry washing dengan variasi waktu dan konsentrasi pencucian
menggunakan adsorben bentonit. Variabel waktu yang digunakan yaitu 1 , 2 dan 3 jam dengan penggunaan
konsentrasi 6 gram rpm 200 suhu 55 oC, sedangkan untuk variasi konsentrasi yaitu 2 gram, 4 gram dan 6
gram selama 30 menit rpm 200 suhu 55 oC. kemudian dilakukan analisa nilai pH dan analisa kejernihan
biodiesel hasil pencucian sesuai dengan variasi tersebut.

Teknik Pengumpulan Data Primer


Aktivasi Bentonite

Ditimbang sebanyak 35 gram, kemudian ditambahkan HCl 1 N sebanyak 150 mL. Diaduk selama 3 jam
dengan kecepatan 200 rpm. Dicuci karbon sampai pH 3-4 dan dipisahkan dari filtratnya. Dilakukan
pengeringan di oven pada suhu 110oC dengan waktu 2 jam. Dinginkan di desikator. Dicatat hasilnya
Pencucian biodiesel kasar dengan Bentonite variasi Konsentrasi

Ditimbang Bentonite 2, 4 dan 6 gram. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian diisi Biodiesel
sebanyak 200mL. Dihomogenkan selama 30 menit , kecepatan 200 rpm temperatur 55o C. Dilakukan
penyaringan, pengujian warna dengan Spektrofotometri UV-Vis dan pengujian pH menggunakan kertas pH
universal. Dicatat hasilnya.

3. Hasil
Proses aktivasi bentonit dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang berikatan dengan bentonit untuk
mengaktifkan permukaan mineral dan menghomogenkan logam-logam pengisi ruang di dalam struktur
mineral, sehingga membuka pori-pori mineral lebih lebar.. Pengaktivasian dilakukan dengan memakai
larutan HCl 1 N sebanyak 150 ml kemudian diaduk dengan kecepatan 100rpm selama 3 jam,
pengaktivasiaan dengan HCl menyebabkan adsorben bentonit terprotonasi yang mengakibatkan bentonit
bermuatan positif. Penambahan asam klorida dimaksudkan untuk menghilangkan dan mengurangi macam-
macam mineral yang larut sehingga memperbesar pori-pori adsorben dalam upaya mempermudah
penyerapan [8]
Proses pencucian biodiesel dengan menggunakan adsorben dilakukan untuk menggantikan proses
pencucian biodiesel dengan air. Metode pencucian dengan air dalam pemurnian biodiesel mempunyai
beberapa keterbatasan, yang meliputi penurunan rendemen metil ester karena ikut hilang dalam pembuangan
air, meningkatkan kadar sabun yang dapat menyebabkan emulsifikasi, tingginya biaya penanganan efluen
(limbah air pencucian biodiesel), dan memerlukan waktu serta biaya tambahan dalam tahapan pengeringan
metil ester. Untuk itu metode pencucian menggunakan adsorben (dry washing) dalam pemurnian biodiesel
dirasakan dapat memberikan keuntungan yang lebih dibanding metode pencucian dengan air.[9]
Material yang ingin dihilangkan dalam proses pencucian ini salah satunya adalah sisa katalis yang masih
tertinggal di biodiesel. Kadar katalis yang cukup tinggi dapat menyebabkan korosi pada mesin diesel.
Penurunan nilai kadar katalis dalam biodiesel setelah proses pencucian juga berindikasi terhadap nilai pH
yang dihasilkan oleh biodiesel tersebut. Turunnya nilai pH hingga mendekati netral pada biodiesel setelah
dimurnikan mengindikasikan bahwa sisa katalis telah berkurang atau hilang dalam biodiesel. Sifat katalis
KOH yang cenderung basa dapat menyebabkan nilai pH biodiesel menjadi basa juga [10]. Biodiesel kasar
3
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.00 (202x) 000–000

tidak hanya mengandung sisa katalis, tetapi juga mengandung metanol yang tidak bereaksi, serta sabun yang
dihasilkan karena proses transesterifikasi tidak sempurna. Oleh karena itu, pengukuran nilai pH ini juga
dapat melihat penurunan kandungan komponen-komponen tersebut dalam biodiesel. Nilai pH dari masing-
masing biodiesel hasil pemurnian dapat dilihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Analisa nilai pH Biodiesel Hasil Pencucian Variasi Konsentrasi


