Anda di halaman 1dari 9

APA YANG TERJADI

Oleh: Qoid faisal izzudin

N amaku adalah Rani aku tinggal di ibukota dengan orang tuaku, kalian bertanya
apakah aku memiliki saudara? Tentu aku punya aku memiliki seorang kakak laki
laki dan adik perempuan, tapi kakaku sudah meninggal terkena penyakit kanker,
kakaku mengidap penyakit itu sejak lahir dan dia meninggal ketika aku massih duduk di
bangku kelas 2 SD, yah takdir namanya. Kemudian setahun setelah sepeninggalan kakakku
Mama ku melahirkan bayi perempuan yang cantik, dia lahir dalam kondisi yang normal. Ya
cukup menyenangkan memiliki adik perempuan, adikku diberi nama Klee Sanjaya, nama
belakangnya terdengar seperti nama marga, ya aku juga memiliki nama marga nama ku
adalah Rani Cantika Putri Sanjaya, jika aku mendengar Papa bercerita nama Sanjaya berasal
dari buyut ku.
Hari berganti minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun, sekitar 3 tahun setelah
adikku lahir, tepatnya Mei 1998. Aku lupa kapan tepatnya tanggal peristiwa itu terjadi, cerita
ini bermula ketika tetanggaku yang seorang pedagang datang mencari Papa, tetanggaku itu
adalah Pak Sodiq, saat itu aku sedang membantu menyapu halaman depan,dia datang dan
mulai menyapa.
“Dik Rani papanya ada?” sapanya sambil bertanya kepadaku.
“Ada Pak Sodiq, sebentar saya panggilkan”
aku menjawab sambi menaruh sapu. Aku berlari kedalam sambil mencari papa berada
dimana, kutemukan Papa di ruang kerjanya, aku berdiri di depan pintu sambil berkata.
“Pa, di cari Pak Sodiq”
“Ada apa ran?” Papa menjawab sambil menoleh kepadaku.
“Di cari pak Sodiq pa”
Jawab ku sambil mendekati meja tempat Papa, kemudian Papa meletakkan kertas
kertas yang dia pegang dan memperbaiki mimik wajah nya yang agak sedikit tertekuk dan
menghela nafas panjang, karena ketras kertas itu mungkin, memang apa isinya? Apa peduliku
lagi pun itu pekerjaan Papa. Aku kemudian beranjak ke kamar adikku, dia sedang tidur pulas,
yaaa aku kemari hanya sekedar menunggu hingga perbincangan Papa dan Pak Sodiq selesai.
Entah apa yang Pak Sodiq dan Papa bicarakan semakin lama semakin meninggi saja nada
pembicaraan nya bahkan hingga terdengar masuk kedalam. Brakkkk seperti suara meja yang
dipukul dengan keras kemudian Papa berteriak.
“SUNGGUH PAK! KAMI JUGA SEDANG DALAM KESUSAHAN TIDAK DAPAT
MEMBANTU SAAT INI!!”
kemudian seperti suara kursi yang didorong kebelakang dengan keras hingga terbanting
mungkin. KREEEETT BRRAAKK!!!. Kemudian Mama pun keluar meninggalakan
cuciannya untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar. Pak Sodiq sudah pergi dari rumah
kami. Papa dan Mama sedang berada di ruang tengah.

“Sudah pa, yang papa katakan tidak salah dan Pak Sodiq juga kemana lagi jika tidak kepada
kita untuk meminta tolong” ucup Mama sambil sedikit menenangkan Papa.
“ Tapi dia meninta tolong dengan memaksa dan mulai menyebutkan hal hal yang lain”
Ucap Papa sambil mengusap kepala dengan kedua tanganya. Ya cukup terkejut juga
mendengar bahwa Papa bertengkar dengan tetangga biasanya pun tak pernah marah pada
tetangga paling hanya menghela nafas.
