Anda di halaman 1dari 16

CAIRAN PENCUCI LUKA

Kelompok 3
• AHMAD SIX TABRONI
• AJIB
• BAHRUL HERDIANTO
• DWI WAHYUNINGSIH
• ESTININGSIH
• LILIS SURYANI
Pendahuluan
• Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan
oleh kontak fisik (dengan sumber panas), hasil dari tindakan medis, maupun
perubahan kondisi fisiologis
• Pembersihan luka (wound cleansing) merupakan salah satu dari manajemen
luka akut. Pembersihan luka bertujuan untuk menghilangkan eksudat, debris
dan bahan-bahan kontaminan yang lain sehingga tercipta kondisi yang optimal
untuk penyembuhan luka dan menghindari terjadinya infeksi. Setiap luka
harus dipikirkan sebagai luka yang terkontaminasi sehingga membersihkan
luka merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi.
Penyembuhan luka
• Penyembuhan luka adalah proses fisiologis penting untuk mempertahankan
intregitas kulit setelah terjadi trauma atau oleh karena tindakan prosedur
• Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak
;membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian
dari proses penyembuhan.
Prinsip penyembuhan luka
• Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang
• Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
• Respon tubuh secara sistemik pada trauma
• Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
Fase penyembuhan luka
• Fase inflamasi, berlangsung dari awal cidera sampai 3 hari dan maksimal
dapat terjadi sampai 5 hari, tahapan inflamasi yang melebihi 6 hari akan
menjadi tanda awal dari proses infeksi
• Fase proliferatif, fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21
• Fase maturase,Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1 - 2 tahun
Cairan pencuci luka
1. Normal salin / NaCl
2. Povidone-iodine
3. Klorheksidin
4. Potassium permanganate
5. Hidrogen peroksida / H2O2
6. Etil alkohol:ethanol 70%
7. Etakridinlaktat (rivanol)
8. Larutan obat berbasis klorin
Cairan pencuci luka
1. Normal salin / NaCl
Normal salin / NaCl merupakan larutan isotonik yang mengandung elektrolit di
dalamnya. Kandungan elektrolit dalam NaCl 0,9 % antara lain natrium sebanyak
154 meq/L;Cl- 154 meq/ L serta memiliki pH 6,0. Normal salin tidak
mengandung surfaktan seperti pada larutan pembersih lainnya. Surfaktan
berfungsi untuk menghilangkan bakteri dan debris pada luka. Normal salin juga
tidak mengandung antimikroba sehingga tidak dapat mecegah pertumbuhan
mikroba. Normal salin tersedia dalam bentuk larutan misalnya sodium chloride
0,9 %. NaCl lebih dipilih sebagai pembersih luka karena merupakan larutan
fisiologis dan hampir selalu aman untuk digunakan
Cairan pencuci luka
2. Povidone-iodine
Povidone-iodine dalam konsentrasi 10 % yang biasanya digunakan pada luka
membran mukosa dan kulit sebelum operasi dapat membunuh bakteri gram
positif dan gram negatif (termasuk organisme yang resisten terhadap antibiotik),
jamur, ragi, virus dan protozoa. Kontraindikasi iodium harus digunakan di
bawah pengawasan. Pada umumnya iodium dapat diterima tubuh dengan baik
walaupun kadang-kadang dapat menimbulkan rangsangan lokal atau reaksi
alergi.
Cairan pencuci luka
3. Klorheksidin
Klorhexidine merupakan antimikroba spektrum luas yang bersifat bakterisidal;
berfungsi sebagai pembunuh bakteri dan virus. Klorhexidine merupakan bahan
antiseptik yang aman dan lebih menguntungkan daripada antibiotik karena tidak
menyebabkan resistensi. Oleh karena itu klorheksidin dapat digunakan berulang-
ulang dan dalam jangka waktu yang lama. Klorhexidine merupakan cairan
irigasi untuk membersihkan luka.
Cairan pencuci luka
4. Potassium Permanganate (Kalium Permanganat)
Kalium permanganat merupakan disinfektan lemah yang bekerja dengan cara
membuat bakteri, virus dan protozoa menjadi tidak aktif. Kristal kering dan
larutan PK dalam konsentrasi tinggi menyebabkan kemerahan, nyeri, rasa
terbakar dan perubahan warna kulit menjadi cokelat. Penggunaan dalam jangka
waktu yang lama menyebabkan iritasi dan dermatitis.
Cairan pencuci luka
5. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen Peroksida merupakan pengoksidasi yang kuat, mudah terurai
membentuk air dan oksigen. Adanya ion-ion logam dalam sitoplasma sel
mikroorganisme dapat menyababkan terbentuknya radikal superoksida yang
akan bereaksi dengan gugus bermuatan negatif dalam protein dan akan
menginaktifkan sistem enzim sehingga dapat berfungsi sebagai disinfektan.
Cairan pencuci luka
6. Etil Alkohol / Ethanol 70 %
Alkohol bersifat sebagai bakterisida yang bekerja dengan cara merusak
membran sel dari bakteri, sehingga komponen intaseluler akan keluar. Alkohol
juga bekerja dengan cara mendenaturasi protein – protein yang berada dalam sel,
sehingga kinerja dari enzim bakteri akan terhambat mengakibatkan proses
metabolisme terganggu. Alkohol memiliki efek antiseptik lebih tinggi
dibandingkan dengan clorhexidine.
Cairan pencuci luka
7. Etakridine Laktat ( Rivanol)
Rivanol adalah zat kimia (etakridinlaktat) yang mempunyai sifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan kuman), dan tidak bersifat iritatif pada kulit.
Keuntungan penggunaan cairan ini adalah sifatnya yang tidak terlalu iritatif.
Kerugian dari penggunaan cairan ini adalah cairan ini bias menimbulkan gatal -
gatal, pembengkakan/ inflamasi area luka, dan bias menimbulkan ruam. Cara
penggunaan cairan revanol adalah dengan cara dikompres menggunakan kapas
pada bagian tubuh yang luka.
Cairan pencuci luka
8. Larutan obat berbasis klorin ( HOCL)
Larutan obat berbasis klorin (HOCL) ini sangat baik digunakan dalam pencucian
luka kaki diabetik, terbukti lebih unggul dalam mengurangi pertumbuhan
bakteri, nyeri dan bau pada luka, serta mempercepat penyembuhan luka tanpa
menyebabkan trauma jaringan yang berlebihan dibandingkan dengan larutan lain
seperti povidone iodine dan salin.

Anda mungkin juga menyukai