Anda di halaman 1dari 52

4.

ANALISA PERHITUNGAN

4.1 Kapasitas yang direncanakan


Diketahui hasil survei di desa Gedaren kelurahan Gedaren, Klaten.
Di tempat tersebut memiliki kapasitas lembakau 100 Kg yang dapat
dikerjakan dalam 3 jam, sehingga dalam kilogram per jamnya adalah 33.33
Kg/jam, sehingga alat yang didesain harus melebihi kapasitas yang manual.
Dalam perencanaan yang sekarang kecepatan proses dipercepat dua kali lipat,
sehingga dalam 100 Kilogram dihasilkan rajangan tembakau dalam waktu 1.5
jam, sehingga dalam kilogram per jamnya adalah 66.67 Kg/jam
Tetapi untuk kemudahannya kapasitas alat yang diambil adalah 65 Kg/jam
Kapasitas alat = 65 Kg/jam
= 1.08 Kg/menit
= 0.018 Kg/detik
~ Volume 1 potongan = J2 * 30 * 100) • 10"9 m3

Massa jenis tembakau (p) didapat dari hasil percobaan dengan mengukur
massa sejumlah tembakau yang ditimbang dengan timbangan digital dibagi dengan
volume sejumlah tembakau tersebut, maka didapat massa jenis tembakau adalah
619,553 kg/m3
Berat 1 potongan = p x V

= 619.55x6-10~6
-»-3
3.7173-10"J Kg
Kapasitas
Potongan tiap detik =
berat 1 potongan
0.018
0.0037173
= 4.85 potongan/detik

22
4.1.1 Kecepatan Pisau :
Yang diinginkan adalah 4.85 potongan tiap detik. Apabila dipakai satu
pisau, maka satu potongan adalah satu putaran.
Untuk 1 pisau = 4.85 potongan/detik
= 4.85 putaran/detik
4 85
Untuk 2 pisau = —— putaran/detik

= 2.43 putaran/detik
= 145.7 putaran/menit
~ 140 putaran/menit
= 140 Rpm

4.1.2 Perbandingan kecepatan conveyor dan kecepatan pisau:


Diketahui:
Diameter drum conveyor = 40 mm
Keliling = K x 2r
= 3.14x40
= 125.6 mm
~ Untuk panjang potongan 2 mm, maka keliling drum dibagi dua:
125.6:2 = 62.8
~ Jika jumlah pisau 2 buah, maka akan memperkecil putaran pisau terhadap
putaran conveyor.
62.8:2 = 31.4: 1
Maka perbandingan kecepatan pisau dengan conveyor adalah ~ 30 : 1

4.1.3 Kecepatan Conveyor


Dengan diketahuinya kecepatan pisau 140 rpm dan perbandingan kecepatan, maka
didapatlah kecepatan conveyor yaitu
140 :30 = 4.67 rpm
~4.5rpm
24

Dan kecepatan linier (Vp) conveyor sebesar :

Vp = [3, hal 166]


60x1000
4.5x40
Vp =
60x1000
m/s
25

4.2 Torsi pada Pisau Potong


Diketahui :
1. Kecepatan putar pisau adalah 140 rpm
2. Pisau potong berjumlah 2 berbentuk pelat persegiempat tipis

4.2.1 Gaya potong tembakau


Pisau potong pada alat perajang tembakau ini menggunakan penggerak
motor listrik AC. Langkah pertama perhitungan yang harus dicari adalah beban
yang diterima dari pisau potong atau yang sering disebut gaya potong.
Diketahui telah dilakukan percobaan untuk mencari gaya potong (F):

Gambar 4.2.1 Neraca Pegas

Adapun percobaan menurut gambar diatas adalah dengan cara kait neraca
pegas yang berada di bawah dimasukkan ke ujung pisau yang telah dilubangi,
kemudian ujung pisau ditarik ke atas setinggi pisau dapat memotong tumpukan 15
daun tembakau. Pada saat ketinggian pisau tersebut skala pada neraca dilihat
menunjukJkan F = 1.5 Kg = 14.7 N.
26

4.2.2 Massa pisau


7S.7S

Gambar 4.2.2 Dimensi pisau

Volume pisau = px1x t


= 175.75x20.5x6
= 21617.25 mm3
= 2.16xlCT 5 m 3

Massa pisau tersebut dapat diketahui dengan rumus :


m = px V

m = Massa pisau (Kg)


p = Massa Jenis pisau, karena pisau tembakau: pertama, harus tahan karat karena
tembakau masih memiliki kadar air yang tersimpan didalamnya dan kedua, harus
keras agar tidak mudah tumpul, maka dipilih tool steel sebagai bahan pisau.
= 7830 Kg/m3 [tabel 10]
V = Volume pisau
= 2.16xlO- 5 m 3
Maka massa pisau:
m = 7830- 2.16 x 10'5
= 0.17Kg
27

4.2.3 Momen Inersia terhadap sumbu putar O

ta.~j9.n-r]

Gambar 4.2.3 Model Pisau

Momen inersia pisau terhadap sumbu 01


• Bentuk pisau pelat persegiempat tipis

Iol=^m(b2+c2)[tabell2]

Ioi = momen inersia massa ditengah-tengah pisau = kg m2


m = massa = Kg
c = panjang pisau = m
b = lebar pisau = m
• Maka momen inersia ptsau di titik 02 dapat dicari dengan cara

IO2=TTm(b2+c2)+Tm'c2
28

1 , - 1 2 1 2
I*O2
M , = —
12 m b ' + —
12 m c + — m - c

1 u2 1 2
I0n2, = — m b +—mc
12 3
fi Maka momen Inersia di titik O dapat dicari dengan cara :

( -c
\2
[4,hal365]

L0 =—rrrb 2 + - m - c 2 +—nvc 2
12 3 16

I 0o = — m - b 2 + 0 . 4 m c 2
12

I o = —0.17 • 0.02052 +0.40.170.17575 2


12
I o =0.0021 Kg-m 2

Jadi momen inersia pisau terhadap sumbu O = 2.11 * 10"3 Kg • m 2 .


Jika pisau pada poros ada 2 buah maka momen inersia total adalah
= 2.11><10"3 Kg-m 2 x2 = 4.22x 10~3kgm2

4.2.4 Momen Inersia pemegang pisau:

,
017 5 L
i
1
, 32 . .

