Anda di halaman 1dari 3

TORCH => Toxoplasma

Dilihat dari sejarahnya, Toxoplasma adalah parasit protozoa bersel tunggal penyebab
Toxoplasmosis. Virus ini pertama kali ditemukan dalam hewan pengerat di Afrika
Utara yang disebut gondii oleh Charles Nicolle dan Lonis Manceaux di Laboartorium
Institut Pasteur di Tunisia pada tahun 1908. Siklus hidup selengkapnya baru
ditemukan pada tahun 1970 yakni ditemukannya siklus seksual pada kucing sebagai
hospes tetapnya, sedangkan pada hospes perantara adalah berbagai jenis burung dan
mamalia termasuk manusia.

Toxoplasma gondii (sebutan di dunia medis) tersebar luas di alam, baik pada manusia
maupun hewan, dan merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi yang paling sering
terjadi pada manusia di seluruh permukaan bumi.

Angka prevalensi Toxoplasmosis di berbagai negara bervariasi, tidak membedakan


jenis kelamin pria dan wanita. Hasil penelitin yang dilakukan Remington dan
Desmonts (1982) di beberapa negara pada manusia prevalensi zat anti Toxoplasma
gondii dapat dilihat pada tabel berikut :
Negara Prevalensi (%)
USA 13 - 68 %
Austria 7 - 62 %
El Salvador 40 - 93 %
Finlandia 7 - 35 %
Inggris 8 - 25 %
Perancis 33 - 68 %
Tahiti 45 - 77 %

Tabel 1. Prevalensi Zat Anti Toxo di beberapa negara

Sedangkan di Indoneia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Gandahusa (1978), di


beberapa propinsi menunjukkan bahwa prevalensi zat anti terhadap Toxoplasma gondii
pada manusia berkisar 2 - 51%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Propinsi Prevalensi (%)
Jawa Timur 8,9 %
D.I. Yogyakarta 20 %
Jawa Tengah 2 %
Jawa Barat 51 %
DKI Jakarta 10-12,5 %
Sumatera Utara 9 %
Kalimantan Barat 3 %
Kalimantan Selatan 31 %
Sulawesi Tengah 16-27 %

Tabel 2. Prevalensi Zat Anti Toxo di Indonesia

Di Obano Irian Jaya (Papua) : 34,6 % (Gandahusada dan Endarjo,1980)


Di Manado : 60 % (kapojos,1988)

Toxoplasma gondii dapat dibedakan dalam 3 bentuk :

1. Oosit, yang merupakan hasil perkawinan mikrogamat dan mikrogamet yang terjadi
dalam usus kucing. Oosit diekskresi bersama tinja dan berada dalam tanah, tumbuhan
atau sayuran.

2. Trofozoit (takhizoit), timbul kalau Oosit termakan binatang atau manusia


kemudian pecah menjadi bentuk trofozoit yng sangat infektif. Trofozoit memperbanyak
diri dengan cara aseksual (pembelahan) mengakibatkan parasitemia dan menyerang
berbagai organ.
3. Kista. Berada dalam organ yang dapat bertahan hidup sepanjang kehidupan induk
semangnya.

Penelitian Toxoplasmosis di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Hartono pada


tahun 1972 dan baru dilaporkan tahun 1988. Peneliti tersebut berhasil mengisolasi
kista Toxoplasma pada kambing dan domba yang dipotong di rumah potong hewan
Surabaya dan Malang. Penelitian lapangan yang dilakukan di berbagai daerah
menunjukkan prevalensi penyakit ini bervariasi dan cenderung tinggi.

Angka prevalensi penyakit pada kambing berkisar 24-61%, kucing 10-40%, babi 28%,
domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, ayam 20%, itik 6%, anjing 10%, dan manusia 14-82%.
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala keguguran pada wanita hamil.

Van Der Veen (1974) melaporkan bahwa dari 52 orang yang mengalami keguguran yang
diamati di Surabaya, sekitar 46,1% terjangkit Toxoplasmosis. Demikian pula Dachlan
(1988) melaporkan bahwa 8 (26,7%) dari 30 wanita hamil normal di Medan terbukti
menderita Toxoplasmosis, sedangkan 19 (65,5%) dari 29 wanita hamil dengan kelainan
pada plasenta menderita Toxoplasmosis. Selama infeksi berlangsung gejala klinis
penyakit bersifat tidak spesifik dan bersifat sub klinis.

Akhir - akhir ini banyak tenaga medis, veterinarian, ilmuwan, peneliti, dan
kalangan ekonom mulai memperhatikan kehadiran Toxo yang merupakan patogen yang
berperan penting dalam kehidupan kita. Toxo pada hewan - hewan domestik mempunyai
arti ekonomis yang sangat penting di negara - negara seperti Inggris dan Selandia
Baru, di mana parasit tersebut mengakibatkan banyak kasus aborsi pada domba.

Suatu penelitian di Norwegia yang melibatkan 35.940 wanita hamil selama 1992 hingga
1994 memberikan gambaran sebagai berikut : 10,9% wanita terinfeksi sebelum
kehamilan dan 0,17% terjangkit infeksi selama kehamilan. Ini berarti 1 dari 10 ibu
hamil berisiko mengidap infeksi Toxoplasma gondii.

TORCH => Rubella

Rubella yang sering disebut orang dengan Campak Jerman merupakan jenis penyakit
menular yang disebabkan oleh virus. Rubella dapat menyerang siapa saja tidak
pandang bulu. Bisa menyerang orang tua, remaja, anak - anak, bahkan bayi sekalipun.
Sebenarnya Rubella ditemukan oleh Sir Norman Greg dari Eropa sejak tahun 1941,
namun baru dapat disosialisasikan pada tahun 1962. Walaupun penderita Rubella tidak
menampakkan gejala klinis 14-21 hari, namun virus ini sebetulnya telah berada di
beberapa tempat misalnya tenggorokan, bulu hidung, air seni, dan kotoran manusia.

Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian saluran pernafasan atau di dalam
tenggorokan. Cara penularannya bisa lewat udara, ludah, kontak kulit, dan dapat
juga lewat kotoran manusia. Virus ini sangat berbahaya bila menyerang ibu hamil
karena bisa mengakibatkan keguguran. Kalau tidak keguguran maka anak yang
dilahirkan bisa terkena penyakit katarak, tuli, hidrosefalus, microsefalus,
hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, para - paru, dan
limpa). Bisa juga menyebabkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental,
hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata dan beberapa jenis penyakit
lainnya.

Serangan Rubella pada anak - anak biasanya menyebabkan panas badan dan sakit di
persendian tubuh. Kemudian tampak bercak - bercak merah yang berdiameter sekitar 2-
3 mm. Juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di belakang telinga atau
di bawah leher. Mula - mula bercak - bercak merah menyerang wajah, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh secara merata. Gejala pada ibu sama dengan gejala yang
ada pada anak. Bercak - bercak ini seperti campak, makanya di Jerman Rubella sering
disebut German Measless (Campak Jerman).
Pengaruhnya secara langsung kepada janin adalah keguguran spontan yang bisa
mencapai 50%. Sel yang belum mtang lebih mudah terinfeksi virus Rubella. Hal ini
disebabkan antigen yang dibuat janin baru berfungsi setelah kelahirannya. Ini
berarti antigen harus menunggu sampai jangka waktu tertentu. Karena itu, virus
mudah terinfeksi pada kehamilan 3 bulan pertama. Akibatnya yang nampak,
kecenderungan resiko pada bayi keguguran mencapai angka 50%. Biasanya selain
menyebabkan abortus spontan, juga menyebabkan pertumbuhan tengkorak kecil dan
penyakit lainnya. Makin tua kehamilan (terutama setelah 20 minggu) kelainan pada
bayinya lebih sedikit.

Pengobatan virus Rubella terbilang sulit. Sampai sekarang medis belum menemukan
obatnya. Biasanya yang dapat dicapai adalah menghilangkan keluhan pasien seperti
demam atau rasa nyeri. Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus
Rubella lebih sulit. Cara yang agak mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent.
Pemeriksaan terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah
serologi antigen Rubella.

Ada beberapa dokter yang menangani ibu hamil terinfeksi Rubella biasanya diberi dua
pilihan meneruskan kehamilan dengan risiko tertentu atau terminasi (aborsi). Begitu
sulitnya mendeteksi dan mengobati virus Rubella, kadang dokter medis menganjurkan
seorang wanita yang merencanakan kehamilan untuk memeriksakan darah. Bagi wanita
yang terkena virus Rubella biasanya lebih kebal terhadap virus ini. Setelah vaksin
diberikan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan sejak menerima vaksin.

Namun sekarang ibu hamil yang terkena Rubella tidak perlu khawatir, karena meskipun
secara medis belum mampu mengobati, namun dengan adanya pengobatan Spesialis TORCH
oleh bapak Ir. H. Anda Juanda, Insya Allah virus Rubella tersebut bisa disembuhkan.
Banyak kasus yang telah ditangani, misalnya seorang ibu meskipun sudah pernah
mengalami keguguran 4 kali ke atas, namun dengan secara rutin pasien meminum
formula obat herbal Aquatreat Therapy, maka virus Rubella yang selama ini
menjadikan banyak orang menderita (khususnya ibu hamil) Insya Allah bisa dihindari.
Sehingga keinginan para ibu yang ingin segera mendapatkan anak pun bisa tercapai.

Infeksi virus Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa muda,
tetapi memberi nuansa istimewa seandainya infeksinya mengenai ibu hamil, di mana
virus dapat menembus barier plasenta dan langsung patogenik terhadap janin yang
dikandungnya. Dampak kelainan kongenital setelah kelahiran terutama dapat berupa
katarak mata, kelainan jantung, tuli, diabetes, dan paru - paru.

Biasanya anak lahir dengan berat badan rendah, trombositopenia, purpura,


mikrofthalmi, glaukoma, kornea yang keruh, rettinopati pigmentosa, tuli dan
gambaran radiolusen pada tulang. Virus dapat diekspresikan melalui urin maupun
pernafasan sampai selama 2 tahun, tetapi sebagian menetap dalam tubuh bayi yang
membentuk respons imunitas kuat. Dilaporkan pula bahwa virus Rubella persisten pada
bayi dan anak, dapat menyebabkan kelainan endokrin, misalnya terjadinya hipo.

Rubella dapat ditularkan melalui kontak perpafasan dan memiliki masa inkubasi
antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu sebelum
dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) pada kulit. Rash pada Rubella
berwarna merah jambu, mengjilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak selalu muncul untuk
semua kasus infeksi.

Anda mungkin juga menyukai