SKRIPSI
Oleh :
ITSNAINI LINA KHOIRIYYAH
131511133029
SKRIPSI
Oleh :
ITSNAINI LINA KHOIRIYYAH
131511133029
SURAT PERNYATAAN
ii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HALAMAN PERNYATAAN
iii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MOTTO
“Setiap masalah selalu punya cara tersendiri untuk menjadikan pribadi yang
lebih baik, lebih dewasa dan lebih berpengalaman”
vi
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13. Teman sepermainan Nyuasthi dan Diki yang selalu banyak memberikan
kebahagiaan dan yang telah mengisi hari-hariku selama di bangku
perkuliahan dengan kuliner serta mengajari arti kenyamanan dalam
persahabatan.
14. Talia, Unza, Luluk yang telah mengisi hari-hariku dengan berbagi segala
cerita baik senang maupun sedih serta mengajari arti persahabatan selama di
bangku kuliah
15. Dianda, Nadia, Dimul, Dicko, Ain dan Adit yang selalu mengisi kegabutanku
dengan liburan di sela-sela sibuknya perkuliahan.
16. Teman seperdosbingan Laila, Elma dan Fida yang telah saling membantu dan
menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi saya
17. Seluruh mahasiswa angkatan 2015 yang menjadi teman seperjuangan dalam
perkuliahan mulai dari maba hingga profesi nanti.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu kelancaran pengerjaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kami menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Peneliti
viii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
ix
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
x
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
xi
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
xiii
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
xiv
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
xv
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR SINGKATAN
xvi
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan salah satu penyakit kronis yang
ginjal, dialysis peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang
inilah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya stres. Berdasarkan penelitian
dengan penelitian Yosep (2007) yang mengungkapkan bahwa stres terjadi karena
ketidakseimbangan antara tuntutan atau harapan dan sumber daya yang dimiliki
Kondisi stres ini sangat erat kaitannya dengan koping yang digunakan oleh
1
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRESS… ITSNAINI LINA K.
2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Mekanisme koping yang telah digunakan oleh penderita PGK on HD akan sangat
kualitas hidup tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik saja, namun juga
memiliki efek samping yaitu perubahan fisik dan perubahan mental. Perubahan ini
Berdasarkan data hasil Riskesdas (2018), data terkait prevelensi gagal ginjal
kronis mengalami peningkatan dibandingkan data hasil Riskesdas (2013). Hal ini
0,4
0,3
0
2013 2018
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 19,3% dari pasien PGK, mereka
prevelensi 22%. Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
berperan sebagai kepala keluarga yang seharusnya mencari nafkah namun dengan
kondisinya sekarang responden tidak mampu bekerja hal ini terbukti dengan
stres (DASS-42) kepada 10 pasien PGK on HD. Hasilnya, didapatkan data bahwa
yang memiliki tingkat stres yang tinggi, 4 orang diantaranya memiliki mekanisme
bahwa dari 4 orang yang memiliki mekanisme koping yang buruk, 2 orang yang
dan kram otot, komplikasi tersebut dapat memberikan stressor fisiologis kepada
pasien (Suwitra, 2014). Selain stressor fisiologis, pasien PGK on HD juga akan
mengalami stressor psikologis. Hal ini dibuktikan dengan adanya penyakit serta
ketergantungan yang bersifat terus menerus pada alat hemodialisis dan tenaga
(Rahayu et al., 2018). Stres fisiologis dan psikologis berhubungan dengan aspek
komponen kualitas hidup yaitu aspek fisik dan psikologis. Dengan hal ini, stres
akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang yang juga akan berdampak
pada kualitas hidup orang tersebut (Cecilia, 2011). Selanjutnya, kondisi stres akan
diterima oleh individu sesuai dengan tingkatan stres. Tingkatan stres akan dinilai
sebanyak 26,7% (Geneo et al., 2017). Mekanisme koping yang digunakan untuk
hidup pasien tersebut. Stres dan koping yang buruk merupakan masalah
psikologis. Tingkat stres dan koping merupakan dua masalah penting yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Prevelensi masalah kualitas hidup yang buruk pada
pasien PGK on HD ditunjukkan sebesar 58,8% (Husna & Maulina, 2015). Jika
mempengaruhi kondisi penderita PGK on HD. Dalam Teori Lazarus dan Folkman
menjelaskan bahwa stres dapat diatasi tergantung dengan mekanisme koping yang
digunakan oleh pasien. Penyakit PGK ini merupakan penyakit kronis yang tidak
penelitian sebelumnya, hubungan antara stres dan koping terhadap kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik telah dibuktikan. Namun, perlu dijelaskan kembali
untuk hubungan antara tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
1. Apakah ada hubungan antara tingkat stres terhadap kualitas hidup pasien
3. Apakah ada hubungan antara tingkat stres dan koping terhadap kualitas
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
1. Bagi Responden
hubungan antara tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
2. Bagi Perawat
psikologis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), dengan
tanda adanya kelainan patologis, adanya kelainan ginjal seperti kelainan dalam
komposisi darah atau urin serta adanya kelainan pada tes pencitraan (imaging
fungsi ginjal secara progresif yang bersifat irreversible dimana ginjal tidak
Penyakit ginjal kronik progresif dapat dibagi menjadi 5 (lima) stadium yaitu
(Black, 2014):
b. Stadium II: stadium ini dinamakan Chronic Renal Insufficiency (CRI). Pada
stadium ini, terjadi kerusakan ginjal dengan tingkat GFR ringan yaitu 60-89
ml/menit
7
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRESS… ITSNAINI LINA K.
