343-Article Text-1461-1-10-20190222
343-Article Text-1461-1-10-20190222
SEMBADHA 2018
Seminar Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat
SINERGITAS ANTARA Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi bagi BUMDes dalam
menggerakkan sektor UMKM di Desa Saptosari Kecamatan Saptosari
BUMDES DAN UMKM Kabupaten Gunungkidul. Sektor UMKM merupakan tonggak perekonomian
bagi masyarakat Saptosari. Sebagai salah satu jalur destinasi wisata
DALAM Gunungkidul, Desa Saptosari mempunyai potensi besar
mengembangkan skala usahanya. Namun permasalahannya, pelaku UMKM
dalam
Dosen Ekonomi Syariah, Universitas Keywords: BUMDes, UMKM, Pembangunan Ekonomi Desa.
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Abstract
The study aims to formulate a strategy for BUMDes in moving the sector of Small
*Corresponding author
Medium Enterprises (SME) in Saptosari village of Saptosari Subdistrict of
Muh. Rudi Nugroho Gunungkidul Regency. SME sector is a milestone for the community economy
Email : Muhrudi82@gmail.com Saptosari. As one of the tourist destinations of Gunungkidul, Saptosari Village
has great potential in developing its business scale. But the problem, the
perpetrators still plenty of Saptosari village of SME hampered in terms of capital,
technological innovation, workforce skills and marketing system. On the other
hand the existence of BUMDes could be a solution to the problems faced by
perpetrators of SME. In this study, researchers will be looking for the roots of the
problem of SME using Root Cause Analysis (RCA) and then formulate the policy
priorities that should be implemented by BUMDes in order to build the SME
through Analitycal method Hierarchy Process (AHP). The implications of the
end of the study i.e. materialize the goal of BUMDes in moving the economy of
the village. In addition, the existence of the program BUMDes which support
SME is expected to increase the business scale offender SMEC Village
Saptosari.
© 2018 Segala bentuk plagiarisme dan penyalahgunaan hak kekayaan intelektual akibat diterbitkannya paper pengabdian
masyarakat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
29
berdasarkan hasil running. Apabila besarnya Menurut Tama (2012), pengelolaam BUMDes
konsistensi tersebut <= 0,1 maka keputusan yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat desa,
diambil oleh para responden untuk menetukan skala sehingga memunculkan konsep dari desa, oleh
prioritas cukup konsisten. Jika dikatakan cukup desa, untuk desa. Adapun cara kerja BUMDes
konsisten maka prioritas tersebut bisa adalah dengan menampung kegiatan-kegiatan
diimplementasikan. ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk
kelembagan atau badan usaha.
Penelitian terkait pengembangan UMKM ini
sebelumnya pernah dilakukan oleh Tambunan Dalam hal perencanaan dan
(2003), menurutnya karakteristik dan dinamika pembentukannya, BUMDes dibangun atas inisiasi
perekonomian yang baik dengan laju perekonomian masyarakat, serta didasarkan pada prinsip-prinsip
yang tinggi di negara-negara asia timur dan kooperatif, partisipati, dan emansipatif. Hal ini
tenggara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan menjadi penting karena profesionalisme
Singapura adalah kinerja UMKM. Di Negara-negara pengelolaan BUMDes benar-benar didasarkan
tersebut, UMKM mempunyai kinerja yang sangat pada kesepakatan masyarakat banyak
efisien, produktif, dan memiliki daya saing tinggi. (member-base), serta kemampuan setiap
Selain itu UMKM juga sangat responsif terhadap anggota untuk mandiri dalam memenuhi
kebijakan-kebijakan pemerinthanya dalam kebutuhan dasar (self-help) (Rahrdjo dan
membangun sektor swasta dan peningkatan Ludigdo, 2006).
pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor.