1
1 J
_

_
_ 5
1
View A- A

Gambar 4.2.4 Dimensi pemegang pisau


Volume pemegang pisau = vol 1 + vol 2

K 2 ^xt-Vx,
T
- -17.5 2 *40 -1402x5 - -392x5
,4

= [47759.4-9616.25]+[76930-5969.925]
= [38143.15+70960.075]
= 109103.225 mm3
= 1.09xKr*m3

Massa pemegang pisau tersebut dapat diketahui dengan rumus :

m = Massa pisau (Kg)


p = Massa Jenis pemegang pisau
Diperlukan bahan logam yang mudah dilakukan permesinan dan harganya murah,
karena sesuai fungsinya yang hanya sebagai pemegang pisau. Maka dipakai besi
tuang yang memiliki massa jenis = 7210 Kg/m3 [tabel 10]
V = Volume pemegang pisau
^l.O^^lO^m3
Maka massa pemegang pisau:
m = 7210-1.09 KIO" 4

= 0.79Kg

• Momen Inersia pemegang pisau :

I n =—mr 2
2
m = massa pemegang pisau = kg
r = jari-jari pemegang pisau = m
Iop = Vi x 0.79 x 0.072
= 1.94xlO~3kgm2
-3
Jadi momen inersia pemegang pisau terhadap sumbu O = 1.94 x 10" kgm
4.2.5 Momen inersia total pisau
Sehingga momen inersia total:
Io = Io pisau + Io pemegang pisau
= 4.22x I0"3+ 1.94 xlO~3
= 6.16x 10~3kgm2

Jika 1 pisau mempunyai kecepatan konstan sebesar 280 Rpm atau 1758.4
rad/menit, ini berarti pisau bergerak dengan kecepatan konstan atau stabil setiap 1
menit sebanyak 280 putaran atau 1758.4 radian. Jika pisau mempunyai percepatan
konstan dan dihitung dari keadaan pisau diam sampai bergerak dengan kecepatan
konstan sebesar 280 putaran/rnenit atau 1758.4 radian/menit yaitu :

© 2 =(» 0 2 +2-a-e

o)= kecepatan sudut = rpm


a = percepatan sudut = rev/min2
0 = sudut = rev
1758.4 2 =0 + 2-a-1758.4
a = 879.2 radian / menit2
a=140 rev/menit2
Dari data diatas maka torsi dari pisau dapat dihitung dengan cara :

Fpotong 175 75

Gambar 4.2.5. Gaya-gaya pada pisau


31

T - (Fpotong x h) = I x a
T = Torsi penggerak = Nm
=
Fpoumg Gaya potong untuk tembakau = 14.7 N
h = Ketinggian dari pusat poros ke titik berat pisau = 0.1826 m
I = Inersia massa = 0.00616 kg m
a = Percepatan pisau = 140 rev/ min 2
£ T = Ixoc
T - (Fpotong x h) = I x a

T - ( /4.7x0.1826)= 0.00616x140
T - 2 . 6 8 = 0.8624
T =3.55Nm
Jadi torsi yang dibutuhkan untuk menggerakkan pisau = 3.55 Nm.
Telah diketahui bahwa 1 pisau pada poros memiliki torsi sebesar 3.55 Nm.
Jika pada bagian poros memiliki 2 pisau, maka total torsi pada setiap bagian
adalah 3.55 Nm x 2 = 7.1 Nm

3.55 Nn
3.55 Nn

Gambar 4.2.6. Torsi pada poros pisau

4.2.6 Torsi pada pul/ey


Untuk menghitung torsi total dari poros yang dipengaruhi berat pulley,
maka harus menghitung massa dari pulley dengan memasukkan diameter pulley
yang dipakai sebesar 3 in = 76.2 mm dan tebal pulley 20 mm, sehingga dapat
dihitung pula momen inersia dari pulley.
32

Diketahui pada [3, hal 175], pada umumnya pulley dibuat dari besi cor
kelabu FC20 atau FC30, sehingga massa jenis besi cor adalah 7210 kg/m . [tabel
10]
Massa = p x V
-p^n^v1 xt
= 7210 x 3.14 xO.O3812x 0.02
= 0.66 Kg
Momen Inersia Pulley = Vi x m x r
= Vix 0.66 x 0.03812

• Momen inersia poros :


Poros ini tidak memerlukan kekuatan yang terlalu tinggi, karena putaran dari
poros ini juga tidak terlalu tinggi dan beban dari poros yang tidak terlalu berat.
Oleh karena itu bahan dari poros ini dipilih dari baja S 30 C. Bahan dari baja ini
tahan terhadap cuaca apapun sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.
Sehingga dapat diketahui massa jenis steel (p = 7830 kg/m3). [tabel 10]
Massa = p x V
= p x j t x r xt
= 7830 x 3.14 x0.0125 2 x 0.166
= 0.64 Kg
Momen Inersia Poros = lA x m x r2
= !/2x 0.64 x 0.01252
= 5xl0" 5 kgm 2

Jika diketahui percepatan sudut dari pisau sebesar 140 rev/menit2, maka torsi total
dari pulley adalah:

T-Tpisau =
T - 7 . 1 = (0.00005+ 0.000479)x 140
T - 7.1 =0.074
T =7.17Nm
Jadi torsi total yang diperlukan untuk menggerakkan/?«//<2y tersebut adalah
sebesar 7.17Nm.

4.2.7 Torsi pada Pulley motor


Pada mekanisme ini pullcy yang akan digunakan hanya 1 tingkat saja
dengan tujuan agar dapat mengubah-ubah rpm lewat perbandingan diameter
pulley, maka perbandingan putaran pulley pisau dan pulley motor yang akan
diambil 1 : 1 . Sehingga besar putaran, diameter, massa, torsi, dan percepatan
sudut dari pulley motor sama dibandingkan dengan pulley pisau :
• Momen inersia poros pulley motor :
Poros ini tidak memerlukan kekuatan yang terlalu tinggi, karena putaran dari
poros ini juga tidak terlalu tinggi dan beban dari poros yang tidak terlalu berat.
Oleh karena itu bahan dari poros ini dipilih dari baja S 30 C. Bahan dari baja ini
tahan terhadap cuaca apapun sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.
Sehingga dapat diketahui massa jenis steel (p = 7830 kg/m3). [tabel 10]
Massa = p x V
= pX7ixf x t
= 7830x3.14x0.008 2 x0.043
= 0.068 Kg
Inersia dari Poros pulley motor :
Iop = /4 x m x r2
m = massa poros = kg
r = jari-jari poros =m
Iop = l/2 x 0.068 x 0.0082

Maka kita dapat mencari torsi total dari pulley motor sebesar:

T - Tppisau = (ip + Ipl) x &

T - 7 . 1 7 = (0.00000217+ 0.000479)xl40
T - 7 . 1 7 = 0.067
T =7.24Nm
4.2.8 Pemilihan motor pisau
Diketahui kecepatan putar kedua pisau adalah 140 rpm, kemudian poros pisau
dihubungkan dengan reducer 1 : 1 0 , sehingga didapatkan putaran untuk motor
yang diinginkan adalah 1400 rpm dengan torsi 7.24 Nm menjadi 737.75 Kgmm.
Daya motor yang dibutuhkan :

p> [3, hal 84]


9.74xlO5
y 737.75x1400
9.74xlO5
P > 1.06 Kw

Untuk menentukan standar motor yang tersedia dipasaran, dapat


melihatnya pada tabel motor AC [tabel 11] dengan mencocokkan daya dan
putaran yang diinginkan (hasil perhitungan). Hal ini dilakukan dengan cara
pendekatan harga yang mendekati tabel:
Sehingga motor AC yang akan digunakan adalah :
AC motor 3 Phase, 50 Hz, 380 volt, class F insulation dengan daya 1.1 Kw dan
putaran 1420 rpm.

