Jbptppolban GDL Sriwuryant 5325 1 Perpinda S
Jbptppolban GDL Sriwuryant 5325 1 Perpinda S
KONSEP PERPINDAHAN
PANAS
Tujuan Umum:
- Mampu memahami pengertian dasar konsep perpindahan panas
- Mampu menerapkan rumus dasar perpindahan panas secara konduksi
- Mampu menerapkan rumus dasar perpindahan panas secara konveksi
- Mampu menerapkan rumus dasar perpindahan panas secara radiasi
- Mampu menerapkan rumus dasar perpindahan panas gabungan konduksi-
konveksi- radiasi
Tujuan Khusus:
- Mampu menghitung mekanisme dasar-dasar perpindahan panas
Pengertian Dasar
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energy karena
perbedaan temperature diantara benda atau material. Disamping itu, perpindahan panas
juga meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi tertentu.
Persamaan fundamental didalam perpindahan panas merupakan persamaan
kecepatan yang menghubungkan kecepatan perpindahan panas diantara dua system dengan
sifat termodinamika dalam system tersebut. Gabungan persamaan kecepatan,
kesetimbangan energy, dan persamaan keadaan termodinamis menghasilkan persamaan
yang dapat memberikan distribusi temperature dan kecepatan perpindahan panas. Jadi,
pada dasarnya teori perpindahan panas adalah termodinamika dengan persamaan kecepatan
yang ditambahkan.
1
Konsep tegangan, perpindahan panas dapat terjadi tanpa adanya perbedaan
temperature. Tetapi, dengan perbedaan tegangan dapat terjadi perpindahan panas.
Contohnya efek yang terjadi didalam termolistrik.
Sifat perpindahan panas, jika suatu benda yang temperaturnya berbeda mengalami
kontak termal, maka panas akan mengalir dari benda yang temperaturnya lebih tinggi ke
benda yang temperaturnya lebih rendah.
Mekanisme Perpindahan Panas
Mekanisme perpindahan panas dibagi menjadi tiga, yakni:
a. Aliran panas konduksi
b. Aliran panas konveksi
c. Aliran panas radiasi
Profil Temperatur
qx
Keterangan:
2
1.2 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau sebaliknya.
Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yakni konveksi alamiah dan
konveksi paksa.
Aliran udara
T∞
q
Tw
plat
(a)
Tq∞
Tw
Plat
(b)
Tw > T∞
3
Flow
Tw
u∞
u q
Tw
dinding
Lingkungan , Ts
Energi radiasi
Flow, T∞
q
Tw
4
Persamaan gabungan konduksi-konveksi-radiasi:
𝑑𝑇 4
q=-kA = FE x FG x α x A x (Tw – Ts4) + h x A x (Tw - T∞) (1.4)
𝑑𝑥
Keterangan:
Tw = temperature dinding, oC
Ts = temperature sekitar,oC
T∞ = temperature fluida,oC
FE = factor emisivitas, tanpa dimensi
FG = factor bentuk, tnpa dimensi
Keterangan:
i = arus listrik, ampere
q/A = arus panas, W/m2
ΔV = beda tegangan, Volt
ΔT = beda temperature, oC
Re = tahanan listrik, ohm
Rth = tahanan panas, m2oC/W
Contoh soal:
1. Salah satu permukaan pelat yang tebalnya 5 cm mempunyai temperature tetap
450oC, sedang pelat yang lain temperaturnya adalah 125oC. Daya hantar panas
pelat 375 W/moC. Hitung laju perpindahan panas!
5
Penyelesaian:
T1
T2
x=0 x=5
𝑑𝑇
q=-kA
𝑑𝑥
𝑞 0,05 𝑇2
∫ 𝑑𝑥 = - k ∫ 𝑑𝑇
𝐴 0 𝑇1
𝑞
x 0,05 = - 375 (125 – 450)
𝐴
𝑞 375 𝑥 325
= = 2437500 W/m2 = 2,437 MW/m2
𝐴 0,05
2. Diketahui:
TA● T1 = 1750o F
h1 q
T T2 = 900oF
1
T4 = 100oF
T T2 h1 = 40 Btu/jam ft2oF
h2
TB h2 = 50 Btu/jam ft2oF
6
Penyelesaian:
R = 1/h
𝑞 𝑇1−𝑇2 𝑇2 –𝑇4
𝐴 = 𝑅1 = 𝑅2+ 𝑅3
1750
−900 900−100
1
=
𝑅2+40
40
Kegiatan
1. Hafalkan definisi-definisi mekanisme perpindahan panas dan contoh-contoh
peristiwanya!
2. Hafalkan rumus-rumus dasar konduksi, konveksi, dan radiasi!
3. Latihanlah soal dari contoh-contoh soal!
4. Selesaikan soal-soal!
Rangkuman
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energy dengan cara
menghitung laju perpindahan panas. Model perpindahan panas dibedakan menjadi tiga
macam, yakni:
a. Konduksi adalah perpindahan panas karena gradien temperature yang
mempunyai hubungan persamaan dasar:
𝑑𝑇
q=-kA
𝑑𝑥
b. Konveksi adalah perpindahan panas dari pelat ke sekeliling yang bias berupa
fluida atau gas atau udara yang mempunyai hubungan persamaan dasar:
q = h x A x (Tw - T∞)
c. Radiasi adalah perpindahan panas oleh foton-foton yang mempunyai hubungan
persamaan dasar:
q = α x A x (T14 – T24)
7
SOAL –SOAL
8
BAB II
KONDUK
SI
Tujuan Umum:
- Mampu menjelaskan hukum umum konduksi
- Mampu menjelaskan definisi konduktivitas panas
- Mampu menerapkan rumus konduksi dalam keadaan tunak dalam menghitung
jumlah panas yang dipindahkan secara konduksi pada tahanan susunan seri
- Mampu menerapkan rumus konduksi dalam keadaan tunak dalam susunan
paralel
- Mampu menghitung jumlah panas yang dipindahkan secara konduksi pada
system radial silinder, atau silinder yang berlapis-lapis
- Mampu menghitung jumlah aliran panas melewati bola
- Mampu menghitung jumlah panas pada konduksi dalam keadaan tidak tunak
Tujuan Khusus:
- Memahami seluruh perhitungan konduksi
9
𝑞 𝑑𝑇
=-k (2.2)
𝐴 𝑑𝑛
Persamaan konduksi stedi plat satu lapisan:
𝑞 1
=-k (T2 – T1) (2.3)
𝐴 𝑛
2.2 Konduktivitas Panas
Tetapan kesetimbangan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas thermal. Satuan yang digunakan untuk konduktivas thermal adalah kal//m K.
Untuk mengubah satuan ini ke Btu/jam ft R dikalikan dengan 242,9 dan untuk mengubah
menjadi W/m K atau J/m K dikalikan dengan 4,186.
Nilai konduktivitas fluida bervariasi, nilai tertinggi adalah logam dan paling rendah
adalah bahan berbentuk serbuk yang telah dihampakan dari udara. Data-data konduktivitas
thermaldapat dilihat pada tabel B. Zat padat dengan konduktivitas rendah digunakan untuk
bahan isolasi kalor, yakni untuk membuat aliran kalor minimum.
