Anda di halaman 1dari 63

SAMBUTAN

KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT, atas izin dan ridho-Nya Dinas
Ketahanan Pangan Kabupaten Kampar telah dapat membuat Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) Kabupaten Kampar Tahun
2022. Peta ini dibuat untuk menjelaskan mengenai kondisi ketahanan pangan di Kabupaten
Kampar berdasarkan 3 (tiga) dimensi Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan, Akses dan
Pemanfaatan pangan sampai pada tingkat desa untuk setiap kecamatan se-Kabupaten
Kampar.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, ketersediaanya dalam
jumlah dan mutu yang cukup menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan cerdas. Saat ini tantangan dan permasalahan dibidang
pangan sulit untuk dihindari. Salah satunya adanya konversi dan alih fungsi lahan pangan
produktif untuk berbagai keperluan pembangunan disamping bertambahnya jumlah
penduduk setiap tahunnya.
Dalam koteks lini pembangunan Ketahanan Pangan di Kabupaten Kampar harus
menjadi prioritas, dalam hal peningkatan ketersediaan pangan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat sehari-hari. Hingga saat ini Kabupaten Kampar baru
memproduksi pangan pokok (beras) sekiar 31 Persen dari kebutuhan konumsi penduduk,
dimana kekurangannya didatangkan dari Provinsi tetangga Sumatera Barat serta dari hasil
produksi pangan di Pulau Jawa dan Bahkan Sulawesi.
Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah Kabupaten Kampar Bukan sebagai
daerah penghasil beras sebagai pangan pokok, dan tantangan yang dihadapi adalah
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kampar yang sebagian besar disebabkan tingginya
arus urbanisasi dari luar Kabupaten Kampar, sehingga mengakibatkan jumlah konsumsi
pangan pokok (beras) terus mengalami peningkatan.
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan sangat besar manfaatnya,
terutama untuk membarikan gambaran tentang daerah-daerah di Kabupaten Kampar yang
memiliki kecukupan dan kerentanan pangan, program dan kegiatan yang perlu dilakukan
serta kebijakan yang akan diterapkan dalam mengatasi kerentanan pangan. Salah satu
permasalahan pangan kabupaten Kampar yaitu sulitnya dalam meningkatkan produksi
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat, hal ini disebabkan karena
terbatasnya daya dukung lahan khususnya ketesediaan air irigasi untuk tanaman pangan
dan tingginya laju alih fungsi lahan, tingginya urbanisasi yang menyebabkan mengikatnya
kebutuhan pangan pokok (beras). Oleh karena itu harus ada suatu pemetaan yang
menggambarkan kondisi ketahanan dan kerentanan pangan sehingga dapat dijadikan acuan
dalam menyusun dan melaksanakan program/kegiatan yang terkait dengan ketahanan
pangan.
Kehadiran Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan ini, kiranya bermanfaat
pula bagi semua pihak dan dapat dijadikan sabagai salah satu referensi dalam pengambilan
kebijakan dan keputusan dalam pembangunan Ketahanan Pangan, termasuk dalam
pemanfaatan potensi pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai pangan strategis substitusi
pangan pokok beras.
Semoga Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan ini bermanfaat untuk kita bersama.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bangkinang, Desember 2022

KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN


KABUPATEN KAMPAR

Ir. COKROAMINOTO, MM
NIP. 19630817 199310 1 001
DAFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA DINAS


KATA PENGANTAR i
RINGKASAN ESKKLUSIF ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2 Kerangka Konsep Ketahanan Pangan …………………………………………… 1
dan Gizi
1.3 Metodologi …………………………………………… 5
BAB 2 KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN …………………………………………… 10
KOMPOSIT
2.1 Kondisi Ketahanan Pangan …………………………………………… 10
2.2 Faktor Penyebab Kerentanan Pangan …………………………………………… 22
BAB 3 KETERSEDIAAN PANGAN …………………………………………… 23
3.1 Lahan Pertanian …………………………………………… 23
3.2 Produksi …………………………………………… 25
3.3 Sarana dan Prasarana Ekonomi …………………………………………… 33
3.4 Strategi Pemenuhan Ketersediaan …………………………………………… 35
Pangan
BAB 4 AKSES TERHADAP PANGAN …………………………………………… 36
4.1 Penduduk dengan Tingkat …………………………………………… 36
Kesejahteraan Terendah
4.2 Akses Transportasi …………………………………………… 38
4.3 Strategi Peningkatan Akses Pangan …………………………………………… 40
BAB 5 PEMANFAATAN PANGAN …………………………………………… 41
5.1 Akses Terhadap Air Bersih …………………………………………… 41
5.2 Rasio Tenaga Kesehatan …………………………………………… 43
5.3 Dampak (Outcome) dari Status …………………………………………… 44
Kesehatan
5.4 Strategi Peningkatan Pemanfaatan …………………………………………… 47
Pangan
BAB 6 REKOMENDASI KEBIJAKAN …………………………………………… 51

i
DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Indikator FSVA Kabupaten 2022 …………………………………………… 6
Tabel 1.2 Bobot Indikator Individu …………………………………………… 8
BAB 2 KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KOMPOSIT
Tabel 2.1 Sebaran Jumlah Desa Berdasarkan …………………………………………… 10
Prioritas
Tabel 2.2 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 12
Prioritas 1
Tabel 2.3 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 13
Prioritas 2
Tabel 2.4 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 14
Prioritas 3
Tabel 2.5 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 15
Prioritas 4
Tabel 2.6 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 17
Prioritas 5
Tabel 2.7 Sebaran Desa Berdasarkan …………………………………………… 19
Prioritas 6
BAB 3 KETERSEDIAAN PANGAN
Tabel 3.1 Sebaran Luas Lahan Baku Sawah …………………………………………… 24
terhadap Total Lahan
berdasarkan Prioritas
Tabel 3.2 Produksi Serealia Pokok dan …………………………………………… 26
Umbi-umbian 2017-2021 (Ton)
Tabel 3.3 Produksi Total Serealia Pertahun …………………………………………… 27
dan Laju Pertumbuhan Produksi
Tabel 3.4 Produksi Padi 2017-2021 (Ton) …………………………………………… 28
Tabel 3.5 Produksi Jagung 2017-2021 (Ton) …………………………………………… 29
Tabel 3.6 Produksi Ubi Kayu 2017-2021 …………………………………………… 30
(Ton)
Tabel 3.7 Produksi Ubi Jalar 2017-2021 …………………………………………… 32
(Ton)
Tabel 3.8 Sebaran Sarana Prasarana …………………………………………… 33
berdasarkan Prioritas

ii
BAB 4 AKSES TERHADAP PANGAN
Tabel 4.1 Persentase Populasi Dibawah …………………………………………… 36
Garis Kemiskinan Kabupaten
Kampar
Tabel 4.2 Sebaran Desa dengan Tingkat …………………………………………… 36
Kesejahteraan Terendah
berdasarkan Skala Prioritas
Tabel 4.3 Akses Transportasi Desa …………………………………………… 39
berdasarkan Skala Prioritas
BAB 5 PEMANFAATAN PANGAN
Tabel 5.1 Sebaran Desa Berdasarkan Rumah …………………………………………… 41
Tangga Tanpa Akses Air Bersih
Tabel 5.2 Sebaran Rasio Tenaga Kesehatan …………………………………………… 43
di Desa berdasarkan Skala
Prioritas
Tabel 5.3 Penderita Gizi Buruk 2017-2021 …………………………………………… 45
Tabel 5.4 Jumlah Kematian Balita dan Ibu …………………………………………… 46
saat Melahirkan Per-Kecamatan

iii
DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi ………………………………….. 4
BAB 2 KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KOMPOSIT
Gambar 2.1 Grafik Sebaran Jumlah Desa ………………………………….. 11
Berdasarkan Prioritas
Gambar 2.2 Peta Ketahanan dan Kerentanan ………………………………….. 11
Pangan Kabupaten Kampar Tahun
2022
Gambar 2.3 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 12
1
Gambar 2.4 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 13
2
Gambar 2.5 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 14
3
Gambar 2.6 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 15
4
Gambar 2.7 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 16
5
Gambar 2.8 Sebaran Desa Berdasarkan Prioritas ………………………………….. 19
6
BAB 3 KETERSEDIAAN PANGAN
Gambar 3.1 Sebaran Luas Lahan Baku Sawah ………………………………….. 24
terhadap Total Lahan berdasarkan
Prioritas
Gambar 3.2 Produksi Serealia Pokok dan Umbi- ………………………………….. 25
umbian 2017-2021 (Ton)
Gambar 3.3 Produksi Total Serealia Pertahun ………………………………….. 26
dan Laju Pertumbuhan Produksi
Gambar 3.4 Produksi Padi 2017-2021 (Ton) ………………………………….. 27
Gambar 3.5 Produksi Jagung 2017-2021 (Ton) ………………………………….. 29
Gambar 3.6 Produksi Ubi Kayu 2017-2021 (Ton) ………………………………….. 30
Gambar 3.7 Produksi Ubi Jalar 2017-2021 (Ton) ………………………………….. 31
Gambar 3.8 Sebaran Sarana Prasarana ………………………………….. 33
berdasarkan Prioritas
Gambar 3.9 ………………………………….. 34

iv
Gambar 3.10 ………………………………….. 34
BAB 4 AKSES TERHADAP PANGAN
Gambar 4.1 Grafik Penduduk Tingkat ………………………………….. 37
Kesejateraan Rendah
Gambar 4.2 Peta Jumlah Penduduk Tingkat ………………………………….. 37
Kesejateraan Rendah Per-
Kecamatan
Gambar 4.3 Grafik Desa Tanpa Akses ………………………………….. 39
Penghubung Memadai
Gambar 4.4 Peta Desa Tanpa Akses ………………………………….. 39
Penghubung Memadai
BAB 5 PEMANFAATAN PANGAN
Gambar 5.1 Grafik Rumah Tangga Tanpa Akses ………………………………….. 42
Air Bersih
Gambar 5.2 Peta Rumah Tangga Tanpa Akses ………………………………….. 42
Air Bersih
Gambar 5.3 Grafik Tenaga Kesehatan ………………………………….. 43
Gambar 5.4 Peta Rasio Tenaga Kesehatan ………………………………….. 44
Gambar 5.5 Grafik Penderita Gizi Buruk ………………………………….. 46
Gambar 5.6 Grafik Kematian Balita dan Ibu Saat ………………………………….. 47
Melahirkan
BAB 6 REKOMENDASI KEBIJAKAN
Gambar 6.1 Kerangka Intervensi untuk 51
Meningkatkan Ketahanan Pangan

v
KATA PENGANTAR

Pangan merupakan kebutuhan essensial dan komoditi paling strategis dalam


kehidupan manusia. Kenyataan ini menggambarkan bahwa masalah rawan pangan bukan
sekedar masalah ekonomi tetapi lebih dari itu yaitu masalah kehidupan manusia. Upaya
untuk memantau situasi ketahanan pangan wilayah, membutuhkan perincian informasi
tentang kemampuan wilayah dalam ketersediaan pangan, aspek akses terhadap pangan dan
aspek pemanfaatan pangan.
Laporan ini memberi gambaran/informasi tentang analisa keadaan ketiga indikator
tersebut di atas.
Informasi yang menggambarkan ketersediaan pangan, aspek akses terhadap pangan
dan aspek pemanfaatan pangan penduduk tingkat Kecamatan diseluruh Kabupaten/Kota
digambarkan dalam bentuk tabel data dan dalam bentuk peta FSVA.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan ini, oleh karena itu saran
dan kritik kami harapkan guna kesempurnaan dimasa mendatang. Semoga hal ini berguna
sebagai bahan Evaluasi dalam menyusun Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
khususnya di Kabupaten Kampar.

Bangkinang, 2022

Kepala Dinas Ketahanan Pangan


Kabupaten Kampar

Ir. COKROAMINOTO, MM
Pembina Utama Muda
NIP. 19630817 199310 1 001

i
RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Ketersediaan informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata


dengan baik sangat penting untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan
kerawanan pangan dan gizi, karena dapat memberikan arah dan rekomendasi
kepada pembuat keputusan dalam penyusunan program, kebijakan, serta
pelaksanaan intervensi di tingkat pusat dan daerah. Penyediaan informasi
diamanahkan dalam UU No 18/ 2012 tentang Pangan dan PP No 17/2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi yang mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk membangun, menyusun, dan
mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi yang terintegrasi.

