Anda di halaman 1dari 3

Mazmur 90: 12 “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami

beroleh hati yang bijaksana.”

Bapa/ibu, saudara/I, sekalian yang dikasihi Tuhan…

Untuk mengawali renungan saya dalam momen yang berbahagia ini, saya ingin
membagikan kepada kita semua sebuah kisah nyata singkat dan inspiratif mengenai
seorang nenek bernama Chaterine Photos, yang berasal dari Washington, Amerika
Serikat.

Dalam suatu upacara wisuda di Palm Beach State College, sebuah universitas di
daerah Washington tahun 2010, Chaterine Photos menjadi pusat perhatian semua
orang yang hadir dalam upacara tersebut. Bagaimana tidak, Chaterine adalah seorang
mahasiswi yang akan diresmigelari sebagai Sarjana Seni, dalam usia 89 tahun. Ia
adalah mahasiswi tertua dalam upacara wisuda tersebut. Teman-temannya adalah para
mahasiswa dan mahasiswi yang kebanyakan berumur 21 tahun.

Chaterine mulai mengikuti kuliah di Departemen Seni universitas tersebut pada tahun
2001, dan ia akhirnya menamatkan kuliah setelah 9 tahun lamanya, dengan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) 3,9. Sungguh merupakan suatu prestasi.

Sebelumnya, kehidupan Chaterine sudah terbilang sangat sukses dan mapan. Setelah
menikah tahun 1946, ia memiliki sebuah klub renang pribadi yang dikelolanya
sendiri, sebuah bar, dan empat restoran siap saji. Anak-anaknya pun juga sudah sukses
dalam menjalani hidup dan pilihan mereka masing-masing.  Ketika Chaterine ditanya,
mengapa berkuliah lagi di usia yang sudah demikian lanjut? Chaterine mengatakan
bahwa ia ingin mengerjakan sesuatu yang berguna. Ia tidak mau merasa kosong.

Bapak ibu, saudara-saudari sekalian yang dikasihi Tuhan,

Ketika saya membaca artikel mengenai Chaterine ini di internet, tema yang diberikan
penulis tema kisah inspiratif ini adalah “Mencari ilmu tidak ada batasan usia”. Sang
penulis artikel menitikberatkan sisi pendidikan dari kisah ini, bahwa tidak ada kata
terlambat untuk menuntut ilmu. Di malam yang berbahagia ini, saya ingin mengajak
kita semua yang hadir pada saat ini untuk merefleksikan kisah ini dalam perspektif
yang lain. Mazmur 90: 10-12 yang kita baca tadi akan menjadi pedoman bagi kita
untuk merenungi kisah ini.

Bapak ibu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Dari kisah singkat mengenai Chaterine, seorang nenek yang menamatkan kuliah
dalam usia 89 tahun, ada sejumlah hal yang dapat kita lihat dan pelajari. Hal yang
pertama adalah persepsi terhadap hidup. Apa yang membuat seorang nenek yang
sudah lanjut usia dengan hidup bahagia dan mapan, mau berkuliah lagi hanya untuk
memperoleh suatu gelar sarjana? Jawaban paling masuk akal yang dapat kita berikan
adalah karena nenek tersebut ingin mengisi hari tuanya dengan hal-hal yang berbeda,
bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan menginspirasi banyak orang. Dalam rerangka
pikir semacam ini, kita bisa mengidentifikasi suatu bagian dalam diri manusia yang
sangat kuat, yang sanggup memberi warna pada realita hidup, yaitu persepsi manusia
itu sendiri. Chaterine menjalani kuliah dalam usia 80 tahun. Persepsi umum orang
yang berada pada usia ini pasti tidak jauh keberserahan, dokter, obat, tempat tidur, alat
bantu penglihatan dan pendengaran, dan sebagainya. Namun Chaterine punya persepsi
lain. Usia 80 tahun merupakan usia untuk mewujudkan mimpi untuk berkuliah. Suatu
persepsi yang tidak lazim. Dengan persepsi itulah ia menjalani realitanya, atau hari-
hari hidupnya.

Ketika mengalami pertambahan usia, persepsi seorang individu pasti cenderung untuk
berubah. Hal ini berlaku baik bagi orang sudah berusia lanjut, maupun orang yang
masih muda.

