Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi tentang analisis potensi bahaya, analisis sumber bahaya sikap
kerja, analisis sumber bahaya alat kerja, analisis sumber bahaya prosedur kerja,
analisis bahaya tempat kerja, dan analisis bahaya lingkungan kerja fisik.

5.1 Analisis Potensi Bahaya


Terdapat 13 potensi bahaya yang ada di unit produksi NPK dan terdapat 7
potensi bahaya yang ada di unit produksi non-NPK dengan nilai risiko tinggi dan
sedang, seperti yang ditunjukan pada Gambar 5.1.

Tingkat risiko

5%

95%

High Risk Moderate Risk

Gambar 5.1 Pie chart tingkat risiko


Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 95% potensi bahaya dengan
tingkat risiko tinggi, 5% potensi bahaya dengan risiko sedang. Hal Tersebut
menunjukkan bahwa masih banyak potensi bahaya di unit produksi NPK dan unit
produksi non-NPK yang perlu menjadi perhatian perusahaan agar segera
melakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi dampak risiko yang ada.
Berdasarkan pada pengolahan data yang telah dilakukan, maka tingkat risiko
tinggi terdiri dari klasifikasi bahaya sebagai berikut:

V-1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Klasifikasi Potensi Hazard

20% 30%

35% 15%

Sikap kerja Prosedur kerja


Tempat kerja Lingkungan kerja fisik

Gambar 5.2 Pie chart klasifikasi potensi hazard


Berdasarkan gambar pie chart di atas, diketahui bahwa terdapat 35% potensi
bahaya pada klasifikasi tempat kerja, 30% potensi bahaya pada klasifikasi bahaya
sikap kerja, 20% potensi bahaya pada klasifikasi lingkungan kerja fisik, dan 15%
potensi bahaya pada klasifikasi bahaya prosedur kerja. Hal tersebut menunjukkan
bahwa klasifikasi bahaya tempat kerja diperlukan perhatian lebih dalam upaya
pencegahan kecelakaan kerja.
5.2 Analisis Klasifikasi Bahaya Tempat Kerja
Klasifikasi bahaya tempat kerja merupakan pengolompokan potensi bahaya
berdasarkan kondisi tempat kerja yang kurang memadai sehingga berpotensi
mengaggu aktivitas pekerja dan pekerja berpotensi mengalami kecelakaan kerja.
Potensi bahaya yang termasuk ke dalam kasifikasi bahaya tempat kerja
sebagai berikut:
1. Desain tangga yang tidak ergonomis.
Aktivitas pekerja menaiki dan menuruni tangga dengan desain tangga yang
tidak ergonomis dapat menyebabkan pekerja yang tidak waspada dapat
terjatuh dari tangga yaitu dikarenakan ketika melangkah keatas, kaki
pekerja tergesek anak tangga di atasnya. Hal lainnya yaitu dikarenakan
jarak pandang ketika menaiki tangga adalah sebesar 90° tetapi dikarenakan
ketika melangkah dengan desain anak tangga yang tertutup satu dan
lainnya sehingga hanya sebagian anak tangga yang dapat terlihat, hal ini
menyebabkan pekerja tersandung saat menaiki tangga. Selain itu juga,
tidak adanya pegangan pada tangga dapat menyebabkan pekerja terjatuh
dari tangga. Perbaikan yang diusulkan yaitu perusahaan dapat mengubah
desain tangga dan memasang pegangan tangga untuk meminimalisasi

V-2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

potensi bahaya pekerja terjatuh dari tangga. Menurut (Franco, 2018)


tangga pada dasarnya dari serangkaian steps (langkah), yang terdiri dari
tread (bagian horizontal) dan riser (bagian vertikal) yang digunakan untuk
menentukan dimensi tangga agar nyaman dan efisien sesuai dengan
penggunanannya. Desain tangga ini berfokus pada steps, tread, riser, dan
kemiringan tangga.

