NOMOR : 14 /KEP.PEM/2015
TENTANG
DESA PAGOMOGO
KECAMATAN NANGARORO KABUPATEN NAGEKEO
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2015
1
DAFTAR ISI
HAL
BAB PENUTUP 22
VII
2
KEPUTUSAN KEPALA DESA PAGOMOGO
KECAMATAN NANGARORO KABUPATEN NAGEKEO
NOMOR : 14/KEP.PEM /2015
TENTANG
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BENCANA
(PROTAP PB) DESA PAGOMOGO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang :
a. Bahwa bencana dapat menghambat dan mengganggu baik kehidupan dan
penghidupan masyarakat maupun pelaksanaan pembangunan dan
hasilnya, sehingga upaya penanggulangan bencana perlu dilakukan dengan tindakan
terencana, terkoordinasi, terpadu, cepat dan tepat, untuk itu diperlukan upaya nyata
dalam rangka penanggulangannya dengan mengerahkan sumber daya yang ada;
b. Bahwa dalam upaya penanggulangan bencana secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk mencapai sasaran tersebut sebagaimana tercantum pada huruf a, maka perlu
dibuat suatu mekanisme atau Prosedur Tetap yang dapat dijadikan acuan bagi semua
pihak yang terlibat
c. Bahwa untuk maksud sebagaimana tercantum pada huruf b, maka perlu
ditetapkan dalam suatu Keputusan Kepala Desa Pagomogo tentang
Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana (Protap PB) Desa Pagomogo.
Mengingat:
1. Undang-undang Dasar 1945 (amandemen ke-2) Pasal 28G ayat 1;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup.
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang PedomanUmum
Mitigasi Bencana;
6. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010 - 2012
7. Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
9. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah:
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah RI Nomor Tahun
2001tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 126 Tahun 2003 tentang Bentuk
Produk-produk Hukum di Lingkungan Pemerintahan Desa;
3
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo sebagaimana tercantum dalam
lampiran, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 2
Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana ini untuk dijadikan acuan/pedoman bagi seluruh
pihak di desa dan instansi terkait yang terlibat dalam upaya penanggulangan bencana di Desa
Pagomogo
Pasal 3
Kepada segenap unsur organisasi/lembaga kemasyarakatan dan anggota masyarakat di Desa
Pagomogo, agar menindaklanjuti sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana, dan Penanggulangan Bencana di Desa
Pagomogo
Pasal 4
Segala biaya yang diperlukan sebagai akibat diberlakukannya Keputusan Kepala Desa ini
dibebankan pada berbagai sumber dana yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 5
Segala sesuatu yang berkaitan dengan Penanggulangan Bencana yang belum diatur dalam
Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan akan diadakan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan.
Ditetapkan di : Pagomogo
Pada Tanggal : 10 Agustus 2015
ADRIANUS AHA
4
Lampiran I Keputusan Kepala Desa Pagomogo.
Nomor : 14/KEP.PEM /2015
Tanggal : 10 Agustus 2015
Tentang : Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Berbagai bencana yang melanda wilayah NTT secara beruntun dan terus menerus dapat
dijadikan indikasi bahwa wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur pada dasarnya merupakan
daerah yang dapat dikategorikan sebagai daerah rawan bencana, baik yang dikarenakan oleh
alam maupun karena sebab ulah manusia serta berbagai dampak kemajuan teknologi.
Bahwa bencana dapat menghambat dan mengganggu baik kehidupan dan penghidupan
masyarakat maupun pelaksanaan pembangunan dan hasilnya, sehingga upaya-upaya
penanggulangan bencana perlu dilakukan dengan tindakan terencana, terkoordinasi, terpadu,
cepat dan tepat, untuk menunjang kelancaran pelaksanaan penanggulangan bencana.
