Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN CHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD) STAGE V DI RUANG HCU INTERNE RSUP DR
M.DJAMIL PADANG TAHUN 2022

Di Susun Oleh Kelompok :


Agung Mulia 2114901001
Gustia Marda P 2114901005
Kurniati Melisa 2114901009
Nadila Audina 2114901011
Nova Elviana 2114901013
Rina 2114901016
Siska Nurma P 2114901022
Silfia Aulia 2114901020

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Revi Neini Ikbal,M.Kep) (Ns. Hendra Harwadi, S.Kep)


)

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
Laporan pendahuluan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan
Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU Interne RSUP Dr
M.Djamil Padang Tahun 2022”.
” yang merupakan tugas dalam siklus interne profesi keperawatan.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini. Kami menyadari
sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun
tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan Laporan Pendahuluan ini
sehingga dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.

Padang, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD)...............4
1. Pengertian................................................................................4
2. Anatomi Dan Fisiologi............................................................5
3. Klasifikasi...............................................................................9
4. Etiologi .................................................................................10
5. Patofisiologi .........................................................................12
6. Pathway.................................................................................13
7. Manifestasi klinis .................................................................14
8. Pemeriksaan penunjang ........................................................15
9. Penatalaksaan .......................................................................15
10. Komplikasi............................................................................19
B. Asuhan Keperawatan Teoritis..................................................22
C. Diagnosa Keperawatan.................................................................28
D. Intervensi......................................................................................29
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ..............................................................................33
B. Diagnosa Keperawatan............................................................43
C. Intervensi.................................................................................47
D. Implementasi Evaluasi............................................................51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian...............................................................................68
B. Diagnosa..................................................................................69
C. Intervensi.................................................................................72
D. Implementasi...........................................................................73
E. Evaluasi...................................................................................73

ii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................74
B. Saran........................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan penyakit tidak menular saat ini mengalami perubahan
peningkatan di Indonesia yang dapat membahayakan jiwa penderitanya, salah
satunya adalah Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis
(PGK). Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium,
potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang
membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah
dan menjaga tulang tetap kuat (Infodatin Kemenkes RI, 2017).
Definisi CKD berdasarkan The Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) adalah
kerusakan ginjal secara struktural atau fungsional yang berlangsung dalam
waktu lebih dari 3 bulan, atau penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 dalam waktu 3 bulan atau lebih dengan atau
tanpa kerusakan struktur ginjal (National Kidney Foundation, 2022).
enyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat
global dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis
yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes
melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK
pada stadium tertentu. Hasil systematic review dan metaanalysis yang
dilakukan oleh Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar
13,4% (Infodatin Kemenkes RI, 2017).
Di Amerika, menurut National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases (NIDDK) melaporkan 10% orang dewasa di Amerika
memiliki PGK. Epidemiologi penyakit ginjal kronis (PGK) di Amerika
dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi, di atas 100 orang per 1000
pasien per tahunnya (Sutisna, 2021). Menurut hasil Global Burden of Disease

1
tahun 2010, CKD merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia
tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Sedangkan
di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua
pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung (Infodatin
Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan hasil Rikesdas 2018, terjadi peningkatan kasus CKD di
Indonesia dari hasil Riskesdes 2013 jumlah pasien CKD adalah 2% yaitu
sekitar 499.800 orang dari total penduduk, pada Riskesdes tahun 2018 angka
ini meningkat menjadi 3,8%. Prevalensi GGK di Sumatera Barat adalah
0,2%. Sedangkan untuk Kota Padang sendiri prevalensinya adalah 0,3%
(Riskesdas, 2018).
Rumah sakit Dr. M. Djamil di Kota Padang merupakan salah satu
rumah sakit rujukan yang terbesar di Sumatera Barat. Berdasarkan data dari
RSUP. Dr. M. Djamil pada tahun 2020, terdapat 185 orang pasien GGK.
Jumlah pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa dari bulan Januari
hingga Februari 2021 berjumlah 97 orang (Dafriani et al., 2022).
Hemodialisa merupakan salah satu terapi untuk pengganti fungsi
ginjal pada kasus CKD, selain itu terdapat terapi pengganti seperti peritonial
dialisa, dan transplantasi ginjal. Hemodialisa merupakan terapi yang
berfungsi untuk menggantikan peran ginjal yang beroperasinya menggunakan
sebuah ala yangt khusus untuk mengeluarkan toksik uremik dan mengatur
cairan elektrolit tindakan ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik (Damanik, 2020).
Dari penelitian diatas dan berdasarkan fenomena yang telah
dipaparkan diatas kelompok tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan dengan diagnosa medis Chronic Kidney Deases (CKD)) di
ruang kronis anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Subjek yang digunakan adalah pasien TnP yang mengalami Chronic
Kidney Deases (CKD) dengan masalah pola nafas tidak efektif di ruang HCU
interne, pada tanggal 29 – 8 November 2022. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi dan pemeriksa fisik serta studi dokumentasi.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage V Di Ruang HCU Interne Rsup Dr M.Djamil Padang Tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan yang komprehensif pada Tn.P
Dengan Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU
Interne Rsup Dr M.Djamil Padang
b. Menegakkan diagnose keperawatan pada Tn.P Dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU Interne Rsup Dr
M.Djamil Padang
c. Membuat intervensi keperawatan pada Tn.P Dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU Interne Rsup Dr M.Djamil
Padang
d. Melaksanakan Implementasi keperawatan pada Tn.P Dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU Interne Rsup Dr
M.Djamil Padang
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn.P Dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) Stage V Di Ruang HCU Interne Rsup Dr
M.Djamil Padang

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Chronic Kidney Deases (CKD)


1. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun
secara bertahap, alias berlangsung dalam waktu yang lama. Kondisi ini
dikenal dalam istilah medis dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
Pada kondisi ini, ginjal tidak dapat menyaring kotoran, tidak mampu
mengendalikan kadar air dalam tubuh, dan kadar garam serta kalsium
dalam darah dengan baik. Jenis penyakit gagal ginjal ini menyebabkan
penumpukan zat sisa metabolisme pada tubuh dan bisa berakibat fatal.
Gagal ginjal kronis dapat berlangsung lama. Bahkan, penyakit ini tidak
langsung menunjukkan gejala hingga kondisi ginjal semakin parah
(Azmi, 2021).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kondisi ketika fungsi ginjal
menurun secara bertahap akibat kerusakan jaringan ginjal. Secara medis,
gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan ginjal
selama 3 bulan atau lebih. Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal
kronis (PGK) menyebabkan cairan, elektrolit, dan limbah menumpuk di
dalam tubuh dan menimbulkan banyak gangguan. Gejala dapat lebih
terasa ketika fungsi ginjal sudah semakin menurun. Pada tahap lanjut,
GGK dapat membahayakan jika tidak ditangani, salah satunya
dengan cuci darah (Nareza, 2021).

4
2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Ginjal dan Nefron

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di


kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati.Kutub atasnya
terletak setinggi iga ke 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi
iga kesebelas.
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang
peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus
abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.Ginjal terlindung
dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh
iga dan otot-otot yang meliputi iga, seangkan di anterior (bawah) dilindungi
oleh bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan
duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas,
jejunum dan kolon (Muttaqin & Sari, 2015).

5
a. Struktur Ginjal terdiri atas:
1) Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7
hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan
beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua
bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
2) Ginjal terdiri dari :
Bagian dalam (internal) medulla. Substansia medularis terdiri dari
pyramid renalis yang jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai
basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus
renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta
dan diktus koligens terminal.
Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat
merah.konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah
tunika fibrosa, melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan
dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara pyramid
dinamakan kolumna renalis.Mengandung glomerulus, tubulus
proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
b. Struktur Mikroskopik Ginjal

Gambar 2.2
Anatomi Ginjal dan Nefron

6
1) Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan
(nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang
membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron
Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu
nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.
2) Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut
glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari
ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui
dinding kapiler glomerular setiap menit.Plasma yang tersaring masuk
ke dalam tubulus.Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma
terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
3) Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah
disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian besar dari
filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui
kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal.Panjang 15 mm dan
diameter 55μm.
4) Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron
ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal,
dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa.
Total panjang ansa henle 2-14 mm.
5) Tubulus kontortus distalis.
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil
longgar kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin
dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat
glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya telah
diserap kembali dalam tubulus proksimal.

7
6) Duktus koligen medulla
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan secara
halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini memiliki
kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
c. Fungsi Ginjal
Beberapa fungis ginjal adalah :
1) Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine
yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urin yang dieksresikan jumlahnya berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh
dapat dipertahankan relatif normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion.
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan
pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam
yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntah-muntah,
ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K,
Cl, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed diet)
akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini
disebabkan oleh hasil metabolisme protein. Apabila banyak memakan
sayuran, urin akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.
Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4) Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan
kreatinin)
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-
obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia lain (pestisida)
5) Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting
dalam mengatur takanan darah (sistem rennin-angiotensin-aldosteron)
yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

8
Ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D
aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
6) Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin, angiotensin
dan aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan darah
7) Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau
zat kimia asing lain dari tubuh (Muttaqin & Sari, 2015).
3. Klasifikasi
Klasifikasi CKD didasarkan atas dua hal yaitu berdasarkan derajat
penyakit dan berdasarkan etiologi. Klasifikasi berdasarkan derajat penyakit
didasarkan pada LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockroft
Gault sebagai berikut:

LFG (ml/menit/1,73m2)= (140-umur) x berat badan (kg)


72 x kreatinin plasma (mg/dl)

Kockroft-Gault tidak berlaku pada umur di bawah 18 tahun atau di atas


80 tahun, berat badan di bawah 40 kg atau di atas 100 kg, wanita hamil, pasien
penderita Acute Kidney Injury (AKI), kerusakan otot yang luas (crush
syndrome, tetraparesis), atau ada anggota tubuh yang tidak lengkap (amputasi).
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dapat dilihat di tabel berikut
(Paramaningtyas, 2019).
Stadium Deskripsi LFG (ml/menit/1,73 m2)
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
I ≥ 90
atau meningkat
Kerusakan ginjal dengan penurunan
II 60 - 89
LFG ringan
III Penurunan LFG sedang 30 – 59
IV Penurunan LFG berat 15 – 29
V Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Tabel 2.1
Klasfikasi derajat CKD berdasarkan LFG

9
Sedangkan klasifikasi atas dasar diagnosis etiologi dalam (Paramaningtyas,
2019) dilihat di table berikut :
Penyakit Tipe Mayor
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (Autoimun, infeksi
sitemik,neoplasia)
Penyakit Vaskuler (Renal artery desease,
Hipertensi, Mikroangiopati) Penyakit
Tubulointerstitial (Pielonefritis kronis, batu,
obstruksi, keracunan obat)
Penyakit Kistik (Ginjal polikistik)

Penyakit pada Transplantasi Rejeksi kronik


Keracunan obat
Penyakit recurrent (Glomerular)
Transplantasi gromerulopaty

Tabel 2.3
Klasifikasi CKD Berdasarkan Etiologi

4. Etiologi
a. Penyebab Sistemik
Diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa nefropati
yang bias menjadi etiologi penyakit ginjal kronis.
b. Penyakit Vaskular
Penyakit vaskular yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, di
antaranya:
1) Stenosis arteri renalis
2) Vaskulitis

3) Ateroemboli

4) Nefrosklerosis akibat hipertensi


5) Trombosis vena renal
c. Penyakit Glomerulus
Penyakit glomerulus yang menyebabkan penyakit ginjal kronis dapat
bersifat primer maupun sekunder. Penyebab primer misalnya nefropati
membranosa, sindrom Alport, dan nefropati IgA. Penyebab sekunder dapat
diakibatkan oleh rheumatoid arthritis, lupus, endokarditis, skleroderma,
hepatitis B dan hepatitis C.

