Anda di halaman 1dari 12

Artikel

Judul

PRASASTI CEMPAGA SEBAGAI SIMBOL PEMERSATU


MASYARAKAT CEMPAGA, BANGLI, BALI DAN SUMBER
BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA

Oleh
NI KOMANG ARYA KUSUMA DEWI
NIM 1314021025

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017

1
PRASASTI CEMPAGA SEBAGAI SIMBOL PEMERSATU
MASYARAKAT CEMPAGA, BANGLI, BALI DAN SUMBER
BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA

Ni Km. Arya Kusuma Dewi1, Dr. Tuti Maryati M.Pd2, Dr. Drs. I Made Pageh
M.Hum3

Jurusan Pendidikan Sejarah


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: aryashakura20@gmail.com , tuty.maryati@undiksha.ac.id ,


madepagehundiksha@gmail.com

Abstrak
Penelitian dilakukan di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali yang bertujuan untuk mengetahui:
(1) Persebaran Penduduk Desa Cempaga Batur Kintamani; (2) Isi Prasasti Cempaga sebagai
Simbol Pemersatu Masyarakat Cempaga; dan (3)Nilai-nilai dari Prasasti Cempaga dalam
mempersatukan desa Cempaga yang dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar sejarah
lokal di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga langkah yang dilakukan
adalah (1) Heuristik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen), (2) Kritik Sumber,
(3) Interpretasi, dan (4) Penulisan Sejarah Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa
Pakraman Cempaga sudah ada di abad ke XII. Dalam Prasasti Cempaga dapat ditemukan
petunjuk bahwa Desa Cempaga merupakan sebuah desa yang awalnya terletak di Batur,
Kintamani, kemudian karena konflik dengan desa Tampurhyang masyarakat desa Cempaga
tersebar ke Bangli dan Buleleng. Prasasti Cempaga menyebutkan bahwa Raja Bhatara Sri
Mahaguru memberikan perlindungan dan agar masyarakat desa Cempaga kembali membangun
desanya, masyarakat Cempaga yang terpisah masih memiliki identitas yang sama dalam bidang
adat istiadat, budaya dan masyarakat Cempaga sebagai masyarakat Bali Aga. Prasasti Cempaga
dalam mempersatukan desa Cempaga sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal dapat diambil
(a) nilai sejarah, (b) nilai persatuan dan kesatuan, dan (c) nilai cinta damai. Diharapkan peneliti
lainnya untuk dapat menyempurnakan penelitian ini

Kata kunci: Desa Pakraman Cempaga, Prasasti Cempaga

Abstract
This research was conducted in Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali which aims to know: (1)
Spreading of Cempaga Batur Kintamani Village Population; (2) Contents of Cempaga Inscription
as a Unifying Symbol of Cempaga Community; And (3) Cempaga inscriptions in unifying Cempaga
village as a source of local history learning. This is a historical research, so the steps taken are (1)
data collection heuristics (observation, interview, document study), (2) Source Criticism, (3)
Interpretation, and (5) Historiography. Desa Pakraman Cempaga there already in XII century.
Cempaga is a village originally located in Batur, Kintamani then Cempaga village community
spread because of attacks by Tampurhyang village. The Cempaga inscription states that King
Bhatara Sri Mahaguru gave protection and for people of Cempaga village to rebuild their village,
the separate Cempaga community still has the same identity in their place customs, culture and
society of Cempaga as a Bali Aga community. Cempaga inscriptions in unifying Cempaga village
as a source of local history learning can be taken (a) historical value, (b) the value of unity and
unity, and (c) the value of peace love. For other researchers are expected to be able enhance this
research.

