Anda di halaman 1dari 17

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA BARAT


RESOR CIREBON KOTA
Jalan Veteran 05 Kota Cirebon 45124
PRO JUSTITIA

BERITA ACARA PENDAPAT

(AHLI PIDANA)

------ Pada hari ini Kamis tanggal 18 bulan Oktober tahun 2000 Dua Puluh Satu, Jam 10.00
Wib , saya :------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------: IMAN HENDRO SANTOSO,SH : ------------------------


Pangkat IPDA NRP 86060183, selaku Penyidik pada kantor tersebut diatas, berdasarkan
Skep kapolda Jabar Nomor : Skep / 001 / V / 2020 / POLDA, tanggal 20 Mei 2020 dan
selanjutnya melakukan pemeriksaan bersama-sama dengan Penyidik Pembantu : -----------

---------------------------------------------: SURYA RUSMANA, SH. :-------------------------------

Pangkat BRIIPKA NRP 85101462 Jabatan selaku penyidik pembantu pada kantor tersebut
di atas berdasarkan Skep kapolda Jabar Nomor : Skep / 1469 / XII / 2014 / POLDA,
tanggal 31 Desember 2014, selanjutnya melakukan pemeriksaan terhadap seseorang Laki
– laki yang belum dikenal mengaku bernama:------------------------------------------------------

Nama : Prof. Dr. IBNU ARTADI, S.H., M. Hum


Tempattanggallahir : Bondowoso, 06 September 1956
jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Dosen LLDIKTI Wilayah IV Dpk FAK HUKUM UNSWAGATI CIREBON
Alamat : Kampus Unswagati Jl Pemuda no.32 Kota Cirebon

Ia (Prof.Dr.IBNU ARTADI,S.H.,M.Hum) diminta pendapat sebagai AHLI PIDANA dalam


perkara dugaan Tindak pidana Penipuan dan atau penggelapan yang terjadi pada tanggal
26 Juni 2020 sekitar jam 18.50 Wib di kantor PG RAJAWALI Jalan Dr. Wahidin No. 46 Kota
Cirebon, sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana,
sehubungan dengan adanya Pengaduan Masyarakat atas nama KARPO Bin NURSI tanggal
17 Mei 2020. ------------------------------------------------------------------------------------------

----- Selanjutnya atas pertanyaan Penyidik yang melakukan pemeriksaan, yang. diperiksa
memberikan keterangan sebagal berikut : --------------------------------------------------

PERTANYAAN : JAWABAN

1. Apakah pada saat sekarang ini saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?---

1. Ya, saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. ----------------------------

2. Saat ini saudara dimintai pendapat sebagai AHLI Dalam perkara dugaan Tindak
pidana Penipuan dan atau penggelapan yang terjadi pada tanggal 26 Juni 2020
sekitar jam 18.50 Wib di kantor PG RAJAWALI Jalan Dr. Wahidin No. 46 Kota
Cirebon, sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana,
sehubungan dengan adanya Pengaduan Masyarakat atas nama KARPO Bin NURSI
tanggal 17 Mei 2020. Sehubungan dengan hal tersebut di atas apakah saudara
bersedia dimintai pendapat sebagai Ahli dan akan memberikan keterangan yang
sebenar - benarnya dalam pemeriksaan ini ? -----------------------------------------------

2. Ya saya bersedia memberikan pendapat tentang dugaan Tindak pidana


Penipuan dan atau penggelapan yang terjadi pada tanggal 26 Juni 2020
sekitar jam 18.50 Wib di kantor PG RAJAWALI Jalan Dr. Wahidin No. 46
Kota Cirebon, sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 dan atau pasal 372
KUHPidana, sehubungan dengan adanya Pengaduan Masyarakat atas
nama KARPO Bin NURSI tanggal 17 Mei 2020.----------------------------------

3. Agar AHLI jelaskan riwayat pendidikan dan riwayat pekerjaan Ahli ? --------------------

3. Riwayat pendidikan dan riwayat pekerjaan yang saya miliki adalah : -------

Baik dapat saya jelaskan saya dilahirkan di Kabupaten Bondowoso tanggal


06 September 1956. --------------------------------------------------------------

Riwayat pendidikan :Pendidikan tertinggi S3 Ilmu Hukum di UNDIP


Semarang. Jabatan Akademik Guru Besar Hukum Pidana --------------------

Riwayat pekerjaan : Dosen LLDIKTI Wilayah IV Dpk Fakultas Hukum


Unswagati Cirebon NIP: 19560906 198601 103, Jabatan Akademis: Guru
Besar Hukum Pidana. -------------------------------------------------------------

4. Di Jelaskan kepada saudara AHLI tentang kronologis perkara dugaan Tindak pidana
Penipuan dan atau penggelapan yang terjadi pada tanggal 26 Juni 2020 sekitar jam
18.50 Wib di kantor PG RAJAWALI Jalan Dr. Wahidin No. 46 Kota Cirebon,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana sebagai
berikut : -----------------------------------------------------------------------------------------

Kronologis :------------------------------------------------------------------------

Berawal dari perjanjian jual beli gula produksi pabrik gula di lingkungan PT. PG
RAJAWALI II antara PT. PG RAJAWALI II DENGAN PT. MENTARI AGUNG JAYA
USAHA Nomor : 117/s.pj/ RW-II.01/VI/2020, Tanggal 26 Juni 2020 yang
berisikan , pihak pertama yaitu PT. PG RAJAWALI II menjual gula Kristal putih
kepada PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA sebanyak 15.000 ton dengan pengiriman
setiap bulan nya sebanyak 2500 Ton terhitung mulai bulan Juli sampai dengan bulan
Desember dengan ketentuan PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA harus memberikan
uang muka sebesar Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) setiap bulannya
dengan mekanisme pembayaran transfer kepada rekening PT. PG RAJAWALI II serta
pihak PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA harus memberikan cek sebesar Rp.
90.000.000.000,- (sembilan puluh milyar) sebagai jaminan pembayaran yang dapat
di cairkan pada saat pengakhiran kontrak, kemudian setelah itu PT. MENTARI AGUNG
JAYA USAHA memberikan cek tersebut kepada PT. PG RAJAWALI II Nomor :
CFY719642 dengan nilai sebesar Rp. 90.000.000.000,- (sembilan puluh
milyar rupiah) Tanggal 20 Desember 2020 PT MENTARI AGUNG JAYA
USAHA O36201001061306.

Kemudian PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA menyerahkan sejumlah uang dengan
cara transfer kepada PT. PG RAJAWALI II yaitu :

~ Pada tanggal 30 Juni 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar


Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 24 Juni 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 4.000.000.000,- (Empat milyar rupiah).
~ Pada tanggal 27 Juli 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 3.000.000.000,- (Tiga milyar rupiah).

