OLEH:
NAMA : KEZIA F Y NEROKOPOUW
KELAS : XII MIPA 3
B. Tujuan ASEAN
Didalam Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN yang ditandatangani di
Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 dinyatakan, bahwa ASEAN didirikan dengan
dasar–dasar pertimbangan sebagai berikut.
Negara-negara di Asia Tenggara memikul tanggungjawab yang utama untuk
memperkokoh stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara.
Menjamin perdamaian serta kemajuan perekonomian nasional masing-masing
negara anggota.
Masing-masing negara anggota bertekat untuk menjamin stabilitas dan keamanan
dalam menghadapi campur tangan dari luar dalam bentuk apapun juga.
Memelihara kepribadian nasional masing-masing negara anggota sesuai dengan
cita-cita dan aspirasi rakyat negara anggota masing-masing.
Mempromosikan perdamaian bangsa-bangsa dan stabilitas regional dengan
menghormati keadilan dan supremasi hukum yang berkaitan dengan hubungan
antar Negara-negara yang berada di kawasan dan patuh kepada prinsip-prinsip
PBB.
Mempromosikan kerja sama yang aktif dan saling membantu demi kepentingan
bersama dalam berbagai bidang. Baik itu bidang sosial, ekonomi, budaya, teknis,
ilmiah dan administratif.Meningkatkan hubungan internasional antar sesama
anggota dalam ASEAN.
Saling memberikan bantuan antara satu lain sessama anggota dalam ASEAN yang
berbentuk fasilitas pelatihan dan penelitian dibidang pendidikan professional,
teknis dan administrasi.
Saling berkolaborasi secara lebih efektif untuk lebih memanfaatkan pertanian dan
industri, perluasan perdagangan mereka, termasuk studi tentang masalah
perdagangan komoditas dalam taraf internasional, perbaikan transportasi dan
fasilitas komunikasi dan untuk meningkatkan standar hidup rakyat mereka.
Mempertahankan kerjasama yang erat dan menguntungkan dengan organisi
internasional atau regional yang ada dengan tujuan yang sama. Tujuan tersebut di
upayakan dapat dilakukan dengan cara menjelajahi semua jalan untuk kerja sama
lebih dekat antara sesama mereka sendiri.
Untuk mempromosikan studi Asia Tenggara
Dalam beberapa tahun tampak hasil kerja sama antarnegara ASEAN sudah nyata, antara
lain sebagai berikut.
Ketegangan-ketegangan politik antara negara-negara ASEAN mengendur
Kerjasama antarnegara anggota ASEAN menjadi lebih erat dengan diadakannya berbagai
konferensi
Usaha-usaha penyelaras pembangunan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan masyarakat negara-negara anggota ASEAN.
C. Struktur ASEAN
Susunan organisasi ASEAN adalah sebagai berikut.
1. Sidang Kepala-Kepala Pemerintah (Summit Meeting), merupakan kekuasaan
tertinggi dalam ASEAN.
2. Sidang Tahunan Menteri Luar Negeri (Annual Ministrial Meeting), bertujuan untuk
merumuskan garis kebijaksanaan sesuai dengan Deklarasi Bangkok
3. Sidang Menteri-Menteri Ekonomi, diadakan dua kali dalam setahun yang bertujuan
merumuskan kebijaksanaan ekonomi dan menilai hasil yang dicapai dalam
kerjasama ASEAN.
4. Sidang Menteri-Menteri Lainnya (Non Ekonomi), diadakan bila dipandang perlu,
yang meliputi pendidikan, kesehatan, sosial, kebudayaan, perburuhan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
5. Panitia Tetap (Standing Commitee), bertugas membuat keputusan dan menjalankan
keputusan-keputusan hasil sidang para Menteri Luar Negeri .