𝑞 𝑇2 𝛥𝑇
−𝑇
= 1- k =k (2.5)
𝐴 𝑥2 −𝑥1 𝐵
Dimana:
ΔT = T1 – T2 = perbedaan temperature yang melintasi bahan, oC
B = tebal bahan, m
Persamaan (2.5) dapat juga dituliskan dalam bentuk:
𝛥𝑇
q=
(2.6)
Dimana: 𝑅
R = tahanan panas zat padat antara satu titik dengan titik lainnya, oC/W
10
Contoh Soal 2.1:
Sebuah lapisan gibs setebal 25 mm digunakan untuk mengisolasi sebuah dinding
rata. Temperatur pada bagian dalam 353 K, sedang temperature bagian luar 297 K. Hitung
laju perpindahan panas per ft2 yang melalui dinding!
Penylesaian:
Dari tabel diperoleh harga konduktivitas thermal isolasi gibs = 0,48 W/m K.
Diketahui: - tebal lapisan gibs = 25 mm.
- x2 – x1 = 25,4 mm = 0,025 m
- T1 = 353 K
- T2 = 297 K
Dari persamaan (2.5):
𝑞 𝑇2 (297−353)
−𝑇
= 1- k =- 0,48 = 1075,2 W/m2
𝐴 𝑥2 −𝑥1 0,025
= 340,92 Btu/jam ft2
11
ΔTA 𝐵𝐴
= qA
𝑘 .𝐴
ΔT
𝐵𝐵 (2.8)
B = qB 𝑘.𝐵
ΔT = q
𝐵𝐶
C C
𝑘 .𝐶
R R RC
B B BC
ΔTA
ΔT ΔTB
ΔTC
RA RB RC
T1 T2 T3 T4
○ ○ ○ ○
𝐵𝐴
𝐵𝐵 𝐵𝐶
𝑘.𝐴
𝑘.𝐵 𝑘.𝐶
Persamaan (2.8) berlaku untuk setiap lapisan. Dari persamaan (2.7) dan (2.8) diperoleh:
ΔTA 𝐵𝐴 𝐵𝐵 𝐵𝐶
+ ΔTB + ΔTC = qA + qB + qC = ΔT (2.9)
𝑘𝐴 .𝐴 𝑘𝐵 .𝐵 𝑘𝐶 .𝐶
Karena dalam keadaan tunak tidak ada akumulasi, maka semua panas yang melewati
tahanan ke satu = panas yang melewati tahanan kedua = panas yang melewati tahanan
ketiga dan q adalah otomatis sama. Dengan demikian, aliran kalor dapat ditulis:
ΔT
q= (2.10)
BA/(kA.A) + BB/(kB.A) + BC/(kC.A)
ΔT ΔT
= = (2.11)
RA + R B + R C R
Dimana:
RA = BA/(kA.A), tahanan panas dinding A
RB = BB/(kB.A), tahanan panas dinding B
RC = BC/(kC.A), tahanan panas dinding C
A = luas perpindahan panas, m2
R = tahanan
BA,BB,BC = jarak A,B,C, m
kA,kB,kC = konduktivitas panas A,B,C, W/m K
13
Hal tersebut dikarenakan perumusan potensial dalam rangkaian panas yaitu perbedaan
temperature dibandingkan dengan penurunan temperature total adalah sama dengan
perbandingan antara masing-masing tahanan terhadap tahanan panas total.
2.3.3 Konduki Sususnan Paralel
Tahanan Dalam Susunan Paralel
Hubungan persamaannya adalah:
T1 T2
A
T3 B T4
kA.AA kB.AB
qT = qA + qB = (T1 – T2) + (T3 – T4) (2.13)
ΔBA ΔBB
14
kC = 0,762 W/m K
BA = ΔxA = 12,7 mm = 0,0127 m
BB = ΔxB = 101,6 mm = 0,1016 m
BC = ΔxC = 76,2 mm = 0,0762 m
A = 1 m2
Dari persamaan (2.8):
RA = BA/(kA.A) = 0,0127/(0,151 x 1) = 0,0841 K/W
RB = BB/(kB.A) = 0,1016/(0,0433 x 1) = 2,346 K/W
RC = BC/(kC.A) = 0,0762/(0,762 x 1) = 0,1 K/W
𝑇1−𝑇2
q= 𝑅
255,4−𝑇2
-16,48 = 0,0841 T = 256,79 K
2
1.3.4 Konduksi Gabungan
B
𝑇1−𝑇2
q=
F 𝛴𝑅𝑡
q A C E ΔTtotal = T1 – T5
G Rth = tahanan
A D
15
RB RF
q RE
○ ○ RC ○ ○ ○
T1 RA
RD RG
RA RB RC
To
T1
q q q
T2
xA xB xC
T3
16
Lapisan batu tahan api
𝑥𝐴 9
12
R = = = 1,119 jam oF/Btu
A
𝑘𝑥𝐴 0,67 𝑥 1
Lapisan batu bata pemisah
𝑥𝐵 5
12
R = = = 2,778 jam oF/Btu
B
𝑘𝑥𝐴 0,15 𝑥 1
Lapisan batu bata bangunan
𝑥𝐶 7
12
R = = = 1,296 jam oF/Btu
C
𝑘𝑥𝐴 0,45 𝑥 1
Rtotal = (1,119 + 2,778 + 1,296) jam oF/Btu = 5,193 jam oF/Btu
Kehilangan panas
∆𝑇 1650 −125
q= = = 293,66 jam oF/Btu
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 5,193
17
2.3.5 Sistem Radial Silinder
L
ro
r
d
Dimana:
2πrL = A = luas silinder,m2
dr = jari-jari, m
18
ln ro
– ln ri = 2𝜋𝐿𝑘 (T o– Ti)
𝑞
2𝜋𝐿𝑘 (𝑇𝑜−𝑇𝑖)
q= ln(𝑟𝑜/𝑟𝑖 ) (2.17)
atau dapat juga dituliskan sebagai berikut:
q =k x ĀL x (𝑇𝑖−𝑇𝑜) (2.18)
(𝑟𝑜 −𝑟𝑖 )
Dimana:
ĀL = luas silinder sepanjang L yang jari-jarinya r
2𝜋 (1)(0,02−0,005) 2
= 0 ,02 = 0,0675 m
ln ( )
0,
Subtitusi ke persamaan (2.18):
q = k x ĀL
(𝑇𝑖−𝑇𝑜)
x (𝑟𝑜 −𝑟𝑖 )
0,151 𝑥 0,0675 (274,9−297,1)
= = - 15,185 W/m
(0,02−0,005)
Tanda negative menunjukkan laju aliran dari ro ke ri.
19
Jadi tinggi tabung:
14,65 𝑊
L= = 0,965 m mendekati 1 m
15,185 𝑊/𝑚
Toleransi (1 – 0,965)/1 x 100 % = 3,5 %
Cntoh Soal 2.6:
Silinder dengan diameter luar 7 in dan diameter dalam 5 in akan digunakan untuk
memindahkan panas dengan mempertahankan temperature permukaan bagian dalam 225oF
dan temperature bagian luar 175oF. Berapa laju perpindahan panas yang akan terjadi ?