Keywords: Desa Pakraman Cempaga, Inscription Cempaga


2
PENDAHULUAN
Bali merupakan sebuah pulau unik perempatan agung, sedangkan Bali
yang memiliki kebudayaan adiluhung Dataran kekuasaan diutamakan dipegang
dengan adat istiadat yang tumbuh dan oleh Triwangsa dan mandat dari penguasa
dijiwai agama Hindu. Desa-desa di Pulau Gelgel turun-temurun. Desa Bali Aga
Bali dikategorikan menjadi dua yakni desa menempatkan ruang pura, menggunakan
Bali Aga atau Bali Mula dan desa Bali triangga, dasar Gunung, yaitu Kaki, Badan
Dataran (Majapahit). Orang-orang Bali Aga dan Puncak (Pura Penulisan). Sedangkan
sering juga disebut orang Bali Pegunungan, desa Dataran penempatan ruang pura
atau Bali Mula yang berarti Bali Asli menggunakan Trimandala yaitu jaba sisi,
(Danandjaja, 1998:1). Bali Aga merupakan jaba tengah dan jeroan. (Suasthawa. 1995)
orang Bali yang menganggap diri mereka
Desa Bali Aga tersebar di berbagai
sebagai penduduk Bali yang asli. Bali Aga
daerah di seluruh Bali, beberapa
juga disebut dengan Bali Pegunungan dan
diantaranya yaitu desa Tenganan terdapat
tidak terpengaruh oleh ekspansi kerajaan
di kabupaten Karangasem, Desa Sidatapa,
Majapahit.
Desa Pedawa, dan Desa Tigawasa
Ciri-ciri religi yang dianut di desa- terdapat di kabupaten Buleleng, Desa
desa Bali Aga dan Mula menampakkan Sukawana, dan Desa Trunyan terdapat di
perkembangan secara bertahap. Akarnya kabupaten Bangli. Khusus untuk Desa
dapat ditelusuri pada zaman megalitik Cempaga yang juga merupakan desa Bali
dengan ajaran Rsi Markandeya di abad ke- Aga tidak hanya terdapat di kabupaten
8, Mpu Kuturan di abad ke-11 dan Bangli saja melainkan desa ini tersebar ke
Danghyang Nirartha di abad ke-16. beberapa daerah seperti di Batur
Munculnya dua ideologi berdasarkan Kintamani, di Bangli dan di Banjar Buleleng.
rwabhineda yang kemudian bersaing Kalau ditelusuri hal ini terjadi karena Desa
dengan ideologi trimurti untuk selanjutnya Cempaga yang awalnya berpusat di Batur
bergabung dengan Dewa Nawa Sanga. Kintamani pada disekitar abad ke-13,
Dualisme rwabhineda dan trimurti didukung diganggu oleh orang-orang dari desa
oleh Raja Bali Kuno, dengan sentrum Tampurhyang dengan membakar rumah-
Kediri/Daha Jawa Timur sedangkan Dewa rumah dan merampas semua binatang
Nawa Sanga didukung oleh desa Apanage peliharaan masyarakat desa Campaga.
wong Majapahit dimulai pada zaman Karena serangan itu, semua penduduk
Majapahit saat Bali diperintah dinasti Desa Cempaga lari ketakutan dan pindah
Kepakisan. Pemaksaan ideologi Trimurti ke desa lain (Prasasti Cempaga). Prasasti
dan Dewa Nawa Sanga yang menjadi Cempaga terdiri dari 9 lempeng, menjadi
kebijakan kerajaan/pemerintahan petunjuk awal tentang Desa kuno Cempaga
selanjutnya melalui berbagai kewajiban yang ada di Bali. Sampai sekarang prasasti
menjadikan proses Mojopahitisasi makin itu tersimpan di pura Penataran Cempaga
keras sejak abad ke-16 hingga kini, dan yang di sungsung oleh masyarakat
sangat memarginalkan desa pakraman Bali lingkungan adat banjar Cempaga Bangli.
Aga. (Pageh, 2011) Keberadaan prasasti Cempaga tidak
terlepas dari konflik yang terjadi antara
Desa Bali Aga dengan desa Bali
desa Tampurhyang dengan Desa
Dataran dapat diklasifikasikan dilihat dari
Cempaga, Prasasti ini dikeluarkan oleh
Desa Bali Aga tidak mengenal kasta,
seorang raja Bali yang bernama Bhatara Sri
sedangkan pada desa Bali Dataran
Mahaguru. Prasasti Cempaga
(Majapahit) dikenal dengan kasta golongan
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu
Triwangsa. Desa Bali Aga menggunakan
Prasasti Cempaga A, Prasasti Cempaga B
sistem pemerintahan Ulu Ampad.
dan Prasasti Cempaga C. (Sukarto,1975)
Berdasarkan senioritas, desa pakraman
dibentuk menggunakan macapat dan Desa Cempaga yang dahulunya
rwabhineda, di tengah-tengahnya ada merupakan satu desa dan berpusat di Batur
3
Kintamani, saat ini telah tersebar di tidak dapat memperluas pengetahuannya
Kecamatan Banjar-Buleleng dan di tentang potensi yang ada di sekitar siswa.
Kecamatan Bangli. Untuk menjaga
Jika kita mengacu pada Kurikulum
keterikatan dengan daerah asal mereka
2013, kompetensi lulusan yang diharapkan
desa tujuan yang baru diberikan nama
yaitu dalam dimensi sikap siswa memiliki
Cempaga. Tersebarnya Desa Cempaga ini
pengetahuan faktual, konseptual,
tidak menghilangkan kesatuan dari desa
prosedural, dan metakognitif dalam ilmu
tersebut, kesatuan tersebut dapat dilihat
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dari adat istiadat, budaya, dan masyarakat
dengan wawasan kemanusiaan,
Cempaga sebagai masyarakat Bali Aga.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Berdasarkan wawancara dengan terkait penyebab serta dampak fenomena
Kelian Adat lingkungan banjar Cempaga, dan kejadian. Dalam dimensi keterampilan
Pemangku Pura Penataran Cempaga dan siswa memiliki kemampuan pikir dan tindak
warga desa, penulis mendapatkan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
permasalahan bahwa Desa Cempaga dan konkret sebagai pengembangan dari
Bangli merupakan pecahan dari Desa yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Cempaga Batur, hal ini terjadi karena Sehingga dalam proses belajar
konflik yang terjadi antara Desa Cempaga pembelajaran guru dapat memanfaatkan
dengan desa Tampurhyang. Setelah sumber belajar sejarah yang ada di
terjadinya penyerangan tersebut Desa lingkungan sekitar yang bisa dipakai untuk
Cempaga mendapatkan hak istimewa membantu guru dalam melaksanakan
berupa diberikannya prasasti oleh raja kegiatan pembelajaran seperti artefact,
Bhatara Cri Mahaguru, Desa Cempaga mentefact dan sosiofact. Dalam penelitian
sangat menjunjung tinggi perintah raja yang ini prasasti termasuk kedalam artefak yakni
dituliskan dalam prasasti Cempaga. benda peninggalan bersejarah, Prasasti
Cempaga di Desa Cempaga, Bangli juga
Dari keterangan di atas dapat dilihat
memiliki potensi sebagai sumber belajar
bahwa terdapat beberapa keunikan yang
sejarah lokal untuk menunjang proses
menyatukan Desa Cempaga ini
pembelajaran sejarah khususnya di SMA.
berdasarkan wawancara terhadap tokoh
Dalam prakteknya prinsip-prinsip
masyarakat Desa Cempaga Bangli.
metodelogi sejarah di SMA muncul dalam
Keunikan ini menarik untuk diteliti, karena
kurikulum sejarah peminatan kelas XI.
bisa memperkaya pemahaman tentang
Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1
sejarah lokal. Pemahaman sejarah lokal
Bangli sudah menerapkan Kurikulum 2013
dapat diperoleh melalui sumber-sumber
dan juga yang paling dekat dengan Desa
sejarah yang ada di sekitar siswa, seperti
Pakraman Cempaga.
Prasasti Cempaga. Penggunaan prasasti
Prasasti tergolong sebagai sumber
sebagai sumber sejarah sudah
sejarah yang bersifat kebendaan (fisik)
sepantasnya dilestarikan, karena isi dari
yang dapat dilihat oleh peserta didik dan
prasasti tersebut mengandung nilai historis
memiliki peranan penting dalam perjalanan
yang tinggi. Namun sejauh ini yang peneliti
sejarah masyarakat desa Pakraman
ketahui sumber sejarah yang dipakai
Cempaga di masa lampau yang tercermin
nasional Indonesia pada materi sejarah
dari isi prasasti Cempaga. Tinjauan tentang
Kerajaan Hindu dan Budha selalu
Prasasti Cempaga, jika dikaitkan dengan
menggunakan contoh prasasti yang ada di
proses pembelajaran sejarah pada
Pulau Jawa, padahal masih banyak contoh-
kurikulum 2013. Pendekatan yang
contoh prasasti yang terdapat di sekitar
digunakan dalam pembelajaran dengan
siswa seperti Prasasti Cempaga. Akan
menggunakan pendekatan saintifik yaitu
tetapi potensi dari sejarah lokal yang ada di
pembelajaran yang terdiri atas kegiatan
sekitar siswa tidak disinggung oleh guru, ini
mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal
yang menyebabkan wawasan siswa
yang ingin diketahui), merumuskan
terhadap sejarah hanya itu-itu saja dan
pertanyaan (dan merumuskan hipotesis),
4
mencoba/mengumpulkan data (informasi) penduduk setempat, Wirtawan, I Wayan
dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ (2013) dengan judul penelitian “Unsur
menganalisis/mengolah data (informasi) Birokrasi Kemasyarakatan Desa Sukawana
dan menarik kesimpulan serta Pada Masa Bali Kuno: Kajian Berdasarkan
mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari Data Prasasti Sukawana D”. Setiawan, I
kesimpulan untuk memperoleh Ketut (2011) dengan judul penelitian
pengetahuan, keterampilan dan sikap. “Usaha-Usaha Pelestarian Lingkungan
Maka prasasti Cempaga dapat Hidup Pada Masyarakat Bali Kuno
dimanfaatkan oleh guru atau sekolah Berdasarkan Rekaman Prasasti”
sebagai sumber pembelajaran Sejarah
Peminatan di SMA Negeri 1 Bangli pada Penulis sangat tertarik untuk
kelas XI mengacu pada kurikulum 2013, mengangkat Desa Cempaga karena
dengan Kompetensi Inti (KI) “Memahami, keberadaan Desa Cempaga yang
menerapkan, dan menganalisis merupakan salah satu desa Bali Aga, Desa
pengetahuan faktual, konseptual, Cempaga juga tersebar pada beberapa
prosedural, dan metakognitif berdasarkan daerah di Bali. Selain itu kajian tentang isi
rasa ingin tahunya tentang ilmu Prasasti Cempaga belum penulis temukan
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan ada yang menulis tentang prasasti ini dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, memiliki potensi sebagai sumber belajar,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban diharapkan dengan penulisan karya tulis ini
terkait penyebab fenomena dan kejadian, akan memberikan sebuah alternatif dalam
serta menerapkan pengetahuan prosedural pembelajaran sejarah di tingkat SMA
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan menyelipkan nilai-nilai sejarah lokal
dengan bakat dan minatnya untuk kedalam Kompetensi Inti dan Kometensi
memecahkan masalah.” Kemudian Dasar terkait Prasasti Cempaga. Dari
Kompetensi Dasarnya (KD) “Menganalisis uraian diatas, maka penulis ingin mengkaji
sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan dan meneliti lebih jauh tentang keberadaan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada Prasasti Cempaga dengan judul penulisan
masa kerajaan-kerajaan besar Hindu- Prasasti Cempaga Sebagai Simbol
Buddha yang berpengaruh pada kehidupan Pemersatu Masyarakat Cempaga, Bangli,
masyarakat Indonesia masa kini.” Bali dan Sumber Belajar Sejarah Lokal di
Penulisan tentang prasasti sebagai SMA
sumber sejarah sudah banyak dilakukan, Tujuan yang ingin dicapai dalam
kajian tersebut menunjukkan bahwa telah penelitian ini adalah (1) untuk
banyak kajian tentang keberadaan prasasti mendeskripsikan Penduduk Cempaga
serta berbagai potensinya, antara lain: Dila Batur, Kintamani Menyebar Keluar Desa,
Apsari (2015) dengan judul penelitian (2) untuk mendeskripsikan Isi Prasasti
“Prasasti Bengkala Sebuah Kajian Epigrafi” Cempaga Sehingga Disebut Sebagai
mengkaji tentang Prasasti Bengkala dari Simbol Pemersatu Desa Cempaga Yang
aspek kebahasaan dan aspek pranata Tersebar di Beberapa Desa Bali Aga Di
sosial yang terdapat dalam Prasasti Bali, (3) untuk mendeskripsikan nilai-nilai
Bengkala. Prihandari, Ida Ayu Wayan dari Prasasti Cempaga dalam
(2013) dengan judul penelitian “Prasasti mempersatukan Desa Cempaga yang
Mayungan Di Desa Pakraman Mayungan, dapat diimplementasikan sebagai sumber
Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, belajar sejarah lokal di SMA
Kabupaten Tabanan” mengkaji tentang isi
prasasti Mayugan, yang menyebutkan METODE PENELITIAN
secara langsung peristiwa yang terjadi di
Desa Mayungan (karāmani Mayungan), dan Peneliti menggunakan langkah-
merupakan salah satu prasasti tembaga langkah dalam metode penelitian sejarah,
terlengkap yang dikeluarkan oleh Raja dengan menggunakan cara-cara serta
Jayapangus yang masih dilestarikan oleh prosedur atau teknik untuk merekonstruksi
peristiwa sejarah sehingga menjadi suatu
5
cerita yang menggambarkan secara akurat masing-masing banjar adat. Adapun
apa yang benar-benar terjadi (as actuality), penelitian yang dilakukan peneliti terletak di
kapan terjadinya (when), dimana terjadinya Banjar Cempaga.
(where), siapa pelakunya (who), apa
penyebabnya (what), mengapa terjadi (why) Secara geografis Desa Pakraman
serta bagaimana terjadinya (how) (5W + Cempaga termasuk daerah dataran dengan
IH). Langkah-langkah penelitian yang akan ketinggian 500 mdl sampai 550 mdl dari
dilaksanakan adalah (1) Teknik penentuan permukaan laut dan beriklim tropis, dengan
informan, (2) Heuristik melalui langkah- temperatur 26°c dan maksimum 35°c.
langkah (observasi, wawancara, studi Sepanjang tahun 2015 dan 2016 di desa
dokumen, kritik sumber, interpretasi, dan Pakraman Cempaga curah hujan atau
hitoriografi) musim hujan terjadi sebanyak 6 bulan
dalam setahun yaitu Januari s/d Juni,
sedangkan curah/musim kemarau
HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 6 bulan dalam setahun yaitu
Hasil bulan Juli s/d Desember
Dalam penelitian ini yang menjadi
tempat penelitian adalah Desa Pakraman Desa Cempaga merupakan salah satu
Cempaga Bangli. Desa Pakraman desa yang berada di kecamatan Bangli
Cempaga adalah desa yang berada di dengan batas-batas desa/kelurahan
wilayah kelurahan Cempaga, kecamatan sebagai berikut:
Bangli, kabupaten Bangli. Dilihat dari segi Sebelah Utara : Kelurahan Kubu kecamatan
orbitasinya Desa Pakraman Cempaga Bangli
terletak pada suatu lalulintas yang strategis, Sebelah Selatan : Kelurahan Kawan
karena desa ini berada di wilayah yang kecaatan Bangli
dilalui jalur Provinsi yang menghubungkan Sebelah Timur : Desa Jehem kecamatan
Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tembuku
Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Sebelah Barat : Desa Sulahan kecamatan
Buleleng. Jarak desa Pakraman Cempaga Susut
dari ibu kota provinsi kurang lebih 43 km, Desa Cempaga memiliki 4 organisasi
dengan waktu tempuh sekitar 1 jam subak yaitu, subak mandi, subak anyar,
perjalanan dengan kendaraan bermotor. subak munggu, subak abian karangsari
Jarak antara desa Pakraman Cempaga sidewas. Desa Cempaga memiliki potensi
dengan ibu kota kecamatan Bangli yaitu 1 pada sektor peternakan khusunya babi,
km dengan waktu tempuh 8 menit sapi, ayam dan bibit ikan nila yang berjalan
perjalanan dengan kendaraan bermotor. cukup baik. Selain peternakan, kelurahan
Untuk mendapat gambaran umum Cempaga juga memiliki potensi pada
mengenai kawasan yang akan diteliti maka bidang persawahan dan perladangan
akan diuraikan wilayah Desa Pakraman sebagai pekerjaan pokok dan juga
Cempaga secara umum. Melalui uraian ini pekerjaan tambahan bagi masyarakat.
akan dapat diperoleh karakteristik dan
gambaran umum mengenai lokasi dari Pembahasan
penelitian ini.
Secara administratif, Desa Cempaga I. Latar Belakang Penduduk Cempaga
terdiri dari tujuh banjar atau lingkungan Batur, Kintamani Menyebar Keluar Desa
yaitu banjar Cempaga, banjar Pekuwon,
banjar Brahmana Pande, banjar Pande, Desa Cempaga awalnya terletak di
banjar Puri Bukit, banjar Gunaksa, dan Batur, sebuah desa yang menjadi satu
banjar Brahmana Bukit. Dari kelima banjar kesatuan dengan desa Tampurhyang. Desa
adat tersebut masing-masing memiliki Tampurhyang merupakan sebuah
kelian adat yang mempunyai wewenang perkumpulan desa-desa yang ada di Batur
untuk mengatur sistem pemerintahan di atau di sekitar Bintang Danau Batur wilayah

