Anda di halaman 1dari 12

9 Orang Yang Tidak akan Diajak Bicara Oleh Allah

Allah akan mengajak bicara hamba-hambaNya kelak pada hari kiamat


sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ِﻦ أ َ َﺣ ٍﺪ ِإ َّﻻ َﺳ ُﻴ َﻠِ ُّﻤ ُﻪ َر ُّﺑ ُﻪ َﻋ َّﺰ َو َﺟ َّﻞ ﻟَ ْ َﺲ َﺑ ْ َﻨ ُﻪ َو َﺑ ْ َﻨ ُﻪ‬


ْ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻨﳉ ُْﻢ ﻣ‬
‫ﺎن‬ ٌ ‫ُﺗ ْﺮ ُﺟ َﻤ‬
“Tidak ada seorangpun dari kamu kecuali akan diajak bicara oleh
Rabbnya ‘Azza wa Jalla tanpa ada penterjemah antara ia dan Allah.”
(HR Al Bukhari dan Muslim).

Namun diantara hambaNya ada yang diajak bicara oleh Allah dengan
keras dan penghinaan, akibat perbuatan dosa yang mereka lakukan.
Allah tidak melihat mereka dengan penglihatan kasih sayang, namun
dengan kemurkaan. Tentu orang seperti ini akan mendapat adzab yang
pedih. Na’udzu billah min dzalik.

Lalu siapakah mereka yang tidak diajak bicara oleh Allah? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan dalam empat hadits
tentang mereka. Yaitu:

‫ﳍ‬ْ ِ ‫ﳍ َوﻻ َ ُﻳ َﺰ ِ ّﻛ‬


ْ ِ ْ َ‫ﷲ َﻳ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َوﻻ َ َﻳ ْﻨ ُﻈ ُﺮ ِإﻟ‬ ُ ‫ﺛَﻼَﺛَ ٌﺔ ﻻ َ ُﻳ َ ِﻠ ُّﻤ ُﻬ ُﻢ ا‬
-‫ﺻ اﷲ ﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻴﻢ « ﻗَﺎ َل ﻓَﻘ ََﺮأ َ َﻫﺎ َر ُﺳﻮ ُل ا‬ َ
ٌ ِ‫اب أﻟ‬ٌ َ‫َو ﻟ َُﻬ ْﻢ َﺬ‬
» ‫ﷲ ﻗَﺎ َل‬ ِ ‫ ﻗَﺎ َل أ َ ُﺑﻮ ذَ ٍّر َﺧﺎ ُﺑﻮا َو َﺧ ِﺴ ُﺮوا َﻣ ْﻦ ُﻫ ْﻢ َﻳﺎ َر ُﺳﻮ َل ا‬.‫ار‬ ٍ ‫ﺛَﻼ َ َث ِﻣ َﺮ‬
‫ﻒ اﻟْ َﲝ ِذ ِب‬ ُ ‫اﻟ ُْﻤ ْﺴ ِﺒ ُﻞ َواﻟ َْﻤ َّﻨ‬
ِ ِ‫ﺎن َواﻟ ُْﻤ َﻨ ِ ّﻔ ُﻖ ِﺳﻠ َْﻌ َﺘ ُﻪ ِﺑﺎ ﻟْ َﺤﻠ‬

1
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat,
Allah tidak akan melihat mereka tidak juga mensucikan mereka dan bagi
mereka adzab yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda demikian tiga kali. Abu Dzarr berkata, “Merugi sekali, siapa
mereka wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda, “Musbil (orang yang
memakai kain melebihi mata kakinya), dan orang yang selalu
mengungkit pemberiannya, dan orang yang melariskan dagangannya
dengan sumpah palsu.” (HR Muslim).