10
d. Penyakit Tubulointerstisial
Penyebab penyakit tubulointerstisial adalah obat yang bersifat nefrotoksik
seperti allopurinol dan sulfonamida. Penyakit tubulointerstisial juga dapat
disebabkan oleh penyakit, di antaranya adalah infeksi, sindrom Sjögren,
hipokalemia atau hiperkalsemia kronis, dan sarkoidosis.
e. Penyebab Lain
Penyakit ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih
atau komplikasi dari gagal ginjal akut. Obstruksi saluran kemih dapat
diakibatkan oleh pembesaran prostat jinak, batu ginjal, striktur uretra,
tumor, defek kongenital ginjal, neurogenic bladder, atau fibrosis
retroperitoneal (Sutisna, 2017).
Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang
membebani ginjal dan dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit.
Beberapa kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit ginjal
kronik adalah:
1) Tekanan darah tinggi, yang seiring dengan berjalannya waktu dapat
menambahkan beban pada ginjal dan menghambat fungsi normal dari
ginjal.
2) Diabetes, karena jumlah gula yang melebihi batas normal dalam darah
dapat menyebabkan kerusakan pada filter yang ada di ginjal.
3) Kolesterol tinggi, yang dapat menyebabkan penumpukan deposit
lemak di pembuluh darah yang memberikan pasokan darah ke ginjal.
4) Infeksi pada ginjal.
5) Penghambat aliran urine, seperti batu ginjal atau pembesaran prostat.
6) Pengunaan obat-obat tertentu dalam jangka panjang (Klikdokter,
2021).

5. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi

11
kurang lebih sama. Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan
ginjal yang direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang
berujung pada berbagai komplikasi. Ginjal normal memiliki 1 juta nefron
(unit satuan ginjal) yang berpengaruh terhadap laju filtrasi glomerulus. Ginjal
memiliki kemampuan untuk menjaga laju filtrasi glomerulus dengan
meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada nefron yang rusak.
Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi pada nefron
yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis.
Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per
menit. Laju ini lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain
seperti jantung, hati dan otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada
tekanan intra dan transglomerulus sehingga membuat kapiler glomerulus
sensitif terhadap gangguan hemodinamik. Peningkatan dasar plasma kreatinin
dua kali lipat kurang lebih merepresentasikan penurunan laju filtrasi
glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma kreatinin dasar senilai 0.6 mg/dL
yang meningkat menjadi 1.2 mg/dL, (masih dalam batas normal),
menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron. Peningkatan tekanan
kapiler glomerulus dapat menjadi cikal bakal glomerulosklerosis fokal
dan/atau segmental yang kemudian dapat berakhir menjadi
glomerulosklerosis global. Membran filtrasi glomerulus memiliki muatan
yang negatif, sehingga membuat hal tersebut menjadi penghalang dari
makromolekul anionik. Dengan penghalang elektrostatik ini, protein pada
plasma dapat menembus filtrasi glomerulus (Sutisna, 2017).

12
6. Pathway

Ansietas

Hipervolemia

Defisit Nutrisi

Gambar 2.3 Pathway CKD


Sumber : Muttaqin & Arif (2011) ; Smeltzer & Bare (2015)

13
7. Manifestasi Klinis
Pasien dengan CKD derajat I hingga III dengan LFG >30
mL/menit/1,73 m2 seringkali asimtomatik atau tidak menunjukkan gejala.
Pasien belum mengalami gejala gangguan keseimbangan air ataupun elektrolit,
atau kekacauan dari sistem endokrin dan sistem metabolik. Gejala seringkali
mulai muncul pada pasien dengan CKD derajat IV hingga V dengan LFG < 30
mL/menit/1,73 m2. Pasien dengan gangguan pada tubulointerstitial, cystic,
sindroma nefrotik, dan kondisi lainnya yang sering disebut dengan gejala
positif seperti poliuri, hematuria, edema, lebih sering memperlihatkan tanda-
tanda penyakit pada derajat yang lebih awal (Paramaningtyas, 2019). Tanda
dan gejala dari gagal ginjal kronik dapat bertambah dalam hal intensitas seiring
dengan berjalannya waktu. Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi
adalah:
a. Mual
b. Muntah
c. Penurunan nafsu makan
d. Kelelahan
e. Gangguan tidur
f. Perubahan frekuensi berkemih
g. Penurunan konsentrasi
h. Kram pada otot
i. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
j. Gatal yang menetap
k. Sesak napas
Tanda dan gejala pada gagal ginjal kronik tidak spesifik, dan dapat
disebabkan oleh kondisi kesehatan lainnya. Karena ginjal merupakan organ
yang mudah beradaptasi dan dapat berkompensasi bila terjadi kehilangan
fungsi, tanda dan gejala umumnya tidak tampak hingga penyakit mencapai
tahap yang lebih lanjut (Klikdokter, 2022).

14
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1.020 menunjukkan
penyakit ginjal, pH urine >7.00 menunjukkan ISK, NTA, dan GGK.
Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal dan
rasio urine : serum sering 1 : 1.
b. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin
Terdapat peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju peningkatannya
bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal
dan masukan protein. Serum kratinin meningkat pada kerusakan
glomerulus. Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi
ginjal dan perkembangan penyakit.
c. Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak mampu
mengeksresikan kalium. Katabolisme protein mengahasilkan pelepasan
kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat.
Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.

d. Pemeriksaan pH
Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik seperti
substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal. Selain
itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah
sehingga asidosis metabolik progresif menyertai gagal ginjal (Nata, 2019).

9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan dilakukan untuk mengendalikan penyakit
penyebab gagal ginjal kronis dan gangguan yang muncul akibat
kerusakan ginjal. Jenis obat yang diberikan antara lain:

15
1) Obat hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal lebih parah dan
mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Obat yang dapat
diberikan untuk mencegah ini adalah ACE inhibitor atau ARB.
2) Suplemen untuk anemia
Dokter dapat memberikan suntikan hormon eritropoietin dan
terkadang ditambah suplemen besi untuk mengatasi anemia pada
penderita GGK.
3) Suplemen kalsium dan vitamin D
Kedua suplemen ini diberikan untuk mengatasi kekurangan kalsium
dan vitamin D akibat kerusakan ginjal. Salah satu manfaatnya adalah
untuk mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis) yang bisa
meningkatkan risiko patah tulang.
4) Obat diuretic
Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh.
Contoh obat ini adalah furosemide.
5) Obat kortikosteroid
Obat ini diberikan pada penderita GGK akibat glomerulonefritis atau
penyakit lain yang menyebabkan peradangan pada ginjal (Nareza,
2021).
Terapi Pengganti Ginjal
Untuk pasien gagal ginjal kronis tahap akhir atau stadium 5,
penanganan yang dapat dilakukan adalah mengganti tugas ginjal dalam
tubuh dengan terapi pengganti ginjal. Terapi ini terdiri dari:
1) Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh.
Terdapat dua jenis dialisis, yakni:
Hemodialisis atau biasa dikenal dengan cuci darah, yakni prosedur
dialisis yang menggunakan mesin
CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis), yaitu dialisis yang
dilakukan dengan memasukkan cairan dialisis ke dalam perut melalui
lubang buatan

16
Tranplantasi ginjal
Pada transplantasi ginjal, ginjal pasien diganti dengan ginjal sehat dari
pendonor. Pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah seumur hidup
setelah transplantasi. Namun, pasien perlu mengonsumsi obat
imunosupresif dalam jangka panjang, untuk menghindari risiko
penolakan organ cangkok (Nareza 2021).
b. Non Farmakologi
Di samping pemberian obat, penderita gagal ginjal kronis juga
disarankan untuk melakukan perubahan pola hidup, termasuk
mengatur pola makan, antara lain dengan:
1) Menjalani diet khusus, yaitu dengan mengurangi konsumsi garam,
serta membatasi asupan protein dan kalium dari makanan untuk
meringankan kerja ginjal
2) Berhenti merokok
3) Membatasi konsumsi minuman beralkohol
4) Berolahraga secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu
5) Menurunkan berat badan jika menderita obesitas
6) Tidak mengonsumsi obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang
dapat menyebabkan gangguan pada ginjal
7) Memeriksakan tekanan darah secara berkala
8) Menerima vaksinasi, seperti vaksinasi flu dan pneumonia, karena
CKD membuat tubuh rentan terserang infeksi
9) Berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan diri ke dokter secara
teratur (Nareza, 2021).
Menjaga Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) dalam (Ramadhani, 2018)
pengobatan pasien CKD dapat dilakukan dengan tindakan konservatif
dan dialisis atau transplatansi ginjal. Tindakan konservatif merupakan
tindakan yang bertujuan untuk meredakan atau memperlambat gangguan
fungsi ginjal progresif.

17
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
Intervensi diet perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup
pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan
untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium untuk
mengganti natrium yang hilang dan pembatasan kalium.
2) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut.
Asupan kalium dikurangi. Diet yang dianjurkan adalah 40-80
mEq/hari. Penggunanaan makanan dan obat-obatan yang tinggi
kadar kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia.
3) Diet rendah natrium
Diet natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na).
Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung
kongestif.
4) Pengaturan cairan
Cairan yang diminimum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus di
awasi dengan seksama. Parameter yang terdapat untuk diikuti selain
data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah
pengukuran Berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk
menentukan banyaknya asupan cairan adalah:

Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL)

Misalnya : Jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam


adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 +
500 ml = 900 ml.

18
10. Komplikasi
a. Asam urat tinggi
Gagal ginjal kronis yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan
asam urat hingga menyebabkan encok. Hal ini terjadi mengingat asam
urat disaring oleh ginjal dan ketika fungsi ginjal rusak, asam urat pun ikut
meningkat.
b. Anemia
Komplikasi gagal ginjal kronis lainnya yakni penyakit anemia. Anemia
pada penyakit ini disebabkan kurangnya EPO (erythropoietin) yang
membuat sumsum tulang memproduksi sel darah merah lebih sedikit.
Saat kekurangan sel darah merah, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang
cukup. Anemia akibat gagal ginjal juga terjadi karena kehilangan darah
saat menjalani hemodialisis dan tidak mendapatkan cukup nutrisi.
c. Asidosis metabolik
Asidosis terjadi ketika tubuh mengandung terlalu banyak pH asam dan
bisa membahayakan nyawa jika tak segera diobati. Kondisi ini terjadi
pada pasien CKD karena ginjal tidak mampu menyaring darah dengan
baik.
d. Gangguan mineral dan tulang
Bagi para pasien gagal ginjal kronis mungkin sering mengalami
gangguan mineral dan tulang. Pasalnya, peran ginjal yang tidak dapat
menyeimbangkan kadar fosfat di tubuh bisa berbahaya bagi tulang. Saat
kelebihan mineral fosfor dan kekurangan vitamin D, tubuh mencoba
memperbaiki masalah tersebut dengan melepaskan hormon paratiroid.
Pelepasan hormon tersebut akan menarik kalsium dari tulang dan
menyeimbangkan zat yang ada di darah. Namun, kehilangan kalsium ini
ternyata berdampak pada kesehatan tulang.
e. Penyakit jantung
Penyakit jantung bisa menimbulkan penyakit ginjal dan hal ini juga
berlaku sebaliknya. Bahkan, penyakit jantung adalah penyebab kematian
paling sering terjadi pada orang yang menjalani dialisis.

19
Ginjal yang tidak berfungsi membuat hormon bekerja keras agar pasokan
darah ke ginjal tetap cukup. Kondisi tersebut ternyata membuat jantung
harus memompa lebih keras hingga berisiko gangguan pada jantung.
f. Hiperkalemia
Hiperkalemia yaitu kondisi ketika tubuh memiliki terlalu banyak kalium
dalam darah. Kondisi ini bisa terjadi pada pasien gagal ginjal kronis
mengingat organ tersebut tidak dapat menyaring kalium ekstra dalam
darah.
g. Penumpukan cairan
Penumpukan cairan (retensi) termasuk komplikasi CKD yang
sering terjadi. Jika tidak berfungsi, organ ginjal tidak dapat mengeluarkan
cairan berlebih dan membiarkannya menumpuk di tubuh.
Jika dibiarkan, paru-paru dapat dipenuhi cairan. Risiko serangan jantung
pun meningkat hingga tekanan darah naik drastis. Oleh sebab itu, pasien
CKD perlu mengontrol kebutuhan cairan agar tidak terkena komplikasi
ini (Azmi, 2021)
1) Membimbing pasien untuk melakukan prosedur spiritual mindful
breathing exercise dengan konsentrasi serta keyakinan penuh
pada Tuhan YME selama prosedur dilakukan.
b. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Duduklah dengan nyaman
Posisikan tubuh pada posisi nyaman dan stabil baik duduk atau
berbaring telentang. Biarkan punggung Anda lurus tapi tidak
kaku. Biarkan tangan dalam posisi rileks. Tutup mata Anda, jika
terasa nyaman. Jika tidak, luruskan pandangan Anda.
2) Sadari gerakan pada kaki anda
Jika anda melakukan praktik Mindfulness dalam kondisi duduk
di atas bantalan, silangkan kaki di bagian depan anda dengan
nyaman. Jika anda melakukan praktik Mindfulness di kursi, maka
telapak kaki harus menyentuh lantai

20
3) Tegakkan badan anda
Tetapi jangan dalam posisi yang kaku. Tegakkan badan anda
namun dalam posisi yang natural, biarkan tulang belakang
menyangga bagian tubuh anda
4) Sadari gerakan pada lengan anda
Posisikan lengan anda secara paralel dengan tubuh bagian atas.
Istirahatkan telapak tangan anda (letakkan telapak tangan pada
paha kaki) dan posisikan senatural mungkin.
5) Lembutkan pandangan anda
Tundukkan sedikit kepala anda dan biarkan pandangan mata anda
mengarah ke bawah dengan perlahan-lahan. Tidak harus sampai
menutup mata, biarkan mata anda hanya sedikit tertutup.
6) Rasakan ketika anda bernafas
Bawa perhatian Anda ke saat sekarang dengan memperhatikan
bagaimana perasaan Anda secara fisik. Fokuskan pikiran Anda
pada tubuh Anda dari ujung rambut sampai ujung kaki dan
dengan sadar coba biarkan ketegangan terlepas. Luangkan waktu
sejenak untuk memperhatikan lingkungan Anda, suara apa pun
yang mungkin Anda dengar, seperti suara yang terdengar di
sekitar Anda. Setelah itu, pusatkan perhatian Anda pada
pernapasan Anda dari tiga sudut pandang :
a) Pertama, perhatikan sensasi napas Anda masuk / keluar dari
lubang hidung dan / atau mulut Anda.
b) Kedua, saat Anda bernafas, perhatikan pergerakan naik /
turunnya dada Anda.
c) Ketiga, perhatikan kembang - kempisnya dinding perut
Anda selama bernafas.
7) Sadari ketika pikiran anda mulai tidak fokus terhadap praktik
Mindfulness yang anda lakukan dan fokuskan kembali pada
sensasi pernapasan anda. Secara tidak langsung perhatian anda
akan terfokus pada sensasi pernapasan anda kembali. Jangan
khawatir jika pemikiran anda tiba-tiba memikirkan sesuatu, jika

21
hal tersebut terjadi maka fokuskan kembali pemikiran anda pada
sensasi pernafasan anda.
8) Bertemanlah dengan pikiran anda yang terkadang tidak fokus
Dalam praktik Mindfulness maka normal kalau pikiran anda
terkadang berpikir hal macam-macam. Jika hal tersebut terjadi
maka jangan memberontak, tetapi biarkan dulu hal itu terjadi,
kemudian tetaplah dalam posisi awal. Jika sudah selesai maka
kembali fokuskan pada sensasi pernafasan anda tanpa membuat
penghakiman pada pemikiran anda.
9) Ketika anda sudah siap maka secara perlahan angkat kepala anda
Jika mata anda sedikit tertutup maka bukalah mata anda. Biarkan
waktu berjalan sejenak, kemudian sadari situasi dan suara-suara
yang terjadi di sekitar anda. Rasakan apa yang terjadi pada tubuh
dan emosi anda.
10) Cobalah berlatih latihan ini selama 15 menit (atau lebih lama jika
Anda mau) dengan frekuensi 3 kali dalam satu hari setidaknya
selama satu minggu. Perhatikan bagaimana rasanya meluangkan
waktu setiap hari hanya dengan napas Anda (Alimuddin, 2018).
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebih banyak terjadi
pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko
daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal
masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa medis, dan
identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan denga
pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik
biasanya didapatkan keluhan utama bervariasi, mulai dari urin

22
keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala,
nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak berdaya dan
perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal
ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaa obat-
obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan berulang, penyakit diabetes melitus, hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal
kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang bisa
menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Penyakit
Biasanya persepsi pasien dengan penyakit ginjal kronik mengalami
kecemasan yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai kebiasaan
merokok, alkohol, dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
a) Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema),
penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,
mual dan muntah.

23
b) Pola Minum
Biasnya pasien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa
metalik tak sedap pada mulut (pernafasan ammonia).
3) Pola Eliminasi
a) BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi
b) BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400 ml/hari
sampai anuria, warna urin keruh atau berwarna coklat, merah
dan kuning pekat.
4) Pola Aktivitas/Latihan
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu
dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain.
Biasnya pasien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak
mampu bekerja dan mempertahankan fungsi, peran dalam
keluarga.
5) Pola Istirahat Tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya nyeri
panggul, sakit kepala, dan kram otot/kaki (memburuk pada malam
hari).
6) Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik
ini pada tingkat ansietas sedang sampai berat.
7) Pola Peran Hubungan
Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-
hari karena perawatan yang lama.
8) Pola Seksualitas/reproduksi
Biasanya terdapat masalah seksual berhubugan dengan penyakit
yang diderita pasien.
9) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
a) Body Image/Gambaran Diri
Biasanya mengalami perubahan fisik, fungsi alat terganggu,
keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan
fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat
tubuh.

24
b) Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang
diderita
c) Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang,
tidak mampu menerima perubahan, merasa kurang mampu
memiliki potensi.
d) Self Esteem/Harga Diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri,
mengecilkan diri, keluhan fisik.
e) Self Ideal/Ideal
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib,
merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan,
merasa tidak berdaya.
10) Pola Koping-Toleransi Stres
Biasanya pasien mengalami faktor stres, contoh finansial,
perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
11) Pola Keyakinan Nilai
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat
uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, TD meningkat
2) Kepala
a) Rambut
Inspeksi : Biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien
sering sakit kepala.

25
b) Wajah
Inspeksi : Biasanya wajah pasien akan tampak pucat
c) Mata
Insp eks i : Biasanya mata pasien memerah, penglihatan
kabur, konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
d) Hidung
Inspeksi : Biasanya tidak ada serumen berlebihan, biasanya
nafas tampak cuping hidung
Palpasi : Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan
pasien bernafas pendek.
e) Bibir
Inspeksi : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,
mukosa bibir kering ulserasi gusi, perdarahan gusi dan nafas
berbau.
f) Gigi
Inspeksi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi
g) Lidah
Inspeksi : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher
Inspeksi : Tidak ada
Palpasi : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
atau kelenjar getah bening.
4) Dada/Thorak
a) Inspeksi : Biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul
(cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesikuler
5) Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat karena sering
terjadi pada orang obesitas yang mempunyai riwayat hipertensi
b) Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang
intercostal V linea midklavikula sinistra

26
c) Perkusi : Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut/Abdomen
a) Inspeksi : Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau
penumpukan cairan, pasien tampak mual dan muntah
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, antara 5-35
kali/menit
c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian
pinggang, dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.
d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya asites

7) Ekstremitas
Inspeksi : Biasanya didapatkan udem atau bengkak pada
ekstremitas bawah, nyeri panggul, edema pada ekstremitas, kram
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan
keterbatasan gerak sendi.
Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555
8) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik,
adanya area ekimosis pada kulit.
9) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi
kuning pekat.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan
proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati kejang, dan
adanya neuropati perifer.

27
C. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit nutrisi b/d faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial,
ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
b) Pola nafas tidak efektif b/d ansietas, hiperventilasi, penurunan energi
(keletihan), nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru dan sindrom hipoventilasi.
c) Hipervolemi b/d Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/kronis, sindrome
nefrotik
d) Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit (gatal), program
pengobatan.
e) Gangguan integritas kulit b/d Kelebihan/kekurangan volume
cairan ,gejala penyakit (pruritus/gatal)
f) Gangguan pola tidur b/d proses penyakit
g) Intoleransi Aktifitas b/d Kelemahan dan kram otot
h) Ansietas b/d Kondisi Klinis Terkait (Penyakit kronis) (SDKI, 2017).

28
D. Intervensi

Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan Teoritis

DIAGNOSA
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
Hipervolemi b/d Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Penyakit ginjal : keperawatan 3x24 jam diharapkan - Monitor status hidrasi
keseimbangan cairan meningkat - Monitor berat badan harian
gagal ginjal
Kriteria Hasil: - Monitor berat badan sebelum dan sesudah
akut/kronis, 1) Asupan cairan dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
sindrome nefrotik 2) Haluaran urine - Monitor status dinamik
3) Edema Terapeutik:
4) Asites - Catat intake output dan hitung balance
cairan
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

Pola nafas tidak Pola Napas Pemantauan Respirasi


Setelah dilakukan tindakan Observasi:
efektifan b/d keperawatan 3x24 jam inspirasi dan - Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
Penurunan energi atau ekspirasi yang tidak memberikan - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
ventilasi adekuat membaik upaya napas
Kriteria Hasil: - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
1) Dipsnea Terapeutik
2) Penggunaan otot bantu - Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
napas kondisi pasien
3) Frekuensi napas Edukasi
4) Kedalaman napas - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigen
Observasi:
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu

29
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Defisit nutrisi b/d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
mual dan anoreksia Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam status nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
terpenuhi dengan kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
1) Porsi makanan yang - Monitor berat badan
dihabiskan Terapeutik:
2) Berat Badan atau IMT - Lakukan oral hygiene sebelum
3) Frekuensi makan makan,
4) Nafsu makan Edukasi
5) Perasaan cepat kenyang - Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

Promosi Berat Badan


Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
- Berikan pujian kepada pasien untuk
peningkatan yang dicapai
Intoleransi aktivitas Intolerasi aktivitas Manajemen aktivitas
b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
Kelemahan (Kram keperawatan 3x14 jam maka - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
otot) intoleransi aktivitas meningkat,
yang mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola jam tidur
Terapeutik
2) Keluhan lelah menurun
3) Dispenia setelah - Lakukan latihan rentang gerak aktif
beraktivitas menurun atau pasif
4) Kemudahan dalam - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
melakukan aktivitas tidak dapat berpindah atau berjalan
5) Kekuatan tubuh meningkat Edukasi
6) Perasaan lemah menurun - Anjurkan tirah baring
7) Tekanan arah membaik Kolaborai

30
- Kolaborasi dengan gizi
carameningkatkan asupan makanan

Ansietas b/d Kondisi Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas


Klinis Terkait Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
tingkat ansietas menurun - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Kriteria Hasil: - Monitor tanda-tanda ansietas
1) Konsentrasi Terapeutik:
- Ciptakan suasana teraupetik untuk
2) Pola tidur menumbuhkan kepercayaan
3) Perilaku gelisah - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
4) Verbalisasi kebingungan jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
5) Verbalisasi khawatir
- Dengarkan dengan penuh perhatian
akibat kondisi yang - Gunakan pendekatan yang tenang dan
dihadapi meyakinkan
6) Perilaku tegang - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Gangguan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
kulit b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Kelebihan/kekuranga keperawatan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab gangguan
n volume cairan integritas kulit dan jaringan
integritas kulit
meningkat
Kriteria Hasil: Terapeutik:
1) Elastisitas - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2) Hidrasis - Gunakan produk berbahan petrolium atau
3) Kerusakan lapisan kulit minyak pada kulit kering
4) Perdarahan - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
5) Nyeri kulit
Edukasi
6) Hematoma
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan mandi dan menggunkan sabun
secukupnya
Perawatan Luka
Observasi:

31
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn.P Tanggal masuk Rs : 29/11/2022
Tgl lahir : 09/08/1966 (54th) Sumber Informasi : Keluarga Klien
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Belimbing, Kota Padang

II. Identitas Keluarga klien


Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi
Nama : Ny. F
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Belimbing, Kota Padang

III. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan masuk ke RSUP DR. M.Djamil Padang
melalui IGD pada hari Sabtu, 29/10/2022 atas rujukan dari RSUD Rasidin
karena mengalami penurunan kesadaran. Keluarga klien mengatakan klien
dirawat di RSUD Rasidin selama satu minggu karena mengeluh sesak
nafas dan nyeri pada saat BAK. Keluarga mengatakan sesak nafas yang
dirasakan sejak satu minggu sebelum masuk RS dan meningkat sejak 2
hari yang lalu. Klien mengatakan batuk tidak berdahak sejak satu minggu
yang lalu. Keluarga klien mengatakan klien sudah diketahui CKD dan

33
sudah dianjurkan untuk cuci darah namun klien menolak untuk dilakukan
cuci darah. TD 173/99 mmHg, RR 26 x/i, N 101 x/i, S 37oC.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Jum’at, 04/11/2022,
Keadaan umum klien tampak pucat, klien tampak terbaring lemah. Klien
tampak sesak, tampak O2 terpasang 6L/i, keluarga mengatakan sesak nafas
meningkat sejak 2 hari sebelum dirujuk. Klien mengatakan sesak juga
dirasakan saat tidur terlentang. Klien mengeluh sering terbangun karena
sesak nafas. Klien mengeluh bengkak pada kedua tungkai terutama tungkai
kanan yang disertai nyeri yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Klien
mengatakan sangat takut dan merasa khawatir penyakit yang dideritanya.
Klien mengeluh badan terasa lelah dan letih. Klien tampak gelisah dan
mengeluh sering kesulitan tidur jika mengingat kondisinya yang harus
menjalani HD seumur hidup. Klien mengatakan cemas jika penyakitnya
bertambah parah. Klien sudah dilakukan cuci darah sebanyak 3 kali. CRT
>3 detik. Pengukuran tanda-tanda vital diperoleh TD 173/99 mmHg, RR
26 x/i, N 101 x/i, S 37oC.
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM tipe 1 sejak 12
tahun yang lalu dan jarang kontrol. Keluarga klien mengatakan klien
sebelumnya sudah pernah dirawat di RS 3 bulan yang lalu

34
4. Riwayat kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan klien.
Genogram :

Gambar 3.1
Genogram Keluarga klien
Keterangan :
: Klien : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Laki-laki meninggal

: Laki - laki : Perempuan meninggal

IV. Pemeriksaan Fisik :


1. Tanda-tanda Vital : TD : 173/99 mmHg N : 101 x/i
S : 37o C RR: 26x/i
2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk bulat normal, kepala bersih, rambut tampak pendek dan
lurus, karakteristik rambut penyebaran merata, tidak ada
ketombe.
Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan
3. Pemeriksaan mata

35
Inspeksi : Sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis (hb : 8.3 g/dL , reflek
pupil baik/isokor diameter ka 2 mm/ ki 2 mm
Tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada edema palpebra dan
tidak ada rasa sakit pada bagian mata

4. Telinga
Inspeksi : Daun telinga bersih simetris kiri dan kanan, liang telinga tampak
bersih, tidak ada cerumen berlebihan dan tidak ada pendarahan
Tes : Pendengaran klien masi baik dikedua sisi telinga
5. Hidung
Simetris/Tidak : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak pernapasan cuping
hidung
Membran mukosa : Membran mukosa lembab
Penciuman/ : Klien dapat membedakan bau-bauan
Ketajaman
Membedakan Bau
Alergi terhadap : Klien mengatakan tidak ada alergi
sesuatu
6. Mulut & Tenggorokan
Inspeksi : Mukosa mulut tampak kering, lidah tampak bewarna merah
muda, gigi terdapat caries
Tes rasa : Klien mengatakan dapat merasakan makanan baik manis,
asam, pedas, asin maupun pahit
Kesulitan menelan : Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
7. Leher
Inspeksi : Warna kulit merata sawo matang, tidak ada lesi, tampak
distensi vana jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran Tyroid, tidak ada nyeri tekan, arteri
carotis teraba jelas
Adanya kaku kuduk/tidak : Klien mengatakan tidak ada kaku kuduk

36
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorax normal, simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler /Tidak ada suara nafas tambahan

9. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, warna kulit merata dan sama sawo
matang,
Palpasi : Tidak ada benjolan atau masa, tidak ada nyeri tekan, tidaka
ada pembesaran kelenjar limfe
10. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, linea midclavicularis
sinistra.
Perkusi : Batas Jantung
Ki : 2 jari LMCS RIC 5
Ka : 2 jari LSD RIC 2
Auskultasi : Bunyi jantung I&II normal (Lup Dup), tidak ada suara
tambahan
11. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus 10x/i
Palpasi : Tidak ada pembesaran lympa
Perkusi : Redup
12. Neurologi
Tingkat kesadaran : Compousmentis GCS 15
Pemeriksaan Syaraf : NI : Klien dapat membedakan bau dengan baik
kranial
N II : Klien dapat melihat dengan jelas
N III : Klien dapat menggerakkan bola mata
N IV : Klien dapat melihat gerakan tangan
perawat baik ke samping kiri ke kanan.
NV : Klien dapat menggerakan rahang
N VI : Klien dapat menggerakan mata kesamping
N VII : Klien dapat merasakan pahit, manis, asam, dan
manis

37
N VIII : Klien dapat mendengarkan degan baik
N IX : Klien dapat berbicara
NX : Klien dapat mengangkat bahu
N XI : Klien dapat berbicara dengan baik
N XII : Klien dapat menggerakan lidah dan dapat berbicara
dengan baik
13. Ekstremitas
Nyeri : Ekstremitas bawah tampak edema derajat 2.
Pitting edema derjat II didapatkan kedalaman 4mm
dengan waktu kembali > 3 detik .
Akral teraba dingin
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
14. Genetalia
Anus : Klien mengatakan tidak ada hemoroid
15. Kulit
Warna kulit : Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan pucat
Ada tidaknya jaringan : Tidak ada jaringan parut atau lesi
parut/lesi
Turgor kulit : Jelek
V. Pola Nutrisi :
Tabel 3.1 Pola Nutrisi
Keterangan Sehat Sakit
Berat badan 75 kg 80 kg
Frekuensi makan 2x/hari 3x/hari
Jenis Makanan Nasi, lauk,pauk Makanan lunak
Makanan yang disukai Ayam Tidak ada
Nafsu makan Baik Menurun
Pola Makan Teratur Teratur

VI. Pola Eliminasi


a. Buang Air Besar
Tabel 3.2 Pola Eliminasi BAB
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 1x/ hari Belum ada BAB
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Sedang Sedang
Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak ada

38
b. Buang air kecil
Tabel 3.3 Pola Eliminasi BAK
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 4-5x/ hari Klien terpasang kateter
Volume urine 300 ml/24jam
Warna Kuning Kuning tua dan keruh
Bau Pesing Amonia

VII. Pola tidur dan istirahat


Keterangan Sehat Sakit
Waktu tidur : Siang & malam Siang & malam
Lama tidur : Siang 1 jam& malam 8 Siang <1 jam dam malam 6 jam
jam
Kebiasaan saat tidur : Berdoa Tidak ada
Kesulitan dalam hal tidur : Tidak ada kesulitan tidur Mengeluh sulit tidur
Vlll. Pola aktivitas & latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : Klien bekerja dengan kegiatan lebih banyak
duduk
Olah raga : Klien mengatakan jarang melakukan kegiatan
olahraga
Kegiatan di waktu luang : Klin mengatakan menonton Tv

IX. Pola Bekerja


Jenis pekerjaan : Manager produksi
Lama bekerja : Klien mengatakan pagi dari jam 07.00- 16.00
WIB
Jumlah jam kerja : Klien mengatakan 10-11 jam/hari
X. Aspek psikososial
1. Pola pikir & persepsi
Alat bantu yang digunakan : Klien mengatakan tidak ada menggunakan alat
bantu baik kaca mata maupun alat bantu dengar
2. Persepsi diri
Hal yang amat : Klien mengatakan sering timbul perasaan khawatir, takut dan
dipikirkan saat ini cemas memikirkan penyakitnya
Harapan setelah : Harapan klien setelah menjalani perawatan dapat sembuh

39
menjalani perawatan dari penyakitnya dan dapat mejalani kehidupan seperti biasa
Perubahan yang dirasa : Klien mengatakan perubahan yang dirasa setelah sakit adalah
setelah sakit klien sering merasa gelisah
3. Hubungan /Komunikasi
Bahasa utama : Klien mengatakan bahasa yang digunakan klien sehari-hari
adalah bahasa indonesia
Bicara : Bicara klien jelas, mampu mengekspresikan apa yang
dirasakan
Kehidupan keluarga : - Klien mengatakan adat istiadat yang dianut
yaitu adat minang karena klien sudah lama
tinggal di Padang
- Klien mengatakan pembuat keputusan dalam
keluarga adalah klien
- Klien mengatakan pola komunikasi yang
digunakan adalah terbuka atau demokratis
- Klien mengatakan keuangan diatur oleh klien
- Klien mengatakan hubungan dengan sanak
keluarga kurang baik
4. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual : Klien mengatakan tidak ada keluhan
5. Spiritual
Keyakinan agama : Klien mengatakan menganut agama Islam
Kegiatan agama : Sholat, Berdo’a, Dzikir
Kegiatan yang dilakukan selama : Berdo’a dan berdzikir
RS
XII. Informasi penunjang
a. Diagnosa medik : Chronic Kidney Disease (Ckd) Stage V
b. Therapy Pengobatan :
29/11/2022 – 04 /11/2022
1) IVFD NaCl 3% 12 jam/Kolf
2) Drip nicardipine (1 ampul) dalam 50 cc NaCl 0,9% (Syringe pump
dengan kecepatan 22,5 cc/jam
3) IVFD Albumin 20%
4) Omaprazole 4 x 1 mg
5) Tranfusi prc 1 unit

40
6) Renxamine 9%
7) Asam folat 1 x 5 mg
8) Paracetamol 3 x 500 mg
c. Pemeriksaan diagnostik :
 Laboratorium :
29/11/2022
Tabel 3.4 Hasil Laboratorium

HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 8.3 g/dl 12.0-14.0
Leukosit 11.59 5.0-10.0
Trombosit 263 150-400
Hematokrit 23 37.0-43.0
Eritrosit 2.85 4.00-4.50
MCV 82 82.0-92.0
MCH 29 27.0-31.0
MCHC 36 11.5-14.4
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1% 1-3
Neutrofil Batang 0 2.0-6.0
Neutrofil segmen 83% 50.0-70.0
Limfosit 7% 20.0-40.0
Monosit 9% 2.0-8.0
KIMIA KLINIK
Serum darah 208 mg/dL 10-50
Kreatinin darah 10.9 mg/dL 0.8-1.3
Ureum 244 10-50 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 129 mmol/L 136-145
Kalium 5.1 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 98 mmol/L 97-111
Kesimpulan : Anemia
Ureum dan kreatinin meningkat
Natrium menurun

41
 EKG

Irama sinus, reguler

 Hemodialisa

- HD pertama hari senin 31/11/2022

- HD ke II hari Rabu 02/11/2022


- HD ke III hari Minggu 06/11/2022

42
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.5 Analisa Data
Symptom Problem Etiologi
Ds :

- Klien mengeluh sesak nafas Pola nafas tidk efektif Obesitas dan penurunan energi

- Klien mengatakan sesak terasa saat tidur terlentang


- Klien mengatakan sering terbangun karena sesak
- Keluarga mengatakan sesak yang dirasakan sejak 2
minggu sebelum masuk RS
Do:

- Klien tampak sesak


- Tampak pernapasan cuping hidung
- Tampak Distensi vena jugularis
- RR : 26x/I
- Takikardia : N 101x/i
- TD 173/99 mmHg
- Tampak terpasang o2 6 L

Ds :

43
- Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih Perfusi perifer tidak efektif Penurunan Konsentrasi Hb
- Klien mengatakan mempunyai riwayat DM tipe 2
tidak terkontrol

Do
- Klien tampak pucat
- HB 8.3 g/dl
- HT 23
- Akral teraba dingin
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- TD :173/99 mmHg
- ND : 101x/i
- RR : 26x/i
- S : 37o C

Ds :
- Klien mengatakan perut semakin membesar Hipervolemia Gangguan Mekanisme Regulasi

- Klien mengatakan kedua kaki sembab

Do:
- Kaki tempak udem

44
- Perut tampak membesar
- BB meningkat BB sebelum sakit 75 Kg BB saat
sakit : 80 Kg
- Perkusi abdomen : Redup
- Bising usus 10x/i
- Warna urine kuning tua dan keruh
- Oliguria
- Ureum 244 gr/dl
- Kreatinin 10.9 gr/dl

DS :
Ansietas Kurang terpapar informasi
- Klien mengatakan khawatir
- Klien mengatakan cemas dengan kondisinya
- Klien mengeluh sering susah tidur karena sesak
nafas
- Klien mengatakan sangat takut dan merasa khawatir
setelah mengetahui penyakit yang dideritanya.
- Klien mengatakan cemas jika penyakitnya

45
bertambah parah
DO :
- Klien tampak lemah dan pucat
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak cemas
- Akral teraba dingin
- TD : 173/99 mmHg
- N : 101 x/i
- S : 37oC
- RR : 27x/i
Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Pola nafas tidak efektik b/d obesitas dan Penurunan energi d/d Nafas tampak cuping hidung

2. Perfusi perifer tidak efektif b/d gangguan mekanisme regulasi d/d klien tampak pucat, CRT >3 detik

3. Hipervolemia b/d Gangguan mekanisme regulasi d/d Edema

4. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi d/d Tampak gelisah dan tegang

46
C. Intervensi
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
Pola nafas tidak Pola Napas Terapi Oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi dan Observasi:
efektik b/d
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat - Monitor kecepatan aliran oksigen
Perubahan irama membaik - Monitor posisi alat terapi oksigen
Kriteria Hasil:
jantung d/d Nafas Terapeutik:
- Dipsnea - Bersihkan sekret pada mulut, hidung
tampak cuping
- Penggunaan otot bantu napas - Berikan oksigen jika perlu
hidung
- Frekuensi napas Edukasi
- Kedalaman napas - Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen

Perfusi perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi


tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil : - Periksa sirkulasi perifer
gangguan 1) Warna kulit tidak pucat - Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
mekanisme regulasi 2) Tidak edema perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
d/d klien tampak 3) Kelemahan otot berkurang pada ekstremitas
pucat, CRT >3 4) Pengisian kapiler <3 detik Terapeutik
detik 5) Akral hangat - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
di area keterbatasan perfusi

47
6) Turgor Kulit baik - Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada
area yang cedera
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika
perlu
- Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi

Hipervolemi b/d Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
Gangguan
mekanisme - Periksa tanda dan gejala hipervolemia
keseimbangan regulasi didalam tubuh dengan kriteria hasil:

regulasi d/d - Identifikasi penyebab hipervolemia


1) Asupan cairan
Edema 2) Haluaran urine - Monitor status hemodinamik
3) Edema - Monitor intake dan output cairan
4) Asites Terapeutik

- Timbang berat badan setiap hari pada waktu


yang sama

48
Edukasi

- Ajarkan cara membatasi cairan


Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
Ansietas b/d kurang Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
informasi d/d Tampak tingkat ansietas menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
gelisah dan tegang Kriteria Hasil: - Monitor tanda-tanda ansietas
1) Konsentrasi Terapeutik:
2) Pola tidur - Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan

3) Perilaku gelisah kepercayaan


- Dengarkan dengan penuh perhatian
4) Verbalisasi kebingungan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
dihadapi
kecemasan
6) Perilaku tegang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

49
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

50
Hari/
D. Tgl
ImplementasiDiagnosa
& Evaluasi Implementasi Evaluasi T TD
keperawatan
Jum’at Pola nafas tidak - Memonitor pola nafas Pukul 14.30 WIB
04/ 11-2021 - Memposisikan semi fowler
efektif
09.00 WIB - Kolaborasi pemberian oksigen S:
- Memonitor sputum - Klien mengatakan nafas masih terasa sesak
- Klien mengatakan badan masih terasa lemah
- Klien mengatakan lebih nyaman setelah
diberikan O2

O:
- Klien sudah diberikan oksigen
- Klien tampak masih lemah
- Tampak terpasang O2 nasal kanul 4L
- TD : 168/87 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 25x/i
- Saturasi O2 94%
A:
Masalah belum teratasi (pola nafas tidak efektif)
P:
Intervensi dilanjutkan

51
- Monitor TTV
- Mempertahankan saturasi O2

Perfusi perifer - Memeriksa sirkulasi perifer S:


tidak efektif - Memonitor suhu, kemerahan, nyeri, - Klien mengatakan badan masih terasa lemah
atau bengkak pada ekstremitas - Klien mengeluh kepala terasa pusing
- Menganjurkan menggunakan obat O:
penurun tekanan darah, - Klien tampak masih lemah
antikoagulan - Akral masi teraba dingin
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- TD : 168/87 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 25x/i
A:
Masalah belum teratasi (Perfusi Perifer)

P:
Intervensi dilanjutkan (Perawatan sirkulasi)

Hipervolemia b/d - Memonitor tanda dan gejala S:


Gangguan hipervolemia - Klien mengatakan kaki masih bengkak
mekanisme - Memonitor TTV - Klien mengeluh BAK masih sedikit
regulasi - Memonitor intake dan output
d/d Edema cairan O:

52
- Mengkolaborasi pemberian - Tampak kaki masih sembab
analgetik - Pitting edema waktu kembali masih > 3
detik
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Klien telah dibatasi asupan cairan dan garam
- intake 1100 cc /24 jam
- Output 330 cc/24jam
- Balance cairan + 215 cc
- TD : 168/87 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 25x/i
A:
Masalah belum teratasi (Hipervolemia)
P:
Intervensi dilanjutkan
- Mengkolaborasi pemberian analgeyik
- Membatasi asupan cairan dan garam
Ansietas b/d kurang
terpapar informasi d/d - Identifikasi saat tingkat ansietas Pukul 14.30 WIB
S:
Tampak gelisah dan berubah
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Klien mengatakan sering memikirkan
tegang
- Mendengarkan dengan penuh perhatian kondisinya
- Klien mengatakan masih khawatir dengan

53
- Menggunakan pendekatan yang tenang kesehatannya
dan meyakinkan - Klien mengatakan senang melakukan terapi
- Melatih kegiatan pengalihan untuk
relaksasi nafas dalam
mengurangi ketegangan
O:
- Terapi relaksasi nafas dalam sudah
diterapkan
- Klien tampak masih gelisah dan khawatir
- Klien tampak antusias melakukan terapi
relaksasi nafas dalam
- TD : 168/87 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 25x/i
A:
Masalah belum teratasi (Ansietas)
P:
Intervensi dilanjutkan:
- Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
-Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Monitor tanda-tanda ansietas

54
Hari/ Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi T TD
keperawatan
Sabtu Pola nafas tidak - Memonitor pola nafas Pukul 14.30 WIB
05/ 11-2021 - Memposisikan semi fowler
efektif
09.00 WIB - Mengkolaborasi pemberian oksigen S:
- Menmonitor sputum - Klien mengeluh sesak masih terasa namun
sudah mulai berkurang
- Klien mengatakan merasa lebih baik selama
oksigen dialirkan
O:

- Kilien masih tampak sesak


- Sesak tampak berkurang
- Oksigen sudah diberikan sebanyak 4L
- Pernapasan tampak cuping hidung
- RR : 22x/i
A:
Masalah belum teratasi (Pola nafas tidak efektif)

P:
Intervensi dilanjutkan
- Monitor TTV
- Mempertahankan saturasi O2

Perfusi perifer - Memeriksa sirkulasi perifer S:


- Klien mengatakan badan masih terasa lemah dan

55
tidak efektif - Memonitor suhu, kemerahan, nyeri, lesu
atau bengkak pada ekstremitas - Klien mengatakan ekstremitas masih bengkak
- Menganjurkan menggunakan obat - Keluarga klien mengatakan klien masih pucat
penurun tekanan darah, O:
antikoagulan - Klien tampak masih lemah
- Akral masi teraba dingin
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- TD : 155/85 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,5oC
- RR : 22x/i
A:
Masalah belum teratasi (Perfusi Perifer)

P:
Intervensi dilanjutkan (Perawatan sirkulasi)

Hipervolemia b/d - Memonitor tanda dan gejala S:


Gangguan hipervolemia - Klien mengatakan kaki masih tampak
mekanisme - Memonitor status hemodinamik bengkak
regulasi - Memonitor intake dan output - Keluarga klien mengatakan perut klien
d/d Edema cairan masih tampak buncit
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik O:
- Tampak kaki masih sembab

56
- Pitting edema waktu kembali masih > 3
detik
- Urin masih tampak sedikit (Volume 330
ml/24 jam)
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Klien telah dibatasi asupan cairan dan garam
- intake 1100 cc /24 jam
- Output 330 cc/24jam
- Balance cairan + 215 cc
- IWL 555 cc/24 jam
- TD : 155/85 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,5oC
- RR : 22x/i

A:
Masalah belum teratasi (Hipervolemia)

P:
Intervensi dilanjutkan
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
- Memonitor intake dan output cairan
- Membatasi asupan cairan dan garam

57
Ansietas b/d kurang
terpapar informasi d/d - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas Pukul 14.30 WIB
S:
Tampak gelisah dan berubah
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Klien mengatakan sering memikirkan
tegang
- Mendengarkan dengan penuh perhatian kondisinya

- Menggunakan pendekatan yang tenang - Klien mengatakan masih khawatir dengan


dan meyakinkan kesehatannya
- Melatih kegiatan pengalihan untuk - Klien mengatakan senang melakukan terapi
mengurangi ketegangan relaksasi nafas dalam
O:
- Terapi relaksasi nafas dalam sudah diterapkan
- Klien tampak masih gelisah dan khawatir
- Klien tampak antusias melakukan terapi
relaksasi nafas dalam
- TD : 155/85 mmHg
- N : 85 x/i
-S : 36,2oC
- RR : 22x/i
A:
Masalah belum teratasi (Ansietas)
P:
Intervensi dilanjutkan:

58
- Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Monitor tanda-tanda ansietas

59
Hari/ Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi T TD
keperawatan
Minggu Pola nafas tidak - Memonitor pola nafas Pukul 14.30 WIB
06/ 11-2021 - Memposisikan semi fowler
efektif
09.00 WIB - megkalaborasi pemberian oksigen S:
- Memonitor sputum - Klien mengatakan sesak sudah berkurang
- Klien mengatakan badan masih terasa lemah
- Klien mengatakan merasa lebih tenang
- Klien mengatakan sesekali masih terbangun
karena sesak

O:
- Klien tampak lebih tenang
- Klien tampak masih agak sesak
- Klien masih tampak pucat
- TD : 145/80 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 20x/i
- Saturasi O2 94%
A:
Masalah teratasi sebagian (Pola nafas tidak efektif)

60
P:
Intervensi dilanjutkan
- Monitor TTV
- Mempertahankan saturasi O2

Perfusi perifer - Memeriksa sirkulasi perifer S:


tidak efektif - Klien mengatakan badan masih terasa lemah dan
- Memonitor suhu, kemerahan, nyeri, lesu
atau bengkak pada ekstremitas - Klien mengatakan ekstremitas masih bengkak
- Keluarga klien mengatakan klien masih pucat
O:
- Klien tampak masih lemah
- Akral masi teraba dingin
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik

- TD : 145/80 mmHg
- N : 85 x/i
- S : 36,6oC
- RR : 20x/i
A:
Masalah belum teratasi (Perfusi Perifer)

P:
Intervensi dilanjutkan (Perawatan sirkulasi)

Hipervolemia b/d - Memonitor tanda dan gejala S:

61
Gangguan hipervolemia - Klien mengatakan kaki masih tampak
mekanisme - Memonitor status hemodinamik bengkak, namun mulai berkurang
regulasi - Memonitor intake dan output
- Keluarga klien mengatakan perut klien
d/d Edema cairan
sudah tidak terlalu besar tampak mulai
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik berkurang
O:
- Tampak edema berkurang
- Pitting edema waktu kembali masih > 3
detik
- Urin masih tampak sedikit (Volume 330
ml/24 jam)
- Mukosa bibir klien tampak kering
A:
Masalah teratasi sebagian (Hipervolemia)
P:
Intervensi dilanjutkan
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
Ansietas b/d kurang - mengidentifikasi saat tingkat ansietas Pukul 14.30 WIB
terpapar informasi d/d S:
berubah
Tampak gelisah dan - Monitor tanda-tanda ansietas - Klien mengatakan sering memikirkan
tegang
- Mendengarkan dengan penuh perhatian kondisinya
- Menggunakan pendekatan yang tenang - Klien mengatakan masih khawatir dengan
dan meyakinkan kesehatannya

62
- Melatih kegiatan pengalihan untuk - Klien mengatakan senang melakukan terapi
mengurangi ketegangan relaksasi nafas dalam
O:
- Terapi relaksasi nafas dalam sudah diterapkan
- Klien tampak masih gelisah dan khawatir
- Klien tampak antusias melakukan terapi
relaksasi nafas dalam
- TD : 145/80 mmHg
- N : 90 x/i
-S : 36,6oC
- RR : 22x/i
A:
Masalah belum teratasi (Ansietas)
P:
Intervensi dilanjutkan:
- Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Monitor tanda-tanda ansietas

63
Hari/ Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi T TD
keperawatan
Senin Pola nafas tidak - Memonitor pola nafas Pukul 14.30 WIB
07/ 11-2021 - Memposisikan semi fowler
efektif
09.00 WIB - mengkolaborasi pemberian oksigen S:
- memonitor sputum - Klien mengatakan nafas sudah tidak sesak
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman
O:
- Klien tampak sudah tidak sesak
- Tampak tidak ada nafas cuping hidung
- Tampak tidak ada retraksi dinding dada
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/i
- S : 36,8oC
- RR : 19x/i
- Saturasi O2 97%
A:
Masalah teratasi (Pola nafas tidak efektif)

P:
Intervensi dilanjutkan
- Monitor TTV
- Mempertahankan saturasi O2

64
Perfusi perifer - Memeriksa sirkulasi perifer S:
tidak efektif - Memonitor suhu, kemerahan, nyeri, - Klien mengatakan badan masih terasa lemah dan
atau bengkak pada ekstremitas lesu
- Klien mengatakan ekstremitas masih bengkak
- Keluarga klien mengatakan klien masih pucat
O:
- Klien tampak masih lemah
- Konjungtiva anemis
- CRT 3 detik
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/i
- S : 36,5oC
- RR : 19x/i
A:
Masalah teratasi sebagian (Perfusi Perifer)