Menurut Maryuni (2008), ciri utama yang
Sedangkan dalam kajian UMKM yang dilakukan membedakan BUMDes dengan lembaga
oleh Jaka (2010) diperoleh beberapa masalah yang ekonomi komersial yaitu modal usaha BUMDes
dihadapai UMKM di Kabupaten Bantul Provinsi DIY, 51% berasala dari desa, dan 49% berasal dari
antara lain: (i) pemasaran, (ii) modal dan masyarakat. Badan usaha ini dimiliki oleh desa
pendanaan, (iii) inovasi dan pemmanfaatan dan dikelola secara bersama oleh masyarakat.
teknologi informasi, (iv) pemakaian bahan baku, (v) Dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan serta
peralatan produksi, (vi) penyerapan dan berakar pada tata nilai yang berkembang dan
pemberdayaan tenaga kerja, (vii) rencana hidup di masyarakat (local wisdom). Bidang
pengembangan usaha, dan (viii) kesiapan usaha yang dijalankan didasarkan pada
menghadapi tantangan lingkungan eksternal. pengembangan potensi deas secara umum dan
hasil informasi pasar yang menopang kehidupan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk
ekonomi masyarakat. Tenaga kerja yang
mengatasi segala permasalahan UMKM tentu saja
diberdayakan merupaka tenaga kerja potensial
tidak hanya dibebankan kepada pelaku UMKM,
yang ada di desa, adapun keuntungan yang
namun hrus memperoleh dukungan dari seluruh
diperoleh ditujukan untuk meningkatkan
stakeholder. Baik dukungan dari asosiasi pengusaha,
kesejahteraan masyarkat desa.
perguruan tinggi, maupun dinas/ instansi terkait di
lingkungan pemerintahan daerah. Disamping itu 2. Teori Kelembagaan dan Prinsip Tata Kelola
diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong BUMDes
pengembangan UMKM.
Menurut Al Kahfi (2014), definisi kelembagaan
Adapun teori yang digunakan untuk dapat dilihat dari dua klasifikasi. Jika dilihat dari
membangun analisis dalam penelitian ini antara lain prosesnya, kelembagaan merupakan upaya
yaitu: merancang pola interaksi antara pelaku ekonomi
agar dapat melakukan kegiatan transaksi.
1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Kelembagaan sendiri mempunyai tujuan untuk
Menurut Permendagri No. 39 tahun 2010 menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan
tentang BUMDes, BUMDes merupakan usaha politik dan sosial antara pelaku dan struktur
desa uang dibentuk oleh pemerintah desa yang kekuasaan ekonomi.
kepemilikannya dilakukan oleh pemerintah desa
BUMDes sebagai institusi baru di tingkat desa,
dan masyarakat. Sedangkan menurut UU No. 32
tentunya membutuhkan tata kelola manajemen
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dea
BUMDes yang tersusun dan mampu bersaing serta
dapat mendirikan badan usaha sesuai dengan
membantu masyarakat dalam meningkatkan
potensi dan kebutuhan desa. Hal ini didukung
perekonomian mereka. Sehingga untuk menjadi
pula oleh Peraaturan Pemerintah No. 72 tahun
institusi yang baik, BUMDes harus memiliki prinsip
2005 tentang Desa, bahwa untuk meningkatkan
atau aturan yang mendukung jalannya organisasi
pendapatan desa dan masyarakat, pemerintah
dan terdapat bidang pekerjaan yang tercakup
desa dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan
yang digambarkan dengan adanya struktur
kebutuhan dan potensi desa.
organisasi.
31
barang atau jasa yang dihasilkan serta bagaimana • Nilai tambah hasil produksi belum optimum.
pelaku usaha yang bersangkutan dapat 4. Aspek Aksebilitas Pemasaran
memasarkannya. Ketika tingkat aksebilitas • Rendahnya jaringan pemasaran, sehingga
pemasaran semakin baik, maka kemungkinan besar daya edar produk cenderung lambat dan
produk atau jasa yang dihasilkan dapat dengan mayoritas persebarannya hanya di wilayah
mudah terserap oleh pasar. desa dan kecamatan.
