Anda di halaman 1dari 98

Tutorial

Computational Fluid Dynamics (CFD)


Komputasi Dinamika Fluida

Ainul Ghurri Ph.D.

Jurusan Teknik Mesin


Universitas Udayana
© 2016
Tutorial
Computational Fluid Dynamics (CFD)
Komputasi Dinamika Fluida

Ainul Ghurri Ph.D.

Hak Cipta  2016 oleh Jurusan Teknik Mesin –


Universitas Udayana. Dilarang mereproduksi dan
mendistribusi bagian dari publikasi ini dalam bentuk
maupun media apapun tanpa seijin Jurusan Teknik
Mesin – Universitas Udayana.

Dipublikasikan dan didistribusikan oleh Jurusan Teknik Mesin – Universitas


Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362, Indonesia.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat ide,
pengetahuan dan kekuatan yang diberikanNYA maka penulisan Tutorial “Computational Fluid
Dynamics (CFD) atau Komputasi Dinamika Fluida” ini dapat terselesaikan.
Tutorial ini berupa instruksi langkah demi langkah dalam aplikasi software Fluent 6.2
berkaitan dengan mata kuliah Computational Fluid Dynamics (CFD) dan/atau Computational
Fluids Mechanics (CFM). Untuk jenjang Strata 1, mata kuliah CFD memang lebih menekankan
pengenalan aplikasi software, sedangkan secara konsep dasarnya diberikan pada bagian awal
perkuliahan termasuk beberapa mata kuliah pendahulunya (metode numerik, metode elemen
hingga); dan untuk keperluan itu masih mengacu pada buku-buku teks utama yang berkaitan
dengan topik CFD.
Tutorial ini berisi ringkasan konsep dasar dan bagaimana CFD bekerja; dan 3 tutorial
masing-masing berhubungan dengan topik Aliran laminar dalam pipa, perpindahan panas
konveksi natural, dan aliran di sekitar airfoil. Di bagian akhir tiap tutorial ditambahkan
pembahasan dengan materi yang sudah pernah diberikan dalam mata kuliah pendahulu (dalam
hal ini perpindahan panas dan mekanika fluida). Tutorial untuk simulasi menggunakan CFD
masih akan dikembangkan untuk topik-topik yang lebih bervariasi yang berkaitan dengan
problem-problem dala m mechanical engineering yang belum dibahas saat ini, sehingga bisa
menyediakan bahan pembelajaran awal yang lebih banyak di masa mendatang.
Terakhir, semoga tutorial ini memberi manfaat terutama bagi mahasiswa sehingga memicu
mahasiswa untuk mencoba, mengaplikasikan dan mengembangkan kemampuan dalam
aplikasi software CFD.

Denpasar, 21 Desember 2016

Penulis,
Ainul Ghurri Ph.D.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bagian 1 Pengantar CFD 1

Simulasi Aliran Laminar di dalam Pipa Menggunakan


Bagian 2 16
Software Ansys Fluent 6.2

Simulasi Perpindahan Panas Konveksi Alamiah


Bagian 3 40
Menggunakan Software Ansys Fluent 6.2

Simulasi Aliran di sekitar Airfoil Menggunakan


Bagian 4 63
Software Ansys Fluent 6.2

Daftar Pustaka 94

iii
Pengantar CFD 1
Pengantar CFD 2
Pengantar CFD 3
Pengantar CFD 4
Pengantar CFD 5
Pengantar CFD 6
Pengantar CFD 7
Pengantar CFD 8
Pengantar CFD 9
Pengantar CFD 10
Pengantar CFD 11
Pengantar CFD 12
Pengantar CFD 13
Pengantar CFD 14
Pengantar CFD 15
Tutorial Computational Fluid Dynamics (CFD)
Bagian 2
Simulasi Aliran Laminar di dalam Pipa
Menggunakan Software ANSYS FLUENT 6.2
Deskripsi Permasalahan (Laminar flow in pipe)

Fluida mengalir dalam pipa sirkular dengan luas penampang melintang konstan. Diameter pipa
D = 0.2 m dan panjang D = 8 m. Kecepatan pada sisi inlet Vin = 1 m/s. Asumsikan kecepatan
konstan saat melintasi penampang sisi inlet. Pada sisi keluar pipa, fluida dibuang ke lingkungan
atmosferik dengan tekanan 1 atmosfer. Densitas fluida ρ = 1 kg/m3 dan viskositas mutlak/dinamik
µ = 2 x 10-3 kg/(m.s). Bilangan Reynolds dengan basis diameter pipa dengan demikian menjadi:

Vavg adalah kecepatan rata-rata pada sisi inlet, dalam kasus ini sama dengan Vin = 1 m/s.
Selesaikan permasalahan ini dengan menggunakan FLUENT. Plot-kan kecepatan pada pusat
sumbu (centerline); dan profile kecepatan (velocity vector) sepanjang pipa. Validasikan hasil
simulasi anda.

Catatan: Nilai dan sifat fluida yang digunakan hanya merupakan pilihan sembarang, dan tidak
mencerminkan fluida yang nyata. Nilai tersebut dipilih untuk tujuan mendapatkan
Bilangan Reynolds 100 (aliran laminar).

Analisis Awal
Dalam kasus ini, berdasarkan teori dasar aliran laminer dalam pipa, akan terbentuk boundary layer
(lapisan batas) yang berkembang dimulai dari sisi inlet. Lapisan batas ini akan berkembang di
sepanjang pipa, dan akan menjadi berkembang penuh (fully developed) dimana pada posisi
tersebut tidak terjadi lagi variasi profil kecepatan dalam arah aksial (sumbu X).

(Anda telah mendapatkan materi ini dalam mata kuliah Mekanika Fluida 2, jadi ada baiknya anda
membuka lagi catatan yang anda punya).

Profil kecepatan akan berbentuk seperti gambar di bawah ini.

Vin r
x V D

Entran ce length (L) Fully developed region (region dimana profil


kecepatan tidak berubah lagi).
Bounda ry la yer

Aliran laminar dalam pipa 16


Langkah 1 : Membuat geometri dalam GAMBIT
Dalam sistem 2 dimensi, pipa akan berbentuk persegi. Untuk membuat persegi kita harus membuat
“vertex” (dalam Bahasa Indonesia artinya “titik” atau “puncak”) untuk 4 sudut persegi tersebut.
Dua vertex yang dihubungkan dengan garis lurus akan membentuk “edge” (sisi) persegi. Sisi-sisi
tersebut kemudian akan diproses menjadi “face” (muka) yang merupakan area yang dilingkupi
oleh “edge”. (Jika anda mengerjakan kasus 3D maka anda harus membentuk “volume” dari “face”
tersebut. Jadi, hierarki/tingkatan geometri dalam GAMBIT adalah vertex  edge  face 
volume.)

Interface GAMBIT dike lompokkan sebagai berikut:


 Main Menu Bar (bar menu utama):

File ke rja bernama default_id setelah ID: pada menu utama di atas menyatakan nama file. Dalam
latihan ini file GAMBIT akan diberi nama pipe.

 Operation Toolpad:

Setiap salah satu tombol (button) pada “operation” dip ilih maka sebuah “sub-pad” yang berbeda munc ul
(lihat gambar di atas ).

 Graphics/Windows Control Toolpad:

Ini merupakan jendela yang muncul jika has il-hasil grafis operas i ditampilkan/diperlihatkan.

Graphics/Windows Control Toolpad memiliki pilihan s eperti: F it to Screen dan Undo

yang sangat berguna selama pembuatan geometri dan mesh.

Aliran laminar dalam pipa 17


 GAMBIT Graphics:

Ini ada lah jendela yang muncul jika hasil-has il grafis operas i ditampilkan.

 GAMBIT Description Panel:

Description Panel beris i des kripsi tombol (button) atau objek yang ditunjuk oleh mouse. Gerakkan
mouse anda pada beberapa tombol dan des kripsi yang muncul berhubungan dengan tombol yang
ditunjuk mous e anda.

 GAMBIT Transcript Window:

Ini merupakan jendela dimana output dari perintah GAMBIT ditulis dan ditambah dengan feedbac k
terhadap aksi yang diambil GAMBIT s aat anda melakukan operasi. Jika pada beberapa titik anda
tidak yakin meng-klik tombol yang benar atau memasukkan nilai yang benar, di Transcript Window
inilah tempat untuk me liha t gambaran apa yang baru saja anda lakukan.

Me milih Solve r

Pas tikan bahwa mesh dibuat untuk digunakan dengan FLUENT 6.0:

Main Menu > Solver > FLUENT 5/6

Verifikas i mengena i ha l ini dapat dilakukan dengan melihat Transcript Window dimana anda dapat membaca:

Tipe batas yang dapat anda pilih da lam Langkah 3 nanti, tergantung pada solver yang anda gunakan.

Aliran laminar dalam pipa 18


Start GAMBIT
Lihat kembali ke deskripsi permasalahan pada halaman 1. Karena aliran laminer kita bisa
berasumsi bahwa aliran dalam keadaan “axisymmetric”. Domain permasalahannya adalah
D
0r ;0xL
2
Dimana r adalah koordinat radial; x koordinat aksial. Kita pilih titik pusat koordinat (0,0) sebagai
sudut kiri bawah persegi. Koordinat-koordinat sudut yang kita pilih sebagai “vertex” sebagai
berikut:
r
(8,0.1 )
(0 ,0.1 )

x
(0,0) (8,0 )

1. Membuat Ve rtex
a. Operation Tool pad > Geometry Command Button > Vertex Command Button
> Create Vertex
Perhatikan bahwa tombol Create Vertex merupakan keadaan default.

b. Masukkan nilai (0,0,0) untuk membuat vertex pada pojok kiri bawah persegi empat.
Kemudian masukkan nilai 0 pada x:, 0 pada y:, 0 pada z:. Ini membuat vertex (0,0,0) yang
ditampilkan dalam Graphics Window.

Dalam Transcript window, GAMBIT menuliskan sebagai berikut "Created vertex:


vertex.1". Vertex dinomori vertex.1, vertex.2 dst, sesuai urutan pembuatannya.

c. Ulangi proses ini untuk membuat 3 vertex lagi:


Vertex 2: (0,0.1,0)
Vertex 3: (8,0.1,0)
Vertex 4: (8,0,0)

Catatan: Untuk problem 2D, koordinat z dapat dibiarkan dalam keadaan nilai default 0.

Aliran laminar dalam pipa 19


Operation Toolpad > Graphic s/Windows Control > Fit to Window Button

Tombol tersebut akan menampilkan 4 vertex yang telah dibuat dalam ukuran yang penuh
dalam Graphics Window.