6
ini berada di Songan termasuk desa yang berkuasa di Bali bagaikan raja diraja
Cempaga. Di bawah pemerintahan Paduka yang selalu didampingi oleh permaisurinya
Cri Maharaja Haji Jayapangus diketahui sebagai penaung pulau Bali, bahkan hampir
bahwa kehidupan desa Cempaga aman semua prasasti yang dikeluarkan oleh raja
dan makmur. Dr. R. Goris (dalam Proyek Jayapangus selalu menyebutkan kedua
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan istrinya. Beliau melaksanakan tugas
Daerah, 1978:26) menilai raja Cri Maharaja kewajiban sebagai pimpinan seluruh
Haji Jayapangus termasuk raja Bali Kuno masyarakat Bali, karena beliau sangat
yang termasyur di samping raja Ugrasena bijaksana, bertingkah laku yang baik, cakap
dan raja Udayana. Pada prasasti- serta muda, menguasai ilmu pemerintahan,
prasastinya dijelaskan bahwa baginda ajaran agama, beliau didampingi oleh
mengeluarkan prasastinya bersama-sama kedua orang permaisurinya, para patih,
dengan kedua permaisurinya. Jayapangus mentri, menguasai ilmu tentang akal dan
menyatakan dirinya sebagai maharaja yang taktik peperangan, karena jasa beliaulah
berkuasa di seluruh wilayah pulau Bali. yang menyebabkan pulau Bali aman dan
Seperti yang terdapat dalam kutipan teks tertib (Sudarsana).
Prasasti Cempaga A yang berangka tahun Pengaruh Cina terlihat pada
saka 1103 menyebutkan: pemerintahan Jayapangus karena salah
…“Nguniwoh gatinya sampun pineket satu istri beliau merupakan seorang gadis
pinatohpatoh ring dasasila, pancasiksa, Cina bernama Kang Ching Wei dengan
samargganyan tuturing swakarmmanya ring gelar Shri Mahadewi Sasangkajacihna.
thaninya mengta ri swabhawani kramanya Pengaruh unsur kebudayaannya dapat
ring alawas ri purwwasangkaning hayu dilihat dari penggunaan uang kepeng yang
krkta subhiksa ri pati ngkahanya ri menjadi alat transaksi pada zaman itu, seni
swadecanya, tirunen dening wka wet putu tari Baris Cina (Baris Presi) dan tari Barong
buyutnya”… Landung yang merupakan simbolisasi
artinya bahwa segala peraturan atau perkawinan Cina-Bali yaitu antara Raja
ketentuan desa sudah disebut di dalam Jayapangus dan Kang Ching Wei. Dalam
undang-undang Dasasila dan Pancasiksa, bidang bahasa juga banyak ditemukan
dan agar penduduk menaati serta kata-kata bahasa Cina dalam bahasa Bali
mematuhinya. Selain itu supaya seluruh seperti cawan, pinggan, dacin, guci dan ada
masyarakat ingat kembali suasana aman juga dijadikan sebagai nama desa di sekitar
dan makmur waktu dahulu dan berusaha desa Bintang Danau Batur seperti desa
mempertahankan kemakmuran tersebut, Pinggan, desa Siakin, desa Songan dan
sehingga akhirnya akan ditiru oleh anak yang lainnya. Dalam permainan Ceki
keturunan mereka. misalnya sangat jelas ditemukan betapa
Dapat diketahui dari kutipan teks luasnya ideologi Cina dimasukkan pada
prasasti diatas bahwa kehidupan desa masyarakat Bali
Cempaga dan desa Tampurhyang baik-baik Setelah berakhirnya masa
saja. Di antara raja-raja yang memerintah di pemerintahan Paduka Cri Maharaja Haji
Bali, prasasti dari raja Jayapangus yang Jayapangus Desa Cempaga diganggu oleh
paling banyak ditemukan. Sampai sekarang desa Tumpuhyang dengan membakar
kurang lebih 43 buah prasasti telah rumah-rumah dan merampas semua
dikeluarkan oleh raja Jayapangus selama binatang peliharaan desa Cempaga.
beliau memerintah Bali (Proyek Penelitian Karena serangan itu, semua penduduk
dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, desa Cempaga lari ketakutan dan pindah
1978). Raja Jayapangus memerintah pulau ke desa lain, seperti dalam teks prasasti
Bali bersama dua orang permaisurinya Cempaga C berangka tahun 1246 saka
yang bernama Shri Parameswari menyebutkan:
Indujaketana (Dewi Danuh) dan Shri …”tuha-tuha rama, kabayan arga bapa
Mahadewi Sasangkajacihna (Kang Ching tampih, kabayan tuwa bapa ringed,
Wie). Wibawanya sebagai seorang raja kabayan tngah bapa nganter, kabayan

