Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AN.

F DENGAN HIPERTERMI
PADA KASUS DHF TENTANG PENERAPAN WATER TEPID SPONGE
DALAM MENURUNKAN SUHU TUBUH ANAK DI
RUANG AKUT RSUP DR. MDJAMIL
PADANG TAHUN 2023

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :
Reren Yulandari, S.Kep
2214901014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Karya Ilmiah Akhir Ners, Juli 2022

Somia Pratama
2130282087

Asuhan Keperawatan pada An.F dengan Penerapan Kompres Hangat Water


Tepid Sponge dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak dengan Demam
Diruang Anak RSUD PROF DR.M.A Hanafiah Batusangkar Tahun 2022
( V bab + hal + tabel + lampiran )

ABSTRAK
Febris atau demam didefenisikan dimana suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Banyak masalah
masalah yang terjadi pada anak yang mengalami demam salah satunya yaitu
masalah peningkatan suhu tubuh (Hipertermi). Tujuan dari karya ilmiah ini
mampu menerapkan menerapkan Asuhan Keperawatan pada An.F dengan
intervensi Kompres Hangat Water Tepid Sponge dalam Menurunkan Suhu Tubuh
Anak dengan Demam di ruang Anak RSUD PROF DR.M.A Hanafiah
Batusangkar Tahun 2022. Metode penulisan ini adalah studi kasus dilakukan
mulai dari proses pengkajian sampai evaluasi keperawatan pada pasien demam.
Intervensi yang dilakukan yaitu kompres hangat water tepid sponge untuk
menurunkan suhu tubuh pada pasien demam. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari di ruang anak RSUD PROF DR.M.A Hanafiah
Batusangkar terhitung mulai tanggal 20 juni 2022 sampai dengan 22 juni 2022
maka diagnose Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dapat teratasi
selama 3 hari rawatan dimulai dari awal pasien masuk dengan suhu 38,7°C
sampai pulang dengan hasil suhu tubuh kembali normal 36,5°C dan kompres
hangat water tepid sponge efektif digunakan untuk pasien dengan demam.
Diharapkan pasien dengan demam dapat menerapkan kompres hangat water tepid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam.

Kata Kunci : Demam, water tepid sponge, penurunan suhu tubuh.


Daftar Pustaka :
NERS PROFFESIONAL EDUCATION STUDY PROGRAM
Ners’s final scientific works, Juli 2022

Somia Pratama
2130282087

Nursing Care For An.F With The Application Water Tepid Sponge Compreses
In Reducing Body Temperature Inchildren With Fever In The Children’s Room
At Prof Dr.M.A Hanafiah Batusangkar Hospital In 2002
( chapter + page + table + attachment)

ABSTRAK

Febris of fever defined is a condition where the body temperature is above normal
as a result of an increase in the temperature regulating center in the
hypothalamus. There are many problem that occur in children who have fever,
one of which is the problem of increasing body temperature(hyperthermia). The
purpose of this scientific work is to be able to apply nursing care to An.F with the
intervention of the water tepid sponge warm commpres in reducing the body
temperature of children with fever in the children’s room of Prof DR.M.A
Hanafiah Batusangkar Hospital in 2022. The method of this writing is a case
study carried out starting from assessment process to nursing evalution in fever
patients. The intervention carried out was a warm water tepid sponge compress to
reduce body temperature in fever patients. After 3 days of nursing care in the
children's room of the PROF DR.M.A Hanafiah Batusangkar Hospital starting
from June 20, 2022 to June 22, 2022, the diagnosis of Hyperthermia related to the
disease process can be resolved for 3 days of treatment starting from the
beginning of the patient's admission with a temperature of 38, 7°C to return home
with the result that the body temperature returns to normal 36.5°C and a warm
compress of water tepid sponge is effective for patients with fever.
It is expected tat patients with fever can apply a warm compress of water tepid
sponge to lower the body temperature of children with fever.

Keywords : fever, water tepid sponge, decreased body temperature.


Bibliography :
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan KIA-N ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan

Penerapan Kompres Hangat Water Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu

Tubuh Anak Dengan Demam Di Ruang Anak RSUD M.A Prof Hanafiah

Batusangkar 2022“. KIA-N ini diajukan untuk menyelesaikan pendidikan

profesi Ners. Dalam penyusunan KIA-N ini penulis banyak mendapat bantuan,

pengarahan, bimbingan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan

bantuan sehingga penyusunan KIA-N ini dapat diselesaikan. Maka dari itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Rektor Universitas

Perintis Indonesia.

2. Bapak Dr. Rer. Nat ikhwan Resmala Sudji, SSi.M.Si selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

3. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Perintis Indonesia

4. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, Biomed selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun

saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

5. Bapak Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, M.M selaku pembimbing II yang juga

telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan,

1
motivasi maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

6. Kepada Tim penguji KIA-N yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, kritik maupun saran demi kesempurnaan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini

7. Kepada RSUD Prof Dr.M.A Hanafiah Batusangkar terutama diruangan

anak yang telah mengizinkan untuk berpraktek dan melakukan tindakan

kompres hangat water tepid sponge.

8. Teristimewa semua pihak yang dalam kesempatan ini yaitu doa yang tidak

hentinya yang diberikan oleh Kedua Orang Tua saya beserta seluruh

anggota keluarga besar saya dan orang yang saya sayangi.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak

terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Akhir kata kepada-Nya jugalah kita

berserah diri. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, khususnya dibidang keperawatn.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bukittinggi, Juli 2022

(Somia Pratama, S.Kep)

2
DAFTAR ISI
HANDCOVER
COVER KERTAS BERAWARNA
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK BAHASA INDONESIA
ABSTRAK BAHASA INGGRIS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………...
1.4 Manfaat………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….
2.1 Konsep Dasar Anak…………………………………………...
2.1.1 Defenisi Anak…………………………………………..
2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak…………………………………
2.1.3 Pembagian Periode Usia Perkembangan Anak………...
2.1.4 Ciri Ciri Perkembangan Anak………………………….
2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak………………..
2.1.6 Faktor mempengaruhu Tumbuh Kembang Anak………
2.2 Konsep Atraumatice Care…………………………………….
2.2.1 Pengertian Atraumatice Care Pada Anak……………....
2.2.2 Prinsip Atraumatice Care………………………………
2.3 Family Center Care…………………………………………..
2.3.1 Pengertian Family Center Care…………………………
2.3.2 Tujuan Family center Care……………………………..
2.3.3 Elemen Family Center Care………………………….....

3
2.3.4 Prinsip Family Center Care……………………………
2.4 Konsep Dasar Demam………………………………………..
2.4.1 Pengertian Demam……………………………………..
2.4.2 Anatomi Fisiologi………………………………………
2.4.3 Fisiologi………………………………………………..
2.4.4 Etiologi…………………………………………………
2.4.5 Tanda dan Gejala Demam……………………………...
2.4.6 Patofifiologi dan WOC…………………………………
2.4.7 Pathway………………………………………………...
2.4.8 Komplikasi……………………………………………..
2.4.9 Jenis-jenis Demam……………………………………..
2.4.10 Pemeriksaan Penunjang……………………………….
2.5 Penatalaksanaan ………………………………………………
2.5.2 TIndakan Farmakologis………………………………
2.5.2 Tindakan Non Farmakologi……………………………
2.6 Konsep dasar water tepid sponge…………………………………
2.6.1 Pengertian………………………………………………
2.6.2 Tujuan water tepid sponge………………………………….
2.6.3 Manfaat water tepid sponge…………………………………
2.6.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Water Tepid
Sponge Pada Anak………………………………………
2.7 Konsep Asuhan Teoritis………………………………………
2.7.1 Pengkajian……………………………………………..
2.7.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………
2.7.3 Intervensi………………………………………………
2.7.4 Implementasi…………………………………………..
2.7.5 Evaluasi………………………………………………..
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………..
3.1 Data Umum………………………………………………….
3.2 Pengkajian……………………………………………………
3.3 Analisa Data………………………………………………….
3.4 Masalah Keperawatan………………………………………..

4
3.5 Intervensi Keperawatan…………………………………….
3.6 Catatan Perkembangan……………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………
4.1 Analisa Asuhan Keperawatan Dengan Konsep Kasus……..
4.2 Analisa salah satu intervensi dengan konsep penelitian
Terkait………………………………………………………
BAB V PENUTUP………………………………………………………
5.1 Kesimpulan…………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
DAFTAR TABEL

6
DAFTAR GAMBAR

7
DAFTAR LAMPIRAN

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus

bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan di Indonesia diakui relatif

berhasil, namun keberhasilan yang dicapai belum dapat menuntaskan problem

kesehatan secara menyeluruh. Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian

khusus saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan mengembangkan

berbagai penyakit. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi

perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit,

mengakibatkan tubuh bereaksi dengan meningkatkan suhu yang disebut

demam (Hipertermi) (Eki, Immawati & Sri, 2021).

Hipertermia adalah keadaan ketika individu mengalami kenaikan suhu

tubuh terus menerus lebih dari 38°C. Demam adalah keadaan ketika suhu

tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. Demam dapat disebabkan oleh

gangguan otak atau akibat bahan toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan

tubuh. Demam terkadang dianggap keadaan sakit yang sepele oleh orangtua,

tetapi dalam keadaan tertentu demam dapat mengakibatkan dehidrasi dan

kejang demam bahkan berisiko ke arah penyakit serius. Demam yang terjadi

pada anak di bawah tiga tahun pada umumnya merupakan demam yang

disebabkan oleh infeksi seperti influenza, ostitis media, pneumonia, dan infeksi

saluran kemih. (Eki, et al., 2021).


2

World Health Organization (WHO) menyampaikan bahwa terjadi kasus

sebanyak 500-600 ribu kematian untuk setiap tahunnya. Dari hasil survey 2

Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam menjadi 15,4 per 10.000

penduduk. Sedangkan kasus demam pada tahun 2019 berjumlah 65.602 kasus,

dengan jumlah kematian sebanyak 467 orang. Jumlah tersebut menurun dari

tahun sebelumnya, yaitu 68.407 kasus dan jumlah kematian sebanyak 493

orang. Angka penderita demam tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2018,

yaitu dari 26,10 menjadi 24,75 per 100.000 penduduk. Penurunan case fatality

rate (CFR) dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,72% pada tahun

2018, menjadi 0,71% pada tahun 2019 (Kemenkes RI, 2020).

Di Indonesia, insiden demam masih tinggi bahkan menempati urutan

ketiga diantara negara-negara di dunia. Penyakit ini didapatkan sepanjang

tahun dengan angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000. Berdasarkan

riset kesehatan dasar yang dilakukan Depkes tahun 2017 ditemukan prevelensi

penderita demam sebesar 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap

tahunnya, banyaknya penderita demam di Indonesia lebih tinggi dibanding

angka kejadian febris di negara lain sekitar 80-90%, dari seluruh demam yang

dilaporkan merupakan demam sederhana (Eki, et al., 2021).

