Skripsi
Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN RINOSINUSITIS KRONIK
DI RSUD DR. H ABDUL MOELOEK DAN
RS DKT PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Skripsi
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh
By
ketujuh dari tujuh bersaudara, putra dari Bapak (Alm) Mariduk Lumbantobing
(SMP) di SMP Negeri 3 Tarutung dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 1 Tarutung.
menjadi asisten dosen Histologi tahun 2016-2017, dan asisten dosen Patologi
UNILA, LUNAR FK UNILA dan Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina FK UNILA.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-
Nya lah penelitian ini bisa berjalan dan terselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam juga tak lupa selalu dicurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan RS DKT Provinsi Lampung” merupakan salah
satu syarat untuk penulis agar bisa mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di
Universitas Lampung.
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung.
Universitas Lampung dan juga Penguji skripsi penulis atas saran dan
3. dr. Mukhlis Imanto, S.Ked, M.Kes, Sp. THT-KL selaku Pembimbing I yang
kritik, saran serta nasihat yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
6. dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Akademik dan orang tua
penulis selama berkuliah di FK Unila atas semua bimbingan, saran, kritik dan
Arfaini Sinaga yang selalu ada dan memberi kasih sayang, dukungan serta
nasihat tanpa henti, yang selalu menyebut nama penulis dalam doa di setiap
sujudnya yang menyertai langkah ini menuju kesuksesan, semoga Allah SWT
sisi-Nya.
8. Abang dan Kakakku tercinta, Mba Atik, Bang Kamin, Mba Lim, Bang
Ridwan, Kak Elly, Bang Jekson, Kak Meli, Bang Mat, Mba Sri dan Bang
bimbingan agar selalu menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya,
9. Keluarga besar lainnya yang mungkin tidak dapat penulis ucapkan satu
10. Sahabat tercinta dan keluarga baru penulis selama berkuliah di FK Unila,
dukungan, motivasi, suka duka, dan canda tawanya. Semoga persahabatan kita
11. Helen Kusuma Wardani, salah satu sahabatku yang paling tulus yang selama
12. Almira Trihantoro Putri, Geta Okta Prayogi, Zihan Zetira, Raisah Almira,
Darmawan dan M. Pridho, terimakasih atas cerita dan suka duka selama ini,
14. Direktur utama RSUD Abdul Moeloek dan RS DKT, beserta seluruh staf
rekam medis dan poli THT, Ibu Elly dan Ibu Yeni yang telah memberikan
15. Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis
bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas semua doa, semangat dan
kerjasama nya selama ini. Semoga semua cerita yang kita lalui bersama akan
selalu menjadi memori indah di kemudian hari. Semoga jalan kita selalu
perkuliahan.
18. Segenap jajaran dosen dan civitas FK Unila atas segala bantuan yang telah
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
namun semoga skripsi ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
CT : Computed Tomography
Ig : Immunoglobulin
IL : Interleukin
OR : Odds Ratio
RA : Rinitis Alergi
RSN : Rinosinusitis
Lampiran Halaman
9. Dokumentasi ................................................................................................ 77
BAB I
PENDAHULUAN
Rinosinusitis kronik adalah suatu penyakit inflamasi dan infeksi dari sinus
selama 12 minggu: kongesti nasal, terasa sakit atau tertekan pada wajah,
obstruksi nasal, adanya sekret di hidung bagian anterior dan posterior, serta
disertai dengan polip nasi, produksi mukus yang tidak berwarna, dan nanah
Interview Survey di Amerika Serikat pada tahun 2012 dari 243.921 responden
orang Asia dan 13,8% terjadi pada orang kulit putih. Penelitian di Kanada
penyakit yang menyerang 11% orang dewasa di Eropa dan sekitar 12% orang
2003 menyatakan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke 25
dari 50 pola penyakit utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di
rumah sakit. Data dari Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan
300 penderita (69%) dari 435 penderita rawat jalan poli rinologi yang datang
KL Rumah Sakit Hasan Sadikin pada tahun 2011 tercatat 46% kasus
rinosinusitis kronik sebanyak 204 kasus (13,01%) dari 1567 pasien rawat
jalan.