Entah kenapa belakangan ini banyak orang yang sering mondar mandir didepan rumah kami
seperti mengawasi. Lalu apakah kalian tahu tentang peristiwa krisis Moneter 1998?
Keluargaku menjadi sasaran kerusuhan ini, tapi aku berhasil selamat. Kala itu toko-toko
dijarah kantor -kantor kepemerintahan diserang, rumah-rumah dibakar entah apa motivasi
mereka melakukan itu.
Senja yang seharusnya indah denga matahari yang hampir tenggelam dengan langit yang
mulai berubah jingga tetapi berubah menjadi sangat mencekam. Puluhan orang yang terlibat
aksi kerusuhan datang kerumah kami, orang orang orang itu memepersenjatai diri mereka
dengan tongkat-tongkat kayu, pipa besi, dan ada juga yang membawa obor. Ketika orang
orang itu hampir datang kerumah kami aku di perintahkan Papa berlari sejauh mungkin, tapi
Mama dan Adikku memilih bersembunyi didalam rumah sedangkan Papa berusah berbicara
dengan orang orang itu.
Hari itu seperti hari yang sangat buruk dalam hidupku. Papa, ,Mama dan Adikku dibakar
bersamaan dengan rumah kami. Entah apa kesalahan kami hingga orang-orang itu tega
melakukan perbuatan seperti itu kepada kami. Saat aku masih sempat melihat dari tempat ku
bersembunyi orang orang itu mulai menyadarai bahwa masih ada yang tersisa dari keluaraga
itu.
Aku berlari sejauh yang aku bisa berbelok kanan dan kiri secara acak tak peduli kemana aku
berlari. Aku hanya takut kepada orang-orang itu dan berusha lari agar mereka tak
menangkapku. Aku berhasil selamat dari kejaran mereka tapi aku tak tahu aku berada dimana
perutku terasa sakit tengorokan ku terasa perih, senja yang indah dan mencekam pun sudah
tenggelam diganti dengan hadirnya dinginnya malam. Badanku mulai lemas mataku
berkunang -kunang dan mungkin aku terjatuh pingsan di jalan.
Aku terbangun mungkin sudah tengah malam, perutku terasa perih karena lapar dan
tenggorokanku juga hanya untuk membatuk pun terasa sakit. Aku kembali berjalan tak tau
harus kemana berjalan seusai naluri yang mengalir dalam diriku. Langit malam yang dingin
pun mungkin menangis melihat nasibku yang malang dan hujanpun mulai turun, aku tetap
berjalan berjalan dan berjalan hingga batas maksimal tubuh ku dan aku kembali pingsan
kedua kalinya. Ternyata aku jatuh pingsan tepat berada di depan Panti asuhan.
Ya babak baru dalam kehidupanku telah dimulai. Aku terbangun dari pingsanku, mungkin
aku pingsan sejak dini hari dan ditemukan pengurus Panti atau apalah. Di dekatku ada
seorang wanita paruh baya dia mulai berkata.
“Hei nak kau sudah siuman rupanya, namaku adalah Bunda Lestari panggil saja aku
Bunda, siapa namamu dan dari mana kau berasal?”
Tanyanya sambil menatapku dengan keheranan. Aku menjawab pertanyaanya denga
sura yang lemah dan serak.
“Namaku Rani aku berasal dari pusat kota, keluaraga ku dibakar oleh orang orang
jahat aku tak tau siapa mereka dan hanya aku yang berhasil selamat dan aku berlari hingga
kesini” Jawabku
“Oh ya kalau begitu kau harus beristirahat disini hingga kondisi mu membaik ya”
Kemudian datang seoranga anak perempuan mungkin seusiaku dia membawa nampan berisi
makanan dan air hangat. Kemudian bunda memberikannya kepadaku.
“Ini makanlah agar kau cepat pulih!” Sambil memberikan mangkuk berisi bubur. Kemudian
Bunda pergi meninggalkanku dengan anak perempuan itu kemudian anak perempuan itu
mulai menyapaku.