5
BEBERAPA JENIS BENCANA DI DESA PAGOMOGO SESUAI HASIL KAJIAN SERTA
ANALISIS MASING-MASING JENIS BENCANA
Berdasarkan alur sejarah, teridentifikasi 6 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa
Pagomogo. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya bencana
tersebut mulai dari tingkat kepentingan tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut :
1. Kekeringan
2. Kebakaran Padang
3. Pengrusakan Lahan Pertanian oleh Ternak Lepas
Berdasarkan hasil analisis risiko bencana terhadap 3 jenis bencana tersebut, tingkat risiko
bencana di Desa Pagomogo rata-rata dengan tingkat resiko Sedang. Seperti terlampir dalam
tabel sebagai berikut:
A. Kekeringan
Dari hasil diskusi dengan menggunakan teknik bagan pemeringkatan, Kekeringan menjadi
urutan nomor 1 dari 2 jenis bencana yang pernah melanda Desa Pagomogo. Walau pun pada
saat analisis resiko ketiga bencana tersebut memiliki tingkat resiko yang sama yakni
SEDANG ( Skor 3) . Hal ini terjadi karena kerugian, jumlah korban dan luasan dampak dari
bencana ini sangat berpengaruh terhadap penghidupan masyarakat. Luas lahan terkena
dampak kekeringan hanya seluas 317 Ha (sekitar 35% dari luas wilayah Desa Pagomogo).
Ini terjadi karena sumber penghidupan utama masyarakat Desa Pagomogo mengandalkan
pada lahan pertanian tanaman pangan ( padi, jagung dan ubi-ubian ), tanaman perkebunan
terutama jambu mete dan kemiri. Disamping itu sekitar 30 % penduduk hidup dari beternak .
Pengelolaan tanaman pangan dengan mengharapkan curah hujan yang dilakukan sekali
dalam setahun ini menjadikan pengelolaan lahan kering menjadi andalan sebagian besar
penduduk. Bahkan seringkali masyarakat mengalami gagal panen akibat terlambat menanam.
1. Ancaman Kekeringan ( scor 2,69)
Terjadi setiap tahun
Kekeringan panjang terjadi pada tahun 1997 dan tahun 2014
18 Sumber mata air mengalami kekeringan dan 3 sumber mata air mengalami
kekeringan
Sebagian masyarakat mengalami kekurangan air.
92 2kor sapi mati pada tahun 2014
Kerbau 10 ekor mati
Terjadi penyakit pada ayam
6
2. Kerentanan terhadap Kekeringan ( Scor 2 )
Struktur tanah liat yang menyebabkan tidak menyimpan air
Pada musim panas tanah terbela
Sebagian lahan belum ditanami tanaman umur panjang
Di lahan tidur sebagian ditimbuhi alang-alang yang mudah kering dan
terbakar.
Dua balita meninggal akibat diare
Daya beli masyarakat rendah
3. Kapasitas masyarakat dalam menghadapi kekeringan ( Scor 1,38 )
Catatan:
Mengingat keterbatasan waktu kajian yang hanya berlangsung 3 hari ini, kajian terhadap
kekeringan tidak dilakukan secara mendalam, sehingga tidak banyak informasi yang dapat
dikumpulkan. Namun dari hasil teknik kalender musim dan transek diperoleh beberapa
informasi sebagai berikut:
1. Kemungkinan ke depan kekeringan akan terjadi, tetapi tidak bisa diprediksi karena 3
tahun terakhir sejak 2011-2013 curah hujan tidak pasti. Tahun 2012 sepanjang tahun
hujan dengan intensitas hujan yang tidak merata sementara tahun 2014 terjadi
kemarau panjang selama 7 bulan dengan curah hujan sedang.
2. Namun dari waktu ke waktu suhu udara dirasakan masyarakat Desa Pagomogo
semakin meningkat.
3. Wilayah kawasan tutupan di Desa Pagomogo terutama di bagian kawasan hutan dan
padang penggembalaan yang masih luas dan banyak yang terbuka alias gundul.
4. Jenis tanah bervariasi, di bagian hulu dominan tanah liat sehingga ketika hujan tidak
banyak air yang meresap ke dalam tanah. Sementara di bagian lembah beberapa
wilayah didominasi oleh batuan dan pasir porus akibat tingginya sedimentasi
sehingga air juga tidak bisa diikat oleh perakarnan dan sebagian wilayah lain terutama
di dekat badan-badan sungai di bagian hulu memiliki kesuburan yang lebih tinggi.