P:
Intervensi dilanjutkan (Perawatan sirkulasi)

Hipervolemia b/d - Memonitor tanda dan gejala S:


Gangguan hipervolemia - Klien mengatakan kaki masih tampak
mekanisme - Memonitor status hemodinamik bengkak dan sudah berkurang
regulasi - Memonitor intake dan output - Klien mengatakan perut mulai mengecil
d/d Edema cairan - Klien mengatakan merasa haus
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik

O:

65
- Tampak kaki masih sembab
- Pitting edema waktu kembali 3 detik
- Mukosa bibir klien tampak lembab
- Klien tampak lemah
- TD : 140/807 mmHg
- N : 80 x/i
- S : 36,5oC
- RR : 19x/i

A:
Masalah teratasi sebagian (Hipervolemia)

P:
Intervensi dilanjutkan
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
-
Ansietas b/d kurang
terpapar informasi d/d - mengidentifikasi saat tingkat ansietas Pukul 14.30 WIB
S:
Tampak gelisah dan berubah
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Klien mengatakan sering memikirkan
tegang
- Mendengarkan dengan penuh perhatian kondisinya

- Menggunakan pendekatan yang tenang - Klien mengatakan masih khawatir dengan


dan meyakinkan kesehatannya
- Melatih kegiatan pengalihan untuk - Klien mengatakan senang melakukan terapi

66
mengurangi ketegangan relaksasi nafas dalam
O:
- Terapi relaksasi nafas dalam sudah diterapkan
- Klien tampak masih gelisah dan khawatir
- Klien tampak antusias melakukan terapi
relaksasi nafas dalam
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/i
-S : 36,5oC
- RR : 19x/i
A:
Masalah teratasi sebagian (Ansietas)
P:
Intervensi dilanjutkan:
- Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Monitor tanda-tanda ansietas

67
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini peneliti akan membahas kesinambungan antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan pada Tn.P dengan CKD stg V, dilakukan pada
tanggal 04 – 07 November 2022. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa
dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi) (Ndun, 2018). Pasien
dengan inisial Tn.P berumur 54 Th tahun dengan jenis kelamin laki-laki
masuk RSUP Dr M.Djamil Padang melalui IGD pada , 29/11/2022 atas rujukan
dari RSUD Rasidin Padang.
Saat dilakukan pengkajian pada Tn.P pada tanggal 04 November 2022
dengan diagnosis CKD stg V data yang dijumpai yaitu klien mengeluh nafas
terasa sesak, klien tampak pucat, klien mengeluh lemah dan luse, BB klien
meningkat dari 75 Kg menjadi 80 kg. Klien mengatakan kaki klien
membengkak dan terlebih yang sebelah kanan dan terasa nyeri. Klien
mengatakan mempunyai riwayat DM Tipe 2 yang tidak terkontrol. Klien
mengatakan sangat takut dan merasa khawatir setelah mengetahui penyakit
yang dideritanya. Klien tampak gelisah dan mengeluh sering kesulitan tidur
jika mengingat kondisinya yang harus menjalani HD seumur hidup. Saat
observasi klien tampak pucat dan lemah, edema pada ekstremitas bawah
dengan derjat 2, CRT>3 detik, kulit tampak kering, mukosa bibir kering,
volume urin sedikit. Pengukuran tanda-tanda vital diperoleh TD 173/99
mmHg, RR 26 x/i, N 101 x/i, S 37oC. Pemeriksaan laboratorium Ureum (244),
kreatinin (10.9 mg/dL) , HB 8.3 g/dl dan HT 23 mm3.
Secara teoritis menurut (Azmi, 2021) pada pengkajian biasanya ditemukan
data subjektif dan obyektif pada pasien dengan CKD antara lain : nyeri dada,
kulit kering dan gatal, sering merasa lelah, perubahan frekuensi buang air kecil,
sakit kepala, tidak nafsu makan, kram otot, mual dan muntah, pembengkakan
pada lengan dan kaki, sesak napas, mati rasa pada bagian tangan dan kaki,
gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan berat badan menurun. Pasien gagal
ginjal kronis juga berisiko mengalami anemia, penyakit tulang, dan kekurangan
gizi. Keadaan umum dimana pasien lemah, letih TTV : RR meningkat, TD
meningkat. biasanya pasien berwajah pucat konjungtiva anemis dan sklera
ikterik, terjadi distensi abdomen, asites atau penumpukan cairan, pasien
tampak mual dan muntah. didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas,
kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan
keterbatasan gerak sendi. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya Kadar
kreatinin dan ureum yang tinggi dalam darah.
Menurut asumsi kelonpok bahwasanya dari semua data yang didapatkan
dalam pengkajian pada kasus Tn.P ini tampak bahwa secara garis besar
penyebab tanda dan gejala yang ditemukan sesuai dengan tinjauan teoritis,
banyak kesesuaian data antara teori namun juga beberapa ketidak sesuaian
data yang ditemukan. Kesesuaian data diantaranya seperti : Pada teori Klien
dengan CKD mengalami sesak nafas, frekuensi urin menurun, keadaan lemah,
dan letih, nilai pemeriksaan laboratorium ureum dan kreatinin mengalami
peningkatan, adanya penumpukan cairan. Sedangkan ketidaksesuaian data
yang ditemukan bahwa klien tidak mengeluh mual muntah serta tidak ada
penurunan nafsu makan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang
actual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Samudin,
2019).
Secara teoritis diagnosa keperawatan SDKI (2017) pada kasus CKD akan
ditemukan beberapa diagnosa keperawatan antaralain: Penurunan curah
jantung b/d perubahan irama jantung, Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan
menelan (mual dan muntah), Ketidakefektifan pola nafas b/d hipoventilasi,
Hipervolemia b/d kelebihan volume cairan, Gangguan rasa nyaman b/d gejala

69
penyakit, Kerusakan integritas kulit b/d kelebihan caiaran, Gangguan pola tidur
b/d gejala penyakit, Intoleransi Aktifitas, Ansietas b/d kondisi klinis terkait
penyakit kronis, kurang terpapar informasi, Keletihan b/d Kelemahan dan kram
otot, perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan HB.
Berdasarkan kasus yang dialami oleh TnP yaitu penulis mengangkat
beberapa diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu Pola nafas tidak efektif
b/d obesitas dan penurunan enegri ,Hipervolemia b/d Gangguan mekanisme
regulasi, perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi HB, Ansietas
b/d kondisi klinis terkait penyakit kronis.
Menurut asumsi penulis bahwasanya keempat diagnosa yang ditemukan
dan didiangkat pada kasus Tn.P sudah sesuai dengan diagnosa yang ada dalam
asuhan keperawatan dengan kasus CKD On HD secara teoritis.
1. Pola Nafas tidak efektif b/d obesitas dan penurunan energi d/d
pernapasan cuping hidung
Berdasarkan data yang ditemukan pada kasus Tn.P bahwasanya
klien mengalami peningkatan RR dan penurunan HB,. Secera teoritis
pada kasus CKD penurunan Hb disebabkan karena fungsi ginjal yang
sudah terganggu. Dimana salah satu fungsi ginjal adalah untuk
memproduksi EPO (eritropoietin) sebagai bahan pembentuk sel darah
merah yang dihasilkan ginjal. Ketika ginjal rusak, maka ginjal tidak
cukup membuat EPO akibatnya sel darah merah yang dihasilkan akan
sedikit, sehingga terjadi anemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
klien kekurangan o2 yang diangkut darah akibatnya klien merasa sesak
nafas.. Selain itu, penyebab pola nafas tidak efektif pada Tn.P adalah
bobot badan yang termasuk ke dalam kategori obesitas.
2. Perfusi Perifer tidak efektif b/d Penurunan konsentrasi HB d/d klien
tampak pucat , CRT > 3 detik
Berdasarkan data yang ditemukan pada kasus Tn.P bahwasanya
klien tampak pucat, konjungtiva tampak anemis, CRT > 3 detik, adanya
edema pada ekstremitas bawah dengan derjat edema 2 dengan kedalama
setelah dilakukan pitting edema yaitu 2 mm. Menurut asumsi kelompok
data temuan yang ditemukan dalam kasus Tn.P sudah sesuai dengan
tanda gejala klinis sesuai dalam SDKI (2017).

70
Ketidakefektifan perfusi perifer yang dialami Tn.P merupakan
akibat dari kerusakan pada glomerulus ginjal sehingga darah yang
harusnya disaring tidak dapat dilakukan penyaringan sehingga terjadi
penumpukan racun tubuh seperti urea yang mengakibatkan terjadinya
edema pada ekstremitas bawah.
3. Hipervolemia b/d Gangguan mekanisme regulasi d/d edema pada
ekstremitas
Pada pasien CKD yang mengalami kelebihan cairan yang
diakibatkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus sehingga terjadimya
retensi urine, ureum dan kreatinin. Cairan bergerak ke ruang intertisial
dan terajdi akumulasi cairan diruangan tersebut sehingga menimbulkan
edema.
Berdasarkan data yang ditemukan pada kasus Tn.P, bahwasanya
Klien mengalami edema pada kedua ekstremitas bawah dengan derajat
edema yaitu derajat 2, dengan kedalama 4mm saat dilakukan pitting
edema kembali dalam waktu >3detik. Menurut asumsi kelompok
berdasarkan kasus temuan nyata yang terjadi pasa Tn.P sudah sesuai
dengan penjelasan secara teoritis.
4. Ansietas b/d kurang terpapar informasi d/d Tampak gelisah dan
tegang
Berdasarkan Nanda (2005) dalam (Nurhalimah 2016) beberapa
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah psikologis
kecemasan atau ansietas diantaranya yaitu stress dan adanya ancaman
kematian. Dalam kasus CKD On HD, klien yang mengalami masalah
psikologis kecemasan yang menyebabkan klien stress diakibatkan karena
pada pasien CKD salah satu pengobatannya yaitu diwajibkan melakukan
hemodialisa atau cuci darah yang dilakukan seumur hidup.
Menurut asumsi kelompok, pada kasus Tn.P akan sangat memicu
terjadinya kecemasan karena bagi klien yang baru mengetahui
penyakitnya setelah terjadi pada stadium lanjut yaitu pada stage V, hal ini
akan menimbul stress, karena harus melakukan hemodialisa seumur
hidup.