2
~ Pada tanggal 7 Agustus 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 28 Agustus 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 5.000.000.000,- (Lima milyar rupiah).
~ Pada tanggal 7 September 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 5.000.000.000,- (Lima milyar rupiah).
~ Pada tanggal 8 September 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).
~ Pada tanggal 7 Oktober 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 27 Oktober 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar
Rp. 15.000.000.000,- (Lima belas milyar rupiah).

Total Uang yang sudah di serahkan sebesar Rp. 67.000.000.000,- (Enam puluh tujuh
milyar rupiah). Kemudian pada tanggal 3 November 2020 dilakukan Rekonsiliasi data
pembayaran uang muka dan pengambilan gula antara PT PG RAJAWALI II dengan
PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA dengan hasil bahwa terdapat kekurangan
pembayaran sebesar Rp. 22.890.000.000,- (dua puluh dua milyar delapan ratus
sembilan puluh juta rupiah) dan pembayaran uang muka sebesar Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) sehingga total uang yang harus di bayarkan
tersebut sebesar Rp. 32.890.000.000,- (tiga puluh dua milyar delapan ratus sembilan
puluh milyar rupiah) atas kekurangan tersebut PT MENTARI AGUNG JAYA USAHA
menyerahkan 3 (tiga) lembar cek yaitu :

~ Cek Nomor CGA122034 Jakarta 30 Nopember 2020 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 12.000.000.000
(dua belas milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122030 Jakarta 15 Desember 2020 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 10.000.000.000
(sepuluh milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122031 Jakarta 31 Desember 2020 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. PG Rajawali II uang sejumlah Rp. 10.000.000.000
(sepuluh milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.

Kemudian sebelum cek tersebut di transaksikan PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA
menyerahkan sejumlah uang kepada PT.PG RAJAWALI II dengan cara transfer yaitu :

~ Pada tanggal 13 November 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar Rp.


10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 20 November 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar Rp.
10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 22 Desember 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar Rp.
10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah).
~ Pada tanggal 28 Desember 2020 menyerahkan sejumlah uang sebesar Rp.
3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).

Cek Yang di transaksikan pada tanggal 1 Desember 2020 :Cek Nomor CGA122034
Jakarta 30 Nopember 2020 Atas Penyerahan cek ini bayarlah kepada PT. Pabrik Gula
Rajawali II uang sejumlah Rp. 12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah) MENTARI
AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306, namun cek tersebut ternyata Kosong
dengan alasan SALDO TIDAK CUKUP.

Cek Yang di transaksikan pada tanggal 14 Januari 2020 :Cek Nomor CGA122030
Jakarta 15 Desember 2020 Atas Penyerahan cek ini bayarlah kepada PT. Pabrik Gula
Rajawali II uang sejumlah Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) MENTARI
AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306, namun cek tersebut ternyata Kosong
dengan alasan SALDO TIDAK CUKUP.

3
Pada tanggal 14 Desember 2020. PT PG RAJAWALI II memberikan surat atas
kewajiban pembayaran terkait gula Kristal yang sudah diserahkan sebanyak 15.000
Ton dimana harga penetepan lelang petani sudah di tetapkan sebesar Rp.
10.890,129,- / Kg dan total kewajiban yang harus di bayarkan sebesar Rp.
163.441.935.000,- dan uang yang sudah di bayarkan dengan Total Uang yang
sudah di serahkan oleh PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA sebesar Rp.
100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah). Sampai dengan tanggal 28
Desember 2020, sehingga terdapat kekeurangan sebesar Rp. 63.441.935.000,-

Pada tanggal 30 Desember 2021 di adakan pertemuan kembali antara PT. PG


RAJAWALI II dengan PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA dikantor PT. PG RAJAWALI
II untuk membahas terkait kekurangan sisa pembayaran sebesar
Rp.63.441.935.000,-, namun sampai dengan tanggal 7 Januari 2021 belum ada
pembayaran dari Pihak PT. Mentari Agung Jaya Usaha.

Pada tanggal 8 Januari 2021 di adakan pertemuan kembali di Kantor PT. Mentari
Agung Jaya Usaha untuk membahas sisa kekurangan pembayaran PT. Mentari Agung
Jaya Usaha sebesar Rp. 63.441.935.000,- atas kekurangan tersebut PT. Mentari
Agung Jaya Usaha Menyarkan Cek yaitu :

~ Cek Nomor CGA122039 Jakarta 25 Februari 2021 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 20.000.000.000
(lima milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122040 Jakarta 25 Maret 2021 Atas Penyerahan cek ini bayarlah
kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 20.000.000.000 (lima
milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122041 Jakarta 25 April 2021 Atas Penyerahan cek ini bayarlah
kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 8.441.935.000 (lima
milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.

Pada tanggal 14 Januari 2021 ditarnsaksikan atau dikliringkan cek Nomor :


CFY719642 dengan nilai sebesar Rp. 90.000.000.000,- (sembilan puluh
milyar rupiah) Tanggal 20 Desember 2020 MENTARI AGUNG JAYA USAHA
PT O36201001061306 namun cek tersebut tidak bias di cairkan dengan
alasan Syarat Cek tidak di penuhi, Tanda tangan tidak sesuai dengan
specimen / SPV.

~ Pada tanggal 29 Januari 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan uang
kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp. 3.000.000.000,-
(tiga milyar rupiah).
~ Pada tanggal 21 April 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan uang
kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).

Pada tanggal 25 April 2021 cek yang diserahkan oleh PT. Mentari Agung Jaya Usaha
di Transaksikan oleh PT. PG RAJAWALI II yaitu dengan nomor cek :

~ Cek Nomor CGA122039 Jakarta 25 Februari 2021 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 20.000.000.000
(lima milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122040 Jakarta 25 Maret 2021 Atas Penyerahan cek ini bayarlah
kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 20.000.000.000 (lima
milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122041 Jakarta 25 April 2021 Atas Penyerahan cek ini bayarlah
kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp. 8.441.935.000 (lima
milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.

4
Cek yang di transaksikan tersebut tidak bisa di cairkan atau cek tersebut Kosong
dengan alasan SALDO TIDAK CUKUP.

~ Kemudian Pada tanggal 06 Mei 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha
Menyerahkan uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar
Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).
~ Pada tanggal 08Juni 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan uang
kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).
~ Pada tanggal 11 Juni 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan uang
kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).

Sisa Kewajiban PT. Mentari Agung Jaya Usaha kepada PT. PG RAJAWALI II sebesar
Rp. 55.441.980.000,-

Dalam Klausal perjanjian jual beli antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT. MENTARI
AGUNG JAYA USAHA ada 3 klausal yang belum di penuhi diantaranya :

1. PT. PG RAJAWALI belum memenuhi kewajibannya terkait penjualan gula


kepada PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA yaitu penjualan yang harus
dilakukan oleh PT. PG RAJAWALI II yaitu 15.000 TON namun yang baru di
berikan kepada PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA sebanyak 14.960 Ton.
2. Belum ada Rekonsilasi Final antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT. Mentari
Agung Jaya Usaha
3. Penyelsain sengketa di tempat di kepanitriaan Pengadilan Negeri Kota
Cirebon.belum dilakukan.

