NIM : 202021325
KELAS : R6F
A. Sidang
Dalam pasal 20 piagam majelis umum mengadakan sidang tahunan tetap dan
sidang khusus jika keadaan mengkendaki, sidang tersebut terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Sidang tahunan
b. Sidang istimewa
c. Sidang istimewa darurat
B. Resolusi
Pada pasal 18(1) meyatakan bahwa setiap anggota majelis umum mempunyai satu
suara ,setiap anggota mempunyai hak suara yang sama dan tidak ada perbedaan
antar Negara besar maupun kecil, suara itu dapat menolak atau menyetujui suatu
usul atau abstain. Kekuatan resolusi dari mejelis umum dapat ditinjau dari 3
komponen antara lain keputusan, rekomendasi, dan deklarasi. Pengambilan
keputusan di dalam system PBB seringkali tidak dapat dipisahkan antara ketigal
hal tersebut, akan tetapi adakalanya suatu keputusan dapat berdiri di dalam hal
yang menyangkut prosedur kerja yang dilihat secara kasus per kasus dan tidak
diatur secara khusus di dalam tata cara PBB
4. Negara memiliki hubungan yang erat dengan organisasi internasional karena negara
adalah entitas yang menjadi anggota atau pihak yang terlibat dalam organisasi
tersebut. Sebagai anggota, negara diharapkan untuk mematuhi aturan-aturan dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh organisasi internasional tersebut.Ya, kebijakan
dan ketentuan hukum yang dihasilkan oleh organisasi internasional dapat
mempengaruhi negara-negara anggotanya. Sebagai anggota organisasi internasional,
negara diharapkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
bersama dalam organisasi tersebut. Jika negara tidak mematuhi ketentuan-ketentuan
tersebut, maka dapat terkena sanksi atau konsekuensi yang telah disepakati dalam
organisasi internasional tersebut.Selain itu, organisasi internasional juga dapat
mempengaruhi kebijakan negara anggotanya melalui berbagai cara, seperti
menyediakan bantuan finansial dan teknis untuk memperkuat kebijakan nasional yang
sesuai dengan tujuan organisasi internasional, serta melalui pertukaran informasi dan
pengalaman dengan negara-negara lain dalam organisasi tersebut.Namun demikian,
kebijakan dan ketentuan hukum organisasi internasional juga harus memperhatikan
hak-hak negara anggotanya dan tidak boleh mengabaikan kepentingan nasional suatu
negara. Negara anggota masih memiliki suverenitas dalam menjalankan kebijakan
nasionalnya, meskipun harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati bersama dalam organisasi internasional.
6. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tahun 1967 dan
terdiri dari 10 negara anggota, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos,
Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. ASEAN memiliki
piagam yang mengandung pengakuan negara-negara ASEAN terhadap supremasi
hukum, demokrasi, dan tata pemerintahan yang baik. ASEAN juga memiliki Komite
Perwakilan Tetap Negara-Negara ASEAN di Sekretariat ASEAN yang berkedudukan
di Jakarta. Setiap negara anggota ASEAN memiliki sistem hukum yang berbeda-beda.
Indonesia, misalnya, memiliki sistem hukum yang berdasarkan pada hukum adat,
hukum Islam, dan hukum Barat. Sementara itu, Singapura memiliki sistem hukum
yang berdasarkan pada hukum Inggris. Thailand memiliki sistem hukum yang
berdasarkan pada hukum sipil dan hukum adat. Meskipun setiap negara anggota
ASEAN memiliki sistem hukum yang berbeda-beda, ASEAN memiliki kerangka
kerja hukum yang sama untuk memfasilitasi kerja sama antara negara-negara
anggotanya. ASEAN memiliki beberapa instrumen hukum, seperti ASEAN Charter,
ASEAN Free Trade Area, dan ASEAN Investment Area. ASEAN juga memiliki
kerangka kerja hukum untuk kerja sama dalam bidang keamanan, seperti Treaty of
Amity and Cooperation in Southeast Asia dan ASEAN Regional Forum
8. Sengketa antara Thailand dan Kamboja dimulai sejak 1962. Konflik ini muncul
karena kedua negara mengklaim wilayah yang berada di sekitar Kuil Preah Vihear
sebagai milik mereka. Konflik kembali memanas setelah pada tahun 2008, UNESCO
memberikan penghargaan kepada Kuil Preah Vihear sebagai situs warisan dunia. Hal
ini menyebabkan bentrokan beberapa kali terjadi dan menimbulkan korban jiwa. Jauh
sebelum itu, pada tahun 1962, Mahkamah Internasional telah memutuskan bahwa kuil
tersebut milik Kamboja. Namun, Thailand menilai putusan tersebut hanya
menyangkut kepemilikan kuil, bukan area di sekitarnya. Sengketa ini membuat
konflik terjadi. Baik dari Thailand maupun Kamboja saling mengirimkan pasukan
militer masing-masing ke lokasi tersebut. Indonesia yang saat itu menjabat sebagai
Ketua ASEAN memiliki peran yang besar dalam penyelesaian sengketa ini. Indonesia
diberikan wewenang oleh PBB untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan
sengketa antara Thailand dan Kamboja. Tidak hanya menggelar perundingan,
Indonesia juga mengirimkan pasukan untuk mengamankan tempat terjadinya
sengketa. Hingga pada tahun 2013, Kamboja meminta agar Mahkamah Internasional
memperjelas putusan tahun 1962. Pada tahun yang sama, Mahkamah memutuskan
bahwa Kamboja memiliki kedaulatan di area sekitar Kuil Preah Vihear. Sebagai
konsekuensinya, Thailand berkewajiban menarik pasukan militer dan polisinya dari
wilayah tersebut. Keputusan Mahkamah Internasional ini mengikat berdasarkan
hukum internasional dan tidak bisa dibanding.
dalam kasus di atas bisa kita lihat bahwa peran asean cukup penting dalam kasus
tersebut dimana pada saat itu Indonesia yang menjabat sebagai kepala asean memiliki
peran penting dalam menyelesaikan kasus tersebut, jadi bisa kita simpulkan bahwa
kerjasama asean dalam bidang hukum bisa cukup membantu dalam penyelesaian
suatu masalah