Tread

Riser

Gambar 5.3 Trade dan riser


Berikut ini merupakan perhitungan dimensi tangga yang ada di screening
II dan tangga yang ideal menurut Franco:

Gambar 5.4 Tangga screening II

V-3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Tangga yang ada di mesin screening II


Diketahui:
Tinggi tangga screening II = 1,80 meter
Jumlah anak tangga (steps) pada tangga screening II = 8 steps
Tinggi setiap tinggi anak tangga (riser) = 18 cm untuk setiap riser
Panjang pijakan (tread) tangga = 45,5 cm
Lebar tread tangga screening II = 19,5 cm
2) Tangga ideal untuk mesin screening II:
Diketahui tinggi tangga screening II = 1,80 meter
a) Menghitung jumlah steps pada tangga dengan menggunakan riser ideal
18 cm:
1,80 𝑚
Jumlah steps pada tangga =
18 𝑐𝑚
180 𝑐𝑚
Jumlah steps pada tangga = 18 𝑐𝑚

Jumlah steps pada tangga = 10 steps


180
b) Menghitung tinggi setiap riser = = 18 𝑐𝑚 untuk setiap riser
10

c) Menghitung lebar pijakan (tread)


Menurut Franco untuk desain tangga curam dengan transit yang rendah
yaitu dengan menjumlahkan 2 tinggi anak tangga dan 1 lebar pijakan.
Total dari ketiga penjumlahan tersebut adalah 63 cm.
63 cm = (2 𝑥 18 𝑐𝑚) + (1 𝑥 𝑡𝑟𝑒𝑎𝑑)
tread = 63 𝑐𝑚 − 36 𝑐𝑚
tread = 27 cm
Tangga yang ideal mempunyai 18 steps dengan lebar tread 27 cm
dan riser 18 cm. Pegangan tangga yang ideal menurut Franco yaitu
berkisar antara 80-90 cm. Material tread tangga yang diusulkan yaitu
berbahan dasar aluminium, sedangkan material handrail yang diusulkan
yaitu berbahan dasar stainless steel. Menurut (Kurniawan, 2008) kelebihan
bahan aluminium yaitu bahan yang paling kuat, tahan lama, dan bebas
berkarat, sedangkan kelebihan bahan stainless steel yaitu bahan yang
paling ringan, bebas berkarat, dan tahan lama. Usulan tangga dapat dilihat
pada Gambar 5.5.

V-4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.5 Usulan tangga screening II


Pada usulan tangga mesin screening II dapat dilihat bahwa anak
tangga satu dan lainnya tidak tertutup sehingga memudahkan pekerja
untuk melihat anak tangga ketika melangkah. Selain itu juga, bagian
bawah anak tangga tidak terbuka sehingga dapat meminimalkan pekerja
tersandung oleh anak tangga diatasnya ketika melangkah.
Menurut Fa’izin (2007) semakin tinggi kecepatan penggunaan
tangga akan semakin besar pula gradien atau kemiringan tangga yang
diperlukan. Namun, semakin besar sudut kemiringan tangga akan
berdampak pada penurunan kenyamanan bagi penggunanya. Gradien ideal
untuk kenyamanan dan keamanan sebuah tangga adalah kurang lebih 60%.
Artinya, setiap jarak 100 cm diperlukan ketinggian 60 cm. Semakin besar
bidang tinggi akan semakin besar gradien kemiringan sebuah tangga.
Semakin besar kemiringan tangga akan semakin besar energi yang
diperlukan untuk melaluinya, walaupun akan semakin cepat waktu yang
diperlukan untuk mencapai lantai berikutnya. Sebaliknya semakin curam
sebuah tangga maka jarak tempuh yang dilalui untuk mencapai lantai
berikutnya akan semakin panjang dan melelahkan.
Berdasarkan perhitungan hasil gradien yang diperoleh yaitu sebesar
32,81° termasuk ke dalam kategori visual tangga biasa (Fa’izin, 2007).

V-5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 5.1 Transformasi persentase gradien terhadap visual ketegakan tangga


Gradien Kemiringan Visual Tangga
10% - 36% 6° – 20° Lantau miring (ramp)
36% - 44% 20° – 24° Tangga landai
44% - 100% 24° – 45° Tangga biasa
100% - 370% 45° – 75° Tangga curam
> 370% 75 – 90 Tangga naik vertical

2. Potensi bahaya anak tangga dan lantai licin


Potensi anak tangga dan lantai kerja yang licin terjadi karena lantai pupuk
NPK dan pupuk non-NPK yang keluar dari mesin sehingga jika terkena air
hujan lantai akan menjadi licin. Perbaikan yang diusulkan yaitu dengan
menghimbau pekerja untuk menggunakan sepatu safety, pengecekan dan
pembersihan area yang licin secara rutin, dan membuat rambu peringatan
area wajib menggunakan sepatu safety.

