Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

SEKOLAH RAMAH ANAK

TAHUN 2023
SMP NEGERI 2 PATIKRAJA

DISUSUN OLEH :
TIM PENGEMBANG SEKOLAH RAMAH ANAK
SMP NEGERI 2 PATIKRAJA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat atas
segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Program Kerja Sekolah
Ramah Anak Tahun 2023 SMP Negeri 2 Patikraja, Kabupaten Banyumas. Program kerja ini
kami susun sebagai bentuk komitmen kami dalam melaksanakan Sekolah Ramah Anak.
Penyusunan Program Kerja ini dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Sekolah
Ramah Anak yang tertib dan tertur serta bertujuan menjadikan SMP Negeri 2 Patikraja dapat
lebih baik dalam melaksanakan Sekolah Ramah Anak.
Untuk mewujudkan semua itu kami mengharapkan dukungan dari semua pihak baik dari
kepala sekolah, dewan guru, karyawan, komite sekolah, orang tua, peserta didik, dan semua
stakeholder yang ada di SMP Negeri 2 Patikraja.
Kami menyadari program kerja ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Hal ini
dikarenakan kemampuan kami yang masih minim. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam mensukseskan jalannya program kerja ini.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar
Belakang ............................................................................................................................1
B. Landasan Hukum.........................................................................................................................1
C. Maksud dan
Tujuan......................................................................................................................2
D. Sasaran........................................................................................................................................2
E. Hasil Yang
Diharapkan................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI, KONSEP, PRINSIP DAN KOMPONEN SEKOLAH RAMAH
ANAK .............................................................................................................................................3
A.
Konsep.........................................................................................................................................3
B.
Prinsip..........................................................................................................................................3
C.
Komponen ...................................................................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH RAMAH
ANAK..........................................9
BAB IV
PENUTUP .......................................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah ramah anak (SRA) lahir dari dua hal besar yaitu adanya amanat yang harus
diselenggarakan Negara untuk memenuhi hak anak sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak
Anak yang telah diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, juga adanya tuntutan dari Undang-
Undang No. 23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak yang
jelas pada pasal 54 ayat 1 yang berbunyi "(1) anak di dalam dan lingkungan satuan pendidikan
wajib mendapatkan perlindungan dari tindakan kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan
kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan
atau pihak lain". Di ayat 2 dinyatakan sebagai berikut "perlindungan sebagaimana dimaksudkan
pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, Aparat dinyatakan sebagai berikut
pemerintah atau masyarakat.
Selain itu adanya program sekolah ramah anak juga dilatar belakangi adanya proses
pendidikan yang masih menjadikan anak sebagai obyek dan guru sebagai pihak yang selalu
benar, mudah menimbulkan kejadian bullying di Sekolah/ Madrasah. Data KPAI (2014-2015)
tentang kasus kekerasan dan (kekerasan fisik, 1 Asrorun Ni’am Soleh, Panduan Sekolah &
Madrsah Ramah Anak, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm.25 1 psikis, seksual, dan pelantaran
terhadap anak, sebanyak 10% dilakukan oleh guru. Bentuk-bentuk kekerasan yang tidak
mendidik bagi peserta didik, seperti mencubit, membentak dengan suara keras dan menjewer
data KPAI 2013.
Sementara komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat tahun 2012 kemarin
terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak di sekolah sehingga lebih dari 10 persen. Wakil
Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Apong Herlina mengatakan kekerasan terhadap anak di
lingkungan sekolah jenis baik dilakukan oleh guru maupun antar siswa. Kasus kekerasan juga
terjadi seluruh wilayah Indonesia. Catatan ini didasarkan pada hasil survey KPAI di 9 propinsi
terhadap lebih dari 1000 orang siswa/siswi. Baik ditingkat sekolah dasar MI, SMP/MTS, maupun
SMA/MA. Survei ini menunjukkan 87,6 persen siswa mengaku mengalami tindakan kekerasan.
Baik kekerasan fisik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, dibentak, dihina, diberi sistem
negatif hingga dilukai benda tajam. Sebaliknya anak juga mengaku pernah melakukan tindak
kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang berat.3
Berdasarkan hal tersebut akhinya koordinator bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan mengakui kasus kekerasan pada anak ini sangat menyita perhatian presiden. Sampai
akhirnya presiden mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undanga (PERPPU)
Nomor Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, yang 2 Leny, Panduan Sekolah Ramah Anak, Jurnal Internasional, 2015,
hlm. 9 3 Wardah, 2015. Implementasi Pendidikan Ramah Anak Dalam Pembentukkan Karakter
Siswa. Vol 2, No.1, 3-10 (Online) http://m.Voaindonesia.com. 1 Juli 2015, hlm.68-76. dijelaskan
dalam pasal 4, yang berbunyi "setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut peraturan Menteri tentang kebijakan SRA yaitu sekolah ramah anak yang
digegas KPAI mendapat dukungan dari Menteri Negara Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak melalui penerbitan Peraturan Menteri No.8 Tahun 2014 Tentang Kebjakan
Sekolah Ramah Anak. Dengan tujuan untuk memenuhi, menjamin melindungi hak anak
sekaligus memastikan bahwa satuarn pendidikan mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan
anak serta mempersiapkan anak untuk beranggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling
menghormati, dan bekerja sama untuk kemajuan dan semangat perdamaian.
Dalam upaya perlindungan anak dan untuk mengurangi tindakan kekerasan terhadap
anak, terutama didunia pendidikan, maka diwujudkan program "Pendidikan Sekolah Ramah
Anak (SRA)" sebagai langkah yang nyata mencegah berbagai bentuk kekerasan pada peserta
didik melalui pola asuh dan proses pembelajaran yang menghargai, melindungi, memenuhi
dengan menghidupkan hak-hak anak lingkungan pendidikan yang ramah anak dan yang
mengutamakan prinsip perlindungan anak.
Sekolah sebagai sebuah satuan pendidikan formal semestinya menjadi tempat yang aman
bagi anak, sebab seperempat waktu anak dihabiskan di sekolah. Akan tetapi, hal ini belum
epenuhnya terwujud. Sekolah masih menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. Yang
seharusnya sekolah itu menjadi tempat yang aman, bersih, sehat dan menyenangkan bagi anak
dan warga sekolah. Berbagai jenis ancaman masih menghantui dan mengintai anak baik dari
lingkungan sekolah dan sekitarnya, maupun peristiwa alam. Ditambah lagi dengan kondisi
sekolah yang masih belum mendukung seperti suasana yang tidak kondusif, sarana dan prasarana
belum lengkap, lingkungan yang masih terlihat kotor, halaman sekolah yang gersang, dan hal-hal
lainnya. Berbagai hal ini pada akhirnya akan menyebabkan keamanan, keselamatan dan
kenyamanan anak dalam belajar menjadi kurang optimal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka SMP Negeri 2 Patikraja ingin mewujudkan
sekolah yang dirindukan anak, yaitu Sekolah Ramah Anak.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019;
7. Instruksi Presiden Nomor 05 tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual
terhadap Anak;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan
Dan Penanggulan Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan.