7
noman bapa mtus, makasopana para masyarakat bertrah pedagang sejak zaman
mangudu mantra sirahprana manambah, i Bali Kuno mungkin mendukung raja
sira Paduka Bhatara Sri Mahaguru, ri gati Jayapangus beristri Kang Ching Wie,
nikanang karaman ing Campaga, sehingga Pura Ulun Danu Songan dibuat
ingusikusik deni karaman ing Tumpuhyang, lagi Pura Ulun Danu Batur yang Sekarang.
wkasan rinampas tinunon pomahanya, Pageh (dalam Ardhana dan Setiawan,
henti tke hingohingonya kbaih tiwanan deni 2014). Pandit (1963:73) juga menyatakan:
karaman ing Tumpuhyang, lunga ta ya Persoalan yang terjadi antra penduduk
aleslesan maring desa salen”… desa Batur dengan desa Cempaga. Kedua
Artinya, para pemuka desa kabayan arga desa itu dahulu memuja Ganapati ring
bapa Tampih, kabayan tuwa bapa Ringed, Tumpuk Hyang. Kemudian penduduk desa
kabayan tngah bapa Nganter, kabayan Cempaga memohon agar mereka
noman bapa Mtus menyembah kepada dibebaskan dari pemujaan itu, karena
Paduka Bhatara Sri Mahaguru bahwa desa mereka telah memuja dewa-dewa dari
Cempaga diganggu oleh desa Gunung Batur. Dalam keputusan itu raja
Tampurhyang, rumah mereka dibakar dan memperkenankan penduduk desa cempaga
semua binatang peliharaan habis dirampas memuja dewa-dewa Gunung Batur, dalam
oleh masyarakat desa Tampurhyang. pada itu bagi mereka yang memuja
Karena itulah semua penduduk lari Ganapati dibebaskan dari pajak.
ketakutan pindah ke desa lain. Dapat diketahui bahwa setelah wafatnya
Namun di dalam prasasti tidak disebutkan raja Jayapangus terdapat beberapa
secara jelas permasalahan apa yang persoalan sehingga menyebabkan konflik
melatarbelakangi penyerbuan Desa yang terjadi pada desa-desa Bali Aga
Cempaga oleh Desa Tampurhyang. Besar Khususnya desa Cempaga dengan Desa
kemungkinan penyerbuan ini terjadi karena Tampurhyang.
raja Jayapangus mempunyai istri seorang Seorang raja yang mengeluarkan
gadis Cina yang beragama Budha. Pageh prasasti kepada desa Cempaga adalah
(dalam Ardhana dan Setiawan. 2014:154) Raja Paduka Bhatara Sri Mahaguru beliau
Raja Jayapangus tertarik dengan gadis merupakan seorang raja Bali yang
Cina yang bernama Kang Ching Wie dan memerintah pada tahun saka 1246-1250.
ingin menikahinya akan tetapi mendapat Beliau bergelar Cri Maharaja Cri Bhatara
larangan dari purohito Ciwa Gandu, karena Mahaguru Dharmattungga Warmadewa.
perkawinan beda agama (Hindu dengan “Pada prasasti 803 Hyang Putih (bulan
Budha). Tetapi nasehat Rsi Ciwa Gandu Crawana Caka 1246) menyebutkan Paduka
diabaikan, perkawinan tetap Bhatara Guru memerintah bersama
diselenggarakan sesuai dengan tata cucunya yaitu paduka Haji Tarunajaya”
kerajaan. Perkawinan antara agama Hindu (Proyek Penelitian dan Pencatatan
(Raja) dengan istrinya Budha dari Cina Kebudayaan Daerah, 1978:27).
menyebabkan terjadinya konflik besar Pada akhirnya penyerbuan desa
antara Raja dengan Ciwaisme yang diwakili Cempaga oleh masyarakat desa
oleh Mpu Ciwa Gandu, pada saat itu juga Tampurhyang telah didengar oleh Paduka
ada sembilan sekta, dan sering Bhatara Sri Mahaguru setelah disaksikan
memunculkan konflik keyakinan pada memang benar bahwa desa Cempaga telah
masyarakat. Konflik lain yang kosong, kacau, rusak dan sunyi, bahkan
menyebabkan diserangnya desa Cempaga tidak seorangpun yang tinggal di desa
oleh Desa Tampurhyang, nampaknya Cempaga. Maka Paduka Bhatara Sri
permusuhan masyarakat Batur dengan Mahaguru membuatkan prasasti kepada
Songan secara laten, dapat dijelaskan awal masyarakat desa Cempaga untuk dijadikan
sejarahnya. Dewi Danuh adalah berasal sebagai pegangan bahwa desa Cempaga
dari Pura Ulun Danu Songan (lebih dulu telah bebas dan agar tidak diganggu lagi
ada), tidak ada pelinggih Subandarnya. oleh masyarakat desa Tampurhyang.
Sedangkan masyarakat Batur, sebagai Penyerbuan ini yang melatarbelakangi

