Anda di halaman 1dari 121

HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN PROTOTYPE SISTEM MONITORING LEVEL


INFUS BERBASIS INTERNET OF THINGS

DESIGN PROTOTYPE OF INFUSION LEVEL MONITORING SYSTEM


BASED INTERNET OF THINGS

IBRAHIM
1724041007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO S1


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ibrahim

Nim : 1724041007

Jurusan : Pendidikan Teknik Elektro

Prog. Studi : Pendidikan Teknik Elektro S1

Judul : Pengembangan Prototipe Sistem Monitoring Level Cairan

Infus Berbasis Internet Of Thing

Menyatakan bahwa tugas akhir merupakan karya asli yang bersumber dari

ide saya sendiri dan bukan mengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran sendiri, kecuali yang saya nyatakan

sebagai kutipan. Selain itu, tidak ada bagian dari tugas akhir ini yang telah saya

atau orang lain gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar akademik.

Jika pernyataan diatas terbukti atau dapat bukti sebaliknya, maka saya

bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Fakultas Teknik Universitas

Negeri Makassar atau peraturan dan perundangan yang berlaku

Makassar, Juli 2023


Yang membuat pernyataan

Ibrahim
Nim:1724041007
iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur kepada tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampung
dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan
bahagia saya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:

Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini
dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada
tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

Kedua Orang Tua tercinta, yang telah memberikan dukungan moril


maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada
kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang
terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk
membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta
untuk kalian Ayah dan Ibu.

Bapak dan Ibu Dosen, Pembimbing, Penguji, dan Pengajar, yang selama
ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untun menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai
harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terima kasih banyak Bapak dan Ibu
Dosen, jasa kalian akan selalu terpatri dihati.

Saudara/i, yang selalu menyayangiku, memotivasi, dan menyemangati,


terima kasih atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Teman-teman dari ELEKTRO 2017, terima kasih ata do’a dan


dukungannya. Semoga Allah SWT memberikanmu kesehatan, keberkahan hidup
serta hidayah. Terimah kasih yang tiada hentinya ku ucapkan untuk semuanya

Teruntuk Mutmainnah Hajum, terima kasih banyak selalu memotivasi,


menasehati, membantu segala urusan akademik, dukungan serta bantuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan studi dan karya sederhana ini.
iv

MOTTO

“Orang yang ikhlas adalah orang yang


Menyembunyikan perbuatan baiknya sebagaimana ia
Menyembunyikan perbuatan jahatnya ”
v

ABSTRAK

Ibrahim, 2023. Pengembangan Prototype Sistem Monitoring Level Cairan Infus


Berbasis Internet of Things. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Makassar,
Pembimbing : Sugeng A.Karim dan Iwan Suhardi.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk : (1)
Merancang pengembangan sistem infus otomatis berbasis mikrokontroler dan (2)
mengetahui hasil pengujian sistem level cairan infus ketika mencapai batas
minimun. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan
(Research and Depelopment atau R&D) Research and Depelopment merupakan
metode penelitian yanng digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut,Model pengembangan yang digunakan
penelitian ini adalah model Prototyping. Prosedur pengembangan terdiri dari 4
langkah yaitu Analisis Kebutuhan, Membangun Prototipe, Pengodean Sistem,
Menguji dan Mengevaluasi Sistem. Hasil penelitian ini merupakan analisis hasil
dari uji coba functionality hardware dengan persentase yang dilihat adalah 100%,
hasil uji sistem karakteristik functional dengan kategori baik dan efektifitas
dengan hasil persentase 90.0% kategori sangat baik, Hasil dari penelitian ini
adalah menghasilkan sebuah produk yang diberi nama Smart Alarm Infus yang
terdiri dari hardware berupa alat dan software berupa Firebase. Sehingga hasil
dari penelitian ini yaitu produk yg dibuat berupa alat dalam bentuk prototipe yang
dapat dikembangkan kemudian diterapkan. Saran untuk pengembangan lebih
lanjut agar ditambahkan website dan aplikasi untuk memonitoring cairan infus
secara optimal, kemudian menggunakan alat yang lebih minimalis disertai dengan
baterai agar mempermudah dalam penggunaan dan dibuat lebih modern.

Kata Kunci: Prototipe, Smart Alarm Infus, IoT.


vi

ABSTRACK

Ibrahim, 2023. Development of an Internet of Things-Based Prototype for


Monitoring Infusion Fluid Levels. Faculty of Engineering. Makassar State
University. Supervisors: Sugeng A. Karim and Iwan Suhardi.
This research is a development study with the following objectives: (1) Designing
the development of an automatic infusion system based on a microcontroller, and
(2) determining the test results of the infusion fluid level system when it reaches
the minimum limit. The research method used is Research and Development
(R&D), which is a method used to produce a specific product and test its
effectiveness. The development model used in this study is the Prototyping model.
The development procedure consists of four steps: Needs Analysis, Prototype
Construction, System Coding, and System Testing and Evaluation.
The results of this research include the analysis of the hardware functionality test
with a percentage of 100%, the test results of the functional system characteristics
with a good category, and the effectiveness with a percentage result of 90.0% in
the excellent category. The outcome of this research is a product named "Smart
Infusion Alarm," which consists of hardware in the form of a device and software
in the form of Firebase. Therefore, the result of this research is a prototype device
that can be further developed and implemented.
Suggestions for further development include adding a website and application for
optimal infusion fluid monitoring, using a more minimalist device with a battery
for ease of use, and making it more modern.

Keywords: Prototipe, Smart Alarm Infus, IoT.


vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji sykur atas kehadirat Allah SWT

karena atas berkat rahmat, petunjuk dan hidayah_Nya, sehingga terselesaikannya

skripsi ini yang berjudul “Pengembangan Prototipe Sistem Monitoring Level

Cairan Infus Berbasis Internet Of Things”. Skripsi ini diajukan guna untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program

Studi Pendidikan Teknik Elektro, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Universitas

Negeri Makassar.

Penulis menyadari bahwa selama dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit

kesulitan dan hambatan yang dilewati. Meskipun begitu, berkat doa dan dukungan

yang senantiasa menyertai dari Ayahanda Tersayang Siduman Dan Ibunda tercinta

Sinadda dengan saudara-saudara yang senantiasa memberikan motivasi, dosen-

dosen yang telah membimbing, serta pihak-pihak lain yang telah menyemangati

dan membantu selama penyelesaian skripsi ini. Alhamdulillah, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini setelah melewati proses yang cukup

panjang dan penuh tantangan.

Berbagai pihak yang berperan membantu dan mendukung peneliti dalam

penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimah kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. Rektor

Universitas Negeri Makassar.


viii

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Yahya, M.Kes. M.Eng., IPU., ASEAN Eng.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

3. Bapak Dr. Muh. Yusuf Mappeasse, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro.

4. Bapak Edi Suhardi Rahman, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro.

5. Bapak Dr. H. Haripuddin, S.T., M.T., Ketua Program Studi Pendidikan Teknik

Elektro S1.

6. Bapak Drs. Sugeng A. Karim, M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan motivasi dan saran serta masukan-masukan yang

bermanfaat.

7. Bapak Dr. Iwan Suhardi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan motivasi dan saran serta masukan-masukan yang

bermanfaat.

8. Ibu Dyah Darma Andayani, S.T., M.Tel.Eng., selaku Dosen Penguji I

9. Ibu Veronika Asri T, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji II.

10. Seluruh dosen dan staff administrasi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.

11. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas TeknikUniversitas Negeri makassar.

12. Kepada kakanda Fajar Ramadan S.Pd, Firman Setia Waruwu S.Pd, Karolus

Karen S.Pd, Muh. Shaqis S.Pd, Haedarwansyah Saputra S.Pd dan Askin

Darwis.

13. Teman seperjuangan PTE S1 2017 atas kebersamaan, pengalaman dan motivasi

berharga yang diberikan kepada penulis.


ix

14. Kepada teman-teman di jurusan Elektro yang memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis.

15. Kepada teman-teman KKN yang selalu memberikan motivasi, semangat dan

dukungan kepada penulis.

16. Kepada Mutmainnah Hajum, salah satu satu mahasiswi Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar, yang selalu memberikan semangat serta motivasi

kepada penulis.
x

DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS ........................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6

A. Landasan Teori ......................................................................... 6

B. Kajian Penelitian ...................................................................... 27

C. Kerangka Pikir .......................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 30

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 30

B. Tempat Dan waktu penelitian ................................................... 30

C. Desain Penelitian ...................................................................... 30


xi

D. Prosedur Penelitian ................................................................... 36

E. Teknik Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 38

F. Teknik Analisis Data ................................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 43

A. Tahap Pengembangan ............................................................... 43

B. Hasil Uji Coba .......................................................................... 50

C. Kajian Produk Akhir ................................................................. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60

A. Kesimpulam .............................................................................. 60

B. Saran .................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 64

LAMPIRAN 1 ................................................................................................ 65

LAMPIRAN 2 ................................................................................................ 83

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 100


xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Infus ............................................................................................ 9

Gambar 2.2 Spike Cup...................................................................................... 11

Gambar 2.3 Spike ............................................................................................ 12

Gambar 2.4 Air Vented .................................................................................. 12

Gambar 2.5 Drip Chamber ............................................................................. 13

Gambar 2.6 Blood Filter ................................................................................. 13

Gambar 2.7 Solution Filter ............................................................................. 13

Gambar 2.8 Roller Clamp Set ......................................................................... 14

Gambar 2.9 Tube ............................................................................................ 14

Gambar 2.10 Y Injection Site ......................................................................... 15

Gambar 2.11 Injection Set .............................................................................. 15

Gambar 2.12 Connector .................................................................................. 15

Gambar 2.13 Needle Hub ............................................................................... 16

Gambar 2.14 Needle Cup ............................................................................... 16

Gambar 2.15 Pin ESP8266 ............................................................................. 17

Gambar 2.16 Tampak Depan ESP8266 .......................................................... 17

Gambar 2.17 Load Cell .................................................................................. 17

Gambar 2.18 Sensor Infrared .......................................................................... 21

