Anda di halaman 1dari 54

2

Komponen jalan yang diuji


MARKA, dengan fokus
pengujian :
1. Marka pembagi jalur dan
lajur, khususnya ditikungan.
2. Marka Persimpangan
3. Zebra Cross

3
4
5
6
7
8
CARA PENGUJIAN MARKA
Ketepatan Marka yang terpasang,
dan
Kebutuhan akan Marka tertentu
1. Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui kesesuaian dg
kriteria, apakah marka sudah ada, sesuai fungsi dan
penempatannya telah benar.
2. Tetapkan kelayakannya :
a.Jika kondisi umum yang dievaluasi memenuhi memenuhi kriteria,
marka jalan dikategorikan Laik Fungsi (L).
b.Pada jalan Nasional yang sudah beroperasi sebelum Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM 67 Tahun 2018 berlaku dan masih
menggunakan marka membujur berwarna putih maka dapat
dikategorikan Laik Fungsi (L), dengan catatan harus segera
menyesuaikan ketentuan pada Peraturan tersebut.
c. Jika kondisi marka yang dievaluasi tidak memenuhi SPPJ atau
spesifikasi yang berlaku, baik seluruhnya maupun sebagian, tetapi
tetap berkeselamatan bagi pengguna jalan, dikategorikan Laik
Fungsi Bersyarat (Ls). 9
Spesifikasi Penyediaan Prasarana Jalan
Komponen yang diuji RAMBU dengan fokus
pengujian :
1. Kebutuhan manajemen lalu lintas
2. Ketepatan jenis rambu dan penempatannya.

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
CARA PENGUJIAN
Ketepatan Rambu yang terpasang,
dan
Kebutuhan rambu tertentu

23
Komponen yang diuji SEPARATOR dengan fokus
pengujian :
1. Kebutuhan manajemen lalu lintas
2. Bukaan pada separator.

24
25
26
27
CARA PENGUJIAN
Ketepatan Separator yang ada,
dan
Kebutuhan Separator tertentu

1. Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui


kesesuaian dengan kriteria, apakah separator ada,
sesuai kebutuhan, dan telah tepat penempatannya .
2. Kategori Kelaikannya :
a) Jika kondisi umum yang dievaluasi memenuhi,
separator dikatakan Laik Fungsi.
b) Jika kondisi yang dievaluasi tidak memenuhi, baik
seluruh atau sebagian, tetapi tidak mencelakakan,
dikatakan Laik Bersyarat.

28
Komponen jalan yang diuji PULAU JALAN dengan
fokus pengujian :
1. Kebutuhan manajemen lalu lintas
2. Bentuk pulau jalan
3. Marka
4. Warna kerb
5. Rambu pengarah

29
30
31
32
Rambu Pengarah

33
Tahap pengujian Pulau Jalan
1. Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui
kesesuaian dg kriteria dan lakukan pengukuran jika
diperlukan: apakah pulau jalan sesuai dengan
kebutuhan, ukuran dan perlengkapan lainnya sesuai
dengan persyaratan.
2. Tetapkan kategori kelaikan :
a) Jika kondisi umum yg dievaluasi memenuhi kriteria
pulau jalan, maka dikatakan Laik Fungsi.
b) Jika kondisi yg dievaluasi tidak memenuhi kriteria,
baik seluruh maupun sebagian tetapi
berkeselamatan bagi pengguna, pulau jalan
dikatakan Laik Bersyarat (butuh rekomendasi
perbaikan). 34
Komponen TROTOAR jalan yang diuji
fokusnya adalah :
1. Kebutuhan manajemen lalu lintas
2. Perkerasan dan kondisi trotoar
3. Pemanfaatan oleh selain pejalan kaki
4. Utilitas pada trotoar

35
Trotoar direncanakan kebutuhannya pada ruas jalan
dengan volume :
▪ pejalan kaki > 300 orang/12 jam (jam 6.00 - 18.00)
▪ lalu lintas > 1000 kendaraan/12 jam (jam 6.00 -
18.00).