Gambar 5.6 Contoh rambu peringatan


Sumber: www.google.com
5.3 Analisis Klasifikasi Bahaya Sikap Kerja
Klasifikasi bahaya sikap kerja merupakan pengelompokan potensi bahaya
berdasarkan kondisi tempat kerja yang kurang memadai sehingga berpotensi
mengganggu aktivitas pekerja dan pekerja berpotensi mengalami kecelakaan kerja.
Berikut ini merupakan potensi bahaya yang bersumber pada sikap kerja, yaitu:
1. Potensi bahaya pekerja menghirup pupuk NPK dan non-NPK
Perusahaan saat ini telah menyediakan APD masker namun rendahnya
kesadaran para pekerja dalam memakai APD masker membuat pekerja

V-6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam jangka pendek berpotensi terkena sesak napas dan dalam jangka
panjang berpotensi terkena gangguan saluran pernapasan atas. APD adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsionya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya
di tempat kerja (kemenakertrans, 2012). Perbaikan yang dapat dilakukan
yaitu menghimbau pekerja menggunakan APD masker. Menurut Alfi
(2019) masker ini memiliki memakai teknologi filter synthetic fiber yang
akan menyaring dan mengurangi berbagai efek negatif dari bahan kimia,
polusi udara, debu, asap, dan bakteri. Sehingga pupuk yang berterbangan
tidak langsung terhirup oleh pekerja. Selain itu, perusahaan dapat
memasang rambu peringatan area wajib menggunakan masker yang
bertujuan untuk mengingatkan pekerja agar selalu menggunakan masker.
Pekerja yang tidak menggunakan APD akan memperoleh teguran dan
punishment sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

a) b)
Gambar 5.7 a) Masker kertas, b) Contoh rambu peringatan
Sumber: www.google.com
2. Potensi bahaya pekerja terbentur hammer mesin dryer
Penempatan mesin dryer di bagian depan mesin granulator dengan jarak
antara bagian bawah mesin dryer dengan lantai produksi yaitu 40,5 cm,
membuat pekerja harus menunduk untuk melewati mesin dryer. Hal ini
dapat menyebabkan cedera kepala dan luka sobek akibat terkena hammer
mesin dryer. Perbaikan yang dapat diusulkan yaitu dengan menghimbau
pekerja menggunakan APD helm sehingga pekerja tidak terkena kontak
secara langsung dengan hammer mesin dryer dan memasang rambu
peringatan area wajib menggunakan helm yang bertujuan untuk
mengingatkan pekerja agar selalu berhati-hati.

V-7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) b)
Gambar 5.8 a) Helm, b) Contoh rambu peringatan
Sumber: www.google.com

3. Potensi kulit wajah pekerja melepuh akibat uap panas


Hal ini terjadi dikarenakan jarak operator granulator dengan mesin
granulator berjarak satu meter dengan uap panas yang dapat mencapai
suhu 80°C. Perbaikan yang diusulkan yaitu dengan menghimbau pekerja
untuk senantiasa menggunakan APD masker dan face shield. face shield
digunakan untuk melindungi seluruh wajah pemakai dari bahaya seperti
benda terbang, percikan bahan kimia atau bahan yang berpotensi menular
(di lingkungan medis dan laboratorium).

Gambar 5.9 safety spectacles


Sumber: www.google.com
4. Potensi tangan pekerja mengalami iritasi atau alergi
Tangan pekerja mengalama iritasi atau alergi akibat terpapar pupuk akibat
memasukan bahan baku ke mesin weigher. Menurut Lestari (2007)
Dermatitis Kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang
dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit. Perbaikan yang diusulkan yaitu
menghimbau pekerja memakai sarung tangan dan perusahaan juga dapat

V-8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyediakan APD yang belum tersedia yaitu sarung tangan. Sarung


tangan yang diusulkan yaitu sarung tangan karet yang digunakan untuk
melindungi tangan dari bahan-bahan kimia yang beracun dan berbahaya.
Sarung tangan dibutuhkan ketika pekerja meletakkan karung pupuk ke
mesin weigher sehingga tangan pekerja tidak terkena pupuk secara
langsung yang dapat menyebabkan alergi pada kulit.

