Anda di halaman 1dari 6

Persiapan Pasien

Dokter atau tenaga medis yang akan melakukan prosedur kateterisasi harus
menjelaskan tujuan, teknik, dan efek samping yang mungkin terjadi secara
mendetail kepada pasien. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya, kemudian
minta persetujuan pasien atau informed consent.[5,13,14]
Pastikan privasi pasien terjaga saat akan melakukan prosedur kateterisasi uretra,
seperti dilakukan di ruangan yang tertutup dan tidak ada orang asing di dekat
pasien. Sebaiknya pasien membuka sendiri pakaian bagian bawah kecuali kondisi
pasien tidak mampu.[13,14]

Posisi Pasien
Pasien berbaring dengan posisi litotomi, yaitu berbaring dengan kedua kaki
terbuka dan lutut diangkat keatas. Kemudian letakan kain perlak di area bokong
pasien.

Gambar 1. Posisi Litotomi Kateterisasi Uretra Wanita


Peralatan
Peralatan kateterisasi uretra wanita biasa disebut set kateter yang telah
ditempatkan dan dibungkus pada kondisi steril. Peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan kateter uretra pada wanita terdiri dari:

 Sarung tangan dan duk steril

1
 Larutan antiseptik, contoh savlon

 Kasa atau kapas steril

 Penjepit atau forsep

 Syringe 10 ml berisi cairan steril, seperti

 Gel lidokain untuk anestesi topikal atau lubrikan berbahan dasar air


 Kateter sesuai jenis yang diperlukan, umumnya menggunakan kateter foley dengan
ukuran 16−18 Fr
 Collection bag  atau penampung urine
 Plester untuk fiksasi[2,13,14]

Jenis Kateter Uretra
Selang kateter memiliki berbagai jenis ukuran dan bahan. Ukuran selang kateter
dikategorikan berdasarkan usia dan jenis kelamin, sedangkan bahan selang kateter
disesuaikan dengan durasi pemakaian.[2,13]

Ukuran Kateter Uretra

Ukuran diameter selang kateter menggunakan skala ukuran French (Fr), dimana 1 Fr sama


dengan 0,33 mm. Variasi ukuran selang kateter mulai dari 12 Fr (diameter kecil) hingga 28
Fr (diameter besar). Umumnya orang dewasa menggunakan selang kateter berdiameter
16‒18 Fr, anak menggunakan 5‒12 Fr disesuaikan dengan berat badan. Untuk anak usia
<6 bulan menggunakan ukuran 5 Fr dengan selotip.[2,13]
Tabel 1. Ukuran Selang Kateter untuk Pasien Anak[2,13]
Umur Berat Badan Ukuran Kateter Foley
12 tahun beragam 12-14
8 tahun 27 kg 10-12
5 tahun 18 kg 10
3 tahun 14 kg 8-10
2 tahun 12kg 8
1 tahun 10 kg 6-8
0-6 bulan 3.5-7kg 6
1200 - 2500 g 5 Fr kateter umbilikal
Neonatus <1200g 3.5 Fr kateter umbilikal
Sumber: The Royal Children’s Hospital Melbourne, 2020

2
Panjang selang kateter juga harus diperhatikan, karena panjang untuk kateterisasi uretra
pasien pria dan wanita berbeda. Panjang selang kateter untuk wanita adalah 20‒26 cm,
sedangkan panjang selang kateter untuk pasien pria adalah 30‒31 cm. Panjang untuk
pasien anak adalah 30‒31 cm.[2,13]
Bahan Kateter Uretra

Bahan selang kateter dipilih berdasarkan lama pemakaian, dan juga kondisi pasien. Selang
kateter berbahan PVC (polyvinyl chloride) atau plastik umumnya lebih kaku dan kurang
nyaman, sehingga biasanya hanya digunakan dalam jangka waktu singkat. Selang kateter
berbahan latex atau karet juga hanya digunakan dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang
dari 3 minggu. Namun, banyak yang melaporkan reaksi alergi terhadap bahan latex
sehingga penggunaannya sudah dibatasi.[2,13]
Bahan selang kateter yang umum digunakan saat ini adalah bahan silikon 100%, karena
lebih hipoalergenik dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama, yaitu sampai 12
minggu.[2,13]