Gambar 2.19 Buzzer ....................................................................................... 22

Gambar 2.20 Kabel Jumper ............................................................................ 23

Gambar 2.21 LCD Grafik 128x64 .................................................................. 23

Gambar 2.22 LCD 16x2 ................................................................................. 24


xiii

Gambar 2.23 Firebase ..................................................................................... 26

Gambar 2.24 Arsitektur Sistem Firebase ........................................................ 26

Gambar 2.25 Cloud ......................................................................................... 27

Gambar 3.1 Tahapan Model Pengembangan .................................................. 31

Gambar 3.2 Blok Diagram Prototyping .......................................................... 35

Gambar 3.3 Skema Rangkaian Alat Diruangan pasien.................................... 33

Gambar 3.4 Skema Rangkaian Alat Diruangan Perawat ................................. 34

Gambar 3.5 Diagram Alir Prosedur Penelitian ................................................ 36

Gambar 4.1 Proses Perakitan Hardware.......................................................... 47

Gambar 4.2 prototype Alat .............................................................................. 48

Gambar 4.3 Pengodean Perangkat Keras Menggunakan Arduino IDE ........... 49


xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keterangan Skema Rangkaian Alat diruangan Pasien ..................... 37

Tabel 3.2 Keterangan Skema Rangkaian Alat diruangan Perawat .................. 38

Tabel 3.3 Instrumen Functional Hardware....................................................... 41

Tabel 3.4 Konversi skor skala guttman............................................................ 43

Tabel 3.5 kategori efektivitas produk............................................................... 44

Tabel 4.3 Pengujian Loadcell........................................................................... 55

Tabel 4.4 Pengujian Sensor Infrared Tetes Permenit Sensor I......................... 56

Tabel 4.5 Pengujian Sensor Infrared Tetes Permenit Sensor II....................... 57


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang pelayanannya

disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Berbicara

tentang ilmu kesehatan, Ilmu Kesehatan merupakan Kelompok disiplin ilmu

terapan yang menangani kesehatan manusia dan hewan. Ada tiga bagian ilmu

kesehatan: studi, riset, dan pengetahuan mengenai kesehatan, serta aplikasi

pengetahuan tersebut untuk meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit, dan

memahami fungsi-fungsi biologis pada manusia dan hewan. Riset akan dilakukan

terutama tertumpu pada ilmu-ilmu utama biologi, kimia, dan fisika, dan juga ilmu

sosial (seperti sosiologi medis). Bidang ilmu lain yang memberikan konstribusi

penting bagi ilmu kesehatan termasuk biologis, biokimia, bioteknologi, rekayasa,

epidermiologi, genetika, ilmu perawatan, farmakologi, farmasi, kesehatan

masyarakat, kedokteran, okupasi terapi.

Infus merupakan suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu

digunakan untuk mengganti cairan yang hilang dan menyeimbangkan elektrolit

tubuh (Ismail, dkk, 2019). Kondisi saat ini, hampir setiap pasien rawat inap yang

ada di poliklinik, puskesmas, maupun rumah sakit menggunakan cairan infus.

Pemberian cairan infus untuk pasien rawat inap sangat diperlukan karena rata-rata
2

pasien kekurangan cairan (Potter, 2013). Pemasangan alat infus adalah suatu

tindakan pertama yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (perawat) dalam

menangani kegawatdaruratan pasien. Alat infus digunakan untuk memasukkan

suatu cairan kedalam tubuh pasien dalam jumlah tertentu melalui pembuluh dara

vena (intravenous infuse) pasien yang dilakukan secara terus menerus dalam

jangka tertentu.

Penggunaan infus set konvensional yang digunakan sebenarnya tidak begitu

bermasalah bisa pasien dapat dikontrol dan diawasi secara periodik dalam waktu

yang singkat oleh perawat. Namun hal ini seringkali menimbulkan masalah

dikarenakan terdapat beberapa faktor seperti kurangnya sumber daya manusia di

rumah sakit, kelalaian dari perawat, bahkan tindakan dari pasien itu sendiri (Decy,

dkk, 2016). Kasus fatal mengenai kesalahan penanganan pemberian infus

intravena pada pasien adalah seorang bayi yang meninggal dikarenakan perawat

terlambat untuk mengganti cairan infus sang bayi. Sungguh ironis bila hal tersebut

terjadi berulang (Poskota, 2016).

Penggantian cairan infus adalah suatu tindakan keperawatan yang

dilakukan dengan teknik aseptik untuk mengganti cairan infus yang telah habis

dengan botol cairan infus yang baru sesuai dengan jumlah tetesan yang

dibutuhkan sesuai instruksi dokter. Di rumah sakit, cairan infus sudah biasa

digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien. Penggunanaan cairan infus

perlu penanganan yang khusus karena harus diketahui jumlah tetesan cairan infus

dalam satu menit yang diberikan kepada pasien, dicegah adanya gelembung udara

pada selang infus dan pergantian tabung infus tidak boleh terlambat. Waktu yang
3

dibutuhkan untuk menghabiskan satu botol cairan infus berbeda-beda pada tiap

pasien, karena tergantung dari penyakit yang diderita. Ditinjau dari kondisinya

bahwa pengawasan (monitoring) dan peresapan yang ketat terhadap pemberian

cairan infus kepada pasien merupakan hal yang sangat penting diperhatikan.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka dibutuhkan sebuah alat yang

dapat mendeteksi level cairan infus sehingga memudahkan perawat dalam

mengontrol cairan infus pasien. Pada penelitian ini dikembangkan prototipe smart

infus yaitu alat pendeteksi level cairan infus berbasis IoT. Sistem ini dirancang

menggunakan sensor berat (Wight Sensor) dan sensor infrared. kedua sensor

tersebut bekerja secara terintegritas dan bersamaan, data hasil pembacaan kedua

sensor tersebut dicatat oleh mikrokontroler. Jika sensor mendeteksi cairan

melewati batas minimum maka sistem akan memproses dan mengirim data

menggunakan Modul Amplifier HX711 ke ruang pusat perawat. Pada ruang

perawat akan ada nada bunyi Buzzer sebagai alarm untuk perawat yang menjaga

pasien bahwa cairan infus perlu segera diganti. Dalam sistem ini menggunakan

sistem slave dimana mikrokontroler yg terdapat di ruang pasien mengirimkan

sinyal ke mikrokontroler yang terdapat pada ruamg perawat. Sistem yang dibuat

ini dirancang dalam bentuk tugas akhir yang berjudul “Perancangan Prototype

sistem monitoring level cairan infus berbasis IOT”. Penulis berharap dengan

membuat sistem ini dapat membantu para tenaga medis dalam mengawasi dan

mengontrol cairan infus pada kantong infus pasien. Dengan motivasi dunia digital

saat ini, diharapkan alat ini dapat menangani Tingkat kelalaian dan kekurangan

sumber daya manusia. Kemudian menguji sensor penggunaan cairan infus dengan
4

menunggu cairan infus berkurang, dan menguji sensor penggunaan infrared.

Kemudian kedua sensor dilakukan uji pengukuran dan kalibrasi untuk

mendapatkan hasil ukur yg akurat. .

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil pengembangan sistem monitoring infus otomatis

berbasis mikrontroller?

2. Bagaimana pengujian prototipe smart alarm infus berbasis IoT?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang pengembangan sistem infus otomatis berbasis

mikrokontroler

2. Mengetahui hasil pengujian sistem level cairan infus ketika

mencapai batas minimum.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan berkaitan dengan pelaksanaan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan peneliti ini dapat memberikan konstribusi

berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya


5

dalam perkembangan teknologi yang saat ini pada revolusi

industri 4.0

b. Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai modul ESP8266 sebagai flatform

internet of things (IoT)

2. Manfaat Praktis

a. Dapat bermanfaat bagi tenaga medis sehingga tidak perlu

memeriksan cairan fasien setiap saat sehingga tidak tejadi

hal-hal yang tidak diinginkan.

b. sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian terkait


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Internet of Things

Internet of Things (IoT) adalah teknologi untuk mengendalikan,

mengatur, dan mentransfer data dari benda-benda fisik melalui jaringan

internet. IoT telah berkembang dari teknologi nirkabel, Micro Electro

Mechanical Systems (MEMS), dan Internet. “A Things” pada Internet of

Things dapat didefinisikan dengan banyak subjek. Menurut beberapa

penilitian Internet of Things sudah banyak diterapkan di beberapa bidang

ke ilmuan dan industri, seperti dalam bidang ilmu kesehatan, informatika,

geografis dan beberapa bidang ilmu lain (Enrico, 2016).

Internet of things saat ini sering diterapkan pada salah satu teknologi,

yaitu cloud computing atau komputasi awan, dapat dikatakan bahwa

Internet of Things merupakan teknologi pelengkap dari Cloud Computing.

Internet of things juga dapat digabungkan dengan berbagai macam sensor

sesuai dengan fungsi yang akan dijalankan, salah satunya adalah sensor

Galvanic Skin Response (GSR). Contohnya layanan kesehatan (Smart

Health/E-health) melalui pemanfaatn IoT berbasis perangkat mobile,

aplikasi mobile dan jaringan internet (Enrico, 2016).

2. Portable

Arti kata “Portable” dalan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

6
7

adalah mudah dibawa-bawa dan mudah dijinjing. Portable adalah istilah

untuk software yang dapat di bawa dalam peralatan portable (contohnya:

USB flash drive) dan dapat digunakan di setiap komputer tanpa perlu

melalui proses instalasi terlebih dahulu. Keuntungan dari software jenis ini

adalah dapat membawa data beserta program yang dibutuhkan untuk

membukanya ke mana saja, untuk dibuka di komputer manapun.

3. Monitoring

Monitoring, dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah

pemantauan. Dengan kata lain, monitoring merupakan salah satu proses

didalam kegiatan

organisasi yang sangat penting yang dapat menetukan terlaksana

atau tidaknya sebuah tujuan organisasi (Herliana, 2016).

Monitoring infus adalah pemantauan perawat untuk mencatat hasil

data dari pasien sebelum maupun setelah melakukan tindakan perawatan

infus (Aziis, 2018).