Gambar 5.10 Sarung tangan


Sumber: www.google.com
5.4 Analisis Klasifikasi Bahaya Lingkungan Kerja Fisik
Klasifikasi bahaya berdasarkan lingkungan kerja fisik yaitu pengelompokan
potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi aktivitas kerja yang mengacu pada keadaan tempat kerja seperti
debu, suhu, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan. Potensi bahaya yang
termasuk ke dalam klasifikasi bahaya lingkungan kerja sebagai berikut:
1. Kondisi ruangan dengan suhu mencapai 33°C
Pekerja dapat mengalami transient heat fatigue. Menurut Helal (2013)
transient heat fatigue merupakan keadaan sementara ketidaknyamanan
dan ketegangan mental atau psikologis yang timbul akibat dari paparan
panas yang berkepanjangan. Perbaikan yang diusulkan yaitu dengan
menambah ventilasi udara. Menurut Latifah (2015) ventilasi didefinisikan
sebagai proses penyediaan atau pergantian udara dalam ruang, baik secara
alami maupun mekanis. Ventilasi alami (natural ventilation) adalah proses
untuk menyediakan dan mengganti udara dalam ruang tanpa menggunakan
sistem mekanik. Ventilasi alami disebut juga penghawaan alami.
Agar sirkulasi udara berjalan dengan baik, diperlukan luas minimal
bukaan udara masuk (inlet) dengan nilai tertentu. Luas ini adalah nilai rata-
rata yang diperlukan untuk ventilasi/penghawaan alami pada suatu ruang

V-9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di iklim tropis basah dengan kondisi kecepatan udara normal (0,6 m/det
sampai dengan 1,5 m/det).
Cara perhitungan luas minimal suatu bukaan udara masuk (inlet)
pada fasad suatu ruang adalah berdasarkan luas dinding fasad ruang 40%
- 80% luas dinding. Berikut ini merupakan perhitungan luas minimal
bukaan udara masuk (inlet):

Gambar 5.11 Tata letak ventilasi unit produksi non-NPK

V-10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Perhitungan untuk panjang dinding 25 m:


a) luas bukaan udara masuk untuk panjang dinding 25 m
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼 = 3 𝑚 𝑥 3,98 𝑚 = 11,94 𝑚2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼𝐼 = 3 𝑚 𝑥 3,96 𝑚 = 11,88 𝑚2
1
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼𝐼𝐼 = ( 𝑥 25 𝑚 𝑥 2 𝑚) + (1,5 𝑚 𝑥 25 𝑚)
2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼𝐼𝐼 = 25 𝑚2 + 37,5 𝑚2 = 62,5 𝑚2
b) luas dinding bukaan udara masuk pabrik yang terpakai
23,82 𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 = 25 𝑚 𝑥 3 𝑚 𝑥 100% = 31,76%

c) luas dinding bukaan udara masuk yang ideal untuk panjang dinding
25 m
𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = (40% 𝑥 (25 𝑚 𝑥 3 𝑚)) + (𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼𝐼𝐼)
𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 30 𝑚2 + 62,5 𝑚2 = 86,32 𝑚2 (ideal)
2. Perhitungan untuk panjang dinding 30 m:
a) luas bukaan udara masuk untuk panjang dinding 30 m
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼 = 2,5 𝑥 3,83 = 9,57 𝑚2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐼𝐼 = 3 𝑥 0,6 = 18 𝑚2
b) luas dinding bukaan udara masuk pabrik yang terpakai
27,57 𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 = 30 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 𝑥 100% = 36,76%

c) luas dinding bukaan udara masuk yang ideal untuk panjang dinding
30 m
𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 40% 𝑥 (30 𝑥 4,5) = 54 m2 (belum ideal)
Hasil perhitungan menunjukan untuk panjang dinding 25 m sudah
ideal, sedangkan namun panjang dinding 30 m belum ideal. Luas bukaan
udara untuk panjang 30 m hanya sebesar 36,76% dari 40% ideal bukaan
udara sehingga perbaikan yang diusulkan yaitu dengan menambahkan
bukaan pada dinding dengan luas 26,42 m2. Usulan ventilasi unit produksi
non-NPK dapat dilihat pada Gambar 5.10.