َ
‫ﺎو َﻳ َﺔ‬
ِ ‫ﳍ – ﻗَﺎ َل أ ُﺑﻮ ُﻣ َﻌ‬ ُ ‫ﺛَﻼَﺛَ ٌﺔ ﻻ َ ُﻳ َﻠِ ُّﻤ ُﻬ ُﻢ ا‬
ْ ِ ‫ﷲ َﻳ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َوﻻ َ ُﻳ َﺰ ِ ّﻛ‬
َ ٌ ِ‫ان و َﻣﻠ‬ َ َ‫وﻻ َ ﻳ ْﻨ ُﻈﺮ إﻟَ ْﳍ – و ﻟَﻬﻢ ﺬ‬
‫ِﻞ‬ٌ ‫اب َو َﺎﺋ‬ ٌ ّ‫ﻚ ﻛَﺬ‬ َ ٍ ‫اب أﻟِﻴ ٌﻢ َﺷ ْﻴ ٌﺦ َز‬ ٌ َ ْ ُ َ ْ ِ ِ ُ َ َ
‫ُﻣ ْﺴ َﺘﳉ ِْﱪ‬
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat
dan tidak akan mensucikannya.. Abu Mu’awiyah berkata, “Dan Tidak
akan dilihat oleh allah.” Dan bagi mereka adzab yang pedih, yaitu orang
tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang
sombong.” (HR Muslim).

‫ﳍ َو ﻟ َُﻬ ْﻢ‬ ْ ِ ‫ﳍ َو َﻻ ُﻳ َﺰ ِ ّﻛ‬ ُ ‫ﺛَﻼ َ ٌث ﻻ َ ُﻳ َﻠِ ُّﻤ ُﻬ ُﻢ‬


ْ ِ ْ َ‫اﷲ َﻳ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َوﻻ َ َﻳ ْﻨ ُﻈ ُﺮ ِإﻟ‬
َ
‫ﻟﺴ ِ ﻴ ِﻞ‬ َّ ‫ِﻦ ا ْﺑ ِﻦ ا‬ ِ ‫َﻀ ِﻞ َﻣﺎ ٍء ِﺑﺎ ﻟْ َﻔﻼ َ ِة ﻳَ ْﻤ َﻨ ُﻌ ُﻪ ﻣ‬ ْ ‫ﻴﻢ َر ُﺟ ٌﻞ َ َ ﻓ‬ ٌ ِ‫اب أﻟ‬ ٌ َ‫َﺬ‬
‫ﷲ ﻷ َ َﺧﺬَ َﻫﺎ ِﺑﻜَﺬَ ا‬ ِ ‫َو َر ُﺟ ٌﻞ َﺑﺎ َﻳ َﻊ َر ُﺟﻼ ً ِﺑ ِﺴﻠ َْﻌ ٍﺔ َﺑ ْﻌ َﺪ اﻟ َْﻌ ْﺼ ِﺮ ﻓ ََﺤﻠ ََﻒ ﻟَ ُﻪ ِﺑﺎ‬
‫ﺎﻳ ُﻌ ُﻪ ِإ َّﻻ ﻟِ ُﺪﻧْ َﻴﺎ‬
ِ ‫ﻚ َو َر ُﺟ ٌﻞ َﺑﺎ َﻳ َﻊ ِإ َﻣﺎ ًﻣﺎ ﻻ َ ُﻳ َﺒ‬ َ ِ‫َﲑ ذَ ﻟ‬ِ ْ َ َ ‫َوﻛَﺬَ ا ﻓ ََﺼ َّﺪﻗَ ُﻪ َو ُﻫ َﻮ‬
‫ﻒ‬ ِ ‫ﻓ َِﺈ ْن أ َ ْﻋ َﻄﺎ ُه ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ َو َﰱ َو ِإ ْن ﻟ َْﻢ ُﻳ ْﻌ ِﻄ ِﻪ ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ ﻟ َْﻢ َﻳ‬

2
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat,
Allah tidak akan melihat mereka tidak juga mensucikan mereka dan bagi
mereka adzab yang pedih. Seseorang yang mempunyai kelebihan air di
padang pasir, namun ia mencegahnya dari ibnussabil yang
membutuhkannya. Dan orang yang berjual beli dengan orang lain di
waktu ‘Ashar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia
mengambilnya segini dan segini, lalu orang itu mempercayainya
padahal tidak demikian keadaannya. Dan orang yang membai’at
pemimpinnya karena dunia, bila ia diberi oleh pemimpin ia
melaksanakan bai’atnya, dan bila tidak diberi maka ia tidak mau
melaksanakan bai’atnya.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