Penyelesaian:
Diketahui: Do = 7 in = 7/12 ft = 0,583 ft
Di = 5 in = 5/12 ft = 0,417 ft
Ti = 225oF
To = 175oF
k = 0,65 Btu/jam ft oF
2𝜋𝑘 𝐿(𝑇𝑖−𝑇𝑜)
q= 2 𝑥 3,14 𝑥 0,65 𝑥 1 (225−175)
2.3 log (𝐷𝑜/𝐷𝑖 ) 0,583 = 1219,5 Btu/jam
= 2,3 log
0,4
T4 r3
T3
r4 r
r1
B T1
ABB
BB
C
20
q
Ti○ ○To
𝑟𝑜
ln ( )
𝑟𝑖
Rth = 2𝜋𝑘𝐿
Untuk L = 0,305 m
A1 = 2πLr1 = 2π (0,305)(0,0127) = 0,0243 m2
A2 = 2πLr2 = 2π (0,305)(0,0254) = 0,04876 m2
A3 = 2πLr3 = 2π (0,305)(0,0508) = 0,0974 m2
AA = 𝐴2 0,0487
−0,0243 = 0,0351 m
−𝐴1
𝐴
𝑙𝑛 2 = 0,0487
𝐴1
� 0,0243
𝐴
𝐴3 𝑙𝑛 3 0,0974−0,0487
AB =
−𝐴2 = 𝐴2 0,0974
�
21
0,0487
=
0,0703
m
22
𝑟2 −𝑟1
0,0217
RA = = = 0,01673 K/W
𝑘𝐴 𝑥𝐴 𝐴 21,63 𝑥 0,0351
𝑟3−𝑟2 0,0254
RB = = = 1, 491 K/W
𝑘𝐵 𝑥𝐴𝐵 0,2423 𝑥 0,0703
Jadi laju perpindahan panas atau kehilangan panasnya:
𝑇1 − 𝑇3 811 −310,8
q= = = 331,7 W
𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 0,01673 +1,491
Temperatur interface (T2):
T2 = 805,5 K
Persamaan (2.22) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat diintegralkan sebagai berikut:
q r1 dr T2
∫ = -k ∫ dT
4π r2 r2 T1
Jadi,
4𝜋𝑘 (𝑇1−𝑇2)
q = 1 1
𝑟1− 𝑟2
23
(𝑇1−𝑇2)
1 1
= − )/4𝜋𝑘
(
𝑟1 𝑟 2
(2.23)
qx x qxx + Δx
Δy Δz
x Δ Δx
Δx
𝜕𝑇
qxx = - k (ΔyΔz) x (2.25)
𝜕𝑥
Laju aliran panas keluar:
𝜕𝑇
qxx + Δx = - k (ΔyΔz) 𝜕𝑥 x + Δx (2.26)
(ΔxΔyΔz) q (2.28)
24
Substitusi dar(ΔxΔyΔz)I (2.25) sampai dengan (2.28), kemudian dimasukkan ke
persamaan (2.24) dan dibagi dengan Δx, Δy, Δz menjadi:
𝜕𝑇
𝜕𝑇
-k ( 𝜕𝑥 x -
𝜕𝑥 x + Δx)
𝜕𝑇
q+ = ρ Cp (2.29)
Δx 𝜕𝑥
Δx 0 dan didefensialkan:
𝜕T k 𝜕2 T q
= +
𝜕t ρ Cp 𝜕 x2 ρ Cp
𝜕2 T q
= α + (2.30)
𝜕 x2 ρ Cp
𝜕T 𝜕2 T 𝜕2 T 𝜕2 T q
=α + + + (2.31)
𝜕t 𝜕x 2
𝜕y 2
𝜕z 2
ρ Cp
Jika laju aliran panas yang timbul = 0, maka persamaan (2.30) menjadi:
𝜕T 𝜕2 T
= α (2.32)
𝜕t 𝜕 x2
𝜕T 𝜕2 T 𝜕2 T 𝜕2 T
=α + + (2.33)
𝜕t 𝜕 x2 𝜕 y2 𝜕 z2
Misal, integrasi persamaan (2.32) untuk pendinginan dan pemanasan sebuah pelat tak
berhingga yang tebalnya diketahui kedua sisinya oleh medium pada permukaan tetap
dinyatakan sebagai berikut:
25
Ts - Tb 8
T-T 1 1
= π2 𝑒−𝑎1 𝑁𝐹𝑜 + 𝑒−9𝑎1𝑁𝐹𝑜 + 𝑒−25𝑎1𝑁𝐹𝑜 + …….. (2.34)
s a
9 25
Untuk silinder pejal dengan panjang tak berhingga, jari-jarinya adalah rm pada temperatur
rata-rata adalah Tb, maka hasil integrasinya adalah:
Ts - Tb
= 0,692 e-5,78NFo + 0,131 e-30,5 NFo + 0,0534 e-74,9 NFo +.................(2.35)
Ts - Ta
Jika NFo > 0,1, hanya suku pertama dari persamaan (2.34) sampai (2.36) yang bermakna,
sedang suku yang lainnya diabaikan. Jadi untuk mengubah temperature dari T a menjadi Tb
diperlukan waktu:
Untuk pelat:
1 2𝑠 2
t = ( ) ln 8 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 ) (2.37)
T 𝜋2 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 )
𝛼 𝜋
Untuk silinder
𝑟𝑚 2
t = ln 0,692 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 )
T 5,78 𝛼 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 ) (2.38)
Untuk bola
𝑟𝑚 2 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 )
tT = ln 0,608 (2.39)
9,87 𝛼 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 )
Panas total yang berpindah ke dalam zat padat dalam waktu tT adalah:
Untuk pelat
q/A = s ρ Cp (Tb – Ta) (2.40)
𝑟𝑚 𝜌 𝐶𝑝 (𝑇𝑏− 𝑇𝑎 )
q/A = 2
26
(2.41)
27
Gambar 2.9 Diagram bilangan Fourier vs temperature rata-rata
28
NFo = (α x tT ) / s2 untuk plat, tanpa dimensi
NFo = (α x tT ) /rm 2 untuk bola atau pipa/silinder, tanpa dimensi
tT = waktu pemanasan atau pendinginan, s
s = tebal lempeng, m
Ta = temperatur awal, oC
Tb = temperatur setelah pemanasan atau pendinginan, oC
Ts = temperatur permukaan, oC
Ts - Tb 250 - 210
= = 0,222
Ts - Ta 250 - 70
29
Contoh Soal 2.9:
Sebuah pelat terbuat dari baja setebal 1 ft, pada saat awal mempunyai temperature
700oF, kemudian tiba-tiba kedua permukaannya didinginkan dan temperaturnya
dipertahankan pada 200oF. Hitung perkiraan temperature rata-rata setelah 0,7menit!