2. Membuat Edges

Berikutnya pasangan vertex yang berdekatan akan dihubungkan untuk membentuk edge. Untuk
memilih titik atau garis dalam GAMBIT, tekan tombol Shift dan klik titik atau garis tersebut.
a. Operation Toolpad > Geometry Command Button > Edge Command
Button > Create Edge
Pilih dua vertex untuk membentuk sisi (edge) persegi dengan menahan tombol Shift dan
meng-klik vertex yang menghubungkannya. Setiap kali tiap vertex dipilih ia akan menjadi
berwarna merah dalam Graphics Window. Lepaskan tombol Shift. Kita dapat mengecek
vertex tersebut dengan meng-klik panah ke atas yang ada di sebelah tulisan Vertices:, seperti
di bawah ini.

Ini menampilkan vertex yang telah dipilih. Vertex dapat dipindahkan dari daftar “Available”
dam “Picked” dengan memilihnya, kemudian menekan tombol panah ke kiri atau kanan,
seperti gambar di bawah ini.

Setelah vertex yang diinginkan dipilih, klik Close , kemudian klik Apply dalam jendela
Create Straight Edge.

Aliran laminar dalam pipa 20


b. Ulangi proses ini untuk membuat persegi, hasilnya seperti gambar berikut ini.

3. Membuat Face
a. Operation Toolpad > Geometry Command Button > Face Command Button
> Form Face

Untuk membentu “face” pilih 4 edge yang melingkupi area “face” tersebut. Tekan dan tahan
tombol Shift, klik tiap garis (perhatikan bahwa garis yang ter-klik menjadi berwarna merah),
kemudian lepaskan tombol Shift setelah seluruh garis ter-klik.

Cara lainnya, klik tombol panah ke atas di sebelah tulisan Edges seperti di bawah ini:

Ini akan menampilkan jendela Edge List. Klik tombol All-> untuk memilih semua edge
sekaligus, kemudian klik Close.

Klik Apply, terbentuklah face yang diinginkan.

Aliran laminar dalam pipa 21


Langkah 2: Mesh Geometry dalam GAMBIT
Sekarang akan dibuat “mesh” pada face persegi di atas dengan 100 bagian pada arah aksial (sumbu
x) dan 5 bagian pada arah radial (sumbu y). Pertama kita akan melakukan mesh terhadap 4 edge
dan kemudian face. Jarak grid yang diinginkan (dalam hal ini 100 x 5) dilakukan pada saat mesh
terhadap edge.

1. Mesh Edges

a. Operation Toolpad > Mesh Command Button > Edge Command Button
> Mesh Edges

Lakukan Shift-klik atau tampilkan jendela Edge List seperti sebelumnya dan pilih kedua
garis vertikal. Jika sulit dilakukan, perbesar gambar dengan zoom in pada edge dengan
menahan tombol Ctrl, klik and menggerakkan mouse pada area yang ingin diperbesar,
kemudian lepas tombol Ctrl. Untuk kembali ke menu utama, klik pada Graphic/Windows
Control Toolpad > Fit to Window Button lagi.

Setelah edge vertikal ter-klik, pilih Interval Count dari box yang menampilkan tulisan
Interval Size dalam jendela Mesh Edges Window. Kemudian, dalam box sebelah kiri
Interval count, masukkan nilai 5.

Klik Apply. Titik-titik (nodes) muncul pada edge, yang menyatakan bahwa edge telah terbagi
menjadi 5.

b. Ulangi proses yang sama untuk edge horisontal, dengan Interval count 100.

Dengan demikian edge telah di-mesh; dan berikutnya siap untuk membuat mesh 2-D untuk
face yang telah dibuat.

Aliran laminar dalam pipa 22


2. Mesh Face

a. Operation Toolpad > Mesh Command Button > Face Command Button >
Mesh Faces

Lakukan Shift-klik pada face atau gunakan tombol panah ke atas di sebelah Faces seperti
sebelumnya, untuk memilih face. Klik Apply.

Langkah 3: Menetapkan Boundary Types dalam GAMBIT

1. Membuat Boundary Types

Sekarang Boundary Types dalam GAMBIT akan di-set. Edge kiri merupakan inlet (sisi
masuk), edge kanan merupakan outlet, edge atas merupakan wall (dinding), dan edge bawah
merupakan axis (sumbu).

a. Operation Toolpad > Zones Command Button > Spec ify Boundary Types
Command Button

Jendela Spec ify Boundary Types akan tampil pada Operation Panel. Pertama, tetapkan
bahwa edge kiri adalah inlet. Pada menu Entity:, pilih Edges agar GAMBIT tahu bahwa kita
ingin memilih suatu edge (dalam keadaan default yang tampak adalah face).

Aliran laminar dalam pipa 23


Kemudian pilih edge kir i dengan cara melakukan Shift-klik. Edge yang terpilih tampil dalam
kotak kuning di sebelah kotak, bersamaan dengan daftar atau tabel Label/Type di bawah
kotak Edges.

Pada bagian Name, masukkan inlet.


Pada bagian Type, pilih VELOCITY_INLET.

Klik Apply. Kita bisa melihat apa yang baru dimasukkan muncul dalam kotak Name/Type
pada jendela bagian atas.

b. Ulangi proses ini untuk 3 edges lainnya, mengikuti tabel berikut:

Posisi Edge Name Type


Left inlet VELOCITY_INLET

Aliran laminar dalam pipa 24


Right outlet PRESSURE_OUTLET
Top wall WALL
Bottom centerline AXIS

Setelah selesai anda akan mendapatkan edges dengan Name/Type seperti berikut:

2. Save and Export

Main Menu > File > Save

Main Menu > File > Export > Mesh...

Ketik pipe.msh untuk File Name. Pilih Export 2d Mesh karena ini merupakan mesh 2
dimensional. Klik Accept.

Cek pada direktori anda apakah file pipe.msh telah tersimpan.

Langkah 4: Set Up Problem dalam FLUENT


Jalankan Fluent 6.0
1. Start > Programs > Fluent Inc > FLUENT 6.0

Pilih 2ddp dari daftar pilihan, dan klik Run.

Pilihan "2ddp" digunakan untuk memilih “2-dime nsional, double-precision solver”. Dalam
“2D double-precision solver”, tiap penggunaan jumlah titik direpresentasikan menggunakan
64 bits, sedangkan dalam “single-prec ision solver” menggunakan 32 bits. Bits yang lebih besar
ini tidak saja meningkatkan kepresisian tapi juga rentang besarnya data yang dapat
direpresentasikan. Akan tetapi penggunaan double precision membutuhkan memory lebih
banyak.

2. Import Grid

Main Menu > File > Read > Case...

Arahkan pada direktori dimana anda menyimpan file pipe.msh yang telah dibuat dengan
preprocessor GAMBIT pada langkah sebelumnya. FLUENT melaporkan statistik mesh begitu
ia membaca mesh tersebut, ditampilkan sbb:

Aliran laminar dalam pipa 25


Periksalah jumlah nodes, faces dan cells. Dalam kasus ini ada 500 sel quadrilate ral, yang
merupakan hasil 5 x 100 spasi dalam interval count yang telah di-set sebelumnya.

Kita juga dapat melihat 4 zona yaitu inlet, outlet, wall, dan centerline yang telah didefinisikan
dalam GAMBIT.

3. Check and Display Grid

Periksa dan tampilkan grid untuk memastikan tidak ada error.

a. Main Menu > Grid > Check

Error apapun dalam grid akan dilaporkan dalam proses ini. Untuk memeriksa output dan
memastikan adanya error bisa dilakukan dengan memeriksa ukuran grid:

Main Menu > Grid > Info > Size

Informasi berikut ini akan muncul:

b. Menampilkan grid:

Main Menu > Display > Grid...

Pastikan seluruh 5 item di bawah Surfaces dalam keadaan terpilih. Klik Display. Graphic s
window terbuka dan grid ditampilkan. Dalam keadaan ini anda sudah bisa meng-klik Close
pada menu atau jendela Grid Display.. Graphics window akan tetap muncul.

Beberapa operasi yang tersedia dalam Graphic s Window adalah:

Aliran laminar dalam pipa 26


Translation: grid dapat ditranslasikan dalam berbagai arah dengan menekan tombol mouse kiri
dan menggerakkan mouse ke arah yang diinginkan.

Zoom In: Tekan Middle Mouse Button dan buat sebuah box dari arah kiri-atas ke arah kanan-
bawah pada area yang ingin diperbesar.

Zoom Out: arah sebaliknya dari zoom in.

Contoh pembesaran ditampilkan dalam gambar berikut ini.

Anda juga dapat menampilkan bagian spesifik dari grid dengan memilih batas yang anda
inginkan untuk ditampilkan, di bawah Surfaces. Sebagai contoh pilih batas wall, outlet, dan
centerline seperti berikut ini:

Aliran laminar dalam pipa 27


Gambar yang akan muncul:

Tombol dekat Surfaces digunakan untuk memilih seluruh batas dalam Surfaces, sedangkan
tombol digunakan untuk hal yang sebaliknya..

Mendefinisikan Solver Properties

1. Main Menu > Define > Models > Solver

Pilih Axisymme tric di bawah Space. Gunakan keadaan default: segregated solver, implic it
formulation, steady flow dan absolute velocity formulation. Klik OK.

2. Main Menu > Define > Models > Viscous

Laminar flow merupakan keadaan default. Tak perlu diubah. Klik Cancel.

Aliran laminar dalam pipa 28


3. Main Menu > Define > Models > Energy

Untuk incompressible flow, persamaan energi terpisah (decoupled) dari persamaan kontinyuitas
dan momentum. Kita perlu mengaktifkan persamaan energi hanya jika membutuhkan
perhitungan distribusi temperatur. Dalam contoh ini tidak dibahas masalah temperatur. Jadi,
jangan aktifkan Energy Equation (jangan di-), dan klik Cancel untuk keluar dari menu.

Mendefinisikan Material Properties


1. Main Menu > Define > Materials...

Ubah Density menjadi 1.0 dan Viscosity menjadi 2e-3, sesuai deskripsi permasalahan. Kita
asumsikan kedua parameter tersebut konstan.

Klik Change /Create.

Mendefinisikan Operating Conditions


1. Main Menu > Define > Operating Conditions...

Untuk semua aliran, FLUENT menggunakan tekanan relatif (gauge pressure). Jika kita
menggunakan absolute pressure itu bisa dihasilkan dengan menambahkan tekanan operasi
(operating pressure) terhadap gauge pressure. Dalam kasus ini kita menggunakan nilai default
1 atm (101,325 Pa) sebagai Operating Pressure.

Klik Cance l untuk membiarkan keadaan sebagaimana default-nya.

Mendefinisikan Boundary Conditions


Sekarang kita men-set nilai kecepatan pada inlet dan tekanan pada outlet.

