OktobeT 1990
44Q Hukum dan Pembangllflon
Ok/aber 1990
442 Hukum dan Pembollgunan
lint as di Selat Malaka itu dibawakan pada suatu dewan pengelolaan inter-
nasional, pemerintah Indonesia, Malaysia dan Singapura mengumumkan pada
tanggal 16 November 1972 bahwa keamanan navigasi (khususnya mengingat
jumlah, ukuran dan kecepatan kapal tangki minyakyang, berlayar di Selat
Malaka dan Singapura) merupakan tanggungjawab negara-negara pantai yang
bersangkutan. Kekhawatiran Singapura kini ditampung dalam Konvensi
Hukum Laut 1982, khususnya pasal mengenai selat-selat yang digunakan
untuk pelayaran internassional.
Suatu masalah yang lain ia1ah penerbitan peta Malaysia di Kuala'
Lumpur pada bulan Desember 1979. Di peta itu sejumlah pulau dan wilayah
diperlihatkan sebagai bagian integral wilayah Malaysia, yang sebetulnya masih
dipersengketakan dengan negara ASEAN lainnya. Negara-negara itu
kemudian menunjukkan reaksi atas peredaran peta kontroversial ini.
Argumentasi Malaysia ialah suatu negara harus memproyeksikan secara
jelas asumsi teritorialnya lIntuk menyiapkan dasar bagi perundingan-
perundingan mengenai batas-batas wi1ayah negara.
Pemerintah Indonesia mengajukan protes atas peta itu (Februari 1980)
karena Malaysia memasukkan pulau-pulau Sipadan dan Ligitan (yang ter-
letak di Laut Sulawesi) kendatipun masih dipersengketakan. Dua bulan
kemudian pejabat Indonesia dan Malaysia bertemu untuk · membahasnya.
Masalah itu belum terselesaikan, walaupun kedua belah pihak setuju untuk
saling menyesuaikan hak mereka masing-masing atas dasar Rejim Negara
Kepulauan.
Singapura juga mengajukan protes terhadap peta itu, khususnya
mengenai pulau Batu Puteh yang terletak diujung selatan Johor. Malaysia
te1ah membolehkan Singapura untuk membangun mereu suar di pulau itu
yang hanya dihuni penjaganya yang berkebangsaan Singapura. Kedua
pemerintah telah setuju unlUk merundingkan. klaim masing-masing.
Juga Filipina mengirim suatu nota diplomatik kepada Kuala Lumpur
pada tanggal 30 Mei 1980 memprotes dimasukkannya Commodore Reef,
sebelah utara Sabah, ke dalam wilayah Malaysia . . Commodore Reef di-
anggap sebagai bagian dari Kelayaan, Filipina, 360. km sebelah barat
Palawan. Selama masalah Sabah belum terselesaikan, selama itu pula masalah
Commodore Reef ini tidak akan dirundingkan.
Hanya dengan pemerintah Muangthai saja tidak terjadi pertentangan
yang berarti tentang peta ini. Pada tanggal 10 April 1980 pemerintah
Muangthai mengajukan suatu aide-memoire kepada kedutaan Malaysia di
Bangkok yang menyatakan bahwa peta Malaysia itu tidak memperlih"tkan
suatu wilayah yang tumpang tindih .seluas 3.200 km persegi di lepas pantai
Kelantan yang akan diaksploitasi ' bersama sebagaimana disetujui kedua
pemerintah setahun yang lalu . Daerah itu merupakan,landas kontinen yang
mengandung banyak minyak. Ketidaksetujuan tentang me tode produksi dan
pembagian keuntungan masih berlangsung terus, khususnya karena pemegang
konsesi swasta tidak dapat begitu saja dikesampingkan oleh eksploitasi
Oktober 1990
444 Hukum dan Pembangunan
Oktober 1990
446 Hukum dan Pembangl;lnan
HUIUI hn
PEIBANIUNAN
Sliah utu banln utama sujana dan mahasiswa hukum Indonesia.
$
majaJah hukum
ter1<emuka masa kini
HUBUNGILAH TOKO RUKl! Tt:RI)EK.H
ATAU LANGSUNG TATA USAHA
HHUkUM dan Pt-:MBA~GlJ SAS" JI. Cir~hon Sn. S - Jabl1a
T~ltpCln : JJS4J2