Penyelesaian:
Diketahui: k = 25 Btu/jam ftoF
ρ = 490 lb/ft3
Cp = 0,13 Btu/lboF
Ta = 700oF
Ts = 200oF
tT = 0,7 jam
1
s = ft
2
𝑘 30
α = = = 0,4709
𝜌 𝑥 𝐶𝑝 490 𝑥 0,13
Untuk pelat:
1 2𝑠 2
t = ( ) ln 8 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 )
T 𝜋2 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 )
𝛼 𝜋
2
1 2 𝑥 0,5 8 (200−700)
0,7 = 3,14 ln 3,14 (200−𝑇𝐵 )
0,4709
TB = 215 oF
2.5 Sistem Kapasitas Panas Tergabung
Analisa kapasitas panas tergabung apabila tahanan terhadap perpindahan
panas konduksi lebih kecil dibandingkan terhadap konveksi permukaan. Untuk
bola berlaku persamaan sebagai berikut:
𝑇− 𝑇∞ 𝐴
−(
𝑇𝑜 − 𝑇∞ = 𝑒 (2.42)
𝐶𝑝𝜌𝑉
30
𝑇(𝑥,𝑟)−𝑇𝑜 𝑥
= erf (2.44)
𝑇𝑖− 𝑇𝑜 2√𝛼𝑟
Dengan laju perpindahan panas:
𝑘𝐴(𝑇𝑜 −𝑇𝑖 )
q= √𝜋𝛼𝑟 (2.45)
Untuk bidang silinder persamaaannya adalah sebagai
berikut:
𝑇− 𝑇∞
𝑘 𝑟
𝑇𝑜 − 𝑇∞ akan diperoleh , sehingga akan dipeoleh harga h
VS 𝑟𝑜
𝑟 𝑜
Dengan laju perpindahan panas:
qo = 𝜌𝑥𝑐𝑥𝜋𝑥𝑟2 (2.46)
�
Bilangan Biot
4 1
𝑥𝜋𝑥 ( )3)
3 12
𝑥 2𝑥
𝑉 4𝑥𝜋𝑥 ( )3
= 1 2 = 0,00222 < 0,1
𝐴
NBi = 25
𝑘
𝑇− 𝑇∞
𝑇−250𝑜 𝐹 𝐴
𝑇𝑜 − 𝑇∞ = = −(𝐶𝑝𝜌𝑉
800−250 �
31
( )
= 𝑒− 1,335 (1) T = 395oF
32
Contoh Soal 2.11:
Soal seperti no. 7, hitung jumlah total panas yang dipindahkan!
Penyelesaian:
𝑥𝐴
𝐶𝑝 𝑥 𝜌 𝑥 = 1,335/jam = 3,17 x 10-14/detik
𝑉
V = 4πr3/3
4 𝑥 3,14 𝑥 0,0833
-9 3
= = 2,39 x 10 ft
3
𝐴
Q = 𝐶𝑝 𝑥 𝜌 𝑥 𝑉 (To - T∞)[1 - 𝑒 −(
𝐶𝑝𝜌𝑉 ]
= 0,11 x 490 x 2,39 x 10-9 (800-250)[1 – e-1,335] = 52,973 Btu
Kegiatan
1. Hafalkan persamaan dasar konduksi!
2. Kembangkan persamaan dasar ke dalam keadaan tunak dan keadaan tidak tunak!
3. Amati perpindahan panas secara konduksi dengan melihat contoh soal yang telah
diberikan!
4. Setiap menerapkan masalah perpindahan panas secara konduksi didalam zat padat,
perhatikan variable dan samakan satuannya!
33
Rangkuman
Dalam perpindahan panas secara konduksi , yang terpenting adalah mengetahui
persamaan dasar konduksi, kemudian untuk membahas lebih lanjut dari persamaan dasar,
kembangkan persamaan tersebut sesuai dengan kondisinya(keadaan tunak atau tak tunak)
dan bentuk bendanya (pelat, bola, silinder). Laju perpindahan panas dengan konduksi
tergantung pada variable k (konduktivitas panas) temperature, dan luas permukaan. Untuk
keadaan tak tunak terjadi akumulai panas.
Persamaan yang digunakan di dalam menghitung perpindahan panas adalah:
- Persamaan dasar konduksi:
𝑞 𝑑𝑇
=-k
𝐴 𝑑𝑛
- Kondusi keadaan tunak:
𝑞 𝛥𝑇
Dengan tahanan: 𝐴= 𝑅
Susunan seri:
ΔT
q=
BA/(kA.A) + BB/(kB.A) + BC/(kC.A)
Susunan paralel:
1 1
qT = + (T1 – T2)
RA RB
∆𝑇
=
𝛴𝑅𝑡
Sistem radial silinder:
2𝜋𝐿𝑘 (𝑇𝑜−𝑇𝑖)
q=
ln(𝑟𝑜/𝑟𝑖 )
Silinder berlapis-lapis:
2𝜋𝐿 (𝑇1−𝑇2)
q= ln (𝑟2/𝑟 ) 𝑙𝑛 (𝑟 3/𝑟 ) 𝑙𝑛 (𝑟4/𝑟 )
1 2 3
𝑘 + 𝑘𝐵 + 𝑘𝐶
𝐴
Bola:
(𝑇1−𝑇2)
q = 1 1
( − )/4𝜋𝑘
𝑟1 𝑟2
34
- Konduksi tak tunak
Untuk Pelat:
1 2𝑠 2
t = ( ) ln 8 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 )
T 𝜋2 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 )
𝛼 𝜋
𝑟𝑚 𝜌 𝐶𝑝 (𝑇𝑏− 𝑇𝑎 )
q/A = 2
Untuk bola:
𝑟𝑚 2 (𝑇𝑠 – 𝑇𝑎 )
tT = 9,87 𝛼 ln 0,608
(𝑇𝑠 – 𝑇𝑏 )
𝑟𝑚 𝜌 𝐶𝑝 (𝑇𝑏− 𝑇𝑎 )
q/A = 2
35
Soal-Soal
AB = 0,1m2
Q 65oC
C
A B
T = 350oC
D
3 cm 5 cm 7 cm
36
7. Sebuah silinder terbuat dari alumunium yang mempunyai temperature awal 205oC.
Kemudian silinder dicelupkan ke dalam bath yang mempunyai temperature 93oC
dengan koefisien perpindahan panas individu h = 569 W/m2 K. Silinder
berdiameter 51 mm dan panjang 61 mm. Hitung temperature setelah 55 detik.
Diketahui α = 9 x 102/s dan k = 207 W/m K!
37
BAB II
KONVEK
SI
Tujuan Umum:
- Mampu menjelaskan prinsip perpindahan panas secara konveksi
- Mampu menyebutkan jenis konveksi menurut proses aliran fluida
- Mampu menghitung laju perpindahan panas panas secara konveksi pada lapisan
- Mampu menghitung laju perpindahan panas secara konveksi
- Mampu menghitung laju perpindahan panas ke fluida tanpa perubahan fasa
pada aliran laminar, transisi, dan turbulen.
- Mampu menghitung laju perpindahan panas pada konveksi paksa
- Mampu menghitung laju perpindahan panas pada konveksi alamiah
Tujuan Khusus:
- Mampu menghitung semua persoalan konveksi
- Memahami semua yang berhubungan dengan mekanisme konveksi
38
b. Untuk pipa/silinder
- Aliran laminar: Re < 2000
- Aliran transisi: 2000< Re < 4000
- Alran turbulen: > 4000
.