5. Kebiasaan masyarakat untuk menggunakan pestisida dan herbisida dalam pengelolaan
usaha tani sehingga semakin merentankan kondisi fisik lahan. Apalagi dibarengi
dengan kebiasaan menanam tanpa pengolahan tanah.
6. Ada 21 sumber mata air yang berada di kawasan hutan dan hampir sebagian debitnya
turun bahkan ada 5 sumber air yang sudah kering.
Mengingat bahwa ada sebagian lahan tidur merupakan padang penggembalaan maka sangat
dibutuhkan beberapa buah embung yang dapat dimanfaatkan selain sumber air untuk ternak
juga dapat dimanfaatkan menjadi sumber penghidupan masyarakat Desa Pagomogo berada di
dekat padang penggembalaan .
7
Gagasan Mengurasi Risiko Kekeringan
Pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering
Pengembangan tanaman penutup tanah
Pembuatan lubang resapan air di sekitar kebun
Pengembangan tanaman yang mudah berkembang pada musim panas
Pembangunan bak PAH ( penampung air hujan.)
Pengembangan pasca panen.
Penguatan kelompok gotong royong untuk mengurangi biaya (SK).
B. Kebakaran Padang
Kebakaran padang terjadi hampir setiap tahun yang berasal dari lahan tidur yang
ditumbuhi alang-alang terutama dipadang pengembalaan yang merambat ke lahan
pertanian.
a. Ancaman
Tingkat ancaman Desa Pagomogo terhadap bencana kebakaran padang tergolong
Rendah (Skor 1,9).
Kebakaran akan terus terjadi setiap tahun dan dampak dari kebakaran akan
meluas jika tidak ditangani.
Semua wilayah padang pengembalaan terancam kebakaran.
Besar kerugian akibat kebakaran ini pada tahun 2011, 4 rumah terbakar akibat
pembakaran ladang, tanaman perkebunan ( jambu mente, cengkeh, ) seluas 5 ha
milik 3 KK terbakar dan tanaman jati putih dan Mahoni lokasi penghijuan di
Watubesi seluas 25 ha tahun 2011 terbakar.
Faktor yang memicu kebakaran adalah: perburuan hewan yang disertai dengan
pembakaran (Agustus – Oktober), mendapatkan pakan rumput muda, dan ulah
manusia yang membuang puntung rokok.
b. Kerentanan
Tingkat kerentanan masyarakat Desa Pagomogo terhadap kebakaran padang
tergolong rendah (Skor 2,13)
Padang yang terdapat di perbukitan tak bisa dikelola lagi oleh masyarakat karena
dalam kondisi kritis. Namun karena hampir sebagian masyarakat mengandalkan
sawah, kebakaran padang belum dirasakan sebagai faktor yang merentankan.
Beberapa kondisi di Desa Pagomogo yang mengakibatkan rentannya masyarakat
terhadap kebakaran padang ini adalah: ternak lepas, terbatasnya sumber pakan
ternak, tanaman rerumputan yang tumbuh dominan adalah alang-alang yang
mudah kering dan terbakar.
Kondisi tanah di padang penggembalaan sebagian adalah jenis tanah liat yang
apabila terjadi panas panjang mudah kering dan menyebakan kebakaran
c. Kapasitas Masyarakat
8
Tingkat kapasitas masyarakat desa Pagomogo dalam mengendalikan kebakaran
padang ini tergolong Rendah (Skor 1,25 )
Kapasitas yang masih rendah itu antara lain: rendahnya kepedulian masyarakat
terhadap dampak kebakaran dalam jangka panjang (banjir dan berkurangnya debit
air), lahan banyak ditelantarkan dan ternak tidak dikelola secara intensif.
Namun demikian sudah ada upaya masyarakat untuk mengendalikan kebakaran
padang, yaitu: Pembuatan Ilaran api, pengembangan kebun tetap oleh sebagian
anggota masyarakat (walaupun luasanya masih dibawah 0,50 Ha ).