Sumatera Barat sendiri mencatat, kasus febris/demam pada balita dan

anak-anak cenderung mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Data dari

dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat mencatat sebanyak 2.8% dengan

50.864 kasus pada tahun 2020 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,

2020).
3

Demam dapat membahayakan apabila timbul peningkatan suhu yang

tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani bisa

menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,

epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar, anak-anak akan

mengalami gangguang perkembangan dan perilaku. Salah satu gangguan

perkembangan yang terjadi pada anak diantaranya gangguan komunikasi dan

gangguan kognitif (Riska, et al., 2020).

Sampai saat ini terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan untuk

menurunkan suhu tubuh pada anak demam, yaitu menggunakan terapi

farmakologis dan terapi non farmakologis, ataupun kombinasi keduanya.

Terapi farmakologis merupakan pemberian obat antipiretik sebagai pilihan

pertama pada anak dengan demam. Sedangkan pada terapi non farmakologis

tindakan yang dapat dilakukan yaitu kompres hangat. (Eki, et al., 2021).

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh

bila mengalami demam. Salah satu metode kompres yang sering digunakan

adalah pemberian tepid sponge (kompres hangat). Tepid sponge merupakan

suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui

evaporasi dan konduksi, yang dilakukan pada pasien yang mengalami demam

tinggi. Tujuan dari tepid sponge ini untuk menurunkan suhu tubuh pada orang

yang mengalami hipertermi (Anggreni, et al. 2020).

Tepid sponge bertujuan menurunkan suhu permukaan tubuh. Turunnya

suhu terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada

kain kompres. Air hangat membantu darah tepi di kulit melebar sehingga pori-

pori menjadi terbuka dan memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh

(Eki, et al., 2021).


4

Berdasarkan hasil studi pendahuluan Eki, (2021) dengan judul penerapan

tepid sponge terhadap masalah keperawatan hipertermi pada pasien anak

demam usia toddler (1 – 3 tahun) Hasil pengkajian suhu tubuh An. H

mengalami penurunan suhu sebesar 2,2°C yaitu dari suhu tubuh awal 39,8 °C

menjadi 37,6 °C. Sedangkan hasil penelitian Astuti, Nurhayati (2018) yang

dilakukan pada An. Z yang menderita demam tipoid abdominalis dengan

penerapan water tepid sponge selama 2x20 menit, terjadi penurunan suhu

tubuh sebesar 1,4°C yaitu dari suhu awal 39 °C menjadi 37,6 °C.

Berdasarkan survey di ruangan anak pada tanggal 12 Desember 2022

khususnya di ruangan Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang selama 4 hari

didapatkan sekitar 6 orang dimana 3 dari 6 orang anak mengalami hipertermi

dengan keadaan rewel, serta tanda gejala yang lain seperti terjadinya bintik-

bintik merah, pucat, dan menggigil.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian karya ilmiah akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada

Anak An.F Dengan Hipertermi Pada Kasus DHF Tentang Penerapan Water

Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Di Ruang Akut RSUP

Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam karya ilmiah

ini yaitu : Asuhan Keperawatan Pada Anak An.F Dengan Hipertermi Pada

Kasus DHF Tentang Penerapan Water Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu

Tubuh Anak Di Ruang Akut Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023.
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan inovasi tentang hasil praktek Karya

Ilmiah Akhir Ners dengan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Pada

Anak An.F Dengan Hipertermi Pada Kasus DHF Tentang Penerapan Water

Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh Anak Di Ruang Akut RSUP

Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menyusun konsep dasar teori DHF, konsep

hipertermi, dan konsep kompres water tepid sponge, askep anak dengan

demam terhadap penerapan water tepid sponge di ruang anak Akut

RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023.

b. Mahasiswa mampu memberikan dengan penerapan water tepid sponge

dalam menurunkan suhu tubuh anak di ruang anak Akut RSUP Dr. M.

Djamil Padang Tahun 2023.

c. Mahasiswa mampu menganalisa intervensi keperawatan sesuai evidence

based pada anak dengan demam terhadap penerapan kompres hangat

water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak di ruang Akut

RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang

Karya ilmiah ini dapat dijadikan media informasi tentang penyakit

yang diderita pasien dan bagaimana penaganannya bagi pasien baik dirumah

maupun di ruang anak Akut RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023

khususnya untuk penyakit Demam: Hipertermi.


6

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan dalam pelaksanaan pendidikan serta

masukan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan

keperawatan pasien dengan peningkatan suhu tubuh: Hipertermi.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan kepada mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan

dan pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan

keperawatan khususnya pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh:

Hipertermi.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar DHF

1. Defenisi DHF

Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus

akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne

virus, genus flavivirus, famili flaviviridae. Penyakit DHF ditularkan melalui

gigitan nyamuk aedes aegypti, dan aedes albopictus dimana faktor utama

penyakit dari DHF sehingga terjadi sepanjang tahun dan bisa menyerang

seluruh kelompok umur mulai dari anak – anak hingga orang dewasa.

Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat

(Dinkes, 2015).

2. Klasifikasi DHF

a. Derajat 1 (ringan)

Demam diatas normal 38°C dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji

turniket.

b. Derajat 2 (sedang)

Di derajat 2 ini sama seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan

pada kulit dan atau perdarahan lainnya.

c. Derajat 3

Adanya kegagalan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun.

d. Derajat 4

Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tidak teraba dan

tekanan darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).


8

3. Etiologi

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes

aegypti.Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh

pelosok Indonesia (Rahayu & Budi, 2017). Penyebab penyakit adalah virus

dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-bornevirus atau virus yang

disebabkan oleh artropoda.Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family

Flaviviridae. Ada 4 serotipe virus yaitu :

a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.

d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di

Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang

dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi, 2017). Infeksi

salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap tipe yang

bersangkutan, sedangkan anti body yang terbentuk terhadap tipe lain sangat

kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap tipe lain (Wijaya, 2013).

4. Manifestasi Klinis

Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah penyakit seperti flu

berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang

menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi

(40°C/104°F) disertai dengan 2 dari gejala berikut : sakit kepala parah, nyeri
9

di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan

kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari setelah

masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena

plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah,

atau gangguan organ. Tanda- tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala

pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah

38°C/100°F) dengan tanda gejala : sakit parah perut, muntah terus menerus,

napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan keluar darah saat

muntah. berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan perawatan medis yang

tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.

Menurut WHO Tahun 2015 DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,

himokonsentrasi.

b. Derajat II

Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c. Derajat III

Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan

lemah, tekanan darah turun (20 MmHg) atau hipotensi disertai dengan

kulit dingin dan gelisah.

d. Derajat IV

Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.
10

Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue

hemoragic fiver) setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah

marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan dan muncul bintik-

bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari darah di

bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok dapat

menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai

setelah masa krisis 1- hari.

1) Gejala awal termasuk :

a) Nafsu makan menurun

b) Demam

c) Sakit kepala

d) Nyeri sendi atau otot

e) Perasaan sakit umum

f) Muntah

2) Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh :

a) Bercak darah di bawah kulit

b) Bintik-bintik kecil darah di kulit

c) Ruam Generalized

d) Memburuknya gejala awal

3) Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan :

a) Dingin, lengan dan kaki berkeringat

b) Berkeringat
11

5. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan

kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti

pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang

berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe

virus yang berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan timbul the secondary

heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-

infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus

antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi

darah mengakibatkan hal sebagai berikut :

a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen yang

diakibatkan lepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya.

b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis

akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat

trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit

akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat

meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III

yang merangsang koagulasi intravascular.


12

c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) yang mengakibatkan

pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi

plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan

anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation

product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang

berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah (Wijaya, 2013).

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah

menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam

pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter

dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik

dan kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi

luminal dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau

antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa

renjatan apabila pasien teruss menerus muntah, tidak dapat diberikan

minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang

cenderung meningkat.

2) DHF disertai renjatan Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus

segara dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat

kebocoran plasma. Cairan yang biasanya diberikan Ringer Laktat.

Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur.

Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi


13

10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan

berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk

mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena

jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

b. Penatalaksaan kepreawatan

1) Perawatan pasien DHF derajat I

Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza

biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi

terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,

observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara

periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.

Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres

hangat jika pasien demam.

2) Perawatan pasien DHF derajat II

Umumnya pasien dengan DHF derajat II, ketika datang dirawat

sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah

dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan

renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang infus.

Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada dua

tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan

hemoglobin serta trombosit.

3) Perawatan pasien DHF derajat III Dengue Shock Sindrome (DSS)

Pasien Dengue Shock Sindrome (DSS) adalah pasien gawat

maka jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan

menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah


14

utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai

puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah

sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah

jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya

kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan di dalam

rongga pleurea dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk

meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.

B. Konsep Dasar demam

1. Defenisi Demam

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk

kedalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal

(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang

masuk kedalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya

disebabkan oleh infeksi( bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit

autoimun, keganasan,, ataupun obat-obatan (Surina dalam Hartini,2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai

akibat peningkatan pusat pengatur suhu hipotalamus. Sebagian besar demam

pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas

(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan

adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin

berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non

spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi

(Sodikin & Wardiyah, 2016).


15

Dampak demam yang sering terjadi pada anak merupakan suatu

keadaan yang sering meenimbulkan kecemasan, stress dan fobia bagi orang

tua. Salah satu dampak yang dapat terjadi ketika demam tidak segera diatasi

dan suhu tubuh meningkat terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan dehidrasi,

letargi, penurunan nafsu makan, hingga kejang yang mengancam

kelangsungan hidup anak. Selama ini upaya yang sering dilakukan orang tua

untuk menurunkan panas/ antipiretik (Cahyaningrum, Anies & Julianti,

2016).

2. Anatomi Fisilogi

Gambar 2.1 Hipotalamus

(Sumber : Syarifudin 2012)

Gambar 2.2 Bagian bagian Hipotalamus

( Sumber : Yahya, 2018)


16

Hipotalamus adalah bagian terbesar dari otak yang terletak pada

bagian ventral dari thalamus. Diatas kelenjer hipofisis, dan membentuk

dasar dari dinding lateral ventrikel III. Pada hipotalamus mempunyai

beberapa nucleud, di setiap nucleus memiliki fungsi masing-masing dalam

mengatur fungsi internal tubuh. Salah satu fungsi tersebut yaitu mengatur

keseimbangan tubuh.

Pada permukaan basal otak hipotalamus ditandai dengan struktur

kahisma optikum, tubersinerium, dan korporamamilaria. Efek stimulus

hipotalamus pada system saraf mendapatkan respon otonom dengan

berbagai aktivitas otak. Efek jalur saraf ini dihantarkan lewat serat-serat

difus yang disalurkan melalui susunan vibra periventrikelaris vibra

hipotalamus dan fasikulus. (Syarifudin, 2012).

Pusat pengaturan suhu tubuh berada di hipotalamus yang merupakan

sekelompok termostat. Pada termostat hipotalamus mempunyai titik kontrol

yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu 31 tubuh yaitu termoreseptor

perifer, terdapat pada permukaan kulit, memeriksa perubahan suhu kulit dan

membran mukosa tertentu dan mentransfer informasi tersebut ke

hipotalamus (Syarifuddin, 2012).

Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah (Yahya, 2018) :

a. Mengontrol suhu tubuh

b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

c. Mengontrol asupan makanan

d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior


17

f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu

g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi

semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin.

h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu

makan terutama bergantung pada interaksi antara dua area: area “makan”

lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan

dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di

nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku

makan pada hewan yang sadar, sedangkan kerusakan pusat makan

menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat.

Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan berhentinya makan,

sedangkan lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia dan bila persediaan

makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik (Yahya, 2018).

3. Fisiologi

Demam, yang berarti temperature tubuh diatas normal, dapat

disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksit

yang mempengaruhi pusat pengetahuan temperature. Penyebab tersebut

meliputi penyakit bakteri, tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat

berakhir dengan serangan panas (Hardiono, 2014).

Banyak protein, hasil pemecahan, dan beberapa zat tertentu lain,

terutama toksin liposakarida yang dilepaskan oleh bakteri, dapat

menyebabkan peningkatan set-point thermostat hipotalamus. Zat yang

menimbulkan efek seperti ini disebut pirogen. Pirogen yang dilepaskan oleh
18

bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh

dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit. Ketika set-point pusat

pengaturan-temperatur hipotalamus meningkat lebih tinggi dari tingkat

normal, semua mekanisme untuk meningkatkan temperature tubuh terlibat,

termasuk pengubahan panas dan pembentukan peningkatan panas

(Hardiono, 2014).

4. Etiologi

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain

infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi

terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral

(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan

diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan

riwayat penyakit pasien, pelaksanaan 33 pemeriksaan fisik, observasi

perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang

lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.

Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,

penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena

kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi

(Guyton & Thabarani, 2015).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam

diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,

pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi

pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.


19

Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul

demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang

menyertai demam.

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris, diantaranya :

a. Suhu lingkungan.

b. Adanya infeksi.

c. Pneumonia.

d. Malaria.

e. Otitis media.

f. Imunisasi

5. Tanda dan Gejala Demam

Terdapat beberapa manisfestasi klinis pada demam atau tanda-tanda

terjadinya demam yaitu suhu 38°C – 40°C, Mengigil, berkeringat, gelisah ,

nafsu makan menurun, nadi dan pernafasan cepat. Menurut Sodikin (2012).

Terdapat 3 fase saat terjadinya demam, yaitu fase awal, proses, dan

pemulihan. Dimana setiap fase memiliki beberapa tanda tanda klinis,

seperti:

a. Fase awal (dingin atau menggigil)

Pada fase ini akan terdapat beberapa tanda-tanda klinis yaitu:

Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan,

Menggigil karena tegangan dan kontraksi otot, Pucat dan dingin karena

vasokontriksi, Merasakan sensasi dingin, Sianosis, dan Keringat

berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.


20

b. Fase proses (proses demam)

Saat terjadinya demam maka akan disertai dengan: Proses

menggigil menghilang, kulit jadi teraba hangat, merasa tidak panas

namun merasa dingin, meningkatnya nadi dan laju pernafasan, rasa haus

menjadi meningkat, mengalami dehidrasi ringan hingga berat, sering

mengantuk, nafsu makan menurun, lemah, letih serta nyeri ringan pada

otot.

c. Fase Pemulihan

Pada saat ditahap pemulihan muncul tanda-tanda seperti berikut:

Kulit nampak merah dan hangat, berkeringat karena kulit hangat,

menggigil namun ringan, kemungkinan mengalami dehidrasi.

6. Patofisiologi dan WOC

Dimulainya demam saat timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen atau

terjadi berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan

mekanisme pertahanan hospes, saat mekanisme berlangsung bakteri atau

pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit

pembunuh yang mempunyai granula dalam ukuran besar. Semua sel ini

akan mengolah hasil mempunyai granula dalam ukuran besar. Semua sel ini

akan mengolah hasil pemecahan bakteri serta akan melepaskan zat

interleukin-1 masuk dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/priogen

endogen).

Ketika interleukin-1 sampai hipotalamus yang berfungsi sebagai

tesmotar dan mengarahkan tubuh dalam menyimpan panas maka akan

terjadi Demam dengan cara meningkatkan suhu tubuh dalam waktu 8 - 10


21

menit. Interleukin-1 juga mempunyai kemampuan untuk menginduksi

pembentukan prostaglandin (terutama prostaglandin E2) atau zat yang

mempunyai kesamaan dengan zat ini, lalu bekerja pada bagian hipotalamus

untuk membangkitkan demam (Sodikin, 2012).

Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus

dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom

malignan dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel

makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen

seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri

dan virus tersebut masuk ke dalam 36 tubuh, pirogen bekerja sebagai

antigen akan mempengaruhi sistem imun (Widagdo, 2012).

Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi

dengan reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan

menyebabkan terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak sebagai

mediator dari respon demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus dalam

pengaturan kembali (penyesuaian) dari thermostatic set point. Akibat

demam oleh sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa pirogen

endogen termasuk IL- 1, IL-6, tumor necrotizing factor (TNF) (Widagdo,

2012).

Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk

meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi

sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan

infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set

point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi
22

dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point

baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar

dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat (Potter & Perry,

2010).

Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih

tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan

pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui

batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris. Set

point hipotalamus turun, menimbulkan respons 37 pengeluaran panas. Kulit

menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu

evaporasi pengeluaran panas (Potter & Perry, 2010).


23

7. Pathway

(Sumber: Sodikin, 2012)


24

8. Komplikasi

Demam memiliki beberapa komplikasi diantaranya kejang, resiko

persisten bacteremia, resiko meningitis dan resiko keseriusan penyakit

(Yulianti & Suriadi, 2010).

9. Jenis jenis demam

Menurut Kozier, dkk (2010) jenis-jenis demam ada empat, yaitu:

1. Demam intermiten

Suhu tubuh yang berubah ubah dalam interval yang teratur, antara

periode demam dan periode normal secara abnormal.

2. Demam Remiten

Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan suhu

tubuh berada diatas normal selama 24 jam.

3. Demam Kambuhan

Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode

suhu normal selama 1- 2 hari.

4. Suhu Konstan

Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.

10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien demam menurut Kuntarti,

Restina, Yeni & Setiawan (2015) yaitu : Pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan darah lengkap, urine dan lumbal fungsi.


25

11. Penatalaksanaan

Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam

dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan nonfarmakologis

maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk menangani demam pada anak :

a. Tindakan Farmakologis

Tindakan farmakologis yang dilakukan yaitu memberikan antipiretik

berupa :

1) Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan

pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara

10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit

dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul

kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali

dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang

diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat

paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk

menurunkan suhu tubuh.

Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan

karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki

fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol

adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu

pada bayi baru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya

diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.


26

Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut,

reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di

kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan

saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu

perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa

sakit).

2) Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki

efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada

demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan

ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk

penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen

bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam.

Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. 50

Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut,

diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan

gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma

serta gagal ginjal.

b. Tindakan non farmakologi

Tindakan non farmakologi terhadap penurunan panas yang dapat

dilakukan seperti (Nurarif, 2015) :

1) Memberikan air minum yang banyak

2) Tempatkan dalam ruangan yang bersuhu normal

3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal

4) Memberikan kompres
27

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan

menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau

dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres merupakan

metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada beberapa

macam kompres yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu

water tepid sponge (Dewi, 2016). Pada penelitian ini peneliti menerapkan

penggunaan kompres hangat water tepid sponge.

Kompres hangat water tepid sponge lebih efektif dilakukan karena

merupakan salah satu teknik kompres hangat yang menggabungkan

teknik blok yang berhubungan dengan pembuluh besar superfisial dengan

teknik seka seluruh tubuh yang dapat membuat vasodilatasi pembuluh

darah, pori-pori kulit, penurunan kekentalan darah, meningkatkan

metabolisme, dan merangsang impuls melalui reseptor kulit yang dikirim

ke hipotalamus posterior untuk menurunkan suhu tubuh. Selain itu tepid

sponge memiliki efek membuat vasodilatasi pembuluh darah, pori-pori,

kulit, menurunkan kekentalan darah, meningkatkan metabolisme, dan

merangsang impuls melalui reseptor dikirim ke hipotalamus posterior

untuk menurunkan suhu tubuh melalui teknik evaporasi (Hendrawati,

2019).

12. Konsep Asuhan Keperawat Secara Teoritis

a. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengambil data

mengenai pasien. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data dasar

dan semua informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi pasien

(Nurarif, 2015) pengkajian anak dengan demam (febris), antara lain

sebagai berikut :
28

Anamnesa (data subyektif)

Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara

(Nurarif 2015).

1) Identitas klien

Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa

benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang

lain (Nurarif 2015).

Identitas tersebut meliputi :

a) Nama anak

Data diperlukan nama anak untuk memastikan bahwa yang

diperiksa benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan

lengkap disertai nama panggilan akrabnya.

b) Umur

Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai ciri

khasnya dalam mortalitas, usia anak 63 juga perlu untuk

menginterpretasikan data pemeriksaan klinis anak serta untuk

menentukan pemberian dosis obat pada anak.

c) Jenis kelamin

Dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan klinis,

misalnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan reproduksi.

d) Anak keberapa

Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien dan data dalam

pembuatan genogram.

e) Nama orang tua

Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya tidak keliru dengan

pasien anak yang lain.


29

f) Umur orang tua

g) Agama

Menggambarkan nilai-nilai spiritual dan keyakinan orang tua

pasien dan merupakan pedoman hidup dan dijadikan pegangan

dalam mengambil keputusan untuk memberikan tindakan

keperawatan dalam spiritual.

h) Pendidikan

Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh

serta ditentukan pola pendekatan anamnesis.

i) Pekerjaan

Diketahui untuk mengetahui untuk kemampuan orang tua

untuk menentukan tindakan dan keperawatan yang dapat dilakukan

sesuai dengan kemampuan orang tua membiayai perawatannya.

j) Alamat

Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan adalah untuk mengetahui alasan pasien

datang dan riwayat kesehatannya dahulu dan sekarang, serta riwayat

kesehatan keluarga untuk menemukan masalah kesehatan yang sedang

dialami pasien serta untuk menentukan diagnose keperawatan dan

tindakan yang akan diberikan pada pasien.

a) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang

menyebabkan pasien dibawa berobat, dan pada kasus febris

keluhan utama yang dirasakan anak adalah panas dan rewel.


30

b) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang pada anak dengan demam anak

mengalami fase menggigil dan badan terasa lemah, kulit terasa

hangat, nafsu makan menurun, mengalami dehidrasi.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu biasanya dibahas riwayat penyakit

yang sama atau penyakit lain yang diderita oleh pasien seperti

penyakit Infeksi, Pebris, DBD, Tipes.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dikaji ada tidak nya anggota

keluarga yang menderita penyakit yang menurun dan menular,

pada umumnya demam tidak berhubungan dengan keturunan atau

genetic.

3) Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, maka

kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

4) Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita hipertermia dapat bervariasi.

Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,

apabila ada faktor presdiposisinya.

5) Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang suhu lingkungan yang panas, dan

lingkungan yang kurang bersih.


31

6) Pola kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

pada anak dengan demam umumnya berkurang dan nafsu makan

menurun.

b) Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau

konstipasi.

c) Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau

banyak, sakit atau tidak.

d) Aktifitas: anak dengan demam umumnya mengalami kelemahan

fisik dan dehidrasi

e) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena

merasa tidak nyaman.

f) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang. Perilaku dan tanggapan bila ada

keluarga yang sakit serta lupa untuk menjaga kesehatan.

7) Pemeriksaan fisik lengkap

Rormond (2009) mengemukakan bahwa review of system

adalah pengkajian berdasarkan persistem ditubuh, dengan mengkaji

lebih detail berdasarkan system untuk mendapatkan data yang

mendukung masalah yang sedang dialami pasien tidak hanya saat ini,

tetapi masalah yang sudah lama pasien alami menentukan diagnose

dan intervensi serta implementasi yang akan diberikan kepada pasien.

Pengkajian dapat berupa vital sign dan pemeriksaan head to toe,

berupa denyut nadi normal pada anak adalah 80 - 115x/menit. Denyut

jantung normal anak 70 - 120x/menit, pada anak dengan gangguan


32

tidur didapatkan masalah pada pemeriksaan mata, mata pasien seperti

mengantuk dan kelopak mata hitam.

8) Pemeriksaan penunjang

a) Uji rumple leed / tourniquet positif

b) Pemeriksaan darah, akan ditemukan adanya kekurangan trombosit

(trombositopenia), pengentalan darah (hemokonsentrasi) dan masa

perdarahan memanjang.

c) Urine, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d) Serologi: beberapa jenis serologi yang bisa dipakai untuk

menentukan adanya infeksi virus.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas

mengenai status kesehatan atau masalah aktual, atau risiko dalam

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang

ada pada tanggung jawabnya, (Tarwoto & Wartonah, 2015). Diagnosis

Keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang respons dari klien

terhadap masalah keperawatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik

yang berlangsung actual maupun potensial, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016).

a. Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan


33

3. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Hipertermi b.d terpapar Termoregulasi Manajemen hipertermi
lingkungan panas Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan 1x24 jam diharapkan a. Identifikasi penyebab hipertermi
termoregulasi membaik dengan b. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : c. Monitor haluaran urin
d. Monitor komplikasi hipertermi
a. Mengigil menurun Terapeutik :
b. Suhu tubuh membaik a. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Suhu kulit membaik b. Berikan cairan oral
c. Lakukan pendinginan eksternal (kompres)
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
a. Pemberian cairan dan elektrolit intravena
b. Antipiretik
34

2 Defesit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen nutrisi


ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
mencerna makanan keperawatan selama 1x24 jam a. Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dengan kriteria hasil: c. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
a. Porsi makan yang dihabiskan d. Monitor berat badan
meningkat e. Monitor asupan makanan
b. Berat badan membaik
c. Nafsu makan membaik
Terapeutik :
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan
b. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
33 c. Berikan makanan tinggi serat
Edukasi :
a. Anjurkan makan posisi duduk
b. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
a. Pemberian medikasi sebelum makan dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
3 Intoleransi aktivitas b.d Toleransi aktivitas Manajemen Energi
terjadinya kelemahan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan 1x24 jam respon a. Identifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan
fisiologi terhadap aktivitas kelelahan
meningkat dengan kriteria hasil : b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
a. Kemudahan dalam aktivitas c. Monitor pola jam tidur
sehari hari meningkat d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
b. Keluhan lelah menurun Terapeutik :
c. Perasaan lelah menurun a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
35

stimulus
b. Lakukan rentang gerak pasif dan aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

34
36

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk

selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan

keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam

pelaksanaan implementasi perawat dapat melakukan observasi atau

mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi

dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjectif, data objectif, analisa

dan planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana

keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang dimodifikasi.

C. Konsep dasar water tepid sponge

1. Defenisi

Water tepid sponge adalah sebuah jenis kompres hangat yang

menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar

superficial dengan teknik seka (Alves, 2017). Water tepid sponge

merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini menggunakan

kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung beberapa

tempat yang memiliki perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan

kompres seka di beberapa bagian tubuh yang mempunyai pembuluh darah

besar (Rega, 2012).


37

2. Tujuan water tepid sponge

Water tepid sponge bertujuan untuk membuat pembuluh darah tepi

melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori akan membuka dan

mempermudah pengeluaran panas sehingga membuat suhu tubuh menjadi

turun (Hartini, 2012). Tujuan dalam pemberian water tepid sponge dalam

10-15 menit memiliki efek validilatasi (keadaan yang stabil) pembuluh

darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah

akan menurunkan viskositas (kekebalan) dan metabolism local karena aliran

darah membawa oksigenisasi ke jaringan (Setawati,2017).

3. Manfaat water tepid sponge

Menurunkan suhu tubuh, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri

dan ansietas (Sodikin, 2012). Pada prinsipnya pemberian water tepid sponge

dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses penguapan dan dapat

memperlancar sirkulasi darah, sehingga darah akan mengalir dari organ

dalam ke permukaan tubuh dengan membawa panas. Kulit banyak

mempunyai pembuluh darah, terutama tangan, kaki dan telinga. Aliran

darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah yang dipompakan

jantung. Kemudian panas berpindah, dari darah melalui dinding pembuluh

darah kepermukaan kulit dan hilang ke lingkungan sehingga terjadi

penurunan suhu tubuh (Potter, 2010).

4. Standar operasional prosedur (SOP) water tepid sponge

Water tepid sponge merupakan tindakan yang dilakukan untuk

menurunkan suhu tubuh anak saat demam yaitu dengan mengompres anak

pada bagian tubuh tertentu yang memiliki pembuluh darah besar. Tujuan
38

water tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh dan memperlancar

sirkulasi darah. Waktu yang dilakukan selama 3 hari secara berturut-turut,

setiap 1 hari dilakukan selama 10 menit. Peralatan yang digunakan seperti

termometer digital, kom kecil berisi air hangat 37°C, dan handuk kecil.

Prosedur kerja yang pertama tahap pra interaksi dimana terdiri dari

menyiapkan alat dan bahan, mencuci tangan, membawa alat dekat klien.

Yang kedua tahap orientasi, memberikan salam sebagai pendekatan

teraupetik, menjelaskan tujuan water tepid sponge kepada keluarga,

menanyakan kesiapan dan kesediaan klien. Yang ketiga tahap kerja, cuci

tangan, menjaga privasi klien, atur posisi klien senyaman mungkin,

masukan handuk kecil kedalam kom yang berisi air hangat lalu peras sampai

lembab, letakan handuk kecil pada area yang akan di kompres yaitu dahi,

leher, axila dan lipatan paha lalu usapkan keseluruh tubuh dan lalukan

selama 10 menit, diulang sampai suhu tubuh menurun dan lakukan

pengecekan dengan thermometer, dan rapikan klien. Yang keempat tahap

terminasi, melakukan evaluasi tindakan, mengucapkan salam dan

berpamitan pada pasien, merapikan alat, dan mencuci tangan. Evaluasi

terdiri dari respon, berikan reinforcement positif, lakukan kontrak kegiatan

selanjutnya,dan mengakhiri kegiatan dengan baik (Chirstina, 2017) .


39

D. EBN (Evidance Based Nursing)

1. Judul :

“Asuhan Keperawatan Pada Anak An.F Dengan Hipertermi Pada Kasus

DHF Tentang Penerapan Water Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu

Tubuh Anak Di Ruang Akut Rsup Dr. Mdjamil Padang Tahun 2023” .

Judul penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Variabel dalam penelitian ini adalah Penerapan Water

Tepid Sponge (variable independen) dan Hipertermi (variable dependen).

Judul penelitian tersebut telah menggambarkan tujuan utama penelitian dan

mampu menarik minat pembaca, serta telah memberikan informasi

mengenai tempat dan waktu kapan penelitian dilakukan.

2. Peneliti :

Ajeng Lestari Rahmawati, Eki Irlianti, Kristiyanningsih

Informasi tentang peneliti dalam jurnal ini sudah dicantumkan beserta

alamat korespodensi dan alamat email untuk memudahkan korespodensi.

3. Sumber :

Jurnal Unimus, Jurnal Cendikia Muda, Jurnal Sentani Noursing

4. Keyword :

Demam, Hipertermi, Tepid Sponge

Jurnal tersebut telah memuat keyword atau kata kunci yang terdiri dari 3

kata kunci dan telah memenuhi syarat minimal kata kunci dalam suatu

jurnal.
40

5. Abstrak

Demam Berdarah Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus

aedes, terutama Aedes Aegypty atau Aedes Albopictus. Penyakit Demam

Berdarah Dengue dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

seluruh kelompok umur. Indonesia memiliki kasus tertinggi ada pada

golongan umur 1-5 tahun. Komplikasi pada Demam Berdarah Dengue pada

anak, salah satunya kekurangan volume cairan dan eloktrolit dalam

peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok.

Hal ini perlu dicegah dengan cara pemberian tepid sponge. Tujuan

mengetahui pengaruh pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu

tubuh pada anak dengan Demam Berdarah Dengue. Hasil didapatkan 5

jurnal sejenis dengan 1 jurnal pembandingan dengan intervensi yang

berbeda. Kesimpulan tepid sponge lebih efektif dibandingkan kompres air

hangat untuk menurunkan demam pada anak Demam Berdarah Dengue.

Abstraks dalam jurnal ini telah mengemukakan tujuan penelitian, metode

penelitian, hasil penelitian, namun tidak memuat saran dalam penelitian.

Jumlah kata dalam sudah sesuai dengan kaidah penulisan absastrak yaitu

sudah kurang dari 250 kata.

6. Tahun Publikasi : 2018

7. Deskripsi Penelitian

a. Pengkajian

“Tindakan yang dilakukan selama 2x20 menit, anak kooperatif, tetapi

suhu belum turun kemudian dilakukan kompres ulang suhu turun menjadi

37,60C”.
41

b. Perlakuan oleh peneliti terhadap sampel

Subjek I dan II yang diberikan intervensi terapi pemberian Kompres

hangat water tepid sponge yaitu dilakukan selama 20 menit. Jurnal ini

telah menjelaskan bagaimana perlakuan oleh peneliti terhadap sampel,

serta penjelasan yang dipaparkan cukup jelas secara rinci tahap pertahap.

c. Hasil Penelitian

Hasil didapatkan 5 jurnal sejenis dengan 1 jurnal pembandingan dengan

intervensi yang berbeda.

Dalam jurnal ini telah memuat hasil yang diperoleh setelah dilakukan

penelitian beserta telah dicamtumkan table perbandingan sebelum dan

setelah pengaplikasian terapi.