2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas –
FSVA) merupakan peta tematik yang menggambarkan visualisasi geografis dari hasil
analisa data indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan. Informasi dalam
FSVA menjelaskan lokasi wilayah rentan terhadap kerawanan pangan dan indikator
utama daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan.

3. FSVA Kabupaten merupakan peta yang menggambarkan situasi ketahanan dan


kerentanan pangan wilayah Desa/Kelurahan. Indikator yang digunakan dalam
penyusunan FSVA merupakan turunan dari tiga aspek ketahanan pangan, yaitu
ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan. Pemilihan indikator
didasarkan pada: (i) keterwakilan 3 pilar ketahanan pangan (ii) tingkat sensitifitas
dalam mengukur situasi ketahanan pangan dan gizi; dan (iii) ketersediaan data
tersedia secara rutin untuk periode tertentu yang mencakup seluruh wilayah
Desa/Kelurahan. Enam indikator digunakan dalam penyusunan FSVA Kabupaten.

4. Indikator pada aspek ketersediaan pangan adalah (1) Rasio luas lahan pertanian
terhadap luas lahan total; (2) Rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi terhadap
jumlah rumah tangga. Indikator pada akses pangan adalah (1) Rasio penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap total jumlah penduduk;
(2) Kampung dengan akses penghubung kurang memadai. Indikator pada aspek
pemanfaatan pangan adalah: (1) Rasio rumah tangga tanpa akses air bersih
memadai; (2) Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk.

5. Desa/Kelurahan diklasifikasikan dalam 6 kelompok ketahanan pangan dan gizi


berdasarkan pada tingkat keparahan dan penyebab dari situasi ketahanan pangan
dan gizi. Desa/Kelurahan di Prioritas 1, 2 dan 3 merupakan wilayah rentan pangan
dengan klasifikasi Prioritas 1 tingkat rentan pangan tinggi, Prioritas 2 rentan pangan
sedang, dan prioritas 3 rentan pangan rendah. Desa/Kelurahan di Prioritas 4, 5, dan
6 merupakan wilayah tahan pangan dengan klasifikasi prioritas 4 tahan pangan
rendah, prioritas 5 tahan pangan sedang, sedangkan prioritas 6 yaitu tahan pangan
tinggi.

v
6. Hasil analisis FSVA 2022 menunjukkan bahwa Desa/Kelurahan rentan pangan
Prioritas 1-3 sebanyak 58 Desa/Kelurahan dari 250 Desa/Kelurahan (23,2 %) yang
terdiri dari Prioritas 1; 14 Desa (5,6 %) Prioritas 2; 24 Desa (9,6 %) dan Prioritas 3; 20
Desa (8,0%). Desa prioritas 1 di tersebar 8 desa di kecamatan Kampar Kiri Hulu; 5
desa di Kampar Kiri dan 1 desa di kecamatan XIII Koto Kampar. Desa prioritas 2
tersebar 9 desa di kecamatan Kampar Kiri Hulu; 6 desa di kecamatan Kampar Kiri; 4
desa di kecamatan Siak Hulu; 2 desa di kecamatan XIII Koto Kampar; 1 desa di
kecamatan Kampa; 1 desa di kecamatan Salo; 1 desa di kecamatan Tapung. Desa
Prioritas 3 tersebar 5 di kecamatan Tapung Hulu; 3 di kecamatan Kampar Kiri Hulu; 2
di kecamatan Gunung Sahilan; 2 di kecamatan Koto Kampar Hulu; 2 di kecamatan
Siak Hulu; 2 di kecamatan Tapung; 2 di kecamatan XIII Koto Kampar; 1 di kecamatan
Tapung Hilir dan 1 di kecamatan Kampar Kiri.

7. Karakteristik desa rentan pangan ditandai dengan kurang tersedianya lahan


Pertanian, kurangnya sarana prasarana penyedia pangan pokok, tingginya angka
kemiskinan, infrastruktur jalan yang belum memadai, jumlah rumah tangga tanpa
akses air bersih yang memadai, serta jumlah tenaga kesehatan yang kurang.

8. Program-program peningkatan ketahanan pangan dan menangani kerentanan


pangan kampung diarahkan pada kegiatan:

a. Penanganan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja, padat karya,


redistribusi lahan; pembangunan infrastruktur dasar (jalan, listrik, rumah sakit),
dan pemberian bantuan sosial; serta pembangunan usaha
produktif/UMKM/padat karya untuk menggerakan ekonomi wilayah;
b. Peningkatan akses air bersih melalui penyediaan fasilitas dan layanan air bersih;
sosialisasi dan penyuluhan;
c. Penyediaan tenaga kesehatan.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Kampar terdiri dari 21 (Dua puluh satu) Kecamatan dan 250 (Dua ratus
lima puluh) desa dengan total penduduk sebesar 857.752 jiwa (BPS). Kabupaten Kampar
secara geografis terletak di antara 01˚00’40 Lintang utara sampai 00˚27’00” Litang selatan
dan 100˚28’30” - 101˚14’30” Bujur timur. Kabupaten Kampar di sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Kuantan Singingi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten
Siak dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatra
Barat yang memiliki kurang lebih wilayah seluas 1.128.982 Km2.

Perekonomian Kabupaten Kampar tergantung pada sektor Pajak Daerah yang masih
mempunyai peranan tinggi terhadap PDRB. Akan tetapi sektor ini tahun 2021 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, di mana tahun 2021 peranannya naik dari 100% menjadi
108,76%. kenaikan ini disebabkan semua sub sektor yang ada dalam sektor sector Pajak
Daerah mengalami kenaikan peranan. Selain sektor Pajak Daerah sektor yang mengalami
kenaikan tahun 2021 adalah sektor Dana Perimbangan, yaitu dari 100% menjadi 118,27%.
Sementara sektor lainnya mengalami penurunan yaitu dari 100% menjadi 58,49%, dengan
total keseluruhan dari 100% naik menjadi 104,92%. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih
sangat banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dan para pemegang kepentingan
(stakeholder) dalam melakukan pembangunan.

Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 114 dan Peraturan
Pemerintah No. 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi Pasal 75
mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban membangun, menyusun, dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan
Gizi yang terintegrasi, yang dapat digunakan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi,
stabilisasi pasokan dan harga pangan serta sebagai sistem peringatan dini terhadap masalah
pangan dan kerawanan pangan dan gizi.

Informasi tentang ketahanan dan kerentanan pangan penting untuk memberikan


informasi kepada para pembuat keputusan dalam pembuatan program dan kebijakan, baik
di tingkat pusat maupun tingkat lokal, untuk lebih memprioritaskan intervensi dan program
berdasarkan kebutuhan dan potensi dampak kerawanan pangan yang tinggi. Informasi
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen untuk mengelola krisis pangan
dalam rangka upaya perlindungan/penghindaran dari krisis pangan dan gizi baik jangka
pendek, menengah maupun panjang.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |1


Dalam rangka menyediakan informasi ketahanan pangan yang yang akurat dan
komprehensif, disusunlah Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and
Vulnerability Atlas-FSVA sebagai instrumen untuk monitoring ketahanan pangan wilayah. Di
tingkat nasional FSVA disusun sejak tahun 2002 bekerja sama dengan World Food
Programme (WFP). Kerjasama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (Food
Insecurity Atlas - FIA) pada tahun 2005. Pada tahun 2009, 2015, 2018, 2021 disusun Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA).

Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional disusun pula FSVA Provinsi dengan
analisis sampai tingkat kecamatan dan FSVA Kabupaten dengan analisis sampai tingkat desa.
Dengan demikian, permasalahan pangan dapat dideteksi secara cepat sampai level yang
paling bawah. FSVA kabupaten telah disusun sejak tahun 2012 dan dimutakhirkan pada
tahun 2016. Untuk mengakomodir perkembangan situasi ketahanan pangan dan
pemekaran wilayah desa, maka dilakukan pemutakhiran FSVA Kabupaten pada tahun 2022.
Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA Kabupaten menyediakan sarana
bagi para pengambil keputusan untuk secara cepat dalam mengidentifikasi daerah yang
lebih rentan, dimana investasi dari berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan
manusia dan infrastruktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan
dampak yang lebih baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada
tingkat desa.
Pengembangan FSVA tingkat desa merupakan hal yang sangat penting, dimana
kondisi ekologi dan kepulauan yang membentang dari timur ke barat, kondisi iklim yang
dinamis dan keragaman sumber penghidupan masyarakat menunjukkan adanya perbedaan
situasi ketahanan pangan dan gizi di masing-masing wilayah. FSVA Kabupaten akan menjadi
alat yang sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk
mengurangi kesenjangan ketahanan pangan.

1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Peran pangan bukan hanya penting untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar dan
mencegah kelaparan, namun lebih jauh dari itu peran pangan dengan kandungan gizi di
dalamnya bagi kecerdasan bangsa dan peningkatan kualitas hidup manusia untuk
menghasilkan manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif seperti disebutkan dalam
definisi ketahanan pangan. Kecukupan pemenuhan pangan dalam jumlah dan mutunya
berkorelasi dengan produktivitas kerja dan pertumbuhan otak serta kecerdasan dan pada
akhirnya berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam undang-undang didefinisikan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |2


Menimbang pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan nasional, Bab III
Undang-undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa Pemerintah harus
melakukan perencanaan penyelenggaraan pangan. Pada pasal 6, penyelenggaraan pangan
diarahkan untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan.
Definisi ketahanan pangan (food security) yang dianut oleh Food and Agricultural
Organisation (FAO) dan dirujuk oleh UU Pangan saat ini mengacu pada konsep awal food
security yang dihasilkan oleh World Food Summit tahun 1996. Merujuk pada konsep tentang
pentingnya nutrition security yang diajukan oleh Unicef pada awal tahun 1990an yang
menambahkan aspek penyakit infeksi sebagai penyebab masalah gizi disamping ketahanan
pangan rumahtangga, maka International Food Policy Research Institute (IFPRI) menyebut
konsep ketahanan pangan FAO tersebut sebagai Food and Nutrition Security. Pada tahun
2012 FAO1 mengajukan definisi food security menjadi food and nutrition security untuk
menyempurnakan konsep dan definisi sebelumnya.
Upaya FAO ini sejalan dengan upaya Standing Committee on Nutrition (SCN), suatu
lembaga non struktural yang juga berada di bawah United Nations (PBB) yang pada tahun
20132 juga merekomendasikan penyempurnaan definisi ketahanan pangan (food security)
menjadi ketahanan pangan dan gizi (food and nutrition security). Dalam pemahaman baru
ini, perwujudan ketahanan pangan tidak hanya berorientasi pada upaya penyediaan pangan
dalam jumlah yang cukup bagi setiap individu, namun juga harus disertai upaya untuk
meningkatkan efektivitas pemanfaatan pangan bagi terciptanya status gizi yang baik bagi
setiap individu. Dalam konteks ini optimalisasi utilisasi pangan tidak cukup hanya dari
kualitas pangan yang dikonsumsi, namun juga harus didukung oleh terhindarnya setiap
individu dari penyakit infeksi yang dapat mengganggu tumbuh kembang dan kesehatan
melalui kecukupan air bersih dan kondisi sanitasi lingkungan dan higiene yang baik.
Kerangka pikir ketahanan pangan dan gizi ini dituangkan dalam Gambar 1.1.