Hal yang kedua adalah cara untuk bersyukur. Tujuan kuliah di perguruan tinggi bagi
mahasiswa pada umumnya adalah untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki
dunia kerja. Tetapi Chaterine berkuliah bukan untuk tujuan itu. Ia kuliah untuk
bersukacita, mensyukuri hidup yang masih dianugerahkan Tuhan kepadanya. Cara
bersukacita itu adalah memenuhi impian untuk kuliah, menunjukkan semangat
mewujudnyatakan mimpi yang kuat, dan menginspirasi banyak orang. Ia menjalani
kuliah itu dengan sukacita selama 9 tahun lamanya. Ini merupakan suatu perjalanan
hidup yang unik. Biasanya bagi mahasiswa biasa, waktu kuliah 9 tahun merupakan
waktu yang tidak normal. Lain halnya dengan Chaterine, yang berusia 80 tahun, oleh
karena kuliah merupakan caranya untuk mensyukuri hidup yang masih dianugerahkan
Tuhan, ia menjalaninya dengan sukacita.

Bapak ibu saudara saudari yang dikasihi Tuhan.

Dalam bacaan kita tadi, Mazmur 90:12, pemazmur mengatakan “Ajar kami
menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”
Sebuah ungkapan yang singkat namun sebenarnya memuat makna yang tidak jauh
beda dengan dua hal yang kita bicarakan tadi dari kisah Chaterine. Ketika pemazmur
berkata “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian…” Sesungguhnya
pemazmur sedang mengajak kita semua untuk menghayati pertambahan usia, dan
hari-hari yang berlalu begitu cepat di hadapan kita. Pemazmur sedang berbicara
tentang persepsi kita dalam hari-hari yang berlalu, dengan usia yang tentu bertambah.
Dengan waktu yang terus berjalan, usia yang terus bertambah, apa yang harus kita
lakukan di dunia ini? Pemazmur meminta Tuhan untuk mengajarinya. Artinya, ia
meminta Tuhan untuk membimbingnya agar ia dapat mempersepsikan dengan tepat
apa yang harus ia lakukan di sisa hidupnya.

Ketika pemazmur berkata, “Ajar kami menghitung hari-hari kami sedemikian…”,


Dapat dimaknai juga bahwa ia sesungguhnya sedang mempertanyakan bagaimana
cara mensyukuri hari-hari yang terus berlalu dan waktu yang terus berjalan. Dengan
mengatakan “sedemikian”, itu menunjukkan bahwa pemazmur tidak mengetahui
dengan pasti, dan oleh karena itu ia meminta Tuhan untuk mengajarinya. Ia meminta
Tuhan untuk menunjukkan jalan baginya.

Bapak ibu, saudara-saudari sekalian,


Menjalani suatu pertambahan usia, dalam refleksi pribadi saya, selalu berhubungan
dengan dua hal di atas, yaitu persepsi kita terhadap apa yang harus kita lakukan dalam
sisa hidup kita dan cara kita mensyukuri hidup yang dianugerahkan. Kita perlu
terlebih dahulu membentuk persepsi kita mengenai apa yang harus kita lakukan dalam
sisa hidup kita, dan kemudian menjalaninya secara nyata dengan penuh rasa syukur.
Chaterine dalam kehidupannya, berpersepsi bahwa dalam usia 80 tahun, ia tidak ingin
merasa kosong, ia ingin melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bisa
menginspirasi orang lain. Ia kemudian mewujudnyatakan impiannya lewat berkuliah,
dan oleh karena itu adalah impiannya, ia menjalaninya dengan sukacita dan penuh
rasa syukur. Pertanyaannya bagi kita semua yang ada pada saat ini, terkhusus bagi
mama terkasih kita, dalam usia 62 tahun, dan hari-hari yang terus berganti, Apa
persepsi yang harus dibangun dalam menjalani sisa hidup yang ada? Pertanyaan yang
berikut adalah bagaimana cara mewujudnyatakan yang sudah dipersepsikan dengan
penuh rasa syukur?

Pemazmur mengajak kita semua untuk tetap memohon bimbingan Allah. Pemazmur
mengajak untuk datang kepada Allah, dan membiarkan Allah yang mengajari kita,
dan menunjukkan jalan. Pemazmur mengajak kita, untuk membiarkan Tuhan lewat
firmanNya membentuk persepsi kita. Mengapa demikian? Oleh karena hanya dengan
demikianlah kita dapat beroleh hati yang bijaksana. Bayangkan saja perjalanan hidup
Chaterine yang demikian unik itu. Ia bisa menjadi inspirasi bagi keluarganya dan
banyak orang yang memiliki masalah dengan semangat hidup. Ia hadir menjadi berkat
pula bagi orang lain, lewat persepsi dan tindakannya. Kita pun bisa demikian, dengan
persepsi dan tindakan yang tepat dalam sisa hidup kita, kita bisa beroleh hati yang
bijaksana, yang nantinya amat dibutuhkan oleh keluarga kita dan juga banyak orang di
sekitar kita. AMIN.

Anda mungkin juga menyukai