4.2.9 Perhitungan gaya-gaya pada pulley


Pemakaian sabuk V pada mekanisme ini disebabkan sabuk V memiliki harga
yang murah dan penangannyapun mudah, selain itu sabuk V akan menghasilkan
transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.
Untuk menentukan tipe sabuk V harus dicari daya pada pulley tersebut.

P> [3,hal84]
9.74><10
T = torsi pulley = 1.\1 Nm
N = rpm pulley = 140 rpm
7.17x140
" 9.74 xl0 5
P > 0.001 Kw
35

Dengan mengetahui daya pulley = 0.001 kw dan putaran pulley = 140 rpm, maka
kita dapat memilih sabuk V yang tepat dengan bantuan diagram pemilihan sabuk
V [tabel 6], yaitu : sabuk V tipe A.
Pada sabuk V tipe A pada umumnya berdimensi: [3, hal 164]

Gambar 4.2.7 Standar dimensi sabuk V tipe A

2p = 40° [2, hal 665]


p = 20°
Berat jenis sabuk V umumnya 0.05 Ib/in3 = 1.36 x 10"5 N/mm3 [2, hal 664]
Maka: W = 1.36 xlO~5x 12,5x9
= 1.53xlO~3N/mm
= 1.53 N/m
Jadi berat sabuk V per satuan panjang =1.53 N/m
Gaya gesek antara belt dan pulley ( n ) = 0.3 N [2, hal 668]
Jika jarak antara poros diketahui (C) sebesar 200 mm, maka panjang sabuk V
standart yang dibutuhkan
*(Dp + dm) (Dp - dm)2
L = 2C [3,hal 170]
Z 4C
L = Panjang keliling sabuk
C = Jarak sumbu antar poros
Dp = diameter/?w//e>) pisau
dm = diameter pulley motor

+ 3.14(76.2 + 76.2) + (76.2 - 76.2)2


L =2-200
4-200

L = 639.268 mm
Panjang sabuk V sebesar 639.268 mm, sedangkan yang dipakai berdasarkan yang
ada dipasaran yaitu 660 mm.
Maka sudut kontak 0 dari sabuk pada a\urpul/ey
_57(Dp-dm)
0=180 [3, hal 173]
2C
0 = 180-0
0 = 180°
0 = 3.14rad
Dan kecepatan linier ( V ) motor
n*dm
v = [3, hal 166]
60x1000
140x76.2
60x1000
v =0.1778m/s
Sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan/wZ/ey motor tersebut
sebesar:
1 1 7 \v *• 2

Fc = [3,hall82]
G
1.53x0.17782
Fc =
9.81
Fc = 0.00493 N
Jika torsi pada pulley motor sebesar 7.24 Nm maka dapat dihitung gaya pada sisi
tarikan pada sabuk ( Fl) dan gaya pada sisi kendor pada sabuk ( F2 ), yaitu
sebesar:

dimana:

0.3.-3.I4
y = p sin 20°

y=15.7
37

15.7 7.24
Fl = 0.00493 +
0.0381
Fl = 202.96 N
T
F2 F1

7.24
F2 = 202.96-
0.0381
F2 = 12.93 N
Jadi untuk gaya pada sisi tarik dan sisi kendor pada pulley penggerak berturut -
turut ( Fl) = 202.96 N dan ( F2 ) = 12.93 N
38

4.3 Perhitungan Gaya-gaya pada Poros Pisau


Dengan diketahui data - data diatas maka dapat dihitung poros pisau, yaitu

Gambar 4.3.1 Gaya - gaya dan torsi pada poros pisau

Untuk mencari momen bending poros pisau maka harus dicari terlebih
dahulu gaya - gaya pada penumpu ke arah horizontal dan ke arah vertikal.
Pada poros pisau ini dikenai gaya yang terdistribusi merata. Hal ini
disebabkan karena gaya berat dari poros dimana sebenamya setiap partikel yang
terdapat didalam poros memiliki gaya berat yang akhimya membentuk suatu
benda. Jadi gaya berat pada poros tersebut harus dinyatakan oleh sejumlah besar
gaya gaya kecil yang terdistribusi diseluruh bagian benda tersebut.

Analisa tegangan arah Vertikal:


Dimana : Wp = 0.64 kg = 6.28 N
F l = 202.96 N
Wpl = 0.66 kg =6.47 N
Wps = 0.34 kg= 3.34 N
39

Maka beban terpusat dari poros kearah sumbu Y :


W = w : dx
W = 6.28 : 0.166
Wp = 37.83 N/m

Untuk mencari besar gaya Rby dipakai perhitungan hukum Newton 1, dan
diambil titik A sebagai pusat momen:
-^SMt^ = 0 (CW^®)
F, • 0.055 - Wpl • 0.055 + Wp • 0.028 - Rby • 0.056 + Wps • 0.111 = 0
202.96 • 0.055 - 6.47 - 0.055 + 37.83 • 0.028 - Rby • 0.056 + 3.34 -0.111=0
11.16-0.36 + 1.06-Rby0.056 + 0.37 = 0
12.23-Rby-0.056 = 0
Rby = 218.44 N t

Untuk mencari besar gaya Ray dipakai perhitungan hukum Newton 1:


->LFv=0
Fl - Wpl + Ray - Wp + Rby - Wps = 0
202.96 - 6.47+ Ray-37.83+ 218.44-3.34 = 0
Ray = 373.76 N t

Perhitungan momen bending dan gaya geser arah vertikal


Fi
1
Wp

J
pp,

J(
Wpl. Roy Wps

Gambar 4.3.2 Analisa Arah Gaya Vertikal pada Poros


40

> Apabila dipotong dengan jarak 0< x O.055, maka gaya-gaya


yang terjadi:
n

Wpl

Gambar 4.3.3 Potongan Pertama

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, VI sebesar:


T EFV = 0
F l - W p l - W p - x - V , =0
V, = 196.49 -37.83 x
Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, Ml sebesar:
-> EM, =o (cw -> e ;
F\ -x-Wpl-x-Wp- x(x/2)-M, = 0
M 7 = 196.49-x-18.92-x 2

> Apabila dipotong dengan jarak 0.055< x O . l l l , maka gaya-gaya yang


terjadi:

¥1
1

VP

Wpl Ray

Gambar 4.3.4 Potongan Kedua


41

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, V2 sebesar :