Bentuk Kateter Uretra

Selain berdasarkan ukuran dan bahan, selang kateter juga dibedakan berdasarkan
bentuknya yang disesuaikan dengan lama pemakaian. Jika penggunaan hanya dalam waktu
singkat atau intermittent urinary catheters, maka selang kateter dipilih yang tidak
memiliki balon. Terdapat 2 tipe ujung selang intermiten, yaitu ujung lurus dan
ujung coude (melengkung sedikit). Tipe ujung lurus umumnya untuk pasien wanita dan
anak, sedangkan ujung melengkung untuk pasien pria. [13,18]
Jika penggunaan selang kateter untuk durasi lama atau indwelling urinary
catheters  biasanya digunakan kateter foley yang memiliki balon. Ketika selang kateter
foley sudah masuk ke dalam kandung kemih, kateter akan ditahan di tempatnya dengan
balon yang diisi dengan cairan steril. Umumnya balon pada kateter bisa mengembang
sampai 10 ml. Balon pada kateter ini tidak boleh dikembangkan dengan udara karena
balon tidak bisa tetap diam di tempatnya. Balon yang dikembangkan dengan cairan salin
normal berisiko terjadi kristalisasi.[2,13]

3
Gambar 2. Macam-Macam Kateter Uretra
Prosedur Pemasangan Kateter
Setelah pasien pada posisi dan peralatan tersedia, petugas kesehatan melakukan prosedur
cuci tangan sesuai protokol kesehatan. Selanjutnya membuka bungkusan set kateter tanpa
menyentuh peralatan di dalamnya agar tetap steril, dan kemudian menggunakan sarung
tangan steril.[2,14]
Pemasangan kateter uretra yang rutin dilakukan biasanya secara blind. Langkah-langkah
kateterisasi uretra pada pasien wanita adalah:
1. Gunakan tangan non dominan untuk membuka labia dengan ibu jari dan jari
telunjuk, sehingga tangan ini menjadi tidak steril dan dapat digunakan untuk
mengekspos area vulva selama prosedur

2. Gunakan tangan dominan untuk memegang penjepit steril dan kapas yang sudah
dibasahi antiseptik untuk melakukan desinfeksi area meatus uretra sampai ke
vulva, dengan gerakan memutar dari arah dalam ke luar dan diulang sebanyak 3
kali

3. Tanpa menggerakan tangan non dominan yang membuka labia, letakan kain duk
steril pada area meatus yang terbuka di sekitar vulva

4. Jika pasien setuju untuk menggunakan anestesi topikal, gunakan spuit tanpa jarum
untuk memasukan 5 ml gel lidokain 2% ke dalam uretra, kemudian tutup lubang
uretra untuk menahan gel selama 2‒3 menit

5. Ambil selang kateter dengan menggunakan tangan dominan atau tangan yang
steril, oleskan lubrikan atau gel lidokain di ujung selang kateter

6. Masukan selang kateter ke dalam uretra dengan perlahan dan lembut, minta pasien
menarik nafas dalam untuk mengurangi rasa sakit, lanjutkan memasukan selang
kateter sampai urin keluar sebagai tanda selang telah mencapai kandung kemih,
kemudian majukan lagi sekitar 5 cm dari titik tersebut

7. Pada indwelling urinary catheters, kembangkan balon pada ujung kateter foley


dengan memompa air steril dengan spuit melalui lubang inflasi (cuff inflation port),
pastikan pasien merasa nyaman dan tidak nyeri saat balon dikembangkan
8. Tarik sedikit selang kateter untuk memastikan balon kateter sudah memfiksasi
posisi selang kateter

9. Pasang ujung selang kateter tempat urin keluar ke penampung urin (urine bag)
10. Fiksasi selang kateter dengan menggunakan plester yang direkatkan ke paha
pasien, atau ke tempat khusus untuk kateter (catheter stand)
11. Bereskan peralatan, pastikan kembali pasien merasa nyaman, lepaskan sarung
tangan, dan lakukan prosedur cuci tangan[13-15]