8
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c. Stadium III: stadium ini dinamakan Chronic Renal Failure (CRF). Pada
stadium ini, terjadi kerusakan ginjal dengan tingkat GFR sedang yaitu 30-59
ml/menit
ml/menit
d. Stadium IV: pada stadium IV ini sudah mulai mengalami penurunan GFR
8.46% sedangkan penyebab lainnya 13,65% (Drakbar, 2008) dalam (Isroin, 2014).
tubulointestinal.
amiloidosis.
Penyakit ginjal kronis dapat disebabkan oleh banyak berbagai faktor antara
lain seperti penyakit DM, hipertensi, peradangan pada ginjal, dll. Kerusakan pada
ginjal ini terjadi karena kehilangan massa nefron, proteinuria serta hipertensi pada
vasokontriktor pada arteriola aferen dan arteriola eferen, tetapi angiotensin II ini
lebih dominan bekerja pada arteriola eferen, kerja inilah yang menyebabkan
membuat pori-pori membran pada glomerulus ini semakin meluas serta dapat
glomerulus. Protein akan disaring dan diserap di tubulus ginjal, proses ini akan
Hal ini menyebabkan kerusakan interstitial yang terjadi pada tubulus ginjal
tersebut. Maka dari itu, jumlah nefron akan banyak mengalami kehilangan
ini bertahan dalam jangka waktu >3 bulan, ginjal ini akan mengalami kegagalan
Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada penderita PGK menurut
kelainan pada hasil laboratorium dan tidak ada tanda yang spesifik
sesak nafas.
Salah satu manifestasi klinis yang spesifik terjadi pada penderita PGK yaitu
dialisis harus membatasi asupan protein dari 1,2 g/kg/hari sampai 1,3
2. Kontrol tekanan darah pasien gagal ginjal kronik hingga stage 4 yaitu
kurang dari 140/90 mmHg sebelum menjalani dialisis dan kurang dari
dari angiotensin II. Hal tersebut dapat mengurangi jumlah protein yang
(Schonder, 2008).
a. Dialisis
1. Hemodialisis
Pasien gagal ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal Disease
selama paling sedikit 3-4 jam per terapi. Terapi ini dilakukan hingga
gangguan keseimbangan, kram otot, serta mual dam muntah (Price &
Wilson, 2006).
2. CAPD
b. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal ini merupakan pilihan terakhir untuk pasien gagal ginjal
kronik tahap akhir. Manfaat terapi ini yaitu pasien akan mempunyai kualitas
Komplikasi kronik atau jangka panjang dapat terjadi pada pasien PGK on
ureum > 50 mg/dl dan nilai kreatinin >1,5 mg/dl), terjadi mual, muntah
dan anoreksia
b. Komplikasi intradialisis
(Black&Hawk, 2009).
2.2 Stres
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial dari
kehidupan seseorang, hal ini terjadi baik fisik maupun psikis. Secara psikologis,
stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dari dalam yang disebabkan oleh
kebutuhan psikologis tubuh atau dari luar yang disebabkan oleh keadaan
lingkungan atau sosial yang mengancam bahaya, memberikan perubahan dan juga
Menurut Richard (2010) stres adalah suatu kondisi menilai suatu peristiwa
merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Lazarus dan Folkman (1984) menjelaskan bahwa stres adalah kondisi individu
Dapat disimpulkan bahwa, stres merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
seseorang dengan menilai suatu peristiwa yang dialaminya sebagai suatu kondisi
dapat berasal dari aspek manapun seperti aspek fisik, biologis, lingkungan, dan
lain-lain.
a. Stres baik
Stres baik dapat disebut dengan stress positif. Dalam kondisi ini, situasi
terhadap kesehatan. Dalam kondisi apapun, hal ini dapat digunakan sebagai
pemicu atau motivasi dan memberikan inspirasi untuk hal yang lebih baik
Stres buruk ini juga disebut dengan stress negative. Kondisi ini akan
1. Distres akut: kondisi ini akan terjadi cukup kuat dan dominan, namun
2. Distres kronik: kondisi stres ini terjadi tidak cukup kuat, namun akan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan stres. Hal ini dikemukakan menurut
a. Faktor fisik
Menurut Abdullah (2007), stressor yang berupa faktor fisik adalah penyakit
yang tidak kunjung sembuh, keadaan fisik yang kurang sempurna, kurang
berfungsinya salah satu anggota tubuh pada individu serta kondisi postur
b. Faktor lingkungan
(2007: 19) stressor dari lingkungan dapat berupa suhu, cuaca, udara,
c. Faktor kepribadian
Stressor dapat terjadi karena pola tingkah laku tipe A (type behaviour
pattern). Tipe ini memiliki karakteristik antara lain rasa kompetitif yang
baik, over kompetitif, dan over ambisius (Looker & Gregson, 2005 : 157-
159)
d. Faktor kognitif
mengemukakan bahwa faktor ini dapat dilihat dari bentuk perilaku yang
Ada dua faktor yang termasuk dalam factor sosial budaya yaitu stress
akulturatif dan stres sosial ekonomi. Garmezy (dalam Santrock, 2003 : 565)
menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang dapat menjadi stressor antara lain
guru).
f. Strategi koping
Teori Lazarus & Folkman (1984) telah menjelaskan bahwa ada 2 macam
strategi koping yaitu berfokus pada masalah (PFC) dan berfokus pada
emosional (EFC). Stress akan terjadi jika strategi koping yang dibentuk oleh
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa tanda dan gejala dari stres antara lain:
a. Gejala fisikal : insomnia, mudah lelah, diare, tegang pada leher dan bahu.
harga diri menurun, gejala intelektual, sulit berkonsentrasi, sulit atau lambat
membuat keputusan.
al., 2010).
a. Respons fisiologi
Respon ini merupakan respon yang ditunjukkan secara fisik ditandai dengan
homeostasis ini akan terganggu. Pada kondisi ini, tubuh akan menimbulkan
1. Reaksi alarm
2013). Tahap ini dapat menyebabkan reaksi stress yang lebih lama.