Upaya yang sudah dilakukan pemdes dan masyarakat dalam mengatasi kebakaran
antara lain; pembukaan lahan baru untuk usaha pertanian, pemisahan lahan pertanian
dan lahan ternak.
Gagasan dalam mengatasi persoalan kebakaran:
Penanaman pakan ternak disetiap kebun
Membuat ilaran api dilokasi yang rawan kebakaran
Memberi pemahaman kepada masyarakat akan bahaya dan dampak kebakaran
Pemanfaatan lahan tidur untuk dijadikan kebun
Menyiapkan lokasi untuk padang penggembalaan
Membuat perencanaan kegiatan kelompok tani dimasing – masing RT serta
kelompok
Setiap anggota kelompok tani melakukan konservasi lahan untuk dijadikan
kebun tetap ( kebun wanatani )
Informasi peringatan dini tentang kebakaran.
Pemeliharaan ternak secara intensif
9
Sudah ada petani yang mulai mengembangkan tanaman pakan ternak.
Kriteria bantuan ternak dari pemerintah ke petani harus memenuhi kriteria
ketersediaan pakan
Kelompok gotong- royong ditingkat petani masih hidup.
Dari berbagai gagasan yang telah diangkat pada setiap jenis bencana untuk
didiskusikan bersama oleh masyarakat, kemudian dikompilasikan. Selain itu, setelah
presentasi hasil kajian juga dilakukan penggalian gagasan dari masyarakat. Hasil
kompilasi dari semua gagasan mitigasi bencana yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Konservasi di daerah sumber mata air
2. Pembuatan jebakan air
3. Pembuatan Embung
4. Pembuatan penampung air hujan ( PAH )
5. Pembuatan terasering
6. Pelatihan Perencanaan kebun
7. Budidaya TUP ( mahoni dan jati putih )
8. Pelatihan pasca panen (Kripikubi , Minyak serbaguna dan jamu instant )
9. Pengembangan pakan ternak ( Cipelang dan setaria )
10. Pelatihan system pemeliharaan ternak sapi dan kambing
11. Pelatihan pembuatan pupuk organic ( Pupuk cair dan bokashi )
12. Pelatihan dinamika kelompok
13. Penguatan kapasitas kelompok UBSP
14. Reviuw PERDES tentang ternak lepas
15. Pengembangan jagung dan kacang tanah
16. Pengembangan kacang hijau
a. Undang-undang Dasar 1945 (amandemen ke-2) Pasal 28G ayat 1; “Setiap orang
berhak atasperlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda
yang dibawah kekuasaannya, serta berhak rasa aman dan perlindungan atas ancaman
ketakutan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi” ;
b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum
Mitigasi Bencana
e. Perda Kabupaten Nagekeo Nomor ...... Tahun 2012 tentang kebencanaan
f. SK Bupati Nagekeo Nomor Tahun 2015 tetang Pembentukan Forum Multipihak untuk
Pengurangan Resiko Bencana ( PRB).
10
3. MAKSUD DAN TUJUAN
b. Tujuan disusunnya Protap PB ini adalah agar segenap komponen pemerintahan desa, dan
segenap unsur organisasi/lembaga kemasyarakatan di desa serta masyarakat di wilayah desa
Pagomogo, dapat lebih mengetahui dan memahami cakupan tugasnya pada setiap tahapan
pelaksanaan penanggulangan kebencanaan, di dalam mendukung tugas pokok dan fungsi dari
Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana yang ada di Desa Pagomogo.
5. PENGERTIAN
1. Prosedur Tetap adalah kegiatan satuan sifatnya berulang atau rutin tapi belum diatur
tata laksananya melalui perintah atau petunjuk tertentu.
2. Protap PB Desa Pagomogo adalah suatu kumpulan ketentuan yang memberikan
metoda yang harus diikuti oleh segenap komponen pemerintahan desa, dan segenap
unsur organisasi kemasyarakatan di desa serta masyarakat di dalam setiap tahapan
penanggulangan kebencanaan (sebelum, pada saat dan sesudah bencana) di desa
Pagomogo
3. Manajemen Penanggulangan Bencana di Desa adalah proses kegiatan
penanggulangan bencana yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan oleh aparat
pemerintah di desa dan partisipasi masyarakat secara swadaya aktif, sebagai upaya
perlindungan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Partisipasi masyarakat adalah peran serta secara aktif anggota maupun lembaga
5. Kemasyarakatan yang secara fungsional mendukung pelaksanaan penanggulangan
bencana secara terencana.
6. Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) adalah kelompok
masyarakat yang dibentuk dalam rangka mengkoordinasikan upaya-upaya
penanggulangan bencana berbasis masyarakat di desa untuk mewujudkan masyarakat
yang siap siaga terhadap bencana, serta mampu berfungsi membantu masyarakat
dalam menanggulangi maupun memperkecil atau mengurangi akibat dan dampak
bencana yang mungkin terjadi di wilayahnya.
7. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
8. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
9. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
10. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
11. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
12. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana
13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
11
14. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
15. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
16. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana.
17. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca-bencana.
18. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca-bencana.
19. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana.
20. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu
21. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
22. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah
23. dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat.
24. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhandasar pada saat keadaan darurat.
25. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi
tugas untuk menanggulangi bencana.
26. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari
tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk
bencana.
27. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
28. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
12
Lampiran II Keputusan Kepala Desa Pagomogo
Nomor : 14/KEP.PEM/2015
Tanggal : 10 Agustus 2015
Tentang : Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo.
BAB II
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BENCANA (PROTAP PB)
DESA PAGOMOGO
MEKANISME UMUM PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BENCANA
Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Protap PBP) di Desa Pagomogo,
meliputi kegiatan Penanggulangan Bencana baik tahap sebelum terjadi bencana, saat terjadi
bencana, dan setelah terjadi bencana.
Pelaksanaan Penanggulangan Bencana di tingkat desa dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat. Penanggulangan Bencana (KMPB) pada setiap tahapan penanggulangan
bencana (sebelum, saat dan sesudah bencana), yang mencakup kegiatan mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggapdarurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan
berkelanjutan.
Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) bertindak sebagai Pelaksana
dalam setiap tahapan penanggulangan bencana (sebelum, saat dan sesudah bencana), dalam
setiap tahap penanggulangan bencana di desa, didukung dan dibantu pula oleh segenap
komponen pemerintahan desa dan segenap unsur organisasi/lembaga kemasyarakatan di desa
serta masyarakat.
Pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa, di dalam setiap tahapan penanggulangan
bencana di tingkat desa (sebelum, saat, dan sesudah bencana) bertindak sebagai Penanggung
jawab.
Sebelum bencana terjadi, kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana dilaksanakan oleh
KMPB sebagai Pelaksana kegiatan, dengan melibatkan seluruh komponen-komponen di desa
(pemerintah desa, organisasi/lembaga kemasyarakatan, tokoh-tokoh) dan masyarakat, sebagai
upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan masyarakat dalam mencegah,
mengurangi risiko dan menanggulangi akibat dan dampak-dampak yang ditimbulkan dari
bencana.
Pada saat bencana terjadi, penanggulangan bencana/ tanggap darurat dilaksanakan oleh
Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) secara bersama-sama, dan
melibatkan seluruh komponen-komponen di desa dan masyarakat. Pelaksanaan
penanggulangan bencana pada saat bencana terjadi, dilaksanakan dengan mengedepankan
prinsip-prinsip cepat tanggap dan tepat tindak. Setelah bencana terjadi, KMPB sesuai tugas
pokok dan fungsinya, secara bersama-sama dibantu dan didukung dengan seluruh komponen-
komponen di desa (pemerintah desa, organisasi/lembaga kemasyarakatan, tokoh-tokoh
kemasyarakatan), masyarakat serta unsur eknis terkait lainnya melaksanakan tahapan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Koordinasi keterpaduan program/anggaran dilaksanakan oleh
Kepala Desa, bersama-sama dengan seluruh Komponen masyarakat dan KMPB di tingkat
desa.