71
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarakan SDKI, SLKI dan SIKI Edisi I perencanaan keperawatan
merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan. Diharapkan perawat
mampu memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan/hasil yang diharapkan,
memilih intervensi yang paling tepat, dan menulis dan mendokumentasikan
rencana keperawatan.
Pada kasus Tn.P dengan diagnosa keperawatan yang berurutan sesuai
dengan prioritas masalah keperawatan yaitu Pola nafas tidak efektif b/d
obesitas dan penurunan energig d/d pernapasan cuping hidung, perfusi perifer
tidak efektif b/d penurunan HB d/d klien tampak pucat, CRT > 3 detik, ,
hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi, dan ansietas b/d kurang
terpapar informasi, semua intervensi sudah dilaksanakan sesuai dengan teori.
Pada kasus Tn.P dengan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif b/d
obesitas dan penurunan energig d/d pernapasan cuping hidung berdasarkan
intervensi yang diberikan berdasarkan SIKI (2017) yaitu monitor kecepatan
aliran oksigen, monitor posisi alat terapi oksigen, bersihkan sekret pada
mulut, hidung , Berikan oksigen jika perlu, Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah, Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
Diagnosa yang kedua yaitu perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan HB
intervensi disesuaikan dengan SIKI (2017) dengan luaran berdasarkan SLKI
(2017) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil tidak edema perifer, kelemahan
otot berkurang, pengisian kapiler <3 detik, akral hangat, turgor kulit baik.
Secara umum tujuan keperawatan pada pasien yang mengalami
Hipervolemia tergantung pada batasan karakteristik masing-masing individu.
Adapun tujuan yang telah ditetapkan pada kasus Tn.P adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
Porsi makanan yang dihabiskan, Berat Badan atau IMT dalam batas normal,
Frekuensi makan meningkat, Nafsu makan meningkat, Perasaan cepat kenyang
berkurang.
Diagnosa ke ketiga hipervolemia yang disesuaikan dengan intervensi dari
SIKI (2017) dapat di diberikan pada kasus Tn.P karena pada kasus Tn.Pyang

72
mengalami edema pada eksremitas yang berarti klien mengalami kelebihan
cairan dimana intervensi yang diberikan secara teori yaitu membatasi asupan
cairan dan garam, memonitor intake dan output cairan, dan mengkolaborasikan
pemberian diuretik, dengan membatasi cairan mencegah terjadinya
peningkatan derajat edema. Memonitor intake dan output dapat mengetahui
sejauh mana kelebihan cairan yang ada dalam tubuh klien, dan
mengkolaborasikan pemberian diuretik yang berfungsi sebagai membuang
kelebihan air dan garam dalam tubuh.
Diagnosa yang keempat yaitu ansietas b/d kurang terpapar informas
berdasarkan intervensi yang diberikan (SIKI, 2017) yaitu identifikasi saat
tingkat ansietas berubah, monitor tanda-tanda ansietas, mendengarkan dengan
penuh perhatian, menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan melatih teknik
relaksasi nafas dalam.
Adapun tujuan yang telah ditetapkan pada kasus Tn. P adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun
dengan kriteria Hasil: konsentrasi, pola tidur, perilaku gelisah, verbalisasi
kebingungan, verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dan perilaku
tegang.
Menurut asumsi penulis pada kasus Tn. P dengan masalah keperawatan
ansietas atau kecemasan, penulis memberikan intervensi sesuai berdasarkan
SIKI (2017), dengan memberikan intervensi nonfarmakologi berupa yang
dilakukan selam 4 hari berturut turut dapat menurunkan tingkat kecemasan.
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan yang
dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
diharapkan evaluasi pada Tn.P sesuai dengan kriteria baik secara objektif
maupun secara subjektif.

73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses asuhan keperawatan komunitas pada Tn.P
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V On HD Di Ruang HCU
Interne RSUP Dr M.Djamil Padang yang dilakukan dari tanggal 04 – 07
November 2022 didapatkan kesimpulan :
1. Pengkajian yang dilakukan pada kasus Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage V pada Tn.P yang dilakukan pada 04/11/2022, klien mengeluh
bafas terasa sesak, klien mengeluh kedua ekstremitas bengkak, klien
mengatakan BB klien peningkatan. badan klien klien terasa lemah dan
lesu. Klien mengatakan mempunyai riwayat DM tipe II tidak terkontrol.
Klien mengatakan sangat takut dan merasa khawatir setelah mengetahui
penyakit yang dideritanya. Klien tampak gelisah dan mengeluh sering
kesulitan tidur jika mengingat kondisinya yang harus menjalani HD
seumur hidup. Saat observasi klien tampak lemah, edema pada
ekstremitas bawah dengan derjat 2, kulit tampak kering, mukosa bibir
kering, volume urin sedikit. Pengukuran tanda-tanda vital diperoleh TD
173/99 mmHg, RR 26 x/i, N 1013 x/i, S 37 oC. Pemeriksaan laboratorium
Ureum (244), kreatinin (10.9 mg/dL) meningkat, Hb 8.3, dan Ht 23gr/dl
2. Dari analisa data yang didapatkan penulis menegakkan 4 diagnosa
keperawatan pada Tn.P yaitu Pola nafas tidak efektif b/d obesitas dan
penurunan energi, Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan HB,
Hipervolemia b/d Gangguan mekanisme regulasi, dan Ansietas b/d kurang
terpapar informasi. Masalah tersebut berdasarkan pada data subjektif dari
orangtua klien dan data observasi penulis serta hasil pemeriksaan
penunjang.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn.P dengan diagnosa
pertama Pola nafas tidak efektif yang diberikan adalah terapi oksigen,
diagnosa kedua perfusi perifer tidak efektif intervensi yang diberikan
perawatan sirkulasi, hipervolemia intervensi yang diberikan berdasarkan
SDKI (2017) adalah Manajemen Hipervolemia. Diagnosa keempat

74
Ansietas b/d kurang terpapar informasi yaitu adalah Reduksi Ansietas
dengan pengaplikasian terapi non farmakologi.
4. Implementasi keperawatan terhadap Tn.P yang dilakukan selama empat
hari yang di mulai pada hari Jum’at tanggal 04 November 2022 hingga
Minggu tanggal 07 November 2022 . Implementasi yang dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya yang dilakukan
berdasarkan SDKI (2017).
5. Evaluasi yang penulis lakukan pada Tn.P berdasarkan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Implementasi yang telah dilakukan
selama empat hari didapatkan bahawa diagnosa pola nafas tidak efektif
pada hari pertama hingga hari ke 3 belum teratasi sepenuh nya, pada hari
keempat masalah teratasi., perfusi perifer tidak efektif pada hari pertama
hingga hari ke empat masalah belum terasatasi sepenuhnya,. Hipervolemia
pada hari pertama hingga hari ke 4 belum teratasi sepenuh nya. Evaluasi
masalah ansietas untuk hari pertama masalah belum teratasi, pada hari
kedua implementasi masalah teratasi sebagian hingga hari keempat
masalah teratasi sebagian teratasi.

B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.P di


ruang HCU Interne RSUP Dr M.Djamil Padang dan kesimpulan yang telah
disusun seperti diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : bagi
Mahasiswa diharapkan hasil seminar kasus ini dapat menambah wawasan
mahasiswa serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan khususnya pada pasien CKD stage v.
.

75
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, N. (2021). Gagal Ginjal Kronis. Https://Hellosehat.Com/.


https://hellosehat.com/urologi/ginjal/gagal-ginjal-kronis/

Dafriani, P., Marlinda, R., & Dewi, R. I. S. (2022). Edukasi Perawatan Gagal
Ginjal Kronik Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil
Padang (Vol. 4). Sekolah Tinggi Kesehatan Syedza Saintika.

Damanik, H. (2020). Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam


Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Imelda, 6.

Gerliandi, G. B., Maniatunufus, Pratiwi, R. D. N., & Agustina, H. S. (2021).


Intervensi Non-Farmakologis Untuk Mengurangi Kecemasan Pada
Mahasiswa: Sebuah Narrative Review. Jurnal Keperawatan, 9.

Infodatin Kemenkes RI. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Infodatin


Kemenkes RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-ginjal-2017.pdf

Klikdokter. (2021). Gagal Ginjal Kronis. Https://Www.Klikdokter.Com/.


https://www.klikdokter.com/penyakit/gagal-ginjal-kronis

Klikdokter. (2022). Gagal Ginjal Kronis. Https://Www.Klikdokter.Com/.


https://www.klikdokter.com/penyakit/gagal-ginjal-kronis

Makarim, F. R. (2022). Gangguan Kecemasan Umum.


Https://Www.Halodoc.Com/. https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-
kecemasan-umum

Muhlisin, A. (2020). Anxiety - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati.


Https://Www.Honestdocs.Id/. https://www.honestdocs.id/ansietas

76
Munazilah, & Hasanat, N. U. (2018). Program Mindfulness Based Stress
Reduction untuk Menurunkan Kecemasan pada Individu dengan Penyakit
Jantung Koroner. Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology
(Gamajpp), 4.

Nareza, M. (2021). Gagal Ginjal Kronis. Https://Www.Alodokter.Com/.


https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis

Nata, N. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Ckd ( Analisis
Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Ckd ( Kidney Disease Chronic )
Dengan Intervensi Inovasi Teknik Relaksasi Benson Pada Kualitas Tidur
Kombinasi Dengan Terapi ) Dengan Intervensi Inovasi . Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur 2019.

National Kidney Foundation. (2022). Chronic kidney disease (CKD) - Symptoms,


causes, treatment. Https://Www.Kidney.Org/.
https://www.kidney.org/professionals/guidelines/guidelines_commentaries

Ndun, F. T. (2018). Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An. A Di Ruang


Kenanga Rsud Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang.

Paramaningtyas, D. (2019). Chronic Kidney Disease Stage V On Hemodialisis.


Universitas Udayana.

Ramadhani, W. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic


Kidney Desease (CKD) Di Ruang Penyakit Dalam Pria Rsup Dr. M. Djamil
Padang. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

Riskesdas. (2018). Hasil Riskesdes 2018. Https://Kesmas.Kemkes.Go.Id/.

Samudin, A. (2019). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia Limfositik


Akut Di Ruangan Melati Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

77
Sutisna, N. S. (2017). Penyakit Ginjal Kronis. Https://Www.Alomedika.Com/.
https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/penyakit-ginjal-kronis/
patofisiologi

Sutisna, N. S. (2021). Penyakit Ginjal Kronis. Https://Www.Alomedika.Com/.


https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/penyakit-ginjal-kronis

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.

78

Anda mungkin juga menyukai