terjadinya rinosinusitis kronik antara lain adalah ISPA akibat virus, berbagai
macam jenis rinitis terutama rinitis alergi, polip hidung, kelainan struktur
anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka dan sumbatan pada
gangguan yang terjadi pada sistem saraf otonom yang akan menyebabkan
pada tahun 2011 diperkirakan sekitar 400 juta orang di dunia menderita rinitis
alergi (Puwankar, 2011). Di Amerika Serikat rinitis alergi terjadi pada 60 juta
populasi dan 1,4 milyar dari populasi global (Settipane & Schwindt, 2016)
dengan persentasi sekitar 10 – 30% pada orang dewasa dan 40% pada anak-
Vickery, & Blaiss, 2011). Pada tahun 2015 prevelensi rinitis alergi di India
berada di angka 20% - 30% dan pada tahun 2010 terjadi sekitar 3,39% di
(Nurcahyo & Eko, 2009). Sementara itu, data menunjukkan bahwa pada tahun
2015 sebanyak 64% dari pasien rinitis alergi yang mengunjungi departemen
riwayat penyakit rinitis alergi dengan usia rata-rata antara 0,7 - 18,9 tahun
terhadap debu, jamur dan alergi terhadap bulu hewan yang meningkatkan
Penelitian cross setional yang juga dilakukan oleh National Heath and
dengan peningkatan serum antibodi IgE spesifik dan eosinofil perifer yang
2016).
Bertolak dari pemikirian dan latar belakang dari masalah tersebut maka
peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan antara rinitis alergi
Provinsi Lampung.
kronik?
rinitis alergi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber
rinitis alergi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hidung pada bagian superior lateral dan kartilago pada bagian inferior lateral.
aliran udara di dalam kavum nasi (Krouse dan Stachler, 2006). Dinding lateral
kavum nasi tersusun atas konka inferior, media, superior dan meatus. Meatus
antara konka media dan inferior yang mempunyai peran penting dalam
(sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior) berhubungan dengan
konka inferior dan dasar rongga hidung. Pada permukaan lateral meatus
Septum nasi merupakan struktur tengah hidung yang tersusun atas lamina
septum dan dinding lateral hidung mendapatkan aliran darah dari a. etmoid
anterior dan posterior. Sistem vena di hidung tidak memiliki katup dan hal
Sinus paranasal terdiri atas empat pasang yaitu sinus maksila, sinus frontal,
sinus etmoid dan sinus sfenoid. Mukosa sinus dilapisi oleh epitel
8
respiratorius pseudostratified yang terdiri atas empat jenis sel yaitu sel
kolumnar bersilia, sel kolumnar tidak bersilia, sel mukus tipe goblet dan sel
sinus dan bergabung dengan sekret dari hidung. Ostium adalah celah alamiah
sinus dibagi menjadi kelompok sinus anterior dan posterior. Kelompok sinus
anterior terdiri dari sinus frontal, maksila dan etmoid anterior yang bermuara
dari etmoid posterior dan sinus sfenoid yang bermuara di atas konka media.
Fungsi utama sinus paranasal adalah mengeliminasi benda asing dan sebagai
sinus maksila dan resesus frontal. KOM bukan merupakan struktur anatomi
tetapi merupakan suatu jalur yang jika mengalami obstruksi karena mukosa
yang inflamasi atau massa yang akan menyebabkan obstruksi ostium sinus,
premolar ke dua, gigi molar pertama dan ke dua tumbuh dekat dengan
dasar sinus dan hanya dipisahkan oleh membran mukosa, sehingga proses
dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan
Sinus etmoid terdiri dari sel etmoid anterior yang bermuara ke infundibulum
dari sistem karotis interna melayani sinus etmoid dan aliran venanya
(Ballenger, 2016).
11
yaitu pada usia dewasa awal. Sinus sfenoid terletak di dalam os sfenoid di
belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang
2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml.
sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak
2.2.1 Definisi
lebih dari 12 minggu dengan sudah atau tanpa ditatalaksana. (Lanza &
2.2.2 Etiologi
sehingga sering kali sulit untuk menentukan etiologi yang tepat dari
rinosinusitis kronis terbagi atas 2 yaitu: etiologi yang berasal dari host
dan etiologi yang berasal dari lingkungan. Etiologi yang berasal tubuh
aliran mukosiliari dan ventilasi normal dari hidung seperti operasi dan
Infeksi
Infeksi mikroorganisme ( bakteri, fungi)
Superantigen bakteri
Virus
Biofilms
Noninfeksi
Disfungsi neurologis
Gangguan imun
Sensitivitas terhadap aspirin
Alergi
Faktor intrinsik
Disfungsi anatomi
Abnormalitas genetik
Kelainan autoimun
Inflammatory status
Inflamasi eosinofil
Inflamasi neutrofil
2.2.3 Patofisiologi
sekresi mukus yang normal baik dari segi viskositas, volume dan
dan apabila terjadi edema maka mukosa yang saling berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak lagi dapat bergerak dan ostium sinus
akan menjadi media yang baik bagi bakteri untuk tumbuh dan
dengan baik. Mukosa akan semakin membengkak dan hal ini akan tetap
rinosinusitis. Interupsi yang terjadi pada satu atau lebih faktor tersebut
perubahan patologis pada mukosa sinus dan nasal (D. Hamilos, 2000).