• Tidak mempunyai strategi dalam memperoleh
Pemilihan aspek input, proses dan output dalam
informasi pemasaran yang baik.
penelitian ini didasarkan pada teori sektoral, bahwa
• Tata niaga yang tercipta belum efisien dan
setiap pelaku usaha pasti menghadapi hambatan
cenderung asimetris.
usaha yang menyangkut pada perolehan bahan
• Hubungan dengan tenaga pemasar tidak
baku, proses produksi atau pelayanan jasa, dan
terpantau dengan baik.
pemasaran. Ketika tingkat permasalahan di ketiga
• Keterbatasan informasi yang dimiliki tentang
aspek tersebut semakin besar dan pelaku usaha
peluang pasar luar daerah, utamanya ekspor.
yang bersangkutan sulit dalam meminimalisir
Berdasarkan poin-poin permasalahan di atas, maka
permasalahan yang ada, maka besar kemungkinan
dapat dibuatkan bagan analisa akar permasalahan
pelaku usaha tersebut akan sulit berkompetisi dalam
pengembangan UMKM Desa Saptosari sebagai
sebuah arena pasar karena mempunya daya saing
berikut:
yang lemah. Begitupun jika sebuah pelaku usaha
mempunyai kapasitas yang baik dalam
meminimalisir permasalahan yang ada, maka besar Akar Permasalahan Pengembangan UMKM Desa
kemungkinan pelaku usaha tersebut mempunyai Krambilsawit
daya saing yang baik dan bisa berkompetisi pada
arena pasar.
Aspek Aspek
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil Ekstenrnal Intenrnal
wawancara langsung kepada pelaku UMKM Desa
Saptosari, maka secara umum terdapat berbagai
permasalahan pelaku UMKM Desa Saptosari. Tingkat ROI Efisiensi Sumber Modal
Adapun permasalahan tersebut secara umum rendah Produksi tidak Terbatas
adalah sebagai berikut: konsisten
1. Aspek Lingkungan Usaha
Keterbatasan akses permodalan sehingga Gambar 1. Akar Masalah Pengembangan UMKM
menghambat upaya ekspansi. Desa Saptosari
2. Akses Aksebilitas Bahan Baku Sumber: Hasil Ilustrasi Lapangan
• Sering terjadi kenaikan harga bahan baku dan
ketergantungan yang tinggi pada jenis bahan
baku utama (daya subtitusi yang rendah).
• Tidak mempunyai strategi dalam memperoleh Rancangan Prioritas Kebijaka Strategi BUMDes
informasi pasar bahan baku, dimana masih Dalam Menggerakkan UMKM Desa Saptosari.
terjadi informasi asimetris dalam mencari
harga bahan baku yang paling murah. Rancangan prioritas kebijaka dalam
• Terkadang terjadi lonjakan permintaan pengembangan UMKM ini didasarkan pada analisa
produk, tetapi pasokan bahan baku sering AHP (Analytical Hierarchy process) yang didapat dari
diskontinue, sehingga terjadi potensi informan yang berstatus sebagai pelaku usaha
kehilangan profit. sekaligus beberapa informan akademisi. Khusus
• Volume pembelian bahan baku yang terlalu kuesioner AHP, pelaku usaha yang dimaksud adalah
kecil dan inkonsisten, sehingga tidak mereka yang benar-benar paham mengenai situasi
mencapai skala ekonomi yang optimum. dan kondisi internal dan eksternal lingkungan usaha
3. Aspek Proses Produksi di Desa Saptosari. Kriteria yang dipakai adalah lama
• Tingkat efisiensi produksi yang masih rendah usaha, omset, dan kemampuan berfikir informan
karena rendahnya skala produksi rata-rata yang menurut peneliti masuk dalam kategori ahli.
UMKM, khusunya jenis sektor industri Jika informan dari pelaku usaha yang dimaksud
pengolahan. dinilai tidak masuk kriteria expert, maka informan
• Kurangnya pengetahuan seputar diferensiasi tersebut hanya dimasukan dalam informan RCA.
produk. Setelah analisis AHP dilakukan, peneliti kemudian
• Pengelolaam manajemen produksi yang merancang strategi BUMDes dalam
rendah, khususnya dalam manajemen mengembangan UMKM di Desa Saptosari, serta
quantity dan quality control. menumbuhkan potensi-potensi usaha baru yang
• Rendahnya kadar penggunaan teknologi kedepannya mampu mengembangkan
yang efesien dalam proses produksi. perekonomian daerah setempat.