َ َ ‫ﳍ َر ُﺟ ٌﻞ َﺣﻠ ََﻒ‬ ْ ِ ْ َ‫اﷲ َﻳ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ َو َﻻ َﻳ ْﻨ ُﻈ ُﺮ ِإﻟ‬ُ ‫ﺛَ َﻼﺛَ ٌﺔ َﻻ ُﻳ َ ِﻠ ُّﻤ ُﻬ ُﻢ‬
َ َ َ
ٍ ْ ‫ِﺳﻠ َْﻌ ٍﺔ ﻟَ َﻘ ْﺪ أ ْﻋ َ َ ِﺑ َﻬﺎ أ ْﻛﺜ َُﺮ ِﻣ َّﻤﺎ أ ْﻋ َ َو ُﻫ َﻮ َﲝ ِذ ٌب َو َر ُﺟ ٌﻞ َﺣﻠ ََﻒ َ َ َﻳ ِﻤ‬
‫ﲔ‬
‫َﻀ َﻞ‬ْ ‫َﲝ ِذ َﺑ ٍﺔ َﺑ ْﻌ َﺪ اﻟ َْﻌ ْﺼ ِﺮ ﻟِ َﻴ ْﻘ َﺘ ِﻄ َﻊ ِﺑ َﻬﺎ َﻣﺎ َل َر ُﺟ ٍﻞ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ َو َر ُﺟ ٌﻞ َﻣ َﻨ َﻊ ﻓ‬
َ
‫َﻀ َﻞ َﻣﺎ ﻟ َْﻢ َﺗ ْﻌ َﻤ ْﻞ‬
ْ ‫ﺖﻓ‬ َ ‫َﻀ ِﻠ ْﻲ ﻛ ََﻤﺎ َﻣ َﻨ ْﻌ‬
ْ ‫ﻚﻓ‬َ ‫اﷲ اﻟ َْﻴ ْﻮ َم أ ْﻣ َﻨ ُﻌ‬
ُ ‫َﻣﺎ ٍء ﻓ ََﻴﻘ ُْﻮ ُل‬
(‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري‬.‫اك‬
َ ‫َﻳ َﺪ‬
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat,
dan Allah tidak akan melihat mereka, yaitu orang yang bersumpah untuk
(melariskan) dagangannya bahwa ia telah memberi (harga) lebih
banyak dari (harga) yang ia berikan padanya, padahal ia berdusta. Dan
orang yang bersumpah palsu setelah ‘Ashar untuk mengambil harta
milik seorang muslim. Dan orang yang mencegah kelebihan airnya,
maka Allah akan berfirman, “Hari ini aku akan mencegah karuniaKu
kepadamu sebagaimana kamu dahulu pernah mencegah kelebihan air
yang bukan usaha tanganmu.” (HR Al Bukhari).

3
Dari empat hadits di atas, kita dapati ada sembilan orang yang tidak
akan diajak bicara oleh Allah, tidak akan dilihat dan disucikan, dan
baginya adzab yang pedih, yaitu:

1. Orang yang memakai kain melebihi mata kaki (musbil).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang isbal dalam


hadits yang banyak, namun sebagian orang ada yang mempunyai
pendapat yang tidak tepat, yaitu bahwa larangan berbuat isbal itu bila
disertai dengan kesombongan, berdasarkan hadits:

َ ‫َﻣ ْﻦ َﺟ َّﺮ ﺛَ ْﻮﺑَ ُﻪ ﻣ‬


ُ ‫ِﻦ ا ﻟْ ُﺨ َﻴﻼ َ ِء ﻟ َْﻢ ﻳَ ْﻨ ُﻈ ِﺮ ا‬
‫ﷲ ِإﻟ َْﻴ ِﻪ َﻳ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﻴﺎ َﻣ ِﺔ‬
“Siapa yang menyeret kainnya karena sombong maka Allah tidak akan
melihat kepadanya pada hari kiamat.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Bakar Ash Shiddiq:

‫ﻋﻦ اﻟ ﱯ ﺻ اﷲ ﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل ) ﻣﻦ ﺟﺮ ﺛﻮﺑﻪ ﺧﻴﻼء ﻟﻢ ﻳﻨﻈﺮ‬