“ Hai namaku Eli panjangnyaa Elisa siapa namamu?” Tanyanya sambil berdiri didekatku.
Aku menjawab sambil menyendok bubur.
“ Namaku adalah rani, aku berasal dari pusat kota dan aku baru saja menjadi yatim piatu”
“ Malang sekali nasibmu ran, baiklah isirahatlah disini aku akan meninggalakan mu keluar
terlebih dahulu” dia berjalan sambil membawa nampanya keluar.
“Ya baiklah” Aku melanjutkan kembali memakan bubur yang diberikan.
Dua hari aku berada diruang perawatan panti dan kemudian Eli mengajak ku pergi ke kamar
anak perempuan. Dan aku memilih tempat tidur yang kosong letak nya paling ujung. Dan
Bunda pun dtanag membawa kotak yang mungkin berisi pakaian.
“ Ini Ran baju dan keperluan sekolah untukmu semoga kau suka”
Bunda berkata sambil memberikan kotakntya. Akumenerimanya dengan tersenyum dan
berterima kasih kepada Bunda yang telah menolongku. Aku mulai mengemasi barang barang
yang diberikan Bunda kepadaku. Dan hari pertamaku bersekolah sebagai anak asuh panti pun
dimulai.
Pagi dimuali dengan mentari yang bersinar cerah membuat indah suana pagi kali ini. indah
seperti harapan baruku, kuawalai pagi dengan mandi sarapan dan persiapan pergi ke sekolah
baruku,SD Bhineka 6, ya itu sekolah ku yang baru. Terletak dipinggiran kota cukup dekat
dengan panti. Aku dan Eli berangkat dengan berjalan kaki namun saat aku dan Eli tepat
berada di dekat gerbang panti aku melihat sorang anak laki laki seumuran. Aku bertanya pada
Eli.
“Hei, dia itu siapa sih?”
“Oh dia, dia Agung anak panti yang paling cerdas di kelas, sedikit mencolok juga dia” Jawab
Eli dengan nada seperti tidak terlalu peduli.
Hanya dengan berjalan kurang lebih 5 menit kami berdua sampai di sekolah. Berjalan
melewati gerbang dan kerumunan anak anak yang sedang bermain atau hanya sekedar duduk
dan mengobrol. Aku dan Eli masuk kedalam kelas memilih bangku kosong dekat jendela
barisan kedua. Jam pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaran,
kebetulan guru mata pelajaran ini adalah wali kelas. Beliau memulai pelajaran dengan
memperkenalkanku kepada teman teman yang lain.
“Baiklah selamat pagi anak-anak”
“Selamat pagiii Pakk Bambang” Seisi kelas menjawab salam dengan penuh semangat, ya
dari jawaban salam itu aku mengetahui siapa nama wali kelasku.
“ Yak, kali ini kita kedatangan murid baru, yak kamu Rani silahkan perkenalkan dirimu
kepada teman teman!”
Aku mendorong kursi ku sedikit kebelakang dan mulai maju kedepan memperkenalkan diri
kepada teman teman.
“ Halo teman-teman perkenalkan nama ku Rani Cantika Putri Sanjaya, aku berasal dari panti
asuhan baru tinggal disana beberapa hari yang lalu” Lantas teman-teman sekelasku
menjawab dengan kompak.
“HALO RANIIIII” Jawaban yang sangat antusias. Aku kembali ketempat duduk setelah
dipersilahkan oleh Pak Bambanng. Pelajaran dilanjutkan dengan materi arti dari BHINEKA
TUNGGAL IKA.
“ Yak bagi yang sudah tahu arti dari BHINEKA TUNGGAL IKA angkat tangan!” ucap Pak
Bambang. Salah satu murid langsung mengangkat tangan. Murid itu adalah Agung.
“Arti dari BHINEKA TUNGGAL IKA adalah berbeda beda tetapi tetap satu jua” Jawab
Agung dengan penuh percaya diri. Kemudian pak bambang melanjutkan pertanyaan
selanjutnya.
