SKRIPSI
Oleh:
REKA ELVIA DIRDA PRASASTA
NIM: 011611133124
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
SKRIPSI
Oleh:
REKA ELVIA DIRDA PRASASTA
NIM: 011611133124
Pembimbing:
Linda Dewanti, dr., M. Kes., HMsc., Ph.D.
Dr. Dominicus Husada, dr.,DMT&H., MCTM(TP)., Sp.A(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
SKRIPSI
Oleh:
REKA ELVIA DIRDA PRASASTA
NIM: 011611133124
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Menyetujui,
Linda Dewanti, dr., M. Kes., HMsc., Ph. Dr. Dominicus Husada, dr.,DMT&H.,MCTM(TP).,)Sp.A(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Disetujui dan diterima setelah diuji oleh Tim Penguji Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, 2019
Menyetujui,
Ketua Penguji
NIP. 196503301997022001
Linda Dewanti, dr., M. Kes., HMsc., Ph.D. Dr. Dominicus Husada, dr.,DMT&H., MCTM(TP). Sp.A(K)
NIM : 011611133124
Fakultas : Kedokteran
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
NIM. 011611133124
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkatNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Komunikasi Terapeutik
Dokter Terhadap Kepuasan Pasien Hipertensi”. Peneliti juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini:
1. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga yang telah memberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3. Dr. Pudji Lestari, dr., M.Kes. selaku Penanggung Jawab Blok Penelitian 1 dan 2
yang telah memberikan fasilitas dalam pembuatan skripsi.
4. Linda Dewanti, dr., M. Kes., HMsc., Ph.D. selaku dosen pembimbing utama yang
selalu sabar, baik, dan meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan
pengarahan kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.
6. Dr. Lilik Djuari, dr.M.Kes, selaku penguji pada sidang skripsi peneliti dan turut
memberikan pengarahan kepada peneliti.
7. Risky Vitria Prasetyo dr.,Sp.A(K), selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan selama proses perkuliahan.
9. Seluruh tenaga dan staff Puskesmas Pacarkeling yang telah turut membantu
peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan fasilitas untuk peneliti.
10. Kedua orangtua peneliti, Drs.Eko Iswantono.MM dan Ir.Sri Ariyani untuk
semangat, dukungan serta doa dalam membantu peneliti untuk menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
11. Seluruh keluarga peneliti, Uti, Mami, Demas,yang ikut serta dalam memberi
semangat dan mendoakan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat dan saudara penelitian di FK UNAIR, Gita Puspitasar dan Raudatuzzahra
Kesuma untuk dukungan serta semangat bagi peneliti untuk menyelesaikan
penelitian
13. Saudara peneliti, Diah Caesaria Garindra R dan Mentari Putri S, yang selalu
membantu serta memberi dukungan moral kepada peneliti
14. Kakak dekat peneliti, Diah yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian
ini.
15. Indra Norma S, selaku teman, sahabat, dan saudara peneliti yang selalu
memberikan dukungan moral dan batin kepada peneliti. Serta doa dan semangat
untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
16. Seluruh teman-teman FK UNAIR dan non FK UNAIR yang selalu saling
memberikan dukungan dari awal hingga akhir pembuatan skripsi.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terkait dalam
pembuatan skripsi ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membacanya.
Peneliti
ABSTRAK
Latar Belakang: Komunikasi terapeutik adalah hal yang penting dan efektif dalam
menjalin hubungan antara dokter-pasien. Komunikasi yang baik berbasiskan kepercayaan
akan menghasilkan kepuasan dari pasien sehingga pasien dapat berobat kembali
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
urutan ke-7 yang ditangani oleh petugas layanan kesehatan di Puskesmas. Karena
banyaknya pasien dan penyakit tekanan darah tinggi yang butuh pelayanan lebih detail
Yang dimaksudkan kualitas pelayanan disini adalah bagaimana cara dokter saat
pasiennya, cara memberi tahu obat yang sesuai dengan tata cara pengkonsumsiannya.
