Tentang Desa Cempaga
Tentang Desa Cempaga
Judul
Oleh
NI KOMANG ARYA KUSUMA DEWI
NIM 1314021025
1
PRASASTI CEMPAGA SEBAGAI SIMBOL PEMERSATU
MASYARAKAT CEMPAGA, BANGLI, BALI DAN SUMBER
BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA
Ni Km. Arya Kusuma Dewi1, Dr. Tuti Maryati M.Pd2, Dr. Drs. I Made Pageh
M.Hum3
Abstrak
Penelitian dilakukan di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali yang bertujuan untuk mengetahui:
(1) Persebaran Penduduk Desa Cempaga Batur Kintamani; (2) Isi Prasasti Cempaga sebagai
Simbol Pemersatu Masyarakat Cempaga; dan (3)Nilai-nilai dari Prasasti Cempaga dalam
mempersatukan desa Cempaga yang dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar sejarah
lokal di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga langkah yang dilakukan
adalah (1) Heuristik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen), (2) Kritik Sumber,
(3) Interpretasi, dan (4) Penulisan Sejarah Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa
Pakraman Cempaga sudah ada di abad ke XII. Dalam Prasasti Cempaga dapat ditemukan
petunjuk bahwa Desa Cempaga merupakan sebuah desa yang awalnya terletak di Batur,
Kintamani, kemudian karena konflik dengan desa Tampurhyang masyarakat desa Cempaga
tersebar ke Bangli dan Buleleng. Prasasti Cempaga menyebutkan bahwa Raja Bhatara Sri
Mahaguru memberikan perlindungan dan agar masyarakat desa Cempaga kembali membangun
desanya, masyarakat Cempaga yang terpisah masih memiliki identitas yang sama dalam bidang
adat istiadat, budaya dan masyarakat Cempaga sebagai masyarakat Bali Aga. Prasasti Cempaga
dalam mempersatukan desa Cempaga sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal dapat diambil
(a) nilai sejarah, (b) nilai persatuan dan kesatuan, dan (c) nilai cinta damai. Diharapkan peneliti
lainnya untuk dapat menyempurnakan penelitian ini
Abstract
This research was conducted in Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali which aims to know: (1)
Spreading of Cempaga Batur Kintamani Village Population; (2) Contents of Cempaga Inscription
as a Unifying Symbol of Cempaga Community; And (3) Cempaga inscriptions in unifying Cempaga
village as a source of local history learning. This is a historical research, so the steps taken are (1)
data collection heuristics (observation, interview, document study), (2) Source Criticism, (3)
Interpretation, and (5) Historiography. Desa Pakraman Cempaga there already in XII century.
Cempaga is a village originally located in Batur, Kintamani then Cempaga village community
spread because of attacks by Tampurhyang village. The Cempaga inscription states that King
Bhatara Sri Mahaguru gave protection and for people of Cempaga village to rebuild their village,
the separate Cempaga community still has the same identity in their place customs, culture and
society of Cempaga as a Bali Aga community. Cempaga inscriptions in unifying Cempaga village
as a source of local history learning can be taken (a) historical value, (b) the value of unity and
unity, and (c) the value of peace love. For other researchers are expected to be able enhance this
research.
6
ini berada di Songan termasuk desa yang berkuasa di Bali bagaikan raja diraja
Cempaga. Di bawah pemerintahan Paduka yang selalu didampingi oleh permaisurinya
Cri Maharaja Haji Jayapangus diketahui sebagai penaung pulau Bali, bahkan hampir
bahwa kehidupan desa Cempaga aman semua prasasti yang dikeluarkan oleh raja
dan makmur. Dr. R. Goris (dalam Proyek Jayapangus selalu menyebutkan kedua
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan istrinya. Beliau melaksanakan tugas
Daerah, 1978:26) menilai raja Cri Maharaja kewajiban sebagai pimpinan seluruh
Haji Jayapangus termasuk raja Bali Kuno masyarakat Bali, karena beliau sangat
yang termasyur di samping raja Ugrasena bijaksana, bertingkah laku yang baik, cakap
dan raja Udayana. Pada prasasti- serta muda, menguasai ilmu pemerintahan,
prasastinya dijelaskan bahwa baginda ajaran agama, beliau didampingi oleh
mengeluarkan prasastinya bersama-sama kedua orang permaisurinya, para patih,
dengan kedua permaisurinya. Jayapangus mentri, menguasai ilmu tentang akal dan
menyatakan dirinya sebagai maharaja yang taktik peperangan, karena jasa beliaulah
berkuasa di seluruh wilayah pulau Bali. yang menyebabkan pulau Bali aman dan
Seperti yang terdapat dalam kutipan teks tertib (Sudarsana).
