Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006)

B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur: (Chairuddin)
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau
penyakit yang menyebabkan Kelemahan pada tulang (infeksi, tumor,
kelainan bawaan)dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jaringan
sekali ditemukan pada anggota gerak atas
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup (Simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (Compoun fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan dikulit
3. Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed, union non-union,
infeksi tulang
Klasifikas Radiologis
1. Lokalisasi : Diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi : F.transfersal, F.oblik, F.SPIRAL, f.z, f. segmental,
F.komunitif (lebih dari deafragmen), F.baji biasa pada vertebra karena
trauma, F.AVULSE, F.defresi, F.pecas, F.epifisis

1
3. Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F.buckle,atau torus, F.garis
rambut, F.green stick
4. Menurut hubungan atara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak
bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-
riding,implikasi)
Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yatu:
Derajat I :
- Luka <1cm
- Kerusakan jaringan lunank sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Komtaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi >1cm
- Kerusakan jarinagn lunak,tidak luas, flap / avulsi
- Fraktur komunitif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler sertan kontaminasi derajat tinggi
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Jumlah garis
a. Simple fraktur : Terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : Lebih ari sat ugaris fraktura
c. Comminutive fraktur : Lebih banyak garis fraktur dan patah
menjadi fragmen kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit : Tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi : Tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : Garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen
a. Green stick : Retak pada sebelah sisi dari tulang (sering

2
pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : Fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : Fraktur fragmen mering
d. Fraktur spinal : Fraktur fragmen melingkar

C. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jauh dari ketinggian atau jatuh
dikamar mandi pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa

Lokalisasi Waktu penyembuhan

Falang/metacarfal/metatarsal/kosta 3-6 minggu

Distal radius 6 minggu

Diafisis ulna dan radius 12 minggu

Humerus 10-12 minggu

Klavikula 6 minggu

Panggul 10-12 minggu

Femur 12-16 minggu

Kondilus femur/tibia 8-10 minngu

Tibia/fibula 12-16 minggu

3
Vertebra 12 minggu

Sumber : Pengantar ilmu bedah ortopedi hal: 371

D. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan;peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kritinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
atau cedera hati

E. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur
1. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungmya saling berhubungan)
dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya
traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan
waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah selama 3 bulan.

4
F. Masalah yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerak fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefekstifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
kejaringan
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
5. Resiko infeksi b.d trauma, imuitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive (pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)

G. Discharge Planning
1. Meningkatkan masukan cairan
2. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu
3. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat
4. Control sesuai jadwal
5. Minum obat seperti yang telah diresepkan dan segera periksa jika ada
keluhan
6. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang
7. Aktifitas sedang dapa dilakukan untuk mencegah keletihan karena
mengalami kesulitan nafas
8. Hindari trauma ulang

5
6
LAPORAN KASUS FRAKTUR FEMUR DEXTRA

A. Pengkajian Pre-op
Tanggal pengkajian : 20 September 2017, Jam Pengkajian 16:50 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra

1. Identitas
a) pasien
Nama : Tn. D
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Patebon, Kendal
Pekerjaan :-
b) Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Patebon, Kendal
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
b) Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh pada tanggal 18
Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan kaki pasien tertimpa motor.
Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit (IGD Karel Sadsuitubun Langgur) dan

8
langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter mengatakan pasien
menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien juga tidak
pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain. Pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3. Pola Aktivitas dan Kemandirian
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
4. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/100 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
3) Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
4) Suhu : 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg
4. Kepala : Bulat simetris, tidak ada luka
1) Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
2) Mata :
Mampu melihat jelas pada jarak normal (6m), ukuran pupil kecil dan
keduanya bereaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak
ada sekret pada mata.
3) Hidung :
Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis,
tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan
oksigen

9
4) Telinga :
Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang normal, tidak ada nyeri,
tidak ada sekret telinga, tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat
bantu
5) Mulut :
Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda, bersih, gigi utuh, agak
kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak, tidak ada bau mulut, bibir lembab
dan berwarna merah kehitaman
6) Leher dan Tenggorokan :
Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada alat yang
terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil,
vena jugularis tidak menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
7) Ekspresi wajah :
Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat kakinya
ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah pasien tampak meringis/mengernyit
menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak :
Bentuk simetris, pergerakan simetris dan sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan
tidak menggunakan otot bantu pernapasan
1. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak
ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil
fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
2. Jantung
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, ictus cordis
teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 & S2
normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.