Pertanyaanya bagaimana pendapat ahli terkait kronologis yang dijelaskan oleh


penyelidik, apakah dari kronologis tersebut ada peristiwa yang di duga perbuatan
pidana, dimana pasal yang dipersangkakan tersebut adalah pasal 378 dan atau pasal
372 KUHPidana? --------------------------------------------------------------------------------

4. Sebelum menjawab akan diuraikan terlebih dahulu inti posisi kasus,


sebagai berikut:---------------------------------------------------------------------\

1). Perkara ini berawal dari Perjanjian Jual Beli gula Antara PT. PG
RAJAWALI II dengan PT. Mentari Jaya usaha, pada tanggal 26 Juni 2020
Nomor perjanjian 117/S.Pj/RW-II.01/VI/2020. ------------------------------

2). Isi perjanjian, sebagai berikut:---------------------------------------------------

a) Pihak pertama yaitu PT. PG RAJAWALI II menjual gula Kristal putih


kepada PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA sebanyak 15.000 ton
dengan pengiriman setiap bulan nya sebanyak 2500 Ton terhitung
mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember;----------------------

b) PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA harus memberikan uang


muka sebesar Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) setiap
bulannya dengan mekanisme pembayaran transfer kepada
rekening PT. PG RAJAWALI II serta pihak PT. MENTARI AGUNG
JAYA USAHA harus memberikan cek sebesar Rp.
90.000.000.000,- (sembilan puluh milyar) sebagai jaminan
pembayaran yang dapat di cairkan pada saat pengakhiran
kontrak.--------------------------------------------------------------------

3). Kemudian PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA menyerahkan sejumlah

5
uang dengan cara transfer kepada PT. PG RAJAWALI II yaitu dimulai
tanggal 30 Juni 2020 sampai dengan 27 Oktober 2020 dengan Uang
yang sudah di serahkan sebesar Rp. 67.000.000.000,- (Enam puluh tujuh
milyar rupiah;----------------------------------------------------------------------

4). Tanggal 3 November 2020 dilakukan Rekonsiliasi data pembayaran uang


muka dan pengambilan gula antara PT PG RAJAWALI II dengan PT.
MENTARI AGUNG JAYA USAHA dengan hasil bahwa terdapat kekurangan
pembayaran sebesar Rp. 22.890.000.000,- (dua puluh dua milyar
delapan ratus sembilan puluh juta rupiah) dan pembayaran uang muka
sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) sehingga total
uang yang harus di bayarkan tersebut sebesar Rp. 32.890.000.000,-
(tiga puluh dua milyar delapan ratus sembilan puluh milyar rupiah);-------

5). Atas kekurangan tersebut PT MENTARI AGUNG JAYA USAHA


menyerahkan 3 (tiga) lembar cek yaitu : --------------------------------------

~ Cek Nomor CGA122034 Jakarta 30 Nopember 2020 Atas


Penyerahan cek ini bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II
uang sejumlah Rp. 12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah)
MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122030 Jakarta 15 Desember 2020 Atas
Penyerahan cek ini bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II
uang sejumlah Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)
MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.
~ Cek Nomor CGA122031 Jakarta 31 Desember 2020 Atas
Penyerahan cek ini bayarlah kepada PT. PG Rajawali II uang
sejumlah Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) MENTARI
AGUNG JAYA USAHA PT O36201001061306.-

6). Kemudian sebelum cek tersebut di transaksikan PT. MENTARI AGUNG


JAYA USAHA menyerahkan sejumlah uang kepada PT.PG RAJAWALI II
dengan cara transfer yaitu : dimulai sejak tanggal 13 November 2020
sampai dengan tanggal 28 Desember 2020 sejumlah Rp 33 milyar
rupiah.------------------------------------------------------------------------------

7). Cek yang sebelumnya diterbitkan Cek Nomor CGA122034 sejumlah Rp.
12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah) dan cek Cek Nomor
CGA122030 sejumlah Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)
ternyata Kosong dengan alasan SALDO TIDAK CUKUP.--------------------

8). Pada tanggal 14 Desember 2020. PT PG RAJAWALI II memberikan surat


atas kewajiban pembayaran terkait gula Kristal yang sudah diserahkan
sebanyak 15.000 Ton dan total kewajiban yang harus di bayarkan
sebesar Rp. 163.441.935.000,- dan uang yang sudah di bayarkan dengan
Total Uang yang sudah di serahkan oleh PT. MENTARI AGUNG JAYA
USAHA sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
Sampai dengan tanggal 28 Desember 2020, sehingga terdapat
kekeurangan sebesar Rp. 63.441.935.000,-------------------------------------

9). Pada tanggal 30 Desember 2021 dan Pada tanggal 8 Januari 2021 di
adakan pertemuan kembali antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT.
MENTARI AGUNG JAYA USAHA membahas terkait kekurangan sisa
pembayaran sebesar Rp.63.441.935.000;---------------------------------------

10). Atas kekurangan tersebut PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menerbitkan
Cek yaitu :----------------------------------------------------------------------------

6
~ Cek Nomor CGA122039 Jakarta 25 Februari 2021 Atas Penyerahan cek
ini bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp.
20.000.000.000 (lima milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT
O36201001061306.-----------------------------------------------------------
~ Cek Nomor CGA122040 Jakarta 25 Maret 2021 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp.
20.000.000.000 (lima milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT
O36201001061306.-----------------------------------------------------------
~ Cek Nomor CGA122041 Jakarta 25 April 2021 Atas Penyerahan cek ini
bayarlah kepada PT. Pabrik Gula Rajawali II uang sejumlah Rp.
8.441.935.000 (lima milyar rupiah) MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT
O36201001061306.-----------------------------------------------------------

Pada tanggal 25 April 2021 cek sebagaimana di atas yang diterbitkan


oleh PT. Mentari Agung Jaya Usaha tidak dapat di Transaksikan, karena
cek tersebut Kosong dengan alas an SALDO TIDAK CUKUP. -----------

Pada tanggal 14 Januari 2021 ditarnsaksikan atau dikliringkan


cek Nomor : CFY719642 dengan nilai sebesar Rp.
90.000.000.000,- (sembilan puluh milyar rupiah) Tanggal 20
Desember 2020 MENTARI AGUNG JAYA USAHA PT
O36201001061306 namun cek tersebut tidak bisa di cairkan
dengan alasan Syarat Cek tidak di penuhi, Tanda tangan tidak
sesuai dengan specimen / SPV.--------------------------------------

11). Pada tanggal 29 Januari 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha
Menyerahkan uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer
sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).-----------------------------