Suhu Massa pH Waktu pH hasil
bentonit biodiesel kontak pemurniaan
(gram) kasar (jam)

2 8
55oC 4 9 ½ 7
6 7

Tabel 2. Hasil Analisa Nilai pH Biodiesel Hasil Pencucian Variasi Waktu


Suhu Massa bentonit pH biodiesel Waktu pH hasil
(gram) kasar kontak pemurniaan
(jam)
½ 7
1 7
55oC 6 9
2 6
3 6

Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat penggunaan adsorben dalam proses pencucian biodiesel dapat menurunkan
nilai pH dari biodiesel kasar. Nilai pH biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben berkisar antara 6-8.
Penurunan pH tertinggi terjadi di variabel waktu kontak 2 dan 3 jam dengan nilai pH 6 dan nilai pH yang
terbaik terjadi pada variasi konsetrasi 4 gram dan 6 gram dengan waktu kontak ½ jam dan konsetrasi 6 gram
dengan waktu kontak 1 jam yang dimana nilai pH yang didapatkan adalah 7 (Netral). Nilai pH yang
diinginkan pada biodiesel yang telah dimurnikan adalah netral. Hal ini telah sesuai dimana pH yang
didapakan pada proses pencucian dengan menggunakan adsorben adalah 7 (Netral), dimana nilai pH yang
netral menyatakan bahwa ion H + dan ion OH- yang terlarut dalam biodiesel berada pada jumlah yang sama,
sehingga keberadaan komponen-komponen seperti katalis, metanol serta sabun dalam biodiesel dapat
ditolerir. Berdasarkan Tabel 1 dan 2 menunjukkan pH nya akan semakin rendah dengan semakin tinggi
konsetrasi dan waktu kontak yang digunakan.
Pengukuran kejernihan biodiesel ini dilakukan dengan menggunakan spektrofometer dengan penggunaan
panjang gelombang antara 400 nm - 450 nm. Nilai yang dilihat adalah pada pengukuran persen transmisi.
Persen transmisi merupakan radiasi sinar yang akan diteruskan oleh sumber cahaya melalui suatu larutan
pada wadah transparan di intensitas tertentu. Kejernihan biodiesel hasil pemurnian dengan adsorben pada
Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Analisa Nilai Kejernihan (Persen Transmisi) Biodiesel Hasil Pencucian
Suhu Massa bentonit Biodiesel Waktu Hasil
(gram) kasar (%) kontak pemurniaan
(jam)
55oC 2 64,5 ½ 85,3
4
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.00 (202x) 000–000

4 88,1
6 90,7
Tabel 4. Hasil Analisa Nilai Kejernihan (Persen Transmisi) Biodiesel Hasil Pencucian
Suhu Massa bentonit pH biodiesel Waktu Hasil
(gram) kasar kontak pemurniaan
(jam)
½ 90,7
1 93,8
55oC 6 64,5
2 95,2
3 96,7

Pada Tabel 3 dan 4, menunjukkan nilai persen transmisi paling tinggi dimiliki oleh biodiesel yang
dimurnikan pada konsentrasi 6 gram dan waktu kontak 3 jam. Hasil analisa persen transmisi berhubungan
dengan jumlah material anorganik pada biodiesel, dengan meningkatnya material pengotor pada biodiesel,
nilai persen transmisi yang dihasilkan akan semakin rendah, begitupun sebaliknya apabila nilai persen
transmisi yang besar (mendekati nilai 100%) akan menunjukkan kandungan material pengotor pada biodiesel
cukup rendah, akibatnya radiasi sinar dapat mudah diteruskan oleh cahaya sebab tidak adanya material yang
akan menghambat diteruskannya cahaya [11][12]
Proses pemurnian biodiesel dilakukan untuk menghilangkan material-material pengotor yang tertinggal
dalam biodiesel. Adanya kandungan material pengotor seperti katalis, sabun, asam lemak bebas, gliserol dan
metanol dalam biodiesel dapat menimbulkan masalah pada mesin diesel. Berdasarkan hasil yang didapatkan
pada pengujian Kejernihan Biodiesel dengan meningkatnya konsentrasi dan waktu kontak yang digunakan
menyebabkan semakin tinggi tingkat kejernihan (Persen Transmisi) pada biodiesel yang didapatkan [13].