10
3. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba
massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani
6. Genital :
Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak
ada hemoroid
7. Ekstremitas
1) Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
2) Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
3) Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstremitas
4) Kekuatan otot 5 5
3 3
8. Kulit :
Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis, tidak ada edema.
Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di femur kanan superior, luka
sudah mulai kering, tidak ada tanda infeksi, balutan luka sudah dibuka.
5. Data Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak fraktur
kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi dan aligment kurang
baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft tisue swelling
b. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi

B. Analisa Data
TGL/
Data Fokus Masalah Etiologi
JAM

20-09- DS: Hambatan Gangguan


2017 a. Klien mengatakan sulit bergerak Mobilitas Fisik muskuloskeletal
16.50 karena fraktur pada femur kanannya
WIB b. Klien mengatakan tidak bisa

11
beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan belum bisa
menapakkan telapak kaki kanannya
d. Klien mengatakan kesulitan berpindah
dari berdiri ke duduk
DO:
a. pasien menderita fraktur kominutif
pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak
atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-
balik posisi
e. Kekuatan otot 5 5
3 3
20-09- DS: Resiko Jatuh Penggunaan alat
2017 a. Klien mengatakan takut jatuh karena bantu (krug)
16.50 WI jalannya yang tidak seimbang
B DO:
a. Klien tidak seimbang saat berjalan dan
tampak kesulitan
b. Kekuatan otot 5 5
3 3

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musku
loskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)

12
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. Kep. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf

Hambatan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan pasien dalam a. Sebagai data dasar untuk
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 1 mobilisasi melakukan intervensi selanjutnya
berhubungan pertemuan, diharapkan hambatan b. Bantu klien untuk menggunakan b. Memudahkan pasien dalam
dengan gangguan mobilitas fisik klien dapat teratasi, tongkat saat berjalan dan cegah mobilisasi
muskuloskeletal dengan kriteria hasil : terhadap cedera
c. Menambah pengetahuan pasien
ditandai dengan a. Klien mampu meningkat dalam c. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
dan pasien dapat kooperatif
klien kesulitan aktivitas fisik
d. Ajarkan pasien bagaimana merubah d. Agar menambah pengetahuan
bergerak b. Klien mampu berjalan dengan
posisi dan berikan bantuan jika pasien dan pasien dapat
langkah yang efektif dengan
diperlukan kooperatif
alat bantu
c. Klien mampu bergerak dengan
mudah

8
Setelah dilakukan tindakan Identifikasi perilaku dan faktor yang Mengetahui seberapa besar resiko
keperawatan selama 3 x 1 mempengaruhi risiko jatuh pasien akan mengalami jatuh
pertemuan, diharapkan klien tidak
beresiko jatuh, dengan kriteria hasil Identifikasi karakteristik lingkungan yang Menghindari atau meminimalisir
: dapat meningkatkan potensi untuk jatuh faktor lingkungan yang dapat
Resiko jatuh a. Perilaku penecgahan jatuh: meningkatkan potensi pasien jatuh
berhubungan tindakan individu atau pemberi Sarankan perubahan dalam gaya berjalan
dengan asuhan untuk meminimalkan pasien Menurunkan resiko jatuh klien
penggunaan alat faktor resiko yang dapat
bantu (krug) memicu jatuh di lingkungan Didik anggota keluarga tentang faktor risiko
individu yang berkontribusi terhadap jatuh dan Menambah pengetahuan anggota
b. Tidak ada kejadian jatuh bagaimana mereka dapat menurunkan resiko keluarga pasien dan anggota
tersebut keluarga pasien dapat kooperatif

E. Implementasi Keperawatan
No. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Dx.

9
Kep.

S: Pasien mengatakan
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
27-09-17
Mengkaji kemampuan dari duduk ke berdiri
1 16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya

27-09-17 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan


2 16.10 perilaku dan faktor sering hampir jatuh
WIB yang mempengaruhi saat dirinya latihan
risiko jatuh berjalan, dan pasien

10
menggunakan dinding
sebagai pegangannya
selain dari alat bantu
jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak tidak
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh

2 27-09-17 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan


16.20 karakteristik sering hampir jatuh
WIB lingkungan yang dapat saat dirinya berjalan
meningkatkan potensi menggunakan alat
untuk jatuh bantu karena lantai
rumah yang agak
licin, terkhusus di
kamar mandi
O: Lantai rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko

11
jatuh pasien

S: Pasien mengatakan
paham dan
mengetahui setelah
28-09-17 diajarkan materi
Mengajarkan pasien
1 16.30 tersebut
tentang teknik ambulasi
WIB O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan

S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien
28-09-17 terhadap apa yang
bagaimana merubah
1 16.45 disampaikan
posisi dan berikan
WIB O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan
mengikuti apa yang
diajarkan

1 28-09-17 Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan


17.00 menggunakan tongkat dirinya dirumah sudah
WIB saat berjalan dan cegah mencoba

12
menggunakan tongkat
pembantu (krug)
untuk berjalan
O: Pasien dapat
terhadap cedera menggunakan alat
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar

S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
yang telah disarankan
29-09-17 Menyarankan
O: Gaya berjalan
2 16.30 perubahan dalam gaya
pasien masih tampak
WIB berjalan pasien
sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan

1 29-09-17 Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan


16.35 menggunakan tongkat sudah bisa berjalan
saat berjalan dan cegah menggunakan alat
terhadap cedera bantu dengan mudah

13
dan tidak sesulit
kemarin
O: Pasien tampak
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif

S: Anggota keluarga
Mendidik anggota mengetahui dan
keluarga tentang faktor paham terhadap apa
risiko yang yang disampaikan
29-09-17
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
2 16.45
jatuh dan bagaimana anggota keluarga
WIB
mereka dapat pasien tampak paham
menurunkan resiko dan tidak
tersebut menunjukkan
kebingungan

14
F. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Catatan
Tgl./Jam Paraf
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan

Hambatan Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan


mobilitas fisik dilakukan 16.30 masih kesulitan untuk
berhubungan tindakan WIB bergerak dan berjalan,
dengan keperawatan masih sulit berpindah
gangguan selama 3 x 1 posisi
muskuloskelet pertemuan O: Pasien tampak masih
al ditandai jam, kesulitan untuk
dengan klien diharapkan bergerak, menggunakan
kesulitan hambatan tenaga lebih untuk
bergerak mobilitas fisik menggerakkan kaki
klien dapat kanannya
teratasi, A: Masalah hambatan
dengan kriteria mobilitas fisik belum
hasil : teratasi
a. Klien P: Lanjutkan intervensi:
mampu a. Ajarkan pasien
meningkat tentang teknik
dalam ambulasi

15
aktivitas b. Ajarkan pasien
fisik bagaimana
b. Klien merubah posisi
mampu dan berikan
berjalan bantuan jika
dengan diperlukan
langkah c. Bantu klien
yang untuk
efektif menggunakan
dengan alat tongkat saat
bantu berjalan dan
c. Klien cegah terhadap
mampu cedera
bergerak 28-09-17 S: Pasien mengatakan
dengan 17.15 sudah mulai paham
mudah WIB teknik ambulasi yang
diajarkan dan mulai
bisa berpindah posisi
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih

16
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera

29-09-17 S: Pasien mengatakan


17.00 sudah latihan berjalan
WIB keliling ruangan
didalam rumah dan

17
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
O: Pasien tampak
berjalan dan bergerak
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera

18
Resiko jatuh Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan
berhubungan dilakukan 16.30 sering hampir jatuh saat
dengan tindakan WIB latihan karena lantai
penggunaan keperawatan rumahnya yang licin,
alat bantu selama 3 x 1 terkhusus lantai kamar
(krug) pertemuan, mandi
diharapkan O: Pasien tampak tidak
klien tidak seimbang saat berjalan
beresiko jatuh, dan berpotensi untuk
dengan kriteria jatuh jika tidak
hasil : menggunakan alat
c. Perilaku bantu saat berjalan
penecgaha A: Masalah resiko jatuh
n jatuh: belum teratasi
tindakan P: Lanjutkan intervensi:
individu a. Sarankan
atau perubahan
pemberi dalam gaya
asuhan berjalan pasien
untuk b. Didik anggota
meminimal keluarga tentang
kan faktor faktor risiko

19
resiko yang yang
dapat berkontribusi
memicu terhadap jatuh
jatuh di dan bagaimana
lingkungan mereka dapat
individu menurunkan
d. Tidak ada resiko tersebut
kejadian
28-09-17 S: Pasien mengatakan
jatuh
17.15 selama sakit ini belum
WIB pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
berjalannya, dan
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah

20
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut

29-09-17 S: Pasien mengatakan


sudah mengetahui dan

21
17.00 paham perilaku/faktor
WIB dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
untuk meminimalisir
faktor resiko jatuh
pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi

22
P: Hentikan intervensi

23

Anda mungkin juga menyukai