“Yak siapa yang dapat menjelaskan dari arti tersebut?”
Reflek tanganku mengacung dengan cepat, sialnya Agung tak kalah cepat mengangkat tangan
pula.
“Hmmmm, baiklah Rani silahkan dijawab” ucap Pak Bambamg sambil menunjuk.
“Makna dari berbeda beda tetapi tetap satu jua adalah perbedaan yang dibarengi dengan rasa
saling menghargai,menghormati, dan saling menjaga satu sama lain dengan rasa persatuan
yang tinggi” Jawabku dengan penjelasan menurut bahasaku sendiri.
“Bagus penjelasan yang bagus menggunakan bahas sendiri tidak sama persis dengan apa
yang ada dibuku, baikalh setelah penjelasan materi yang singkat yang telah dilakukan Agung
dan Rani silahakan kalian merangkum dari halaman 67 samapi halaman 70, dikumpulkan!”
Ucap Pak Bambang dengan santai. Satu kelas mengeluh karena penejelasan hanya sebatas
jawaban dari pertanyaan Pak Bambang kemudian langsung diberi tugas untuk merangkum.
Yah pelajaran Pendidikan Dan Kewarganegaraan tidak terlalu buruk dengan penjelasan
singkat padat dan jelas lalu tugas hehe. Hari pertamaku bersekolah disekolah baru berjalan
dengan lancar. Bel pulang berbunyi dengan nyaring suara suara riuh terdengar girang seperti
suara kawanan tawon yang terbang. Ketika aku dan Eli dalam perjalanan pulang ada yang
mengikuti kami berdua dan mulai menyapa.
“Hai Rani tunggu!” Ucapnya sambil sedikit tersengal.
“ Ya, ada apa?” Aku refleks menjawab sambil menoleh ternyata Agunglah yang menyapaku.
“ Hai namaku Agung aku juga tinggal di panti, senang bertemu denganmu ran!”
Ucap nya sambil mengusap kening nya.
“ Ya aku sudah tau siapa kau gung sejak tadi pagi, kau terlihat paling mencolok dan telihat
pintar pula” Ucapku padanya.
“ Hehe trimaksih ran” Jawab Agung dengan seringai yang mirip seringai kuda.
“ Hei ran lihatlah kau malah membuatnya besar kepala tahu!” Sungut eli dengan nada sedikit
kesal. Yah tak mengapa hanya sedikit memujinya bukan berarti ingin membuatnya besar
kepala. Tiba di panti kami melaksanakan tugas piket panti dan dan astaga aku ternyata satu
regu piket dengan Agung ya meskipun Eli tetap bersamaku yah apa boleh buat. Kami
menyapu halaman dan jalan depan panti. Ketika melaksanakan tugas piket Agung sangat
bersemangat bahkan jatah yang harus di sapu agung sudah hampir selsesai. Lalu Agung pun
mulai mengajak kami berdua mengobrol, agar tidak terlalu kaku mungkin.
“ Hei kalian berdua tahu tidak?” Ucap agung dengan nada antusias.
“ Alangkah cerdas nya engkau wahai Agung yang bijaksana, bagaimana kami tahu apa ynag
kau tanyakan pada kami jika kau bertanya seperti itu?” Jawab Eli dengan besungut sungut
kesal.
“Ya namanya juga orientasi pembicaraan” Balas Agung dengan menggaruk kepala nya yang
tidak gatal.
“ Lalu apa yang ingin kau katakan pada kami gung?” Ucapku sambil melanjutkan menyapu.
“ Aku tadi diberitahu sekolah akan mengadakan acara pentas seni” Ucap Agung dengan
sangat sangat antusias.
“ Lalu?” Jawab Eli dengan nada yang masih sama.
“ Ya kan itu nanti ada perwakilan setiap kelas dan wajib, apa salahnya aku memberitahu
kalian?” Timpal Agung dengan ketus.
“ Alangakh bijaksananya engkau gung, kenapa kau tidak memberitahu tadi dikelas, kan kita
bisa langsung mendiskusikan dengan teman teman sekelas juga” Ucap Eli dengan nada yang
agak kesal.
“Hehe ya maaf besok akanku sampaikan di kelas” Ucap Agung dengan santai. Tugas
menyapu sudah slesai kami bertiga masuk kembali untuk mandi petang dan persiapan makan
malam.
Senja kali ini datang dengan indah, jingganya menghiasi langit dan matahri yang terlihat
mulai separuh di ufuk barat. Senjapun telah pergi hilang ditelan malam sekejap saja. Malam
tiba dengan bintang gemintang yang menghiasi langit malam rembulan malam terlihat bundar
purnama indah dan menawan. Indahnya rembulan pun mulai hilang tertutup awan mendung,
rintik hujan mulai jatuh satu persatu dan mulai bersamaan, petir menyambar dengan dikuti
suara gemuruh yang keras, tapi itu semua tidak menggangu aktivitas belajar malam panti, ya
walau dilakukan sendiri sendiri. Malam muali larut dan hujan belum juga mereda aku
memutuskan tidur lebih dulu.
Pagi hadir menyapa dengan mentarinya yang hangat dan embun sisan hujan lebat semalam.
Hari hari bersekolah pun berlanjut. Aku dan Eli berjalan keluar kamar dan bertemu Agung,
Eli terlebih dahulu menyapanya.
“ Hei gung jangan samapi lupa kau sampaikan pada teman teman nanti dikelas ya!, awas saja
jika kau lupa!” Ucap Eli sambil mengacungkan kepalan tanganya. Ya meskipun eli sedikit
agak kasar pada Agung nyatanya kami tetap berangakat dan pulang sekolah bersama. Tiba
disekolah dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang di ganti dengan Pak Bambang.
Kukira pagi ini Agaung akan menerima pukulan dari Eli nyatanya tidak, Pak Bambang masuk
kedalam kelas dengan memberitahukan acara besok lusa.
“ Selamat pagi anak anak, bapak kemari bukan untuk menyampaikan tugas Bahasa Indonesia
tetapi untuk menyampaikan sebuah kegiatan yang akan diadakan pihak sekolah besok lusa!”
Ucap Pak Bambang dengan satu tangan menyandar di meja. Salah satu murid mengangakat
tangan dan bertanya.
“ Acara apa pak? Piknik ya pak?” Anak itu adalah bagas, dia bukan anak asuh panti ya aku
baru mengetahui namanya belum lama.
“ Bukan bagas, telihat kau jarang diajak piknik sama keluarga mu” Timpal Pak Bambang
yang juga diikuti tawa anak anak yang lain.
“ Diam, acara nya adalah pentas seni dengan tema besar MEMAKNAI ARTI
KEBINEKAAN!” Ucap Pak Bambang sambil menuliskan tema acara tersebut.
“Yak kelas ini ingin mementaskan apa? Drama? Puisi? Menyanyi? Tari?”
Agung mengangkat tangan dan menjawab dengan penuh rasa antusias.
“ Drama saja pak, kita membuat drama yang menceritakan indahnya kerukunan berbagai
suku agama ras dan budaya yang menjadi satu!”
“Cukup menarik, baiklah bapak akan membantu, angkat tangan siapa yang ingin bermain
drama, yang tidak ingin nanti tetap akan berpentas tapi diakhir drama dan bernyanyi bersama
sama” Ucap Pak Bambang dengan menulis nama nama tokoh di papan tulis.
Para tokoh drama sudah lengakap ada yang menjadi kepala desa, petani, penjaga toko,
hansip, pak mantri, warga kampung dan orang orang luar kampung yang berbuat onar di
kampung. Tebak aku menjadi apa? Aku menjadi penjaga warkop, Agung menjadi kepala
desa, Eli menjadi warga kampung dengan teman teman yang lain, yang menjadi mantri
adalah Bagas, hansip nya adalah Pak Bambang, ya beliau ikut bermain dalam drama ini
cukup menarik wali kelas ikut bermain. Baiklah diskusi telah selesai persiapan drama
dilakuakan selepas pulang sekolah.
Siang hadir dengan panas menyegatnya dan nyanyian bel pulang sekolah berbunyi
nyaring. Kami sekelas menyiapkan drama dengan judul KAMPUNG RUKUN, judul nya
terllihat sangat seperti menceritikan kehidupan orang orang kampun biasa. Tapi dalam drama
ini akan menceritakan kehidupan rukun warga yang beragam digangu oleh orang orang luar
kampung yang membawa paham radikal yang memecah belah. Ketika mulai persiapan drama
Eli bertanya pada Pak Bambang.
“Pak bambang, bagaimana kita akan menceritakan atau memreagakan drama ini? Kita mulai
dengan cerita bagaimana?” Tanya Eli dengan penuh kebingungan.
“Hmmm, pertanyaan menarik bagaimana jika kita memulai dengan yang mudah saja, semua
bermula di warkop milik si Rani, warga kampung meminum kopi dan berbincang bincang
hangat soal kebun sawah atau pekerjaan mereka, pak hansip datang, pak mantri lewat dan
mampir sebentar, oreang luar datang 1 atau 2 mulai ikut ngobrol tapi membuat warga tidak
terima lalu orang luar itu pergi dan kembali membawa orang orang yang lebih banyak dan
kepala kampung datang untuk melerai dan menasehati lalu drama ditutup dengan menyanyi.
Diskusi dan persiapan telah usai. Siang beranjak diganti senja yang indah dengan matahari
yang terlihat indah di ufuk barat dan dengan langit yang berwarna jingga pula. Malam hadir
dengan rembulannya yang purnama dan ditemani juga dengan bintang gemintang yang ada di
angkasa, langit cerah tak mendung juga. Malam yang indah di panti, belajar malam kali ini
aku, eli dan agung mengobrol soal baju untuk di kenakan besok ketika pemntasan drama. Aku
bertanya pada Agung dan Eli.
“Kalian mengenakan baju apa besok?” Tanyaku dengan nada sedikit antusias.
“Aku mengenakan baju batik, celana hitam panjang dan peci warna hitam dengan membawa
buku besar” Ucap Agung sambil membuka lembaran buku.
“ Dari mana kau akan mendapatkan buku besar Agung yang bijaksana? Meminjam milik pak
Bambang?” Timpal Eli dengan nada sedikit kesal.
“ Kau malah memberitahukannya padaku li, terimaksih aku besok akan meminjam milik Pak
Bambang” Ucap Agung dengan nada sedikit mengejek.
“Alangkah menyesal memberitahumu gung” Ucap Eli dengan nada kesal.
“Lalu kau akan pakai apa ran?’ Tanya Agung dengan penuh penasaran.
“ Aku akan memakai kaos dan celana saja, lagipun aku hanya penjaga warung kopi”
Jawabku. Kemudian aku dan Eli berpisah dengan Agung dan masuk kekamar untuk
menyiapkan baju dan persiapan tidur.
Pagi hadir dengan sapaan hangatnya matahari. Cerah tak mendung dan tak terlalu terik juga.
Indah susana pagi dengan burung burung bernyanyi terbang kesana kemari dari dahan satu
kedahan yang lain bergerombol mencari sarapan mungkin. Hari pementasan tiba drama kelas
kami menjadi acara penutup rupanya. Acara pentas dibuka dengan sambutan sambutan lalu di
sambung dengan pemntasan kelas kelas lain. Tiba giliran kami drama dimulai dengan aku
menghidangkan 2 gelas kopi kepada warga yang sedang mengobrol masalah di ladangnya.
Kemudian pak hansip pun juga datang ikut memesan kopi dan mengobrol. Tak lama datang
dua orang orang dari luar kampung yang memsan kopi dan turut mengobrol. Orang luar itu
mulai mengobrol dengan warga dan pak hansiup.
“Pak kalian sudah tau belum kalo orang orang yang dari golongan itu yang
menyebabkan krisis bebrapa tahun yang lalu?” Salah satu dari mereka memulai
pembicaraan. “ Iya buktinya hanya golongan mereka saja yang tidak susah ketika
persitiwa itu terjadi” Timpal temannya. Pak hansip pun menjawab dengan nada meremehkan.

“Halah itu Cuma berita yang dibuat-buat agar kita membenci orang orang dari
golongan itu, nyatanya bukan mereka yang menyebabkan tapi karena nilai rupiah anjlok”
“Anda berkata seperti itu jangan jangan anda berpihak pada mereka dan anda
tidak mencintai negara anda?” timpal salah satu orang dari luar tersebut.
“ Bukan soal siapa membela siapa tapi soal rasa saling menghargai, rasa saling
menghormati, bagaimana mungkin satu golongan menyebabkan krisis sebesar itu?, makanya
banyak banyak kau literasi membaca koran biar tau bukan asal menuduh tanpa dasar,
menuduh hanya karena benci iya kan?” Ucap pak hansip dengan santai sambi meniup niup
kopi ya. Orang dsari luar itu terlihat marah dan langsung pergi tanpa membayar. Aku kembali
memainkan peranku.
“Hei kau belum membayarr!!!” Aku berteriak meneriaki orang luar itu, yah tak
berguna juga di naskah orang itu sudah pergi. Kemudian pak mantri lewat dan mampir
setelah melihat ku berteriak.
“Ada apa sih mbak kok teriak teriak?” Tanya pak mantri dengan rasa
penasaran. “Itu lo pak minum kopi gak bayar langsung pergi marah juga
orangnya” Ucapku dengan akting marah.
“Yaudah gak papa tak bayar kopinya sekalian saya mau kopi
juga satu” Ucap pak mantri sambil duduk di dekat pak hansip dan warga. Aku berpura pura
menyiapkan kopi dan menghidangkan kopi kepada pak mantri. Kemudian orang luar tadi
datang dengan membawa orang orang yang membawa senjata. Dan dia mulai berteriak
“ Ini dia kampung yang melindungi golongan penyebab krisis
itu sebaiknya kita hancurkan saja kampung ini” Orang orang itu mulai mengayun kan
tongkatnya memukul menghancurkan warung. Kemudian kepala kampung dan warga yang
lain datang membantu. “Heiii kalian!!!, kalian pasti bagian dari kelompok
orang orang yang membenci golongan itu kan pergi kalian dari kampung ini atau akan kami
tindak dengan memangil yang berwajaib” orang orang luar yang membawa senjata itu pun
terdiam lalu kepala kampung melanjutkan.
“ harusnya bumi pertiwi ini tanah pertiwi ini damai rukun dalam keanekaragaman
bukan malah saling mengahncurkan, apa sudah hilang pancasila dalam diri kalian? Apa sudah
hilang nurani dalam diri kalian sehingga melakuakan ini?”
kemudian pak mantri pun berdiri menyampaiakn sesusatu.” Hidup dalam
kenakekaragaman ini harus kita barengi dengan kerukunan persatuan saling menghargai dan
saling menghormati bukan malah menjadi seperti ini, seharusnya kita memelihara
kebhinekaan ini dengan kerukunan agar tercipta kehidupan yang damai di tanah pertiwi ini”
Kemudian seluruh pemain drama berkumpul dan bernyanyi. Yah dalam keberagaman
memang kerap kali terjadi perselisihan antar golongan kerap terjadi pertikaian tapi hal hal itu
dapat dihindari denga cara memupuk rasa persatuan agar tidak timbul lagi peristiwa apa yang
terjadi di masa lampau tidak terulang lagi. KITA BHINEKA, KITA MANUSIA
PANCASILA, KITA BHINEKA TUNGGAL IKA!!!.

Anda mungkin juga menyukai