4
Jika saat pemasangan kateter uretra secara blind di atas tidak ada urin yang keluar, maka
lakukan aspirasi urin dengan menggunakan spuit. Apabila tetap tidak ada urin yang keluar,
maka tarik keluar selang kateter kemudian coba pasang kembali. Dan jika pada percobaan
kedua masih tidak ada urin yang keluar, maka diperlukan pemeriksaan ultrasonografi
untuk melihat posisi kateter di kandung kemih.[13-15]
Kateterisasi Uretra pada Wanita Lansia

Kateterisasi uretra pada pasien wanita berusia 80‒90 tahun perlu perhatian khusus, karena
wanita yang sudah menopause mengalami atrofi vagina diikuti dengan atrofi uretra. Hal
ini menyebabkan sulit untuk menemukan meatus uretra. Perubahan fisiologis ini kadang
menyebabkan kateterisasi pasien wanita lansia harus menggunakan teknik khusus, yaitu
kateterisasi secara sistoskopi dengan bantuan kawat pemandu. Kateterisasi dengan
sistoskopi yang fleksibel ini menggunakan kateter foley berukuran 16 Fr yang dipasang
kawat pemandu, yang ditekuk sampai mencapai sudut 30 derajat di bagian ujung distal.
Kemudian dengan lembut diluncurkan di sepanjang dinding vulva anterior sampai
menemukan meatus uretra. Lalu kawat pemandu dilepaskan secara perlahan seiring selang
kateter dimasukan ke dalam uretra.[14-16]

Kateterisasi Uretra pada Anak Perempuan

Pemasangan kateter pada anak perempuan memiliki prosedur yang sama, yang berbeda
adalah pemasangan pada neonatus perempuan . Umumnya posisi meatus uretra berada
tepat di atas pinggiran hymen atau selaput dara. Kemudian ukuran kateter foley yang
digunakan juga lebih kecil yaitu 6 Fr. Pastikan anak tidak kesakitan selama proses
pemasangan kateter, jika terasa sakit maka mungkin kateter tidak berada tepat di kandung
kemih. Perhatikan juga bahwa anak di bawah usia 6 bulan tidak menggunakan balon
kateter, cukup memastikan bahwa kateter sudah terfiksasi baik dengan menggunakan
plester di luar.[2,13]

Prosedur Pelepasan Kateter


Selang intermittent urinary catheters dapat segera dikeluarkan kembali setelah kandung
kemih kosong. Pelepasan kateter dapat dilakukan dengan tetap memastikan peralatan yang
digunakan steril, dan sebaiknya pasien diminta menarik nafas saat selang dikeluarkan
untuk mengurangi rasa sakit.[12,17]
Pada indwelling urinary catheters,  sebelum menarik keluar selang kateter, balon kateter
harus dikempeskan terlebih dahulu dengan cara menarik isi cairan menggunakan spuit.
Tetap lakukan prosedur pelepasan dalam keadaan steril, dan menarik selang kateter harus
perlahan agar meminimalisasi risiko trauma uretra.[12,17]
Follow Up
Follow up  setelah pemasangan kateter adalah:
 Menjaga kebersihan area meatus uretra, termasuk setelah buang air besar
5
 Membersihkan selang kateter yang terpasang dengan air hangat dan sabun minimal
2 kali sehari, dengan arah mencuci menjauhi uretra

 Mengosongkan urine bag kira-kira setiap 8 jam, atau lebih cepat jika sudah penuh
 Membilas selang kateter dengan cairan solusi khusus, seperti cairan salin, jika
aliran urin dalam selang kateter terhenti akibat sumbatan dari lendir, deposit
kristal, atau kristal mineral kecil

 Memberikan obat yang dapat membuat urin bersifat lebih asam,


seperti methenamine atau potassium acid phosphate, untuk mencegah
penyumbatan selang kateter berulang, serta meminta pasien untuk minum air lebih
banyak untuk memperlancar saluran kemih[9,12,13,15]
Kateterisasi jangka lama dapat menyebabkan otot kandung kemih kejang, sehingga dapat
menyebabkan urin bocor di sekitar kateter. Karena itu, pasien dapat diberikan obat
antispasmodik. Jika pasien mengalami obstruksi uretra komplit atau trauma pada area
uretra maka dianjurkan untuk menggunakan kateterisasi suprapubik.[6]

Anda mungkin juga menyukai