4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan yaitu Pengaruh adsorben bentonit dengan menggunakan
metode dry washing terhadap kualitas biodiesel menunjukkan bahwa adsorben bentonit dapat menurunkan
nilai pH pada biodiesel dan dapat memurnikan warna dari biodiesel minyak jelantah. Dan efektivitas bentonit
terhadap proses pencucian biodiesel menunjukkan hasil terbaik diperoleh pada massa adsorben bentonit 6
gram dengan waktu kontak 3 jam, dengan hasil analisis Kejernihan (Persen Transmisi) biodiesel sebesar
96,7. Untuk Nilai pH hasil terbaik diperoleh pada massa adsorben bentonit 6 gram dan waktu kontak 30
menit dan 1 jam, dengan hasil analisis pH biodiesel sebesar 7

5. Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih ditujukan kepada Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) Makassar sebagai institusi
yang memberi dukungan atas penelitian ini.

6. Konflik Kepentingan
Semua penulis tidak memiliki konflik kepentingan (conflict of interest) pada publikasi artikel ini.

Daftar Pustaka

Byrne, D., Specific Purity Criteria On Food Additives Other Than Colours and Sweeteners. Brussels:
Official Journal of The European Communities, 2001.
Agnello, V. N. (2005). Bentonite, Phyrophyllite and Talc In The Republic of South Africa. Republic of South
Africa: Department Minerals and Energy, 2005.
Bansal, R. C., Three-Phase Self-Excited Induction Generators. IEEE Transactions On Energy Conversion,
2005.

5
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.00, No.00 (202x) 000–000

Khairunisa, R., Kombinasi Teknik Elektrolisis dan Teknik Adsorpsi Menggunakan Karbon Aktif untuk
Menurunkan Konsentrasi Senyawa Fenol dalam Air. Depok: Universitas Indonesia, 2008.
Saragih, S. A. , Pembuatan dan Karakterisasi Karobon Aktif dari Batubara Riau sebagai Adsorben. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2008.
Umami, V, Sintesis Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Gelombang Mikro, Semarang: Universitas
Semarang, 2015.
SNI. (2015). Biodiesel (04-7182-2015). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Sudirjo
Darmawan, & Susilah, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses Transesterifikasi
Menggunakan Katalis KOH”, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November, 2013.
Day, R., & Underwood, A., Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam . Jakarta: Erlangga, 2002.
Nurdyaningrum , F. D., & Nasrudin, H., “Pemurnian dan Karakterisasi Biodiesel dari Minyak Biji Kelor
(Moringa Oleifera) dengan Menggunakan Adsorben Bentonit”. UNESA Journal of Chemistry 2, 47-53,
2013.
Gupta, I., Sargiah, R. I., Adinata, T., & Erina, “Alternative Polyandenylation Diversifies Post-Transcriptional
Regulation by Selective RNA-protein Interactions”. Mol Syst Biol 10, 719, 2014.
Rukiyah, & Supriyatna, Aplikasi Berbagai Zeolit dan Bentonit Sebagai Adsorben Simulasi Air Limbah
Tekstil serta Uji Toksisitas Terhadap Larva A. Salina Leach. Bandung: Universitas Padjajaran, 1991.
I. A. G. Widihati, G. S. U. Mahaputra, P. S. Kimia, U. Udayana, and J. K. Unud-jimbaran, “Pemanfaatan
zeolit-bentonit sebagai adsorben fosfat dalam air,” Jurnal Kimia (Journal Of Chemistry ) vol. 16, no.
2, pp. 198–204, 2022.

Anda mungkin juga menyukai