6. Komite-Komite, yaitu bertanggungjawab secara langsung kepada panitia tetap.
GERAKAN NON BLOK
Pengerian Gerakan Non Blok
Non-Aligned Movement (NAM)/Gerakan Non-Blok (GNB) adalah sebuah organisasi
internasional yang terdiri dari lebih dari 120 negara-negara yang tidak menganggap dirinya
bergabung/beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar manapun.
Dimana tujuan dari gerakan non blok diatas dapat kita jabarkan kedalam 3 poin utama, yaitu:
1. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok
Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam perang dingin.
2. Membendung pengaruh negatif baik dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara-negara
anggota Gerakan Non-Blok.
3. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota. Caranya dengan membantu
perjuangan negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan
kemakmuran.
Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang anggotanya saling komunikasi
dan memiliki kedekatan seperti NATO / Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah
mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi
salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat
dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk
melawan Tiongkok selama beberapa tahun.
Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok
Gerakan Non Blok (GNB) menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena
Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Konferensi Asia Afrika yang
diadakan di Bandung pada tahun 1955 merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia
dalam mengawali penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui
sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekadar dari
peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan
refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD
1945.
Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok dapat dijelaskan dalam beberapa poin dibawah
ini:
1. Sebagai salah satu negara pemrakarsa, Hal tersebut karena Gerakan Non Blok sendiri bermula
dari sebuah Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung, pada tahun 1955.
2. Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama,
Hal ini karena indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar
mengundang / mengajak negara lain untuk bergabung kedalam GNB.
3. Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992 - 1995. Pada saat itu (1-6 September 1992)
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang
menghadiri KTT X GNB berjumlah 106 negara.
4. Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia,
memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan.
Indonesia memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk
memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya di GNB.
5. Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB yang dimulai sejak menggagas
pembentukan GNB. Gagasan pembentukan GNB ini dikemukakan oleh Presiden Soekarno
bersama PM Jawaharlal Nehru (yang juga pelopor KAA). Akhirnya, bersama empat
pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan
berdirinya GNB. Indonesia bahkan juga aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT GNB di
Beograd.
6. Dalam KTT X GNB tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah penyelenggaraan
KTT di mana Presiden Soeharto ketika itu bertindak sebagai ketua GNB.
7. Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang, seperti, bidang pertanian dan
kependudukan.
8. Indonesia mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
Prinsip dasar dan tujuan GNB adalah mewujudkan perdamaian duniaberdasarkan prinsip
universal mengenai:
Kesamaan kedaulatan,
Hak dan martabat negara2 di dunia,
Menghormati HAM, dan
Kemerdekaan yang fundamental.
GNB menentang:
1. Imperialisme,
2. Kolonialisme,
3. Neokolonialisme,
4. Perbedaan warna kulit, dan
5. Segala bentuk ekspansi, dominasi, serta menolak segala pemusatan kekuasaan.
Perkembangan GNB
Setelah Perang Dingin berakhir, negara2 anggota GNB masih bersemangat dalam bekerjasama.
Pasca Perang Dingin, semangat kerja sama di anggota GNB masih tinggi. Ketika itu,
kepemimpinan GNB pasca Perang Dingin dipegang oleh Indonesia (1992- 1995), di mana
Indonesia memprakarsai kerjasama teknis di beberapa bidang sbb:
Pelatihan tenaga kesehatan dan Keluarga Berencana,
Studi banding para petugas pertanian, dan
Menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan untuk meringankan hutang luar negeri negara
berkembang.
Setelah kepemimpinan GNB diganti oleh Kolombia, kerjasama antaranggota GNB mulai
menurun. Oleh karena itu, semangat kerjasama perlu dihidupkan kembali melalui revitalisasi yang
dilakukan saat KTT GNB ke-13 tahun 2003 di Malaysia dan KTT GNB ke-14 di Kuba tahun
2006. Akan tetapi, upaya revitalisasi tersebut hingga kini masih belum berhasil. Bahkan, semangat
kerjasama di antara anggota GNB semakin menurun tajam.