C. Maksud dan Tujuan


Maksud:
Memberikan panduan kepada warga sekolah SD Negeri 9 Sungai Raya dalam mewujudkan dan
mengembangkan Sekolah Ramah Anak.
Tujuan :
1. Memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang Sekolah Ramah Anak.
2. Menjadi acuan dalam penyelenggaraan dan pengembangan Sekolah Ramah Anak.

D. Sasaran
1. Peserta didik;
2. Pendidik dan tenaga kependidikan;
3. Seluruh wali peserta didik;

E. Hasil Yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 2 Patikraja :
1. Seluruh warga sekolah memahami konsep Sekolah Ramah Anak;
2. SMP Negeri 2 Patikraja menjadi tempat yang aman, anti kekerasan, hijau, bersih, sehat,
inklusif, dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah lainnya;
3. Pendidik dan tenaga kependidikan memahami hak-hak anak dan mampu menerapkannya
dalam proses pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya;
4. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan di sekolah
meningkat;
5. Sekolah mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua dalam rangka
penyelenggaraan Sekolah Ramah Anak.
BAB II

LANDASAN TEORI, KONSEP, PRINSIP


DAN KOMPONEN SEKOLAH RAMAH ANAK

A. Konsep
Konsep Sekolah Ramah Anak didefinisikan sebagai program untuk mewujudkan kondisi aman,
bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin pemenuhan hak
dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya, selama anak
berada di satuan pendidikan, serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan,
kebijakan, pembelajaran dan pengawasan. Sekolah Ramah Anak bukanlah membangun sekolah
baru, namun mengkondisikan sebuah sekolah menjadi nyaman bagi anak, serta memastikan
sekolah memenuhi hak anak dan melindunginya, karena sekolah menjadi rumah kedua bagi
anak, setelah rumahnya sendiri.