4. Sistem

Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur–prosedur yang saling

berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh

untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi perusahaan.

Menurut Sutabri (2012:22), sistem merupakan suatu bentuk integrasi

antara satu komponen dengan komponen lainnya karena sistem memiliki


8

sasaran yang berbeda untuk setiap kasus yang terjadi yang ada di dalam

sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem dapat diklasifikasikan dari

beberapa sudut pandang, diantaranya:

a. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang

tidak tampak secara fisik,

b. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadimelalui proses alam, tidak

dibuat oleh manusia,

c. Sistem yang berinterkasi dengan tingkah laku yang dapat diprediksi

disebut sistem deterministic,

d. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak

terpengaruh oleh lingkungan luarnya.

5. Pengetahuan Tentang Infus

a. Definisi Infus

Infus merupakan suatu prosedur memasukkan cairan dalam jumlah

tertentu melalui jalur intravena yang diterapkan pada pasien pada kondisi

tertentu untuk memberikan cairan atau elektrolit sebagai prosedur tindakan

dalam pengobatan. Terapi penggunaan infus intravena membutuhkan

penanganan oleh dokter dan pengawasan oleh tenaga medis dalam

memantau kecepatan tetesan cairan infus untuk mencegah risiko terhadap

pasien. Gambar 2.1 menunjukkan gambar dari infus.


9

Gambar 2.1 Infus

Untuk menghitung kecepatan aliran dalam bentuk tetesan dihitung

setelah mengetahui jumlah volume cairan yang terkumpul dalam satuan

waktu (Yunardi, 2018).

b. Definisi Infus Konvensional

Penggunaan infus set konvensional yang digunakan sebenarnya tidak

begitu bermasalah bisa pasien dapat dikontrol dan diawasi secara periodik

dalam waktu yang singkat oleh perawat. Namun hal ini seringkali

menimbulkan masalah dikarenakan terdapat beberapa faktor seperti

kurangnya sumber daya manusia di rumah sakit, kelalaian dari perawat,

bahkan tindakan dari pasien itu sendiri (Nataliana, dkk., 2016)

c. Keadaan Yang Membutuhkan Infus

Secara umur, terdapat suatu keadaan yang memerlukan pemberian

cairan infus (Lestari, 2017), yaitu:

1. Pendarahan dalam jumlah banyak,

2. Patah tulang,
10

3. Trauma abdomen,

4. Serangan panas akibat dehidrasi

5. Diare dan demam

6. Luka bakar yang cukup banyak.

d. Indikasi Pemasangan Infus

1. Pemberian cairan intravena

2. Pemberian nutrisi parenteral

3. Pemberian kantong darah dan produk darah

4. Pemberian obat yang terus-menerus

5. Upaya profilaksis

e. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus (Wira, 2015)

1. Hematoma, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat

memasukkan jarum atau tusukan berulang pada pembuluh darah.

2. Infiltrasi, terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh

darah.

3. Tromboflebitis, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau

secara ketat dan benar.

4. Emboli udara, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan

infus ke dalam pembuluh darah.


11

f. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan infus

1. Rasa perih/sakit

2. Reaksi alergi

g. Komponen utama cairan infus

1. Botol infus, yaitu sebagai wadah cairan infus dan tersedia dalam 3

ukuran, 500 ml, 1000 ml dan 1500 ml;

2. Selang infus, yaitu menjadi tempat mengalirnya cairan infus;

3. Klem selang infus, yaitu untuk mengatur laju cairan infus yang

masuk ke dalam tubuh;

4. Jarum infus, yaitu untuk memasukkan sairan infus ke dalam

pembuluh vena.

h. Bagian Infus dan Tranfusi Set (Firdaus, 2017)

1. Spike cup adalah penutup penetrate needle infuse/tranfusi set yang

berfungsi kesetrilan penetrate needle infus.

Gambar 2.2 Spike Cup


12

2. Spike/Penetrate Needle Infuse adalah jarum infus/tranfusi set yang

berfungsi sebagai pembolong botol infus dan juga sebagai

penghubung pertama cairan infusan.

Gambar 2.3 Spike

3. Air vented adalah lubang kecil pada spike yang berfungsi

penyetabil udara drip chamber dan juga berfungsi sebagai ventilasi

ketika memberikan terapi infusan fial.

Gambar 2.4 Air Vented

4. Drip chamber adalah ruang tetes yang berfungsi untuk mencegah

terjadinya emboli udara.


13

Gambar 2.5 Drip Chamber

5. Blood filter adalah bagian khusus pada tranfusi set yang berfungsi

sebagai penyaring darah dan mencegah trombus masuk ke dalam

sistem aliran darah.

Gambar 2.6 Blood Filter

6. Solution filter adalah penghubung drip chamber dengan tube yang

berfungsi untuk mencegah partikel, udara, bekuan darah tranfusi

dan mencegah masuknya bakteri dari cairan infus ke sistem vena.

Gambar 2.7 Solution Filter


14

7. Roller clamp set adalah bagian infus set yang menempel pada tube

berfungsi untuk menghentikan dan mengalirkan cairan infus atau

darah.

Gambar 2.8 Roller Clamp Set

8. Tube adalah selang/pipa infus yang berfungsi sebagai sarana

mengalirnya cairan atau darah dari infusan yang akan menuju vena.

Gambar 2.9 Tube

9. Y injection connector adalah bagian tube infus yang berfungsi

sebagai tempat penyuntikan obat intravena.


15

Gambar 2.10 Y Injection Site

10. Injection site adalah bagian infus berbahan karet elastis yang

berfunsi sebagai tempat penusukan jarum suntik untuk pemberian

obat intravena.

Gambar 2.11 Injection Set

11. Connector adalah bagian infus set yang berfungsi sebagai

penghubung infus set ke IV canula dan bisa sebagai tempat

spooling infus.

Gambar 2.12 Connector


16

12. Needle hub adalah jarum melekat pada konektor berfungsi untuk

needle spooling atau ventilasi dengan menusuknya ke plabot/vial.

Gambar 2.13 Needle Hub

13. Needle cap adalah penutup needle hub yang berfungsi untuk

menjaga kesterilan needle hub dan mencegah terjadinya tertusuk

jarum.

Gambar 2.14 Needle Cup

6. NodeMCU (ESP8266)

NodeMCU Merupakan sebuah open source platprom IoT dan

pengembangan KIT yang menggunakan bahasa pemprograman Luas


17

Untuk membantu pembuat dalam membuat produk IoT atau bisa dengan

memakai sketch dengan arduino IDE. NodeMCU juga memiliki board

yang berukuran sangat kecil yaitu panjang 4.83 cm, lebar 2.54cm, dan

dengan berat 7gram, selain itu Nodemcu juga memiliki harga yang relatif

terjangkau,tapi walaupun ukurannya yang kecil dan harganya yang

terjangkau board ini sudah dilengkapi dengan fitur wifi dan firmwarenya

yang bersifat opensource. (Pradana, 2019).

Gambar 2.15 Pin ESP8266

Gambar 2.16 Tampak Depan ESP8266

Berdasarkan Gambar 2.15 menunjukkan gambar dari wemos D1 mini,


18

yang memiliki spesifikasi alat sebagai berikut:

1. Beroperasi pada tegangan operasional 3,3 VDC

2. Standar Wifi 802.11 b/g/n

3. Keluaran power +19.5 dBm pada mode 802.11 b.

4. Memory Flash 1 MB

5. 32 Bit CPU

6. Koneksi Input SDIO 1.1/2.0, SPI, UART

7. Terdapat Pin RX/TX UART untuk komunikasi serial

8. Fungsi Wake-UP <2ms

7. Sensor Berat

Strain gauge Adalah sensor yang mengukur berbagai tekanan yang

diterima. Strain gauge merubah kekuatan tekanan, ketegangan, berat dan

lain-lain, ke dalam bentuk tahanan elektrik yang dapat diukur (Souwmpie

et al. 2012)

Sebuah load cell atau pengukur tekanan mekanis sangat sensitive

terhadap perubahan gaya mekanik. Alat ini terdiri dari selembar kertas foil

logam tipis yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi benang-

benang yang sangat halus. Kertas foil ini terbungkus seluruhnya oleh

plastik. (Zaldi Hardiyanto, S.T.,2011)

Sel beban (load cell) terdiri dari satu buah strain gauge atau lebih yang
19

ditempelkan pada batang atau cincin logam. Sel beban dikalibrasikan oleh

pabrikan yang bersangkutan. Piranti ini dirancang untuk mengukur gaya

tekanan mekanis, gaya regangan, gaya pemampatan (kompresi), atau gaya

punter yang bekerja pada sebuah objek. Ketika batang atau cincin logam

piranti ini berada di bawah tekanan tegangan yang timbul pada terminal-

terminalnya dapat dijadikan rujukan untuk mengukur besarnya gaya.

(Zaldi Hardiyanto, S.T., 2011)

Prinsip kerja sensor, ketika sisi strain gauge mendapat tekanan beban,

maka sisi lainnya akan mengalami perubahan regangan. Hal ini terjadi

karena diakibatkan oleh perubahan gaya yang di ubah menjadi nilai

tegangan oleh rangkaian pengukuran yang ada. (B. Agus Setiawan Adi

Siswoyo, 2016)

Gambar 2.17 Load Cell

Berdasarkan Gambar 2.17 menunjukkan gambar dari wemos D1 mini,

yang memiliki spesifikasi alat sebagai berikut:

1. Beroperasi pada tegangan operasional 5-10 VDC


20

2. Kapasitas 2 kg

3. Ukuran sensor kecil dan praktis

4. Input dan output resistansi rendah

5. Nonlinearitas 0.05%

6. Range temperatur kerja -10oC sampai +50oC

8. Sensor Infrared

Infrared sensor adalah komponen elektronika yang dapat mendeteksi

benda ketika cahaya infra merah terhalangi oleh benda. Sensor infrared

terdiri dari led infrared sebagai pemancar dan fototransistor sebagai

penerima cahaya infra merah. (http://elektronika-dasar.web.id/infra-red-ir-

detektor-sensor-infra-merah/)

Led infrared sebagai pemancar cahaya infra merah merupakan

singkatan dari Light Emitting Diode Infrared yang terbuat dari bahan

Galium Arsenida (GaAs) dapat memancarkan cahaya infra merah dan

radiasi panas saat diberi energi listrik. (M.Aksin. 2013). Proses

pemancaran cahaya akibat adanya energi listrik yang diberikan terhadap

suatu bahan disebut dengan sifat elektroluminesensi. (Sutrisno. 1987).