Aliran laminar dalam pipa 29


1. Main Menu > Define > Boundary Conditions...

Empat tipe boundary yang telah didefinisikan ditetapkan sebagai zones pada sisi kiri Boundary
Conditions Window. Centerline zone merupakan keadaan default. Pastikan centerline terpilih
sebagai axis, dan klik Set.... Tak ada yang perlu di-set untuk axis. Klik OK.

a. Turunkan daftar, pilih in let di bawah Zone . FLUENT mengindikasikan bahwa tipe boundary
ini adalah velocity-inlet. Boundary type untuk "inle t" telah di-set dalam GAMBIT. Jika
diperlukan kita dapat mengubah boundary type yang telah di-set sebelumnya dalam GAMBIT
dalam menu ini dengan memilih type yang berbeda dari list/daftar yang tersedia di sebelah
kanannya.

Klik Set.... Masukkan 1 untuk Velocity Magnitude. Klik OK. Ini mengeset kecepatan fluida
memasuki boundary sebelah kiri.

b. Tekanan (absolute) pada outlet adalah 1 atm. Karena operating pressure telah di-set pada 1
atm, maka tekanan relatif (gauge pressure) pada sisi outlet = outlet absolute pressure -
operating pressure = 0. Pilih outlet dibawah Zone. Tipe boundary ini adalah pressure-outlet.
Klik Set.... Nilai default Gauge Pressure adalah 0. Klik Cancel agar tetap dalam keadaan
default.

c. Terakhir, klik pada wall di bawah Zones dan pastikan boundary type di-set sebagai wall.
Klik pada tiap tab dan catat bahwa hanya “momentum” yang dapat diubah pada keadaan ini.
Klik OK.

Klik Close untuk menutup menu Boundary Condit ions.

Langkah 5: Solve! Selesaikan!


Gunakan skema second-order discretization.

Main Menu > Solve > Controls > Solution...

Ubah Momentum menjadi Second Orde r Upwind.

Aliran laminar dalam pipa 30


Klik OK.

Menentukan dugaan awal (Initial Guess)


Mulai bidang aliran dengan nilai pada inlet:

Main Menu > Solve > Init ialize > Initialize...

Dalam menu Solution Initialization yang muncul, pilih inlet di bawah Compute From. Axial
Veloc ity untuk seluruh sel di-set 1 m/s, Radial Velocity 0 m/s dan Gauge Pressure 0 Pa. Nilai
ini diambil dari inlet boundary condition.

Klik Init. Dengan demikian inisialisasi telah lengkap.

Menge-set Convergence Criteria (kriteria konvergensi)


FLUENT melaporkan residual untuk tiap persamaan atur (governing equation) yang diselesaikan.
Residual merupakan ukuran seberapa baik solusi atau perhitungan memenuhi bentuk diskrit dari
governing equation. Kita akan mengiterasi solusi sampai residual untuk tiap persamaan mencapai
lebih kecil dari 1e-6.

Main Menu > Solve > Monitors > Residual...

Ubah residual dibawah Convergence Crite rion untuk continuity, x-velocity, and y-velocity,
semua menjadi 1e-6.

Aliran laminar dalam pipa 31


Juga, di bawah Options, pilih Plot. Ini akan mem-plot residual dalam jendela grafik saat
perhitungan dilakukan. Jika anda pilih Print, maka pada halaman/jendela FLUENT yang tampil
adalah angka-angka residual yang sedang diiterasi.

Klik OK.

Simpan file kasus ini:

Main Menu > File > Write > Case...

Ketik pipe .cas pada Case File. Klik OK. Jika anda keluar dari FLUENT sekarang, anda dapat
mengakses kembali file untuk kasus ini.

Iterate Until Convergence (Iterasi sampai mencapai konvergensi)


Mulai perhitungan dengan menjalankan 100 iterasi:

Main Menu > Solve > Iterate ...

Dalam Iterate Window yang muncul, ubah Numbe r of Iterations menjadi 100. Klik Iterate.

Residual untuk tiap iterasi diplotkan dalam jendela grafik pada saat perhitungan berjalan.

Aliran laminar dalam pipa 32


Residual telah mencapai kriteria yang ditentukan 1e-6 dalam 46 iterasi, ditampilkan sbb:

Simpan penyelesaian (solusi) dalam file data:

Main Menu > File > Write > Data...

Masukkan pipe.dat pada Data File dan klik OK.

Langkah 6: Analisis Hasil


Kecepatan pada garis sumbu pipa (centerline velocity)
Kita akan mem-plot variasi kecepatan sepanjang garis sumbu pipa.

Main Menu > Plot > XY Plot...

Pastikan bahwa Posit ion on X Axis di bawah Options telah diaktifkan, dan X di-set 1 dan Y di-
set 0 di bawah Plot Direction. Ini menginformasikan kepada FLUENT untuk mem-plot nilai
koordinat x pada absis grafik.

Di bawah Y Axis Function, pilih Velocity... dan pada kotak dibawahnya, pilih Axial Velocity.

Catat bahwa X Axis Function dan Y Axis Function menyatakan sumbu x dan y grafik; bukan
arah x dan y pipa.

Terakhir, pilih centerline di bawah Surfaces karena kita sedang mem-plot kecepatan aksial
sepanjang centerline. Selesai.

Aliran laminar dalam pipa 33


Klik Plot.

Grafik kecepatan aksial sebagai fungsi jarak sepanjang sumbu pipa muncul sbb:

Dalam grafik kita dapat melihat bahwa kecepatan mencapai nilai konstan pada jarak tertentu dari
inlet. Inilah yang disebut daerah aliran berkembang penuh (fully-developed flow region).

Pada jarak berapakah nilai kecepatan menjadi konstan? Ini bisa diperjelas dengan mempersempit
range jarak/posisi garis sumbu dalam grafik.

Dalam menu Solution XY P lot, klik Axes.... di bawah Options, off-kan Auto Range . Kotak di
bawah Range menjadi aktif. Pilih X di bawah Axis. Masukkan 1 untuk M inimum dan 3 untuk
Maximum di bawah Range.

Kita akan mengaktifkan grid lines untuk membantu memperkirakan dimana aliran menjadi fully
developed. Cek kotak dekat Major Rules dan M inor Rule s di bawah Options. Click Apply.

Aliran laminar dalam pipa 34


Kemudian pilih Y di bawah Axis dan sekali lagi off-kan Auto Range di bawah Options, kemudian
masukkan 1.8 untuk M inimum dan 2.0 untuk Maximum di bawah Range. Pilih Major Rules
dan Minor Rules untuk menghidupkan grid lines pada arah Y. Klik Apply, kemudian Close .

Kembali menu Solution XY P lot klik Plot untuk menge-plot ulang grafik. Menjadi jelas bahwa
fully-developed region dimulai pada sekitar x = 3 m dan kecepatan pada garis sumbu pada jarak
tersebut adalah 1.93 m/s.

Menyimpan Plot
Dalam menu Solution XY P lot Window, cek kotak Write to File di bawah Options. Tombol
Plot berubah menjadi Wr ite... Klik Write .... Masukkan ve l.xy sebagai XY File Name, klik OK.

Menyimpan gambar plot:

Tinggalkan menu Solution XY Plot Window dan Graphics Window terbuka, klik:

File > Hardcopy ...

Aliran laminar dalam pipa 35


Di bawah Format, pilih satu dari tiga pilihan:

EPS – Jika anda memiliki sebuah postscript viewer, ini merupakan pilihan terbaik. EPS
memungkinkan anda menyimpan fli dalam mode vektor, yang memungkinkan kualitas
gambar yang terbaik. Setelah memilih EPS, pilih Vector di bawah File Type.

TIFF – High resolution graph; file berukuran besar.

JPG – Gambar dengan ukuran kecil dan mudah dilihat dengan banyak browser.

Klik Save...

Masukkan vel.eps, vel.tif, atau vel.jpg sesuai pilihan anda kemudian klik OK.

Profil Kecepatan (Velocity Profile)


Kita akan memplot kecepatan pada sisi outlet sebagai fungsi jarak dari sumbu pipa (jarak arah
sumbu y). Untuk melakukan ini kita harus men-set sumbu y grafik sebagai sumbu y pipa (arah
radial).

Untuk mem-plot variabel posisi pada sumbu y grafik, matikan Position on X Axis dibawah
Options dan pilih Position on Y Axis sebagai pengganti. Untuk membuat variabel posisi jarak
radial dari centerline, di bawah Plot Direction, ubah X menjadi 0 dan Y menjadi 1. Untuk memplot
kecepatan aksial pada sumbu x grafik, untuk X Axis Function, pilih Ve loc ity, dan Axial Velocity
dibawahnya.

Karena kita ingin memplot kecepatan tersebut pada batas outlet, pilih outlet di bawah Surfaces.

Ubah kedua sumbu x dan y menjadi Auto-Range.

Matikan Write to File di bawah Options supaya kita dapat melihat grafik. Klik Plot.

Apakah profil ini mirip dengan profil kecepatan sebagaimana yang pernah anda pelajari (dalam
Mekanika Fluida 1 dan 2)?

Simpan data dari plot ini: Pilih Write to File di bawah Options dan klik Write .... Masukkan
profil.xy untuk XY File dan klik OK.

Aliran laminar dalam pipa 36


Untuk mengetahui bagaimana perubahan profil kecepatan pada daerah berkembang penuh, kita
bisa menambahkan profil kecepatan pada x = 0.6 m (x/D = 3) dan x = 1.2 m (x/D = 6) pada plot
di atas. Buat garis pada x = 0.6 m menggunakan menu Line/Rake.

Main Menu > Surface > Line /Rake

Kita akan membuat garis lurus dari (x0,y0) = (0.6,0) ke (x1,y1) = (0.6,0.1). Pilih Line Tool di
bawah Options. Masukkan x0 = 0.6, y0 = 0, x1 = 0.6, y1 = 0.1. Masukkan line 1 di bawah New
Surface Name. Klik Create.

Untuk melihat garis yang baru dibuat, pilih…

Main Menu > Display > Grid...

Lihat bahwa line 1 muncul dalam daftar permukaan (list of surfaces). Pilih semua surface kecuali
default-interior. Klik Display. Ini akan menampilkan semua surface tapi tanpa sel hasil meshing.
Perbesar ke dalam region dekat inlet untuk melihat garis yang dibuat pada x = 0.6m. line 1 adalah
garis putih vertikal sebelah kanan pada gambar di bawah ini.

Dengan cara yang sama, buatlah garis vertikal line 2 pada x = 1.2; (x0,y0) = (1.2,0) ke (x1,y1) =
(1.2,0.1). Tampilkan untuk memeriksa apakah telah dibuat dengan benar.