Prasasti Cempaga A yang berangka tahun Pengaruh Cina terlihat pada
saka 1103 menyebutkan: pemerintahan Jayapangus karena salah
…“Nguniwoh gatinya sampun pineket satu istri beliau merupakan seorang gadis
pinatohpatoh ring dasasila, pancasiksa, Cina bernama Kang Ching Wei dengan
samargganyan tuturing swakarmmanya ring gelar Shri Mahadewi Sasangkajacihna.
thaninya mengta ri swabhawani kramanya Pengaruh unsur kebudayaannya dapat
ring alawas ri purwwasangkaning hayu dilihat dari penggunaan uang kepeng yang
krkta subhiksa ri pati ngkahanya ri menjadi alat transaksi pada zaman itu, seni
swadecanya, tirunen dening wka wet putu tari Baris Cina (Baris Presi) dan tari Barong
buyutnya”… Landung yang merupakan simbolisasi
artinya bahwa segala peraturan atau perkawinan Cina-Bali yaitu antara Raja
ketentuan desa sudah disebut di dalam Jayapangus dan Kang Ching Wei. Dalam
undang-undang Dasasila dan Pancasiksa, bidang bahasa juga banyak ditemukan
dan agar penduduk menaati serta kata-kata bahasa Cina dalam bahasa Bali
mematuhinya. Selain itu supaya seluruh seperti cawan, pinggan, dacin, guci dan ada
masyarakat ingat kembali suasana aman juga dijadikan sebagai nama desa di sekitar
dan makmur waktu dahulu dan berusaha desa Bintang Danau Batur seperti desa
mempertahankan kemakmuran tersebut, Pinggan, desa Siakin, desa Songan dan
sehingga akhirnya akan ditiru oleh anak yang lainnya. Dalam permainan Ceki
keturunan mereka. misalnya sangat jelas ditemukan betapa
Dapat diketahui dari kutipan teks luasnya ideologi Cina dimasukkan pada
prasasti diatas bahwa kehidupan desa masyarakat Bali
Cempaga dan desa Tampurhyang baik-baik Setelah berakhirnya masa
saja. Di antara raja-raja yang memerintah di pemerintahan Paduka Cri Maharaja Haji
Bali, prasasti dari raja Jayapangus yang Jayapangus Desa Cempaga diganggu oleh
paling banyak ditemukan. Sampai sekarang desa Tumpuhyang dengan membakar
kurang lebih 43 buah prasasti telah rumah-rumah dan merampas semua
dikeluarkan oleh raja Jayapangus selama binatang peliharaan desa Cempaga.
beliau memerintah Bali (Proyek Penelitian Karena serangan itu, semua penduduk
dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, desa Cempaga lari ketakutan dan pindah
1978). Raja Jayapangus memerintah pulau ke desa lain, seperti dalam teks prasasti
Bali bersama dua orang permaisurinya Cempaga C berangka tahun 1246 saka
yang bernama Shri Parameswari menyebutkan:
Indujaketana (Dewi Danuh) dan Shri …”tuha-tuha rama, kabayan arga bapa
Mahadewi Sasangkajacihna (Kang Ching tampih, kabayan tuwa bapa ringed,
Wie). Wibawanya sebagai seorang raja kabayan tngah bapa nganter, kabayan
7
noman bapa mtus, makasopana para masyarakat bertrah pedagang sejak zaman
mangudu mantra sirahprana manambah, i Bali Kuno mungkin mendukung raja
sira Paduka Bhatara Sri Mahaguru, ri gati Jayapangus beristri Kang Ching Wie,
nikanang karaman ing Campaga, sehingga Pura Ulun Danu Songan dibuat
ingusikusik deni karaman ing Tumpuhyang, lagi Pura Ulun Danu Batur yang Sekarang.
