Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA KONSUMEN CHATIME


CABANG BERASTAGI GATOT SUBROTO MEDAN)

Haji Saputra Dalimunthe1, Ainun Mardhiyah2

1, 2
Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara
e-mail: 1hajisaputra1@gmail.com, 2mardhiyahainun26@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini berlatarkan pada persaingan usaha bisnis minuman berjenis bubble tea
yang semakin ketat, oleh karena itu setiap usaha yang ingin masuk ke dalam
persaingan minuman bubble tea harus mempunyai cara sendiri untuk menarik minat
beli konsumen. Bahkan tidak hanya untuk membeli sekali saja, namun untuk
pembelian berulang dan menjadi pelanggan yang loyal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian
konsumen Chatime, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk
terhadap keputusan pembelian konsumen Chatime, dan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh brand image dan kualitas produk secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian konsumen Chatime. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen Chatime yang sudah melakukan pembelian minimal 2 kali dan sampel yang
diambil sebanyak 96 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik non-probability sampling dengan pendekatan purposive sampling.
Hasil penelitian berupa brand image (X1) adalah sebesar 7,873, dimana nilai thitung lebih
besar dari nilai ttabel yaitu 1,985, yang berarti bahwa brand image memiliki pengaruh
yang positif dan juga signifikan terhadap keputusan pembelian. Kualitas produk (X2)
adalah 0,862, dimana nilai t tabel yaitu sebesar 1,985, yang mana memiliki arti bahwa
kualitas produk memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap
keputusan pembelian. Nilai Fhitung yang diperoleh adalah sebesar 113,302, dimana nilai
Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel yaitu sebesar 3,09 yang berarti bahwa brand image dan
kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian.
Kata Kunci : Brand Image, Kualitas Produk, Keputusan Pembelian.
Abstract
This research is based on the increasingly fierce competition in the-type beverage business bubble
tea , therefore every business that wants to enter into thebeverage competition bubble tea must
have its own way of attracting consumer buying interest. Not even just to buy once, but for
repeat purchases and become loyal customers. This study aims to determine how much influence
brand image has  on purchasing decisions of Chatime consumers, to find out how much
influence product quality has on purchasing decisions of Chatime consumers, and to determine
how much influence brand image and product quality collectively on purchasing decisions of
Chatime consumers. This study uses an associative research method with a quantitative
approach. The data collection technique was done by distributing questionnaires. The population
in this study were Chatime consumers who had made purchases at least 2 times and the samples
taken were 96 samples. The sampling technique in this study used a non-probability sampling
technique with aapproach purposive sampling. Results of the research is a brand image (X1) is
equal to 7.873, where the valuet is bigger than t table is 1.985, which means that the brand image
has a positive effects on purchasing decisions is also significant. Product quality (X2) is 0.862,
where the value of ttable is 1.985, which means that product quality has a positive but
insignificant effect on purchasing decisions. The value of F count obtained is 113.302, where is the
value of Fcount is bigger than the Ftable  value that is 3.09 which means that the brand image and
product quality together have a positive and significant effect on purchasing decisions.
Keywords: Brand Image, Product Quality, Purchase Decision.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini, persaingan usaha bisnis makanan dan minuman
sangatlah besar. Jumlah penduduk yang semakin besar dan terus bertambah juga
meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan dan perubahan gaya
hidup masyarakat memberikan dampak yang signifikan bagi industri makanan dan
minuman dimana masyarakat mulai mencari produk yang mengutamakan kesehatan
dan juga sesuai dengan gaya hidup masa kini.
Pertumbuhan industri ini didorong kecenderungan masyarakat khususnya kelas
menengah maupun kelas menengah ke atas yang mengutamakan konsumsi produk-
produk makanan dan minuman yang higenis dan alami. Industri makanan dan
minuman di Indonesia tidak hanya dimasuki oleh produk nasional, tetapi juga
dimasuki oleh produk asing. Perkembangan franchise asing yang lebih tinggi daripada
franchise lokal itu dikarenakan adanya perilaku masyarakat Indonesia yang lebih
percaya pada kualitas produk dan jasa dari franchise asing.
Bisnis franchise terutama di bidang kuliner saat ini sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat khususnya di Indonesia (Warni, 2016). Berdasarkan
data Kementerian Perdagangan, franchising saat ini masih didominasi oleh bidang
usaha kuliner baik restoran, rumah makan dan kafetaria sebesar 56% (Mudassir, 2017).
Perkembangan yang sangat pesat ini dikarenakan para pemilik perusahaan ingin
memperluas usahanya sampai ke pelosok Indonesia (Warni, 2016).
Chatime pertama kalinya masuk ke Indonesia pada Februari 2011 dengan
mengambil lokasi di Alam Sutera. Chatime telah berkembang dengan cepat menjadi
100 outlet pada bulan November 2014 di kota-kota besar di Indonesia termasuk