Pada tanggal 21 April 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan
uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).-------------------------------------------

12) Kemudian Pada tanggal 06 Mei 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha
Menyerahkan uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer
sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).------------------------------

Pada tanggal 08 Juni 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan
uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).------------------------------------------

Pada tanggal 11 Juni 2021 PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menyerahkan
uang kepada PT. PG RAJAWALI II dengan cara transfer sebesar Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).-------------------------------------------

Atas pembayaran tersebut sisa Kewajiban PT. Mentari Agung Jaya Usaha
kepada PT. PG RAJAWALI II sebesar Rp. 55.441.980.000,-------------------

Permasalahannya, apakah dari kronologis tersebut di atas ada dugaan perbuatan


pidana sebagaimana di atur dalam pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana?----------

Perbuatan Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,


larangan mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi
barang siapa yang melanggar larangan tersebut--------------------------------------------

Untuk mempermudah dalam menganalisis permasalah di atas, akan dijelaskan


terlebih dahulu konsep teoritiknya, sebagai berikut:------------------------------------------

7
A. Konsepsi Teoritik Penipuan dan Penggelapan Dan Wanprestasi.----------

Secara teoritik Penipuan dan Penggelapan sejatinya memiliki  pengertian yang


hampir sama. Motivasi kedua istilah itu sama-sama ingin memiliki “benda”
atau “barang” milik orang lain baik sebagian maupun seluruhnya secara melawan
hukum. ---------------------------------------------------------------------------------------

Perbedaannya terletak pada cara bagaimana barang tersebut dimiliki.


Dalam penipuan, benda itu dimiliki secara melawan hukum, sedangkan
dalam penggelapan upaya memiliki itu dilakukan melalui suatu dasar perbuatan
yang sah/ dasar kepercayaan.------------------------------------------------------------

Selanjutnya dalam Penipuan, dimilikinya suatu benda oleh seseorang


dilakukan dengan cara melawan hukum, yaitu dengan perbuatan yang tidak sah:
memakai nama palsu, tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan.
Seorang yang melakukan penipun, dengan kata-kata bohongnya itu,
menyebabkan orang lain menyerahkan suatu benda kepadanya. Tanpa adanya
kebohongan tersebut, belum tentu orang yang bersangkutan akan menyerahkan
benda itu secara sukarela.------------------------------------------------------------------

Pada umumnya delik Penipuan dan Penggelapan berawal dari adanya hubungan
kontraktual/ perjanjian dan bergesekan dengan aspek keperdataan berupa
“Wanprestasi” ke ranah kepidanaan-------------------------------------------------

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dipahami hal mendasar terkait
konsep wanprestasi, khususnya dengan delik Penipuan, sebagai berikut:-------

1) Ada atau tidaknya unsur Penipuan dalam suatu perjanjian harus dilihat pada
saat proses kesepakatan itu dibuat, bukan pada saat terjadinya
wanprestasi;-----------------------------------------------------------------------------

2) Ketika perjanjian dibuat atau ditutup adanya rangkaian kata bohong, tipu
muslihat dan keadaan palsu, maka ada indikasi delik Penipuan.
Seandainya dalam perjanjian murni wanprestasi tanpa adanya rangkaian kata
bohong tipu muslihat keadaan palsu dalam perjanjian, maka domain
hukumnya ada dalam ranah Keperdataan;-----------------------------------------

3) Dalam memahami wanprestasi dan tindak pidana penipuan kita sering


tersesat dalam menafsirkan unsur ”tipu muslihat” dan ”serangkaian
kebohongan” dalam Pasal 378 KUHP dengan pengertian ”ingkar janji” ---

Dalam hubungan kontraktual, sepintas memang seperti sama, namun jika


kita telaah secara lebih mendalam, maka akan muncul beberapa perbedaan
yang sangat prinsip yang bisa menjadi indikator untuk membedakan antara
delik penipuan dengan wanprestasi, Tipu muslihat (listige kunstgrepen)
menurut HR tanggal 30 Januari 1911 adalah perbuatan-perbuatan yang
menyesatkan yang dapat menimbulkan dalih-dalih yang palsu dan
gambaran-gambaran yang keliru dan memaksa orang untuk menerimanya;-

4) Untuk memperkuat landasan argumen di atas, maka ” ketidakbenaran" yang


terdapat pada tipu muslihat maupun rangkaian kebohongan harus telah ada
pada saat melakukan tipu muslihat dan lain-lain” atau dengan perkataan lain
untuk menentukan adanya tipu muslihat maupun serangkaian kebohongan
orang harus sudah bisa membuktikan ketidakbenarannya ketika tipu
muslihat atau kebohongan itu dilakukan. Berbeda dengan ingkar janji yang
ketidakbenarannya tidak bisa dibuktikan pada saat mengucapkan janji.------

8
Secara teoritik hal esensial yang perlu diperhatikan untuk menentukan ada
tidaknya tindak pidana Penipuan adalah bahwa perbuatan tersebut harus diliputi
unsur “sengaja”, yaitu tujuan yang disadari dari kehendak untuk melakukan
sesuatu kejahatan tertentu (willens en wetens).----------------------------------------
Hal ini lebih jauh berarti seseorang pada waktu melakukan suatu tindakan untuk
menimbulkan suatu akibat yang terlarang, menyadari bahwa akibat tersebut pasti
akan timbul atau mungkin dapat timbul, dan timbulnya akibat tersebut memang
dikehendaki.--------------------------------------------------------------------------------
Untuk itu konsekuensinya harus dibuktikan, apabila menginginkan bahwa
tersangka betul-betul melakukan perbuatan itu dengan sengaja (opzet als
oogmerk) dan atau haruslah dibuktikan bahwa ia bermaksud untuk memiliki
barang sesuatu yang seluruh atau sebagian adalah kepunyaan orang lain. Hal ini
menjadi kunci utama bagi terpenuhinya delik Penipuan ------------------------------
B. Analisis Kasus.------------------------------------------------------------------
Mencermati inti posisi kasus dalam perkara ini berawal dari adanya hubungan
kontraktual/ perjanjian atau hubungan hukum bersifat keperdataan
(individual contract),) Jual Beli gula Antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT.
Mentari Jaya usaha----------------------------------------------------------------------------
Namun demikian dalam perjalanannya realisasi dari perjanjian atau hubungan
hukum kontraktual/ perjanjian tersebut tidak sesuai rencana semula atau dinilai
terjadi "pengkhianatan" oleh salah satu pihak (PT. Mentari Jaya usaha) yang
dinilai bernuansa dimensi kepidanaan----------------------------------------------------

Indikatornya bahwa salah satu pihak (PT.Mentari Agung Jaya Usaha), dinilai
tidak mampu dalam melakukan realisasi Pembayaran uang sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuat dan disepakati bersama. Disamping itu PT.Mentari
Agung Jaya Usaha dalam upaya untuk merealisasi Pembayaran uang dengan
menerbitkan cek, namun setelah ditransaksikan ternyata saldo tidak ada/
kosong -------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan atas hal di atas, untuk mendudukkan perkara ini sesuai dengan
dimensi teoritik dan dimensi normatif, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:-
1) Perjanjian Jual Beli gula antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT. Mentari
Jaya usaha merupaka hubungan kontraktual/ perjanjian atau
hubungan hukum bersifat keperdataan (individual contract),) ----------

2) Pada awalnya realisasi hubungan kontraktual/ perjanjian PT.