wkasan rinampas tinunon pomahanya, Pageh (dalam Ardhana dan Setiawan,
henti tke hingohingonya kbaih tiwanan deni 2014). Pandit (1963:73) juga menyatakan:
karaman ing Tumpuhyang, lunga ta ya Persoalan yang terjadi antra penduduk
aleslesan maring desa salen”… desa Batur dengan desa Cempaga. Kedua
Artinya, para pemuka desa kabayan arga desa itu dahulu memuja Ganapati ring
bapa Tampih, kabayan tuwa bapa Ringed, Tumpuk Hyang. Kemudian penduduk desa
kabayan tngah bapa Nganter, kabayan Cempaga memohon agar mereka
noman bapa Mtus menyembah kepada dibebaskan dari pemujaan itu, karena
Paduka Bhatara Sri Mahaguru bahwa desa mereka telah memuja dewa-dewa dari
Cempaga diganggu oleh desa Gunung Batur. Dalam keputusan itu raja
Tampurhyang, rumah mereka dibakar dan memperkenankan penduduk desa cempaga
semua binatang peliharaan habis dirampas memuja dewa-dewa Gunung Batur, dalam
oleh masyarakat desa Tampurhyang. pada itu bagi mereka yang memuja
Karena itulah semua penduduk lari Ganapati dibebaskan dari pajak.
ketakutan pindah ke desa lain. Dapat diketahui bahwa setelah wafatnya
Namun di dalam prasasti tidak disebutkan raja Jayapangus terdapat beberapa
secara jelas permasalahan apa yang persoalan sehingga menyebabkan konflik
melatarbelakangi penyerbuan Desa yang terjadi pada desa-desa Bali Aga
Cempaga oleh Desa Tampurhyang. Besar Khususnya desa Cempaga dengan Desa
kemungkinan penyerbuan ini terjadi karena Tampurhyang.
raja Jayapangus mempunyai istri seorang Seorang raja yang mengeluarkan
gadis Cina yang beragama Budha. Pageh prasasti kepada desa Cempaga adalah
(dalam Ardhana dan Setiawan. 2014:154) Raja Paduka Bhatara Sri Mahaguru beliau
Raja Jayapangus tertarik dengan gadis merupakan seorang raja Bali yang
Cina yang bernama Kang Ching Wie dan memerintah pada tahun saka 1246-1250.
ingin menikahinya akan tetapi mendapat Beliau bergelar Cri Maharaja Cri Bhatara
larangan dari purohito Ciwa Gandu, karena Mahaguru Dharmattungga Warmadewa.
perkawinan beda agama (Hindu dengan “Pada prasasti 803 Hyang Putih (bulan
Budha). Tetapi nasehat Rsi Ciwa Gandu Crawana Caka 1246) menyebutkan Paduka
diabaikan, perkawinan tetap Bhatara Guru memerintah bersama
diselenggarakan sesuai dengan tata cucunya yaitu paduka Haji Tarunajaya”
kerajaan. Perkawinan antara agama Hindu (Proyek Penelitian dan Pencatatan
(Raja) dengan istrinya Budha dari Cina Kebudayaan Daerah, 1978:27).
menyebabkan terjadinya konflik besar Pada akhirnya penyerbuan desa
antara Raja dengan Ciwaisme yang diwakili Cempaga oleh masyarakat desa
oleh Mpu Ciwa Gandu, pada saat itu juga Tampurhyang telah didengar oleh Paduka
ada sembilan sekta, dan sering Bhatara Sri Mahaguru setelah disaksikan
memunculkan konflik keyakinan pada memang benar bahwa desa Cempaga telah
masyarakat. Konflik lain yang kosong, kacau, rusak dan sunyi, bahkan
menyebabkan diserangnya desa Cempaga tidak seorangpun yang tinggal di desa
oleh Desa Tampurhyang, nampaknya Cempaga. Maka Paduka Bhatara Sri
permusuhan masyarakat Batur dengan Mahaguru membuatkan prasasti kepada
Songan secara laten, dapat dijelaskan awal masyarakat desa Cempaga untuk dijadikan
sejarahnya. Dewi Danuh adalah berasal sebagai pegangan bahwa desa Cempaga
dari Pura Ulun Danu Songan (lebih dulu telah bebas dan agar tidak diganggu lagi
ada), tidak ada pelinggih Subandarnya. oleh masyarakat desa Tampurhyang.