Gambar Led Infrared dapat dilihat pada Gambar 2.18


21

Gambar 2.18 Sensor Infrared

Berdasarkan Gambar 2.18 menunjukkan gambar dari Sensor Infrared,

yang memiliki spesifikasi alat sebagai berikut:

1. Tegangan kerja 3-5 VDC

2. Komsumsi Arus pada 3,3V = 23mA dan pada 5V = 43mA

3. Ukuran board 3.2 x 1,4cm

9. Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah

sinyal listrik menjadi getaran suara. Buzzer ini biasa dipakai pada sistem

alarm, juga bisa digunakan sebagai indikasi suara. Sederhananya buzzer

mempunyai 2 buah kaki yaitu positif dan negatif. Untuk

menggunakannya secara sederhana, kita bisa memberi tegangan positive

dan negative 3 ~ 12V (Darmawan & Muhammad, 2020).


22

Gambar 2.19 Buzzer

Berdasarkan Gambar 2.19 menunjukkan gambar dari buzzer, cara

kerja buzzer pada saat aliran listrik atau tegangan listrik yang mengalir ke

rangkaian menggunakan piezoelektric tersebut. Piezo buzzer dapat bekerja

dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di kisaran 1 - 6 kHz hingga

100 kHz.

10. Jumper

Kabel jumper merupakan kabel elektrik yang berfungsi untuk

menghubungkan antar komponen yang ada di breadboard tanpa harus

memerlukan solder (Deny, dkk, 2019). Umumnya memang kabel jumpe

sudah dilengkapi dengan pin yang terdapat pada setiap ujungnya. Pin atau

konektor yang digunakan untuk menusuk disebut dengan Male Connector,

sementara konektor yang ditusuk disebut dengan Female Connector.

Berdasarkan Gambar 2.20 menunjukkan gambar dari jumper:

Gambar 2.20 Kabel Jumper


23

11. LCD Grafik 128x64

LCD (Liquid Crystal Display) merupakan Device elektronika yang

sering digunakan sebagai display dari suatu data, baik teks, angka, maupun

grafik. LCD adalah salah satu display elektronik yang bekerja tidak

dengan menghasilkan cahaya, namun memantulkan cahaya dari

sekelilingnya terhadap front-lit atau memberikan transmisi cahaya dari

back-lit.

LCD 128x64 cukup berbeda dengan LCD 16x2, 20x4 atau yang lainnya.

LCD 128x64 diatur berdasarkan grafik (pixel) jadi kita harus

memposisikan titik pixelnya tidak seperti lainnya yang dapat diakses

dengan mengatur karakter perkotak. Penggunaan ini dapat membuat

tampilan lebih menarik dengan menampilkan gambar, grafik, dan lainnya.

Berikut ini adalah gambar LCD 128x64:

Gambar 2.21 LCD 128x64

12. LCD 16X2

LCD (Liquid Crystal Display) merupakan komponen display

elektronik yang digunakan sebagai media tampilan yang menggunakan

kristal cair sebagai penampil utama. Prinip kerja LCD 16x2 adalah sebuah
24

lapisan film yang berisi kristal cair yang diletakkan diantara dua lempeng

kaca yang telah dipasang elektroda logam yang transparan. Saat tegangan

diberi pada beberapa pasang elektroda, molekul-molekul kristal cair akan

menyusun agar cahaya yang mengenainya akan diserap. Dari hasil

penyerapan cara tersebut akan terbentuk huruf, angkat, atau gambar sesuai

bagian elektroda yang diberi catu daya. Salah satu jenis LCD yang banyak

digunakan mikrokontroler adalah LCD 16x2, LCD 16x2 artinya LCD

tersebut memiliki 2 baris dan 16 kolom. Pada LCD tersebut memiliki

masing-masing karakter menampilkan matriks 5x7 pixel. LCD juga

mempunyai dua register, perintah dan data. Perintah register menyimpan

instruksi perintah yang akan diberikan ke LCD. Pada LCD 16x2 memiliki

komponen 16 pin. Berikut adalah gambar LCD 16x2:

Gambar 2.22 Firebase

kegunaan LCD banyal sekali dalam perancangan suatu sistem dengan

menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi menampilkan suatu

nilai hasil sensor, menampilkan teks atau menampilkan menu pada aplikasi

mikrokontroler (Mluyati & sadi, 2019). LCD yang digunakan ptototipe ini
25

berfungsi untuk menampilkan data-data hasil pengukuran sensor.

13. Firebase

Firebase Database ini berfungsi untuk menyimpan basis data yang

terhubung dengan perangkat Raspberry Pi dan website. Firebase dapat

mengakses basis data secara realtime dengan syarat perangkat tersebut

memiliki konektivitas internet yang stabil. Dua fitur menarik dari Firebase

adalah firebase remote config dan firebase real time database. Selain itu

juga terdapat fitur pendukung untuk aplikasi yang memerlukan push

notification yaitu firebase notification console.

Firebase merupakan layanan cloud computing yang disediakan oleh

perusahaan Google yang dapat bekerja sebagai alat untuk membangun

aplikasi dinamis, multitasking, dan realtime database. Firebase

mengembangkan sebuah website dengan bahasa pemrograman Javascript.

(Natanael, 2018)

Berdasarkan Gambar 2.23 menunjukkan gambar dari Firebase:

Gambar 2.23 Firebase

Gambar 2. 24 Arsitektur Sistem Firebase


26

14. Cloud Storage

Semua aplikasi dan fungsi harus di simpan pada media simpan. Media

simpan cloud ini akan menyimpan data dan informasi sehingga fungsi bisa

di implementasikan dengan baik. Optimasi storage berkaitan dengan

bagaiman fasilitas storage diproteksi dari berbagai ancaman serta

serangan. Selain itu cloud storage juga berkaitan dengan konsisten serta

nilai uptime. Semakin lama nilai uptime akan semakin andal media storage

cloud ini (Muhammad & Theodorus, 2019).

Cloud Computing adalah sebuah model komputasi / computing,

dimana sumber daya seperti processor/ computing power, storage,

network, dan software menjadi abstrak dan diberikan sebagai layanan di

jaringan internet menggunakan pola akses remote. Model billing dari

layanan ini umunya mirip dengan layanan publik (Syahid, 2015)

Berdasarkan Gambar 2.25 menunjukkan gambar dari cloud

computing:
27

Gambar 2.25 Cloud

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis mencari informasi dari

penelitian yang terkait sebagai bahan perbandingan, baik dalam hal

kekurangan ataupun kelebihan, dan untuk memperoleh landasan teori

ilmiah. Berikut penelitian atau skripsi terkait:

1. Alat Monitoring Infus Set pada Pasien Rawat Inap Berbasis

Mikrokontroller Atmega8535

Dalam jurnal ini meneliti tentang cara mendeteksi tetesan yang

berada pada chamber infus. Tetesan dideteksi oleh sensor cahaya LED

infra merah dan photodiode. Sinyal tegangan dari sensor dikondisikan

dengan IC komparator LM339. Mikrokontroller Atmega 8535

digunakan sebagai pengolah data I/O dari kamparator sehingga

informasi dari parameter yang dimonitor dapat ditampilkan pada LED

dan LCD serta bunyi buzzer (Nataliana, Taryana & Riandita, 2016).

2. Rancang Bangun Otomatis Sistem Infus Pasien

Dalam jurnal ini meneliti tentang perancangan dan pembuatan

sistem otomatis alat infus dan pengaturan tetesan secara digital dengan

display LCD. Alat ini menggunakan mikrokontroller Atmega 16 untuk

kontrol putaran motor sebagai penjepit. Alat ini dapat mempermudah

petugas medis dalam mengatur tetesan infus, sehingga petugas medis

tidak mengatur jumlah tetesan infus secara manual dan dapat

meningkatkan pelayanan kepada pasien (Muljodipo, Sompie & Robot,


28

2015).

3. Sistem Monitoring Level dan Tetesan Cairan Intravena Pada

Pasien Rawat Inap Menggunakan Komunikasi NRF24L01

Dalam jurnal ini meneliti tentang cara membantu memberikan

informasi kepada perawat jika cairan intravena akan habis maupun

laju tetesan dengan peresepan dokter. Metode yang digunakan adalah

metode observasi dan rekayasa. Load cell berfungsi untuk mengukur

volume cairan intravena, sedangkan photodiode berfungsi untuk

mengukur laju tetesan cairan intravena (Riskitasari, Hamida,

Nurwicaksana, Arizaldi & Adhisuwignjo, 2017).

C. Kerangka Pikir

Pada sub bab ini dijelaskan kerangka pikir dari penelitian.

Perancangan prototipe sistem monitoring level cairan infus berbasis IoT

Keterlambatan pergantian cairan infus pada pasien memiliki resiko terjadinya


emboli udara dimana kondisi masuknya gelembung udara ke dalam pembuluh
darah yang diakibatkan oleh suntikan infus yang sudh kosong.

Perancangan alat pengontrol level cairan infus yang dapat memonitoring


kondisi cairan infus pada pasien tertentu sehingga perawat dapat mengetahui
kondisi infus pasien tanpa pengecekan secara langsung
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian Research And Development (R&D). Research and

Development merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut” (Sugiyono, 2014).

Adapun produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

smart

alarm infus. Dalam pemngembangannya, produk dirancang sesuai

dengan kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsional dan

kualitas yang teruji secara sistematis di lapangan. Produk yang

dikembangkan dengan prosedur yang baru dari sebelumnya , sehingga

mempunyai perbedaan dari produk yang sudah ada. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan metode pengembangan prototatyping.