Jabodetabek, Cikarang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Medan, Pontianak,
Jambi, Palembang, Makasar dan Manado (Kawan Lama, 2014).
Kota Medan menjadi salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia, hal ini
menjadi peluang bisnis bagi pelaku bisnis di industri makanan dan minuman. Industri
makanan dan minuman di kota Medan, terdiri atas usaha lokal (UMKM) dan jaringan
franchise (nasional dan internasional). Bisnis franchise asing dalam bidang industri
makanan dan minuman yang sering di jumpai di mall kota Medan diantaranya KFC,
McDonalds, Starbucks, Pizza Hut, Chatime, Bread Talk, Sushi Tei dan masih banyak
yang lainnya. Banyaknya bisnis franchise asing membuat perusahaan harus dapat
memberikan keyakinan kepada konsumen terhadap produknya. Seperti produk
Chatime yang menjadi topik penelitian ini yang masuk dalam jajaran Top Brand Award,
yaitu penghargaan yang diberikan berdasarkan survei atau penilaian yang berskala
nasional.
Saat ini perusahaan Chatime sudah semakin mudah dijumpai dan juga
peminatnya semakin hari kian bertambah, maka dari itu faktor brand image terhadap
Chatime menjadi perhatian utama dalam penelitian ini. Brand memiliki peran penting
untuk sebuah produk sekaligus perusahaan yang sedang berkembang maupun yang
baru membuka pasar. Dengan terbentuknya brand image dapat membantu konsumen
dalam membeli produk. Brand image juga berkaitan dengan kepercayaan konsumen
terhadap suatu produk, yang diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan
konsumen, tetapi dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan terjamin. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk meneliti brand image Chatime adalah karena penulis
ingin mengetahui sejauh mana brand image Chatime menjadi faktor penarik minat
konsumen untuk membeli produk tersebut.
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara dengan seorang manager
Chatime Cabang Gatot Subroto Medan, beliau menjelaskan bahwasannya gerai tersebut
sebelumnya pernah mengalami kendala terkait sepinya pengunjung akibat lokasi yang
sempit dan juga tidak terlalu terlihat sehingga mereka akhirnya melakukan penutupan
sementara sembari membangun inovasi-inovasi baru guna meningkatkan popularitas
dari gerai Chatime di tempat tersebut. Hal tersebut menjadi faktor pendorong dalam
penelitian ini dimana saat ini gerai tersebut justru sudah kembali beroperasi normal
dalam memasarkan produk mereka dengan pengunjung yang bahkan jauh lebih pesat
dari sebelumnya.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas, penulis akan meneliti bagaimana
brand image dan kualitas produk dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen
dalam membeli produk Chatime di cabang Berastagi Gatot Subroto Medan. Atas dasar
hal tersebut penulis memilih untuk meneliti dengan mengambil judul penelitian
“Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Pada Chatime Cabang Berastagi Gatot Subroto Medan.”
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian konsumen
Chatime di Cabang Berastagi Gatot Subroto Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian
konsumen Chatime di Cabang Berastagi Gatot Subroto Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh brand image dan kualitas produk secara bersama-sama
terhadap keputusan pembelian konsumen Chatime di Cabang Berastagi Gatot Subroto
Medan.
3. Kerangka Teori
1. Brand Image
Citra merek merupakan serangkaian asosiasi (persepsi) yang ada dalam benak
konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna.
Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman
dan mendapat banyak informasi. Citra atau image merepresentasikan persepsi yang bisa
menggambarkan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari
persepsi inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand
loyalty) dari konsumen.
Menurut Kotler dan Keller (2016) adalah persepsi konsumen tentang suatu
merek sebagai refleksi dari asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. Citra merek
merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu
merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk
pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek.
Citra Merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi
terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap
merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan
dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif
terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian
(Setiadi, 2012).
Sedangkan citra merek menurut Buchari Alma (2013) adalah merek sebagai
suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu,
dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya. Asosiasi merek merupakan
informasi terhadap merek yang diberikan oleh konsumen yang ada dalam ingatan
mereka dan mengandung arti merek itu.
Berdasarkan dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa brand image
atau citra merek adalah serangkaian deskripsi dan sikap konsumen terhadap merek
tertentu. Brand Image dari suatu produk yang memiliki citra positif akan mendorong
konsumen melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang telah diyakininya
dari pada produk/jasa yang lain. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat
memperhatikan perilaku konsumennya. Brand Image yang memiliki keunikan juga akan
mudah diingat dalam benak seseorang dari pada produk dan jasa yang lainnya. Oleh
karena itu, perusahaan harus dapat memperhatikan perilaku konsumennya dan
menciptakan inovasi baru untuk mengantisipasi dimasa depan.