(Donatelle, 2013).
2. Resistensi
stressor tersebut masih menetap. Hal ini menyebabkan tubuh tidak dapat
3. Kelelahan
Tahapan ini terjadi saat kurangnya energi fisik dan emosi sebagai
kortisol yang dihasilkan oeh kelenjar adrenal menetap lama dalam darah
b. Respon kognitif
Respon stres kognitif yang ditunjukkan dapat berupa gangguan proses pikir,
c. Respon emosi
Respon ini ada dua macam yaitu fight dan flight. Fight yaitu melawan
oleh Lazarus & Folkman (1984). Lazarus menyatakan bahwa stres merupakan
kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang merasakan bahwa "Tuntutan
melebihi sumber daya pribadi dan sosial yang dapat dimobilisasi individu." Hal
inilah yang disebut dengan model transaksional stres dan koping. Setiap seseorang
merupakan suatu peristiwa yang dialami oleh seseorang dan akan menimbulkan
respon stres. Stimulus ini dinamakan sebagai antecedents of stressor. Lazarus dan
Folkman (1984) membagi stressor menjadi 2 kelompok yaitu personal stres yang
terdiri dari komitmen dan kepercayaan, serta environmental stres yang merupakan
aspek diluar personal yang mangancam kondisi individu. Dalam teori appraisal
yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984) ini dijelaskan bahwa
membagi appraisal ini menjadi 2 macam yaitu primary appraisal dan secondary
2.3 Koping
dialami seseorang ataupun beban yang dihadapi oleh tubuh. Pada umumnya beban
ini akan menyebabkan respon tubuh yang bersifat nonspesifik yaitu stres. Apabila
strategi koping yang dilakukan seseorang berhasil, seseorang akan dapat lebih
(Ahyar, 2010).
perilaku untuk mengatasi stres yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
yaitu:
a. Koping adaptif
b. Koping maladaptif
hingga menyerang. Koping jenis ini memberi dampak yang negatif terhadap
diri seseorang tersebut. Misalnya, isolasi diri, bahkan resiko bunuh diri
positif.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
individu.
c. Optimisme
d. Pendidikan
yang rendah.
e. Pengetahuan
f. Jenis kelamin
Sumber daya koping adalah segala sesuatu baik fisik maupun non fisik yang
Adapun sumber daya koping yang dimiliki oleh seseorang menurut Lazarus
a. Kondisi kesehatan
b. Kepribadian
c. Konsep diri
seseorang
d. Dukungan sosial
masalah tersebut
e. Aset ekonomi
Aset ekonomi berperan sebagai aset pemuas kebutuhan, maka dari itu
keluarga yang memiliki aset ekonomi yang tinggi akan lebih sejahtera
digunakan atau dilakukan. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) dalam Siti
menyelesaikan masalah.
religious.
tindakan.
yang dihadapi
Dalam teori appraisal yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984)
dialami seseorang. Mereka membagi appraisal ini menjadi 2 macam yaitu primary
seseorang akan dapat menentukan makna dari suatu peristiwa tersebut. Makna
itulah yang dapat seseorang persepsikan apakah peristiwa itu positif, negatif,
ataupun netral.
Dalam studi mengenai stres, ada 3 komponen yang dimiliki oleh primary
Jika individu menilai bahwa ancaman peristiwa itu tidak menghambat dan
a. Blame and credit adalah penilaian atas siapa pihak yang bertanggung
atau peristiwa yang dialami seseorang cukup besar, namun kemampuan koping
rendah, maka stress akan terjadi. Namun sebaliknya, jika kemampuan koping
Folkman (1984) dalam Nursalam (2010), strategi koping dibagi menjadi 2 macam
yaitu :
Proses Outcome
Penilaia Penilaia
H Peruba
Stressor n n
u han Adaptasi : emotional
(orang, primer sekunder
b koping well being, unctional
lingkunga a. PFC status, health behavior
n, dan u
b. EFC (marah, menghalangi,
interaksi n marah, berbudi, marah,
keduanya) g sabak, bermusuhan, iri,
a takut, cemas, rasa
n bersalah, bebas,
berharap, sedih,
depresi, bersyukur,
terharu, senang,
bergembira, bangga
dan cinta
Sumber
Psikologi, sosial,
material, kesehatan
psikologi
(1997 dalam Neteuveli dan Blane, 2008) mengartikan kualitas hidup sebagai
dengan tujuan, harapan, standar maupun perhatian. Menurut Cohen & Lazarus
dalam Larasati (2011), kualitas hidup adalah tingkatan atau tahapan yang
menunjukkan keunggulan seseorang yang dapat diukur dari tujuan hidup, control
materi.
hidup ini juga dapat diartikan sebagai persepsi seseorang terhadap kesehatan fisik,
Menurut Netuveli dan Blane (2008), ada dua dimensi kualitas hidup antara
a. Dimensi objektif
b. Dimensi subjektif
Dimensi ini dapat diukur dari respon atau persepsi seseorang terhadap
kualitas hidup menurut WHO (1996) yang disebut WHOQOL-BREF antara lain:
a. Kesehatan fisik
kerja
b. Kesehatan psikologis
Meliputi citra tubuh dan penampilan, perasaan negatif ataupun positif, harga
c. Hubungan sosial
d. Lingkungan
bahwa penelitian ini belum ada yang dilakukan di kota Gresik. Penelitian-
yaitu hanya pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Penelitian
dilakukan di RSUD Ibnu Sina Gresik, Jawa Timur. Populasi yang akan digunakan
adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini juga
akan mengkombinasi atau menggabungkan 3 variabel yang sudah ada yaitu stres,
Tabel 2.1 Keaslian penelitian hubungan stres dan koping terhadap kualitas hidup
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
No. Judul Tujuan Metode Hasil
Penelitian dan Penelitian
Penulis
1. Hubungan Untuk Desain: Deskriptif Ada hubungan signifikan
Frekuensi mengetahui analitik dengan antara prekuensi HD
Hemodialisis hubungan antara pendekatan dengan tingkat stress pada
Dengan frekuensi crosssectional pasien CKD di instalasi
Tingkat Stres hemodialisis Sampel: Hemodialisa RSUD Dr.