T ZFV = 0
Fl-Wp] + Ray-Wp-x-V2 =0
V2 =202.96-6.47+ 373.76-37.83-x
V2 =570.25-37.83-x
Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, M2 sebesar:
->• ZM 2 = o (cw -> e ;
F\• x- Wpl-x + Ray • (x-0.055)- Wp• x{x/2)-M2 = 0
M2 = 202.96 • x - 6.47 • x + 373.76 • x - 20.56 -18.92 • x2
M2 = 570.25 • x - 20.56 -18.92 • x2

> Apabila dipotong dengan jarak 0.111< x <0.166, maka gaya-gaya yang
terjadi:

1
55 5f>
X

Vpl Roy Rby

Gambar 4.3.5 Potongan Ketiga

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, V3 sebesar :


t ZFV = 0
Fl - Wpl + Ray + Rby - Wp • x - V3 = 0
V 3 = 202.96-6.47+ 373.76+ 218.44-37.83-x
V3 = 788.69 -37.83 -x
Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, M3 sebesar:
-> EM^ = o (cw -> e ;
F\ • JC- Wpl • x + Ray-(JC-0.055)+ Rby\x-0.lll)-Wp-x{x'2)- M3 = 0
M3 = 202.96 • x - 6.47 • x + 373.76 • x - 20.56 + 218.44 • x - 24.25 -18.92 • x2
M3 = 788.69 • x - 44.81 -18.92 • x2
42

•116 6 3 N 414.1:-]1:. N

c9!45 N 230 33 N

7 N
101 6 N

. ?8 .

44.77 Nn
21 9
5.65 Nn ^———_——
— •——i ———— "

- 55 _.

Gambar 4.3.6 Diagram gaya dan Momen Tegangan Vertikal


43

Analisa tegangan arah Horisontal:


F2= 12.93 N

Untuk mencari besar gaya Rax dipakai perhitungan hukum Newton 1, dan diambil
titik A sebagai pusat momen:
-> ZMB = 0 (CW -»
0 = F 2 -0.111-Rax-0.056
F 2 x0.111
Rax = —
0.056
Rax = 25.63 N

Untuk mencari besar gaya Rbx dipakai perhitungan hukum Newton 1:


-> ZFH = 0
F2 - Rax = Rbx
Rbx = 12.93-25.63

Perhitungan momen bending dan gaya geser arah horisontal

F2
Rbx

55 56

Rax
Gambar 4.3.7 Analisa Arah Gaya Horisontal pada Poros
44

Apabila dipotong dengan jarak 0< x <0.055, maka gaya-gaya


yangterjadi:

VI

:J
Gambar 4.3.8 Potongan Pertama

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, VI sebesar:


tZF v =0
F2 • x - V, = 0
V, = 12.93 N

Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, Ml sebesar:


i; = o (cw -> e ;

M ; = 12.93 -x

> Apabila dipotong dengan jarak 0.055< x <0.111, maka gaya-gaya yang
terjadi:

V2

• X

Gambar 4.3.9 Potongan Kedua

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, V2 sebesar

F2 - Rax - V2 = 0
V2 =12.93-25.63
V2 = - 1 2 . 7 N
45

Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, M2


sebesar:
-> SM 2 = 0 (CW -> @)
F2 • x - Rax • (JC - 0.055) - M 2 = 0
M2 = 12.93-x-25.63-x + 1.41
M2 =-12.7-x + 0.77

> Apabila dipotong dengan jarak 0.11 K x <0.166, maka gaya-gaya yang
terjadi:

Pfi
Rax

Pbx
Gambar 4.3.10 Potongan Ketiga

Dengan mengasumsikan arah ke atas adalah positif, V3 sebesar :


tZF v =0
Rbx-V3=0
V3 =12.93-25.63 + 12.7
V3 = 0 N
Dengan mengasumsikan searah putaran jarum jam adalah positif, M3 sebesar:

-Mj =0
M3 =l2.93-x-25.63-x 12.7-x-1.41
M5 =
46

J
1.15 Nm 1.53 Nn

55 56 55

Gbr 4.3.11 Diagram Gaya dan Momen Tegangan Horisontal

Terlihat bahwa momen terbesar di titik b dan titik ujung kanan

M = V(44.77)2+(1.53)2
M = 44.8 A^m
^ Teori kegagalan tegangan geser maksimum (? max ) untuk menentukan
diameter poros : [2, hal 338]
16 v / 2 +T2 «f Ssyp
max i-« 1 "V E \r

fl.D N
~ Torsi pulley (T) = 3.93 Nm
~ Poros ini tidak memerlukan kekuatan yang terlalu tinggi, karena putaran dari
poros ini juga tidak terlalu tinggi dan beban dari poros yang tidak terlalu
berat. Oleh karena itu bahan dari poros ini dipilih dari baja St 60 yang
memiliki kekuatan tarik 700 N/mm2. Bahan dari baja ini tahan terhadap cuaca
apapun sehingga tidak memerlukan perawatan khusus. [tabel 1]
~ 700 N/mm2 = 7 x 108 N/m2

N
16-N
«•0.58-Syp
16-1.5
D3>

D > 0.09 mm
Jadi POROS menggunakan diameter 25 mm.
47

4.4 Conveyor atas


Desain untuk Conveyor atas dibuat miring adalah dengan tujuan untuk
menekan daun tembakau supaya lebih padat, sehingga lebih meringankan gaya
potong pada pisau potong.

Gambar 4.4.1 Conveyor atas

Keterangan : 1 = titik belt saat meninggalkan drive pulley


2 = tittk belt saat memasuki tail pulley
3 = titik belt saat meninggalkan lailpulley
4 = titik belt saat memasuki drive pulley
5 = Flat idler
6 = drive pulley
1 = lail pulley

4.4.1 Perhitungan Sistem Conveyor


Direncanakan:
'r Dimensi beban:
• Panjang : 600 mm
• Lebar : 100 mm
• Tinggi : 30 mm

4.4.2 Berat belt per meter (qb)


Dalam perhitungan besar berat belt per meter dipengaruhi oleh lebar belt
dan koefisien 8i dan 82.
Diketahui: lebar belt (B) = 100 mm
5i = loadedside = 3 [tabel 2]
82 = return side = 1 [tabel 2]
i = jumlah lapisan belt = 1
Perhitungan untuk mencari berat dari belt tiap meter menurut panjangnya
adalah:[l,hal71]
qb = l . l B ( ( 8 - i ) + S, +S 2

= l . l - 0 . 1 - [ f — - 3 1 +3

= l.lkg/m

4.4.3 Berat idler per meter [1, hal 104]


Pada perhitungan berat idler per meter dipengaruhi oleh lebar belt (B) dan
besar dari berat idler per meter pada sisi load akan mempengaruhi besar dari
berat idler per meter pada sisi return.
p = panjang idler = 0.35 m
• Berat idler untuk^Za/ idler
G p =10-B + 3
=10-0.1+3
= 4kg
• Berat idler per meter untuk flal idier