33
Rancangan prioritas kebijakan strategi BUMDes Berdasarkan analisa AHP, prioritas kebijakan yang
dalam mengembangkan UMKM Desa Saptosari di harus dilakukan dalam rangka memperbaiki
dasarkan pada kondisi UMKM yang ada di desa aspek ketenagakerjaan menurut pelaku UMKM
tersebut. Berdasarkan kondisi UMKM Desa Saptosari, adalah diperlukannya kebijakan upah minimum
prioritas kebijakan kemudian dipilah menjadi empat yang sama-sama menguntungkan pelaku usaha
aspek seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dan pekerja.
yaitu: (i) aspek lingkungan usaha; (ii) aspek aksebilitas
bahan baku, (iii) aspek proses produksi; (iv) aspek
aksebilitas pemasaran. Dari keempat aspek tersbut
masih bersifat makro, sehingga peneliti memilah
kembail aspek-aspek tersebut menjadi lima aspek
yang lebih rinci, yaitu (i) aspek lingkungan usaha
(budaya, sosial, politik, dan keamanan) ; (ii) aspek
permodalan; (iii) aspek ketenagakerjaan; (iv) aspek
teknologi inovasi; (v) aspek pemasaran. Prioritas Gambar 4. Prioritas Kebijakan dari Aspek
kebijakan strategi pengembangan UMKM Desa Ketenagakerjaan
Saptosari berdasarkan kelima aspek tersebut adalah Sumber: Expert Choice, 2018
sebagai berikut:
4. Prioritas Kebijakan dari Aspek Teknologi Inovasi
1. Prioritas Kebijakan dari Aspek Lingkungan Usaha Berdasarkan analisa AHP, prioritas kebijakan yang
Berdasarkan analisa AHP, prioritas kebijakan yang harus dilakukan dalam rangka memperbaiki
harus dilakukan dalam rangka memperbaiki aspek teknolodi inovasi menurut pelaku UMKM
aspek lingkungan usaha menurut pelaku UMKM adalah setiap pelaku usaha harus mempunyai
adalah pentingnya kemudahan pelayanan penguasaan teknologi pemasaran.
perizinan bagi BUMDes.
aspek pemasaran. Prioritas secara umum ini diambil b. Prioritas kedua adalah Pemda perlu
dari tingkat frekuensi kebijakan yang sering disebut memberikan insentif bagi pelaku usaha
oleh responden. Prioritas kebijakan pada lima aspek yang inovatif.
dalam rangkaka menyusun strategi BUMDes dalam 5. Prioritas Kebijakan dari Aspek Pemasaran
mengembangkan UMKM Desa Saptosari adalah Pada aspek pemasaran, terdapat dua
sebagai berikut: kebijakan prioritas yang harus diambil BUMDes
1. Prioritas Kebijakan dari Aspek Lingkungan Usaha dalam rangka mengembangkan UMKM Desa
Pada aspek lingkungan usaha terdapat 3 Saptosari, yaitu:
kebijakan prioritas yang harus diambil BUMDes a. Prioritas pertama adalah pentingnya
dalam rangka mengembangkan UMKM Desa pelatihan inovasi pemasaran khusunya
Saptosari, yaitu: bagi pelaku BUMDes.
a. Prioritas pertama adalah diperlukan b. Prioritas kedua adalah pentingnya asosiasi
kemudahan pelayanan perizinan bagi sebagai kekuatan modal sosial bagi
BUMDes. pelaku usaha.
b. Prioritas kedua adalah pentingnya menjaga
lingkungan keamanan yang kondusif dalam Strategi BUMDes dalam Menggerakkan UMKM
menunjang perkembangan usaha. Desa Saptosari.
c. Prioritas ketiga adalah diperlukan kebijakan
Tidak dapat dipungkiri BUMDes mempunyai
pemerintah daerah yang dapat menjamin
peranan yang sangat penting dalam
kepastian lingkungan sosial yang kondusif.
menggerakkan perekonomian masyarakat desa.
