Anda di halaman 1dari 39

MODUL

AUDIT MUTU INTERNAL

Disusun Oleh :
Drs. H. Supriadi, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan
katuniaNya “Modul Audit Mutu Internal (AMI)” dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan alam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikunya hingga
akhir zaman termasuk pada kita semua. aamiin.
Semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Republik
Indonsia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
Politeknik Kesehatan Kemenkes mempunyai tugas menyiapkan peserta
didik untuk menjadi tenaga kesehatan yang beriman dan bertaqwa, kreatif,
inovatif, dan memiliki daya saing kuat. Politeknik Kesehatan Kemenkes sebagai
institusi tenaga kesehatan berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
tri dharma perguruan tinggi sebagai primary activity dalam penyelenggaraan
akademik, serta layanan pendukung (support activity) seperti layanan
kemahasiswaan, sarana prasarana, keuangan, serta seluruh sivitas akademik
dan tenaga kependidikan. Untuk mengevaluasi dan mengendalikan hal
tersebut diperlukan audit mutu internal (AMI).
AMI merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu internal pendidikan
tinggi untuk menjaga kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan
selalu menerapkan upaya perbaikan secara berkelanjutan. Suatu program
ataupun pekerjaan yang dilakukan oleh sivitas akademika dan tenaga
kependidikan pada dasarnya memiliki tujuan dan pengaturan aktivitas yang
sangat kompleks. Hal tersebut memerlukan upaya penilaian dan pengendalian,
yakni melalui AMI. Untuk terselenggaran kegiatan AMI yang profesional, perlu
dipersiapkan auditor mutu internal, diantaranya melalui pelatihan bagi auditor
dalam kegiatan audit mutu internal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada para pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk
mewujudkan Modul Audit Mutu Internal (AMI) ini. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan modul AMI di masa
mendatang.

Penyusun
Drs. H. Supriadi, SKp, M.Kep, Sp.Kom

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………….. i


Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………. ii

Modul 1: KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI


A. Latar Belakang …………………………………………………………………………… 1
B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) ……………. 1
C. Beberapa Istilah ………………………………………………………………………… 4

Modul 2: KONSEP DASAR AUDIT MUTU INTERNAL


A. Latar Belakang ............................................................................... 7
B. Pengertian AMI .............................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat AMI ............................................................... 8
D. Lingkup AMI ..................................……………………………………………… 9
E. Siklus Pelaksanaan Audit Mutu Internal
1. Perencanaan AMI ……………………………………............................... 11
2. Pelaksanaan AMI …………………………………………………................. 11
3. Rapat Tindak Lanjut Hasil AMI ...........…………………………………… 13
4. Monitoring Tindak Lanjut ......................................................... 13

Modul 3: AUDITOR AUDIT MUTU INTERNAL


A. Tanggung Jawab Auditor ……………………………………………………………. 18
B. Softskills Auditor ……………………………………………………………………….. 18
C. Atribut Auditor ………………………………………………………………………….. 18
D. Sikap Etis Auditor ………………………………………………………………………. 19

Modul 4: PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL


A. Teknik Audit ................................................................................... 21
B. Temuan Audit
1. Pengertian …………………………………………………………………………... 22
2. Kriteria Temuan …………………………………………………………………… 22
3. Jenis Temuan ……………………………………………………………………….. 24
4. Pendekatan untuk Mengonstruksi Temuan ………………………….. 25
5. Pencatatan dan Pelaporan Temuan Audit ……………………………. 26
C. Tindakan Perbaikan ....................................................................... 27

Modul 5: LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL


A. Laporan Hasil AMI ……………………………………………………………………… 33
B. Tinjauan Manajemen …………………………………………………………………. 34

Referensi ……………………………………………………………………………………………………........ 36

ii
Modul 1
KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN TINGGI (SPM-DIKTI)

A. Latar Belakang
Saat ini semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan penjaminan mutu. Hal
ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 03 tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor
62 Tahun 2016 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi dan Pedoman Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Tahun 2018.
Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja,
pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan)
memperoleh kepuasan. Perguruan Tinggi mempunyai tugas menyiapkan peserta didik
untuk menjadi tenaga vokasional atau profesional. PT berusaha untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pelanggan melalui pelaksanaan sistem penjaminan mutu
pendidikan tinggi (SPM-Dikti).
Di Perguruan Tinggi pelaksanaan penjaminan mutu di lakukan secara internal
melalui sistem penjaminan mutu internal (SPMI), juga dilaksanakan sistem
penjaminan mutu eksternal (SPME) melalui Akreditasi oleh BAN-PT dan LAM PT Kes.

B. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti)


Undang-Undang Pendidikan Tinggi pasal 51 menyebutkan bahwa Pendidikan
Tinggi bermutu merupakan pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan yang mampu
secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk
mendapatkan pendidikan tinggi yang bermutu tersebut, pemerintah
menyelenggarakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti).
Di sebutkan juga dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Pendidikan Tinggi
bahwa penjaminan mutu dilakukan melalui lima langkah utama yang disingkat dengan
PPEPP, yaitu Penetapan Standar Dikti, Pelaksanaan Standar Dikti, Evaluasi
Pelaksanaan Standar Dikti, Pengendalian Pelaksanaan Standar Dikti, dan Peningkatan
Standar Dikti. Di Politeknik Kesehatan Kemenkes juga dituntut menganut kelima
langkah utama tersebut dalam melaksanakan SPMI.

Modul Audit Mutu Internal | 1


P
P P

P E
Gambar : Siklus SPMI

1. Penetapan Standar (P)


Penetapan Standar Dikti, yaitu kegiatan penetapan standar yang terdiri atas
SN Dikti dan13Standar Dikti yang ditetapkan oleh perguruan tinggi. Secara umum,
standar adalah pernyataan dalam bentuk kalimat lengkap yang berisi sesuatu yang
dicitakan atau diinginkan untuk dicapai, suatu tolok ukur atau kriteria atau
spesifikasi tertentu, atau dapat juga berisi perintah untuk melakukan sesuatu.
Dalam konteks SPMI, standar yang dimaksud adalah Standar Pendidikan Tinggi
(Standar Dikti). Standar Dikti ada yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu Standar
Nasional Dikti (SN Dikti), dan ada yang harus ditetapkan sendiri oleh setiap
perguruan tinggi yang disebut Standar Dikti yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.
Standar Dikti yang ditetapkan perguruan tinggi dapat berupa standar yang
isinya melampaui SN dikti atau standar lain yang sama sekali tidak tercakup dalam
SN Dikti, sehingga menjadi kekhasan atau karakteristik perguruan tinggi yang
bersangkutan. Artinya, perguruan tinggi memiliki otonomi untuk merumuskan dan
menetapkan sendiri berbagai Standar Dikti (yang ditetapkan perguruan tinggi
sendiri), yang secara kuantitatif lebih banyak dan/atau secara kualitatif lebih tinggi
daripada SN Dikti. Untuk merumuskan berbagai Standar Dikti yang ditetapkan
perguruan tinggi sendiri, perguruan tinggi dapat mengikuti langkah berikut ini:
a. Menyiapkan dan mempelajari berbagai bahan, antara lain : Peraturan
perundang-undangan di bidang pendidikan tinggi (al : Undang-Undang
Pendidikan Tinggi, Peraturan Menristekdikti tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi); Nilai dasar yang dianut perguruan tinggi : Visi, misi, dan
tujuan perguruan tinggi dan/atau unit pengelola program studi; Hasil analisis
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) perguruan tinggi
dan/atau unit pengelola program studi; Hasil studi pelacakan lulusan (tracer
study) dan/atau need assessment terhadap pengguna lulusan.

Modul Audit Mutu Internal | 2


b. Melakukan benchmarking ke perguruan tinggi lain (jika dipandang perlu) untuk
memperoleh informasi, pengalaman, dan saran. Alternatif lain adalah
mengundang narasumber dari perguruan tinggi lain.
c. Kegiatan yang dilakukan dalam penetapan standar adalah :
1) Semua unit kerja merumuskan standar di lingkungan kerja masingmasing.
2) Direktur menetapkan dan mensahkan pedoman/standar akademik dan non
akademik yang diberlakukan dilingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes.
3) Unit Penjaminan Mutu sebagai wakil manajemen mutu memastikan bahwa
semua standar/dokumen yang dipergunakan ditinjau, disetujui oleh yang
berwewenang, diidentifikasi dan dikendalikan dengan baik.
4) Standar/dokumen selalu dapat dibaca, mudah dikenali dan versi relevan
yang tersedia di tempat pemakaiannya.
5) Standar/dokumen yang berasal dari luar dikenali dan distribusinya
dikendalikan.
6) Standar/dokumen kadaluwarsa dibubuhkan identifikasi sesuai.
7) Rincian lebih lanjut tentang pengendalian dokumen ini dijelaskan didalam
prosedur tentang pengendalian dokumen.
d. Unit Penjaminan Mutu beserta unit kerja terkait memelihara rekaman untuk
memberikan bukti kesesuaian pada persyaratan dan operasi efektif dari sistem
manajemen mutunya.
1) Semua rekaman yang mendukung sistem manajemen mutu selalu dijaga
agar tetap mudah dibaca, siap untuk diambil dan ditunjukkan.
2) Guna memastikan kendali yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, pengambilan, masa simpan dan pembuangannya disusun
prosedur tentang Pengendalian Rekaman.

2. Pelaksanaan Standar (P)


Pelaksanaan Standar Dikti, yaitu kegiatan pemenuhan standar yang terdiri atas
SN Dikti dan Standar Dikti yang ditetapkan oleh perguruan tinggi;
a. Menerbitkan keputusan-keputusan terkait penerapan standar akademik dan
non akademik yang diberlakukan dilingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bandung.
b. Menyiapkan instrumen audit mutu akademik dan non akademik.
c. Menyiapkan auditor mutu internal
d. Menyimpan, mengolah dan memperbaharui data.

3. Evaluasi Pelaksanaan Standar (E)


Evaluasi pelaksanaan Standar Dikti, yaitu kegiatan pembandingan antara luaran
kegiatan pemenuhan standar dengan standar yang terdiri atas SN

Modul Audit Mutu Internal | 3


Dikti dan Standar Dikti yang telah ditetapkan oleh perguruan tinggi;
a. Mengamati dan menilai kinerja semua unit kerja
b. Meminta dan mempelajari laporan semua unit kerja
c. Melakukan audit mutu internal

4. Pengendalian Pelaksanaan Standar (P)


Pengendalian pelaksanaan Standar Dikti, yaitu kegiatan analisis penyebab
standar yang terdiri atas SN Dikti dan Standar Dikti yang telah ditetapkan oleh
perguruan tinggi yang tidak tercapai untuk dilakukan tindakan koreksi. a.
Melaksanakan tindakan perbaikan
b. Monitoring tindakan perbaikan

5. Peningkatan Standar (P)


Standar Dikti, yaitu kegiatan perbaikan standar yang terdiri atas SN Dikti dan
Standar Dikti agar lebih tinggi daripada standar yang terdiri atas SN Dikti dan
Standar Dikti yang telah ditetapkan.
a. Menganalisis kebutuhan peningkatan standar
b. Meningkatkan standar
Peningkatan standar dilakukan melalui kegiatan workshop, baik yang dilakukan
oleh unit kerja masing-masing ataupun yang dikordinasikan oleh unit penjaminan
mutu. Setiap tahun di unit kerja penjaminan mutu melaksanakan kegiatan
workshop dengan terlebih dahulu menyusun TOR untuk masuk kedalam RAB.

C. Beberapan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka dijelaskan beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Perguruan Tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Tinggi (Dikti) adalah jenjang pendidikan setelah sekolah menengah
yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program
doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
3. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Mutu Pendidikan Tinggi adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan
pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas Standar
Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar PendidikanTinggi yang ditetapkan oleh
Politeknik Kesehatan.
5. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM-Dikti) adalah kegiatan sistemik
untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Modul Audit Mutu Internal | 4


6. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kegiatan sistemik penjaminan
mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk
mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara
berencana dan berkelanjutan.
7. Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah kegiatan penilaian melalui
akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu Program
Studi dan Perguruan Tinggi.
8. Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti) adalah kumpulan data
penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh perguruan tinggi yang terintegrasi
secara nasional.
9. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) adalah satuan standar yang meliputi
Standar Nasional Pendidikan ditambah dengan Standar Nasional Penelitian dan
Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
10.Standar Pendidikan Tinggi adalah sejumlah standar pada perguruan tinggi yang
melampaui Standar Nasional PendidikanTinggi.
11. Audit Mutu Internal (AMI)
adalah proses pemeriksaan yang sistematik, independen, dan terdokumentasi
dengan tujuan memperoleh bukti audit dan mengevaluasi secara objektif dalam
rangka menentukan tingkat kesesuaian aktivitas yang terjadi pada setiap unit kerja.
12.Unit Kerja adalah seluruh Unit, Sub Unit, dan Program Studi yang ada di
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
13.Auditor Internal adalah orang yang mempunyai kualifikasi sebagai auditor internal
untuk melaksanakan audit mutu.
14.Teraudit (auditee) adalah oranisasi/unit kerja yang diaudit dalam proses Audit
Mutu Internal.
15.Bukti Obyektif adalah informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif berupa
catatan atau pernyataan tentang fakta mengenai mutu pelayanan, eksistensi, dan
implementasi elemen-elemen sistem mutu, yang didasarkan pada pengamatan,
pengukuran, dan dapat diverifikasi. Bukti obyektif juga merupakan catatan atau
rekaman bersifat kualitatif ataupun kuantutatif, atau pernyataan responden
tentang mutu palayanan, eksistensi dan implementasi elemen-elemen mutu.
16.Temuan adalah pernyataan yang berisi fakta yang dicatat selama audit dan
didukung dengan bukti-bukti obyektif.
17.Observasi (OB) adalah pernyataan dari temuan selama audit mutu internal yang
didasari bukti objektif yang membutuhkan penyempurnaan dalam waktu yang
cepat.
18.Ketidak Sesuaian (KTS) adalah pernyataan temuan selama audit mutu internal
yang tidak sesuai dengan persyaratan mutu dan/atau unsur sistem manajemen
mutu yang telah ditetapkan.

Modul Audit Mutu Internal | 5


19.Rapat Tindak Lanjut (RTL) hasil audit adalah rapat yang diadakan untuk meninjau
hasil temuan audit internal dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.
20. Tindakan Korektif
adalah tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
untuk mencegah agar tidak terulang kembali.
21.Monitoring adalah proses pemantauan perkembangan rencana tindak lanjut hasil
kesepakatan rapat tindak lanjut yang dilakukan oleh ketua program studi dan
pelaksana unit penjamin mutu.
22.Tinjauan Manajemen adalah proses terencana, melibatkan sistem mutu
organisasi yang menunjukkan adanya kepemimpinan dan komitmen manajemen
puncak (top management).

Modul Audit Mutu Internal | 6


Modul 2
KONSEP DASAR AUDIT MUTU INTERNAL

A. Latar Belakang
Perguruan Tinggi sebagai agents of change and development mempunyai peran
strategis dalam peningkatan daya saing bangsa (nation competitiveness), oleh
karenanya saat ini semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan penjaminan
mutu sesuai dengan ketentuan dalam UU no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, Permenristek Dikti no. 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi, dan Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Tahun 2018.
Dalam Pasal 4 UU Dikti disebutkan bahwa Pendidikan tinggi berfungsi : a)
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; b) mengembangkan
sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan
kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan c) mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora.
Pasal 51 (1) UU Dikti menyebutkan bahwa Pendidikan Tinggi yang bermutu
merupakan Pendidikan Tinggi yang menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif
mengembangkan potensinya dan menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi yang berguna bagi Masyarakat, bangsa, dan Negara, selanjutnya Pasal 52
(1) Penjaminan mutu Pendidikan Tinggi merupakan kegiatan sistemik untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi secara berencana dan berkelanjutan dan (2)
Penjaminan mutu dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian,
dan peningkatan standar Pendidikan Tinggi. Pasal 1 Permenristek–Dikti no. 62 Tahun
2016 menyebutkan bahwa mutu Pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri
atas Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi yang
Ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) merupakan kegiatan
sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan
berkelanjutan. SPM Dikti tersebut terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI), adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap
perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah kegiatan penilaian melalui
akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu program studi
dan perguruan tinggi, dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi yang (PD Dikti) yaitu
kumpulan data penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh perguruan tinggi yang
terintegrasi secara nasional.