0.35
= 11.43kg/m

4.4.4 Perhitungan Beban


Untuk menghitung beban yang terjadi pada conveyor diperlukan besar
kapasitas per meter (q), besar dari q akan mempengaruhi beban pada sisi load.
Selain itu beban yang terjadi pada conveyor juga dipengaaihi oleh berat dari belt
dan idler.
Diketahui: Kapasitas (Q) = 0.0173474 Kg/detik
Kecepatan Conveyor (u) = 3x10" m/dt
Kapasitas per meter (q) [1, hal 24]

u
0.0173474
0.003
5.78 kg/m

Diketahui : L = Panjang lintasan conveyor = 0.6 m


w' = Koefisien resislansi dari belt di roller bearing nniwkflat idler
= 0.035 [tabel 7]
Beban pada sisi load (W3j4) [1, hal 103]
W3i4 = (q + qb + q ' ) . L x w'
= (5.78+1.1+ 11.43)-0.6x0.035
= 18.3-0.021
= 0.3843 kg

• Beban pada sisi kembali (Wi 2 ) [1, hal 103]


W u = qb -L-w'
= 1.1 -0.6-0.035
= 0.0231 kg

4.4.5 Perhitungan Tegangan Tarik Belt


Dimana : a = sudut belt (radian) = 180° = 3.14 [1, hal 81]
J4. = koefisien gesek antara belt danpulley = 0.3 [tabel 5]
K = resislance on the deflecting pulley
= for a 180° wrap angle = 1.05 [1, hal 105]
Sii Gaya tarik belt saat meninggalkan drive pulley (S4) [1, hal 81]

0 3 3 14
= S,-e ' - '
= 2.57 S, (1)
• Gaya tarik belt saat memasuki tailpulley (S2)

S 2 =S,+W,.2
= S,+0.0231 (2)

• Gaya tarik bell saat meninggalkan lailpulley (S3) [1, hal 32]
5 3 = K • S2
= 1.05-S 2
= 1.05-(S,+0.0231)
= 1.05 S, + 0.024....(3)

• Gaya tarik belt saat memasuki drive pulley (S4)


54 = S3 + W3>4
= S 3 +0.3843 (4)

Dengan mensubtitusikan persamaan 1, 2, dan 3 ke persamaan 4 diperoleh


S4 = S4

2.57 S, = S 3 +0.3843
2.57 S, = (1.05 S, + 0.024) + 0.3843
1.52 S, = 0.4
S, = 0.263 kg

= 0.263+0.0231
= 0.29 kg

S 3 = K • S2
= 1.05 • 0.29
= 0.3kg

S4 = S3 + W3.4
= 0.3 + 0.3843
= 0.68kg
• Ressistansi pada driving pulley dengan mengakibatkan loss (kerugian) pada
bearing [1, hal 32]
Wdr = k-(S 4 +S,)
Besarnya Wdr adalah umumnya 5% dari jumlah tegangan pada saat bell kendor
dan beli tegang, sehingga nilai k = 0,05. [1, hal 32]
= 0.05-(0.68+ 0.263)
= 0.047 kg

Wo (tarikan efektif) [1, hal 34]


Wo = (S4- Si) + Wdr
= (0.68 - 0.263) + 0.047
= 0.46 kg

4.4.6 Putaran Roda gigi Conveyor


• Untuk mencari putaran Roda gigi conveyor maka diperlukan besar dari
kecepatan sudut (©)•
Direncanakan : Dg 1 = 70 mm= 0.07 m
Rg 1 = 0.035 m
Kecepatan Conveyor (u) = 3 x 10"3 m/dt
u = © •R
0.003 = © • 0.035
0) = 0.0857 rad/sec
• Dengan memasukkan kecepatan sudut pada perhitungan putaran per menit
(rpm) didapat:
w-60
n= [1, hal 37]

0.0857-60
n=

0.8 putaran/min
4.4.7 Gaya tekan tembakau

Gambar 4.4.2 Gaya tekan tembakau

Diketahui dari hasil percobaan untuk penekanan ketebalan tembakau


menjadi % bagian adalah diperlukan gaya tekan sebesar 5 Kg. Gaya tekan ini
disebut juga gaya normal (Fn) yang arahnya keatas dan kebawah.
Secara matematis, gaya gesek kinetis dapat dituliskan sebagai:
Fk = #k•Fn
fik = koefisien gesek kinetis antara bell {rubber) diatas besi.
= 0.3 [tabel 9]
> Fk = 0.3x5
= 1.5Kg

4.4.8 Torsi Roda gigi Conveyor atas


Diketahui: Rg 1 = 0.035 m
Fg = Wo + Fk
= 0.46+ 1.5
= 1.96Kg
= 1.96-9.81 N
= 19.23 N
Jadi Torsi Roda gigi Conveyor atas ;

= 19.23- 0.035
= 0.67 Nm
4.5 Conveyor bawah
(4)

Gambar 4.5.1 Conveyor bawah

Keterangan : 1 = titik belt saat meninggalkan drivepulley


2 - titik belt saat memasuki tailpulley
3 = titik belt saat meninggalkan tail pulley
4 = titik belt saat memasuki drive pulley
5 = Flat idler
6 = drive pulley
1 - tail pulley

4.5.1 Perhitungan Sistem Cowveyor


Direncanakan :
^ Dimensi beban :
• Panjang : 900 mm
• Lebar : 100 mm
• Tinggi : 30 mm

4.5.2 Berat helt per meter (qb)


Dalam perhitungan besar berat belt per meter dipengaruhi oleh lebar belt
dan koefisien h\ dan 82.
Diketahui: lebar belt (B) = 100 mm
81 = loaded side = 3 [tabel 2]
82 — return side ~ 1 [tabel 2]
i = jumlah lapisan belt = 1
Perhitungan untuk mencari berat dari bell tiap meter menurut panjangnya
adalah: [I,hal71]

= l.lkg/m

4.5.3 Berat idler per meter [1, hal 104]


Pada perhitungan berat idler per meter dipengaruhi oleh lebar belt (B) dan
besar dari berat idler per meter pada sisi load akan mempengaruhi besar dari
berat idler per meter pada sisi relurn.
1 = panjang idler = 0.85 m
• Berat idler untuk flat idler
G p =10-B +
=10-0.1 + 3
= 4kg
• Berat idler per meter untuk flat idler

p
1
4
0.85
= 4.7kg/m

4.5.4 Perhitimgan Beban


Untuk menghitung beban yang terjadi pada conveyor diperlukan besar
kapasitas per meter (q), besar dari q akan mempengaruhi beban pada sisi load.
Selain itu beban yang terjadi pada conveyor juga dipengaruhi oleh berat dari belt
dan idler.
55