Sedangkan masyarakat Batur, sebagai Penyerbuan ini yang melatarbelakangi
8
tersebarnya desa Cempaga “dulu desa itu Mahaguru kemudian memisahkan desa
mungkin terletak di dekat Kintamani, tetapi Cempaga dengan desa Tampurhyang agar
sekarang desa itu ada di dekat Bangli” tidak lagi terjadi penyerangan pada
(Pandit, 1963) sehingga menyebabkan masyarakat desa Cempaga.
masyarakat desa Cempaga berada di …”mangkana panganugrahanira Paduka
Bangli. Bukan hanya persebarannya di Bhatara Cri Mahaguru, I karaman ing
sekitar daerah Bangli, tetapi ada juga yang campaga, ateher wineh makmitan
pergi ke denbukit yaitu ke Buleleng, dengan sangyhang rajaprasasti agammagam
membuat catur desa di Bali Utara yaitu makatmayan umagehaken sarintenya
SCTP (Sidetapa, Cempaga, Tigewasa, dan tunggu karaman, samarmmanya
Pedawa) desa ini ada pada kecamatan tanpawiruddha mangke hlam lahaning
Banjar Buleleng Bali. Untuk Desa Cempaga dlaha”…
Buleleng tidak diteliti dalam penelitian ini artinya kepada desa Campaga diberikan
karena terbatasnya waktu, dana dan tenaga pula pegangan berupa prasasti yang harus
yang penulis miliki. dijaga baik-baik, dan sebagai bukti bahwa
desa Campaga telah bebas dari desa
II. Isi Prasasti Cempaga Sebagai Simbol Tumpuhyang. Kebebasan itu semoga
Pemersatu Desa Cempaga yang berlangsung sampai akhir jaman. (Prasasti
Tersebar di Beberapa Desa Bali Aga di Cempaga C tahun 1246 saka)
Bali Dari kutipan prasasti diatas dapat
Dari latar belakang tersebarnya dianalisis yaitu raja menganugerahkan
masyarakat desa Cempaga di atas, pada Prasasti kepada masyarakat desa
akhirnya raja Paduka Bhatara Sri Mahaguru Cempaga untuk dijaga dengan baik, agar
yang bergelar Cri Maharaja Cri Bhatara desa Cempaga tidak diganggu lagi oleh
Mahaguru Dharmattungga Warmadewa desa Tampurhyang dan sebagai bukti
mendengar bahwa desa Cempaga telah bahwa desa Cempaga telah terbebas dari
diserang oleh masyarakat desa segala gangguan dan kemudian desa
Tampurhyang, sehingga raja mengeluarkan Cempaga juga tidak lagi terpecah seperti
perintah yang dituliskan dalam prasasti sebelumnya.
Cempaga C berangka tahun saka 1246 …”karaman ing campaga tan kna batun
menyatakan : sabar, mwang papadam, tan kna
…”pi net ta ya padha ingulihaken ri pakrangan, mwang tikasan salunding, tan
pomahanya sowang sowang, samana ta kna pawangkis, apan tan kna mulanya
karaman ing campaga pinisahaken masadi katmu tinmu purwwastiti ri lagi, mangkana
karaman ing tumpuhyang”… panganugrahanira Paduka Bhatara, hana
artinya perintah Paduka Bhatara Sri pwa rumuddha panganugrahanira, tan
Mahaguru kepada desa Cempaga supaya wurung danda, su 3 ma 2”…
penduduk kembali ke rumahnya masing- artinya desa Cempaga dibebaskan dari
masing dan bahwa desa Cempaga telah pajak (iuran) seperti yang disebutkan “tan
dipisahkan dari desa Tampurhyang. kna batun sabar, mwang papadam, tan kna
(Prasasti Cempaga C tahun 1246 saka) pakrangan, mwang tikasan salunding, tan
Kutipan prasasti diatas menerangkan kna pawangkis” dan barang siapa yang
bahwa desa Tampurhyang yang berani merubah peraturan tersebut akan
merupakan sebuah perkumpulan desa- dikenakan denda su 3 ma 2 (mas).