Tingginya pasien yang menyatakan kurang puas terhadap pelayanan dokter dalam
masa pengobatan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian Melly Afriyati (2015) didapatkan
kepuasan pasien
Dokter menjadi salah satu komponen yang mempengaruhi kepuasan pasien. Tetapi
salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah komunikasi antara dokter dan
pasiennya. Seperti yang kita ketahui diagnosis penyakit pada pasien dapat diperoleh
sebanyak 80% dari anamnesis. Maka dari itu untuk memperoleh informs yang cukup dan
sesuai seorang dokter harus mendapatkan rasa percaya dari pasien tersebut dengan
Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri atas
teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara terapis
dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh karena itu, komunikasi
terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan
terapis untuk mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan pasien. Sehingga pasien
Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa komunikasi antara dokter dan
pasien di Indonesia belum menjadi urusan utama. Selama ini kompetensi komunikasi
cenderung terabaikan, sehingga 35% - 40% pasien tidak puas berkomunikasi dengan
Semakin tinggi kepuasan pasien memberi tanda bahwa terjalin hubungan yang baik
antara dokter dan pasien sehingga dapat menghindari kasus tuntutan hukum, membantu
proses pengobatan dan penyembuhan pasien serta mutu pelayan kesehatan juga semakin
meningkat (Pohan, 2013). Solusi terbaik dalam meningkatkan kepercayaan pasien kepada
dokter adalah memberikan layanan yang memuaskan. Aspek penting yang harus
diperhatikan adalah komunikasi yang terapeutk. Dokter harus mampu memenuhi harapan
pasien yaitu komunikasi dengan informasi yang jelas sesuai kebutuhan, sikap empati
yang penuh perhatian sehingga membuat pasien tenang. Pihak rumah sakit harus
kepada pasien.
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan turut memperkaya penelitian
dalam bidang Ilmu Kedokteran khususnya kajian komunikasi antara dokter dan
1.4.2 Praktis
subjek dan masyarakat dengan cara meningkatkan layananan yang tidak hanya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan
pengobatannya.
memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dalam pelayanan
kesehatan.
dokter dalam kompetesni inti dalam hal komunikasi efektif (Konsil Kedokteran
dimengerti
informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik
dan benar
diperlukan
menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan
setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau, menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan
Hak pasien yang harus dihormati oleh tenaga kesehatan dalam upaya
a. Hak atas pelayanan kesehatan sesuai dengan stadart pelayanan kesehatan. Pasien
c. Hak untuk menentukan nasib sendiri, merupakan hak pasien untuk menentukan
tindakan pengobatan dan atau perawatan yang akan dilakukan terhadap dirinya
informasi yang jelas dan lengkap dari dokter dan atau perawat tentang segala
sesuatu yang berkait dengan penyakitnya dan upaya yang dapat ditempuhnya
Hak atas “second opinion” merupakan hak pasien untuk memperoleh masukan
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah
istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
unsur,yakni:
2. Pesan ( message )
3. Mengungkapkan perasaan
Gangguan Gangguan
Balikan
Pengirim Penerima
Pesan Pesan
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Materi
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
2. Simbol/isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
3. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan
sebagainya.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud
oleh pengirim.
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
7. Gangguan
aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:
non verbal, kata adalah alat yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut Leddy
dan Pepper (1998) dalam Nurjannah (2005), beberapa hal yang perlu di perhatikan
Masalah pengaruh yaitu seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah
laku.
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang
tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
2) Racing (kecepatan).
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur
3) Intonasi suara
Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
berkomunikasi.
4) Humor
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor
Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung
6) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
yang disampaikan.
a. Pengertian
komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Komunikasi non
(Nurjannah,2005).
1. Ekspresi wajah
2. Kontak mata
3. Sentuhan
5. Sound (Suara)
6. Gerak isyarat
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional
b. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
c. Hambatan Semantik
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan
penerima
komunikasi adalah :
dan perhatian.
menambah informasi.
dan penyakit.
mempengaruhi kesehatan.
rencara perawatan.
perawatan.
c. Meringkas pembicaraan
d. Menutup wawancara
d. Fluency (mantap)
a. Sederhana
c. Lengkap
d. Jelas
untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah yang
atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
Menurut Egan (1998) dalam bukunya skilled helper indikator komunikasi yang
a. Tahap Orientasi
Tahap dimana dokter pertama kali bertemu dengan pasien. Tugas dokter
dalam tahap ini adalah untuk membina rasa percaya pasien terhadap dokter,
b. Tahap Kerja
Tahap dokter memulai kegiatan komunikasi. Tugas dokter pada tahap ini
c. Tahap Terminasi
Tugas dokter pada tahap ini adalah: membina realitas tentang perpisahan,
keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi
Menurut Kotler and Keller (2013) kepuasan pasien adalah perasaan senang
seseorang yang timbul karena hasil yang pasien dapatkan sesuai dengan yang pasien
harapkan.
diberikan tetapi meliputi juga pada nilai objektifnya dan dilandasi pada pengalaman
masa lalu, pendidikan, situasi psikologi, dan pengaruh lingkungan (Sabarguna dan
Rubaya, 2011).