8
tersebarnya desa Cempaga “dulu desa itu Mahaguru kemudian memisahkan desa
mungkin terletak di dekat Kintamani, tetapi Cempaga dengan desa Tampurhyang agar
sekarang desa itu ada di dekat Bangli” tidak lagi terjadi penyerangan pada
(Pandit, 1963) sehingga menyebabkan masyarakat desa Cempaga.
masyarakat desa Cempaga berada di …”mangkana panganugrahanira Paduka
Bangli. Bukan hanya persebarannya di Bhatara Cri Mahaguru, I karaman ing
sekitar daerah Bangli, tetapi ada juga yang campaga, ateher wineh makmitan
pergi ke denbukit yaitu ke Buleleng, dengan sangyhang rajaprasasti agammagam
membuat catur desa di Bali Utara yaitu makatmayan umagehaken sarintenya
SCTP (Sidetapa, Cempaga, Tigewasa, dan tunggu karaman, samarmmanya
Pedawa) desa ini ada pada kecamatan tanpawiruddha mangke hlam lahaning
Banjar Buleleng Bali. Untuk Desa Cempaga dlaha”…
Buleleng tidak diteliti dalam penelitian ini artinya kepada desa Campaga diberikan
karena terbatasnya waktu, dana dan tenaga pula pegangan berupa prasasti yang harus
yang penulis miliki. dijaga baik-baik, dan sebagai bukti bahwa
desa Campaga telah bebas dari desa
II. Isi Prasasti Cempaga Sebagai Simbol Tumpuhyang. Kebebasan itu semoga
Pemersatu Desa Cempaga yang berlangsung sampai akhir jaman. (Prasasti
Tersebar di Beberapa Desa Bali Aga di Cempaga C tahun 1246 saka)
Bali Dari kutipan prasasti diatas dapat
Dari latar belakang tersebarnya dianalisis yaitu raja menganugerahkan
masyarakat desa Cempaga di atas, pada Prasasti kepada masyarakat desa
akhirnya raja Paduka Bhatara Sri Mahaguru Cempaga untuk dijaga dengan baik, agar
yang bergelar Cri Maharaja Cri Bhatara desa Cempaga tidak diganggu lagi oleh
Mahaguru Dharmattungga Warmadewa desa Tampurhyang dan sebagai bukti
mendengar bahwa desa Cempaga telah bahwa desa Cempaga telah terbebas dari
diserang oleh masyarakat desa segala gangguan dan kemudian desa
Tampurhyang, sehingga raja mengeluarkan Cempaga juga tidak lagi terpecah seperti
perintah yang dituliskan dalam prasasti sebelumnya.
Cempaga C berangka tahun saka 1246 …”karaman ing campaga tan kna batun
menyatakan : sabar, mwang papadam, tan kna
…”pi net ta ya padha ingulihaken ri pakrangan, mwang tikasan salunding, tan
pomahanya sowang sowang, samana ta kna pawangkis, apan tan kna mulanya
karaman ing campaga pinisahaken masadi katmu tinmu purwwastiti ri lagi, mangkana
karaman ing tumpuhyang”… panganugrahanira Paduka Bhatara, hana
artinya perintah Paduka Bhatara Sri pwa rumuddha panganugrahanira, tan
Mahaguru kepada desa Cempaga supaya wurung danda, su 3 ma 2”…
penduduk kembali ke rumahnya masing- artinya desa Cempaga dibebaskan dari
masing dan bahwa desa Cempaga telah pajak (iuran) seperti yang disebutkan “tan
dipisahkan dari desa Tampurhyang. kna batun sabar, mwang papadam, tan kna
(Prasasti Cempaga C tahun 1246 saka) pakrangan, mwang tikasan salunding, tan
Kutipan prasasti diatas menerangkan kna pawangkis” dan barang siapa yang
bahwa desa Tampurhyang yang berani merubah peraturan tersebut akan
merupakan sebuah perkumpulan desa- dikenakan denda su 3 ma 2 (mas).
desa yang ada di Batur atau di sekitar (Prasasti Cempaga C tahun 1246 saka)
Bintang Danau Batur wilayah ini berada di Masyarakat Cempaga yang telah
Songan termasuk desa Cempaga. Akan membangun kembali desanya nantinya
tetapi karena letak desa Cempaga yang tidak akan dikenai denda (pajak) yang
berada dekat dengan Batur kemudian desa sebelumnya dibayarkan kepada desa
Cempaga mendapatkan serangan akibat Tampurhyang karena desa yang sekarang
dari konflik yang terjadi antara Batur ditempati sudah tidak lagi berada di daerah
dengan Songan. Raja Paduka Bhatara Sri Batur dan raja Paduka Bhatara Sri