Trotoar dirancang dengan memperhatikan :


a. Mudah diakses penyandang cacat,
b. Kebutuhan untuk pejalan kaki, dan
c. Unsur estetika yang memadai.
36
L
Trotoar dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada sisi luar bahu jalan/ jalur lalu lintas. Dibuat
sejajar dgn jalan, atau dapat tidak sejajar dgn jalan bila
keadaan topografi atau lingkungan tidak memungkinkan.
2. Ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau di
atas saluran drainase berpenutup plat beton,
3. Harus dapat mengakomodir kaum disabilitas seperti pengguna
kursi roda dan penyandang tuna netra dengan lebar yang
cukup, akses masuk trotoar yang dapat dilewati kursi roda,
permukaan berprofil untuk memfasilitasi lintasan tunanetra,
dan lain-lain.

37
L
Trotoar dirancang dengan memperhatikan :
a. Mudah diakses penyandang cacat,
b. Kebutuhan untuk pejalan kaki, dan
c. Unsur estetika yang memadai.

Bagian trotoar yang digunakan lintasan


kendaraan harus punya spesifikasi yang
lebih tinggi dari pada bagian yang
digunakan untuk pejalan kaki.

38
L
Perkerasan dan Kondisi trotoar:
❑ Beraspal: retak
❑ Tidak beraspal: lubang, penurunan
❑ Ubin blok: perbedaan ketinggian
❑ Beton: beton pecah atau mengelupas
❑ Paving beton: terlepas
❑ Kerb: kerusakan pada inlet kerb, inlet kerb
yang tersumbat, inlet kerb yang cacat 39
L
Pemanfaatan trotoar selain untuk
pejalan kaki :
❑ Jalur sepeda
❑ Tempat rambu lalu lintas,
❑ Tempat sampah, Pot bunga,
❑ dan lain-lain
Perhatikan bhw lebar trotoar
memenuhi ketentuan minimal
yang harus disediakan untuk
pejalan kaki yaitu harus tetap
tersedia 1,5 meter bila ada
pemanfaatan selain untuk
pejalan kaki.
40
L
Pemanfaatan trotoar untuk penempatan Utilitas :
❑ mendapatkan izin dari Penyelenggara Jalan
❑ tidak membahayakan dan tidak mengganggu bagi
keselamatan pejalan kaki

41
L
CARA PENGUJIAN TROTOAR :
Ketepatan fungsi yang terpasang
Kebutuhan akan trotoar
TAHAP 1:
➢ Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui kesesuaian dengan
kriteria dan lakukan pengukuran jika diperlukan:
➢ Apakah trotoar ada sesuai dengan kebutuhan dan sesuai kriteria serta
dapat mengakomodir semua pejalan kaki.
➢ Pengamatan dan penilaian juga dilakukan terhadap pemanfaatan trotoar
yang digunakan oleh selain pengguna jalan kaki untuk memastikan
bahwa ruang untuk pejalan kaki tidak berkurang.
TAHAP 2:
Tetapkan kategori kelaikan:
a. Jika kondisi umum yang dievaluasi memenuhi kriteria, trotoar dikategorikan
Laik Fungsi (L).
b. Pemanfaatan trotoar selain untuk pejalan kaki (termasuk sebagai sarana untuk
ditempatkannya utilitas) tetapi mengganggu pejalan kaki, dikategorikan Laik
Fungsi Bersyarat (Ls).
c. Jika kondisi eksisting yang dievaluasi tidak memenuhi kriteria baik seluruhnya
maupun sebagian tetapi tetap berkeselamatan bagi pejalan kaki dan pengguna42
jalan, dikategorikan Laik Bersyarat (Ls).
CARA PENGUJIAN TROTOAR :
Ketepatan fungsi yang terpasang
Kebutuhan akan trotoar