42

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama : An.F
2. Tempat tgl lahir : Bukit gambak, 08 juni 2021
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Lima kaum, bukit gambak
7. Tgl masuk : 19/12/2022
8. Tgl pengkajiam : 20/12/2022
9. Diagnosa medis : DHF
B. Identitas orang tua:
1. Ayah
a) Nama : Tn. S
b) Usia : 40 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Agama : Islam
f) Alamat : Bukit Gambak
2. Ibu
a) Nama : Ny. D
b) Usia : 38 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : IRT
e) Agama : Islam
f) Alamat : Bukit Gambak

41
43

C. Identitas Saudara Kandung


No Nama Umur Hubungan Status kesehatan
1. Aisyah 15 kandung sehat
2. Angggun 10

II. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Klien datang ke IGD RSUP Dr. Mdjamil Padang
tanggal 19 Desember 2022 pukul 23.15 Wib. Ibu klien mengatakan anaknya
demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS, sudah
dibawa ke poliklinik mandiri dengan suhu 39°C dan diberikan obat tetapi
tidak ada perbaikan dan sampai sekarang demam anaknya masih naik turun
dengan suhu terakhir 37,8°C, nafsu makan anaknya berkurang, badan
anaknya terlihat lemas dan lesu terdapat bintik-bintik merah di area lipatan
tangan kiri dan menggigil.
Keluhan pada saat pengkajian:
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 20/12/2022 pada pukul
09.00 Wib, didapatkan ibu klien mengatakan badan anaknya masih terasa
panas dengan suhu 38,7°C. Ibu klien mengatakan anaknya menggigil serta
terdapat bintik-bintik merah dilipatan tangan kiri anak. Ibu klien juga
mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan susah untuk diajak makan,
berat badan berkurang selama sakit dari 8kg ke 6kg, anak tampak lemas,
hasil pemeriksaan labor didapatkan Hb 13,5 g/dl, leukosit 2.100/mm 3,
hematokrit 42,1%, trombosit 52.000/mm3.
b. Riwayat kesehatan lalu
Ibu klien mengatakan semenjak anaknya lahir belum ada pernah
mengalami demam dan dirawat dirumah sakit.
44

Genogram:

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-laki

= Pasien

= Tinggal serumah

IV. Riwayat Imunisasi (Imunisasi Lengkap)


Usia 0 bulan : BCG, HB-0, Polio-0
Usia 2 bulan : DPT/HB/Hib-1, Polio-1
Usia 3 bulan : DPT/HB/Hib-2, Polio-2
Usia 4 bulan :DPT/HB,Hib-3, Polio-3
Usia 9 bulan : Campak
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik :
1. BB sehat : 8 kg
2. BB sakit : 6kg
2. tinggi badan : 90 cm
3. waktu tumbuh gigi : -
45

B. Perkembangan Tiap Tahap


Usia anak saat:
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak: 8 bulan
4. Berdiri : 11 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali: 4 bulan
7. Bicara pertama kali: 8 bulan kata ma dan pa
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian asi: asi dari lahir- 2 th

No Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1 ASI Lahir- usia 2 th
2 Sun 1,2 bulan- 3 th

VII. Riwayat Psikososial


a) Anak tinggal bersama: orang tua (keluarga inti)
b) Lingkungan berada di: keramaian sosial yang bagus
c) Rumah dekat dengan: tetangga
d) Rumah ada tangga: ada
e) Hubungan antar anggota keluarga : harmonis
f) Pengasuh anak: kadang di asuh oleh tante pasien
VIII. Riwayat Spiritual
A. Support sistem dalam keluarga
B. Kegiatan keagamaan: -
IX. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang sakit dan riwayat inap
1) Ibu membawa anaknya ke rs karena: demam 1 minggu yang lalu
2) Apakah dokter membicarakan tentang kondisi anak: iya ibu sudah tau
kondisi anaknya
3) Perasaan ortu saat ini: sedih dan tegar
4) Yang tinggal dengan anak di RS: ibu dan ayah
46

X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Selera makan Makan nasi lembek, ayam 1 porsi tak habis ½
disiur kecil-kecil, sayuran porsi
dan susu

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.Jenis Minuman Susu dan air putih Air putih
2.Frekunsi Minuman 3x/hari/kurang lbih 1 liter Kurang lebih 100cc
3.Kebutuhan Cairan 3-6 jam 3-5 jam
4.Cara Pemenuhan Minum sendiri Dibantu

C. Eliminasi (BAB & BAK)


Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Tempat pembuangan Kamar mandi Kamar mandi Rs.
Frekuensi 7x sehari 3 x sehari
Konsistensi Lunak ,kuning, Kuning
Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
Alat pencahar Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
jam tidur
 Siang 2-3 jam 1 jam
 Malam 8 jam 5 jam
Pola tidur Teratur Tidak teratur
Kebiasaan sebelum tidur Nonton film Menangis
Kesulitan saat tidur Tidak ada Rewel

E. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Mandi
Cara: mandiri Dibantu
Frekuensi 2x sehari Dilap saja
Alat mandi Sabun mandi, shampoo Tisu basah
Cuci rambut
Frekuensi 1x sehari Tidak ada
Cara mandiri Dibantu
Gosok gigi
Frekuensi 2x sehari -
Cara Mandiri -
47

F. Aktivitas/Mobilitas fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Kegiatan Sehari-Hari Bermain Berbaring di tempat
2. Pengaturan Jadwal Harian - tidur
3. Penggunaan Alat Bantu - -
Aktivitas -
4. Kesulitan Pergerakan -
Tubuh -

G. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.Perasaan Saat - -
Sekolah - -
2.Waktu Luang - -
3.Perasaan Setelah
Rekresi - -
4.Waktu Sengang - -
Ulang
5.Kegiataan Hari
Libur

XI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umun: Sedang
2. Kesadaran: Composmetis
3. Tanda-Tanda Vital:
a. Denyut Nadi : 142x/i
b. Suhu : 38,7°C
c. Pernafasan : 35 x/i
d. Spo2 : 99%
4. Berat Badan : 6 kg
5. Tinggi Badan : 90 cm
6. Kepala: kepala bulat simetris
a. Warna Rambut: Hitam
b. Mudah Rontok: Tidak Mudah Rontok
c. Kebersihan Rambut: Rambut bersih tidak ada rontok
d. Benjolan: Tidak ada benjolan
48

e. Nyeri Tekan: Tidak ada nyeri tekan


f. Tekstur Rambut: Halus
7. Mata
a. Konjungtiva: Tidak Anemis
b. Sklera: Tidak ikterik
c. Pupil: Isokor
d. Reflek Pupil: Normal
e. Posisi Mata:Simetris Kiri dan kanan
f. Gerakan Bola Mata: Normal
g. Penglihatan: Tidak ada gangguan penglihatan
8. Hidung Dan Sinus
a. Posisi hidung: Simetris kiri dan kanan
b. Bentuk hidung: Normal
c. Keadaan Sputum: Tidak ada
d. Secret: Tidak ada
9. Telinga
a. Secret: Tidak ada secret
b. Bentuk Telinga: Simetris kiri dan kanan
c. Lubang Telinga: Lubang telinga bersih
d. Nyeri Tekan: Tidak ada nyeri tekan
10. Mulut
a. Gigi
1) Keadaan Gigi: Gigi tidak ada
2) Karang Gigi: Tidak ada
3) Gusi: Merah muda
4) Lidah: Lidah Bersih
5) Bibir: Kering
11. Leher
a. Kelenjer thyroid: Tidak ada pembesaran thyroid
b. Kaku kuduk: Tidak ada
c. pembesaran kelenjar limfe: Tidak ada pembesaran kelenjer limfe
49

12. Thorak
a. Bentuk dada: Simetris kiri dan kanan
b. Irama pernapasan: Sonor
c. suara nafas: Vesikuler
d. suara tambahan: Tidak ada wheezing maupun ronchi
13. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Kulit klien tampak memerah. N =142x/i
Perkusi : Bunyi normal
Auskultasi : Suara jantung lup dup dan tidak ada bunyi jantung
tambahan, irama regular, mur mur tidak ada
14. Abdomen
Inspeksi : Abdomen klien simetris, dan tidak terdapat lesi atau luka
Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : Saat di perkusi terdengar Timpani bunyi bernada lebih
tinggi dari pada resonan lokasinya di atas viscera yang terisi oleh udara.
Auskultasi : Bising usus 13x/i
15. Genetalia dan Anus
a. genetelia dan Anus : Tidak ada gangguan/dnormal
16. Ekstermitas
a. Ekstremitas Atas
Motorik : Normal
Refleks : Normal
Sensori : Baik
b. Ekstremitas Bawah
Motorik : Normal
Refleks : Normal
Sensori : Baik
5555 5555
5555 5555
50

c. Status Neurologi
Saraf – saraf karnial
 Nervus I : Tidak ada di kaji
 Nervus II : Tidak di kaji
 Nervus III : Tidak di kaji
 Nervus IV : tidak di kaji
 Nervus V : tidak di kaji
 Nervus VI : tidak di kaji
 Nervus VII : tidak di kaji
 Nervus VIII : tidak di kaji
 Nervus IX : tidak di kaji
 Nervus X : tidak di kaji
 Nervus XI : tidak di kaji
 Nervus XII : tidak di kaji
Pemeriksaan tingkat perkembangan (0 – 6 tahun)
XII. Test Diagnostik
Hasil laboratorium 20/12/2022 Nilai Normal
Hb : 13.5g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 2.100/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 42.1% (35-49 %)
Trombosit : 52.000/mm3 (150-450 /mm3)
Hasil laboratorium 21/12/2022
Hb : 14.4g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 2.100/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 43.4% (35-49 %)
Trombosit : 28.000/mm3 (150-450 /mm3)
Hasil laboratorium 22/12/2022
Hb : 12.9g/dl (12-15 g/dl)
Leukosit : 5.200/mm3 (4-13 /mm3)
Hematokrit : 36.6% (35-49 %)
Trombosit : 49.000/mm3 (150-450 /mm3)

XIII. Terapi Saat Ini


 PCT Syrup 1 sendok frekuensi 3x250 mg
 Sampicilin 3x500 mg
 IUFD RL 10 tpm
51

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Ds: Arbovirus (melalui Hipertermi


- Ibu klien mengatakan nyamuk aedes
anak nya demam ± 1 aegypti)
minggu yang lalu
sebelum masuk RS
- Ibu klien mengatakan PGE2 hipotalamus
suhu tubuh anaknya
38,7°C Hipertermi
- Ibu klien mengatakan
panas badan anaknya
naik turun
Do:
- Kulit klien tampak
memerah
- Kulit klien teraba panas
- Klien tampak lemas
- Suhu tubuh klien 38,7°C
- RR : 35x/i Nadi :
142x/i

2 Ds: Peradangan hati Defisit Nutrisi


- Ibu klien mengatakan dan nekrosis sel –
anaknya susah makan sel hati
- Ibu klien mengatakan
anaknya cuma makan
sekali sehari itupun Meluasnya
dipaksa jaringan fibrosis
- Ibu klien mengatakan
anaknya makan bubur
hanya 2 sendok dalam Hipertensi portal
sehari.
Do:
Terbentuknya
- Klien tampak
varises esofagus
menghabiskan makan
hanya 2 sendok
- Klien tampak susah Pembuluh darah
makan rupture
- BB sehat 8kg sakit 6kg
- Mukosa bibir klien
tampak kering Perdarahan
dilambung