2. Kualitas Produk
Menurut Assauri (2014) kualitas produk adalah pernyataan tingkat kemampuan
dari suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan.
Kualitas produk menggambarkan sejauh mana kemampuan produk tersebut dalam
memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.
Pada dasarnya, kualitas produk adalah satu dari sekian banyaknya faktor
terpenting dalam menjalankan suatu bisnis, yang mana kualitas produk sangat
menentukan tingkat kepuasan konsumen dan juga masa depan perusahaan. Adanya
pergerakan bisnis yang dinamis membuat setiap perusahaan untuk bisa terus
meningkatkan inovasinya dalam mengembangkan produk yang ditawarkan ke
konsumen serta terus meng-update teknologi yang digunakan oleh perusahaan guna
mengembangkan kualitas produk.
Menurut Kotler dan Keller (2016), kualitas produk yaitu kemampuan suatu
barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa
yang diinginkan pelanggan. Kualitas produk memiliki suatu ketertarikan bagi
konsumen dalam mengelola hubungan yang baik dengan perusahaan penyedia
produk. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan dengan konsumen akan
memberikan peluang untuk mengetahui dan memahami apa yang menjadi kebutuhan
dan harapan yang ada pada persepsi konsumen. Maka, perusahaan penyedia produk
dapat memberikan kinerja yang baik untuk mencapai kepuasan konsumen melalui cara
memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimalisir pengalaman
yang kurang menyenangkan konsumen dalam mengonsumsi produk. Apabila kinerja
dari suatu produk yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan konsumen,
maka kualitas produk yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan konsumen.
Semakin tinggi tingkat kualitas produk, maka semakin tinggi pula tingkat
kepuasan konsumen yang dihasilkan (Kotler & Keller, 2016). Menurut Lupiyoadi dan
Hamdani (2014) kualitas produk merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik
yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan
pelanggan. Produk yang berkualitas tinggi merupakan produk yang mampu unggul
dalam bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas yang tinggi tersebut
dapat membantu perusahaan untuk menarik konsumen baru, menciptakan kepuasan
konsumen sehingga akan mempertahankan konsumen yang ada, merebut pangsa pasar
dan akhirnya mendapatkan laba yang lebih tinggi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa kualitas produk
merupakan kemampuan suatu produk dalam memenuhi keinginan konsumen.
Keinginan konsumen tersebut diantaranya daya tahan produk, keandalan produk,
kemudahan pemakaian, serta atribut bernilai lainnya yang bebas dari kekurangan dan
kerusakan.
3. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang
ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian menurut Morissan (2010)
adalah tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli. Keputusan
pembelian akan terjadi apabila keinginan membeli/minat beli sudah terkumpul.
Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian produk atau
jasa diawali dengan adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan atau keinginan dan
menyadari adanya masalah selanjutnya, maka konsumen akan melakukan beberapa
tahap yang pada akhirnya sampai pada tahap evaluasi pasca pembelian.
Keputusan pembelian diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang
mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Proses keputusan pembelian yang
spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut, yaitu: pengenalan masalah kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian.
Menurut Tjiptono (2012) keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana
konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek
tertentu dan mengevaluasi secara baik masing-masing alternatif tersebut dapat
memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.
Menurut Kotler & Armstrong (2014), keputusan pembelian adalah tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.
Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses
pengambilan keputusan akan pembelian yang akan menentukan dibeli atau tidaknya
pembelian tersebut yang diawali dengan kesadaran atas pemenuhan atau keinginan.
Metode Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah
penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012)
menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
membandingkan dua variabel atau lebih. Pendekatan kuantitatif adalah pengukuran
data dan statistik objek melalui hitung – hitungan. Menurut Sugiyono (2013), metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sample tertentu,
teknik pengambilan sample pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Lokasi penelitian adalah
tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah
penelitian berlangsung (Sukardi, 2008). Adapun yang dijadikan tempat penelitian ini
yaitu di kota Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai dari November 2020 sampai
Desember 2020.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek dan fenomena yang diteliti (Kriyantono, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Chatime Cabang Berastagi
Gatot Subroto Medan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012),
pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan berdasarkan
kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu. Karena jumlah populasi dalam penelitian
ini tidak diketahui, maka penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode menurut Rao Purba (2006) dalam Kharis (2011)
menggunakan rumus sebagai berikut:
Z2
n=
4¿¿
Keterangan :
N : Jumlah sampel
Z : 1,96 score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan
ditentukan 95%)
Moe : Margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10%
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
( 1,96 )2
n=
4¿¿
n=96,04
n=96 sample
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel minimal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang. Untuk memudahkan perhitungan,
maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden.
Kriteria yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel penelitian ini adalah :
1) Usia responden yang mengisi kuesioner untuk dijadikan sampel minimal harus 17
tahun ke atas.
2) Intensitas pembelian yang dilakukan responden dalam mengisi kuesioner minimal
harus 2 (dua) kali atau lebih dan dilakukan di Chatime Cabang Berastagi Gatot
Subroto Medan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