MENTARI AGUNG JAYA USAHA dengan PT. PG RAJAWALI II telah berjalan
sesuai dengan isi perjanjian atau sejalan dengan kaidah-kaidah perjanjian,
dimana pihak PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA menyerahkan sejumlah
uang dengan cara transfer kepada PT. PG RAJAWALI II bernilai Rp.
67.000.000.000,- (Enam puluh tujuh milyar rupiah;-----------------------------

3) Dalam perjalanannya diadakan pertemuan bahwa PT. MENTARI AGUNG


JAYA USAHA terdapat kekurangan pembayaran sebesar Rp.
32.890.000.000,- (tiga puluh dua milyar delapan ratus sembilan puluh
milyar rupiah);-----------------------------------------------------------------------

4) Atas kekurangan tersebut PT MENTARI AGUNG JAYA USAHA menyerahkan


3 (tiga) lembar cek sejumlah Rp. 32.000.000.000, namun tidak bisa
dicairkan saldo tidak mencukupi/kosong;----------------------------------------

5) Kemudian sebelum cek tersebut di transaksikan, PT. MENTARI AGUNG


JAYA USAHA menyerahkan sejumlah uang kepada PT.PG RAJAWALI II

9
dengan cara transfer yaitu : dimulai sejak tanggal 13 November 2020
sampai dengan tanggal 28 Desember 2020 sejumlah Rp 33 milyar
rupiah.--

6) Diadakan kembali pertemuan untuk menghitung total kewajiban yang


harus di bayarkan sejumlah Rp. 163.441.935.000,- dan dari hasil
perhitungan PT. MENTARI AGUNG JAYA USAHA terdapat kekeurangan
pembayaran sebesar Rp. 63.441.935.000, -------------------------------------

7) Atas kekurangan tersebut PT. Mentari Agung Jaya Usaha Menerbitkan Cek
sejumlah Rp 48.441.935.000, dan cek sebesar Rp. 90.000.000.000,-
(sembilan puluh milyar rupiah) ternyata saldo tidak mencukupi/kosong;----

8) Atas gagal bayar tersebut, PT. Mentari Agung Jaya Usaha, melakukan
tranfer uang sejumlah RP. 8 milyar, sehingga sisa Kewajiban PT. Mentari
Agung Jaya Usaha kepada PT. PG RAJAWALI II sebesar Rp.
55.441.980.000,--------------------------------------------------------------------

Berdasar atas pemahaman inti posisi kasus di atas, maka dalam perkara
ini lebih bernuansa Keperdataan dan tidak bernuansa kepidanaan
sebagaimana di atur dalam pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana, dengan
pertimbangan sebagai berikut:-------------------------------------------------------

1). Ada atau tidaknya unsur penipuan dalam suatu perjanjian harus dilihat
pada saat proses kesepakatan tersebut dibuat, bukan pada saat
terjadinya wanprestasi.----------------------------------------------------------

2). Setelah penerbitan cek kosong PT. Mentari Agung Jaya Usaha, telah
melakukan pemberitahuan/ berkomunikasi dengan PT. PG
RAJAWALI II dan terhadap gagal bayar tersebut PT. Mentari Agung
Jaya Usaha telah berupaya untuk menyelesaikannya dengan cara
mencicil walaupun hanya dengan jumlah yang kecil atas cek yang
dikeluarkannya----------------------------------------------------------------------

3). Penyelesaian dengan cara mencicil ( 8 M) merupakan wujud iktikad


baik atau sebagai bukti dari PT. Mentari Agung Jaya Usaha, untuk
memberikan kepastian atas perlunasan utang dan merupakan salah satu
sendi yang penting dari hukum perjanjian.--------------------------------------

4). Apabila debitur tidak melakukan hal tersebut dan cenderung tidak
memberikan kepastian terkait pelunasan hutang, dapat dikatakan
bahwa tidak ada itikad baik dari PT. Mentari Agung Jaya Usaha dapat
menimbulkan kecurigaan dan menjadi pertanda bahwa pelaku memiliki
niat untuk melakukan penipuan--------------------------------------------------

Dengan demikian, maka sendi utama yang harus diperhatikan bahwa ada
tidaknya tindak pidana penipuan dan wanprestasi dalam kasus penerbitan
cek kosong, diukur dari adanya iktikad baik yang dibangun dengan melakukan
komunikasi antara para pihak. Norma itikad baik merupakan salah satu sendi
yang penting dari hukum perjanjian dalam arti ada niat atau kemauan
bahwa perjanjian harus dilaksanakan menurut kepatutan dan keadilan.-----------

Simpulannya dalam perkara ini hubungan kontraktual/ perjanjian Jual


Beli gula antara PT. PG RAJAWALI II dengan PT. Mentari Jaya usaha masih
sebatas hubungan hukum bersifat keperdataan (individual contract),),
karena secara faktual adanya penerbitan cek kosong telah ditindaklanjuti
dengan membangun komunikasi dan disertai iktikad baik untuk melunasi

10
hutang dengan cara mencicil, meskipun hanya dengan jumlah yang kecil jauh
di atas cek yang dikeluarkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, tidak ada
perbuatan pidana pasal 378 dan atau pasal 372 KUHPidana,---------------------

5. Bagaimana Pendapat AHLI Tentang cek Kosong yang di berikan oleh PT. Mentari
Agung Jaya usaha Kepada PT. PG RAJAWALI II, Apakah masuk unsur dalam pasal
378 KUHPidana dimana unsur pasalnya adalah Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang., Jelaskan ? ------------------

5. Suatu perbuatan dapat dikualifisir sebagai tindak pidana penipuan, apabila


terpenuhinya unsur subyektif dan unsur obyektif.-------------------

Unsur subyektif: dengan maksud, untuk menguntungkan diri sendiri,


secara melawan hukum------------------------------------------------------------

Dengan maksud dalam pasal ini haruslah ditafsirkan sebagai opzet als
oogmerk, sehingga maksud dari si pelaku tidak boleh ditafsirkan lain, kecuali
“ dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum.------------------------------------------------------------------------

Unsur obyektif:1. Menggerakkan hati atau membujuk orang lain agar


orang tersebut menyerahkan suatu barang, memberi hutang maupun
menghapuskan piutang; dengan mempergunakan upaya berupa:
mempergunakan nama palsu; mempergunakan tipu muslihat,
mempergunakan sifat palsu; mempergunakan; susunan kata-kata bohong.--