Sekarang kita dapat memplot profil kecepatan pada x = 0.6m (x/D = 3) dan x = 0.12m (x/D = 6)
pada profil kecepatan outlet yang sebelumnya pada posisi tersebut tidak diplotkan. Dalam menu
Solution XY plot, gunakan setting yang sama dengan sebelumnya. Di bawah Surfaces, di
samping outlet, pilih line 1 dan line 2. Pilih Node Values di bawah Options. Klik Plot. Untuk
membedakan dengan plotting yang sebelumnya, simbol dan warna yang berbeda dapat dipilih
menggunakan menu Curves.

Aliran laminar dalam pipa 37


Profil kecepatan pada 3 posisi hilir yang berbeda terlihat cukup mendekati profil aliran
berkembang penuh. Akan tetapi jika simulasi ini diulang dengan grid yang lebih halus bisa saja
hasilnya berbeda (lebih baik). Grid kasar yang digunakan disini tidak dapat ‘menangkap’ atau
merekam perkembangan boundary layer dengan baik, dan kurang akurat dalam memprediksi
panjang entrance length-nya.

Vektor Kecepatan (Velocity Vectors)

Main Menu > Display > Vectors... > Display

Perbesar pada bagian dekat inlet. Panjang dan warna panah merepresentasikan besarnya
kecepatan. Tampilan vektor lebih jelas jika panah dibuat lebih pendek, dengan cara: Change Scale
menjadi 0.4 dalam menu Vectors , klik Display.

Sisi lain dari pipa dapat direfleksikan untuk mendapatkan tampilan pipa secara utuh:

Main Menu > Display > Views...

Di bawah M irror Planes, hanya axis surface yang terdaftar karena hanya itulah symmetry
boundary dalam kasus ini. Pilih axis, klik Apply. Tutup jendela Views.

Vektor kecepatan menggambarkan bagaimana aliran berkembang pada arah hilir dari inlet, Sejalan
dengan perkembangan boundary layer, aliran dekat dinding diperlambat oleh adanya viscous
friction. Panah yang miring dekat dinding berada pada jarak yang dekat dari inlet. Ini
mengindikasikan bahwa aliran lambat dekat dinding mengakibatkan injeksi fluida ke dalam region

Aliran laminar dalam pipa 38


yang jauh dari dinding untuk memenuhi hukum konservasi massa. Sehingga, kecepatan di luar
boundary layer meningkat.

Dalam keadaan default, satu vektor digambar pada pusat tiap sel. Ini dapat dilihat dengan
mengaktifkan grid dalam vector plot: pilih Draw Grid dalam menu Vector, kemudian klik
Display dalam Grid Display.

Gambar di bawah ini menunjukkan profil kecepatan aliran di dalam pipa pada berbagai
bilangan Reynolds (kecepatan aliran) yang berbeda. Simulasikan dalam beberapa
kecepatan aliran yang berbeda; apakah menghasilkan profil seperti gambar di bawah ini?

Gambar di bawah ini menunjukkan kore lasi/pe rsamaan profil kecepatan berdasar
kecepatan maksimum dan posis i radial dalam pipa. Buat perhitungan menggunakan
persamaan di bawah ini; kemudian bandingkan langsung dengan hasil simulasi anda.

Aliran laminar dalam pipa 39


Tutorial Computational Fluid Dynamics (CFD)
Bagian 3
Simulasi Perpindahan Panas Konveksi Alamiah
Menggunakan Software ANSYS FLUENT 6.2

Deskripsi Permasalahan

Pertimbangkan sebuah plat datar yang memiliki temperatur konstan 413 K. Lebar plat diasumsikan
tak terhingga. Profil kecepatan fluida dalam keadaan seragam (uniform) pada titik x = 0.
Temperatur aliran bebas fluida 353 K. Pada umumnya kasus seperti ini diasumsikan sebagai aliran
inkompresibel. Namun asumsi tersebut menjadi tidak valid jika beda temperatur antara dinding
plat dan aliran bebas semakin besar. Karena itulah, aliran dalam kasus ini diperlakukan sebagai
aliran kompresibel. Kita akan menganalisis aliran fluida ini dengan kondisi non-mensional (yang
dinyatakan dalam bilangan Reynolds, Re dan bilangan Prandtl, Pr) sebagai berikut:

Data-data aliran bebas lainnya:

Sesuai hukum gas ideal, densitas aliran bebas dapat ditentukan berdasarkan temperatur dan
tekanan, sebagai berikut:

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 40


Kondisi aliran ini barangkali tidak merepresentasikan fluida yang nyata (artinya fluida dengan
sifat-sifat tersebut di atas mungkin tidak ada); sifat atau parameter tersebut dipilih untuk tujuan
mendapatkan bilangan Prandtl dan Reynolds yang telah ditentukan di atas. Pemilihan ini akan
mempermudah perhitungan dalam tutorial CFD ini.
Selesaikan problem ini menggunakan FLUENT. Validasikan pemecahannya dengan plotting y+
pada plat datar. Juga, plot-kan profil kecepatan pada x = 1 m. Kemudian plot-kan bilangan Re vs
Nu (bilangan Nusselt). Bandingkan akurasi hasil dari FLUENT dengan perhitungan menggunakan
korelasi empiris.
Analisis awal
Kita berharap lapisan batas turbulen (turbulent boundary layer) berkembang sepanjang plat. Jika
boundary layer semakin tebal maka laju perpindahan panas (q'') dan koefisien perpindahan panas
akan menurun.

Kemudian hasil perhitungan numerik menggunakan FLUENT akan dibandingkan dengan


persamaan empiris yang diperoleh dari eksperimen.

Langkah 1: Membuat geometri dalam GAMBIT


Pastikan bahwa mesh dibuat untuk digunakan dengan FLUENT 6.0:

Main Menu > Solver > FLUENT 5/6

Verifikasi mengenai hal ini dapat dilakukan dengan melihat Transcript Window dimana anda
dapat membaca:

Tipe batas yang dapat anda pilih dalam Langkah 3 nanti, tergantung pada solver yang anda
gunakan.

Strategi dalam membuat geometri bidang aliran


Dalam membuat geometri aliran kita harus mempertimbangkan apa yang diperlukan agar model
kita bisa mendekati aliran yang nyata. Dalam kasus ini, boundary layer tumbuh sepanjang plat,
sehingga harus memenuhi kondisi tanpa slip (no-slip condition). Kecepatan aliran pada plat harus
NOL. Sebagai akibatnya (berdasarkan persamaan Kontinyuitas) kondisi ini akan mengakibatkan
kenaikan kecepatan pada arah sumbu y (y-velocity). Meskipun y-velocity jauh lebih kecil daripada
x-velocity, ini akan sangat mempengaruhi hasil simulasi jika tidak dipertimbangkan dalam
pembuatan geometri bidang aliran.
Kita akan menggunakan titik pusat sistem koordinat sebagai ujung kiri-bawah medan aliran di
atas, ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 41


Pertama kita buat 4 “vertex”/“vertices” pada empat sudut dan menghubungkannya untuk
mendapatkan “edge” dari segi empat medan aliran di atas. Selanjutnya dibentuk “face” yang
meliputi area dari segi empat tersebut.

Membuat “vertices”
Kita akan memperlakukan problem ini sebagai kasus 2-D dengan mengasumsikan lebar plat tak
terhingga.
Operation Toolpad > Geometry Command Button > Vertex Command Button >
Create Ve rtex

Tombol Create Ve rtex merupakan posisi default. Untuk membuat titik/vertice (0,0) isikan 0 pada
x; 0 pada y dan 0 pada z. Klik Apply.

Vertex (0,0,0) akan tampak dalam graphics window seperti di bawah ini (perhatikan tanda +
berwarna putih pada pojok koordinat).

Dalam Transc ript window, GAMBIT menuliskan "Created vertex: vertex.1". Vertices
mendapat nomor vertex.1, vertex.2 dst sesuai urutan pembuatannya.
Ulang proses ini untuk membuat 3 vertices lainnya:
Vertex 2: (1,0,0)
Vertex 3: (1,1,0)
Vertex 4: (0,1,0)
Dalam problem 2D, nilai koordinat-z selalu nol.
Operation Toolpad > Graphics/Windows Control > Fit to Window Button

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 42


Keempat vertices yang telah dibuat akan tampil dalam ukuran “fit” sesuai ukuran Graphic s
Windows.

Tombol lain yang sangat bermanfaat adalah tombol Orient Mode l . Jika anda meng-klik dan
menahan mouse-kiri dan kemudian menggerakkan mouse, model akan bergerak 3 dimensional. Ini
memang tidak terlalu membantu jika gambar yang kita buat 2D.

Membuat Edges
Sebuah edge dibuat dari 2 vertices dan edge merupakan garis antara 2 vertices tersebut.
Operation Toolpad > Geometry Command Button > Edge Command Button >
Create Edge
Klik tombol panah ke atas dekat kotak vertices dalam jendela Create Straight Edge.

Ini akan menampilkan daftar vertices, sehingga vertex 1 dan 2 bisa dipilih. Pilih Vertex.1 dan
Vertex.2. kemudian tekan tombol panah ke kanan untuk membawa kedua vertex tersebut
dalam kolom Picked.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 43


Klik Close. Kemudian klik Apply dalam jendela Create Straight Edge untuk membuat edge
ini.
Cara lainnya, vertex-vertex ini dapat dipilih dengan menahan tombol Shift dan meng-klik pada
vertex yang dipilih. Setiap vertex terpilih, akan muncul warna merah dalam Graphics Window.
Kemudian lepas tombol Shift, dan klik Apply dalam jendela Ceate Straight Edge.
Ulangi proses ini untuk membuat edge antara vertices 2 & 3, vertices 3 & 4, dan vertices 4 & 1.

Membuat Face
Operation Toolpad > Geometry Command Button > Face Command Button >
Form Face
Untuk membentuk sebuah face pada area yang dibatasi 4 garis yang telah dibuat, kita harus
memilih 4 edges tersebut. Kemudian klik tombol panah ke atas dekat kotak vertices dalam
jendela Create Face From Wireframe. Kemudian tekan tombol panah ke kanan All untuk
membawa vertices tersebut dalam kolom Picked.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 44


Klik Close. Kemudian klik Apply dalam jendela Create Face From Wireframe untuk membuat
face yang diinginkan. Edges dan vertices menjadi berwarna biru, menunjukkan bahwa sekarang
telah menjadi sebuah face.

Save
Simpan file GAMBIT dalam direktori anda.
Main Menu > File > Save As... > Browse...
Beri nama plate.dbs.

Langkah 2: Mesh Geometry dalam GAMBIT


Kita akan membuat sebuah mesh pada face rectangular yang telah dibuat menjadi 100 bagian
dalam arah vertikal dan 30 bagian dalam arah horisontal. Spasi grid atau mesh ditentukan melalui
edge mesh.