1
Disampaikan pada Commitee on World Food Security, 36th sessions of 15-22 October 2012, Rome-Italia
2
Disampaikan pada UNSCN Meeting of the Minds and Nutrition Impact of Food System, 25-28 March di New
York

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |3


Gambar 1.1. Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi
(Sumber: FAO dan UNSCN)

Analisis dan pemetaan FSVA dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai


ketahanan pangan dan gizi seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan
Pangan dan Gizi (Gambar 1.1). Kerangka konseptual tersebut dibangun berdasarkan tiga
pilar ketahanan pangan, yaitu: ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan, serta
mengintegrasikan gizi dan kerentanan di dalam keseluruhan pilar tersebut.
Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam
negeri, cadangan pangan, serta pemasukan pangan (termasuk didalamnya impor dan
bantuan pangan) apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, regional, kecamatan dan tingkat
masyarakat.
Akses pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan
yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari berbagai sumber seperti: produksi dan
persediaan sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan
mungkin tersedia di suatu daerah tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika
mereka tidak mampu secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman
makanan yang cukup.
Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan
kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi. Pemanfaatan pangan
juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan, keamanan air untuk

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |4


minum dan memasak, kondisi kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi
individu dengan kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga
sesuai dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status
kesehatan setiap anggota rumah tangga. Mengingat peran yang besar dari seorang ibu
dalam meningkatkan profil gizi keluarga, terutama untuk bayi dan anak-anak, pendidikan ibu
sering digunakan sebagai salah satu proxy untuk mengukur pemanfaatan pangan rumah
tangga.
Dampak gizi dan kesehatan merujuk pada status gizi individu, termasuk defisiensi
mikronutrien, pencapaian morbiditas dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pangan, serta praktek-praktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap
dampak keadaan gizi pada kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.
Kerentanan dalam peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap
kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau kelompok
masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko dan kemampuan
untuk mengatasi situasi tertekan.
Kerawanan pangan dapat menjadi kondisi yang kronis atau transien. Kerawanan
pangan kronis adalah ketidakmampuan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pangan
minimum dan biasanya berhubungan dengan struktural dan faktor-faktor yang tidak
berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintahan daerah,
infrastruktur publik, sistim kepemilikan lahan, distribusi pendapatan dan mata pencaharian,
hubungan antar suku, tingkat pendidikan, sosial budaya/adat istiadat dll.
Kerawanan pangan transien adalah ketidakmampuan sementara yang bersifat
jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum yang sebagian besar
berhubungan dengan faktor dinamis yang dapat berubah dengan cepat/tiba-tiba seperti
penyakit menular, bencana alam, pengungsian, perubahan fungsi pasar, tingkat hutang dan
migrasi. Perubahan faktor dinamis tersebut umumnya menyebabkan kenaikan harga pangan
yang lebih mempengaruhi penduduk miskin dibandingkan penduduk kaya, mengingat
sebagian besar dari pendapatan penduduk miskin digunakan untuk membeli makanan.
Kerawanan pangan transien yang berulang dapat menyebabkan kerawanan aset rumah
tangga, menurunnya ketahanan pangan dan akhirnya dapat menyebabkan kerawanan
pangan kronis.

1.3. Metodologi

Kerentanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan


analisis dari sejumlah parameter. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi dapat
dikurangi dengan mengelompokkan indikator proxy ke dalam tiga kelompok yang berbeda
tetapi saling berhubungan, yaitu ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses rumah tangga
terhadap pangan dan pemanfaatan pangan secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |5


ketersediaan dan keterjangkauan bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok
tersebut.
Indikator
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten,
memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator nasional maupun
provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap kerawanan pangan di
tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA Kabupaten didasarkan pada: (i) hasil review
terhadap pemetaan daerah rentan rawan pangan yang telah dilakukan sebelumnya; (ii)
tingkat sensitivitas dalam mengukur situasi ketahanan pangan dan gizi; (iii) keterwakilan
pilar ketahanan pangan dan gizi; dan (iv) ketersediaan data pada seluruh desa.
Indikator yang digunakan dalam FSVA Kabupaten terdiri dari 6 (enam) indikator yang
mencerminkan tiga aspek ketahanan pangan.
Tabel 1.1. Indikator FSVA Kabupaten 2022
Indikator Definisi Sumber Data
A. Aspek Ketersediaan Pangan
Rasio luas baku lahan sawah Luas baku lahan sawah Badan Pangan
terhadap luas wilayah desa dibandingkan luas wilayah desa Nasional, Data PODES
2022
Rasio jumlah sarana dan Jumlah sarana dan prasarana Badan Pangan
prasarana ekonomi terhadap ekonomi (pasar, minimarket, Nasional, Data PODES
jumlah rumah tangga toko, warung, restoran dll) 2022
dibandingkan jumlah rumah
tangga desa
B. Aspek Akses terhadap Pangan
Rasio jumlah penduduk Jumlah penduduk dengan status BPS Kampar 2020
dengan tingkat kesejahteraan kesejahteraan terendah
terendah terhadap jumlah (penduduk dengan tingkat
penduduk desa kesejahteraan pada Desil 1)
dibandingkan jumlah penduduk
desa
Desa yang tidak memiliki Desa yang tidak memiliki akses Badan Pangan
akses penghubung memadai penghubung memadai dengan Nasional, Data PODES
melalui darat atau air atau kriteria: (1) Desa dengan sarana 2022
udara transportasi darat tidak dapat
dilalui sepanjang tahun; (2)
Desa dengan sarana
transportasi air atau udara
namun tidak tersedia angkutan
umum

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |6


Indikator Definisi Sumber Data
C. Aspek Pemanfaatan Pangan
Rasio jumlah rumah tangga Jumlah rumah tangga desil 1 s/d Badan Pangan
tanpa akses air bersih 4 dengan sumber air bersih Nasional, Data PODES
terhadap jumlah rumah tidak terlindung dibandingkan 2022
tangga desa jumlah rumah tangga desa
Rasio jumlah tenaga Jumlah tenaga kesehatan terdiri Dinas Kesehatan
kesehatan terhadap jumlah atas: 1) Dokter umum/spesialis; Kabupaten Kampar
penduduk desa 2) dokter gigi; 3) bidan; 4) 2020
tenaga kesehatan lainnya
(perawat, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga gizi,
apoteker/asisten apoteker)
dibandingkan jumlah penduduk
desa

Metode Analisis

1. Analisis Indikator Individu

Analisis indikator individu dilakukan dengan mengelompokkan indikator individu kedalam


beberapa kelas berdasarkan metode sebaran empiris. Sementara itu data kategorik
mengikuti standar pengelompokkan yang sudah ditetapkan oleh BPS.

2. Analisis Komposit

Metodologi yang diadopsi untuk analisis komposit adalah dengan menggunakan metode
pembobotan. Metode pembobotan digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan
relatif indikator terhadap masing-masing aspek ketahanan pangan. Metode pembobotan
dalam penyusunan FSVA mengacu pada metode yang dikembangkan oleh The Economist
Intelligence Unit (EIU) dalam penyusunan Global Food Security Index (EIU 2016 dan 2017)
dan International Food Policy Research Institute (IFPRI) dalam penyusunan Gobal Hunger
Index (IFPRI 2017). Goodridge (2007) menyatakan jika variabel yang digunakan dalam
perhitungan indeks berbeda, maka perlu dilakukan secara tertimbang (pembobotan) untuk
membentuk indeks agregat yang disesuaikan dengan tujuannya.

Langkah-langkah perhitungan analisis komposit adalah sebagai berikut:

a. Standarisasi nilai indikator dengan menggunakan z-score dan distance to scale (0 – 100)
b. Menghitung skor komposit kabupaten/kota dengan cara menjumlahkan hasil perkalian
antara masing-masing nilai indikator yang sudah distandarisasi dengan bobot indikator,
dengan rumus:

………………………………………………………...… (1)

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |7


Dimana:
Yj : Skor komposit kabupaten/kota ke-j
ai : Bobot masing-masing indikator
Xij : Nilai standarisasi masing-masing indikator pada kabupaten/kota ke-j

Besaran bobot masing-masing indikator dibagi sama besar untuk setiap aspek ketahanan
pangan, karena setiap aspek memiliki peran yang sama besar terhadap penentuan
ketahanan pangan wilayah. Bobot untuk setiap indikator mencerminkan signifikansi atau
pentingnya indikator tersebut dalam menentukan tingkat ketahanan pangan suatu
wilayah.

Tabel 1.2 Bobot Indikator Individu

No Indikator Bobot
1. Rasio luas baku lahan sawah terhadap luas wilayah desa 1/6

2. Rasio jumlah sarana dan prasarana ekonomi terhadap jumlah 1/6


rumah tangga
Sub Total 1/3
3. Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan 1/6
terendah terhadap jumlah penduduk desa
4. Desa yang tidak memiliki akses penghubung memadai 1/6

Sub Total 1/3


5 Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap 1/6
jumlah rumah tangga desa
8 Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk 1/6
desa
Sub Total 1/3

c. Mengelompokan desa/kelurahan ke dalam 6 kelompok prioritas berdasarkan cut off


point komposit. Skor komposit yang dihasilkan pada masing-masing wilayah
dikelompokkan ke dalam 6 kelompok berdasarkan cut off point komposit. Cut off point
komposit merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing perkalian antara bobot
indikator individu dengan cut off point indikator individu hasil standarisasi z-score dan
distance to scale (0-100).

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |8


………………………………………………………...… (2)

Dimana:
Kj : cut off point komposit ke-J
ai : Bobot indikator ke-i
Cij : Nilai standarisasi cut off point indikator ke-I kelompok ke-j

Wilayah yang masuk ke dalam kelompok 1 adalah desa/kelurahan yang cenderung


memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi daripada desa/kelurahan dengan kelompok
diatasnya, sebaliknya wilayah pada kelompok 6 merupakan desa/kelurahan yang
memiliki ketahanan pangan paling baik. Penting untuk menegaskan kembali bahwa
sebuah desa/kelurahan yang diidentifikasikan sebagai relatif lebih tahan pangan
(kelompok Prioritas 4-6), tidak berarti semua kpenduduk di dalamnya juga tahan pangan.
Demikian juga, tidak semua penduduk di desa/kelurahan Prioritas 1-3 tergolong rentan
pangan.

3. Pemetaan
Hasil analisis indikator individu dan komposit kemuadian divisualisasikan dalam bentuk peta.
Peta-peta yang dihasilkan menggunakan pola warna seragam dalam gradasi warna merah
dan hijau. Gradasi merah menunjukkan variasi tingkat kerentanan pangan tinggi dan gradasi
hijau menggambarkan variasi kerentanan pangan rendah. Untuk kedua kelompok warna
tersebut, warna yang semakin tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari ketahanan
atau kerentanan pangan.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 |9


BAB 2
KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN KOMPOSIT

Sebagaimana disebutkan di dalam Bab 1, bahwa kondisi kerentanan terhadap


kerawanan pangan kronis secara komposit ditentukan berdasarkan 6 indikator yang
berhubungan dengan ketersediaan pangan, akses pangan dan penghidupan, serta
pemanfaatan pangan dan gizi, yang dijelaskan secara rinci pada Bab Tiga, Empat dan Lima.
Peta kerentanan terhadap kerawanan pangan komposit ditetapkan melalui Analisis
Pembobotan.
2.1. KONDISI KETAHANAN PANGAN
Peta komposit menjelaskan kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu
wilayah (kecamatan) yang disebabkan oleh kombinasi dari berbagai dimensi kerawanan
pangan. Berdasarkan hasil pembobotan, desa-desa dikelompokkan ke dalam 6 prioritas.
Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang menggambarkan tingkat kerentanan yang paling
tinggi, sedangkan prioritas 6 merupakan prioritas yang relatif lebih tahan pangan. Dengan
kata lain, wilayah (desa) prioritas 1 memiliki tingkat resiko kerentanan terhadap kerawanan
pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah (desa) lainnya sehingga memerlukan
perhatian segera. Meskipun demikian, wilayah (desa) yang berada pada prioritas 1 tidak
berarti semua penduduknya berada dalam kondisi rawan pangan, juga sebaliknya wilayah
(desa) pada prioritas 6 tidak berarti semua penduduknya tahan pangan. Hasil analisis
komposit terhadap 250 desa di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sebaran Jumlah Desa berdasarkan Prioritas
Prioritas Jumlah Desa Persentase