Menurut (Fajarianto, 2016) prototyping didefinisikan sebagai alat yang

memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara

sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian atau pengembangan sistem ini dilaksanakan selama

kurang lebih dua bulan. Sedangkan untuk tempat uji coba alat ini

dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas

29
30

Teknik, Universitas Negeri Makassar

C. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan Model Prototyping. Model Prototyping merupakan satu

metode dalam mengembangkan sistem (Widiyanto,2018). Model

Prototyping memiliki tahapan pembuatan sistem secara terstruktur dan

harus dilalui pada pembuatannya, namun jika tahap fimal dinyatakan

sistem yang telah dibuat belum sempurna atau masih memiliki

kekurangan, maka sistem yang telah dibuat belum sempurna atau masih

masih meliliki kekurangan, maka sistem akan dievakuasi kembali dan

akan melalui proses dari awal. Tahapan pengembangan model

Prototyping adalah sebagai berikut :

Pengujian
Analisis Membangun Pengodean dan
Kebutuhan Prototipe Sistem Evaluasi
Sistem

Gambar 3.1 Tahapan Model


Pengembangan

1. Analis Kebutuhan

Proses Analisis Kebutuhan dilakukan observasi dan studi

literatur secara intensif untuk menentukan spesifikasi alat apa yang

dibutuhkan dalam membangun sistem ini yang terdiri dari perangkat

keras dan perangkat lunak.


31

a. Analisis Perangkat keras

1) Adaftor

2) NodeMCU ESP8266

3) Sensor Berat (Load Cell) dan sensor Infrared

4) Lcd 16 x 2

5) Buzzer

6) Kabel

7) Box ukuran 10 cm x 12 cm x 5 cm

b. Analisis Perangkat Kunak

Web browser

2. Membangun Prototyping

Pada tahap pembangunan ptototyping, validator dan pembuat

sistem bersama-sama membuat format input maupun output yang akan

dilaksanakan oleh sistem yang dibuat.

220V
Input Ruang
Sensor Pasien
Load Cell Adaftor
Infrared
HX711 Sensor
Amplifier ESP8266

LCD 16x2
Fire Base

Buzzer ESP8266 LCD 20x4

Adaftor

Ruang
Input Perawat
220V
32

Gambar 3.2 Blok Diagram


Prototyping

Dengan demikian pada gambar 3.2 dapat

diketahui input dan output setiap komponen dimana

setiap NodeMCU mendapatkan input melalui adaftor,

kemudian pada NodeMCU pada ruang pasien memiliki

output ke beberapa komponen seperti, LCD 16x2,

Sensor Infrared dan Sensor Loadcell. Berbeda dengan

NodeMCU pada ruangan perawat yang hanya

memiliki output seperti Buzzer dan LCD 20x4, setiap

NodeMCU terhubung menggunakan Fisebase dengan

tipe Firebase Realtime.


33

Gambar 3.3 Skema rangkaian Alat


diruangan pasien

Pada Gambar 3.3 yang terdapat pada ruangan

pasien akan mendeteksi jumlah tetesan infus setiap

menitnya dengan jumlah volume infus yang tersisa,

pada rangkaian diatas terdapat beberapa komponen

pada rangkaian ini yakni mikrokontroler ESP8266,

sensor infrared, sensor loadcell, dan LCD 16x2.

Adapun rangkaiannya berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.1 Keterangan Skema rangkaian Alat diruangan


pasien
34

No ESP8266 Sensor Load cell Lcd 16x2


infrared incloude HX711
1 Gnd Gnd Gnd Gnd
2 Vin Vcc Vcc Vcc
3 D1 SCL
4 D2 SDA
5 D4 Out
6 D6 SCK
7 D7 DT

Gambar 3.4 Skema Rangkaian


Alat diruangan Perawat

Pada gambar 3.4 berfungsi sebagai monitoring

alat yang bekerja pada ruangan pasien, dimana

rangkaian ini akan menerima data secara realtime dari


35

rangkaian yang pertama menggunakan firebase. pada

rangkaian diatas terdapat beberapa komponen pada

rangkaian ini yakni mikrokontroler ESP8266, Buzzer,

dan LCD 20x4. Adapun rangkaiannya berdasarkan

tabel berikut :

Tabel 3.2 Keterangan Skema rangkaian Alat


diruangan pasien

No ESP8266 Buzzer Lcd 20x4


1 Gnd Gnd Gnd
2 Vin Vcc
3 D1 SCL
4 D2 SDA
5 D5 Vcc

3. Pengodean

Tahap yang selanjutnya adalah tahap Pengodean, pada

tahap ini, sistem pertama kali dikembangkan di program kecil yang

disebut unit, yang terintegrasi dalam tahap selanjutnya. Pengodean

menggunakan Kodular untuk membuat Aplikasi dan juga software

Arduino IDE untuk memasukkan perintah mikrokontroler perangkat

keras. Keduanya nanti akan terhubung menggunakan koneksi internet.

Proses pemprograman pada suatu sistem mulai dari unit terkecil.

Setiap unit dikembangkan dan di uji untuk fungsionalitasnya yang disebut

sebagai unit testing.

4. Pengujian dan Evaluasi Sistem


36

Setelah implementasi kemudian testing, semua unit

program diintegrasikan ke dalam sistem setelah pengujian yang

dilakukan masing-masing unit. Kemudian, diintegrasikan semua unit

sistem untuk di uji coba kegagalan dan error. Setiap unit kecil di uji

coba apakah data mengalami error. Disinilah proses Evaluasi

berlangsung, yaitu validasi perangkat pengujian perangkat keras ini

bertujuan mengetahui apakah sistem ini sudah layak digunakan

berfungsi atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

metode kuesioner yaitu instrumen test case. Test case merupakan

sekumpulakn input yang akan di uji, kondisi yang harus di eksekusi dan

hasil yang diharapkan.

D. Prosedur Penelitian

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Perancangan Alat dan


Aplikasi

Pengerjaan Sistem Kontrol


dan Aplikasi Monitoring

Pengujian
Alat dan
Bahan

Analisa Sistem
37

Gambar 3.5 Diagram Alir Prosedur Penelitian


38

Dalam penelitian ini dibutuhkan langkah-langkah dalam

pengujian alat dan aplikasi sebagai berikut :

1) di Literatur

Tahap ini merupakan awal dari proses keseluruhan dalam

penelitian, studi literatur pada penelitian ini meliputi

pemahaman teknologi IoT, mengenai sistem kontrol

Menggunakan ESP8266, sistem kontrol cairan infus,

pembuatan aplikasi serta pengujian alat dan aplikasi.

2) Proses Perancangan Alat

Setelah melakukan studi literatur, maka peneliti mulai

merancang alat tersebut. Alat tersebut dirancang lalu

nantinya akan disimpan dalam box yang terbuat dari bahan

plastik. Alat tersebut memiliki beberapa sensor, diantaranya

sensor load cell dan sensor infrared.

3) Persiapan Alat dan Bahan

Setelah melakukan perancangan alat, peneliti telah dapat

menyimpulkan alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan

dalam penelitian ini sebagai penerapan teknologi IoT pada

sistem monitoring cairan infus

4) Pengerjaan Sistem Kontrol


39

Tahap berikut yaitu mengerjakan sistem kontrol, Dimulai

dari menghubungka ESP8266 dengan sensor load cell, dan

sensor infrared kemudian membuat program kontrol

dikomputer lalu memasukkan ke dalam modul

mikrokontroler, lalu menghubungkan sumber listrik 5

volt DC dari adftor sebagai sumber tegangan bagi ESP8266

dan sumber listrik 220volt AC sebagai sumber tegangan

bagi adaftor

5) Pengujian Alat

Setelah Alat dan telah dirakit, tahap selanjutnya yaitu

menguji sistem kontrol monitoring ini, diharapkan dengan

tahap ini alat mampu berfungsi dengan baik dengan menguji

sistem secara keseluruhan, sehingga nantinya sistem kontrol

monitoring tersebut dapat bekerja dengan maksimal.

6) Analisis sistem

Tahap akhir adalah menganalisa kinerja alat monitoring,

diharapkan dengan adanya tahap ini, sistem kontrol

monitoring ini mampu bekerja dengan baik ketika di uji,

sehingga diharapkan dari analisa keseluruhan sistem

perangkat dapat ditemukan pembahasan atas analisa

tersebut, dan dapat mengambil suatu kesimpulan.

E. Teknik dan Instrumen pengumpulan data


40

Teknik dan instrumen pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan teknik kuesioner atau angket untuk mendapatkan data

yang terkait dengan aspek pengujian untuk melakukan uji sistem dan

uji validasi oleh ahli materi. Data didapat melalui instrumen yang

diberikan kepada dosen dan pengguna yang sesuai dengan bidangnya.

Instrumennya adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Functionnality Hardware

Instrumen untuk pengujian karakteristik functionality

hardware dilakukan dengan metode black box testing dimana penguji

menilai berdasarkan beberapa item instrumen menggunakan test case

dengan kriteria yang dibuat sesuai dengan requirement list yang dibuat

berdasarkan analisis kebutuhan fungsional sistem. Pada pengujian

functionality hardware lebih ditekankan pada pengujian perangkat

keras pada alat ini. Instrumen pengujian functionality hardware berisi

tabel seperti berikut.

Tabel 3.3 Instrumen Functionality Hardware

Hasil
T
Requi i
reme Y
N d
nt Butir Uji a
o a
yang (
k

di uji )
(

)
1 Node Mikrokontroler
MCU dapat berfungsi dan
menjalankan
program.
41

Dapat terhubung
dengan wifi dan
terkoneksi ke
firebase.
Dapat menrima
sinyal ADC dari
sensor
Dapat memberikan
output ke Led
Indikator dan buzzer
Dapat memberikan
Adaft suplay tegangan DC
2
or 5V dengan stabil ke
Node MCU
Dapat memberikan
Load sinyal output ketika
Cell infus penuh
3
Senso Pembacaan loadcell
r bernilai 0 saat infus
kosong
Dapat memberikan
Infrar sinyal output saat
ed infus menetes
4
Senso Pembacaan infrared
r 0 saat infus berhenti
menetes
Dapat menampilkan
Karakter huruf dan
5 LCD
angka dengan
normal
LED Dapat berfungsi
6 Indik sebagai indikator
ator dengan baik
Dapat mengeluarkan
Buzze
7 bunyi beep saat
r
kondisi tengat

F. Teknik Analisis data

Pada penelitisn ini, teknik analisis data yang digunakan adalah

deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif adalah proses

pendeskripsian data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa


42

menarik sebuah kesimpulan yang berlaku secara umum

(purwanto,2017). Data yang dianalisis adalah yang diperoleh dari hasil

pengujian perangkat keras dan perangkat lunak alat dengan beberapa

kali percobaan dan data dideskripsikan secara kuantitatif yang

dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel

1. Instrumen Functionality Hardware

Pengujian functionality hardware ditentukan dari hasil perhitungan

nilai persentase untuk setiap butir instrumen. Validasi pengujian ini

diisi dengan menggunakan skala guttman. Skala pengukuran dengan

tipe skala guttman akan mendapatkan hasil jawaban yang tegas yaitu ya

atau tidak,benar atau salah, bekerja atau tidak bekerja, berfingsi atau

tidak berfungsi. Jawaban dapat dibuat dalam bentuk Checklist dengan

skor tinggi satu dan skor rendah nol. Tabel 3.3 merupakan konversi

skor dari skala guttman.

Tabel 3.4 Konversi skor skala guttman

Skor Jawaban
Jawaban Hasil
Instrumen

Ya - ΣYa
Tidak - ΣTidak
Skor Maks ΣYa+ΣTidak
Sumber: Sugiyono (2018).

Hasil dari pengujian functionality hardware dan pengujian uji

coba aplikasi dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif


43

dimana :

A
x=1− x 100
B

(3.1)

Keterangan:

X = persentase functionality

A = jumlah total fungsi yang tidak valid

B = jumlah seluruh fungsi

Selanjutnya, dari hasil analisis deskriptif, jika hasil bernilai

100% atau mendekati 100% maka dinyatakan bahwa hasil

pengujian baik dan alat dapat diterapkan.

2. Analisis uji efektifitas

Hasil uji efektifitas ditentukan dari hasil nilai persentase tingkat

akurasi setiap sensor. Validasi pengujian ini diisi dengan hasil

pengukuran setiap sensor dengan hasil pengukuran alat ukur relevan

yang kemudian dilakukan perbandingan untuk mendapatkan selisih

nilai alat ukur, selisih nilai inilah yang menetukan persentasi akurasi

sensor.

Nilai pe mbacaansensor
Persentasi Akurasi= x 100
1!

Dari hasil analisis deskriptif, jika didapatkan hasil

100% atau mendekati 100% maka dinyatakan bahwa

tingkat akurasi sensor baik dan alat dapat diterapkan.


44

Selanjutnya, untuk persentasi keberhasilan dan

berfungsinya alat dilakukan untuk mengetahui tingkat

efektifitas alat yang di hitung persentasenya

menggunakan rumus :

∑f
A= x 100 %
n
Keterangan:

A : persentase efektifitas alat

f : Total perolehan skor tiap instrumen

n : Skor Maksimum

Untuk melihat efektifitas perangkat yang dibuat

berdasarkan nilai akhir yang dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 3.5 Kategori Efektivitas Produk

Interval Presentase (%) Kategori

81% - 100% Sangat Baik

61% – 80% Baik

41% - 60% Kurang Baik

21% - 40% Tidak Baik

0% - 20% Sangat tidak Baik

Sumber: (Centaury, 2015).


45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Tahap Pengembangan

Sistem yang telah dikembangkan pada penelitian ini diberi

nama smart alarm infus yang terdiri dari hardware dan software.

Smart alarm infus berbasis IoT menggunakan mikrokontroler Node

MCU dengan chip ESP8266 dibuat untuk tenaga medis terkhusus

perawat rumah sakit. Untuk mempermudah aktivitas dalam

mengontrol cairan infus pasien. Alat ini dibuat dengan konfigurasi

“Connect to internet”, artinya alat ini dapat terhubung ke jaringan

internet sehingga dapat dilakukan monitoring dari tempat yang

berbeda.

1. Analisis Kebutuhan

Pengembangan prototipe smart alarm infus diawali dengan

tahapan analisis kebutuhan dengan mendengarkan atau

mengamati konsumen tentang spesifikasi dan fungsi alat yang

akan dibuat, peneliti mendapatkan informasi tentang banyaknya

kasus keterlambatan pergantian cairan infus yang terjadi di


46

beberapa rumah sakit yang disebabkan karena beberapa hal

diantaranya kelalaian tenaga medis dan sebagainya. Setelah

mengetahui informasi permasalahan di lapangan, dperlukan

sebuah sistem monitoring yang terpasang setiap infus pasien,

selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan alat dan bahan yang

dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan sebuah

sistem monitoring. Proses pengembangan diperlukan perangkat

keras dan perangkat lunak agar sistem dapat bekerja sesuai

kehendak dan fungsinya. Analisis kebutuhan perangkat keras

terbagi menjadi beberapa bagian dan komponen-komponen

pendukung lainnya, pada perangkat lunak pemprograman

mikrokontroler menggunakan aplikasi arduino IDE sebagai

editor penulisan perintah perangkat keras, berikut adalah rincian

analisis kebutuhan perangkat keras dan lunak :

a) Alat – Alat

Pembuatan perangkat keras membutuhkan tools

proses perakitannya, alat-alat pendukung yang digunakan

seperti alat solder, obeng dan beberapa alat potong yang

berguna membantu dalam perakitan komponen, agar alat dapat

digunakan dengan aman dan praktis. Berikut alat-alat

pendukung yang digunakan :

1. Test Pen 500V

2. Solder dan Timah


47

3. Gergaji besi

4. Obeng Plus dan Minus berbagai ukuran

5. Bor Listrik

6. Tang kombinasi

7. Isolasi Listrik

8. Cutter

9. Mur dan Baut

10. Akrilik

11. Multitester

12. Penggaris Besi

b) Perangkat Keras (Hardware)

Adapun hardware yang diperlukan dalam pembuatan

prototipe sistem monitoring ini adalah sebagai berikut :

1. Mikrokontroler NodeMCU V3

2. Komputer (PC atau Laptop)

3. Sensor Infrared FC-51 (Sebagai sensor pendeteksi

tetesan infus)

4. Sensor Load Cell (Sebagai pengukur berat cairan infus)

5. LCD 16x2 (Sebagai monitoring jumlah tetesan

permenit)

6. LCD 20x4 (Sebagai Monitoring level cairan infus)

7. Buzzer (Sebagai alarm peringatan)


48

8. Adaftor 5V (Sebagai sumber daya mikrokontroler

9. PCB (Board penempatan komponen)

10. Resistor

11. Terminal listrik

c) Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan

sistem ini adalah Firebase.

Firebase adalah suatu layanann dari google unntu

memberikan kemudahan bahkan mempermudah para developer

aplikasi dalam mengembangkan aplikasinya. Adapun model

firebase yang digunakan dalam penelitian ini yakni Firebase

Realtime Database, merupakan database yang di-host melalui

cloud. Data disimpan dan dieksekusi dalam bentuk JSON dan

disinkronkan secara realtime ke setiap user yanng terkoneksi.

Hal inni berfungsi memudahkan dalam mengelola suatu

database dengan skala yanng cukup besar. Ketika kamu

membuat aplikasi lintas-platform/multiplatform menggunakan

SDK Android,iOS, dan juga JS (JavaScript), semua pengguna

akan berbagi sebuah instance Realtime Databbase dan

menerima update-an data secara serentak dan otomatis.

Kemampuan lain dari firebase Realtime Database

adalah responsif bahkan saat offline karena SDK Firebase


49

Realtime Database menyimpan data langsung ke disk device

atau memori lokal. Setelah perangkat terhubung kembali

dengan internet, peranngkat penggunna (user) akan menerima

setiap perubahan yag terjadi.

2. Membangun Prototyping

Setelah analisis permasalan dan analisis kebutuhsn perangkat

keras dan perangkat lunak, tahapan berikutnya adalah

membangun prototyping, alat atau produk yang akan dibuat

didesain terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan

pengguna. Pada tahap ini akan dibuat desain dan merealisasikan

desain yang telah dibuat, desain produk yang direalisasikan

berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang dibuat untuk

membuat ptototipe alat Monitoring.

 Perangkat Keras (Hardware)

Setelah mendesain perangkat keras, selanjutnya

dilakukan proses perakitan alat dengan menggabungkan setiap


50

komponen sesuai skema yang telah didesain sehingga menjadi

sebuah sistem yang siap diprogram. Sistem yang telah dirangkai

diatas PCB kemudian dikemas dalam box untuk melindungi

komponen – komponen mikrokontroler dan sensor agar aman

dari debu dan sentuh langsung oleh manusia ketika sedang

beroperasi. Setelah penempatan sistem dam box telah selesai,

selanjutnya pemasangan sensor – sensor dan komponen output

mikrokontroler seperti LCD, led dan buzzer dihubung

menggunakan kabel.

Gambar 4. 1 Proses Perakitan Hardware

Gambar 4. 2 Prototype Alat

3. Pengodean

Tahap selanjutnya adalah pengkodean sistem, merupakan


51

tahapan dalam membuat program perintah yang dilakukan pada

perangkat keras dan perangkat lunak. Program untuk perangkat

keras dibuat menggunakan software Arduino IDE dengan

menggunakan library board NodeMCU ESP8266. Program

Hardware terdiri dari tiga yaitu program inti berisi perintah –

perintah mikrokontroler, inisialisasi input-output mikrokontroler

dan konfigurasi konektivitas mikrokontroler dengan firebase.