B. Prinsip
Pembentukan dan Pengembangan SRA didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Nondiskriminasi yaitu menjamin kesempatan setiap anak untuk menikmati hak anak untuk
pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, agama, dan latar
belakang orang tua;
2. Kepentingan terbaik bagi anak yaitu senantiasa menjadi pertimbangan utama dalam semua
keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan yang
berkaitan dengan anak didik;
3. Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yaitu menciptakan lingkungan yang
menghormati martabat anak dan menjamin pengembangan holistik dan terintegrasi setiap
anak;
4. Penghormatan terhadap pandangan anak yaitu mencakup penghormatan atas hak anak untuk
mengekspresikan pandangan dalam segala hal yang mempengaruhi anak di lingkungan
sekolah; dan
5. Pengelolaan yang baik, yaitu menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan
informasi, dan supremasi hukum di satuan pendidikan.

C. Komponen
No Kmponen
1 Kebijakan Sekolah Ramah Anak
A. Memiliki kebijakan antikekerasan terhadap peserta didik:
1) Kebijakan antikekerasan berbentuk SK internal sekolah dasar (SK Tim
Pelaksana dan Tim Pengembang SRA) disusun secara bersama-sama dan
melibatkan semua warga satuan pendidikan:
a) Peserta didik
b) Pendidik
c) Tenaga kependidikan
2) Tersedianya kebijakan anti kekerasan, meliputi:
a) adanya larangan:
 Terhadap tindak kekerasan dan diskriminasi antar peserta didik;
 Terhadap tindak kekerasan dan diskriminasi yang dilakukan pendidik dan
tenaga kependidikan (TU, satpam, penjaga sekolah dan pegawai kebersihan)
 Hukuman fisik (contohnya memukul, menampar dengan
tangan/cambuk/tongkat/ikat pinggang/sepatu/balok kayu, menendang,
melempar peserta didik, mencakar, mencubit, menggigit, menjambak rambut
menarik telinga, memaksa peserta didik untuk tinggal di posisi yang tidak
nyaman dan panas, dll.)
 Bentuk hukuman lain yang merendahkan martabat peserta didik (contohnya
menghina, meremehkan, mengejek, dan menyakiti perasaan dan harga diri
peserta didik, dll.) oleh pendidik terhadap peserta didik
B. Melakukan berbagai upaya untuk melaksanakan kebijakan antikekerasan terhadap
peserta didik, melalui:
1) Pencegahan, penanggulangan, dan sanksi terhadap semua bentuk kekerasan
(fisik, mental, perlakuan salah, penelantaran, perlakuan menelantarkan, atau
eksploitasi);
2) Peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga
sekolah didik dasar untuk :
a) Penjaminan kepada peserta didik untuk menikmati kondisi yang layak atas
layanan pendidikan yang inklusi;
b) Langkah-langkah dari sekolah dasar untuk memerangi bullying dan
memberikan pelatihan khusus bagi anak penyandang disabilitas dalam
melindungi diri
3) Penegakan disiplin dengan nonkekerasan
a) Melakukan pelatihan disiplin positif
b) Pemantauan, pengawasan, dan tindakan pemulihan pelaksanaan disiplin
positif
c) Memberikan konsekuensi sesuai dengan perbuatan yang dilakukan
C. Melakukan upaya untuk mencegah peserta didik putus sekolah
D. Memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip SRA dalam manajemen
berbasis sekolah dan RKAS setiap tahun.
E. Melakukan pelatihan tentang hak anak dan SRA bagi pendidik dan tenaga
kependidikan
F. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok
G. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa napza
H. Menjamin, melindungi, dan memenuhi hak peserta didik untuk menjalankan
ibadah dan memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama masing-masing
I. Mengintegrasikan materi kesehatan di dalam proses pembelajaran
J. Mengintegrasikan materi kesehatan reproduksi dalam materi pembelajaran
K. Mengintegrasikan materi lingkungan hidup di dalam proses pembelajaran
L. Memiliki mekanisme rujukan kepada sekolah lain yang sudah siap melaksanakan
pendidikan inklusi
M. Pelaksanaan Kebijakan Pemantauan rutin perlindungan anak, dengan
memfungsikan guru piket, duta anak sebagai pelapor dan pelopor, dan komite
sekolah
N. Ada kebijakan sekolah yang membuka kelas layanan khusus bagi anak yang
memerlukan perlindungan khusus dan/atau Penyandang Masalah Kesejahteraan
O. Mempe Sosial Anak (PMKSA) rhatikan peserta didik dari kondisi dehidrasi dan
kelaparan pada saat pembelajaran berlangsung
P. POS untuk tindak lanjut bagi tenaga pendidik yang melakukan kekerasan
Q. Sekolah mewajibkan orang tua untuk melaporkan riwayat medis anaknya pada
saat penerimaan peserta didik baru dan di update setiap tahun untuk deteksi dini
dan pencegahan
R. Membiasakan gerakan penanaman budi pekerti
2

Anda mungkin juga menyukai