Jika terdapat beda temperature yang cukup besar di dalam aliran pipa licin, dikemukakan
oleh Sieder dan State, yakni: 0,8 1/3 𝜇 0,14
r
Nud = 0,027 Red P ( ) (3.2)
𝜇𝑤
Jika aliran belum berkembang0,8penuh didalam pipa licin, dikemukakan oleh Nusselt, yakni:
Nud = 0,036 Red P 1/3 (𝑑 )0,055 untuk 10<L/d< 400 (3.3)
r
𝐿
Untuk aliran turbulen didalam pipa kasar dikemukakan oleh Petukhov, yakni:
𝑓
( )𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟
Nud = [ 𝜇 ]n (3.4)
2/3
1,07+12,7(𝑓/8)1/2(𝑃 � −1) 𝜇 𝑤
Dimana:
n = 0,11 jika Tw>Tb n = 0,25 jika Tw<Tb n = 0 jika fluks kalor tetap dan untuk
gas.k, μ, ρ, dan Cp ditentukan pada temperature film, yakni Tf = (Tw + Tb)/2. Faktor gesek
(f) ditentukan dengan persamaan berikut:
f = (1,82 log10 Red – 1,64)-2 (3.5)
Persamaan empiric untuk aliran laminar didalam pipa licin dikemukakan oleh Hansen,
yakni:
𝑑
0,0668( )𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟
Nud = 3,66 + 𝑑
� (3.6)
1+0,04[( )𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟 ]2/3
�
Persamaan yang lebih sederhana dibandingkan persamaan (3.6) dikemukakan oleh Sieder
dan State sebagai berikut:
39
Nud = 1,86 (Red Pr)1/3 (d/L)1/3(μ/μw)0,14 (3.7)
𝑘 0,0386 𝑥 33,9
h = = 51,517 W/m2oC
0,0254
Laju perpindahan panas persatuan panjang adalah:
q = h x A xΔT = h x π x d x L xΔT
𝑞
= h x π x d (Tw – Tb) = 51,517 x 3,14 x 0,0254 x (220 – 180) = 164,35 W/m
𝐿
Untuk menghitung tambahan temperature bulk adalah:
�
Q = m x Cp x ΔTb = q = L ( )
𝐿 2
= 0,7465 x 15 x 3,14 x (0,0254 /4) x 1025 x ΔTb= 2 x 164,35
ΔTb = 56,548 C o
3.2.2 Persamaan Empirik Untuk Aliran Yang Melalui Silinder dan Bola
Persamaan empiric untuk gas dan Zat cair yang melalui silinder dikemukakan oleh
Knudsen dan Kats sebagai berikut;
n
∨∞ 𝑥 𝑑 1/3
Nud = C 𝑣𝑓 P r = C (Re)n Pr1/3 (3.8)
40
Dengan C, n dan Reseerti pada tabel 2.1
Tabel 3.1 Harga-harga konstanta untuk persamaan (3.8)
Red C n
0,4 – 4 0,989 0,330
4 – 40 0,911 0,385
40 – 4000 0,683 0,466
4000 – 40000 0,193 0,618
40000 – 400000 0,0266 0,805
Persamaan empiric fluida gas yang melalui bola dikemukakan oleh McAdams sebagai
berikut:
Nud = 0,37 Red0,6 pada 17 < Red< 70000 (3.9a)
Persamaan empiric fluida udara yang melalui bola dikemukakan oleh Achenbach sebagai
berikut:
Nu = 2 + (0,25 + 3 x 10-4 R 1,6)1/2 untuk 100< R < 3 x 105 (3.9b)
e 5 e
Nu = 430 + aRe + bRe + cRe untuk 3 x 10 < Re< 5 x 10 6
(3.10)
Persamaan empiric fluida zat cair yang melalui bola dikemukakan oleh Kramers sebagai
berikut:
Nu x P -0.3
r
= 0,97 + 0,68 (R )e0,5 untuk 1 < R <e 2000 (3.11)
Persamaan empiric untuk minyak dan air yang melalui bola dikemukakan oleh McAdams
sebagai berikut: 𝜇𝑤
N x P -0.3 ( )0,25 = 1,2 + 0,53 (R )0,54 (3.12)
u r e
𝜇
41
Nud = 0,683 x 679,5020,466 (0,706)1/3 =12,702
h = (Nud x k)/d = 12,702 x 0,02704)/ (3 x 10-4) = 1144,88 W/m2oC
q/L = h x π x d x (Tw – Tb) = 1144,88 x 3,14 x 0,0003 x (46 – 29) = 18,33 W/m
n
Nud = ∨∞ 𝑥 P 1/3 (3.13)
𝑑C r
𝑣𝑓
Tabel 3.2 Harga C dan n untuk perpindahan panas pada serangkaian pipa-pipa
42
Contoh Soal 3.3
Udara pada tekanan 1 atm dan temperature 15oC mengalir melalui serangkaian pipa
yang tersusun 12 baris ke atas dan 8 baris ke belakang, dengan kecepatan 10 m/s diukur
dari titik aliran pada saat masuk ke serangkaian pipa. Temperatur dinding pipa
dipertahankan pada 60oC. Diameter pipa 2 cm, tersusun segiempat dengan jarak sejajar dan
tegak lurus 3 cm. Berapa laju perpindahan panas, jika panjang pipa 1,2 m dan berapa
temperature udara keluar?
Penyelesaian
60+15
Pada Tf = = 37,5oC
2
Dari table diperoleh sifat-sifat termodinamik:
kf = 0,027 W/moC
ρf =1,137 kg/m3
μf = 2,002 x 10-5 kg/m.s
Cp = 1007 J/kgoC
Pr = 0,706
Kecepatan maksimum: 𝑆𝑛 3
v =v x = 10 x
∞
max
𝑆𝑛 −𝑑 3−2 = 30
Bilangan Reynolds:
NRe =( vmax x ρ x d)/μ = (1,137 x 30 x 0,02)/(2,002 x 10-5) = 34075,92
Pada:
𝑆 3 𝑆𝑛 3
𝑝 = = 1,5 𝑑 = = 1,5
𝑑 2 2
43
15+ 𝑇∞
215,82 x 7,0903 x 60 –
,2 = 4,093 x 1007 x (T∞,2 - 15)
2
T∞,2 = 32,75 C
o
Contoh Soal:
Natrium cair mengalir melalui bidang bola dengan kecepatan 2 m/s yang
diameternya 3 cm. Natrium memasuki bola pada temperatur 200oC dan dipanaskan sampai
temperature 225oC. Hitung laju perpindahan panas jika diketahui luas perpindahan panas
sebesar 0,5 m2 dan temperatur permukaan bola 218oC!