Mesh Edges
Operation Toolpad > Mesh Command Button > Edge Command Button > Mesh
Edges

Strategi dalam Mesh


Dalam pembuatan mesh ini, diinginkan untuk membuat sel yang lebih banyak di dekat plat (Edge
1) karena kita ingin mendapatkan turbulent boundary layer, yang sangat tipis jika dibandingkan
tinggi medan aliran.
Klik tombol panah ke atas dekat kotak Edges dalam jendela Mesh Edges. Pilih Edge.2,
kemudian tekan tombol panah ke kanan untuk membawah vertex ini ke dalam kolom
Pic ked. Catat bahwa panah pada edge yang dipilih harus menghadap ke atas. Ini mengindikasikan
arah node dengan spasi kecil menuju node dengan spasi lebar. Ingat, sekali lagi, kita membutuhkan
spasi node kecil pada bagian dekat dinding plat.

Arah panah yang benar diperlukan untuk menjamin meshing yang benar. Pilih Edge.4 dalam
jendela Mesh Edges. Panah pada edge ini mengarah ke bawah, sehingga perlu diubah. Klik
Shift+Middle pada edge yang dipilih untuk mengubah arah panah menjadi ke atas.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 45


Di bawah Type, pilih Successive Ratio, jika belum ter-klik. Isikan Ratio dengan 1.08; di bawah
Spacing, pilih Interval Count. Isikan Inte rval Count dengan 100 kemudian klik Apply.
Pilih Edge.1 dan Edge.3 dalam jendela Mesh Edges. Arah panah pada kedua edges ini tidak
relevan lagi karena pembagiannya akan sama dengan sisi di seberangnya. Biarkan Successive
Ratio pada nilai 1 dan set Interval Count dengan 30. Klik Apply.

Mesh Face
Operation Toolpad > Mesh Command Button > Face Command Button > Mesh
Faces
Klik mouse kiri dan Shift pada face atau gunakan tanda panah ke atas di dekat Faces untuk
memilih face. Klik Apply.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 46


Langkah 3: Menetapkan Boundary Types dalam GAMBIT

Membuat Boundary Types


Kita akan menge-set boundary types dalam GAMBIT. Edge kiri = inflow, edge kanan = outflow,
edge atas = bagian atas medan aliran yang terbuka, dan edge bawah = plat (dinding) seperti pada
gambar di atas.
Operation Toolpad > Zones Command Button > Specify Boundary Types Command
Button
Ini akan menampilkan jendela Specify Boundary Types pada Operation Pane l. Pertama kita
akan menentukan edge kiri sebagai inflow. Di bawah Entity:, pilih Edges sehingga GAMBIT tahu
kita ingin memilih sebuah edge (kondisi default-nya adalah face)

Sekarang pilih edge kiri dengan Shift klik padanya. Edge yang ter-klik akan muncul dalam kotak
warna kuning di dekat kotak Edges bersamaan dengan list Labe l/Type di bawah kotak Edges.
Dekat Name:, isikan inflow.
Untuk Type:, pilih VELOCITY_INLET. Anda mungkin harus menggerakkan kotak Specify
Boundary Types ke atas untuk mendapatan VELOCITY_INLET.

Klik Apply. Anda akan melihat masukan baru tadi di bawah kotak Name/Type dekat bagian atas
jendela.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 47


Ulangi proses ini untuk 3 edges lainnya dengan mengikuti tabel di bawah ini.
Edge Position Name Type
Left inflow VELOCITY_INLET
Right outflow PRESSURE_OUTLET
Top top SYMMETRY
Bottom plate WALL

Anda akan mendapatkan Name/Type seperti di bawah ini:

Save and Export


Main Menu > File > Save
Main Menu > File > Export > Mesh...
Beri nama plate.msh untuk File Name:. Pilih Export 2d Mesh karena ini adalah problem 2D.
Klik Accept.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 48


Langkah 4: Set Up Problem dalam FLUENT
Jalankan Fluent 6.0
Start > Programs > Fluent Inc > FLUENT 6.0
Pilih 2ddp, klik Run.

Import Grid
Main Menu > File > Read > Case...
Arahkan pada direktori dimana anda menyimpan file plate.msh yang telah dibuat dengan
preprocessor GAMBIT pada langkah sebelumnya. FLUENT melaporkan statistik mesh begitu ia
membaca mesh tersebut, ditampilkan.

Cek jumlah node, face (dengan type yang berbeda-beda), dan sel-nya. Dalam kasus ini ada 3000
(=30*100) sel quadrilateral.

Lihat juga di bawah zones. Kita dapat melihat 4 zones zones inflow, outflow, top, dan plate yang
telah didefinisikan dalam GAMBIT.

Check and Display Grid


Main Menu > Grid > Check
Cek ukuran grid:
Main Menu > Grid > Info > Size
Akan muncul:

Tampilkan grid:
Main Menu > Display > Grid...
pastikan 5 items di bawah Surfaces dalam keadaan terpilih.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 49


Klik Display.

Mendefinisikan Solver Properties


Main Menu > Define > Models > Solver
Pilih keadaan default-nya 2D space, segregated solver, implic it formulation, steady flow dan
absolute velocity formulation. Klik OK.

Main Menu > Define > Models > Energy


Kita ingin mengamati distribusi temperatur, sehingga kita harus menyelesaikan persamaan energi.
Pilih Energy Equation dan klik OK.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 50


Main Menu > Define > Models > Viscous
Di bawah Model, pilih k-epsilon turbulence model. Kita akan menggunakan model Realizable
dalam kotak k-epsilon Model. Model Realizable k-epsilon menghasilkan hasil yang lebih akurat
untuk aliran boundary layer dibandingkan model Standard k-epsilon. Dalam kotak Near-Wall
Treatment, pilih Enhanced Wall Treatment (pilihan ini selalu relevan untuk kasus boundary
layer). Pilih Thermal Effects dalam kotak Enhanced Wall Tre atment Options untuk
memasukkan kondisi termal dalam persamaan Enhanced Wall Treatment.

Nilai dalam kotak Model Constants bernilai tetap (konstan) yang digunakan dalam persamaan
turbulensi k-epsilon. Nilai ini dapat diterima untuk berbagai macam aliran yang dibatasi
permukaan padat. Biarkan nilai dalam kotak Model Constants sebagaimana nilai default-nya.
Klik OK.

Mendefinisikan Material Properties


Main Menu > Define > Materials...
Ubah Density sesuai gas ideal karena kita memperlakukan aliran ini sebagai kompresibel.
FLUENT akan menghitung densitas pada tiap titik berdasarkan tekanan dan temperatur pada titik
tersebut. Biarkan nilai Cp sesuai nilai default-nya 1006.43. Ubah The rmal Conductivity menjadi
9.4505 e-4. Ubah Viscosity menjadi 6.667e-7. Gerakkan scroll untuk melihat Molecular We ight.
Biarkan Molecular Weight dalam keadaan default-nya dengan nilai 28.966. Nilai-nilai ini sesuai
dengan yang diketahui dalam Deskripsi Permasalahan pada halaman 1.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 51


Klik Change/Create.

Mendefinisikan Operating Conditions


Main Menu > Define > Operating Conditions...

Untuk semua aliran, FLUENT menggunakan tekanan relatif (gauge pressure). Jika kita
menggunakan absolute pressure itu bisa dihasilkan dengan menambahkan tekanan operasi
(operating pressure) terhadap gauge pressure. Dalam kasus ini kita menggunakan nilai default 1
atm (101,325 Pa) sebagai Operating Pressure .

Klik Cancel untuk membiarkan keadaan sebagaimana default-nya.

Mendefinisikan Boundary Conditions


Kita akan menge-set kecepatan pada inflow dan tekanan pada outflow.

Main Menu > Define > Boundary Conditions...


Catat bahwa di sini 4 tipe batas yang telah didefinisikan dinyatakan sebagai zones pada sisi kiri
Boundary Conditions Window. Juga ada 2 zones default-interior fluid, digunakan untuk
mendefinisikan interior medan aliran. Kita tidak perlu mengubah setting untuk 2 zones ini.

Pilih inflow dibawah Zone. FLUENT mengindikasikan Type boundary ini berupa velocity-inle t.
Klik Set....
Masukkan 1 untuk Velocity Magnitude. Ini menge-set kecepatan fluida memasuki batas kiri
menjadi profil kecepatan yang seragam sebesar 1 m/s. Set Temperature menjadi 353K. Ubah
Turbulence Specification Method menjadi Intensity and Viscosity Ratio. Set Turbulence
Intensity menjadi 1 dan Turbulent Viscosity Ratio menjadi 1. Klik OK.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 52


Pilih outflow di bawah Zone . Type boundary ini adalah pressure-outlet. Klik Set.... nilai default
Gauge Pressure = 0. Klik Cance l agar tetap sebagaimana nilai default-nya.

Klik plate di bawah Zones; Type boundary ini adalah wall. Klik Set.... karena kita menggunakan
plat yang dipanaskan secara isothermal, kita harus menge-set temperatur. Pada tab Thermal, pilih
Temperature di bawah The rmal Conditions. Ubah Temperature menjadi 413. Material yang
dipilih tidak membawa konsekuensi apapun karena dalam kasus ini, ketebalan plat dianggap nol,
sehingga sifat material plat tidak mempengaruhi perpindahan panas plat. Klik OK.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 53


Pilih top di bawah Zones. Type boundary ini adalah symmetry. Klik Set... untuk melihat bahwa
tidak ada apapun yang bisa di set untuk boundary ini. Klik OK.
Klik Close untuk menutup menu Boundary Condit ions.

Langkah 5: Solve! Selesaikan!


Kita akan gunakan skema diskretisasi second-order (second-order discretization scheme).
Main Menu > Solve > Controls > Solution...
Ubah Density, Momentum, Turbulence Kinetic Energy, Turbulence Dissipation Rate, dan
Ene rgy semuanya menjadi Second Order Upwind. Biarkan Pressure dan Pressure-Velocity
Coupling dalam keadaan default-nya (yaitu masing-masing Standard dan SIMPLE).

Klik OK.

Set Initial Guess


Perkiraan awal dilakukan untuk kecepatan pada sisi masuk (inflow).
Main Menu > Solve > Init ialize > Initialize...
Dalam jendela Solution Init ialization pilih inflow di bawah Compute From. Nilai X Velocity
untuk seluruh sel secara otomatis telah di-set 1 m/s, Y Ve loc ity 0 m/s dan Gauge Pressure 0 Pa.
Nilai ini berasal dari boundary condition sebelumnya.

Klik Init. Kemudian klik Close.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 54


Menge-set Convergence Criteria (kriteria konvergensi)

Main Menu > Solve > Monitors > Residual...


Ubah Convergence Criterion untuk continuity, x-velocity, dan y-velocity, energy, k, dan epsilon
semuanya menjadi 1e-6.
Di bawah Options, pilih Print dan Plot.

Klik OK.

Simpan hasil kerja anda.


Main Menu > File > Write > Case...
Ketik plate.cas untuk Case File. Klik OK.