desa yang ada di Batur atau di sekitar (Prasasti Cempaga C tahun 1246 saka)
Bintang Danau Batur wilayah ini berada di Masyarakat Cempaga yang telah
Songan termasuk desa Cempaga. Akan membangun kembali desanya nantinya
tetapi karena letak desa Cempaga yang tidak akan dikenai denda (pajak) yang
berada dekat dengan Batur kemudian desa sebelumnya dibayarkan kepada desa
Cempaga mendapatkan serangan akibat Tampurhyang karena desa yang sekarang
dari konflik yang terjadi antara Batur ditempati sudah tidak lagi berada di daerah
dengan Songan. Raja Paduka Bhatara Sri Batur dan raja Paduka Bhatara Sri
9
Mahaguru juga membebaskan masyarakat manusia. Ilmu sejarah berusaha
Cempaga untuk bebas dari pajak. mengungkap masa lampau manusia
Dari isi prasasti di atas terlihat berdasarkan sumber-sumber sejarah dan
bahwa raja sangat memperhatikan dibantu dengan ilmu bantu sejarah serta
penduduk desa Cempaga yang mengalami ilmu-ilmu sosial. Nilai sejarah yang terdapat
kesusahan dan kelangsungan kehidupan dalam prasasti Cempaga sebagai simbol
masyarakat desa Cempaga yang tersebar. pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli
Dengan diberikannya pegangan prasasti dapat dilihat dari tersebarnya masyarakat
masyarakat Cempaga kembali membangun desa Cempaga Batur dalam pelarianya
desanya dan tetap mempertahankan untuk menyelamatkan diri dari serangan
identitas asalnya. Seperti desa Bali Aga desa Tampurhyang sehingga desa
lainnya, tradisi atau budaya khas yang Cempaga terdapat di beberapa daerah di
dimiliki masyarakat Desa Cempaga masih Bali, yaitu di Batur-Kintamani, di Bangli dan
tetap dijaga dengan baik. Dapat di Banjar-Buleleng sehingga dari kejadian
disimpulkan bahwa raja menginginkan agar tersebut desa Cempaga diberikan hak
penduduk desa Cempaga tidak terpisah, istimewa oleh raja Paduka Bhatara Sri
dan memiliki pelindung dalam Mahaguru yaitu sebuah prasasti sebagai
mempertahankan keutuhan desa. Tentu pegangan bahwa desa Cempaga telah
saja masyarakat desa Cempaga mematuhi bebas dari serangan desa Tampurhyang
perintah raja dan identitas yang dimiliki dan bebas dari pajak.
tidak akan begitu saja dilupakan sehingga Berdasarkan nilai sejarah (historis)
kemanapun dan dimanapun masyarakat tersebut siswa mampu memberikan suatu
desa Cempaga berada akan tetap penjelasan tentang tersebarnya masyarakat
menjunjung adat-istiadat dan tradisi yang desa Cempaga yang ditandai dengan
dimiliki. adanya beberapa desa Cempaga di Bali
dengan masyarakatnya yang masih Bali
Nilai-Nilai Dari Prasasti Cempaga Dalam Aga. Selain itu dengan mengetaui nilai
Mempersatukan Desa Cempaga yang historisnya siswa akan lebih memahami
Dapat Diimplementasikan Sebagai tentang perubahan dan perkembangan dari
Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA tersebarnya masyarakat desa Cempaga.
Nilai persatuan dan kesatuan
Hasil penelitian ini nantinya akan
Persatuan dan kesatuan adalah
mampu memberikan sumbangan terhadap
sikap yang mengutamakan kepentingan
dunia pendidikan, khususnya mata
bersama dan mengharuskan sitiap anggota
pelajaran sejarah yang dapat dimanfaatkan
masyarakat selalu menjaga kebersamaan
sebagai sumber belajar sejarah agar para
di tengah ancaman ketidakharmonisan
peserta didik dapat memetik sebuah
yang bisa datang dari dalam maupun dari
pelajaran, pengetahuan, pemahaman serta
luar masyarakat.