13
B. PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BENCANA (PROTAP PB) DESA PAGOMOGO
Linmas 1. Mempersiapkan posko-posko untuk penjagaan 1. Menjaga lokasi/daerah yang 1. Membantu dalam KMPB
keamanan, terkena bencana. 2.Menjaga keamanan di
2. Memelihara jalur untuk evakuasi 2. Membantu mengurus dan lingkungan rumah-rumah warga
3. Mendukung dan ikut serta dalam kegiatan- mengevakuasi warga yang yang ditinggalkan supaya tidak
kegiatan yang berkaitan dengan bencana, terkena bencana terjadi penjarahan
seperti: pelatihan dan simulasi
Karang Mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan Mengarahkan anggotanya untuk 1. Memantau perkembangan
Taruna / dengan bencana, seperti: pelatihan dan Simulasi bergabung dalam KMPB dan situasi didaerah pengungsian
OMK Stasi membantu masyarakat 2. Membantu dalam KMPB
Lena
PKK / DASA Mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan Segera menyiapkan kebutuhan 1. Membantu regu dapur
14
WISMA dengan bencana, seperti: pelatihan dan simulasi makanan dan minuman bagi umum dilokasi pengungsian
seluruh warga, dan 2. Meyiapkan makanan
membantu KMPB 3. Membantu anggota KMPB
Tokoh 1. Mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan Menenangkan masyarakat dan Memberikan arahan dan
Masyarakat / dengan bencana, seperti: pelatihan dansimulasi membantu KMPB motivasi kepada masyarakat agar
Tokoh Adat 2. Memberi arahan kepada masyarakat supaya tetap tenang dalam
selalu siaga dan waspada jika ada bencana menghadapi bencana
Kepala Dusun Mendukung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan 1. Membantu KMPB 1. Membantu anggota KMPB
yang berkaitan dengan bencana,seperti: pelatihan 2. Mengarahkan semua warga 2. Mengkoordinasikan situasi
dan simulasi untuk menuju ke daerah aman dusun dengan Kepala desa
Memberikan instruksi/arahan kepada warga dan 3. Memantau perkembangan
mendukung kegiatan yang berkaitan dengan situasi dusun
bencana
Gereja / DPP 1. Mendukung dan ikut serta dalam kegiatan- 1. Membantu KMPB 1. Membantu anggota KMPB
STASI LENA kegiatan yang berkaitan dengan bencana, 2. Menenangkan masyarakat dan 2. Memberikan ceramah,
seperti: pelatihan dan simulasi membantu komponen- motivasi kepada masyarakat
2. Memberikan arahan-arahan dan petunjuk untuk komponen yang ada didesa yang terkena musibah
meningkatkan keimanan, dan motivasi
3. kepada masyarakat agar lebih siap siaga.
POSYANDU Pendataan kelompok rentan (balita, ibu hamil, 1. Membantu anggota KMPB 1. Membantu anggota KMPB
lanjut usia, dan cacat) 2. Memberikan pelayanan2. Mengecek dan menyediakan
pertolongan pertama kepada obat-obatan dan tenaga medis
masyarakat dilokasi pengungsian
3. Membantu mengirimkan 3. Menyediakan PMT untuk
korban ke RS atau puskesmas balita
4. Mempersiapkan dan
menyediakan tempat yang
aman untuk melahirkan
untuk ibu hamil.
KMPB 1. Melatih diri dan menjalankan tugas-tugas yang 1. Mengarahkan masyarakat 1. Setiap regu bergerak untuk
15
berkaitan dengan masing-masing regu untuk membantu menuju melakukan tugasnya masing-
2. Mempertanggungjawabkan atas segala kegiatan ketempat pengungsian yang masing
KMPB dalam tiap tahap bencana aman 2. Bertanggungjawab dengan
2. Regu penyelamatan dan pengisian formulir PBBM
keamanan kembali turun, berdasarkan regunya masing
sesaat setelah wilayah masing
dinyatakan Aman
3. Regu dapur umum membuat
makanan dan minuman
4. Koordinator mengetahui
kondisi setiap masyarakat dan
meminta laporan tiap regu
5. Setiap regu bergerak untuk
melakukan tugas-tugasnya
LPMD / 1. Ikut serta merealisasikan pembentukan 1. Membantu KMPB 1. Membantu anggota KMPB
KPMD Koordinator Siaga Bencana (KSB) 2. Mengarahkan warga masyarakat 2. Meninjau kembali daerah-
secepatmungkin agar segera menuju ketempat aman daerah yang terkena bencana
2. Mendukung dan ikut serta kegiatan-kegiatan 3. Mengidentifikasi kebutuhan
yang berkaitan dengan bencana, seperti: masyarakat saat itu
pelatihan dan simulasi 4. Mengkoordinasikan dengan
KMPB dan Kepala Desa
16
BPD 1.Membantu KMPB 1. Membantu anggota KMPB
1. Mendukung dan mengadakan pembentukan 2.Mengarahkan warga untuk 2. Meninjau kembali daerah-
Koordinator Siaga Bencana (KSB) di tiaptiap menuju tempat yang aman daerah yang terkena bencana
RT/RW 3. Mengidentifikasi kebutuhan
2. . Mendukung dan ikut serta dalam pembentukan masyarakat saat itu
KMPB dan pengesahan PERDES 4. Mengkoordinasikan dengan
3. Mendukung dan ikut serta dalam kegiatan- KMPB dan Kepala Desa
kegiatan yang berkaitan dengan bencana,
seperti: pelatihan dan simulasi
Kepala Desa 1. Membentuk KMPB 1. Kepala Desa sebagai koordinator 1. Mengetahui perkembangan
2. Mengesahan PERDES Penanggulangan langsung diwilayah bencana, situasi desa
Bencana, serta mengawasinya menenangkan dan menyerukan 2. Melakukan koordinasi
3. Mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan kepada seluruh warga dengan KMPB dan semua
dengan bencana, seperti: pelatihan dan simulasi masyarakat menuju ketempat komponen di desa
daerah aman 3. Mengkoordinasikan
2. Mengarahkan KMPB untuk perkembangan desa dengan
bergerak pihak luar dan instansi
3. Mengetahui laporan dan data terkait.
perkembangan situasi dan
masyarakat yang terkena
bencana
4. Mengkoordinasikan
perkembangan desa dengan
pihak luar dan instansi terkait
17
Lampiran III Keputusan Kepala Desa Pagomogo
Nomor :14/KEP.PEM/2015
Tanggal : 10 Agustus 2015
Tentang : Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
KELOMPOK MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA
(KMPB) DESA PAGOMOGO
Untuk membantu pemerintah desa, dalam hal ini Kepala Desa Pagomogo selaku
Penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat desa,
maka dibentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Desa dengan nomor : 13 / KEP.PEM /2015.
18
STRUKTUR KEPENGURUSAN KMPB DESA PAGOMOGO
PERIODE 2014 – 2016
KOORDINATOR UMUM
ADRIANUS AHA
KETUA PELAKSANA
VALENTINUS SENSU
BENDAHARA
________________________
SEKSI KESEHATAN DAN P3K SEKSI SIAP SIAGA SEKSI TANGGAP DARURAT SEKSI HUBUNGAN LUAR
19
Lampiran IV Keputusan Kepala Desa Pagomogo
Nomor : 14/KEP.PEM/2015
Tanggal : 10 Agustus 2015
Tentang : Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo
BAB IV
20
2. TUGAS POKOK DAN TANGGUNG JAWAB KELOMPOK MASYARAKAT
PENANGGULANGAN BENCANA (KMPB) DESA PAGOMOGO
PENASEHAT
Bertugas:
1. Memberikan nasehat dalam pelaksanaan Kelompok Masyarakat Penanggulangan
Bencana (KMPB).
PENANGGUNGJAWAB
Bertugas:
1. Bertanggung jawab memberikan dukungan kebijakan, sarana untuk Kelompok
Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB).
2. Bertanggung jawab dalam mengkoordinir penggerakan masyarakat.
3. Bertanggung jawab mengembangkan, memperbarui dan menyebarluaskan informasi
risiko bencana kepada masyarakat
4. Bertanggung jawab dalam menindaklanjuti hasil kegiatan Kelompok Masyarakat
Penanggulangan Bencana (KMPB) bersama unsur desa yang lain.
5. Bertanggung jawab dalam pembinaan untuk terselenggaranya Kelompok Masyarakat
Penanggulangan Bencana (KMPB) secara berkesinambungan.
KOORDINATOR UMUM
Bertugas:
KOORDINATOR SIAGA
Bertugas:
1. Bertanggungjawab atas segala kegiatan regu siaga, penyelesaian masalah, dapat
menjalin kerjasama yang baik dan memenuhi kebutuhan anggota regu
2. Memfasilitasi alat transportasi seadanya
21
Dalam tahap saat bencana
1. Memantau perkembangan bencana yang terjadi.
2. Mengawasi kemungkinan bencana susulan.
3. Melaporkan setiap perkembangan situasi kepada Koordinator Regu
4. Menilai dampak bencana yang terjadi dan berkoordinasi dengan organisasi peringatan
dini lainnya
Regu Pemetaan
Regu Perintis
Regu penyelamatan
Regu Keamanan
Regu Kebakaran
24
Regu Logistik
KOORDINATOR KOMUNIKASI
Bertugas:
1. Berkoordinasi dengan Regu-regu Komunikasi.
2. Bertanggungjawab memecahkan masalah yang dihadapi anggota regu secara
bersamasama, mendukung penuh atas segala kegiatan-kegiatan regu-regu Tanggap
darurat, menjalin kerjasama yang baik dalam setiap tahap penanggulangan bencana,
dan memenuhi kebutuhan anggota regu dalam setiap tahap penanggulangan bencana
1. Melatih diri untuk mengisi formulir yang menjadi tanggungan Regu Administrasi dan
2. Dokumentasi.
3. Menyalin dan memperbanyak formulir Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat,
4. serta menyimpannya ditempat yang aman.
5. Mempersiapkan dan memperbanyak daftar-daftar tugas untuk semua regu, serta
menyimpannya ditempat yang aman.
6. Menyimpan Buku Panduan PBBM asli dan laporan kegiatan kesiapsiagaan yang
pernah disusun serta menjaga komunikasi diantara setiap Regu dan Seksi.
Regu Relawan
Dalam tahap sebelum bencana
1. Mencatat orang-orang yang akan menjadi relawan
2. Melatih dan mempersiapkan para relawan agar siap dalam setiap saat apabila terjadi
bencana
3. Membuat kelompok-kelompok relawan dari setiap daerah rawan bencana
27
Regu Dapur Umum
Dalam tahap sebelum bencana
1. Mengadakan pelatihan menu bergizi pada relawan di masing-masing kelompok
2. Menyiapakan peralatan masak dan dapur disekitar tempat pengungian
3. Mempersiapkan makanan dan minuman dan menyediakan kebutuhan khusus untuk
kelompok rentan, seperti: anak-anak, balita, ibu hamil, orang sakit, cacat, dan ibu
menyusui
4. Menyiapkan bahan dan alat untuk membuat atau mendirikan dapur umum yang
mudah didapatkan dilokasi pengungsian
5. Menyiapkan makanan cadangan
28
Lampiran V Keputusan Kepala Desa Pagomogo
Nomor : 14/KEP.PEM/2015
Tanggal : 10 Agustus 2015
Tentang : Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Desa Pagomogo
BAB V
DESA PAGOMOGO
2 Pembuatan Jebakan Di lokasi yang ada Di lokasi sumber mata air Januari 2015 dan KADES
Air SMA 2016, 2017
( 250 jebakan)
3 Pembuatan Embung 3 buah 1 buah di Tua Nio Tahun 2015, 2016, KADES
Membuat usulan 2017
29
7 Budidaya TUP : Mahoni :10 kg untuk Masing masing Desember- januari Ketua
Mahoni,Jati Putih 7 klp, Jati Putih 10 kelompok 2014, 2015, 2016, Kelompok
kg untuk 7 klp 2017 PL
Pamong
30
16 Kacang Hijau Rinto Pati 0,25 ha Februari 2015 Keatu
Kelompok
PL
Pamong
31
LAMPIRAN – LAMPIRAN :
32
33