Anda di halaman 1dari 3

a.

Menghindari “Isbal”

“Isbal” adalah menurunkan pakaian (celana atau sarung) hingga di bawah mata
kaki, baik dengan tanpa niat sombong apalagi disertai dengan niat sombong. Sebab
pada hakikatnya, sombong adalah ketika dia menurunkan pakaian hingga di bawah
mata kaki bahkan menyeret debu (sebagaimana hadits Abu Dawud di bawah).

Orang yang memakai pakaian isbal (musbil) dicela dan diancam oleh Rasulullah j
dengan neraka. Para sahabat dan salafus sholih pun juga mencela. Hadits Abu
Hurairah, Rasulullah j bersabda:

‫َم ا َأْس َف ِم اْلَك ْع َبِنْي ِم اِإْل َز اِر َفِف ي الَّناِر‬


‫َن‬ ‫َل َن‬
“Sarung yang di bawah mata kaki (isbal) maka itu di neraka.”1

Hadits dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu, Rasulullah j bersabda:

“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak dilihat
serta tidak akan dibersihkan, dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih. Kata-kata
nabi itu diulang sampai tiga kali. Abu Dzar berkata: mereka benar-benar kecewa dan
merugi. Siapakah mereka itu ya Rosul? Nabi j menjawab: Orang yang menurunkan kain
atau sarung di bawah mata kakinya, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan
orang yang menjual barang dagangan dengan sumpah palsu”.2

Isbal adalah kesombongan

Dan isbal sendiri termasuk perbuatan sombong. Sebagaimana hadits dari Jabir bin
Sulaim radliyallahu ‘anhu, Nabi j bersabda:

‫َو ِإَّياَك َو ِإْسَباَل اِإْل َز اِر َفِإَّنَه ا ِم َن اْلَم ِخ يَلِة َو ِإَّن الَّلَه ال ِحُيُّب اْلَم ِخ يَلَة‬
“Jauhilah Isbal (menurunkan pakaian hingga di bawah mata kaki), sesungguhnya hal itu
termasuk sombong, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong.”3

Bagaimana pakaian lelaki muslim ?

Terdapat hadits dari Abu Sa’id al Khudzri, Nabi j bersabda:

‫ ِفي ا َبْيَنُه َبَنْي اْلَك ْع َبِنْي َم ا َك اَن َأْس َف ِم اْلَك ْع َبِنْي‬- ‫ َأْو َال ُج َنا‬- ‫ِل ِإ ِن ِف ِق‬ ‫ِإ‬
‫َل َن‬ ‫َو‬ ‫َح َم‬ ‫ْز َر ُة اْلُمْس ِم ىَل ْص الَّس ا َو َال َحَرَج‬
‫َّر ِإ ا َط ا ْنُظِر الَّل ِإَل ِه‬
‫ُه ْي‬ ‫َفُه َو ىِف الَّناِر َمْن َج َز َر ُه َب ًر ْمَل َي‬

1
HR. Bukhari, 5787, Syamilah.
2
HR. Muslim.
3
HR. Abu Daud, 4086.
“Sarung seorang muslim adalah sampai ke tengah-tengah betis, dan tidak mengapa jika di
antara betis dengan mata kaki, sedangkan yang di bawah mata kaki, maka itu bagian dari
neraka, barang siapa yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong maka
Allah tidak akan melihatnya di hari Kiamat”.4

Juga hadits dari Jabir bin Sulaim, Nabi j bersabda:

‫ِق‬ ‫ِن‬
‫َف ِإىَل اْلَك ْع َبِنْي ِإَّياَك ِإْس َباَل اِإل َز اِر‬
‫َو َو‬ ‫َو اْر َفْع ِإَز اَر َك ِإىَل ْص ِف الَّس ا َف ِإْن َأَبْيَت‬
‫َفِإَّنَه ا ِم َن اْلَم ِخ يَلِة َو ِإَّن الَّلَه َال ِحُيُّب اْلَم ِخ يَلَة‬
“Angkatlah sarungmu ke tengah betis, jika kamu enggan maka
(turunkan) ke kedua mata kaki. Janganlah isbal, sesungguhnya ia termasuk kesombongan.
Dan sesungguhnya Allah tidak menyukai kesombongan.”5

Bagaimana pakaian perempuan muslimah ?

Adapun pakaian perempuan muslimah adalah yang menutupi kaki dan tidak boleh
melebihi satu hasta di bawah kaki, dan selebihnya adalah “Isbal”. Hadits dari ibn
Umar radliyallahu ‘anhuma, Nabi j bersabda:

‫من جر ثوبه خيالء مل ينظر اهلل إليه يوم القيامة فقالت أم سلمة فكيف يصنعن النساء بذيوهلن؟ قال يرخني‬
‫شربا فقالت إذا تنكشف أقدامهن قال فريخينه ذراعا ال يزدن عليه‬
“Siapa yang menurunkan kain sarungnya di bawah mata kaki karena sombong, maka Allah
tidak melihat kepadanya pada hari kiamat, Ummu Salamah bertanya: bagaimanakah bagi
wanita? Jawab Nabi j: Diturunkan sejengkal, Ummu Salamah berkata: Kalau demikian
terlihat kaki mereka. Nabi j bersabda: Direndahkan lagi sehasta tidak lebih dari itu.”6

Sunnah yang agung ini diajarkan oleh Rasulullah j dengan tidak ada batasan
tempat dan waktu. Maksudnya, “isbal” (menurunkan pakaian di bawah mata kaki)
dilarang baik di dalam ataupun di luar shalat. Karena ada sebagian orang beranggapan
bahwa isbal dilarang hanya saat shalat, sedangkan jika di luar shalat tidak mengapa.
Dan anggapan ini tidak tepat, karena dalil larangan isbal sifatnya umum tanpa
pengecualian.

Adapun hadits tentang tidak dianggapnya Abu Bakar oleh Rasulullah j sebagai
orang yang berpakaian isbal (musbil) padahal pakaiannya turun (tanpa sengaja) di
bawah mata kaki, dikarenakan pakaian Abu Bakar turun/melorot tidak sengaja
(istirkha’), boleh jadi pinggang Abu Bakar kecil (sebagaimana cerita putrinya, Aisyah
radliyallahu ‘anha) sehingga selalu turun meski sudah diikat benar.

4
HR. Abu Daud, 4095.
5
HR. Abu Dawud, 4086.
6
HR. Tirmidzi, 1731, hadits hasan shahih.
Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah j bersabda:

،‫ ِإَّن َأَح َد ِش َّق ْي ِإَز اِر ي َيْس َتْر ِخ ي‬،‫ َيا َرُس وَل الَّلِه‬: ‫ َقاَل َأُبو َبْك ٍر‬،‫َمْن َج َّر َثْو َبُه ُخ َيَالَء ْمَل َيْنُظِر الَّلُه ِإَلْيِه َيْو َم الِق َياَم ِة‬
‫ِل ِم‬ ‫ِإاَّل‬
‫ َلْس َت َّمِمْن َيْص َنُعُه ُخ َيَالَء‬:j ‫َأْن َأَتَعاَه َد َذ َك ْنُه؟ َفَق اَل الَّنُّيِب‬
“Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak
akan memandangnya pada hari kiamat”. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya salah satu bagian kainku turun (tidak senganja- red), melainkan bahwa aku
benar-benar mengikatnya”. Rasulullah j berkata, “Engkau tidak termasuk orang yang
melakukannya karena sifat sombong.”7

Maka lain halnya dengan seseorang yang menjahit pakaiannya sendiri dengan
mengukurnya sesuai kehendaknya. Maka hal ini tidak relevan jika dalil tersebut
dijadikan hujjah dibolehkannya isbal.

Maka, tidaklah patut bagi muslim dan muslimah jika Allah dan Rosul-Nya sudah
memutuskan suatu urusan baik perintah maupun larangan, ia masih menawar-
nawarnya lagi, atau mencari pilihan yang lain. Firman Allah Ta’ala:

ۡۗ ‫ِه‬ ‫ِخ ِم‬ ‫ٍة‬ ‫ِل ِم‬


‫َو َم ا َك اَن ُم ؤۡ ٖن َو اَل ُم ۡؤمَِن ِإَذا َقَض ى ٱلَّل ُه َو َرُس وُل ٓۥُه َأمًۡر ا َأن َيُك وَن ُهَلُم ٱلۡ َيَر ُة نۡ َأمِۡر م َو َم ن َيعِۡص ٱلَّل َه‬
٣٦ ‫َو َرُس وَل ۥُه َفَق ۡد َض َّل َض َٰل لٗا ُّم ِب ٗينا‬
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 36).

Dan tidak ada jawaban yang layak bagi orang-orang beriman ketika diperintah dan
dilarang Allah dan Rasulnya kecuali, ia akan mengatakan “aku mendengar dan aku taat”.

Firman Allah Ta’ala:

ۡ ‫ِإَمَّنا َك اَن َق ۡوَل ٱلُۡم ؤِۡمِنَني ِإَذا ُدُعوْٓا ِإىَل ٱلَّلِه َو َرُس وِلِهۦ ِلَي‬
‫حُك َم َب ۡيَنُه مۡ َأن َيُقوُلوْا ِمَس عَۡنا َو َأَطعَۡناۚ َو ُأْو َٰلِٓئ َك ُه ُم ٱلُۡم فِۡلُح وَن‬
٥١
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-
Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan."Kami mendengar, dan
kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nur: 51)

7
HR. Bukhari, 5784.

Anda mungkin juga menyukai