Anda di halaman 1dari 1

Tugas mekanisme chlorhexidine gluconate dalam penyembuhan ulser

Terapi ulser biasanya dilakukan secara empiris dan paliatif. Namun, tidak ada satupun obat yang
dapat benar-benar menghilangkan lesi dengan sempurna. Penderita perlu diberi tahu bahwa kelainan
tersebut tidak dapat diobati, tetapi dapat diredakan dan dapat sembuh sendiri. Penyembuhan luka
(wound healing) berdasarkan klasifikasinya, dapat dibedakan menjadi penyembuhan primer dan
penyembuhan sekunder. Penyembuhan primer terjadi pada luka yang bersih, tidak terinfeksi, dan
luka yang diusahakan segera melekat dengan jahitan. Sedangkan penyembuhan sekunder terjadi
apabila tidak ada pertolongan dari luar, penyembuhan berjalan secara alami dimana luka akan terisi
jaringan granulasi dan ditutupi epitel.

Chlorexidin menghambat akumulasi plak, dan dapat meningkatkan penyembuhan luka. Tetapi
penggunaan Chlorhexidine dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat proses penyembuhan luka
normal. Penyembuhan luka lebih mungkin terganggu oleh adanya pengaruh bakteri daripada dengan
hati-hati menggunakan desinfektan. Oleh karena itu, dalam kasus infeksi yang ada, penggunaan
chlorbexidine diindikasikan untuk terhambatnya proses perlukaan normal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.

Terapi menggunakan chlorhexidine 0,2 % digunakan untuk meredakan durasi dan ketidaknyamanan
saat terjadi ulser. Pada konsentrasi chlorhexidine yang lebih rendah, metabolisme bakteri
diperlambat oleh penghambatan enzim proteolitik dan hidrolase glikosida. Setelah penggunaan
larutan chlorhexidine, saliva menunjukkan aktivitas antibakteri hingga 5 jam sedangkan pada
permukaan mukosa mulut telah terbukti dapat menekan jumlah bakteri saliva selama lebih dari 12
jam.

Mekanisme kerja dari chlorhexidine efektif untuk menghambat pertumbuhan maupun membunuh
bakteri gram positif dan gram negatif, tergantung dari konsentrasi yang digunakan. Molekul
chlorhexidine memiliki muatan positif (kation) dan sebagian besar muatan molekul bakteri adalah
negatif (anion). Hal ini menyebabkan perlekatan yang kuat dari chlorhexidine pada membran sel
bakteri. Chlorhexidine akan menyebabkan perubahan pada permeabilitas membran sel bakteri
sehingga menyebabkan keluarnya sitoplasma sel dan komponen sel dengan berat molekul rendah
dari dalam sel menembus membran sel sehingga menyebabkan kematian bakteri.

Chlorhexidine digluconate 0,2% berfungsi sebagai antiseptik untuk mencegah infeksi lebih lanjut
sehingga memberi kesempatan lesi untuk mengalami regenerasi dan reepitelisasi sel untuk
mempercepat kesembuhan lesi. Selain itu Chlorhexidine digluconate 0,2% memiliki aktivitas
antimikroba spektrum luas (gram positif, gram negatif), yang pada konsentrasi tinggi akan bersifat
bakterisidal dan pada konsentrasi rendah memiliki efek bakteriostatik, akan menyebabkan
mengubah keseimbangan osmotik sel bakteri sehingga terjadi kebocoran potasium dan fosfor serta
menghambat pertumbuhan bakteri 9.

Anda mungkin juga menyukai