Pada Pasien dengan tingkat N sampel : 67 orang M. Yunus Bengkulu
Gagal Ginjal stress Pada Populasi : Pasien
Kronik Yang Pasien Gagal Gagal Ginjal Kronik Kelebihan : sudah tepat
Instrumen :
Instrumen penelitian
berupa kuesioner, alat
tulis dan pengolahan
data menggunakan
computer. Kuisioner
ada 3 yaitu demografi,
DASS, ways of coping
scale
Analisis :
Kolmogorov-Smirnov
BAB 3
Terapi hemodialisis
Stressor
Kualitas hidup
1. Fisik
2. Psikososial Strategi koping:
3. Lingkungan 1. EFC
4. Hubungan sosial 2. PFC
Koping
Primary Secondary
Appraisal Appraisal
Adaptif Maladaptif
Stres
: Tidak diteliti
: Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara stress dan koping
terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis.
44
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRESS… ITSNAINI LINA K.
45
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terapi hemodialisis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, disisi lain
terapi hemodialisis juga memberikan efek samping jika dilakukan dalam jangka
waktu yang lama. Penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) akan memiliki
perubahan fisik maupun perubahan mental. Perubahan inilah yang dapat menjadi
sumber stress atau yang sering disebut stressor. Stressor akan dinilai
menggunakan strategi koping. Strategi koping ada 2 macam yaitu PFC (Problem
Focused Coping) dan EFC (Emotional Focused Coping). Pada kondisi normal,
kedua strategi koping ini harus berjalan seimbang yang menghasilkan mekanisme
koping yang adaptif. Jika ada ketidakseimbangan dengan kedua strategi ini, maka
akan termasuk dalam mekanisme maladaptif. Menurut teori Lazarus & Folkman
(1984), seseorang akan memasuki tahap penilaian yaitu appraisal. Penilaian ini
ada 2 tahap yaitu primary dan secondary appraisal. Jika setelah melakukan
penilaian primary appraisal dirasa memiliki makna negatif, maka akan dianalisis
(challenge). Namun, jika dirasa memiliki makna positif atau dirasa tidak
koping positif atau adaptif yaitu kemampuan koping yang dimiliki baik, maka
negatif atau maldaptif yaitu kemampuan koping yang dimiliki rendah, maka stres
menurut WHO (1996) ada beberapa komponen penting yang digunakan untuk
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Hal ini berkaitan dengan penyebab
stres yang telah dikemukakan diatas dan outcome koping yang telah dikemukakan
oleh Lazarus & Folkaman (1984). Komponen penting pengukuran kualitas hidup
seseorang. Dimana penyakit ginjal kronis merupakan penyakit yang tidak dapat
H1:
3. Ada hubungan antara tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu
atau alat-alat tertentu. Dalam bab ini akan membahas mengenai: 1) Rancangan
yang bertujuan untuk mencapai tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian
waktu pengukuran atau observasi data independen dan data dependen hanya satu
4.2.1 Populasi
penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani HD di RSUD Ibnu Sina Gresik
47
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRESS… ITSNAINI LINA K.
48
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pada bulan Juni 2019. Jumlah populasi tersebut sebanyak 210 orang. Sedangkan
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi tejangkau yang dapat digunakan sebagai
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
4.2.3 Sampling
dilakukan dengan cara memilih sampel dari populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (Nursalam, 2017). Peneliti memilih subjek pada pasien PGK
on HD di RSUD Ibnu Sina Gresik. Besar sampel yang digunakan oleh peneliti
penelitian ini adalah tingkat stres pasien PGK on HD dan koping pasien
PGK on HD
Koping Cara seseorang a. Koping Kuesioner The Ordinal Kuisioner ini dinilai
untuk adaptif ways of coping menggunakan skala
menghadapi b. Koping yang telah Likert 5 poin mulai
masalah atau maladaptif dimodifikasi dari 5 = sangat
tekanan oleh setuju sampai 1 =
Lita Purnama sangat tidak setuju
Sari (2013)
Kategori skor
dihitung dengan
menggunakan
rumus.
Adaptif =
Maladaptif =
Jika nilai skor
adaptif lebih besar,
maka termasuk
koping adaptif,
begitu pula
sebaliknya.
(Bombay, 2016)
Kualitas Suatu persepsi 1. Fisik Kuesioner Ordinal Kuisioner ini terdiri
hidup atas 2. Psikologis WHOQOL- dari 26 item
kesejahteraan 3. Hubungan BREF diadopsi pertanyaan. Skala
kehidupannya social dari lembaga skor 0-100
4. Lingkungan WHO 0 = menunjukkan
(Bruesch, kualitas hidup
Reynolds, terburuk
Hailey, Martin, 100 = menunjukkan
& Treadway, kualitas hidup
2011). terbaik
1. 0-20 = sangat
buruk
2. 21-40 = buruk
3. 41-60 = sedang
4. 61-80 = baik
5. 81-100 = sangat
baik
(Anastasi &
Urbina, 1997)
dalam (Nofitri,
2009)
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah inform consent,
1. Data demografi
hemodialisis
2. Kuesioner stres
Kuesioner ini terdiri dari 42 item yang digunakan untuk mengukur tingkat
item, anxiety berjumlah 14 item dan stress terdiri dari 14 item (Lovibond,
S.H & Lovibond, 1995). Pertanyaan pada kuesioner yang mengukur tingkat
Kuesioner ini merupakan kuisioner baku dan diadopsi dari buku (Nursalam,
2017). Kuesioner ini pernah digunakan oleh salah satu penelitian Novitasari
(2015).
dilakukan oleh peneliti, namun uji ini telah dilakukan oleh Damanik (2011).