‫ ﻗﺎل أﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ إن أﺣﺪ ﺷﻘﻲ‬. ( ‫اﷲ إﻟﻴﻪ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬
‫إزاري ﻳﺴﱰﺧﻲ إﻻ أن أﺗﻌﺎﻫﺪ ذﻟﻚ ﻣﻨﻪ ؟ ﻓﻘﺎل اﻟ ﱯ ﺻ اﷲ ﻠﻴﻪ‬
) ‫و ﺳﻠﻢ ) ﻟﺴﺖ ﻣﻤﻦ ﻳﺼﻨﻌﻪ ﺧﻴﻼء‬
“Dari Abdullah bin Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa yang menyeret kainnya karena sombong maka Allah tidak akan
melihat kepadanya pada hari kiamat.” Abu Bakar berkata, “Wahai
Rasulullah, sesuangguhnya salah satu bagian kainnya melorot tetapi

4
aku berusaha untuk menjaganya (agar tidak melebihi mata kaki).” Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau tidak melakukannya
karena sombong.” (HR Al Bukhari).

Mereka mengatakan bahwa hadits-hadits ini mengikat kemutlakan


larangan isbal, artinya bahwa isbal itu dilarang bila disertai
kesombongan, namun bila tidak disertai kesombongan maka hukumnya
boleh.

Inilah fenomena kedangkalan dalam pemahaman. Karena bila kita


perhatikan hadits Abu bakar di atas, tampak kepada kita bahwa Abu
bakar tidak melakukan itu dengan sengaja, oleh karena itu Nabi
menyatakan bahwa Abu bakar tidak melakukannya karena sombong. Ini
menunjukkan bahwa orang yang melorotkannya dengan sengaja
melebihi mata kakinya adalah orang yang sombong walaupun
pelakunya mengklaim dirinya tidak sombong. Karena isbal itu sendiri
adalah kesombongan sebagaimana dalam hadits:

ْ ‫ار ﻣ‬
‫ِﻦ اﻟ َْﻤ ِﺨﻴﻠ َ ِﺔ‬ ِ ْ ‫ار ﻓ َِﺈ َّن ِإ ْﺳ َﺒﺎ َل‬
ِ ‫اﻹ َز‬ ِ ‫اﻹ َز‬
ِ ْ ‫ﺎل‬ َ َّ‫َو ِإﻳ‬
َ ‫ﺎك َو ِإ ْﺳ َﺒ‬
“Jauhilah olehmu isbal (memakai kain melebihi mata kaki), karena isbal
itu termasuk kesombongan”. (HR Abu dawud).[1]

Al Hafidz ibnu Hajar Al ‘Asqolani rahimahullah berkata, “Isbal itu


berkonsekwensi kepada menyeret kain, dan menyeret kain itu
berkonsekwensi kepada kesombongan walaupun orang yang
melakukannya tidak bermaksud sombong.” (Fathul Baari 10/275).

Imam Ibnul ‘Arobi Al maliki rahimahullah berkata, “Tidak boleh bagi


seorangpun untuk memakai kain melebihi mata kakinya dan berkata,
“Aku tidak sombong.” Karena larangan isbal telah mencakupnya secara
lafadz dan illatnya.” (‘Aridlotul Ahwadzi 7/238).

5
Jadi klaim bahwa larangan isbal itu diikat dengan kesombongan adalah
pendapat yang ganjil dan aneh, karena isbal itu sendiri sudah termasuk
kesombongan walaupun pelakunya tidak bermaksud sombong
sebagaimana yang katakan oleh Al Hafidz ibnu hajar tadi. Terlebih, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingkari beberapa shahabat
yang kainnya melebihi mata kaki tanpa bertanya, “Apakah kamu
melakukannya karena sombong?” diantaranya adalah hadits ibnu Umar
ia berkata:

َ ‫ﺎء ﻓَﻘ‬
‫َﺎل‬ ٌ ‫ﱰ َﺧ‬ ْ ِ ‫اﺳ‬
ْ ‫ارى‬ ِ ‫ َو ِﰱ ِإ َز‬-‫ﺻ اﷲ ﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮل ا‬ ِ ‫َﻣ َﺮ ْر ُت َ َ َر ُﺳ‬
‫ ﻓَ ِﺰ ْد ُت ﻓ ََﻤﺎ ِزﻟ ُْﺖ‬.« ‫ ﻓَ َﺮﻓ َْﻌ ُﺘ ُﻪ ﺛُ َّﻢ ﻗَﺎ َل » ِز ْد‬.« ‫ار َك‬ َ‫ﷲ ﻓ‬
َ ‫ار ْﻊ ِإ َز‬ْ ِ ‫» َﻳﺎ َﻋ ْﺒ َﺪ ا‬
َ
ُ ‫أ َﺗ َﺤ َّﺮا َﻫﺎ َﺑ ْﻌ‬
.‫ﺪ‬