Muntah darah dan


52

berak kecoklatan

Mual muntah

Nafsu makan
menurun

Defisit nutrisi

3 Ds: Kerusakan endotel Resiko Syok


- Ibu mengatakan klien pembuluh darah Hipovolemik
lemas
- Ibu klien mengatakan
terdapat bintik merah Merangsang
dilipatan tangan kiri mengaktifasi
- Ibu klien mengatakan faktor pembekuan
klien menggigil
Do:
- Klien tampak lemas Resiko perfusi
- Tampak dilipatan tangan jaringan tidak
klien bintik-bintik merah efektif
- Klien terpasang infus RL
Hb : 13.5g/dl
Hipoksia jaringan
Leukosit : 2.100/mm3
Hematokrit : 42.1% Asidosis metabolik
Trombosit : 52.000/mm 3

- Resiko syok
hipovolemiik

Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
3. Resiko syok hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif ditandai dengan pendarahan

Intervensi Keperawatan
53

No Dx. Kep SLKI SIKI


1 Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermi
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan proses intervensi keperawatan  Identifikasi
penyakit 3x24 jam diharapkan penyebab hipertermi
termoregulasi membaik  Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil :  Monitor kadar
 Mengigil menurun elektrolit
 Suhu tubuh  Monitor haluan
membaik urine
 Suhu kulit  Monitor komplikasi
membaik hipertermi
Terapeutik :
 Sediakan
lingkungan dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Ganti linen setiap
hari
 Berikan cairan oral
 Berikan kompres
hangat water tepid
sponge
Edukasi :
 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian
antipiretik

2 Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi


berhubungan Setelah dilakukan seimbang
dengan intervensi keperawatan Observasi :
gangguan selama 3x24 jam  Identifikasi status
menelan diharapkan status nutrisi nutrisi
membaik dengan kriteria  Identifikasi
hasil : kebutuhan kalori
 Porsi makan yang dan jenis nutrisi
dihabiskan  Monitor berat badan
meningkat  Monitor asupan
 Berat badan makanan
membaik
 Nafsu makan Terapeutik :
membaik  Lakukan oral
hygiene sebelum
54

makan
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan makanan
tinggi serat
Edukasi :
 Anjurkan makan
posisi duduk
 Ajarkan diet yang di
programkan

3. Resiko syok Setelah dilakukan Manajemen Syok


hipovolemia tindakan keperawatan Hipovelemia
berhubungan selama 3x24 jam maka Mengidentifikasi dan
dengan status cairan pasien mengelola
kehilangan membaik dengan kriteria ketidakmampuan tubuh
cairan secara hasil: menyediakan oksigen dan
aktif ditandai  Kekuatan nadi nutrisi untuk mencukupi
dengan meningkat kebutuhan jaringan akibat
pendarahan  Berat badan kehilangan cairan atau
cukup meningkat darah berlebih
 Perasaan lemah Observasi:
menurun  Monitor status
 Frekuensi nadi cairan (masukan
normal dan haluaran,turgor
 Tekanan darah kulit, CRT)
normal Terapeutik :
 Lakukan penekanan
langsung pada
pendarahan
eksternal
 Berikan posisi syok
 Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian transfusi
darah, jika perlu
Catatan Perkembangan

HARI PERTAMA

No Hari / Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi


tanggal
1 Selasa Hipertermi Observasi : 11.30 Subjektif:
20 berhubungan  Mengidentifikasi hipertermi  Ibu klien mengatakan kulit anaknya teraba
Desember dengan proses didapatkan kulit An.F terasa hangat
2022 penyakit hangat dan wajah An.F memerah  Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya masih
 Memonitor suhu tubuh An.F suhu tinggi
38,7°C  Ibu klien mengatakan wajah anaknya tampak
memerah
Terapeutik :
 Melonggarkan pakaian An.F Objektif :
dengan mengganti baju ke bahan  Suhu 38,7°C
yang tipis.  Nadi 142x/i
 Memberikan An.F minum air  RR 35x/i
putih didapatkan habis 150cc 12.00  Spo2 99%
dalam satu sift dinas.  Kulit klien terasa hangat
 Melakukan kompres hangat ke  Kulit klien tampak memerah
An.F dengan teknik kompres  Klien tampak lemah
hangat water tepid sponge dengan  Saat dilakukan kompres hangat water tepid
cara memposisikan anak dengan sponge klien tampak tenang
posisi anatomis : kemudian
 An.F meminum air 150cc
merendam handuk kecil kedalam
air hangat yang telah disediakan,
diperas dan di kompreskan di

55
bagian dahi, leher, axila dan sela Analisa :
paha ± 10 menit dan mengulangi  Hipertermi
lagi ketika handuk tersebut sudah
dingin. Jika suhu badan An.F Planning :
sudah menurun maka handuk Intervensi dilanjutkan
tersebut di ambil dan menyuruh 12.15 Observasi :
An.F untuk istirahat kembali  Identifikasi penyebab hipertermi
 monitor suhu tubuh
Edukasi : Terapeutik :
- Menganjurkan ibu untuk selalu  Sediakan lingkungan yang nyaman
memberikan posisi anatomis ke  kompers pasien dengan menggunakan teknik
An.F yaitu posisi : nyaman water tepid sponge.
Edukasi :
Kolaborasi :  Anjurkan ibu klien untuk memberikan minum air
 Memantau infus yang terpasang putih kepada anaknya.
RL 10 tpm di tangan kiri An.F Kolaborasi :
 Pantau infus yang terpasang di tangan kiri An.F
RL 10 tpm

2 Selasa Defisit Nutrisi Observasi : 12.45 Subjektif :


20 berhubungan  Mengidentifikasi alergi dan  Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada alergi
Desember dengan intoleransi makanan didapatkan terhadap makanan
2022 ganguan An.F ketika disuapkan makanan  Ibu klien mengatakan anaknya menyukai semua
menelan An.F menolak makanan yang diberikan
 Mengidentifikasi makanan yang  Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
disukai An.F didapatkan dia mau menurun selama sakit
susu  Ibu klien mengatakan hanya menghabiskan

56
 Memonitor asupan makan An.F bubur 2 sendok dari porsi yang di sediakan
didapatkan ketika menyuapkan rumah sakit
makan An.F habis 2 sendok dari
porsi yang disediakan gizi 13.15 Objektif :
 Memonitor BB An.F 6 kg  Tampak An.F menghabiskan makanan hanya 2
sendok dari porsi yang di sediakan
Terapeutik :  Klien tidak ada alergi makanan
- Melakukan oral hygiene  Mukosa bibir tampak kering
sebelum makan dengan  An.F susah untuk makan
memberikan pepsodent kodomo  BB 6 kg
- Memberikan makanan tinggi
protein dan kalori didapatkan Analisa :
An.F susah untuk memakan nasi  Status Nutrisi
dari gizi
Planning :
Edukasi : 13.30 Intervensi dilanjutkan
 Menganjurkan makan ketika Observasi :
posisi duduk dengan duduk  Monitor asupan makanan
disebelah An.F ketika makan  Monitor BB An.F
 Mengajarkan diet yang diberikan Terapeutik :
gizi didapatkan An.F hanya  Lakukan oral higyene sebelum makan
memakan diet yang di anjurkan  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
RS Edukasi :
 Anjurkan makan posisi duduk
Kolaborasi :
 Anjurkan menghabiskan diet yang di programkan
 Memantau asupan nutrisi atau
Kolaborasi :
makanan yang diberikan gizi
 Pantau asupan nutrisi An.F
apakah dimakan An.F atau tidak,

57
yaitu sepiring bubur.
3 Selasa Resiko syok Observasi : 12.50 Subjektif :
20 hipovolemia  Memonitor status cairan An.F  Ibu mengatakan klien lemas
Desember berhubungan (masukan dan haluaran,turgor  Ibu klien mengatakan terdapat bintik merah
2022 dengan kulit, CRT) dilipatan tangan kiri
kehilangan Terapeutik :  Ibu klien mengatakan klien menggigil
cairan secara  Melakukan penekanan langsung
aktif ditandai pada pendarahan eksternal 13.20 Objektif :
dengan  Mengambil sampel darah untuk  Klien tampak lemas
pendarahan pemeriksaan darah lengkap dan  Tampak dilipatan tangan klien bintik-bintik
elektrolit merah
 Klien terpasang infus RL
 Hb : 13.5g/dl
 Hematokrit : 42.1%
 Trombosit : 52.000/mm3
Analisa :
 Resiko syok
13.50 Planning :
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
 Pantau nilai labor HB, HT
 Memonitor status cairan An.F (masukan
dan haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
 Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
 Mengambil sampel darah untuk

58
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
HARI KEDUA
No Hari/ Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi
tanggal
1. Rabu Hipertermi Observasi : 11.30 Subjektif :
21 berhubung  Mengidentifikasi penyebab  Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sudah
Desem an dengan hipertermi didapatkan suhu badan mulai menurun.
ber proses An.F dan memerah di wajah An.F  Ibu klien mengatakan panas kulit anaknya sudah
2022 penyakit mulai berkurang berkurang
 Memonitor suhu tubuh An.F  Ibu klien mengatakan memerah di wajah anaknya
didapatkan 38,7°C masih ada
Terapeutik :
 Menyediakan lingkungan yang 12.00 Objektif :
nyaman yaitu memberikan suhu  Suhu : 38 °C
ruangan / AC 25°C  RR : 30x/i
 Melakukan kompres hangat ke  N : 127x/i
An.F dengan teknik kompres  Spo2 : 99%
hangat water tepid sponge dengan  Kulit klien masih terasa hangat
cara memposisikan anak dengan  Saat dilakukan kompres hangat water tepid
posisi anatomis : kemudian sponge klien tenang
merendam 3 buah handuk keil  An.F menghabiskan minum 200cc
kedalam air hangat yang telah
 Mengganti linen klien setiap pagi
disediakan, diperas dan di
kompreskan di bagian dahi, leher,
Analisa :
axila dan sela paha ± 10 menit
 Termoregulasi membaik
dan mengulangi lagi ketika
handuk tersebut sudah dingin.