2. Prioritas Kebijakan dari Aspek Permodalan
Sehingga pengelolaan BUMDes harus benar-benar
Pada aspek permodalan, terdapat tiga
diperhatikan dan tidak bisa disepelekan begitu saja.
kebijakan prioritas yang harus diambil BUMDes
Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
dalam rangka mengembangkan UMKM Desa
BUMDes yang kurang memperhatikan sistem
Saptosari, yaitu:
operasional dan manajemen perencaan usahanya.
a. Prioritas pertama adalah diperlukan
Padahal adanya sistem yang baik tentu saja akan
adanya kebijakan Pemda dalam
memberikan dampak yang baik pula bagi entitas
memediasi antara pelaku usaha dengan
usaha.
pihak yang menyediakan permodalan.
b. Prioritas kedua adalah diperlukan Sebagai langkah awal dalam
kemudahan akses permodalan dari pihak mengembangkan UMKM, terlebih dahulu BUMDes
non bank kepada pelaku usaha. menggolongkan UMKM yang ada ke dalam
c. Prioritas ketiga adalah diperlukan beberapa klaster. Dimana dalam satu klaster ini nanti
kemudahan akses permodalan dari pihak diisi oleh UMKM yang mempunyai jenis produk yang
perbankan kepada para pelaku usaha. sama. Tujuan dari adanya pembentukan klaster ini
3. Prioritas Kebijakan dari Aspek Ketenagakerjaan adalah untuk mempermudah UMKM dalam
Pada aspek ketenagakerjaan, terdapat tiga menjangkau bahan baku serta menjangkau target
kebijakan prioritas yang harus diambil BUMDes pasar. Dalam proses hulu, yakni dalam hal perolehan
dalam rangka mengembangkan UMKM Desa bahan baku, adanya klaster-klaster ini akan
Saptosari, yaitu: memberikan solusi bagi para pelaku UMKM dalam
a. Prioritas pertama adalah diperlukan menghadapi permasalahan mahalnya bahan baku
kebijaka upah minimum yang sama-sama pendukung. Dengan adanya klaster UMKM, pelaku
menguntungkan pelaku usaha dan usaha bersama-sama akan melakukan pembelian
pekerja. bahan baku dalam jumlah banyak (sistem
b. Prioritas kedua adalah pemda perlu pembelian tanggung renteng). Sistem tanggung
menyediakan sarana pelatihan bagi para renteng disini yakni anggota akan membuat
pekerja. asasosiasi pengumpulan modal guna pembelian
c. Prioritas ketiga adalah seluruh BUMDes bahan baku. Anggota akan membayar bahan baku
harus menyediakan pelatihan bagi seluruh sesuai dengan jumlah yang dibeli, dengan kata lain
anggotanya. sebenarnya dalam proses pembelian bahan baku
4. Prioritas Kebijaka dari Aspek Teknologi Inovasi tidak ada yang berubah. Hanya saja supaya
Pada aspek teknologi inovasi, terdapat dua memperoleh harga yang lebih murah, maka
kebijakan prioritas yang harus diambil BUMDes anggota membeli bahan baku secara bersama-
dalam rangka mengembangkan UMKM Desa sama dalam jumlah banyak. Dengan pembelian
Saptosari, yaitu: bahan baku dalam jumlah banyak inilah nantinya
a. Prioritas pertama adalah setiap pelaku akan menekan biaya produksi.
usaha mempunyai penguasaan teknologi
pemasaran. Selain itu, pembentukan kluster ini juga
mempermudah BUMDes dalam memberikan
pendampingan dan evaluasi kinerja UMKM. Tentu
35
saja pembentukan klaster ini juga akan sangat yang belum efesien. Hal ini dikarenakan mayoritas
menguntungkan bagi UMKM, hal ini karena dengan UMKM masih menggunakan metode produksi
adanya sistem klaster akan membantu UMKM dalam tradisional/ manual. Oleh sebab itu, pelatihan tahap
mencapai proses produksi yang efektif dan efesien, awal yang dilakukan di Desa se Saptosari yaitu
yang nantinya akan berdampak pada terpenuhinya pelatihan penggunaan teknologi produksi pembuat
skala ekonomi. Mengapa skala ekonomi ini penting? keripik dan pelatihan packaging.
Hal ini dikarenakan apabila skala ekonomi terpenuhi,
maka UMKM akan lebih mudah dalam memperluas
jaringan pemasarannya.
BUMDes
UMKM
Gambar 8. Pemberian Alat Bantu Produksi Keripik
Ketela
Jaringan
Pemasaran