V-11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.12 Usulan tata letak ventilasi unit produksi non-NPK


5.5 Analisis Klasifikasi Prosedur Kerja
Klasifikasi prosedur kerja merupakan pengolompokan potensi bahaya
berdasarkan yaitu pengelompokkan potensi hazard yang disebabkan oleh prosedur
atau aktivitas kerja yang memiliki risiko dapat mencederai pekerja. Potensi bahaya
yang termasuk ke dalam kasifikasi bahaya tempat kerja sebagai berikut:

V-12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Potensi bahaya pekerja terkena kejatuhan bahan baku


Bahaya ini dapat terjadi akibat dari kurangnya kewaspadaan pekerja saat
forklift meletakkan bahan baku di stasiun bahan baku. Pekerja yang tidak
waspada dan belum adanya prosedur kerja yang aman (safe work
procedure) forklift saat meletakkan karung pupuk seberat 40 kg, membuat
pekerja berpotensi mengalami cedera akibat kejatuhan karung pupuk.
Perbaikan yang diusulkan terhadap potensi kejatuhan bahan baku yaitu
dengan menghimbau pekerja menggunakan helm dan membuat safe work
procedure untuk forklift. Usulan prosedur kerja forklift dapat dilihat pada
Gambar 5.11 yang dibuat berdasarkan Safework South Australia.
Safe work procedure
Forklift Truck
Jangan gunakan forklift ini ke cuali anda te lah
dipe rintahkan dan te lah dibe ri izin untuk me nggunakan
forklift

Pe rsonal prote ctive e quipme nt

Ope rational safe ty che cks


a) jangan melebihi kapasitas muatan forklift.
b) Pastikan lifting tines aman ke palet dan bebannya stabil
sebelum diangkat.
c) Berhati-hati dengan penghalang saat menaikan mast.
d) Selalu ingat bahwa beban kerja forklift yang aman akan
berkurang saat mast dimiringkan ke depan.
e) Selalu letakkan beban yang berat pada backrest.
f) Saat mendekati blind corner, gunakan klakson dan
memperlambat kendaraan.
g) Selalu minta seseorang mengarahkan anda, jika suatu beban
membatasi penglihatan anda.
h) Berhati-hati terhadap pejalan kaki.
i) Tidak mengizinkan orang berdiri atau berjalan di bawah
elevated forks.
j) Perlambat saat mengubah arah atau pada permukaan yang
basah atau berminyak.
k) Hindari pengereman yang keras, terutama saat membawa
beban.
l) Pejalan kaki dilarang memasuki jalur fokrlift

Gambar 5.13 Safe work procedure forklift

V-13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Potensi bahaya pekerja tetabrak forklift


Potensi pekerja tertabrak forklift dapat disebabkan karena operator yang
kurang berhati-hati ataupun pekerja yang tidak memperhatikan lingkungan.
Perbaikan yang diusulkan yaitu dengan menyediakan jalan khusus
kendaraan lengkap dengan penanda (jalan ini juga harus dilengkapi dengan
akses pejalan kaki yang berbeda), menetapkan batas kecepatan, dan
memasang peringatan visual dan audio saat kendaraan mendekat.
3. Potensi bahaya pipa boiler yang korosi
Zat-zat lain yang terlarut di dalam air dapat menjadi salah satu pemicu air
memiliki sifat yang korosif. Oksigen menjadi salah satu gas yang mudah
larut di dalam air dan menjadi penyebab utama terjadinya korosi pada
pipa-pipa boiler. Selain itu, temperatur air juga menjadi salah satu faktor
pendukung terjadinya korosi. Bentuk korosi yang terjadi pada boiler yaitu
penipisan pipa, korosi ini sangat berbahaya karena pada suatu saat pipa
yang terkorosi dapat pecah dan meledak akibat tekanan fluida yang tinggi
pada sisi pipa yang menipis.
Perbaikan yang diusulkan yaitu melakukan perawatan berkala pada
boiler. Menurut (Sugiharto, 2016) perawatan sistem berkala meliputi
perawatan mingguan, perawatan bulanan, perawatan tahunan. Perawatan
mingguan adalah perawatan yang dilakukan setiap seminggu sekali pada
saat boiler beroperasi, perawatan bulanan adalah perawatan yang
dilakukan setiap sebulan sekali pada saat boiler beroperasi, perawatan
quarterly (6 bulan) adalah perawatan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali
dengan memeriksa bagian-bagian mesinnya, kelistrikannya, dan
perlengkapan pembakaran, dan perawatan tahunan adalah perawatan yang
dilakukan setiap setahun sekali dan dilakukan pemeriksaan tahunan oleh
Departemen Tenaga Kerja untuk memperoleh surat ijin operasi boiler.
Selain itu, perbaikan yang diusulan yaitu menyediakan hydrant untuk
menanggulangi pencegahan awal pada saat terjadi kebakaran dan
memberikan pelatihan pengendalian bencana pada boiler jika terjadi
kebakaran.

V-14

Anda mungkin juga menyukai