Penyelesaian
190+210
2
Pada temperature Tf = 208+ = 204oC
2
Dari table sifat-sifat termodinamika logam cair (natrium) diperoleh:
ρ = 900 kg/m3
μ = 0,43 x 10-3 kg/m.s
k = 80,3 W/moC
Pr =0,0072
Dari persamaan (3.17):
Nu = 2 + 0,386 (RePr)0,5
0,5
𝑥𝑑 900 𝑥 0,03 𝑥 2
= 2 + 0,386 ( 0,43 𝑥 10−3 )(0,0072)
𝑘 = 13,607
h = (13,607 x k)/d = (13,607 x 80,3)/0,03 = 36421,133 W/m2oC
Jadi q = h x A x (T - 𝑇1+𝑇2) = 36421,133 x 0,5 x (208 - 190+210 )
w
2 2
= 145684,532 W = 145,685 k
44
3.3 Konveksi Alamiah
Korelasi untuk konveksi alamiah ditentukan oleh bilangan Grashof, yakni:
𝑔 𝛽 (𝑇𝑤 −𝑇∞ )𝑥 3
Gr = (3.17)
𝑣2
Persamaan (3.17) untuk konveksi yang terjadi pada pelat, jika konveksi terjadi pada
pipa atau silinder, maka persamaan (3.17) menjadi:
𝑔 𝛽 (𝑇𝑤 −𝑇∞ )𝑑 3
Gr = (3.18)
𝑣2
45
1/6
𝑎
Nu1/2 = 0,825 +
10-1< Ra < 1012 (3.21b)
[1+(0,492/𝑃𝑟)9/16 ]8/27
Dimana:
Ra = bilangan Rayleigh adalah perkalian antara bilangan Grashof
dengan bilangan Prandtl = Gr x Pr
Untuk kondisi flux kalor tetap, berlaku persamaan empirik sebagai berikut:
(𝑥)
Nu = = 0,60(Gr* Pr)1/5 105< Gr*< 1011 (3.22)
𝑘
Dengan Gr* = 𝑔𝛽 𝑞𝑤 𝑥 4
2 (3.23)
dan qw adalah flux𝑘𝑣kalor tetap
Untuk jangkauan Gr* yang lebih besar berlaku persamaan:
(𝑥)
Nu = = 0,17(Gr* Pr)1/4 2 x 1013< Gr* Pr < 1016 (3.24)
𝑘
Persamaan empirik untuk konveksi alamiah pada plat vertikal dengan Gr* x Pr = 1,368 x
1014 x 0,698 = 9,55 x 1013, memilih persamaan yang sesuai adalah persamaaan (3.24)
(𝑥)
Nu = = 0,17(Gr* Pr)1/4
𝑘
= 0,17 (9,55x 1013)1/4 = 531,43
46
h = 531,43( k)/x =531,43 x 0,0295/3 = 5,226W/m2oC
Bukti: asumsi h = 10 >>> 5,226
47
Coba-coba 2:
𝑞𝑤 700
ΔT = ≈ = 133,94oC = Tw – Tb = Tw – 35 , Tw = 133,94 +35 = 168,94
5,226
Tf =[168,94 +35]/2 = 101,97
48
ᶹ = 0,119x10-6m2/s
Pr = 0,02865
β =1/283 = 3,5335 x 10-3
49
μ = 2,305 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0,71
β = 1/366 = 2,732 x 10-3 K-1
Menghitung bilangan Grashof3 dengan persamaan (3.29):
𝑔 𝛽 (𝑇𝑤 −𝑇∞ )𝛿 𝜇
Gr = dengan υ =
𝑣2 𝜌
= 0,13282 𝑥 9,8 𝑥 2,732 𝑥 10−3 (120−66)0,0123
(2,305 𝑥 10−5)2
= 82,9275
Menghitung Gr Pr = 82,9275 x 0,71 = 58,8785
Menghitung konduktivitas termal efektif dengan persamaan (3.30):
𝑘𝑒 𝐿 𝑚
= C (G Pr)n( )
rδ
𝑘 𝛿
Menghitung Gr Pr = 82,9275 x 0,71 = 58,8785
Menghitung konduktivitas termal efektif dengan persamaan (3.30):
𝑘𝑒 𝐿 𝑚
= C (G Pr)n( )
rδ
𝑘 𝛿
Dari tabel𝑘untuk GrPr < 2000 ke/k = 1
𝑒
=1 k = 0,1691W/moC
0,1691 e
Dari persamaan
𝑞 𝑇1(3.31):
−𝑇2
=k( ) = 0,1691 (120−66)) = 760.95W/m2
𝐴 e
𝛿
0,012
Jadi:
q = 760,95 x (0,3 x 0,3) = 68,4855 W
50
Tabel 3.4 Konstanta untuk persamaan konveksi alamiah pada ruang tertutup
51
Menghitung bilangan Nusselt:
1,55 𝑥 10−3 0,14
7 1/3 4/3 1/3
Kegiatan:
1. Hafalkan definisi yang ada dalam mekanisme perpindahan panas secara konveksi!
2. Bedakan atau amati antara aliran laminar, transisi dan turbulen sebagai dasar
pemilihan persamaan empiric untuk konveksi paksa!
3. Bedakan antara konveksi paksa dengan konveksi alamiah untuk menentukan
persamaan empiric!
4. Pelajari semua contoh soal!
5.Cobalah mengerjakan semua soal-soal konveksi!
Rangkuman
Konveksi adalah peristiwa perpindahan panas melalui molekul-molekul yang
bergerak. Menurut proses aliran fluida, konveksi dibedakan menjadi 2 yakni konveksi
paksa dan konveksi alamiah.
Konveksi Paksa
Bidang Persamaan
1. Aliran dalam pipa licin Nud = 0,023 Red0,8 P nr (turbulen)
2. Ailran dalam pipa licin Nud = 0,027 Red0,8 P 1/3 ( 𝜇 )0,14 (jangkauan T luas)
r
𝜇𝑤
3. Aliran dalam pipa licin Nud = 0,036 Red0,8 P 1/3 (𝑑 )0,055 (transisi)
r
𝐿𝑑
0,0668( )𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟
𝐿
4. Aliran dalam pipa licin Nud = 3,66 + 𝑑
1+0,04[( )𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟 ]2/3
𝑓 𝐿
(8)𝑅𝑒𝑑 𝑃𝑟 𝜇 n
5. Aliran dalam pipa kasar Nud = 2/3 [ ]
1,07+12,7(𝑓/8)1/2(𝑃𝑟 −1) 𝜇 𝑤
6. Aliran dalam silinder n
5
∨∞ 𝑥 𝑑 1/3
Nud = C Pr
𝑣𝑓
7. Aliran dalam bola Nud = 0,37 Red0,6 (gas)
Lanjutan tabel persamaan empiric konveksi
atau
Nu x P r-0.3 = 0,97 + 0,68 (R e)0,5
𝜇𝑤
10. Aliran dalam bola N x P -0.3 ( )0,25 = 1,2 + 0,53 (R )0,54
u r e
𝜇
Untuk minyak dan air
11. Aliran dalam serangkaian n
∨∞ 𝑥 𝑑
Pipa-pipa Nud = C P r1/3
𝑣𝑓
49
𝑔𝛽 𝑞𝑤 𝑥 4
Dengan Gr* =
𝑘𝑣 2
Bidang Persamaan
5
Soal-Soal
1. Air masuk ke dalam pipa pada temperature 115oC dengan kecepatan 10 m/s.
Diameter pipa 3 cm dan temperature dinding diperahankan pada 230oC. Hitung:
a. Laju perpindahan panas persatuan panjang!
b. Bedatemperature jika panjang pipa 3m!
2. Benzena mengalir dengan laju aliran massa 1 kg/s yang memasuki sebuah silinder
dari 30oCmenjadi 45oC. Diameter silinder 4 cm dan temperature dinding 90 oC,
berapa koefisien perpindahan panas?
3. Udara dengan laju 0,7 kg/s memasuki pipa berdiameter 2,5 cm dan panjang 15 cm.
Temperatur udara masuk 10oC dan temperature dinding 40oC. Hitung panjang
silinder!
4. Sebuah kawat tembaga dengan diameter 0,1 m mula-mla beada pada temperatur
215oC, didinginkan dengan udara yang temperaturnya 60oCyang melintasi
permukaannnya. Koefisien perpindahan panas adalah 10 W/m2oC. Berapa laju
perpindahan panasnya?
5. Air panas pada temperature 95oC dilewatkan pada pipa tembaga berdiameter 30 cm
dan mempunyai tebal 1,5 cm. Pipa luar mengalami mekanisme perpindahan panas
secara konveksi alamiah. Hitung laju perpindahan panas, jika diketahui temperature
lingkungan 25oC!
6. Udara ada tekanan 1 atm dan temperature 25 oC dilewatkan pada plat datardengan
kecepatan 30 m/s. Luas plat 70 m2 dan temperature plat dipertahankan pada 87oC.
Berapa laju perpindahan panas pada plat tersebut?
7. Dua buah plat vertical mempunyai luas masing-masing 20 cm. Diantara plat
tersebut terdapat celah udara dengan jarak 1 cm. Temperatur plat pertama 33oC dan
plat kedua 55oC. Hitung koefisien perpindahan panas pada ruang tertutup tersebut!
