Disusun Oleh :
Drs. H. Supriadi, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan
katuniaNya “Modul Audit Mutu Internal (AMI)” dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan alam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikunya hingga
akhir zaman termasuk pada kita semua. aamiin.
Semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Republik
Indonsia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
Politeknik Kesehatan Kemenkes mempunyai tugas menyiapkan peserta
didik untuk menjadi tenaga kesehatan yang beriman dan bertaqwa, kreatif,
inovatif, dan memiliki daya saing kuat. Politeknik Kesehatan Kemenkes sebagai
institusi tenaga kesehatan berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
tri dharma perguruan tinggi sebagai primary activity dalam penyelenggaraan
akademik, serta layanan pendukung (support activity) seperti layanan
kemahasiswaan, sarana prasarana, keuangan, serta seluruh sivitas akademik
dan tenaga kependidikan. Untuk mengevaluasi dan mengendalikan hal
tersebut diperlukan audit mutu internal (AMI).
AMI merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu internal pendidikan
tinggi untuk menjaga kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan
selalu menerapkan upaya perbaikan secara berkelanjutan. Suatu program
ataupun pekerjaan yang dilakukan oleh sivitas akademika dan tenaga
kependidikan pada dasarnya memiliki tujuan dan pengaturan aktivitas yang
sangat kompleks. Hal tersebut memerlukan upaya penilaian dan pengendalian,
yakni melalui AMI. Untuk terselenggaran kegiatan AMI yang profesional, perlu
dipersiapkan auditor mutu internal, diantaranya melalui pelatihan bagi auditor
dalam kegiatan audit mutu internal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada para pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk
mewujudkan Modul Audit Mutu Internal (AMI) ini. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan modul AMI di masa
mendatang.
Penyusun
Drs. H. Supriadi, SKp, M.Kep, Sp.Kom
i
DAFTAR ISI
Referensi ……………………………………………………………………………………………………........ 36
ii
Modul 1
KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
PENDIDIKAN TINGGI (SPM-DIKTI)
A. Latar Belakang
Saat ini semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan penjaminan mutu. Hal
ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 03 tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor
62 Tahun 2016 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi dan Pedoman Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Tahun 2018.
Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja,
pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan)
memperoleh kepuasan. Perguruan Tinggi mempunyai tugas menyiapkan peserta didik
untuk menjadi tenaga vokasional atau profesional. PT berusaha untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pelanggan melalui pelaksanaan sistem penjaminan mutu
pendidikan tinggi (SPM-Dikti).
Di Perguruan Tinggi pelaksanaan penjaminan mutu di lakukan secara internal
melalui sistem penjaminan mutu internal (SPMI), juga dilaksanakan sistem
penjaminan mutu eksternal (SPME) melalui Akreditasi oleh BAN-PT dan LAM PT Kes.
P E
Gambar : Siklus SPMI
C. Beberapan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka dijelaskan beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Perguruan Tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Tinggi (Dikti) adalah jenjang pendidikan setelah sekolah menengah
yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program
doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
3. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Mutu Pendidikan Tinggi adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan
pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas Standar
Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar PendidikanTinggi yang ditetapkan oleh
Politeknik Kesehatan.
5. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM-Dikti) adalah kegiatan sistemik
untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
A. Latar Belakang
Perguruan Tinggi sebagai agents of change and development mempunyai peran
strategis dalam peningkatan daya saing bangsa (nation competitiveness), oleh
karenanya saat ini semua Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan penjaminan
mutu sesuai dengan ketentuan dalam UU no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, Permenristek Dikti no. 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi, dan Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Tahun 2018.
Dalam Pasal 4 UU Dikti disebutkan bahwa Pendidikan tinggi berfungsi : a)
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; b) mengembangkan
sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan
kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan c) mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora.
