BAB I PENDAHULUAN
Abstrak
Maltosa adalah disakarida yang penting dalam industri pangan dan memiliki peran
yang signifikan dalam komposisi dan kualitas produk pangan. Pengaruh proses
pemanasan, fermentasi, dan pengeringan terhadap maltosa telah menjadi topik
penelitian yang menarik dalam upaya untuk memahami perubahan yang terjadi
pada konsentrasi dan sifat maltosa selama proses pengolahan pangan. Dalam
paper ini, saya menyajikan sebuah kajian literatur yang menggambarkan pengaruh
tiga proses ini terhadap maltosa.
BAB II ISI
Maltosa
Maltosa adalah jenis disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa yang terikat
bersama melalui ikatan glikosidik α-1,4. Dalam bentuknya yang murni, maltosa
berbentuk bubuk putih yang larut dalam air. Maltosa ditemukan dalam biji-bijian
seperti gandum, jelai, dan beras, serta dalam produk yang dihasilkan dari biji-bijian
ini, seperti tepung gandum dan malt. Proses penguraian pati yang terjadi saat biji-
bijian berkecambah menghasilkan enzim amilase yang memecah pati menjadi
maltosa. Maltosa kemudian dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim maltase yang
ditemukan di saluran pencernaan manusia.
Pemanasan
Pemanasan memiliki pengaruh signifikan terhadap maltosa dalam proses
pengolahan pangan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu
dipertimbangkan dalam memahami pengaruh pemanasan terhadap maltosa:
Hidrolisis Maltosa menjadi Glukosa: Pemanasan pada suhu yang tinggi dapat
menyebabkan hidrolisis maltosa menjadi glukosa oleh enzim α-amilase.
Maltosa terdiri dari dua molekul glukosa yang terikat secara glikosidik, dan
pemanasan yang intens dapat memecah ikatan ini, menghasilkan glukosa
bebas. Intensitas pemanasan, suhu, dan waktu pemanasan akan
mempengaruhi tingkat hidrolisis maltosa menjadi glukosa.
Reaksi Caramelization: Pemanasan pada suhu yang tinggi juga dapat
menyebabkan reaksi cokelat atau reaksi caramelization pada maltosa. Reaksi
ini melibatkan interaksi antara molekul gula dengan asam amino atau
komponen lainnya dalam produk pangan, yang menghasilkan perubahan
warna, aroma, dan rasa. Selama reaksi caramelization, sebagian maltosa
dapat terdekomposisi menjadi senyawa-senyawa kompleks yang
memberikan karakteristik karamel pada produk pangan.
Perubahan Indeks Glikemik: Pemanasan yang memicu hidrolisis maltosa
menjadi glukosa dapat mempengaruhi indeks glikemik produk pangan.
Indeks glikemik mengukur seberapa cepat makanan mengubah kadar
glukosa darah setelah dikonsumsi. Maltosa memiliki indeks glikemik yang
lebih rendah daripada glukosa, tetapi setelah mengalami hidrolisis, glukosa
yang dihasilkan memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
pemanasan yang mengubah maltosa menjadi glukosa dapat meningkatkan
indeks glikemik produk pangan.
Fermentasi
Pengeringan