Mempersoalkan keberadaan cek kosong dalam kegiatan bisnis dengan


delik penipuan, pada dasarnya mempersoalkan terjadinya gesekan pada
dua ranah hukum, yaitu dalam kategori tindak Pidana dan kategori
dalam hukum Perdata. Dengan masuknya cek kosong pada dua ranah
hukum membuat perlu adanya pembedaan yang lebih mendasar dan jelas
terhadap penanganan kasus tersebut.-----------------------------------------------

Indikator Pembeda cek kosong sebagai Wanprestasi atau Penipuan,


sebagai berikut:-------------------------------------------------------------------------

1. Dapat dilihat pada fase pra kontraktual dan post kontraktual.-

Pada fase prakontraktual akan dilihat proses awal terjadinya


kesepakatan antara korban dan pelaku serta keabsahan dari
perjanjian tersebut, sedangkan pada fase post kontraktual akan
dilihat perbuatan pelaku terhadap prestasi yang telah diperjanjikan.----

2. Pada fase pra kontraktual terdapat satu hal yang membedakan


wanprestasi dengan penipuan yaitu pada terjadinya syarat sepakat.
Sepakat berarti kedua belah pihak dalam suatu perjanjian, harus
mempunyai kemauan bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu
harus dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan secara tegas atau diam-
diam -----------------------------------------------------------------------------

3. Kemauan yang tegas sebagai syarat pertama untuk suatu perjanjian


yang sah berdasar Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerd), dianggap tidak ada, jika perjanjian itu telah terjadi karena
paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling)atau penipuan (bedrog).----

11
4. Pada fase post kontraktual adalah fase sesudah perjanjian dibuat
dan fase pemenuhan prestasi dari debitur. Pada fase ini bila
dikeluarkan cek kosong, perbedaan antara cek kosong sebagai
wanprestasi sangat tipis. Penggunaan cek sebagai alat bayar
merupakan kesepakatan antara kedua pihak.--------------------------------

4. Perbedaan antara tindak pidana penipuan dan wanprestasi dalam


kasus penerbitan cek kosong adalah tidak adanya itikad baik. Norma
itikad baik merupakan salah satu sendi yang penting dari hukum
perjanjian. Itikad baik mempunyai arti bahwa perjanjian harus
dilaksanakan menurut kepatutan dan keadilan-----------------------------

5. Ketiadaan itikad baik dalam kasus penerbitan cek kosong adalah tidak
adanya komunikasi yang baik antara pelaku dengan korban, terkait
komunikasi dan atau pelunasan menjadi petunjuk yang penting
terkait itikad baik dari pelaku terhadap pelunasan hutang kepada
korban.----------------------------------------------------------------------------

6. Setelah mengeluarkan cek kosong dan tidak terjadi pelunasan,


penting bagi seorang debitur untuk memberikan kepastian akan
pelunasan. Hal ini dapat menunjukan itikad baik dari pelaku dalam
menjalankan transaksi-----------------------------------------------------------

7. Kepastian pelunasan dapat dilakukan dengan menyicil terlebih


dahulu atau memberikan jaminan kepada kreditur sebagai bukti
adanya niat dari debitur untuk melunasi. Hal ini akan memberikan
rasa aman bagi kreditur atas prestasi dari debitur.-------------------------

8. Apabila debitur tidak melakukan hal tersebut dan cenderung tidak


memberikan kepastian terkait pelunasan hutang, dapat dikatakan
bahwa tidak ada itikad baik dari pelaku untuk melunasi hutang
kreditur. Hal ini dapat menimbulkan kecurigaan dan menjadi pertanda
bahwa pelaku memiliki niat untuk melakukan penipuan.------------------

9. Delik penipuan dapat diterapkan terhadap penerbit cek kosong,


apabila perbuatan tersebut terbukti mengandung unsur
kebohongan, sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP dan
menjadi pembeda dengan tindakan wanprestasi. Penerapan ini
bersifat kasuistis yaitu ketika memberikan keterangan yang tidak
benar saat memulai kesepakatan dalam perjanjian, sehingga tidak
berlaku secara umum terhadap semua kasus perjanjian-------------------

Untuk melengkapi indikator pembeda cek kosong sebagai Wanprestasi


atau Penipuan, sebagaimana di atas, akan disertakan juga kaidah
hukum Mahkamah Agung, sebagai berikut:---------------------------------------

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung No.1601.K/Pid/1990 tanggal 26 Juli


1990, yakni: “unsur pokok delik penipuan (ex pasal 378 KUHP) adalah
terletak pada cara/upaya yang telah digunakan oleh si pelaku delik untuk
menggerakkan orang lain agar menyerahkan suatu barang.” ------------------

Kriteria dari penipuan penerbitan cek kosong, itu terlihat pada cara
penerbit dalam keadaan sadar, mengetahui dan memahami bahwa cek
yang dikeluarkan tersebut saldonya tidak cukup. Dimungkinkan penerbit
baru pertama kali melakukannya atau bahkan sudah kedua kalinya,

12
dibarengi dengan niat dan kesengajaan untuk mengelabui pemegang
yang beritikad baik.---------------------------------------------------------------------

Selanjutna menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung tersebut, dijelaskan,


sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------------

Bahwa pada permasalahan yang terkait dengan perjanjian,


maka seyogyanya terlebih dahulu diketahui niat pelakunya dan
modus operandi dari perbuatan tersebut, apakah merupakan
penipuan ataukah hanya wanprestasi. Sebab apabila yang
terjadi adalah pelanggaran kewajiban dalam perjanjian, maka
itu dikatakan sebagai waprestasi, tetapi apabila niat dari
pelaku terbukti memiliki maksud jahat untuk menipu maka
dikatakan termasuk tindakan penipuan sesuai dengan isi dari
Pasal 378 KUHPidana.---------------------------------------------------

Mengkritisi kaidah dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung


No.1601.K/Pid/1990 tanggal 26 Juli 1990, sebagai berikut:--------------------

1. Penipuan dengan menggunakan cek kosong, itu terlihat pada saat


penerbit dengan sengaja mengetahui dan memahami bahwa cek
yang dikeluarkan tersebut saldo rekening miliknya tidak cukup
atau kosong untuk mengelabui pemegang yang beritikad baik-------

2. Apabila pelaku dengan sengaja terbukti memiliki maksud jahat


untuk menipu, maka dikatakan termasuk tindakan penipuan sesuai
dengan isi dari Pasal 378 KUHPidana;------------------------------------

3. Terkait dengan perjanjian, maka seyogyanya terlebih dahulu


diketahui niat pelakunya dan modus operandi dari perbuatan
tersebut, apakah merupakan penipuan ataukah hanya wanprestasi;--