59
Jika suhu badan An.F sudah
menurun maka handuk tersebut di 12.15 Planning :
ambil dan menyuruh An.F untuk Intervensi dilanjutkan
istirahat kembali Observasi :
 Identifikasi penyebab hipertermi
Edukasi :  monitor suhu tubuh klien
 Menganjurkan ibu klien untuk Terapeutik :
memberikan minum air putih  Kompres pasien dengan menggunakan teknik
kepada anaknya didapatkan habis kompres hangat water tepid sponge
200cc Edukasi :
 Anjurkan ibu klien memberikan minum air
Kolaborasi : putih kepada anaknya
 Memantau infuse terpasang RL 10  Anjurkan ibu klien mengajak anaknya duduk
tpm di tangan kiri An.F
Kolaborasi :
 Pantau infus yang terpasang di tangan kiri An.F
RL 10 tpm

2. Rabu Defisit nutrisi Observasi : 12.45 Subjektif :


21 berhubungan  Memonitor asupan makan An.F  Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
Desember dengan didapatkan habis ¼ dari porsi yang sudah bertambah sedikit demi sedikit
2022 ketidakmamp di sediakan gizi  Ibu klien mengatakan anaknya meminta nasi
uan menelan  Monitor BB An.F didapatkan 6,2 lunak dan telur rebus
Kg  Ibu klien mengatakan anaknya menghabiskan 4
sendok nasi lunak

60
Terapeutik : 13.15 Objektif :
 Melakukan oral higyene sebelum  Klien sudah menghabiskan 4 sendok dari porsi yang
makan dengan menggosokan kasa disediakan
dan odol kodomo ke gigi An.F  Tampak An.F makan sambil duduk
 Memberikan makanan tinggi kalori  Tampak An.F makan nasi lunak dan telur rebus
dan tinggi protein dengan yang diberikan gizi
menyuapkan An.F  BB 6,2 kg

Edukasi : Analisa :
 Menganjurkan makan posisi duduk  Status nutrisi membaik
didapatkan didampingi ibu klien Planning :
 Menganjurkan menghabiskan diet 13.30 Intervensi dilanjutkan
yang di programkan didapatkan Observasi :
ibu klien membujuk anaknya untuk  Monitor asupan nutrisi
makan  Monitor BB
Terapeutik :
Kolaborasi :  Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Memantau asupan nutrisi yang Edukasi :
diberikan ke An.F yaitu nasi lunak,  Anjurkan makan posisi duduk
telur rebus dan sayur. Kolaborasi :
 Pantau asupan nutrisi dari gizi untuk An.F

3. Rabu Resiko syok Observasi : 12.50 Subjektif :


21 hipovolemia  Memonitor status cairan An.F  Ibu mengatakan lemas mulai berkurang
Desember berhubungan (masukan dan haluaran,turgor  Ibu klien mengatakan terdapat bintik merah
2022 dengan kulit, CRT) dilipatan tangan kiri

61
kehilangan  Ibu klien mengatakan menggigil sudah berkurang
cairan secara Terapeutik : Objektif :
aktif ditandai  Melakukan penekanan langsung 13.20  Klien masih tampak lemas
dengan pada pendarahan eksternal  Tampak dilipatan tangan klien bintik-bintik
pendarahan  Mengambil sampel darah untuk merah
pemeriksaan darah lengkap dan  Klien terpasang infus RL
elektrolit  Hb : 14,4g/dl
 Hematokrit : 43,4%
 Trombosit : 28.000/mm3
Analisa :
 Resiko syok

Planning :
13.50
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
 Pantau nilai labor HB, HT
 Memonitor status cairan An.F (masukan dan
haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
 Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
 Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit

62
HARI KETIGA
No Hari/ Implementasi Jam Evaluasi
tanggal Diagnosa
1. Kamis Hipertermi Observasi : 11.30 Subjectif :
22 berhubungan  Mengidentifikasi penyebab  Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah
Desemb dengan proses hipertermi didaptkan suhu tidak panas lagi
er penyakit tubuh An.F mulai menurun,  Ibu klien mengatakan kulit anaknya tidak
2022 dan suhu kulit An.F masih merah dan panas lagi
terasa hangat sedikit
 Memonitor suhu tubuh An.F 12.00 Objektif :
didapatkan suhu 37,7°C  Suhu 37,7°C
 RR: 30x/I
Terapeutik :  N : 120x/i
 Melakukan kompres hangat  Spo2 : 99%
ke An.F dengan teknik  Badan klien sudah tidak memerah lagi
kompres hangat water tepid  Kulit klien sudah tidak panas lagi
sponge dengan cara  Klien minum air putih 250cc atau 1 gelas
memposisikan anak dengan
posisi anatomis : kemudian Analisa :
merendam 3 buah handuk Termoregulasi normal
kecil kedalam air hangat
yang telah disediakan, Planning :
diperas dan di kompreskan di 12.15 Intervensi dihentikan
bagian dahi, leher, axila dan
sela paha ± 10 menit dan
mengulangi lagi ketika

63
handuk tersebut sudah
dingin. Jika suhu badan An.F
sudah menurun maka handuk
tersebut di ambil dan
menyuruh An.F untuk
istirahat kembali

Edukasi :
 Mengajurkan ibu klien
memberikan minum air putih
kepada anaknya didapatkan
habis 250cc
 Menganjurkan ibu klien
mengajak anaknya duduk
didapatkan posisi anatomi :
semi fowler

Kolaborasi :
 Pantau infuse yang terpasang
di tangan Kiri An.F RL 10
tpm

2. Kamis Defisit nutrisi Observasi : 12.45 Subjektif :


22 berhubungan  Memonitor asupan nutrisi  Ibu klien mengatakan anaknya gosok gigi
Desemb dengan didapatkan An.F sebelum makan
er ketidakmampua menghabiskan satu porsi  Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya
2022 n menelan nasi lunak yang disediakan sudah bertambah
gizi  Ibu klien mengatakan menghabiskan porsi

64
 Memonitor BB An.F 6,5 Kg makan nasi lunak yg disediakan gizi
Terapeutik : 13.15 Objektif :
 Melakukan oral hygiene  Klien tampak menghabiskan nasi lunak yang
sebelum makan dengan diberikan gizi
menggosokan kasa dan odol  Klien tampak meminum susu sendiri melalui
ke gigi An.F dot
 BB 6,5 kg

Edukasi : Analisa :
 Menganjurkan makan posisi Status Nutrisi Membaik
duduk didapatkan didampingi
ibu klien 13.30 Planning :
 Intervensi dihentikan
Kolaborasi :
 memantau asupan nutrisi
yang diberikan ke An.F yaitu
nasi lunak dan telur rebus.

3. Kamis Resiko syok Observasi : 12.50 Subjektif :


22 hipovolemia  Memonitor status cairan  Ibu mengatakan anak sudah mulai aktif
Desemb berhubungan An.F (masukan dan  Ibu klien mengatakan bintik merah dilipatan
er dengan haluaran,turgor kulit, CRT) tangan sudah mulai hilang
2022 kehilangan Terapeutik :  Ibu klien mengatakan menggigil sudah
cairan secara  Melakukan penekanan mulai hilang
aktif ditandai langsung pada pendarahan 13.20 Objektif :
dengan eksternal  Klien tampak mulai aktif
pendarahan  Mengambil sampel darah  Bitnik-bintik merah dilipatan tangan mulai
untuk pemeriksaan darah hilang

65
lengkap dan elektrolit  Klien terpasang infus RL
 Hb : 12.9g/dl
 Hematokrit : 36.6%
 Trombosit : 49.000/mm3
Analisa :
 Resiko syok
13.50 Planning :
Intervensi dilanjutkan
Observasi :
 Pantau nilai labor HB, HT
 Memonitor status cairan An.F (masukan dan
haluaran,turgor kulit, CRT)
Terapeutik :
 Melakukan penekanan langsung pada
pendarahan eksternal
 Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

66
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa Asuhan Keperawatan Dengan Konsep Kasus

Langkah pertama yang penulis lakukan untuk mendapatkan data yang

mendukung masalah yaitu dengan melakukan pengkajian terhadap pasien

adalah mengkaji identitas pasien, keluhan yang dialami pasien, gejala klinis

factor resiko, menetapkan diagnose keperawatan, membuat intervensi,

melakukan implementasi sampai pada evaluasi pada anak dengan demam.

Hasil pengkajian yang dilakukan kepada ibu pasien dari An.F di ruang

rawat anak pada tanggal 20 Desember 2022 pada hari senin didapatkan, ibu

pasien mengatakan membawa anaknya ke IGD RSUP Dr. Mdjamil Padang

dengan keluhan anaknya demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu sebelum

masuk RS, sudah dibawa ke poliklinik mandiri dengan suhu 39°C dan

diberikan obat tetapi tidak ada perbaikan dan sampai sekarang demam anaknya

masih naik turun dengan suhu terakhir 37,8°C, nafsu makan anaknya

berkurang, badan anaknya terlihat lemas dan lesu. Pada saat pengkajian ibu

klien mengatakan badan anaknya panas dengan suhu tadi pagi masih 38,7°C,

Ibu klien juga mengatakan anaknya demam naik turun semenjak 1 minggu

yang lalu dan anaknya juga sering mengatakan badannya tersa panas, ibu klien

mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan susah untuk diajak makan,

dan juga badan anaknya terlihat lemas dan lesu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Riska Hediya Putri

2020 dengan judul Demam Pada Anak dengan hasil pada tiap kelompok tetap

ada kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan
yang diambil, terutama perawatan dan pemberian antibiotik secara empirik.

Tindakan yang dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat,

tetapi merupakan tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari

masalahnya. Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan

laboratorium dan pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan

disesuaikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap

pengobatan sampai masalahnya selesai dengan tuntas.

Sejalan dengan penelitian Yuniati Suntari (2019) dengan judul Penangan

Pada Anak Demam yaitu berbagai penanganan demam telah diketahui secara

umum termasuk dengan pemberian antipiretik maupun dengan metode fisik.

Jenis antipiretik yang disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol dan

ibuprofen. Pemilihan antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting

untuk diketahui oleh praktisi maupun orangtua dalam menangani demam,

sehingga informasi yang lengkap harus diberikan kepada orang tua pada setiap

kunjungan untuk mencegah kesalahan pemberian obat dan juga mencegah

toksisitas antipiretik.

Masalah keperawatan yang didapatkan pada kasus ini yaitu yang pertama

Hipertermi b.d Proses Penyakit. Hasil pengkajian yang didapatkan untuk

mendukung data hipertermi ini yaitu untuk data subjectif anaknya demam naik

turun ± 1 minggu yang lalu dengan suhu 39°C saat dibawa berobat ke klinik

mandiri, sedangkan data objektif saat dilakukan palpasi badan pasien terasa

panas, wajah tampak merah. Menurut teori ( eki et,al 2021) terjadinya

hipertermi yaitu suhu tubuh berada diatas nilai normal berada pada 38,7°C dan

juga suhu kulit terasa panas beserta berwarna kemerahan.

68
Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan pada kasus sama dengan

teori yang ada seperti pada kasus data objektif untuk hipertermi suhu tubuh

diatas nilai normal sedangkan di kasus suhu tubuh pasien 38,7°C dimana

rentang suhu tubuh normal 36,5°C-37,5°C, di teori juga dijelaskan bahwa tanda

dan gejala dari hipertermia yang lain kulit merah dan badan terasa hangat

dimana pada kasus juga ditemukan gejala kulit anak terasa panas dan kulit anak

tampak merah. Sehingga antara kasus dan teori signifikan tanda dan gejala

yang ditemukan.