Alpha untuk masing-masing skala depresi, ansietas, dan stres berturut turut
sudah dikatakan valid dan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha lebih dari
0,6
3. Kuesioner koping
menggunakan The ways of coping yang telah dimodifikasi oleh Lita (2013).
Kuisioner ini terdiri dari 20 item pertanyaan. Kuesioner ini telah digunakan
Keterangan :
dinyatakan valid oleh expert dan layak digunakan sebagai instrument dalam
poin yaitu :
ditransformasikan sehingga nilai skor dari alat ukur ini dapat dibandingkan
dengan nilai skor yang digunakan dalam alat ukur WHOQOL-100 (WHO
Groups, 2008).
kesehatan psikologis, 0,68 untuk hubungan sosial dan 0,80 untuk dimensi
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Unit Hemodialisa RSUD Ibnu Sina
1. Tahap persiapan
medik.
2. Tahap pelaksanaan
dilengkapi.
Peneliti membuat daftar responden yang telah menjadi sampel, terdiri dari
nomor, nama, alamat untuk mencegah terjadinya pengambilan sampel yang sama
(berulang).
1. Analisis univariat
antara lain tingkat stres, koping, serta kualitas hidup. Pendiskripsian tersebut
dapat dilihat pada gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen dan
2. Analisis bivariat
3. Analisis multivariat
Populasi
Pasien PGK on HD pada Juni 2019 sebanyak
n = 138orang.
Sampling
Purposive sampling
Sampel
Klien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak n = 120 orang
Informed Consent
Pengumpulan Data
Mengolah Data
isu sentral yang berkembang saat ini (Nursalam, 2016). Proposal penelitian ini
telah lolos uji etik oleh Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Beberapa prinsip etika yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
tidak memaksa.
2. Kerahasiaan (confidentiality)
3. Kejujuran (veracity)
4. Keadilan (justice)
1. Ada beberapa faktor yang belum dapat dikendalikan seperti biaya hidup,
BAB 5
usia, tingkat pendidikan, lama menjalani HD, dan frekuensi HD; 3) Data khusus
mengenai variabel yang diukur yaitu meliputi tingkat stres, koping serta kualitas
dengan α = 0,05 (tingkat kemaknaan). Jika p-value < α dinyatakan bahwa uji
menggunakan uji regresi linier. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 1 minggu
pada tanggal 24 Juni-2 Juli 2019 di unit hemodialisis RSUD Ibnu Sina Gresik.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Ibnu Sina Gresik tepatnya di ruangan unit
hemodialisis. Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Kabupaten Gresik adalah
Rumah sakit ini berada di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan didirikan pada
tanggal 16 Agustus 1975, diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Moch. Noer,
dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Gresik. Oleh
62
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
63
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
karena berada di kawasan Bunder, maka RSUD Kabupaten Gresik lebih dikenal
dengan nama Rumah Sakit Bunder. RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta peralatan medis dan penunjang
medis yang memadai serta didukung dengan tenaga yang professional dan
tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis sesuai amanat Undang-undang.
dengan menerapkan System Manajemen Mutu ISO 9001: 2000 sejak bulan Juli
tahun 2008 dan pada bulan November 2012 telah meraih Sertifikat ISO
dan rumah sakit rujukan regional. Pada Tanggal 10 Januari 2017 berdasarkan
versi 2012
seiring dengan peningkatan jumlah dan jenis pelayanan dokter spesialis, maka
Salah satu layanan unggulan yang dimiliki oleh RSUD Ibnu Sina Gresik
Gresik dilaksanakan di ruang yang cukup luas dan dilengkapi dengan 27 mesin
dializer yang hampir setiap hari melaksanakan 3 kali dialisis. Unit hemodialisa
melayani dan menerima rujukan pasien dari dalam maupun luar wilayah Gresik.
Unit hemodialisa RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik dipimpin oleh dokter
didukung oleh tiga belas tenaga keperawatan yang telah terlatih dan kompeten
Hemodialisis.
berikut yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun. Kelompok umur
terbanyak dalam penelitian ini adalah umur 41-55 tahun. Dimana dalam penelitian
ini berjumlah 89 orang (74,2%). Sedangkan usia 20-30 tahun berjumlah 3 orang
Menurut lama menjalankan HD, jumlah terbanyak yaitu dalam kelompok >3
rendah adalah tingkat stres sangat berat berjumlah 7 orang (5,8%). Data tersebut
menunjukkan bahwa responden dari penelitian ini lebih dominan yakni memiliki
Tabel 5.3 Distribusi item aspek tingkat Stres pasien HD di RS Ibnu Sina Gresik
Variabel Indikator Skor %
Stres Sulit untuk santai 1,43 19,0%
Memunculkan kegugupan 1,46 19,5%
Mengganggu/lebih reaktif 1,69 22,5%
Mudah marah 1,50 20,02%
Tidak sabar 1,41 18,82%
Berdasarkan data pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa masalah yang paling
reaktif.