Iterate Until Convergence (Iterasi sampai mencapai konvergensi)


Mulai perhitungan dengan 10000 iterasi.
Main Menu > Solve > Iterate ...
Isikan 10000 dalam Number of iterations, klik Iterate .

Residual untuk tiap iterasi akan di-print dan di-plotkan dalam grafik seperti di bawah ini.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 55


Sampai iterasi ke berapa konvergensi akan tercapai???

Simpan file data anda:


Main Menu > File > Write > Data...
Ketik plate .dat untuk Data File dan klik OK.

Langkah 6: Analisis Hasil


Kecepatan pada x = 1m
Main Menu > Plot > XY Plot...
Di bawah Options, ganti Position on X Axis dengan Position on Y Axis. Di bawah Plot
Direction, masukkan 0 dalam X dan 1 dalam Y. Ini menginformasikan pada FLUENT untuk
mem-plot-kan profil vertikal. Di bawah X Axis Function, pilih Ve locity... dan X Ve locity pada
kotak di bawahnya. Terakhir, pilih outflow di bawah Surfaces karena kita akan memplotkan profil
kecepatan pada outflow. Non-aktifkan plate di bawah Surfaces.

Klik pada Axes... dalam jendela Solution XY Plot. Pilih X dalam kotak Axis. Dalam kotak
Options pilih Major Rules untuk mengaktifkan grid dalam plot. Klik Apply. Pilih Y dalam Axis,
pilih Major Rules lagi, dan nonaktifkan Auto Range. Dalam kotak Range masukkan 0.1 untuk
Maximum sehingga kita bisa melihat profil kecepatan dalam boundary layer lebih dekat. Klik
Apply dan Close.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 56


Nonaktifkan Write to File . Klik Plot.

Kita bisa melihat bahwa x-velocity mencapai 1 m/s pada y  0.02 m. Ini menunjukkan ketebalan
relatif boundary layer dibandingkan skala panjang plat. Kita juga bisa mengamati profil kecepatan
sedikit lebih besar dari 1 m/s di atas boundary layer. Ini tidak terjadi dalam real flow. Ini
merupakan akibat dari model yang kita gunakan. Kita memilih boundary condition berupa
symmetry pada bagian atas bidang aliran, yang secara esensial merupakan dinding tanpa no-slip
condition. Dengan demikian tidak ada aliran yang diperbolehkan melintasi batas ini. Dalam aliran
riil, tidak ada batas pada bagian atas, dan aliran bisa melintasi batas atas ini dengan bebas. Jika
kita mempertimbangkan profil kecepatan inflow dan outflow dalam hubungannya dengan
konservasi massa, profil kecepatan seragam 1 m/s pada x = 0 memiliki massa lebih banyak
memasuki bidang aliran daripada profil kecepatan tak seragam pada x = 1 m, yang mana kecepatan
lebih rendah di dekat dinding. Di samping itu, fluida berkembang di dekat dinding karena
temperatur naik, sehingga meningkatkan y-velocity fluida di atasnya. Ini mengakibatkan sejumlah
massa harus melintasi bagian atas bidang aliran agar hukum kekekalan massa terpenuhi.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 57


Pemilihan Pressure Outlet untuk boundary condition bagian atas bisa merepresentasikan aliran
eksternal riil lebih akurat. Sayangnya, ini tidak dapat digunakan dalam medan aliran kita tanpa
berhadapan dengan problem konvergensi, sehingga pemilihan boundary condition symmety
merupakan pilihan terbaik. Karena kita tidak mengijinkan aliran melintas batas atas, kita
mengamati profil kecepatan outflow dimana kecepatan outflow > 1 di atas boundary layer agar
memenuhi konservasi massa. Bagusnya, in-akurasi akibat model ini tidak menghasilkan efek yang
signifikan pada koefisien perpindahan panas pada dinding.

PilihWrite to File dan simpan data untuk plot ini sebagai outflow_profile.xy.

Plot Nusselt Number vs. Reynolds Number


Nusselt Number merupakan koefisien perpindahan panas tak berdimensi yang menghubungkan
perpindahan panas konvektif dan konduktif.

Untuk mendapatkan Nusselt Number dari FLUENT, kita akan mem-plot-kan Total Surface
Heat Flux.

Main Menu > Plot > XY Plot...


Dalam kota Options, ubah kembali ke Position on X Axis. Dalam kotak Plot Direction,
masukkan nilai default 1 dalam X dan 0 dalam Y. Di bawah Y-Axis Function pilih Wall Fluxe s.
Dalam kotak di bawahnya pilih Total Surface Heat Flux. Pilih Plate di bawah Surfaces. Sebelum
mem-plot, aktifkan Auto Range untuk Y axis pada jendela Axes....

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 58


Klik Plot.

Dengan cara yang sama, koefisien perpindahan panas dinding bisa diperoleh, dan profil grafiknya
menyerupai total heat flux pada dinding.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 59


Setelah Solution XY Plot di atas pilih menu Write to File. Simpan data plot tersebut misalnya
dengan nama heatflux.xy . Klik Write ....
Buka file tersebut menggunakan Wordpad atau yang sejenis. Copy dan paste-kan ke dalam Excel.
Anda akan peroleh sbb:

Jika Excel tidak secara otomatis memisahkan data ke kolom yang berbeda, pisahkan dengan
memilih kolom data dan gunakan fungsi Text to Columns:
Main Menu > Data > Te xt to Columns

Kolom pertama adalah posisi x pada plat dan kolom kedua adalah total surface heat flux (q'')
pada posisi x tersebut. Kita bisa menentukan bilangan Nusselt dari nilai q” tersebut. Kita akan
mendefinisikan q” positif sebagai perpindahan panas ke arah fluida. Gunakan persamaan-
persamaan di bawah ini untuk mengubah q” menjadi biangan Nusselt dalam lembar Excel anda.

Bilangan Reynolds dapat didefinisikan pada tiap posisi x sbb:

Plotkan Re vs Nu hasil FLUENT ke dalam Excel; akan terlihat sebagai berikut:

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 60


2500

2000
NuX (FLUENT)

1500

1000

500

0
0.0E+00 2.0E+05 4.0E+05 6.0E+05 8.0E+05 1.0E+06 1.2E+06 1.4E+06 1.6E+06

ReX

Bandingkan hasilnya (menggunakan FLUENT) dengan Korelasi dan hasil


Eksperimen
Korelasi yang digunakan diturunkan oleh Reynolds [1]:

Seluruh properti dalam korelasi ini dievaluasi pada temperatur statik aliran bebas 300 K. Korelasi
ini menggunakan asumsi:
1. Pr = 0.7
2. 105 < Re < 107
3. Properti fluida dievaluasi pada kondisi free-stream
4. Turbulent compressible boundary layer
5. Flat plate
6. Faktor gesek dihitung dari persamaan berikut ini (implisit dalam persamaan Nu di atas, tapi
tidak dihitung dalam analisis ini):

Tambahkan korelasi Reynolds untuk bilangan Nu tersebut dalam lembar Excel anda.

Seban & Doughty [2] telah melakukan eksperimen plat datar yang dipanaskan dan mendapatkan
persamaan untuk bilangan Nusselt seperti di bawah ini:

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 61


Eksperimen Seban & Doughty dilakukan menggunakan udara sebagai fluida kerja (Pr = 0.7); dan
pada variasi bilangan Reynolds 105 < Re < 4x106. Tambahkan hasil perhitungan menggunakan
korelasi Seban & Doughty ke dalam lembar Excel anda.

Plotting perbandingan Re vs Nu dari FLUENT, Korelasi Reynolds, dan Eksperimen Seban akan
terlihat seperti di bawah ini.

2500
FLUENT

Reynolds
2000
Seban

1500
NuX

1000

500

0
0.0E+00 2.0E+05 4.0E+05 6.0E+05 8.0E+05 1.0E+06 1.2E+06 1.4E+06 1.6E+06

ReX

Sebagaimana kita lihat, perbedaan antara ketiga cara tersebut sangat kecil. Error terbesar antara
FLUENT dan korelasi Reynolds < 10%. Dalam aliran turbulen, hasil yang baik antara FLUENT
dan eksperimen biasanya lebih sulit didapatkan dibandingkan dengan aliran laminar. Dalam
FLUENT jika aliran turbulen digunakan (dengan model turbulensi apapun) Persamaan Navier-
Stokes tidak bisa dipecahkan dengan sempurna (exactly). Selain itu, dalam eksperimen biasanya
juga terjadi error sekitar 7.5 %.

Perpindahan Panas Konveksi Alamiah 62


Tutorial Computational Fluid Dynamics (CFD)
Bagian 4
Simulasi Aliran di sekitar Airfoil
Menggunakan Software ANSYS FLUENT 6.2

Deskripsi Permasalahan

Dalam kasus ini akan disimulasikan aliran udara melintasi sebuah airfoil. Jadi ini adalah
kasus external flow. Kecepatan aliran bebas 50 m/s dan sudut serang airfoil 5o.
Asumsikan nilai aliran bebas pada level standar permukaan air laut sbb:

Tekanan = 101,325 Pa
Densitas udara = 1.2250 kg/m3
Temperatur = 288.16 K
Kinematic viscosity v = 1.4607e-5 m2/s
Tentukan koefisien angkat dan hambat dalam kondisi tersebut dengan menggunakan
FLUENT.

Catatan: Sebuah objek, dari sudut pandang aerodinamika dibedakan menjadi blunt
body (benda tumpul) misalnya objek berbentuk persegi atau sirkular; dan
streamlined body (benda streamline) misalnya airfoil dan bodi aerodinamis;
airfoil termasuk streamlined body karena desain airfoil ditujukan untuk
mendapatkan gaya hambat sekecil mungkin.

Aliran di sekitar Airfoil 63


Langkah 1: Membuat geometri dalam GAMBIT

Dalam aliran eksternal seperti kasus ini, kita harus mendefinisikan batas bidang yang
jauh (kita sebut saja sebagai batas luar domain) dari permukaan airfoil; kemudian
membuat mesh pada daerah antara geometri airfoil dan batas tersebut. Akan lebih baik
jika batas tersebut posisinya cukup jauh/panjang dari bodi airfoil; karena kita akan
menggunakan kondisi ambien pada saat mendefinisikan boundary condition. Semakin
jauh batas tersebut dari airfoil, akan semakin kecil pengaruhnya terhadap aliran, dan
akan semakin akurat boundary condition tersebut terhadap hasil simulasi.

Batas luar domain tersebut dinyatakan oleh garis ABCDEFA dalam gambar di atas; c
adalah chord length (panjang chord; lihat Mekanika Fluida, bab External Flow).

Start GAMBIT

Dalam jendela menu utama, pilih Solver > FLUENT 5/6 karena mesh akan dibuat
untuk digunakan dalam FUENT 6.0.