nilai-nilai dari prasasti Cempaga sebagai
Nilai persatuan dan kesatuan di
simbol pemersatu masyarakat Cempaga,
desa Cempaga dapat dilihat dari rasa
Bangli. Nilai-nilai yang terkandung
solidaritas yang dimiliki oleh masyarakat
didalamnya bisa dijadikan sebuah rujukan
desa Cempaga, yaitu masyarakat desa
dalam melangkah nantinya baik dalam
Cempaga Bangli masih tetap menjaga
kaitannya menjadi seorang siswa maupun
keutuhan desa dengan menggunakan
setelah lulus nantinya.
nama asal desa mereka yang berada di
Adapun nilai-nilai yang terkandung Batur sama halnya dengan desa Cempaga
dalam prasasti Cempaga sebagai simbol yang ada di Banjar-Buleleng meski mereka
pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli tersebar di beberapa tempat. Pura
yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar Penataran Cempaga yang merupakan
sejarah yaitu: tempat tersimpannya prasasti Cempaga
Nilai sejarah strukturnya masih mencirikan dimana desa
Sejarah adalah gambaran tentang Cempaga itu berasal, yaitu seperti
peristiwa masa lampau yang dialami oleh
10
pelinggih-pelinggih di pura tersebut masyarakat Desa Cempaga memiliki sikap
diberikan nama pelinggih Dewi Danu, cinta damai dengan tidak adanya konflik-
pelinggih Betara Sakti Ayu Batur, Pelinggih konfik yang terjadi antar desa Cempaga
Betara Dalem Segara dan Pelinggih Betara maupun antar Masyarakat Cempaga.
Dalem Balingkang. Ukiran-ukiran di Jadi nilai-nilai yang terdapat dalam
pelinggih juga melukiskan keadaan di Batur prasasti Cempaga sebagai simbol
dan masyarakat desa Cempaga Bangli pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli,
yang merupakan orang-orang Bali Aga dapat diselipkan dalam proses
masih tetap mempertahankan adat istiadat pembelajaran. Berdasarkan nilai-nilai
yang dimiliki. diatas, dalam penananman nilai karakter
Nilai persatuan dan kesatuan ini kepada siswa tidak hanya ditanamkan saat
patut dijadikan dasar bagi generasi muda proses belajar mengajar di ruang kelas,
dalam hidup bermasyarakat. Generasi tetapi dengan melibatkan siswa secara
muda tentunya harus dapat mengambil nilai langsung dalam proses mencari,
persatuan dan kesatuan ini supaya menelusuri, mengamati, menyeleksi serta
kebersamaan dan rasa saling memiliki bisa mengkaji nilai-nilai kehidupan dari masa
terjaga dengan baik. Hal tersebut demi lalu dari jejak-jejak kesejarahan yang masih
keberlangsungan suatu masyarakat yang ada sampai sekarang seperti halnya
telah tersebar namun masih tetap memiliki dengan prasasti Cempaga sebagai simbol
rasa persatuan dan kesatuan agar tercipta pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli.
suasana yang solid dan harmonis. Selain siswa dalam hal ini guru juga harus
Nilai cinta damai. ikut terlibat dan mengarahkan siswanya
Cinta damai merupakan sikap, memahami, dan menghayati hal-hal yang
perkataan, dan tindakan yang menyebbkan terjadi pada masa lalu. Dengan mendapat
orang lain merasa senang dan aman atas pengertian dan pemahaman tentang
kehadiran dirinya. Bentuk nilai cinta damai prasasti Cempaga sebagai simbol
yang terdapat pada prasasti Cempaga pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli
sebagai simbol pemersatu masyarakat diharapkan siswa mampu mengembangkan
Cempaga, Bangli terlihat dari amannya nilai-nilai tersebut untuk menghadapi
desa Cempaga Bangli dari konflik-konflik permasalahan hidup dimasa kini dan di
atau pertikaian yang disebabkan oleh masa yang akan datang.