> Diketahui: Kapasitas (Q) = 0.0173474 Kg/detik


Kecepatan Conveyor (u) = 3 x 10"3 m/dt
• Kapasitas per meter (q) [1, hal 24]

u
0.0173474
0.003
5.78 kg/m

Diketahui: L = Panjang lintasan conveyor = 1 m


w' = Koefisien resistansi dari belt di roller bearing nntvkflal idler
= 0,035 [tabel 7]
Beban pada sisi load(WiA) [1, hal 103]
W3i4 = (q + qb + q'). L x w'
= (5.78+ 1.1 +4.7) -1x0.035
= 11.58-0.035
= 0.4 kg
Beban pada sisi kembali (W^) [1, hal 103]
W u = qb L-w'
= 1.1 -1-0.035
= 0.0385 kg

4.5.5 Perhitungan Tegangan Tarik Belt


Dimana : a = sudut belt (radian) = 180° = 3.14 [ 1, hal 81 ]
[i = koefisien gesek antara belt dan pulley = 0.3 [tabel 5]
K = resistance on the deflecting pulley
= for a 180° wrap angle = 1.05 [1, hal 105]
• Gaya tarik belt saat meninggalkan drive pulley (S4) [ 1, hal 81 ]

0,3 - 3,14
— Si • e

= 2.57S, •(1)
• Gayatarik beh saat memasuki tail pulley (S4)

S2=S|+WU2
= S,+0.0385 (2)

• Gaya tarik beh saat meninggalkan tail pulley (S 3 ) [1, hal 32]
5 3 = K • S2

= 1.05-S 2
= 1.05- (S,+0.0385)
= 1.05Si + 0.04....(3)

• Gaya tarik belt saat memasuki drive pulley (S4)

5 4 = S 3 + W3,4
= S3+0.4 (4)

Dengan mensubtitusikan persamaan 1, 2, dan 3 ke persamaan 4 diperoleh


S4 = S4

2.57 Si = S3 +0.4
2.57 Si = (1.05 Si +0.04)+ 0.4
1.52 Si = 0.45
S, = 0.29kg

= 0.29+ 0.0385
= 0.33 kg

S 3 = K • S2
= 1.05 • 0.33
= 0.35 kg

S 4 = S 3 + W.3.4

= 0.35 + 0.4
= 0.75 kg
57

• Ressistansi pada driving pulley dengan mengakibatkan loss (kerugian) pada


bearing [1, hal 32]
Wdr = k-(S 4 +SO
Besarnya Wdr adalah umumnya 5% dari jumlah tegangan pada saat belt kendor
dan belt tegang, sehingga nilai k = 0,05. [1, hal 32]
= 0.05-(0.75+ 0.29)
= 0.05kg

Wo (tarikan efektif) [1, hal 34]


Wo = (S 4 - Si) + Wdr
= (0.75 - 0.29) + 0.05
= 0.5kg

4.5.6 Putaran Roda gigi Conveyor


• Untuk mencari putaran Roda gigi conveyor maka diperlukan besar dari
kecepatan sudut (co).
Direncanakan : Dg 1 = 70 mm= 0.07 m
Rg 1 = 0.035 m
Kecepatan Conveyor (u) = 3 x 10"3 m/dt
u = G) • R
0.003 = co • 0.035
© = 0.0857 rad/sec
" Dengan memasukkan kecepatan sudut pada perhitungan putaran per menit
(rpm) didapat:
w-60
n= [I,hal37]
2%
0.0857-60
n=
2x
= 0.8 putaran / min
58

4.5.7 Gaya tekan tembakau

Gambar 4.5.2 Gaya tekan tembakau

Diketahui dari hasil percobaan untuk penekanan ketebalan tembakau


menjadi V* bagian adalah diperlukan gaya tekan sebesar 5 Kg. Gaya tekan ini
disebut juga gaya normal (Fn) yang arahnya keatas dan kebawah.
Secara matematis, gaya gesek kinetis dapat dituliskan sebagai:
Fk = fik • Fn

#k = koefisien gesek kinetis antara belt (ruhber) diatas besi.


= 0.3 [tabel 9]
> Fk = 0.3x5
= 1.5Kg

4.5.8 Berat tembakau diatas conveyor


Volume beban :
V = P-L-T
= 1-0.1 -0.03
= 3 - 10~3m3
Berat beban:
Massa jenis tembakau (p) yang didapat dari hasil percobaan adalah 619,553 kg/m3
mt = p • V

= 619,553 x 3-10"3
= 1.86kg

4.5.9 Momen torsi spurpinion adalah :


Tsg = 0.67 Nm
Gaya tangensial spur gear :
T

0.67
= 19.14N
0.035
Ftsp = Ft sg = 19.14 N = 1.95 Kg

4.5.10 Torsi Roda gigi Conveyor bawah


Diketahui: Rg 1 = 0.035 m
Fg = Wo + Fk + mt + Ftsp
= 0.5+1.5+1.86+ 1.95
= 5.81 Kg
= 5.81- 9.81 N
= 56.996 N
Jadi Torsi Roda gigi Conveyor bawah:
T = F g • Rg
= 56.996- 0.035
= 1.99Nmi

4.5.11 Percepatan Conveyor


Jika conveyor mempunyai percepatan konstan dan dihitung dari keadaan
conveyor diam sampai bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4.5
putaran/menit atau 28.26 radian/menit yaitu :

co2 = coo2 +2-OC-6


o)= kecepatan sudut = rpm
a = percepatan sudut = rev/min2
0 = sudut = rev
28.262 = 0 + 2-a-28.26
a = 14.13 radian / menit2
a=2.25 rev/menit2
4.5.12 Momen Inersia poros
Poros ini tidak memerlukan kekuatan yang terlalu tinggi, karena putaran
dari poros ini juga tidak terlalu tinggi dan beban dari poros yang tidak terlalu
berat. Oleh karena itu bahan dari poros ini dipilih dari baja S 30 C. Bahan dari
baja ini tahan terhadap cuaca apapun sehingga tidak memerlukan perawatan
khusus. Sehingga dapat diketahui massa jenis steel (p = 7830 kg/m3). [tabel 10]
Momen inersia poros :
Massa = p x V
= p^rc^r2 xt
= 7830x3.14x0.008 2 x0.22
= 0.35 Kg
Momen Inersia Poros = lA x m x r
= V2 x 0.35 x 0.0082
= 1.12xlO-5kgm2

4.5.13 Torsi Pulley gear

Untuk menghitung torsi total dari poros yang dipengaruhi berat pulley
besar maka kita harus menghitung massa dari pulley besar dengan
mememasukkan diameter pulley besar yang dipakai sebesar 6.25 in = 158.75 mm
dan tebal pulley 17.5 mm, sehingga dapat dihitung pula momen inersia dari
pulley.

Diketahui pada [3, hal 175], pada umumnya pulley dibuat dari besi cor kelabu
FC20 atau FC30, sehingga massa jenis besi cor adalah 7210 kg/m3. [tabel 10]
Massa = p x V
= px7rxr xt
= 7210 x 3.14 x0.08 2 x 0.0175
= 2.54Kg
Momen Inersia Pulley besar = lA x m x r2
= !/ 2 x2.54x0.08 2
= 0.008 kgm2
Maka torsi total dari pulley adalah : .

T - T p = (lp + Ipl)xa

T-1.99 = (0.0000112+ 0.008)x 2.25


T-1.99 = 0.018
T =2.01Nm

4.5.14 Perhitungan Pulley


Pada mekanisme ini pulley yang akan digunakan hanya 1 tingkat saja, maka
perbandingan putaranpulley pisau danpulley motor yang akan diambil 1 : 2.5.
Nm_25
Np
Nm = putaran pulley motor
Nb = putaran pulley Conveyor
Nm
4.5
Nm = 11.25 rpm

4.5.15 Torsi pada poros motor


Untuk mengetahui torsi total dari poros motor (Tm) maka harus dicari
terlebih dahulu massa dan momen inersia dari poros dan juga pulley dari motor.
Jika diketahui diameter dari pulley conveyor sebesar 158.75 mm maka diameter
pulley dari motor sebesar:

= 2.5
dm
Dp = diameter/>w//ey motor
dm = diameter/?w//ey conveyor
D
A P
dm = —-
2.5
dm = 63.5 mm
Sehingga massa dari pulley dapat dicari :
Diketahui pada [3, hal 175], pada umumnya pulley dibuat dari besi cor
kelabu FC20 atau FC30, sehingga massa jenis besi cor adalah 7210 kg/m3. [tabel
10]
Massa = pxV
= p x K x r xt
= 7210 x 3.14 x0.03175 2 x 0.021
= 0.48Kg
Momen Inersia Pulley = Vz x m x r2

= 2.42 x 10"4 kgm2

Inersia dari Poros pulley motor


Poros ini tidak memerlukan kekuatan yang terlalu tinggi, karena putaran
dari poros ini juga tidak terlalu tinggi dan beban dari poros yang tidak terlalu berat.
Oleh karena itu bahan dari poros ini dipilih dari baja S 30 C. Bahan dari baja ini
tahan terhadap cuaca apapun sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.
Sehingga dapat diketahui tnassa jenis steel (p = 7830 kg/m3). [tabel 10]
Massa = p x V

= 7830 x 3.14 x 0.01 l 2 x 0.056


= 0.17Kg
Momen Inersia Poros = lA x m x r
= '/ 2 x 0.17 x 0.0112
= 1 xl0~ 5 kgm 2

Jika diketahui torsi dari conveyor (Tc) adalah 2.01 Nm maka torsi pada
pulley dari motor dapat dihitung dengan perbandingan :

2.5
Tm
Tc = diameter pulley conveyor
Tm = diameter pulley motor
2.01
Tm =
2.5
Tm = 0.81 Nm

Percepatan dari pulley motor juga dapat dicari dengan rumus


perbandingan, dimana telah diketahui percepatan sudut dari motor sebesar 75
rev/menit2 maka percepatan sudut dari pulley motor sebesar:

2.5=™
occ
ocm = Percepatansudut/n///eymotor
a c = Percepatan sudut pulley conveyor
am = 2.25x2.5
am = 5.625 rev/menit2

Dengan diketahuinya percepatan sudut pulley motor sebesar 5.625


rev/menitit22 maka kita dapat mencari torsi total dari poros motor sebesar :

T - T m = (lp + Ipl)xa
T - 0.81 = (0.00001 + 0.000242)x 5.625
T-0.81 =0.0014
T =0.81 Nm
Jadi torsi total yang harus dihasilkan motor untuk dapat menggerakkan
seluruh mekanisme pisau sebesar 0.81 Nm.

4.5.16 Pemilihan motor


Untuk mendapatkan rpm yang mendekati rpm mtor yang ada dipasaran maka
mekanisme diberi reducer yang akan menaikkan rpm keluaran. Perbandingan
reducer tersebut adalah 1: 120, sehingga rpm keluaran adalah 1350 rpm.
Dengan diketahui data - data diatas maka dapat dihitung gaya - gaya pada
sabuk. Perhitungan ini dimulai dengan mengetahui daya rencana yang akan
ditransmisikan, yaitu:
T = 0.81 Nm = 82.22 kgmm . .
Daya motor yang dibutuhkan :

TX
P> " . [3, hal 84]
9.74xlO3
y 82.22x1350
9.74 xlO5
P > 0.11 Kw

Untuk menentukan standar motor yang tersedia dipasaran, dapat


melihatnya pada tabel motor AC [tabel 11] dengan mencocokkan daya dan
putaran yang diinginkan (hasil perhitungan). Hal ini dilakukan dengan cara
pendekatan harga yang mendekati tabel:
Sehingga motor AC yang akan digunakan adalah :
AC motor 3 Phase, 50 Hz, 380 volt, class F insulation dengan daya 0.18 Kw dan
putaran 1380 rpm.

4.5.17 Perhitungan gaya-gaya pada pulley


Pemakaian sabuk V pada mekanisme ini disebabkan sabuk V memiliki
harga yang murah dan penangannyapun mudah, selain itu sabuk V akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.
Untuk menentukan tipe sabuk V harus dicari daya pada pulley tersebut.
Tx n
P> . [3, hal 84]
5
9.74xlO
T = torsi pulley = 0.81 Nm
N = rpm pulley = 11.25 rpm
0.81x11,25
9.74 xl0 5
P > 9.36 x 10^'Kw
Dengan mengetahui daya pul/ey = 9.36 x 10"6 kw dan putaranpulley = 11.25
rpm, maka kita dapat memilih sabuk V yang tepat dengan bantuan diagram
pemilihan sabuk V [tabel 6], yaitu : sabuk V tipe A.
Pada sabuk V tipe A pada umumnya berdimensi : [3, hal 164]
tJL>

w ! - ' • :
t' «>!.tr

Gambar 4.5.3 Standar dimensi sabuk V tipe A

2P = 40° [2, hal 665]

3 _ v5-
Berat jenis sabuk V umumnya 0.05 Ib/in' = 1.36 x 10° N/mmJ [2, hal 664]
Maka: W = 1.36 x 10"5 x 12,5 x 9
= 1.53xlO"3N/mm
= 1.53 N/m
Jadi berat sabuk V per satuan panjang = 1.53 N/m
Gaya gesek antara belt danpulley ( n ) = 0.3 N [2, hal 668]
Jika jarak antara poros diketahui ( C) sebesar 500 mm, maka panjang sabuk V
standart yang dibutuhkan

, A fl(Dp + dm) + (Pp - dm)2


L=2C [3,hal 170]
2 4C
L = Panjang keliling sabuk
C = Jarak sumbu antar poros
Dp = diameter pulley conveyor
dm =diameter/w//<?>'motor