TAHAP 2:
d. Pemanfaatan trotoar selain untuk pejalan kaki (termasuk sebagai
sarana untuk ditempatkannya utilitas) sehingga mengganggu
pejalan kaki, trotoar dikategorikan Laik Bersyarat (Ls).
e. Pemanfaatan trotoar (selain untuk pejalan kaki) yang telah
mendapatkan izin dari Penyelenggara Jalan dan kegiatan pada
trotoar tersebut tidak membahayakan bagi keselamatan pejalan
kaki dan pengguna jalan, trotoar dikategorikan Laik Fungsi (L).
f. Apabila pejalan kaki menggunakan lajur lalu lintas (lajur
kendaraan) sebagai sarana berjalan kaki karena trotoar
dimanfaatkan lain (sekalipun pemanfaat memiliki izin dari
Penyelenggara Jalan), trotoar dikategorikan Laik Bersyarat (Ls) dan
Tim ULFJ harus mampu menjelaskan secara baik temuan dan
rekomendasi atas temuan tersebut.
43
Fungsi pemasangan APILL adalah
untuk :
❑ Menghindari kemacetan
simpang akibat adanya konflik
Penempatan dan pemasangan arus lalu lintas sehingga
APILL diperlukan untuk batas terjamin suatu kapasitas
kecepatan di atas 40 km/jam tertentu yang dapat
dengan memperhatikan: dipertahankan, bahkan selama
❑ Desain geometrik jalan, kondisi lalu lintas jam puncak;
❑ Kondisi tata guna lahan, ❑ Memberi kesempatan kepada
❑ Jaringan lalu lintas dan kendaraan dan/ atau pejalan
angkutan jalan, kaki dari jalan kecil pada
❑ Situasi arus lalu lintas persimpangan untuk memotong
❑ Kelengkapan bagian jalan utama;
konstruksi jalan, ❑ Mengurangi jumlah kecelakaan
❑ Kondisi struktur tanah, lalu lintas akibat tabrakan
❑ Konstruksi yg tidak berkaitan antara kendaraan dari arah yang
dengan pengguna jalan. bertentangan.
LAMPU PENGATUR
❖ Sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning,merah) diterapkan untuk
memisahkan lintasan dari gerakan gerakan lalu lintas yang saling
bertentangan dalam dimensi waktu.
❖ Penilaian dilihat dari keberfungsian lampu pengatur tersebut.

FASE PENGATURAN
❖ Dapat 2, 3 atau 4 fase, tergantung kebutuhan.
❖ Pengujian perlu mengamati fase yang digunakan dapat efektif dalam
mengatur lalu lintas hingga tidak konflik (kemungkinan tabrakan).

FASE PEJALAN KALI


❖ Fase pejalan kaki diberikan saat lampu APILL berwarna merah dan fase
pejalan kaki ini dapat saja ditemukan per fase.
❖ Pengujian perlu mengamati fase pejalan kaki untuk menyeberang
apakah terjadi konflik dengan kendaraan
FASILITAS BAGI PENYANDANG CACAT
❖ Pada tiang lampu dibuat tombol bagi pengguna, tinggi tombol
100 cm dari tanah.
❖ APILL dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk membantu
penyeberangan orang khususnya penyandang tuna netra.
❖ Khusus untuk kota metropolitan, fasilitas bagi penyandang
disabilitas sudah harus menjadi suatu kewajiban.
TAHAP PENGUJIAN APILL
1. Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui kesesuaian dengan semua
kriteria dan lakukan pengukuran jika diperlukan: apakah APILL ada sesuai
kebutuhan dan telah tepat penempatan dan kriterianya, serta memenuhi
semua kebutuhan pejalan kaki.
2. PENETAPAN KATEGORI KELAIKAN:
a. Jika kondisi umum yang dievaluasi memenuhi kriteria, APILL
dikategorikan Laik Funsgi (L).
b. Jika kondisi APILL tidak memenuhi kriteria baik seluruhnya maupun
sebagian, tetapi tetap berkeselamatan bagi seluruh pengguna jalan,
dikategorikan Laik Bersyarat (Ls).
c. Untuk jalan yang berada di kota besar/ metropolitan, penyediaan APILL
dinilai Laik Fungsi (L) apabila memenuhi kriteria di atas dan
mengakomodir pejalan kaki disabilitas. Jika tidak (meskipun memenuhi
kriteria tetapi tidak memfasilitasi penyandang cacat) maka dikategorikan
Laik Bersyarat (Ls).
KEBUTUHAN MANAJEMEN LALU LINTAS
FASILITAS PENYEBERANGAN BAGI PEJALAN KAKI
Fasilitas tersebut digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:
A. Penyeberangan sebidang
❑ ZEBRA CROSS
• Dapat dipasang di kaki persimpangan tanpa APILL atau di ruas/link.
• Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas,
hendaknya pemberian waktu penyeberangan menjadi satu kesatuan
dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan.
• Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas,
kriteria batas kecepatan adalah < 40 km/jam.
❑ PELIKAN
Dipasang pada ruas/link jalan, minimal 300 meter dari persimpangan,
pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas
kendaraan > 40 km/jam. 48
KEBUTUHAN MANAJEMEN LALU LINTAS
FASILITAS PENYEBERANGAN BAGI PEJALAN KAKI
B. Penyeberangan tidak sebidang
❑ JEMBATAN
Disediakan apabila dengan penggunaan zebra cross atau pelikan sudah
mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada, ruas jalan mempunyai frekuensi
kecelakaan bagi pejalan kaki cukup tinggi, ruas jalan mempunyai arus lalu lintas
dan arus pejalan kaki yang cukup besar.
❑ TEROWONGAN
Jika jenis penyeberangan dengan jembatan tidak mungkin diadakan karena
permasalahan lahan atau medan topografi, dimungkinkan dibangun
terowongan.