Import Edge
Untuk membuat geometri airfoil, kita akan mengimpor file yang berisi daftar vertices
sepanjang permukaan dan GAMBIT akan menggabungkan titik-titik tersebut menjadi 2
edge pada bagian atas dan bawah airfoil. Kemudian garis itu dibagi menjadi 4 garis yang
berbeda untuk membantu mengontrol ukuran mesh pada permukaan.
File yang berisi titik-titik pada airfoil, berisi koordinat-koordinat titik-titik pada airfoil
(lihat file vertices.txt). File ini juga bisa dibuat secara manual. Penggunaan file ini untuk
mempermudah penentuan titik sehingga mendapatkan bentuk airfoil.

Aliran di sekitar Airfoil 64


Garis pertama menyatakan jumlah titik tiap edge (yaitu 61) dan jumlah edge (2). 61 set
vertices yang pertama dihubungkan untuk membentuk permukaan atas; dan 61
berikutnya membentuk edge untuk permukaan bawah.
Panjang chord c untuk geometri dalam titik-titik tersebut adalah 1, sehingga x bervariasi
antara 0 dan 1. Jika anda menggunakan geometri airfoil yang berbeda, periksalah range
nilai x-nya dan tentukan panjang chord c.

Main Menu > File > Import > ICEM Input ...

Pada File Name, cari dan pilih file vertices.dat. Pilih kedua Vertices dan Edges di bawah
Geometry to Create (inilah entity geometri yang akan dibuat). Matikan pilihan Face. Klik
Accept.

Split Edges
Kemudian kita akan membagi masing-masing edge atas dan bawah menjadi 2 seperti
dalam gambar di bawah ini.

Hal ini perlu dilakukan karena spasi grid yang tidak seragam akan diterapkan untuk x <
0.3 c dan spasi grid seragam untuk x > 0.3 c. Untuk membagi edge atas menjadi HI dan
IG, pilih:
Operation Toolpad > Geometry Command Button > Edge Command Button >
Split/Merge Edge

Pastikan Point aktif pada kolom Split With dalam jendela Split Edge. Pilih sisi atas
airfoil dengan menekan klik-Shift. Akan tampil gambar seperti di bawah ini:

Aliran di sekitar Airfoil 65


Kita akan menggunakan titik pada x = 0.3c pada permukaan atas untuk membaginya
menjadi HI dan IG. Untuk melakukannya, masukkan 0.3 untuk x: di bawah Global. Jika
nilai c tidak sama dengan 1, masukkan nilai sebesar 0.3*c. Misalnya, jika c = 4, masukkan
1.2. Akan terlihat bahwa lingkaran putih telah berpindah menuju lokasi yang benar pada
edge.

Klik Apply. Sebuah pesan ``Edge edge.1 was split, and edge edge.3 created'' akan
muncul dalam jendela Transcript.

Tanda kuning pada lingkaran putih mengindikasikan edge sebelumnya telah di-split
menjadi dua edge dengan tanda kuning sebagai titik bagi.

Aliran di sekitar Airfoil 66


Ulangi prosedur ini untuk permukaan bawah, split menjadi HJ dan JG. Gunakan titik
pada x = 0.3 c pada permukaan bawah untuk membagi edge ini.

Membuat batas Farfield

Batas farfield dibuat dengan membuat titik-titik (vertices) dan menghubungkannya


dengan benar sehingga terbentuk edge.

Operation Toolpad > Geometry Command Button > Vertex Command Button
> Create Vertex

Buat titik-titik (vertices) berikut ini dengan memasukkan koordinat di bawah Global dan
labeldi bawah Label:

Label x-coordinate y-coordinate z-coordinate


A c 12.5c 0
B 21c 12.5c 0
C 21c 0 0
D 21c -12.5c 0
E c -12.5c 0
F -11.5c 0 0
G c 0 0

Klik FIT TO WINDOW untuk menampilkan seluruh vertices.


Operation Toolpad > Geometry Command Button > Edge Command Button >
Create Edge

Buat edge AB dengan memilih vertex A diikuti vertex B. Masukkan AB sebagai Label.
Klik Apply. Dengan cara yang sama buat edges BC, CD, DE, EG, GA dan CG. Berhati-
hatilah saat memilih vertex G, mungkin anda perlu memperbesar lebih dulu agar bisa
memilih dengan tepat.

Aliran di sekitar Airfoil 67


Berikutnya buar garis sirkular AF. Klik kanan pada Create Edge dan pilih Arc.

Dalam menu Create Real Circular Arc, kotak dekat Center akan berwarna kuning. Ini
berarti bahwa vertex yang kita pilih akan dianggap sebagai pusat lengkungan. Pilih
vertex G, dan klik Apply.

Sekarang kotak dekat End Points akan berwarna kuning. Ini berarti bahwa kita dapat
memilih dua vertices sebagai titik akhir lengkungan. Pilih vertex A dan F. Masukkan AF
di bawah Label. Klik Apply.

Jika prosedur di atas dijalankan dengan benar, lengkungan AF akan terbentuk. Dalam
Transcript Window akan muncul pesan bahwa edge telah dibuat. Dengan cara serupa,
buat edge berupa lengkungan EF.

Aliran di sekitar Airfoil 68


Membuat Faces

Garis-garis (edges) dapat dihubungkan bersama-sama membentuk faces (berupa bidang


datar 2D). Kita akan membuat 3 faces: ABCGA, EDCGE dan GAFEG serta permukaan
airfoil. Setelah itu baru akan dilakukan meshing tiap face.

Operation Toolpad > Geometry Command Button > Face Command Button >
Form Face

Menu Create Face From Wireframe akan tampil. Ingatlah bahwa kita telah memilih
vertices untuk membuat edges. Dengan cara serupa, kita memilih edges untuk membuat
face. Untuk membuat face ABCGA, pilih edges AB, BC, CG, dan GA; klik Apply.
GAMBIT akan menginformasikan "Created face: face.1'' dalam transcript window.
Dengan cara serupa buat face EDCGE.

Untuk membuat face yang terdiri dari GAFEG+permukaan airfoil, pilih edges sesuai
urutan berikut ini: AG, AF, EF, EG, dan JG, HJ, HI dan IG (sekeliling airfoil searah
putaran jarum jam). Klik Apply.

Langkah 2: Mesh Geometri dalam GAMBIT

Mesh Faces
Kita akan melakukan mesh pada tiap faces secara terpisah. Sebelum melakukan mesh,
kita perlu mendefinisikan titik distribusi untuk tiap edge yang membentuk face, yaitu
yang pertama kali harus di-mesh. Kita akan memilih parameter mesh dan jumlah
pembagian tiap edge (sel) dengan kriteria sbb:

1. Kita akan mengelompokkan titik-titik dekat airfoil karena disinilah fenomena


aliran ingin diamati secara teliti. Resolusi mesh dibuat halus di dekat airfoil, dan
semakin kasar di dekat bidang farfield (karena gradien aliran semakin mendekati
nol).

Aliran di sekitar Airfoil 69


2. Dekat permukaan airfoil, kita membutuhkan resolusi paling halus yaitu pada
dekat leading dan trailing edge; karena disinilah daerah kritis dengan gradien
tertinggi.
3. Perubahan ukuran mesh harus terjadi secara bertahap dan halus. Jika perubahan
ukuran mesh tidak bertahap, perubahan mendadak ukuran mesh ini dapat
mengurangi akurasi hasil simulasi.

Parameter mesh edge yang digunakan untuk mengontrol perubahan ukuran mesh
disebut successive ratio, first length dan last length. Tiap edge memiliki arah yang
diindikasikan oleh panah dalam graphics window. Successive ratio R adalah rasio panjang
atau jarak 2 sel yang berurutan dalam arah sebagaimana yang ditunjukkan di bawah ini.
l l
Jadi, successive ratio, R = 2  l3  .......  i1
l1 l2 li

Operation Toolpad > Mesh Command Button > Edge Command Button > Mesh
Edges

Pilih edge GA. Edge tersebut akan berubah warna dan sebuah panah dan beberapa
lingkaran akan muncul pada edge GA. Ini mengindikasikan bahwa edge ini siap di-
mesh. Pastikan arah panah menuju ke atas. Kita dapat membalik arahnya dengan meng-
klik Reverse dalam menu Mesh Edges. Masukkan rasio 1.15; yang berarti tiap bagian/sel
yang berurutan 1.15 kali lebih besar dibanding sebelumnya sesuai arah panah. Pilih
Interval Count di bawah Spacing. Masukkan 45 sebagai Interval Count. Klik Apply.
GAMBIT akan membuat 45 interval pada edge ini dengan successive ratio 1.15.

Untuk edges AB dan CG, kita akan men-set First Length (yaitu panjang sel pertama pada
edge); sebagai alternatif dari Successive Ratio. Ulangi langkah tersebut untuk BC, AB
dan CG dengan spesifikasi berikut:

Edges Arrow Direction Successive Ratio Interval Count


GA dan BC Upwards 1.15 45

Edges Arrow Direction First Length Interval Count


AB dan CG Left to Right 0.02c 60

Aliran di sekitar Airfoil 70


Edge AB dan CG di atas merupakan panjang pada trailing edge, dan kita pilih 0.02c
sedemikian hingga panjang mesh kontinyu antara IG dan CG, dan antara HG dan CG.

Meshing edge telah dispesifikasikan, selanjutnya lakukan meshing terhadap face


ABCGA:
Operation Toolpad > Mesh Command Button > Face Command Button >
Mesh Faces
Pilih face ABCGA. Face akan berubah warna. Gunakan default Quad (quadrilaterals) dan
Map. Klik Apply. Hasilnya tampa seperti di bawah ini.

Berikutnya mesh face EDCGE dengan cara yang serupa. Tabel di bawah ini menunjukkan
parameter yang digunakan untuk masing-masing edge:
Edges Arrow Direction Successive Ratio Interval Count
EG dan CD Downwards 1.15 45

Edges Arrow Direction First Length Interval Count


DE Left to Right 0.02c 60
Hasil mesh simetris terhadap CG seperti gambar berikut ini.

Terakhir, mesh face yang terdiri dari GAFEG dan permukaan airfoil. Untuk edge HI dan
HJ pada bagian depan, gunakan parameter berikut ini:
Edges Arrow Direction Last Length Interval Count

Aliran di sekitar Airfoil 71


HI Dari H ke I 0.02c 40
HJ Dari H ke J 0.02c 40

Untuk IG dan JG, kita men-set sel yang seragam sebesar 0.02c. Gunakan Interval Size
sebagai pengganti Interval Count dan buat mesh:
Edges Arrow Direction Successive Ratio Interval Size
IG dan JG Kiri ke kanan 1 0.02c

Untuk edge AF, jumlah pembagian sel-nya sama dengan garis pada permukaan atas
airfoil. Untuk menentukan jumlah pembagian (sel) yang telah dibuat GAMBIT; pilih:
Operation Toolpad > Mesh Command Button > Edge Command Button >
Summarize Edge Mesh
Pilih edge IG dan kemudian Elements di bawah Component dan klik Apply. Ini akan
menunjukkan jumlah total node (titik) dan elemen (bagian/sel) pada edge yang
ditunjukkan dalam transcript window. Jumlah sel pada IG = 35. Jika kita menggunakan
geometri yang berbeda, jumlah ini juga akan berbeda. Anggap ini sebagai NIG. Sehingga
Interval Count untuk edge AF = NHI+NIG= 40+35= 75.

Dengan cara yang sama, tentukan jumlah bagian/sel pada edge JG. Jumlahnya juga 35.
Sehingga Interval Count untuk edge EF juga 75.

Buat mesh untuk edge AF dan EF dengan parameter sbb:

Edges Arrow Direction First Length Interval Count


AF Dari A ke F 0.02c 40+NIG
EF Dari E ke F 0.02c 40+NJG

Mesh face tersebut. Hasilnya:

Aliran di sekitar Airfoil 72


Langkah 3: Mendefinisikan Boundary Types dalam GAMBIT

Beri nama boundary AFE sebagai farfield1, ABDE sebagai farfield2 dan permukaan
airfoil sebagai airfoil.

Pengelompokan Edges

Kita akan membuat grup/kelompok edges dan kemudian membuat batas dari grup ini.
Pertama, kelompokkan AE dan EF.

Operation Toolpad > Geometry Command Button > Group Command Button
> Create Group

Pilih Edges dan masukkan farfield1 dalam Label, sebagai nama grup. Pilih edges AF
dan EF.

Klik Apply.
Dalam transcript window, akan muncul pesan “Created group: farfield1 group”.

Dengan cara yang sama, buat 2 grup farfield yang lain. Secara keseluruhan:
Group Name Edges in Group
farfield1 AF,EF
farfield2 AB,DE
farfield3 BC,CD
airfoil HI,IG,HJ,JG

Aliran di sekitar Airfoil 73


Mendefinisikan Boundary Types
Operation Toolpad > Zones Command Button > Specify Boundary Types
Di bawah Entity, pilih Groups.
Pilih edge manapun yang merupakan bagian permukaan airfoil, dan ini akan memilih
grup airfoil. Dekat Name, masukkan airfoil. Isi Type dengan WALL.

Klik Apply.
Dalam Transcript Window, muncul pesan "Created Boundary entity: airfoil".
Dengan cara serupa, buat boundary untuk grup farfield1, farfield2 dan farfield3. Pilih
Pressure Farfield sebagai Type untuk ketiganya.

Save Your Work


Main Menu > File > Save
Export Mesh
Main Menu > File > Export > Mesh...
Simpan file dengan nama airfoil.msh.
Pastikan anda memilih Export 2d Mesh.
================== Pembuatan Grid Airfoil SELESAI.

Aliran di sekitar Airfoil 74


Simulasi Aliran di sekitar Airfoil
Menggunakan Software ANSYS FLUENT 6.2

Langkah 1: Membuat geometri dalam GAMBIT


============= Silahkan anda mencoba membuat airfoil dalam GAMBIT.

Langkah 2: Mesh Geometry dalam GAMBIT


============= Silahkan anda mesh airfoil yang sudah anda buat.

Langkah 3: Menetapkan Boundary Types dalam GAMBIT


============= Simpan file dengan nama airfoil.msh

Grid yang digunakan dalam latihan ini, telah dibuat, seperti di bawah ini:

Aliran di sekitar Airfoil 75


Aliran di sekitar Airfoil 76
Boundary condition dan boundary type-nya sebagai berikut:

A D
Edge Name Boundary
type
ABC farfield1 Ve l_ inlet
(=inlet)
Airfoil AD, CF farfield2 Ve l_ Inle t
(=inlet)
E DEF Farfie ld3 Press_ Outlet
B
(=outlet)
Airfo il airfoil wa ll

C F

Langkah 4: Set Up Problem in FLUENT


Jalankan FLUENT

Start > Programs > Fluent Inc > FLUENT 6.0

Pilih 2ddp, klik Run.

Import File
Main Menu > File > Read > Case...
Pilih file airfoil.msh, Klik OK.

Jendela FLUENT yang muncul sebagai berikut:

Aliran di sekitar Airfoil 77


Menganalisis Grid

Grid > Info > Size

Display > Grid

Mendefinisikan Properties
Define > Mode ls > Solve r...
Di bawah kotak Solver, pilih Segregated.

Klik OK.

Define > Mode ls > Viscous

Pilih Inviscid di bawah Model.

Klik OK.

Define > Mode ls > Energy

Aliran di sekitar Airfoil 78


Kecepatan suara pada kondisi standar permukaan air laut adalah 340 m/s; dengan demikian jika
kecepatan aliran bebas kasus ini 50 m/s diperoleh bilangan Mach, M  0.15 ; (lihat Mekanika
v kecepatan aliran lokal
Fluida 2; M   ). Bilangan mach 0.15 tergolong rendah, sehingga
c kecepatan suara lokal
aliran masih inkompresibel (aliran mulai kompresibel jika M > 0.3). Dengan demikian
persamaan energi tidak perlu diaktifkan.

Pastikan anda tidak men-contreng Energy Equation, klik OK.

Define > Materials

Pastikan anda memilih air (=udara) pada Fluid Materials. Isikan Density dalam kondisi
constant sebesar 1.225 kg/m3.

Klik Change/Create.

Define > Ope rating Conditions

Dalam kasus ini kondisi operasi menggunakan tekanan relatif, jadi set Operating Pressure
dalam nilai tekanan ambien 101,325 Pa.

Klik OK.

Aliran di sekitar Airfoil 79


Define > Boundary Conditions

Pada kotak Zone Name , farfield1 dan farfield2 di-set pada Velocity Inlet boundary type.

Untuk masing-masing farfield1 dan farfie ld2, klik Set.... Kemudian pilih Components di
bawah Velocity Specification Method dan isikan pada kotak x-velocity dan y-velocity sesuai
kecepatan aliran bebas yang diketahui. Karena Vfreestream = 50 m/s maka kecepatan komponen x
atau x-ve loc ity = 50*cos (5o) = 49.81 m/s; dan y-velocity = 50*sin (5o) = 4.358 m/s.

Klik OK.

Pilih farfield3 pada kotak Zone Name , pada boundary type pressure-outlet, klik Set... dan
isikan Gauge Pressure pada kondisi ini dengan angka 0. Klik OK.

Langkah 5: Selesaikan!
Solve > Control > Solution

Dalam Discretization, set Pressure pada PRESTO! dan Momentum ke Second-Order


Upwind.

Klik OK.

Solve > Initia lize > Initialize...

Sebagaimana pada latihan sebelumnya, di sini kita menentukan dugaan awal untuk proses
iterasinya. Dalam kasus ini, initialize dimulai dari farfield1. Pilih farfie ld1 di bawah Compute
From, isikan sesuai data awal dalam deskripsi persoalan.

Aliran di se kitar Airfoil 80


Klik Init.

Solve > Monitors > Residual...

Isikan seperti la tihan sebelumnya

Klik OK.

Solve > Monitors > Force...

Di bawah Coefficient, pilih Lift. Di bawah Options, pilih Print dan Plot. Kemudian, pilih
airfoil di bawah Wall Zones.

Terakhir, set komponen Force Vector untuk gaya angkat (lift). Lift adalah gaya yang tegak lurus
terhadap arah aliran bebas (freestream). Sehingga untuk mendapatkan koefisien gaya angkat (lift
coefficient) set X = -sin (5°) = -0.0872 dan Y = cos (5°) = 0.9962.

Aliran di se kitar Airfoil 81


Klik Apply.

Dengan cara yang sama, set menu Force Monitor untuk Drag force. Drag adalah komponen
gaya yang searah dengan freestream. Sehingga di bawah Force Vector, set X = cos(5°) = 0.9962
dan Y = sin (5°) = 0.0872. Di bawah Options, pilih Print saja.

Report > Reference Values

Ini digunakan untuk menentukan nilai referensi untuk proses iterasi. Pilih farfield1 di bawah
Compute From.

Klik OK.

Aliran di se kitar Airfoil 82


Main Menu > File > Write > Case...

Simpan file case sebelum iterasi dimulai.

Solve > Iterate

Seperti apa ploting konvergensinya?

Sampai iterasi ke berapa perhitungan telah konvergen?

Main Menu > File > Write > Case & Data...

Simpan case and data setelah solusi yang convergen diperoleh.

Langkah 6: Analisis Hasil


Plotting Koefisien Tekanan (Pressure Coefficient)
Plot > XY Plot...

Ubah Y Axis Function ke Pressure..., diikuti Pressure Coeffic ie nt di bawahnya. Kemudian,


pilih airfoil di bawah Surfaces.

Klik Plot.

Aliran di se kitar Airfoil 83


Plotting Kontur Tekanan (Pressure Contours)

Display > Contours...

Pilih Pressure... dan Static Pressure di bawah Contours Of. Klik Display.

Aliran di se kitar Airfoil 84


Dimana tekanan tertinggi dan terendah terjadi?

Aliran di se kitar Airfoil 85


Aliran di se kitar Airfoil 86
Aliran di se kitar Airfoil 87
Analisis Hasil Simulasi

Aliran di se kitar Airfoil 88


Aliran di se kitar Airfoil 89
Aliran di se kitar Airfoil 90
Aliran di se kitar Airfoil 91
Aliran di se kitar Airfoil 92
Aliran di se kitar Airfoil 93
Daftar Pustaka
[1] Reynolds, W.C., Kays, W.M., Kline, S.J. "Heat Transfer in the Turbulent Incompressible
Boundary Layer" NASA Memo 12-1-58W. December 1958.

[2] Seban, R.A. and Doughty, D.L. "Heat Transfer to Turbulent Boundary Layers with
Variable Freestream Velocity" Journal of Heat Transfer 78:217 (1956).

[3] Young, Munson, Okiishi, Huebsh, a Brief Introduction to Fluid Mechanics, John Wiley &
Sons, Inc., 2011.

[4] Philip J. Pritchard, John C. Leylegian, Fox and McDonald’s Introduction to Fluid
Mechanics, John Wiley & Sons, Inc., 2011.

[5] J. Blazek, Computational Fluid Dynamics: Principles and Applications, Elsevier Science
Ltd., 2001.

[6] HK Versteeg, W Mala lasekera, an Introduction to Computational Fluid Dynamics, the


finite volume method, Longman Scientific & Technical, 1995.

[7] Ansys Fluent, Tutorials, 2001.

Aliran di se kitar Airfoil 94

Anda mungkin juga menyukai