9
Mahaguru juga membebaskan masyarakat manusia. Ilmu sejarah berusaha
Cempaga untuk bebas dari pajak. mengungkap masa lampau manusia
Dari isi prasasti di atas terlihat berdasarkan sumber-sumber sejarah dan
bahwa raja sangat memperhatikan dibantu dengan ilmu bantu sejarah serta
penduduk desa Cempaga yang mengalami ilmu-ilmu sosial. Nilai sejarah yang terdapat
kesusahan dan kelangsungan kehidupan dalam prasasti Cempaga sebagai simbol
masyarakat desa Cempaga yang tersebar. pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli
Dengan diberikannya pegangan prasasti dapat dilihat dari tersebarnya masyarakat
masyarakat Cempaga kembali membangun desa Cempaga Batur dalam pelarianya
desanya dan tetap mempertahankan untuk menyelamatkan diri dari serangan
identitas asalnya. Seperti desa Bali Aga desa Tampurhyang sehingga desa
lainnya, tradisi atau budaya khas yang Cempaga terdapat di beberapa daerah di
dimiliki masyarakat Desa Cempaga masih Bali, yaitu di Batur-Kintamani, di Bangli dan
tetap dijaga dengan baik. Dapat di Banjar-Buleleng sehingga dari kejadian
disimpulkan bahwa raja menginginkan agar tersebut desa Cempaga diberikan hak
penduduk desa Cempaga tidak terpisah, istimewa oleh raja Paduka Bhatara Sri
dan memiliki pelindung dalam Mahaguru yaitu sebuah prasasti sebagai
mempertahankan keutuhan desa. Tentu pegangan bahwa desa Cempaga telah
saja masyarakat desa Cempaga mematuhi bebas dari serangan desa Tampurhyang
perintah raja dan identitas yang dimiliki dan bebas dari pajak.
tidak akan begitu saja dilupakan sehingga Berdasarkan nilai sejarah (historis)
kemanapun dan dimanapun masyarakat tersebut siswa mampu memberikan suatu
desa Cempaga berada akan tetap penjelasan tentang tersebarnya masyarakat
menjunjung adat-istiadat dan tradisi yang desa Cempaga yang ditandai dengan
dimiliki. adanya beberapa desa Cempaga di Bali
dengan masyarakatnya yang masih Bali
Nilai-Nilai Dari Prasasti Cempaga Dalam Aga. Selain itu dengan mengetaui nilai
Mempersatukan Desa Cempaga yang historisnya siswa akan lebih memahami
Dapat Diimplementasikan Sebagai tentang perubahan dan perkembangan dari
Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA tersebarnya masyarakat desa Cempaga.
Nilai persatuan dan kesatuan
Hasil penelitian ini nantinya akan
Persatuan dan kesatuan adalah
mampu memberikan sumbangan terhadap
sikap yang mengutamakan kepentingan
dunia pendidikan, khususnya mata
bersama dan mengharuskan sitiap anggota
pelajaran sejarah yang dapat dimanfaatkan
masyarakat selalu menjaga kebersamaan
sebagai sumber belajar sejarah agar para
di tengah ancaman ketidakharmonisan
peserta didik dapat memetik sebuah
yang bisa datang dari dalam maupun dari
pelajaran, pengetahuan, pemahaman serta
luar masyarakat.
nilai-nilai dari prasasti Cempaga sebagai
Nilai persatuan dan kesatuan di
simbol pemersatu masyarakat Cempaga,
desa Cempaga dapat dilihat dari rasa
Bangli. Nilai-nilai yang terkandung
solidaritas yang dimiliki oleh masyarakat
didalamnya bisa dijadikan sebuah rujukan
desa Cempaga, yaitu masyarakat desa
dalam melangkah nantinya baik dalam
Cempaga Bangli masih tetap menjaga
kaitannya menjadi seorang siswa maupun
keutuhan desa dengan menggunakan
setelah lulus nantinya.
nama asal desa mereka yang berada di
Adapun nilai-nilai yang terkandung Batur sama halnya dengan desa Cempaga
dalam prasasti Cempaga sebagai simbol yang ada di Banjar-Buleleng meski mereka
pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli tersebar di beberapa tempat. Pura
yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar Penataran Cempaga yang merupakan
sejarah yaitu: tempat tersimpannya prasasti Cempaga
Nilai sejarah strukturnya masih mencirikan dimana desa
Sejarah adalah gambaran tentang Cempaga itu berasal, yaitu seperti
peristiwa masa lampau yang dialami oleh
10
pelinggih-pelinggih di pura tersebut masyarakat Desa Cempaga memiliki sikap
diberikan nama pelinggih Dewi Danu, cinta damai dengan tidak adanya konflik-
pelinggih Betara Sakti Ayu Batur, Pelinggih konfik yang terjadi antar desa Cempaga
Betara Dalem Segara dan Pelinggih Betara maupun antar Masyarakat Cempaga.
Dalem Balingkang. Ukiran-ukiran di Jadi nilai-nilai yang terdapat dalam
pelinggih juga melukiskan keadaan di Batur prasasti Cempaga sebagai simbol
dan masyarakat desa Cempaga Bangli pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli,
yang merupakan orang-orang Bali Aga dapat diselipkan dalam proses
masih tetap mempertahankan adat istiadat pembelajaran. Berdasarkan nilai-nilai
yang dimiliki. diatas, dalam penananman nilai karakter
Nilai persatuan dan kesatuan ini kepada siswa tidak hanya ditanamkan saat
patut dijadikan dasar bagi generasi muda proses belajar mengajar di ruang kelas,
dalam hidup bermasyarakat. Generasi tetapi dengan melibatkan siswa secara
muda tentunya harus dapat mengambil nilai langsung dalam proses mencari,
persatuan dan kesatuan ini supaya menelusuri, mengamati, menyeleksi serta
kebersamaan dan rasa saling memiliki bisa mengkaji nilai-nilai kehidupan dari masa
terjaga dengan baik. Hal tersebut demi lalu dari jejak-jejak kesejarahan yang masih
keberlangsungan suatu masyarakat yang ada sampai sekarang seperti halnya
telah tersebar namun masih tetap memiliki dengan prasasti Cempaga sebagai simbol