perbedaan pandangan antar masyarakat
setelah diserangnya desa Cempaga oleh SIMPULAN DAN SARAN
desa Tampurhyang. Dengan desa
Berdasarkan hasil analisis data dapat
Cempaga di Batur dan di Buleleng pun
diperoleh simpulan prasasti Cempaga
tidak ada konflik-konflik yang terjadi. Hal ini
digunakan sebagai simbol pemersatu
sesuai dengan hasil wawancara dengan
masyarakat desa Cempaga yaitu dapat
kelihan adat banjar Cempaga yaitu I Wayan
dilihat dari identitas yang masih
Sukasana (61) menyatakan:
dipertahankan oleh masyrakata Cempaga,
“pada saat diserangnya desa Cempaga
larangan-larangan yang tertulis di dalam
oleh desa Tampurhyang, masyarakat
prasasti masih dipatuhi, adat istiadat, ritual
Cempaga terpencar ke beberapa tempat,
dan budaya menandakan bahwa desa
mereka yang terpencar itu berkumpul
Cempaga merupakan desa Bali Aga dan
membangun wilayah/desa masing-masing
tidak terlepas dari tempat asalnya yaitu
masih dengan identitas asalnya dan
desa Cempaga di Batur yang hingga kini
masyarakat antar desa Cempaga masih
masih berhubungan dengan baik. Ciri
berhubungan baik, karena desa Cempaga
budaya yang masih ada di desa Cempaga
sudah dibekali prasasti Cempaga sebagai
Bangli dapat dilihat dari Desa Bali Aga
pemersatu masyarakat desa Cempaga
menggunakan kubayan sebagai pembuka
yang tersebar itu.”
dan penutup acara keagamaan, beberapa
Berdasarkan penjelasan di atas
tari sakral Bali Aga yang masih dilestarikan
sudah jelas bahwa memang benar
di desa Cempaga yaitu tari Sang Hyang,
11
Rejang Renteng dan Baris. Penduduk desa sehingga diharapkan peneliti lain dapat
Cempaga merupakan keturunan dari Pasek meneliti aspek-aspek lain dari Desa
Kayu Selem yang menandakan warga Bali Pakraman Cempaga.
Aga.
Desa Cempaga Batur dengan desa DAFTAR PUSTAKA
Cempaga Bangli masih berhubungan
dengan baik dalam hal keagamaan yaitu Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari
dapat dilihat pada saat puja wali di Pura Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari
Penataran Cempaga, air suci (tirta) diambil Indonesia (ASTI)
(nunas tirta) di pura Cempaga
Tampurhyang Batur yaitu di tempat asal Kabul, Budiyono. 2007. Nilai-Nilai
desa Cempaga yang dilakukan oleh Kepribadian Dan Perjuangan
masyarakat desa Cempaga Bangli. Selain Bangsa Indonesia. Bandung:
itu di dalam Pura Penataran Cempaga juga Alfabeta
menandakan bahwa desa Cempaga Bangli Korn, V. E. 1932. Hukum Adat Bali
berasal dari Batur yaitu dapat dilihat dari (terjemahan) cetakan kedua. Proyek
pelinggih-pelinggih yang terdapat didalam Pembinaan Hukum, Biro Hukum dan
pura seperti nama pelinggih Dewi Danu, Organisasi & Tatalaksana, Kantor
pelinggih Betara Sakti Ayu Batur, Pelinggih Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Betara Dalem Segara dan Pelinggih Betara Bali
Dalem Balingkang. Ukiran-ukiran di
pelinggih juga melukiskan keadaan di M.M Sukarto dan K Atmojo. 1975. Catatan
Batur. Singkat Sementara: Prasasti
Cempaga. Gianyar: Lembaga
Adapun sumber belajar sejarah lokal Purbakala dan Peninggalan
yang dpat diambil dari penelitian ini yaitu Nasional
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Pandit Shastri, N.D. 1963. Sedjarah Bali
seperti nilai historis, nilai persatuan dan Dwipa. Denpasar: Bhuana
kesatuan dan nilai cinta damai yang Saraswati
nantinya akan diterapkan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari, siswa juga dapat Proyek Penelitian dan Pencatatan
memperluas wawasan/pengetahuan Kebudayaan Daerah. 1978. Sejarah
tentang sejarah desa Cempaga sebagai Daerah Bali. Jakarta: Departemen
desa Bali Aga yang ada di berbgai tempat. Pendidikan dan Kebudayaan