Berikut akan disajikan tabel data distribusi frekuensi mengenai koping pada
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi koping pasien PGK on HD di RS Ibnu Sina Gresik
No. Variabel Kategori n %
1. Koping Adaptif 71 59,2
Maladaptif 49 40,8
Total 120 100
Berdasarkan Tabel 5.4 terdapat 71 orang (59,2%) memiliki koping yang
adaptif yaitu pasien yang memiliki upaya mengatasi masalah dengan baik.
yaitu responden yang memiliki upaya mengatasi masalah yang kurang baik. Dari
data penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa mekanisme koping pada pasien
Dibawah ini akan disajikan tabel data distribusi frekuensi mengenai kualitas
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien HD di RS Ibnu Sina Gresik
No Variabel Kategori n %
1. Kualitas hidup Sedang 18 15
Baik 92 76,7
Sangat baik 10 8,3
Total 120 100
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan mengenai variabel dependen yaitu
kualitas hidup. Kualitas hidup pasien PGK on HD terlihat bahwa dari 120
baik yaitu 92 orang (76,7%) responden. Dari 120 responden, tidak ada yang
memiliki kualitas hidup yang buruk maupun yang sangat buruk. Namun, sejumlah
18 orang (15%) memiliki kualitas hidup yang sedang dan 10 orang (8,3%)
memiliki kualitas hidup yang sangat baik. Dari data penelitian tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang paling dominan adalah responden yang memiliki kualitas
Tabel 5.6 Distribusi item aspek kualitas hidup pasien HD di RS Ibnu Sina Gresik
Kategori Indikator Skor %
Kualitas hidup Fisik 2,45 18,1
Psikologis 2,87 21,3
Hubungan sosial 2,96 21,97
Lingkungan 2,63 19,52
Kesehatan umum 2,56 19
Berdasarkan data pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa aspek yang paling
dominan pada kualitas hidup yaitu adalah hubungan sosial. Responden paling
banyak memilih jawaban memuaskan pada item hubungan sosial. Maka dari itu,
sebagian besar responden memiliki hubungan sosial yang baik, sedangkan yang
Tabel 5.7 Hubungan tingkat stres terhadap kualitas hidup pasien PGK on HD
Kualitas Hidup
Tingkat Total
Sedang Baik Sangat Baik
stres
n % n % n % ⅀ %
Normal 0 0 18 15 10 8,3 28 23,3
Ringan 2 1,7 18 15 0 0 20 16,7
Sedang 5 4,2 27 22,5 0 0 32 26,7
Berat 7 5,8 26 21,7 0 0 33 27,5
Sangat Berat 4 3,3 3 2,5 0 0 7 5,8
Total 18 15 92 76,7 10 8,3 120 100
Signifikasi (p): 0,000
Koefisien Korelasi Spearman’s Rho (r): -0,471
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa frekuensi paling banyak dari
responden adalah tingkat stres yang sedang memiliki kualitas hidup yang baik
yaitu 27 orang (22,5%). Responden yang memiliki kualitas hidup yang sangat
baik hanya dominan pada tingkat stres yang normal atau rendah yaitu 10 orang
(8,3%).
0,05. Hal ini diartikan bahwa hipotesis (H1) diterima yaitu ada hubungan antara
tingkat stres terhadap kualitas hidup pasien PGK on HD. Koefisien korelasi r
menunjukkan angka -0,471 yang berarti bahwa arti bahwa nilai antara dua
variabel sangat rendah dan negatif (tidak searah) artinya semakin tinggi stres,
Kualitas Hidup
Total
Koping Sedang Baik Sangat Baik
n % n % n % ⅀ %
Maladaptif 13 10,8 35 29,2 1 0,8 49 40,8
Adaptif 5 4,2 57 47,5 9 7,5 71 59,2
Total 18 15 92 76,7 10 8,3 120 100
Signifikasi (p): 0,001
Koefisien Korelasi Spearman’s Rho (r): 0,310
Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
koping adaptif mayoritas memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 57 orang
(10,8%).
0,05. Hal ini diartikan bahwa hipotesis (H1) diterima yaitu ada hubungan antara
menunjukkan angka 0,310 yang berarti bahwa arti bahwa nilai antara dua variabel
cukup dan positif (searah) artinya semakin baik koping yang digunakan, maka
5.1.8 Hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
PGK on HD
Tabel 5.9 Hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
PGK on HD
0,000 dan variabel koping dengan p = 0,003. Data ini menunjukkan bahwa tingkat
stres memiliki hubungan yang paling dominan dengan kualitas hidup pasien PGK
on HD.
yang berarti bahwa nilai konstanta kualitas hidup (Y) adalah sebesar
3,101.
b. Koping : y=3,101+0,231
signifikasi kurang dari 0,05 maka ada hubungan antara kedua variabel tersebut.
Semakin jauh angka kurang dari 0,05 maka semakin dominan variabel tersebut.
mengandung arti bahwa kedua tingkat stres dan koping memiliki hubungan
terhadap kualitas hidup. Hubungan ini mempunyai nilai total hubungan sebesar
80% , sedangkan 20% kualitas hidup dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
5.2 Pembahasan
terhadap kualitas hidup pasien PGK on HD. Hubungan memiliki arah negatif
artinya semakin rendah tingkat stres yang dimiliki, maka semakin tinggi kualitas
hidupnya. Sebagian responden memiliki tingkat stres yang normal, hal ini
cemas hingga sulit untuk tidur sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien
PGK on HD. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian responden memilih kategori
tidak puas hingga sering pada no 16, 17, dan 18 di domain fisik kualitas hidup
yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak puas dengan tidur,
fisik adalah stresor yang paling merepotkan diikuti oleh penurunan dalam
kehidupan sosial, ketidakpastian tentang masa depan, kelelahan dan kram otot.