4. Apabila penerbitan cek kosong oleh penerbit sebagai alat


pembayaran dalam transaksi dengan pemegang cek merupakan
suatu bentuk perikatan pemenuhan prestasi/ jaminan, hal
tersebut dapat dikatakan sebagai perbuatan ingkar janji
(wanprestasi).-----------------------------------------------------------------

Berdasar atas kaidah dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung di atas, maka


penerbitan cek kosong yang digunakan sebagai jaminan utang dalam
transaksi bisnis, apakah dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan
hukum dalam konteks pidana dan atau perbuatan melawan hukum dalam
konteks perdata.-----------------------------------------------------------------------

Hal ini berarti penerbitan cek kosong tidak dapat dikategorikan


seluruhnya sebagai perbuatan melawan hukum dalam konteks pidana,
melainkan juga bisa perdata dengan mengkaji/ dilihat peristiwa per
peristiwa.----------------------------------------------------------------------------

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 2161/Pid/2008, tertanggal 14 Mei


2009; No. 1260 K/Pid/2014, tertanggal 16 Februari 2015; dan No. 372
K/PDT/2011, tertanggal 23 Juni 2011, yang pada inti kaedah hukumnya

13
penggunaan cek kosong tidak dapat dikategorikan seluruhnya sebagai
perbuatan melawan hukum dalam konteks pidana, melainkan harus
dilihat peristiwa per peristiwa.----------------------------------------------------

Untuk memberikan pemahaman secara utuh akan diutarakan beberapa


Yurisprudensi penggunaan cek atau bilyet giro kosong, baik yang beraspek
pidana maupun perdata, sebagai berikut:----------------------------------------

Cek atau bilyet giro kosong beraspek pidana:------------------------

PN.Yk, tanggal 20 November 2003 a.n. terdakwa Joko Setiono,


PN.Jkt.Bar, tanggal 4 Desember 2012 1141/Pid.B/2012/a.n. Hengki
Als Acong; PN.Sby, tanggal19 Maret 2013 2013 a.n. Daniel Martin
Nugroho bin Markus, dimana dalam pertimbangannya Majelis hakim
berpendapat bahwa:------------------------------------------------------------------

Delik dalam penipuan ini terbukti dari rangkaian


kebohongan yang dilakukan oleh terdakwa. Rangkaian
kebohongan ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya bilyet
giro kosong secara berkali-kali dan merupakan perbuatan
yang disengaja oleh terdakwa. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa memang tidak ada niat dari terdakwa untuk
melunasi hutang kepada korban.----------------------------------

Cek atau bilyet giro kosong beraspek perdata: ----------------------------

1) Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 411 K/Pid/1992 tertanggal 28


April 1997, kaidah hukumnya adalah: “Bahwa apabila dalam suatu
perkara mengandung aspek yang bersifat keperdataan, maka
penyelesaian secara hukum perdata harus lebih dahulu dikedepankan
sebelum dilakukan Jaksa Penuntut Umum secara hukum pidana”; ---------

2) Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 449 K/Pid/2001, tertanggal 17


Mei 2001, kaidah hukumnya adalah: “Bahwa dengan adanya
penyerahan mobil tersebut sebagai jaminan hutang, maka tentunya
tidak ada suatu peristiwa pidana yang terjadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 378 KUHPidana jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagai suatu
penipuan secara berlanjut”;--------------------------------------------------------

3) Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 424 K/Pid/2008, tertanggal 22


Mei 2008, kaidah hukumnya adalah: “dst... sebab hubungan hukum
antara Terdakwa dan Saksi adalah hubungan hukum perdata, berupa
utang piutang yang belum dibayar lunas oleh Terdakwa ...dst. Bahwa,
sisa uang keuntungan yang belum dikembalikan Terdakwa merupakan
perbuatan ingkar janji”;----------------------------------------------------------

4) Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 2161/Pid/2008, tertanggal 14 Mei


2009, kaidah hukumnya adalah: “Bahwa perbuatan yang didakwakan
terbukti, namun perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana,
dan selanjutnya menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum
(ontslag van alle rechtsvervolging )”;--------------------------------------------

Beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung RI tersebut di atas merupakan


perkara pidana tentang cek kosong yang telah terlanjur memasuki
persidangan, namun Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan bahwa

14
Terdakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan, tetapi perbuatan
tersebut bukanlah merupakan tindak pidana. Selanjutnya Majelis Hakim
menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum ( ontslag van
rechtvervolging). Dengan kata lain, perbuatan tersebut masuk ke dalam
ranah perdata yang penyelesaiannya melalui upaya hukum berupa
gugatan keperdataan.------------------------------------------------------------------

Simpulannya, penerapan delik penipuan terhadap penerbit cek atau


bilyet giro kosong, apabila perbuatan tersebut terbukti mengandung unsur
kebohongan, sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP dan menjadi
pembeda dengan tindakan wanprestasi. ---------------------------------------

Penerapan ini bersifat kasuistis yaitu ketika memberikan keterangan yang


tidak benar saat memulai kesepakatan dalam perjanjian, sehingga tidak
berlaku secara umum terhadap semua kasus penerbitan cek atau bilyet
giro kosong. Cek atau Bilyet giro kosong hanyalah sebuah alat yang
digunakan oleh pelaku untuk menyempurnakan perbuatannya sebagai delik
penipuan.--------------------------------------------------------------------------------

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam mengkaji peristiwa per


peristiwa dalam penerbitan cek kosong, sekali lagi hal utama yang harus
diperhatikan, sebagai berikut:-------------------------------------------------------

1). Terletak pada “kesengajaan” (mens rea) dari Penarik, apakah cek
kosong digunakan sebagai “alat untuk melakukan tindak pidana” atau
digunakan sebatas dalam Transaksi Bisnis yang menimbulkan
konsekuensi hukum Keperdataan.---------------------------------------------

2). Penerbitan cek kosong dilakukan dalam keadaan sengaja/ sadar,


mengetahui dan memahami bahwa cek yang dikeluarkan tersebut
saldonya tidak cukup. Dimungkinkan penerbit baru pertama kali
melakukannya atau bahkan sudah kedua kalinya, dibarengi dengan
niat dan kesengajaan untuk mengelabui pemegang yang beritikad
baik.------------------------------------------------------------------------------

3). Adanya komunikasi/ pemberitahuan kepada penerima cek dan


terhadap gagal bayar tersebut, selanjutnya penarik cek berupaya
untuk menyelesaikannya dengan cara mencicil, walaupun hanya
dengan jumlah yang kecil atas cek yang dikeluarkannya;------------------

4). Adanya komunikasi/ pemberitahuan kepada penerima cek dan


diikuti dengan upaya menciicil, menunjukkan adanya itikad baik,
dimana Itikad baik mempunyai arti bahwa perjanjian harus
dilaksanakan menurut kepatutan dan keadilan dan sekaligus jaminan
kepastian akan pelunasan------------------------------------------------------