15
didapatkan hasil bahwa gejala yang paling sering ditemui adalah hidung
2.2.5 Klasifikasi
yaitu rinosinusitis akut (<4 minggu), subakut (4-12 minggu) dan kronik
lokasi yaitu sinus maksilaris, sinus etmoidalis, sinus frontalis, dan sinus
2.2.6 Diagnosis
mayor, atau 1 gejala mayor ditambah 2 atau lebih gejala minor. (Lanza
& Kennedy, 2010). Untuk gejala mayor dan minor dari rinosinusitis
Tabel 2. Gejala mayor dan minor runosinusitis kronik (Marple & Ferguson,
2009).
dapat ditegakkan.
wajah.
2.2.7 Tatalaksana
tinggi dan memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup.
jangka panjang bagi pasien (Suh & Kennedy, 2011). Apabila pada saat
yang adekuat (Hours & Hours, 2011). Sedangkan untuk terapi antibiotik
produksi sitokin kemotaktik pada mukosa nasal dan epitel polip yang
2007).
nasal polip tidak dapat teratasi dengan baik terapi pembedahan dapat
menjadi pilihan (Suh & Kennedy, 2011). Ada beberapa jenis terapi
20
2010).
2.2.8 Komplikasi
2.3.1 Definisi
inflamasi pada mukosa nasal (Small & Kim, 2011). Rinitis alergi
2.3.2 Etiologi
masuk bersama udara pernafasan antara lain: tungau, debu rumah (D.
2.3.3 Patofisiologi
gulma), jamur dan hewan peliharaan. Dari semua jenis inhalan tersebut,
Pada individu yang telah tersensitasi, alergen yang telah dihirup oleh
mukosa hidung akan masuk melalui sel epitel dan berikatan dengan
Mediator kimia seperti histamin dan leukotrien dilepaskan dari sel mast
2.3.4.1 Bersin
2.3.5 Klasifikasi
dilakukan oleh para ahli. Menurut Allergic Rhinitis and its Impact on
yang terjadi lebih dari ≥ 4 hari dalam seminggu atau telah terjadi
2.3.6 Diagnosis
2.3.6.1 Anamnesis
rinitis lergi juga terdapat pada rinitis non alergi dan rinosinusitis
yang banyak (Small & Kim, 2011). Pada anak yang menderita
b. Skin prick test, test ini dianggap sebagai metode utama untuk
2011).
c. Total IgE testing, tes ini dapat juga dilakukan untuk menilai
Ig E (Mims, 2012).
2.3.7 Tatalaksana
a. Antihistamin
b. Kortikosteroid Intranasal
2015).
c. Dekongestan
d. Kromolin intranasal
2015).
e. Antikolinergik Intranasal
2.3.8 Komplikasi
2.3.8.1 Rinosinusitis
(Keswani, 2016).
(Keswani, 2016).
32
IL-4 dan IL-5 dan IL-13 dan eosinofil akan meningkat baik pada
reseptor H1, IL-1, IL-4 dan IL-10 pada penderita rinitis alergi
dan rinitis alergi di seluruh dunia terutama wilayah Asia Pasifik melalui
33
kuesioner ECRHS. Hal ini dibuktikan dengan korelasi erat dengan uji positif
tes kulit yang merupakan gold standard atau baku emas pemeriksaan rinitis
kuiosner ECRHS memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas 96% - 98% (Song
et al., 2015).
rinosinusitis kronik (Daines & Orlandi, 2012). Rinitis alergi juga dapat
(Wood & Douglas, 2010). Prevalensi dari alergi yang dimediasi oleh IgE
akibat alergen yang berasal dari lingkungan adalah sekitar 60% dari polulasi.
Pasien rinosinusitis kronis lebih peka terhadap jenis alergi perienal (alergi
yang terjadi sepanjang tahun) daripada seaonal (alergi yang terjadi pada
antara lain: debu tungau rumah, spora dari jamur yang berasal dari dalam
ataupun luar rumah, bulu binatang, dan kecoak. Sedangkan alergen yang
menginduksi terjadinya alergi seasonal antara lain: serbuk sari bunga, kayu
polen. Spora dari jamur seringkali berkembang biak di dalam mukus dari
sinus yang akan meningkatkan stimulasi dari proses alergi (D. L. Hamilos,
2013).
Histamin adalah salah satu mediator yang paling penting dalam terjadinya
histamin selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan
pada bersin dan hipersekresi. Melalui sistem saraf otonom, histamin akan
rhinorrhoe) dan edema lokal. Alergi yang terjadi di jalan nafas dan sinus akan
menyebabkan blokade di muara sinus dan membuat daerah yang ideal untuk
Hidung dan sinus paranasal mempunyai struktur anatomi dan fungsional yang
ostium sinus dan aliran mucocilliary clearance juga bekerja secara normal
untuk mengalirkan mukus dari ostium sinus ke cavitas nasal (Tan & Corren,
2011). Proses alergi akan membuat mukosa nasal mengalami edema dan akan
membuat ostium sinus menjadi tersumbat. Selain itu inflamasi yang terjadi
pada mukosa sinus akan meningkatkan produksi dari mukus yang akan
drainase sinus dan menyebabkan hipersekresi dari kelenjar mukus (Sheldon &
Spector, 2007). Sinus adalah sebuah rongga udara di dalam tulang wajah dan
bakteri dan infeksi. Oleh karena itu kombinasi dari sumbatan pada ostium
sinus dan aliran mucocilliary clearance yang lambat akan menjadi tempat
alergi dengan rinosinusitis baik pada anak maupun dewasa. Studi cross
sectional pada 1.008 penderita rinitis alergi baik yang memiliki riwayat atopi
Edema mukosa
Hidung tersumbat
Gangguan mucocilliary
Rinosinusitis kronik
Keterangan :
: yang diteliti
: menyebabkan
37
2.7 Hipotesis
kronik.
control yaitu survey analitik yang menyangkut hubungan faktor resiko yang
yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol dapat terkena
Februari 2019.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk dapat diteliti
yang datang ke Poli THT RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan RS DKT
2. Kriteria eksklusi
lengkap.
n
40
Keterangan :
Q : 1-P (0,36)
zβ= 1,64.
√ √
[ ]
[ ]
[ ]
( )
(Arikunto, 2006).
penelitian lainnya dan variabel itu sendiri juga dapat diartikan sesuatu yang
sebagai ciri, sifat maupun ukuran yang didapatkan dari suatu penelitian
Rumah Sakit Abdul Moeloek kepada staf Direktur dan Diklat Rumah Sakit
Abdul Moeloek dan RS DKT. Selanjutnya setelah disetujui oleh pihak Diklat
maka surat pengantar dapat diberikan ke bagian Poli THT-KL RSUD Dr. H
Abdul Moeloek dan RS DKT Provinsi Lampung untuk mengambil data yang
pasien rinosinusitis kronik yang datang ke poli THT-KL selama periode 2017
sampai dengan Februari 2019 melalui data rekam medis. Kemudian peneliti
Seminar Proposal
rekam medis pasien yang datang ke poli THT-KL RSUD Dr. H. Abdul
Februari 2019.
salah satu “YA” pada pertanyaan nomor 1-3. Informed consent akan
dimasukan ke komputer.
kemudian dicetak.
square. Uji Chi square atau Chi Kuadrat (X2) adalah teknik statistik
atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk kategorik. Setelah
(Notoatmodjo, 2012).
47
frekuensi.
⁄
Odds Ratio (Ψ) = =
⁄
berikut:
No.5111/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
adalah sebesar 7,94%, tahun 2018 adalah sebesar 6,42%, dan sampai
pada tahun 2017 adalah sebesar 23,05%, tahun 2018 adalah sebesar
22,12%, dan sampai dengan Februari tahun 2019 adalah sebesar 0,2%.
3. Prevalensi rinitis alergi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada tahun 2017
adalah sebesar 3,72%, tahun 2018 adalah sebesar 3,24%, dan sampai
pada tahun 2017 adalah sebesar 9,8%, tahun 2018 adalah sebesar 7,83%,
5.2 Saran
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian
1. Kepada peneliti dan kepada pasien yang apabila dicurigai atau telah
lanjutan yang lebih sensitif untuk menegakkan diagnosis rinitis alergi dan
bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ah-see, K. 2015. Clinical evidance ear, nose, and throat disorders sinusitis (acute
rhinosinusitis). BMJ Publishing Group:1–15.
Ballenger. 2016. Anatomy and physiology of the nose and paranasal sinuses In:
Snow JB and Ballenger JJ otorhinolaryngology head and neck surgery
16th ed: BC Decker Inc:547-60.