2. Kehandalan (reliability)
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, bisa diandalkan dan akurat meliputi
secara akurat dan terpercaya. Harus sesuai dengan harapan pelanggan berarti
kinerja yang tepat waktu, pelayanan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan dengan
memberikan layanan yang dijanjikan secara akurat, tepat waktu, dan dapat
dipercaya.
3. Ketanggapan (Responsiveness)
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat kepada pelanggan,
tanpa alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas
untuk dapat dipercaya dan diyakini. Keramahan adalah salah satu aspek kualitas
5. Kepedulian (emphaty)
personal dan komunikasi, memahami dan berusaha untuk mengetahui siapa yang
dilayani dan apa yang diinginkan. Empathy yaitu memberikan perhatian yang
tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan
individual.
1. Support (Dukungan)
Pasien membutuhkan orang lain untuk membantu dan menolong tidak hanya
dalam masalah fisik saja, namun juga masalah yang muncul sebagai dampak dari
kondisi sakit tersebut. Pasien memerlukan seorang dokter yang bisa membantu
kesembuhan dari sakit yang diderita sampai pada tahap dimana pasien tidak
ketergantungan lagi pada dokter. Dukungan ini bersifat sementara dengan harapan
pasien dapat kembali ke kondisi sehat seperti awal. Dukungan ini mencakup
kesehatan.
2. Pembiaran (Permissive)
sebelumnya dianggap telah menyimpang. Hal ini akan ditoleransi oleh dokter
dengan harapan pasien dapat merasa nyaman dan tidak tertekan. Selama perilaku
Pemberian reward atau kompensasi dianggap penting agar pasien tetap merasakan
nyaman dan akan meningkatkan kemauan untuk sembuh. Hal ini akan
Dokter dalam melakukan pengobatan kepada pasien sehari-hari harus selalu atas
dasar tulus dan ikhlas. Kondisi yang demikian diharapkan agar proses
fasilitas yang ada di sebuah Rumah Sakit tertentu dari lokasi yang mudah
kesehatan yang berjaga terutama dokter, informasi yang diberikan 20 oleh pasien
jelas, tim medis juga bersikap cekatan dalam menangani keluhan pasien.
3. Aspek kompetensi teknis dokter, meliputi keberhasilan tim medis lainnya dalam
diberikan, dan adanya keringanan dari pihak instansi kepada pasien untuk
mempermudah pembiayaan.
aspek penting.
kepuasan pelanggan terhadap organisasi lain, baik pesaing langsung maupun tidak
langsung.
4. Mengidentifikasi PFI (Priorities for Improvement) melalui analisa gap antara skor
5. Mengukur indeks kepuasan pelanggan yang bisa menjadi indikator andal dalam
Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan
prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
maksimal
• Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam
praktik kedokteran
• Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik
kedokteran Indonesia
di masyarakat multikultur
e. Berperilaku professional
keselamatan pasien.
mampu
• Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri
mendiseminasikan hasilnya
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
dimengerti
kesehatan
sama
kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
patofisiologi
Pencegahan/Kedokteran Komunitas
masyarakat
masalah pasien
dan komprehensif
kesehatan primer.
masyarakat
diagnosis
dapat dibaca.
2.7 Hipertensi
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol
dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
BAB 3
Pasien:
1. Lama waktu Performance Dokter:
tunggu 1. Skill medis dokter
2. Lama waktu 2. Banyaknya mengikuti
Pelayanan seminar
3. Lama waktu 3. Lama praktik
tunggu obat 4. Almamater dokter
Komunikasi Terapeutik :
1. Attending Skill
2. Ramah
3. Responsiveness
4. Empati
Kepuasan Pasien
Komunikasi terapeutik yang dapat dinilai dari aspek attending skill,sikap ramah
dan hormat, rasa empati, dan ketanggapan dapat dipengaruhi oleh performance
dokter yang dilihat dari skill medis yang dimiliki oleh dokter, banyaknya mengikuti
lainnya, lama praktik dokter yang bekerja di Puskesmas Pacarkeling, dan almamater
dokter. Kepuasan pasien juga dapat dipengaruhi oleh umur pasien, jenias kelamin
BAB 4
METODE PENELITIAN
penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama.