5). Aturan delik penipuan dapat diterapkan terhadap penerbit cek kosong
apabila perbuatan tersebut terbukti mengandung unsur
kebohongan, sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP dan
menjadi pembeda dengan tindakan wanprestasi. Penerapan ini
bersifat kasuistis yaitu ketika memberikan keterangan yang tidak
benar saat memulai kesepakatan dalam perjanjian, sehingga tidak
berlaku secara umum terhadap semua kasus perjanjian-----------------

15
Kembali pada kontek masalah dalam perkara ini, sebagai telah diutarakan
dalam pembahasan sebelumnya bahwa: ------------------------------------------

1). PT. Mentari Agung Jaya usaha telah berulang kali melakukan
penerbitan cek kosong dan kemudian ditindaklanjuti dengan
berkomunikasi/ pemberitahuan gagal bayar tersebut. ------------------

2). Indikasi adanya pemberitahuan gagal bayar ditindak lanjuti dengan


diadakan rapat antara PT. Mentari Agung Jaya usaha membahas
penyelesaian Kontrak PT. Mentari Agung Jaya Usaha yang kemudian di
sepakati sisa kekuarangan kewajiban PT. Mentari Agung Jaya Usaha
Sebesar Rp. 63.441.935.000, padatanggal 08 Januari 2021.-------------

3). PT. Mentari Agung Jaya Usaha telah berupaya untuk


menyelesaikannya dengan cara mencicil walaupun hanya dengan
jumlah yang kecil atas cek kosong yang dikeluarkannya.------------------

4). Dengan kata lain, dengan “adanya niat/ iktikad baik” apalagi
“dapat dibuktikan adanya pembayaran” yang dilakukan oleh PT.
Mentari Agung Jaya Usaha, walaupun “hanya sebahagian/
mencicil” telah merubah kategori perbuatan melawan hukum PT.
Mentari Agung Jaya Usaha dari perbuatan melawan hukum dalam
konteks pidana menjadi perbuatan melawan hukum dalam konteks
perdata. -----------------------------------------------------------------------

5). Indikator pergeseran melawan hukum perdata ke ranah melawan


hukum pidana, terletak pada adanya niat/ iktikad baik, tidak adanya
komunikasi atau upaya untuk mencicil, meskipun dalam jumlah yang
kecil atas cek kosong yang dikeluarkannya bagi kepentingan
perlunasan pembayaran hutang.---------------------------------------------

Berdasar atas fakta di atas, dalam perkara ini dapat disimpulkan


sebagai berikut:----------------------------------------------------------------------

1). Penerapan Pasal 378 KUHP dalam perkara ini, dimana adanya
maksud (opzet als oogmerk) dan rangkaian kebohongan,
terbukti, PT. Mentari Agung Jaya Usaha telah berulang kali
menerbitkan cek kosong---------------------------------------------------

2). Perbuatan tersebut bukanlah merupakan tindak pidana, karena


PT. Mentari Agung Jaya Usaha, setelah penerbitan cek kosong
telah berkomunikasi dan telah pula ditindaklanjuti dengan
mencicil walaupun “hanya sebahagian” -----------------------------

3). Adanya perbuatan yang demikian telah merubah kategori perbuatan


melawan hukum yang dilakukan oleh PT. Mentari Agung Jaya
Usaha dari perbuatan melawan hukum dalam konteks pidana
menjadi perbuatan melawan hukum dalam konteks perdata.------

4). Dan atau bahwa perbuatan yang dilakukan oleh PT. Mentari Agung
Jaya Usaha terbukti, namun perbuatan tersebut bukan merupakan
tindak pidana, dan apabila proses hukum dilanjutkan akan
berpotensi lahirnya putusan lepas dari segala tuntutan hukum
(ontslag van alle rechtsvervolging)”;--------------------------------------

16
Sehubungan dengan hal tersebut, penerbitan cek kosong oleh PT. Mentari
Agung Jaya Usaha dapat dikategorikan sebagai alat pembayaran dalam
bentuk perikatan pemenuhan prestasi, sehingga hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai perbuatan ingkar janji (wanprestasi), dan
penyelesaiannya dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan perdata ke
Pengadilan Negeri.--------------------------------------------------------------------

7. Bagaimana Pendapat AHLI Tentang sisa kewajiban PT. MENTARI AGUNG JAYA
USAHA kepada PT. PG RAJAWALI II. Apakah masuk dalam unsur pasal 372
KUHPidana dengan unsur yaitu Barang siapa dengan sengaja melawan hukum
memiliki barang sebagian atau seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain, tetapi yang ada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan, Jelaskan ? ---------

7. Adanya kekurangan pembayaran tidak dapat ditafsirkan sebagai bentuk


”Penggelapan” dalam Pasal 372 KUHP, melainkan harus ditafsirkan
sebagai ”ingkar janji” (Wanprestasi), artinya apabila si berhutang tidak
melakukan apa yang dijanjikannya atau tidak sesuai dengan yang
disepakati,-----------------------------------------------------------------------------

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 424 K/Pid/2008, tertanggal 22 Mei


2008, kaidah hukumnya adalah: “dst... sebab hubungan hukum antara
Terdakwa dan Saksi adalah hubungan hukum perdata, berupa utang
piutang yang belum dibayar lunas oleh Terdakwa ...dst. Bahwa, sisa uang
keuntungan yang belum dikembalikan Terdakwa merupakan perbuatan
ingkar janji---------------------------------------------------------------

Oleh karena itu tidak melaksanakan prestasi (ingkar janji) tidak dapat
disamakan dengan delik ”Penggelapan”, karena ingkar janji merupakan
bagian dari pelanggaran atas perikatan pokok;----------------------------------

Sehubungan dengan hal tersebut, Wanprestasi domainnya hukum perdata


(privat), Oleh karena itu apabila terjadi perselisihan kekurangan
pembayaran, maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan melakukan
gugatan ke Pengadilan Negeri dan bukan melalui jalur hukum pidana.----- 

----- Setelah Berita Acara Pendapat ini elesai dibuat, selanjutnya kepada yang dimintai
pendapat dipersilahkan untuk membaca kembali semua keterangannya di atas, dan yang
dimintai pendapat menyatakan setuju serta membenarkan, yang diperiksa membubuhkan
tanda tangannya dibawah ini.------------------------------------------------------------------------
Ahli yang dimintai pendapat

Prof. Dr. IBNU ARTADI, S.H., M. Hum


NIP. 19560906 198601 1003

Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenar-benarnya atas kekuatan
sumpah dan jabatan sekarang ini, kemudian ditutup dan ditanda tangani di Cirebon.-------

Penyelidik Penyelidik

IMAN HENDRO.S, SH SURYA RUSMANA,SH


IPDA NRP 86060183 BRIPKA NRP 85101462

17

Anda mungkin juga menyukai