Pasal 51 (1) UU Dikti menyebutkan bahwa Pendidikan Tinggi yang bermutu
merupakan Pendidikan Tinggi yang menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif
mengembangkan potensinya dan menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi yang berguna bagi Masyarakat, bangsa, dan Negara, selanjutnya Pasal 52
(1) Penjaminan mutu Pendidikan Tinggi merupakan kegiatan sistemik untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi secara berencana dan berkelanjutan dan (2)
Penjaminan mutu dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian,
dan peningkatan standar Pendidikan Tinggi. Pasal 1 Permenristek–Dikti no. 62 Tahun
2016 menyebutkan bahwa mutu Pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri
atas Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi yang
Ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) merupakan kegiatan
sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan
berkelanjutan. SPM Dikti tersebut terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI), adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap
perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah kegiatan penilaian melalui
akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat pencapaian mutu program studi
dan perguruan tinggi, dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi yang (PD Dikti) yaitu
kumpulan data penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh perguruan tinggi yang
terintegrasi secara nasional.
B. Pengertian AMI
Telah disebutkan diatas bahwa evaluasi terhadap penerapan standar dilakukan
melalui audit mutu internal (AMI). “Auditing is the accumulation and evaluation of
evidence about information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person.” (Arens dan Loebbecke, 2000), yang memiliki arti
bahwa audit merupakan pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan, dimana audit dilaksanakan oleh orang yang kompeten
dan independen.
Pendapat lainnya, Konrath : Auditing adalah suatu proses sistematis untuk secara
objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai kegiatankegiatan dan
kejadian-kejadian untuk meyakinkan tingkat keterkaitan kegiatan dengan kriteria
yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. ”Sistem mutu mencakup struktur organisasi, tanggung kawab,
prosedur, proses dan sumber daya untuk melaksanakan manajemen mutu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan
yang sistematis dan independen untuk menentukan apakah kegiatan menjaga mutu
serta hasilnya telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rencana atau standar
yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.
D. Lingkup AMI
Lingkup audit mutu internal terkait dengan penyelenggaraan tri dharma
pendidikan tinggi, yaitu :
1. Pelaksanaan standar nasional pendidikan tinggi sesuai Permendikbud no.3 Tahun
2020, meliputi :
a. Standar Nasional Pendidikan
1) Standar Kompetensi Lulusan
2) Standar Isi Pembelajaran
3) Standar Proses Pembelajaran
4) Standar Penilaian pembelajaran
5) Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
6) Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran
7) Standar Pengelolaan Pembelajaran
8) Standar Pembiayaan Pembelajaran
b. Standar Nasional Penelitian
1) Standar hasil penelitian
2) Standar isi penelitian
3) Standar proses penelitian
4) Standar penilaian penelitian
5) Standar Peneliti
6) Standar Sarana dan Prasarana Penelitian
7) Standar Pengelolaan Penelitian
8) Standar Pendanaan dan Pembiayaan penelitian
c. Standar Nasional Pengabdian pada Masyarakat (PKM)
1) Standar hasil PKM
2) Standar isi PKM
3) Standar proses PKM
Bentuk :
- Verifikasi
- Kosultasi Menyusun TOR
- Bimbingan teknis
MONITORING PERENCANAAN
Pelaksanaan : Penganggaran
- Pembukaan
- Kegiatan audit
- Penutup
Auditi : Disusun
Oleh :
Ruang : Tanggal :
Lingkup Paraf :
Diperiksa
Kriteria : Oleh :
Tanggal :
Paraf :
TUJUAN AUDIT :
LANGKAH KERJA :
Alokasi
NO URAIAN LANGKAH-LANGKAH KERJA Realisasi Disusun oleh
Waktu
Deskripsi Kondisi
Kriteria
Akar Penyebab
Akibat
Rekomendasi
Tanggapan Auditi
Rencana Perbaikan
Penanggung
Jadwal Perbaikan
Jawab
Rencana
Pencegahan
Jadwal Penanggung
Pencegahan Jawab
Persetujuan
Auditi Tanda Tangan Auditor Tanda Tangan
Direview oleh :
Penjamin Mutu Audit Tanda Tangan
Auditi : Disusun
Oleh :
Ruang : Tanggal :
Lingkup Paraf :
: Diperiksa
Kriteria Oleh :
Tanggal :
Paraf :
No Kondisi Kategori
Diskripsi Kondisi
(OB / KTS)
Persetujuan
Auditi Tanda Tangan Auditor Tanda Tangan
Direview oleh :
Penjamin Mutu Audit Tanda Tangan
Auditor mutu internal adalah orang yang mempunyai kualifikasi sebagai auditor
internal untuk melaksanakan audit mutu. Auditor merupakan dosen atau tenaga yang
ditunjuk yang telah memperoleh pelatihan sebagai auditor mutu internal, yang berasal
dari semua bidang keilmuan serta menguasai sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
dan bidang atau obyek yang diaudit.
Berikut di uraikan kompetensi yang harus dimiliki auditor mutu internal.
A. Tanggung Jawab Auditor
Sebagai auditor mutu internal, harus memiliki tanggung jawab :
1. Berkomunikasi dan menjelaskan persyaratan pelaksanaan audit;
2. Merencanakan dan melaksanakan tugas yang diberikan;
3. Mencatat hasil temuan audit (jika ada);
4. Memverifikasi efektivitas dari tindakan perbaikan;
5. Bekerja sama dan mendukung tugas auditor;
6. Menjaga kerahasiaan dokumen yang diaudit
B. Softskills Auditor
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor mutu internal harus memiliki keterampilan
(softskills) sebagai berikut :
1. Bersikap Profesional.
2. Terampil dalam berkomunikasi.
3. Cakap dalam menjelaskan dan mengikuti aturan.
4. Diplomatis.
5. Jujur dan tidak bias dalam melakukan penilaian.
6. Memiliki rasa ingin tahu dan sebagai pengamat yang baik.
7. Bersikap ramah, santun dan dapat bekerja sama.
8. Penuh pengertian.
9. Rajin bekerja.
10.Dapat mengendalikan diri.
11.Mampu menjadi pemimpin maupun follower/anak buah.
12.Menjadi pendengar yang baik.
C. Atribut Auditor
Untuk dapat menjalankan tugasnya, maka auditor mutu internal harus memiliki
atribut :
1. Memiliki berkepribadian yang positif.
2. Memiliki pengetahuan/pendidikan dalam bidang yang akan diaudit.
3. Memiliki pengalaman teknis audit .
Auditor hendaknya :
sedikit bicara, banyak mendengarkan dan banyak mengamati
Sukses AMI :
1. Auditor harus terlatih.
2. Program audit lengkap.
3. Jumlah auditor mencukupi.
4. Ada komitmen dari manajemen
5. Auditor harus berpengalaman.
Tugas Auditor bukan mengaudit individu tapi mengaudit “system” dan Tugas
Auditor adalah mencari atau memastikan kesesuaian pelaksanaan terhadap standar
yang telah ditetapkan (kepatuhan), bukan semata-mata mencari ketidaksesuaian,
selain itu Auditor harus dapat memberikan added value (nilai tambah) untuk perbaikan
berkelanjutan.
A. Teknik Audit
1. Teknik komunikasi
a. Auditor sebaiknya tidak terlalu banyak bicara.
b. Jangan takut untuk diam dan mendengarkan teraudit. Auditor harus
mengembangan teknik mendengar :
1) Jangan banyak bicara (Don’t overtalk)
2) Penuh empati (Be emphatetic)
3) Gunakan kontak mata yang sejajar (Make eye contact)
4) Tunjukan persetujuan pimpinan dan ekspresi yang tepat (Exhibit affirmative
head nods and appropriate facial expresseions)
5) Gunakan pertanyaan penyelidikan (Ask questions)
6) Teknik mengalihkan atau gerakan (Avoid distracting actions or gestures)
7) Ungkapan yang jelas (Paraphrase)
8) Memutus pembicaraan yang baik (Avoid interrupting speaker)
c. Perhatikan bahasa tubuh teraudit
d. Gunakan pertanyaan terbuka (open question) Pertanyaan yang baik :
1) Mudah dipahami oleh teraudit/auditee.
2) Harus memenuhi kebutuhan informasi.
3) Tidak mengarahkan pada suatu jawaban tertentu.
4) Tidak ada bias
5) Merespon jawaban teraudit pada waktu yang tepat.
6) Kreatif menggunakan beberapa cara/media komunikasi
B. Temuan Audit
1. Pengertian
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan audit atas kegiatan unit tertentu yang disajikan
secara analitis yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Kriteria Temuan
Temuan audit, hendaknya memenuhi:
a. Kriteria
Kriteria menggambarkan kebijakan, prosedur, standar, hokum atau
regulasi yang ditetapkan dan harus dipatuhi oleh auditee. Kriteria yang
digunakan harus menggambarkan tujuan yang ingin dicapai manajemen, dan
b. Kondisi
Kondisi merupakan keadaan atau kejadian sebenarnya yang ditemukan
auditor selama proses audit dilaksanakan dan diselesaikan. Keadaan atau
kejadian yang dimaksud diatas dapat berupa pelaksanaan prosedur kerja
secara aktual, situasi operasional, kondisi aset, jumlah yang sebenarnya
tercatat, dan lain sebagainya. Kondisi merupakan inti dari temuan audit, oleh
karena itu harus didasarkan kepada bukti audit yang kompeten, relevan,
lengkap, dan bermanfaat. Auditee mungkin dapat tidak setuju dengan
kesimpulan dan interpretasi auditor, tetapi dia tidak dapat menyangkal fakta
yang mendasari suatu kondisi tersebut.
Temuan-temuan audit sering kali disebut sebagai “kekurangan”
(deficiency), dalam audit interna, istilah tersebut terlalu negative. Dalam
kenyataannya, bahkan istilah “temuan” dianggap terlalu negatif. Kata seperti
“kondisi” dianggap lebih nyaman dan tidak memberi ancaman, serta tidak
menimbulkan tanggapan defensif di pihak auditee.
c. Penyebab
Penyebab dari suatu kondisi mengindikasikan mengapa masalah tersebut
terjadi atau alasan yang rasional atas terjadinya perbedaan antara kondisi
dengan kriteria. Bila penyimpangan dapat diidentifikasi, dan penyebabnya
diketahui, maka solusi alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dapat disusun, sehingga tindakan korektif oleh manajemen terfokus kepada
upaya mengatasi masalah tersebut.
d. Dampak
Dampak atau akibat aktual atau potensial yang berkenaan dengan kondisi
yang ditemukan (terutama kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria). Unsur
temuan audit ini diperlukan untuk meyakinkan manajemen bahwa bila
kondisi yang tidak diinginkan dibiarkan akan mengakibatkan kerugian yang
signifikan, sehingga manajemen terdorong atau memiliki dasar untuk
melakukan tindakan korektif.
e. Rekomendasi
Rekomendasi audit merupakan solusi atau saran alternatif untuk
menyelesaikan atau mengatasi masalah tertentu yang dideskripsikan dalam
setiap unsur temuan audit. Rekomendasi harus bersifat : 1) fisibel, 2)
operasional, 3) spesifik, dan 4) mengidentifikasi subjek yang
bertanggungjawab untuk melakukan tidak lanjut. Manajemen dan auditee
berkewajiban untuk memperhatikan atau memberikan tanggapan atas
temuan audit, tetapi tidak harus menerima setiap rekomendasi auditor.
3. Jenis Temuan
a. Temuan Positif
Temuan audit yang bersifat positif, dimana unit kerja telah
merepresentasikan area kerja yang sesuai (conformities), bahkan pencapaian
prestasi (good practice). Catat segala prestasi, keberhasilan, kesuksesan, atau
kesesuaian yang ditemukan pada unit kerja pada form catatan audit.
b. Temuan Negatif
Temuan audit yang bersifat negatif (eksepsi/defisiensi) merepresentasikan
area yang memiliki tingkat risiko yang tinggi, sehingga auditor menyertakan
rekomendasi untuk memperbaikinya. Kata lain dari temuan negative adalah
ketidakpatuhan atau ketidaksesuaian (KTS) sehingga tidak memenuhi
persaratan atau standar yang telah ditentukan.
KTS tersebut dapat berupa :
1) KTS Berat (Major), diantaranya :
a) ketidaksesuaian yang berpengaruh besar terhadap kualitas pelayanan
atau produk pendidikan tinggi,
b) ketidaksesuaian yang menyebabkan risiko kehilangan pelanggan
(mahasiswa),
C. Tindakan Perbaikan
Kunci keberhasilan bukan hanya tertumpu pada perencanaan yang matang, dan
implementasi atau penerapan rencana, akan tetapi juga pada perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement). Prinsip perbaikan
berkesinambungan adalah memulai dengan rencana yang SMART (specific,
measurable, achievable, realistic dan time-oriented) kemudian dilaksanakan
sesegera mungkin, dimonitor dan diperiksa secara berkala apakah apa yang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana, jika tidak segera dilakukan tindakan
perbaikan. Tindakan perbaikan inilah kunci keberhasilan atau kegagalan suatu
program perbaikan berkesinambungan.
1. Tingkat Tindakan Perbaikan
Terdapat tiga tingkatan tindakan perbaikan dalam sistem manajemen mutu,
yaitu:
a. Tindakan koreksi
Tindakan koreksi (correction) adalah segala tindakan menghilangkan
ketidaksesuaian yang ditemukan. Koreksi dirumuskan setelah
ketidaksesuaian terjadi atau setelah kondisi tidak diinginkan terjadi. Fokus
tindakan koreksi adalah menghilangkan atau meminimalisir akibat dari suatu
ketidaksesuaian.
................................................ .........................................
................................................ .........................................
Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan yang di audit. Laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor
dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Laporan audit mutu
internal dapat menjadi sebuah instrumen yang kuat jika dibuat dan dipergunakan
dengan baik. Laporan audit mutu internal dapat menciptakan kesan keprofesionalan
audit. Laporan tersebut dapat memberitahukan kepada unit kerja (auditi) dan
manajemen mengenai kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi hasil
kerja pada auditi.
Laporan audit internal dapat mengubah pandangan dan dapat mendorong
dilakukannya tindakan perbaikan. Didalam laporannya, auditor hendaknya
berusaha untuk :
1. Menginformasikan : Menceritakan hal hal yang mereka temui.
2. Memengaruhi : Meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validitas dari
temuan audit.
3. Memberikan hasil : Menggerakkan manajemen ke arah perubahan dan
perbaikan.
Karenanya laporan tersebut sebaiknya mempresentasikan temuan audit
dengan jelas dan sederhana. Laporan audit mutu internal harus rnendukung
kesimpulan dengan bukti yang kuat. Laporan harus memberikan arah pada
pengambilan keputusan manajemen dengan memberikan rekomendasi perbaikan.
B. Tinjauan Manajemen
1. Pengertian
Tinjauan manajemen sering disebut juga dengan istilah Kaji ulang
manajemen, Tinjauan Manajemen, Management Review atau Rapat Tinjauan
Manajemen (RTM). Management review is a formal meeting of top
management with the purpose of reviewing and evaluating the effectiveness
of the quality management system. Tainjauan manajemen merupakan proses
terencana, melibatkan sistem mutu organisasi yang menunjukkan adanya
kepemimpinan dan komitmen manajemen puncak.
Tinjauaman Manajemen Mutu Memfokuskan pada kebijakan dan tujuan
manajemen puncak dalam sistem mutu, mencari cara-cara untuk
meningkatkan mutu, mengkaji ulang komitmen terhadap sumber daya dan
fasilitas, serta menilai efisiensi sistem mutu.
2. Pelaksanaan Tinjauan Manajemen
Kaji ulang Manajemen (Management Review) dapat berbentuk rapat dan
dapat pula tanpa melalui rapat, yang penting manajemen/pimpinan
melakukan review/ kaji ulang terhadap persoalan (input) yang telah
ditetapkan. Bila melalui rapat, sering disebut dengan istilah Rapat Tinjauan
manajemen (RTM)
Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) adalah suatu rapat yang dipimpin
langsung oleh pimpinan (Direktur Ketua Jurusan, Ketua Prodi), setiap periode
Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012. Tentang Pendidikan
Tinggi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 03 Tahun 2020 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 62 Tahun 2016
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
Direktorat Penjaminan Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, 2018.
Ghafur HS, Manajemen Penjaminan Mutu PT di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta,
2008
Prawirosentoso S, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 :
Membangun Bisnis Kompetitif, Bumi Aksara, 2007
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Zagloe TYM dan Nurcahyo R, Total Quality Management, Jakarta, 2012