Modul Audit Mutu Internal | 7


SPMI direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, dikendalikan, dan dikembangkan
oleh perguruan tinggi dengan mengikuti siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan,
Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan Standar), sedangkan SPME direncanakan,
dievaluasi, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh BAN-PT dan/atau LAM
melalui akreditasi sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Luaran penerapan SPMI oleh perguruan tinggi digunakan oleh BAN-PT atau LAM
untuk penetapan status dan peringkat terakreditasi perguruan tinggi atau progam
studi. Pasal 5 (2) Permenristek-Dikti Tahun 2016 menyebutkan bahwa evaluasi
dilakukan melalui audit mutu internal (AMI). AMI merupakan sebuah proses yang
sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevauasinya secara obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah
terpenuhi.

B. Pengertian AMI
Telah disebutkan diatas bahwa evaluasi terhadap penerapan standar dilakukan
melalui audit mutu internal (AMI). “Auditing is the accumulation and evaluation of
evidence about information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person.” (Arens dan Loebbecke, 2000), yang memiliki arti
bahwa audit merupakan pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan, dimana audit dilaksanakan oleh orang yang kompeten
dan independen.
Pendapat lainnya, Konrath : Auditing adalah suatu proses sistematis untuk secara
objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai kegiatankegiatan dan
kejadian-kejadian untuk meyakinkan tingkat keterkaitan kegiatan dengan kriteria
yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. ”Sistem mutu mencakup struktur organisasi, tanggung kawab,
prosedur, proses dan sumber daya untuk melaksanakan manajemen mutu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan
yang sistematis dan independen untuk menentukan apakah kegiatan menjaga mutu
serta hasilnya telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rencana atau standar
yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.

C. Tujuan dan Manfaat AMI


1. Tujuan
Tujuan audit mutu internal (AMI) adalah memeriksa ketersediaan dan/atau
kelengkapan seluruh standar dalam SPMI, baik dalam arti pelaksanaan masing-
masing standar maupun antar standar yang saling berkaitan. Untuk itu tujuan audit
mutu internal adalah :

Modul Audit Mutu Internal | 8


a. Memastikan kepatuhan auditi pada standar yang telah ditetapkan oleh unit
kerja tersebut.
b. Memastikan konsistensi auditi dalam melaksanakan standar yang telah
ditetapkan oleh unit kerja tersebut.
c. Memastikan terpenuhi atau tercapainya standar yang telah ditetapkan oleh
unit kerja tersebut.
2. Manfaat
Manfaat AMI, secara langsung adalah diperoleh rekomendasi peningkatan
mutu pendidikan tinggi. Rekomendasi bermanfaat bagi pimpinan/pengelola
Jurusan atau Prodi tersebut dalam memperbaiki secara berkelanjutan untuk
mencapai visi dan misinya.

D. Lingkup AMI
Lingkup audit mutu internal terkait dengan penyelenggaraan tri dharma
pendidikan tinggi, yaitu :
1. Pelaksanaan standar nasional pendidikan tinggi sesuai Permendikbud no.3 Tahun
2020, meliputi :
a. Standar Nasional Pendidikan
1) Standar Kompetensi Lulusan
2) Standar Isi Pembelajaran
3) Standar Proses Pembelajaran
4) Standar Penilaian pembelajaran
5) Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
6) Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran
7) Standar Pengelolaan Pembelajaran
8) Standar Pembiayaan Pembelajaran
b. Standar Nasional Penelitian
1) Standar hasil penelitian
2) Standar isi penelitian
3) Standar proses penelitian
4) Standar penilaian penelitian
5) Standar Peneliti
6) Standar Sarana dan Prasarana Penelitian
7) Standar Pengelolaan Penelitian
8) Standar Pendanaan dan Pembiayaan penelitian
c. Standar Nasional Pengabdian pada Masyarakat (PKM)
1) Standar hasil PKM
2) Standar isi PKM
3) Standar proses PKM

Modul Audit Mutu Internal | 9


4) Standar penilaian PKM
5) Standar Pelaksana PKM
6) Standar Sarana dan Prasarana PKM
7) Standar Pengelolaan PKM
8) Standar Pendanaan dan Pembiayaan PKM
2. Standar pendidikan tinggi yang di tetapkan Polteknik Kesehatan Kemenkes, yang
meliputi :
a. Standar Pendidikan Tinggi bidang akademik.
b. Standar Pendidikan Tinggi bidang non akademik.

E. Siklus Pelaksanaan Audit Mutu Internal


Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memiliki tujuan meningkatkan mutu
pendidikan tinggi secara internal untuk mewujudkan visi serta memenuhi kebutuhan
stakeholder melalui penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pencapaian
tujuan penjaminan mutu melalui SPMI, selanjutnya untuk memperoleh akreditasi
melalui SPME oleh BAN-PT atau LAM-PT Kesehatan. Sistem Penjaminan Mutu dikelola
melalui manajemen penetapan standar, pelaksanaan standar, evaluasi pelaksanaan
standar, pengendalian standar, dan peningkatan stnadar (PPEPP). Dalam rangka
evaluasi pelaksanaan standar, maka dibantu dengan dilakukan audit mutu internal,
melalui siklus berikut :

Bentuk :
- Verifikasi
- Kosultasi Menyusun TOR
- Bimbingan teknis
MONITORING PERENCANAAN
Pelaksanaan : Penganggaran
- Pembukaan
- Kegiatan audit
- Penutup

Direktorat : Jurusan/Prodi : Auditor :


- Jadual - Meneria jadual - Menerima
Melakukan RTM - Srt Tugas - Menyiapkan auditi bahan audit
- Biaya - Menyerahkan - Melakukan
- Rapat bahan audit audit dokumen
Materi :
- Hasil audit RTL PELAKSANAAN
- Umpan balik
Pelaksanaan : Pelaporan :
- IKU
- Pembukaan - Laporan hasil
- Penc & Perbaikan
- Kegiatan audit audit
- TL RTM sebelumnya
- Penutup
- Rekomendasi

Modul Audit Mutu Internal | 10


1. Perencanaan AMI
Audit mutu internal (AMI) merupakan salah satu bagian dari implementasi
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalamrangka melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
perencanaan program AMI ada beberapa hal yang menjadi bahan
pertimbangan, yaitu : 1) Visi, misi dan struktur organisasi, 2) ruang lingkup
kegiatan, 3) Ukuran dan lokasi, 4) Harapan pelanggan (mahasiswa) dan
stakeholders, 5) Tujuan dan kebijakan organisasi serta 6) Jumlah dan
pengalaman auditor. Perencanaan secara keseluruhan disusun oleh unit
penjaminan mutu dan disosialisasikan kepada seluruh unit kerja. Sebelum
pelaksanaan kegiatan audit, Pusat Penjaminan Mutu menyusun
proposal/kerangka acuan/term of reference (TOR) kegiatan AMI dan
mempersiapkan formulir-formulir yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan audit.
a. Penyusunan TOR
TOR disusun oleh UPM sesuai ketentuan, minimal memuat :
1) Latar belakang (dasar hukum, gambaran singkat dan alasan kegiatan)
2) Kegiatan yang dilakukan (uraian dan batasan kegiatan)
3) Maksud dan Tujuan Kegiatan
4) Indikator keluaran dan Keluaran
5) Tempat Kegiatan
6) Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
7) Jadual Kegiatan
8) Biaya
b. TOR yang telah disusun oleh Pusat Penjaminan Mutu diajukan ke Bagian
Perencanaan dan Urusan Keuangan sampai masuk dalam anggaran.
2. Pelaksanaan AMI
a. Persiapan
Pada tahap persiapan pelaksanan AMI, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Tingkat Direktorat
a) Pusat Penjaminan Mutu membuat jadual AMI yang memuat :
Waktu, Nama Auditor, Unit Kerja/Auditi, dan Lingkup Audit
b) Pusat Penjaminan Mutu mengusulkan surat tugas tim auditor internal
kepada Direktur
c) Pusat Penjaminan Mutu menghitung biaya operasional AMI bersama
urusan keuangan

Modul Audit Mutu Internal | 11


d) Pusat Penjaminan Mutu menyampaikan pemberitahuan rencana
pelaksanaan audit mutu internal kepada unit kerja (sebagai auditi)
dan auditor internal
e) Pusat Penjaminan Mutu mengadakan rapat persiapan AMI. Peserta
rapat Direktur, Wadir I, Ka Pusat PM, Para Ka Sub PM dan Para Auditor
Internal.
2) Tingkat Jurusan/Prodi
a) Menerima jadual AMI dari Direktorat
b) Sub Penjaminan Mutu menyiapkan unit kerja sebagai auditi
c) Sub Penjaminan Mutu menyerahkan bahan atau materi audit kepada
auditor internal sesuai kebutuhan dan lingkup audit yang telah
ditetapkan dalam jadual AMI, misalnya borang, laporan pendidikan
atau dokumen lainnya sebagai bahan kajian/asesmen auditor.
3) Auditor Internal
a) Menerima bahan atau materi audit kepada auditor internal sesuai
kebutuhan dan lingkup audit yang telah ditetapkan dalam jadual
AMI.
b) Melakukan audit dokumen atau penelaahan terhadap bahan/materi
audit dan menyusun PKA
b. Pelaksanaan AMI
Kegiatan yang dilakukan pada waktu pelaksanaan AMI :
1) Pembukaan
Auditor bersama Penjamin Mutu, yakni Ketua Jurusan, Ketua Program
Studi di Jurusan atau Program Studi), Direktur di Direktorat, membuka
kegiatan audit guna memulai kegiatan audit internal. Lead Auditor pada
pertemuan tersebut menjelaskan tentang tujuan audit, lingkup audit,
mekanisme audit, metoda audit, dan segala hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan audit.
2) Pelaksanaan audit
Auditor melakukan pemeriksaan, pengecekan atau penggalian
informasi, terkait penetapan standar, pemenuhan standar, serta bukti
rekaman dan dokumen yang harus tersedia. Selanjutnya auditor
menyusun temuan positif pada form catatan audit (CA), temuan negatif
pada form deskripsi kondisi audit (DKA), dan ringkaran kondisi audit
(RKA), melakukan varifikasi kepada auditi dan menyepakati tindak
lanjut temuan.
3) Penutup
Pada awal penutupan, auditor membacakan temuan hasil audit.
Penutupan dilakukan oleh penjamin mutu.

Modul Audit Mutu Internal | 12


c. Laporan audit mutu internal
Auditor melaporkan secara tertulis hasil audit kepada UPM. selanjutnya
UPM menyusun laporan tertulis hasil pelaksanaan kegiatan audit dan
mempersiapkan bahan laporan hasil audit untuk disampaikan kepada
Direktur sebagai bahan rapat tindak lanjut hasil audit (Lay out laporan
terlampir).
3. Rapat Tindak Lanjut Hasil AMI
Rapat tindak lanjut atau rapat tinjauan manajemen (RTM) dipimpin oleh
Direktur Poltekkes Kemenkes dan dihadiri oleh Pengelola Direktorat
Poltekkes, Jurusan, Prodi, Para Auditor dan unit terkait lainnya.
Materi RTM meliputi : a.
Hasil audit
b. Umpan balik dari mahasiswa dan dosen
c. Indikator Kinerja utama
d. Tindakan pencegahan dan perbaikan
e. Tindak lanjut dari rapat tinjauan manajemen sebelumnya
f. Rekomendasi untuk peningkatan.

4. Monitoring Tindak lanjut


Monitoring adalah proses pemantauan perkembangan rencana tindak
lanjut hasil kesepakatan rapat tindak lanjut yang dilakukan oleh ketua
program studi dan pelaksana unit penjaminan mutu. Bentuk kegiatan
monitoring tindak lanjut hasil audit dapat berupa : a. Verifikasi tindak lanjut
hasil pemeriksaan
b. Konsultasi penyelesaian tindak lanjut
c. Bimbingan teknis penyelesaian tindak lanjut.
Berdasarkan hasil verifikasi, dapat ditetapkan status penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan yaitu:
a. Sesuai dengan rekomendasi dan dinyatakan selesai;
b. Hasil pemeriksaan tidak benar dan dinyatakan perlu diperbaiki;
c. Dalam proses penyelesaian;
d. Belum ditindak lanjuti.

Modul Audit Mutu Internal | 13


Contoh : Formulir PKA
FM............
LOGO
PUSAT PENJAMINAN MUTU
LOGO
POLTEKKES POLTEKKES KEMENKES .................. MUTU
Jalan ....................................................................

PROGRAM KERJA AUDIT (PKA)

Auditi : Disusun
Oleh :
Ruang : Tanggal :
Lingkup Paraf :
Diperiksa
Kriteria : Oleh :
Tanggal :
Paraf :

TENTATIF AUDIT OBYEKTIF :

TUJUAN AUDIT :

LANGKAH KERJA :
Alokasi
NO URAIAN LANGKAH-LANGKAH KERJA Realisasi Disusun oleh
Waktu

Modul Audit Mutu Internal | 14


Contoh : Formulir CA
FM..........
PUSAT PENJAMINAN MUTU
LOGO LOGO
POLTEKKES POLTEKKES KEMENKES................... MUTU
Jalan ....................................................................

CATATAN AUDIT (CA)

Auditi Ruang Lingkup Standar

Tanggal Lokasi Auditor

Catatan Dokumen Tanggal

Penjamin Mutu Tanda Tangan Auditor Tanda Tangan

Modul Audit Mutu Internal | 15


Contoh : Formulir DKA
FM.........
UNIT PENJAMINAN MUTU
LOGO LOGO
POLTEKKES POLTEKKES KEMENKES ............................... MUTU
Jalan .......................................................................

DESKRIPSI KONDISI AUDIT (DKA)

Auditi Tipe Audit Kriteria

Lokasi Ruang Lingkup Tanggal Audit

Wakil Auditi Auditor Ketua Auditor Anggota

Deskripsi Kondisi
Kriteria
Akar Penyebab
Akibat
Rekomendasi
Tanggapan Auditi
Rencana Perbaikan
Penanggung
Jadwal Perbaikan
Jawab
Rencana
Pencegahan
Jadwal Penanggung
Pencegahan Jawab

Persetujuan
Auditi Tanda Tangan Auditor Tanda Tangan

Direview oleh :
Penjamin Mutu Audit Tanda Tangan

Modul Audit Mutu Internal | 16


Contoh : Formulir RKA
FM............
UNIT PENJAMINAN MUTU
LOGO LOGO
POLTEKKES POLTEKKES KEMENKES ..................... MUTU
Jalan .......................................................................

RINGKASAN KONDISI AUDIT (RKA)

Auditi : Disusun
Oleh :
Ruang : Tanggal :
Lingkup Paraf :
: Diperiksa
Kriteria Oleh :
Tanggal :
Paraf :

No Kondisi Kategori
Diskripsi Kondisi
(OB / KTS)

Persetujuan
Auditi Tanda Tangan Auditor Tanda Tangan

Direview oleh :
Penjamin Mutu Audit Tanda Tangan

Modul Audit Mutu Internal | 17


Modul 3
AUDITOR AUDIT MUTU INTERNAL

Auditor mutu internal adalah orang yang mempunyai kualifikasi sebagai auditor
internal untuk melaksanakan audit mutu. Auditor merupakan dosen atau tenaga yang
ditunjuk yang telah memperoleh pelatihan sebagai auditor mutu internal, yang berasal
dari semua bidang keilmuan serta menguasai sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
dan bidang atau obyek yang diaudit.
Berikut di uraikan kompetensi yang harus dimiliki auditor mutu internal.
A. Tanggung Jawab Auditor
Sebagai auditor mutu internal, harus memiliki tanggung jawab :
1. Berkomunikasi dan menjelaskan persyaratan pelaksanaan audit;
2. Merencanakan dan melaksanakan tugas yang diberikan;
3. Mencatat hasil temuan audit (jika ada);
4. Memverifikasi efektivitas dari tindakan perbaikan;
5. Bekerja sama dan mendukung tugas auditor;
6. Menjaga kerahasiaan dokumen yang diaudit
B. Softskills Auditor
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor mutu internal harus memiliki keterampilan
(softskills) sebagai berikut :
1. Bersikap Profesional.
2. Terampil dalam berkomunikasi.
3. Cakap dalam menjelaskan dan mengikuti aturan.
4. Diplomatis.
5. Jujur dan tidak bias dalam melakukan penilaian.
6. Memiliki rasa ingin tahu dan sebagai pengamat yang baik.
7. Bersikap ramah, santun dan dapat bekerja sama.
8. Penuh pengertian.
9. Rajin bekerja.
10.Dapat mengendalikan diri.
11.Mampu menjadi pemimpin maupun follower/anak buah.
12.Menjadi pendengar yang baik.
C. Atribut Auditor
Untuk dapat menjalankan tugasnya, maka auditor mutu internal harus memiliki
atribut :
1. Memiliki berkepribadian yang positif.
2. Memiliki pengetahuan/pendidikan dalam bidang yang akan diaudit.
3. Memiliki pengalaman teknis audit .

Modul Audit Mutu Internal | 18


4. Memiliki kemampuan manajerial
5. Memiliki wibawa dan disegani dalam organisasi
6. Memiliki keterampilan berkomunikasi dan berbahasa
7. Memiliki sikap adil, jujur dan tidak bias
8. Independen, tidak terlibat dalam pekerjaan teraudit.

Auditor hendaknya :
sedikit bicara, banyak mendengarkan dan banyak mengamati

D. Sikap Etis Auditor


Selain auditor bertangung jawab, memiliki softskills dan atribut, auditor juga harus
memiliki sikap etis berikut :
1. Bersikap dewasa.
2. Bersikap profesional. 3. Berpikir realistik
4. Tidak bias.
5. Tidak mengungkapkan rahasia organisasi
6. Bersahabat dan kolegial.
7. Open mind dan objektif.

Perlu diingat, bahwa Auditor :


1. Tidak mengaudit pekerjaan/bidang/departemen yang
menjadi tanggung jawabnya sendiri.
2. Senantiasa bersikap jujur dan menjaga agar tidak bias.
3. Memiliki pengetahuan/wawasan yang cukup atas topik-topik yang dibahas
dalam audit.
4. Mempunyai pengalaman mengenai lokasi dan tempat audit.
5. Tidak ada conflict of interest dengan teraudit
(Jika tidak memungkinkan mendapatkan kondisi diatas, libatkan pakar
atau pengamat)

Auditor diberi kewenangan dalam melakukan audit. Kewenangan ini ditandai


dengan penugasan dari pimpinan, serta independen yaitu tidak memihak dan tidak
merugikan pihak manapun. Auditor tidak boleh berpikir, bersikap, dan bertindak
sebagai interrogator, investigator, provokator, instructor atau kolaborator. Auditor
mutu internal harus berpikir, bersikap dan bertindak sebagai : Konselor, Fasilitator
atau motivator, dan Inspirator.
Peran dan tanggungjawab seorang auditor adalah:
1. Mengaudit sesuai lingkup audit
2. Melaksanakan tugas secara obyektif
3. Mengumpulkan dan menganalisis bukti

Modul Audit Mutu Internal | 19


4. Melaksanakan tugas sesuai dengan kode etik yaitu salah satunya adalah menjaga
kerahasiaan dokumen yang diaudit.
5. Mampu menjawab pertanyaan
Untuk dapat menjalankan hal tersebut, maka dalam melaksanakan AMI tidak
mengaudit pekerjaan/program studi yang menjadi tanggung jawabnya sendiri (Tidak
ada conflict of interest dengan auditee), dan memiliki pengetahuan atau wawasan
yang cukup atas topik yang dibahas dalam audit.

Sukses AMI :
1. Auditor harus terlatih.
2. Program audit lengkap.
3. Jumlah auditor mencukupi.
4. Ada komitmen dari manajemen
5. Auditor harus berpengalaman.

Modul Audit Mutu Internal | 20


Modul 4
PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL

Tugas Auditor bukan mengaudit individu tapi mengaudit “system” dan Tugas
Auditor adalah mencari atau memastikan kesesuaian pelaksanaan terhadap standar
yang telah ditetapkan (kepatuhan), bukan semata-mata mencari ketidaksesuaian,
selain itu Auditor harus dapat memberikan added value (nilai tambah) untuk perbaikan
berkelanjutan.

A. Teknik Audit
1. Teknik komunikasi
a. Auditor sebaiknya tidak terlalu banyak bicara.
b. Jangan takut untuk diam dan mendengarkan teraudit. Auditor harus
mengembangan teknik mendengar :
1) Jangan banyak bicara (Don’t overtalk)
2) Penuh empati (Be emphatetic)
3) Gunakan kontak mata yang sejajar (Make eye contact)
4) Tunjukan persetujuan pimpinan dan ekspresi yang tepat (Exhibit affirmative
head nods and appropriate facial expresseions)
5) Gunakan pertanyaan penyelidikan (Ask questions)
6) Teknik mengalihkan atau gerakan (Avoid distracting actions or gestures)
7) Ungkapan yang jelas (Paraphrase)
8) Memutus pembicaraan yang baik (Avoid interrupting speaker)
c. Perhatikan bahasa tubuh teraudit
d. Gunakan pertanyaan terbuka (open question) Pertanyaan yang baik :
1) Mudah dipahami oleh teraudit/auditee.
2) Harus memenuhi kebutuhan informasi.
3) Tidak mengarahkan pada suatu jawaban tertentu.
4) Tidak ada bias
5) Merespon jawaban teraudit pada waktu yang tepat.
6) Kreatif menggunakan beberapa cara/media komunikasi

2. Teknik Bertanya dan Wawancara


a. Terbuka (Open question)
Jelaskan… ? Uraikan…? Bagaimana mengerjakan… ?
(Batasi, jangan biarkan teraudit menjelaskan terlalu panjang)
 Kelebihan : mengetahui jawaban secara rinci.
 Kelemahan : menghabiskan banyak waktu dan biaya.

Modul Audit Mutu Internal | 21


b. Tertutup (Close question)
Benar atau salah ? Ya atau tidak ? Setuju atau tidak ?
• Kelebihan : cepat, mudah.
• Kelemahan : teraudit harus memutuskan apakah harus menjawab “ya”
atau “tidak” (tidak ada penjelasan).
c. Mencari Penjelasan (Probing)
Lebih dirinci untuk sesuatu yang penting/tindak lanjut. Harus diakhiri
dengan “tunjukkan (dokumen/ arsip atau bukti)”.
Dalam berkomunikasi, tersering mendapatkan kegagalan, hal ini biasanya
disebabkan karena :
1. Merespon Auditee terlalu cepat.
2. Merespon Auditee dengan emosi.
3. Tidak dapat menulis dengan cepat
4. Hanya mendengarkan pada bagian tertentu.
5. Tidak dapat mengklasifikasi persoalan dalam pembahasan/diskusi.
6. Menghindar persoalan yang terlalu sulit.
7. Membiarkan teraudit berbicara terlalu lama.
8. Suara bising dan gaduh saat proses audit.

Yang ditanyakan dalam AMI:


1. Orang : Terlatih, tersertifikasi, pengetahuan
2. Metode : Tahap, monitor, pemeriksaan
3. Bahan : Inspeksi, kriteria, standar
4. Mesin/alat : Teruji, terpelihara, terkalibrasi
5. Dokumen : Termutakhirkan, terkendali
6. Lingkungan : Terspesifikasi, terkendali

B. Temuan Audit
1. Pengertian
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan audit atas kegiatan unit tertentu yang disajikan
secara analitis yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Kriteria Temuan
Temuan audit, hendaknya memenuhi:
a. Kriteria
Kriteria menggambarkan kebijakan, prosedur, standar, hokum atau
regulasi yang ditetapkan dan harus dipatuhi oleh auditee. Kriteria yang
digunakan harus menggambarkan tujuan yang ingin dicapai manajemen, dan

Modul Audit Mutu Internal | 22


kualitas pencapaiannya. Praktik yang diharapkan mengacu kepada prosedur
kerja yang lengkap dan dirancang untuk mencapai tujuan, serta bersifat
mengikat untuk dipatuhi.

b. Kondisi
Kondisi merupakan keadaan atau kejadian sebenarnya yang ditemukan
auditor selama proses audit dilaksanakan dan diselesaikan. Keadaan atau
kejadian yang dimaksud diatas dapat berupa pelaksanaan prosedur kerja
secara aktual, situasi operasional, kondisi aset, jumlah yang sebenarnya
tercatat, dan lain sebagainya. Kondisi merupakan inti dari temuan audit, oleh
karena itu harus didasarkan kepada bukti audit yang kompeten, relevan,
lengkap, dan bermanfaat. Auditee mungkin dapat tidak setuju dengan
kesimpulan dan interpretasi auditor, tetapi dia tidak dapat menyangkal fakta
yang mendasari suatu kondisi tersebut.
Temuan-temuan audit sering kali disebut sebagai “kekurangan”
(deficiency), dalam audit interna, istilah tersebut terlalu negative. Dalam
kenyataannya, bahkan istilah “temuan” dianggap terlalu negatif. Kata seperti
“kondisi” dianggap lebih nyaman dan tidak memberi ancaman, serta tidak
menimbulkan tanggapan defensif di pihak auditee.
c. Penyebab
Penyebab dari suatu kondisi mengindikasikan mengapa masalah tersebut
terjadi atau alasan yang rasional atas terjadinya perbedaan antara kondisi
dengan kriteria. Bila penyimpangan dapat diidentifikasi, dan penyebabnya
diketahui, maka solusi alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dapat disusun, sehingga tindakan korektif oleh manajemen terfokus kepada
upaya mengatasi masalah tersebut.
d. Dampak
Dampak atau akibat aktual atau potensial yang berkenaan dengan kondisi
yang ditemukan (terutama kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria). Unsur
temuan audit ini diperlukan untuk meyakinkan manajemen bahwa bila
kondisi yang tidak diinginkan dibiarkan akan mengakibatkan kerugian yang
signifikan, sehingga manajemen terdorong atau memiliki dasar untuk
melakukan tindakan korektif.
e. Rekomendasi
Rekomendasi audit merupakan solusi atau saran alternatif untuk
menyelesaikan atau mengatasi masalah tertentu yang dideskripsikan dalam
setiap unsur temuan audit. Rekomendasi harus bersifat : 1) fisibel, 2)
operasional, 3) spesifik, dan 4) mengidentifikasi subjek yang
bertanggungjawab untuk melakukan tidak lanjut. Manajemen dan auditee
berkewajiban untuk memperhatikan atau memberikan tanggapan atas
temuan audit, tetapi tidak harus menerima setiap rekomendasi auditor.

Modul Audit Mutu Internal | 23


Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh Auditor : Berdasarkan
pertimbangan profesional, rekomendasi tersebut dapat mengatasi masalah.
Manajemen atau auditee mampu mengimplementasikan rekomendasi yang
diberikan oleh auditor. Rekomendasi harus sesuai dengan sifat operasi
auditee. Rekomendasi harus mempertimbangkan asas biaya dan manfaat.
Rekomendasi harus merepresentasikan jangka waktu dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah.
Temuan audit bisa memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran.
Misalnya, temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan : 1) Tindakan yang
seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, 2) Tindakan yang dilarang, dan 3)
Tindakan tercela. Tidak setiap kelemahaan yang ditemukan auditor internal
harus dilaporkan.
Semua temuan audit harus :
a. Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen,
b. Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang
memadai, kompeten, dan relevan,
c. Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka,
d. Relevan dengan masalah-masalah yang ada,
e. Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk
memperbaiki kondisi yang mengandung kelemahan.

3. Jenis Temuan
a. Temuan Positif
Temuan audit yang bersifat positif, dimana unit kerja telah
merepresentasikan area kerja yang sesuai (conformities), bahkan pencapaian
prestasi (good practice). Catat segala prestasi, keberhasilan, kesuksesan, atau
kesesuaian yang ditemukan pada unit kerja pada form catatan audit.
b. Temuan Negatif
Temuan audit yang bersifat negatif (eksepsi/defisiensi) merepresentasikan
area yang memiliki tingkat risiko yang tinggi, sehingga auditor menyertakan
rekomendasi untuk memperbaikinya. Kata lain dari temuan negative adalah
ketidakpatuhan atau ketidaksesuaian (KTS) sehingga tidak memenuhi
persaratan atau standar yang telah ditentukan.
KTS tersebut dapat berupa :
1) KTS Berat (Major), diantaranya :
a) ketidaksesuaian yang berpengaruh besar terhadap kualitas pelayanan
atau produk pendidikan tinggi,
b) ketidaksesuaian yang menyebabkan risiko kehilangan pelanggan
(mahasiswa),

Modul Audit Mutu Internal | 24


c) Ketidaksesuaian yang merupakan ancaman atau gangguan terhadap
kegiatan para pelaksana dalam organisasi,
d) Ketidaksesuaian yang mengancam sertifikasi atau akreditasi.
Beberapa contoh KTS Major :
a) Sejumlah besar alat pengukuran dan stndar tidak dikalibrasi secara
mutkahir
b) Prosedur (SOP/IK) dirubah secara tidak resmi dan tanpa persetujuan
pihak terkait
c) Laporan AMI dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut yang dapat
dibuktikan
d) Hasil kaji ulang/tinjauan manajemen tidak ditindaklanuti secara
memadai
e) Tidak tersedia standar atau prosedur pokok yang terdokumentasi
yang diperlukan untuk melakukan aktifitas 2) KTS Ringan (Minor),
diantaranya :
a) ketidaksesuaian yang mudah diperbaiki atau diralat
b) ketidaksesuaian yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan atau produk
c) ketidaksesuaian yang tidak menghambat perolehan sertifikasi atau
akreditasi
Beberapa contoh KTS minor :
a) Dokumentasi tentang pelatihan yang tidak lengkap
b) Laporan pembejaran yang belum lengkap verifikasinya
c) Catatan pelaksanaan kalibrasi alat yang belum tercamtum, dan lain-
lain.
c. Observasi
Temuan audit yang bersifat observasi (OB) merupakan temuan yang
menunjukan peluang untuk perbaikan (opportunities for improvement)

4. Pendekatan untuk Mengonstruksi Temuan


Mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang
signifikan dan dapat dilaporkan membutuhkan keahlian dan pengalaman. Apa
yang dianggap kelemahan serius bagi orang awam bisa jadi merupakan hal sepele
bagi seorang auditor internal yang profesional.
Auditor mutu internal harus realistis dan adil dalam pertimbangan dan
memberi kesimpulan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah :
a. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor
internal harus rnempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat
kelemahan terjadi. Keputusan manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang

Modul Audit Mutu Internal | 25


tersedia saat ini. Auditor internal seharusnya tidak mengkritik suatu kebijakan
hanya karena mereka tidak setuju atau karena mereka memiliki informasi baru
yang tidak tersedia bagi pengambil keputusan. Auditor internal seharusnya
tidak mengganti pertimbangan audit dengan pertimbangan manajemen.
b. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika
sebuah temuan audit belum dibuktikan secara mendalam untuk memuaskan
seseorang yang obyektif dan wajar, maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.
c. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut
tidak mutlak harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.
d. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit.
Auditor harus memeriksa dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang
mengandung kesalahan. Auditor internal, seperti halnya pendukung
pernyataan lainnya, akan tergoda untuk merasionalkan interpretasi untuk
mendukung temuan. Setelah menghabiskan banyak waktu dan tenaga,
auditor cenderung melindungi dan mempertahankan temuan mereka
menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan tetapi,
temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan
berjalannya waktu atau bila dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang
lengkap.

5. Pencatatan dan Pelaporan Temuan Audit


a. Pencatatan Temuan Audit
Aktivitas Pencatatan Temuan Audit Internal (Internal Audit Activity Record of
Audit Findings) ditunjukkan pada :
1) form catatan audit untuk temuan positif atau kesesuaian termasuk prestasi
2) form deskripsi kondisi audit (DKA) untuk temuan ketidaksesuaian (KTS) dan
observasi (OB).
Form DKA tersebut memberi ruang untuk :
(1) Mengidentifikasi organisasi yang bertanggung jawab.
(2) Memberi nomor identifikasi untuk temuan tertentu dan suatu rujukan
untuk kerja pendukung.
(3) Memberi pernyataan singkat mengenai kondisi.
(4) Mengidentifikasi kreteria standar yang diterapkan untuk menilai kondisi.
(5) Menunjukkan apakah temuan tersebut merupakan pengulangan dari
sesuatu yang ditemukan audit sebelumnya.
(6) Menyatakan arah, prosedur, atau instruksi kerja yang berkaitan dengan
temuan tersebut.
(7) Meringkas pengujian audit dan jumlah kelemahan
yang ditemukan.
(8) Menunjukkan penyebab mengapa penyimpangan terjadi.

Modul Audit Mutu Internal | 26


(9) Menjelaskan dampak, aktual maupun potensial, dari kondisi tersebut.
(10) Menyatakan tindakan perbaikan yang diusulkan dan/atau yang diambil.
(11) Mencatat pembahasan dengan karyawan klien dan mencatat tanggapan-
tanggapan mereka(setuju, tidak setuju), dan sifat tindakan, jika ada, yang
mereka usulkan untuk diambil.
Pencatatan Temuan Audit (Record of Audit Findings-RAF) memberikan
acuan untuk pembahasan, karena mencakup kebanyakan informasi dalam
satu lembar untuk menjelaskan masalah. Lembar tersebut juga berfungsi
untuk mengingatkan auditor dan auditee untuk menyelesaikannya tanpa
membutuhkan kunjungan ulang ke tempat yang diaudit.

b. Pelaporan Temuan Audit


Hasil audit yang telah dicatat dalam DKA dan CA, selanjutnya di laporkan
kepada unit kerja (auditee) dan pimpinan. Pelaporan dilakukan dalam sebuah
pertemuan formal sekaligus menyepakati tindakan perbaikan yang akan
dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau ketidaksesuaian. Selanjutnya
bagian penjaminan mutu membuat laporan lengkap untuk tingkat program
studi atau jurusan dan bagian penjaminan mutu untuk tingkat direktorat (lihat
bab pelaporan AMI).

C. Tindakan Perbaikan
Kunci keberhasilan bukan hanya tertumpu pada perencanaan yang matang, dan
implementasi atau penerapan rencana, akan tetapi juga pada perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement). Prinsip perbaikan
berkesinambungan adalah memulai dengan rencana yang SMART (specific,
measurable, achievable, realistic dan time-oriented) kemudian dilaksanakan
sesegera mungkin, dimonitor dan diperiksa secara berkala apakah apa yang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana, jika tidak segera dilakukan tindakan
perbaikan. Tindakan perbaikan inilah kunci keberhasilan atau kegagalan suatu
program perbaikan berkesinambungan.
1. Tingkat Tindakan Perbaikan
Terdapat tiga tingkatan tindakan perbaikan dalam sistem manajemen mutu,
yaitu:
a. Tindakan koreksi
Tindakan koreksi (correction) adalah segala tindakan menghilangkan
ketidaksesuaian yang ditemukan. Koreksi dirumuskan setelah
ketidaksesuaian terjadi atau setelah kondisi tidak diinginkan terjadi. Fokus
tindakan koreksi adalah menghilangkan atau meminimalisir akibat dari suatu
ketidaksesuaian.

Modul Audit Mutu Internal | 27


Koreksi merupakan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang
telah terjadi atau ditemukan, tindakan ini sangat berhubungan dengan
tindakan korektif. Tindakan koreksi bersifat memperbaiki secara langsung,
misalnya: rework, regrade, dan lain sebagainya.
b. Tindakan korektif
Tindakan korektif (coorective action) adalah segala tindakan
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang ditemukan atau situasi yang
tidak dikehendaki. Tindakan korektif berfokus pada penyebab (penyebab
masalah) dari suatu keadaan yang telah terjadi. Tindakan korektif merupakan
jawaban untuk mengobati “penyakit”. Tindakan ini dirumuskan setelah
terjadinya ketidaksesuaian atau setelah kondisi yang tidak diinginkan terjadi.
Tindakan korektif memiliki tujuan khusus yakni untuk menghilangkan
penyebab dari ketidaksesuaian yang telah terjadi atau bersifat menghilangkan
penyebab dari kondisi tidak diinginkan yang telah terjadi. Tindakan korektif
diharapkan dapat mencegah ketidaksesuaian yang sama (kondisi tidak
diinginkan yang sama) agar tidak terjadi lagi atau terulang kembali di
kemudian hari.
c. Tindakan pencegahan (preventif)
Tindakan pencegahan (preventive action) adalah segala tindakan untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang potensial atau situasi
potensial lain yang tidak dikehendaki. Tindakan pencegahan melakukan
tindakan terhadap akar masalah.
Akar masalah (rootcause) adalah alasan paling mendasar yang
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian, alasan paling mendasar yang
menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak diinginkan. Akar masalah
dirumuskan setelah melalui proses pengkajian mendalam oleh orang yang
berkompeten dan setelah melalui proses identifikasi yang sungguhsungguh
terhadap suatu ketidaksesuaian yang telah terjadi atau terhadap suatu
kondisi tidak diinginkan yang telah terjadi.
Fokus tindakan preventif adalah pada suatu keadaan yang diduga
berpotensi akan terjadi, namun dugaan itu sesungguhnya masih belum
terjadi (belum aktual terjadi). Tindakan preventif bertujuan untuk
menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang dianggap potensial akan
terjadi atau dengan kata lain ia bersifat menghilangkan kondisi yang tidak
diinginkan dimana hal itu potensial akan terjadi. Tindakan preventif
diharapkan dapat mencegah ketidaksesuaian atau kondisi yang tidak
diinginkan agar jangan sampai terjadi.

Modul Audit Mutu Internal | 28


TINDAKAN KOREKSI
GEJALA
(symptom )
TINDAKAN KOREKTIF
PENYEBAB
(cause)
TINDAKAN PENCEGAHAN
AKAR MASALAH
(root cause)

Gambar : Tingkat Perbaikan

Ketepatan penilaian atas ketidaksesuaian yang terjadi dan tingkatan


tindakan perbaikan yang diambil akan menentukan efektivitas perbaikan yang
dilakukan. Berbagai metode yang umum diterapkan dalam melakukan
penilaian itu, antara lain: brainstorming, why-why diagram, fishbone diagram,
dan lain sebagainya.
Kaitannya dengan tindakan perbaikan dalam konteks temuan dari audit
mutu internal, temuan yang telah dituangkan dalam deskripsi kondisi audit
(DKA), maka unit kerja (auditi) melakukan tindakan perbaikan. Bukti tertulis
tindakan perbaikan dituangkan dalam Form Tindak Lanjut dan Form Tindakan
Korektif, disertai bukti fisik penyelesaiaan temuan serta di masukan dalam
form log status.

Modul Audit Mutu Internal | 29


FM-...............

Modul Audit Mutu Internal | 30


FM.................
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .................

TINDAK LANJUT AUDIT .........................


PENANGGUNG
BATAS TINDAK LANJUT YANG
No BAHASAN/KTS TINDAK LANJUT JAWAB KENDALA CATATAN
WAKTU TELAH DILAKSANAKAN
TINDAK LANJUT

Diketahui/disetujui ....................., .................................. 20....


Ka Prodi/Ka Jurusan/Direktur Penjaminan Mutu

................................................ .........................................

Modul Audit Mutu Internal | 30


FM.................
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .................

LOG STATUS AUDIT .........................


No Proses/ Lingkup Satuan Auditor Auditee Tanggal Ketidaksesuaian dan tindakan Batas Status Tanggal
Kegiatan audit organisasi Audit koreksi waktu

Diketahui/disetujui ....................., .................................. 20....


Ka Prodi/Ka Jurusan/Direktur Penjaminan Mutu

................................................ .........................................

Modul Audit Mutu Internal | 31


Modul 5
LAPORAN HASIL AUDIT MUTU INTERNAL

Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan yang di audit. Laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor
dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Laporan audit mutu
internal dapat menjadi sebuah instrumen yang kuat jika dibuat dan dipergunakan
dengan baik. Laporan audit mutu internal dapat menciptakan kesan keprofesionalan
audit. Laporan tersebut dapat memberitahukan kepada unit kerja (auditi) dan
manajemen mengenai kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi hasil
kerja pada auditi.
Laporan audit internal dapat mengubah pandangan dan dapat mendorong
dilakukannya tindakan perbaikan. Didalam laporannya, auditor hendaknya
berusaha untuk :
1. Menginformasikan : Menceritakan hal hal yang mereka temui.
2. Memengaruhi : Meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validitas dari
temuan audit.
3. Memberikan hasil : Menggerakkan manajemen ke arah perubahan dan
perbaikan.
Karenanya laporan tersebut sebaiknya mempresentasikan temuan audit
dengan jelas dan sederhana. Laporan audit mutu internal harus rnendukung
kesimpulan dengan bukti yang kuat. Laporan harus memberikan arah pada
pengambilan keputusan manajemen dengan memberikan rekomendasi perbaikan.

A. Laporan Hasil AMI


1. Isi Laporan
Laporan hasil audit mutu internal, meliputi :
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang AMI
B. Tujuan AMI
C. Sasaran AMI
D. Lingkup AMI
E. Metode dan Proses AMI
1. Metode AMI
2. Proses AMI
a. Persiapan AMI
b. Pelaksanaan AMI

Modul Audit Mutu Internal | 33


BAB II Hasil Audit Mutu Internal
A. Hasil Audit
B. Tindak Lanjut
BAB III Kesimpulan
Lampiran
1. TOR Kegiatan AMI
2. Surat Tugas
3. Jadual AMI
4. Laporan Temuan setiap Unit Kerja
2. Distibusi Laporan AMI
Laporan AMI yang telah disusun, selanjutnya didistribusikan kepada : a.
Top management/ Pimpinan puncak teraudit.
b. Management review atau kepala Unit Penjaminan Mutu
c. Leader Auditor AMI dan para auditor
d. Unit kerja (auditi)
e. Mereka yang bertanggung jawab atas tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan

B. Tinjauan Manajemen
1. Pengertian
Tinjauan manajemen sering disebut juga dengan istilah Kaji ulang
manajemen, Tinjauan Manajemen, Management Review atau Rapat Tinjauan
Manajemen (RTM). Management review is a formal meeting of top
management with the purpose of reviewing and evaluating the effectiveness
of the quality management system. Tainjauan manajemen merupakan proses
terencana, melibatkan sistem mutu organisasi yang menunjukkan adanya
kepemimpinan dan komitmen manajemen puncak.
Tinjauaman Manajemen Mutu Memfokuskan pada kebijakan dan tujuan
manajemen puncak dalam sistem mutu, mencari cara-cara untuk
meningkatkan mutu, mengkaji ulang komitmen terhadap sumber daya dan
fasilitas, serta menilai efisiensi sistem mutu.
2. Pelaksanaan Tinjauan Manajemen
Kaji ulang Manajemen (Management Review) dapat berbentuk rapat dan
dapat pula tanpa melalui rapat, yang penting manajemen/pimpinan
melakukan review/ kaji ulang terhadap persoalan (input) yang telah
ditetapkan. Bila melalui rapat, sering disebut dengan istilah Rapat Tinjauan
manajemen (RTM)
Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) adalah suatu rapat yang dipimpin
langsung oleh pimpinan (Direktur Ketua Jurusan, Ketua Prodi), setiap periode

Modul Audit Mutu Internal | 34


waktu tertentu dan dihadiri oleh seluruh jajaran manajemen yang
dipimpinnya. RTM dilakukan untuk memastikan kelanjutan kesesuaian,
kecukupan dan efektivitas sistem manajemen mutu (SMM). Tinjauan ini harus
mencakup penilaian untuk peningkatan dan perubahan SMM, termasuk
kebijakan mutu dan sasaran mutu. Setiap kegiatan RTM harus direkam dan
rekamannya harus dipelihara.
a. Jenjang RTM
RTM sebaiknyadilakukan berjenjang agar efektif :
1) Tingkat Program Studi
Di Tingkat Program Studi RTM dipimpin Ketua Program Studi, dihadiri
oleh Sekretaris Program Stusi, Para Koordinator atau Penanggung
Jawab, dan Dosen.
2) Tingkat Jurusan
Di Tingkat Jurusan RTM dipimpin Ketua Jurusan, dihadiri oleh para
Ketua Program Studi, sekertaris jurusan, para Koordinator, Para Kepala
sub Unit dan Dosen.
3) Tingkat Direktorat
Di Tingkat Direktorat RTM dipimpin oleh Direktur, dihadiri Para Pudir,
Para Ketua Jurusan, Para Ketua Prodi, Para Kepala Sub Bagian, Para
Kepala Unit, Para Kepala Urusan.
b. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Tinjauan Manajemen hanya dilaksanakan 6 bulan atau 1
tahun sekali, setelah pelaksanaan AMI. Pelaksanaan RTM tingkat
direktorat dilakukan setelah pelaksanaan RTM tingkat jurusan, RTM
Tingkat Jurusan dilakukan setelah pelaksanaan RTM tingkatProgram Studi.
Hasil-hasil RTM tingkat jurusan/prodi menjadi bagian atau bahan masukan
RTM tingkat Direktorat. Tinjauan Manajemen dilaksanakan sekaligus untuk
membahas semua permasalahan
c. Materi Tinjauan Manajemen
Materi tinjauan manajemen dalam RTM meluputi :
1) Hasil Audit Mutu Internal (AMI)
2) Umpan balik pelanggan
a) Hasil Pengukuran Kepuasan
b) Hasil Pengelolaan Keluahan/Pengaduan
3) Status tindakan koreksi dan pencegahan
4) Tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu
5) Pencapaian Sasaran Mutu, IKU dan IKT
a) Pencapaian Sasaran Mutu
b) Pencapaian IKU
c) Pencapaian IKT

Modul Audit Mutu Internal | 35


6) Kinerja proses dan kesesuaian produk/luaran
7) Perubahan yang dapat mempengaruhi system manajemen mutu
8) Saran-saran untuk perbaikan

Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012. Tentang Pendidikan
Tinggi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 03 Tahun 2020 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 62 Tahun 2016
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, 2018.
Ghafur HS, Manajemen Penjaminan Mutu PT di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta,
2008
Prawirosentoso S, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 :
Membangun Bisnis Kompetitif, Bumi Aksara, 2007
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Zagloe TYM dan Nurcahyo R, Total Quality Management, Jakarta, 2012

Modul Audit Mutu Internal | 36

Anda mungkin juga menyukai