49
Dengan menggunakan rambu dan
marka maka tempat penyeberangan
terdiri setidaknya:
a. Zebra cross
b. Marka dua garis melintang utuh
c. Rambu tempat penyeberangan
50
PERLINDUNGAN BAGI PEJALAN KAKI
❖ Jalur pejalan kaki harus dilengkapi dengan perlindungan bagi pejalan kaki,
seperti rambu-rambu, penerangan, marka, dan perlengkapan jalan lainnya.
❖ Khusus untuk JPO harus dilengkapi pagar pelindung yang cukup tinggi,
mengikuti ketentuan PerMen PU No. 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman
❖ Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.
❖ Tangga JPO tidak boleh di dalam trotoar sehingga mengganggu pejalan kaki
yang melintas di trotoar.
❖ Ketentuan lampu penerangan jalan untuk penyeberangan tidak sebidang,
mengacu kepada ketentuan pada Peraturan Dirjen. Perhubungan Darat No.
SK.7234/AJ.401/DRJD/2013 tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan.

51
PERLINDUNGAN PENGGUNA JALAN PADA
RUAS JALAN YANG MELEWATI DAERAH SENSITIF

Pada ruas jalan yang melewati daerah sensitif


seperti hutan konservasi, kawasan hutan suaka
alam, kawasan hutan pelestarian alam, terdapat
kondisi dimana pengguna jalan berpotensi
menabrak satwa pada daerah tersebut. Pastikan
terdapat fasilitas seperti :
❑ Rambu peringatan banyak satwa melintas
(lampiran Permen. Perhubungan No. PM 13 Tahun
2014 tentang Rambu Lalu Lintas)
❑ Rambu penurunan/ batas kecepatan.
❑ Rumble strip (pita penggaduh). 52
PENGUJIAN TEMPAT PENYEBERANGAN
1. Lakukan pengamatan visual untuk mengetahui kesesuaian dengan
kriteria dan lakukan pengukuran jika diperlukan: apakah jenis
penyeberangan tepat sesuai dengan kebutuhan, lokasi konstruksi
penyeberangan sesuai dengan kebutuhan dan tepat
penempatannya, serta dilengkapi dengan fasilitas perlindungan bagi
pejalan kaki dan dilengkapi dengan penerangan dengan spesifikasi
yang menenuhi dan dipastikan berfungsi.
2. Tetapkan kategori kelaikan:
a. Jika kondisi umum yang dievaluasi memenuhi kriteria, tempat
penyeberangan jalan dikategorikan Laik Fungsi (L).
b. Jika kondisi eksisting yang dievaluasi tidak memenuhi SPPJ atau
spesifikasi yang berlaku, baik seluruhnya maupun sebagian tetapi
tetap berkeselamatan bagi seluruh pengguna jalan, dikategorikan
53
Laik Bersyarat (Ls).
54

Anda mungkin juga menyukai