rasa persatuan dan kesatuan agar tercipta pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli.
suasana yang solid dan harmonis. Selain siswa dalam hal ini guru juga harus
Nilai cinta damai. ikut terlibat dan mengarahkan siswanya
Cinta damai merupakan sikap, memahami, dan menghayati hal-hal yang
perkataan, dan tindakan yang menyebbkan terjadi pada masa lalu. Dengan mendapat
orang lain merasa senang dan aman atas pengertian dan pemahaman tentang
kehadiran dirinya. Bentuk nilai cinta damai prasasti Cempaga sebagai simbol
yang terdapat pada prasasti Cempaga pemersatu masyarakat Cempaga, Bangli
sebagai simbol pemersatu masyarakat diharapkan siswa mampu mengembangkan
Cempaga, Bangli terlihat dari amannya nilai-nilai tersebut untuk menghadapi
desa Cempaga Bangli dari konflik-konflik permasalahan hidup dimasa kini dan di
atau pertikaian yang disebabkan oleh masa yang akan datang.
perbedaan pandangan antar masyarakat
setelah diserangnya desa Cempaga oleh SIMPULAN DAN SARAN
desa Tampurhyang. Dengan desa
Berdasarkan hasil analisis data dapat
Cempaga di Batur dan di Buleleng pun
diperoleh simpulan prasasti Cempaga
tidak ada konflik-konflik yang terjadi. Hal ini
digunakan sebagai simbol pemersatu
sesuai dengan hasil wawancara dengan
masyarakat desa Cempaga yaitu dapat
kelihan adat banjar Cempaga yaitu I Wayan
dilihat dari identitas yang masih
Sukasana (61) menyatakan:
dipertahankan oleh masyrakata Cempaga,
“pada saat diserangnya desa Cempaga
larangan-larangan yang tertulis di dalam
oleh desa Tampurhyang, masyarakat
prasasti masih dipatuhi, adat istiadat, ritual
Cempaga terpencar ke beberapa tempat,
dan budaya menandakan bahwa desa
mereka yang terpencar itu berkumpul
Cempaga merupakan desa Bali Aga dan
membangun wilayah/desa masing-masing
tidak terlepas dari tempat asalnya yaitu
masih dengan identitas asalnya dan
desa Cempaga di Batur yang hingga kini
masyarakat antar desa Cempaga masih
masih berhubungan dengan baik. Ciri
berhubungan baik, karena desa Cempaga
budaya yang masih ada di desa Cempaga
sudah dibekali prasasti Cempaga sebagai
Bangli dapat dilihat dari Desa Bali Aga
pemersatu masyarakat desa Cempaga
menggunakan kubayan sebagai pembuka
yang tersebar itu.”
dan penutup acara keagamaan, beberapa
Berdasarkan penjelasan di atas
tari sakral Bali Aga yang masih dilestarikan
sudah jelas bahwa memang benar
di desa Cempaga yaitu tari Sang Hyang,
11
Rejang Renteng dan Baris. Penduduk desa sehingga diharapkan peneliti lain dapat
Cempaga merupakan keturunan dari Pasek meneliti aspek-aspek lain dari Desa
Kayu Selem yang menandakan warga Bali Pakraman Cempaga.
Aga.
Desa Cempaga Batur dengan desa DAFTAR PUSTAKA
Cempaga Bangli masih berhubungan
dengan baik dalam hal keagamaan yaitu Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari
dapat dilihat pada saat puja wali di Pura Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari
Penataran Cempaga, air suci (tirta) diambil Indonesia (ASTI)
(nunas tirta) di pura Cempaga
Tampurhyang Batur yaitu di tempat asal Kabul, Budiyono. 2007. Nilai-Nilai
desa Cempaga yang dilakukan oleh Kepribadian Dan Perjuangan
masyarakat desa Cempaga Bangli. Selain Bangsa Indonesia. Bandung:
itu di dalam Pura Penataran Cempaga juga Alfabeta
menandakan bahwa desa Cempaga Bangli Korn, V. E. 1932. Hukum Adat Bali
berasal dari Batur yaitu dapat dilihat dari (terjemahan) cetakan kedua. Proyek
pelinggih-pelinggih yang terdapat didalam Pembinaan Hukum, Biro Hukum dan
pura seperti nama pelinggih Dewi Danu, Organisasi & Tatalaksana, Kantor
pelinggih Betara Sakti Ayu Batur, Pelinggih Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Betara Dalem Segara dan Pelinggih Betara Bali
Dalem Balingkang. Ukiran-ukiran di
pelinggih juga melukiskan keadaan di M.M Sukarto dan K Atmojo. 1975. Catatan
Batur. Singkat Sementara: Prasasti
Cempaga. Gianyar: Lembaga
Adapun sumber belajar sejarah lokal Purbakala dan Peninggalan
yang dpat diambil dari penelitian ini yaitu Nasional
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya Pandit Shastri, N.D. 1963. Sedjarah Bali
seperti nilai historis, nilai persatuan dan Dwipa. Denpasar: Bhuana
kesatuan dan nilai cinta damai yang Saraswati
nantinya akan diterapkan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari, siswa juga dapat Proyek Penelitian dan Pencatatan
memperluas wawasan/pengetahuan Kebudayaan Daerah. 1978. Sejarah
tentang sejarah desa Cempaga sebagai Daerah Bali. Jakarta: Departemen
desa Bali Aga yang ada di berbgai tempat. Pendidikan dan Kebudayaan

SARAN Riana, I Ketut. 2011. Lalintih Sang Catur


Sanak Bali: Kayu Selem, Celagi,
Berdasarkan penelitian di atas, Tarunyan, Kaywan Balingkang Lan
maka dapat disampaikan beberapa saran Warga Bali Aga. Gianyar: Yayasan
yakni: Tan Mukti Palapa
Semadi Astra, I Gde. 1977. Jaman
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
Pemerintahan Maharaja
untuk mengkaji desa Cempaga Buleleng,
Jayapangus di Bali. Denpasar:
penulis tidak melakukan penelitian sebab
Pengkajian Budaya
terbatasnya waktu, dana dan tenaga yang
penulis miliki, penulis hanya terfokus
kepada desa Cempaga yang ada di Bangli.

2. Penelitian di Desa Pakraman Cempaga


masih banyak hal yang menarik yang belum
diteliti seperti Pura Penataran Cempaga
sebagai tempat tersimpannya Prasasti
Cempaga, karena keterbatasan peneliti,
12

Anda mungkin juga menyukai