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah antara bulan November 2018 – Januari 2019
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berada di wilayah
4.3.2 Sampel
1. Besar Sampel
2
𝑍1−𝛼⁄2 + 𝑍1−𝛽
𝑛≥⌈ ⌉ +3
1 1+𝑟
ℓℴℊ ℯ 1−𝑟
2
2. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi:
b. Kriteria eksklusi:
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsekutif sampling
Kepuasan pasien.
Kepuasan :
Kepuasan Komunikasi Fasilitas
Fisik
Kesesuaian antara
Kuesioner Ordinal
harapan dengan 1. Tangible
kenyataan dalam
penerimaan Penampilan
sikap fisik perawat yang
ketika berkomunikasi
dengan pasien
Komunikasi
Kehandalan
Kesesuaian antara 1. Reliability Kuesioner Ordinal
harapan dengan
kenyataan dalam
penerimaan
Penampilan kerja
dokter dalam bentuk
sikap dan perilaku
hormat dokter dalam
memberikan asuhan
medis kepada pasien
Komunikasi Daya
Tanggap
Kesesuaian antara Kuesioner Ordinal
harapan dengan
kenyataan dalam 1. Responsiveness
penerimaan Penampilan
Penampilan kerja
dalam bentuk sikap
dan perilaku dokter
untuk segera melayani
saat memberikan
asuhan medis kepada
pasien
Komunikasi empati
Kesesuaian antara
harapan dengan 1. Emphaty Kuesioner Ordinal
kenyataan dalam
penerimaan
Penampilan sikap
fisik perawat dalam
bentuk sikap dan
perilaku dkterdalam
bentuk sikap dan
perilaku perawat
dalam memahami
masalah pasien dalam
pelaksanaan asuhan
medi
Jaminan Pelayanan
Kesehatan: 1. Assurance
Kesesuaian antara Kuesioner Ordinal
harapan dengan
kenyataan dalam
penerimaan jaminan
peyanan kesehatan yang
diberikan petugas
kesehatan kepada
pasien
1. Kuesioner
Instrumen pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
dimodifikasi. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi
Egan.1998.
2. Kepuasan Pasien
Data tentang kepuasan pasien terhadap pelaksanakan komunikasi oleh dokter berupa
tingkatan pada setiap butir pertanyaan atau pernyataan yang terdapat dalam
sebagai berikut :
𝑎
P = 𝑛 × 100%
Keterangan :
a = Jumlah pemilih
n = Jumlah sampel
1. Prosedur Pengambilan
2. Pengumpulan Data
4.7.1 Editing
Editing dalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah
isian pada lembar pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apabila ada soal yang belum dikerjakan oleh responden maka
responden diminta untuk mengisi kembali dan apabila jawaban ganda pada
4.7.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Coding dalam penelitian ini peneliti memberikan kode atau
tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan data dan
2) Puas kode 3
4.7.3 Scoring
Selalu : skornya 4
Sering : skornya 3
Kadang-Kadang : skornya 2
Sedangkan pernyataan yang unfavorable diberi nilai atau skor sebagai berikut:
Selalu : skornya 1
Sering : skornya 2
Kadang-Kadang : skornya 3
kategori dibagi tiga sama besar. Sehingga diperoleh skor kategori sebagai berikut:
a) Baik = >80%
b) Cukup = 50-80%
c) Kurang = <50%
2) Kepuasan pasien
a) Baik = >80%%
b) Cukup = 50-80%
c) Kurang = <50%
4.7.4 Tabulating
Tabulating adalah proses penyusunan data kedalam bentuk tabel. Pada tahap
ini dianggap bahwa data telah selesai diproses sehingga harus segera disusun
bivariat yang terdiri dari dua variabel independen dengan menggunakan uji
BAB 5
HASIL PENELITIAN
telah berdiri sejak 1982 di Jalan Jolotundo III No.6 Surabaya. Layanan unggulannya
bertugas di Puskesmas.
pendidikan.