8. Air pada temperature 60oF mengalir didalam bola berdiameter 1,5 in. Temperatur
permukaan bola adalah 200oF dan kecepatan air masuk adalah 3,5 ft/s. Hitung fluks
kalor!
5
BAB III
RADIA
SI
Tujuan Umum:
- Mampu menjelaskan pengertian radiasi
- Mampu menjelaskan pengertian daya emisi
- Mampu menjelaskan radiasi pada benda hitam
- Mampu menjelaskan efek kuadrat jarak
- Mampu menjelaskan hubungan antara factor bentuk radiasi
- Menghitung laju perpindahan panas untuk benda non hitam
- Menghitung laju perpindahan panas radiasi ke bahan semi transparan
- Menerapkan persamaan radiasi pada didih film dalam perhitungan
Tujuan Khusus:
- Mampu menerapkan hukum radiasi benda hitam dalam menyelesaikan masalah
- Mampu menerakan persamaan radiasi antara dua permukaan dalam perhitungan
- Mampu menerapkan factor bentuk radiasi dalam emnyelesaikan masalah radiasi
- Mampu menghitung jumlah perpindahan panas untuk benda non hitam
- Mampu menghitung jumlah perpindahan panas radiasi ke bahan semi
transparan
- Mampu menerapkan persamaan radiasi pada didih film dalam perhitungan
5
4.1.1 Daya Emisi
Energi monokromatik yang dipancarkan oleh permukaan yang melakukan radiasi
tergantung pada temperature permukaan selain panjang gelombang radiasi. Radiasi
monokromatik yang dipancarkan tiap satuan luas persatuan waktu per panjang gelombang
didefinisikan sebagai daya radiasi monokromatik (Wλ), jadi daya radiasi total W adalah
jumlah semua radiasi monokromatik dari permukaan tersebut. Hubungan persamaan
matematisnya adalah:
W = Wλ x ∈ (4.2)
5
Dimana:
𝑊𝑏,𝜆 = daya emisi monokromatik benda hitam, W/m2
h = tetapan Planck
c = kecepatan cahaya
λ = panjang gelombang radiasi
k = tetapan Stefan Boltzmann
T = tempertaur absolute
Persamaan (4.6) dapat juga dituliskan sebagai berikut:
5
α1, α2 adalah keteserapan masing-masing benda
W1 = Wb 𝑊2
= 𝛼2 (4.10)
Wb adalah daya radiasi total benda hitam
Persamaan (4.10) bias dituliskan sebagai berikut:
𝛼2 𝑊2
= 𝑊𝑏 (4.11)
Persamaan (4.11) jika dihubungkan dengan emisivitas (persamaan 4.3) maka:
𝑊
∈ =𝛼 x 2 (4.12)
2 2 𝑊𝑏
Untuk permukaan logam yang dilapisi, keteserapan α2 meningkat bersamaan dengan
temperature absolute, juga temperature permukaan T2. Hubungan persamaan
matematisnya:
α2 = k1 √T1 x T2 (4.13)
Dimana:
k1 = tetapan
T1 = temperature permukaan pertama
T2 = temperature permukaan kedua
Permukaan dingin
1
Permukaan panas
Untuk dua permukaan yang sejajar, sangat luas dan ada lintasan pada kedua
permukaan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1, fungsi yang diradiasikan oleh
bidang pertama adalah 𝜎T1. Seluruh radiasi setiap permukaan itu jatuh pada permukaan
yang satu lagi dan diserap seluruhnya. Oleh sebabitu, kehilang an panas
5
neto dari permukaan pertama dan energy neto yang ditambahkan pada bidang datar kedua
(untuk T1>T2) menjadi ζT 14 – ζT24 atau ζ(T 41 – T 42). Dengan demikian, persamaan (4.14)
menjadi:𝑞
= ζ x ∈ x (T 4 – T 4) (4.15)
1 2
𝐴
sinθ
θ r
dA1
Dari elemen pemancar di atas, permukaan dA1 terletak di pusat permukaan A2 yang
berbentuk setengah bola dengan jari-jari r. Elemen yang berbentuk cincin pada permukaan
penerima dA2 mempunyai luas 2πr2sinθdθ adalah sudut antara garis normal terhadap dA1
dengan jari-jari yang menghubungkan dA1 dan dA2. Pada gambar 4.2 ditunjukkan bahwa
intensitas radiasi I (laju perpindahan panas persatuan luas permukaan) pada titik yang
terletak diatas dA1 adalah dIo dan pada titik-titik diatas dA1 adalah dI. Hubungan
persamaan menurut Hukum Cosinus:
dI = dIo Cos θ (4.16)
5
Laju penerimaan panas oleh elemen luas dA2, dqdA2 adalah:
dqdA2 = dIo dA2 = dIo Cos θ dA2 (4.17)
karena dA2 = 2πr2 sinθ Cos θ dθ, maka persamaan (4.17) menjadi:
dqdA2 = dIo 2πr2 sinθ Cos θ dθ (4.18)
Integrasi persamaan (4.18) diperoleh:
π/2 π/2
∫ dqdA2 = ∫ dIo 2πr2 sinθ Cos θ dθ
0
𝐴2
= π dIo r2 (4.19)
Karena laju emisi dari luas dA1 adalah dengan laju penerima panas oleh luas total A2 dan
karena semua radiasi dari dA1 pasti menimpa suatu bagian A2, maka:
π/2
∫ dqdA2 = W1 dA1 = π dIo r2 (4.20)
𝐴2
W1
dI = dA Atau
o 1
(4.21)
πr2
Dari persamaan
W 1 (4.21) dan (4.16) diperoleh:
dI = dA Cos θ (4.22)
1
πr2
Karena garis penghubung tidak normal terhadap dA2 sehingga laju penerimaan panas oleh
elemen dA2 yang berasal dari radiasi dA1 adalah:
dq dA1 dA2 = dI1 Cos θ2 dA2 (4.23)
dA1 adalah elemen hitam
𝑊1 maka persamaan (4.23) menjadi:
dq dA dA = dA Cos θ Cos θ dA
1 2 1 1 2 2
𝜋𝑟𝑇24
𝜎
1
=
Cos θ2 dA1 dA2 (4.24)
𝜋𝑟 2
Demikian juga radiasi dA2 yang menimpa dA1:
𝜎 𝑇4
dq dA1 dA2= 1 Cos θ1 Cos θ2 dA1 dA2 (4.25)
𝜋𝑟 2
Untuk laju perpindahan panas dq12 antara kedua elemen:
𝜎 𝐶𝑜𝑠 𝜃1𝐶𝑜𝑠𝜃2𝑑𝐴1 𝑑𝐴2
dq = x (T 4 – T 4) (4.26)
12 1 2
𝜋𝑟 2
5
Energi yang meninggalkan permukaan 1 dan mencapai permukaan 2:
Wb1 x A1 x F1-2
Energi yang meninggalkan permukaan 2 dan mencapai permukaan 1:
Wb2 x A2 x F2-1
Bila A1 dan A2 adalah benda hitam, semua energy radiasi akan diserap dan “energy netonya:
Wb1 x A1 x F1-2 - Wb2 x A2 x F2-1 = q1-2
Gambar 4.3 Faktor bentuk radiasi antara segi empat tegak lurus dengan ujungnya
5
Gambar 4.4 Faktor bentuk radiasi antara cakram paralel
5
Contoh Soal 4.3:
Dua buah plat parallel dengan ukuran sama yaitu 0,5 m x 1 m berjarak 0,5 m. Plat
yang satu dipertahkan pada temperature 1015oC dan plat yang lain dipertahankan pada
5052C. Berapa beda panas radiasi di antara 2 plat tersebut?