Diagnosa keperawatan kedua didapatkan yaitu deficit nutrisi

berhubungan ketidakmampuan menelan makanan. Menurut teori (Kurniati

2016) defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memnuhi

kebutuhan metabolisme, beberapa penyebab defisit nutrisi yaitu

ketidakmampuan menelan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, dan

berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Berdasarkan gejala

dan tanda yang didapatkan pada pasien kelolaan yaitu ibu pasien mengatakan

anak tidak nafsu makan sejalan dengan teori yang ada bahwa salah satu

terjadinya deficit nutrisi karena nafsu makan menurun.

Diagnosa keperawatan ketiga didapat yaitu intoleransi aktifitas

berhubungan dengan terjadinya kelemahan. Berdasarkan teori (Arieswati et al

2016) intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari, intoleransi aktivitas dapat disebabkan karena

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,

kelemahan, imobilisasi. Adanya kesamaan gejala dan tanda terajdinya

intoleransi aktivitas antara kasus dan teori yang seperti pada kasus di dapatkan

ibu mengatakan aktivitas anak dibantu, anak lemas.

69
Setelah direncanakan intervensi keperawatan, maka dilakukan

implementasi pada tiap masalah keperawatan yang dilakukan selama 3 hari

sesuai dengan kebutuhan pasien. Implementasi keperawatan yang dilakukan

pada masalah keperawatan pertama hipertermia yaitu didapatkan suhu tubuh

anak berada diatas rentang normal yaitu : S: 38,7°C dan juga di dapatkan TTV

RR : 35x/i N : 142x/I SPo2 : 99%, kemudian melakukan kompres hangat

water tepid sponge ke An. F yang mengalami demam di bagian leher, axila dan

inguinal (selangkangan) dengan memposisikan pasien dengan posisi anatomis

atau supine kemudian masukin waslap ke dalam wadah yang sudah di isi air

hangat kemudian peras dan letakan handuk kecil tersebut di bagian leher, axila

dan juga inguinal pasien ± 10 menit, handuk kecil sudah dingin lakukan secara

berulang dan cek kembali suhu setelah melakukan kompres hangat water tepid

sponge tersebut, menganjurkan ibu mempertahankan posisi anak tiring baring

supaya energi anak tidak terbuang sehingga anak tidak letih.

Implementasi untuk masalah keperawatan kedua defisit nutrisi yaitu

mengidentifikasi alergi, pasien tidak ada alergi terhadap obat dan makanan,

monitor BB/TB 9kg/105cm turun 3 kg selama demam, melakukan pemantauan

asupan nutisi An.F : An.F hanya menghabiskan 2 sendok bubur dari porsi yang

di sediakan RS, nafsu makan menurun, serta An.F tampak

lemas,mengidentifikasi makanan yang disukai An.F : An.F menyukai makanan

bolu dan susu, menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan nutrisi An.F

serta menganjurkan untuk member An.F makan sedikit tapi sering, karena

An.F susah kali untuk makan, monitor asupan makan An.F 2 sendok dari porsi

yang disediakan, mengedukasi ibu pemberian makanan ke An.F yang tinggi

70
kalori dan tinggi protein dengan hasil sesuai kebutuhan kalori yang didapati

untuk An.F, menganjurkan An.F untuk makan dengan posisi duduk.

Implementasi masalah keperawatan yang ketiga intoleransi aktivitas yaitu

mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan pada

An.F, monitoring penyebab kelelahan fisik pada An.F, monitor pola jam tidur,

menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus, menganjurkan

An.F untuk tiduran baring, menganjurkan An.F untuk melakukan aktivitas

secara bertahap.

Setelah dilakukan implementasi maka dilakukan evaluasi selama tiga hari

dimana masalah keperawatan teratasi pada hari ketiga. Evaluasi untuk masalah

keperawatan hipertermi teratasi dengan termoregulasi membaik dengan data

yang di dapatkan ibu klien mengatakan suhu badan anaknya mulai membaik,

suhu tubuh diatas normal dengan 37,3°C dan setelah dilakukan kompres hangat

water tepid sponge menjadi 36,5°C RR : 30x/i N :1120x/I, kulit klien tidak

terasa panas lagi. Untuk masalah keperawatan kedua masalah keperawatan

defisit nutrisi teratasi dengan status nutrisi membaik, dimana data yang

didapatkan dari ibu klien mengatakan nafsu makan anak nya sudah bertambah,

klien tampak menghabiskan ½ porsi yang disediakan RS dan An.F suah mulai

aktif lagi. Sedangkan untuk masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi

dengan hasil intoleransi aktivitas menurun, dimana data yang didapatkan ibu

klien mengatakan anaknya sudah mulai bersemangat lagi jalan jalan diruangan

dan tidak lemas lagi.

Menurut asumsi peneliti teknik kompres hangat water tepid sponge untuk

penurunan suhu tubuh anak dengan demam selama 3 hari dan dimulai pada hari

71
pertama tanggal 20 Desember 2023 suhu tubuh anak 38,7°C kemudian

dilakukan kompres hangat water tepid sponge menjadi 37,7°C . Dan hari kedua

dilakukan kompres hangat water tepid sponge dengan suhu 37,7°C menjadi

37,3°C dan pada hari ketiga dari suhu 37,5°C menjadi 36,5°C sehingga dapat

diartikan bahwa kompres hangat water tepid sponge efektif digunakan untuk

menurunkan suhu tubuh anak dengan demam.

B. Analisa salah satu intervensi dengan konsep penelitian terkait

Intervensi kompres hangat water tepid sponge kepada pasien kelolaan

yaitu dilakukan dengan cara terlebih dahulu menyiapkan air hangat dan rendam

sejenak waslap di dalam wadah tersebut, kemudian kompreskan pada leher,

axila kanan dan kiri kemudian pangkal paha dan kanan kiri. Pemberian

kompres dilakukan selama 10 menit dan dilakukan pengukuran suhu tubuh

sebelum dan sesudah melakukan kompres menggunakan thermometer digital

yang dilakukan pada area axila. Setelah anak diberikan intervensi kompres

hangat water tepid sponge selama 1x24 jam ada pengaruh yaitu suhu An.F

diawal 38,7°C menjadi 37,7°C. Pemberian kompres hangat water tepid sponge

merupakan salah satu asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pada pasien

Hipertermi.

Kompres merupakan salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu

tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat water tepid

sponge yang dilakukan pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya

memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan

suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus

akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem

72
efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang

lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan

berkeringat (Sri, 2012).

Dari hasil implementasi pemberian kompres hangat water tepid sponge

kepada An.F didapatkan An.F merasa nyaman, dan dari hasil pemeriksaan fisik

yang dilakukan didapatkan kulit pasien teraba mengalami penurunan suhu dan

dari pemeriksaan suhu menggunakan thermometer didapatkan suhu pasien

38,7°C menjadi 37,7°C diberikan selama 1x24 jam. Intervensi ini telah

dilakukan (Siti haryani, Eka adimayanti, Ana puji astute 2018) dengan judul

Penerapan kompre hangat water tepid sponge trhadap masalah keperawatan

hipertermi pada pasien anak demam udia toddler 1-3th dengan hasil penelitian

menunjukkan suhu sebelum sebelum dilakukan tepid sponge sebagian besar

( 73, 34 %) berada pada suhu 38-39° Celcius. Suhu tubuh setelah dilakukan

tepid sponge sebagian besar (63 %) berada pada suhu 37 -38° Celsius.

Perbedaan suhu tubuh anak pada uji t berpasangan untuk kelompok intervensi

diperoleh nilai signifikansi 0.000 (p < 0.05). Pemberian kompres water tepid

sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tuhuh.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan ( Riska, yetty, Rusmala &

Riona 2020) dengan judul perbedaan efektivitas kompres hangat dengan

kompres hangat water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak

demam dengan hasil penelitian menunjukan bahwa suhu rata rata sebelum

kompres 38,4°C setelah kompres hangat adalah 37,5°C, suhu rata rata nilai

sebelum water tepid sponge adalah 38,6°C setelah dilakukan kompres hangat

water tepid sponge 37,3°C, ada efek antara sebelum dan sesudah dilakukan

73
kompres hangat dengan selisih 0,85°C (p-value 0,001), dan ada perbedaan

antara kompres hangat yaitu 0,25°C dan disarankan orang tua melakukan

kompres hangat water tepid sponge.

Demam pada anak membutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri

yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan,

apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam

dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan

tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan

penurunan kesadaran (Nurhasanah, 2014)

Menurut asumsi penulis dari kasus kelolaan yang telah dilakukan

intervensi maka didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara konsep , jurnal

dan kasus kelolaan, dimana didapatkan bahwa dengan pemberian kompres

hangat water tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh anak yang demam.

C. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

Implementasi yang dilakukan pada pasien kelolaan yaitu menurunkan

suhu badan pasien dengan kompres hangat water tepid sponge, dimana dalam

melakukan implementasi penulis tidak ada mengalami kendala.

74
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan keperawatan yang diawali dengan melakukan pengkajian secara

menyeluruh meliputi bio-psiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan TTV,

pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan dan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan mengenai pelaksanaan kompre

hangat water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan

demam dapat disimpulkan.

2. Berdasarkan pengkajian didapatkan diagnose yang muncul pada An.F yaitu

hipertermi b.d proses penyakit. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan

makanan. Intoleransi aktivitas b.d terjadinya kelemahan. Dari hasil

intervesni yang dilakukan pada An.F adalah kompres hangat water tepid

sponge dapat mengatasi suhu tubuh pada anak yang mengalami demam.

Dari hasil implementasi yang dilakukan pada An.F yaitu kompres hangat

water tepid sponge sesuai SOP yaitu lakukan pengecekan suhu sebelum

melakukan tindakan, kompres hangat water tepid sponge dilakukan pada

leher, axila dan sela paha, lakukan selama 10 menit, setelah selesai

dilakukan tindakan maka dilakukan lagi pengecekan suhu menggunakan

thermometer digital. Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa masalah

keperawatan teratasi yaitu hipertermi sudah tidak ada masalah, defisit nutrisi

sudah tidak ada masalah dan intoleransi aktivitas sudah mulai membaik.

3. Sesuai dengan hasil yang didapatkan pada pasien An.F kompres hangat

watertepid sponge untuk mengatasi suhu tubuh pada anak menjadi salah

satu penatalaksanaan demam.


B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan anak kepada peserta didik yaitu penerapan kompres

hangat water tepid sponge untuk mengatasi suhu tubuh pada anak salah satu

pelaksanaan demam, sehingga pengetahuan dan keterampilan tentang hal

tersebut lebih baik kedepannya dan akan menjadi bahan ajar di laboratorium

pada keperawatan anak.

2. Bagi Perawat

Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi kepada perawat dalam

membahas skil pada pelaksanaan kompres hangat water tepid sponge untuk

mengatasi suhu tubuh pada anak demam dengan sosialisasi atau membuat

SOP di Rumah Sakit dari salah satu keperawatan yang bisa dilakukan di

wilayah kerja di RSUP Dr. Mdjamil Padang.

3. Bagi Layanan

Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat mengembangkan standar

operasional prosedur dalam penerapan kompres hangat water tepid sponge

untuk mengatasi suhu tubuh pada anak demam.

76

Anda mungkin juga menyukai