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 15,0
Perempuan 85 85,0
Total 100 100,0
Usia
Dewasa Awal
2 2,0
(20-40 Tahun)
Dewasa Akhir
64 64,0
(41-65 Tahun)
Lanjut Usia
34 34,0
(> 65 Tahun)
Total 100 100,0
Pendidikan
SD 43 43,0
SMP 28 28,0
SMA 27 27,0
D3 2 2,0
Total 100 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 100 responden, menurut jenis
responden atau 85%.Menurut usia, sebagian besar responden berusia 41-65 tahun
sebanyak 64 responden atau 64%. Sedangkan menurut tingkat pendidikan, sebagian besar
responden adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 43 responden atau 43%.
besar dikatagorikan cukup efektif, yaitu sebanyak 56 responden atau 56%. Dan 1
indikator Tahap Terminasi didapatkan hasil yang dikatagorikan sebagai efektif sebanyak
besar dikatagorikan puas, yaitu sebanyak 58 responden atau 58%. Untuk indikator
responden atau 46%. Dan terakhir menurut indikator Empati (Emphaty) menurut
Komunikasi
Kepuasan Terapeutik
Kepuasan Correlation 1.000 .342
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .002
N 100 100
Komunikasi Correlation .342 1.000
Terapeutik Coefficient
Sig. (2-tailed) .002 .
N 100 100
Berdasarkan hasil uji korelasi speraman diperoleh nilai korelasi sebesar 0,342, hal
tersebut mempunyai arti bahwa kekuatan hubunan (korelasi) antara variabel kepuasan
pasien dengan komunikasi terepeutik adalah sebesar 0,342 adalah cukup kuat dan bersifat
positif atau searah. Berdasarkan nilai signifikansi atau Sig. diperoleh hasil sebesar 0,002,
maka karena nilai 0,002 < 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa kedua variabel berhubungan
secara signifikan
dokter lulusan Univeritas Airlangga termasuk dalam katagori cukup efektif menurut
Kepuasan Total
Dokter
Cukup Baik
Dokter UNAIR 48 14 62
Dokter UNIBRA 32 6 38
Total 80 20 100
pasien laki-laki.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa usia pasien dewasa akhir lebih merasa
puas dengan pelayanan di Pusekasmas Pacarkeling.
BAB 6
PEMBAHASAN
kemampuan dokter dalam melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien lebih dari
Efektitas komunikasi terapeutik sudah dilakukan dokter pada tiap tahap baik
efektif (56%) yang dalam kategori efektif kurang dari rata-rata (43%) bahkan ada
dokter yang dinilai pasien kemampuan komunikasi terapeutik dokter dalam kategori
kurang efektif (1%). Secara keseluruhan diketahui standar deviasi tahap kerja adalah
3.077 dan ini standar deviasi paling lebar dibandingkan tahap kerja dan terminasi.
tahap kerja. Efiktifitas tahap kerja bisa didasarkan pada standar deviasi paling kecil
yaitu 0,962 dan hampir secara keseluruhan (83%) komunikasi terapeutik tahap kerja
lebih banyak menekankan komunikasi pada tahap kerja. Hal ini berkaitan dengan
pasien datang ke dokter untuk mencari kesembuhan. Sedangkan pada tahap keja
adalah momen utama pasien dan dokter berinteraksi. Tahap kerja dalam komunikasi
terapeutik, kegiatan yang dilakukan dokter adalah memberi kesempatan pada klien
untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara baik,
melakukan kegiatan sesuai rencana. Hal ini menggamabrkan bahwa tahap pre
interaksi dianggap tidak terlalu penting dalam proses komunikasi terapeutik dalam
medis.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan konsep komunikasi terapeutik yang
bahwa pada tahap perkenalan ini dokter memulai kegiatan yang pertama kali di mana
dokter bertemu pertama kali dengan klien. Kegiatan yang dilakukan adalah
memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga. Dalam hal ini berarti dokter sudah
dirinya, dokter telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong
klien untuk membuka dirinya. Komunikasi yang efektif apabila semua tahap dilalui.
mengembangkan segala yang ada dalam fikiran dan diri pasien ke arah yang lebih
Dokter harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada pasien, dengan begitu
berarti dokter telah bersikap terbuka kepada pasien. Situasi lingkungan yang peka
perasaan dan pikiran. Tahap terminasipun juga harus dilalui, karena dokter akan
bertemu kembali dengan pasien pada waktu yang telah ditetapkan, sedangkan
terminasi akhir terjadi jika dokter telah menyelesikan proses asuhan medis secara
keseluruhan.