1.Uji Parsial (Uji T)

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand Image ,873 ,111 ,771 7,873 ,000
Kualitas Produk ,057 ,066 ,084 ,862 ,391
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Hasil uji signifikansi parsial (uji t) pada tabel menunjukkan bahwa :


a. Pengujian Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas nilai thitung yang diperoleh variabel
brand image (X1) adalah sebesar 7,873 dimana nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel yaitu 1,985. Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,000 dimana nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brand
image memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian. Hal ini berarti dengan dilakukan pengujian tersebut menyatakan bahwa
Ha diterima sedangkan H0 ditolak.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas nilai thitung yang diperoleh variabel
kualitas produk (X2) adalah 0,862, dimana nilai ttabel yaitu sebesar 1,985. Pada
tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,391 dimana nilai signifikansinya lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas produk memiliki
pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal
ini berarti dengan dilakukan pengujian tersebut menyatakan bahwa H 0 diterima
sedangkan Ha ditolak.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji ini dilakukan mengetahui seberapa jauh semua variabel independen memengaruhi
variabel dependen. Pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah brand image
(X1) dan kualitas produk (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Pengujian ini dilakukan dengan
membanding Fhitung dengan Ftabel. Variabel independen dikatakan berpengaruh
signifikan secara simultan jika Fhitung > Ftabel dengan tingkat signifikansi 5%. Maka
nilai Ftabel (df1 = 3-1; 96-3) dalam penelitian ini adalah 3,09. Selain ini dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dapat juga dilihat dari besarnya nilai
signifikan. Jika nilai sig < 0,05, maka variabel independen secara simultan
memengaruhi variabel dependen.

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3118,130 2 1559,065 113,302 ,000b
Residual 1279,704 93 13,760
Total 4397,833 95
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Kualitas Produk, Brand Image
Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, nilai Fhitung yang diperoleh adalah
sebesar 113,302 dimana nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel yaitu sebesar 3,09.
Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,000 dimana nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brand image dan kualitas produk
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen.

3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)


Uji koefisien determinasi (R2) mencerminkan kemampuan variabel dependen.
Tujuan pengujian ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan
satu. Semakin tinggi nilai R 2 maka semakin besar kemampuan variabel-variabel
independen (brand image dan kualitas produk) dalam menjelaskan variabel dependen
(keputusan pembelian).

Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,842 a
,709 ,703 3,709
a. Predictors: (Constant), Kualitas Produk, Brand
Image