sebagian besar pasien PGK merasa stres setiap akan dilakukan tindakan HD
teori kualitas hidup pasien dapat dilihat dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan
lingkungan. Kualitas hidup pasien yang baik dari segi fisik dapat dilihat dari
sedikitnya keluhan fisik yang dialami seperti lelah, sesak, kesulitan beraktivitas,
pusing, mual, odema, dan lain-lain. Sedangkan untuk masalah sosial dapat dilihat
dari dukungan keluarga yang baik, dukungan dari lingkungan, tenaga kesehatan,
dan dukungan dari pasangan (Rustandi et al, 2018). Dalam penelitian ini, sebagian
besar responden mengalami keluhan-keluhan fisik, dilihat dari tingkat stres yang
paling dominan adalah tingkat stres berat dan jawaban tidak puas untuk kualitas
Peneliti berasumsi bahwa hubungan dua variabel ini terlihat pada responden
yang memiliki tingkat stres yang tinggi akan lebih memiliki masalah pada aspek
PGK on HD dari segi fisik. Namun penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada
hasil responden yang memiliki tingkat stres yang sangat berat tetapi masih
memiliki kualitas hidup yang baik. Responden yang telah lama menjalankan HD
hal ini menyebabkan hubungan sosial yang terjalin baik sehingga meskipun
responden memiliki tingkat stres berat pada dirinya, namun hubungan sosialnya
baik maka akan memungkinkan untuk memiliki kualitas hidup yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang rendah dari
koping terhadap kualitas hidup pasien PGK on HD. Hubungan memiliki arah
positif artinya semakin baik koping yang dimiliki, maka semakin baik pula
hidupnya.
kategori setuju pada pertanyaan no. 2 dan 4 di domain adaptif yang menunjukkan
dengan baik, sehingga mempengaruhi kualitas hidup yang baik. Hal ini dibuktikan
dengan sebagian responden memilih kategori puas pada soal no 20,21, dan 22 di
dengan hal ini dukungan sosial sangat diperlukan untuk membentuk suatu koping
yang adaptif sehingga dapat menghasilkan hubungan sosial yang baik. Hubungan
sosial yang baik akan sangat berpengaruh penting terhadap pentingnya kualitas
Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara
koping dan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti (2015) juga memberikan hasil bahwa ada
hubungan yang bermakna antara koping dengan kualitas hidup pasien yang
menjalani hemodialisis. Hal ini juga didukung oleh penelitian Evi (2011) yang
menjelaskan bahwa koping adaptif dapat memperbaiki kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Kemapuan koping yang positif
akan membantu seseorang untuk bisa mentoleransi dan menerima situasi menekan
Penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada hasil responden yang memiliki
koping maladaptif tetapi masih memiliki kualitas hidup yang baik. Keadaan ini
salah satunya terjadi karena dilihat dari karakteristik responden yaitu lama
responden yang telah menjalani HD lama, maka pasien akan semakin memahami
pentingnya kepatuhan pasien terhadap HD, pasien sudah merasakan manfaat jika
maladaptif memilih jawaban yang baik pada domain fisik. Hal ini membuktikan
bahwa responden yang telah lama menjalankan HD akan terbiasa dengan kondisi
5.2.3 Hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
PGK on HD
Hasil analisis tentang hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas
kualitas hidup daripada koping. Hal ini ditunjukan dengan hasil p-value hubungan
tingkat stres terhadap kualitas hidup lebih kecil dibandingkan dengan hubungan
koping terhadap kualitas hidup artinya semakin kecil nilai signifikasi, maka
dengan kualitas hidup karena tingkat stres merupakan tingkatan suatu masalah
(2011) stres memiliki konsekuensi secara fisik, emosional, intelektual, sosial dan
dapat menimbulkan perasaan negatif atau non konstruktif terhadap diri sendiri.
dalam memecahkan masalah. Secara sosial dapat mengancam keyakinan dan nilai
seseorang. Stres pada pasien PGK on HD muncul akibat stresor-stresor yang terus
menerus yang dihadapi oleh penderita itu sendiri, baik karena lamanya
(Septilia, 2018).
hidup. Stres berdampak pada kondisi fisik maupun psikologis, dimana kondisi
dan kondisi fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas hidup.
BAB 6
Bab ini menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien PGK on
HD
6.1 Simpulan
1. Tingkat stres memiliki hubungan dengan kualitas hidup pasien PGK on HD.
Hal ini dibuktikan dengan semakin tinggi tingkat stres maka semakin rendah
2. Koping memiliki hubungan dengan kualitas hidup pasien PGK on HD. Hal
3. Tingkat stres memiliki hubungan yang lebih dominan dengan kualitas hidup
6.2 Saran
1. Bagi Perawat
77
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT STRES… ITSNAINI LINA K.
78
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Notosoedirjo, M., & Latipun. (2007). Kesehatan Mental. Malang: UMM Press
Novitasari, I. (2015). Gambaran Tingkat Kecemasan, Stres, Depresi dan
Mekanisme Koping Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi.
Nurchayati, Sofiana. 2010. Analisis faktorFaktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa
Di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap Dan Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. Tesis. Universitas Indonesia
Nurmaningtyasih, Indah (2015) Analisis faktor penyusun stres pada mahasiswa
tahun pertama Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Salemba
Medika.
PERNEFRI. (2014). 7th Report of Indonesia Renal Registry.
Peters, D. H., Adam, T., Alonge, O., Agyepong, I. A., & Tran, N. (2014).
Republished research: Implementation research: what it is and how to do
it Implementation research is a growing but not well understood field of
health research that can contribute to more effective public health and
clinical policies and programmes. British journal of sports medicine,
48(8), 731-736.
Price dan Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Putri, Nurul Eka et al. (2018). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Hidup
Pada Pasien Tuberkulosis Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 7(2)
Rahayu, F., Ramlis, R., & Fernando, T. (2018). Hubungan Frekuensi
Hemodialisis Dengan Tingkat Stres Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Silampari (Jks), 6(1).