1 14 5,6 %

2 24 9,6 %

3 20 8,0 %

4 22 8,8 %

5 75 30,0 %

6 95 38,0 %

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 10


Gambar 2.1. Grafik Sebaran Jumlah Desa berdasarkan Prioritas
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dari 250 desa yang ada di Kabupaten Kampar
maka didapatkan 14 desa Prioritas 1 (5,6%), 24 desa Prioritas 2 (9,6%), 20 desa Prioritas 3
(8.0%), 22 desa Prioritas 4 (8,8%), 75 desa Prioritas 5 (30,0%) dan 96 desa Prioritas 6
(38,0%). Peta ketahanan dan kerentanan pangan terhadap 250 desa secara komposit dapat
dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 2.2. Peta Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Kabupaten Kampar Tahun 2022

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 11


Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 1 berjumlah 14 desa, desa
prioritas 1 terdapat di wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu 8 desa (57%), Kecamatan
Kampar Kiri 5 desa (36%) dan Kecamatan XIII Koto Kampar 1 desa (7%). Sebaran desa
prioritas 1 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Gambar 2.3. Sebaran Jumlah Desa Priroitas 1 per Kecamatan

Tabel 2.2. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 1


No. Nama Desa Kecamatan
1. Balung XIII Koto Kampar
2. SUNGAI RAMBAI Kampar Kiri
3. TANJUNG HARAPAN Kampar Kiri
4. SUNGAI SARIK Kampar Kiri
5. TANJUNG MAS Kampar Kiri
6. SUNGAI HARAPAN Kampar Kiri
7. KOTA LAMA Kampar Kiri Hulu
8. PANGKALAN KAPAS Kampar Kiri Hulu
9. TANJUNG BERINGIN Kampar Kiri Hulu
10. BATU SASAK Kampar Kiri Hulu
11. GAJAH BERTALUT Kampar Kiri Hulu
12. PANGKALAN SERAI Kampar Kiri Hulu
13. TERUSAN Kampar Kiri Hulu
14. SUBAYANG JAYA Kampar Kiri Hulu

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 12


Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 2 berjumlah 24 desa, desa
prioritas 2 terdapat di wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu 9 desa (38%), Kecamatan
Kampar Kiri 6 desa (25%), Kecamatan Siak Hulu 4 desa (17%), Kecamatan XIII Koto Kampar 2
desa (8%), Kecamatan Kampa 1 desa (4%), Kecamatan Salo 1 desa (4%) dan Tapung 1 desa
(4%). Sebaran desa prioritas 2 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Gambar 2.4. Sebaran Jumlah Desa Priroitas 2 per Kecamatan

Tabel 2.3. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 2

No. Nama Desa Kecamatan


1. Sungai Putih Kampa
2. Siabu Salo
3. Sungai Agung Tapung
4. Tanjung Alai XIII Koto Kampar
5. Koto Tuo Barat XIII Koto Kampar
6. Lubuk Siam Siak Hulu
7. Buluh Nipis Siak Hulu
8. Pangkalan Baru Siak Hulu
9. Kepau Jaya Siak Hulu
10. Sungai Liti Kampar Kiri
11. Domo Kampar Kiri
12. Muara Selaya Kampar Kiri
13. Iv Koto Setingkai Kampar Kiri
14. Padang Sawah Kampar Kiri
15. Sungai Raja Kampar Kiri
16. Aur Kuning Kampar Kiri Hulu
17. Batu Sanggan Kampar Kiri Hulu
18. Tanjung Belit Kampar Kiri Hulu
19. Ludai Kampar Kiri Hulu

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 13


No. Nama Desa Kecamatan
20. Kebun Tinggi Kampar Kiri Hulu
21. Lubuk Bigau Kampar Kiri Hulu
22. Tanjung Karang Kampar Kiri Hulu
23. Sungai Santi Kampar Kiri Hulu
24. Tanjung Permai Kampar Kiri Hulu

Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 3 berjumlah 20 desa, desa


prioritas 3 terdapat di wilayah Kecamatan Tapung Hulu 5 desa (25%), Kecamatan Kampar
Kiri Hulu 3 desa (15%), Kecamatan Gunung Sahilan 2 desa (10%), Kecamatan Koto Kampar
Hulu 2 desa (10%), Kecamatan Siak Hulu 2 desa (10%), Kecamatan Tapung 2 desa (10%),
Kecamatan XIII Koto Kampar2 desa (10%), Kecamatan Tapung Hilir 1 desa (5%) dan
Kecamatan Kampar Kiri 1 desa (5%). Sebaran desa prioritas 3 dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Gambar 2.5. Sebaran Jumlah Desa Prioritas 3 per Kecamatan

Tabel 2.4. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 3

No. Nama Desa Kecamatan


1. Sekijang Tapung Hilir
2. Teluk Paman Kampar Kiri
3. Gunung Sahilan Gunung Sahilan
4. Sahilan Darussalam Gunung Sahilan
5. Lubuk Agung XIII Koto Kampar
6. Ranah Sungkai XIII Koto Kampar
7. Buluh Cina Siak Hulu
8. Tanjung Balam Siak Hulu
9. Pantai Cermin Tapung
10. Batu Gajah Tapung

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 14


No. Nama Desa Kecamatan
11. Lubuk Agung XIII Koto Kampar
12. Ranah Sungkai XIII Koto Kampar
13. Danau Sontul Kampar Kiri Hulu
14. Deras Tajak Kampar Kiri Hulu
15. Bukit Betung Kampar Kiri Hulu
16. Senama Nenek Tapung Hulu
17. Muara Intan Tapung Hulu
18. Intan Jaya Tapung Hulu
19. Rimba Makmur Tapung Hulu
20. Rimba Jaya Tapung Hulu

Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 4 berjumlah 22 desa, Sebaran


desa prioritas 4 dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Gambar 2.6. Sebaran Jumlah Desa Prioritas 4 per Kecamatan

Tabel 2.5. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 4

No. Nama Desa Kecamatan


1. Pasir Sialang Bangkinang
2. Makmur Sejahtera Gunung Sahilan
3. Tanjung Rambutan Kampar
4. Penghidupan Kampar Kiri Tengah
5. Bukit Kratai Rumbio Jaya
6. Teratak Buluh Siak Hulu
7. Parit Baru Tambang
8. Sibuak Tapung

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 15


No. Nama Desa Kecamatan
9. Koto Aman Tapung Hilir
10. Danau Lancang Tapung Hulu
11. Deli Makmur Kampa
12. Tanjung Bungo Kampa
13. Kuntu Kampar Kiri
14. Sungai Paku Kampar Kiri
15. Teluk Paman Timur Kampar Kiri
16. Pulau Gadang XIII Koto Kampar
17. Muara Takus XIII Koto Kampar
18. Pongkai Istiqamah XIII Koto Kampar
19. Gema Kampar Kiri Hulu
20. Tanjung Belit Selatan Kampar Kiri Hulu
21. Dua Sepakat Kampar Kiri Hulu
22. Muara Bio Kampar Kiri Hulu

Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 5 berjumlah 75 desa, Sebaran


desa prioritas 5 dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Gambar 2.7. Sebaran Jumlah Desa Prioritas 5 per Kecamatan

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 16


Tabel 2.6. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 5

No. Nama Desa Kecamatan


1. Suka Mulya Bangkinang
2. Lipat Kain Selatan Kampar Kiri
3. Sungai Jalau Kampar Utara
4. Tanjung Koto Kampar Hulu
5. Koto Perambahan Kampa
6. Pulau Birandang Kampa
7. Sungai Tarap Kampa
8. Sungai Pagar Kampar Kiri Hilir
9. Bangun Sari Kampar Kiri Hilir
10. Sungai Petai Kampar Kiri Hilir
11. Silam Kuok
12. Bukit Melintang Kuok
13. Batu Langka Kecil Kuok
14. Kebun Durian Gunung Sahilan
15. Subarak Gunung Sahilan
16. Suka Makmur Gunung Sahilan
17. Gunung Mulya Gunung Sahilan
18. Sialang Kubang Perhentian Raja
19. Hang Tuah Perhentian Raja
20. Kampung Pinang Perhentian Raja
21. Lubuk Sakat Perhentian Raja
22. Alam Panjang Rumbio Jaya
23. Pulau Payung Rumbio Jaya
24. Batang Batindih Rumbio Jaya
25. Tambusai Rumbio Jaya
26. Ganting Salo
27. Ganting Damai Salo
28. Salo Salo
29. Salo Timur Salo
30. Kuapan Tambang
31. Terantang Tambang
32. Kualu Tambang
33. Teluk Kenidai Tambang
34. Batu Bersurat XIII Koto Kampar
35. Koto Tuo XIII Koto Kampar
36. Gunung Bungsu XIII Koto Kampar
37. Binamang XIII Koto Kampar
38. Rimba Beringin Tapung Hulu
39. Kusau Makmur Tapung Hulu

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 17


No. Nama Desa Kecamatan
40. Sumber Sari Tapung Hulu
41. Talang Danto Tapung Hulu
42. Tanah Datar Tapung Hulu
43. Simalinyang Kampar Kiri Tengah
44. Lubuk Sakai Kampar Kiri Tengah
45. Hidup Baru Kampar Kiri Tengah
46. Karya Bakti Kampar Kiri Tengah
47. Utama Karya Kampar Kiri Tengah
48. Bukit Sakai Kampar Kiri Tengah
49. Batu Belah Kampar
50. Ranah Kampar
51. Penyasawan Kampar
52. Padang Mutung Kampar
53. Simpang Kubu Kampar
54. Limau Manis Kampar
55. Ranah Singkuang Kampar
56. Sei Lembu Makmur Tapung
57. Sei Putih Tapung
58. Pagaruyung Tapung
59. Pancuran Gading Tapung
60. Tri Manunggal Tapung
61. Indrapuri Tapung
62. Petapahan Jaya Tapung
63. Pelambaian Tapung
64. Kijang Rejo Tapung
65. Tebing Lestari Tapung Hilir
66. Kijang Jaya Tapung Hilir
67. Tanah Tinggi Tapung Hilir
68. Tapung Lestari Tapung Hilir
69. Kota Garo Tapung Hilir
70. Kota Baru Tapung Hilir
71. Koto Bangun Tapung Hilir
72. Cinta Damai Tapung Hilir
73. Beringin Lestari Tapung Hilir
74. Tandan Sari Tapung Hilir
75. Kijang Makmur Tapung Hilir

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 18


Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 6 berjumlah 95 desa, Sebaran
desa prioritas 6 dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Gambar 2.8. Sebaran Jumlah Desa Prioritas 6 per Kecamatan

Tabel 2.7. Sebaran Desa berdasarkan Prioritas 6


No. Nama Desa Kecamatan
1. Pantai Raja Perhentian Raja
2. Sipungguk Salo
3. Koto Mesjid XIII Koto Kampar
4. Gunung Sari Gunung Sahilan
5. Sungai Lipai Gunung Sahilan
6. Teratak Rumbio Jaya
7. Simpang Petai Rumbio Jaya
8. Kampar Kampa
9. Pulau Rambai Kampa
10. Sawah Baru Kampa
11. Tabing Koto Kampar Hulu
12. Pongkai Koto Kampar Hulu
13. Sibiruang Koto Kampar Hulu
14. Kasikan Tapung Hulu
15. Bukit Kemuning Tapung Hulu
16. Suka Ramai Tapung Hulu
17. Tapung Makmur Tapung Hilir
18. Suka Maju Tapung Hilir
19. Gerbang Sari Tapung Hilir
20. Lipat Kain Kampar Kiri
21. Sungai Geringging Kampar Kiri

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 19


No. Nama Desa Kecamatan
22. Lipat Kain Utara Kampar Kiri
23. Kuntu Darussalam Kampar Kiri
24. Langgini Bangkinang Kota
25. Bangkinang Bangkinang Kota
26. Kumantan Bangkinang Kota
27. Ridan Permai Bangkinang Kota
28. Mayang Pongkai Kampar Kiri Tengah
29. Bina Baru Kampar Kiri Tengah
30. Mekar Jaya Kampar Kiri Tengah
31. Koto Damai Kampar Kiri Tengah
32. Sungai Simpang Dua Kampar Kiri Hilir
33. Mentulik Kampar Kiri Hilir
34. Rantau Kasih Kampar Kiri Hilir
35. Sungai Bunga Kampar Kiri Hilir
36. Gading Permai Kampar Kiri Hilir
37. Desa Baru Siak Hulu
38. Tanah Merah Siak Hulu
39. Pandau Jaya Siak Hulu
40. Pangkalan Serik Siak Hulu
41. Kubang Jaya Siak Hulu
42. Pulau Terap Kuok
43. Kuok Kuok
44. Merangin Kuok
45. Empat Balai Kuok
46. Pulau Jambu Kuok
47. Lereng Kuok
48. Kampung Panjang Kampar Utara
49. Sawah Kampar Utara
50. Kayu Aro Kampar Utara
51. Muara Jalai Kampar Utara
52. Sungai Tonang Kampar Utara
53. Sendayan Kampar Utara
54. Naga Beralih Kampar Utara
55. Bukit Payung Bangkinang
56. Binuang Bangkinang
57. Pulau Lawas Bangkinang
58. Muara Uwai Bangkinang
59. Pulau Bangkinang
60. Bukit Sembilan Bangkinang
61. Laboi Jaya Bangkinang

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 20


No. Nama Desa Kecamatan
62. Tanjung Berulak Kampar
63. Air Tiris Kampar
64. Rumbio Kampar
65. Pulau Jambu Kampar
66. Naumbai Kampar
67. Pulau Tinggi Kampar
68. Koto Tibun Kampar
69. Bukit Ranah Kampar
70. Ranah Baru Kampar
71. Pulau Sarak Kampar
72. Aur Sati Tambang
73. Tambang Tambang
74. Padang Luas Tambang
75. Gobah Tambang
76. Rimba Panjang Tambang
77. Kemang Indah Tambang
78. Sungai Pinang Tambang
79. Kualu Nenas Tambang
80. Tarai Bangun Tambang
81. Palung Raya Tambang
82. Pulau Permai Tambang
83. Balam Jaya Tambang
84. Petapahan Tapung
85. Muara Mahat Baru Tapung
86. Kinantan Tapung
87. Air Terbit Tapung
88. Sari Galuh Tapung
89. Mukti Sari Tapung
90. Gading Sari Tapung
91. Tanjung Sawit Tapung
92. Sumber Makmur Tapung
93. Indra Sakti Tapung
94. Karya Indah Tapung
95. Bencah Kelubi Tapung

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 21


2.2. FAKTOR PENYEBAB KERENTANAN PANGAN
Desa rentan terhadap kerawanan pangan Prioritas 1 secara umum disebabkan oleh:
(1) Rasio luas baku lahan sawah terhadap luas wilayah desa, (2) Rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk desa, dan (3) Rasio
jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk desa.
Desa rentan terhadap kerawanan pangan Prioritas 2 secara umum disebabkan oleh:
(1) Rasio luas baku lahan sawah terhadap luas wilayah desa, (2) Rasio jumlah tenaga
kesehatan terhadap jumlah penduduk desa dan (3) Rasio jumlah penduduk dengan tingkat
kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk desa.
Desa rentan terhadap kerawanan pangan Prioritas 3 secara umum disebabkan oleh:
(1) Rasio luas baku lahan sawah terhadap luas wilayah desa, (2) Rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk desa, dan (3) Rasio
rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga desa.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 22


BAB 3
KETERSEDIAAN PANGAN

Undang-undang Pangan No. 18 tahun 2012 mendefinisikan ketersediaan pangan


sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan
nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk
Pangan. Sedangkan cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi
masalah kekurangan pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan darurat.
Penyediaan pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.

Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun didatangkan dari luar wilayah
harus masuk terlebih dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu,
selain kapasitas produksi pangan, keberadaan sarana dan prasarana penyedia pangan
seperti pasar akan terkait erat dengan ketersediaan pangan di suatu wilayah.

3.1. LAHAN PERTANIAN

Rasio luas baku lahan sawah terhadap luas wilayah kabupaten adalah perbandingan
antara luas baku lahan sawah dengan luas wilayah desa. Rasio lahan sawah terhadap luas
wilayah desa digunakan sebagai salah satu indikator dalam aspek ketersediaan pangan
karena lahan sawah memiliki korelasi yang positif terhadap tingkat ketersediaan pangan
dengan mempengaruhi kapasitas produksi pangan1. Oleh sebab itu, semakin tinggi rasio luas
lahan sawah terhadap luas wilayah desa maka diasumsikan ketersediaan pangan juga akan
semakin baik, begitu pula sebaliknya.
Dari 250 desa di Kabupaten Kampar, 177 desa masuk dalam prioritas 1 (71 %) ,
prioritas 2, 3 dan 4 (0 %), 42 desa prioritas 5 (16 %) dan 31 desa untuk prioritas 6 (12 %).
Kecamatan yang memiliki rasio lahan prioritas 1-3 sebagian besar tersebar di Kecamatan
Kampar Kiri Hulu dan Tapung yaitu masing-masing sebanyak 24 desa.

1
Yudhistira (2013) Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan
Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Fakultas Ekonomi dan

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 23


Tabel 3.1 Sebaran luas baku lahan sawah terhadap total lahan berdasarkan prioritas

Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 177 71 %
2 0 0%
3 0 0%
4 0 0%
5 42 16 %
6 31 12 %

Gambar 3.1 Grafik Lahan Berdasarkan Prioritas

Berdasarkan hasil analisis tersebut,desa prioritas 1 terdapat pada Kecamatan Tapung


24 Desa, Kecamatan Kampar Kiri Hulu 24 Desa, Kecamatan Kampar Kiri 17 desa, Tapung Hilir
16 desa, Tapung Hulu 13 desa, XIII Koto

dari 250 desa yang ada di Kabupaten Kampar maka didapatkan 14 desa Prioritas 1
(5,6%), 24 desa Prioritas 2 (9,6%), 20 desa Prioritas 3 (8.0%), 22 desa Prioritas 4 (8,8%), 75
desa Prioritas 5 (30,0%) dan 96 desa Prioritas 6 (38,0%). Peta ketahanan dan kerentanan
pangan terhadap 250 desa terhadap luas lahan pertanian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 24


Gambar 3.2 Peta Luas Lahan Pertanian Per-Kecamatan

3.2. PRODUKSI

Pemerintah Kabupaten Kampar telah mempromosikan produksi pertanian dan telah


mengadopsi beberapa tindakan perlindungan bagi petani. Padi dan jagung merupakan
bahan pokok di Kabupaten Kampar yang menyumbang hampir 66,77% dari total produksi
serealia kabupaten. Berdasarkan Tabel 2.2 dan Gambar 2.1, produksi umbi-umbian di
Kabupaten Kampar mengalami peningkatan/penurunan sejak tahun 2017.
Peningkatan/penurunan ini terutama disebabkan oleh bertambahnya luas tanam dan
peningkatan produktivitas. Produksi padi menurun 69% , yaitu dari pencapaian produksi
42.236,18 ton tahun 2017 menjadi 28.965,54 ton pada tahun 2021.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 25


Tabel 3.2 Produksi Serealia Pokok dan Umbi-umbian 2017-2021 (Ton)
Rata-rata
Serealia 2017 2018 2019 2020 2021
5 tahun
42.236,18 42.017,48 37.346,45 36.823,04 28.965,54 37.477,74
Padi
13.435,07 13.403,49 10.293,03 10.296,90 7.405,75 10.966,85
Jagung
13.128,34 15.738,41 18.134,71 16.189,15 16.665,55 15.971,24
Ubi Kayu
2.076,63 1.853,68 1.682,33 1.276,88 1.438,83 1.665,67
Ubi Jalar
70.876,22 73.013,06 67.456,52 64.585,97 54.475,67 66.081,49
Total
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Gambar 3.3 Grafik Produksi Serealia (TON)

Tahun 2021, total produksi serealia dan umbi-umbian mencapai 28.965,54 ton padi,
7.405,75 ton jagung, 16.665,55 ton ubi kayu dan ubi jalar 1.438,83 ton.
Total produksi serealia dan laju pertumbuhan produksi tahun 2017-2021
menunjukkan penurunan sebesar 23,13 %, yaitu dari total produksi tahun 2017 sebesar
70.876,22 ton menjadi 54.475,67 ton pada tahun 2021. Sebaran total produksi serealia
selama 5 tahun terbesar terjadi pada tahun 2018, yaitu sebesar 73.013,06 ton dan terkecil
pada tahun 2020 54.475,67 ton. Produksi serealia pertahun dan laju pertumbuhannya dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 26


Tabel 3.3 Produksi Total Serealia per Tahun dan Laju Pertumbuhan Produksi (2017-2021)

Produksi Total Serealia Rata-Rata Laju


No. Kecamatan Pertumbuhan
2017 2018 2019 2020 2021 2017 - 2021
1 Kampar Kiri 1.236,9 1.624,85 1,104,55 1.200,35 1.425,25 5%
2 Kampar Kiri Hulu 1.565,06 3.479,92 970,80 1.304,49 860,65 10%
3 Kampar Kiri Hilir 2.484,40 2.379,75 1.226,95 787,90 497,75 -25%
4 Gunung Sahilan 1.350,20 1.383,20 1.274,55 1.459,10 1.400,80 1%
5 Kampar Kiri Tengah 2.262,10 1.135,30 838,80 838,55 1.243,75 -6%
6 XIII Koto Kampar 661,90 914,50 783,11 309,80 906,20 31%
7 Koto Kampar Hulu 616,85 833,20 949,77 462,10 394,45 -3%
8 Kuok 8.464,42 7.842,50 7.219,25 7.088,25 7.494,26 -2%
9 Salo 6.044,39 4.517,84 4.278,80 5.082,40 5.116,25 -2%
10 Tapung 3.774,54 4.226,25 7.207,90 5.993,10 2.858,55 3%
11 Tapung Hulu 2.060,35 3.754,24 2.384,85 3.777,40 2.625,90 15%
12 Tapung Hilir 841,10 2.105,61 3.804,11 2.278,65 1.343,87 30%
13 Bangkinang Kota 480,90 500,75 1.695,50 933,00 593,50 32%
14 Bangkinang 7.591,63 5.975,07 5.563,35 5.521,75 4.725,90 -9%
15 Kampar 9.575,67 10.219,90 7.602,70 6.291,70 4.816,45 -12%
16 Kampa 3.452,21 3.504,42 3.873,25 3.123,75 5.112,22 11%
17 Rumbio Jaya 1.790,45 1.227,85 2.568,85 1.628,25 1.744,79 10%
18 Kampar Utara 841,10 1.624,85 1.104,55 462,10 3.095,85 115%
19 Tambang 5.132,28 4.277,43 2.952,00 6.227,50 3.278,45 3%
20 Siak Hulu 3.987,72 3.608,63 2.698,03 3.443,88 2.899,75 -5%
21 Perhentian Raja 2.783,7 5.056,55 2.060,40 2.244,50 1.452,75 -1%
Total 56.491,19 66.997,87 70.192,61 62.162,07 53.887,34 10%
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Gambar 3.4 Grafik Total Produksi & Laju Pertumbuhan Serealia

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 27


Padi
Produksi padi pada tingkat kecamatan di Kabupaten Kampar selama 5 tahun terakhir (2017-
2021) telah dianalisis dan disajikan pada Tabel 2.4. Produksi padi mengalami peningkatan
pada tahun 2021 di 4 kecamatan dibandingkan dengan tahun 2020. Peningkatan terjadi di
kecamatan Kuok, kecamatan Salo, kecamatan Tapung dan kecamatan Kampa. Produksi padi
tertinggi di kecamatan Kuok sebesar 6.549,76 ton pada tahun 2021.
Tabel 3.4 Produksi Padi 2017 - 2021 (Ton)

Padi
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kampar Kiri 619,50 727,00 481,00 455,10 342,25
2 Kampar Kiri Hulu 1.076,65 2.392,92 409,20 174,99 16,35
3 Kampar Kiri Hilir 0,00 0,00 30,50 59,00 0,00
4 Gunung Sahilan 0,00 0,00 90,00 21,35 0,00
5 Kampar Kiri Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 XIII Koto Kampar 123,60 712,80 671,23 173,60 34,10
7 Koto Kampar Hulu 427,25 513,30 693,17 0,00 0,00
8 Kuok 7.592,40 6.451,50 6.037,50 6.405,75 6.549,76
9 Salo 5.286,60 3.498,94 3.853,15 3.953,65 4.098,40
10 Tapung 539,90 232,50 703,25 520,20 572,40
11 Tapung Hulu 1.157,10 3.353,14 1.186,45 2.830,30 505,60
12 Tapung Hilir 13,55 50,15 70,80 57,00 18,72
13 Bangkinang Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
14 Bangkinang 6.745,05 5.393,75 4.533,90 5.289,55 3.797,30
15 Kampar 7.547,40 8.851,90 6.700,00 5.412,50 3.768,75
16 Kampa 2.360,60 2.179,92 2.895,75 2.360,00 2.841,72
17 Rumbio Jaya 1.127,50 682,50 1.942,50 1.033,50 968,24
18 Kampar Utara 2.984,10 3.284,40 5.201,50 3.275,45 2.021,25
19 Tambang 3.782,38 3.006,71 661,05 3.346,30 2.960,45
20 Siak Hulu 852,60 647,70 760,00 1.127,00 470,25
21 Perhentian Raja 0,00 38,35 324,50 327,80 0,00
Total 42.236.18 42,017.48 37,245.45 36,823.04 28.965,54
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 28


Gambar 3.5 Grafik Produksi Padi

Jagung
Pada tahun 2021, produksi jagung mencapai 7.405,75 ton. Hal ini menunjukkan terjadi
Penurunan 55,12 % dari tahun 2017. Sebaran produksi jagung terbesar pada tahun 2021
terbesar terjadi di kecamatan XIII Koto Kampar dan kecamatan Tapung Hulu. Secara rinci
produksi jagung tahun 2017-2021 disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 3.5 Produksi Jagung 2016 - 2020 (Ton)
Jagung
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021

1 Kampar Kiri 550,40 625,65 251,55 240,50 214,50


2 Kampar Kiri Hulu 154,71 534,75 204,60 787,50 35,00
3 Kampar Kiri Hilir 1.578,55 1,066,50 587,25 513,00 371,25
4 Gunung Sahilan 598,00 383,50 260,00 637,00 227,50
5 Kampar Kiri Tengah 570,00 575,00 414,00 331,25 493,75
6 XIII Koto Kampar 236,50 121,00 77,98 68,40 763,80
7 Koto Kampar Hulu 140,40 97,20 44,00 135,60 73,45
8 Kuok 225,00 256,25 182,00 260,00 52,00
9 Salo 136,40 118,75 112,50 150,00 112,50
10 Tapung 1.474,14 2.375,00 2.628,90 1.083,60 470,85
11 Tapung Hulu 724,50 62,10 745,20 379,50 1738,80
12 Tapung Hilir 528,20 1.035,55 1.674,95 1.084,20 604,65
13 Bangkinang Kota 359,10 158,75 84,50 136,50 13,00
14 Bangkinang 278,08 101,12 82,55 57,15 44,45
15 Kampar 893,44 358,80 234,60 262,20 151,80
16 Kampa 370,50 253,50 110,50 91,00 91,00

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 29


Jagung
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021

17 Rumbio Jaya 222,25 121,60 70,95 103,20 58,05


18 Kampar Utara 383,50 279,50 260,00 345,80 232,75
19 Tambang 512,40 763,72 381,25 1.301,75 57,15
20 Siak Hulu 1.842,75 1.775,25 1.073,25 891,00 742,50
21 Perhentian Raja 1.656,25 2.340,00 812,50 1.437,75 567,00
Total 13.435,07 13.403,49 10.293,03 10.296,90 7.405,75
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Gambar 3.6 Grafik Produksi Jagung

Ubi Kayu
Produksi ubi kayu meningkat dari 16.189,15 ton pada tahun 2017 menjadi 16.665,55 ton
pada tahun 2021. Daerah yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar pada tahun
2019 meliputi kecamatan 21 Rincian produksi ubi kayu tahun 2017-2021 disajikan pada
Tabel 2.6.
Tabel 3.6 Produksi Ubi Kayu 2016 - 2020 (Ton)

Ubi Kayu
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kampar Kiri 53,25 258,75 345,00 396,75 828,00
2 Kampar Kiri Hulu 280,50 485,75 357,00 342,00 478,80
3 Kampar Kiri Hilir 549,45 1,088,00 395,60 189,20 86,00
4 Gunung Sahilan 725,70 814,20 778,80 708,00 1.132,80
5 Kampar Kiri Tengah 1.409,40 534,60 307,80 429,00 709,50

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 30


Ubi Kayu
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
6 XIII Koto Kampar 237,30 67,80 33,90 67,80 67,80
7 Koto Kampar Hulu 49,20 196,80 147,60 313,50 280,50
8 Kuok 523,45 905,25 905,25 355,00 852,00
9 Salo 582,45 900,15 300,05 900,15 864,85
10 Tapung 1.552,50 1.293,75 3.522,05 4.350,00 1.774,80
11 Tapung Hulu 152,55 339,00 374,00 409,20 341,00
12 Tapung Hilir 235,20 798,06 1.901,76 1.020,00 680,00
13 Bangkinang Kota 121,80 342,00 184,00 756,00 540,00
14 Bangkinang 568,50 466,70 933,40 161,55 843,65
15 Kampar 927,08 928,20 600,60 455,00 855,40
16 Kampa 721,11 1.071,00 867,00 672,75 2.139,00
17 Rumbio Jaya 440,70 423,75 542,40 491,55 678,00
18 Kampar Utara 1.312,85 818,40 784,30 954,80 801,35
19 Tambang 837,50 507,00 1.909,70 1.474,65 220,35
20 Siak Hulu 966,45 980,50 647,50 1.276,50 1.646,50
21 Perhentian Raja 881,40 2.535,75 897,00 465,75 845,25
Total 13.128,34 15.755,41 18.134,71 16.189,15 16.665,55
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Gambar 3.7 Grafik Produksi Ubi Kayu

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 31


Ubi Jalar
Produksi ubi jalar pada tahun 2021 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2020 yaitu
dari 1.276,43 Ton menjadi 1.438.83 Ton pada tahun 2021. Peningkatan produksi ubi jalar
terdapat di 6 Kecamatan yaitu kecamatan Kampar Kiri Hilir, Kuok, Tapung, Tapung Hilir,
Kampar Utara dan Siak Hulu. Rincian produksi ubi jalar tahun 2017 - 2021 disajikan pada
Tabel 2.7.

Tabel 3.7 Produksi Ubi Jalar 2017 - 2021 (Ton)

Ubi Jalar
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kampar Kiri 13,75 13,45 27,00 108,00 40,5
2 Kampar Kiri Hulu 53,20 66,50 0,00 0,00 0,00
3 Kampar Kiri Hilir 356,40 225,25 213,60 26,70 93,45
4 Gunung Sahilan 26,50 185,50 145,75 92,75 26,50
5 Kampar Kiri Tengah 282,70 25,70 117,00 78,30 78,30
6 XIII Koto Kampar 64,50 12,90 0,00 0,00 0,00
7 Koto Kampar Hulu 0,00 25,90 65,00 13,00 0,00
8 Kuok 123,57 229,50 94,50 67,50 270,00
9 Salo 38,94 0,00 13,10 78,60 52,40
10 Tapung 208,00 325,00 353,70 39,30 275,10
11 Tapung Hulu 26,20 0,00 79,20 158,40 0,00
12 Tapung Hilir 64,15 221,85 156,60 117,45 156,60
13 Bangkinang Kota 0,00 0,00 27,00 40,50 13,50
14 Bangkinang 0,00 13,50 13,50 13,50 13,50
15 Kampar 207,75 81,00 67,50 162,00 94,50
16 Kampa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
17 Rumbio Jaya 0,00 0,00 13,00 0,00 0,00
18 Kampar Utara 39,00 0,00 52,20 13,05 26,10
19 Tambang 0,00 0,00 0,00 104,80 0,00
20 Siak Hulu 325,92 285,18 217,28 149,38 285,18
21 Perhentian Raja 246,05 142,45 26,40 13,20 13,20
Total 2.076,63 1.853,68 1.682,33 1.276,43 1.438.83
Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortukultura Kab. Kampar

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 32


Gambar 3.8 Grafik Produksi Ubi Jalar

3.3. SARANA DAN PRASARANA EKONOMI


Rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan terhadap jumlah rumah tangga
adalah perbandingan antara jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan (pasar,
minimarket, toko, warung, restoran, dll) dengan jumlah rumah tangga di desa. Sarana dan
prasarana penyedia pangan diasumsikan sebagai tempat penyimpan pangan (stok pangan)
yang diperoleh dari petani sebagai produsen pangan maupun dari luar wilayah, yang
selanjutnya disediakan bagi masyarakat untuk konsumsi. Oleh karena itu, semakin tinggi
rasio sarana dan prasarana penyedia pangan terhadap jumlah rumah tangga di desa maka
diasumsikan semakin baik tingkat ketersediaan pangan di desa tersebut.
Tabel 3.8 Sebaran sarana prasarana ekonomi berdasarkan prioritas

No. Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 1 18 7,2 %
2 2 25 10,0 %
3 3 33 13,2 %
4 4 74 29,6 %
5 5 43 17,2 %
6 6 57 22,8 %

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 33


Gambar 3.9 Grafik Sarana & Prasarana

Dari 250 desa di Kabupaten Kampar, 18 desa masuk dalam prioritas 1 (7,2 %), 25
desa prioritas 2 (10,0 %) dan 33 desa prioritas 3 (13,2 %). Peta ketahanan dan kerentanan
pangan terhadap 250 desa terhadap penyedia pangan dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Peta Sarana Prasarana Penyedia Pangan Per-Kecamatan

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 34


3.4. Strategi Pemenuhan Ketersediaan Pangan

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kampar dari tahun 2019-2021 mencapai


1,46 % per tahun, sementara pertumbuhan produksi padi dan jagung mengalami penurunan
dari total produksi dari tahun 2017-2021, 22,71 % penurunan produksi padi dan 32,47 %
penurunan produksi jagung. Kebijakan kabupaten mengenai ketersediaan pangan bertujuan
untuk (i) meningkatkan produktivitas; (ii) perluasan lahan sawah; (iii) mengurangi dampak
iklim-terkait resiko; (iv) memperkuat kelembagaan bagi petani. Strategi untuk masing-
masing tujuan adalah sebagai berikut:

(i) Peningkatan produktivitas


a. Perbaikan penggunaan varietas tanaman
b. Pemupukan berimbang, baik pupuk organik maupun bio hayati
c. Pengelolaan air
d. Memperkuat pengawasan, koordinasi dan supervisi untuk peningkatan produktivitas
pertanian
(ii) Perluasan lahan sawah
a. Pengembangan lahan sawah
b. Optimalisasi penggunaan lahan
c. Pengembangan dan rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) dan
Jaringan Irigasi Desa (JIDES)
d. Pembangunan sumur pompa dan dam/embung
(iii) Pengurangan dampak iklim terkait resiko
a. Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT)
b. Mengurangi kehilangan hasil (susut) pada saat panen dan pengolahan hasil panen
(iv) Penguatan kelembagaan bagi petani
a. Kredit dan energi untuk ketahanan pangan
b. Lembaga Mandiri dan Mengakar pada Masyarakat
c. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
d. Pemasaran produk pertanian, misal TTI, dll

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 35


BAB 4
AKSES TERHADAP PANGAN

Keterjangkauan pangan atau akses terhadap pangan adalah kemampuan rumah


tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok,
pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di
suatu wilayah tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu karena terbatasnya: (1)
Akses ekonomi: kemampuan keuangan untuk membeli pangan yang cukup dan bergizi; (2)
Akses fisik: keberadaan infrastruktur untuk mencapai sumber pangan; dan/atau (3) Akses
sosial: modal sosial yang dapat digunakan untuk mendapatkan dukungan informal dalam
mengakses pangan, seperti barter, pinjaman atau program jaring pengaman sosial. Dalam
penyusunan FSVA Kabupaten, indikator yang digunakan dalam aspek keterjangkauan
pangan hanya mewakili akses ekonomi dan fisik saja, yaitu: (1) Rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk desa; dan (2) Desa yang
tidak memiliki akses penghubung memadai melalui darat, air atau udara.
4.1. PENDUDUK DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TERENDAH

Berbagai program penanggulangan kemiskinan sudah dijalankan oleh pemerintah


termasuk pemerintah Kabupaten Kampar Rasio kemiskinan telah berkurang dalam beberapa
tahun terakhir, jumlah penduduk miskin Kabupaten Kampar terus mengalami penurunan
dari 8,02 % (66,33 ribu jiwa) tahun 2021 menjadi 7,82 % (68,74 ribu jiwa) tahun 2021.