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan table di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai R sebesar 0,842 berarti hubungan antara brand image (X1) dan kualitas produk
(X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 84,2%. Artinya, ada hubungan yang
kuat terhadap antar variabel.
2. Nilai R Square adalah 0,709 . Hal ini berarti 70,9% keputusan pembelian (Y) dapat
dipengaruhi oleh variabel-variabel brand image (X1) dan kualitas produk (X2).
Sedangkan sisanya 29,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk pada
penelitian ini.
PEMBAHASAN
H1: Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian
Ketika melakoni sebuah bisnis tentu saja image dari sebuah brand atau produk,
jasa atau layanan yang dipasarkan perlu sekali dijaga dan dibangun untuk mendapat
tempat dihati konsumen. Brand Image adalah persepsi merek yang dihubungkan
dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Beberapa alat
pemasaran yang dapat digunakan untuk menciptakan brand image adalah produk itu
sendiri, kemasan/label, nama merek, logo, warna yang digunakan, titik promosi
pembelian, pengecer, iklan dan semua jenis promosi lainnya, harga pemilik merek,
negara asal, bahkan target pasar dan pengguna produk (Freddy Rangkuti, 2009).
Pengelolaan merek ini sendiri dilakukan dengan upaya serta langkah positif dengan
meningkatkan kualitas produksi barang itu sendiri. Peningkatan kualitas merek ini juga
dilakukan secara berkepanjangan dan terus menerus guna mempertahankan animo
konsumen dan loyalitas pelanggan. Adapun indikator-indikator yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah kualitas produk/jasa yang dihasilkan, pelayanan yang
disediakan, kebijakan perusahaan, reputasi perusahaan dan kegiatan pemasaran
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pada uji hipotesis dengan
menggunakan analisis uji-t yang menunjukkan nilai t hitung > ttabel yaitu dengan nilai 7,873
> 1,985 dengan sig 0,000 < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa H a diterima sedangkan H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brand image memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Artinya, sebagian
besar konsumen menganggap bahwa brand image merupakan sesuatu yang penting bagi
mereka di dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, konsumen
menjadikan brand image sebagai hal yang utama dalam pemenuhan kebutuhan.
Ditambah lagi pada umumnya konsumen menganggap bahwa brand image merupakan
hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk memengaruhi pengambilan keputusan
dalam membeli suatu produk. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kartajaya
(2010) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Pemasaran” yaitu merek adalah aset
yang menciptakan nilai bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan
menghargai kualitas. Jika suatu bisnis, produk atau jenis layanan mendapatkan citra
merek atau dagang yang baik maka tingkat pembelian akan naik dan akan menjadi top
of mind  saat pelanggan memikirkan barang atau layanan. Oleh sebab itu menjadi
penting sekali untuk pebisnis mempertahankan brand image-nya tetap dalam status
positif. Singkatnya, citra merek ini sendiri merupakan perspektif konsumen atas suatu
produk berdasarkan kualitas nyata yang disajikan.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Kurnia Akbar (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Harga, Brand Image dan
Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Handphone atau Smartphone Samsung
Jenis Android” menunjukkan bahwa variabel harga, brand image dan atribut produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Citra yang
baik terhadap suatu brand mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk konsumen
melakukan pembelian produk dengan brand tersebut.
Dengan demikian pengaruh brand image ini membawa dampak positif terhadap
keputusan pembelian konsumen. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Freddy
Rangkuti (2009) yang menyatakan bahwa brand image merupakan persepsi merek yang
dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Citra atau
asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif
ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan
membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, indikator yang paling mendominasi
dalam variabel ini adalah indikator citra pemakai (user image). Dengan jumlah
responden menjawab pada pernyataan keempat sangat setuju sebanyak 31 responden
dan pernyataan kelima sangat setuju sebanyak 30 responden. Ini dikarenakan
konsumen yang membeli Chatime merasa bangga dalam mengkonsumsi produk dari
Chatime tersebut serta konsumen mendapatkan perasaan senang setiap kali
mengkonsumsi minuman Chatime tersebut.

H2 : Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian


Pada dasarnya, kualitas produk adalah satu dari sekian banyaknya faktor
terpenting dalam menjalankan suatu bisnis, sebab kualitas produk sangat menentukan
tingkat kepuasan konsumen dan juga masa depan suatuu perusahaan. Adanya
pergerakan bisnis yang dinamis membuat setiap perusahaan untuk bisa terus
meningkatkan inovasinya dalam mengembangkan produk yang ditawarkan ke
konsumen serta terus meng-update teknologi yang digunakan oleh perusahaan guna
mengembangkan kualitas produk. Menurut Handoko (2002), kualitas produk adalah
suatu kondisi dari sebuah barang berdasarkan pada penilaian atas kesesuaiannya
dengan standar ukur yang telah ditetapkan. Semakin sesuai standar yang ditetapkan
maka akan dinilai produk tersebut semakin berkualitas. Indikator-indikator yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah kinerja (performance), fitur produk (features),
keandalan (reliability), kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), daya
tahan (durability), kemampuan untuk diperbaiki (serviceability), estetika (aesthetic) dan
kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pada uji hipotesis dengan
menggunakan analisis uji t yang menunjukkan nilai t hitung < ttabel yaitu dengan nilai 0,862
< 1,985 dengan sig 0,391 > 0,05. Hal ini membuktikan bahwa H 0 diterima sedangkan Ha
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas produk memiliki pengaruh yang
positif namun tidak signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen karena hasil
dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner tidak berhasil membuktikan hipotesis.
Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas produk tidak memengaruhi peningkatan
keputusan pembelian secara signifikan. Nilai positif yang diperoleh dari nilai t sebesar
0,862 ini berarti bahwa semakin tinggi atau semakin positif nilai yang dihasilkan maka
semakin baik penerapan standarisasi kualitas produk dalam hal-hal menjaga nama baik
dari produk Chatime di mata konsumen. Kualitas produk merupakan masalah penting
dalam bisnis minuman maupun makanan. Semakin baik kualitas yang diberikan oleh
perusahaan Chatime atas produknya, maka konsumen akan dengan senang hati untuk
melakukan pembelian ulang di gerai Chatime tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Kotler dan Armstrong (2008) dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-
Prinsip Pemasaran” yaitu kualitas produk (product quality) adalah salah satu sarana
positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk
atau jasa, oleh karena itu, kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan
pelanggan. Dalam arti sempit, kualitas bisa didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Ayuk
Riska Oktavenia dan I Gusti Agung Ketut Sri Ardani (2019) dengan judul penelitian
“Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia dengan
Citra Merek sebagai Pemediasi”. Dimana hasil hipotesis disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif antara kualitas produk dengan keputusan pembelian konsumen.
Penyedia produk harus dapat diandalkan untuk berperilaku sebaik-baiknya agar
konsumen merasa puas tiap kali melakukan pembelian di gerai Chatime.
Dengan demikian bahwa pengaruh kualitas produk membawa dampak positif
terhadap keputusan pembelian konsumen. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Adam & Ebert (2002) yang dikutip dalam Jurnal Widya Manajemen & Akuntansi
“Analisis Persepsi Konsumen terhadap kualitas Produk Keramik merek Milan di
Surabaya”, Vol.3 No.2, Agustus 2003 : pp.140-159, menyatakan bahwa “Quality is the
customer’s perception”. Artinya bahwa pelanggan menilai baik buruknya kualitas suatu
produk itu berdasarkan persepsinya. Suatu produk dikatakan berkualitas jika
memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan dan
pengalaman mereka terhadap produk dan jasa. Sehingga kualitas produk dapat
dikatakan sebagai kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsinya, yang
merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan,
kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, indikator yang paling mendominasi
dalam variabel ini adalah indikator fitur produk (features). Dengan jumlah responden
menjawab pada pernyataan keduabelas sangat setuju sebanyak 31 responden. Ini
dikarenakan Chatime memiliki desain kemasan produk yang menarik serta Chatime
selalu berinovasi dalam menciptakan produk-produk baru dengan varian rasa yang
berbeda dan selalu membuat konsumen tertarik untuk membeli dan mencobanya.

H3 : Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian


Pada umumnya brand image dan kualitas produk merupakan dua faktor penting
agar diperoleh keputusan pembelian konsumen. Adanya brand image dan kualitas
produk yang baik tentunya akan menarik minat konsumen untuk membeli produk
yang dipasarkan. Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek yang terkenal
karena mereka merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal dan adanya
asumsi bahwa merek yang terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah
dicari serta memiliki kualitas yang sudah tidak diragukan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variabel independen brand image (X1) dan kualitas produk (X2) terhadap
variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) dibuktikan dari hasil uji f yang telah
dilakukan, diperoleh nilai Fhitung yang berjumlah 113,302 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,000. Nilai Fhitung yang berjumlah 113,302 dapat dikategorikan ke dalam nilai
Fhitung yang bernilai besar, hal tersebut terjadi apabila nilai F hitung yang telah diperoleh
lebih besar dibandingkan dengan F tabel yang telah ditentukan. Ftabel di dalam penelitian
ini berjumlah 3,09. Nilai Fhitung bergantung pada Ftabel, jika Fhitung sama jumlahnya dengan
Ftabel maka Fhitung dapat dikategorikan sedang. Jika F hitung lebih kecil dibandingkan Ftabel
maka Fhitung dapat dikategorikan kecil. Keputusan pembelian signifikansi yang
diperoleh kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa nilai F yang diperoleh tersebut
signifikan. Hal ini membuktikan Ha3 diterima yaitu variabel bebas (brand image dan
kualitas produk) mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-
sama terhadap variabel terikatnya (keputusan pembelian).
i. Variabel Independen yang Paling Berpengaruh Terhadap Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu brand image (X1) dan
kualitas produk (X2) dan variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y). Variabel
independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu variabel brand
image (X2). Hal ini dibuktikan oleh uji t yang telah dilakukan. Nilai thitung untuk
variabel brand image (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 7,873 sedangkan
nilai thitung untuk variabel kualitas produk (X2) terhadap keputusan pembelian (Y)
sebesar 0,862. Menunjukkan bahwa variabel brand image (X1) paling berpengaruh di
dalam penelitian ini.
Menurut peneliti ada hal tertentu yang menyebabkan variabel brand image (X1)
lebih berpengaruh yakni disebabkan oleh sebuah perusahaan yang mampu mengambil
hati masyarakat dengan mempertahankan posisinya sebaik mungkin. Konsistensi yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mempertahankan karakter brand serta
mempertahankan hubungan baik dengan konsumen telah memberikan dampak yang
luar biasa baiknya dalam menjunjung nama dari suatu brand yang mereka kelola.
Sejauh ini Chatime sudah melakukan usaha terbaik dalam menciptakan produk yang
mudah diingat serta menarik di benak masyarakat. Dengan kesempatan itu ada
baiknya Chatime meningkatkan strategi bersaingnya agar Chatime dapat terus
menduduki peringkat pertama minuman boba yang paling dinikmati oleh konsumen.
ii. Variabel Independen yang Paling Rendah Pengaruhnya Terhadap Variabel
Dependen
Pada penjelasan sebelumnya, variabel independen yang paling berpengaruh
terhadap variabel dependen adalah variabel brand image (X1) maka sudah jelas bahwa
variabel independen yang memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap variabel
dependen adalah variabel kualitas produk (X2). Hal ini dibuktikan oleh uji t yang telah
dilakukan. Nilai thitung untuk variabel kualitas produk (X2) terhadap keputusan
pembelian (Y) sebesar 0,862. Jika dibandingkan dengan uji t yang dilakukan untuk
variabel brand image (X1) sebesar 7,873. Maka hasil uji t untuk kualitas produk (X2)
terhadap keputusan pembelian (Y) memiliki nilai yang lebih kecil yang menunjukkan
bahwa kualitas produk (X2) memiliki pengaruh yang lebih kecil di dalam penelitian ini.
Menurut peneliti, ada hal tertentu yang menyebabkan variabel kualitas produk
(X2) memiliki pengaruh yang lebih kecil. Salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan
konsumen, sesuai dengan kometensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Maka dari itu Chatime perlu meningkatkan kualitas produknya dengan bantuan suara
konsumen agar tercukupinya keinginan konsumen serta terjalinnya hubungan baik
antara produsen dan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian melalui pengujian koefisien determinasi (R 2)
menunjukkan bahwa brand image dan kualitas produk secara bersama-sama
memberikan kontribusi sebesar 70,9% terhadap keputusan pembelian konsumen dan
sisanya 29,1% dipengaruhi oleh variabel di luar variabel penelitian ini. Kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh yang positif untuk dapat meningkatkan keputusan
pembelian konsumen dalam membeli Chatime. Berdasarkan hasil penelitian nilai 70,9%
itu termasuk kategori kriteria tinggi atau besar dalam pengaruh penelitian. Maka dari
itu, perlunya perusahaan mempertahankan serta menjaga nama baik perusahaan
dengan peningkatan kualitas secara bertahap guna membuat konsumen merasa
nyaman untuk berbelanja di gerai Chatime. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yudi Irawan Abi yang berjudul “Pengaruh Brand Image dan Kualitas
Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada KFC di Kota Bengkulu”, ketika kualitas
produk baik proses niat pembeli diperkirakan berlanjut menjadi pengambilan
keputusan setelah konsumen melakukan pencarian informasi dan mengevaluasi
kriteria suatu produk. Pengetahuan konsumen tentang suatu produk ini merupakan
kekuatan yang kuat dalam mengarahkan perilaku konsumen yang akhirnya
memutuskan untuk membeli atau tidak produk tersebut.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1) Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa brand image (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
pada chatime cabang Berastagi Gatot Subroto Medan, telah dibuktikan
melalui hasil pada uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t yang
menunjukkan nilai thitung > ttabel.
2) Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa kualitas produk
(X2) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen pada chatime cabang Berastagi Gatot Subroto Medan,
telah dibuktikan melalui hasil pada uji hipotesis dengan menggunakan
analisis uji-t yang menunjukkan nilai thitung positif namun tidak signifikan.
3) Hasil pengujian secara simultan (uji f) menunjukkan bahwa brand image (X1)
dan kualitas produk (X2) berpengaruh secara bersama-sama (simultan) secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada
chatime cabang Berastagi Gatot Subroto Medan, telah dibuktikan melalui
hasil pada uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji F yang
menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1) Chatime diharapkan dapat meningkatkan dan menjaga kualitas dari produk
yang mereka jual, seperti ketahanan dan kesegaran pada minuman yang
menjadi faktor paling penting untuk tetap terus membuat pelanggan merasa
puas dan tidak berpindah ke toko minuman yang lain.
2) Chatime harus terus berinovasi menciptakan minuman dengan varian rasa yang
baru tanpa mengurangi atau menghilangkan aspek-aspek yang sudah ada, agar
pelanggan tidak merasa bosan untuk datang dan membeli di gerai-gerai
Chatime.

Daftar Pustaka
Sumber Buku :
Aaker, David. A., (1991). Manajemen Equitas Merek, Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek.
Jakarta: Mitra Utama.
Akbar, Kurnia. (2013). Analisis Pengaruh Harga, Brand Image dan Atribut Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Handphone atau Smartphone Samsung jenis Android (Studi Pada
Mahasiswa Universitas Diponegoro). Semarang: Universitas Diponegoro.
Alma, Buchory & Saladin, Djaslim. (2010). Manajemen Pemasaran: Ringkasan Praktis, Teori,
Aplikasi dan Tanya Jawab. Bandung: CV. Linda Karya.
Assauri, Sofjan. (2013). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Juliandi, Azuar. (2013). Metodelogi Penelitian Kuantitatif: untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Medan:
M2000.
Kertajaya, Hermawan. (2010). Brand Operation. Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Kotler & Armstrong. (2003). Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta: PT.
Indeks Gramedia.
Kotler & Keller. (2009). Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. & Armstorng, Gery. (2012). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane (2016). Marketing Management, 15'th Edition. New Jersey:
Pearson Pretice Hall, Inc.
Kotler, Philip. (2000). Prinsip-Prinsip Pemasaran Manajemen. Jakarta: Prenhalindo.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktik Risetn Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Lutiary, Eka Ratri. (2007). Hubungan Antara Citra Merek (Brand Image) Operator Seluler
dengan Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Pada Mahasiswa Pengguna Telepon Seluler di
Fakultas Ekonomi Reguler Universitas Diponegoro. Semarang: Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.
Mullins, Orville. Larreche & Boyd. (2005). Marketing Management: A Strategic, Decision
Making Aproach, 6th Edition. New York: McGraw-Hill.
Morissan, A. (2010). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana.
Nitisusastro, Mulyadi. (2012). Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung:
Alfabeta.
Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sangadji, E. &. (2013). Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis Disertai: Himpunan Jurnal
Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Schiffman, Leon & Kanuk, Leslie L. (2014). Perilaku Konsumen. Jakarta: Indeks.
Setiadi, N.J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Simamora, Bilson. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel, Edisi
Pertama . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V.W., & Endrayanto. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutisna. (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Swastha, Basu & T. Hani Handoko. (2000). Manajemen Pemasaran (Analisa Perilaku
Konsumen). Yogyakarta: BPFE UGM.

Sumber Jurnal :
Adam & Ebert. (2002). "Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Produk Keramik Merek
Milan di Surabaya." Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, 140-159.
Agustina, I Made & I Negah Kartika. (2017). "Pengaruh Tenaga Kerja, Modal dan Bahan Baku
Terhadap Produksi Industri Kecil Kerajinan Patung kayu di Kecamatan Tegalalang."
Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Bastian, Danang Alexander. (2014). "Analisa Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan
Kepercayaan Merek (Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ADES PT.
Ades Alfindo Putra Setia." Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, 1-9.
Chinomona, R. (2013). "The Impact of Product Quality on Perceived Value, Trust and Students
Intention to Purchase Electronic Gadgets." Meditteranean Journal of Social Sciences.
Darmawan, Didit. & Setyaningsih. (2004). "Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektivitas Iklan."
Jurnal Media Mahardika Vol. 2, No. 3, 41-49.
Nischay Upamannyu et al. (2014). "The Impact of Brand Trust on Customer Loyalty: a Study of
fmcg Sector at Gwalior Region.” International Monthly Journal of Research in
Management & Technology Special Issue, NISN 2320-0073.
Suciningtyas, Wulan. (2012). "Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media
Communication Terhadap Keputusan Pembelian." Management Analysis Journal Vol.1,
No.1.
Supriyadi, Yuntawati Fristin. (2016). "Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian." Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.3, No.1.

Sumber Internet :
Juniman, Puput Tripeni. 2019. “Karena Boba Tak Pernah ‘Mati’”,
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190908073556-262-428475/karena-boba-
tak-pernah-mati/2, diakses pada 11 Juli 2021 pukul 13.04.

Anda mungkin juga menyukai