Richard L. (2010). Era baru manajemen, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta
RSUD IBNU SINA GRESIK. (2018).:rsudibnusina.gresikkab.go.id/
Rustandi, et al (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang
Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS), 1(2)
Santrock, J. W. (2003). Adolescense (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga
Schonder, K.S., (2008). Chronic and End-Stage Renal Disease. In Burns, M.A.C.,
Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., Kolesar, J.M.,
Rotschafer, J.C. & J. T. Dipiro, eds. Pharmacotherapy Principles and
Practice. New York: The McGraw-Hill Companies, p. 373-380.
LAMPIRAN
Judul penelitian: Hubungan Tingkat Stres dan Koping Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisis
Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres dan koping
terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis
Perlakuan yang diterapkan pada subjek
Pasien HD yang menjadi responden pada penelitian ini diminta untuk mengisi
kuisioner perihal usia, jenis kelamin, etnis/suku, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan, lama sakit dan lama menjalankan HD, serta biaya pengobatan. Selain
itu, responden akan mengisi kuesioner terkait dengan tingkat stres, koping, dan
kualitas hidup. Peneliti membutuhkan waktu sekitar 30 menit mulai dari
penjelasan hingga pengisian kuesioner.
Manfaat untuk subjek
Responden yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh informasi
pemahaman hubungan tingkat stres dan koping terhadap kualitas hidup pasien
PGK yang menjalani terapi hemodialisis
Kerahasiaan
Data yang diambil akan dipublikasikan secara terbatas tanpa menyebutkan nama,
alamat, nomor telepon atau identitas penting lainnya yang dianggap rahasia.
Sehingga, kerahasiaan responden akan sangat dijaga dalam proses penelitian ini.
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang ditimbulkan oleh keterlibatan responden sebagai
subjek dalam penelitian ini. Karena dalam penelitian ini tidak dilakukan intervensi
apapun melainkan hanya pengisian kuesioner
Hak untuk undur diri
Dalam penelitian ini, keikutsertaan responden bersifat sukarela dan berhak untuk
menguundurkan diri kapanpun, tanpa mendapatkan konsekuensi yang merugikan
misalnya tidak mendapatkan terapi HD sesuai jadwal. Bila tidak bersedia menjadi
Dengan hormat,
NIM : 131511133029
―Hubungan Tingkat Stres dan Koping Terhadap Kualitas Hidup Pasien PGK yang
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan maka dengan ini saya
Hormat saya
Saksi
(……………………..)
Petunjuk pengisian : Lengkapi data dibawah ini. Jika ada pertanyaan yang
kurang dipahami, silahkan ditanyakan kepada peneliti.
No. responden :
Usia :
Jenis kelamin :
Etnis/suku :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Lama sakit penyakit ginjal kronik :
Lama menjalankan HD :
Berapa kali menjalankan HD : kali/minggu
Petunjuk : pilih jawaban pada kolom berikut dengan apa yang anda lakukan jika
Keterangan :
2: sering
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal kecil/spele
2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
4. Mudah merasa kesal
5. Merasa banyak menghabiskan energi karena
cemas
6. Tidak sabaran
7. Mudah tersinggung
8. Sulit untuk istirahat
9. Mudah marah
10. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang
mengganggu
11. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan
12. Berada pada keadaan tegang
13. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang anda lakukan
14. Mudah gelisah
dimodifikasi)
Petunjuk : pilih jawaban pada kolom berikut dengan apa yang anda lakukan jika
S = Setuju
TT = Tidak tahu
TS = Tidak setuju
No Pernyataan SS S TT TS STS
1. Membicarakan masalah dengan
keluarga
2. Mencoba lebih baik lagi dan
menerima masalah ini sebagai
suatu pengalaman
3. Melampiaskan masalah dengan
orang lain
4. Berdo‘a dan bertawakkal
5. Membicarakan masalah dengan
orang yang lebih profesional
6. Menghindar dari orang lain
karena kondisi sakit saat ini
7. Meyakinkan diri sendiri bahwa
masalah ini tidak terlalu penting
8. Mencoba untuk melihat masalah
saat ini dengan sudut pandang
yang berbeda dengan
memikirkan hal-hal positif
(contoh : pasrah dan tetap
menjalankan pengobatan)
9. Mencoba untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi
secara bertahap (contoh:
mencarai informasi terkait
dengan kondisi sakit)
10. Merahasiakan kondisi sakit pada
orang lain
Petunjuk : Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Camkanlah dalam
pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda. Pikirkan
tentang kehidupan anda dalam dua minggu terakhir. Berilah tanda (√) pada jawaban
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam dua
minggu terakhir?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut
1. Data Demografi
Statistics
USIA LAMAHD
Missing 0 0
Mode 3 3
Range 2 2
Minimum 1 1
Maximum 3 3
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LAMAHD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Missing 0 0 0 0 0
Mode 4 2 3 1 3
Range 4 1 4 1 2
Minimum 1 1 0 0 2
Maximum 5 2 4 1 4
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Variabel independen
KAT_STRES
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KOPING
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. Variabel dependen
KAT_KUALITAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KAT_KUALITAS
RINGAN Count 2 18 0 20
SEDANG Count 5 27 0 32
BERAT Count 7 26 0 33
Correlations
KAT_STRES KAT_KUALITAS
**
Spearman's rho KAT_STRES Correlation Coefficient 1.000 -.471
N 120 120
**
KAT_KUALITAS Correlation Coefficient -.471 1.000
N 120 120
KAT_KUALITAS
ADAPTIF Count 5 57 9 71
Correlations
KOPING KAT_KUALITAS
**
Spearman's rho KOPING Correlation Coefficient 1.000 .310
N 120 120
**
KAT_KUALITAS Correlation Coefficient .310 1.000
N 120 120
b
ANOVA
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients