Kian Rerennn 21
Kian Rerennn 21
F DENGAN HIPERTERMI
PADA KASUS DHF TENTANG PENERAPAN WATER TEPID SPONGE
DALAM MENURUNKAN SUHU TUBUH ANAK DI
RUANG AKUT RSUP DR. MDJAMIL
PADANG TAHUN 2023
KEPERAWATAN ANAK
Disusun Oleh :
Reren Yulandari, S.Kep
2214901014
Somia Pratama
2130282087
ABSTRAK
Febris atau demam didefenisikan dimana suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Banyak masalah
masalah yang terjadi pada anak yang mengalami demam salah satunya yaitu
masalah peningkatan suhu tubuh (Hipertermi). Tujuan dari karya ilmiah ini
mampu menerapkan menerapkan Asuhan Keperawatan pada An.F dengan
intervensi Kompres Hangat Water Tepid Sponge dalam Menurunkan Suhu Tubuh
Anak dengan Demam di ruang Anak RSUD PROF DR.M.A Hanafiah
Batusangkar Tahun 2022. Metode penulisan ini adalah studi kasus dilakukan
mulai dari proses pengkajian sampai evaluasi keperawatan pada pasien demam.
Intervensi yang dilakukan yaitu kompres hangat water tepid sponge untuk
menurunkan suhu tubuh pada pasien demam. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari di ruang anak RSUD PROF DR.M.A Hanafiah
Batusangkar terhitung mulai tanggal 20 juni 2022 sampai dengan 22 juni 2022
maka diagnose Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dapat teratasi
selama 3 hari rawatan dimulai dari awal pasien masuk dengan suhu 38,7°C
sampai pulang dengan hasil suhu tubuh kembali normal 36,5°C dan kompres
hangat water tepid sponge efektif digunakan untuk pasien dengan demam.
Diharapkan pasien dengan demam dapat menerapkan kompres hangat water tepid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam.
Somia Pratama
2130282087
Nursing Care For An.F With The Application Water Tepid Sponge Compreses
In Reducing Body Temperature Inchildren With Fever In The Children’s Room
At Prof Dr.M.A Hanafiah Batusangkar Hospital In 2002
( chapter + page + table + attachment)
ABSTRAK
Febris of fever defined is a condition where the body temperature is above normal
as a result of an increase in the temperature regulating center in the
hypothalamus. There are many problem that occur in children who have fever,
one of which is the problem of increasing body temperature(hyperthermia). The
purpose of this scientific work is to be able to apply nursing care to An.F with the
intervention of the water tepid sponge warm commpres in reducing the body
temperature of children with fever in the children’s room of Prof DR.M.A
Hanafiah Batusangkar Hospital in 2022. The method of this writing is a case
study carried out starting from assessment process to nursing evalution in fever
patients. The intervention carried out was a warm water tepid sponge compress to
reduce body temperature in fever patients. After 3 days of nursing care in the
children's room of the PROF DR.M.A Hanafiah Batusangkar Hospital starting
from June 20, 2022 to June 22, 2022, the diagnosis of Hyperthermia related to the
disease process can be resolved for 3 days of treatment starting from the
beginning of the patient's admission with a temperature of 38, 7°C to return home
with the result that the body temperature returns to normal 36.5°C and a warm
compress of water tepid sponge is effective for patients with fever.
It is expected tat patients with fever can apply a warm compress of water tepid
sponge to lower the body temperature of children with fever.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
penyusunan KIA-N ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan
Tubuh Anak Dengan Demam Di Ruang Anak RSUD M.A Prof Hanafiah
profesi Ners. Dalam penyusunan KIA-N ini penulis banyak mendapat bantuan,
pengarahan, bimbingan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan sehingga penyusunan KIA-N ini dapat diselesaikan. Maka dari itu pada
Perintis Indonesia.
2. Bapak Dr. Rer. Nat ikhwan Resmala Sudji, SSi.M.Si selaku Dekan
3. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
5. Bapak Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, M.M selaku pembimbing II yang juga
1
motivasi maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat
8. Teristimewa semua pihak yang dalam kesempatan ini yaitu doa yang tidak
hentinya yang diberikan oleh Kedua Orang Tua saya beserta seluruh
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Akhir kata kepada-Nya jugalah kita
berserah diri. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi kita
2
DAFTAR ISI
HANDCOVER
COVER KERTAS BERAWARNA
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK BAHASA INDONESIA
ABSTRAK BAHASA INGGRIS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………...
1.4 Manfaat………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….
2.1 Konsep Dasar Anak…………………………………………...
2.1.1 Defenisi Anak…………………………………………..
2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak…………………………………
2.1.3 Pembagian Periode Usia Perkembangan Anak………...
2.1.4 Ciri Ciri Perkembangan Anak………………………….
2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak………………..
2.1.6 Faktor mempengaruhu Tumbuh Kembang Anak………
2.2 Konsep Atraumatice Care…………………………………….
2.2.1 Pengertian Atraumatice Care Pada Anak……………....
2.2.2 Prinsip Atraumatice Care………………………………
2.3 Family Center Care…………………………………………..
2.3.1 Pengertian Family Center Care…………………………
2.3.2 Tujuan Family center Care……………………………..
2.3.3 Elemen Family Center Care………………………….....
3
2.3.4 Prinsip Family Center Care……………………………
2.4 Konsep Dasar Demam………………………………………..
2.4.1 Pengertian Demam……………………………………..
2.4.2 Anatomi Fisiologi………………………………………
2.4.3 Fisiologi………………………………………………..
2.4.4 Etiologi…………………………………………………
2.4.5 Tanda dan Gejala Demam……………………………...
2.4.6 Patofifiologi dan WOC…………………………………
2.4.7 Pathway………………………………………………...
2.4.8 Komplikasi……………………………………………..
2.4.9 Jenis-jenis Demam……………………………………..
2.4.10 Pemeriksaan Penunjang……………………………….
2.5 Penatalaksanaan ………………………………………………
2.5.2 TIndakan Farmakologis………………………………
2.5.2 Tindakan Non Farmakologi……………………………
2.6 Konsep dasar water tepid sponge…………………………………
2.6.1 Pengertian………………………………………………
2.6.2 Tujuan water tepid sponge………………………………….
2.6.3 Manfaat water tepid sponge…………………………………
2.6.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Water Tepid
Sponge Pada Anak………………………………………
2.7 Konsep Asuhan Teoritis………………………………………
2.7.1 Pengkajian……………………………………………..
2.7.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………
2.7.3 Intervensi………………………………………………
2.7.4 Implementasi…………………………………………..
2.7.5 Evaluasi………………………………………………..
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………..
3.1 Data Umum………………………………………………….
3.2 Pengkajian……………………………………………………
3.3 Analisa Data………………………………………………….
3.4 Masalah Keperawatan………………………………………..
4
3.5 Intervensi Keperawatan…………………………………….
3.6 Catatan Perkembangan……………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………
4.1 Analisa Asuhan Keperawatan Dengan Konsep Kasus……..
4.2 Analisa salah satu intervensi dengan konsep penelitian
Terkait………………………………………………………
BAB V PENUTUP………………………………………………………
5.1 Kesimpulan…………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit,
tubuh terus menerus lebih dari 38°C. Demam adalah keadaan ketika suhu
tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. Demam dapat disebabkan oleh
gangguan otak atau akibat bahan toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan
tubuh. Demam terkadang dianggap keadaan sakit yang sepele oleh orangtua,
kejang demam bahkan berisiko ke arah penyakit serius. Demam yang terjadi
pada anak di bawah tiga tahun pada umumnya merupakan demam yang
disebabkan oleh infeksi seperti influenza, ostitis media, pneumonia, dan infeksi
sebanyak 500-600 ribu kematian untuk setiap tahunnya. Dari hasil survey 2
Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam menjadi 15,4 per 10.000
penduduk. Sedangkan kasus demam pada tahun 2019 berjumlah 65.602 kasus,
dengan jumlah kematian sebanyak 467 orang. Jumlah tersebut menurun dari
tahun sebelumnya, yaitu 68.407 kasus dan jumlah kematian sebanyak 493
orang. Angka penderita demam tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2018,
yaitu dari 26,10 menjadi 24,75 per 100.000 penduduk. Penurunan case fatality
rate (CFR) dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,72% pada tahun
riset kesehatan dasar yang dilakukan Depkes tahun 2017 ditemukan prevelensi
penderita demam sebesar 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
angka kejadian febris di negara lain sekitar 80-90%, dari seluruh demam yang
50.864 kasus pada tahun 2020 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,
2020).
3
tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani bisa
Sampai saat ini terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan untuk
pertama pada anak dengan demam. Sedangkan pada terapi non farmakologis
tindakan yang dapat dilakukan yaitu kompres hangat. (Eki, et al., 2021).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh
bila mengalami demam. Salah satu metode kompres yang sering digunakan
evaporasi dan konduksi, yang dilakukan pada pasien yang mengalami demam
tinggi. Tujuan dari tepid sponge ini untuk menurunkan suhu tubuh pada orang
suhu terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada
kain kompres. Air hangat membantu darah tepi di kulit melebar sehingga pori-
pori menjadi terbuka dan memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh
mengalami penurunan suhu sebesar 2,2°C yaitu dari suhu tubuh awal 39,8 °C
menjadi 37,6 °C. Sedangkan hasil penelitian Astuti, Nurhayati (2018) yang
penerapan water tepid sponge selama 2x20 menit, terjadi penurunan suhu
tubuh sebesar 1,4°C yaitu dari suhu awal 39 °C menjadi 37,6 °C.
dengan keadaan rewel, serta tanda gejala yang lain seperti terjadinya bintik-
penelitian karya ilmiah akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak An.F Dengan Hipertermi Pada Kasus DHF Tentang Penerapan Water
Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Di Ruang Akut RSUP
B. Rumusan Masalah
ini yaitu : Asuhan Keperawatan Pada Anak An.F Dengan Hipertermi Pada
Kasus DHF Tentang Penerapan Water Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu
Tubuh Anak Di Ruang Akut Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Anak An.F Dengan Hipertermi Pada Kasus DHF Tentang Penerapan Water
Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Di Ruang Akut RSUP
2. Tujuan Khusus
hipertermi, dan konsep kompres water tepid sponge, askep anak dengan
dalam menurunkan suhu tubuh anak di ruang anak Akut RSUP Dr. M.
water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak di ruang Akut
D. Manfaat Penelitian
yang diderita pasien dan bagaimana penaganannya bagi pasien baik dirumah
maupun di ruang anak Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023
3. Bagi Mahasiswa
Hipertermi.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
1. Defenisi DHF
gigitan nyamuk aedes aegypti, dan aedes albopictus dimana faktor utama
penyakit dari DHF sehingga terjadi sepanjang tahun dan bisa menyerang
seluruh kelompok umur mulai dari anak – anak hingga orang dewasa.
(Dinkes, 2015).
2. Klasifikasi DHF
a. Derajat 1 (ringan)
Demam diatas normal 38°C dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji
turniket.
b. Derajat 2 (sedang)
c. Derajat 3
d. Derajat 4
Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tidak teraba dan
3. Etiologi
virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes
pelosok Indonesia (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab penyakit adalah virus
bersangkutan, sedangkan anti body yang terbentuk terhadap tipe lain sangat
4. Manifestasi Klinis
berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang
(40°C/104°F) disertai dengan 2 dari gejala berikut : sakit kepala parah, nyeri
9
kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari setelah
masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
atau gangguan organ. Tanda- tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala
38°C/100°F) dengan tanda gejala : sakit parah perut, muntah terus menerus,
napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan keluar darah saat
muntah. berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan perawatan medis yang
a. Derajat I
himokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat III
lemah, tekanan darah turun (20 MmHg) atau hipotensi disertai dengan
d. Derajat IV
Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.
10
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue
hemoragic fiver) setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah
bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari darah di
b) Demam
c) Sakit kepala
f) Muntah
c) Ruam Generalized
b) Berkeringat
11
5. Patofisiologi
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang
virus yang berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan timbul the secondary
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter
cenderung meningkat.
b. Penatalaksaan kepreawatan
biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang infus.
Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua
maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan
utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai
1. Defenisi Demam
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin
keadaan yang sering meenimbulkan kecemasan, stress dan fobia bagi orang
tua. Salah satu dampak yang dapat terjadi ketika demam tidak segera diatasi
dan suhu tubuh meningkat terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan dehidrasi,
kelangsungan hidup anak. Selama ini upaya yang sering dilakukan orang tua
2016).
2. Anatomi Fisilogi
mengatur fungsi internal tubuh. Salah satu fungsi tersebut yaitu mengatur
keseimbangan tubuh.
berbagai aktivitas otak. Efek jalur saraf ini dihantarkan lewat serat-serat
perifer, terdapat pada permukaan kulit, memeriksa perubahan suhu kulit dan
makan terutama bergantung pada interaksi antara dua area: area “makan”
menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat.
3. Fisiologi
disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksit
meliputi penyakit bakteri, tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat
menimbulkan efek seperti ini disebut pirogen. Pirogen yang dilepaskan oleh
18
bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh
(Hardiono, 2014).
4. Etiologi
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
nafsu makan menurun, nadi dan pernafasan cepat. Menurut Sodikin (2012).
Terdapat 3 fase saat terjadinya demam, yaitu fase awal, proses, dan
seperti:
Menggigil karena tegangan dan kontraksi otot, Pucat dan dingin karena
namun merasa dingin, meningkatnya nadi dan laju pernafasan, rasa haus
mengantuk, nafsu makan menurun, lemah, letih serta nyeri ringan pada
otot.
c. Fase Pemulihan
pembunuh yang mempunyai granula dalam ukuran besar. Semua sel ini
akan mengolah hasil mempunyai granula dalam ukuran besar. Semua sel ini
endogen).
mempunyai kesamaan dengan zat ini, lalu bekerja pada bagian hipotalamus
dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom
makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen
seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri
mediator dari respon demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus dalam
demam oleh sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa pirogen
2012).
Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi
22
dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point
baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar
dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat (Potter & Perry,
2010).
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih
tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan
pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui
batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris. Set
7. Pathway
8. Komplikasi
1. Demam intermiten
Suhu tubuh yang berubah ubah dalam interval yang teratur, antara
2. Demam Remiten
Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan suhu
3. Demam Kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode
4. Suhu Konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.
11. Penatalaksanaan
a. Tindakan Farmakologis
berupa :
1) Paracetamol
dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang
pada bayi baru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
sakit).
2) Ibuprofen
ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk
4) Memberikan kompres
27
macam kompres yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
water tepid sponge (Dewi, 2016). Pada penelitian ini peneliti menerapkan
2019).
a. Pengkajian
sebagai berikut :
28
(Nurarif 2015).
1) Identitas klien
benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang
a) Nama anak
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Anak keberapa
pembuatan genogram.
g) Agama
h) Pendidikan
i) Pekerjaan
j) Alamat
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
yang sama atau penyakit lain yang diderita oleh pasien seperti
genetic.
3) Riwayat Imunisasi
4) Riwayat Gizi
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,
5) Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang suhu lingkungan yang panas, dan
6) Pola kebiasaan
menurun.
konstipasi.
mendukung masalah yang sedang dialami pasien tidak hanya saat ini,
8) Pemeriksaan penunjang
perdarahan memanjang.
2. Diagnosa Keperawatan
yang berlangsung actual maupun potensial, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
3. Intervensi Keperawatan
stimulus
b. Lakukan rentang gerak pasif dan aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
34
36
4. Implementasi
dilakukan.
5. Evaluasi
1. Defenisi
kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung beberapa
turun (Hartini, 2012). Tujuan dalam pemberian water tepid sponge dalam
dan ansietas (Sodikin, 2012). Pada prinsipnya pemberian water tepid sponge
darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang dipompakan
menurunkan suhu tubuh anak saat demam yaitu dengan mengompres anak
pada bagian tubuh tertentu yang memiliki pembuluh darah besar. Tujuan
38
termometer digital, kom kecil berisi air hangat 37°C, dan handuk kecil.
Prosedur kerja yang pertama tahap pra interaksi dimana terdiri dari
menyiapkan alat dan bahan, mencuci tangan, membawa alat dekat klien.
menanyakan kesiapan dan kesediaan klien. Yang ketiga tahap kerja, cuci
masukan handuk kecil kedalam kom yang berisi air hangat lalu peras sampai
lembab, letakan handuk kecil pada area yang akan di kompres yaitu dahi,
leher, axila dan lipatan paha lalu usapkan keseluruh tubuh dan lalukan
1. Judul :
Tubuh Anak Di Ruang Akut Rsup Dr. Mdjamil Padang Tahun 2023” .
2. Peneliti :
3. Sumber :
4. Keyword :
Jurnal tersebut telah memuat keyword atau kata kunci yang terdiri dari 3
kata kunci dan telah memenuhi syarat minimal kata kunci dalam suatu
jurnal.
40
5. Abstrak
golongan umur 1-5 tahun. Komplikasi pada Demam Berdarah Dengue pada
Hal ini perlu dicegah dengan cara pemberian tepid sponge. Tujuan
Jumlah kata dalam sudah sesuai dengan kaidah penulisan absastrak yaitu
7. Deskripsi Penelitian
a. Pengkajian
suhu belum turun kemudian dilakukan kompres ulang suhu turun menjadi
37,60C”.
41
hangat water tepid sponge yaitu dilakukan selama 20 menit. Jurnal ini
serta penjelasan yang dipaparkan cukup jelas secara rinci tahap pertahap.
c. Hasil Penelitian
Dalam jurnal ini telah memuat hasil yang diperoleh setelah dilakukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama : An.F
2. Tempat tgl lahir : Bukit gambak, 08 juni 2021
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Lima kaum, bukit gambak
7. Tgl masuk : 19/12/2022
8. Tgl pengkajiam : 20/12/2022
9. Diagnosa medis : DHF
B. Identitas orang tua:
1. Ayah
a) Nama : Tn. S
b) Usia : 40 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Agama : Islam
f) Alamat : Bukit Gambak
2. Ibu
a) Nama : Ny. D
b) Usia : 38 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : IRT
e) Agama : Islam
f) Alamat : Bukit Gambak
41
43
Genogram:
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Pasien
= Tinggal serumah
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Selera makan Makan nasi lembek, ayam 1 porsi tak habis ½
disiur kecil-kecil, sayuran porsi
dan susu
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.Jenis Minuman Susu dan air putih Air putih
2.Frekunsi Minuman 3x/hari/kurang lbih 1 liter Kurang lebih 100cc
3.Kebutuhan Cairan 3-6 jam 3-5 jam
4.Cara Pemenuhan Minum sendiri Dibantu
D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
jam tidur
Siang 2-3 jam 1 jam
Malam 8 jam 5 jam
Pola tidur Teratur Tidak teratur
Kebiasaan sebelum tidur Nonton film Menangis
Kesulitan saat tidur Tidak ada Rewel
E. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Mandi
Cara: mandiri Dibantu
Frekuensi 2x sehari Dilap saja
Alat mandi Sabun mandi, shampoo Tisu basah
Cuci rambut
Frekuensi 1x sehari Tidak ada
Cara mandiri Dibantu
Gosok gigi
Frekuensi 2x sehari -
Cara Mandiri -
47
F. Aktivitas/Mobilitas fisik
G. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.Perasaan Saat - -
Sekolah - -
2.Waktu Luang - -
3.Perasaan Setelah
Rekresi - -
4.Waktu Sengang - -
Ulang
5.Kegiataan Hari
Libur
12. Thorak
a. Bentuk dada: Simetris kiri dan kanan
b. Irama pernapasan: Sonor
c. suara nafas: Vesikuler
d. suara tambahan: Tidak ada wheezing maupun ronchi
13. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Kulit klien tampak memerah. N =142x/i
Perkusi : Bunyi normal
Auskultasi : Suara jantung lup dup dan tidak ada bunyi jantung
tambahan, irama regular, mur mur tidak ada
14. Abdomen
Inspeksi : Abdomen klien simetris, dan tidak terdapat lesi atau luka
Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : Saat di perkusi terdengar Timpani bunyi bernada lebih
tinggi dari pada resonan lokasinya di atas viscera yang terisi oleh udara.
Auskultasi : Bising usus 13x/i
15. Genetalia dan Anus
a. genetelia dan Anus : Tidak ada gangguan/dnormal
16. Ekstermitas
a. Ekstremitas Atas
Motorik : Normal
Refleks : Normal
Sensori : Baik
b. Ekstremitas Bawah
Motorik : Normal
Refleks : Normal
Sensori : Baik
5555 5555
5555 5555
50
c. Status Neurologi
Saraf – saraf karnial
Nervus I : Tidak ada di kaji
Nervus II : Tidak di kaji
Nervus III : Tidak di kaji
Nervus IV : tidak di kaji
Nervus V : tidak di kaji
Nervus VI : tidak di kaji
Nervus VII : tidak di kaji
Nervus VIII : tidak di kaji
Nervus IX : tidak di kaji
Nervus X : tidak di kaji
Nervus XI : tidak di kaji
Nervus XII : tidak di kaji
Pemeriksaan tingkat perkembangan (0 – 6 tahun)
XII. Test Diagnostik
Hasil laboratorium 20/12/2022 Nilai Normal
Hb : 13.5g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 2.100/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 42.1% (35-49 %)
Trombosit : 52.000/mm3 (150-450 /mm3)
Hasil laboratorium 21/12/2022
Hb : 14.4g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 2.100/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 43.4% (35-49 %)
Trombosit : 28.000/mm3 (150-450 /mm3)
Hasil laboratorium 22/12/2022
Hb : 12.9g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 5.200/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 36.6% (35-49 %)
Trombosit : 49.000/mm3 (150-450 /mm3)
ANALISA DATA
berak kecoklatan
Mual muntah
Nafsu makan
menurun
Defisit nutrisi
- Resiko syok
hipovolemiik
Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
3. Resiko syok hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif ditandai dengan pendarahan
Intervensi Keperawatan
53
makan
Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan makanan
tinggi serat
Edukasi :
Anjurkan makan
posisi duduk
Ajarkan diet yang di
programkan
HARI PERTAMA
55
bagian dahi, leher, axila dan sela Analisa :
paha ± 10 menit dan mengulangi Hipertermi
lagi ketika handuk tersebut sudah
dingin. Jika suhu badan An.F Planning :
sudah menurun maka handuk Intervensi dilanjutkan
tersebut di ambil dan menyuruh 12.15 Observasi :
An.F untuk istirahat kembali Identifikasi penyebab hipertermi
monitor suhu tubuh
Edukasi : Terapeutik :
- Menganjurkan ibu untuk selalu Sediakan lingkungan yang nyaman
memberikan posisi anatomis ke kompers pasien dengan menggunakan teknik
An.F yaitu posisi : nyaman water tepid sponge.
Edukasi :
Kolaborasi : Anjurkan ibu klien untuk memberikan minum air
Memantau infus yang terpasang putih kepada anaknya.
RL 10 tpm di tangan kiri An.F Kolaborasi :
Pantau infus yang terpasang di tangan kiri An.F
RL 10 tpm
56
Memonitor asupan makan An.F bubur 2 sendok dari porsi yang di sediakan
didapatkan ketika menyuapkan rumah sakit
makan An.F habis 2 sendok dari
porsi yang disediakan gizi 13.15 Objektif :
Memonitor BB An.F 6 kg Tampak An.F menghabiskan makanan hanya 2
sendok dari porsi yang di sediakan
Terapeutik : Klien tidak ada alergi makanan
- Melakukan oral hygiene Mukosa bibir tampak kering
sebelum makan dengan An.F susah untuk makan
memberikan pepsodent kodomo BB 6 kg
- Memberikan makanan tinggi
protein dan kalori didapatkan Analisa :
An.F susah untuk memakan nasi Status Nutrisi
dari gizi
Planning :
Edukasi : 13.30 Intervensi dilanjutkan
Menganjurkan makan ketika Observasi :
posisi duduk dengan duduk Monitor asupan makanan
disebelah An.F ketika makan Monitor BB An.F
Mengajarkan diet yang diberikan Terapeutik :
gizi didapatkan An.F hanya Lakukan oral higyene sebelum makan
memakan diet yang di anjurkan Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
RS Edukasi :
Anjurkan makan posisi duduk
Kolaborasi :
Anjurkan menghabiskan diet yang di programkan
Memantau asupan nutrisi atau
Kolaborasi :
makanan yang diberikan gizi
Pantau asupan nutrisi An.F
apakah dimakan An.F atau tidak,
57
yaitu sepiring bubur.
3 Selasa Resiko syok Observasi : 12.50 Subjektif :
20 hipovolemia Memonitor status cairan An.F Ibu mengatakan klien lemas
Desember berhubungan (masukan dan haluaran,turgor Ibu klien mengatakan terdapat bintik merah
2022 dengan kulit, CRT) dilipatan tangan kiri
kehilangan Terapeutik : Ibu klien mengatakan klien menggigil
cairan secara Melakukan penekanan langsung
aktif ditandai pada pendarahan eksternal 13.20 Objektif :
dengan Mengambil sampel darah untuk Klien tampak lemas
pendarahan pemeriksaan darah lengkap dan Tampak dilipatan tangan klien bintik-bintik
elektrolit merah
Klien terpasang infus RL
Hb : 13.5g/dl
Hematokrit : 42.1%
Trombosit : 52.000/mm3
Analisa :
Resiko syok
13.50 Planning :
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
Pantau nilai labor HB, HT
Memonitor status cairan An.F (masukan
dan haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
Mengambil sampel darah untuk
58
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
HARI KEDUA
No Hari/ Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi
tanggal
1. Rabu Hipertermi Observasi : 11.30 Subjektif :
21 berhubung Mengidentifikasi penyebab Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sudah
Desem an dengan hipertermi didapatkan suhu badan mulai menurun.
ber proses An.F dan memerah di wajah An.F Ibu klien mengatakan panas kulit anaknya sudah
2022 penyakit mulai berkurang berkurang
Memonitor suhu tubuh An.F Ibu klien mengatakan memerah di wajah anaknya
didapatkan 38,7°C masih ada
Terapeutik :
Menyediakan lingkungan yang 12.00 Objektif :
nyaman yaitu memberikan suhu Suhu : 38 °C
ruangan / AC 25°C RR : 30x/i
Melakukan kompres hangat ke N : 127x/i
An.F dengan teknik kompres Spo2 : 99%
hangat water tepid sponge dengan Kulit klien masih terasa hangat
cara memposisikan anak dengan Saat dilakukan kompres hangat water tepid
posisi anatomis : kemudian sponge klien tenang
merendam 3 buah handuk keil An.F menghabiskan minum 200cc
kedalam air hangat yang telah
Mengganti linen klien setiap pagi
disediakan, diperas dan di
kompreskan di bagian dahi, leher,
Analisa :
axila dan sela paha ± 10 menit
Termoregulasi membaik
dan mengulangi lagi ketika
handuk tersebut sudah dingin.
59
Jika suhu badan An.F sudah
menurun maka handuk tersebut di 12.15 Planning :
ambil dan menyuruh An.F untuk Intervensi dilanjutkan
istirahat kembali Observasi :
Identifikasi penyebab hipertermi
Edukasi : monitor suhu tubuh klien
Menganjurkan ibu klien untuk Terapeutik :
memberikan minum air putih Kompres pasien dengan menggunakan teknik
kepada anaknya didapatkan habis kompres hangat water tepid sponge
200cc Edukasi :
Anjurkan ibu klien memberikan minum air
Kolaborasi : putih kepada anaknya
Memantau infuse terpasang RL 10 Anjurkan ibu klien mengajak anaknya duduk
tpm di tangan kiri An.F
Kolaborasi :
Pantau infus yang terpasang di tangan kiri An.F
RL 10 tpm
60
Terapeutik : 13.15 Objektif :
Melakukan oral higyene sebelum Klien sudah menghabiskan 4 sendok dari porsi yang
makan dengan menggosokan kasa disediakan
dan odol kodomo ke gigi An.F Tampak An.F makan sambil duduk
Memberikan makanan tinggi kalori Tampak An.F makan nasi lunak dan telur rebus
dan tinggi protein dengan yang diberikan gizi
menyuapkan An.F BB 6,2 kg
Edukasi : Analisa :
Menganjurkan makan posisi duduk Status nutrisi membaik
didapatkan didampingi ibu klien Planning :
Menganjurkan menghabiskan diet 13.30 Intervensi dilanjutkan
yang di programkan didapatkan Observasi :
ibu klien membujuk anaknya untuk Monitor asupan nutrisi
makan Monitor BB
Terapeutik :
Kolaborasi : Lakukan oral hygiene sebelum makan
Memantau asupan nutrisi yang Edukasi :
diberikan ke An.F yaitu nasi lunak, Anjurkan makan posisi duduk
telur rebus dan sayur. Kolaborasi :
Pantau asupan nutrisi dari gizi untuk An.F
61
kehilangan Ibu klien mengatakan menggigil sudah berkurang
cairan secara Terapeutik : Objektif :
aktif ditandai Melakukan penekanan langsung 13.20 Klien masih tampak lemas
dengan pada pendarahan eksternal Tampak dilipatan tangan klien bintik-bintik
pendarahan Mengambil sampel darah untuk merah
pemeriksaan darah lengkap dan Klien terpasang infus RL
elektrolit Hb : 14,4g/dl
Hematokrit : 43,4%
Trombosit : 28.000/mm3
Analisa :
Resiko syok
Planning :
13.50
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
Pantau nilai labor HB, HT
Memonitor status cairan An.F (masukan dan
haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
62
HARI KETIGA
No Hari/ Implementasi Jam Evaluasi
tanggal Diagnosa
1. Kamis Hipertermi Observasi : 11.30 Subjectif :
22 berhubungan Mengidentifikasi penyebab Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah
Desemb dengan proses hipertermi didaptkan suhu tidak panas lagi
er penyakit tubuh An.F mulai menurun, Ibu klien mengatakan kulit anaknya tidak
2022 dan suhu kulit An.F masih merah dan panas lagi
terasa hangat sedikit
Memonitor suhu tubuh An.F 12.00 Objektif :
didapatkan suhu 37,7°C Suhu 37,7°C
RR: 30x/I
Terapeutik : N : 120x/i
Melakukan kompres hangat Spo2 : 99%
ke An.F dengan teknik Badan klien sudah tidak memerah lagi
kompres hangat water tepid Kulit klien sudah tidak panas lagi
sponge dengan cara Klien minum air putih 250cc atau 1 gelas
memposisikan anak dengan
posisi anatomis : kemudian Analisa :
merendam 3 buah handuk Termoregulasi normal
kecil kedalam air hangat
yang telah disediakan, Planning :
diperas dan di kompreskan di 12.15 Intervensi dihentikan
bagian dahi, leher, axila dan
sela paha ± 10 menit dan
mengulangi lagi ketika
63
handuk tersebut sudah
dingin. Jika suhu badan An.F
sudah menurun maka handuk
tersebut di ambil dan
menyuruh An.F untuk
istirahat kembali
Edukasi :
Mengajurkan ibu klien
memberikan minum air putih
kepada anaknya didapatkan
habis 250cc
Menganjurkan ibu klien
mengajak anaknya duduk
didapatkan posisi anatomi :
semi fowler
Kolaborasi :
Pantau infuse yang terpasang
di tangan Kiri An.F RL 10
tpm
64
Memonitor BB An.F 6,5 Kg makan nasi lunak yg disediakan gizi
Terapeutik : 13.15 Objektif :
Melakukan oral hygiene Klien tampak menghabiskan nasi lunak yang
sebelum makan dengan diberikan gizi
menggosokan kasa dan odol Klien tampak meminum susu sendiri melalui
ke gigi An.F dot
BB 6,5 kg
Edukasi : Analisa :
Menganjurkan makan posisi Status Nutrisi Membaik
duduk didapatkan didampingi
ibu klien 13.30 Planning :
Intervensi dihentikan
Kolaborasi :
memantau asupan nutrisi
yang diberikan ke An.F yaitu
nasi lunak dan telur rebus.
65
lengkap dan elektrolit Klien terpasang infus RL
Hb : 12.9g/dl
Hematokrit : 36.6%
Trombosit : 49.000/mm3
Analisa :
Resiko syok
13.50 Planning :
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
Pantau nilai labor HB, HT
Memonitor status cairan An.F (masukan dan
haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
66
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah mengkaji identitas pasien, keluhan yang dialami pasien, gejala klinis
Hasil pengkajian yang dilakukan kepada ibu pasien dari An.F di ruang
rawat anak pada tanggal 20 Desember 2022 pada hari senin didapatkan, ibu
dengan keluhan anaknya demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu sebelum
masuk RS, sudah dibawa ke poliklinik mandiri dengan suhu 39°C dan
diberikan obat tetapi tidak ada perbaikan dan sampai sekarang demam anaknya
masih naik turun dengan suhu terakhir 37,8°C, nafsu makan anaknya
berkurang, badan anaknya terlihat lemas dan lesu. Pada saat pengkajian ibu
klien mengatakan badan anaknya panas dengan suhu tadi pagi masih 38,7°C,
Ibu klien juga mengatakan anaknya demam naik turun semenjak 1 minggu
yang lalu dan anaknya juga sering mengatakan badannya tersa panas, ibu klien
mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan susah untuk diajak makan,
2020 dengan judul Demam Pada Anak dengan hasil pada tiap kelompok tetap
ada kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan
yang diambil, terutama perawatan dan pemberian antibiotik secara empirik.
Pada Anak Demam yaitu berbagai penanganan demam telah diketahui secara
Jenis antipiretik yang disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol dan
sehingga informasi yang lengkap harus diberikan kepada orang tua pada setiap
toksisitas antipiretik.
Masalah keperawatan yang didapatkan pada kasus ini yaitu yang pertama
mendukung data hipertermi ini yaitu untuk data subjectif anaknya demam naik
turun ± 1 minggu yang lalu dengan suhu 39°C saat dibawa berobat ke klinik
mandiri, sedangkan data objektif saat dilakukan palpasi badan pasien terasa
panas, wajah tampak merah. Menurut teori ( eki et,al 2021) terjadinya
hipertermi yaitu suhu tubuh berada diatas nilai normal berada pada 38,7°C dan
68
Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan pada kasus sama dengan
teori yang ada seperti pada kasus data objektif untuk hipertermi suhu tubuh
diatas nilai normal sedangkan di kasus suhu tubuh pasien 38,7°C dimana
rentang suhu tubuh normal 36,5°C-37,5°C, di teori juga dijelaskan bahwa tanda
dan gejala dari hipertermia yang lain kulit merah dan badan terasa hangat
dimana pada kasus juga ditemukan gejala kulit anak terasa panas dan kulit anak
tampak merah. Sehingga antara kasus dan teori signifikan tanda dan gejala
yang ditemukan.
2016) defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memnuhi
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Berdasarkan gejala
dan tanda yang didapatkan pada pasien kelolaan yaitu ibu pasien mengatakan
anak tidak nafsu makan sejalan dengan teori yang ada bahwa salah satu
intoleransi aktivitas antara kasus dan teori yang seperti pada kasus di dapatkan
69
Setelah direncanakan intervensi keperawatan, maka dilakukan
anak berada diatas rentang normal yaitu : S: 38,7°C dan juga di dapatkan TTV
water tepid sponge ke An. F yang mengalami demam di bagian leher, axila dan
atau supine kemudian masukin waslap ke dalam wadah yang sudah di isi air
hangat kemudian peras dan letakan handuk kecil tersebut di bagian leher, axila
dan juga inguinal pasien ± 10 menit, handuk kecil sudah dingin lakukan secara
berulang dan cek kembali suhu setelah melakukan kompres hangat water tepid
mengidentifikasi alergi, pasien tidak ada alergi terhadap obat dan makanan,
asupan nutisi An.F : An.F hanya menghabiskan 2 sendok bubur dari porsi yang
bolu dan susu, menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan nutrisi An.F
serta menganjurkan untuk member An.F makan sedikit tapi sering, karena
An.F susah kali untuk makan, monitor asupan makan An.F 2 sendok dari porsi
70
kalori dan tinggi protein dengan hasil sesuai kebutuhan kalori yang didapati
An.F, monitoring penyebab kelelahan fisik pada An.F, monitor pola jam tidur,
secara bertahap.