Penyelesaian:
𝑌 0,5
𝐷 = 0,5 = 1
Dari gambar (4.3) diperoleh F1-2 = 0,285
𝑋 1
= =2
𝐷 0,5
A3
A1 A2
A1-2
Gambar 4.7 Hubungan antara dua factor bentuk
6
A3 F3-1,2 = A1-2 F3-1 + A3 F3-2
A3 F3-1 = A1 F2-3
A3 F3-2 = A2 F2-3
A1-2 F1,2,3,4 = A1 F1-3,4 + A2 F2-3,4 (4.31)
Atau
A1 F1-3,4 = A1-2 F1-3 + A1 F1-4
A1-2 F1,2,3 = A1 F1-3 + A2 F2-3
F11 = F22 = F33 = F44 = 0
A1
A2
A3
A4
J – J∈ – J + ∈Wb ∈ (Wb – J)
= = (4.34)
1–∈ 1–∈
Atau
𝑊𝑏 − 𝐽
q = (1− ∈)/∈𝐴
6
4.6.1 Radiasi Satu
Permukaan Persamaan radiasi satu permuakaan:
q Wb1 J1 J2 Wb2
○ ○ ○ ○
(1 – ∈1)/∈1A 1/(A1F12) (1-∈2)/(∈2A2)
1/(A1F13) 1/(A2F23)
○ Wb3
6
Bila tiga permukaan hanya menyerap dan tidak meradiasi kembali permasalahannya
menjadi lebih mudah, yaitu:
Wb1 J1 J2 Wb2
○ ○ ○ ○
(1 – ∈)/∈A1/(A1F12)(1-∈)/(∈A2)
1/(A1F13) 1/(A2F23)
○J3
Gambar 4.11b. Jaringan radiasi tiga permukaan yang hanya menyerap dan tidak
meradiasi kembali
Susunan seri:
1 1
Rs = +
𝐴1 (1− 𝐹12 ) 𝐴2 (1− 𝐹22 )
6
𝑅𝑒𝑞 = 𝐴1𝐴2−2𝐴1𝐹12 2 (4.38)
𝐴1 +𝐴2 −(𝐴1 𝐹12 )
1 1 𝐴1 𝐴2 −2𝐴1𝐹12 𝐴1
1
= ( – 1) + 2+ ( -1) (4.39)
𝐴1 ∈1 𝐴2−𝐴1 (𝐹12 𝐴2 𝜖2
Jadi: )
ζ x A1 x (T 41 –T 24)
qnet = (4.40)
(1
1
– 1) +
𝐴1 𝐴2 −2𝐴1 𝐹12 ( 1
-1)
2+
𝐴
∈1 𝐴2 −𝐴1(𝐹12 ) 𝐴2 𝜖2
Wb1 J1 J2 Wb2
○ ○ ○ ○
(1 – ∈)/∈A 1/(A1F12) (1-∈)/(∈A2)
1/(A1F13) 1/(A2F23)
6
Masing-masing tahanan:
1−∈1 1−∈2 1 1 1
= 4,67 =2 = 6,667 =2,857 = 2,857
∈1 𝐴1 ∈ 2 𝐴2 𝐴1 𝐴1 𝐴2 𝐹23
𝐹12 𝐹13
𝑊𝑏1
𝑊𝑏2 = ζ x T 41 = 5,669 x 10-8 (1015 + 273) = 156,016 kW/m2
4 -8 4
Titik J 𝑊𝑏 1−𝐽1 𝐽 −𝐽
2 1 𝑊𝑏 3−𝐽1
1
4,67
+ 6,667 + 2,857
=0 (1)
J1 = 50,83 kW/m2
J2 = 18,16 kW/m2
𝑊 𝑏 1 − 𝐽1 156,016−50,55
q1 = (1− ∈ )/∈ 𝐴 =
1 1 1 (1−0,3)/(0,3 𝑥 0,5)
= 22,5998 kW
𝑊 𝑏 2 − 𝐽2 20,769−17,747
q2 = =
(1− ∈2 )/∈2𝐴2 (1−0,5)/(0,5 𝑥 0,5)
= 1,511 kW
Total panas yang diterima ruangan adalah:
A1
T1
A2
T2
6
4.8 Pelindung Radiasi (Radiation Shields)
s
h
q/A q/A i
e
l
d
s
(a) (b)
Gambar 4.13 Radiasi dengan pelindung
𝑞
𝜎 (𝑇4− 𝑇4) 𝜎(𝑇 4 −
= 1 11 3 (4.44)
𝐴 = + −1 𝑇4)
3 2
∈1 ∈3 1 1
∈3 + ∈2 −1
Jika: ∈1 = ∈2 = ∈3
Maka: 4
T = ½ (T 4 + T 4) (4.45)
3 2 1
1
𝑞 𝜎(𝑇 4 − 𝑇4)
= 1 3 (4.46)
𝐴 21 1
+ −1
∈1 ∈3
𝐴1 = 1 11 2 = 0,2903 ζ(T1 –4 T2 )
∈1+ ∈2−1
Dengan pelindung
∈
1−1 = 0,3
∈1 ∈2 = 0,04
1− ∈2 ∈3 = 0,9 1− ∈3
= 2,333 = 24 = 0,111
1 2 3
6
Tahanan total
1− ∈1 1− ∈2 1− ∈3
R= + 2( ) + 2n +
1 1 3
= 2,333 + 2(24) + 2(1) + 0,111 = 52,444
Prosentasi = 93,43 %
I𝝀1
I𝝀o
Panjang penyerap atau panjang lintas optic (L𝝀) adaplah jarak penyusupan ke dalam
bahan yang radiasinya telah mendapat redaman tertentu. Hal tersebut berarti intensitas
radiasi telah diturunkan sampai beberapa fraksi tertentu dari intensitas awal.
Hubungan persamaan matematisnya adalah:
𝑑 𝐼𝜆
𝑑𝑥 = µ xI𝝀 (4.47)
Dimana:
𝑑 𝐼𝜆
= redaman persatuan panjang pada suatu nilai x
𝑑𝑥
µ𝝀 = koefisien serapan
I𝝀 = intensitas monokromatik
Integrasi persamaan (4.47) menghasilkan:
𝐼𝜆 −µ
= 𝑒 𝜆𝑥 (4.48)
𝐼𝑜 ,𝜆
Panjang serapan L𝝀 adalah nilai x yang memberikan redaman sampai 1/e, sehingga x =
L . Persamaan (4.48) dikalikan e-1, maka persamaan menjadi:
6
1
L𝝀 = (4.49)
µ𝑥
Dengan L𝝀 = panjang serapan
µx = koefisien serapan
6
𝑞𝑇
𝐴 𝑞𝐶 𝑞𝑟
= 𝐴 + 𝐴
= hc(TW – T) + ζ ∈W (TW4 – T4) (4.51)
Dimana:
𝑞𝑇
𝐴 = flux panas total
𝑞𝐶
𝐴 = flux panas melalui konduksi-konveksi
𝑞𝑟
= flux panas melalui radiasi
𝐴
h c = koefisien perpindahan panas konveksi
∈W = emisivitas permukaan
TW = temperature dinding permukaan
T = temperature ligkungan
7
7