Bousquet J. 2010. Allergic rhinitis and its impact on asthma (ARIA). Journal
Investigating Allergy Clinical Immunology. 63(3):37–42.
Candra, et al. 2013. Penurunan kadar IL-8 sekret mukosa hidung pada
rhinosinusitis tanpa polip non alergi oleh antibiotik makrolid meningkatkan
fungsi penghidu. Bandung: Fakultas Keokteran Universitas Padjajaran.
Clemente MP. 2005. Surgical anatomy of the paranasal sinus in HL Levine & MP
Clemente eds. sinus surgery: endoscopic and microscopic approaches.
New York:27-58.
Dahlan MS. 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika:35-80.
63
Deconde AS, Soler ZM. 2016. Chronic rhinosinusitis: epidemiology and burden
of disease:134–9.
Dykewicz MS, Hamilos DL. 2009. Rhinitis and sinusitis. Journal of Allergy and
Clinical Immunology:103-15.
Ellwood P, Asher MI, Beasley R, Clayton TO, Stewart AW. 2005. The
international study of asthma and allergies in childhood (ISAAC): Phase
three rationale and methods. 9(1):10-16.
Emanuel IA, Shah SB. 2010. Chronic rhinosinusitis: allergy and sinus computed
tomography relationships otolaryngology - head and neck surgery.
123(6):687–91.
Fauzi, Sudiro M, Lestari BW. 2015. Prevalence of allergic rhinitis based on world
health organization (ARIA - WHO) questionnaire among batch 2010
students of the faculty of medicine universitas padjajaran. Althea Medical
Journal. 2(4):620-25.
Feng CH, Miller MD, Simon RA. 2012. The united allergic airway: connections
between allergic rhinitis, asthma, andchronic sinusitis. American Journal
of Rhinology and Allergy. 26(3):187–90.
Habib AR, Buxton JA, Singer J, Wilcox PG, Javer AR, Quon BS. 2015.
Association between chronic rhinosinusitis and health-related quality of
life in adults with cystic fibrosis:1163–9.
Hamilos DL. 2009. Chronic sinusitis: current reviews of allergy and clinical
immunology:1-15.
Krouse S. 2006. Anatomy and physiology of the paranasal sinuses. In: Brook I,
editor. sinusitis from microbiology to management. New York: Taylor &
Francis Group:95-108.
Lanza DC, Kennedy DW. 2010. Otolaryngology head and neck surgery adult
rhinosinusitis defined:1–7.
Lee S, Kundari S, Ferguson BJ. 2012. Practical clinical management strategies for
the allergic patient with chronic rhinosinusitis. Current Opinion in
Otolaryngology and Head and Neck Surgery. 20(3):179–87.
Mims JW. 2012. Allergic rhinitis. Facial Plastic Surgery Clinics of North
America. 20(1):11–20.
Newman LJ, Platts-Mills TAE, Philips CD. 2014. Chronic sinusitis relationship of
computed tomographic finding to allergy, asthma, and eosinophil:271-
361.
Nurcahyo H, Eko V. 2009. Rinitis alergi sebagai salah satu faktor resiko
rinosinusitis maksilaris kronik [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Rosati MG, Peter AT. 2016. Relationships among allergic rhinitis, asthma, and
chronic rhinosinusitis. 30(1):44–7.
Sambuda A. 2008. Korelasi antara rinitis alergi dengan sinusitis pada pemeriksaan
sinus paranasalis di instalasi lab radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta
[skirpsi]. Surakarta: Universitas Sebalas Maret.
Song W, et al. 2015. Validation of the korean version of the european community
respiratory health survey screening questionnaire for use in epidemiologic
studies for adult asthma. Asia Pacific Allergy. 5(1):25-31.
Suh JD, Kennedy DW. 2011. Treatment options for chronic rhinosinusitis.
8(9):132-40.
Suprihati S. 2006. Faktor alergi pada sinusitis kronik. Lab/UPF THT/FK UNDIP.
RS Kariadi Semarang:27–31.
Tan RA, Corren J. 2011. The relationship of rhinitis and asthma, sinusitis, food
allergy, and eczema. Immunology and Allergy Clinics of NA. 31(3):481–
91.
Tran NP, Vickery J, Blaiss MS. 2011. Management of rhinitis allergic and non-
allergic. 3(3):148–56.
Veling MC. 2013. The role of allergy in pediatric rhinosinusitis. Current Opinion
in Otolaryngology and Head and Neck Surgery. 21(3):271–6.