“Aku melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sementara kainku


melorot. Beliau bersabda, “Wahai Abdullah, angkat kainmu.” Akupun
mengangkatnya. Beliau bersabda, “Tambah!” Akupun menambah
(mengangkat)nya. Semenjak itu aku selalu menjaganya.” (HR Muslim).

Dari ‘Amru bin Syariid dari ayahnya berkata:

‫ﻴﻒ َﺣ َّﱴ َﻫ ْﺮ َو َل ِﰲ‬ ٍ ‫ِﻦ َﺛ ِﻘ‬ ْ ‫ﷲ َﻠ َْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ َّ َﻢ َﺗ ِﺒ َﻊ َر ُﺟ ًﻼ ﻣ‬ ُ ‫ﱯ َﺻ َّ ا‬ َّ ِ َّ ‫أ َ َّن اﻟ‬


َّ ‫ار َك َوا َّﺗ ِﻖ اﷲ ﻗَﺎ َل ﻓَﳉ ََﺸ َﻒ‬
‫اﻟﺮ ُﺟ ُﻞ‬ ‫ز‬ ‫إ‬ ْ
‫ﻊ‬ َ‫َﺎل ارﻓ‬
َ ‫ﻘ‬ َ ‫ﻓ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ َ ‫ﺛ‬ َ‫ﺬ‬‫ﺧ‬َ َ ‫أَﺛَﺮ ِه ﺣ َّﱴ أ‬
َ َ ِ ْ ُ َ ْ َ ِ
َ ‫ﺎي ﻓَﻘ‬
‫َﺎل‬ ُّ ‫ﷲ ِإ ِ ّﱐ أ َ ْﺣ َﻨ ُﻒ َو َﺗ ْﺼ َﻄ‬
َ ‫ﻚ ُر ْﻛ َ َﺘ‬ ِ ‫ﻮل ا‬ َ ‫َﺎل َﻳﺎ َر ُﺳ‬ َ ‫َﻋ ْﻦ ُرﻛ َْﺒ َ ْﻴ ِﻪ ﻓَﻘ‬
ِ ‫ﷲ َﻠ َْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ َّ َﻢ ُ ُّﻞ َﺧﻠ ْ ِﻖ ا‬
‫ﷲ َﻋ َّﺰ َو َﺟ َّﻞ َﺣ َﺴ ٌﻦ‬ ُ ‫ﷲ َﺻ َّ ا‬ ِ ‫َر ُﺳﻮ ُل ا‬

6
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengikuti
seseorang dari Tsaqif sehingga beliau berjalan dengan cepat lalu beliau
memegang bajunya dan bersabda, “Angkat kainmu! bertakwalah kamu
kepada Allah” Lalu orang itu membuka kedua lututnya dan berkata,
“Wahai Rasulullah, aku ahnaf (yang berkaki bengkok berbentu X), dan
kedua lututku beradu.” Beliau bersabda, “Setiap ciptaan Allah Azza wa
Jalla itu indah.” (HR Ahmad dan lainnya).[2]

Lihatlah, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya


terlebih dahulu apakah kamu sombong atau tidak? Ternyata tidak. Ini
menunjukkan bahwa orang yang melakukan isbal dengan sengaja
adalah orang yang sombong walaupun pelakunya merasa tidak
sombong.

2. Orang yang suka mengungkit pemberiannya.

Mengungkit pemberian adalah perkara yang dapat membatalkan amal,


Allah Ta’ala berfirman:

‫ﻳﺎأﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﺒﻄﻠﻮا ﺻﺪﻗﺎﺗﻜﻢ ﺑﺎ ﻟﻤﻦ واﻷذى ﲝﻟﺬي‬


‫ﻳﻨﻔﻖ ﻣﺎﻟﻪ رﺋﺎء اﻟﻨﺎس وﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺑﺎﷲ واﻟﻴﻮم اﻷﺧﺮ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan
sedekah kalian dengan mengungkit dan menyakiti, seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena riya ingin dilihat manusia dan tidak
beriman kepada Allah dan hari Akhir.” (Al baqarah: 264).

Hendaklah seorang muslim bertakwa kepada Allah dan tidak


mengungkit kebaikan-kebaikannya kepada orang lain, baik kepada

7
teman, anak, atau kaum fuqoro. Karena pemberiannya itu adalah untuk
kebaikan dirinya sendiri dan pahala untuk persiapan menuju
kematiannya.

3. Orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.

Melariskan dagangan dengan sumpah dusta adalah modal orang-orang


yang bangkrut dan mencabut keberkahan dagangannya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫ﺎر َﻣﺎ ﻟ َْﻢ َﻳ َﺘﻔ ََّﺮﻗَﺎ ﻓ َِﺈ ْن َﺻ َﺪﻗَﺎ َو َﺑ َّ َﻨﺎ ُﺑ‬


‫ﻮر َك ﻟ َُﻬ َﻤﺎ ِﰱ َﺑ ْﻴ ِﻌ ِﻬ َﻤﺎ‬ ِ ‫ﺎن ِﺑﺎ ﻟْ ِﺨ َﻴ‬ ِ ‫اﻟْ َ ِّﻴ َﻌ‬
‫َﺖ َﺑ َﺮ َﻛ ُﺔ َﺑ ْﻴ ِﻌ ِﻬ َﻤﺎ‬
ْ ‫َو ِإ ْن ﻛَﺬَ َﺑﺎ َو َﻛ َﺘ َﻤﺎ ُﻣ ِﺤﻘ‬
“Dua orang yang sedang berjual beli itu punya khiyar (pilihan) selama
keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan menjelaskan maka
jual belinya akan diberkahi. Dan jika keduanya menyembunyikan (aib)
dan berdusta maka akan dicabut keberkahannya.” (HR Al Bukhari dan
Muslim).

4. Orang tua yang berzina.

5. Raja yang suka berdusta.

6. Orang miskin yang sombong.

Tiga orang ini amat memalukan, karena tidak ada sesuatu yang
mendorong mereka melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan kepada
tabiat yang buruk dan sengaja ingin berbuat maksiat. Al Qadli ‘Iyadl
rahimahullah berkata:

8
‫ﺧﺼﺺ اﻟﻤﺬﻛﻮرون ﺑﺎﻟﻮﻋﻴﺪ ﻻن ﻼ ﻣﳏ اﻟﺘﺰم اﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻣﻊ ﺪم‬
‫ﺿﺮورﺗﻪ إﻟﻴﻬﺎ وﺿﻌﻒ دا ﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪه ﻓﺄﺷﺒﻪ إﻗﺪاﻣﻬﻢ ﻠﻴﻬﺎ‬
‫اﻟﻤﻌﺎﻧﺪة واﻻﺳﺘﺨﻔﺎف ﺑﺤﻖ اﷲ وﻗﺼﺪ ﻣﻌﺼ ﺘﻪ ﻻ ﻟﺤﺎﺟﺔ ﲑﻫﺎ‬
‫ﻓﺈن اﻟﺸﻴﺦ ﺿﻌﻔﺖ ﺷﻬﻮﺗﻪ ﻋﻦ اﻟﻮطء اﻟﺤﻼل ﻓﻜﻴﻒ ﺑﺎﻟﺤﺮام‬
‫وﻛﻤﻞ ﻋﻘﻠﻪ وﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻟﻄﻮل ﻣﺎ ﻣﺮ ﻠﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﺰﻣﺎن …واﻻﻣﺎم ﻻ‬
‫ﻣﻦ أﺣﺪ وإﻧﻤﺎ ﻳﺤﺘﺎج إﱃ اﻟﻜﺬب ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪ ﻣﺼﺎﻧﻌﺔ ﻣﻦ‬ ‫ﻳﺨ‬
‫ﻳﺤﺬره واﻟﻌﺎﺋﻞ ﻗﺪ ﺪم اﻟﻤﺎل اﻟﺬي ﻫﻮ ﺳﺒﺐ اﻟﻔﺨﺮ واﻟﺨﻴﻼء‬
‫ﻓﻠﻤﺎذا ﻳﺴﺘﻜﱪ وﻳﺤﺘﻘﺮ ﲑه ؟‬
“Mereka dikhususkan dengan ancaman, karena mereka berpegang
kepada maksiat padahal tidak ada perkara yang mendorongnya, dan
pendorongnya amat lemah. Ini menunjukkan bahkan perbuatan mereka
itu karena ‘ienad (menentang) dan meremehkan hak Allah dan
tujuannya hanya untuk berbuat maksiat bukan karena ada sesuatu yang
lain.

Orang yang telah tua renta telah lemah syahwatnya untuk menjimai
yang halal terlebih yang haram, ia telah sempurna akal dan
pengetahuannya karena telah banyak makan garam… Seorang raja
tidak perlu takut kepada siapapun, karena dusta biasanya dilakukan
agar terhindar dari keburukan orang yang ia takuti. Dan orang fakir tidak
punya harta yang merupakan sebab kesombongan dan keangkuhan,
lantas mengapa ia sombong dan menganggap remeh orang lain? (Ad
Diibaaj syarah shahih Muslim 1/122).

9
7. Orang yang bersumpah palsu di waktu ashar untuk mengambil harta
muslim dengan tanpa hak.

Perbuatan ini berkumpul tiga keburukan, yaitu bersumpah palsu,


dilakukan di waktu yang mulia yaitu waktu ashar, dan mengambil harta
muslim. Sumpah palsu sendiri adalah termasuk dosa besar, dan
menjadi lebih besar lagi bila dilakukan di waktu yang mulia, dan waktu
ashar adalah waktu yang mulia di sisi Allah. Berdasarkan hadits ini dan
dalil lainnya.

Bagaimana jadinya bila ternyata disertai mengambil harta muslim,


padahal harta seorang muslim itu haramnya sama dengan keharaman
bulan haram di negeri yang haram dan di hari yang mulia (Arofah).
Sebagaimana dalam hadits:

‫ام َﻛ ُﺤ ْﺮ َﻣ ِﺔ َﻳ ْﻮ ِﻣﻜ ُْﻢ‬ َ َ


ٌ ‫اﺿﻜ ُْﻢ َﻠ َْﻴﳉ ُْﻢ َﺣ َﺮ‬ َ ‫ﻓ َِﺈ َّن ِد َﻣﺎ َءﻛ ُْﻢ َوأ ْﻣ َﻮاﻟَﳉ ُْﻢ َوأ ْﻋ َﺮ‬
‫َﻫﺬَ ا ِﰲ َﺷ ْﻬ ِﺮﻛ ُْﻢ َﻫﺬَ ا ِﰲ َﺑﻠ َِﺪﻛ ُْﻢ َﻫﺬَ ا‬
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram atas kalian
seperti keharaman hari ini, di bulan ini dan di negeri ini.” (HR Al Bukhari
dan Muslim).

8. Orang yang yang mempunyai kelebihan air di padang pasir, namun


mencegahnya dari orang yang membutuhkannya.

Perbuatan ini akibat kekikiran yang sangat sehingga mencegah ia untuk


memberikan kelebihan air kepada ibnussabil yang amat
membutuhkannya. dan sifat kikir itu seringkali menimbulkan perbuatan
yang dimurkai oleh Allah Azza wa jalla, dalam hadits:

10
ِ ‫ﻟﺸ ِ ّﺢ أ َ َﻣ َﺮ ُﻫ ْﻢ ِﺑﺎ ﻟ ُْﺒﺨ‬
‫ْﻞ‬ ُّ ‫ﻚ َﻣﻦ َﲝن ﻗَﺒﻠَﳉُﻢ ﺑﺎ‬
ِ ْ ْ َ ْ َ َ ‫ﻟﺸﺢَّ ﻓ َِﺈﻧَّ َﻤﺎ َﻫﻠ‬
ُّ ‫إ َﻳﺎ ﻛُﻢ وا‬
َ ْ ِّ
َ َ
َ ‫ﻓ ََﺒ َﺨﻠ ُﻮا َوأ َﻣ َﺮ ُﻫ ْﻢ ِﺑﺎ ﻟْ َﻘ ِﻄ‬
ِ ‫ﻴﻌ ِﺔ ﻓَﻘ ََﻄ ُﻌﻮا َوأ َﻣ َﺮ ُﻫ ْﻢ ِﺑﺎ ﻟْ ُﻔ ُﺠ‬
‫ﻮر ﻓَ َﻔ َﺠ ُﺮوا‬
“Jauhilah Syuhh (kikir yang sangat), sesungguhnya syuhh
membinasakan orang-orang sebelum kalian. Syuhh menyuruh mereka
untuk bakhil, menyuruh untuk untuk memutuskan tali silaturahim, dan
menyuruh untuk berbuat kejahatan, merekapun melakukannya.” (HR
Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani).