dimana masalah keperawatan teratasi pada hari ketiga. Evaluasi untuk masalah
yang di dapatkan ibu klien mengatakan suhu badan anaknya mulai membaik,
suhu tubuh diatas normal dengan 37,3°C dan setelah dilakukan kompres hangat
water tepid sponge menjadi 36,5°C RR : 30x/i N :1120x/I, kulit klien tidak
defisit nutrisi teratasi dengan status nutrisi membaik, dimana data yang
didapatkan dari ibu klien mengatakan nafsu makan anak nya sudah bertambah,
klien tampak menghabiskan ½ porsi yang disediakan RS dan An.F suah mulai
dengan hasil intoleransi aktivitas menurun, dimana data yang didapatkan ibu
klien mengatakan anaknya sudah mulai bersemangat lagi jalan jalan diruangan
Menurut asumsi peneliti teknik kompres hangat water tepid sponge untuk
penurunan suhu tubuh anak dengan demam selama 3 hari dan dimulai pada hari
71
pertama tanggal 20 Desember 2023 suhu tubuh anak 38,7°C kemudian
dilakukan kompres hangat water tepid sponge menjadi 37,7°C . Dan hari kedua
dilakukan kompres hangat water tepid sponge dengan suhu 37,7°C menjadi
37,3°C dan pada hari ketiga dari suhu 37,5°C menjadi 36,5°C sehingga dapat
diartikan bahwa kompres hangat water tepid sponge efektif digunakan untuk
yaitu dilakukan dengan cara terlebih dahulu menyiapkan air hangat dan rendam
axila kanan dan kiri kemudian pangkal paha dan kanan kiri. Pemberian
yang dilakukan pada area axila. Setelah anak diberikan intervensi kompres
hangat water tepid sponge selama 1x24 jam ada pengaruh yaitu suhu An.F
diawal 38,7°C menjadi 37,7°C. Pemberian kompres hangat water tepid sponge
merupakan salah satu asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pada pasien
Hipertermi.
tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat water tepid
sponge yang dilakukan pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus
72
efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang
lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan
kepada An.F didapatkan An.F merasa nyaman, dan dari hasil pemeriksaan fisik
yang dilakukan didapatkan kulit pasien teraba mengalami penurunan suhu dan
38,7°C menjadi 37,7°C diberikan selama 1x24 jam. Intervensi ini telah
dilakukan (Siti haryani, Eka adimayanti, Ana puji astute 2018) dengan judul
hipertermi pada pasien anak demam udia toddler 1-3th dengan hasil penelitian
( 73, 34 %) berada pada suhu 38-39° Celcius. Suhu tubuh setelah dilakukan
tepid sponge sebagian besar (63 %) berada pada suhu 37 -38° Celsius.
Perbedaan suhu tubuh anak pada uji t berpasangan untuk kelompok intervensi
diperoleh nilai signifikansi 0.000 (p < 0.05). Pemberian kompres water tepid
kompres hangat water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak
demam dengan hasil penelitian menunjukan bahwa suhu rata rata sebelum
kompres 38,4°C setelah kompres hangat adalah 37,5°C, suhu rata rata nilai
sebelum water tepid sponge adalah 38,6°C setelah dilakukan kompres hangat
water tepid sponge 37,3°C, ada efek antara sebelum dan sesudah dilakukan
73
kompres hangat dengan selisih 0,85°C (p-value 0,001), dan ada perbedaan
antara kompres hangat yaitu 0,25°C dan disarankan orang tua melakukan
yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan,
apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan
intervensi maka didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara konsep , jurnal
hangat water tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh anak yang demam.
suhu badan pasien dengan kompres hangat water tepid sponge, dimana dalam
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
hangat water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan
intervesni yang dilakukan pada An.F adalah kompres hangat water tepid
sponge dapat mengatasi suhu tubuh pada anak yang mengalami demam.
Dari hasil implementasi yang dilakukan pada An.F yaitu kompres hangat
water tepid sponge sesuai SOP yaitu lakukan pengecekan suhu sebelum
leher, axila dan sela paha, lakukan selama 10 menit, setelah selesai
keperawatan teratasi yaitu hipertermi sudah tidak ada masalah, defisit nutrisi
sudah tidak ada masalah dan intoleransi aktivitas sudah mulai membaik.
3. Sesuai dengan hasil yang didapatkan pada pasien An.F kompres hangat
watertepid sponge untuk mengatasi suhu tubuh pada anak menjadi salah
hangat water tepid sponge untuk mengatasi suhu tubuh pada anak salah satu
tersebut lebih baik kedepannya dan akan menjadi bahan ajar di laboratorium
2. Bagi Perawat
membahas skil pada pelaksanaan kompres hangat water tepid sponge untuk
mengatasi suhu tubuh pada anak demam dengan sosialisasi atau membuat
SOP di Rumah Sakit dari salah satu keperawatan yang bisa dilakukan di
3. Bagi Layanan
76