Tabel 4.1 Persentase Populasi di Bawah Garis Kemiskinan Kabupaten Kampar


Tahun
Keterangan
2017 2018 2019 2020 2021
Persentase penduduk
8,02 8,18 7,71 7,38 7,82
miskin
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, BPS

Tabel 4.2 Sebaran desa dengan tingkat kesejahteraan terendah berdasarkan skala prioritas

Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 42 16,80 %
2 34 13,60 %
3 60 24,00 %
4 41 16,40 %
5 42 16,80 %
6 31 12,40 %

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 36


Gambar 4.1 Grafik Penduduk Tingkat Kesejahteraan Rendah

Pada tingkat desa berdasakan data Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin
tahun 2021, terdapat 42 desa yang memiliki rasio rumah tangga dengan dengan tingkat
kesejahteraan terendah 16,80 % (Prioritas 1). Sebanyak 34 desa (13,60%) masuk prioritas 2,
dan 60 desa (24 %) masuk Prioritas 3. Peta ketahanan dan kerentanan pangan terhadap
desa dengan tingkat kesejahteraan rendah dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Peta Jumlah Penduduk Tingkat Kesejahteraan Rendah Per-Kecamatan

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 37


4.2. AKSES TRANSPORTASI

Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan kemiskinan, dimana


masyarakat yang tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi geografis yang sulit
dan ketersediaan pasar yang buruk kurang memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan
jasa yang memadai. Dengan kata lain, kelompok miskin ini masih kurang mendapatkan akses
terhadap program pembangunan pemerintah. Investasi pada infrastruktur, khususnya
infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara dan lain-lain), listrik, infrastruktur
pertanian (irigasi), fasilitas pendidikan dan kesehatan dapat sepenuhnya mengubah suatu
wilayah sehingga menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih
besar dari masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah
adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen (farm gate price)
di daerah perdesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan
kualitas sama (komoditas belum diubah atau diproses). Rendahnya harga komoditas
pertanian ditingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk
pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda
kendaraan bermotor-melewati jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau
hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan yang memadai. Dalam sebuah
kajian cepat mengenai penyebab kemiskinan pada desa terpencil di 5 kabupaten di
Indonesia diketahui bahwa tingginya biaya transportasi merupakan penyebab utama
terjadinya kemiskinan tersebut. Tingginya harga komoditas pertanian di tingkat petani akan
meningkatkan pendapatan yang diterima oleh masyarakat petani. Walaupaun demikian,
peningkatan pendapatan saja tanpa dibarengi dengan perbaikan akses terhadap pelayanan
jasa dan infrastruktur belum cukup untuk menjamin kesejahteraan masyarakat petani.

Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan suatu wilayah.


Infrastruktur yang lebih baik akan menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sektor,
yang pada akhirnya dapat menjadi daya dorong bagi penghidupan yang berkelanjutan.

Jalan merupakan moda transportasi utama di Kabupaten Kampar akan tetapi


terdapat beberapa kecamatan di mana moda transportasi air masih menjadi bagian penting
dari moda transportasinya. Kondisi geografis hanya memungkinkan mengunakan moda
transportasi air. Data yang akurat untuk moda transportasi air tidak tersedia, jenis
transportasi ini tidak dimasukkan sebagai salah satu indikator akses infrastruktur.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 38


Tabel 4.3 Akses Transportasi desa berdasarkan skala prioritas

Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 2 0,80 %
2 6 2,40 %
3 51 20,40 %
4 191 76,40 %
5 0 0,00 %
6 0 0,00 %

Gambar 4.3 Grafik Desa Tanpa Akses Penghubung Memadai

Desa tanpa akses penghubung memadai terdapat 2 desa 0,80% untuk Prioritas 1, 6
desa untuk Prioritas 2 (2,40%) dan 51 desa untuk Prioritas 3 (20,40 %). Peta ketahanan dan
kerentanan pangan terhadap desa tanpa akses penghubung memadai dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Peta Desa Tanpa Akses Penghubung Memadai

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 39


4.3. Strategi Peningkatan Akses Pangan

Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar untuk menanggulangi kemiskinan


seperti yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Kampar tahun 2017-2021 diantaranya:

• Mempercepat pemenuhan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat miskin


• Mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro dan sarana
pendukung perekonomian sampai tingkat perdesaan
• Mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat agrobisnis dan agroindustri
• Mendorong tumbuh dan berkembangnya wilayah strategis dan cepat tumbuh
• Mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur antara desa-kota, pulau-pulau kecil
dan daerah terisolir
• Mendorong pengembangan pelabuhan secara terpadu dengan pengembangan jaringan
transportasi lainnya dalam melayani kawasan perkotaan dan perdesaan.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 40


BAB 5
PEMANFAATAN PANGAN

Aspek ketiga dari konsep ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan.


Pemanfaatan pangan meliputi: (1) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah
tangga; dan (2) Kemampuan individu untuk menyerap zat gizi secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan
termasuk penggunaan air selama proses pengolahannya serta kondisi budaya atau
kebiasaan dalam pemberian makanan terutama kepada individu yang memerlukan jenis
pangan khusus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu (saat masa pertumbuhan,
kehamilan, menyusui, dll) atau status kesehatan masing-masing individu. Dalam penyusunan
FSVA Kabupaten, aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator sebagai berikut: (1) Rasio
jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga; dan (2) Rasio
jumlah penduduk desa per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk.

5.1. AKSES TERHADAP AKSES AIR BERSIH

Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga
merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga Desil 1-4 dengan sumber air bersih
tidak terlindung dengan jumlah rumah tangga di desa. Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak1. Sumber air bersih yang tidak terlindungi berpotensi
meningkatkan angka kesakitan serta menurunkan kemampuan dalam menyerap makanan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi individu.
Tabel 5.1 Sebaran desa berdasarkan rumah tangga tanpa akses air bersih berdasarkan skala
prioritas

Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 43 17,20 %
2 37 14,80 %
3 41 16,40 %
4 0 0,00 %
5 0 0,00 %
6 129 51,60 %

1
Permenkes 416 Tahun 1990

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 41


Gambar 5.1 Grafik Rumah Tangga Tanpa Air Bersih

Terdapat 43 desa yang rumah tangga tidak memiliki akses air bersih 17,20%
(Prioritas 1), 37 desa Prioritas 2 (14,80%) dan 41 desa Prioritas 3 (16,40%). Peta ketahanan
dan kerentanan pangan terhadap desa dengan rumah tangga tanpa air bersih dapat dilihat
pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Peta Rumah Tangga Tanpa Air Bersih

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 42


5.2. RASIO TENAGA KESEHATAN
Rasio jumlah penduduk desa per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk
adalah jumlah penduduk desa per tenaga kesehatan yang terdiri dari: (1) Dokter
umum/spesialis; (2) Dokter gigi; (3) Bidan; dan (4) Tenaga kesehatan lainnya (perawat,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, apoteker/asisten apoteker) dibandingkan dengan
kepadatan penduduk. Tenaga kesehatan berperan penting dalam menurunkan angka
kesakitan penduduk (morbiditas) dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
pentingnya makanan yang beragam bergizi seimbang dan aman.
Rasio jumlah penduduk desa per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk
menunjukkan kemampuan jumlah tenaga kesehatan yang ada di wilayah desa untuk
melayani masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan status
pemanfaatan pangan masyarakat.
Tabel 5.2 Sebaran rasio tenaga kesehatan di desa berdasarkan skala prioritas

Prioritas Jumlah Desa Persentase


1 35 14,00 %
2 42 16,80 %
3 39 15,60 %
4 43 17,20 %
5 42 16,80 %
6 49 19,60 %

Gambar 5.3 Grafik Tenaga Kesehatan

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 43


Terdapat 35 desa yang memiliki tenaga Kesehatan terendah terhadap jumlah
penduduk 14 % (Prioritas 1), 42 desa Prioritas 2 (16,80%) dan 39 desa Prioritas 3 (15,60%).
Peta ketahanan dan kerentanan pangan terhadap rasio tenaga Kesehatan dapat dilihat pada
Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Peta Rasio Tenaga Kesehatan

5.3. DAMPAK (OUTCOME) DARI STATUS KESEHATAN


Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi status
kesehatan dan gizi masyarakat. Status gizi anak ditentukan oleh asupan makanan dan
penyakit yang dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator yaitu:
1. Berat Badan Kurang dan Berat Badan Sangat Kurang yang biasa dikenal dengan
underweight (berat badan berdasarkan umur (BB/U) dengan Zscore dari-2 dari median
menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan
kronis);
2. Pendek atau stunting (tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) dengan Zscore kurang dari-
2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka
panjang); dan
3. Kurus atau wasting (berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB) dengan Zscore
kurang dari-2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang
gizi akut atau baru saja mengalami kekurangan gizi).

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 44


Jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Kampar pada tahun 2017-2021 sebanyak
35 balita. Jumlah penderita gizi buruk yang tinggi ditemukan di Kecamata Kampar Kiri (8
balita) Tapung Hulu (5 balita) dan Tapung Hilir (5 balita), dan terendah ditemukan di
Kecamatan IXX Koto Kampar, Bangkinang Kota, Siak Hulu dan Perhentian Raja masing-
masing (1 balita).
Tabel 5.3 Penderita Gizi Buruk 2017-2021

Penderita Gizi Buruk


No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kampar Kiri 5 0 0 3 0
2 Kampar Kiri Hulu 0 0 0 0 0
3 Kampar Kiri Hilir 0 0 0 0 0
4 Gunung Sahilan 0 0 0 0 0
5 Kampar Kiri Tengah 0 0 0 0 0
6 XIII Koto Kampar 1 0 0 0 0
7 Koto Kampar Hulu 0 0 0 0 0
8 Kuok 1 0 0 1 1
9 Salo 0 0 0 0 0
10 Tapung 3 0 0 0 1
11 Tapung Hulu 2 0 0 2 1
12 Tapung Hilir 5 0 0 0 0
13 Bangkinang Kota 1 0 0 0 0
14 Bangkinang 0 0 0 0 0
15 Kampar 0 0 0 0 0
16 Kampa 0 0 0 2 1
17 Rumbio Jaya 0 0 0 0 0
18 Kampar Utara 0 0 0 0 0
19 Tambang 0 0 0 0 0
20 Siak Hulu 1 0 0 0 0
Perhentian Raja 0 0 0 0 1
21
Total 19 0 0 8 8

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 45


Gambar 5.5 Grafik Penderita Gizi Buruk

Angka kematian balita dan ibu saat melahirkan merupakan dampak dari status
kesehatan dan gizi. Angka kematian balita di Kabupaten Kampar adalah 32 jiwa.
Sementara angka kematian ibu saat melahirkan di Kabupaten Kampar 7 jiwa. Angka
kematian balita tertinggi terdapat di Kecamatan XIII Koto Kampar (5 jiwa) dan terendah
terdapat di Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Tapung, dan Kampar (1 jiwa). Angka kematian ibu
saat melahirkan tertinggi di Kecamatan Tapung (2 jiwa) dan terendah di Kecamatan XIII Koto
Kampar, Salo, Bangkinang Kota, Bangkinang, Kampar, RUmbio Jaya dan Tambang (1 jiwa).
Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 5.4 Jumlah Kematian Balita dan Ibu Saat Melahirkan per Kecamatan

Jumlah Kematian Jumlah Kematian Ibu


No. Kecamatan Total
Balita Saat Melahirkan
1 Kampar Kiri 2 0 2
2 Kampar Kiri Hulu 0 0 0
3 Kampar Kiri Hilir 1 0 1
4 Gunung Sahilan 0 0 0
5 Kampar Kiri Tengah 0 0 0
6 XIII Koto Kampar 5 1 6
7 Koto Kampar Hulu 3 0 3
8 Kuok 0 0 0
9 Salo 0 1 1
10 Tapung 1 2 3
11 Tapung Hulu 2 0 2
12 Tapung Hilir 3 0 3
13 Bangkinang Kota 0 1 1
14 Bangkinang 0 1 1
15 Kampar 1 1 2

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 46


16 Kampa 3 0 3
17 Rumbio Jaya 0 1 1
18 Kampar Utara 2 0 2
19 Tambang 2 1 3
20 Siak hulu 3 0 3
21 Perhentian raja
4 0 4
Total 32 7 39

Gambar 5.6 Grafik Kematian Balita dan Ibu saat Melahirkan

5.4. Strategi Peningkatan Pemanfaatan Pangan

Masalah gizi kronis (stunting) masih tetap tinggi di Kabupaten Kampar, masalah gizi
kronis merupakan akibat kurang optimalnya pertumbuhan janin dan bayi di usia dua tahun
pertama kehidupannya, terutama gabungan dari kurangnya asupan gizi, paparan terhadap
penyakit yang tinggi serta pola pengasuhan yang kurang tepat. Semua faktor ini dapat
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang akhirnya dapat menyebabkan
meningkatnya beban penyakit dan kematian pada balita.
Kurang gizi pada usia dini, terutama stunting dapat menghambat perkembangan fisik
dan mental yang akhirnya mempengaruhi prestasi dan tingkat kehadiran di sekolah. Anak
yang kurang gizi lebih cenderung untuk masuk sekolah lebih lambat dan lebih cepat putus
sekolah. Dampak ke masa depannya adalah mempengaruhi potensi kemampuan mencari
nafkah, sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Anak yang menderita kurang berat
badan menurut umur (kurang gizi) dan secara cepat berat badannya meningkat, maka pada
saat dewasa cenderung untuk menderita penyakit kronik yang terkait gizi (kencing manis,
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner). Dampak jangka panjang, oleh kurang
gizi pada masa anak-anak juga menyebabkan rendahnya tinggi badan dan pada ibu-ibu

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 47


dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang akhirnya
menyebabkan terulangnya lingkaran masalah ini pada generasi selanjutnya.
Untuk menurunkan prevalensi stunting, maka intervensi gizi harus segera
direncanakan dan dilakukan secara efektif pada semua tingkatan, mulai dari rumah tangga
sampai tingkat nasional. Untuk mencegah dan mengatasi masalah kekurangan gizi secara
efektif, perlu prioritas untuk kelompokrentan gizi, memahami penyebab kurang gizi adalah
multidimensi, intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi penyebabnya, dan
meningkatkan komitmen serta investasi dalam bidang gizi. Berikut ini adalah rekomendasi
untuk mengatasi masalah gizi:
1. Fokus pada kelompok rentan gizi, termasuk:
a. Anak usia di bawah dua tahun. Usia dua tahun pertama di dalam kehidupan adalah
usia yang paling kritis sehingga disebut “jendela peluang (window of opportunity)”
karena mencegah kurang gizi pada usia ini akan sangat berarti untuk kelompok ini
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Meskipun kerusakan sudah terjadi
dan seharusnya dihindari sejak dari usia 9 bulan sampai usia 24 bulan, kerentanan
anak terhadap penyakit dan resiko kematian masih tinggi di usia lima tahun pertama.
Itulah sebabnya banyak intervensi kesehatan dan gizi yang difokuskan pad anak di
bawah lima tahun. Intervensi kesehatan dan gizi harus difokuskan pada anak di
bawah dua tahun, akan tetapi apabila anggaran memadai maka perlu dilakukan juga
untuk anak di bawah lima tahun.
b. Anak-anak kurang gizi ringan. Kelompok ini memiliki resiko lebih tinggi untuk
meninggal karena meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Anak yang terdeteksi
kurang gizi seharusnya di rawat dengan tepat untuk mencegah mereka menjadi gizi
buruk.
c. Ibu hamil dan menyusui, karena kelompok ini memerlukan kecukupan gizi bagi
pertumbuhan an perkembangan janin, dan untuk menghasilkan ASI (Air Susu Ibu)
untuk bayi mereka.
d. Kurang gizi mikro untuk semua kelompok umur, terutama pada anak-anak, ibu hamil
dan menyusui. Kekurangan gizi mikro pada semua kelompok umur cukup tinggi
disebabkan karena asupan karbohidrat yang tinggi, rendahnya asupan protein
(hewani) sayur dan buah serta makanan yang berfortifikasi. Pada kondisi ini biasanya
prevalensi stunting pada balita juga cukup tinggi.
2. Perencanaan dan penerapan intervensi multi-sektoral untuk mengatasi TIGA penyebab
dasar kekurangan gizi (pangan, kesehatan dan pengasuhan).
Satu sektor saja (sektor kesehatan atau pendidikan atau pertanian) tidak dapat
mengatasi masalah gizi secara efektif karena masalah tersebut adalah multi sektor.
a. Intervensi langsung dengan manfaat langsung terhadap gizi (terutama melalui Sektor
Kesehatan):

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 48


▪ Memperbaiki gizi dan pelayanan ibu hamil, terutama selama 2 trimester pertama
usia kehamilan: makan lebih sering, beraneka ragam, dan bergizi; minum pil besi
atau menggunakan suplemen gizi mikro tabor (Sprinkle) setiap hari;
memeriksakan kehamilan sekurangnya 4 kali selama periode kehamilan.
▪ Promosi menyusui ASI selama 0-24 bulan: inisial menyusui dini segera sesudah
bayi lahir; menyusui ASI ekslusif sampai 6 bulan pertama, melanjutkan pemberian
ASI sampai 24 bulan; melanjutkan menyusui walaupun anak sakit.
▪ Meningkatkan pola pemberian makanan tambahan untuk anak usia 6-24 bulan;
mulai pemberian makanan tambahan sejak anak berusia 7 bulan; pemberian
makanan lebih sering, jumlah sedikit, beraneka ragam dan bergizi (pangan
hewani, telur, kacang-kacangan, polong-polongan, kacang tanah, sayur, buah dan
minyak); hindari pemberian jajan yang tidak sehat.
▪ Pemantauan berat dan tinggi badan bayi 0-24 bulan atau jika sumber daya
memungkinkan, untuk anak 0-59 bulan secara teratur, untuk mendeteksi kurang
gizi secara dini sehingga bias dilakukan intervensi sedini mungkin. Meningkatkan
komunikasi mengenai berat badan anak, cara mencegah dan memperbaiki
kegagalan berat dan tinggi anak dengan keluarga.
▪ Mengatasi masalah kurang gizi akut pada balita dengan menyediakan fasilitas
fasilitas dan manajemen berbasis masyarakat berdasarkan pedoman dari
WHO/UNICEF dan Departemen Kesehatan.
▪ Memperbaiki asupan gizi mikro: promosi garam beryodium; penganekaragaman
asupan makanan; fortifikasi makanan; pemberian bil besi untuk ibu hamil;
pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali untuk anak 6-24 bulan (atau anak 6-59
bulan jika alokasi anggaran mencukupi), serta ibu menyusui dalam jangka waktu 1
bulan setelah melahirkan atau masa nifas; pemberian obat cacing.
b. Intervensi tidak langsung dengan manfaat tidak langsung terhadap gizi (terutama
melalui sektor di luar kesehatan)
3. Prioritas dan peningkatan investasi serta komitmen dalam hal gizi untuk mengatasi
masalah gizi.
Dampak ekonomi akibat kekurangan gizi pada anak-anak adalah sangat tinggi.
Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan hilangnya produktivitas pada masa
dewasa, dan tingginya biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Ada beberapa
macam bentuk dari malnutrisi pada masa anak-anak yang dapat menyebabkan hilangnya
produktivitas mereka pada masa dewasa yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan
kognitif. Kekurangan energi-protein berkontribusi sebesar 10% dari hilangnya
produktivitas pada masa dewasa, kekurangan zat besi (anemia) berkontribusi sebesar
4% dan kekurangan zat yodium sebesar 10%. Malnutrisi pada masa anak-anak juga
berpotensi menyebabkan hilangnya produktivitas tenaga kerja kasar.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 49


Investasi di bidang gizi merupakan salah satu jenis intervensi pembangunan yang
paling efektif dari segi biaya, karena memiliki rasio manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya
untuk individu, tetapi juga pembangunan negara yang berkelanjutan, sebab intervensi ini
dapat melindungi kesehatan, mencegah kecacatan dan dapat memacu produktivitas
ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 50


BAB 6
REKOMENDASI KEBIJAKAN

Penyebab kerentanan terhadap kerawanan pangan pada suatu wilayah berbeda


dengan wilayah lainnya, dengan demikian cara penyelesaiannya juga berbeda. Peta ini
membantu memahami keadaan diantara wilayah (desa), dan dengan demikian akan
membantu para pengambil kebijakan untuk dapat menentukan langkah-langkah yang tepat
dalam menangani isu-isu ketahanan pangan yang relevan di wilayahnya.
Fokus lokasi penanganan kerentanan pangan di wilayah desa diprioritaskan pada:

a. Desa-desa prioritas 1-3 yang tersebar di Kecamatan Kampar Kiri, Kampar Kiri Hulu, XIII Koto
Kampar, Koto Kampar Hulu, Tapung, Tapung Hulu, Tapung Hilir, Kampa, Siak Hulu dan Salo .
b. Desa-desa yang lokasinya jauh dari ibu kota kabupaten atau di wilayah yang berbatasan dengan
kabupaten lain
c. Desa-desa pemekaran yang fasilitas, infrastruktur dan kapasitas SDMnya masih terbatas.

Upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan ditekankan pada penyebab utama kerentanan
pangan di desa seperti digambarkan pada diagram di bawah ini.

Gambar 6.1 Kerangka Intervensi untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan

Masalah Ketersediaan Membuka lahan pertanian baru Pembangunan Pertanian dan


Pangan Meningkatkan Kapasitas Produksi Pedesaan
Luas lahan pertanian (sawah) Mengembangkan potensi lahan
yang mengalami penurunan pertanian non sawah
Keterbatasan sarana penyediaan Penyediaan sarana dan prasarana
pangan
Masalah Akses Pangan Penyediaan Lapangan Kerja

Daya beli terbatas karena Mempermudah akses pangan Peningkatan Akses Pangan
kemiskinan Jaring pengaman sosial rumah
tangga miskin

Masalah Infrastruktur Pembangunan Infrastruktur Dasar Perbaikan infrastrukur


(air bersih)
Terbatasnya akses terhadap air
bersih

Masalah Kesehatan dan Gizi Penyediaan Tenaga Kesehatan Peningkatan fasilitas dan tenaga
kesehatan
Distribusi tenaga kesehatan yang
tidak merata

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 51


Program-program peningkatan ketahanan pangan dan penanganan kerentanan pangan wilayah
kabupaten diarahkan pada kegiatan:

a. Peningkatan penyediaan pangan di daerah non sentra produksi dengan mengoptimalkan


sumberdaya pangan lokal.
b. Pembukaan lahan pertanian pertanian baru
c. Penanganan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja, padat karya, redistribusi lahan;
pembangunan infrastruktur dasar (jalan, air bersih), dan pemberian bantuan sosial; serta
pembangunan usaha produktif/UMKM/padat karya untuk menggerakan ekonomi wilayah.
d. Peningkatan akses air bersih melalui penyediaan fasilitas dan layanan air bersih; sosialisasi dan
penyuluhan.
e. Penyediaan tenaga kesehatan.

Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kampar Tahun 2022 | 52

Anda mungkin juga menyukai