9. Orang yang membai’at pemimpin karena dunia.

Membai’at pemimpin yang sah adalah perkara yang diperintahkan oleh


islam. Kewajiban rakyat adalah mentaati pemimpinnya dengan penuh
keikhlasan karena mengharap keridlaanNya. Orang yang membai’at
pemimpinnya dengan ikhlas, ia akan menjalankan hak pemimpinnya
walaupun ia tidak diberi, bahkan walaupun ia dizalimi. Sebagaimana
dalam hadits:

َ
ُ ‫ﻮن ِﺑ ُﺴ َّ ِﱴ َو َﺳ َﻴﻘ‬
‫ُﻮم‬ َ ‫اى َوﻻ َ َﻳ ْﺴ َ ُّﻨ‬ َ ‫ون ِﺑ ُﻬ َﺪ‬ َ ‫ُﻮن َﺑ ْﻌ ِﺪى أﺋِ َّﻤ ٌﺔ ﻻ َ َﻳ ْﻬ َﺘ ُﺪ‬
ُ ‫َﻳﳉ‬
‫ َﻛ ْﻴ َﻒ‬: ‫ ﻗُﻠ ُْﺖ‬.« ‫ﺎن ِإﻧْ ٍﺲ‬ ِ ‫ﲔ ِﰱ ُﺟﺜْ َﻤ‬ ِ ‫اﻟﺸ َﻴﺎ ِﻃ‬َّ ‫ُﻮب‬ُ ‫ﺎل ﻗُﻠ ُﻮ ُﺑ ُﻬ ْﻢ ﻗُﻠ‬ ٌ ‫ِﳍ ِر َﺟ‬ْ ِ ‫ﻓ‬
َ َ ‫أ َ ْﺻ َﻨ ُﻊ َﻳﺎ َر ُﺳ‬
ِ ‫» َﺗ ْﺴ َﻤ ُﻊ َو ُﺗ ِﻄﻴ ُﻊ ﻟِﻸ َ ِﻣ‬: ‫ﻚ؟ ﻗَﺎ َل‬
‫ﲑ‬ َ ِ‫ْﺖ ذَ ﻟ‬
ُ ‫ﷲ ِإ ْن أدْ َرﻛ‬ ِ ‫ﻮل ا‬
‫ َر َوا ُه ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٌﻢ‬.« ‫ُﻚ ﻓَﺎ ْﺳ َﻤ ْﻊ َوأ َ ِﻃ ْﻊ‬ ُ
َ ‫َو ِإ ْن ُﺿ ِﺮ َب َﻇ ْﻬ ُﺮ َك َوأ ِﺧﺬَ َﻣﺎ ﻟ‬
“Akan ada setelahku pemimpin-pemimpin yang tidak mengambil
petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku, dan akan ada pemimpin yang
hatinya bagaikan hati setan pada tubuh manusia.” Aku berkata, “Apa

11
yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
“Mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun tubuhmu dipukul dan
hartamu diambil, tetaplah mendengar dan taat.” (HR Muslim).

Membai’at karena dunia adalah sumber fitnah. Sebab orang yang


demikian tidak akan mau mentaati pemimpin jika ia tidak diberi harta
atau kedudukan. Bahkan ia akan berusaha dengan berbagai cara untuk
memburukkan pemimpinnya karena ia tidak diberi. Seperti yang terjadi
di zaman ini, terutama dari kalangan wartawan yang tidak beriman
kepada Allah dan hari akhirat, semoga Allah memberikan hidayah
kepada mereka.

[1] Lihat shahih Jami’ Ash Shaghier no 98.

[2] Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam silsilah shahihah no 1441.

12

Anda mungkin juga menyukai