^ 3.14(158.75 + 63.5) + (l58.75 -63.5) 2


L =2-500
2 4 500
L = 1353.47 mm
Panjang sabuk V sebesar 1353.47 mm, sedangkan yang dipakai berdasarkan yang
ada dipasaran yaitu 1372 mm.
Maka sudut kontak G dari sabuk pada alur pulley
_57(Dp-dm)
= 180 [3, hal 173]
2C
_ 57(158.75-63.5)
0 = 180
" 2-500
& = 180-5.43
& =174.57"
8 = 3.05 rad
Dan kecepatan linier ( V) motor
nxdm
v = 60x1000 [3, hal 166]

= 11.25x63.5
60x1000
v =0.0119m/s
Sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan/w//ey motor tersebut
sebesar:

Fc= [3,hall82]
G
1.53xO.O1192
Fc =
9.81
Fc = 0.0000221N
Jika torsi padapulley motor sebesar 0.81 Nm maka dapat dihitung gaya pada sisi
tarikan pada sabuk ( Fl) dan gaya pada sisi kendor pada sabuk (F2 ), yaitu
sebesar:

dimana:

= p sin 20°

y = 14.52

Fl =0.0000221 + 14.52 \ °- 81
14.52-1 I 0.03175
Fl = 27.4 N
F2 = F1 —

0.81
= 27.4-
0.03175
F2 = 1.89N
Jadi untuk gaya pada sisi tarik dan sisi kendor pada pulley penggerak berturut -
turut ( Fl) = 27.4 N dan ( F2 ) = 1.89 N
4.6 Perencanaan Spie / Pasak :

Bidang abcd = bidang kena usaha geser

Gambar 4.6.1 Diagram Bebas Pasak dari Tinjauan Tegangan Geser

Gambar 4.6.2Diagram Bebas Pasak dari Tinjauan Tegangan Kompresi

4.6.1 Pasak pada poros pisau


Bahan dari pasak ini adalah baja S 30 C yang memiliki kekuatan tarik 48
kg / mm2 [tabel 1], dipilih bahan ini supaya pasak rusak terlebih dahulu dari pada
poros akibat beban. Untuk poros dengan diameter 25 mm maka pasak yang
dipakai berukuran W = 0.25 in dan H = 0.25 in. [Tabel 8]
Langkah - langkah untuk menghitung panjang pasak yaitu :
Data:
> T = 7.1Nm
> Dengan pemilihan pasak berbentuk segi empat (square key)

T
F= [3, hal 25]

F = Gaya tangensial pada permukaan poros


D = diameter poros
T = Torsi
Maka gaya tangensial pada pemmkaan poros:
T
F=
d/2
7.1
F=
0.025/2
F = 568 N

Untuk mencari tegangan geser maksimum :


ff = Tq„x(sflxsf2)[3,hal8]
Tmax = Tegangan geser maksimum
o = Kekuatan tarik bahan poros
Sfl = Faktor keamanan untuk bahan SC dengan pengarah massa = 6. [3, hal 8]
Sf2 =1,5 dikenakan pada tumbukan ringan. [3, hal 8]

max
(sflxsf2j
48
(6x1.5)

Maka panjang pasak:


s F
[3, hal 25]

568
5.33 >
6.35*L
L > 16.78 mm
Jadi panjang pasak minimum yang harus digunakan sebesar 16.78 mm

4.6.2 Pasak pada poros pulley gear


Bahan dari pasak ini adalah baja baja S 30 C yang memiliki kekuatan tarik
48 kg / mm2 [tabel 1], dipilih bahan ini supaya pasak rusak terlebih dahulu dari
pada poros akibat beban. Untuk poros dengan diameter 25 mm maka pasak yang
dipakai berukuran W = 0.25 in dan H = 0.25 in. [Tabel 8]
70

Langkah - langkah untuk menghitung panjang pasak yaitu:


Data:
> T = 7.17Nm
> Dengan pemilihan pasak berbentuk segi etnpat (square key)

F= [3, hal 25]


d/2
F = Gaya tangensial pada permukaan poros
D = diameter poros
T = Torsi
Maka gaya tangensial pada pemmkaan poros :

F=^-
d/2
^ 7.17
0.025/2

F = 573.6 N

Untuk mencari tegangan geser maksimum :

imax = Tegangan geser maksimum


a = Kekuatan tarik bahan poros
Sfl = Faktor keamanan untuk bahan SC dengan pengaruh massa = 6. [3, hal 8]
Sf2 =1,5 dikenakan pada tumbukan ringan. [3, hal 8]
a
Tmax
~ (sfl* s f2)
48
Jmax
(6x1.5)

7 max =5.33kg/mm 2

Maka panjang pasak:

[3,hal25]
II

573.6
5.33 >
6.35xL
L > 16.95 mm
Jadi panjang pasak minimum yang harus digunakan sebesar 16.95 mm
4.7 Perencanaan Bearing

s s

01
(li

{3| DcngAn i)u3 scial l i n p « ln»r>I»Jt

Gambar 4.7.1 ball Bearing

Digunakannya bantalan gelinding karena cocok untuk menahan beban yang


sedang selain itu juga mampu untuk menahan beban radial murni dan tidak berisik pada
saat beroperasi.
—*• Gaya Radial yang bekerja:

Fr = yJFv2 + Fh1
—> Umur Bearing:

l0 [2, hal 485]


"
c = Beban Radial
P = Beban Ekivalen
B = Konstanta dimana untuk Ball Bearing = 3 ; Roller Bearing = 10/3
N = kecepatan putaran (Rpm)

Bearing pada poros pisau


4.7.1 Bearing A

Fr = y]Rax2 + Ray2

Rax = 25.63 N
Ray = 373.76 N

Fr = V2163 2 +373.762 = 374.64 N


11

Umur Bantalan: - •-
- D poros = 25 mm
Ball bearing jenis terbuka, 6005ZZ dua sekat.
-> D = 47 mm ; B - 12 mm ; C = 790 kg [tabel 7]
- n = 140 Rpm
- P = V .Fr dimana V = faktor putaran = 1 (ring dalam berputar)
dan =1,2 (ring luar berputar)
P = 1-374.64= 374.64 N
- b=3
,3
790 10"
J
10H
= 1116.245 jam = 7.8 tahun (dengan asumsi pemakaian
1 374.64 J 60x140
tiap hari sebanyak 12 jam/hari)

4.7.2 Bearing B
Rbx=12.7N
Rby = 218.44 N

^Fr = + Rby2 = Vl2.72 +218.442 = 218.8N

Umur Bantalan :D poros = 25 mm


- Ball bearing jenis terbuka, 6005ZZ dua sekat.
- • D = 47 m m ; B = 12 mm ; C - 790 kg [tabel 7]
- n = 140 Rpm
- P = V .Fr dimana V = faktor putaran = 1 (ring dalam berputar)
dan =1,2 (ring luar berputar)
- b=3
P = V.Fr= 1-218.8 = 218.8 N
3
790 10"
L 10H = 5603.5 jam= 9.86 tahun (dengan asumsi pemakaian 12
218.8 60x140
jam/hari)

Anda mungkin juga menyukai