Berdasarkan data penelitian yang sudah di olah dan dianalisis dapat di ketahui
bahwa pada dimensi tangible menjadi dimensi paling banyak dinilai paling banyak
memberikan kepuasan pasien pada dokter lebih dari rata-rata (58%) dalam kategori
baik. Sedangkan yang paling rendah pada kategori kepuasaan baik adalah empati.
Standar deviasi empati memiliki skor terbesar (4.191). Dalam kategori kurang
tertinggi dinilai pasien pada kepuasan dimensi responsiveness (17%) dan yang
memberikan rasa nyaman pada pasien sehingga bisa menjadi bagian yang
berkontribsui memberikan kepuasan pelayanan. Dan hal ini sudah dilakukan oleh
dokter sebagai dimensi berperan paling besar dalam memberikan kepuasan pasien.
Secara tangible pasien sebagai akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai
Sedangkan aspek kepuasan paling rendah oleh pasien adalah empati. Rasa
mendapatkan perhatian tulus dari dokter dengan sikap yang menunjukkan suatu
personal dengan pasien dan dokter hendaknya berusaha mengetahui siapa yang
dilayani dan yang pasien. Pasien tidak hanya membutuhkan resep obat tetapi ada
aspek psikis yang perlu diperhatikan dengan sikap empati. Berdasar pada konsep
perlunya dokter memahami masalah para pasiennya dan bertindak demi kepentingan
pasien, serta memberikan perhatian personal kepada para pasien sebagai pelanggan
sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual layanan
yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu
layanan produk dengan harapannya yaitu kepuasan. Kepuasan pasien ini dapat
tercipta melalui pelayanan yang baik oleh para tenaga medis yang ada di instansi
kesehatan. Dengan demikian bila pelayanan kurang baik maka pasien yang merasa
tidak puas akan mengajukan komplain pada pihak puskesmas. Komplain yang tidak
kepuasan pasien diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan. Hal ini didasarkan
nilai signifikaan 0,00 lebih kecil dari 0,05. Semakain baik komunikasi yang
memenuhi setiap indikator-indikator yang ada, melihat dari korelasi yang sangat kuat
memiliki persepsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh dokter merupakan hal yang
terpadu (Efendi, 2009). Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat (1) Perubahan
bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Depkes RI, 2007).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan merasa puas
apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa
yang menjadi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan akan timbul atau perasaan
kecewa pasien akan terjadi apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya
mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan hal ini akan lebih
efektif bagi dokter dalam memberikan kepuasan profesional dalam asuhan medis.
salah satu dimensi dalam mengukur kepuasan suatu pelayanan. Aswad, et al. (2015)
pasien, dimana semakin baik komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh dokter
dapat mengatasi kondisi-kondisi psikologis yang terjadi dan dialami pasien pada
terapeutik yang dilakukan oleh dokter di Puskesmas Pacarkeling masuk dalam katagori
cukup baik. Diluar lama kerja di Puskesmas Pacarkeling, responden menilai dokter
Orientasi) pada setiap pertemuan. Dokter lulusan Universitas Airlangga masuk dalam
penelitian bahwa komunikasi yang dilakukan masuk dalam katagori cukup efektif
menurut 33 responden atau sebanyak 33%. Sementara 4 responden lain menilai bahwa
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh dokter lulusan Universitas Brawijaya masuk
dalam katagori baik.Dilain sisi, 1 responden menilai dokter lulusan Universitas Brawijaya
Puskesmas Pacarkeling masuk dalam katagori cukup puas atas layanan yang diberikan
oleh dokter. Sebanyak 48 responden atau 48% menilai bahwa mereka cukup puas dengan
Pacarkeling. Sementara 32 responden atau sebanyak 32% merasa cukup puas terhadap
dokter lulusan Universitas Brawijaya dan 6 responden lainnya menilai puas terhadap
1. Peneliti tidak mengetahui apakah kuesioner yang dijawab oleh responden sesuai
2. Ada pasien yang tidak sesuai dengan kriteria untuk menjawab kuesioner
Pacarkeling. Sehingga hasil yang didapat mungkin akan menimbulkan perbedaan apabila
BAB 7
7.1 Kesimpulan
2. Sebagian besar responden masuk dalam katagori cukup puas atas pelayanan
7.2 Saran
1. Melihat penyakit pasien bukan hanya dari patofisiologi penyakitnya saja tetapi
yang baik kepada pasien untuk lebih meningkatkan tingkat kepuasan pasien.
kualitas pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri. 2006. Komunikasi Dokter dan Pasien. Bandung: Universitas Islam Bandung Press
Ariasti,D. and Setiyani, DY. 2016. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Tjan Timur Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru.
Journal. Indonesian Journal on Medical. ejournal.ijmsbm.org Vol 3, No 1 (2016)
Cristera,F., Kallo.D. 2017. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Tingkat Kepercayaan Keluarga Pasien di Intensive Care Unit (ICU) RSU GMIM
Kalooran Amurang. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari
2017
Effendy,. and Uchjana,O. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori & Praktik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fourianalistyawati,E. 2012. Komunikasi yang Relevan dan Efektif. (PDF Download
Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/320100052_Komunikasi_yang_Relevan
_dan_Efektif_antara_Dokter_dan_Pasien [accessed Apr 18 2018].
Hewitt. 2001. Komunikasi Organisasi. Penerbit: Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Lumenta, Benyamin. 2012. Pelayanan Medis, Citra, Konflik, dan Harapan. Kanisius:
Yogyakarta.
Mulyana, Deddy. 2014. Komunikasi Ilmu: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Pratita, Ayu Laksmi., Indrawanto, Iwan Sis., Handaja, Djaka. 2014. Hubungan Antara
Komunikasi Efektif Dokter- Pasien dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien
Preoperasi. Jurnal Bidang Kedokteran dan Kesehatan Saintika Medika. Volume
10. No 2 (2014)
Rider, E., & Keefer, C. 2006. Communication Skills Competencies: Definitions and A
Teaching Toolbox, Med Edu, 40, 624-629
Sabarguna, B.S dan Rubaya, A.K. 2011. Sanitasi Lingkungan & Bangunan Pendukung
Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika
Tjiptono,. and Fandy. 2014. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi
Wahyuni, Tiara., Yanis, Amel., Erly. 2013. Hubungan komunikasi dokter – pasien
dengan kepuasan pasien berobat di poliklinik RSUP dr. M. Djamil Padang.
Widjaja. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan hubungan masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
JADWAL KEGIATAN
Kegiatan Juli ‘18 Agt ‘18 Sept ‘18 Okt ‘18 Nov ‘18 Des ‘18
Penyusunan
Urusan
Penelitian
Pembuatan
Etik dan
Perizinan
Penelitian
Pengambilan
Data
Kegiatan Jan ‘19 Feb ’19 Mar ’19 Apr ’19 Mei ’19
Pengolahan
Data
Analisis
Statistik
Penyusunan
Karya
Tulis
Ilmiah
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
HASIL STATISTIK
Komunikasi Terapeutik
Kurang Cukup Baik Total
Dokter Dokter UNAIR 0 52 10 62
Dokter UNIBRA 1 33 4 38
Total 1 85 14 100
Correlations
Komunikasi
Kepuasan Terapeutik
Spearman's Kepuasan Correlation 1.000 .342
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .002
N 100 100
Komunikasi Correlation .342 1.000
Terapeutik Coefficient
Sig. (2-tailed) .002 .
N 100 100
Kepuasan
Cukup Baik Total
Dokter Dokter UNAIR 48 14 62
Dokter UNIBRA 32 6 38
Total 80 20 100
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Tangible 100 8 20 16.68 3.390
Reliability 100 6 24 19.23 3.944
Responsivenes 100 6 16 12.65 2.955
s
Assurance 100 8 20 15.80 3.568
Emphaty 100 9 24 18.07 4.191
Valid N 100
(listwise)
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
TahapOrient 100 16 32 25.13 3.077
asi
TahapKerja 100 4 8 7.38 .962
TahapTermi 100 12 20 17.52 2.022
nasi
Valid N 100
(listwise)