Gambar 4. 3 pengodean perangkat keras menggunakan Arduino IDE

4. Pengujian

Tahap pengujian merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya

dengan tujuan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat

sudah sesuai dengan analisis kebutuhan pembuatan sistem dan

apakah sudah memenuhi persyaratan pengguna, maka perlu adanya

pengujian. Pada tahapan ini dilakukan beberapa uji coba seperti

pengujian perangkat keras, dan pengujian secara langsung oleh

validator ahli dibidangnya. Ada dua tahapan yaitu pengujian


52

komponen perangkat keras dengan analisis functionality hardware

dengan pengujian secara keseluruhan oleh validator. Perangkat

keras diuji berdasarkan metode Black Box, setelah itu menguji

tingkat ke efektifannya dengan melakukan uji coba akurasi sensor

disertai dengan proses kalibrasi, uji coba akurasi sensor dilakukan

dengan percobaan sebanyak 6 kali dengan waktu nyala sistem

selama 2 hari. Uji coba prototipe smart alarm infus dilakuka di

Laboratorium Mikrokontroler Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

FT-UNM.

B. Hasil data Uji Coba

Data diperoleh melalui tahapan pengujian functionality

hardware, pengujian aplikasi, dan pengujian efektivitas sensor

yang dilakukan oleh validator ahli di Laboratorium Mikrokontroler

Jurusan Pendidikan Elektro FT-UNM.

1. Hasil Uji Coba Functionality Hardware

Salah satu hasil dari penelitian adalah perangkat keras

berupa alat. Pengujian perangkat keras menggunakan pengujian

functionality hardware dilakukan secara langsung oleh dosen

selaku validator ahli pada bidangnya. Masukan dan saran juga

diberikan untuk dijadikan dasar merevisi alat yang telah

dikembangkan menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil uji coba functionality hardware ada

beberapa item pengujian yang dilakukan. Pengujian dilakukan


53

dengan 6 kali uji coba untuk mendapatkan hasil uji coba yang

akurat, dimana hasil yang didapat jika dipersentasekan

mendapatkan nilai 100%. Dari pengujian functionality hardware

untuk mengukur keberfungsian alat, maka harus mendapatkan nilai

100% agar produk yang dihasilkan dapat digunakan, karena

apabila salah satu dari butir soal uji yang bernilai salah/tidak maka

produk belum bisa digunakan


54

Tabel 4.1 Hasil uji Functionality hardware

R Hasil Hasil
e
q Validat Validat
ui
re or I or II
m
N Butir
e Y T
nt T
o Uji i a i
y Y ( d
a d
a  a
n a
( ) k
g k
 (
di (
) 
uj 
) )
i
Mikrok
ontroler
dapat
berfung
 
si dan
menjala
nkan
program
.
N Dapat
terhubu
o ng
dengan
 
d wifi dan
terkone
1 e ksi ke
firebase
M .
Dapat
C menrim
a sinyal  
U ADC
dari
sensor
Dapat
member
ikan
output  
ke Led
Indikato
r dan
buzzer
2 A Dapat  
member
55

ikan
d
suplay
teganga
af
n DC
5V
to
dengan
stabil ke
r
Node
MCU
56

Dapat
member
L ikan
o sinyal  
a output
d ketika
C infus
3 penuh
el
l Pembac
S aan
e loadcell
ns bernilai  
or 0 saat
infus
kosong
In Dapat
member
fr ikan
sinyal  
ar output
saat
e infus
menetes
4 d Pembac
aan
S infrared
0 saat
e infus 
berhenti
ns menetes

or

Dapat
menamp
L
ilkan
Karakte
5 C  
r huruf
dan
D
angka
dengan
normal
6 L Dapat  
berfung
E si
sebagai
D indikato
r
In dengan
baik
di
57

at

or

B Dapat
mengelu
uz arkan
7 bunyi  
ze beep
saat
r kondisi
tengat

Tabel 4.2 Skor Jawaban instrumen

Skor
Hasil
Jawaba
Jawab S
n
an Instrum
en II
Ya 6 7 13
Tidak 1 0 1
Skor Maks 14

2. Hasil Uji Efektivitas

Pengujian Efektivitas Smart alarm infus alat monitoring

level cairan infus yang bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja

sistem sudah sesuai dengan yang diharapkan ataukah belum.

Pengujian efektifitas lebih ditekankan untuk mendapatkan nilai

akurasi pembacaan sensor, baik itu sensor load cell maupun sensor

load cell maupun sensor infrared. Karena tingkat akurasi

pembacaan sensor sangat menentukan hasil perhitungan berat infus

dan tetesan infus. Uji efektifitas ini dilakukan dengan alat ukur
58

yang relevan, kemudian hasilnya akan dibandingkan untuk

mendapatkan selisih alat ukur. Jika selisih ukur mencapai lima

puluh persen maka perlu dilakukan kalibrasi sensor dengan

mengoreksi nilai selisih alat ukur yang telah di uji coba pada

program mikrokontroler, setelah tingkat akurasi pembacaan sensor

mencapai Sembilan puluh persen maka alat ini dapat dikatakan

layak untuk digunakan.

Ada dua pengujian yang dilakukan yaitu:

a. Pengujian sensor Load cell

Pada komponen loadcell telah di implementasikan

program untuk mendeteksi berat dari kantong infus, ketika

kondisi berat dari kantong infus dibawah 25 mililiter akan

terbaca 5% yang akan ditampilkan pada LCD yang terdapat

diruang perawat yang artinya cairan dalam kondisi tenggang,

ketika kondisi sama dengan 500 mililiter akan terbaca 100%

yang akan ditampilkan pada LCD yang terdapat diruang

perawat yang artinya cairan dalam kondisi penuh. Berikut

adalah tabel 4.1 pengujian loadcell.

Tabel 4.3 Pengujian Loadcell

N Berat Ketera
Tampian
Diruangan
o cairan infus ngan
Perawat
500 Berhas
1 100%
Mililiter il
59

450 Berhas
2 90%
Mililiter il

400 Berhas
3 80%
Mililiter il

350 Berhas
4 70%
Mililiter il

300 Berhas
5 60%
Mililiter il

250 Berhas
6 50%
Mililiter il

200 Berhas
7 40%
Mililiter il

150 Berhas
8 30%
Mililiter il

100 Berhas
9 20%
Mililiter il

1 Berhas
25 Mililiter 5%
0 il

b. Pengujian Sensor Infrared

Pada sensor infrared telah dimasukkan program untuk

mendeteksi tetesan dan jumlah tetesan pada selang infus yang

akan ditampilkan pada LCD berdasarkan beberapa jumlah


60

tetesan permenit dan apakah infus menetes atau tidak.

Pada pengujian infrared penulis mengguakan 2 sensor

infrared dengan masing2 infus, dengan jenis infus Metamosole

(Bening).

1. Pengujian Sensor Infrared (Sensor I)

Pada pengujian sensor Infrared tetes permenit

menggunakan cairan metamosole merupakan cairan bening

yang meliputi manual, sistem dan selisih. Manual merupakan

hitungan tetes permenit. Sistem akan menampilkan tetes

permenit secara otomatis. Selisih merupakan hasil pengurangan

dari manual dan sistem.

Tabel 4.2 Pengujian Sensor Infrared Tetes Permenit sensor

N Manual Sistem Selis

o ih

1 0 0 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

2 5 5 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

3 8 8 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes


61

n an

4 10 10 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

5 15 15 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

Dalam menghitung selisih dari percobaan tetesan infus

permenit yang dihitung secara system dan manual yang

digunakan rumus akurasi yang terdiri dari jumlah total

percobaan benar/jumlah percobaan dikalikan dengan 100%

dapat dilihat pada rumus di bawah ini.

Jumlah Total Percobaan Benar


×100 %=100 %
Jumlah Percobaan

5
×100=100 %
5

Berdasarkan 5 pengujian sensor photodioda tetes

permenit menggunakan cairan infus metamosole mendeteksi

tetesan pada selang infus, pada pengujian cairan metamosole

diperoleh nilai 100% atau sempurna.

2. Pengujian Sensor Infrared (Sensor II)

Pada pengujian sensor Infrared tetes permenit yang ke II


62

Masih menggunakan cairan metamosole merupakan cairan

bening yang meliputi manual, sistem dan selisih. Manual

merupakan hitungan tetes permenit. Sistem akan menampilkan

tetes permenit secara otomatis. Selisih merupakan hasil

pengurangan dari manual dan sistem.

Tabel 4.3 Pengujian Sensor Infrared Tetes Permenit sensor

II

N Manual Sistem Selis

o ih

1 0 0 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

2 5 5 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

3 8 8 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

4 10 10 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes

n an

5 15 15 Tetes 0

Tetesa Permenit Tetes


63

n an

Dalam menghitung selisih dari percobaan tetesan infus

permenit yang dihitung secara system dan manual yang

digunakan rumus akurasi yang terdiri dari jumlah total

percobaan benar/jumlah percobaan dikalikan dengan 100%

dapat dilihat pada rumus di bawah ini.

Jumlah Total Percobaan Benar


×100 %=100 %
Jumlah Percobaan

5
×100=100 %
5

Berdasarkan 5 pengujian sensor photodioda tetes

permenit menggunakan cairan infus metamosole mendeteksi

tetesan pada selang infus, pada pengujian cairan metamosole

diperoleh nilai 100% atau sempurna.

C. Kajian Produk Akhir

Pengembangan Smart Alarm Infus berbasis IoT dirancang

menggunakan Research and Development (R&D) dan

menggunakan metode pengembangan prototype. Research and

Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan


64

produk. Dalam metode ini ada beberapa langkah-langkah yang

digunakan yakni: potensi masalah, mengumpulkan informasi,

desain produk, perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk,

uji coba pemakaian dan revisi produk akhir. Pengembangan

prototype adalah pengembangan yang cepat dan pengujian

terhadap model kerja (prototype) melalui proses interaksi dan

berulang-ulang yang biasa digunakan ahli sistem. Metode

prototype memiliki bebrapa tahap yaitu membangun prototype,

evaluasi prototype, pengujian sistem, pengujian perangkat keras,

penggunaan sistem.

Potensi masalah memuat permasalahan yang terjadi dalam

proses monitoring infus pasien, mengumpulkan informasi

dilakukan melalui observasi dan wawancara untuk mencari

pemecahan masalah yang dihadapi dalam hal pencarian informasi,

desain produk dapat diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan

sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan

membuatnya, validasi desain merupakan proses kegiatan yang

akan menilai apakah sudah sesuai atau belum, validasi produk

dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tenaga ahli sistem yang

sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang

tersebut setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan

pakar dan ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya.

Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan


65

cara perbaikan desain, kemudian pengujian produk dapat dilakukan

untuk mengetahui apakah prtotype lebih efektif dan efisien

dibandingkan sistem yang lama dengan menggunakan angket atau

quisioner, setelah prototype diuji cobakan dan diketahui hasilnya,

jika terdapat kekurangan maka akan dilakukan revisi, tetapi jika

sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna maka lanjut pada tahap

selanjutnya yaitu uji coba pemakaian, tahap ini dilakukan uji coba

terbatas tanpa pasien yang sebenarnya, hanya menggunakan infus

saja sebagai proses monitoring, terakhir revisi produk akhir ini

dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana kinerja prototype.

Tahap membangun prototype dengan membuat perencanaan

sementara yang berpokus penyajian kepada pasien seperti tiang

infus, pada melekat loadcell yang dikuatkan menggunakan baut,

yang disambungkan ke ESP8266 menggunakan jumper dan juga

pada tiang melekat sensor infrared untuk mendeteksi tetesan infus.

Evaluasi prototype dilakukan untuk mengetahui apakah prototype

yang dibangun sesuai dengan kebutuhan atau belum. Hasil evaluasi

yang diperoleh adalah rancangan sistem. Setengah pengkodean

dengan menggunakan C++ dilakukan pengujian sistem ISO 25010.

Pengujian selanjutnya adalah pengujian perangkat keras yang

menggunakan komponen yaitu: loadcell, ESP8266, sensor

infrared. Setelah itu sistem siap digunakan.

Untuk memonitoring berat atau volume cairan infus


66

sebelumnya dilakukan penimbangan secara manual menggunakan

timbangan digital dengan satuan milligram, kemudian dilakukan

pada tahap kalibrasi angka yang didapatkan pada timbangan digital

diselaraskan dengan loadcell sehingga pada saat loadcell

melakukan pengukuran berat cairan infus bisa sesuai dengan berat

sebenarnya pada cairan infus.

Sistem monitoring infus dilakukan dengan melihat

kesesuaian kerja sistem dengan perancangan, integrasi hardware,

dan kinerja dari alat yang dibuat. Dimulai dari pengujian volume

cairan menggunakan perangkat elektronik (sensor loadcell) melihat

respon sensor infrared dalam membaca kecepatan tetesan infus

yang keluar dari botol infus dan antarmuka LCD serta melihat

respon ketika pengukuran sedang berlangsung.

Alat monitoring infus yang telah direalisasikan dapat

memenuhi spesifikasi yang diharapkan yaitu alat dapat menghitung

berat infus, mendeteksi tetesan dan menampilkan jumlah tetesan

sebenarnya secara real time pada LCD secara terus-menerus

sehingga kecepatan tetesan dan berat cairan infus dapat

dimonitoring dengan baik.

Perancangan system yang diperlukan terdiri dari beberapa

komponen utama, untuk monitoring kapasitas berat cairan infus

digunakan sensor loadcell digunakan untuk mengukur berat cairan

infus. Sensor infrared digunakan untuk menghitung jumlah tetesan


67

infus dan mendeteksi tetesan infus. Pada LCD dihubungkan

dengan ESP8266 yang dihubungkan dengan firebase sebagai

penyimpanan data yang telah didapatkan dari beberapa komponen,

sehingga data tetesan permenit, berat cairan infus, keterangan berat

infus dan kondisi tetesan dapat ditampilkan secara realtime pada

LCD.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan penelitian yang telah

dilakukan serta melihat dari rumusan masalah maka dapat

disimpulkan bahwa:
68

1. Hasil pengembangan Smart Alarm Infus adalah sebuah sistem yang dapat

memudahkan perawat dalam memonitoring infus berdasarkan kebutuhan

pengguna menggunakan jenis penelitian Research and Development

(R&D) dan metode pengembangan prototype yang meliputi membangun

prototype, evaluasi prototype, pengkodean sistem, pengujian sistem dan

menggunakan sistem yang telah memenuhi aspek karakteristik functional

dan uji efektivitas

2. Berdasarkan hasil uji sistem karakteristik functional dengan hasil

kategori baik dan efektivitas dengan hasil persentase 90.0% kategori

sangat baik, dapat disimpulkan bahwa sistem monitoring infus ini layak

digunakan oleh pengguna.

B. Saran

Dari hasil beberapa analisi dan implementasi yang

dilakukan, adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :

1. Ditambahkan Website dan Aplikasi untuk mengetahui

apabila tetesan infus berhenti dan terdapat darah yang

masuk pada selang infus supaya infus pasien benar-benar

termonitor secara optimal.

2. Ukuran alat seharusnya lebih minimalis dan disertai baterai

agar mempermudah dalam penggunaan dan dibuat lebih

modern.
DAFTAR PUSTAKA
Hardana, I. (2019). Membuat aplikasi IoT (Internet Of Thing). Yogyakarta: Penerbit
Lokomedia: CV. LOKOMEDIA.
Herlan. (2020, 09 08). Pengertian arduino, fungsi, kelebihan, bahasa dll. from
www.progresstech.co.id: https://www.progresstech.co.id/blog/arduino/
Listyorini, W. (2013, 04). Perencanaan mobile learning mata kuliah sistem operasi
berbasis android. jurnal simetris(03), 25-30.
Makiolor, S., & Najoan. (2017). Rancang bangun pencarian rumah sakit, puskesmas dan
dokter praktek terdekat di wilayah manado berbasis android. e-journal teknik
informatika, 10(01), 01-10.
Mulyati, S. (2018, 12). Internet Of Things (IoT) pada prototipe pendeteksi kebocoran gas
berbasis MQ-2 dan SIM800L. Jurnal Teknik: Universitas Muhammadiyah
Tangerang, 07(02), 64-72.
Payara, T. (2018, 12). Penerapan firebase realtime database pada prototype aplikasi
pemesanan makanan berbasis android. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem
Informasi, 04(03), 397-406.
Pindrayana, B., & Prasetyo, S. (2018, 08). Prototipe pemandu parkir mobil dengan
output suara manusia mengunakan mikrokontroler arduino uno. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Teknik Elektro, 02(02), 71-82.
Pradana. (2019, 04 19). Mikrokontroler ESP8266, apa itu? (bagian 1)
microcontrollers101. From timur. ilearning.me:
https://timur.ilearning.me/2019/04/19/mikrokontroler-esp32-apa-itu/
Rifqatusa'adah, F. L. (2017). Evaluasi usibility berdasarkan iso/iec 9126 dan nielsen
model menggunakan metode usability testing (studi kasus: aplikasi mobile
reblood. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Satriady, A., & Saad, H. (2016, 05). Pengaruh luas elektroda terhadap karakteristik
baterai lifePO4. Jurnal Material dan Energi Indonesia, 06(02), 43 – 48.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Yogyakarta:
Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode penelitian evaluasi (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
kombinasi). Bandung: Alfabeta.
Susanto, P., & Mujahidin. (2013, 05). Perancangan sistem telemetri wireless untuk
mengukur suhu dan kelembaban berbasis arduino UNO R3 ATMEGA328P dan
XBEE pro. Jurnal Sustainable: Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, 04(01), 2087-
5347.
Syafiqoh, S., & Yudhana. (2018, 05). Pengembangan wireless sensor network berbasis
internet of things untuk sistem pemantauan kualitas air dan tanah pertanian.
Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT (JPIT), 03(02), 285-289.
Windiastik, A., & Triono. (2019, 09). Perancangan sistem pendeteksi banjir berbasis IoT
(Internet Of Thing). Fakultas Teknologi Informasi – UNMER Malang, 11(01),
1925-1931.
Jogiyanto. 2010. Analisa sistem informasi. Yogyakarta.

Kadir, Abdul. 2008. Tuntunan praktis belajar database menggunakan mySQL.


Yogyakarta.

Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi WEB dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta.

Raharjo, Budi. 2011. Membuat database menggunakan mysql. Informatika. Bandung.

Syahputra, Andry. 2003. Apache web server. Yogyakarta.

A, Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,


proses, dan praktik, edisi 4, volume.2. Jakarta: EGC.
Darmadi. (2010). Infeksi nosokomial. Jakarta : salemba
Evers, AS, and Mervyn Maze. (2004). Anesthetic pharmacology: physiologic
principles and clinical practice. United Kingdom : Churchill Livingstone.
Gregorius, Agung. (2001). Desain web interaktif dengan frontpage 2000 dan
dreamweaver 4. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Ida, W. (2010). Pengaruh area hotspot(Wi-Fi) bagi pemenuhan kebutuhan informasi
pemustaka di kantor perpustakaan daerah kabupaten jepara. Tesis tidak
dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Latief, AS, dkk. (2002). Petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada
pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI.
Loehoeri, Soebagjo, & Wirjoatmodjo, Moefrodi. (2007). rehidrasi. Jakarta. BAIPD. J I.E
IV. FKUI.
Puruhito. (1995). Dasar-dasar pemberian cairan dan elektrolit pada kasus- kasus
bedah.Surabaya. Airlangga Univercity Press.
Smeltzer, & Bare (2002), Keperawatan medikal- bedah. Jakarta:EGC.
Syahrul, & Hidayat. ( 2009). Sistem pemantauan infus pasien terpusat . Jurnal Teknik
Komputer, Vol. 17 No.1 (1- 12).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 2
PERSURATAN
RIWAYAT HIDUP

IBRAHIM, Lahir di Desa Leppangeng, Kec. Pitu Riase,

Kab. Sidrap pada tanggal 1 Juni 1998. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakann anak

darp pasanngan Ayahanda Siduman dan Ibunda Sinadda.

Peneliti memasuki jenjang pendidikann pada tahun 2005-

2011 di SD Negeri 12 Batu, penulis menyelesaikan

pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 12 Batu. Pada tahun 2011-2014 penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 12 Batu SATAP. Kemudian, pada tahun

2014 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 PANGSID dan tamat

pada tahun 2017. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan S1 melalui jalur

SBMPTN di program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai