Anda di halaman 1dari 479

LEVEL-1 BASIC

PENUGASAN ASURANS & KONSULTANSI


PELAYANAN KESEHATAN
Program Sertifikasi
Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA)

LEVEL – 1: BASIC

Modul Unit 4

PENUGASAN ASURANS DAN KONSULTASI


PELAYANAN KESEHATAN
Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KATA PENGANTAR

Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan audit internal harus memahami penugasan asurans dan
konsultasi, tidak terkecuali auditor internal bagi organisasi yang bergerak dalam industri pelayanan
kesehatan. Terdapat beberapa macam jenis penugasan asurans dan konsultansi. Audit Kinerja, Audit
Investigatif, Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan, Reviu Laporan Keuangan, serta
Evaluasi dan Pemantauan adalah diantara jenis penugasan asurans. Sedangkan penugasan konsultansi
dapat berupa sebagai Fasilitator, Trainer, Pendidik, dan Advisor. Modul ini akan memberikan
gambaran mengenai bagaimana melaksanakan penugasan-penugasan tersebut diatas dilaksanakan
melalui Tahapan Proses Internal Audit yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Komunikasi (Pelaporan).

Sejalan dengan pentingnya memahami Penugasan Asurans dan Konsultansi, sertifikasi Qualified
Healthcare Internal Auditor (QHIA) memberikan perhatian yang dalam pada materi ini. Kehadiran
modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan dan materi pelatihan sertifikasi QHIA,
dan juga sebagai referensi di bidang pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi
auditor internal organisasi bidang pelayanan kesehatan.

Segala kritik, masukan, dan saran yang konstruktif terhadap penyempurnaan modul ini tentunya sangat
diharapkan dari para pembaca sekalian. Semoga kehadiran modul ini dapat bermanfaat bagi para
peserta pelatihan, instruktur/fasilitator, dan pembaca yang budiman. Terimakasih.

Pusat Pengembangan Internal Audit - YPIA


Direktur Akademis

Mohamad Hassan

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 1


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL………………………………………………….. 1


A. Langkah Pembelajaran…………………………………………………………………….. 1
B. Metode Pembelajaran……………………………………………………………………... 1
C. Waktu Pembelajaran………………………………………………………………………. 1
D. Alat Bantu Ajar……………………………………………………………………………. 2
E. Peta Konsep Modul……………………………………………………………………….. 2

PENDAHULUAN………………………………………………………………………….. 3
A. Deskripsi Singkat………………………………………………………………………….. 3
B. Prasyarat Kompetensi……………………………………………………………………... 3
C. Kompetensi setelah Pelatihan……………………………………………………………... 4
D. Relevansi Modul…………………………………………………………………………... 4

KEGIATAN BELAJAR 1
PENUGASAN KONSULTANSI…………………………………………………………... 5
A. Memberikan Insight Melalui Konsultansi………………………………………………….. 5
B. Perbedaan Penugasan Asurans dan Konsultansi………………………………………….... 6
C. Jenis-jenis Penugasan Konsultansi………………………………………………………… 7
D. Proses Penugasan Konsultansi……………………………………………………………. 9
E. Kertas Kerja Penugasan Konsultansi……………………………………………………… 10
F. Kapabilitas yang Dibutuhkan Untuk Penugasan Konsultansi……………………………… 10
G. Tes Formatif Kegiatan Belajar 1…………………………………………………………... 11

KEGIATAN BELAJAR 2
AUDIT KINERJA PELAYANAN KESEHATAN………………………………………... 13
A. Pendahuluan……………………………………………………………………………….. 13
B. Perencanaan……………………………………………………………………………….. 14
C. Pelaksanaan………………………………………………………………………………... 19
D. Pelaporan………………………………………………………………………………….. 28
E. Pemantauan Tindak Lanjut dan Langkah Koreksi……………………………………….… 30
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 2………………………………………………………….... 31

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 2


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 3
AUDIT INVESTIGASI…………………………………………………………………….. 33
A. Pendahuluan………………………………....…………………………………………….. 33
B. Ruang Lingkup………………………………………………………………………….… 34
C. Proses Audit Investigasi…………………………………………………………………… 34
D. Sekilas tentang Audit Forensik…………………………………………………………….. 38
E. Tes Formatif Kegiatan Belajar 3………………………………………………………….... 41

KEGIATAN BELAJAR 4
PENUGASAN LAINNYA…………………………………………………………………. 44
A. Pendahuluan………………………………………………………………………………. 44
B. Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan…………………………………….... 45
C. Reviu Laporan Keuangan…………………………………………………………………. 46
D. Reviu Rencana Kerja dan Anggaran K/L dan SKPD……………………………………... 47
E. Evaluasi dan Pemantauan…………………………………………………………………. 49
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 4…………………………………………………………... 53

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………... 56

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 36/PB/2016 tanggal 28 Sept 2016
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan
Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019 tentang
Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 255/PMK.09/2015 tentang
Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. Reviu atas
Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 3


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Langkah Pembelajaran
Untuk dapat memahami isi modul Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan ini,
peserta disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pahami tujuan pembelajaran dari setiap sesi Kegiatan Belajar.
2. Baca modul dengan baik dan pelajarilah dengan teliti semua materi mengenai Penugasan
Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan.
3. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan reviu hasilnya untuk menilai pemahaman dan
kemampuan yang telah Anda miliki.
4. Gunakan hasil tes formatif sebagai umpan balik untuk memperdalam pemahaman mengenai
materi tertentu.
5. Bacalah ketentuan, peraturan perundangan, standar, panduan dan referensi terkait yang
disebutkan dalam modul untuk memperkaya pemahaman Anda.
6. Selamat belajar dan semoga sukses.

B. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan terdiri dari pemaparan materi mengenai Penugasan Asurans
dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan oleh fasilitator, diikuti dengan tanya jawab dan diskusi
interaktif, serta diskusi kelompok dan presentasi studi kasus (jika ada).

C. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran yang dibutuhkan adalah 4 sesi atau 8 jam latihan (jamlat), dengan alokasi
waktu sebagai berikut:

Pokok Bahasan Waktu


● Penugasan Konsultansi 2 jamlat
● Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan 2 jamlat
● Audit Investigasi 2 jamlat
● Penugasan Lainnya 2 jamlat
Jumlah 8 jamlat

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 1


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

D. Alat Bantu Ajar


Beberapa alat bantu ajar diperlukan dalam pelatihan ini. Tidak semua alat bantu tersebut harus
digunakan, namun ketersediaannya akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu:
● LCD Projector ● Sound-system
● Komputer/Laptop ● Buku Modul
● Papan Tulis/Whiteboard ● Flipchart
● Pointer/Presenter ● Alat Tulis Kantor Lainnya (termasuk seminar kit)
● Printer

E. Peta Konsep Modul

PENUGASAN ASURANS DAN


KONSULTASI PELAYANAN
KESEHATAN

AUDIT KINERJA
PENUGASAN PELAYANAN AUDIT INVESTIGASI PENUGASAN LAINNYA
KONSULTANSI KESEHATAN

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 2


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT
Menurut Institute of Internal Audit (IIA): “Internal Auditing is an independent, objective
assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations.
It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach
to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.
Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa asurans dan konsultansi merupakan kegiatan inti
dalam audit internal yang dilaksanakan secara independen dan obyektif dalam rangka memberi
nilai tambah dan meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga setiap individu yang terlibat dalam
kegiatan audit internal harus memahami penugasan asurans dan konsultasi, tidak terkecuali auditor
bagi organisasi yang bergerak dalam industri Kesehatan

Terdapat beberapa macam jenis penugasan asurans dan konsultansi. Audit Kinerja, Audit
Investigatif, Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan, Reviu Laporan Keuangan,
Evaluasi dan Pemantauan adalah beberapa jenis penugasan asurans. Sedangkan penugasan
konsultansi dapat berupa sebagai Fasilitator, Trainer, Pendidik, dan Advisor.

Modul ini akan memberikan gambaran mengenai bagaimana melaksanakan penugasan-penugasan


tersebut diatas melalui Tahapan Proses Internal Audit yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan
Komunikasi (Pelaporan).

B. PRASYARAT KOMPETENSI
Peserta yang berpartisipasi dalam pelatihan sertifikasi ini adalah auditor internal dan para peserta
lainnya yang ingin memahami dan mendalami penugasan asurans dan konsultansi di bidang
industri pelayanan kesehatan. Agar lebih efektif, peserta pelatihan perlu memiliki pengetahuan
mengenai konsep dasar audit internal, tujuan, kriteria dan ruang lingkup, identifikasi risiko dan
pengendalian utamanya, perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan serta komunikasi
penugasan dan monitoring tindak lanjutnya.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 3


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

C. KOMPETENSI SETELAH PELATIHAN


Setelah mengikuti sesi pelatihan ini, peserta diharapkan dapat memahami:
1. Penugasan Konsultansi
2. Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan
3. Teknik Audit Investigatif dan Audit Forensik
4. Penugasan-Penugasan Lainnya terdiri dari: Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan; Reviu Laporan Keuangan; Reviu Rencana Kerja dan Anggaran K/l dan SKPD;
serta Evaluasi dan Pemantauan.

D. RELEVANSI MODUL
Peserta pelatihan sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) Level 1 perlu dibekali
dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai jenis penugasan asurans dan konsultansi.
Modul ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang cukup lengkap, mudah dipahami, dan
bermanfaat mengenai standar dan proses dalam perencanaan penugasan audit. Sementara itu, bagi
para instruktur atau fasilitator pelatihan, modul ini diharapkan dapat membantu penyampaian
materi pembelajaran secara terstruktur dan sistematis, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh
para peserta pelatihan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 4


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 1
PENUGASAN KONSULTANSI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu:
• Memahami penugasan konsultansi sebagai pemberian jasa insight kepada berbagai fungsi
kegiatan organisasi/perusahaan.
• Memahami perbedaan penugasan asurans dan konsultansi
• Memahami jenis-jenis penugasan konsultansi serta kapabilitas yang dibutuhkan
• Memahami proses penugasan konsultansi serta standar penyusunan kertas kerja
penugasan.

A. MEMBERIKAN INSIGHT MELALUI KONSULTANSI


Audit internal telah mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dalam tujuannya, dari
menjalankan fungsi oversight menjadi memberikan jasa insight dan foresight kepada berbagai fungsi-
fungsi kegiatan perusahaan. Saat ini kegiatan audit dianggap sebagai alat untuk memberikan nilai
tambah bagi perusahaan dalam bentuk sebagai assurer, assessor, dan advisor. Audit Internal yang
dikelola secara optimal membuktikan akan menjadi alat yang terbaik dalam rangka merancang
strategi kunci serta membuat keputusan-keputusan bisnis pragmatis.

Audit Internal wajib memiliki kemampuan dan menawarkan hindsight (tinjauan yang empiris atas
historis yang sudah terjadi), insight (kecemerlangan wawasan dan konsep yang dalam), dan foresight
(tinjauan ke masa depan). Cara pandang auditor intern terhadap masa lalu (past), saat ini (present),
dan yang akan datang (future) akan membuat audit internal sebagai profil yang dicari pendapat dan
pemikirannya.

Dengan kemampuan insight Audit Internal dalam melaksanakan fungsinya, akan membantu
pengambil keputusan dengan memberikan penilaian independen tentang berbagai program,
operasional dan kebijakan-kebijakan. Hal ini dilaksanakan dalam penugasan konsultansi dalam
bidang penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pendampingan audit, konsultasi manajemen
risiko serta penilaian atas pengendalian intern pelaporan keuangan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 5


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

B. PERBEDAAN PENUGASAN ASURANS DAN KONSULTANSI

Penugasan Asurans
Tujuan dari penugasan asurans secara umum dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menilai
bukti yang relevan atas suatu hal tertentu yang menarik perhatian dan menyajikan kesimpulan
berkaitan dengan hal yang menjadi fokus dan sasaran penugasan asurans. Terdapat berbagai
pertimbangan yang mendasari auditor internal melaksanakan Penugasan Asurans, antara lain:
1. Menguji efektivitas penanganan risiko melekat yang diidentifikasi selama proses penilaian
risiko bisnis dan atau dari hasil penugasan sebelumnya atau berdasarkan permintaan komite
audit.
2. Memenuhi peraturan yang diwajibkan berdasarkan peraturan tertentu (contohnya regulasi
yang berlaku dalam perdagangan saham di bursa).
3. Auditor internal mungkin diminta oleh manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian
atau operasi setelah adanya kejadian-kejadian tertentu (seperti terjadi bencana alam,
perubahan peraturan atau ditemukan adanya indikasi adanya kecurangan).
4. Adanya perubahan-perubahan signifikan dalam bisnis atau industri juga dapat menyebabkan
auditor internal perlu melakukan penugasan asurans untuk mengantisipasi efektivitas dan
efisiensi pengendalian dan mengantisipasi risiko-risiko yang timbul akibat perubahan
tersebut.
5. Pertimbangan-pertimbangan lain misalnya manajemen hendak membandingkan penerapan
suatu hal atau kinerja dengan ekspektasi mereka dan meminta auditor asurans memberikan
pendapat terhadap hal tersebut.

Jenis penugasan asurans yang dapat dilaksanakan oleh audit internal, yaitu audit, reviu, evaluasi,
dan pemantauan. Secara umum kerangka kerja proses penugasan asurans meliputi tahap
Perencanaan, Pelaksanaan Penugasan dan Komunikasi Penugasan (Reding et. al., Internal Auditing
Assurance and Consulting Services 2nd, 2009).

Penugasan Konsultansi
Berdasarkan pengertiannya, penugasan konsultansi adalah aktivitas-aktivitas advisori dan jasa-jasa
lainnya yang diberikan kepada klien, di mana sifat dan ruang lingkup pekerjaannya didasarkan pada
kesepakatan yang dibuat dengan klien. Penugasan konsultansi yang dilakukan auditor internal
dimaksudkan untuk menambah nilai dan meningkatkan proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian atau kepatuhan organisasi. Dalam penugasan konsultansi, auditor internal tidak
mengambil alih tanggung jawab manajemen.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 6


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Aspek Yang Membedakan Asurans Konsultansi


1. Tujuan penugasannya Untuk menilai bukti yang Untuk memberikan advis dan
relevan terhadap satu objek saran atas permintaan
yang menjadi perhatian suatu pemberi tugas
pihak yang berkepentingan
selanjutnya simpulan hasil
penugasan disampaikan
kepada pihak yang
berkepentingan.

2. Siapa yang menentukan Sifat dan ruang lingkup Penerima jasa dan audit
jenis dan ruang lingkup penugasan ditentukan oleh internal memiliki
penugasan. fungsi audit internal. kesepahaman mengenai sifat
dan ruang lingkup penugasan.

3. Pihak yang terlibat dalam Melibatkan tiga pihak: auditee Melibatkan dua pihak:
penugasan tersebut atau pihak yang terlibat penerima layanan yang
langsung dengan subyek yang memerlukan advis dan audit
asurans, audit internal sebagai internal yang memberikan
pelaksana asurans, dan pihak advis atas suatu hal yang
yang memerlukan hasil dari menjadi kesepakatan.
penugasan asurans yang
dilakukan oleh audit internal.

C. JENIS-JENIS PENUGASAN KONSULTANSI


Peran audit internal dalam penugasan-penugasan konsultansi diantaranya adalah sebagai:

1. Fasilitator
Sebagai fasilitator, audit internal memimpin dan mengendalikan workshop penilaian mandiri,
melalui curah pendapat terhadap risiko-risiko dan pengendalian serta bertindak sebagai katalis
perubahan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 7


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

2. Trainer
Menyajikan materi yang dapat memperkenalkan kepada para staf baru terkait peran audit internal
serta pedoman praktik terbaik tata kelola perusahaan.

3. Pendidik/Educator
Mendukung manajemen dalam mengkomunikasikan pengetahuan dan teknik risiko dan
pengendalian yang layak sehingga para manajer diperlengkapi secara lebih baik untuk
melaksanakan peran mereka secara efektif.

4. Advisor
Memberikan advice isu-isu terkait risiko dan pengendalian pada setiap tingkatan di dalam
organisasi, mulai dari yang sifatnya stratejik sampai ke operasional. Dalam hal ini audit internal
tidak boleh bertindak atas nama /menggantikan manajemen. Advice yang disampaikan oleh audit
internal kemudian diterima oleh manajemen tidak mengalihkan tanggung jawab/akuntabilitas
manajemen atas area-area yang memang menjadi tanggungjawab mereka.

Peran tersebut di atas dilaksanakan atas permintaan manajemen atau dewan atau karena adanya
perubahan suatu program/proyek. Penugasan konsultansi tersebut harus memberikan nilai
tambah serta meningkatkan operasi perusahaan/organisasi.

Penugasan konsultansi di satu sisi, juga merupakan jenis kegiatan yang dapat menyediakan
beberapa tingkatan penjaminan dan secara signifikan berkontribusi bagi kedudukan yang unik dari
audit internal terkait kemampuannya untuk menyediakan dewan direksi pandangan yang lebih
menyeluruh terhadap perusahaan, operasional serta budayanya. Output kegiatan tersebut bukan
jenis laporan asurans seumumnya. Salah satu output bisa dalam bentuk presentasi yang lebih disukai
sebagai bentuk pelaporan kepada manajemen

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 8


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

D. PROSES PENUGASAN KONSULTANSI

GAMBAR-1: PROSES PENUGASAN KONSULTASI


Sumber: Anderson, Urton L., et. al. “Internal Auditing: Assurance and Advisory Services”
4th Edition. 2017, hlm. 15-13

Perbedaan utama antara penugasan asurans dan konsultansi adalah bahwa penugasan konsultansi
tidak memerlukan penilaian independen untuk digunakan oleh pihak ketiga. Penugasan
konsultansi melibatkan hanya dua pihak, yaitu tim audit internal yang melaksanakan penugasan
dan pihak (individu atau kelompok) yang meminta jasa advisory independen, pelatihan, atau
fasilitasi.

Sifat dan lingkup penugasan konsultansi - berupa pelatihan dan fasilitasi - bisa bervariasi antar
penugasan, tidak ada satu proses yang bersifat umum. Sementara itu, penugasan konsultansi jenis
advisory umumnya mengikuti pendekatan yang ditunjukkan pada Gambar .. dan ini adalah fokus
pembahasan di sesi berikutnya.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 9


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

E. KERTAS KERJA PENUGASAN KONSULTANSI


Seperti halnya dalam penugasan asurans, pekerjaan yang dilakukan dalam penugasan konsultansi
berupa advisory, apapun jenis, harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Standar IIA 2330.C1
mensyaratkan Kepala Audit Internal untuk “mengembangkan kebijakan yang mengatur
penyimpanan dan pemeliharaan catatan penugasan konsultansi, termasuk pemberiannya kepada
pihak internal dan eksternal. Kebijakan ini harus konsisten dengan pedoman organisasi dan aturan
atau ketentuan lain yang terkait.” Level dan banyaknya dokumentasi yang dibutuhkan untuk
penugasan konsultansi bisa bervariasi antar penugasan, fungsi audit internal, maupun sifat dari
penugasan. Di banyak praktik, jumlah dokumentasi dan waktu yang diperlukan untuk
mendokumentasikan pekerjaan jauh lebih sedikit dibandingkan penugasan asurans. Umumnya,
fokus dari penugasan advisory adalah pada produk akhir, serta menyediakan observasi dan
rekomendasi bagi manajemen. Auditor harus memiliki dokumentasi yang cukup untuk mendukung
rekomendasi yang diberikannya.

F. KAPABILITAS YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENUGASAN KONSULTANSI


Peranan audit internal yang menjalankan fungsi insight, oversight dan foresight membutuhkan
kapabilitas yang tepat untuk melaksanakan fungsi tersebut agar organisasi mencapai tujuannya.
Dengan memiliki kapabilitas yang tepat untuk menjalankan fungsi dan peranannya secara optimal
diharapkan audit internal memberikan hasil audit yang berkualitas melalui sehingga pelaksanaan
proses tata kelola, manajemen resiko, dan pengendalian dapat lebih meningkat. Kualitas audit
merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good governance. Namun demikian,
praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Standar audit menjadi penting agar auditor secara
profesional melaksanakan fungsi audit sehingga menghasilkan produk audit yang berkualitas.

Proses audit dapat dikatakan telah memenuhi syarat quality assurance apabila proses yang dijalani
tersebut telah sesuai dengan standar, antara lain: standard for the professional practice, internal audit
charter, kode etik internal audit, kebijakan, tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja audit.
Profesionalisme auditor adalah kombinasi antara kemampuan dan perilaku profesional.
Kemampuan didefinisikan sebagai pengetahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi,
kemampuan teknis, dan kemampuan penguasaan teknologi.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 10


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

G. TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 1

1. Kemampuan insight harus dimiliki oleh Audit Internal adalah kemampuan dalam hal :
a. Tinjauan yang empiris atas historis yang terjadi
b. Memiliki kecemerlangan wawasan dan konsep yang dalam
c. Tinjauan ke masa depan
d. Memecahkan segala persoalan organisasi

2. Alasan yang paling tepat ketika Audit Internal melakukan penugasan asurans adalah
a. Diminta untuk memberikan advis terhadap pengelolaan risiko
b. Mendesak kebutuhan perusahaan/organisasi untuk standar prosedur operasi
c. Diminta oleh manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian atau operasi
setelah adanya peristiwa tertentu
d. Kebutuhan Audit Internal untuk menyusun pedoman tata kelola.

3. Pengertian penugasan konsultansi yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini adalah :
a. Aktivitas-aktivitas advisori dan jasa-jasa lainnya yang diberikan kepada klien, dimana
sifat dan ruang lingkup pekerjaannya didasarkan pada kesepakatan yang dibuat
dengan klien.
b. Menguji efektivitas penanganan risiko melekat yang diidentifikasi selama proses
penilaian risiko bisnis dan atau dari hasil penugasan sebelumnya
c. Memenuhi peraturan yang diwajibkan berdasarkan peraturan tertentu.
d. Permintaan manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian atau operasi
setelah adanya kejadian-kejadian tertentu

4. Berdasarkan standar kebijakan yang mengatur penyimpanan dan pemeliharaan catatan


penugasan konsultansi adalah :
a. Ketua Tim audit
b. Anggota Tim audit
c. Kepala Audit Internal
d. Manajemen

5. Salah satu proses perencanaan Penugasan Konsultansi adalah :


a. Menentukan tujuan dan lingkup penugasan
b. Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
c. Melakukan komunikasi hasil penugasan
d. Mengecek advis dengan pengguna jasa

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 11


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

6. Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan penugasan konsultansi adalah :


a. Memahami risiko yang relevan, jika diperlukan
b. Memahami pengendilan yang relevan, jika diperlukan
c. Mendistribusikan komunikasi akhir penugasan
d. Menyusun advis

7. Peran Audit Internal dalam penugasan konsultansi adalah :


a. Menetapkan risk appetite organisasi
b. Mengambil keputusan dalam rangka merespon risiko organisasi.
c. Sebagai fasilitator dalam rangka mengidentifikasi risiko di unit operasional
d. Bertanggung Jawab terhadap pengelolaan risiko organisasi.

8. Dalam rangka mendukung manajemen dalam mengkomunikasikan pengetahuan dan teknik


risiko dan pengendalian yang layak adalah peran Audit Internal sebagai :
a. Pendidik/ Educator
b. Trainer
c. Advisor
d. Fasilitator

9. Profesionalisme seorang auditor ditentukan oleh :


a. Kemampuannya memperoleh banyak temuan selama audit.
b. Menjalin kerjasama dengan auditi.
c. Melakukan komunikasi yang baik di antara tim
d. Kombinasi antara kemampuan dan perilaku profesional.

10. Salah satu kegiatan proses komunikasi dalam penugasan konsultansi adalah :
a. Menentukan sifat dan bentuk komunikasi dengan pengguna jasa
b. Memperoleh persetujuan akhir mengenai tujuan dan lingkup dari pengguna jasa
c. Memahami lingkungan penugasan dan proses bisnis yang relevan
d. Menyusun Advis.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 12


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 2
AUDIT KINERJA PELAYANAN KESEHATAN

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, peserta diharapkan mampu:
• Memahami proses audit kinerja pelayanan kesehatan
• Melaksanakan perencanaan dan survey pendahuluan audit kinerja pelayanan kesehatan
• Melakukan penilaian kecukupan indikator kinerja serta capaian kinerja dibandingkan terhadap
kriteria/target/standar.
• Melaksanakan reviu operasional berbagai fungsi di unit-unit organisasi pelayanan
kesehatan/rumah sakit.

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat
sehingga diperlukan pendekatan yang terpadu untuk menjalankan kegiatannya secara ekonomis,
efisien, dan efektif agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, disamping
harus memenuhi harapan para stakeholder.

Indikator-indikator yang selama ini digunakan oleh rumah sakit harus bisa memberikan sinyal-
sinyal yang memadai untuk memberikan informasi apakah rumah sakit sudah menjalankan
fungsinya sebagaimana mestinya. Disamping indikator yang harus dibangun secara memadai, pihak
manajemen rumah sakit, pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Kesehatan perlu
memperoleh informasi yang lebih detil mengenai capaian kinerja rumah sakit serta faktor-faktor
signifikan yang mempengaruhi kinerja sehingga terjadi perlambatan/percepatan capaian kinerja.
Pengetahuan mengenai capaian kinerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen
peningkatan kinerja. Hal ini disebabkan manajemen memperoleh informasi yang akurat dan jelas
mengenai area-area kegiatan yang memerlukan perbaikan.

Tujuan dilaksanakannya audit kinerja rumah sakit adalah memberikan penilaian ini yang mencakup
semua wewenang dan penggunaannya yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada
pemakaian sumber daya dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 13


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Faktor-faktor kinerja yang dinilai mencakup diantaranya pelayanan rumah sakit; efisiensi dan
efektifitas penerimaan sumber dana dan penggunaannya serta sarana prasarana rumah sakit; dan
sumber daya manusia. Perbaikan dan peningkatan kinerja diharapkan terjadi melalui saran dan
rekomendasi yang diberikan melalui komitmen pimpinan rumah sakit beserta jajarannya untuk
menindaklanjuti rekomendasi tersebut.

Proses Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan digambarkan sebagai berikut :

GAMBAR-2: PROSES AUDIT KINERJA PELAYANAN KESEHATAN

B. PERENCANAAN

1. Tujuan
Tujuan perencanaan audit adalah untuk menentukan hal-hal berikut :
a. Jumlah staf auditor yang diperlukan, agar diperoleh pemanfaatan yang optimal dari
kecakapan staf auditor sehingga terhindar dari kegiatan audit yang tidak efisien.
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan, guna menjamin ketepatan waktu kerja.
c. Program audit yang dibuat, agar diperoleh ketepatan penentuan prosedur-prosedur audit
sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak diperlukan.
d. Bentuk dan isi laporan hasil audit, untuk menentukan garis besar (outline) laporan yang
bersifat sementara atas area audit.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 14


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

2. Hal yang perlu dibahas dan ditetapkan dalam perencanaan :


a. Menentukan area dan ruang lingkup kegiatan RS yang akan diaudit. Pemilihan ruang
lingkup kegiatan yang akan diaudit dapat diambil dari beberapa identifikasi masalah yang
dihadapi RS. Beberapa rumah sakit bisa saja menghadapi seluruh masalah tersebut di atas
namun sebagian rumah sakit lainnya hanya sedikit dari masalah tersebut. Tim yang
dibentuk harus melakukan Survei Pendahuluan agar dapat menentukan prioritas ruang
lingkup audit sesuai dengan permasalahan inti rumah sakit yang bersangkutan.
b. Tim audit terdiri dari minimal ketua tim dan 1 (satu) orang atau lebih anggota tim.
c. Waktu penugasan kurang lebih selama 3 (tiga) minggu atau l5 (lima belas) hari kerja sampai
dengan selesainya pelaksanaan audit.

3. Faktor-faktor Yang Harus Dipertimbangkan


Secara operasional, umumnya setiap audit selalu didahului dengan perencanaan audit. Dalam
perencanaan audit kinerja, salah satu poin penting yang perlu dikemukakan adalah penentuan
area yang akan diperiksa. Untuk dapat menentukan area yang akan diaudit, auditor perlu
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
a. Jumlah dana yang dikeluarkan. Semakin besar dana yang diinvestasikan dan dikeluarkan
semakin besar pula kebutuhan adanya peningkatan pada cara penanganan dan penggunaan
dana.
b. Peraturan perundang-undangan atau kebijakan tertentu yang mewajibkan diadakannya
audit kinerja terhadap rumah sakit.
c. Permintaan audit dari badan legislatif, pimpinan instansi atau pihak lainnya.
d. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Ada kalanya dalam melakukan tugas, auditor
menjumpai hal-hal atau area yang memerlukan kecakapan atau pengetahuan khusus yang
tidak dimilikinya. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan penggunaan tenaga ahli dari luar
audit internal sehingga penugasan audit dapat tetap dilaksanakan.
e. Kompleksitas sistem pengendalian intern maupun sistem pengendalian manajemen
auditan.

4. Informasi yang Harus Diperoleh.


Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukanlah merupakan bukti (evidence)
melainkan hanyalah merupakan deskripsi yang umumnya dapat dikelompokkan dalam
beberapa hal, yaitu :
a. Hal yang berkenaan dengan rumah sakit /profil rumah sakit seperti : dasar pendirian
rumah sakit; lokasi; struktur organisasi; sejarah pendirian; jumlah karyawan/SDM yang

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 15


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

terlibat didalamnya; kebijakan-kebijakan organisasinya; kewajiban-kewajiban hukum yang


melekat; serta dasar hukum pendirian organisasi.
b. Sumber-sumber eksternal yang bisa memberikan kontribusi kepada auditor yaitu : studi
dan penelitian yang dilaksanakan oleh pemerintah, professional dan interest grup;
informasi yang disimpan oleh entitas sejenis; riset yang dilaksanakan oleh akademisi dan
organisasi riset; kegiatan yang sejenis yang dilakukan oleh rumah sakit lainnya ataupun
rumah sakit swasta; dan tulisan dalam media elektronik dan web site.

Setelah memperoleh informasi umum, auditor diharapkan telah memiliki gambaran ringkas
mengenai penugasan audit, terutama yang berhubungan dengan kinerja auditan.

SURVEI PENDAHULUAN
1. Tujuan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mendukung auditor memperoleh pemahaman yang
memadai atas rumah sakit yang diaudit. Pemahaman ini diperlukan auditor dengan tujuan
untuk menentukan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit dan strategi audit.

Auditor harus memperoleh informasi umum dan informasi latar belakang rumah sakit yang di
audit, diharapkan auditor telah memiliki gambaran umum mengenai kegiatan auditan, terutama
yang berhubungan dengan hal organisasi, aktivitas, program atau sistem. Setelah itu, auditor
harus melakukan penelitian awal terhadap dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja,
(baik kinerja keuangan maupun non keuangan) untuk memastikan adanya konsistensi antara
pengetahuan auditor dengan lingkungan operasional dan struktur rumah sakit, khususnya yang
terkait dengan sistem perencanaan dari rumah sakit.

Secara khusus, tujuan survey pendahuluan adalah :


a. Memberi pemahaman yang memadai bagi auditor terhadap arti penting dan substansi dari
berbagai dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja.
b. Membantu auditor dalam hal :
1) Analisis terhadap konteks kinerja yang diaudit, khususnya yang berkaitan dengan
sistem pengukuran kinerja;
2) Memahami arti penting capaian kinerja sampai dengan periode yang diaudit, termasuk
implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang/unit;
3) Merumuskan pernyataan sasaran-sasaran audit (statement of audit objectives) yaitu apa yang
direncanakan sebagai outcome atau pengaruh dari penugasan audit tersebut; serta

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 16


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

4) Merumuskan pertanyaan-pertanyaan audit yang harus didapat jawabannya sesuai


dengan pernyataan sasaran-sasaran audit.

Melalui survey pendahuluan terhadap dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja, maka
auditor dapat memperoleh gambaran penting tentang :

a. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh rumah sakit;
b. Sumber data kinerja (data primer atau sekunder);
c. Struktur organisasi, khususnya terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
mengumpulkan dan melaporkan data kinerja kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
baik untuk pemakai internal maupun eksternal dari rumah sakit;
d. Saat pengumpulan dan pelaporan informasi kinerja (per transaksi/even atau periodik);
dan
e. Bagaimana cara-cara (metodologi) yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengolahan data kinerja (manual atau terkomputerisasi); serta
f. Bagaimana hasil data kinerja yang dikumpulkan, dianalisis, dikaji dan digunakan dalam
proses pengambilan keputusan.

Pada akhir tahapan survei pendahuluan diharapkan dapat ditetapkan sasaran audit meskipun
merupakan sasaran audit sementara (tentative audit objectives).

2. Informasi yang Harus Diperoleh


a. Perundang-undangan yang relevan/Kepres/Kepmen;
b. Rencana stratejik, Rencana Kinerja (Business Plan), Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
auditan;
c. Indikator Kinerja Kunci (KPI) dan penjelasan atas indikator tersebut serta sumber
informasi internal dan eksternal yang digunakan untuk menetapkan indikator kinerja;
d. Laporan kinerja auditan dan dokumen lain yang berkaitan dengan informasi kinerja
auditan.
e. Regulasi/peraturan intern yang diterbitkan oleh Direktur RS, kebijakan pemerintah
yang dipublikasikan ke masyarakat.
f. Sumber sumber informasi relevan; dan
g. Diskusi/Wawancara dengan manajemen , pegawai dan stakeholder lainnya.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 17


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Dari informasi-informasi di atas, auditor hendaknya memahami:


a. Rencana Stratejik Entitas Auditan
Auditor hendaknya memahami rencana jangka panjang rumah sakit; visi dan misi; strategi
yang digunakan untuk mencapainya serta apakah rumah sakit telah menggunakan indikator-
indikator kinerja kunci untuk mengukur keberhasilan kegiatan yang bersangkutan.

b. Prioritas pemerintah yang dibebankan kepada rumah sakit.


Auditor hendaknya memahami prioritas pemerintah yang dibebankan pada rumah sakit.
Selain prioritas pemerintah tersebut juga terdapat prioritas yang ditetapkan sendiri oleh
manajemen rumah sakit, yang perlu mendapat perhatian auditor adalah apakah prioritas
yang ditetapkan oleh manajemen rumah sakit sejalan dan berhubungan dengan prioritas
pemerintah atau tidak.

c. Pihak-pihak yang Terkait


Banyak pihak yang terkait dengan rumah sakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pihak-pihak ini dapat perseorangan, pemda, organisasi swasta maupun masyarakat pada
umumnya. Auditor hendaknya memperoleh informasi sebagai berikut :
1) Pihak-pihak yang menerima manfaat dari program atau kegiatan rumah sakit;
2) Pihak-pihak yang terkena akibat dari adanya program atau kegiatan yang serupa;
3) Pihak-pihak yang mempunyai program atau kegiatan yang serupa;
4) Pihak-pihak yang mempunyai program dan kegiatan saling tergantung atau saling
mendukung dengan program dan kegiatan auditan.

d. Program dan Kegiatan


Dalam mencapai tujuannya, manajemen rumah sakit menetapkan program-program yang
dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan. Kadangkala manajemen memiliki berbagai tujuan
yang bertentangan atau tidak sejalan. Oleh karena itu auditor hendaknya memahami
bagaimana manajemen rumah sakit menyeimbangkan penyusunan tujuan, program, dan
kegiatan ini.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Survei Pendahuluan


a. Dapatkan informasi-informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan latar belakang
dan informasi umum entitas yang diaudit.
b. Bila rumah sakit telah menggunakan indikator kinerja kunci, dapatkan dokumentasi yang
tersedia yang menjelaskan indikator tersebut. Selain itu, dapatkan pula sumber informasi

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 18


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

internal dan eksternal yang digunakan untuk menghitung indikator kinerja yang berbeda,
seperti survei pelanggan dan pegawai.
c. Lakukan analisis atas latar belakang dan informasi tersebut dalam rangka memperoleh
bukti yang relevan.
d. Buat kesimpulan sementara secara umum dari informasi-informasi di atas.
e. Lakukan analisis arti penting dan risiko kegiatan rumah sakit.
f. Identifikasi bidang-bidang atau kegiatan-kegiatan yang kemungkinan terdapat kelemahan
yang memerlukan perbaikan, sehingga dapat mengakibatkan tujuan rumah sakit tidak
tercapai. Hasil identifikasi ini dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam
penentuan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti-
bukti audit yang diperlukan.

C. PELAKSANAAN
Tujuan tahap pelaksanaan audit lapangan adalah dalam rangka mengumpulkan informasi yang
cukup dan penting serta menelaah bukti-bukti untuk memudahkan tim :
1. Melakukan pengujian atas penyajian kecukupan indikator kinerja yang digunakan rumah
sakit;
2. Mengembangkan teknik audit mengenai apakah realisasi kinerja telah sesuai dengan
kriteria/standar/target atau tidak;
3. Menyimpulkan setiap tujuan audit;
4. Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kinerja; dan
5. Mendukung rekomendasi reviu dan kesimpulan-kesimpulan.

Melalui tahap ini, harus ditekankan suatu “fokus terhadap hasil”. Pengumpulan informasi
diarahkan melalui pelaksanaan audit kinerja yang dapat membantu tim audit memahami bagaimana
penugasan audit dapat secara langsung memperoleh hasil yang diinginkan di dalam audit. Intinya,
fokus terhadap hasil akhir bukan pengendalian-pengendalian dan proses-proses.

Terdapat beragam metode dalam pengumpulan bukti, seperti wawancara, observasi, penelitian
dokumen, pengukuran terhadap indikator kinerja kunci yang rinci, survei, studi kasus, eksperimen
dan lain-lain. Tim auditor harus menilai metode yang paling cocok untuk pengumpulan informasi.
Informasi yang dikumpulkan disimpan sebagai bukti untuk mendukung temuan-temuan dan
kesimpulan audit.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 19


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

PELAKSANAAN AUDIT LAPANGAN MENCAKUP :


1. Pengujian Kecukupan Indikator Kinerja;
a. Audit atas Ukuran Tertentu
Tujuan Audit 1: Indikator Yang Komprehensif
Untuk menentukan apakah informasi kinerja yang dilaporkan sudah cukup komprehensif.
Langkah-langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Menentukan apakah informasi tentang Indikator Kinerja telah komprehensif.
2) Memastikan bahwa Indikator Kinerja telah mencakup semua aktifitas kunci dan
outcome.
3) Memastikan apakah Indikator Kinerja yang ada mencakup semua aktivitas utama bagi
keberhasilan organisasi.
4) Menentukan apakah tersedia cukup informasi tentang aktivitas yang dilaporkan.
5) Memastikan bahwa ada perpaduan yang seimbang antara indikator kuantitatif dan
kualitatif.

Tujuan Audit 2: Penyelarasan Dengan Sasaran, Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan tingkat keselarasan Indikator Kinerja dengan sasaran stratejik dan
tujuan. Langkah-langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Menentukan apakah target dan Indikator Kinerja merefleksikan visi, misi dan sasaran
stratejik.
2) Menentukan, dengan referensi pada peraturan perundangan, apakah tujuan
keberadaan organisasi teleh terefleksikan dalam pernyataan visi, misi dan tujuan
organisasi dan apakah mereka fokus pada hasil/outcome yang ditetapkan.
3) Memastikan bahwa Indikator Kinerja telah cukup menggambarkan aktivitas khusus
yang diukur dengan indikator tersebut dan bagaimana aktivitas itu akan
memungkinkan organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan.

Tujuan Audit 3: Indikator Yang Tepat


Untuk menentukan apakah Indikator Kinerja merupakan ukuran yang tepat untuk menilai
pencapaian dan cukup merepresentasikan kemajuan menuju target dan sasaran. Langkah-
langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Memastikan bahwa Indikator Kinerja telah secara jelas merepresentasikan atau terkait
dengan kinerja yang akan diukur.
2) Melakukan penilaian apakah Indikator Kinerja yang digunakan merepresentasikan
secara tepat dari target kinerjanya;

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 20


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

3) Mereviu ketepatan Indikator Kinerja bagi tujuan utama organisasi.;


4) Menentukan apakah indikator akan dapat menyediakan informasi yang relevan
dengan kebutuhan pengguna;
5) Memastikan bahwa indikator kinerja mengukur efisiensi dan efektifitas dan tidak
merepresentasikan indikator beban kerja yang hanya mengindikasikan tingkat
kesibukan organisasi daripada seberapa efisien dan efektif organisasi itu bekerja.; dan
6) Memastikan bahwa penggunaan indikator, baik secara kelompok maupun berdiri
sendiri, tidak mengarah pada konsekuensi yang tidak diinginkan.

Tujuan Audit 4: Indikator yang Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat Dikuantifikasi
Tentukan apakah Indikator Kinerja Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat Dikuantifikasi.
Langkah-langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Melakukan penilaian apakah Indikator Kinerja Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat
Dikuantifikasi dengan cara menentukan apakah Indikator Kinerja membatasi
observasi pada jenis-jenis permasalahan tertentu atau situasi yang kurang lebih
cenderung untuk bergerak ke arah pencapaian target, dan jika demikian buat penilaian
sejauh mana hal itu akan membuat pengukuran menjadi bias.;
2) Membuat penilaian sejauh mana Indikator Kinerja memungkinkan dibuatnya
perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja yang diinginkan (target dan
benchmarks);
3) Jika ada bentuk-bentuk pengukuran alternative yang digunakan, buat penilaian
apakah bentuk alternatif tersebut memungkinkan dibuatnya perbandingan dengan
kinerja yang diinginkan.

b. Audit atas Data Kinerja


Organisasi harus memiliki prosedur yang layak untuk memastikan data bebas dari kesalahan
yang signifikan dan bias. Prosedur verifikasi dan validasi mencakup hal-hal berikut :

Tujuan Audit 1: Informasi yang Lengkap, Akurat dan Konsisten


Untuk memastikan informasi kinerja telah cukup lengkap, akurat dan konsisten. Langkah-
langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Verifikasi eksistensi dan kecukupan pengendalian internal atas pengumpulan,
pemeliharaan dan catatan data. Pengendalian yang harus diverifikasi termasuk :

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 21


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

a) Verifikasi untuk memastikan bahwa pengendalian diterapkan secara konsisten dan


terus menerus.
b) Menentukan apakah ditemukan masalah dalam audit sebelumnya yang terkait
dengan keakuratan data dan bila ada lakukan verifikasi atas tindakan untuk
mengatasinya, juga atas efektifitas dan dampaknya atas data tahun berjalan.
c) Memastikan ada tidaknya kelemahan pengendalian pada audit internal atau audit
keuangan terakhir untuk memastikan data yang digunakan telah lengkap, akurat dan
konsisten. Jika ada kelemahan yang teridentifikasi, lakukan penilaian atas dampak
nya pada luasnya prosedur validasi yang dibutuhkan.
d) Melakukan uji petik atas data yang sudah diolah untuk menentukan apakah
pengendalian telah berfungsi dengan efektif sepanjang periode data kinerja
dikumpulkan.
e) Jika ada kelemahan dalam kontrol atau ada ketidaktaatan pada prosedur,
pertimbangkan untuk melakukan prosedur audit substantif yang sesuai, seperti reviu
analitis, menguji isi transaksi, dsb, untuk memastikan bahwa tak ada kesalahan
material dalam data kinerja.
2) Menentukan keandalan informasi yang diperoleh secara teratur, misalnya dengan survey.
3) Menentukan keandalan informasi yang berasal dari sumber eksternal.

Sumber Kesalahan.
Kesalahan dapat terjadi pada berbagai tahapan dalam pengumpulan, pemeliharaan, dan
pelaporan data. Beberapa kemungkinan jenis kesalahan yang mungkin terjadi sebagai
berikut :
1) Data yang dikumpulkan bukan data yang tepat.
2) Informasi dicatat dengan tidak benar pada saat pengumpulan data maupun pencatatan
awal.
3) Data hilang atau berubah karena ketidakmampuan prosedur pemeliharaan data, misalnya
pada komputer sistem informasi.;
4) Kesalahan dalam pengolahan dan pelaporan data, seperti ketika pemindahan data dari
komputer database ke bentuk pelaporan yang dapat dianalisa.
5) Perubahan sistem yang tidak terotorisasi yang menghasilkan pemrosesan yang tidak
akurat dan tidak lengkapnya data.
6) Kesalahan yang disebabkan oleh sebab-sebab yang sistematik, yang mengakibatkan bias
dan mengarah pada perkiraan kinerja program yang tidak akurat, seperti persepsi yang
tidak benar atas jenis-jenis informasi yang dimaksud oleh pertanyaan (dalam survey).

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 22


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Tujuan Audit 2: Keterbatasan Data


Untuk mengidentifikasi keterbatasan data yang signifikan dan implikasinya pada penilaian
kinerja, auditor perlu menentukan tingkat keterbatasan data. Bila keterbatasan itu telah
diidentifikasi, auditor harus mengevaluasi kecukupan dan keefektifan tindakan yang diambil
oleh rumah sakit untuk mengatasi keterbatasan itu, khususnya bila keterbatasan itu
berhubungan dengan area kinerja yang signifikan. Bila audit tahun sebelumnya telah
menemukan keterbatasan data yang signifikan, kecukupan tindakan pada tahun berjalan
untuk mengatasi hal itu harus direviu. Berdasarkan hasil reviu itu, harus diambil kesimpulan
tentang dapat atau tidaknya informasi kinerja itu diandalkan.

Tujuan Audit 3: Perhitungan Indikator yang Benar.


Untuk menentukan apakah Indikator Kinerja telah dihitung dengan benar, perhitungan
seluruh indikator kinerja harus diulangi untuk menentukan apakah perhitungan itu
didasarkan pada data yang relevan yang diperoleh dari sistem informasi dan catatan organisasi
yang telah dinilai andal.; serta rumus yang disetujui untuk indikator tersebut. Langkah-
langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Menentukan keakurasian perhitungan Indikator Kinerja
2) Menentukan apakah Indikator Kinerja telah dihitung sesuai dengan rumus yang
ditetapkan.
3) Mencocokan angka-angka keuangan yang dimasukkan dalam perhitungan laporan
keuangan;
4) Bila perlu, lakukan reviu analitis untuk menentukan konsistensi dan kelengkapan data;
dan
5) Mencocokan angka-angka non-keuangan sesuai dengan laporan terkait yang telah diuji
dan terbukti sebagai andal

c. Audit Atas Penyajian Hasil Kinerja


Untuk menentukan apakah Indikator Kinerja disajikan untuk memudahkan pembaca
memperoleh pemahaman yang baik atas kinerja. Langkah-langkah terkait tujuan audit init
mencakup diantaranya :
1) Menentukan kejelasan informasi. Hal tersebut terkait bahwa indikator telah disajikan
dengan kata-kata yang deskriptif, jelas dan ilustratif. Bila menggunakan grafik, mudah
untuk dipahami dan efektif. Bila foto, dan gambar lain digunakan, mudah dipahami,
efektif dan memudahkan penyampaian pesan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 23


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

2) Menentukan bahwa informasi yang disajikan pada satu bagian disertai klasifikasi
indikator yang berbeda.
3) Menilai bahwa ada kecukupan informasi untuk memperbandingkan kinerja saat ini
dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut terkait penilaian terhadap :
a) dasar perhitungan indikator yang berubah, apakah perubahan dan dampaknya
dijelaskan? Apakah informasi tahun sebelumnya telah dihitung ulang?
b) penjelasan yang cukup tentang Indikator Kinerja sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Apakah indikator dan istilah-istilah terkait telah cukup dijelaskan untuk
memungkinkan pembaca memahami apa yang diukur?
c) Penjelasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang luar biasa baik atau
buruknya .
d) penjelasan tentang kualitas informasi, diantaranya penjelasan tentang sumber data
internal atau eksternal yang digunakan serta keandalannya, metode survey yang
digunakan dan sebagainya.
e) pengungkapan yang cukup tentang survey yang dilakukan.
4) Menilai keotentikan dan keakuratan target, benchmark, atau standar industri yang
dipakai otentik dan akurat.

d. Penilaian Capaian Kinerja


Penilaian capaian kinerja bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan kinerja rumah sakit
yang dihitung dengan menggunakan indikator-indikator yang berlaku. Bagi rumah sakit
pemerintah yang berstatus PPK BLU (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum)
maka indikator untuk menilai tingkat kesehatan kinerja rumah sakit adalah berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 36/PB/2016 tanggal 28 Sept 2016
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan (Lampiran
1). Sedangkan bagi rumah sakit swasta, bisa mempedomani peraturan tersebut atau
mengembangkan sendiri indikator-indikatornya. Peraturan tersebut membagi penilaian
tingkat kesehatan menjadi dua yaitu Aspek Keuangan dan Aspek Pelayanan.

Langkah-langkah penilaian capaian kinerja:


1. Tetapkan capaian kinerja pada masing-masing indikator. Perhitungan capaian kinerja
dilakukan oleh pihak rumah sakit, auditor harus memastikan bahwa capaian kinerja
tersebut telah didukung oleh bukti-bukti yang cukup dan memadai.
2. Tentukan skor pada masing-masing indikator sesuai dengan kisaran pencapaiannya.
Skoring terhadap capaian kinerja tersebut ditentukan dalam tabel skoring.
3. Jumlahkan skor yang telah dihitung.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 24


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

4. Tentukan predikat kinerja rumah sakit sesuai dengan kisaran skor yang diperoleh
dengan menggunakan tabel predikat.

e. Reviu Operasional
Review operasional diarahkan untuk mengidentifikasikan rendahnya pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat yang selama ini disebabkan oleh kurang kompeten dan kurang cukupnya
sumber daya manusia yang melakukan pelayanan, kekurangan dana terutama untuk investasi
dan inefisiensi penggunaan dana serta kurangnya fasilitas rumah sakit dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan.

1) Kompetensi dan kecukupan sumber daya manusia


Langkah Kerja:
a) Peroleh data-data tentang sumber daya manusia.
b) Peroleh uraian tugas/ uraian jabatan (job description) setiap posisi yang ada di
rumah sakit yang bersangkutan.
c) Lakukan analisis ketersediaan dan kompetensi SDM (IGD, rawat jalan, rawat inap,
penunjang medis dan non medis) sesuai SPM.
d) Lakukan analisis atas kegiatan pengembangan pegawai yang dilakukan (diklat
teknis/kompetensi, diklat manajerial, seminar/workshop, dll).
e) Analisis sistem penilaian kinerja (performance appraisal), system reward and
punishment, sistem promosi dan mutasi.
f) Minta penjelasan apakah telah dilakukan fit and proper test terhadap sumber daya
manusianya.
g) Lakukan evaluasi dan buat kesimpulan tentang sumber daya manusia.

2) Keandalan sistem informasi


Langkah kerja:
a) Peroleh data tentang sistem informasi yang digunakan oleh rumah sakit (sistem
operasi, aplikasi, database, jaringan, dll).
b) Analisis apakah sistem informasi tersebut telah mendukung pelaporan akuntabilitas
rumah sakit.
c) Analisis apakah sistem informasi tersebut telah mendukung operasional rumah sakit.
d) Analisis apakah telah dilakukan pengamanan yang memadai terhadap sistem
informasi tersebut.
e) Lakukan evaluasi dan buatlah kesimpulan tentang sistem informasi yang digunakan
rumah sakit.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 25


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

3) Mutu pelayanan
Langkah kerja:
a) Peroleh data tentang jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.
b) Peroleh standard operating procedures (SOP) untuk setiap jenis pelayanan.
c) Analisis apakah rumah sakit telah menyusun clinical pathway (CP) dan telah
menerapkannya.
Catatan: CP adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis
dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam
jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
d) Analisis apakah rumah sakit telah menetapkan kebijakan mengenai keselamatan
pasien (patient safety).
e) Analisis apakah rumah sakit telah melakukan audit terhadap variasi CP yang terjadi.
f) Lakukan evaluasi dan buatlah kesimpulan tentang mutu pelayanan yang diberikan
rumah sakit.

4) Kecukupan fasilitas rumah sakit


Langkah kerja:
a) Peroleh data tentang peralatan dan ruangan setiap unit pelayanan yang ada di rumah
sakit.
b) Analisis apakah peralatan unit pelayanan telah lengkap dan layak.
c) Analisis apakah luas ruangan unit pelayanan telah sesuai dengan standar minimal.
d) Lakukan evaluasi dan buatlah kesimpulan tentang kecukupan, kelengkapan dan
kelayakan fasilitas rumah sakit.

5) Kecukupan pendanaan dan efisiensi penggunaannya


Langkah kerja:
a) Peroleh laporan keuangan rumah sakit (neraca, laporan aktivitas/ Laporan Realisasi
Anggaran, laporan arus kas).
b) Lakukan analisis keuangan: rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan cost recovery
ratio.
c) Analisis apakah tarif yang berlaku telah dapat menutupi unit cost pelayanan.
d) Analisis apakah Pemerintah/Pemda telah memberikan subsidi yang cukup kepada
rumah sakit.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 26


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

e) Analisis keseimbangan antara biaya investasi dan biaya operasional dan


pemeliharaan.
f) Lakukan evaluasi dan buatlah kesimpulan tentang kecukupan kecukupan pendanaan
dan efisiensi penggunaan dana rumah sakit.

Pemilihan Area dan Ruang Lingkup.


Untuk kepentingan pelatihan, diambil beberapa proses bisnis di rumah sakit sebagai contoh
untuk dilakukan reviu operasional berikut :
1) Jenis Layanan Bedah Sentral
Alasan pemilihan Area dan Ruang lingkup yang akan diaudit:
a) Layanan utama yang harus dilakukan Rumah Sakit.
b) Berkaitan dengan pendapatan Rumah Sakit Daerah.
Indikator yang digunakan : Waktu tunggu elektif
Tujuan : Penanganan segera pasien yang membutuhkan pelayanan operasi.
Langkah Kerja :
a) Peroleh daftar rekam medis atau catatan penunjang lainnya pada instalasi
b) Lakukan analisis lamanya pasien mendaftar operasi sampai dengan dilakukan
operasi. Berapa lama waktu dibutuhkan.
c) Ambil sampel bulanan selama 3 (tiga) bulan (berurutan)
d) Buat simpulan berapa lama jangka waktu pelaksanaan operasi sejak pendaftaran.
e) Kumpulkan data penyebab dari kondisi tersebut untuk memberikan rekomendasi
perbaikan, misalnya:
(1) Dokter bedah menangani beberapa rumah sakit
(2) Peralatan sangat terbatas.

2) Jenis Layanan Rawat Inap


Alasan pemilihan Area dan Ruang lingkup yang akan diaudit:
a) Layanan penunjang yang harus dilakukan Rumah Sakit.
b) Berkaitan dengan pendapatan Rumah Sakit.
c) Mencerminkan kondisi layanan sebagian besar Rumah Sakit (Ketersediaan tenaga
dokter,perawat, sarana kesehatan, kebersihan Ruang Perawatan, keramahan tenaga
kesehatan dan mutu makanan}
Indikator yang digunakan Kepuasan Pelanggan.
Tujuan: Untuk mengetahui persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan rawat inap.
Langkah Kerja

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 27


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

a) Susun questioner untuk bahan survey meliputi Ketersediaan tenaga dokter,perawat,


sarana kesehatan, kebersihan Ruang Perawatan, keramahan tenaga kesehatan dan
mutu makanan.
b) Lakukan survey terhadap pasien yang masih dirawat dengan mempertimbangkan
jumlah populasi, jumlah sampel serta lamanya perawatan.
c) Buat kesimpulan hasil survey

Area dan ruang lingkup lain yang dapat dilakukan reviu operasional terkait rumah sakit di
antaranya pada bidang Penunjang Umum, Penunjang Medis (Farmasi, Laboratorium,
Radiologi), Layanan BPJS/JKN, Pelayanan Medis (Keperawatan) dan lain-lain.

D. PELAPORAN
Kegiatan audit kinerja rumah sakit harus menghasilkan laporan tertulis yang secara jelas
mengkomunikasikan kepada pihak manajemen rumah sakit mengenai:
1. Latar belakang, tujuan dan ruang lingkup audit termasuk pembatasan-pembatasan atas ruang
lingkup;
2. Kriteria audit yang digunakan dan sumber-sumbernya;
3. Hasil observasi yang dilakukan;
4. Rekomendasi yang dibuat untuk tindakan korektif;
5. Tanggapan manajemen termasuk rencana tindak dan perbedaan pendapat; dan
6. Kesimpulan yang diperoleh pada tiap-tiap tujuan audit.

Pada tahap pelaporan harus bisa memperoleh kesimpulan dari audit kinerja. Pengembangan teknik
audit dan program/langkah-langkah audit yang dilaksanakan harus menghasilkan suatu laporan
final yang tepat waktu. Pihak manajemen rumah sakit berhak mereview draft laporan dan
memberikan tanggapannya sehingga akan dapat dihindari terjadinya ‘kejutan’ bagi manajemen
rumah sakit dikala laporan akhir telah diserahkan.

Draft laporan dapat didiskusikan dan direviu bersama manajemen rumah sakit tetapi laporan akhir
harus direviu oleh Kepala Audit Internal. Kepala Audit Internal sebagai Penanggungjawab
kegiatan audit kinerja yang akan menandatangani laporan akhir.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 28


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Contoh Format Laporan Audit Kinerja sebagai berikut:

HALAMAN DEPAN LAPORAN


DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN
1. Dasar Penugasan
2. Tujuan, Sifat dan Ruang Lingkup Audit.
3. Periode Audit
4. Metodologi Audit
BAB II INFORMASI UMUM MENGENAI AUDITAN
1. Data Umum Auditan
2. Aspek Stratejik
a. Visi, Misi, Strategi
b. Tugas Pokok dan Fungsi
3. Indikator Kinerja yang digunakan
a. Indikator Kinerja Keuangan
b. Indikator Kinerja Non-Keuangan
BAB III URAIAN HASIL AUDIT
1. Penilaian Kecukupan Indikator Kinerja terkait dengan kegiatan audit lapangan
penilaian kecukupan kinerja.
2. Analisis Capaian Kinerja (termasuk Perbandingan Capaian Kinerja dengan Trend,
Target atau Benchmark) terkait dengan kegiatan audit lapangan Penilaian Capaian
Kinerja.
3. Temuan-Temuan atau Area of Improvement terkait dengan kegiatan audit lapangan-
reviu operasional
4. Tanggapan Auditan
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
2. Rekomendasi atau Action Plan

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 29


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

E. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT DAN LANGKAH KOREKSI


Pemantauan hasil audit oleh audit internal merupakan proses tindak lanjut audit dengan cara
menilai efektivitas dari tindakan korektif oleh manajemen rumah sakit terhadap laporan hasil audit.
Dalam melakukan pemantauan hasil audit, audit internal perlu mempertimbangkan faktor :

1. Tingkat signifikansi temuan audit yang dilaporkan, terutama yang yang berkaitan dengan
urgensi dan cakupan tindakan korektif yang diperlukan.
2. Tingkat kesulitan pelaksanaan tindakan korektif oleh manajemen berdasarkan temuan audit
yang dilaporkan.
3. Biaya dan manfaat terkait dengan tindakan korektif.
4. Waktu yang diperlukan manajemen untuk melakukan tindakan korektif.
5. Risiko bila tindakan korektif tidak dapat mengatasi masalah seperti yang diharapkan.

Keberhasilan tindak lanjut audit ditentukan ketika laporan hasil audit dikomunikasikan pada saat
yang tepat kepada tingkatan manajemen yang memiliki kewenangan untuk memerintahkan
tindakan korektif dan atau bertanggungjawab untuk melakukan tindakan korektif. Audit Internal
melakukan penilaian terkait kecukupan dan efektivitas tindakan korektif.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 30


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

F. TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 2

1. Menyusun program audit adalah bagian dari kegiatan Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan
dalam proses
a. Pelaporan
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Persiapan

2. Salah satu kegiatan dari pelaksanaan Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan adalah
a. Menguji kecukupan Indikator Kinerja
b. Membuat outline laporan hasil audit
c. Melakukan survey pendahuluan
d. Menyusun program audit

3. Untuk memperoleh pemahaman yang memadai terhadap rumah sakit maka auditor harus
melakukan :
a. Pengumpulan bukti-bukti audit
b. Wawancara.
c. Survey Pendahuluan
d. Menentukan tujuan dan ruang lingkup audit

4. Yang tidak termasuk sebagai sumber informasi kinerja pada saat survey pendahuluan adalah :
a. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh rumah sakit;
b. Sumber data kinerja.
c. Struktur organisasi
d. Data supplier rumah sakit.

5. Pengembangan teknik audit mengenai apakah realisasi kinerja telah sesuai dengan
kriteria/standar/target dilaksanakan pada proses :
a. Perencanaan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Pelaporan

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 31


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

6. Di bawah ini adalah cakupan dari langkah-langkah pengujian kecukupan indikator kinerja,
kecuali :
a. Audit atas sumber daya manusia
b. Audit atas ukuran tertentu
c. Audit atas data kinerja
d. Audit atas penyajian hasil kinerja

7. Dalam rangka mengidentifikasi rendahnya pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang
disebabkan oleh berbagai permasalahan maka dilakukan :
a. Reviu keuangan
b. Audit sumber daya manusia
c. Reviu Operasional
d. Audit Kepatuhan.

8. Laporan tertulis yang secara jelas mengkomunikasikan kepada pihak manajemen rumah sakit
mencakup hal-hal di bawah ini, kecuali :
a. Jumlah bukti yang berhasil diperoleh.
b. Latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
c. Kriteria Audit yang digunakan dan sumber-sumbernya
d. Hasil observasi yang dilakukan

9. Penilaian efektivitas dari tindakan korektif oleh manajemen rumah sakit terhadap laporan
hasil audit kinerja disebut :
a. Penyelesaian hasil audit
b. Pemantauan tindak lanjut
c. Komunikasi hasil audit
d. Pengumpulan bukti.

10. Berikut adalah beberapa langkah-langkah dalam menilai capaian kinerja, kecuali :
a. Menetapkan capaian kinerja pada masing-masing indicator
b. Menentukan skor
c. Menentukan predikat kinerja rumah sakit.
d. Menghitung jumlah fisik persediaan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 32


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 3
AUDIT INVESTIGASI

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, peserta diharapkan mampu:
• Memahami dan melakukan audit investigasi pada tahap pra perencanaan.
• Memahami dan melakukan audit investigasi pada tahap perencanaan.
• Memahami dan melaksanakan cara pengumpulan dan evaluasi bukti yang relevan,
kompeten, dan cukup.
• Memahami dan melakukan cara menyusun laporan hasil audit investigasi
• Memahami hal-hal terkait audit forensik.

A. PENDAHULUAN
Audit investigasi adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis serta
mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak yang kompeten dan independen untuk
mengungkapkan fakta atau kejadian yang sebenarnya tentang indikasi suatu penyimpangan
dan/atau tujuan spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku.

Audit investigasi merupakan audit yang dilakukan dengan pendekatan investigasi, artinya suatu
audit yang dilaksanakan dengan menggunakan keahlian layaknya seorang penyelidik. Audit
investigasi lebih banyak bersifat intuitif dan oleh karena itu keterampilan auditor akan sangat
tergantung pada ketepatan dalam menetapkan alur pikir “pelaku” penyimpangan dan
menerapkannya di lapangan. Pelaksanaan audit investigasi merupakan gabungan dari keahlian
akuntansi dan audit serta pengetahuan dalam bidang hukum, investigasi, psikologi, kriminologi,
dan komunikasi.

Tujuan dari audit investigasi adalah membuktikan terjadi atau tidak terjadinya penyimpangan
terhadap peraturan perundang-undangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan Negara
dengan memenuhi unsur 5W+2H, yaitu What (Apa-Jenis Penyimpangan dan Dampaknya), Where
(Dimana-Tempat Terjadinya Penyimpangan), When (Kapan-Waktu Terjadinya Penyimpangan),
Who (Siapa-Pihak pihak yang Terkait), Why (Mengapa-Penyebab Terjadinya Penyimpangan), How

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 33


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

(Bagaimana-Modus Penyimpangan), dan How Much (Berapa Banyak-Dampak Keuangan yang


Ditimbulkan Akibat Penyimpangan).
Objek penugasan audit investigasi adalah Unit Kerja yang berada di Rumah Sakit yang di dalamnya
terdapat kepentingan negara, yang menjadi lokus (tempat kejadian) kasus audit investigasi.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup audit investigasi adalah batasan tentang lokus (tempat kejadian), tempus (waktu
kejadian), dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan yang menjadi sasaran audit investigasi.
Sasaran penugasan audit investigasi adalah kasus-kasus dugaan adanya penyimpangan berupa atau
penyalahgunaan wewenang, maladministrasi, pelanggaran atau perbuatan koruptif yang berindikasi
merugikan keuangan negara yang dilaporkan oleh masyarakat melalui saluran penanganan
pelaporan pelanggaran (whistleblowing) maupun atas inisiatif secara proaktif.
Dengan demikian, ruang lingkup audit investigasi adalah pada kasus-kasus berdasarkan pengaduan
masyarakat dan inisiatif secara proaktif serta permintaan dari Direktur Rumah Sakit.

C. PROSES AUDIT INVESTIGASI


Tahapan audit investigasi terdiri atas:

1. Pra Perencanaan, dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi, menganalisis


informasi, dan mengambil simpulan apakah Audit Internal akan dapat melakukan
atau tidak dapat melakukan audit investigasi.
Untuk efisiensi sumber daya dan memastikan kecukupan informasi, jika diperlukan, pra
perencanaan audit investigasi ditindaklanjuti dengan penelitian awal sebelum dilakukan
perencanaan audit investigasi. Salah satu hasil pra perencanaan audit investigasi adalah
simpulan berupa hipotesis penyimpangan yang akan dibuktikan/diuji pada tahapan
pelaksanaan audit investigasi.

2. Perencanaan, bertujuan untuk menjamin bahwa tujuan audit dapat tercapai secara
berkualitas.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan audit investigasi,
yaitu :
a. Menentukan/Mengembangkan Hipotesis Untuk Mengarahkan Suatu Pembuktian
Penyimpangan.
Pada tahapan perencanaan, penyimpangan yang digali dari informasi awal masih bersifat
dugaan (hipotesis) yang nantinya akan dibuktikan benar tidaknya melalui audit investigasi.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 34


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan laporan penelitian awal, auditor investigasi berusaha mengumpulkan informasi


umum tentang fakta-fakta yang dilaporkan dalam laporan penelitian awal. Auditor berusaha
menggambarkan situasi yang telah terjadi dan sedang terjadi pada saat ini, dalam suatu
pernyataan singkat.

b. Menentukan Sasaran dan Ruang Lingkup Audit Investigasi berdasarkan hipotesis awal yang
telah dilaporkan dalam laporan penelitian awal, auditor menetapkan sasaran dan ruang
lingkup audit investigasi. Penetapan sasaran ini dinyatakan dalam suatu bentuk pernyataan
misi, yaitu terungkapnya kasus kecurangan yang merugikan keuangan negara.

c. Melakukan Penilaian Risiko Penugasan dan Merencanakan Mitigasi


Dalam penilaian risiko penugasan, auditor yang ditugaskan harus mampu mengklasifikasi
risiko teridentifikasi ke dalam tingkat risiko rendah, moderat, tinggi atau ekstrim. Dalam
audit investigasi, maka risiko dimaksud adalah kemungkinan terjadinya kegagalan auditor
dalam mengungkapkan ada tidaknya suatu perbuatan/penyimpangan untuk dilakukan
tindakan hukum berikutnya. Risiko selalu berkaitan dengan probabilitas dan dampak.
Kedua variabel ini yang menentukan tingkat risiko berkategori rendah, moderat, tinggi atau
ekstrim. Setiap penugasan memiliki jenis risiko yang berbeda-beda, oleh karena itu setiap
auditor yang ditunjuk harus melakukan penilaian risiko penugasan pada tahap perencanaan
untuk mengetahui tingkat risiko penugasannya.

d. Menyusun Program Kerja Audit Investigasi


Auditor menyusun Program Kerja Audit (PKA) yang bertujuan untuk mendapatkan bukti-
bukti audit dalam rangka mengungkap tindakan penyimpangan yang telah ditetapkan dalam
pernyataan sasaran dan ruang lingkup audit investigasi. Program kerja audit ini merupakan
langkah-langkah kerja yang merupakan teknik audit untuk memperoleh bukti-bukti audit
yang cukup, relevan, dan kompeten. Penyusunan PKA fokus pada pembuktian hipotesis
yang telah diidentifikasi pada tahapan pra perencanaan Dalam menyusun PKA, auditor
perlu melakukan langkah-langkah antara lain:
1) Mengidentifikasi kemungkinan pelanggaran hukum, peraturan, atau perundang-
undangan, dan memahami unsur- unsur yang terkait dengan pembuktian atau standar;
2) Mengidentifikasi dan menentukan prioritas tahap-tahap audit investigasi yang diperlukan
untuk mencapai sasaran audit investigasi.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 35


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

e. Mengalokasikan Sumber Daya Pendukung Penugasan Audit Investigasi


Audit investigasi yang berkualitas membutuhkan sumber daya yang memadai.
Pertimbangan keselarasan 3 (tiga) elemen perencanaan antara kualitas, waktu, dan biaya,
merupakan hal penting yang patut diperhatikan.

Kebutuhan sumber daya yang harus ditentukan antara lain terkait dengan personil,
pendanaan, dan sarana atau prasarana lainnya. Alokasi personil dalam audit investigasi harus
mendapat perhatian secara khusus karena tim audit investigasi secara kolektif merupakan
gabungan dari berbagai disiplin, keahlian, dan pengetahuan profesional seorang auditor,
akuntan, ahli hukum, investigator, pewawancara (interviewer), pengumpul informasi
(information collector), ahli teknologi, dan riset.

3. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti, bukti audit yang didapatkan harus relevan,
kompeten, dan cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan simpulan.
Dalam Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia (SAIPI) dinyatakan bahwa bukti dapat
digolongkan menjadi bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian, dan bukti analisis.
a. Bukti fisik yaitu bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara
langsung terhadap orang, properti, atau kejadian. Bukti fisik dapat berupa berita acara
pemeriksaan fisik, foto, gambar, bagan, peta, atau contoh fisik.
b. Bukti dokumen merupakan bukti yang berisi informasi tertulis, seperti surat, dokumen
elektronik, kontrak, catatan akuntansi, faktur, dan informasi tertulis lainnya.
c. Bukti kesaksian merupakan bukti yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner, atau
dengan meminta pernyataan tertulis.
d. Bukti analisis merupakan bukti yang dikembangkan oleh auditor dari bukti audit lainnya.
Bukti analisis ini dapat berupa perbandingan, nisbah/korelasi, perhitungan dan argumen
logis lainnya.

Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa, ”hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada
seseorang kecuali apabila sekurang– kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
Berdasarkan pasal 183 KUHAP di atas, penjatuhan pidana pada orang yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana harus didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti dan
keyakinan hakim, berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh aparat
yang berwenang.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 36


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

4. Pelaporan Hasil Audit Investigasi, berisi tentang pengungkapan fakta penyimpangan dan
proses kejadian, penyebab penyimpangan, dampak penyimpangan berupa kerugian keuangan
negara, dan rekomendasi berdasarkan bukti-bukti yang telah didapatkan

Berdasarkan proses audit yang telah dilakukan dan seluruh bukti yang telah dikumpulkan serta
dievaluasi, tim audit investigasi menyusun laporan hasil audit investigasi. Hasil audit investigasi
berupa Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) berisi pengungkapan fakta penyimpangan dan
proses kejadian, penyebab, dan dampak penyimpangan serta rekomendasi. LHAI harus
mengungkapkan dengan tegas apakah telah terjadi atau tidak terjadi suatu penyimpangan.

Laporan hasil audit investigasi dimaksud memuat simpulan auditor perihal terjadinya
penyimpangan atas suatu kegiatan. Simpulan hasil audit yang dituangkan dalam LHAI harus
didukung oleh bukti-bukti audit yang relevan, kompeten dan cukup, yang merupakan satu
kesatuan dan dirangkum dalam LHAI, dan harus menguraikan dengan jelas unsur 5W+2H.
LHAI harus menyatakan secara tertulis bahwa kegiatan audit investigasi telah dilaksanakan
sesuai dengan standar audit yang berlaku. Tim Audit Investigasi dilarang menerbitkan laporan
hasil audit investigasi apabila terdapat ketidakcukupan bukti yang menimbulkan risiko audit.
Apabila terdapat pembatasan audit yang berisiko terhadap hasil audit, serta berbagai kualifikasi
yang lain, harus diungkapkan dalam laporan.

Untuk mengungkapkan informasi dalam laporan hasil audit, auditor yang menyusun laporan
hasil audit investigasi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pengungkapan Hal-hal Penting dalam Laporan


Laporan disusun dengan mengungkapkan hal-hal penting yang tidak terbatas pada fakta
penyimpangan, proses kejadian, penyebab, dampak penyimpangan, dan rekomendasi,
sehingga laporan tersebut dapat menjawab unsur 5W+2H.

b. Kegunaan Informasi dan Ketepatan Waktu Pelaporan


Laporan hasil audit investigasi harus dapat mengungkapkan fakta penyimpangan dan
proses kejadian yang ditemukan selama proses audit sesuai tujuan, sasaran dan ruang
lingkup audit yang direncanakan sehingga dapat dipergunakan dalam pengambilan
keputusan. Selain itu laporan harus disampaikan tepat waktu agar informasi yang disajikan
dalam laporan dapat sepenuhnya dipergunakan dan bermanfaat.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 37


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

c. Objektivitas Informasi yang Disajikan


Laporan yang disusun tidak mengandung bias atau prasangka dari penyusun laporan,
tetapi harus mengungkapkan fakta yang didukung oleh bukti-bukti yang cukup, kompeten
dan relevan sebagaimana telah didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Objektivitas
pengungkapan fakta dalam laporan hasil audit investigasi merupakan cerminan dari
independensi auditor.

d. Tingkat Keyakinan Penyajian


Laporan yang disusun harus dijabarkan secara logis dan runtut berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan sehingga pemakai yakin akan kebenaran informasi yang disajikan. Fakta
yang tersaji dalam laporan hasil audit investigasi harus didukung dengan bukti audit yang
relevan, kompeten dan cukup. Apabila bukti audit tidak memenuhi ketiga persyaratan
tersebut, penyajian laporan hasil audit akan mengandung risiko audit.

e. Penyajian yang Ringkas, Sederhana, namun Jelas dan Lengkap.


Laporan sebaiknya disusun dengan ringkas, yaitu tidak terlalu banyak menyajikan rincian
serta kalimat atau bagian-bagian yang secara tidak jelas berhubungan dengan informasi
yang ingin disampaikan. Auditor harus mempertimbangkan bahwa laporan hasil audit
investigasi akan dibaca oleh para stakeholder. Dalam penulisan laporan, auditor harus
berasumsi bahwa akan timbul pertanyaan atas isi laporannya, oleh karena itu ia harus
meyakinkan bahwa laporan telah dibuat sesuai dengan prosedur dan telah menjawab unsur
apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana dan berapa banyak (5W+2H).

D. SEKILAS TENTANG AUDIT FORENSIK


Audit forensik (Forensic Auditing) adalah audit yang berhubungan dengan hukum. (Soejono
Karni, 1999). Hukum yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di suatu negara. Auditor yang
memperoleh penugasan audit yang berkasus korupsi harus mendalami audit forensik, di samping
memahami auditing, dan akunting harus mengerti pula masalah hukum. Audit forensik diperlukan
untuk berbagai kasus korupsi, yang menjurus ke pelanggaran pidana yang akan memerlukan
kesaksian akuntan. Kasus–kasus yang memerlukan kesaksian akuntan tersebut misalnya
penggelapan pajak, kredit macet, mark-up investasi, penggelapan keuangan oleh manajemen
perusahaan pelanggaran peraturan pasar modal, sengketa hutang piutang dan sengketa antar
pemegang saham, keenam kasus tersebut di atas ada kecenderungan diajukan ke pengadilan karena
adanya unsur pidana.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 38


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Audit forensik dilakukan atas permintaan penyidik kepada auditor didasarkan pada pasal 120 ayat
(1) KUHAP (Soejono Karni, 2000) yang menyebutkan “Dalam hal penyidik menganggap perlu ia
dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus“. Penyidik dimaksud
disini pihak kepolisian atau kejaksaan. Permintaan bantuan tenaga ahli kepada auditor dapat
dikelompokkan:
1. Auditor dianggap sebagai tenaga ahli;
2. Untuk menghitung kerugian negara.

Auditor forensik dalam melaksanakan tugasnya perlu mengumpulkan bukti-bukti audit di


antaranya: bukti dokumen, bukti fisik, konfirmasi observasi, interview, prosedur analitis. Bukti-
bukti tersebut harus merupakan bukti yang kompeten dan andal, karena bukti–bukti tersebut
merupakan bukti pendukung, apabila laporan audit dipakai dalam sidang pengadilan pada perkara
pidana.

Sistem pembuktian dalam audit forensik dikategorikan sebagai berikut (M. Yahya Harahap, 1993):
1. Convection – in time, bahwa bukti keterlibatan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim.
2. Convection–raisance, bahwa keterlibatan terdakwa selain ditentukan oleh keyakinan hakim, tetapi
faktor keyakinan itu dibatasi / didasari dengan alasan-alasan yang jelas.
3. Pembuktian menurut Undang–undang secara positif, bahwa kesalahan terdakwa didasarkan
pada alat bukti yang sah. Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat–alat
yang ditentukan oleh Undang–undang.
4. Pembuktian menurut Undang- undang secara negatif, bahwa keterlibatan terdakwa didasarkan
atas keyakinan hukum dan pembuktian menurut Undang undang.

Dalam persidangan di pengadilan alat bukti sah di samping Keterangan Saksi dan Bukti Surat,
Keterangan Ahli juga merupakan bukti yang sah (Soejono Karni, 2000).
Sebagai tenaga ahli auditor bertugas:
1. Mengumpulkan bukti–bukti surat untuk dasar Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai tenaga
ahli.
2. Membantu penyidik dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada di BAP untuk kepentingan
saksi dan terdakwa.

Dalam mengumpulkan bukti audit untuk keperluan persidangan, prosedur yang dilakukan oleh
auditor forensik dengan bahan bukti pertama kali diperoleh dari Kejaksaan pada tahap penyidikan
(DIK) perkara.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 39


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Untuk kasus manipulasi keuangan negara melalui manipulasi pembukuan, auditor forensik harus
menyiapkan bukti buku besar dan laporan keuangan terlebih dulu. Bila kedua laporan tersebut
belum dibuat, maka dilakukan prosedur audit secara umum dimana prosedur audit forensik dapat
juga dimulai dari timbulnya transaksi, pelaksanaan transaksi, penggunaan barang atau uang dan
transaksi tersebut.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 40


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

E. TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 3

1. Proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis serta mengevaluasi bukti-


bukti secara sistematis oleh pihak yang kompeten dan independen untuk mengungkapkan
fakta atau kejadian yang sebenarnya tentang indikasi suatu penyimpangan dan/atau tujuan
spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku merupakan pengertian dari :
a. Audit kinerja
b. Audit operasional
c. Audit Investigasi
d. Audit keuangan

2. Tujuan dari audit investigasi adalah:


a. Mengevaluasi bukti-bukti keuangan untuk menemukan adanya unsur-unsur yang
korupsi
b. Membuktikan terjadi atau tidak terjadinya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan Negara dengan
memenuhi unsur 5W+2H
c. Menilai kinerja organisasi dengan menggunakan indikator indikator kinerja yang tepat.
d. Evaluasi terhadap kegiatan operasional organisasi apakah telah dijalankan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.

3. Yang menjadi ruang lingkup audit investigasi adalah :


a. Area-area operasional yang memerlukan perbaikan
b. Pos-pos laporan keuangan pada periode tertentu
c. Indikator kinerja individu pada suatu unit organisasi
d. batasan tentang lokus (tempat kejadian), tempus (waktu kejadian), dan hal-hal lain yang
relevan dengan kegiatan yang menjadi sasaran audit investigasi.

4. Tahapan dalam proses audit investigasi yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi,
menganalisis informasi, dan mengambil simpulan apakah Audit Internal akan dapat melakukan
atau tidak dapat melakukan audit investigasi adalah :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pra perencanaan
d. Persiapan

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 41


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

5. Menentukan/mengembangkan hipotesis untuk mengarahkan suatu pembuktian


penyimpangan merupakan langkah dalam tahap :
a. Pelaporan
b. Perencanaan
c. Pra perencanaan
d. Pelaksanaan

6. Bukti audit yang relevan, kompeten, dan cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan simpulan harus diperoleh pada tahap :
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Pelaporan
d. Pra perencanaan

7. Bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara langsung terhadap orang,
properti, atau kejadian merupakan :
a. Bukti dokumen
b. Bukti kesaksian
c. Bukti analisis
d. Bukti Fisik

8. Bukti analisis merupakan diperoleh melalui :


a. Pengembangan oleh auditor dari bukti audit lainnya. Bukti analisis ini dapat berupa
perbandingan, nisbah/korelasi, perhitungan dan argumen logis lainnya.
b. wawancara, kuesioner, atau dengan meminta pernyataan tertulis.
c. pengukuran dan perhitungan fisik secara langsung terhadap orang, properti, atau
kejadian.
d. informasi tertulis, seperti surat, dokumen elektronik, kontrak, catatan akuntansi,
faktur, dan informasi tertulis lainnya

9. Materi yang disampaikan di dalam Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) harus :
a. mengungkapkan dengan tegas apakah telah terjadi atau tidak terjadi suatu
penyimpangan.
b. mengungkapkan dengan tegas jumlah kerugian Negara yang terjadi.
c. didukung oleh bukti yang relevan dan cukup.
d. Tetap disampaikan walaupun bukti masih belum cukup.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 42


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

10. Audit forensic merupakan audit yang berhubungan dengan hukum. Sehingga auditor yang
ditugaskan melakukan audit forensic harus mendalami :
a. Audit forensic, dan memahami auditing, akuntansi, dan hokum
b. Audit investigasi, akuntansi serta hukum
c. Audit keuangan dan hukum
d. Audit operasional, audit keuangan dan hukum.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 43


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 4
PENUGASAN LAINNYA

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, peserta diharapkan mampu:
• Memahami proses Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
DAFTAR
• Memahami proses reviu Laporan PUSTAKA
Keuangan
• Memahami tentang reviu RKA K/L
• Memahami dan melaksanakan evaluasi dan pemantauan/monitoring

A. PENDAHULUAN
Sebagaimana telah disampaikan pada Kegiatan Belajar 1, bahwa salah satu pertimbangan yang
mendasari auditor internal melaksanakan Penugasan Asurans, adalah karena pertimbangan
lainnya, misalnya manajemen hendak membandingkan penerapan suatu hal atau kinerja dengan
ekspektasi mereka dan meminta auditor asurans memberikan pendapat terhadap hal tersebut.
Beberapa kegiatan penugasan lainnya yang akan dibahas nanti, adalah penugasan-penugasan yang
didasarkan pada hal tersebut.

Penugasan-penugasan sebagaimana yang akan disampaikan di bawah ini, seperti Reviu


Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) dan Reviu Laporan Keuangan,merupakan
penugasan yang lebih banyak terkait dengan kegiatan audit internal di sektor publik/Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti: Inspektorat Jenderal (Itjen), Inspektorat
Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota (Itwilprov/Itwilkab/Kota) dan para Satuan Pengawasan
Internal (SPI) pada Satuan-Satuan Kerja (Pemerintah Pusat dan Daerah) yang telah berstatus
PPK BLU/BLUD.

Demikian halnya dengan penugasan Audit Investigasi, meskipun dari sisi materi erat kaitannya
dengan audit atas kecurangan yang mengakibatkan kerugian Negara,
Namun demikian praktek tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi para auditor internal
yang bukan termasuk APIP untuk memahami proses reviu dari penugasan tersebut di atas dan
diterapkan pada perusahaan/organisasi pelayanan kesehatan/rumah sakit non publik.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 44


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

B. REVIU PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN


Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) menurut Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah pengendalian yang secara
spesifik dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan merupakan laporan yang andal dan disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.

Reviu PIPK adalah penelaahan oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
kompeten atas penilaian PIPK.untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa penyusunan laporan
keuangan telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai.
PIPK diterapkan oleh setiap:
1. Entitas Akuntansi; dan
2. Entitas Pelaporan.

Reviu PIPK dilaksanakan terhadap penerapan PIPK yang berasal dari laporan hasil Penilaian
PIPK yang disampaikan oleh Tim Penilai. Penilaian PIPK yang dilaksanakan oleh manajemen
atau disebut juga Penilaian Mandiri (control self assessment) dipengaruhi oleh integritas manaJemen.
Ketidakseragaman integritas manajemen dapat menghasilkan subjektivitas penilaian PIPK. Oleh
karena itu, diperlukan reviu oleh APIP yang merupakan pihak eksternal manajemen untuk
memastikan hasil penilaian PIPK memenuhi kualitas standar yang diharapkan serta objektivitas
penilaiannya dapat ditingkatkan.

Reviu PIPK dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan Reviu PIPK


Pada tahap perencanaan Reviu PIPK, APIP menyusun program kerja Reviu PIPK
berdasarkan Penerapan, Penilaian , dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat. Reviu PIPK direncanakan pada semester I tahun berikutnya.

2. Pelaksanaan Reviu PIPK


Reviu PIPK dilaksanakan dengan metode uji petik (sampling) dan dilakukan paling lambat
bersamaan dengan reviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L), Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN), atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP). Reviu yang dilakukan oleh APIP harus mempertimbangkan manfaat dan biaya serta

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 45


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

ketersediaan Auditor APIP. Oleh karena itu Entitas Akuntansi yang direviu dilakukan secara
uji petik sesuai dengan teknik uji petik yang berlaku umum.
Pelaksanaan Reviu PIPK meliputi :
a. Reviu atas Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan Pengendaliannya
b. Reviu atas Perbaikan Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya
c. Reviu Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
d. Reviu Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi
e. Reviu Pengujian Atribut Pengendalian
f. Reviu Pengujian Pengendalian Aplikasi
g. Reviu Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian dan Penilaian Kelemahan
Pengendalian
h. Reviu Matriks Kompilasi Penilaian Pengendalian Intern

3. Pelaporan Reviu PIPK.


Hasil reviu PIPK dituangkan dalam Catatan Hasil Reviu (CHR) PIPK dan/atau Laporan
Hasil Reviu (LHR) PIPK. Terhadap kegiatan penyusunan CHR PIPK dan/ atau LHR PIPK
dilakukan penelitian berjenjang sebagai pengendalian agar sesuai dengan hasil reviu PIPK

C. REVIU LAPORAN KEUANGAN


Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga dilaksanakan dengan mengacu
pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 255/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu Atas
Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian
Negara/ Lembaga adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK K/L oleh
auditor Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga yang kompeten untuk
memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan · berdasarkan Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi dan LK K/L telah disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan, dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk
menghasilkan LK K/L yang berkualitas.

Tujuan reviu adalah untuk:


1. membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK K/L; dan
2. memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi LK
K/L serta pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga, sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang berkualitas.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 46


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan dalam penyelenggaraan
akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, maka pereviu bersama-sama
dengan unit akuntansi harus segera melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/
atau kesalahan tersebut secara berjenjang.

Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana dalam audit, karena
dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian,
pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan
cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi,
dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu audit.

Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK K/L,
termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokumen sumber yang diperlukan. Ruang
lingkup reviu tidak mencakup pengujian atas sistem pengendalian intern, catatan akuntansi, dan
dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan keterangan, yang biasanya dilaksanakan
dalam suatu audit. Reviu dititikberatkan pada unit akuntansi dan/atau akun LK K/L yang
berpotensi tinggi terhadap permasalahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau penyajian
LK K/L.

Untuk mendapatkan hasil yang memadai, reviu perlu dirancang dengan baik pada tiap tahapan
meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan reviu. Pada setiap tahapan reviu
tersebut, Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan koordinasi
dengan pihak pihak yang terkait.

D. REVIU RENCANA KERJA DAN ANGGARAN K/L DAN SKPD


Reviu RKA-K/L adalah penelaahan atas penyusunan dokumen rencana keuangan yang bersifat
tahunan berupa Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) K/L yang kompeten. Tujuannya adalah untuk
memberikan keyakinan terbatas terhadap kesesuaian anggaran yang disusun dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, serta terpenuhinya efektivitas, efisiensi, dan ekonomis semua
unsur.

Penyusunan RKA-K/L merupakan bagian dari perencanaan penganggaran. Reviu RKA-K/L


pada Satuan Kerja dimaksudkan untuk meyakini bahwa perencanaan akan menghasilkan kegiatan
yang akan dilakukan secara efisien dan efektif. Hal ini mencakup penilaian bahwa semua proses

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 47


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

perencanaan kegiatan yang terjadi benar-benar telah mendukung pencapaian tujuan Satker dan
semua aktivitas telah diotorisasi secara tepat serta telah dipertanggungjawabkan secara benar.
Reviu RKA-K/L dasarnya adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
oleh Audit Internal terhadap berbagai operasi dan pengendalian untuk menentukan bahwa:
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
2. Risiko yang dihadapi telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang layak telah dipenuhi;
4. Kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi;
5. Sumber daya digunakan secara efisien dan ekonomis.

Reviu RKA-K/L lebih menekankan pada ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan,


efisiensi dan efektivitas alokasi sumber dana dan risiko yang dihadapi organisasi terkait
perencanaan dan penganggaran telah ditangani dengan baik. Efisiensi berhubungan dengan
kegiatan merencanakan alokasi dana secara hemat tanpa mengabaikan pencapaian tujuan,
sedangkan efektivitas perencanaan dan penganggaran berkaitan dengan penetapan kegiatan
pencapaian tujuan dengan menggunakan dana sesuai target ataupun sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan Reviu RKA-K/L tersebut akan dikembangkan lebih spesifik lagi pada tahap Reviu RKA-
K/L rinci yang mengarah pada temuan/simpulan atas perencanaan yang dilakukan Satker.

Berdasarkan pemahaman terhadap entitas tersebut, pereviu perlu melakukan prosedur penentuan
segmen yang berisiko tinggi dibandingkan dengan yang risikonya rendah. Pereviu perlu melakukan
pengujian atas sistem pengendalian intern untuk menentukan luasnya Reviu RKA-K/L rinci yang
perlu dilakukan. Pemahaman terhadap entitas dilaksanakan dengan melakukan pemahaman
terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan, sistem serta prosedur untuk menjamin kelancaran
perencanaan setiap kegiatan dan pengalokasian dana.

Prosedur penentuan risiko digunakan untuk mendapat pemahaman atas entitas, lingkungan, dan
pengendalian internal. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan manajemen, prosedur
analitis, serta pengamatan dan inspeksi. Prosedur ini diperlukan antara lain untuk memaksimalkan
keterbatasan waktu serta tenaga auditor. Pengujian dalam prosedur ini lebih diutamakan pada
segmen yang berisiko tinggi dibandingkan dengan yang berisiko rendah.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 48


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Uji pengendalian (test of controls) merupakan prosedur menguji efektivitas pengendalian operasi
dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kelemahan sistem pengendalian internal terkait
perencanaan dan penganggaran. Reviu RKA-K/L rinci dilakukan untuk memastikan apakah
dampak dari kelemahan sistem pengendalian intern (potensi temuan) memang benar-benar
terjadi. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti Reviu RKA-K/L yang relevan,
kompeten, cukup, dan materil. Langkah-langkah proses Reviu RKA- K/L meliputi:
1. Perumusan tujuan Reviu RKA-K/L(PTR);
2. Penyusunan Program Kerja Reviu (PKR);
3. Pelaksanaan Program Kerja Reviu (PPKR);
4. Penyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR);
5. Penyimpulan dan/atau Penyusunan Laporan Hasil Reviu (LHR).

Dengan dilakukannya Reviu RKA-K/L, diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain adalah
peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal atas perencanaan, risiko atas perencanaan
telah ditangani dengan baik, perencanaan dilakukan yang sesuai dengan ketentuan/ peraturan
yang berlaku, dan tercapainya perencanaan yang efisien dan efektif.

Reviu RKA-K/L difokuskan untuk melihat hubungan logis antara :


1. Sasaran strategis (Outcome K/L) dengan sasaran program (Outcome Eselon I) dan dengan
sasaran kegiatan (Output Saker));
2. Output strategis (K/L) dengan output program (Eselon I) dan dengan output Satker beserta
indikator-indikatornya;
3. Outcome, Output, dan input pada masing-masing level unit organisasi; dan
4. Proses (activities) dengan output yang dihasilkan beserta alokasi anggarannya

E. EVALUASI DAN PEMANTAUAN/MONITORING


1. Evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai :
a. Proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program atau
b. Sebuah penilaian yang obyektif dan sistematik terhadap intervensi yang direncanakan,
sedang berlangsung ataupun yang telah diselesaikan. (OECD, 2010).

Tujuan Evaluasi :
a. Tujuan etis. Memberikan laporan pada pimpinan dan masyarakat tentang bagaimana
sebuah kebijakan diterapkan dan hasil yang dicapai.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 49


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

b. Tujuan manajerial. Alokasi anggaran dan sumber daya manusia yang lebih rasional diantara
keputusan yang berbeda serta meningkatkan manajemen layanan publik.
c. Tujuan keputusan. Membuka jalan terhadap pembuatan keputusan untuk melanjutkan,
menghentikan atau merubah sebuah kebijakan
d. Tujuan pendidikan dan motivasi. Mendidik dan memotivasi pelaksana dan mitra kerja
melalui pemahaman terhadap proses dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
mereka sendiri.

Jenis Evaluasi :
a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante) yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan untuk memilih dan menentukan :
1) skala prioritas dari berbagai alternatif dan
2) kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya
b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going) yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat
pelaksanaan program sudah selesai. Tujuannya adalah untuk menilai hasil pelaksanaan
program. Temuan utama berupa capaian-capaian dari pelaksanaan program
c. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post) yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah
pelaksanaan rencana berakhir. Tujuannya untuk menilai apakah pencapaian (output/
outcome/ impact) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Penilaian mencakup :
1) efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan),
2) efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), dan/atau
3) manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.

Cakupan penilaian evaluasi :


a. Relevansi yaitu menilai sejauh mana kegiatan sejalan dengan prioritas dan kebijakan
b. Efektivitas yaitu penilaian sejauh mana suatu kegiatan mencapai tujuan
c. Efisiensi yaitu mengukur keluaran, kualitatif dan kuantitatif, dalam hubungan dengan
masukan.
d. Dampak yaitu perubahan positif dan negatif yang dihasilkan oleh sebuah intervensi
kegiatan, secara langsung maupun tidak, disengaja maupun tidak
e. Keberlanjutan (sustainability) yaitu mengukur apakah manfaat suatu kegiatan dapat terus
dinikmati setelah anggaran tidak diberikan lagi (dalam jangka menengah dan jangka
panjang).

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 50


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Tahapan Evaluasi
a. Menetapkan apa yang akan dievaluasi :
1) Identifikasi program/kegiatan/objek yang akan dievaluasi
2) Jelaskan uraian program/kegiatan/objek evaluasi
3) Tentukan fokus yang menjadi perhatian s.d informasinya.
b. Menyusun rencana evaluasi
1) Susun pertanyaan evaluasi
2) Tetapkan informasi diperlukan untuk pertanyaan
3) Tentukan kriteria evaluasi
4) Tentukan bagaimana, dimana, kapan, dari siapa informasi didapat
5) Identifikasi hambatan pelaksanaan evaluasi.
c. Pengumpulan data
1) Identifikasi informasi
2) Pilih instrumen dalam mendapatkan informasi
3) Pilot test untuk menguji instrumen
4) Susun kembali instrumen sebagai perbaikan
d. Analisis dan presentasi data
1) Susun metode analisis dan presentasi data
2) Buat kesimpulan analisis
3) Buat laporan hasil evaluasi.
4) Lakukan presentasi dan laporkan secara tertulis
5) Buat rekomendasi

2. Monitoring
Monitoring secara umum dapat diartikan sebagai fungsi manajemen yang dilakukan pada saat
kegiatan sedang berlangsung mencakup aspek-aspek antara lain:
a. Penelusuran pelaksanaan kegiatan dan keluarannya (fokus pada input, proses dan output)
b. Pelaporan tentang kemajuan
c. Identifikasi masalah-masalah pengelolaan dan pelaksanaan.

Tujuan Monitoring :
a. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
b. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.
c. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk
mencapai tujuan proyek.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 51


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

d. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan.
e. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan.

PERBEDAAN MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING EVALUASI

1. Sifatnya hanya memotret saja, 1. Sifatnya menilai dengan


mencatat apa adanya tentang apa yang membandingkan antara apa yang
dilihat, apa yang didengar, apa yang mestinya dilakukan dengan kenyataan
diamati/saksikan, dan apa yang yang sebenarnya terjadi
dilakukan.

2. Waktunya bisa kapan saja sejak awal 2. Waktunya ditentukan setelah kegiatan
sampai akhir diperkirakan telah menghasilkan sesuai
target yang telah ditentukan

3. Kriteria tenaga tidak memerlukan 3. Perlu syarat tertentu, yaitu menguasai


syarat khusus, namun tetap harus kompetensi sesuai dengan apa yang
mengikuti coaching pemahaman akan di supervise

4. Petugas tidak perlu memberi 4. Petugas bisa memberi komentar


komentar yang sifatnya membenarkan sepanjang dia yakin bahwa apa yang
atau menyalahkan disampaikan sesuai ketentuan

5. Fungsinya untuk menjamin bahwa 5. Fungsinya untuk menilai keberhasilan


kegiatan akan sesuai ketentuan kegiatan dengan membandingkan
(preventif) atau untuk masukan guna antara tujuan dengan hasil yang dicapai
pembinaan oleh yang berwenang. atau antara program dengan
pelaksanaannya.

Cakupan kegiatan monitoring biasanya untuk menjawab hal-hal mengenai :


a. Masalah apa yang timbul ?
b. Apakah kegiatan/proyek berjalan sesuai jadwal ?
c. Apakah kegiatan/proyek menghasilkan output yang direncanakan ?
d. Apakah realisasi anggaran sesuai dengan rencana?
e. Apakah strategi berjalan sesuai dengan rencana?
f. Apakah kelompok sasaran (target group) terlibat dalam aktivitas kegiatan/proyek ?

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 52


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

F. TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 4

1. Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan menurut Peraturan Menteri Keuangan


Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019, adalah :
a. Pengendalian yang secara spesifik dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas laporan keuangan.
b. Pengendalian yang secara spesifik dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan yang andal dan
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
c. Pengendalian penyusunan laporan keuangan sehingga laporan yang dihasilkan andal.
d. Pengendalian untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal.

2. PIPK diterapkan pada :


a. Setiap unit organisasi
b. Perusahaan pada tingkat korporat
c. Hanya entitas akuntansi
d. Setiap entitas akuntansi dan entitas Pelaporan

3. Reviu PIPK dilaksanakan terhadap penerapan PIPK yang berasal dari :


a. Laporan Hasil Penilaian PIPK yang disampaikan oleh Tim Penilai
b. Laporan Hasil Audit oleh APIP
c. Laporan reviu pengendalian dari manajemen
d. Laporan auditor eksternal.

4. Tujuan reviu Laporan Keuangan salah satunya adalah :


a. Memastikan mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi LK K/L.
b. memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi
LK K/L serta pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang
berkualitas
c. Memberikan informasi kepada manajemen bahwa pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi sesuai dengan SAP
d. Menyajikan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 53


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

5. Dari pernyataan di bawah ini, mana yang paling tepat menurut saudara :
a. Reviu Laporan Keuangan memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana
dalam audit.
b. Reviu Laporan Keuangan memberikan dasar untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
penyajian laporan keuangan.
c. Reviu Laporan Keuangan tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat
sebagaimana dalam audit.
d. Reviu laporan Keuangan memberikan pendapat bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji yang material.

6. Hal-hal berikut adalah tujuan dilakukannya Reviu RKA-K/L, kecuali :


a. Menentukan bahwa informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
b. Menentukan bahwa segala rencana kegiatan telah dialokasikan sumber dananya;
c. Menentukan bahwa peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang layak
telah dipenuhi;
d. Menentukan bahwa kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi;

7. Reviu RKA-K/L difokuskan untuk melihat hubungan logis antara hal-hal tersebut di bawah
ini, kecuali :
a. Biaya yang telah dikeluarkan dengan volume barang/jasa yang diperoleh
b. Sasaran strategis dengan sasaran program dan dengan sasaran kegiatan.
c. Output strategis dengan output program dan dengan output Satker beserta indikator-
indikatornya;
d. Proses (activities) dengan output yang dihasilkan beserta alokasi anggarannya

8. Pengertian evaluasi adalah :


a. Penilaian yang obyektif dan sistematis terhadap intervensi yang direncanakan, sedang
berlangsung ataupun yang telah diselesaikan
b. Penilaian terhadap realisasi kegiatan dibandingkan rencananya
c. Penilaian atas kepatuhan pelaksanaan kebijakan manajemen.
d. Penilaian yang independen seorang auditor atas realisasi pelaksanaan suatu program.

9. Hal-hal yang menjadi cakupan dalam evaluasi adalah, kecuali :


a. Dampak
b. Efektivitas
c. Efisiensi
d. Ekonomis

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 54


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

10. Pernyataan yang tepat di bawah ini terkait monitoring adalah :


a. Melakukan penilaian dengan membandingkan antara apa yang mestinya dilakukan
dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi
b. Sifatnya hanya memotret saja, mencatat apa adanya tentang apa yang dilihat, apa yang
didengar, apa yang diamati/saksikan, dan apa yang dilakukan
c. Perlu syarat tertentu, yaitu menguasai kompetensi sesuai dengan apa yang akan di
supervise
d. Menilai keberhasilan kegiatan dengan membandingkan antara tujuan dengan hasil yang
dicapai atau antara program dengan pelaksanaannya.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 55


Level-1: Basic. Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal, YPIA, 2019
2. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia
3. The Institute of Internal Auditors. 2009. Internal Audit, Assurance and Consultancy. The IIA
Research Foundation
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 255/PMK.09/2015 tentang Standar
Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. Reviu atas Laporan Keuangan
Kementerian Negara/ Lembaga.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
6. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 36/PB/2016 tanggal 28 Sept 2016 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan.

© Copyright Dewan Sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) 56


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN


NOMOR PER- 36 /PB/2016

TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA BADAN LAYANAN UMUM


BIDANG LAYANAN KESEHATAN

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

Menimbang : a. bahwa pedoman penilaian kinerja Badan Layanan Umum


bidang layanan kesehatan telah diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
34/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan
Layanan Umum Bidang Layanan Kesehatan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-23/PB/2015;
b. bahwa untuk mengakomodasi perubahan tata cara
perhitungan kinerja yang meliputi aspek keuangan dan
aspek pelayanan, perlu mengatur kembali pedoman
penilaian kinerja Badan Layanan Umum bidang layanan
kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan
Kesehatan;

Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008
tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum:
3. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
PER-7/PB/2015 tentang Pedoman Pembinaan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN


TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA BADAN LAYANAN
UMUM BIDANG LAYANAN KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud


dengan:
1. Badan Layanan Umum, yang selanjutnva disebut dengan
BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah Pusat yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
2. Penilaian kinerja BLU adalah suatu cara dalam menilai
capaian penyediaan layanan umum yang diselenggarakan
oleh BLU, yang meliputi penilaian aspek keuangan dan
penilaian aspek pelayanan, dilakukan secara tahunan.
3. Penilaian aspek keuangan adalah penilaian kinerja BLU
berdasarkan analisis data laporan keuangan BLU dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan keuangan BLU.
4. Penilaian aspek pelayanan adalah penilaian kinerja BLU
terkait teknis layanan dan mutu manfaat kepada
masyarakat berdasarkan data layanan BLU.
5. Total Skor, yang selanjutnva disingkat TS, adalah hasil
penjumlahan dari nilai aspek keuangan dan nilai aspek
pelayanan dalam bentuk skor angka 1 (satu) sampai dengan
100 (seratus) yang digunakan untuk menentukan hasil
penilaian kinerja BLU.
6. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnva
disingkat PNBP, adalah seluruh penerimaan Pemerintah
Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
7. Laporan Keuangan BLU adalah bentuk pertanggungjawaban
BLU berupa Laporan Operasional/Aktivitas, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

BAB II
RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA

Pasal 2

(1) Peraturan Direktur Jenderal ini mengatur mengenai


pedoman penilaian kinerja terhadap BLU penyedia lavanan
umum di bidang kesehatan.
(2) BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi rumah
sakit, balai kesehatan, dan balai laboratorium kesehatan.

-2- »
BAB III
PENILAIAN KINERJA

Pasal 3

(1) Penilaian kinerja BLU meliputi:


a. Penilaian aspek keuangan; dan
b. Penilaian aspek pelayanan.
(2) Penilaian aspek keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hui*uf a, dilakukan berdasarkan data Laporan
Keuangan BLU dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan
BLU, yang telah disampaikan kepada Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
(3) Penilaian aspek pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dilakukan berdasarkan data/hasil
perhitungan layanan BLU pada tahun yang akan dinilai,
dan disampaikan oleh menteri/pimpinan lembaga/pemimpin
BLU kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

(4) Data/hasil perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) disampaikan paling lambat akhir semester I tahun
anggaran berikutnya.

Pasal4

(1) Penilaian kinerja BLU dilakukan oleh Direktur Jenderal


Perbendaharaan.

(2) Direktur Jenderal Perbendaharaan mendelegasikan


penilaian kinerja BLU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) kepada Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.

Pasal 5

(1) Aspek keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Rasio Keuangan; dan
b. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU.
(2) Rasio Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, digunakan untuk membandingkan data keuangan yang
terdapat pada pos Laporan Keuangan BLU.
(3) Rasio Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi pengukuran terhadap:
a. Rasio Kas (Cash Ratio), yang digunakan untuk melihat
perbandingan antara kas dan setara kas dengan
kewajiban jangka pendek.
-3-
b. Rasio Lancar (Current Ratio), yang digunakan untuk
melihat perbandingan antara aset lancar dengan
kewajiban jangka pendek;
c. Periode Penagihan Piutang (Collecting Periode), yang
digunakan untuk melihat perbandingan antara piutang
usaha dengan pendapatan usaha dalam satu tahun;
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turn Over), yang
digunakan untuk melihat perbandingan antara
pendapatan operasional dengan aset tetap;
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset), untuk
melihat perbandingan antara surplus/defisit sebelum
pos keuntungan/kerugian, tidak termasuk pendapatan
investasi yang bersumber dari APBN, ditambah biaya
penyusutan, dengan nilai perolehan aset tetap tidak
termasuk konstruksi dalam pengerjaan;
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity), yang digunakan
untuk melihat perbandingan antara surplus/defisit
sebelum pos keuntungan/kerugian, tidak termasuk
pendapatan investasi yang bersumber dari APBN,
ditambah biaya penyusutan, dengan ekuitas setelah
dikurangi surplus/defisit tahun berjalan;
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), yang
digunakan untuk melihat perbandingan antara jumlah
total persediaan dengan pendapatan usaha;
h. Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional, yang digunakan
untuk melihat perbandingan antara penerimaan PNBP
dengan biaya operasional; dan
i. Rasio Biaya Subsidi, yang digunakan untuk melihat
perbandingan antara jumlah subsidi biaya pasien
dengan pendapatan BLU.
(4) Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, digunakan untuk menilai
tingkat kepatuhan BLU terhadap peraturan perundang-
undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU.
(5) Kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi:
a. Penyusunan dan penyampaian Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) Definitif;
b. Penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan BLU
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan;
c. Penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan
dan Belanja BLU;
d. Persetujuan Tarif Layanan;
e. Penetapan Sistem Akuntansi;
f. Persetujuan Pembukaan Rekening;
g. Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP)
Pengelolaan Kas;

-4- A
h. Penyusunan SOP Pengelolaan Piutang;
i. Penyusunan SOP Pengelolaan Utang;
j. Penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa; dan
k. Penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris.

Pasal 6

(1) Aspek pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat


(1) huruf b, untuk BLU bidang layanan kesehatan di bawah
Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi:
a. Kualitas Layanan; dan
b. Kedokteran Kepolisian.
(2) Aspek pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf b, untuk BLU bidang layanan kesehatan selam di
bawah Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi:
a. Kualitas Layanan; dan
b. Mutu dan Manfaat kepada Masyarakat.
(3) Kualitas Layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, digunakan untuk mengukur segala bentuk aktivitas
pelayanan umum BLU bidang layanan kesehatan di bawah
Kepolisian Negara Republik Indonesia guna memenuhi
harapan pengguna barang dan jasa.
(4) Kedokteran Kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, digunakan untuk mengukur upaya peningkatan
kualitas pelayanan BLU dibawah Kepolisian Negara Republik
Indonesia, terkait penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran beserta ilmu-ilmu pendukungnya
untuk kepentingan tugas kepolisian.
(5) Kualitas Layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, digunakan untuk mengukur segala bentuk aktivitas
pelayanan umum BLU bidang layanan kesehatan di bawah
Kementerian Kesehatan guna memenuhi harapan pengguna
barang dan jasa.
(6) Mutu dan manfaat kepada Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf "b, digunakan untuk
mengukur upaya peningkatan kualitas pelayanan umum di
bidang layanan kesehatan pada BLU di bawah Kementerian
Kesehatan, dan kesesuaian terhadap persyaratan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. »

Pasal 7

Tata cara perhitungan dan penilaian kinerja BLU, adalah


sebagaimana diatur dalam:
a. Lampiran I, untuk perhitungan kinerja BLU bidang layanan
kesehatan pada rumah sakit;
b. Lampiran II, untuk perhitungan kinerja BLU bidang
layanan kesehatan pada balai kesehatan;
-5-
c. Lampiran III, untuk perhitungan kinerja BLU bidang
layanan kesehatan pada balai laboratorium kesehatan;
dan

d. Lampiran IV, untuk perhitungan kinerja BLU bidang


layanan kesehatan pada rumah sakit bhayangkara di
bawah Kepolisian Negara Republik Indonesia,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal ini.

Pasal 8

(1) Dalam hal telah terdapat peraturan mengenai pedoman


penilaian kinerja BLU aspek pelayanan pada kementerian
negara/lembaga, penilaian kinerja aspek pelayanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
dapat memedomani peraturan tersebut.
(2) Peraturan mengenai pedoman penilaian kinerja aspek
pelayanan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
minimal ditetapkan oleh pejabat eselon I pada
kementerian/lembaga.

BAB IV
HASIL PENILAIAN KINERJA

Pasal 9

(1) Hasil penilaian kinerja BLU ditentukan berdasarkan TS


yang diperoleh BLU.
(2) Hasil penilaian kinerja BLU sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikelompokkan dalam kriteria BAIK, SEDANG
dan BURUK.

(3) Kriteria BAIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri


atas:

a. AAA., apabila TS > 95;


b. AA, apabiia 80 < TS < 95; dan
c. A, apabila 68 < TS < 80.
(4) Kriteria SEDANG sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:

a. BBB, apabila 56 < TS < 68;


b. BB, apabila 45 < TS < 56; dan
c. B, apabila 35 < TS < 45.
(5) Kriteria BURUK sebagaimana dimaksud pada avat (2)
terdiri atas:

a. CC, apabila 15 < TS < 35; dan

-6-
b. C, apabila TS pada hasil penilaian aspek keuangan
yang dicapai oleh BLU kurang dari 50% (lima puluh
persen).

Pasal 10

Hasil penilaian kinerja BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9, ditetapkan dalam Keputusan Direktur Pembinaan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.

BABV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 11

Data/hasil perhitungan dari penilaian aspek pelayanan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), untuk
penilaian kinerja BLU bidang layanan kesehatan Tahun
Anggaran 2015 disampaikan paling lambat akhir bulan
September Tahun Anggaran 2016.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku,


Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
34/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan
Layanan Umum Bidang Layanan Kesehatan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-23/PB/2015, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 S«pt«rab«r 20^6
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

-.
*• •

jp MARWAMTO HARJOWIRYONO//

-7-
Lampiran I
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :

TATA CARA PERHITUNGAN KINERJA BLU BIDANG LAYANAN KESEHATAN


PADA RUMAH SAKIT

I. ASPEK DAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA

Perhitungan kinerja BLU bidang layanan kesehatan pada Rumah Sakit meliputi:
1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dari:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
tinggi 11.

2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35

Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan adalah sebagai berikut:

No. Subaspek / Indikator Skor

1. Rasio Keuangan 19
a. Rasio Kas (Cash Ratio) 2
b. Rasio Lancar (Current Ratio) 2,5
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period) 2
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover) 2
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset) 2
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity) 2
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) 2
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional 2,5
i. Rasio Subsidi Biaya Pa.sien 2
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif 2
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
2
Keuangan
c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU 2
d. Tarif Layanan 1
e. Sistem Akuntansi 1
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas 0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
i. SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30

Lamniran I 1
Skor penilaian kinerja pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
Sub Subaspek / Kelompok Indikator /
No. Skor
Indikator
1. Layanan 35

Afiliasi Pendidikan
RSU/RSK
RSU/RSK
Non
Pendidikan
Pendidikan
a. Pertumbuhan Produktivitas 18 18
1) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
2 3
Rawat Jalan
2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
2 2,5
Rawat Darurat
3) Pertumbuhan Hari Perawatan
2 2,5
Rawat Inap
4) Pertumbuhan Pemeriksaan
2 2,5
Radiologi
5) Pertumbuhan Pemeriksaan
2 2,5
Laboratorium
6) Pertumbuhan Operasi 2 2,5
7) Pertumbuhan Rehab Medik 2 2,5
8) Pertumbuhan Peserta Didik
2 —

Pendidikan Kedokteran
9) Pertumbuhan Penelitian Yang
2
Dipublikasikan

b. Efektivitas Pelayanan 14 14
1) Kelengkapan Rekam Medik 24 Jam
2 2
Selesai Pelayanan
2) Pengembalian Rekam Medik 2 2
3) Angka Pembatalan Operasi 2 2
4) Angka Kegagalan Hasil Radiologi 2 2
5) Penulisan Resep Sesuai
2 2
Formularium
6) Angka Pengulangan Pemeriksaan
2 2
Laboratorium
7) Bed Occupancy Rate (BOR) 2 2
c. Pertumbuhan Pembelajaran 3 3
1) Rata-rata Jam Pelatihan/Karyawan 1 1,5
2) Persentase Dokter Pendidik Klinis
1
Yang Mendapat TOT
- -

3) Program Reward and Punishment 1 1,5

Lampiran I
Subaspek / Kelompok Indikator /
No. Skor
Indikator
2. Mutu dan Manfaat Kepada Masyarakat 35

Afiliasi Pendidikan

RSU/RSK
RSU/RSK
Non
Pendidikan
Pendidikan
a. Mutu Pelayanan 14 14
1) Emergency Response Time Rate 2 2
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan 2 2
3) Length of Stay 2 2
4) Kecepatan Pelayanan Resep Obat
2 2
Jadi
5) Waktu Tunggu Sebelum Operasi 2 2
6) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium 2 2
7) Waktu Tunggu Hasil Radiologi 2 2
b. Mutu Klinik 12 12
1) Angka Kematian di Gawat Darurat 2 2
2) Angka Kematian/Kebutaan > 48 Jam 2 2
3) Post Operative Death Rate 2 2
4) Angka Infeksi Nosokomial 4 4
5) Angka Kematian Ibu di Rumah Sakit 2 2
c. Kepedulian Kepada Masyarakat 4 4
1) Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan
Masyarakat dan Sarana Kesehatan 1 1
Lain
2) Penyuluhan Kesehatan 1 1
3) Rasio Tempat Tidur Kelas III 2 2
d. Kepuasan Pelanggan 2 2
1) Penanganan Pengaduan/Komplain 1 1
2) Kepuasan Pelanggan 1 1
e. Kepedulian Terhadap Lingkungan 3 3
1) Kebersihan Lingkungan (Program
2 2
Rumah Sakit Berseri)
2) Proper Lingkungan 1 1

Jumlah Skor Aspek Pelayanan (1+2) 70

Lampiran I _ 3
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA

A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan


1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas [Cash Ratio)
Rumus:

Kas dan Setara Kas


x 10.0%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:
1) Kas adalah uang tunai atau saldo bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BLU, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar
yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 3 bulan tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan
persediaan. Contoh setara kas antara lain deposito berjangka
kurang dari 3 bulan dan cek yang jatuh tempo kurang dari 3
bulan.

3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan


akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio kas adalah sebagai berikut:.
Rasio Kas (%)
Skor
(RK)
RK > 480 0,25
420 < RK < 480 0,5
360 < RK < 420 1
300 < RK < 360 1,5
240 < RK < 300 2
180 < RK < 240 1,5
120 < RK < 180 1
60 < RK < 120 0,5
0 < RK < 60 0,25
RK = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU "A" adalah 1.

b. Rasio Lancar [Current Ratio)


Rumus:

Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek

Lamniran I
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;

b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka


pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu
12 bulan dari tanggal neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi.

2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
(RL)
RL > 600 2,5
480 < RL < 600 2
360 < RL < 480 1,5
240 < RL < 360 1
120 < RL < 240 0,5
0 < RL < 120 0,25
RL = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU "A" adalah 2.

c. Periode Penagihan Piutang [Collection Period)


Rumus:

Piutang Usaha x 360


x 1 hari
Pendapatan Usaha
Penjelasan:
1) Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang
atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU.
2) Pendapatan usaha merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat.

Lamniran I 5
Skor periode penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP < 30 2
30 < PPP < 40 1,5
40 < PPP < 60 1
60 < PPP < 80 0,5
80 < PPP < 100 0,25
PPP > 100 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "A" adalah 2.

d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)


Rumus:

Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%

Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT > 20 2
15 < PAT < 20 1,5
10 < PAT < 15 1
5 < PAT < 10 0,5
0 < PAT < 5 0,25
PAT = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "A" adalah 2.

e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)


Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Aset Tetap

Lampiran I _ 6
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%)
Skor
(ROFA)
ROFA > 6 2
5 < ROFA < 6 1,7
4 < ROFA < 5 1,4
3 < ROFA < 4 1,1
2 < ROFA < 3 0,8
1 < ROFA < 2 0,5
0 < ROFA < 1 0

Contoh perhitungan:
BLU "A", mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "A" adalah 1,7.

f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)


Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Ekuitas - Surplus atau Defisit x 100%
sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Ekuitas adalah selisih antara hak residual BLU atas aset dengan
seluruh kewajiban yang dimiliki.
Skor rasio imbalan ekuitas adalah sebagai berikut:
Return on Equity (%)
Skor
(ROE)
ROE > 8 2
7 < ROE < 8 1,8
6 < ROE < 7 1,6
5 < ROE < 6 1,4
4 < ROE < 5 1,2
3 < ROE < 4 1
2 < ROE < 3 0,8
1 < ROE < 2 0,6
0 < ROE < 1 0,4
ROE = 0 0

Lamniran I 7
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "A" adalah 1,6.

g. Perputaran Persediaan [Inventory Turnover)


Rumus:

Total Persediaan x 365

Pendapatan BLU x lhari

Penjelasan:
1) Total persediaan adalah seluruh barang persediaan yang
dimiliki oleh rumah sakit sebagaimana diatur dalam PSAP
No.05 Paragraf 05.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio perputaran persediaan adalah sebagai berikut:
Perputaran Persediaan (hari)
Skor
(PP)
ROE > 60 0
55 < ROE < 60 0,5
45 < ROE < 55 1
35 < ROE < 45 1,5
30 < ROE < 35 2
25 < ROE < 30 1,5
15 < ROE < 25 1
5 < ROE < 15 0,5
0 < ROE < 5 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "A" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:

Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.

Lampiran I _ 8
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional adalah
sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB > 65 2,5
57 < PB < 65 2,25
50 < PB < 57 2
42 < PB < 50 1,75
35 < PB < 42 1,5
28 < PB < 35 1,25
20 < PB < 28 1
12 < PB < 20 0,75
4 < PB < 12 0,5
0 < PB < 4 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "A" adalah 2,25.

Khusus untuk BLU RS Jiwa, RS Kusta, RS Ketergantungan Obat, RS


Penyakit Infeksi, RS Paru, dan RS Stroke, skor rasio pendapatan
PNBP terhadap biaya operasional untuk penilaian kinerja BLU mulai
Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB > 45 2,5
40 < PB < 45 2,25 y
35 < PB < 40 2
30 < PB < 35 1,75
25 < PB < 30 1,5
20 < PB < 25 1,25
0 < PB < 20 1

Contoh perhitungan:
BLU RS Jiwa/RS Kusta/RS Ketergantungan Obat/RS Penyakit
Infeksi/RS Paru/RS Stroke mempunyai rasio pendapatan PNBP
terhadap biaya operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%,
maka skor untuk rasio kas BLU "A" adalah 2,5.

i. Rasio Subsidi Biaya Pasien


Rumus:

Jumlah Subsidi Biaya Pasien


x 100%
Pendapatan BLU

Lampiran I .. 9
Penjelasan:
1) Jumlah subsidi biaya pasien adalah selisih antara seluruh
biaya perawatan yang dikeluarkan rumah sakit (termasuk
biaya farmasi) dengan tarif, baik yang dibayarkan penjamin
maupun pasien, pemberian keringanan kepada pasien tidak
mampu, dan kegiatan bakti sosial rumah sakit (Corporate
Social Responsibility/CSR), baik yang bersumber dari PNBP
u-
maupun RM. Jumlah subsidi dimaksud diperhitungkan dalam
periode satu tahun.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio subsidi biaya pasien sebagai berikut:
Rasio Subsidi Biaya Pasien (%)
Skor
(SBP)
SBP > 5 2
3,5 < SBP < 5 1,5
2 < SBP < 3,5 1
0,5 < SBP < 2 0,5
0 < SBP < 0,5 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio subsidi biaya pasien sebesar 7%, maka
skor untuk rasio dimaksud adalah 2.

2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU


a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
1) Jadwal Penyusunan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, setelah terbit
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, RBA dilakukan
penyesuaian menjadi RBA Definitif yang ditandatangani
menteri/pimpinan lembaga. RBA Definitif harus sudah
ditandatangani menteri/pimpinan lembaga paling lambat tanggal
31 Desember tahun sebelumnya.
Adapun penilaian ditentukan dari jangka waktu
ditandatanganinya RBA Definitif sebagaimana skor tabel berikut:
Jangka Waktu RBA Definitif
Ditandatangani Menteri/Pimpinan Skor
Lembaga
1. Sampai dengan tanggal 31 0,4
Desember tahun sebelumnya.
2. Setelah tanggal 31 Desember 0
tahun sebelumnya.

fr

Lampiran I _ 10
2) Kelengkapan
Sesuai ketentuan PMK Nomor 92/PMK.05/2011, RBA Definitif
disusun dengan ketentuan:
a) Ditandatangani oleh pemimpin BLU;
b) Diketahui oleh dewan pengawas atau pejabat yang ditunjuk
oleh menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
dewan pengawas;
c) Disetujui dan ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga;
dan

d) Format sesuai dengan PMK No. 92/PMK.05/2011.


Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Skor
Kelengkapan
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.

b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
• Triwulan I : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Semester I : paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
• Triwulan III : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Tahunan : paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
• Audit Laporan Keuangan oleh auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
• Opini audit Laporan Keuangan.

Lampiran I _ 11
Skor untuk waktu ]Denyampaian dan audit Laporan Keuang an adalah
sebagai berikut:
Jenis
No. Waktu Penyampaian Skor
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 10
2. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
5.
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor

Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified) 1

Wajar Dengan Pengecualian (qualified) 0,5

Tidak Berpendapat (disclaimer) 0,25

Tidak Wajar (adverse) 0,15

Belum/Tidak diaudit (unaudited) 0,1

c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU


Sesuai ketentuan PER-30/PB/2011, BLU mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) ke KPPN
minimal satu kali dalam satu triwulan, yaitu paling lambat
disampaikan pada akhir triwulan berkenaan.
SP3B BLU disamping memuat pendapatan dan belanja, juga memuat
jumlah saldo awal kas yang telah sesuai dengan saldo akhir kas
triwulan sebelumnya.

Lamoiran I 12
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai beri kut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
Skor
SPM Kebenaran Saldo Kas

SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir


0,2
BLU triwulan I
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan I 0
I 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
0,2
BLU triwulan II
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan II 0
II 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
0,2
BLU triwulan III
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan III 0
III 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
1. Disampaikan sesuai dengan
langkah-langkah akhir tahun 0,4
SP3B
anggaran
BLU
2. Masih terdapat pendapatan dan
Triwulan
IV
belanja yang belum dilakukan 0
pengesahan
3. Saldo kas telah sesuai 0,4

d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri 1
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/ pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.

e. Sistem Akuntansi

Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor


76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi, yang terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan, Sistem Akuntansi Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset
Tetap. £
Lampiran I _ 13
Skor untuk sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Skor
Sistem Akuntansi
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0

f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0

g- SOP Pengelolaan Kas


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 16, BLU
melaksanakan pengelolaan kas berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan kas oleh BLU, maka pemimpin BLU harus
menetapkan SOP Pengelolaan Kas.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Kas adalah sebagai
berikut:

SOP Pengelolaan Kas Skor


(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Kas 0,5 0

h. SOP Pengelolaan Piutang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 17, BLU
melaksanakan pengelolaan piutang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan piutang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Piutang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Piutang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Piutang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Piutang 0,5 0

i. SOP Pengelolaan Utang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 18, BLI BLU
melaksanakan pengelolaan utang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan utang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Utang. JL

Lampiran I _ 14
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Utang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Utang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Utang 0,5 0

SOP Pengadaan Barang dan Jasa


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 20, BLU
melaksanakan pengadaan barang dan jasa berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa oleh BLU,
maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengadaan Barang dan
Jasa.
Skor untuk penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa adalah
sebagai berikut:
SOP Pengadaan Barang dan Jasa Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak

SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5 0

k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 21, BLU
melaksanakan pengelolaan barang inventaris berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang inventaris oleh
BLU, maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengelolaan
Barang Inventaris.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris adalah
sebagai berikut:
SOP Pengelolaan Barang Inventaris Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5 0

B. Penilaian Indikator pada Aspek Pelayanan


1. Layanan
a. Pertumbuhan Produktivitas

1) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan


Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari pada tahun berjalan


Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari tahun lalu

Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja sesuai dengan hari kerja di masing-
masing rumah sakit dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat jalan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun *
Lampiran I _ 15
Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata Skor
Kunjungan Rawat Jalan RSU/RSK RSU/RSK Non
(RJ) Pendidikan Pendidikan
RJ > 1,10 2 3
1,00 < RJ < 1,10 1,5 2,5
0,95 < RJ < 1,00 1,25 2
0,90 < RJ < 0,95 1 1,5
0,85 < RJ < 0,90 0,75 1
RJ < 0,85 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rata-rata kunjungan rawat jalan per hari sebesar 1,16, maka skor
pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan per hari BLU "A"
adalah 2.

Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan


pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan per hari sama
dengan BLU "A", maka skor pertumbuhannya adalah 3.
2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan Rawat Darurat
Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari pada


tahun berjalan
Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat darurat selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di masing-masing rumah sakit dengan
formula:

Jumlah kunjungan rawat darurat pada satu tahun


Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan
Skor
Rata-rata Kunjungan
Rawat Darurat RSU/RSK RSU/RSK Non
(RD) Pendidikan Pendidikan

RD > 1,10 2 2,5


1,00 < RD < 1,10 1,5 2

0,95 < RD < 1,00 1,25 1,5


0,90 < RD < 0,95 1 1
0,85 < RD < 0,90 0,5 0,5
RD < 0,85 0 0

Lampiran I 16
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rata-rata kunjungan rawat darurat per hari sebesar 1,05 maka
skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat per hari
BLU aA" adalah 1,5.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat per hari sama
dengan BLU "A", maka skor pertumbuhannya adalah 2.

3) Pertumbuhan Hari Perawatan Rawat Inap


Rumus
Jumlah hari perawatan rawat inap tahun berjalan
Jumlah hari perawatan rawat inap tahun lalu
Penjelasan:
Hari perawatan dihitung berdasarkan jumlah pasien dalam
perawatan di ruangan selama satu hari (24 jam) dalam satu tahun
dibagi dengan jumlah hari dalam tahun yang sama, dengan
formula:

Jumlah Pasien dalam perawatan di ruangan selama satu


hari (24 Jam) dalam satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun

Skor pertumbuhan hari perawatan rawat inap adalah sebagai


berikut:

Pertumbuhan Hari Skor


Perawatan Rawat Inap
RSU/RSK RSU/RSK Non
(RI)
Pendidikan Pendidikan
RI > 1,10 2 2,5
1,00 < RI < 1,10 1,5 2

0,95 < RI < 1,00 1,25 1,5


0,90 < RI < 0,95 1 1

0,85 < RI < 0,90 0,5 0,5


RI < 0,85 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
hari perawatan rawat inap sebesar 1.05 maka skor pertumbuhan
hari perawatan rawat inap BLU "A" adalah 1,5.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rata-rata hari perawatan rawat inap sama dengan
BLU "A", maka skor pertumbuhannya adalah 2.
4) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
Rumus:
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari dihitung berdasarkan
jumlah pemeriksaaan radiologi selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan radiologi dengan
formula:
Lampiran I _ 17
Jumlah pemeriksaan radiologi selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan radiologi dalam tahun
yang sama

Pemeriksaan radiologi pada unit layanan radiologi dapat berupa:


a) Pemeriksaan radiologi;
b) Pemeriksaan radiodiagnostik dan imaging;
c) Pemeriksaan psikometri; dan/atau
d) Pemeriksaan elektrodiagnostik.
^Kor pertumounan pemenks an radiologi adal ah sebagai benk
Pertumbuhan Pemeriksaan Skor
Radiologi RSU/RSK RSU/RSK Non
(PR) ' Pendidikan Pendidikan
PR > 1,10 2 2,5
1,00 < PR < 1,10 1,5 2

0,95 < PR < 1,00 1,25 1,5


0,90 < PR < 0,95 1 1
0,85 < PR < 0,90 0,5 0,5
PR < 0,85 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
pemeriksan radiologi sebesar 1,09 maka skor pertumbuhan
pemeriksaan radiologi BLU "A" adalah 1,5.
Adapun BLU UB" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan pemeriksaan radiologi sama dengan BLU "A", maka
skor pertumbuhannya adalah 2.
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun lalu

Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari dihitung
berdasarkan jumlah pemeriksaaan laboratorium selama satu
tahun dibagi dengan jumlah hari kerja di unit layanan
laboratorium dengan formula:
Jumlah pemeriksaan laboratorium selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan laboratorium dalam
tahun yang sama

Pemeriksaan laboratorium pada unit layanan laboratorium dapat


berupa::
a) Pemeriksaan laboratorium patologi klinik;
b) Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi;
c) Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi; dan/atau
d) Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat, untuk Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO).
Lampiran I _ 18 A
Khusus untuk RSJ dan RSKO termasuk pemeriksaan NAPZA.
Skor pertumbuhan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut:

Pertumbuhan Pemeriksaan Skor


Laboratorium
(PL) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
PL > 1,10 2 2,5
1,00 < PL < 1,10 1,5 2
0,95 < PL < 1,00 1,25 1,5
0,90 < PL < 0,95 1 1
0,85 < PL < 0,90 0,5 0,5
PL < 0,85 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
pemeriksan laboratorium sebesar 0,90, maka skor pertumbuhan
pemeriksaan laboratorium BLU "A" adalah 1.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan pemeriksaan laboratorium sama dengan BLU "A",
maka skor pertumbuhannya adalah sama dengan BLU "A".
6) Pertumbuhan Operasi
Rumus:

Rata-rata operasi per hari tahun berjalan


Rata-rata operasi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Operasi meliputi tindakan bedah mayor dan bedah minor,
sedangkan khusus untuk RSJ dan RSKO disetarakan dengan:
a) Tindakan psikoterapi;
b) Tindakan ECT (Elektrokonvulsif Terapi); dan/atau
c) Tindakan detoksifikasi.
Rata-rata tindakan operasi per hari dihitung berdasarkan jumlah
tindakan operasi selama satu tahun dibagi dengan jumlah hari
kerja di unit layanan tindakan operasi dengan formula:
Jumlah tindakan operasi selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan operasi dalam
tahun yang sama

Skor pertumbuhan operasi adalah sebagai berikut:


Skor
Pertumbuhan Operasi
(PO) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
PO > 1,10 2 2,5
1,00 < PO < 1,10 1,5 2
0,95 < PO < 1,00 1,25 1,5
0,90 < PO < 0,95 1 1
0,85 < PO < 0,90 0,5 0,5
PO < 0,85 0 0

Lampiran I 19
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
operasi sebesar 0,95, maka skor pertumbuhan operasi BLU "A"
adalah 1,25.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan operasi sama dengan BLU "A", maka skor
pertumbuhannya adalah 1,5.
7) Pertumbuhan Rehab Medik

Rumus:

Rata-rata rehab medik per hari tahun berjalan


Rata-rata rehab medik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata rehab medik per hari dihitung berdasarkan jumlah
pemeriksaan rehab medik selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari kerja di unit pelayanan rehab medik dengan formula:
Jumlah tindakan rehab medik selama satu tahun

Jumlah hari kerja unit layanan rehab medik


dalam tahun yang sama
bKor pertu mbunan rehab me dik adalah seba gai berikut:

Skor
Pertumbuhan Rehab Medik
(PRM) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan

PRM > 1,10 2 2,5


1,00 < PRM < 1,10 1,5 2

0,95 < PRM < 1,00 1,25 1,5


0,90 < PRM < 0,95 1 1

0,85 < PRM < 0,90 0,5 0,5


PRM < 0,85 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rehab medik sebesar 0,99, maka skor pertumbuhan rehab medik
BLU "A" adalah 1,25.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rehab medik sama dengan BLU "A", maka skor
pertumbuhannya adalah 1,5.
8) Pertumbuhan Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Rumus:
Jumlah Peserta Didik Pendidikan Kedokteran tahun berjalan
Jumlah Peserta Didik Pendidikan Kedokteran tahun lalu

Penjelasan:
Jumlah peserta didik pendidikan kedokteran dihitung dari
perbandingan antara jumlah mahasiswa kedokteran baru yang
diterima dibandingkan dengan jumlah mahasiswa kedokteran
yang diterima pada tahun lalu.
Skor pertumbuhan peserta didik pendidikan kedokteran adalah
sebagai berikut:

Lampiran I _ 20
Pertumbuhan Peserta Didik Skor
Pendidikan Kedokteran
RSU/RSK RSU/RSK Non
(PDK) Pendidikan Pendidikan

PDK > 1,10 2 -

1,00 < PDK < 1,10 1,5 -

0,95 < PDK < 1,00 1,25 -

0,90 < PDK < 0,95 1 -

0,85 < PDK < 0,90 0,5 -

PDK < 0,85 0 -

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
jumlah peserta didik pendidikan kedokteran sebesar 1,05, maka
skor pertumbuhan peserta didik kedokteran BLU "A" adalah 1,5.
9) Pertumbuhan Penelitian Yang Dipublikasikan
Rumus:

Jumlah Penelitian yang telah dipubliskasikan pada tahun berjalan


Jumlah Penelitian yang telah dipubliskasikan pada tahun lalu
Penjelasan:
Pertumbuhan penelitian yang dipublikasikan dihitung dengan
membandingkan jumlah penelitian pada tahun berjalan yang
dipublikasikan secara nasional maupun internasional, dengan
jumlah penelitian pada tahun sebelumnya yang dipublikasikan
secara nasional maupun internasional.
Skor pertumbuhan penelitian yang dipublikasikan adalah sebagai
berikut:

Pertumbuhan Penelitian Skor


Yang Dipublikasikan RSU/RSK RSU/RSK Non
(PPD) Pendidikan Pendidikan

PPD> 1,10 2 -

1,00 < PPD< 1,10 1,5 -

0,95 < PPD< 1,00 1,25 -

0,90 < PPD< 0,95 1 -

0,85 < PPD < 0,90 0,5 -

PPD < 0,85 0 -

Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
penelitian yang dipublikasikan sebesar 1,05 maka skor
pertumbuhan penelitian yang dipublikasikan BLU "A" adalah 1,5.
b. Efektivitas pelayanan
1) Kelengkapan Rekam Medik 24 Jam Selesai Pelayanan
Rumus:
Rekam medik 24 jam yang telah diisi lengkap
setelah selesai pelayanan
x 100%
Jumlah semua rekam medik

Lampiran I _ 21 #
Penjelasan:
Rekam medik 24 jam selesai pelayanan adalah rekam medik yang
telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu < 24 jam setelah selesai
pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan
untuk pulang, yang meliputi identitas pasien, anamnesis, rencana
pelayanan, pelaksanaan pelayanan, tindak lanjut dan resume.
Skor kelengkapan rekam medik 24 jam selesai pelayanan adalah
sebagai berikut:
Kelengkapan Rekam Skor
Medik 24 Jam Selesai
RSU/RSK
Pelayanan (%) RSU/RSK
Non
(KRM) Pendidikan
Pendidikan
KRM > 80 2

60 < KRM < 80 1,5


40 < KRM < 60 1,25
30 < KRM < 40 1

20 < KRM < 30 0,5


0 < KRM < 20 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai kelengkapan rekam medik 24 jam selesai pelayanan
sebesar 80% maka skor kelengkapan rekam medik 24 jam selesai
pelayanan BLU "A" adalah 1,5.

2) Pengembalian Rekam Medik


Rumus:
Jumlah rekam medik rawat dikembalikan
x 100%
Jumlah semua rekam medik dalam satu tahun

Penjelasan:
Pengembalian rekam medik adalah rata-rata jumlah rekam medik
rawat yang dikembalikan dari rawat inap ke pengelola rekam medik
dalam waktu < 24 jam setelah pasien pulang selama satu tahun.
Skor pengembalian rekam medik adalah sebagai berikut:
Pengembalian Rekam Skor
Medik (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(PRM) Pendidikan Pendidikan
PRM > 80 2

60 < PRM < 80 1,5


40 < PRM < 60 1,25
30 < PRM < 40 1

20 < PRM < 30 0,5


0 < PRM < 20 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase pengembalian rekam medik sebesar 95%
maka skor pengembalian rekam medik BLU "A" adalah 2.

>
Lampiran I _ 22
3) Angka Pembatalan Operasi
Rumus:

Jumlah pembatalan operasi elektif


x 100%
Jumlah tindakan operasi yang telah direncanakan
Penjelasan:
Angka pembatalan operasi dihitung berdasarkan persentase dari
jumlah pembatalan operasi elektif yang sudah dijadwalkan di kamar
operasi selama satu tahun dibandingkan dengan jumlah pasien
yang telah direncanakan operasi dan telah dijadwalkan di kamar
operasi dalam satu tahun.
Untuk RSJ dan RSKO, pembatalan operasi disetarakan dengan
pembatalan pada:
a) Tindakan psikoterapi;
b) Tindakan ECT ( Elektrokonvulsif Terapi); dan/atau
c) Tindakan detoksifikasi.
Skor angka pembatalan operasi adalah sebagai berikut:
Angka Pembatalan Skor
Operasi (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(APO)
Pendidikan Pendidikan
APO > 3 0,5
2 < APO < 3 1
1 < APO < 2 1,5
0 < APO < 1 2

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase pembatalan operasi elektif sebesar 1%,
maka skor angka pembatalan operasi pada BLU "A" adalah 2.
4) Angka Kegagalan Hasil Radiologi
Rumus:
Jumlah kegagalan hasil radiologi
x 100%
Jumlah pemeriksaan radiologi
Penjelasan:
Angka kegagalan hasil radiologi dihitung berdasarkan persentase
dari jumlah kegagalan radiologi berupa kerusakan foto rontgen yang
tidak dapat dibaca selama satu tahun terhadap jumlah keseluruhan
pemeriksaan radiologi (rontgen) dalam tahun yang sama.
Skor angka kegagalan hasil radiologi adalah sebagai berikut:
Angka Kegagalan Hasil Skor
Radiologi (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(AKR)
Pendidikan Pendidikan
AKR > 3 0,5
2 < AKR < 3

1 < AKR < 2 1,5


0 < AKR < 1

Lampiran I _ 23
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase kegagalan hasil pemeriksaan radiologi
sebesar 0,80%, maka skor angka kegagalan hasil radiologi pada
BLU "A" adalah 2.

5) Penulisan Resep Sesuai Formularium


Rumus:

Jumlah resep sesuai formularium


x 100%
Jumlah semua resep di rumah sakit

Penjelasan:
Penulisan resep sesuai formularium adalah persentase jenis obat
yang diresepkan sesuai dengan formularium dibandingkan dengan
seluruh resep di rumah sakit selama satu tahun.
Skor penulisan resep sesuai formularium adalah sebagai berikut:

Penulisan Resep sesuai Skor


Formularium (%)
(PRF) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan

PRF > 90 2

70 < PRF < 90 1,5


50 < PRF < 70 1

0 < PRF < 50 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase penulisan resep sesuai formularium
sebesar 75%, maka skor penulisan resep sesuai formularium pada
BLU "A" adalah 1,5.

6) Angka Pengulangan Pemeriksaaan Laboratorium


Rumus:
Jumlah pemeriksaan ulang di laboratorium
patologi klinik selama satu tahun
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium x 100%
pada tahun yang sama
Penjelasan:
Angka pemeriksaan ulang di laboratorium (kegagalan hasil
laboratorium) dihitung berdasarkan persentase dari jumlah
pemeriksaan ulang di laboratorium patologi klinik selama satu
tahun dibandingkan jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium
pada tahun yang sama.
Adapun pemeriksaan ulang laboratorium khusus untuk RSJ dan
RSKO adalah terkait dengan pemeriksaan NAPZA.

Lampiran I _ 24
Skor angka pengulangan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut:
Angka Skor
Pengulangan Pemeriksaan
Laboratorium (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(PPL) Pendidikan Pendidikan

PPL > 3 0,5


2 < PPL < 3 1

1 < PPL < 2 1,5


0 < PPL < 1 2

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka pengulangan hasil pemeriksaan laboratorium
sebesar 0,80%, maka skor angka pengulangan hasil pemeriksaan
laboratorium pada BLU "A" adalah 2:
7) Bed Occupancy Rate (BOR)
Rumus:
Jumlah Hari Perawatan
x 100%
Jumlah Hari x Tempat Tidur
Penjelasan:
BOR dihitung berdasarkan persentase pemakaian tempat tidur per
hari selama setahun (365 hari), menggambarkkan tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-80%.
BOR adalah total hari perawatan selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari dalam setahun (365 hari) dikalikan jumlah tempat
tidur.

Skor BOR adalah sebagai berikut:


Skor
BOR (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
BOR > 100 0,5
90 < BOR < 100 1

80 < BOR < 90 1,5


70 < BOR < 80 2

60 < PRM < 70 1,5


50 < PRM < 60 1

PRM < 50 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka BOR sebesar 85%, maka skor BOR BLU "A"
adalah 1,5.
Pertumbuhan Pembelajaran
1) Rata-rata Jam Pelatihan Karyawan
Rumus:

Jumlah jam pelatihan karyawan dalam 1 tahun


Jumlah karyawan dalam 1 tahun x 20 jam
t>
Lampiran I _ 25
Penjelasan:
Rata-rata jam pelatihan per karyawan adalah total realisasi jam
pelatihan karyawan dalam satu tahun dibagi jumlah karyawan
dikali 20 jam.
Skor rata-rata jam pelatihan karyawan sebagai berikut:
Rata-rata Jam Pelatihan Skor
Karyawan RSU/RSK RSU/RSK Non
(JPK) Pendidikan Pendidikan
JPK > 0,80 1 1,5
0,60 < JPK < 0,80 0,75 1

0,40 < JPK < 0,60 0,5 0,5


JPK < 0,40 0,25 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan) mempunyai rata-rata jam
pelatihan karyawan sebesar 0,70, maka skor rata-rata jam
pelatihan karyawan BLU "A" adalah 0,75.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, apabila
mempunyai nilai serupa BLU "A", maka skor pertumbuhannya
adalah 1.

2) Persentase Dokter Pendidik Klinis Yang Mendapat TOT


Rumus:
Jumlah dokter pendidik klinis yang
mendapatkan TOT
x 100%
Jumlah seluruh dokter pendidik klinis
Penjelasan:
Adalah jumlah dokter pendidik klinis yang mendapatkan TOT
(Training of Trainer) selama satu tahun dibandingkan dengan
jumlah seluruh dokter pendidik klinis pada tahun yang sama
(berjalan).
Skor persentase dokter pendidik klinis yang mendapat TOT sebagai
berikut:

Skor
Dokter Pendidik Klinis
Mendapat TOT (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
TOT > 75 1 —

50 < TOT < 75 0,75 - -

25 < TOT < 50 0,5 —

0 < TOT < 25 0,25 —

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan) mempunyai persentase dokter
pendidik klinis yang mendapatkan TOT selama satu tahun sebesar
75%, maka skor persentase dokter pendidik klinis yang mendapat
TOT pada BLU "A" adalah 0,75.

Lampiran I _ 26
3) Program Reward and Punishment
Penjelasan:
Program reward and punishment merupakan salah satu bentuk
metode untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai,
Reward (penghargaan) merupakan bentuk apresiasi dari rumah
sakit kepada Sumber Daya Manusia (SDM) yang berprestasi.
Sedangkan punishment (sanksi) dihitung berdasarkan bentuk
hukuman yang diberikan oleh rumah sakit kepada SDM yang
melanggar peraturan disiplin kepegawaian.
Skor program reward and punishment adalah sebagai berikut:
Skor
Uraian
Program Reward and Punishment RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program reward and 0 0

Ada program tidak dilaksanakan 0,25 0,5


Ada program sebagian dilaksanakan 0,5 1

Ada program dilaksanakan 1 1,5

2. Mutu dan Manfaat kepada Masyarakat


a. Mutu Pelayanan
1) Emergency Response Time Rate
Rumus:
Rata-rata waktu tunggu sampai mendapatkan pelayanan
(dalam menit) di instalasi gawat darurat
Penjelasan:
Emergency response time rate adalah penanganan terhadap pasien
gawat darurat dari awal pasien dilayani sampai dengan pasien bisa
ditangani (ABC treatment, dari awal resultasi sampai dengan
stabilisasi).

Skor emergency response time rate adalah sebagai berikut :


Emergency Response Skor
Time Rate (Menit) RSU/RSK RSU/RSK Non
(ERT) Pendidikan Pendidikan
ERT < 8 2

8 < ERT < 15 1,5


15 < ERT < 30 1
ERT > 30 0,50

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai emergency response time rate sebesar 9 menit,
maka skor emergency response time rate BLU "A" adalah 1,5.

2) Waktu Tunggu Rawat Jalan '


Rumus:
Rata-rata lama waktu tunggu pasien sampai mendapatkan
pelayanan di unit rawat jalan (dalam menit)

Lampiran I _ 27 ^
Penjelasan:
Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan mulai
pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis. Waktu
standar umumnya adalah < 30 menit.
Skor waktu tunggu rawat jalan adalah sebagai berikut :
Waktu Tunggu Skor
Rawat Jalan (Menit) RSU/RSK RSU/RSK Non
(WRJ) Pendidikan Pendidikan
WRJ < 30
30 < WRJ < 60 1,5
60 < WRJ < 90
WRJ 90 0,50
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai waktu tunggu rawat jalan sebesar 45 menit,
maka skor waktu tunggu rawat jalan BLU "A" adalah 1,5.
3) Length of Stay
Rumus:

Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar


Penjelasan:
Rata-rata Length of Stay (LOS) merupakan rata-rata lama rawatan
pasien, yang memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu. Standar LOS berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) pada masing-masing rumah sakit, antara lain:
• Rumah Sakit umum, standar LOS 6 s.d. 9 hari;
• Rumah Sakit Jiwa dan RSKO, standar LOS kurang dari 42 hari;
dan
• Rumah Sakit Mata, standar LOS 2 s.d. 3 hari

Skor Rata-rata LOS adalah sebagai berikut :


a) LOS Rumah Sakit Umum

Skor
LOS (Hari)
RSU RSU Non
Pendidikan Pendidikan
6 < LOS < 9 2
9 < LOS < 12 1,5
12 < LOS s 15 1
LOS > 15 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU Pendidikan/RSU Non Pendidikan) mempunyai
rata-rata LOS 10 hari, maka skor LOS BLU "A" adalah 1,5.

Lampiran I _ 28 M
b) LOS Rumah Sakit Khusus

Skor
LOS (Minggu)
RSK RSK Non
Pendidikan Pendidikan
2 < LOS < 3 2
3 < LOS < 5 1,5
5 < LOS < 8 1

LOS > 8 0,5


Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSK Pendidikan/RSK Non Pendidikan) mempunyai
rata-rata LOS 3,5 minggu, maka skor LOS BLU "A" adalah 1,5.
Adapun skor khusus untuk LOS pada RSJ, sesuai dengan SPM
Rumah Sakit Jiwa:

LOS (Hari) Skor

0 < LOS < 5 0,5


5 < LOS < 15 1
15 < LOS < 30 1,5
30 < LOS < 45 2

45 < LOS < 60 1,5


60 < LOS < 75 1

LOS > 75 0,5

4) Kecepatan Pelayanan Resep Obat Jadi


Rumus:
Rata-rata penyelesaian pelayanan resep obat jadi (dalam
menit)
Penjelasan:
Kecepatan pelayanan resep obat jadi dihitung berdasarkan jumlah
waktu yang diperlukan untuk menyediakan obat sejak resep
diserahkan oleh pasien ke petugas farmasi rumah sakit sampai
dengan pasien menerima obat jadi (standar < 30 menit).
Skor kecepatan pelayanan resep obat jadi adalah sebagai berikut:
Kecepatan Pelayanan Skor
Resep Obat Jadi (Menit)
(KRO) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
KRO 8

8 < KRO < 15 1,5


15 < KRO 30

KRO > 30 0,50


Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata penyelesaian resep obat jadi dengan waktu
13 menit, maka skor kecepatan pelayanan resep obat jadi BLU "A"
adalah 1,5.

Lampiran I _ 29
*
5) Waktu Tunggu Sebelum Operasi
Rumus:
Rata-rata lama menunggu sebelum dioperasi elektif (dalam
hari)
Penjelasan:
Waktu tunggu sebelum operasi dihitung berdasarkan waktu tunggu
pasien sejak diputuskan operasi elektif dan telah dijadwalkan di
kamar operasi sampai dilaksanakannya tindakan operasi elektif
(standar 2 hari).
Untuk RSJ disetarakan dengan waktu tunggu elektif tindakan
psikoterapi/ ECT/ detoksifikasi.
Skor waktu tunggu sebelum
Waktu Tunggu
Skor
Sebelum Operasi Elektif
(Hari) RSU/RSK RSU/RSK Non
(WTO) Pendidikan Pendidikan
WTO < 2 2
2 < WTO < 3 1,5
3 < WTO < 5 1
WTO > 5 0,50

Contoh perhitungan:
BLU T (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu sebelum operasi elektif 1 hari ,
maka skor waktu tunggu sebelum operasi efektif BLU "A" adalah 2.
6) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil laboratorium (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil laboratorium adalah tenggang waktu sejak
pasien diambil sampel sampai dengan menerima hasil yang sudah
di ekspertise (standar < 140 menit).
Skor waktu tunggu hasil laboratorium adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu Skor
Hasil Laboratorium (Jam)
(WTL) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
WTL

< WTL < 4 1,5


< WTL <

WTL 0,50

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil laboratorium 4 jam 50
menit, maka skor waktu tunggu hasil laboratorium BLU "A"
adalah 1.

7) Waktu Tunggu Hasil Radiologi


Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil radiologi (dalam jam)

Lampiran I _ 30 ^
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil radiologi adalah tenggang waktu mulai pasien
difoto sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise
(standar < 2 jam).
Skor waktu tunggu hasil radiologi adalah sebagai berikut :
Waktu Tunggu Skor
Hasil Radiologi (Jam)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(WTR)
Pendidikan Pendidikan
WTR < 3 2
3 < WTR < 4 1,5
4 < WTR < 5 1
WTR > 5 0,50

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil radiologi 3 jam 20
menit, maka skor waktu tunggu hasil radiologi BLU "A" adalah

b. Mutu Klinik

1) Angka Kematian di Gawat Darurat


Rumus :
a Angka Kematian di Gawat Darurat (AKG)
Jumlah kematian pasien yg telah mendapatkan
pelayanan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSU x 100%
Jumlah pasien di UGD RSU

b) Angka Pasien Kebutaan Gawat Darurat


Pada rumah sakit mata, perhitungan AKG menggunakan angka
pasien kebutaan gawat darurat, dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah kebutaan pasien yg telah
mendapatkan pelayanan di UGD
x 100%
Jumlah Pasien di UGD

c) Angka Pasien Lari Gawat Darurat


Pada RSJ, perhitungan AKG menggunakan angka pasien lari
gawat darurat, dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah pasien Lari
x 100%
Jumlah pasien yang dirawat

d) Angka Pasien Bunuh Diri di Gawat Darurat


Pada RSKO, Perhitungan AKG menggunakan angka pasien
bunuh diri di gawat darurat, dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah Pasien bunuh diri
x 100%
Jumlah Pasien di UGD

Lampiran I _ 31
Penjelasan:
Angka kematian di gawat darurat pada RSU merupakan
persentase dari perbandingan antara jumlah kematian pasien
yang telah dilayani di Unit Gawat Darurat (UGD) pada RSU
dengan jumlah seluruh pasien yang dilayani oleh UGD pada RSU.
Skor angka kematian di gawat darurat pada RSU adalah sebagai
berikut:

Angka Kematian/Kebutaan/
Skor
Lari/Bunuh Diri di Gawat
Darurat (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(AKG) Pendidikan Pendidikan
AKG < 2,5 2
2,5 < AKG < 3 1,5
3 < AKG < 5 1
AKG > 5 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU Pendidikan atau RSU Non Pendidikan) mempunyai
nilai angka kematian di gawat darurat sebesar 1,16%, maka skor
untuk angka kematian di gawat darurat BLU "A" adalah 2.
2) Angka Kematian/Kebutaan > 48 Jam
Rumus:

Jumlah pasien meninggal/buta > 48 jam


x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
Penjelasan:
Angka kematian > 48 jam adalah jumlah pasien yang meninggal
atau mengalami kebutaan untuk rumah sakit khusus mata, setelah
dirawat lebih dari sama dengan 48 jam, yang dihitung dalam
periode satu tahun dibandingkan dengan jumlah pasien keluar
(hidup/mati) pada tahun yang sama.

Angka Kematian/Kebutaan Skor


> 48 Jam (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(AKL)
Pendidikan Pendidikan
AKL < 25 2
25 < AKL < 40 1,5
40 < AKL < 65 1
AKL > 65 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase angka kematian/ kebutaan > 48 jam sebesar
30%, maka skor angka kematian/kebutaan > 48 jam pada BLU "A"
adalah 1,5.
3) Post Operative Death Rate
Rumus:

Jumlah pasien operasi yang meninggal


x 100%
Jumlah pasien yang dioperasi

Lampiran I _ 32
Penjelasan:
Post Operative Death Rate dihitung berdasarkan angka kematian
setelah dilakukan operasi dalam jangka waktu 2 jam termasuk
kasus DOT (Death On The Table).
Untuk RSJ disetarakan dengan angka kematian pasien pasca
psikoterapi/ ECT/detoksifikasi.

Post Operative Skor


Death Rate (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(POD) Pendidikan Pendidikan
POD < 2 2

2 < POD < 5 1,5


5 < POD < 10 1
POD > 10 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non
Pendidikan) mempunyai persentase post operative death rate
sebesar 5%, maka skor post operative death rate BLU "A" adalah 1.
4) Angka Infeksi Nosokomial
Rumus:

Jumlah dirawat yang terkena infeksi Nosokomial


x 100%
Jumlah pasien yang dirawat
Penjelasan:
Angka infeksi nosokomial dihitung berdasarkan angka kejadian
infeksi dalam rumah sakit dan atau cidera fisik yang didapat
pasien, meliputi:
a) Dekubitus adalah kerusakan pada area permukaan tubuh
tertentu karena gangguan aliran darah akibat tekanan dalam
jangka waktu lama;
b) Phlebitis adalah peradangan pada dinding pembuluh darah
balik (vena) akibat pemasangan intra vena cateter;
c) Infeksi saluran kemih adalah infeksi pada saluran kemih akibat
pemasangan kateter; dan
d) Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi pada daerah
operasi bersih dalam kurun waktu satu bulan pasca operasi
tanpa implant atau satu tahun pasca operasi dengan implan.
Perhitungan skor angka infeksi nosokomial merupakan
penjumlahan dari skor yang diperoleh dari perhitungan angka
infeksi nosokomial sebagai berikut:
a Dekubitus

Angka Infeksi Skor


Nosokomial - Dekubitus RSU/RSK RSU/RSK Non
(%) Pendidikan Pendidikan
AIN < 1,5 1
1,5 < AIN < 5 0,75
5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

Lampiran I 33
Q/r
b) Phlebitis

Angka Infeksi Skor


Nosokomial - Phlebitis
RSU/RSK RSU/RSK Non
(%)
Pendidikan Pendidikan
AIN < 1,5 1
1,5 < AIN < 5 0,75
5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

c) Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Angka Infeksi Skor


Nosokomial - ISK
(%) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
AIN < 1,5 1
1,5 < AIN < 5 0,75
5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

d) Infeksi Luka Operasi (ILO)

Angka Infeksi Skor


Nosokomial - ILO
RSU/RSK RSU/RSK Non
(%)
Pendidikan Pendidikan
AIN < 1,5 1
1,5 < AIN < 5 0,75
5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

e) Perhitungan Khusus RSJ dan RSKO


Adapun khusus untuk RSJ dan RSKO perhitungan angka
infeksi nosokomial, disetarakan dan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
• Luka Fiksasi

Luka yang diakibatkan karena proses fiksasi pada pasien


yang mengalami kondisi gaduh gelisah.
Angka Infeksi
Nosokomial - Luka Fiksasi Skor
(%)
AIN < 1,5
1,5 < AIN < 5 0,75
< AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

Dermatomicosis

Infeksi yang diperoleh pada saat pasien tersebut dirawat di


RSJ/RSKO
Lampiran I _ 34
Angka Infeksi
Nosokomial - Dermatomicosis Skor
(%)
AIN < 1,5 1

1,5 < AIN < 5 0,75


5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

Scabies dan Pediculosis

Infeksi yang diperoleh pada saat pasien tersebut dirawat di


RSJ/RSKO
Angka Infeksi Nosokomial
Scabies dan pediculosis Skor
(%)
AIN 1,5
1,5 < AIN < 5 0,75
5 < AIN < 10 0,5
AIN > 10 0,25

Jatuh Karena Postural Hipotensi


Kejadian pasien jatuh akibat postural hipotensi adalah
pasien yang mengalami jatuh selama perawatan bukan
karena sebab adanya faktor kondisi fisik dari pasien saat
dirawat atau faktor sarana dan prasarana yang tersedia,
namun terjatuh akibat efek samping postural hipotensi
dari obat antipsikotik yang efeknya ini tidak dijelaskan
Angka Pasien Jatuh karena
Postural Hipotensi (JPH) Skor
(%)
JPH < 2 1
2 < JPH < 5 0,75
5 < JPH < 10 0,5
JPH > 10 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)

Angka Infeksi Nosokomial Skor

a. Dekubitus 4% 0,75
b. Phlebitis 3,60% 0,75
c. Infeksi Saluran 4,20% 0J5
d. Infeksi Luka Operasi 3,70% 0,75
Jumlah 3,00

Lampiran I 35
*
adapun tabel perhitungan untuk angka infeksi nosokomial
khusus RSJ dan RSKO adalah sebagai berikut:
Angka Infeksi Nosokomial RSKO/RSJ Skor

a. Luka Fiksasi 4% 0,75


b. Dermatomicosis 3,60% 0,75
c. Scabies dan 4,20% 0,75
d. Jatuh Karena
3,70% 0,75
Postural Hipotensi
Jumlah 3,00

maka skor angka infeksi nosokomial pada BLU "A" adalah 3.


5) Angka Kematian Ibu di Rumah Sakit
Rumus:

Jumlah ibu meninggal dalam proses


kehamilan, persalinan dan nifas
x 100%
Jumlah ibu yang dilayani dalam proses
kehamilan, persalinan dan nifas
Penjelasan:
Angka kematian ibu di rumah sakit adalah jumlah kematian ibu
terkait proses kehamilan, persalinan dan nifas yang dilayani di
rumah sakit selama periode satu tahun, dibandingkan dengan
jumlah ibu yang dilayani dalam proses kehamilan, persalinan dan
nifas dalam periode tahun yang sama.
Skor jumlah kematian ibu di rumah sakit adalah sebagai berikut:
Angka Kematian Ibu Skor
di Rumah Sakit (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(AK1)
Pendidikan Pendidikan
AKI < 1

1 < AKI < 2 1,5


2 < AKI < 3
AKI > 3 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka kematian ibu di rumah sakit sebesar 1,8%, maka
skor angka kematian ibu di rumah sakit pada BLU "A" adalah 1,5.
c. Kepedulian Kepada Masyarakat
1) Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sarana
Kesehatan Lain

Penjelasan:
Pembinaan kepada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
sarana kesehatan lain merupakan program pada rumah sakit untuk
membina Puskesmas, sarana kesehatan, dan sarana pelayanan
sosial, dalam rangka:
• menurunkan angka kematian kepada ibu dan anak/bayi
(program MDG's goals no.4);
• meningkatkan kesehatan ibu dalam (program MDG's goals no.5);

Lampiran I 36
• menurunkan angka kesakitan masyarakat; dan
• mencegah korban pasung.
Skor Pembinaan kepada Puskesmas dan sarana kesehatan lain
adalah sebagai berikut:
Uraian Skor
Pembinaan Kepada Masyarakat dan
RSU/RSK RSU/RSK Non
Sarana Kesehatan Lain
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program 0,00
Ada program tidak dilaksanakan 0,20
Ada program sebagian dilaksanakan 0,50
Ada program dilaksanakan 1,00
2) Penyuluhan Kesehatan
Penjelasan:
Penyuluhan kesehatan meliputi kegiatan presentasi dan konseling
tentang kesehatan, tata-terbit dan peraturan-peraturan di rumah
sakit baik kepada invidu maupun kelompok masyarakat di rumah
sakit.
Skor penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikjut:
Skor
Uraian
Penyuluhan Kesehatan RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program 0,00
Ada program tidak dilaksanakan 0,20
Ada program sebagian dilaksanakan 0,50
Ada program dilaksanakan 1,00

3) Rasio tempat tidur kelas III (RTT)


Rumus:

Jumlah hari perawatan kelas III


x 100%
Jumlah tempat tidur kelas III x hari
Penjelasan:
Rasio tempat tidur Kelas III adalah proporsi tempat tidur kelas III
yang tersedia di rumah sakit dibandingkan dengan jumlah seluruh
tempat tidur yang tersedia, standar / sedikitnya proporsi tempat
tidur kelas III adalah 25% atau sesuai kebutuhan rumah sakit dari
jumlah tempat tidur yang tercatat.
Kelas III diperuntukkan bagi pasien umum, Jamkesmas, Jamkesda,
dan pasien tidak mampu lainnya, atau yang dibiayai oleh dana
Corporate Social Responsibility (CSR).
Skor Rasio tempat tidur kelas HI kesehatan adalah sebagai berikut:
Rasio Tempat Tidur Skor
Kelas III (%)
(RTT) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
RTT> 30 2
20 < RTT< 30 1,5
10 < RTT < 20 0,75
RTT< 10 0

Lampiran I 37 fc
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai rasio tempat tidur kelas III sebesar 25%, maka
skor untuk rasio tempat tidur kelas III BLU "A" adalah 1,5.
d. Kepuasan pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/ Komplain
Rumus:

Pengaduan/komplain tertulis yang telah


ditindaklanjuti manajemen
x 100%
Jumlah seluruh pengaduan/komplain
tertulis yang dilaporkan
Penjelasan:
Penanganan pengaduan/komplain adalah jumlah
pengaduan/komplain tertulis yang dilaporkan ke unit pengelola
pelayanan pelanggan dan telah direspon/ditindaklanjuti oleh
manajemen rumah sakit dalam periode satu tahun, dibandingkan
dengan jumlah semua pengaduan/ komplain tertulis yang
dilaporkan dalam periode tahun yang sama. Standar persentase
penanganan pengaduan/komplain adalah > 60%.
Skor penanganan pengaduan/komplain adalah sebagai berikut:
Penanganan Skor
Pengaduan/Komplain (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(PPK)
Pendidikan Pendidikan
PPK > 70 1

60 < PPK < 70 0,75


50 < PPK < 60 0,50
PPK < 50 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai penanganan pengaduan/komplain sebesar 70%,
maka skor Rasio penanganan pengaduan/komplain BLU "A" adalah
0,75.

2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:
Hasil Penilaian IKM
x Bobot
Skala Maksimal Nilai IKM

Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survei
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan dalam
rumus, dengan maksimal skor = 1.
Contor perhitungan
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka hasil perhitungan IKM sebesar 80, maka skor
kepuasan pelanggan adalah:

Lampiran I _ 38 H*-
80
x 1 = 0,8 (skor yang didapat)
100

e. Kepedulian Terhadap Lingkungan


1) Kebersihan Lingkungan (Program Rumah Sakit Berseri)
Penjelasan:
Kebersihan lingkungan meliputi aspek keamanan, kenyamanan,
keindahan, ketertiban, dan ramah lingkungan.
Program rumah sakit berseri adalah program pengembangan green
hospital di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Skor hasil pemeriksaan program rumah sakit berseri adalah
sebagai berikut:

Skor
Hasil Pelaksanaan
Program Rumah Sakit Berseri RSU/RSK RSU/RSK
Pendidikan Pendidikan
Nilai Total > 7500 2
5000 < Nilai Total < 7500 1
Nilai Total < 5000 0

Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai hasil pemeriksaan/penilaian pelaksanaan program
rumah sakit berseri sebesar 7400, maka skor penilaian program
rumah sakit berseri BLU "A" adalah 1.
2) Proper Lingkungan
Penjelasan:
Proper lingkungan adalah penilaian terhadap pelaksanaan
program lingkungan hidup berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai lingkungan hidup (Kementerian
Lingkungan Hidup).
Skor Proper Lingkungan adalah sebagai berikut:
Hasil Pelaksanaan Program Proper Lingkungan
Pada BLU RSU/RSK Pendidikan atau Skor
RSU/RSK Non Pendidikan
Hitam semua, pengukuran tidak dilaksanakan 0,2
Merah semua, pengukuran dilaksanakan namun
ada kelalaian 0,4

Biru semua, pengukuran dilaksanakan namun


hasil pengukuran ada yang melebihi ambang batas 0,6

Hijau semua, pengukuran dilaksanakan dan hasil


memenuhi nilai ambang batas, serta melaksanakan 0,8
perbaikan lingkungan.
Kuning semua, pengukuran dilaksanakan dan hasil
memenuhi nilai ambang batas, serta melaksanakan
perbaikan lingkungan dan pelatihan bagi
masyarakat

Lampiran I _ 39 h/
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai hasil pengukuran proper lingkungan rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam tabel, maka skor penilaian proper
lingkungan adalah sama dengan yang ditetapkan dalam tabel
tersebut.

•" WRJJENDERAL PERBENDAHARAAN,

4 MARWANT HARJOWIRYONO
i

Lampiran I . 40
Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :

TATA CARA PERHITUNGAN KINERJA BLU BIDANG LAYANAN KESEHATAN


PADA BALAI KESEHATAN

I. ASPEK DAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA


Perhitungan kinerja BLU bidang layanan kesehatan pada balai kesehatan
meliputi:

1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dari:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
tinggi 11. l 5
2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35 &
Dalam lampiran Peraturan Menteri ini, memuat pedoman yang digunakan
untuk melakukan perhitungan kinerja pada Aspek Keuangan dan Aspek
Pelayanan bagi Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM).
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity)
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional 4
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
c Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belania BLU
d. Tarif Layanan
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas
0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30

Lampiran II _ 1 J^
Skor penilaian kinerja pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Kelompok Indikator / Indikator Skor
1. Layanan 35
Balai
BKPM BKMM
a, Pertumbuhan Produktivitas 16 16
1) Perumbuhan Rata-rata Kunjungan
Rawat Jalan
2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
Rawat Darurat
3) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik
4) Pertumbuhan Kunjungan One Day Care
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
6) Pertumbuhan Jumlah Operasi Mata
7) Pertumbuhan Pemeriksaan
Laboratorium
8) Pertumbuhan Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan
9) Pertumbuhan Rehab Medik
10) Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
11) Pertumbuhan Jumlah Penyuluhan
b. Efisiensi Pelayanan 14 14
jj_ Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Dokter
2) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan
Perawat
3) Rasio Jumlah Pemeriksaaan
Laboratorium dengan Analis
Laboratorium
4) Rasio Jumlah Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik dengan Dokter
Rasio Jumlah Pemeriksaaan Radiologi
dengan Petugas Radiographer
6) Rasio Pasien Penunjang Diagnostik
dengan Perawat
7) Angka Kegagalan Hasil Radiologi
Angka Kegagalan Refraksi (Rehabilitasi
Visus Pasca Operasi)
9) Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
10) Angka Pengulangan Pemeriksaan
Labo r ato r ium
11) Pengembalian Rekam Medik
12) Rasio Penyuluhan dan Petugas
Penyuluhan
c. Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran
1) Program Pendidikan dan Pelatihan
2) Penelitian
3) Program Reward dan Punihisment

Lampiran II
No.
Sub Aspek / Kelompok Indikator / Indikator
Bobot
/ Sub Indikator
2. Mutu dan Manfaat Kepada Masyarakat 35
Balai
BKPM BKMM
a. Mutu Pelayanan 12,5 12,5
1) Emergency Response Time 2 2
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan 2 2
3) Kecepatan Pelayanan Resep Obat Jadi 1,5 1,5
4) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium 1,5 1,5
5) Waktu Tunggu Hasil Radiologi 1,5 1,5
6) Waktu Tunggu Sebelum Tindakan 2 2
7) Waktu Tunggu Penyuluhan/Konseling 2 2
b. Mutu Klinik 10 10
1) Angka Kematian di Gawat Darurat 2 __

2) Angka Kebutaan - -

2
3) Angka Kesalahan Pemeriksaan
2
Laboratorium —

4) Angka Infeksi Pasca Operasi - -

2
5) Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara
2
Suspek —

6) Angka Kecacatan Mata —

2
7) Angka Kesembuhan Pasien 2
8) Angka Pasien yang Dirujuk - _

2
9) Kesalahan Pelayanan Obat 2 2
c. Kepedulian Kepada Masyarakat 8 8
1) Pembinaan kepada Pusat Kesehatan
2 2
Masyarakat dan Sarana Kesehatan Lain
2) Penyuluhan Kesehatan 2 2
3) Pelayanan Pasien Tidak Mampu 2 2
4) Pemberdayaan Masyarakat 2 2
d. Kepuasan Pelanggan 2 2
1) Penanganan Pengaduan 1 1
2]_ Kepuasan Pelanggan 1 1
e. Kepedulian Terhadap Lingkungan 2,5 2,5
1) Program BKPM / BKMM Berseri 1,5 1,5
2) Proper Lingkungan 1 1

Jumlah Skor Aspek Pelayanan (1+2) 70

Lampiran II 3 *
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan
1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas [Cash Ratio)
Rumus:

Kas dan Setara Kas


x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:
1) Kas adalah uang tunai atau saldo bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BLU, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
2) Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar
yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 3 bulan tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan
persediaan. Contoh setara kas antara lain deposito berjangka
kurang dari 3 bulan dan cek yang jatuh tempo kurang dari 3
bulan.

3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan


akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio kas adalah sebagai berikut:.
Rasio Kas (%)
Skor
(RK)
RK > 480 0,25
420 < RK < 480 0,5
360 < RK < 420 1
300 < RK < 360 1,5
240 < RK < 300 2
180 < RK < 240 1,5
120 < RK < 180 1
60 < RK < 120 * 0,5
0 < RK < 60 0,25
RK = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU "C" adalah 1.

b. Rasio Lancar [Current Ratio)


Rumus:

Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek

Lamniran II *
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;

b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka


pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu
12 bulan dari tanggal neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi.

2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor

RL 600
480 RL 600 2,5 ^
360 RL 480
240 RL 360 1,5
120 RL 240
0 RL 120 0,5
RL = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU X" adalah 2,5.

c. Periode Penagihan Piutang [Collection Period)


Rumus:

Piutang Usaha x 360


x 1 hari
Pendapatan Usaha
Penjelasan:
1) Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang
atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU.
2) Pendapatan usaha merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat.

Lampiran II 5 th
Skor periode penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP < 30 2
30 < PPP < 40 1,5
40 < PPP < 60 1
60 < PPP < 80 0,5
80 < PPP < 100 0,25
PPP > 100 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "C" adalah 2.
d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)
Rumus:

Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%

Penjelasan:
1 Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT > 20 2
15 < PAT < 20 1,5
10 < PAT < 15 1
5 < PAT < 10 0,5
0 < PAT < 5 0,25
PAT = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "C" adalah 2.

e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)


Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Aset Tetap

Lampiran II _ 6 Oh
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%}
Skor
(ROFA)
ROFA
ROFA 1,7
4 ROFA 1,4
ROFA 4 1,1
ROFA 0,8
ROFA 0,5
0 ROFA 1 0

Contoh perhitungan:
BLU "C", mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "C" adalah 1,7.
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)
Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Ekuitas - Surplus atau Defisit
sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Ekuitas adalah selisih antara hak residual BLU atas aset dengan
seluruh kewajiban yang dimiliki.
Skor rasio imbalan ekuitas adalah sebagai berikut:
Return on Equity (%)
Skor
(ROE)
ROE > 8 2
7 < ROE < 8 1,8
6 < ROE < 7 1,6
5 < ROE < 6 1,4
4 < ROE < 5 1,2
3 < ROE < 4 1
2 < ROE < 3 0,8
1 < ROE < 2 0,6
0 < ROE < 1 0,4
ROE = 0 0

Lampiran II . 7
Contoh perhitungan:
BLU X" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "C" adalah 1,6.
g. Perputaran Persediaan [Inventory Turnover)
Rumus:

Total Persediaan x 365

Pendapatan BLU x lhari


Penjelasan:
1) Total persediaan adalah seluruh barang persediaan yang
dimiliki oleh rumah sakit sebagaimana diatur dalam PSAP
No.05 Paragraf 05.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU vang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio perputaran persediaan adalah sebagai berikut:
Perputaran Persediaan (hari)
Skor
(PP)
ROE > 60 0
55 < ROE < 60 0,5
45 < ROE < 55
35 < ROE < 45 1,5
30 < ROE < 35
25 < ROE < 30 1,5
15 < ROE < 25
ROE < 15 0,5
0 < ROE 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "C" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:

Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:

1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh


sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.

Lampiran II 8
tr
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk
penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
[PBL
PB 65 4
57 PB 65 3,5
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 PB 35 1,5
0 PB 28 1

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C adalah 3,5.

Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk


penilaian kinerja BLU mulai Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai
berikut:

Rasio PNBP terhadap Biaya


Operasional (%) Skor
(PB)
PB > 30 4
25 < PB < 30 3,5
20 < PB < 25 3
15 < PB < 20 2,5 t/
10 < PB < 15 2
5 < PB < 10 1,5
0 < PB < 5 1

Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C" adalah 4.

Lamoiran II
Khusus untuk Balai Kesehatan Mata Makasar, skor rasio pendapatan
PNBP terhadap biaya operasional untuk penilaian kinerja BLU mulai
Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
m
PB 65 4
57 PB 65 3,5 U
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 < PB < 35 1,5
0 < PB < 28 1

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C" adalah 3,5.

2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU


a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
1) Jadwal Penyusunan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, setelah terbit
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, RBA dilakukan
penyesuaian menjadi RBA Definitif yang ditandatangani
menteri/pimpinan lembaga. RBA Definitif harus sudah
ditandatangani menteri/pimpinan lembaga paling lambat tanggal
31 Desember tahun sebelumnya.
Adapun penilaian ditentukan dari jangka waktu
ditandatanganinya RBA Definitif sebagaimana skor tabel berikut:
Jangka Waktu RBA Definitif
Ditandatangani Menteri/Pimpinan Skor
Lembaga
1. Sampai dengan tanggal 31 0,4
Desember tahun sebelumnya.
2. Setelah tanggal 31 Desember 0
tahun sebelumnya.
2) Kelengkapan
Sesuai ketentuan PMK Nomor 92/PMK.05/2011, RBA Definitif
disusun dengan ketentuan:
a) Ditandatangani oleh pemimpin BLU;
b) Diketahui oleh dewan pengawas atau pejabat yang ditunjuk
oleh menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
dewan pengawas;
c) Disetujui dan ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga;
dan

d) Format sesuai dengan PMK No. 92/PMK.05/2011.

Lampiran II _ 10 ft*
Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Skor
Kelengkapan
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
Triwulan I : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Semester I : paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
Triwulan III : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Tahunan : paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
• Audit Laporan Keuangan oleh,auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
• Opini audit Laporan Keuangan.
Skor untuk waktu penyampaian dan audit Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Jenis
No.
Laporan
Waktu Penyampaian Skor

Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 10
2. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
5.
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1

Lampiran II _ 11 h
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor

Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified)


Wajar Dengan Pengecualian (qualified) 0,5
Tidak Berpendapat (disclaimer) 0,25
Tidak Wajar (adverse) 0,15
Belum/Tidak diaudit (unaudited) 0,1

c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU


Sesuai ketentuan PER-30/PB/2011, BLU mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) ke KPPN
minimal satu kali dalam satu triwulan, yaitu paling lambat
disampaikan pada akhir triwulan berkenaan.
SP3B BLU disamping memuat pendapatan dan belanja, juga memuat
jumlah saldo awal kas yang telah sesuai dengan saldo akhir kas
triwulan sebelumnya.
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai berikut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
SPM Skor
Kebenaran Saldo Kas
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan I
0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan I 0
I 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan II 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan II 0
II 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan III 0,2
Triwulan JLJ^isampaikan setelahjriwulanjll 0
III 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
1. Disampaikan sesuai dengan
SP3B
langkah-langkah akhir tahun 0,4
anggaran
BLU
Triwulan
2. Masih terdapat pendapatan dan
IV
belanja yang belum dilakukan 0
pengesahan
3. Saldo kas telah sesuai 0,4

d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.

Lampiran II 12
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi

Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor


76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi, yang terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan, Sistem Akuntansi Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset
Tetap.
Skor untuk sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Skor
Sistem Akuntansi
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0

f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0

g- SOP Pengelolaan Kas


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 16, BLU
melaksanakan pengelolaan kas berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan kas oleh BLU, maka pemimpin BLU harus
menetapkan SOP Pengelolaan Kas.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Kas adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Kas Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Kas 0,5 0

Lampiran II _ 13 L
h. SOP Pengelolaan Piutang
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 17, BLU
melaksanakan pengelolaan piutang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan piutang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Piutang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Piutang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Piutang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Piutang 0,5 0

i. SOP Pengelolaan Utang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 18, BLU
melaksanakan pengelolaan utang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan utang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Utang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Utang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Utang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Utang 0,5 0

SOP Pengadaan Barang dan Jasa


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 20, BLU
melaksanakan pengadaan barang dan jasa berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa oleh BLU,
maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengadaan Barang dan
Jasa.

Skor untuk penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa adalah


sebagai berikut:
SOP Pengadaan Barang dan Jasa Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5 0

k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 21, BLU
melaksanakan pengelolaan barang inventaris berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang inventaris oleh
BLU, maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengelolaan
Barang Inventaris.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris adalah
sebagai berikut:
SOP Pengelolaan Barang Inventaris Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5 0

Lampiran II 14 *
B. Penilaian Indikator pada Aspek Pelayanan
1. Layanan
a. Pertumbuhan Produktivitas
1) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan
Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari pada tahun berjalan


Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan (pasien baru/lama) selama
satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja sesuai dengan hari
kerja di BKPM /BKMM dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat jalan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Pasien rawat jalan merupakan semua pasien yang memanfaatkan
sarana rawat jalan di instalasi rawat jalan/poliklinik di BKPM
atau BKMM.

Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan adalah


sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Kunjungan Rawat Jalan Skor
(RJ)
RJ > 1,10
0,90 < RJ < 1,10 1,5
0,70 < RJ < 0,90
0,50 < RJ < 0,70 0,5
RJ < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat
jalan per hari sebesar 1,16, maka skor pertumbuhan rata-rata
kunjungan rawat jalan per hari BLU "C" adalah 2.

2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan Rawat Darurat


Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat darurat per


hari pada tahun berjalan
Rata-rata kunjungan rawat darurat per
hari tahun lalu

Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat darurat selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di rawat darurat BKPM dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat darurat pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun

Lampiran II 15
>
Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Kunjungan Rawat Darurat Skor
(RD)
RD > 1,10 2
0,90 < RD < 1,10 1,5
0,70 < RD < 0,90 1

0,50 < RD < 0,70 0,5


RD < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "Cw mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat
darurat per hari sebesar 1,05, maka skor pertumbuhan rata-rata
kunjungan rawat darurat per hari BLU "C" adalah 1,5.

3) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Rumus:

Rata-rata kunjungan pemeriksaan penunjang


diagnostik per hari tahun berjalan
Rata-rata kunjungan pemeriksaan penunjang
diagnostik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan penunjang diagnostik per hari dihitung
berdasarkan jumlah kunjungan pemeriksaan penunjang
diagnostik selama satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja di
BKMM dengan formula:
Jumlah kunjungan pemeriksaan
diagnostik selama satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun

Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan penunjang diagnostik


adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik Skor
(PRG)
PRG > 1,10 2
0,90 < PRG < 1,10 1,5
0,70 < PRG <0,90 1
0,50 < PRG <0,70 0,5
PRG <0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan
pemeriksaan penunjang diagnostik per hari sebesar 1,05, maka
skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan penunjang diagnostik
BLU UC" adalah 1,5.

*>
Lampiran II _ 16
4) Pertumbuhan Kunjungan One Day Care
Rumus

Rata-rata kunjungan One Day Care (ODC) per hari


pada tahun berjalan
Rata-rata kunjungan ODC per hari tahun lalu
Penjelasan:
Kunjungan One Day Care (ODC) BKPM merupakan layanan yang
ada pada salah satu unit BKPM berupa perawatan observasi paru
kepada pasien yang memerlukan perawatan maksimal 3 hari.
Kunjungan One Day Care (ODC) BKMM merupakan layanan yang
ada pada salah satu unit BKMM berupa perawatan terhadap pasien
pasca operasi dan penanganan observasi khusus (retina) yang
memerlukan perawatan maksimal 3 hari.
Rata-rata kunjungan ODC dihitung berdasarkan jumlah pasien
ODC dikalikan jumlah hari perawatan di ruangan dengan formula:
Jumlah pasien ODC dalam perawatan selama
satu hari (24 Jam) dalam satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor perumbuhan kunjungan ODC adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Kunjungan
One Day Care Skor
(ODC)
ODC > 1,10 2
0,90 < ODC < 1,10 1,5
0,70 < ODC < 0,90 1
0,50 < ODC < 0,70 0,5
ODC < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai pertumbuhan kunjungan ODC sebesar 1,05,
maka skor pertumbuhan kunjungan ODC BLU "C" adalah 1,5.
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pemeriksaan radiologi pada unit layanan radiologi dapat berupa
pemeriksaan radiologi, radiodiagnostik dan imaging, psikometri,
dan/atau elektrodiagnostik.
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari dihitung berdasarkan
jumlah pemeriksaaan radiologi selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan radiologi BKPM dengan
formula:

Jumlah pemeriksaan radiologi selama satu tahun


Jumlah hari kerja unit layanan radiologi dalam
tahun yang sama

Lampiran II 17 A-
Skor pertumbuhan pemeriksan radiologi adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan
Pemeriksaan Radiologi Skor
(PR)
PR > 1,10 2
0,90 < PR < 1,10 1,5
0,70 < PR < 0,90 1

0,50 < PR < 0,70 0,5


PR < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan radiologi sebesar
0,85, maka skor pertumbuhan pemeriksaan radiologi BLU "CM
adalah 1. to

6) Pertumbuhan Jumlah Operasi Mata


Rumus:

Rata-rata operasi mata per hari tahun berjalan


Rata-rata operasi mata per hari tahun lalu

Penjelasan:
Rata-rata operasi mata per hari dihitung berdasarkan jumlah
tindakan operasi mata di BKMM selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan operasi BKMM dengan
formula:
Jumlah tindakan operasi mata selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan operasi BKMM
dalam tahun yang sama
Skor pertumbuhan jumlah operasi mata adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Jumlah
Operasi Mata Skor
(POM)
POM > 1,10
0,90 < POM < 1,10 1,5
0,70 < POM < 0,90
0,50 < POM < 0,70 0,5
POM < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan jumlah operasi mata sebesar
0,85, maka skor pertumbuhan jumlah operasi mata BLU "C"
adalah 1.

7) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium


Rumus:

Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari dihitung
berdasarkan jumlah pemeriksaaan laboratorium selama satu
tahun dibagi dengan jumlah hari kerja di unit layanan
laboratorium BKPM dengan formula:
Lampiran II _ 18
Jumlah pemeriksaan laboratorium selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan laboratorium dalam
___ tahun yang sama
Skor pertumbuhan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut: &
Pertumbuhan Pemeriksaan
Laboratorium Skor
(PL)
PR > 1,10
0,90 < PR < 1,10 1,5
0,70 < PR < 0,90
0,50 < PR < 0,70 0,5
PR < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan laboratorium
sebesar 1,2, maka skor pertumbuhan pemeriksaan laboratorium
BLU "C" adalah 2.

8) Pertumbuhan Pemeriksaan Penunjang Pelayanan


Rumus:

Rata-rata pemeriksaan penunjang pelayanan per hari


_^^^^ tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan penunjang pelayanan per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan penunjang pelayanan per hari dihitung
berdasarkan jumlah pemeriksaaan penunjang pelayanan selama
satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja di unit penunjang
pelayanan BKMM dengan formula:
Jumlah pemeriksaan penunjang pelayanan di
BKMM selama satu tahun "
Jumlah hari kerja unit layanan penunjang
pelayanan di BKMM dalam tahun yang sama
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan pelayanan pada BKMM
meliputi:
a) Pelayanan farmasi; dan/atau
b) Pemeriksaan optik dan laboratorium.
Skor pertumbuhan pemeriksaan penunjang pemeriksaan
pelayanan adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Pemeriksaan
Penunjang Pelayanan Skor
(PPL)
PPL > 1,10 2
0,90 < PPL < 1,10 1,5
0,70 < PPL < 0,90
0,50 < PPL < 0,70 0,5
PPL < 0,50 0

Lampiran II 19 fr
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan penunjang
pelayanan sebesar 1,10, maka skor pertumbuhan pemeriksaan
penunjang pelayanan BLU "C" adalah 2.
9) Pertumbuhan Rehab Medik
Rumus:

Rata-rata rehab medik per hari tahun berjalan


Rata-rata rehab medik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata rehab medik per hari dihitung berdasarkan jumlah
pemeriksaan rehab medik selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari kerja di unit pelayanan rehab medik BKPM/BKMM
dengan formula:
Jumlah tindakan rehab medik selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan rehab medik
dalam tahun yang sama
Pelayanan rehab medik di BKPM dilakukan terkait dengan
kesehatan paru, sedangkan pada BKMM rehab medik merupakan
pelayanan rehabilitasi visus berupa pemeriksaan refraksi pada
pasien yang mendapatkan resep kacamata.
Skor pertumbuhan rehab medik adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Rehab Medik
Skor
(PRM)
PRM > 1,10
0,90 < PRM < 1,10 1,5
0,70 < PRM < 0,90
0,50 < PRM < 0,70 0,5
PRM < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rehab medik sebesar 0,70,
maka skor pertumbuhan rehab medik BLU "C" adalah 1.
10) Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
Rumus:

Rata-rata tindakan spesialistik per hari tahun berjalan


Rata-rata tindakan spesialistik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata tindakan spesialistik per hari dihitung berdasarkan
jumlah tindakan spesialistik selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari kerja di unit layanan yang melakukan tindakan
spesialistik dengan formula:
Jumlah tindakan spesialistik selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan operasi dalam
tahun yang sama
Tindakan spesialistik pada BKPM merupakan semua tindakan
medis yang dilakukan oleh dokter spesialis di BKPM.

Lamniran II 20
b) Tindakan spesialistik pada BKMM merupakan tindakan
pemeriksaan spesialistik dasar/awal terkait kesehatan mata
yang dilakukan oleh tenanga dokter ahli maupun tenaga
kesehatan non medis. &
Skor pertumbuhan tindakan spesialistik adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
Skor
(PTS)
PTS 1,10
0,90 < PTS 1,10 1,5
0,70 < PTS 0,90
0,50 < PTS 0,70 0,5
PTS 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU «C» mempunyai pertumbuhan tindakan spesialistik sebesar
U9d, maka skor pertumbuhan tindakan spesialistik BLU "C"
adalah 1,5.

11) Pertumbuhan Jumlah Penyuluhan


Rumus:

Rata-rata penyuluhan per hari tahun berjalan


Rata-rata penyuluhan per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata penyuluhan per hari dihitung berdasarkan jumlah
penyuluhan yang dilakukan selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari kerja BLU bersangkutan, dihitung dengan formula-
Jumlah penyuluhan selama satu tahun
Jumlah hari kerja BLU dalam tahun yang sama
Penyuluhan dalam hal ini mempunyai pengertian sebagai berikut:
a) Penyuluhan yang dilakukan oleh BKPM, meruoakan
penyuluhan dalam gedung melalui unit instalasi penyuluhan
dan konsehng dalam rangka memberikan pelayanan
penyuluhan/konseling kepada pasien. y
b) Penyuluhan yang dilakukan oleh BKMM meruoakan
penyuluhan luar gedung kepada masyarakat. meruPakan
Skor Pertumbuhan jumlah penyuluhan adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Jumlah
Penyuluhan Skor
(PJP)
PJP > 1,10
0,90 < PJP < i io 1,5
0,70 < PJP < 0,90
0,50 < PJP < 0,70 0,5
PJP < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU «C" mempunyai pertumbuhan jumlah penyuluhan sebesar
ObO maka skor pertumbuhan jumlah penyuluhan BLU «C"
adalah 0,5.

Lampiran II 21 /V^
b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Dokter
Rumus:
Rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari
Jumlah dokter yang melaksanakan pelayanan rawat jalan
per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat jalan dengan dokter digunakan untuk mengukur
efisiensi dalam memberikan pelayanan rawat jalan dengan jumlah
dokter yang ada, berdasarkan perbandingan rata-rata pasien rawat
jalan per hari dengan tenaga dokter yang melaksanakan
pemeriksaan di instalasi rawat jalan/poliklinik di BKPM atau BKMM
per hari.
Skor rasio pasien rawat jalan dengan dokter adalah sebagai berikut:
Rasio Pasien Rawat Jalan
Dengan Dokter Skor
(RJD)
RJD> 25 0,25
20 < RJD< 25 0,75
15 < RJD< 20 1

10 < RJD< 15 0,75


RJD< 10 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "Cn mempunyai rasio pasien rawat jalan dengan dokter
sebesar 16 pasien /dokter, maka skor rasio pasien rawat jalan
dengan dokter BLU X" adalah 1.
2) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Perawat
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari


Jumlah perawat yang melaksanakan pelayanan rawat jalan
per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat jalan dengan perawat digunakan untuk
mengukur efisiensi dalam memberikan pelayanan rawat jalan
dengan jumlah perawat yang tersedia, berdasarkan perbandingan
rata-rata pasien rawat jalan per hari dengan tenaga semua perawat
yang berada di instalasi rawat jalan/poliklinik di BKPM atau BKMM.
Skor rasio pasien rawat jalan dengan perawat adalah sebagai
berikut:

Rasio Pasien Rawat Jalan


Dengan Perawat Skor
(RJP)

RJP > 16 0,25


12 < RJP< 16 0,75
8 < RJP< 12 1
4 < RJP< 8 0,75
RJP< 4 0,25

Lampiran II _ 22 ^
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pasien rawat jalan dengan perawat
sebesar 9 pasien/perawat, maka skor rasio pasien rawat jalan
dengan perawat BLU *C adalah 1.
3) Rasio Jumlah Pemeriksaan Laboratorium dengan Analis
Laboratorium
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan laboratorium per hari


Jumlah analis yang melaksanakan pemeriksaan
laboratorium per hari
Penjelasan:
Rasio jumlah pemeriksaan laboratorium dengan anlis laboratorium
digunakan untuk mengukur efisiensi dalam pelayanan pemeriksaan
laboratorium dengan jumlah analis laboratorium yang tersedia,
berdasarkan perbandingan rata-rata jumlah pemeriksaan
laboratorium per hari dengan semua tenaga analis yang bertugas di
laboratorium BKPM.
Skor rasio jumlah pemeriksaan laboratorium dengan analis
laboratorium adalah sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan
Laboratorium dengan Skor
Analis Laboratorium
(RLA)
RLA >20 0,25
15 < RLA< 20 0,5
10 < RLA< 15 1
5 < RLA< 10 0,5
RLA< 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan laboratorium
dengam analis laboratorium sebesar 12 pemeriksaan/analis
laboratorium, maka skor rasio jumlah pemeriksaan laboratorium
dengan analis laboratorium BLU "C adalah 1.
4) Rasio Jumlah Pemeriksaan Penunjang Diagnostik dengan Dokter
Rumus:
Rata-rata jumlah pemeriksaan penunjang diagnostik per hari
Jumlah dokter yang melaksanakan pemeriksaan penunjang
diagnostik per hari
Penjelasan:
Rasio jumlah pemeriksaan penunjang diagnostik dengan dokter
digunakan untuk mengukur efisiensi dalam pelayanan
pemeriksaan penunjang diagnostik dengan jumlah dokter yang
tersedia, berdasarkan perbandingan rata-rata pemeriksaan
penunjang diagnostik per hari dengan tenaga dokter yang bertugas.
Pemeriksaan penunjang diagnostik dimaksudkan untuk
pemeriksaan awal penyakit mata yang dilakukan oleh dokter yang
menjadi tenaga medis di unit alat canggih BKMM.

Lampiran II _ 23 *
Skor rasio jumlah pemeriksaan penunjang diagnostik dengan dokter
adalah sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik dengan Skor
Dokter
(RPD)
RLA> 20 0,25
15 < RLA< 20 0,5
10 < RLA< 15 1
5 < RLA< 10 0,5
RLA< 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan penunjang
diaknostik dengan dokter sebesar 8 pemeriksaan/dokter, maka
skor rasio jumlah pemeriksaan penunjang diaknostik dengan
dokter BLU "C" adalah 0,5. m
5) Rasio Jumlah Pemeriksaaan Radiologi dengan Petugas
Radiographer
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan radiologi per hari


Jumlah radiografer yang melaksanakan layanan
pemeriksaan radiologi per hari
Penjelasan:
Rasio jumlah pemeriksaan radiologi dengan petugas radiographer
digunakan untuk mengukur efisiensi dalam pelayanan pemeriksaan
radiologi dengan jumlah petugas radiographer tersedia, berdasarkan
perbandingan rata-rata jumlah pemeriksaan radiologi per hari
dengan tenaga radiographer yang bertugas di instalasi radiologi
BKPM. B
Skor rasio jumlah pemeriksaan radiologi dengan radiograper adalah
sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Radiologi
Skor
dengan Radiograper
(RRR)

RRR > 20 0,25


15 < RRR < 20 0,5
10 < RRR < 15
5 < RRR < 10 0,5
RRR < 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU UC" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan pemeriksaan
radiologi dengan radiograper sebesar 9 pemeriksaan /radiograper,
maka skor rasio jumlah pemeriksaan radiologi dengan radiograper
BLU "CM adalah 0,5.

Lampiran II _ 24 *
6) Rasio Pasien Penunjang Diagnostik dengan Perawat
Rumus:
Rata-rata jumlah pasien penujang diagnostik per hari
Jumlah perawat yang melaksanakan layanan
pemeriksaan penunjang diagnostik per hari
Penjelasan:
Rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat digunakan
untuk mengukur efisiensi dalam pelayanan penunjang diagnostik
dengan jumlah perawat tersedia, berdasarkan perbandingan rata-
rata pasien penunjang diagnostik per hari dengan tenaga semua
perawat yang bertugas di unit berkenaan.
Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan dalam rangka
pemeriksaan awal penyakit mata pada BKMM.
Skor rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat adalah
sebagai berikut:
Rasio Pasien Penunjang
Diagnostik dengan
Skor
Perawat
(RPP)
RPP > 20 0,25
15 < RPP < 20 0,5
10 < RPP < 15
5 < RPP < 10 0,5
RPP < 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan penunjang
diagnostik dengam perawat sebesar 14 pemeriksaan/perawat,
maka skor rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat BLU
"C" adalah 1.

7) Angka Kegagalan Hasil Radiologi


Rumus:

Jumlah kegagalan hasil radiologi per hari


x 100%
Jumlah seluruh pemeriksaan radiologi per hari
Penjelasan:
Angka kegagalan hasil radiologi dihitung berdasarkan persentase
dan jumlah kegagalan radiologi (kerusakan foto rontgen yang tidak
dapat dibaca) selama satu tahun terhadap jumlah keseluruhan
pemeriksaan radiologi (rontgen) di BKPM dalam tahun yang sama.
Skor angka kegagalan hasil radiologi adalah sebagai berikut:
Angka Kegagalan Hasil
Radiologi (%) Skor
(AKR)
AKR > 3 0,5
2 < AKR < 3
1 < AKR < 2 1,5
AKR < 1

Lampiran II 25 $r
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kegagalan hasil pemeriksaan radiologi
sebesar 0,80%, maka skor angka kegagalan hasil radiologi pada
BLU "C" adalah 2.

8) Angka Kegagalan Refraksi (Rehabilitasi Visus Pasca Operasi)


Rumus:

Jumlah kegagalan refraksi per hari


; ~ ; ; ~ : , . x 100%
Jumlan seluruh pemeriksaan refraksi per hari
Penjelasan:
Angka kegagalan refraksi dihitung berdasarkan persentase dari
jumlah kegagalan refraksi selama satu tahun terhadap jumlah
keseluruhan pemeriksaan refraksi dalam tahun yang sama.
Kegagalan refraksi merupakan kegagalan rehabilitasi visus pasca
operasi mata, sehingga mengalami kebutaan, dengan kriteria visus
> 5/60 (WHO) atau jumlah kegagalan refraksi dibandingkan dengan
semua pasien yang melaksanakan kegiatan refraksi di BKMM.
Skor angka kegagalan refraksi adalah sebagai berikut:
Angka Kegagalan
Refraksi (%) Skor
(AKV)
AKV > 3 0,5
2 < AKV < 3
1 < AKV < 2 1,5
AKV < 1

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kegagalan refraksi sebesar 0,80%,
maka skor angka kegagalan refraksi pada BLU "C" adalah 2.
9) Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
Rumus:

Rata-rata jumlah jenis obat yang kadaluarsa per tahun


x 100%
Jumlah seluruh jenis obat per tahun
Penjelasan:
Obat kadaluarsa adalah obat yang sudah melebihi ambang batas
waktu pemanfaatan sesuai yang tertera dalam kemasan obat.
Skor persentase obat kadaluarsa adalah sebagai berikut:
Persentase Nilai Obat
Kadaluarsa (%} Skor
(NOK)
NOK > 5 0,5
3 < NOK < 5
1 < NOK < 3 1,5
NOK < 1
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai persentase nilai obat kadaluarsa sebesar
0,80%, maka skor persentase nilai obat kadaluarsa BLU "C"
adalah 2.

Lampiran II _ 26 P
10) Angka Pengulangan Pemeriksaaan Laboratorium
Rumus:

Jumlah pemeriksaan di laboratorium yang diulanj


per hari
x 100%
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium per hari
Penjelasan:
Angka pengulangan pemeriksaan laboratorium adalah persentase
dan perbandingan jumlah pemeriksaan laboratorium yang diulang
dengan jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
dalam satu hari pada pasien yang sama.
Pengulangan pemeriksaan laboratorium dimaksud disebabkan
adanya human error atau kesalahan teknis lainnya, dan bukan
karena pertimbangan diagnosa dokter.
Skor pengulangan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut: to
Angka Pengulangan
Pemeriksaan Laboratorum (%) Skor
(APL)
APL > 3 0,5
2 < APL < 3 1
1 < APL < 2 1,5
APL < 1 2

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai persentase pengulangan pemeriksaan
laboratorium sebesar 2%, maka skor angka pengulangan
laboratorium BLU "C adalah 1,5.
11) Pengembalian Rekam Medik
Rumus:

Jumlah rekam medik dikembalikan per hari


x 100%
Jumlah semua rekam medik dalam satu
tahun per hari
Penjelasan:
Pengembalian rekam medik adalah rata-rata jumlah rekam medik
yang dikembalikan dari poliklinik setelah diisi lengkap ke ruang
penyimpanan rekam medik dalam waktu < 24 jam setelah pasien
pulang selama satu tahun.
Skor BOR adalah sebagai berikut:
Pengembalian
Rekam Medik (%) Skor
(PRM)
PRM > 80 2
60 < PRM < 80 1,5
40 < PRM < 60 1,25
30 < PRM < 40 1
20 < PRM < 30 0,5
PRM < 20 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka pengembalian rekam medik sebesar
82%, maka skor angka pengembalian rekam medik BLU "C"
adalah 2.

Lampiran II 27
12) Rasio Penyuluhan dan Petugas Penyuluhan
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien yang mendapatkan


penyuluhan per hari
Jumlah petugas yang memberikan penyuluhan per hari
Penjelasan:
Penyuluhan adalah kegiatan pemberian informasi kepada pasien
atau masyarakat tentang penyakit paru dan lainnya yang dilakukan
diluar gedung BKPM atau kegiatan pemberian informasi kepada
masyarakat tentang kesehatan mata dan lainnya yang dilakukan
diluar gedung BKMM.
Petugas penyuluhan adalah petugas kesehatan yang memberikan
penyuluhan baik tentang kesehatan paru atau lainnya di BKPM,
atau memberikan penyuluhan tentang kesehatan mata atau lainnva
di BKMM.
Skor rasio penyuluhan dan petugas penyuluhan adalah sebagai
berikut:
Rasio Penyuluhan dan
Petugas Penyuluhan Skor
(RP3)
RP3 < 2 1
2 < RP3 < 4 1,5
4 < RP3 < 6 2
6 < RP3 < 8 1,5
RP3 > 8 1

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio penyuluhan dengan petugas penyuluhan
sebesar 3 penyuluhan/petugas, maka skor rasio penyuluhan dan
petugas penyuluhan BLU UC" adalah 1,5.

c. Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran


1) Program Pendidikan dan Pelatihan
Penjelasan:
Program pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah program
pendidikan dan pelatihan paru/mata yang dilaksanakan oleh
sumber daya manusia di internal BKPM atau BKMM.
Skor program pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Program Pendidikan dan Pelatihan
Tidak ada program pendidikan dan
pelatihan 0

Ada program tidak dilaksanakan


Ada program sebagian dilaksanakan 1,5
Ada program dilaksanakan

2) Penelitian
Penjelasan:
Penelitian dilakukan oleh sumbe rdaya manusia pada BKPM atau
BKMM, baik penelitian yang dilakukan sendiri maupun dengan cara
melakukan kerjasama penelitian dengan pihak lain.

Lampiran II 28 lb*
Skor penelitian adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Penelitian

Tidak ada program penelitian 0


Ada program penelitian belum
dilaksanakan 0,5
Ada program penelitian sebagian
dilaksanakan 0,75
Ada program penelitian semua
dilaksanakan 1

3) Program Reward and Punhisment


Penjelasan:
Program reward and punishment merupakan salah satu bentuk
metode untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai,
Reward (penghargaan) merupakan bentuk apresiasi dari
BKPM/BKMM kepada sumber daya manusia yang berprestasi.
Sedangkan punishment (sanksi) dihitung berdasarkan bentuk
hukuman yang diberikan oleh BKPM/BKMM kepada SDM yang
melanggar peraturan disiplin kepegawaian.
Skor program reward and Punishment adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Program Reward and Punishment
Tidak ada program reward and
punishment 0

Ada program tidak dilaksanakan 0,75


Ada program sebagian dilaksanakan 1,5
Ada program dilaksanakan sepenuhnya 2,00

2. Mutu dan Manfaat kepada Masyarakat


a. Mutu Pelayanan
1) Emergency Response Time Rate
Rumus:
Rata-rata waktu tunggu sampai mendapatkan pelayanan (dalam
menit) di instalasi gawat darurat
Penjelasan:
Emergency response time rate adalah penanganan terhadap pasien
gawat darurat dari awal pasien dilayani sampai dengan pasien bisa
ditangani di ruangan gawat darurat BKPM, atau penanganan
terhadap pasien sampai mendapatkan pelayanan kegawatdaruratan
mata pra dan post tindakan di bagian ruang tindakan dan OK
BKMM.
Skor emergency response time rate adalah sebaga berikut :
Emergency Response
Time Rate (Menit) Skor
(ERT)
ERT < 8
8 < ERT < 15 1,5
15 < ERT < 30
ERT 30 0,5

Lampiran II 29
Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai mempunyai nilai emergency response time
rate sebesar 9 menit, maka skor emergencv response time rate
BLU "C adalah 1,5.
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan
Rumus:
Rata-rata lama waktu tunggu pasien sampai mendapatkan
pelayanan di unit rawatjalan (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan mulai
pasien mendaftar/menyerahkan kartu berobat sampai
mendapatkan pelayanan di bagian rawat jalan/poliklinik, dihitung
dalam satuan menit.
Skor waktu tunggu rawat jalan adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu
Rawat Jalan (Menit) Skor
(WRJ)
WRJ 20

20 < WRJ < 30 1,5


30 < WRJ < 40
WRJ > 40 0,5
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai nilai waktu tunggu rawat jalan sebesar 45
menit, maka skor waktu tunggu rawat jalan BLU "C" adalah 0,5.
3) Kecepatan Pelayanan Resep Obat Jadi
Rumus:
Rata-rata penyelesaian pelayanan resep obat jadi (dalam
menit)
Penjelasan:
Kecepatan pelayanan resep jadi dihitung berdasarkan jumlah waktu
yang diperlukan untuk menyediakan obat sejak resep diserahkan
oleh pasien ke petugas farmasi sampai dengan pasien menerima
obat jadi (standar < 30 menit).
Skor kecepatan pelayanan resep obat jadi adalah sebaga berikut :
Kecepatan Pelayanan
Resep Obat Jadi Skor
(KRO)
KRO 30 1,5
30 < KRO < 40 1,25
40 < KRO < 50 0,75
KRO > 50 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai kecepatan pelayanan resep obat jadi sebesar
50 menit, maka skor kecepatan pelayanan resep obat jadi BLU "C"
adalah 0,25.

Lampiran II 30
4) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil laboratorium (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil laboratorium adalah waktu yang diperlukan
pasien untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
(selain kultur).
Skor waktu tunggu hasil laboratorium adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu Hasil
Laboratorium (Jam) Skor
(WTL)
WTL < 3 1.5
< WTL < 4 1,25
< WTL < 5 0,75
WTL > 5 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil laboratorium 4
jam 50 menit, maka skor waktu tunggu hasil laboratorium BLU
"C" adalah 0,75.
5) Waktu Tunggu Hasil Radiologi
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil radiologi (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil radiologi adalah tenggang waktu mulai pasien
menyerahkan kartu berobat sampai mendapatkan pelayanan di
unit layanan radiologi BKPM atau pemeriksaan visus BKMM.
Skor waktu tunggu hasil laboratorium ada ah sebaga berikut:
Waktu Tunggu
Hasil Radiologi (Jam) Skor
(WTR)
WTR < 3 1,5
3 < WTR < 4 1,25
4 < WTR < 5 0,75
WTR 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil radiologi 3 jam
20 menit, maka skor waktu tunggu hasil radiologi BLU "C" adalah
i ,ZO.

6) Waktu Tunggu Sebelum Tindakan


Rumus:
Rata-rata lama menunggu sebelum pasien mendapatkan
tindakan medis (jdalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu sebelum tindakan dihitung berdasarkan rata-rata
waktu tunggu pasien sejak menyerahkan kartu kartu berobat
sampai mendapatkan tindakan medis berupa tindakan kesehatan
paru (BKPM) atau tindakan operasi kecil mata (BKMM).

Lampiran II 31
Skor waktu tunggu sebelum tindakan adalah sebagai berikut:
Waktu Tunggu
Sebelum Tindakan (Jam) Skor
(WTT)
WTT < 3 2

3 < WTT < 4 1,5


4 < WTT < 5 1

WTT > 5 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu sebelum tindakan
sebesar 3 jam 15 menit, maka skor waktu tunggu sebelum tindakan
BLU «C" adalah 1,5.
7) Waktu Tunggu Penyuluhan/Konseling
Rumus:
Rata-rata lama menunggu sebelum pasien mendapatkan
penyuluhan/konseling (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu tunggu penyuluhan/konseling dihitung berdasarkan rata-
rata waktu tunggu pasien sejak menyerahkan kartu kartu berobat
sampai mendapatkan pelayanan penyuluhan/konseling.
Skor waktu tunggu penyuluhan/konseling adalah sebagai berikut:
Waktu Tunggu
Penyuluhan/ Konseling
Skor
(Menit)
(WTP)
WPK < 45 2

45 < WPK < 90 1,5


90 < WPK < 120 1

WPK > 120 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu penyuluhan/konseling
55 menit, maka skor waktu tunggu penyuluhan/konseling BLU "C"
adalah 1,5.

b. Mutu Klinik
1) Angka Kematian di Gawat Darurat
Rumus :

Jumlah kematian pasien yg telah mendapatkan


pelayanan di UGD per tahun
x 100%
Jumlah pasien di UGD per tahun

Penjelasan:
Angka kematian di gawat darurat RSU dihitung secara persentase
berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian pasien yang
telah dilayani di Unit Gawat Darurat (UGD) pada BKPM dengan
jumlah seluruh pasien yang dilayani oleh UGD pada BKPM.
Skor terhadap angka kematian di gawat darurat BKPM adalah
sebagai berikut:

Lampiran II _ 32
Angka Kematian
di Gawat Darurat (%) Skor
(AKG)
AKG < 2

< AKG s 10 1,5


10 < AKG < 15
AKG > 15 0

Contoh perhitungan:
fL^ioF "fW^111 nilai **&*• kematian di gawat darurat sebesar
l,lo/o, maka skor untuk angka kematian di gawat darurat BLU "C"
adalah 2.

2) Angka Kebutaan
Rumus :

Jumlah pasien dengan visus awal >5/60 per tahun


Jumlah kunjungan pasien rawat jalan dengan x 100%

pemeriksaan refraksi per tahun


Penjelasan:
Angka kebutaan dihitung berdasarkan persentase angka
kebutaan (visus awal > 5/60) dalam satu tahun dibagi dengan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan dengan pemeriksaan
refraksi.
Skor angka kebutaan pada BKMM adalah sebagai berikut:
Angka Kebutaan (%)
(AKB) Skor

AKB s 2

< AKB < 10 1,5


10 < AKB < 15
AKB 15 0

Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai nilai angka kebutaan di gawat darurat sebesar
1,16%, maka skor untuk angka kebutaan di gawat darurat BLU "Cw
adalah 2.

3) Angka Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium


Rumus :

Hasil perhitungan kesalahan pemeriksaan


laboratorium dalam satu tahun (Tabel)

Penjelasan:
Kesalahan pemeriksaan laboratorium adalah kesalahan
pembacaan mikroskopis BTA pada uji silang metoda LQAS (Lot
Quality Assurance System) yang dilakukan oleh analis
laboratorium kesehatan BKPM.
Angka kesalahan laboratorium merupakan rata-rata dari jumlah
nilai perhitungan kesalahan laboratorium dalam satu tahun
berjalan.
Nilai perhitungan untuk tiap pembacaan mikroskopis BTA yang
dilakukan uji silang didapatkan berdasarkan tabel berikut:
Uraian Skor

Tidak ada kesalahan pembacaan


2
(betul)
Tidak memadai kualitas sediaan 1,5
Kurang dari 3 kesalahan kecil
1
pembacaan (KH/NPR/PPR)
Terdapat kesalahan besar
0
pembacaan (NPT/PPT)

4) Angka Infeksi Pasca Operasi


Rumus :

Jumlah pasien infeksi pasca operasi per tahun


x 100%
Jumlah pasien yang mendapatkan operasi per tahun

Penjelasan:
Angka infeksi pasca operasi adalah persentase jumlah infeksi
pasien mata pasca operasi > 24 jam pada BKMM.
Skor angka infeksi pasca operasi pada BKMM adalah sebagai
berikut:
Angka Infeksi
Pasca Operasi (%) Skor
(AIP)
AIP < 2 2

2 < AIP < 10 1,5


10 < AIP < 15 1

AIP > 15 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka infeksi pasca operasi sebesar 14,8%,
maka skor untuk angka infeksi pasca operasi BLU "C" adalah 1.
5) Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
Rumus :
Jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan
, , ; Per tahun
Jumlah pasien suspek TB yang diperiksa per tahun
xl00%
Penjelasan:
Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek adalah persentase
pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya, angka ini menggambarkan mutu dari proses
penemuan sampai diagnosis terhadap pasien, serta kepekaan
menetapkan kriterian suspek.
Skor proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek pada BKPM
adalah sebagai berikut:
Proporsi Pasien TB BTA Positifdiantara Suspek (%)
Skor
(PPT)
0 atau PPT > 26 0
0 < PPT < 2 atau 21 < PPT < 26 0,75
2 < PPT < 4 atau 15 < PPT < 21 1,5
4 < PPT < 15
2

Lampiran II 34
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai proporsi pasien TB BTA positif diantara
suspek sebesar 3,5%, maka skor proporsi pasien TB BTA positif
diantara suspek BLU "C" adalah 1,5.
6) Angka Kecacatan Mata
Rumus:

Jumlah pasien yang mengalami cacat


permanen pada mata per tahun
x 100%
Jumlah pasien yang jalan per tahun
Penjelasan:
Angka kecacatan mata adalah persentase angka cacat permanen
pada mata pasien rawat jalan pada BKMM dalam satu tahun.
Skor angka kecacatan mata adalah sebagai berikut:
Angka Kecacatan Mata (%)
Skor
(AKM)
AKM< 2 2
2 < AKM< 10 1,5
10 < AKM< 15 0,75
AKM > 15 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kecacatan mata sebesar 8%, maka skor
angka kecacatan mata BLU "Cw adalah 1,5.
7) Angka Kesermbuhan Pasien
Rumus :

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang sembuh


x 100%
Jumlah pasien baru TB BTA posotifyang diobati
Penjelasan:
Angka kesembuhan pasien adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TB paru BTA positif vang sembuh setelah
selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA
positif yang tercatat Indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien
TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru
BTA Positif yang mulai berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya,
kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah
selesai pengobatan.
Skor angka kesembuhan pasien adalah sebagai berikut:
Angka Kesembuhan
Pasien (%) Skor
(AKP)
AKP < 25 0
25 < AKP < 50 0,75
50 < AKP < 85 1,5
AKP > 85

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kesembuhan pasien sebesar 85,6%,
maka skor angka kesembuhan pasien BLU "C" adalah 2.

Lampiran II 35 A,
8) Angka Pasien Yang Dirujuk
Rumus:
Jumlah pasien yang dirujuk per bulan
— x 100%
Jumlah pasien rawat jalan per bulan
Penjelasan:
Angka pasien yang dirujuk adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien rawat jalan di BKMM yang dirujuk ke rumah
sakit tipe A/B.
Skor angka pasien yang dirujuk adalah sebagai berikut:
Angka Pasien
Yang Dirujuk (%) Skor
(APD)
APD < 2 2

2 < APD < 10 1,5


10 < APD < 15 0,75
APD > 15 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka pasien yang dirujuk sebesar 10%,
maka skor angka pasien yang dirujuk BLU "C" adalah 0,75.
9) Kesalahan Pelayanan Obat
Rumus :

Jumlah kesalahan pelayanan obat per hari


x 100%
tahun berjalan
Jumlah pelayanan obat per hari tahun berjalan
Penjelasan:
Kesalahan pelayanan obat adalah kesalahan petugas bagian
farmasi dalam memberikan obat kepada pasien.
Skor kesalahan pelayanan obat adalah sebagai berikut:
Kesalahan
Pelayanan Obat (%) Skor
(KPO)
KPO < 2 2

2 < KPO < 10 1,5


10 < KPO < 15 0,75
KPO > 15 0

Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai persentase kesalahan pelayanan obat dalam
satu tahun sebesar 1,25%, maka skor kesalahan pelayanan obat
BLU "C adalah 2.

c. Kepedulian Kepada Masyarakat


1) Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sarana
Kesehatan Lain
Penjelasan:
Pembinaan kepada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
sarana kesehatan, dan sarana pelayanan sosial dalam rangka:
• menurunkan angka kematian kepada anak/bayi (program
MDG's goals noA)\
Lampiran II . 36
• meningkatkan kesehatan ibu dalam (program MDG's goals no.5);
• menurunkan angka kesakitan masyarakat; dan
• mencegah korban pasung.
Terkait pembinaan dimaksud, BKPM melakukan pembinaan kepada
petugas Puskesmas untuk kegiatan penanggulangan tuberkolosis,
sedangkan BKMM melakukan pembinaan kepada petugas
Puskesmas untuk penanggulangan kebutaan melalui pelatihan
kesehatan mata dasar.

Skor Pembinaan kepada Puskesmas dan sarana kesehatan lain


adalah sebagai berikut:
Uraian
Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan Skor
Masyarakat dan Sarana Kesehatan Lain
Tidak ada program 0
Ada program tidak dilaksanakan 0,75
Ada program sebagian dilaksanakan 1,5
Ada program dilaksanakan sepenuhnya

2) Penyuluhan Kesehatan
Penjelasan:
Penyuluhan kesehatan adalah penyampaian informasi kesehatan
oleh petugas BKPM/BKMM kepada masyarakat baik yang
dilakukan didalam atau luar gedung tentang kesehatan
paru/mata supaya lebih mandiri dalam menangani kesehatannya
sehingga dapat berperan aktif dalam mengatasi kesehatan
Paru/mata di wilayahnya.
Skor Penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikjut:
Uraian
Skor
Penyuluhan Kesehatan

Tidak ada program 0


Ada program tidak dilaksanakan 0,75
Ada program sebagian dilaksanakan 1,5
Ada program dilaksanakan

3) Pelayanan Pasien Tidak Mampu


Rumus:

Jumlah pelayanan pasien tidak mampu per tahun


x 100%
Jumlah seluruh kunjungan pasien per tahun
Penjelasan:
Pelayanan pasien tidak mampu adalah persentase dari jumlah
pasen tidak mampu yang telah mendapatkan pelayanan medis oleh
semua unit layanan pada BKPM/BKMM dibandingkan dengan
jumlah seluruh kunjungan pasien dalam satu tahun.
Skor_Rasio tempat tidur kelas HI kesehatan adalah sebagai berikut:
Pelayanan Pasien Tidak
Mampu (% Skor
(PTM)
PTM > 30
20 < PTM < 30 1,5
10 < PTM < 20 0,75
PTM < 10 0

Contoh perhitungan:
BkU "Cn ™empif^ai Persentase pelayanan pasien tidak mampu
sebesar 25/b maka skor untuk pelayanan pasien tidak mampu BLU
C adalah 1,5.
4) Pemberdayaan Masyarakat
Penjelasan:
Pemberdayaan masyarakat merupakan program
pembinaan/pelatihan kepada masyarakat baik tenaga kesehatan
ataupun non kesehatan supaya lebih mandiri dalam menangani
kesehatannya sehingga dapat berperan aktif dalam mengatasi
kesehatan paru/mata di wilayahnya.
Skor pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
Uraian
Pemberdayaan Masyarakat Skor

Tidak ada program 0


Ada program tidak dilaksanakan 0,75
Ada program sebagian dilaksanakan 1,5
Ada program dilaksanakan

d. Kepuasan Pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/Komplain (PPK)
Rumus:

Pengaduan/komplain tertulis yang telah


ditindaklanjuti manajemen
x 100%
Jumlah seluruh pengaduan/komplain
tertulis yang dilaporkan
Penjelasan:
Penanganan pengaduan/komplain adalah jumlah
pengaduan/komplain tertulis yang dilaporkan ke unit pengelola
pelayanan pelanggan dan telah direspon/ditindaklanjuti oleh
manajemen BKPM/BKMM dalam periode satu tahun, dibandingkan
dengan jumlah semua pengaduan/komplain tertulis yang
dilaporkan dalam periode tahun yang sama. Standar persentase
penanganan pengaduan/komplain adalah > 60%.

Lamniran TT 3ft
Skor penanganan pengaduan/komplain adalah sebagai berikut:
Penanganan
Pengaduan/Komplain (% Skor
(PPK)
PPK > 70
60 PPK < 70 0,75
50 < PPK < 60 0,5
PPK < 50 0

Contoh perhitungan:
BLU "C (RSU Pendidikan/RSU non Pendidikan) mempunyai nilai
penanganan pengaduan/komplain sebesar 70%, maka skor Rasio
penanganan pengaduan/komplain BLU "C" adalah 0,75.
2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:
Hasil Penilaian IKM
01 \ ,, . : TT77,~ x Bobot
Skala Maksimal Nilai IKM
Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survey
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan dalam
rumus, dengan maksimal skor - 1.
Contor perhitungan
BLU "C" mempunyai angka hasil perhitungan IKM sebesar 92, maka
skor kepuasan pelanggan adalah:
92
——— x 1 = 0,92 (skor yang didapat)

e. Kepedulian Terhadap Lingkungan


1) Program BKPM/BKMM Berseri
Penjelasan:
Program BKPM/BKMM berseri dinilai melalui keberadaan program
pengembangan BKPM/BKMM yang disusun sesuai dengan
peraturan yang berlaku, terkait dengan kebersihan lingkungan yang
meliputi aspek keamanan, kenyamanan, keindahan, ketertiban, dan
ramah lingkungan.
Skor program balai besar berseri adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Program BKPM/BKMM Berseri
Tidak ada program 0
Ada program tidak dilaksanakan 0,25
Ada program sebagian dilaksanakan 0,5
Ada program dilaksanakan 1,5

T O m T->1 t-o r-i TT


2) Proper Lingkungan
Penjelasan:
Proper lingkungan dinilai melalui keberadaan program lingkungan
hidup yang disusun dengan melihat/merujuk ketentuan
pengaturan mengenai lingkungan hidup.
Skor Proper Lingkungan adalah sebagai heriWrn-^
Uraian
Proper Lingkungan Skor

Tidak ada program 0


Ada program tidak dilaksanakan 0,25
Ada program sebagian dilaksanakan 0,5
Ada program dilaksanakan
sepenuhnya

g&L PERBENDAHARAAN,

ARJOWIRYONO
<

Lampiran II 40
Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :

TATA CARA PERHITUNGAN KINERJA BLU BIDANG LAYANAN KESEHATAN


PADA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN

I. ASPEK DAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA

£££*£££* ^^ ^^ k6Sehatan Pada Balai ^-tonum


1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dari:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
tmggi 11.

2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35.

Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan adalah sebagai berikut:


No.
Subaspek / Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)
e. Imbalan atas Aset Tetap [Return on Fixed Asset)
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equitu)
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
d. Tarif Layanan
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas
0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
i. SOP Pengelolaan Utang 0,5
i SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Skor penilaian kinerja pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Kelompok Indikator / Indikator Skor
1. Layanan
35
a. Pertumbuhan Produktivitas 11
U Pertumbuhan Rata rata Pemeriksaan Mikrobiologi
2) Pertumbuhan Rata rata Pemeriksaan Imunologi
3] Pertumbuhan Rata rata Pemeriksaan Patologi Klinik
D Pertumbuhan Rata rata Pemeriksaan Kimia Kesehatan 2
5] Pertumbuhan Rata rata Pembuatan Media dan Reagensia
6) Pertumbuhan Rata rata Pemeriksaan Uji Kesehatan
b. Efisiensi Pelayanan 18
1) Rasio Jumlah Pemeriksaan Mikrobioogi dengan Analis
_2) Rasio Jumlah Pemeriksaan Imunologi dengan Analis
3) Rasio Jumlah Pemeriksaan Patologi Klinik dengan Analis
4) Rasio Jumlah Pemeriksaan Kimia Kesehatan dengan
Analis
5) Rasio Jumlah Pembuatan Media Reagensia dengan
Analis
6) Rasio Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Klinik dengan
Dokter Spesialis Patologi Klinik
Rasio Jumlah Pemeriksaan Uji Kesehatan dengan Tenaga
Yang Bertugas di Unit Instalasi Uji Kesehatan
8) Angka Pengulangan Pemeriksaan Laboratorium
c. Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran
1) Rata-rata Jam Pelatihan per Karyawan
2) Penelitian
3) Program Reward dan Punishment
Mutu dan Manfaat Bagi Masyarakat 35
a. Mutu Pelayanan 14
1) Waktu Tunggu Pelayanan
2) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Mikrobiologi
3) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Patologi Klinik
4) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Imunologi
5] Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Kimia Kesehatan
Waktu Layanan Bidang Pembuatan Media dan
Reagensia
7) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Uji Kesehatan
b. Mutu Klinik 8
1) Angka Kegagalan Pengambilan Sampel Uji
2) Angka Pemeriksaan Laboratorium yang Dirujuk
3) Hasil Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
4) Hasil Pemantapan Mutu Eksternal
c. Kepedulian Kepada Masyarakat
Pembinaan Kepada Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat, Laboratorium Rumah Sakit, dan
Laboratorium Mandiri dan Sarana Kesehatan Lain
2) Kegiatan Pelayanan PME Regional
3) Program Penyuluhan Kesehatan
d. Kepuasan Pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/Komplain
2) Kepuasan Pelanggan
e. Kepedulian Terhadap Lingkungan
1) Program BLK Berseri 2
2) Proper Lingkungan 1
Jumlah Skor Aspek Pelayanan (1+2) 70
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan
1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas {Cash Ratio)
Rumus:

Kas dan Setara Kas


x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:
1) Kas adalah uang tunai atau saldo bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BLU, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
2) Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar
yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 3 bulan tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan
persediaan. Contoh setara kas antara lain deposito berjangka
kurang dari 3 bulan dan cek yang jatuh tempo kurang dari 3
bulan.

3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan


akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio kas adalah sebagai berikut:.
Rasio Kas (%)
Skor
(RK)
RK > 480 0,25
420 < RK < 480 0,5
360 < RK < 420 1
300 < RK < 360 1,5
240 < RK < 300 2
180 < RK < 240 1,5
120 < RK < 180 1
60 < RK < 120 0,5
0 < RK < 60 0,25
RK = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU «D" adalah 1.

b. Rasio Lancar [Current Ratio)


Rumus:

Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek

Ik.
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca; &&

b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka


pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu
12 bulan dari tanggal neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi.

2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
[Ry
RL 600 3
480 RL 600 2,5
360 RL 480
240 < RL < 360 1,5 1/

120 < RL < 240


0 RL 120 0,5
RL = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU aD" adalah 2,5.
c.
Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
Rumus:

Piutang Usaha x 360


x 1 hari
Pendapatan Usaha
Penjelasan:

1) Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang


atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU.
2) Pendapatan usaha merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat.
Skor periode penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
(PPP) Skor

PPP 30
30 PPP 40 1,5
40 PPP 60
60 PPP 80 0,5
80 PPP 100 0,25
PPP 100 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "D" adalah 2.
d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)
Rumus:

Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT 20
15 PAT 20 1,5
10 PAT 15
PAT 10 0,5
0 PAT 0,25
PAT = 0 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "D" adalah 2.
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Aset Tetap
Penjelasan:

1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah


surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%}
Skor
(ROFA)
ROFA
ROFA 1,7
4 ROFA 1,4
ROFA 1,1
ROFA 0,8
1 ROFA 0,5
0 < ROFA < 1 0

Contoh perhitungan:
BLU "D* mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "D" adalah 1,7.
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)
Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Ekuitas - Surplus atau Defisit x 100%
sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Ekuitas adalah selisih antara hak residual BLU atas aset dengan
seluruh kewajiban yang dimiliki.
Skor rasio imbalan ekuitas adalah sebagai berikut:
Return on Equity (%)
(ROE) Skor

ROE > 8 2
7 < ROE < 8 1,8
6 < ROE < 7 1,6
5 < ROE < 6 1,4
4 < ROE < 5 1,2
3 < ROE < 4 1
2 < ROE < 3 0,8
1 < ROE < 2 0,6
0 < ROE < 1 0,4
ROE = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "D" adalah 1,6.
g. Perputaran Persediaan [Inventory Turnover)
Rumus:

Total Persediaan x 365


Pendapatan BLU x lhari

Penjelasan:

*' I0tal Persediaan adalah seluruh barang persediaan yang


dimiliki oleh rumah sakit sebagaimana diatur dalam PSAP
No.05 Paragraf 05.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dan hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio perputaran persediaan adalah sebagai berikut:
Perputaran Persediaan (hari)
Skor
(PP)
ROE 60 0
55 ROE 60 0,5
45 ROE 55
35 ROE 45 1,5
30 ROE 35
25 ROE 30 1,5
15 ROE 25
ROE 15 0,5
0 ROE 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "D" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:

Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.
2) Bmya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dan penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk
penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB 65
57 PB 65 3,5
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 PB 35 1,5
0 PB 28 1

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "D" adalah 3,5.

Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk


penilaian kinerja BLU mulai Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai
berikut: 5

Rasio PNBP terhadap Biaya


Operasional (%) Skor
(PB)
PB 30
25 PB 30 3,5
20 PB 25
15 PB 20 2,5
10 PB 15
PB 10 1,5
0 PB

Contoh perhitungan:
BLU «D" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "D" adalah 4.

2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan 9LU


a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
1) Jadwal Penyusunan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, setelah terbit
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, RBA dilakukan
penyesuaian menjadi RBA Definitif yang ditandatangani
menteri/pimpinan lembaga. RBA Definitif harus sudah
ditandatangani menteri/pimpinan lembaga paling lambat tanggal
31 Desember tahun sebelumnya.
Adapun penilaian ditentukan dan jangka waktu
ditandatanganinya RBA Definitif sebagaimana skor tabel berikut:
Jangka Waktu RBA Definitif
Ditandatangani Menteri/ Pimpinan Skor
Lembaga
1. Sampai dengan tanggal 31 0,4
Desember tahun sebelumnya.
2. Setelah tanggal 31 Desember 0
tahun sebelumnya.

2) Kelengkapan

Sesuai ketentuan PMK Nomor 92/PMK.05/2011, RBA Definitif


disusun dengan ketentuan:
a) Ditandatangani oleh pemimpin BLU;
b) Diketahui oleh dewan pengawas atau pejabat yang ditunjuk
oleh menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
dewan pengawas;
c) Disetujui dan ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga-
dan '

d) Format sesuai dengan PMK No. 92/PMK.05/2011.


Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Skor
Kelengkapan
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.

b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
Triwulan I paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Semester I paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
Triwulan III paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Tahunan paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
Audit Laporan Keuangan oleh auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
Opini audit Laporan Keuangan.
Skor untuk waktu penyampaian dan audit Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Jenis
No.
Laporan Waktu Penyampaian Skor

Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2


tanggal 15
1. Keuangan
Triwulan I 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 10
Keuangan
Semester I
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 20
Keuangan
Tahunan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
5.
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1

Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :


Hasil Audit Laporan Keuangan Skor
Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified)
Wajar Dengan Pengecualian (qualified) 0,5
Tidak Berpendapat (disclaimer) 0,25
Tidak Wajar (adverse) 0,15
Belum/Tidak diaudit (unaudited) 0,1

c.
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Sesuai ketentuan PER-30/PB/2011, BLU mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) ke KPPN
minimal satu kali dalam satu triwulan, yaitu paling lambat
disampaikan pada akhir triwulan berkenaan.
SP3B BLU disamping memuat pendapatan dan belanja, juga memuat
jumlah saldo awal kas yang telah sesuai dengan saldo akhir kas
triwulan sebelumnya.
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai berikut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
SPM Skor
Kebenaran Saldo Kas
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan I 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelaPijtrjwulanJ[ 0
I 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan II 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan II 0
II 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan III 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwujanju 0
III 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
1. Disampaikan sesuai dengan
SP3B langkah-langkah akhir tahun 0,4
anggaran
BLU
Triwulan 2. Masih terdapat pendapatan dan
belanja yang belum dilakukan 0
_p^ngesahan_
3. Saldo kas telah sesuai 0,4

d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.

Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:


____ Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
| ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi

Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor


76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi, yang terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan, Sistem Akuntansi Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset
Tetap.

if.
Skor untuk sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Sistem Akuntansi Skor
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0

f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0

g- SOP Pengelolaan Kas


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 16, BLU
melaksanakan pengelolaan kas berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan kas oleh BLU, maka pemimpin BLU harus
menetapkan SOP Pengelolaan Kas.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Kas adalah sebagai
berikut:

SOP Pengelolaan Kas Skor


(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Kas 0,5 0

h. SOP Pengelolaan Piutang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 17, BLU
melaksanakan pengelolaan piutang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan piutang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Piutang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Piutang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Piutang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Piutang 0,5 0

1. SOP Pengelolaan Utang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 18, BLU
melaksanakan pengelolaan utang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan utang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Utang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Utang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Utang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Utang 0,5 0

SOP Pengadaan Barang dan Jasa


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 20, BLU
melaksanakan pengadaan barang dan jasa berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa oleh BLU,
maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengadaan Barang dan
Jasa.

Skor untuk penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa adalah


sebagai berikut:
SOP Pengadaan Barang dan Jasa Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5 0

k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 21, BLU
melaksanakan pengelolaan barang inventaris berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang inventaris oleh
BLU, maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengelolaan
Barang Inventaris.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris adalah
sebagai berikut:
SOP Pengelolaan Barang Inventaris Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5 0

B. Penilaian Indikator pada Aspek Pelayanan


1. Layanan
a. Pertumbuhan produktivitas
1) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Mikrobiologi
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan mikrobiologi per hari pada


tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan mikrobiologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pemeriksaan mikrobiologi adalah jumlah parameter yang dilakukan
pemeriksaan di instalasi mikrobiologi. Rata-rata pemeriksaan
mikrobiologi dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan mikrobiologi
pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun

Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksasan mikrobiologi adalah


sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan Mikrobiologi Skor
(PM)
PM > 1,10 2
1,00 < PM < 1,10 1,5
0,90 < PM < 1,00 1
0,80 < PM < 0,90 0,5
PM < 0,80 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
mikrobiologi per hari sebesar 1,00, maka skor pertumbuhan rata-
rata pemeriksaan mikrobiologi per hari BLU UD" adalah 1,5.
2) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Imunologi
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan imunologi per hari pada


tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan imunologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pemeriksaan imunologi adalah jumlah parameter yang dilakukan
pemeriksaan di instalasi imunologi. Rata-rata pemeriksaan
imunologi dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan imonologi pada satu. tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan imunologi adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan Imunologi Skor
(PI)
PI > 1,10 2
1,00 < PI < 1,10 1,5
0,90 < PI < 1,00 1
0,80 < PI < 0,90 0,5
PI < 0,80 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
imunologi per hari sebesar 1,05, maka skor pertumbuhan rata-
rata kunjungan rawat darurat per hari BLU "D" adalah 1,5.
3) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Patologi Klinik
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan patologi klinik per hari


pada tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan patologi klinik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pemeriksaan patologi klinik adalah jumlah parameter yang
dilakukan pemeriksaan di instalasi patologi klinik. Rata-rata
pemeriksaan patologi klinik dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan patologi klinik pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan patologi klinik adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan Patologi Klinik Skor
(PP)
PP > 1,10 2
1,00 < PP < 1,10 1,5
0,90 < PP < 1,00 1
0,80 < PP < 0,90 0,5
PP < 0,80 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
patologi klinik per hari sebesar 1,16, maka skor pertumbuhan
rata-rata pemeriksaan patologi klinik per hari BLU "D" adalah 2.
4) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Kimia Kesehatan
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan kimia kesehatan per hari


pada tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan kimia kesehatan per hari tahun lalu

Penjelasan:
Pemeriksaan kimia kesehatan adalah jumlah parameter yang
dilakukan pemeriksaan di instalasi kimia kesehatan. Rata-rata
pemeriksaan kimia kesehatan dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan kimia
kesehatan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu
tahun
Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan kimia kesehatan
adalah sebagai berikut:
i
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan kimia
Skor
Kesehatan
(PK)
PK > 1,10 2
1,00 < PK < 1,10 1,5
0,90 < PK < 1,00 1
0,80 < PK < 0,90 0,5
PK < 0,80 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan kimia
kesehatan per hari sebesar 1,09, maka skor pertumbuhan rata-
rata pemeriksaan kimia kesehatan per hari BLU "D" adalah 1,5.
5) Pertumbuhan Rata-rata Pembuatan Media dan Reagensia
Rumus:

Rata-rata pembuatan media dan reagensia per hari


__ tahun berjalan
Rata-rata pembuatan media dan reagensia per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pembuatan media dan reagensia yaitu kegiatan pembuatan media
dan reagensia di instalasi media reagensia. Rata-rata pembuatan
media dan reagensia dihitung dengan formula:
Jumlah pembuatan media dan
reagensia selama satu tahun
Jumlah hari kerja dalam tahun
yang sama

Skor pertumbuhan pembuatan media dan reagensia adalah


sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Pembuatan Media dan
Skor
Reagensia
(MR)
MR> 1,10
0,90 < MR< 1,10 1,5
0,70 < MR< 0,90
0,50 < MR< 0,70 0,5
PR < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pembuatan media
dan reagensia sebesar 0,85, maka skor pertumbuhan rata-rata
pembuatan media dan reagensia BLU "D" adalah 1.
6) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan uji Kesehatan
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan uji kesehatan per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan uji kesehatan per hari tahun lalu
Penjelasan:
Pemeriksaan uji kesehatan adalah pemeriksaan fisik dan/atau
penunjang diagnostik pada pasien di instalasi/unit uji kesehatan.
Rata-rata pemeriksaan uji kesehatan dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan uji kesehatan selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit dalam tahun yang sama

Skor pertumbuhan pemeriksaan uji kesehatan adalah sebagai


berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan Uji
Skor
Kesehatan
(UK)
UK > 1,10 1

0,90 < UK < 1,10 0,75


0,70 < UK < 0,90 0,5
0,50 < UK < 0,70 0,25
UK < 0,50 0

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan uji
kesehatan sebesar 0,85, maka skor pertumbuhan rata-rata
pemeriksaan uji kesehatan BLU "D" adalah 0,5.

b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi dengan Analis
Rumus:
Rata-rata jumlah parameter pemeriksaan mikrobiologi
per hari
Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan analis adalah analis kesehatan yang
melaksanakan pemeriksaan laboratorium kesehatan di instalasi
mikrobiologi.
Skor rasio jumlah pemeriksaan mikrobiologi dengan analis adalah
sebagai berikut:
Rasio Jumlah Pemeriksaan
Mikrobiologi dengan Analis Skor
(RMA)
RMA >20 1

15 < RMA< 20 2
10 < RMA< 15 3

5 < RMA< 10 2

RMA< 5 1
Contoh perhitungan:
BLU "D» mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
asssrisar*sebesar ii ••-«•*>«"««. •*«-
2) Rasio Jumlah Pemeriksaan Imunologi dengan Analis
Rumus:

Rata-rata jumlah parameter pemeriksaan imunologi


per hari
Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan analis adalah analis kesehatan yang
melaksanakan pemeriksaan laboratorium kesehatan di instalasi
imunologi.
Skor rasio jumlah pemeriksaan imunologi dengan analis adalah
sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Imunologi
Skor
dengan Analis
(RIA)
RIA > 20
15 < RIA < 20
10 < RIA < 15
5 < RIA < 10
RIA < 5

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
2?S»f?P?
tsLU u adalah 2.
analis sebesar 7 Parameter/analis, maka skor
3) Rasio Jumlah Pemeriksaan Patologi Klinik dengan Analis
Rumus:

Rata-rata jumlah parameter pemeriksaan patologi


klinik per hari
Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan analis adalah analis kesehatan yang
melaksanakan pemeriksaan laboratorium kesehatan di instalasi
patologi klinik.
Skor rasio jumlah pemeriksaan patologi klinik dengan analis adalah
sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Patologi
Skor
Klinik dengan Analis
(RPA)
RPA > 70
55 < RPA < 70
40 < RPA < 55
25 < RPA < 40
RPA < 25
Contoh perhitungan:
n^, ?i!?Wai haSU PerhitunSan rasio jumlah pemeriksaan
Sg^^*"** S6beSar 7° P—/analis, maka
4) Rasio Jumlah Pemeriksaan Kimia Kesehatan dengan Analis
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan kimia kesehatan per hari


Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
I^dimfkSUd den?1an analls ad£dah ****&* kesehatan yang
Sat^i Pemenksaan »**• kesehatan di instalasi Idml
^LAtX^T^^"^ "** kesehat- dengan analis
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Kimia
Skor
Kesehatan dengan Analis
(RKA)
RKA > 28 1
20 < RKA < 28 2
12 < RKA < 20 3
4 < RKA < 12 2
RKA < 4 1

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
kimia kesehatan dengan analis sebesar 12 parameter/analis, maka
sKor tSLU D adalah 2.

5) Rasio Jumlah Pembuatan Media Reagensia dengan Analis


Rumus:

Rata-rata jumlah pembuatan media reagensia per hari


Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan analis adalah analis kesehatan yang
membuat media reagensia di instalasi media agensia. Jumlah media
dapat dihitung dengan satuan tabung/botol/cawan petri.
Skor rasio jumlah pembuatan media reagensia dengan analis
adalah sebagai berikut:
Rasio Jumlah Pembuatan
Media Reagensia
dengan Analis Skor

(RRA)

RRA >28 0,5


20 < RRA < 28 1
12 < RRA < 20 2
4 < RRA < 12 1
RRA < 4 0,5
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pembuatan
media reagensia dengan analis sebesar 12,5 parameter/analis
maka skor BLU "D" adalah 2.
6) Rasio Jumlah Pemeriksaaan Laboratorium Klinik dengan Dokter
Spesialis Patologi Klinik
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan


laboratorium klinik per hari
Jumlah dokter Sp.PK. yang
melaksanakan tugas fungsional
laboratorium klinik per hari
Penjelasan:
Pemeriksaan laboratorium klinik adalah semua jenis pemeriksaan
spesialistik laboratorium klinik di instalasi Patologi Klinik
imunologi, Mikrobiologi (klinik), dan Virologi.
Dokter Sp.PK merupakan dokter spesialis patologi klinik yang
melaksanakan tugas fungsional di laboratorium klinik.
Skor rasio jumlah pemeriksaan laboratorium klinik dengan dokter
Rasio Jumlah
Pemeriksaan
Skor
Laboratorium klinik
(RPL)
RPL > 14 0,25
11 < RPL < 14 0,5
8 .< RPL < 11 1
5 < RPL < 8 0,5
RPL < 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
laboratorium klinik dengan dokter spesialis patologi klinik sebesar 6
pemenksan/dokter, maka skor BLU "D" adalah 0,5.
7) Rasio Jumlah Pemeriksaan Uji Kesehatan dengan Tenaga Yang
Bertugas di Unit Instalasi Uji Kesehatan
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan uji kesehatan per hari


Jumlah tenaga yang melaksanakan pemeriksaan uji
kesehatan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan tenaga yang bertugas di unit/instalasi uji
kesehatan adalah meliputi dokter, perawat, radiografer, yang
bertugas di unit/instalasi uji kesehatan.
Skor rasio jumlah pemeriksaan uji kesehatan dengan tenaga vane
^ifLdMonitjnst^^
Rasio Jumlah
sebaga, berikut
Pemeriksaan uji
Kesehatan dengan Skor
Tenaga yang Bertugas
. (RPT)
RPT >20 0,5
15 < RPT < 20
10 < RPT < 15
5 < RPT < 10
RPT < 5 0,5
Contoh perhitungan:
uiiUke?Jh^mTyai haSl1 PerhitunSan rasio jumlah pemeriksaan
keseh,t, kden^fttena«a yan§ bertugas di unit instalasi uji
adalah 1 Pemenksan/orang, maka skor BLU «D"
8) Angka Pengulangan Pemeriksaan Laboratorium
Rumus:

Rata-rata jumlah pemeriksaan laboratorium yang


diulang per hari
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud pengulangan laboratorium adalah pengulangan
pemeriksaan yang dilakukan diluar prosedur tetap (protap)
bkor angka pengulangan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
Angka Pengulangan
Pemeriksaan
Skor
Laboratorium
(APD
APL > 20 0
15 < APL < 20 0,25
10 < APL < 15 0,5
5 < APL < 10 0,75
APL < 5

Contoh perhitungan:
BLuU "D" memPunYai angka pengulangan hasil laboratorium
sebesar 10 pemenksan, maka skor BLU "Dw adalah 0,75.

c Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran


1) Rata-rata Jam Pelatihan per Karyawan
Rumus:

Jumlah jam pelatihan karyawan dalam 1 tahun


Jumlah karyawan dalam 1 tahun
Penjelasan:
Rata-rata jam pelatihan per karyawan adalah total realisasi jam
pelatihan karyawan dalam satu tahun dibagi jumlah karyawan pada
tahun berkenaan.
Skor rata-rata jam pelatihan karyawan sebagai berikut:
Rata-rata Jam
Pelatihan Karyawan Skor
(JPK) "
JPK 8

6 < JPK < 8 1,75


4 < JPK< 6 1,5
2 < JPK< 4
JPK< 2 0,5

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata jam pelatihan karyawan sebesar 8
jam/karyawan, maka skor rata-rata jam pelatihan karyawan BLU
"D" adalah 1,75.
2) Penelitian
Penjelasan:
Penelitian dilakukan oleh sumber daya manusia pada balai
laboratorium, baik penelitian yang dilakukan sendiri maupun
dengan cara melakukan kerjasama penelitian dengan pihak lain.
Program penelitian dinilai melalui jumlah kegiatan yang ada pada
dokumen perencanaan penelitian selama satu tahun.
Skor penelitian adalah sebagai berikut:

Uraian Penelitian Skor

Tidak ada program penelitian 0


Ada program penelitian belum dilaksanakan 0,5
Ada program penelitian 50% dilaksanakan
Ada program penelitian 50% - 75% dilaksanakan 1,5
Ada program penelitian > 75% dilaksanakan
3) Program Reward and Punhisment
Penjelasan:
Program reward and punishment merupakan salah satu bentuk
metode untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai,
Reward (penghargaan) merupakan bentuk apresiasi dari BLK
kepada sumber daya manusia yang berprestasi. Sedangkan
punishment (sanksi) dihitung berdasarkan bentuk hukuman yang
diberikan oleh BKPM/BKMM kepada SDM yang melanggar
peraturan disiplin kepegawaian.
Program reward and punishment dilihat dari adanya dokumen
perencanaan penghargaan dan sanksi untuk satu tahun berkenaan.
Skgrjrogram reward and punishment adalah ___ab__j_
Uraian
Program Reward and Punishment
Tidak ada program reward and punishment
Ada program penelitian belum dilaksanakan
Ada program penelitian 50% dilaksanakan
Ada program penelitian 50% - 75% dilaksanakan
Ada program penelitian >75% dilaksanakan

2. Mutu dan Manfaat kepada Masyarakat


a. Mutu Pelayanan
1) Waktu Tunggu Pelayanan
Rumus:
Rata-rata lama waktu tunggu pasien sampai mendapatkan
pelayanan di instalasi sampling (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan mulai
pasien mendaftar di loket pendaftaran sampai SpS
pelayanan di bagian instalasi sampling dan dihitung dalam sS
Skor waktu tunggu rawat jalan adalah sebapa berikut:
Waktu Tunggu
Pelayanan (Menit) Skor
(WTP)
WTP 15
15 < WTP < 20 1,75
20 < WTP < 25 1,5
25 < WTP < 30
WTP > 30 0,5
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata waktu tunggu pelayanan sebesar 30
menit, maka skor waktu tunggu pelayanan BLU "D" adalah 0,5.
2) Waktu Uyanan Bidang Pemeriksaan Mikrobiologi
Rumus:
Rata-rata lama waktu penyelesaian pelayanan pemeriksaan
mikrobiologi (dalam hari)
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pemeriksaan Mikrobiologi adalah saat
mulai sampel diterima sampai hasil pemeriksaan selesai, kecuali
pemeriksaan kulturTB.
Skor waktu layanan bidang pemeriksaan mikrobiologi adalah
sebaga berikut: 5
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
Skor
Mikrobiologi (Hari)
(WLB)
WLB 7

7 < WLB < 9 1,5


< WLB < 11
11 < WLB < 13 0,5
WLB > 13 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata waktu pelayanan pemeriksaan
mikrobiologi 12 hari, maka skor waktu pelayanan pemeriksaan
mikrobiologi BLU "D" adalah 0,5.
3) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Patologi Klinik
Rumus:
Rata-rata lama waktu penyelesaian pelayanan pemeriksaan
patologi klinik (dalam menit))
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pemeriksaan patologi klinik adalah saat
mulai sampel diterima sampai hasil pemeriksaan diterima.
Skor waktu layanan bidang pemeriksaan patologi klinik adalah
sebaga berikut :
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
1 Skor
Patologi Klinik (Menit)
(WLP)
WLP < 180 2
180 < WLP < 210 1,5
210 < WLP < 240 1
240 < WLP < 270 0,5
WLP > 270 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata waktu pelayanan pemeriksaan
patologi klmik 175 menit, maka skor waktu layanan pemeriksaan
bidang patologi klinik BLU "D" adalah 2.
4) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Imunologi
Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan pemeriksaan
imunologi (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pemeriksaan imunologi adalah saat mulai
sampel diterima sampai hasil pemeriksaan diterima
Skor waktu layanan bidang pemeriksaan imunologi adalah sebaga
berikut : &
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
Skor
Imunologi (Menit)
(WLI)
WLI < 180 2
180 < WLI < 210 1,5
210 < WLI < 240 1
240 < WLI < 270 0,5
WLI > 270 0,25
Contoh perhitungan:
BLU aD" mempunyai rata-rata waktu layanan bidang pemeriksaan
imunologi 218 menit, maka skor waktu layanan bidang
pemeriksaan imunologi BLU "D" adalah 1.

5) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Kimia Kesehatan


Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan pemeriksaan kimia
kesehatan (dalam hari)
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pemeriksaan kimia kesehatan adalah saat
mulai sampel diterima sampai hasil pemeriksaan selesai.
Skor waktu layanan bidang pemeriksaan kimia kesehatan adalah
sebagai berikut:
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
Skor
Kimia Kesehatan (Hari)
(WLK)
WLK < 7 2
7 < WLK < 9 1,5
9 < WLK < 11 1
11 < WLK < 13 0,5
WLK > 13 0,25

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata waktu layanan bidang pemeriksaan
kimia kesehatan 6 hari, maka skor waktu layanan bidang
pemeriksaan kimia kesehatan BLU "D" adalah 2.
6) Waktu Layanan Bidang Pembuatan Media dan Reagensia
Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan pembuatan
Media dan Reagensia (dalam hari)
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pembuatan media dan reagensia adalah
saat mulai permintaan sampai diterima sampai hasil pembuatan
selesai.
SL^S^"8 pen,b„,„„ medla dan reaeensta
Waktu Layanan
Bidang Pembuatan
Media dan Reagensia (Hari) Skor
(WLM)
WLM < 7
7 < WLM < 9 1,5
$ WLM < 11
11 < WLM < 13 0,5
WLM > 13 0,25
Contoh perhitungan:
BLU «D» mempunyai rata-rata waktu layanan bidang pembuatan
media dan reagensia 10 hari, maka skor waktu layana^SS
pemeriksaan kimia kesehatan BLU «D" adalah 1 y&nan bldang
7) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Uji Kesehatan
Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan uji kesehatan
(dalam hari)
Penjelasan:
IS!!™ Pemeriksaan uji kesehatan adalah saat mulai
selesaiI ^ ^ ^ ^ haSl1 pemeriksaan ** kesehatan
berikuT-^^ layanan Pemeriksaan *# kesehatan adalah sebagai
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
Skor
Uji Kesehatan (Hari)
(WLU)
WLU < 4
4 < WLU < 6 1,5
6 < WLU < 8
8 < WLU < 10 0,5
WLU > 10 0,25
Contoh perhitungan:
S^hT "f^P^yai rata-rata waktu layanan pemeriksaan uji
kesehatan 3 hari, maka skor waktu layanan bidang pemeriksaan
uji kesehatan BLU «D» adalah 2. pemeriksaan
b. Mutu Klinik

1) Angka Kegagalan Pengambilan Sampel Uji


Rumus :

Rata-rata kegagalan pengambilan sampel uji per hari


x 100%
Rata-rata pengambilan sampel uji per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan kegagalan dalam pengambilan sampel uji
adalah kegagalan dalam pengambilan sampel uji klinis dan
kesehatan masyarakat.
Skor terhadap angka kegagalan pengambilan sampel uji adalah
sebagai berikut:

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai nilai angka kegagalan pengambilan sampel uji
sebesar 5%, maka skor untuk angka kegagalan pengambilan sampel
uji BLU "D" adalah 1,5.
2) Angka Pemeriksaan Laboratorium Yang Dirujuk
Rumus :

Rata-rata jumlah sampel yang dirujuk per hari


x 100%
Rata-rata jumlah sampel per hari
Penjelasan:
Pemeriksaan laboratorium yang dirujuk merupakan perujukan
sampel ke instalasi selain BLK dikarenakan pemeriksaan
sampel/spesimen yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan di
instalasi dalam kapasitas standard pelayanan BLK.
Skor angka pemeriksaan laboratorium yang dirajuk adalah sebagai
berikut:

Angka Pemeriksaan
Laboratorium yang Dirujuk (%) Skor
(ALR)
ALR < 5 2
5 < ALR < 8 1,5
8 < ALR < 11 1
11 < ALR < 14 0,5
ALR > 14 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai nilai angka pemeriksaan laboratorium yang
dirujuk sebesar 4%, maka skor untuk angka pemeriksaan
laboratorium yang dirujuk BLU "D" adalah 2.
3) Hasil Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
Rumus:

Parameter pemeriksaan yang dilakukan


pemantapan mutu internal
x 100%
Kemampuan pemeriksaan per parameter
Penjelasan:
Hasil kegiatan pemantapan mutu internal dihitung berdasarkan
parameter pemeriksaan yang dilakukan pemantapan mutu
internal dibandingkan dengan kemampuan pemeriksaan per
parameter dilakukan PMI.
Pemantapan Internal (%) Skor
(KPI)
KPI 60 0,5
60 < KPI 70
70 < KPI 80 1,5
80 KPI 90 1,75
KPI > 90 2

Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan untuk KPI sebesar 8S<>/
Salt's. ^^ pemantaP- «SS fnternal B"u <D''
4) Hasil Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal
Rumus :

Jumlah parameter dengan hasil baik


x

Jumlah parameteryang diikuti 100%

Penjelasan:
Eahegiatan
Jumlah P<;mal\taPan
parameter dengan mutu eksternal
hasil baik dihitung berdasarkan
dibandingkan dengan
jumlah parameter yang diikuti. uengan
bekrikutkegiatan PCmantapan mutu eksternal adalah sebagai
Hasil Kegiatan
Pemantapan Eksternal (%) Skor
JKPE)
KPE < 60 0,5
60 < KPE < 70 1
70 < KPE < 80 1,5
80 < KPE < 90 1,75
KPE > 90 2

Contoh perhitungan:
BLU "D» mempunyai persentase untuk hasil kegiatan pemantapan
mutu ekstermd sebesar 85%, maka skor hasil kegiatan F'laniapan
mutu eksternal BLU "D" adalah 1,75
pemanEn
c. Kepedulian Kepada Masyarakat
1) Pembinaan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
KeseTa^Um^11 M* *» "»—*« ^^ dan Sa—
Penjelasan:

^at^th^^ Pr0gT Pembinaan terhadap laboratorium


s^kk dan ShaAtanf
sakit, dan Masyaraka;.
laboratorium mandiri(Puskesmas), laboratorium
dan sarana kesehatan rumah
lainnya
Skor untuk pembinaan laboratorium dimaksu dimaksud adalah
sebagai berikut:
Uraian
Program Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat, Laboratorium Rumah Sakit, dan Skor

Labratorium Mandiri dan Sarana Kesehatan Lain


Tidak ada program pembinaan 0
Ada program pembinaan belum dilaksanakan 0,5
Ada program pembinaan 50% dilaksanakan
Ada program pembinaan 50% - 75% 1,5
Ada program pembinaan > 75% dilaksanakan

2) Kegiatan Pelayanan PME Regional


Penjelasan:
Kegiatan pelayanan PME regional dilakukan terhadap wilayah
binaan BLK.
Skor kegiatan pelayanan PME regional adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Pelayanan PME Regional
Tidak ada program 0
Ada program belum dilaksanakan 0,5
Ada program 50% dilaksanakan
Ada program 50% - 75% dilaksanakan 1,5
Ada program > 75% dilaksanakan

3) Program Penyuluhan Kesehatan


Penjelasan:
Penyuluhan Kesehatan adalah penyampaian informasi kesehatan
oleh petugas BLK kepada masyarakat tentang kesehatan supaya
lebih mandiri dalam menangani kesehatannya sehingga dapat
berperan aktif dalam mengatasi permasalahan di wilayahnya.
Skor Penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikjut:
Uraian
Skor
Program Penyuluhan Kesehatan
Tidak ada program penyuluhan 0
Ada program penyuluhan belum dilaksanakan 0,5
Ada program penyuluhan 50% dilaksanakan
Ada program penyuluhan 50% 75% 1,5
Ada program penyuluhan > 75% dilaksanakan

d. Kepuasan Pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/Komplain
Rumus:

Pengaduan/komplain tertulis yang telah


ditindaklanjuti manajemen
— x 100%
Jumlah seluruh pengaduan/komplain
tertulis yang dilaporkan
Penjelasan:
Penanganan pengaduan/komplain adalah jumlah
pengaduan/komplain tertulis yang dilaporkan ke unit pengdoS
_£aT^bn8r
dalam ^ tdah
periode satu tahun, ^-P-Vditindaklanjut
dibandingkan dengan jumlahoTehlX
semua
ssts^ss?tertuiis yang dnaporkanW i s
aSgahT60o/! ^ PerSCntaSe """^ P-gaduan/komplain
Skor penanganan pengaduan/komplain adalah SehaqQi berikuf
Penanganan
Pengaduan/Komplain (%) Skor
(PPK)
PPK > 70
60 < PPK < 70 1,5
50 < PPK < 60
40 < PPK < 50 0,5
PPK < 40 0

Contoh perhitungan:
BkU "D"mGmpYnyai nilai Penan§anan pengaduan/komplain
"D» adklah 15 Penanganan pengaduan/komplain BLU
2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:

Hasil Penilaian IKM


x Bobot
Skala Maksimal Nilai IKM
Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survey
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan
dalam rumus, dengan maksimal skor = 2.
Contoh perhitungan
BLU "D" mempunyai angka hasil perhitungan IKM sebesar 92
maka skor kepuasan pelanggan adalah:
92
— x 2 = 1,84 (skor yang didapat)

e. Kepedulian Terhadap Lingkungan


1) Program BLK Berseri
Penjelasan:
Program BLK berseri dinilai melalui keberadaan program
pengembangan BLK yang disusun sesuai dengan peraturan yang
berlaku, terkait dengan kebersihan lingkungan yang meliputi aspek
keamanan, kenyamanan, keindahan, ketertiban, dan ramah
lingkungan.
Skor program balai laboratorium kesehatan berseri adalah sebagai
berikut: 5

Uraian
Program BLK Berseri Skor

Tidak ada program 0


Ada program belum dilaksanakan 0,5
Ada program 50% dilaksanakan
Ada program 50% - 75% dilaksanakan 1,5
Ada program > 75% dilaksanakan 2

2) Proper Lingkungan
Penjelasan:
Proper lingkungan dinilai melalui keberadaan program lingkungan
hidup yang disusun dengan melihat/merujuk ketentuan
pengaturan mengenai lingkungan hidup.
Skor Proper Lingkungan adalah sebagai berikut:
Uraian
Proper Lingkungan Skor

Tidak ada program 0


Ada program belum dilaksanakan 0,25
Ada program 50% dilaksanakan 0.5
Ada program 50% - 75% dilaksanakan 0,75
Ada program > 75% dilaksanakan

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

fi MARWAIpb HARJOWIRYONO/f

Lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor ; PER- /PB/2016
Tanggal :

TATA CARA PERHITUNGAN(KINERJA BLU BIDANG LAYANAN KESEHATAN


PADA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
DI BAWAH KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
I. ASPEK DAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA

1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dan:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
, 2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Kedokteran Polisi dengan skor paling tinggi 35.
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan untuk penilaian kinerja BLU Tahun
Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
No.
Subaspek/Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
Periode Ppnadhan Pinfo-« t

d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)


e. jmbalan
Imbalan atas
atas Aset
A«pt Tetap
TVt-o-. (Return
/-,,*,.._, on
„„ Fixed
-.• i Asset)
„ _
f_, Imbalan Ekuitas (Return on Equitu)
g. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biava Operasional
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
Q. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan to Belanja BLU
d. Tarif Layanan
d_ Tarif T airanon " J

e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas
0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang
0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan untuk penilaian kinerja BLU mulai
Iahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
No.
Subaspek / Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity)
g. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
h. Rasio Subsidi Biaya Pasien
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
a. RenCana RlSniR Han Ananaron fDDAl r
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
_c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
d. Tarif Layanan
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas 0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Skor penilaian pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Kelompok Indikator / Indikator Skor
1. Layanan 35
a. Pertumbuhan Produktivitas 14
1) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Jalan 2
2) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Darurat 2
3) Pertumbuhan Hari Perawatan Rawat Inap 2
4) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi 2
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium 2
6) Pertumbuhan Operasi 2
7) Pertumbuhan Rehab Medik 2
b. Efisiensi Pelayanan 14
1) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Dokter
2) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Perawat
3) Rasio Pasien Instalasi Rawat Daru rat Terh adap Dc kter
4) Rasio Pasien Instalasi Rawat Daru rat Terh adap Pe rawat
5) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap dokter
6) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Perawat I
7) Bed Occupancu rate (BOR) 2
8) Rata-rata Length of Stay (LOS) 2
9) Rata-rata Bed Turn Over (BTO) 2
10) Rata-rata Turn Over Interval (TOI) 2
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia 3
1) Program Pendidikan dan Pelatihan 2
2) Program Reward and Punihisment 1
d. Penelitian dan Pengembangan 4
1) Kepuasan pelanggan 2
2) Pengembangan Sistem Manajemen 2
2. Kedokteran Polisi 35
Kelas Rumah Sal rit
Bhayangkara
IV III II I
a. Kedokteran Forensik 20 20 20 20
1) Patologi Forensik 4 4 3 3
2) Pusat Pelayanan Terpadu 3 3 3 3
3) Kesehatan Tahanan 4 4 3 3
4) Odontologi Kepolisian 2 2 1 1
5) Antropologi Forensik — -_

1 1
6) Psikiatri Forensik - -

1 3 3
7) Forensik Klinik 3 3 3 3
8) Olah TKP Aspek Medik 3 2 1 1
9) Hukum Kesehatan - - - -

1 1
10) Medikolegal 1 1 1 1
b. Keskamtibmas 15 15 15 15
1) Penanganan Penyalahgunaan
4 4 5 6
Narkoba
2) Kesehatan Lapangan 5 5 4 4
3) Pengamanan Kesehatan 2 2 2 1
4) Food Security 1 1 1 1
5) Geomedicine 1 1 1 1
6) Kesehatan Perpolisian
2 2 2 1
Masyarakat
7) Penanggulangan Bahaya CBRN - - — _ _

1
Jumlah Skor Aspek Pelayanan (1+2) 70
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan
1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas [Cash Ratio)
Rumus:

Kas dan Setara Kas


x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:

1) Kas adalah uang tunai atau saldo bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BLU, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
2) Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar
yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 3 bulan tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan
persediaan. Contoh setara kas antara lain deposito berjangka
kurang dari 3 bulan dan cek yang jatuh tempo kurang dari 3
bulan.

3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan


akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio kas adalah sebagai berikut:
Rasio Kas (%)
Skor
(RK)
RK > 480 0,25
420 < RK < 480 0,5
360 < RK < 420 1
300 < RK < 360 1,5
240 < RK < 300 2
180 < RK < 240 1,5
120 < RK < 180 1
60 < RK < 120 0,5
0 < RK < 60 0,25
RK - 0 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio kas sebesar 320%,
maka skor untuk rasio kas yang diperoleh adalah 1,5.
b. Rasio Lancar [Current Ratio)
Rumus:

Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;

b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka


pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu
12 bulan dari tanggal neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak
dibatasi.

2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar untuk penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015
adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
(RL)
RL 600
480 < RL < 600
360 RL 480
240 RL 360
L--
120 RL 240 0,75
0 < RL 120 0,50
RL = 0 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2015 mempunyai
rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk rasio yang diperoleh
adalah 3.

Skor rasio lancar untuk penilaian kinerja BLU mulai Tahun Anggaran
2016 adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor

RL 600
480 RL 600 2,5
360 RL 480
240 RL 360 1,5
120 RL 240
0 RL 120 0,5
RL = 0 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2016 mempunyai
rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk rasio vang diperoleh
adalah 2,5.

/r.
c. Periode Penagihan Piutang [Collection Period)
Rumus:

Piutang Usaha x 360


x 1 hari
Pendapatan Usaha

Penjelasan:
1) Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang
atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU.
2) Pendapatan usaha merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat.
Skor periode penagihan piutang untuk penilaian kinerja BLU Tahun
Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP 30
30 PPP 40 2,25
40 PPP 60 1,75
60 PPP 80 1,25
80 PPP 100 0,75
PPP 100 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2015 mempunyai
periode penagihan piutang 25 hari, maka skor untuk rasio periode
penagihan piutang yang diperoleh adalah 3.

Skor periode penagihan piutang untuk penilaian kinerja BLU mulai


Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP < 30 2
30 < PPP < 40 1,5
40 < PPP < 60 1,25
60 < PPP < 80 1
80 < PPP < 100 0,75
PPP > 100 0,5

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2016 mempunyai
periode penagihan piutang 25 hari, maka skor untuk rasio periode
penagihan piutang yang diperoleh adalah 2.

d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)


Rumus:

Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT 20
15 PAT 20 1,5
10 PAT 15
PAT 10 0,5
0 PAT 0,25
PAT = 0 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio perputaran aset
tetap 22%, maka skor untuk rasio perputaran aset tetap yang
diperoleh adalah 2.

e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)


Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Aset Tetap

Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%)
Skor
(ROFA)
ROFA > 6 2
5 < ROFA < 6 1,7
4 < ROFA < 5 1,4
3 < ROFA < 4 1,1
2 < ROFA < 3 0,8
1 < ROFA < 2 0,5
0 < ROFA < 1 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A", mempunyai rasio imbalan atas aset
tetap 5,5%o, maka skor untuk rasio imbalan atas aset tetap yang
diperoleh adalah 1,7.

f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)


Rumus:

Surplus atau Defisit


sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
x 100%
Ekuitas - Surplus atau Defisit
sebelum Pos Keuntungan atau Kerugian
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Ekuitas adalah selisih antara hak residual BLU atas aset dengan
seluruh kewajiban yang dimiliki.
Skor rasio imbalan ekuitas adalah sebagai berikut:
Return on Equity (%)
Skor
(ROE)
ROE > 8 2
7 < ROE < 8 1,8
6 < ROE < 7 1,6
5 < ROE < 6 1,4
4 < ROE < 5 1,2
3 < ROE < 4 1
2 < ROE < 3 0,8
1 < ROE < 2 0,6
0 < ROE < 1 0,4
ROE = 0 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio imbalan ekuitas
sebesar 7%, maka skor untuk rasio imbalan ekuitas yang diperoleh
adalah 1,6.

g. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional


Rumus:

Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional adalah
sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB 65
57 PB 65 3,75
50 PB 57 3,5
42 PB 50
35 PB 42 2,5
28 PB 35
20 PB 28 1,5
12 PB 20
PB 12 0,75
0 PB 4 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pendapatan PNBP
terhadap biaya operasional sebesar 62%, maka skor untuk rasio
pendapatan PNBP terhadap biaya operasional yang diperoleh adalah
o, / O.

h. Rasio Subsidi Biaya Pasien


Rumus:

Jumlah Subsidi Biaya Pasien


x 100%
Pendapatan BLU

Penjelasan:

1) Jumlah subsidi biaya pasien adalah selisih antara seluruh


biaya perawatan yang dikeluarkan rumah sakit (termasuk
biaya farmasi) dengan tarif, baik yang dibayarkan penjamin
maupun pasien, pemberian keringanan kepada pasien tidak
mampu, dan kegiatan bakti sosial rumah sakit (Corporate
Social Responsibility/CSR), baik yang bersumber dari PNBP
maupun RM. Jumlah subsidi dimaksud diperhitungkan dalam
periode satu tahun.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.

IL
Skor rasio subsidi biaya pasien sebagai berikut:
Rasio Subsidi Biaya Pasien (%)
(SBP) Skor
SBP 5
3,5 SBP 1,5
SBP < 3,5
0,5 SBP 0,5
0 1 SBP < 0,5 0

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio subsidi biaya pasien
sebesar 7%, maka skor untuk rasio dimaksud adalah 2.

2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU


a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
1) Jadwal Penyusunan

Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, setelah terbit


Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, RBA dilakukan
penyesuaian menjadi RBA Definitif yang ditandatangani
menteri/pimpinan lembaga. RBA Definitif harus sudah
ditandatangani menteri/pimpinan lembaga paling lambat tanggal
31 Desember tahun sebelumnya.
Adapun penilaian ditentukan dari jangka waktu
ditandatanganinya RBA Definitif sebagaimana skor tabel berikut:
Jangka Waktu RBA Definitif
Ditandatangani Menteri/Pimpinan Skor
Lembaga
1. Sampai dengan tanggal 31 0,4
Desember tahun sebelumnya.
2. Setelah tanggal 31 Desember 0
tahun sebelumnya.
2) Kelengkapan

Sesuai ketentuan PMK Nomor 92/PMK.05/2011, RBA Definitif


disusun dengan ketentuan:
a) Ditandatangani oleh pemimpin BLU;
b) Diketahui oleh dewan pengawas atau pejabat yang ditunjuk
oleh menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
dewan pengawas;
c) Disetujui dan ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga;
dan

d) Format sesuai dengan PMK No. 92/PMK.05/2011.

A.
Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Kelengkapan Skor
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
• Triwulan I : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Semester I : paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
• Triwulan III : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Tahunan : paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
• Audit Laporan Keuangan oleh auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
• Opini audit Laporan Keuangan.
Skor untuk waktu penyampaian dan audit Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Jenis
No. Waktu Penyampaian
Laporan Skor

Laporan
] disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 10
Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
5.
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1

/»!_
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor

Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified)


Wajar Dengan Pengecualian (qualified) 0,5
Tidak Berpendapat (disclaimer) 0,25
Tidak Wajar (adverse) 0,15
Belum/Tidak diaudit (unaudited] 0,1

c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU


Sesuai ketentuan PER-30/PB/2011, BLU mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) ke KPPN
minimal satu kali dalam satu triwulan, yaitu paling lambat
disampaikan pada akhir triwulan berkenaan.
SP3B BLU disamping memuat pendapatan dan belanja, juga memuat
jumlah saldo awal kas yang telah sesuai dengan saldo akhir kas
triwulan sebelumnya.
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai berikut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
SPM Skor
Kebenaran Saldo Kas
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan I 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan I 0
I 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan II 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan II ~0~
II 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan III 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulanJIj__ 0
III 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
1. Disampaikan sesuai dengan
SP3B
langkah-langkah akhir tahun 0,4
anggaran __
BLU
Triwulan
2. Masih terdapat pendapatan dan
IV
belanja yang belum dilakukan 0
P_ ngesajian_
3. Saldo kas telah sesuai 0,4

d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri 1
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi

Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor


76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi, yang terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan, Sistem Akuntansi Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset
Tetap.

Skor
Sistem Akuntansi
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0

f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0

g- SOP Pengelolaan Kas


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 16, BLU
melaksanakan pengelolaan kas berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan kas oleh BLU, maka pemimpin BLU harus
menetapkan SOP Pengelolaan Kas.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Kas adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Kas Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Kas 0,5 0

h. SOP Pengelolaan Piutang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 17, BLU
melaksanakan pengelolaan piutang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan piutang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Piutang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Piutang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Piutang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Piutang 0,5 0

i. SOP Pengelolaan Utang


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 18, BLU
melaksanakan pengelolaan utang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan utang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Utang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Utang adalah sebagai
berikut:

SOP Pengelolaan Utang SI <or


(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Utang 0,5 0

SOP Pengadaan Barang dan Jasa


Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 20, BLU
melaksanakan pengadaan barang dan jasa berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa oleh BLU,
maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengadaan Barang dan
Jasa.
Skor untuk penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa adalah
sebagai berikut:
SOP Pengadaan Barang dan Jasa Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak

SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5 0

.~ — i\ r Al,
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 21, BLU
melaksanakan pengelolaan barang inventaris berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang inventaris oleh
BLU, maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengelolaan
Barang Inventaris.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris adalah
sebagai berikut:
SOP Pengelolaan Barang Inventaris Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5 0

B. Penilaian Indikator pada Aspek Pelayanan


1. Layanan
a. Pertumbuhan Produktivitas
1) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Jalan
Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari tahun berjalan


Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja sesuai dengan hari kerja di masing-masing
rumah sakit dengan formula:
Jumlah kunjungan rawatjalan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun

Skor pertumbuhan kunjungan rawat jalan ada ah sebagai berikut:


Pertumbuhan Kunjungan Rawat Jalan
Skor

RJ > 1,10
1,00 < RJ < 1,10 1,5
0,95 < RJ < 1,0Q 1,25
0,90 < RJ < 0,95
0,85 < RJ < 0,90 0,5
RJ 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan
kunjungan rawat jalan per hari sebesar 1,16, maka skor
pertumbuhan kunjungan rawat jalan yang diperoleh adalah 2.
2) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Darurat
Rumus:

Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari tahun berjalan


Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat darurat selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di unit rawat darurat masing-masing
rumah sakit dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat darurat pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor pertumbuhan kunjungan rawat darurat adalah sebagai
berikut:
Pertumbuhan Kunjungan Rawat Darurat
Skor
(RD)
RD 1,10
1,00 < RD < 1,10 1,5
0,95 < RD < 1,00 1,25
0,90 < RD < 0,95
0,85 < RD < 0,90 0,5
RD 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan
kunjungan rawat darurat sebesar 0,93 maka skor pertumbuhan
kunjungan rawat darurat yang diperoleh adalah 1.
3) Pertumbuhan Hari Perawatan Rawat Inap
Rumus

Jumlah hari perawatan rawat inap tahun berjalan


Jumlah hari perawatan rawat inap tahun lalu
Penjelasan:
Hari perawatan dihitung berdasarkan jumlah pasien dalam
perawatan di ruangan selama satu hari (24 jam) dalam satu tahun
dibagi dengan jumlah hari dalam tahun yang sama, dengan formula:

Jumlah Pasien dalamperawatan di ruangan selama satu


hari (24 Jam) dalam satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Skor pertumbuhan hari perawatan rawat inap adalah sebagai
berikut:
Pertumbuhan Hari Perawatan Rawat Inap
Skor
(RD
RI > 1,10 2
1,00 < RI < 1,10 1,5
0,95 < RI < 1,00 1,25
0,90 < RI < 0,95 1
0,85 < RI < 0,90 0,5
RI < 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan hari
perawatan rawat inap sebesar 0,97 maka skor pertumbuhan hari
perawatan rawat inap yang diperoleh adalah 1,25.
4) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi/Hari
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan radioologi per hari dihitung berdasarkan
jumlah pemeriksaaan radiologi selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan radioologi dengan
formula:

Jumlah pemeriksaan radiologi selama satu tahun


Jumlah hari kerja unit layanan radiologi dalam tahun
yang sama

Skor pertumbuhan pemeriksan radiologi adalah sebagai berikut:


Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
Skor
(PR)
PR > 1,10
1,00 < PR < 1,10 1,5
0,95 < PR < 1,00 1,25
0,90 < PR < 0,95
0,85 < PR < 0,90 0,5
PR 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan
pemeriksan radiologi sebesar 1,06 maka skor pertumbuhan
pemeriksan radiologi diperoleh adalah 1,5.
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium
Rumus:

Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari dihitung berdasarkan
jumlah pemeriksaaan laboratorium selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di unit layanan laboratorium dengan
formula:

Jumlah pemeriksaan laboratorium selama satu tahun


Jumlah hari kerja unit layanan laboratorium dalam
tahun yang sama
Skor pertumbuhan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut:
Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium
Skor
[PL]_
PL > 1,10
1,00 < PL < 1,10 1,5
0,95 < PL < 1,00 1,25
0,90 < PL < 0,95 1
0,85 < PL < 0,90 0,5'
PL < 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai hasil pertumbuhan
pemeriksaan laboratorium sebesar 1,08, maka skor pertumbuhan
pemeriksaan laboratorium yang diperoleh adalah 1,5.
6) Pertumbuhan Operasi
Rumus:

Rata-rata operasi per hari tahun berjalan


Rata-rata operasi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata tindakan operasi (termasuk didalamnya tindakan
psikoterapi/elektromedik/detoksifikasi) per hari dihitung
berdasarkan jumlah tindakan operasi selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di unit tindakan operasi, dengan formula:
Jumlah tindakan operasi selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan operasi dalam tahun
yang sama

Skor pertumbuhan operasi adalah sebagai berikut:


Pertumbuhan Operasi
Skor
(PO)
PO > 1,10 2
1,00 < PO < 1,10 1,5
0,95 < PO < 1,00 1,25
0,90 < PO < 0,95 1
0,85 < PO < 0,90 0,5
PO < 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan operasi
sebesar 0,99 maka skor pertumbuhan operasi yang diperoleh
adalah 1,25.
7) Pertumbuhan Rehab Medik
Rumus:

Rata-rata pemeriksaaan rehab medik per hari tahun berjalan


Rata-rata pemeriksaaan rehab medik per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata rehab medik per hari dihitung berdasarkan jumlah
pemeriksaan rehab medik (termasuk rehabilitasi psikososial/ low
vision/rehabilitasi karya/rehabilitasi sosial) selama satu tahun
dibagi dengan jumlah hari kerja di unit rehab medik, dengan
formula:

Jumlah pemeriksaan rehab medik selama satu tahun


Jumlah hari kerja unit rehab medik dalam tahun selama
satu tahun
Skor pertumbuhan rehab medik adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Rehab Medik
Skor
(RM)
RM > 1,10 2
1,00 < RM < 1,10 1,5
0,95 < RM < 1,00 1,25
0,90 < RM < 0,95 1
0,85 < RM < 0,90 0,5
RM < 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan rehab
medik sebesar 1,05 maka skor pertumbuhan rehab medik yang
diperoleh adalah 1,5.

b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Dokter
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari


Jumlah dokter yang melayani per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat jalan terhadap dokter dihitung berdasarkan
rata-rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari terhadap jumlah
dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi di Rawat Jalan yang
melayani pasien setiap hari, tidak termasuk dokter peserta didik.
Skor rasio pasien rawat jalan terhadap dokter adalah sebagai
berikut:
Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Dokter
Skor
(RJD)
RJD > 25 0,25
20 < RJD < 25 0,5
15 < RJD < 20 1
10 < RJD < 15 0,5
RJD < 10 0,25

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pasien rawat jalan
terhadap dokter sebesar 18 pasien/dokter, maka skor rasio pasien
rawat jalan terhadap dokter yang diperoleh adalah 1.
2) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Perawat
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari


Jumlah perawat yang melayani per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat jalan terhadap perawat dihitung berdasarkan
rata-rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari terhadap jumlah
perawat di Rawat Jalan yang melayani pasien setiap hari, tidak
termasuk perawat peserta didik.
Skor rasio pasien rawat jalan terhadap perawat adalah sebagai
berikut:
Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Perawat
Skor
(RJP)
RJP > 16 0,25
12 < RJP < 16 0,5
8 < RJP < 12 1
4 < RJP < 8 0,5
RJP < 4 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pasien rawat jalan
terhadap perawat sebesar 12 pasien/perawat, maka skor rasio
pasien rawat jalan terhadap perawat yang diperoleh adalah 1.
3) Rasio Pasien Instalasi Rawat Darurat Terhadap Dokter
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien instalasi rawat darurat per hari


Jumlah dokter yang melayani per hari
Penjelasan:
Rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap dokter dihitung
berdasarkan rata-rata jumlah pasien yang dilayani per hari
terhadap jumlah dokter spesialis, dokter umum di instalasi rawat
darurat yang melayani pasien setiap hari, tidak termasuk dokter
peserta didik.
Skor rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap dokter adalah
sebagai berikut:
Rasio Pasien Instalasi Rawat Darurat Terhadap Dokter
Skor
(RDD)
RDD > 40 0,25
30 < RDD < 40 0,5
20 < RDD < 30 1
10 < RDD < 20 0,5
RDD < 10 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pasien instalasi
rawat darurat terhadap dokter sebesar 25 pasien/dokter, maka
skor rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap dokter yang
diperoleh adalah 1.
4) Rasio Pasien Instalasi Rawat Darurat Terhadap Perawat
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien instalasi rawat darurat per hari


Jumlah perawat yang melayani per hari

Penjelasan:
Rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap perawat dihitung
berdasarkan rata-rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari
terhadap jumlah perawat di instalasi rawat darurat yang melayani
pasien setiap hari, tidak termasuk perawat peserta didik.

Lflmnirnn TV OfT If.


Skor rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap perawat adalah
sebagai berikut:
Rasio Pasien Instalasi Rawat Darurat Terhadap Perawat
Skor
(RPP)
RDP 16 0,25
12 RDP 16 0,5
8 RDP 12
RDP 8 0,5
RDP 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pasien instalasi
rawat darurat terhadap perawat sebesar 6 pasien/perawat, maka
skor rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap perawat yang
diperoleh adalah 0,5.
5) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Dokter
Rumus:

Rata-rata jumlah pasien rawat inap per hari


Jumlah dokter yang melayani per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat inap terhadap dokter dihitung berdasarkan rata-
rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari terhadap jumlah dokter
spesialis di Rawat Inap yang melayani pasien setiap hari,tidak
termasuk dokter peserta didik.
Skor rasio pasien rawat inap terhadap dokter adalah sebagai
berikut:
Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Dokter
Skor
(RID)
RID 25 0,25
20 RID 25 0,5
15 RID 20
10 RID 15 0,5
RID 10 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai nilai rasio pasien rawat
inap terhadap dokter sebesar 16 pasien/dokter, maka skor rasio
pasien rawat inap terhadap dokter yang diperoleh adalah 1.
6) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Perawat
Rumus:
Rata-rata jumlah pasien rawat inap per hari
Jumlah perawat yang melayani per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat inap terhadap perawat dihitung berdasarkan
rata-rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari terhadap rata-rata
jumlah perawat shift 1,2 dan 3 di rawat inap yang melayani pasien
setiap hari, tidak termasuk perawat peserta didik

A
Skor rasio pasien rawat inap terhadap perawat adalah sebagai
berikut:
Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Perawat
Skor
(RIP)
RID 16 0,25
12 RID 16 0,5
8 RID 12
4 RID 8 0,5
RID 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai nilai rasio pasien rawat
inap terhadap perawat sebesar 6 pasien/perawat maka skor rasio
yang diperoleh adalah 0,5.
7) Bed Occupancy Rate (BOR)
Rumus:

Jumlah hari perawatan


x 100%
Jumlah hari x Tempat tidur
Penjelasan:
BOR dihitung berdasarkan persentase pemakaian tempat tidur per
hari selama setahun (365 hari), menggambarkkan tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-80%.
Skor BOR adalah sebagai berikut:
BOR (%) Skor

BOR > 100 0,5


90 < BOR < 100 1
80 < BOR < 90 1,5
70 < BOR < 80 2
60 < BOR < 70 1,5
50 < BOR < 60 1
BOR < 50 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai angka BOR sebesar
85%, maka skor BOR yang diperoleh adalah adalah 1,5.
8) Rata-rata Length of Stay (LOS)
Rumus:
Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar


Penjelasan:
Rata-rata LOS merupakan rata-rata lama rawatan pasien, yang
memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapatmemberikan
gambaran mutu pelayanan apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu.

lilA
Skor Rata-rata LOS adalah sebaga berikut:
LOS (Hari] Skor
LOS 0,5
LOS
LOS 1,5
LOS
LOS 12 1,5
12 LOS 15
LOS 15 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah sakit Bhayangkara "A" mempunyai rata-rata LOS 10 hari
maka skor LOS yang diperoleh adalah 1,5,
9) Rata-rata Bed Turn Over (BTO)
Rumus:

Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur
Penjelasan:
Rata-rata BTO adalah jumlah pasien keluar baik hidup maupun
meninggal dibagi jumlah tempat tidur terpasang dalam satu tahun.
Skor rata-rata BTO adalah sebaga berikut:
BTO Skor
LOS 20 0,5
20 LOS 30
30 LOS < 40 1,5
40 LOS 50
50 < LOS < 60 1,5
60 LOS 70
LOS 70 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah sakit Bhayangkara "A" mempunyai rata-rata BTO 30
pasien/tempat tidur, maka skor rata-rata BTO yang diperoleh
adalah 1,5.
10) Rata-rata Turn Over Interval (TOI)
Rumus:
(Jumlah hari x TT) - Jumlah hari perawatan
Pasien keluar

Penjelasan:
Rata-rata TOI adalah jumlah hari dalam satu tahun dibagi pasien
keluar, baik hidup maupun meninggal.
Skor rata-rata TOI adalah sebaga berikut:
TOI (hari) Skor
TOI j
< TOI « 1,5
j TOI ;
j TOI - 1,5
4 j TOI « 1
TOI : 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah sakit Bhayangkara "A" mempunyai rata-rata TOI 3 hari,
maka skor rata-rata TOI yang diperoleh adalah 1,5.
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia
1) Program Pendidikan dan Pelatihan
Rumus:

Jumlah pegawai yang mendapatkan pendidikan


x 100%
Seluruh jumlah pegawai di rumah sakit
Penjelasan:
Pendidikan dimaksud merupakan pendidikan formal dan
pendidikan non formal baik berupa pelatihan, seminar, workshop,
semiloka, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM baik terkait
kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit, administrasi, dan Iain-
lain.
Skor program pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut:
Program Pendidikan dan Pelatihan (%)
Skor
(PPP)
PDP 75
50 PDP 75 1,5
25 PDP 50 1
0 PDP 25 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai persentase pendidikan
dan pelatihan pegawai sebesar 80%, maka skor program
pendidikan dan pelatihan yang diperoleh adalah 2.
2) Program Reward and Punhisment
Penjelasan:
Program reward and punishment merupakan salah satu bentuk
metode untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai,
Reward (penghargaan) merupakan bentuk apresiasi dari rumah
sakit kepada sumber daya manusia yang berprestasi. Sedangkan
punishment (sanksi) dihitung berdasarkan bentuk hukuman yang
diberikan oleh rumah sakit kepada SDM yang melanggar peraturan
disiplin kepegawaian.
Skor program reward and Punishment adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Program Reward and Punishment
Tidak ada program reward and punishment 0

Ada program tidak dilaksanakan 0,25


Ada program sebagian dilaksanakan 0,75
Ada program dilaksanakan sepenuhnya

d. Penelitian dan Pengembangan


1) Kepuasan Pelanggan
Rumus:

Hasil Penilaian IKM


x Bobot Skor
Skala Maksimal Nilai IKM

a m r " \ i »-o n TV fkA


Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survey
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan dalam
rumus, dengan maksimal skor = 2
Contor perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" memiliki angka hasil perhitungan
(IKM) sebesar 80, maka skor kepuasan pelanggan adalah:
80
x 2 = 1,6 (skor yang didapat)

2) Pengembangan Sistem Manajemen


Penjelasan:
Pengembangan sistem manajemen adalah pengembangan sistem
manajemen yang didukung dengan peningkatan teknologi.
Skor pengembangan sistem manajemen sebagai berikut:
Uraian
Skor
Pengembangan Sistem Manajemen
Tidak ada program pengembangan 0
Ada proposal pengembangan 0,5
Ada program dan sebagian dilaksanakan
Ada program dan dilaksanakan sepenuhnya

2. Kedokteran Kepolisian
a. Kedokteran forensik

1) Patologi Forensik
Rumus:

Total Nilai Unsur Kegiatan


x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Patologi Forensik adalah cabang ilmu kedokteran forensik yang
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran pada
pemeriksaan jenazah dan segala hal yang berhubungan dengan
kematian guna kepentingan peradilan.

T amT-iiran l\f OR *
Skor patologi forensik adalah sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

0 = Tidak ada kegiatan


Kegiatan mendukung 1 = 1 kali
pelaksanaan gali jenazah 2 = 2 kali
dalam setahun 3 = 3 kali
4 = > 4 kali
0 = Tidak ada kejgiatan
Kegiatan Otopsi 1 = 1 s.d. 5 jenazah / tahun
(pemeriksaan luar dan 2 = 6 s.d. 10jenazah^ tahun
dalam jenazah) pertahun 3 = 11 s.d. 15 jenazah / tahun
4 = lebih dari 15 jenazah / tahun
0 = Tidak ada kegiatan
Kegiatan pemeriksaan luar
1 = 1 s.d. 5 kali/ tahun
(PL) jenazah pertahun 2 = 6 s.d. 10 kali / tahun
3 = 11 s.d. 15 kalij( tahun
4 = lebih dari 15 kali / tahun
0 = Tidak ada kegiatan
Kegiatan pengawetan
1 = 1 s.d. 5 kali / tahun
jenazah pertahun
2 = 6 s.d. 10 kali / tahun
3 = 11 s.d. 15 kali / tahun
4 = lebih dari 15 kali / tahun
0 = Tidak ada kegiatan
Kegiatan pemeriksaan 1 = 1 kali
Laboratorium Kedokteran 2 = 2 kali
Forensik 3 - 3 kali
4 = > 4 kali
0 = Tidak ada kegiatan
1 = 1 kali
Kegiatan pemeriksaan
2 = 2 kali
Toksikologi Forensik
3 = 3 kali
4 = > 4 kali

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data patologi
forensik sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan mendukung pelaksanaan 1 kali 1
gali jenazah dalam setahun
2. Kegiatan Otopsi (pemeriksaan luar 5 jenazah/ tahun 1
dan dalam jenazah) pertahun
3. Kegiatan pemeriksaan luar (PL) 3 jenazah/tahun 1
jenazah pertahun
4. Kegiatan pengawetan jenazah Tidak ada 0
^pertahun
5. Kegiatan pemeriksaan 2 kali 2
Laboratorium Kedokteran Forensik
6. Kegiatan pemeriksaan Toksikologi Tidak ada 0
Forensik

Total Nilai 5
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
5
— — x 3 = 0,625 (skor yang didapat)
o x ^

2) Pusat Pelayanan Terpadu


Rumus:

Total Nilai Unsur Kegiatan


x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Pusat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya dismgkat PPT adalah
sistem pelayanan terpadu lintas fungsi dan lintas sektor bagi
korban tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak untuk
kepentingan hukum dan peradilan.
Skor PPT adalah sebaga berikut :
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

0 = Tidak ada kegiatan


Jumlah kasus yang 1=1 s.d. 5 kali / tahun
ditangani PPT per tahun 2=6 s.d.lo kali") tahun
3 = 11 s.d. 15 kali / tahun
4 = lebih dari 15 kali / tahun

0 = Tidak ada kegiatan


Jumlah kasus penanganan 1 = _1 s.d. 5 kali / tahun
perdagangan manusia 2=6 s.d. 10 kali / tahun
(human trafficking) per tahun 3 = 11 s.d. 15 kali / tahun
4 = lebih dari 15 kali / tahun

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data PPT
sebagai
£2!
berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai

1. Jumlah kasus yang ditangani Pusat 16 kali


Pelayanan Terpadu (PPT) per tahun
2. Jumlah kasus penanganan perdagangan lo kali
manusia (human trafficking) per tahun

Total Nilai 7

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


7
— — x 3 = 2,625 (skor yang didapat)

3) Kesehatan Tahanan
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4

*
Penjelasan:
Kesehatan tahanan adalah penentuan status kesehatan dan
pelayanan kesehatan terhadap tahanan Polri.
Skor kesehatan tahanan adalah sebagai berikut :
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

JL__JTidak ada rawat inap


Jumlah pasien rawat inap 1 = 1 s.d. 20 orang / tahun"
tahanan per tahun 2=21 s.d. 40 orang~/ tahun
3 = 41 s.d. 60 orang /tahun
4 = lebih dari 60 orang / tahun

0= Tidak ada rawat jalan


Jumlah pasien rawat jalan 1 = 1 s.d. 20 orang / tahun
tahanan per tahun 2=21 s.d. 40 orang/ tahun
3 = 41 s.d. 60 orang / tahun
4 = lebih dari 60 orang / tahun

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data PPT
sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai

1. Jumlah pasien rawat inap tahanan per 21 orang


tahun
2. Jumlah pasien rawat jalan tahanan per 65 orang
tahun
Total Nilai

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


6
— — x 4 = 3 (skor yang didapat)
—i .A. T"

4) Odontologi Kepolisian
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Odontologi Kepolisian adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran gigi beserta ilmu pendukungnya untuk
kepentingan tugas kepolisian.

*
Skor odontologi kepolisian adalah sebaga berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

Q * Tidak ada kegiatan


Pemeriksaan odontologi 1 = 1 -2 "kali "
forensik per tahun 2 = 3 - 4 kali
3 = 5 - 6 kali
4 = > 7

0 = Tidak ada kegiatan_


Pembuatan odontologram = 1 - 10 buah/tahun_
2 = 11 - 20 buah/tahun
per tahun
3 = 21 - 30 buah/tahun
4 = >31

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
odontologi kepolisian sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai

1.
Pemeriksaan odontologi forensik per
tahun 3 kali
2. Pembuatan odontologram per tahun 26 buah
Total Nilai

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


5
— — x 2 = 1,25 (skor yang didapat)
^ X *r

5) Antropologi Forensik
Penjelasan:
Antropologi forensik adalah penerapan ilmu pengetahuan
antropologi ragawi dan ilmu osteologi manusia untuk kepentingan
hukum dan peradilan.
Skor antropologi forensik untuk RS Bhayangkara Kelas I dan II
adalah sebagai berikut :
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 jenis kegiatan 0,25
2 jenis kegiatan 0,50
3 jenis kegiatan 0,75
- 4 jenis kegiatan 1

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai 3 jenis
kegiatan, maka skor yang didapat adalah 0,75.

*
6) Psikiatri Forensik
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Psikiatri forensik adalah penerapan ilmu kedokteran jiwa untuk
kepentingan hukum dan peradilan.
sik. auaian seoagc
Jumlah
Nilai
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1-2 jenis kegiatan 1
3-4 jenis kegiatan 2
5-6 jenis kegiatan 3
> 7 jenis kegiatan 4

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai jumlah
kegiatan sebanyak 4 jenis kegiatan dengan nilai 2, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
2
— — x 3 = 1,5 (skor yang didapat)
1 X *T

7) Forensik Klinik
Rumus:

Total Nilai Unsur Kegiatan


x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Forensik Klinik adalah bagian ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan status klinik
seseorang untuk kepentingan hukum dan peradilan.
Perhitungan nilai forensik klinik adalah sebagai berikut:
Jumlah
Nilai
(Jenis Kegiatan]
Tidak ada kegiatan 0
1-12 buah/tahun
13-24 buah/tahun
25-36 buah/tahun
> 37 buah/tahun
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai jumlah
kegiatan sebanyak 34 buah kegiatan setahun dengan nilai 3,
maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
3
— —- x 3 = 2,25 (skor yang didapat)

T a m n i r o n T\/ ir\
8) Olah TKP Aspek Medis
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Olah TKP Aspek Medis merupakan kegiatan olah tempat kejadian
perkara yang melibatkan aspek medis demi kepentingan
penyidikan.
Perhitungan nilai olah TKP aspek medis adalah sebagai berikut:
Jumlah
Nilai
(Jenis Kegiatan)
JTi^.^__^_Jse_i_i^i 0
1 kali kegiatan/tahun
2 kali kegiatan/tahun
L---.^~^.iS_E^t.^j^^\m_
> 4 kali kegiatan/tahun
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" telah melaksanakan 6
buah kegiatan dalam setahun dengan nilai 4, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
4
— x 1 = 1 (skor yang didapat)

9) Hukum Kesehatan
Penjelasan:
Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/ pelayanan
kesehatan dan penerapannya, terdiri dari:
a) penanganan sengketa medik dan kesehatan;
b) penyusunan aturan internal rumah sakit (hospital by-laws);
c) bioetika kedokteran; dan
d) perdagangan gelap organ tubuh manusia (illegal organ
trafficking)
Skor Hukum Kesehatan pada RS Bhayangkara Kelas I dan II
adalah sebagai berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 kasus 0,25
2 kasus 0,50
3 kasus 0,75
Jenis kegiatan > 4 kasus 1

10) Medikolegal
Rumus:

Total Nilai Unsur Kegiatan


- x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4

Sh
Penjelasan:
Medikolegal adalah pelayanan konsultasi ahli yang dilaksanakan
seorang dokter spesialis kedokteran forensik secara tersendiri
atau dibantu oleh ahli lain, dan dokter spesialis lain dalam bidang
terkait sesuai prosedur medikolegal, untuk penyusunan "by
laws", pembuatan dokumen medik, dan penyelesaian sengketa
medik. Kegiatan Medikolegal telah diuraikan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Kapolri mengenai kedokteran polisi.
Penentuan nilai medikolegal adalah sebagai berikut :
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

0 = Tidak ada kegiatan_


Kegiatan Medikolegal per 1 = 1-20 kasus
tahun 2 = 21 -40 kasus
3 = 41-60 kasus
4 = > 61 kasus

0 = Tidak ada kegiatan


Menjadi saksi ahli di 1=1 kasus
persidangan 2=2 kasus
3=3 kasus
4 = > 4 kasus

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) *A" mempunyai data
medikolegal sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan Medikolegal per tahun 42 kasus
2. Menjadi saksi ahli di persidangan 6 kasus
Total Nilai 7

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


7
— — x 1 = 0,875 (skor yang didapat)

b. Keskamtibmas
1) Penanganan Penyalahgunaan Narkoba
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
— ——; ~—; x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Penanganan penyalahgunaaan narkoba adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pencegahan terhadap potensi
penyalahgunaan narkoba di masyarakat dan/atau pencegahan
terhadap masyarakat yang telah menjadi pengguna narkoba agar
tidak kembali meyalahgunakan narkoba kembali, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kapolri mengenai kedokteran polisi.

P
Penentuan nilai Penanganan Penyalahgunaan Narkoba adalah
sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

Kegiatan Rikkes dan deteksi 0 = Tidak ada kegiatan


narkoba baik secara fisik 1 = 1-10 orang
maupun laboratoris per 2 = 11 - 20 orang
tahun
3 = 21-30 orang
4 = > 31 orang

0 = Tidak ada kegiatan


Kegiatan perawatan dan 1 = 1 kasus
pengobatan penyalahguna 2 = 2 kasus
narkoba per tahun
3 = 3 kasus
4 = ^ 4 kasus

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
penanganan penyalahgunaan narkoba sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan Rikkes dan deteksi narkoba 45 orang
baik secara fisik maupun laboratoris per
tahun
2. Kegiatan perawatan dan pengobatan 18 orang
penyalahguna narkoba per tahun
Total Nilai

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


6
— — x 5 = 3,75 (skor yang didapat)
Z X T-

2) Kesehatan Lapangan
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4

Penjelasan:
Kesehatan lapangan yang yang selanjutnya disingkat Keslap
adalah bagian dari ilmu kedaruratan medik yang mempelajari
permasalahan medik di lapangan. Kegiatan Keslap terdiri dari
promotif dan preventif bagi petugas lapangan, penanganan gawat
darurat, stabilisasi korban untuk dievakuasi, dan evakuasi
medik.

fa
Penentuan nilai Keslap adalah sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

0 = Tidak ada kegiatan


1 = 1-4 kegiatan/tahun
Jumlah kegiatan Keslap
2 = 5-8 kegiatan/tahun
3 = 9-12 kegiatan/tahun
4 = > 13 kegiatan/tahun

0 = Tidak ada kegiatan


1 = 1-4 orang/tahun
Jumlah pasien pada
kegiatan Keslap 2 = 5 - 8 orang/tahun
3 = 9-12 orang/tahun
4 = > 13 orang/tahun

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data Keslap
sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Jumlah kegiatan Keslap 7 kegiatan 2
2. Jumlah pasien pada kegiatan Keslap 18 orang 4

Total Nilai 6

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


6
x 4 = 3 (skor yang didapat)

3) Pengamanan Kesehatan
Rumus:

Total Nilai Unsur Kegiatan


x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Pengamanan Kesehatan adalah semua usaha kegiatan dan
tindakan yang terus menerus diambil dalam rangka pengamanan
di bidang medik meliputi personel, materiil, dokumen, instalasi,
makanan/minuman. Adapun kegiatan pengamanan kesehatan
terdiri dari:
a) pengamanan kesehatan Very Important Person (VIP);
b) pengamanan kesehatan pada rusuh massa; dan
c) pengamanan kesehatan pada situasi khusus.

,—^vr-.- TW O/l
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai

0 = Tidak ada kegiatan


Jumlah kegiatan 1 = 1-3 kegiatan/tahun
Pengamanan Kesehatan 2 = 4 - 6 kegiatan/tahun
3 = 7 - 9 kegiatan/tahun
4 = > 10 kegiatan/tahun

0 = Tidak ada kegiatan


Jumlah pasien yang 1 = 1 - 3 orang/tahun
berkaitan dengan 2 = 4 - 6 orang/ tahun
Pengamanan Kesehatan 3 = 7 - 9 orang/tahun
4 = > 10 orang/tahun

Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
Pengamanan Kesehatan sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai

1. Jumlah kegiatan Pengamanan 5 kegiatan


Kesehatan

2. Jumlah pasien yang berkaitan 12 orang


dengan Pengamanan Kesehatan

Total Nilai

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:


6
— x 2 = 1,5 (skor yang didapat)
Z X T"

4) Food Security
Penjelasan:
Pengamanan Makanan (food security) adalah upaya pengamanan
terhadap makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
dapat berakibat timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan.
Kegiatan yang termasuk didalam food security antara lain
pemeriksaan makanan/minuman untuk VIP, dan pemeriksaan
makanan/minuman pada situasi khusus.

r
Penentuan skor food security pada RS Bhayangkara Kelas I, II, III,
dan IV adalah sebagai berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0

1 - 3 kegiatan 0,25
4 - 6 kegiatan 0,50
7 - 9 kegiatan 0,75
Jenis kegiatan > 10 kegiatan 1

5) Geomedicine
Penjelasan:
Geomedicine adalah cabang dari ilmu kedokteran yang
mempelajari pemetaan pengaruh kondisi iklim dan lingkungan
terhadap kesehatan.
Penentuan skor geomedicine pada RS Bhayangkara Kelas I, II, III,
dan IV adalah sebagai berikut:
Uraian Skor

Tidak ada peta geomedik 0


Ada peta geomedik lama, tidak dapat
0,25
dipergunakan
Ada peta geomedik tetapi belum diperbarui secara
0,50
berkala

Ada peta geomedik yang dapat dipergunakan, tapi


0,75
perlu diperbarui
Ada peta geomedik dan dapat digunakan serta
1
selalu diperbarui

6) Kesehatan Perpolisian Masyarakat


Penjelasan:
Kesehatan Perpolisian Masyarakat merupakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat umum dalam rangka membangun
kemitraan Polri dengan masyarakat, terdiri dari penyuluhan
kesehatan, bakti sosial di wilayah bencana, bakti sosial di wilayah
operasi, dan pembekalan Dokpol bagi anggota Polmas.
Penentuan skor Kesehatan Perpolisian Masyarakat adalah sebagai
berikut :

Skor
Jumlah Kegiatan Kelas II, III, &
Kelas I
IV
Tidak ada kegiatan 0 0
1 kali/tahun 0,25 0,5
2 kali/tahun 0,50 1
3 kali/ tahun 0,75 1,5
Jenis kegiatan > 4 kali/tahun 1 2
7) Penanggulangan Bahaya CBRN
Penjelasan:
Chemical Biological, Radiological and Nuclear vang selanjutnya
disingkat CBRN adalah bahan-bahan yang dengan perantaraan
teknologi dapat dipergunakan untuk kepentingan/kesejahteraan
hidup orang banyak, namun pada kejadian tertentu dapat
menimbulkan bahaya yang mengancam kehidupan orang banyak
Penentuan skor Penanggulangan Bahaya CBRN adalah sebagai
berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 orang/tahun 0,25
2 orang/tahun 0,50
3 orang/tahun 0,75
Jenis kegiatan > 4 orang/tahun 1

DIREKTURJENDERALPERBENDAHARAAN,

MARWAN ARJOWIRYONO
A

Lampiran IV _ 37
MENTEHIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 17/PMK.09/2019
TENTANG
PEDOMAN PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa guna tersusunnya Laporan Keuangan


Pemerintah Pusat yang andal berdasarkan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara yang akuntabel
yang diselenggarakan sesuai sistem pengendalian intern
yang memadai, sesua1 ketentuan Pasal 8
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Pasal 55 ayat (2) huruf a dan ayat
(4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan telah
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
14/ PMK.09 / 2017 tentang Pedoman Penerapan,
Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat;
b. bahwa agar pelaksanaan pengendalian intern atas
pelaporan keuangan pemerintah pusat dapat
dilaksanakan secara lebih efektif, efisien, dan akuntabel,
perlu mengatur kembali ketentuan mengenai
penerapan, penilaian, dan reviu atas pengendalian
~~

www.jdih.kemenkeu.go.id
-2-

intern atas pelaporan keuangan pemerintah pusat;


c. b ahwa berdasarkan pertimba nga n sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b , perlu m en etapkan
Peratura n Menteri Keuangan tentang Pedoma n
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern
atas Pelaporan Keu a n gan Pemerintah Pusat;

Mengingat 1. Unda n g-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Per a tura n Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang
Sistem Pengenda lia n Intern Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2 008 Nomor 127,
Ta mbaha n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4890);

MEMUTUSKAN:
Men etapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PEDOMAN
PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU PENGENDALIAN
INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
PUSAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yan g dimaksud d engan:
1. Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan yang
selanjutnya disingkat PIPK adalah pengendalian yang
secara spesifik dira n can g untuk m emberika n keyakina n
yan g m em adai b ahwa lapor an keuangan yan g dihasilkan
merupakan laporan yang andal dan d isu sun sesuai V---

www.jdih.kemenkeu.go.id
-3 -

dengan standar akuntansi pemerintahan.


2. Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat yang selanjutnya
disebut Pelaporan Keuangan adalah keseluruhan proses
yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan
pemerintah pusat, mulai dari otorisasi transaksi sampai
dengan terbitnya laporan k euangan, termasuk proses
konsolidasi Laporan Keuangan Bendahara Umum
Negara (LK BUN) dan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LK K/L).
3. Laporan Keuangan adalah laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
4. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri
dari 1 (satu) atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertangggungjawaban berupa
Laporan Keuangan.
5. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
anggaran/ pengguna barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan
Keuangan untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan.
6. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang selanjutnya
disingkat LKPP adalah laporan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang disusun oleh pemerintah pusat dan
merupakan konsolidasian LK BUN dan LK K/L.
7. Penilaian PIPK adalah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen untuk memastikan kecukupan rancangan
dan efektivitas pelaksanaan pengendalian dalam
mendukung keandalan Pelaporan Keuangan.
8. Manajemen adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dalam
proses bisnis suatu unit kerja, termasuk di dalamnya
adalah Tim Penilai.
9. Pengendalian Intern Tingkat Entitas adalah
pengendalian yang dirancang untuk memberikan
\t--

www.jdih.kemenkeu.go.id
-4-

keyakinan memadai atas pencapaian tujuan Pelaporan


Keuangan suatu organisasi secara menyeluruh dan
mempunyai dampak yang luas terhadap organisasi
meliputi keseluruhan proses, transaksi, akun, atau
asersi dalam Laporan Keuangan.
10. Pengendalian Intern Tingkat Proses / Transa ksi adalah
pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan
untuk memitigasi risiko-risiko dalam pemrosesan
transaksi secara spesifik dan hanya terkait dan
berdampak terhadap satu/ sekelompok proses,
transaksi, akun, atau asersi tertentu.
11. Tim Penilai PIPK yang selanjutnya disebut Tim Penilai
adalah tim kerja pada Entitas Akuntansi dan / atau
Entitas Pelaporan yang ditunjuk/memiliki tugas untuk
membantu Manajemen dalam melaksanakan penilaian
PIPK.
12. Reviu PIPK adalah penelaahan oleh auditor Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah yang kompeten atas
penilaian PIPK untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa penyusunan lapo ran keuangan telah
diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai.
13. Catatan Hasil Reviu PIPK yang selanjutnya disebut CHR
PIPK adalah dokumen yang berisi simpulan yang
didapatkan dari suatu proses reviu Pengendalian Intern
atas Pelaporan Keuangan.
14. Laporan Hasil Reviu PIPK yang selanjutnya disebut LHR
PIPK adalah laporan yang berisi kompilasi dari
simpulan-simpulan yang terdapat pada CHR PIPK.
15. Pernyataan Telah Direviu Laporan Keuangan yang
selanjutnya disebut PTD adalah pernyataan Aparat
Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga atau
pejabat yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal / pejabat
yang setingkat atas hasil reviu Laporan Keuangan yang
telah dilakukan. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-

BAB II
PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 2
Prinsip-prinsip penerapan PIPK adalah:
a. Mendukung pencapaian tujuan organisasi;
b. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
organisasi dan pengambilan keputusan khususnya
dalam perencanaan strategis;
c. Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu;
d. Mempertimbangkan keseimbangan aspek biaya dan
manfaat; dan
e. Menjaga kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 3
Penerapan PIPK bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa Pelaporan Keuangan dilaksanakan dengan
pengendalian intern yang memadai.

Pasal 4
PIPK diterapkan oleh setiap:
a. Entitas Akuntansi; dan
b. Entitas Pelaporan.

Pasal 5
(1) Penerapan PIPK oleh Entitas Akuntansi dan Entitas
Pelapo ran se bagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilaksanakan pada:
a. tingkat entitas; dan
b. tingkat proses/transaksi.
(2) Penerapan PIPK pada tingkat entitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi unsur-unsur
pengendalian intern yang ada dalam Entitas Akuntansi
dan Entitas Pelaporan, yaitu:
a. lingkungan pengendalian;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-6 -

b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan.
(3) Penerapan PIPK pada tingkat entitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk penerapan
Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi
(PUTIK) .
(4) Penerapan PIPK pada tingkat proses/transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
terhadap proses/ transaksi yang dilakukan secara manual
dan/ a tau proses/ transaksi yang dilakukan menggunakan
sistem aplikasi.

Pasal 6
Setiap Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan bertanggung
jawab untuk mengelola, memelihara, dan memutakhirkan
dokumentasi penerapan PIPK.

Pasal 7
Penerapan PIPK dilaksanakan sesua1 dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

BAB III
PENILAIAN PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 8
(1) Dalam menJaga efektivitas penerapan PIPK, Entitas
Akuntansi dan Entitas Pelaporan melaksanakan Penilaian
PIPK.
(2) Entitas Akuntansi yang melaksanakan Penilaian PIPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Entitas Pelaporan berdasarkan pertimbangan risiko.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-7 -

(3) Pertimbangan risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan pertimbangan yang terkait dengan hal-hal
yang dapat mempengaruhi opini atas Laporan Keuangan.
(4) Penetapan Entitas Akuntansi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan pada triwulan pertama.

Pasal 9
(1) Penilaian PIPK se bagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat ( 1) dilaksanakan oleh Tim Penilai.
(2) Tim Penilai memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagaimana tercantum dalam Pedoman Penerapan,
Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat.

Pasal 10
( 1) Penilaian PIPK dilaksanakan pada:
a. tingkat entitas; dan
b. tingkat proses/transaksi.
(2) Penilaian PIPK tingkat entitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali dalam rentang
waktu tanggal 1 September tahun berkenaan sampa i
dengan tanggal 15 Januari tahun berikutnya.
b. Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas pada
tahun berikutnya dapat menggunakan hasil
penilaian tahun sebelumnya apabila entitas
dipandang tidak mengalami perubahan signifikan.
(3) Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses / Transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun dalam rentang
waktu tanggal 1 September tahun berkenaan sampai
dengan tanggal 15 Januari tahun berikutnya.

Pasal 11
( 1) Tim Penilai menyusun lapo ran hasil Penilaian PIPK.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-8-

(2) Laporan hasil Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) disampaikan oleh Tim Penilai kepada:
a. p1mpman Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas
Pelaporan; dan
b. Tim Penilai di atasnya secara berjenjang.
(3) Laporan hasil Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pada tingkat Unit Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran (UAPPA-El),
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna
Anggaran (UAPA), Unit Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pembantu Bendahara Umum Negara
(UAPBUN), Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pengguna Anggaran (UABUN), beserta dengan LKPP
disampaikan kepada Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP).
(4) Laporan hasil Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) menyimpulkan efektivitas penerapan PIPK
dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:
a. Efektif;
b. Efektif dengan pengecualian; atau
c. Mengandung kelemahan material.
(5) Laporan hasil Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuat sesuai dengan format tercantum
dalam Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pu sat.
(6) Laporan hasil Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah pelaksanaan Penilaian PIPK.

Pasal 12
Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai
dengan Pasal 11 dilaksanakan sesuai dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -

BAB IV
REVIU PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 13
(1) Untuk m emb erikan k eyakinan terbatas kepada pimpinan
Kementerian Negara/Lembaga mengenru efektivitas
penerapan PIPK secara memadai, dilakukan Reviu PIPK.
(2) Reviu PIPK dilaksanakan oleh APIP.
(3) Reviu PIPK dilaksanakan terhadap penerapan PIPK yang
berasal dari laporan hasil Penilaian PIPK yang
disampaikan oleh Tim Penilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3).

Pasal 14
Reviu PIPK dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan Reviu PIPK;
b. Pelaksanaan Reviu PIPK; dan
c. Pelaporan Reviu PIPK.

Pasal 15
(1) Pada tahap perencanaan Reviu PIPK, APIP menyusun
program kerja Reviu PIPK berdasarkan Penerapan,
Penilaia n , dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keu angan Pemerinta h Pusat.
(2) Reviu PIPK diren canakan pa da semester I tahun
berikutnya.

Pasal 16
Reviu PIPK dilaksan akan dengan metode uji petik (sampling)
dan dilakukan paling lambat bersamaan dengan reviu LK K/L,
LK BUN, a tau LKPP.

Pasal 17
(1) Untuk setiap Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas
Pelapora n yang direviu, APIP menyusun CHR PIPK

~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

dan/ atau LHR PIPK.


(2) CHR PIPK dan/ atau LHR PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Entitas Akuntansi
dan/ atau Entitas Pelaporan yang direviu paling lambat 1
(satu) bulan setelah pelaksanaan reviu.
(3) Dalam hal Entitas Pelaporan adalah UAPA a tau UABUN,
waktu penyampaian CHR PIPK dan/ a tau LHR PIPK
bersamaan dengan waktu penyampaian PTD kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga.
(4) CHR PIPK dan/atau LHR PIPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi dasar Manajemen untuk membuat
pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan.
(5) Dalam hal tidak dilakukan Reviu PIPK oleh APIP, hasil
Penilaian PIPK oleh Tim Penilai digunakan se bagai dasar
Manajemen untuk membuat pernyataan tanggung jawab
atas Laporan Keuangan.

Pasal 18
Reviu PIPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 17 dilaksanakan sesuai dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

BABV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Penilaian PIPK
yang telah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 14/PMK.09/2017 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 277), diakui sebagai
pelaksanaan Penilaian PIPK berdasarkan Peraturan Menteri
!Ill.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.09 / 2017 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 277), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21
Peraturan Menteri m1 mulai ber laku pada tanggal
diundangkan. 1~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

Agar setiap orang mengetahuinya , memerinta hkan


pengundangan Peraturan Menteri ini denga n penempa ta nnya
dalam Berita Negara Republik Indonesia .

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2019

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 193

Salinan sesuai dengan aslin a


Kepala Biro Umum
u .b.
Kepala Bagia n TU

I~ t' ___,,.___

ARIF BINTARTO WO
NIP 19710912 199703 1 001

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17/PMK.09/2019
TENTANG
PEDOMAN PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU
PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT

PEDOMAN PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU


PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

DAFTAR ISI

A. PEDOMAN PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

1. Pendahuluan ................ ... ... ... ... .... ... ................. ... ...... ... ....... .. ............... - 16 -

2. Tujuan dan Manfaat Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan ..... - 17 -

3. Keterbatasan Penerapan Pengendalian Intern ................ .. ....... ... ... ........ - 17 -

4. Tingkatan Penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan .... - 17 -

a . Pengendalian Intern Tingkat Entitas ..................................... ...... ... ... . - 18 -

b . Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi ......................... ......... - 21 -

5. Dokumentasi Penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan- 24 -

B . PEDOMAN PENILAIAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

1. Pendahuluan . ...... ... .. .... .... .. ..... .. .. .... ................. .. . .. .. .... .... .... ......... ........ - 26 -

a. Pentingnya Penilaian Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan. - 26 -

b. Definisi ............................... ............ ... ..................................... ... ...... .. - 27 -

c. Tujuan dan Sasaran Pedoman ............................. .. .. .. . ... .. .. .. .. ...... .. .... - 28 -

d . Pendekatan Control Self Assessment.. ...................... .. .......... .. ............ - 29 -

2. Perencanaan ........................ ... ... ......... ... ... ... ... ................. .... ... ... ... .... .... - 30 -

a. Struktur Organisasi Penilaian Pengendalian Intern . ... ... .. . .. . ...... ... ... . - 30 -

b. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Penilai ....... .. .......... .... .. .. ................. - 31 -

c. Keanggotaan .... ........ ...... ... ........ . .. . ................ .. ....................... ...... .... . - 33 -

d. Pendekatan Umum Penilaian ........................... ........ .......................... - 34 -

e. Koordinasi dengan Unit Lain di Dalam dan Luar Organisasi .............. - 35 -

f. Penentuan Ruang Lingkup Pelaporan Keuangan ................. ............ .. - 35 -

g. Penentuan Materialitas ....... ............ ... ............... .. .. ... ... ..... .. ... ............ . - 36 -

h. Penentuan Proses Bisnis Utama (Key Business Processes) yang


mendukung Akun Signifikan ........................................... ... ......... .. .. . - 37 -

L Asersi Pelaporan Keuangan . .. ....... .... ....... .. ... ............... ... ......... ......... . - 38 -

J. Penilaian Risiko .. ..... .. .. ..... ... ... ... ... ... ... .. .. .. ....... ... .. .. . .... .. .. .... ... ... ........ - 40 -

k. Dokumentasi .............. ... .................... ... ......... ............ ..... ... ............... - 40 -k
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -

3. Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas ..................................... - 41 -

a. 'fujuan ......... ... .. .. ............................................................................. - 41 -

b. Pelaksana dan Lingku p .. .... ................................ ....... .... ....... .. ........ ... - 41 -

c. Waktu dan Proses ............................................ .... .. ... ........................ - 42 -

4. Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi ..................... - 62 -

a. 'fujuan ......... ............. .......................................... ..... ..... .. .. ............ ... - 62 -

b . Pelaksana dan Lingkup ........................... .... .................... .................. - 62 -

c. Proses .............................................................................................. . - 63 -

5. Penilaian Efektivitas Pengendalian dan Kelemahan Pengendalian .......... - 73 -

6. Kompilasi Simpulan Pengendalian Intern Secara Keseluruhan ... ... .. ... ... - 76 -

7 . Tim penilai .................. ................................................................... .. ..... - 77 -

8. Pelaporan Hasil Penilaian ...................................................................... - 79 -

7. Hubungan Kerja Tim Penilai dengan APIP ............................................. - 80 -

C. PEDOMAN REVIU PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH PUSAT

1. Pendahuluan ... ....... ....... ..... ... .. .. . ....... .. .. . .. . .. . ... ................. .. ... ............... - 80 -

2. Prosedur Reviu PIPK ... .... ...................................................................... - 80 -

D.CONTOH FORMAT

1. Format I Laporan Hasil Penilaian PIPK ................ .................................. - 89 -


2. Format II Formulir CHR PIPK ................................................................ - 91 -
3 . Format III Laporan Hasil Reviu PIPK ................................................ ..... - 96 -

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -

A. PEDOMAN PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

1. Pendahuluan
Tujuan utama pe ngendalian intern adalah untuk m emberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pe ngendalian Intern Pem e rintah, pencapruan tujuan organ1sas1
diwujudkan melalui k egiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Tujuan keandalan pelaporan, khususnya pelaporan keuangan, meliputi
pemenuhan terhadap aspek reliabilitas, ketepatan waktu, transparansi,
dan aspek-aspek lainnya yang telah ditetapkan dalam organisasi,
termasuk organisasi pemerintah. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat,
sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
yang utama, harus disajikan secara andal agar dapat meningkatkan
akuntabilitas Kementerian Negara/Lembaga (K/L), Bendahara Umum
Negara (BUN), maupun Pemerintah Pusat secara umum. Hal ini pada
akhirnya JUga akan m e ningkatkan kepercayaan publik atas
pengelolaan keuangan negara. Mengingat pentingnya tujuan tersebut,
setiap pimpinan dan seluruh pejabat/pegawai di lingkungan K/L dan
BUN perlu meningkatkan penerapan Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan (PIPK) secara sistematis, terstruktur, dan
terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
PIPK adalah pengendalian yang secara spesifik dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan andal dan disusun sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku. Di sampmg itu, penerapan PIPK diharapkan dapat
memberikan keyakinan yang memadai kepada pembaca atau pengguna
laporan keuangan bahwa:
a . La poran keuangan menggambarkan secara le ngkap dan memadai
seluruh transaksi keuangan yan g terjadi;
b. Seluruh tran sak si k eu angan telah dicatat sesuai dengan peraturan,
kebijakan, m aupun standar yang b erlaku;
c. Seluruh transaksi telah dilaksanakan sesuru dengan pembagian
kewenangan yan g telah ditetapkan; dan ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -

d. Seluruh sumber daya keuangan telah diamankan dari kerugian


yang material akibat adanya pemborosan, penyalahgunaan,
kesalahan, kecurangan, atau sebab-sebab lainnya.

2. Tujuan dan Manfaat Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan


Penerapan PIPK bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa
penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
telah dilaksanakan dengan sistem pengendalian intern yang memadai.
Adapun manfaat penerapan PIPK antara lain adalah:
a. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi operasi;
b. Meningkatnya kualitas tata kelola dan sistem pelaporan keuangan;
c . Meningkatnya keandalan laporan keuangan;
d . Terjaganya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan; dan
e. Meningkatnya reputasi organisasi dan kepercayaan para pemangku
kepentingan.

3 . Keterbatasan Penerapan Pengendalian Intern


Pengendalian intern secara umum dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai (reasonable assurance) terhadap pencapa1an
tujuan organisasi. Oleh karena itu, tidak ada jaminan mutlak bahwa
tujuan tersebut akan dicapai secara sempurna. Hal ini terjadi karena
pengendalian intern dirancang berdasarkan pertimbangan biaya dan
manfaat serta keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh faktor
manusia. Meskipun telah dirancang dengan baik, pengendalian intern
tetap memiliki keterbatasan, antara lain pertimbangan yang kurang
matang, kegagalan menerjemahkan perintah, pengabaian manajemen,
dan adanya kolusi. Keterbatasan ini juga berlaku dalam penerapan
PIPK.

4 . Tingkatan Penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan


Penerapan PIPK harus dilaksanakan oleh seluruh Entitas Akuntansi
dan Entitas Pelaporan, mulai dari Entitas Akuntansi tingkat paling
bawah sampai dengan Entitas Pelaporan yang melakukan konsolidasi
LKPP, dalam hal ini adalah Menteri Keuangan c .q. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Selanjutnya untuk setiap Entitas Akuntansi
dan/ atau Entitas Pelaporan, PIPK harus dirancang dan
diimplementasikan pada tingkat entitas dan tingkat proses/transaksi.
l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -

Penjelasan mengenai penerapan PIPK pada setiap tingkatan diuraikan


sebagai berikut:

a . Pengendalian Intern Tingkat Entitas


Sebagai elemen yang tak terpisahkan dari konsep pengendalian
intern secara umum, PIPK juga perlu diimplementasikan pada
tingkat entitas. Pengendalian pada tingkat entitas dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai atas pencapaian tujuan pelaporan
keuangan suatu organisasi secara menyeluruh. Pengendalian ini
mempunya1 dampak yang luas terhadap organisasi meliputi
keseluruhan proses, transaksi, akun, atau asersi dalam laporan
keuangan. Bentuk aplikatif dari Pengendalian Intern Tingkat
Entitas dapat mengacu pada penerapan komponen-komponen dan
prinsip-prinsip pengendalian intern menurut Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)
Internal Control - Integrated Framework. Penggunaan framework
COSO ini sesuai dengan konsep pengendalian intern pemerintah
Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
beserta peraturan-peraturan turunannya, yang secara umum juga
mengacu pada konsep pengendalian intern COSO . Pada tahun
2013, COSO telah merilis Internal Control - Integrated Framework
(selanjutnya disebut COSO 2013) terbaru sebagai penyempurnaan
dari COSO Internal Control - Integrated Framework 1992.
Komponen-komponen dan prinsip-prinsip pengendalian intern
menurut COSO 2013 (terdiri dari 5 (lima) komponen dan 17 (tujuh
belas) prinsip) dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Lingkungan pengendalian
a) Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan
nilai-nilai etika.
b) Dewan pengawas atau komite audit menunjukkan
independensi dari manajemen dan menjalankan pengawasan
(oversight) atas proses pengembangan dan penerapan
pengendalian intern.
c) Manajemen menetapkan struktur orgamsas1, jalur
pelaporan, serta pemisahan wewenang dan tanggung jawab
yang memadai dalam rangka pencapaian tujuan. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -

d) Organisasi menunjukkan komitmen untuk merekrut,


mengembangkan, dan menempatkan pegawa1 yang
kompeten sesuai dengan tujuan organisasi.
e) Organisasi memastikan akuntabilitas setiap pegawai dalam
melaksanakan pengendalian intern yang menjadi tanggung
jawabnya.
2) Penilaian risiko
a) Organisasi menetapkan tujuan secara jelas sehingga
memungkinkan dilakukannya identifikasi dan penilaian
risiko terkait pencapaian tujuan tersebut.
b) Organisasi mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang
dihadapi seluruh entitas dalam pencapaian tujuan sebagai
dasar menentukan bagaimana risiko tersebut akan dikelola.
c) Organisasi mempertimbangkan potensi terjadinya
kecurangan dalam proses penilaian risiko.
d) Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-
perubahan yang dapat berdampak signifikan terhadap
s istem pengendalian intern.
3) Kegiatan pengendalian
a) Organisasi menentukan dan mengembangkan kegiatan
pengendalian yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko
hingga ke level yang dapat diterima.
b) Organisasi menentukan dan mengembangkan aktivitas
pengendalian umum (general contra~ atas penggunaan
teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
c) Organisasi menerapkan aktivitas pengendalian melalui
kebijakan yang menentukan apa yang diharapkan dan
prosedur untuk menjalankan kebijakan tersebut.
4) Informasi dan komunikasi
a) Organisasi memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan
informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung
terlaksananya pengendalian intern.
b) Organisasi secara internal mengomunikasikan tujuan,
tanggung jawab, dan informasi terkait pengendalian intern
dalam rangka mendukung terlaksananya pengendalian
intern. L

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -

c) Organisasi berkomunikasi kepada pihak-pihak eksternal


mengena1 permasalahan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pengendalian intern.

5) Kegiatan pemantauan
a) Organisasi menetapkan, mengembangkan, dan
melaksanakan evaluasi berkelanjutan dan/ atau evaluasi
terpisah untuk menilai apakah komponen-komponen
pengendalian intern telah ada dan berfungsi.
b) Organisasi mengevaluasi kelemahan pengendalian intern
secara periodik dan mengomunikasikannya kepada pihak-
pihak terkait dalam rangka perbaikan.
Di samping penerapan atas prinsip dan komponen pengendalian
intern COSO 2013, Pengendalian Intern Tingkat Entitas juga harus
memperhatikan Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan
Komunikasi (PUTIK) /Information Technology General Control (ITGC).
Bentuk pengendalian ini juga merupakan penjabaran dari salah
satu prinsip dalam komponen kegiatan pengendalian menurut
COSO 2013 di atas. Hal ini perlu dilakukan oleh manajemen karena
proses penyusunan LKPP di semua tingkatan tidak dapat
dipisahkan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Bahkan tren saat ini menunjukkan bahwa TIK mempunya1
peran yang semakin vital dalam mewujudkan laporan keuangan
yang andal.
PUTIK adalah bentuk pengendalian yang bertujuan untuk
meyakinkan keamanan, kestabilan, dan keandalan kinerja dari
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
komputer serta sumber daya manusia dan TIK yang berhubungan
dengan sistem-sistem keuangan, khususnya dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Secara umum, Pengendalian
Umum TIK terdiri dari 4 (empat) komponen atau area pengendalian
utama, yaitu:
1) Manajemen Risiko
Pengendalian umum berupa pendekatan sistematis yang
meliputi budaya, proses, dan struktur untuk menentukan
tindakan terbaik terkait kemungkinan terjadinya peristiwa yang

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan TIK dan proses


bisnis yang didukung TIK.
2) Manajemen Perubahan
Pengendalian umum berupa proses untuk meminimalkan
dampak negatif akibat adanya perubahan (penambahan,
perubahan/ modifikasi, pemindahan, a tau pengurangan)
komponen konfigurasi TIK, diantaranya perangkat keras,
perangkat lunak, perangkat jaringan, dan dokumen terkait
dengan perubahan.
3) Akses logikal
Pengendalian umum berupa alat dan protokol yang bertujuan
untuk memastikan otorisasi akses pengguna dan mencegah
akses pihak yang tidak berwenang terhadap aset informasi,
khususnya perangkat pengolah informasi.
4) Operasional TIK dan Kelangsungan Layanan
Pengendalian umum berupa pengelolaan operasional yang
bertujuan untuk memastikan operasional yang aman dan benar
pada perangkat pengolah informasi, mengimplementasikan dan
memelihara keamanan informasi, mengelola layanan yang
diberikan pihak ketiga, meminimalkan risiko kegagalan,
melindungi keutuhan dan ketersediaan informasi dan perangkat
lunak, memastikan keamanan pertukaran informasi, dan
pemantauan terhadap proses operasional.
Dalam konteks pelaporan keuangan Pemerintah Pusat, kebijakan-
kebijakan terkait rancangan dan penerapan pengendalian umum
TIK tidak seluruhnya menjadi kewenangan Entitas Akuntansi dan
Entitas Pelaporan di semua tingkatan. Pada umumnya, dalam
suatu sistem akuntansi tertentu, Entitas Akuntansi hanya
bertindak sebagai pengguna atau operator aplikasi sehingga
memiliki kewenangan yang terbatas dalam pembuatan kebijakan.
Sebagian besar kewenangan berada pada Entitas Pelaporan yang
menyusun dan mengembangkan sistem akuntansi dan aplikasi
pendukungnya. Oleh karena itu, penerapan PUTIK juga perlu
disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki oleh setiap Entitas
Akuntansi dan Entitas Pelaporan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -

Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi adalah pengendalian


yang dirancang dan diimplementasikan untuk memitigasi risiko-
risiko dalam pemrosesan transaksi secara spesifik. Pengendalian ini
hanya terkait dan berdampak terhadap satu/ sekelompok proses,
transaksi, akun, atau asersi tertentu. Penerapan pengendalian ini
perlu dilakukan baik terhadap pemrosesan transaksi secara
manual maupun terotomatisasi (misalnya menggunakan aplikasi
berbasis sistem informasi), dan meliputi aspek input, proses, dan
output.
Dalam merancang Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi,
suatu organ1sas1 sebaiknya berfokus pada akun atau kelompok
akun signifikan. Akun atau kelompok akun merupakan akun
signifikan apabila memiliki kemungkinan salah saji yang material,
atau menurut pertimbangan manajemen perlu dievaluasi karena
alasan tertentu. Penentuan akun atau kelompok akun signifikan
merupakan kewenangan manajemen dan dapat bersifat judgement.
Selanjutnya seluruh proses yang mempengaruhi akun atau
kelompok akun signifikan tersebut harus diidentifikasi, termasuk
proses yang melibatkan TIK. Dengan mengacu pada asers1
manaJemen atas laporan keuangan, setiap proses tersebut
selanjutnya diidentifikasi risiko-risiko atau apa yang bisa salah
dalam pelaksanaannya. Proses identifikasi risiko sebaiknya
berfokus pada risiko-risiko utama, yaitu risiko-risiko yang apabila
tidak dimitigasi dengan pengendalian yang memadai, dapat
menyebabkan kesalahan material dalam laporan keuangan.
Pengendalian yang dibangun dan diterapkan harus mampu
mencegah dan mendeteksi risiko-risiko dimaksud. Untuk setiap
risiko utama, setidaknya harus terdapat satu pengendalian utama
yang terkait.

Pengendalian aplikasi (application contron


Penggunaan sistem aplikasi dalam penyusunan LKPP mempunyai
banyak kelebihan, baik dari segi efisiensi proses maupun dari segi
kualitas hasil, dibandingkan dengan proses manual. Akan tetapi,
masih terdapat risiko sistem aplikasi yang digunakan tidak mampu
berfungsi atau menghasilkan output sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, pengendalian intern pada tingkat

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -

proses/transaksi juga perlu dirancang dan diimplementasikan


secara khusus terhadap penggunaan aplikasi terkomputerisasi.
Meskipun setiap aplikasi membutuhkan pengendalian yang spesifik
dan unik, tujuan utama pengendalian aplikasi, khususnya dalam
rangka penyusunan laporan keuangan, adalah untuk memastikan
kelengkapan dan akurasi data, serta validitas dari pencatatan yang
di-input ke dalam aplikasi. Pengendalian aplikasi dapat berbentuk
pengendalian manual maupun terprogram/ otomatis. Di samping
itu, pengendalian aplikasi harus mencakup keseluruhan sistem
mulai dari input, proses, hingga output. Sedangkan berdasarkan
tahapan prosesnya, tujuan pengendalian aplikasi dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Tahap penyiapan dan otorisasi data sumber.
Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk
memastikan bahwa dokumen-dokumen sumber telah disiapkan
oleh pejabat/ pegawai yang memiliki kewenangan dan kualifikasi
sesuai dengan peraturan dan Standar Prosedur Operasional
(SOP) yang telah ditetapkan. Di samping itu, pengendalian
harus mampu meminimalisasi kesalahan input serta mendeteksi
kesalahan yang terjadi sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikan.
2) Tahap pengumpulan dan peng-input-an data sumber.
Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk
memastikan bahwa peng-input-an data dilaksanakan secara
tepat waktu. Dalam hal terjadi perbaikan atau koreksi atas data
yang telah di-input, mekanisme perbaikan atau koreksinya
harus tetap melalui tahapan otorisasi yang telah ditetapkan.
3) Tahap pengecekan akurasi, kelengkapan, dan otentisitas.
Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk
memastikan bahwa transaksi telah akurat, lengkap dan valid.
4) Tahap validitas dan integritas pemrosesan.
Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk
memastikan bahwa kemampuan aplikasi untuk mendeteksi
kesalahan dalam transaksi tidak mengganggu pemrosesan
transaksi yang benar dan valid.
5) Tahap reviu output, rekonsiliasi, dan penanganan kesalahan. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk


memastikan bahwa output aplikasi telah digunakan sesuai
dengan kewenangan dan telah disampaikan kepada pihak-pihak
yang tepat, serta memastikan bahwa proses verifikasi, deteksi,
dan koreksi terhadap akurasi output aplikasi telah
dilaksanakan.
6) Tahap keautentikan dan integritas output.
Tujuan pengendalian pada tahap m1 diarahkan untuk
memastikan keautentikan dan integritas data selama proses
transfer data antar aplikasi (termasuk antar modul atau menu
dalam satu aplikasi yang sama), apabila output dari suatu
aplikasi menjadi output antara atau input bagi aplikasi lain
dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

5. Dokumentasi Penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan


Setiap Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan bertanggung jawab
untuk mengelola, memelihara, dan memutakhirkan dokumentasi
penerapan PIPK. Dokumentasi penerapan PIPK secara umum
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Sebagai rekaman seluruh proses kegiatan yang telah terjadi;
b. Sebagai dasar pengambilan keputusan di masa mendatang;
c. Sebagai bukti hukum atas apa yang telah diputuskan dan
dilaksanakan, khususnya bila terjadi sengketa hukum; dan
d. Sebagai sarana pembelajaran untuk melakukan pemantauan dan
kaji ulang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan dokumentasi,
yaitu:
a. Penataan dokumentasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah
diakses dan termutakhirkan dengan baik;
b . Pengamanan dokumentasi agar terjaga dari kemungkinan
pencurian atau akses oleh pihak yang tidak berwenang;
c. Pemenuhan persyaratan dokumen yang memerlukan keabsahan
hukum tertentu; dan
d. Penyimpanan dokumen orisinil dan masa retensi sesuai peraturan
yang berlaku.
Dokumentasi mencakup rancangan, penerapan, dan mekanisme
evaluasi pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang tercermin

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -

dalam Petunjuk Teknis, Standar Prosedur Operasional (SOP), kebijakan


administratif, pedoman akuntansi, dan pedoman lainnya, termasuk
dokumentasi yang menggambarkan sistem informasi otomatis,
pengumpulan dan penanganan data, serta pengendalian umum dan
pengendalian aplikasi. Bentuk dan format dokumentasi disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku di setiap Entitas
Akuntansi dan Entitas Pelaporan.
Untuk tujuan kemudahan, keseragaman, atau tujuan lain, Entitas
Pelaporan dapat menetapkan peraturan tentang bentuk dan format
dokumentasi yang harus dibuat oleh Entitas Akuntansi dan/ atau
Entitas Pelaporan yang secara organisatoris berada di bawahnya.
Salah satu dokumentasi penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan adalah dokumentasi identifikasi risiko dan kecukupan
rancangan pengendaliannya sebagaimana tabel A dari kolom 1 sampai
dengan kolom 9.

Tabel A. Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan Pengendaliannya


(Matriks Risiko-Pengendalian)
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Akun Signifikan: [diisi dengan akun-akun signifikan terkait]
Diisi oleh
Diisi oleh Pemilik Pengendalian Tim
Penilai
Nam a
Proses/ Aplikasi Tipe
Risiko Pengendalia Pelaksana Dokumen Memadai
No Transaks pendukun Pengendalia Asersi
Utama n Pengendalian Pend ukung Ya/Tidak
i Utama g n
Uta ma
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Paraf Pemilik Pengendalian/ Ta n ggaI:

Simpulan: Cukup/Tidak Cukup*


Usulan koreksi (feed back)**:
Penilaian Kelemahan Rancangan bila manajemen tidak memperbaiki***:
Proses/Transaksi Utama ........ :
1. . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
Ost.
2.
Paraf Tim Penilai/Tanggal:

Keterangan:
Kolom (1) s.d. (9) diisi oleh Pemilik Pengendalian sedangkan Kolom (10), *, dan ** diisi Tim
Penilai.
(1) diisi nomor uru t.
(2) diisi proses/transaksi utama yang terkait akun signifikan tersebut
(3) diisi risiko utama pada proses atau transaksi
(4) diisi dengan Nomor pada kolom (1) diikuti tanda hubung (-) diikuti bentuk aktivitas
pengendalian seperti pengendalian akses, pemeriksaan fisik, persetujuan, reviu atas

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -

persetujuan, validasi, monitoring, inventarisasi, penelitian lebih lanjut, klarifikasi,


verifikasi keakuratan akun, rekonsiliasi. Contoh: 1-Validasi, 2-Rekonsiliasi, 3-Validasi,
4-Monitoring, 5-Klarifikasi, 6-Rekonsiliasi, 7-Validasi, dll
Catatan: Perhatikan contoh terdapat 3 (tiga) validasi yang dibedakan satu sama lain
dengan nomor sehingga terdapat Nama Pengendalian Utama 1-Validasi, 3-Validasi, dan
7 -V alidasi.
(5) diisi aplikasi yang khusus, misal: SIMAK BMN, SPAN, dll.
(6) diisi pemilik pengendalian
(7) diisi dokumen terkait, misal: kuitansi, kontrak, SPM, SP2D, dll.
(8) diisi dengan tipe pengendalian dengan rincian:
a. Manual
b . Aplikasi
c. ITDM (IT Dependent Manual)
d. Pengendalian Umum TIK
(9) diisi jenis asersi terkait: Completeness, Existence and Occurance, Valuation and
Allocation, Rights and Obligation, Presentation and Disclosure
(10) diisi dengan "Ya" bila ada pengendalian utama (5) yang memitigasi risiko utama (3)
* Bila seluruh Risiko Utama ada pengendalian utamanya maka disimpulkan "Cukup",
bila ada yang tidak ada pengendalian utamanya maka disimpulkan "Tidak Cukup"
** Bila rancangan disimpulkan "Tidak Cukup" berikan usulan koreksi (feed back) untuk
melakukan koreksi.
*** Bila manajeme n tidak memperbaiki sesuai usulan rekomendasi Tim Penilai.

B. PEDOMAN PENILAIAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
1. Pendahuluan
a. Pentingnya Penilaian Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
Di sampmg perancangan dan penerapan, manaJemen JUga
bertanggung jawab terhadap penilaian Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan (PIPK). Mengingat pelaporan keuangan
merupakan muara semua pencatatan transaksi keuangan dalam
suatu organisasi, maka penilaian PIPK merupakan kegiatan yang
sangat penting. Melalui penilaian ini diharapkan manajemen
mendapatkan informasi dan umpan balik mengenai pengendalian
yang dijalankan. Berdasarkan informasi dan umpan balik tersebut,
manaJemen dapat mengetahui apakah pengendalian telah
dirancang secara memadai dan telah diimplementasikan secara
efektif sesuai dengan rencana.
Selain informasi mengenai efektivitas pengendalian intern, kegiatan
penilaian JUga perlu mengungkapkan kelemahan-kelemahan
pengendalian yang ditemukan serta saran perbaikannya.
Berdasarkan informasi tersebut, manajemen melakukan perbaikan,
penyesuaian, dan pengembangan sistem pengendalian yang ada
agar lebih efektif. Pedoman penilaian PIPK perlu disusun untuk
dapat dilaksanakan oleh Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
yang melaksanakan PIPK. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -

b. Definisi
Dalam pedoman m1, istilah-istilah penting yang digunakan
didefinisikan sebagai berikut:
1) Pengendalian Intern atau Sistem Pengendalian Intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
2) Control Self Asessment (CSA) adalah proses penilaian efektivitas
pengendalian intern yang dilakukan oleh manaJemen.
Tujuannya adalah memberikan asurans yang memadai bahwa
tujuan organisasi dapat dicapai.
3) Kegiatan pengendalian (control activities) adalah
kebijakan/prosedur untuk memastikan bahwa arahan
manajemen telah dilaksanakan pada seluruh tingkatan dan
fungsi dalam suatu entitas. Kegiatan pengendalian
dilaksanakan antara lain melalui pemberian persetujuan
(approvan, otorisasi (authorization), verifikasi (verification), reviu
atas kinerja operas1 (review of operating performance),
pengamanan aset (security of asset), dan pemisahan tugas
(segregation of duties) .
4) Pengendalian utama (keycontron adalah pengendalian yang
ketika dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang
kemampuan keseluruhan sistem pengendalian intern dalam
mencapai tujuan kegiatan yang ditetapkan.
5) Kelemahan adalah pelanggaran dan/ atau peny1mpangan
terhadap penerapan pengendalian intern, baik berupa tidak
dijalankannya pengendalian yang sudah ditetapkan, tidak
diidentifikasinya risiko yang signifikan, atau tidak dibuatnya
suatu pengendalian yang diperlukan.
6) Pemilik pengendalian (control owner) adalah pejabat pada tiap
jenjang unit kerja yang bertanggung jawab atas terlaksananya
suatu pengendalian di unit kerjanya, biasanya adalah atasan
langsung pelaksana pengendalian.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -

7) Pengendalian preven tif adalah pengendalian yang dirancang


untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan atau
kesalahan yang antara lain meliputi: pemberian persetujuan
(approvan, otorisasi (authorization), pengamanan aset (security of
asset), dan pemisahan tugas (segregation of duties).
8) Pengendalian detektif adalah pengendalian yang dirancang
untuk menemukan kejadian yang tidak diharapkan atau
kesalahan yang antara lain meliputi rekonsiliasi (reconciliation),
verifikasi (verification), dan reviu atas kinerja operasi (review of
operating performance).
9) Atribut pengendalian adalah karakteristik/ ciri khusus yang
melekat pada pengendalian atau bukti yang menunjukkan
bahwa pengendalian telah dilaksanakan, seperti berita acara
rekonsiliasi, paraf, tanda tangan, dan tanda centang ('1).
10) Pengambilan uji petik atribut (attribute sampling) adalah metode
pengambilan uji petik yang digunakan untuk meneliti sifat non
angka dari data. Metode ini digunakan dalam pengujian
pengendalian karena fokus perhatian pengujian pengendalian
adalah pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada
data/ dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor
urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga
bersifat non angka.
c. Tujuan dan Sasaran Pedoman
Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan panduan bagi
manaJemen Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan yang
melakukan penilaian PIPK. Pedoman juga dimaksudkan un tuk
digunakan sebagai acuan bagi APIP di tingkat K/L, BUN, maupun
Pemerintah Pusat (dhi. BPKP) dalam melaksanakan kegiatan
asistensi kepada masing-masing manajemen Entitas Akuntansi dan
Entitas Pelaporan untuk mengembangkan pelaksanaan penilaian
PIPK di lingkungannya sehingga penilaian ini dapat berjalan. Di
samping itu, pedoman ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan dan kriteria bagi APIP dalam pelaksanaan reviu atas PIPK.
Pedoman m1 harus dilaksanakan untuk mencapa1 sasaran
terwujudnya:
1) kesamaan pengertian, bahasa, dan penafsiran atas penilaian

PIPK; ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -

2) keseragaman perangkat penilaian PIPK; dan


3) efektivitas PIPK di lingkup K/L, BUN, maupun Pemerintah
Pusat.
d. Pendekatan Control Self Assessment
Proses penilaian PIPK dilaksanakan dengan pendekatan penilaian
mandiri/ control self assessment (CSA). CSA adalah sebuah proses
menilai efektivitas pengendalian intern yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan orgamsas1
dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya, teknik CSA m1
dilaksanakan sendiri oleh pihak manaJ em en sehingga
memungkinkan keterlibatan manajemen secara penuh dalam
proses penilaian pengendalian intern yang dilaksanakan dalam
organ1sasmya.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa pihak yang paling
memahami dan menguasai proses bisnis termasuk pengendalian
intern dalam suatu organisasi adalah manajemen, mulai dari level
pimpinan hingga pelaksana. Dengan demikian, diharapkan proses
penilaian dapat berjalan secara cepat, efisien, dan efektif. Di
samping itu, hasil penilaian diharapkan juga akan menjadi lebih
komprehensif dan memberikan nilai tambah yang besar bagi
organisasi karena berisi kelemahan yang kuat dan rekomendasi
yang fokus pada tindakan perbaikan.
Dalam praktiknya, teknik CSA dapat dilaksanakan melalui
beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
1) Workshop/ Facilitated team meeting
Dalam teknik ini, manajemen membentuk atau menunjuk
sebuah tim yang terdiri dari para pejabat/pegawai di seluruh
tingkatan dan bagian dalam organisasi yang memahami dan
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengendalian intern. Di samping itu, dibentuk pula seorang/tim
fasilitator yang akan memimpin dan mengarahkan jalannya
diskusi. Dalam konteks penilaian PIPK, tugas fasilitator
dilaksanakan oleh Tim Penilai yang telah dibentuk. Diskusi
dapat dilaksanakan dalam bentuk focused group discussion
(FGD) maupun bentuk lainnya.
2) Survei/ wawancara/ kuesioner

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -

Manajemen (dhi. Tim Penilai) melakukan survei dengan teknik


wawancara maupun membuat kuesioner untuk diisi oleh
seluruh pejabat/pegawai yang terkait dengan pengendalian
intern. Pertanyaan yang diajukan melalui wawancara atau
kuesioner se baiknya disusun sesederhana mungkin sehingga
mudah dipahami dan dijawab tanpa menimbulkan persepsi
yang berbeda-beda, misalnya dalam bentuk pertanyaan
"ya/tidak". Selanjutnya hasil survei dianalisis oleh Tim Penilai
untuk memperoleh kesimpulan.
2. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah yang penting dalam setiap kegiatan,
termasuk dalam proses penilaian PIPK. Dalam tahap ini, manajemen
harus memutuskan ruang lingkup penilaian (meliputi periode
pelaporan keuangan dan komponen laporan keuangan mana yang akan
dinilai pengendalian internnya), tingkat materialitas, dan jadwal
penilaian beserta keputusan atau kebijakan penting lainnya.
Penentuan ruang lingkup yang terlalu luas atau tingkat materialitas
yang terlalu rendah akan berakibat pada pekerjaan penilaian
pengendalian dan proses yang tidak perlu dan tidak penting bagi
organisasi secara keseluruhan. Sebaliknya, penentuan ruang lingkup
terlalu sempit atau menentukan tingkat materialitas terlalu tinggi akan
berakibat mimmnya penguJ1an dan ketidakmampuan menilai
pengendalian intern secara memadai.
a. Struktur Organisasi Penilaian Pengendalian Intern
Dukungan dari Menteri/Pimpinan Lembaga/Pengguna Anggaran
dan Kuasa Pengguna Anggaran serta Penanggung Jawab Unit
Akuntansi lingkup BUN sangat penting dalam kesuksesan penilaian
PIPK. Tim Penilai dibentuk pada Entitas Akuntansi dan Entitas
Pelaporan sesua1 dengan tingkat manajemen yang memberi
pernyataan tanggung jawab.
Untuk Kementerian Negara/Lembaga, susunan Tim Penilai
meliputi:
1) Tim Penilai Tingkat Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Kuasa Pengguna Anggaran {UAKPA);
2) Tim Penilai Tingkat Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Wilayah (UAPPA-W);

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -

3) Tim Penilai Tingkat Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Eselon I (UAPPA-El);
dan
4) Tim Penilai Tingkat Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pengguna Anggaran (UAPA).

Sedangkan untuk Bagia n Anggaran BUN, susunan Tim Penilai


dibentuk sesuai dengan struktur pelaporan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi BUN.
Tim Penilai Tingkat UAPA (untuk K/L) dan/atau UABUN (untuk
BUN) diketuai oleh Sekretaris Jenderal atau pimpinan unit lain
yang sejenis. Tim Penilai di bawahnya (selanjutnya disebut Tim
Penilai) diketuai oleh Pejabat yang secara struktural berada satu
tingkat di bawah dan ditunjuk langsung oleh pimpina n Entitas
Akuntansi dan/ atau Entitas Pelaporan yang membuat p ernyataan
tanggung jawa b atas laporan k euangan. Bagi
Kementerian/Lembaga yang telah memiliki unit kepatuh a n interna l
selaku lini pertahanan kedua, maka unit kepatuhan internal itu
dapat ditunjuk sebagai Tim Penilai sesuai dengan kedudukan dan
kewenangan unit kepatuhan internal tersebut dalam struktur
organisasi K/ L.
b. Tugas dan Tanggung J awab Tim Penilai
Tugas dan tanggung j awab Tim Penilai Tingkat UAPA/UABUN dan
Tim Penilai adalah membantu Menteri /Pimpinan
Lembaga/Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran serta
Penanggung Jawab Unit Akuntansi lingkup BUN untuk memantau
implementasi PIPK dan meningkatkan kesadaran akan
pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. Proses penilaian
ini tidak hanya berlangsung di tiap akhir semester atau pada saat
p enyusunan dan p enya mpaian laporan keuangan. Akan tetapi,
kegiatan ini merupakan upaya terus menerus sepanjang tahun
untuk mendokumentasikan, menilai, dan m em antau pengendalian
intern dan m emperb aiki k elemahannya. Secara singka t,
pemantauan dan peningkatan pengendalian intern merupakan
proses yang terus menerus d an dilakukan secara paralel den gan
penyusunan laporan keuangan. Meskipun demikian, unit kerja
diharuskan m elaporkan hasilnya secara tahunan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -

Tanggung jawab Tim Penilai Tingkat UAPA/UABUN setidaknya


adalah:
1) menentukan lingkup penilaian yaitu laporan keuangan K/L
atau BUN yang akan dinilai dan proses yang mempengaruhi
laporan keuangan tersebut;
2) melakukan kompilasi dan menarik kesimpulan atas penilaian
efektivitas pengendalian intern tingkat UAPA/UABUN;
3) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
4) mengoordinasikan kegiatan penilaian oleh Tim Penilai di
bawahnya;dan
5) menyampaikan laporan kompilasi kepada p1mpman dan APIP
K/ L a tau BUN.

Tanggung jawab Tim Penilai Tingkat UAPPA-El/UAPPA-El


BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN setidaknya
adalah:
1) memetakan rancangan pengendalian;
2) menyusun desain penilaian pengendalian intern dan
metodologinya;
3) menentukan batas materialitas pos yang akan diuji;
4) menyusunjadwal dan kebutuhan sumber daya penilaian;
5) melaksanakan penilaian pengendalian intern di unit kerjanya;
6) melakukan kompilasi dan menarik kesimpulan atas penilaian
efektivitas pengendalian intern pada tingkat tersebut;
7) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
8) mengoordinasikan kegiatan penilaian oleh Tim Penilai di
bawahnya;
9) menyampaikan laporan kepada p1mpman dan APIP K/L atau
BUN; dan
10) memantau perkembangan tindakan perbaikan PIPK.

Tanggung jawab Tim Penilai Tingkat UAPPA-W /UAKKPA


BUN/UAKKBUN-Kanwil setidaknya adalah:
1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya penilaian;
2) melaksanakan penilaian pengendalian intern di unit kerjanya;
3) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
4) mengoordinasikan kegiatan penilaian oleh Tim Penilai
di ~
bawahnya;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -

5) menyampaikan laporan kepada Tim Penilai tingkat UAPPA-


El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/ UAPBUN/
UAKBUN; dan
6) memantau perkembangan tindakan perbaikan PIPK.
Tanggung jawab Tim Penilai Tingkat UAKPA/UAKPA
BUN/ UBL/ UAKBUN-Daerah setidaknya adalah:
1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya penilaian;
2) melaksanakan penilaian pengendalian intern di unit kerjanya;
3) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
4) menyampaikan laporan kepada Tim Penilai tingkat
UAPPA-W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil sebagai dasar
pembuatan pernyataan tanggungjawab; dan
5) memantau perkembangan tindakan perbaikan PIPK.
c. Keanggotaan
Tanggung jawab penilaian PIPK tingkat UAPA/UABUN berada pada
Sekretaris Jenderal (atau nama lain), namun proses yang akan
dinilai berada pada seluruh organ1sasi. Manajemen harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam memilih anggota
Tim Penilai dan harus mempertimbangkan untuk mengikutsertakan
perwakilan dari seluruh bagian organ1sas1 seperti bagian
akuntansi/keuangan, bagian TIK, bagian umum, bagian sumber
daya manusia, dan/ atau APIP sebagai penasihat atau pemberi
asistensi.
Agar dapat melaksanakan penilaian dengan baik, diperlukan
kualifikasi Tim Penilai se bagai beriku t:
1) memiliki kompetensi teknis yang memadai (pemahaman yang
baik terhadap proses bisnis yang dipantau, konsep
pe ngendalian intern, dan teknik pemantauan);
2) memiliki sikap mental (kepribadian) yang baik, tercermin dari
kejujuran, objektivitas, ketekunan, loyalitas, bijaksana, dan
bertanggung jawab terhadap profesinya;
3) memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara
efektif baik lisan maupun tertulis dengan berbagai pihak di
lingkungan unit organisasinya; dan
4) memiliki keinginan untuk maJU dan menambah
pengetahuan/ meningkatkan kemampuan profesionalnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -

SDM Tim Penilai harus memperoleh pelatihan yang cukup terkait


teknis penilaian dan proses bisnis unit yang dinilai. Dalam kaitan
dengan teknis penilaian, program pengembangan kompetensi yang
diperlukan diantaranya meliputi pelatihan tentang:
1) konsep dasar pengendalian intern secara umum dan PIPK;
2) perancangan dan pengembangan perangkat penilaian PIPK;
3) mekanisme pelaksanaan tugas penilaian PIPK; dan
4) simulasi pelaksanaan tugas penilaian PIPK berdasarkan
perangkat yang telah disusun.
Bagi K/L yang telah memiliki unit kepatuhan internal dengan nama
dan bentuk apapun, maka dapat menugaskan pegawai pada unit
kepatuhan internal dimaksud, dan pegawai pada unit lain apabila
dipandang perlu, sebagai Tim Penilai. Bagi Entitas Akuntansi
dan/ atau Entitas Pelaporan yang telah memiliki Satuan Tugas
(Satgas) SPIP dengan nama dan bentuk apapun dapat
menggunakan satgas tersebut sebagai Tim Penilai. Jumlah anggota
Tim Penilai disesuaikan dengan beban kerja.
d. Pendekatan Umum Penilaian
Untuk dapat memberikan pernyataan tanggung jawab atas laporan
keuangan berupa pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai,
manaJemen harus menilai efektivitas PIPK untuk mendukung
pernyataan tersebut. Agar dapat melakukan penilaian tersebut,
pendekatan dari atas ke bawah (Top-Down Approach) harus
digunakan dalam merencanakan penilaian PIPK.
Penilaian PIPK dilakukan untuk memberikan asurans pada tingkat
entitas unit kerja. Pendekatan dari atas ke bawah dalam
perencanaan, pengujian, dan pendokumentasian PIPK dimulai
dengan laporan keuangan yang signifikan di level entitas dan
ditelusuri sampai ke proses utama pengendalian, dan dokumen
pendukungnya. Tim Penilai Tingkat UAPA/UABUN akan
menentukan ruang lingkup pelaporan keuangan, desain penilaian
pengendalian intern dan metodologinya, serta penentuan batas
materialitas pos yang akan diuji. Manajemen memiliki fleksibilitas
dalam menentukan laporan keuangan signifikan yang akan diuji
pengendaliannya. Tim Penilai Tingkat UAPA/UABUN akan
mengomunikasikan prosedur tersebut ke seluruh unit organisasi ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -

dan memantau kemajuan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan


dalam menjalankan strategi yang telah ditetapkan.
e. Koordinasi dengan Unit Lain di Dalam dan Luar Organisasi
Satuan kerja di pemerintahan memiliki ketentuan dan peraturan
yang mendukung implementasi pengendalian intern yang efektif.
Sebagai contoh, beberapa reviu dan/ atau pemantauan juga
dilakukan oleh manajemen atau atas nama manajemen sepanjang
tahun. Tim Penilai dalam setiap tingkatan harus
mempertimbangkan penggunaan hasil reviu atau pemantauan yang
telah dilakukan manajemen agar tidak tumpang tindih.
Tim Penilai dalam setiap tingkatan juga harus mempertimbangkan
hasil asurans dari pemberi asurans lainnya baik dari APIP maupun
auditor eksternal. Tim Penilai dan Manajemen harus:
1) memahami perspektif APIP /auditor eksternal untuk mengetahui
apakah penentuan akun signifikan, proses/transaksi utama,
dan asers1 tertentu sejalan dengan hasil identifikasi
APIP /auditor eksternal. Perbedaan mungkin saja terjadi, seperti
perbedaan karena tingkat materialitas. Pada umumnya,
materialitas yang ditetapkan manajemen atau Tim Penilai akan
lebih rendah dari materialitas yang ditetapkan oleh
APIP /auditor eksternal.
2) memfasilitasi pertukaran informasi jika memungkinkan antara
manaJemen dan APIP /auditor eksternal berkenaan dengan
pemahaman bersama terhadap PIPK sehingga diperoleh
pemahaman yang komprehensif.
3) mengoordinasikan waktu penguJ1an pengendalian untuk
mencegah tumpang tindih dengan pengujian pengendalian oleh
APIP /auditor eksternal dalam rangka reviu/ audit.
4) membandingkan hasil penilaian PIPK dengan hasil penguJian
pengendalian intern dalam laporan hasil audit atas laporan
keuangan oleh auditor eksternal.
f. Penentuan Ruang Lingkup Pelaporan Keuangan
Tim Penilai tingkat UAPA/UABUN harus merekomendasikan kepada
manajemen ruang lingkup laporan keuangan yang akan dinilai
pengendalian internnya termasuk pemilihan akun-akun signifikan.
Manajemen memutuskan ruang lingkup berupa periode dan
komponen-komponen laporan keuangan termasuk akun-akun ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -

signifikan. Periode penilaian minimal adalah laporan keuangan


semesteran. Sedangkan komponen laporan keuangan yang akan
dinilai dan kedalaman penilaiannya diserahkan kepada manajemen
sesuai dengan risiko proses dan pengendalian intern yang akan
diuji.
Untuk Entitas Pelaporan yang melakukan proses konsolidasi atas
laporan keuangan unit-unit di bawahnya, maka proses konsolidasi
dan laporan keuangan konsolidasian juga harus dinilai oleh Tim
Penilai. Sebagai contoh, Tim Penilai tingkat UAPA mempunyai tugas
melakukan penilaian terhadap PIPK yang dilaksanakan oleh
manajemen sebagai satker sekaligus sebagai konsolidator LK K/L.
g. Penentuan Materialitas
Materialitas dalam pelaporan keuangan adalah risiko kesalahan
atau salah saji yang dapat terjadi dalam laporan keuangan yang
akan be rpengaruh terhadap keputusan atau kesimpulan yang
diambil berdasarkan laporan keuangan tersebut. Manajemen harus
mempertimbangkan sejauh mana suatu kesalahan akan
mempengaruhi manaJemen atau proses pelaporan keuangan.
Penentuan tingkat materialitas merupakan kewenangan dan
pertimbangan profesional manajemen. Oleh karena itu, manajemen
harus mempertimbangkan proses bisnis utama yang akan
berpengaruh terhadap pelaporan keuangan. Manajemen harus
mempertimbangkan kemungkinan dari salah saji laporan keuangan
secara individual atau gabungan.
Nilai materialitas yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan
yang mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan.
Penetapan nilai materialitas secara kuantitatif meliputi tahapan
sebagai berikut:
1) Penentuan Dasar (Basis) Penetapan Materialitas
Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, Tim
Penilai sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a) karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan
entitas yang diperiksa;
b) area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan
oleh pengguna laporan keuangan; dan
c) kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -

Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh Tim


Penilai adalah sebagai berikut:
a) Total Aktiva, untuk entitas yang berbasis aktiva.
b) Nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis
aset.
c) Total pendapatan, untuk entitas yang fungsinya sebagai
pusat penerimaan (revenue center);
d) Total belanja, untuk entitas yang fungsinya sebagai pusat
belanja (cost center); dan
2) Penentuan Tingkat (Rate) Materialitas
Contoh tingkat materialitas adalah sebagai berikut:
a) Untuk entitas revenue center. sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) sampai dengan 5% (lima persen) dari total
penerimaan (0,5% : :; M : :; 5%);
b) Untuk entitas cost center: sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) sampai dengan 5% (lima persen) dari total belanja
(0,5% : :; M : :; 5%); dan
c) Untuk entitas yang berbasis aset: sebesar 0,5% (nol koma
lima persen) sampai 1% (satu persen) dari total aset
(0,5%:::;; M:::;; 1%).
h. Penentuan Proses Bisnis Utama (Key Business Processes) yang
Mendukung Akun Signifikan

Proses bisnis adalah dasar penilaian pengendalian intern dan


mendukung saldo yang material di laporan keuangan. Proses bisnis
merupakan serangkaian peristiwa, yang terdiri dari metode dan
pencatatan yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengelompokkan, menganalisis, dan mencatat transaksi-transaksi
seperti penerimaan dan pengeluaran kas, penerimaan piutang dan
PNBP, pembelian barang persediaan, dan lain-lain. Ketika
menentukan proses bisnis utama, manajemen harus mereviu
laporan keuangan dan pengungkapan lainya baik melalui bagan
alur (fiowchart) proses maupun dokumen lain yang tersedia.
Sementara itu, terdapat pula proses atau aplikasi yang digunakan
untuk mencatat transaksi untuk memelihara akuntabilitas aset dan
kewajiban. Proses tersebut biasanya berupa metode untuk
melaporkan dan menunjukkan akuntabilitas seperti proses k
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -

akuntansi piutang, persediaan, aset tetap, dan lain-lain.


Manajemen harus memiliki pemahaman yang baik atas kedua jenis
proses yang bermuara pada pelaporan keuangan tersebut di atas.
L Asersi Pelaporan Keuangan
Manajemen harus mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang
relevan pada akun signifikan. Asersi manajemen merupakan
pernyataan manajemen tentang berbagai transaksi dan akun yang
terkait dengannya dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
secara langsung terkait dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Asersi-asersi ini merupakan bagian dari kriteria
yang digunakan oleh manaJemen untuk mencatat serta
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Terdapat beberapa macam asersi, yaitu:
1) Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan
dengan apakah aset, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum
dalam neraca memang benar-benar ada pada tanggal neraca.
Berbagai asersi tentang keterjadian berkaitan dengan apakah
berbagai transaksi yang tercatat dalam suatu laporan keuangan
memang benar-benar terjadi selama periode akuntansi tersebut.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa persediaan
alat tulis kantor yang tercantum dalam neraca adalah tersedia
untuk digunakan. Begitu pula, manajemen membuat asersi
bahwa penenmaan PNBP dalam laporan operasional
menunjukkan bahwa telah terjadi pertukaran barang atau jasa
dengan kas atau aset bentuk lain (misalnya piutang) dengan
pihak lain.
2) Kelengkapan (completeness)
Asersi manajemen ini menyatakan bahwa seluruh transaksi dan
akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
disajikan seluruhnya. Sebagai contoh, manajemen membuat
asersi bahwa seluruh penerimaan PNBP telah dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa piutang pajak di neraca
telah mencakup semua piutang pajak yang dimiliki oleh entitas
terse but. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -

Asersi kelengkapan berhubungan dengan berbagai masalah


yang berlawanan dengan berbagai masalah yang terkait dengan
asers1 keberadaan atau keterjadian. Asersi kelengkapan
berkaitan dengan kemungkinan adanya sejumlah item yang
seharusnya tersaji, hilang sehingga tidak tercatat dalam laporan
keuangan. Sementara asersi keberadaan atau keterjadian
berkaitan dengan pencatatan sejumlah nilai yang seharusnya
tidak tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai pelanggaran
atas asers1 keterjadian ini banyak berhubungan dengan
pencatatan nilai akun yang terlalu tinggi, sementara
pelanggaran atas asers1 kelengkapan banyak berhubungan
dengan pencatatan nilai akun yang terlalu rendah. Sebagai
contoh, pencatatan sebuah transaksi penenmaan PNBP yang
fiktif merupakan suatu pelanggaran atas asersi keterjadian
sedangkan kegagalan mencatat suatu transaksi penerimaan
PNBP merupakan pelanggaran atas asersi kelengkapan.
3) Hak dan kewajiban (right and obligation)
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah
pada tanggal tertentu, aset yang tercantum dalam laporan
keuangan merupakan hak entitas dan utang merupakan
kewajiban entitas. Sebagai contoh manajemen membuat asersi
bahwa jumlah penerimaan PNBP telah mencerminkan nilai
perolehan hak entitas atas pemberian jasa kepada pihak lain
dan jumlah utang jangka panjang pemerintah mencerminkan
suatu kewajiban pemerintah kepada pihak lain.
4) Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan
apakah nilai-nilai yang tersaji pada akun aset, kewajiban,
pendapatan dan beban dalam laporan keuangan merupakan
nilai yang tepat. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya dan
perolehan semacam itu secara sistematis dialokasikan ke dalam
periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula
manaJemen membuat asers1 bahwa piutang PNBP yang
tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -

Asersi tentang penyaJian dan pengungkapan berhubungan


dengan apakah berbagai komponen dalam laporan keuangan
telah digabungkan atau dipisahkan, diuraikan, dan
diungkapkan dengan tepat. Misalnya, manajemen membuat
asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai
utang jangka panjang di neraca merupakan utang yang jatuh
temponya lebih dari satu tahun.
Dari uraian di atas, hubungan akun signifikan dengan asers1
laporan keuangan dapat dilihat contohnya pada tabel berikut:
No Akun Asersi yang relevan
1 Ka s Existence
completeness
2 Penerimaan PNBP Existence
completeness
3 Utang Pemerintah Existence
Right and obligation
presentation and disclosure
4 Piutang PNBP Existence
Right and obligation
Presentation and disclosure
5 Aset Tetap Existence
Valuation or allocation
Akun-akun yang lain dapat ditentukan asers1 yang relevan
sesuai dengan karakteristiknya.
J. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses intern dari manaJemen untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko untuk
mencapai tujuan keandalan pelaporan keuangan. Manajemen
harus menyiapkan ikhtisar risiko atas salah saji akun tertentu yang
akan digunakan untuk merencanakan penilaian pengendalian
internnya. Ikhtisar risiko tersebut setidaknya memuat daftar akun
signifikan, saldonya, asersi laporan keuangannya dan risiko yang
mungkin terjadi. Manajemen harus menilai pengendalian atau
risiko dari setiap asersi, mendokumentasikan penilaian risiko, dan
menyiapkan rencana pengujian.
k. Dokumentasi
Pendokumentasian atau pemutakhiran proses utama dan
pengendalian intern atas proses pelaporan keuangan harus
disiapkan, termasuk proses yang menggunakan TIK.
Pendokumentasian proses utama dan pengendaliannya merupakan
awal proses pengambilan keputusan untuk menentukan proses
penilaian selanjutnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -

1) Dokumentasi Rencana dan Metodologi


Tim Penilai harus mendokumentasikan metodologi penilaian,
termasuk:
a) Penetapan kewenangan Tim Penilai dan anggotanya;
b) Metode komunikasi dengan manajemen dan pegawai selama
penilaian; clan
c) Komponen penting dari metodologi penilaian.
2) Dokumentasi Hasil Penilaian
Tim Penilai harus memiliki dokumentasi untuk mendukung
hasil penilaian yang dilakukan. Tim Penilai harus secara jelas
mengomunikasikan kepada seluruh pegawai prosedur yang
dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang diambil
berkenaan dengan PIPK.
Dokumentasi tersebut setidaknya memuat:
a) Informasi tentang bagaimana transaksi signifikan
diidentifikasi, dicatat, diproses dan dilaporkan.
b) Informasi yang memadai tentang risiko salah saji dan
kecurangan yang mungkin timbul dari proses/transaksi.
c) Pengendalian yang dirancang untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan termasuk siapa yang melaksanakan
pengendalian tersebut.
d) Pengendalian proses pelaporan keuangan pada akhir
periode.
e) Pengendalian atas pengamanan aset.
f) Hasil penilaian PIPK.
3. Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
a. Tujuan
Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas dilakukan terhadap
pengendalian-pengendalian yang mempunya1 pengaruh
luas / menyebar ke seluruh kegiatan/ proses pelaporan keuangan
dalam suatu organisasi. Tujuan penilaian dimaksud adalah untuk
menentukan efektivitas Pengendalian Intern Tingkat Entitas dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas Pengendalian
Intern Tingkat Proses/Transaksi.
b. Pelaksana dan Lingkup
Pelaksana pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas beserta
lingkup objek yang dinilai adalah sebagai berikut: l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -

1) Tim Penilai tingkat UAKPA/UAKPA BUN/UBL/UAKBUN-Daerah


menilai Pengendalian Intern Tingkat Entitas unit kerja
UAKPA/UAKPA BUN /UBL/UAKBUN-Daerah.
2) Tim Penilai tingkat UAPPA-W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil
menilai Pengendalian Intern Tingkat Entitas unit kerja UAPPA-
W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil.
3) Tim Penilai tingkat UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA
BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN menilai Pengendalian
Intern Tingkat Entitas unit kerja UAPPA-El/UAPPA-El
BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
4) Tim Penilai tingkat UAPA/UABUN mengompilasi hasil penilaian
pengendalian intern Tim Penilai di bawahnya dan
menyimpulkan tingkat keandalan efektivitas Pengendalian
Intern Tingkat Entitas K/L secara keseluruhan.
5) Tim Penilai tingkat UAPP mengompilasi hasil penilaian
pengendalian intern Tim Penilai UAPA dan UABUN dan
menyimpulkan tingkat keandalan efektivitas Pengendalian
Intern Tingkat Entitas Pemerintah Pusat secara keseluruhan.
c. Waktu dan Proses
Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas dilakukan setiap
tahun namun pada tahun berikutnya dapat menggunakan hasil
penilaian tahun sebelumnya apabila entitas dipandang tidak
mengalami perubahan signifikan. Penggunaan hasil penilaian
tahun sebelumnya ini hanya berlaku satu kali saja. Penilaian
Pengendalian Intern Tingkat Entitas juga dilakukan apabila
terdapat kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi Pengendalian
Intern Tingkat Entitas, seperti perubahan kepemimpinan,
perubahan proses bisnis yang strategis, perubahan struktur
organisasi. Langkah-langkah penilaian Pengendalian Intern Tingkat
Entitas adalah sebagai berikut:
1) Menyusun program kerja.
Program kerja harus mendefinisikan dengan jelas mengenai
tujuan, ruang lingkup, teknik evaluasi, waktu pelaksanaan,
dokumen/laporan yang dibutuhkan, SDM yang terlibat, serta
cara penarikan simpulan.
2) Melaksanakan evaluasi.
Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima unsur ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -

pengendalian intern dengan menggunakan salah satu atau


kombinasi dari beberapa teknik sebagai berikut:
a) Reviu Dokumen
Reviu dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan unsur-
unsur pengendalian intern.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan melalui diskusi dengan pegawai yang
bertanggung jawab terhadap rancangan atau implementasi
pengendalian dalam rangka mengumpulkan bukti mengenai
efektivitas pengendalian tingkat entitas. Wawancara dapat
menjadi sarana mengumpulkan informasi kesesuaian
pelaksanaan kebijakan dengan target yang diharapkan.
c) Survei
Survei dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan tertulis untuk mendapatkan tanggapan dari
pegawai/pejabat mengena1 hal-hal terkait lima unsur
pengendaian intern di dalam suatu unit kerja. Untuk
menJaga keandalan dan validitas hasil surve1, perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu:
1) uji coba dan perbaikan pertanyaan surve1 berdasarkan
hasil uji coba;
2) banyaknya responden akan mempengaruhi keandalan
hasil survei;
3) sampel yang distratifikasi akan menghasilkan hasil yang
lebih bagus;
4) perlu pertimbangan matang ketika mgm mengeluarkan
suatu grup uji petik dari populasi.
d) Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara cermat
pegawai, kondisi lingkungan, dan pelaksanaan kegiatan di
suatu unit kerja terkait dengan lima unsur pengendalian
intern.
Penggunaan teknik tersebut di atas bersifat saling
melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Tim
Penilai dapat menggunakan salah satu atau kombinasi
beberapa teknik sesuai dengan tingkat keyakinan yang ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -

dihasilkan dari penerapan teknik tersebut.


Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas sebagaimana
Tabel B.1 berikut ini:

Tabel B.1 Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas


(Tim Penilai)
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Faktor-Faktor Hasil
Reviu Wawan Survei Observ
yang Diin ilai Skor Penelitia n
Dokumen cara asi
Tingkat Entitas Lanju tan
(Y/T) (Y /T) (Y/ T) (Y/T)
1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Jumlah (10)
Total faktor relevan (1 1)
Persentase (12 )
Keterangan:
(1) diisi huruf besar atau a ngka
(2) diisi huruf kecil
(3) diisi faktor-faktor yan g dinilai.
(4) diisi Y jika h asil reviu dokumen m enunjukka n faktor yang dinilai ada, diisi
T faktor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N /A jika faktor yang dinilai tidak
relevan dengan kondisi yang a da.

(5) diisi Y jika hasil wawancara menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T
factor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak
relevan dengan kondisi yang ada.
(6) diisi Y jika h asil survei menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T factor
yang dinilai tidak ada, atau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak relevan
dengan kondisi yang ada.
(7) diisi Y jika h asil observasi menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T
faktor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak
relevan d engan kondisi yang a d a.
(8) diisi 1 jika s impulannya faktor yang dinilai a da atau diisi 0 jika
simpulanny a factor yang dinilai tak ada, atau diisi N/A jika faktor yang
dinilai tidak relevan dengan kondis i yang ada.
(9) Penelitian Lanjutan hanya dilakukan bila skor bernilai 0.
Penelitian Lanjutan dilakukan dengan memperhatikan ketiadaan
compensating control terkait dan/atau adanya bukti bahwa kelemahan
tersebut telah dieks ploitasi yang mendukung simpulan adanya Kelemahan
Signifikan.
Diisi dengan "Tidak Ada Kelemahan/Kelemahan Tidak
Signifikan / Kelemahan Signifikan / Kelemahan Material"
(10) Di isi denganjumlah faktor-faktor yang m e miliki skor " l "
(11) Di isi dengan total -faktor yang relevan.
(12) Di isi dengan jumlah faktor-faktor yang memiliki skor "l" dibagi total factor
yang relevan dikali 100%.

FAKTOR-FAKTOR YANG DINILAI TINGKAT ENTITAS

Faktor-Faktor yang Dinilai


Tingkat Entitas

(1) (2) (3)


A LINGKUNGAN PENGENDALIAN
1 Integritas, nilai etika, dan perilaku etis
Apakah telah dilakukan sosialisasi yang mema dai tentang
a kewajiban, larangan, dan sanksi dalam kode etik dan/ atau
aturan perilaku lainnva, termasuk kepada pegawai baru?
Apakah pimpinan unit kerja memberi keteladanan dengan
b
menerapkan integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -

Faktor-Faktor yang Dinilai


Tingkat Entitas

bawahan untuk menerapkannya pula?


Apakah pimpinan unit kerja memberikan sanksi kepada
c pegawai yang melanggar kode etik dan/ atau aturan
perilaku lainnya?
Apakah pegawai mengetahui kewajiban dan larangan serta
d sanksi pelanggaran kode etik dan / a t au aturan perilaku
lainnya?
Kesadaran pimpinan unit kerja a tas pengendalian dan gaya
2
operasi yang dimiliki oleh pimpinan unit kerja
Apakah pimpinan unit kerja memiliki sikap yang selalu
a
mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan?
Apakah pimpinan unit kerja mendorong pen erapan
b
pengendalian intern di unit kerjanya?
Apakah pimpinan unit kerja memiliki sikap yang positif
c dan responsif terhadap pencapaian tujuan
kegiatan / organisasi?
Apakah pimpinan unit kerja me man dang penting dan
menindaklanjuti hasil pengawasan aparat pengawas intern,
d
pengaduan, keluhan, dan pertanyaan dari pegawai dan
masyarakat?
3 Komitmen terhadap kompetensi
Apakah terdapat proses untuk memastikan bahwa pegawai
yang terpilih untuk menduduki suatu jabatan telah
a
memiliki pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang
diperlukan?
Apakah unit kerja m enyelenggarakan pelatihan dan
b pembimbingan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi pegawai?
Struktur organisasi serta penetapan wewenang dan
4
tane-eung iawab
Apakah pimpinan dan pegawai mengetahui dan
a
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya?
Apakah wewenang diberikan kepada pegawai yang t epat
b sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka
pencapaian tuiuan unit kerja?
Apakah pimpinan dan pegawai mengetahui dan
c bertanggung jawab atas pengendalian intern yang menjadi
tanggungjawabnya?
Apakah jumlah pejabat/ pegawai dalam suatu unit kerja
d
telah sesuai dengan analisis beban ker:ja?
5 Kebijakan dan oraktik yang berkaitan dengan SDM
Apakah kebijakan dan praktik pembinaan sumber day a
a manusia pada unit kerja telah disosialisasikan dan
diperbaharui secara terus menerus?
Apakah pimpinan unit kerja memberikan panduan,
penilaian, dan pelatihan kepada pegawai untuk
b memastikan ketepatan pelaksanaan pekerjaan,
mengurangi kesalahpahaman, serta mendorong
berkurangnva tindakan pelanggaran?
Apakah sudah dilaksanakan pemilihan diklat yang
c mengacu pada pedoman pelaksanaan diklat berbasis
kompetensi?
Apakah sudah ada keterkaitan diklat yang dilaksanakan
d
dengan pembinaan karir dan kinerja pegawai?
Apakah pemberian sanksi telah dijalankan sesuai dengan
e
kebijakan dan prosedur yang berlaku

B PENILAIAN RISIKO
1 Sasaran unit kerja telah disusun dan dikomunikasikan
Apakah sasaran unit kerja telah dikomunikasikan kepada

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -

Faktor-Faktor yang Dinilai


Tingkat En titas

seluruh pegawai?
Telah dilakukan penilaian risiko yang meliputi perkiraan
2 signifikansi d ari suatu risiko, penilaian kemun gkina n
terjadinya, dan p en anganannya
Apakah unit kerj a telah mengidentifikasi risiko dalam
a
pencapaian tuiuan?
Apakah unit kerja tela h menganalisis dan mengevaluasi
b
risiko dalam pencapaian tujuan?
Apakah unit kerja telah melakukan penanganan risiko
c
dalam pencapaian tuiuan?
Adanya mekanisme untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, dan bereaksi terhadap pe rubahan yang
3
dapat menghasilkan dampak besar dan menyebar pada
unit keria
Apakah ada mekan isme untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, dan b ereaksi terhadap pe rubahan yang
dapat menghasilkan d a m pak besar dan menyebar pada
unit kerja?

c KEGIATAN PENGENDALIAN
Ke bija kan dan prosedur yang dibutuhkan untuk
1
pengendalian setiap kegiatan telah diterapkan secara tepat
Apakah t elah dilakukan perbandinga n antara kinerja yang
a
direncanakan dengan kineria yang dicapai setiao pegawai?
Apakah laporan pencapaian kinerja telah disampaikan
b
tepat waktu kepada pimpinan?
Evaluasi atas perbedaan capaian kinerja dan pelaksanaan
2
tinda kan perbaikan yang tepat serta tepat waktu
Apakah unit kerja tel ah melaksanakan evaluasi atas
a
pencapaian In d ikator Kinerja Utama?
Apakah ada tindak lanjut atas perbedaan capaian kinerja
b
dengan kinerja yang direncanakan?
Adanya pemisahan a t au pembagian tugas kepada pihak
3 yang berbeda u ntuk mengu rangi risiko k ecurangan atau
tindakan yang t idak layak
Apakah pimpinan unit kerja telah memperhatikan
pemisahan tugas (segregation of duties) untuk mengurangi
risiko terjadinya kecurangan a t a u tinda kan y ang tidak
la yak?
Pembatasan akses terhad ap dokumen, catatan, asset, data,
4 d a n aplikasi
Apakah unit kerja telah mengatur pembatasan akses atas
aset dan a plikasi yang dimiliki?
Adanya mekanisme otorisasi dan persetuj uan terhadap
5 transaksi dan keiadian penting
Apakah unit kerja telah memiliki mekanisme otorisasi dan
persetujuan (approvaij atas transaksi dan kejadian
pen ting?
6 Dokumentasi yang baik atas kegiatan
Apakah pelaksanaan kegiatan t elah didukung den gan
dokume ntasi yang cukup dan tepat waktu?

D INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Sis tem m e nyediakan informasi y ang dibutuhkan oleh unit
k erja terkait baik informasi yang berasal dari dalam dan
1 luar unit kerja secara akurat
Apakah informas i yang diperlukan dalam pelaksanaan
k egiatan telah tersedia secara tepat waktu, akurat dan
disampaikan kepa da pihak yan g tep at?
2 Informasi te rsedia bagi orang yang tepat dalam rincian

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -

Faktor-Faktor yang Dinilai


Tingkat Entitas

yang cukup dan tepat waktu


Apakah informasi yang diperlukan bagi orang yang tepat
dalam rincian yang cukup dan tepat waktu?
Sistem informasi dikembangkan a tau diperbaiki dengan
3
berdasar pada rencana strategis unit kerja
Apakah unit kerja mengelola, mengembangkan, dan
memperbarui sistem informasi untuk meningkatkan
kegunaan dan keandalan komunikasi informasi secara
terus menerus?
Unit kerja memastikan dan mengawasi keterlibatan
4 pengguna dalam pengembangan, perbaikan, dan pengujian
program I sistem informasi
Apakah seluruh pegawai tel ah menggunakan
a
program/ sistem informasi terkait dengan tugasnya?
Apakah pegawai sebagai end user telah diminta masukan
b dalam pengembangan, perbaikan, dan pengujian
program/ sistem informasi?
Apakah unit kerja menindaklanjuti saran dan masukan
c dari pegawai terkait pengembangan, perbaikan, dan
pengujian program/ sistem informasi?
Telah disusun rencana pemulihan pusat data utama
5 apabila terjadi bencana
Apakah data yang penting dalam sistem informasi di-back-
up secara rutin?
Terdapat komunikasi yang efektif mengenai tugas dan
6 tanggung jawab pengendalian yang dimiliki oleh masing-
masing pihak
Apakah terdapat saluran komunikasi baik ke atas maupun
kepada seluruh bagian organisasi mengenai: hal yang tidak
diharapkan terjadi dalam pelaksanaan tugas beserta
penyebab dan usulan perbaikannya, informasi yang
negatif, perilaku yang tidak benar, atau penyimpangan?
Terdapat saluran komunikasi untuk melaporkan adanya
7
dugaan pelanggaran/ketidak tepatan dan informasi negatif
a Apakah terdapat perlindungan bagi pegawai yang
menyampaikan informasi yang negatif, perilaku yang tidak
benar, atau penyimpangan?
b Apakah ada a lat komunikasi efektif yang
menginformasikan hal-hal penting kepada seluruh
pegawai?
Adanya respon yang tepat waktu terhadap komunikasi
8 yang diterima dari pengguna, rekanan, dan pihak eksternal
lainnya
Apakah terdapat saluran komunikasi yang terbuka dan
efektif dengan masyarakat, rekanan, konsultan, dan aparat
a pengawasan intern pemerintah serta kelompok lainnya
yang bisa memberikan masukan yang signifikan terhadap
kualitas pelayanan unit keria?
Apakah ada strategi pelaksanaan dan jadwal kegiatan
b komunikasi dan informasi? (workplan, jadwal detil setiap
tahun)

E PEMANTAUAN
Terdapat mekanisme reviu atas pelaksanaan kegiatan
1
pengendalian
Apakah terdapat prosedur yang mewajibkan pimpinan unit
ker ja untuk mereviu pelaksanaan pengendalian?
Telah diambil tindakan perbaikan terhadap kesalahan atau
2 sebagai tanggapan atas rekomendasi dan saran perbaikan
bagi unit kerja

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -

Faktor-Faktor yang Dinilai


Tingkat Entitas

Apakah terdapat prosedur yang dapat mendeteksi adanya


pengendalian yang diabaikan?
Apakah terdapat prosedur yang meyakinkan bahwa
a tindakan perbaikan dilakukan tepat waktu ketika
ditemukan penvimpangan?
Apakah ada monitoring dan evaluasi tindak lanjut
b perrnasalahan atau kendala dalarn pelaksanaan koordinasi
internal maupun eksternal?
Terdapat prosedur untuk mendeteksi adanya pengendalian
3 c
intern yang diabaikan
Apakah telah dilaksanakan reviu atas pelaksanaan
A pengendalian terutarna pengendalian yang gagal mencegah
atau mendeteksi adanya masalah yang timbul?
Apakah setiap pengabaian tersebut telah mendapat
a
persetujuan dari pimpinan unit kerja?

Setelah melaksanakan penguJ1an terhadap Pengendalian


Intern Tingkat Entitas, Tim Penilai melakukan pengujian
terhadap PUTIK. Untuk meningkatkan akurasi penilaian
PUTIK, Tim Penilai dapat melibatkan pejabat/ pegawai di
bagian TIK atau pihak ketiga yang kompeten di bidang TIK.
PUTIK dilakukan pengujian efektivitas sebagaimana Tabel
B.2 berikut ini:
Tabel B.2 Pengujian PUTIK
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan
Nama Aplikasi-Aplikasi
Akun Signifikan: [diisi dengan akun-akun signifikan terkait]
Pengujian
Pengendalia Hasil Pengujian Hasil Penelitian
No yang
n Utama Lanjutan
dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)

Keterangan:
(1) diisi nomor
(2) diisi nama Pengenda lian Utama dengan tipe PUTIK.
(3) diisi d engan menguji manajemen risiko TIK, manajemen perubahan TIK,
akses logikal, dan operasional TIK. Pengujian terhadap unsur-unsur
pengendalian umum TIK bergantung pada lingkungan TIK terkait, sehingga
suatu lingkungan TIK dapat hanya terdiri dari satu unsur saja. Situasi
terkait lingkungan TIK tersebut perlu dijelaskan dalam suatu kertas kerja.
Misalnya dalam situasi lingkungan TIK tertentu, h anya dila kukan
pengujian asersi pemisahan fungsi atas user role beserta akses logika lnya
terutama program sosialisasi security awareness ke pengguna,
pemantauan terhadap penggunaan hak akses serta kewajiban dan
larangan pengguna, reviu secara berkala atas pengaktivan jejak audit
(audit trail), serta pengujian konsistensi implementasi prosedur backup dan /
restore. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -

(4) Dalam hal hasilnya tidak sesuai d en gan kriterianya maka simpulka n tidak
efektif. Bila sesuai, simpulkan efektif.
(5) Penelitian La njutan hanya dilakukan bila simpulan efektivitasnya "Tidak
Efektif '.
Penelitian Lanju tan dilakuka n dengan memperhatikan ketiadaan
compensating control terkait dan/atau adan ya bukti bahwa k ele m ah an
tersebut telah dieksploitasi yang mendukung simpulan adanya Ke lemahan
Signifikan.
Diis i dengan "Tidak Ada Kelemahan/Kelemahan Tidak
Signifikan / Kelemahan Signifikan / Kelemahan Material"

Berikut adalah beberapa pengendalian utama PUTIK yang dapat


dipertimbangkan untuk dilakukan pengujian:

No PENGENDALIAN UTAMA

AREA MANAJEMEN RISIKO


1 Penerapan Manajemen Risiko TIK
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memada i
bahwa pe ngelolaan TIK telah berpeduli risiko, yaitu risiko kegagalan
dukungan dan layanan TIK terhadap organisasi tel ah diidentifikasi,
dievaluasi, dan dimitigasi dengan memadai.
a) Terdapat kebijakan dan prosedur umum terkait dengan manajemen risiko
TIK.
b) Kebijakan dan prosedur manajemen risiko TIK (jika ada) telah memuat
hal-hal sebagai berikut: pemilik risiko, identifikasi risiko, penilaian risiko,
dan mitigasi risiko .
c) Terdapat rencana penerapan manajemen risiko TIK.
d) Rencana penerapan manajemen risiko (jika ada) tersebut telah memuat
tahapan identifikasi, evaluasi, dan rencana mitigasi atas risiko-risiko
utama TIK organisasi.
e) Terdapat dokumentasi terkait implementasi m a najemen risiko TIK seperti
formulir risiko, notulen rapat, dan bahan-bahan sosialisa si manajemen
risiko TIK.
f) Manajemen risiko TIK telah diterapkan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur manajem en risiko yang ditetapkan.
g) Penerapan m a najemen risiko TIK telah memadai dalam menjaga
pencapaian tujuan TIK sebagai pendukung proses bisnis.
h) Terdapat sosialisasi/ internalisasi budaya risiko d an risiko TIK yang
dihadapi kepada pegawai.
AREA MANAJEMEN PERUBAHAN

2 Analisis kebutuhan bisnis dilakuka n sebelum memberlakukan


p erubahan sistern.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa peruba han sis tern yang diim plementasikan sesuai dengan
k ebutuhan organisasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan
a nalisis kebutuhan bisnis sebelum melakukan perubahan sistem.
c) Terdapat dokumentasi perubahan sistem.
d) Dokumentasi perubahan sistem (jika ada) telah memuat:
1) p ermintaan dan alasan perubahan;
2) analisis dan evaluasi dampak perubahan terhadap kebutuhan bisnis
pengguna;
3) p ersetujuan oleh pemilik proses bisnis .

3 Perubahan sistem diuji sebelum diimplementasikan ke dalam lingkungan


produksi.
Pengendalian llll bertujuan untuk memberikan key akin an memadai
b a hwa perubahan sistem tidak berdampak pada terjadinya gangguan
p a da sistem yang berialan di lingkungan produksi.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -

No PENGENDALIAN UTAMA

a) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan sist ern dan kebijakan


pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan
pengUJ1an sebelum perubahan sistern diim plementasika n ke dalam
lingkungan produksi.
c) Terdapat definisi tugas dan tanggung jawab yang jelas d ari para pihak
yang terlibat dalam proses perubahan sistem.
d) Terdapat dokumentasi perubahan sistem (log, dokumen sistem, dll).
e) Proses perubahan yang diimplementasikan telah memenuhi kebijakan
pengembangan sistem, terutama memenuhi kriteria berikut:
1) telah diuji di lingkungan non-produksi; dan
2) h asil uji telah disetujui secara teknis untuk diterapkan di lingkungan
produksi.
4 Kontrol vers1 (version controQ dalam aktivitas pemrogra man
diimplementasikan yang memuat dokumentasi konfigurasi dan
dokumentasi program code.
Pengendalian !Ill bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa dokumentasi teknis atas sistem dipelihara untuk memastikan
kelangsungan sistern setelah perubahan, maupun dalam hal terjadi
kegagalan perubaha n .
a) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan sis tern dan kebijakan
pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan
dokumentasi dan reviu berjenjang atas kontrol versi terhadap perubaha n
sistem.
c) Kewajiban dokumentasi kontrol versi (jika ada) telah memuat informasi
penting seperti dokumentasi konfigurasi dan program code.
d) Terdapat dokumentasi kontrol versi terhadap perubahan sistem.
e) Proses perubahan yang diimplementasikan telah memenuhi kebijakan
pengembangan sistem, terutama memenuhi kriteria berikut :
1) telah diuji di lingkungan non-produksi; dan
2) h asil uji telah disetujui secara teknis untuk diterapkan di lingkungan
produksi.
5 Terdapat rencana implementasi serta pemantauan aktivitas implementasi
atas perubahan sistem yang dimigrasi ke lingkungan produksi, termasuk
rollback plan) . Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa implementasi sistem direncanakan dengan mema d a i
yang mencakup definisi tugas dan tanggung jawab, tahapan
impleme n tasi, serta rencana rollback (dalam hal terja di kegagalan
implementasi).
a) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan sistem dan kebijakan
p engelolaan perubaha n sistem.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah mencakup kewajiban penyusunan
rencana implementasi yang terutama memuat:
1) d efinisi tugas dan tan ggun g j awab para pihak yang terlibat;
2) tahapan implementasi yang jelas;
3) rollback plan; dan
4) mekanisme pemant auan atas implementasi sistem.
cl Terdapat dokumentasi implementasi peruba han sistem.
d) Dokumen implementasi sistem telah memuat:
1) tugas dan tanggung jawab p a ra pihak yang terlibat;
2) target dan realisasi jadwal;
3) persetujuan pihak berwenang; dan
4) memuat rollback plan.
e) Telah dilakukan pemantauan terhadap sistem yang baru berjalan setelah
mengalami perubahan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -

No PENGENDALIAN UTAMA
6 Perubahan sistem dalam konfigurasi sistem, aplikasi, interface, database,
OS, dan patches/ peningkatan sistern telah disetujui sebelum
dimigrasikan dan diimplementasikan di lingkungan produksi.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perubahan terhadap s istem atau konfigurasi sistem diterapkan
berdasarkan otorisasi yang sah dari pihak berwenang.
a ) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan s is tern dan kebijakan
pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut Gika ada) telah memuat:
1) definisi tugas dan tanggung jawab yang jelas dari para pihak yang
terlibat dalam proses perubahan sistem; dan
2) mekanisme persetujuan sebelum perubahan sis tern
diimplementasikan ke dalam lingkungan produksi.
c) Terdapat dokumentasi implementasi perubahan sistem.
d) Terdapat persetujuan sebelum perubahan sistem diimplementasikan ke
dalam lingkungan produksi.
7 Lingkungan pengembangan dan pengujian terpisah dari lingkungan
produksi. Akses fisik maupun logis terhadap lingkungan tersebut dibatasi
berdasarkan fungsi (role) dan tanggung jawab pengguna.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perubahan data pada lingkungan produks i merupakan perubahan
yang sah.
a ) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan sis tern dan kebijakan
pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut Gika ada) telah memuat:
1) kewajiban pemisahan antara lingkungan pengembangan, pengujian,
dan produksi; dan
2) definisi yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab para pihak
yang terlibat pada lingkungan tiap-tiap lingkungan tersebut.
c) Lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi telah dipisahkan
dalam pengembangan dan pengujian sistem.
d) Terdapat perangkat yang dikhususkan untuk digunakan sebagai
lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi.
e) Dalam h al terdapat lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi:
1) terdapat daftar pengguna beserta h ak akses atas perangkat pada tiap-
tiap lingkungan tersebut; dan
2) pemisahan IP address tiap-tiap lingkungan.
f) Ada pengguna (user) pada lingkun gan produksi yang memiliki
responsibility/role sebagai "Application Developer'
AREA AKSES LOGIKAL

8 Program security awareness disosialisasikan ke pengguna, termasuk


pengguna sementara. Pengendalian !Ill bertujuan untuk memberikan
keyakinan m emadai bahwa pengguna sis tern aplikasi memahami
tane:!lllng jawab penl!!lllnaan s istem.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut Gika ada) telah memuat:
1) kewajiban diadakannya program security awareness kepada pegawai,
termasuk pengguna sementara; dan
2) m ateri program mencakup rincian tanggun g jawab dan konsekuensi
bagi pengguna.
c) Terdapat r en cana j a dwal sosialisasi security awareness.
d) Terdapat dokumentasi program security awareness.
e) Terdapat security awareness team, yang bertugas untuk
mengem bangkan, menyampaikan, dan memelihara program security
awareness.
f) Program security awareness Gika ada) m enyediakan referensi bagi
organisasi untuk melatih personil dalam tingkatan yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -

No PENGENDALIAN UTAMA

g) Program secu rity awareness (jika ada) telah disosialisa sikan m ela lui
b erbagai jalur komunikasi.
9 Pemantauan terhadap penggunaan hak akses.
Penge ndalian lnl bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai akuntabilitas penggunaan akun oleh pengguna sistem .
al Terdapat kebijakan mengenai sistem manaiemen keamanan informa si.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat kewajiban dilakukanny a
p emantauan terhadap penggunaan hak akses, termasuk pemantauan
t erhadap kewaiiban dan larangan pene:e:una.
c) Terdapat prosedur / rencana pemantauan terhadap penggunaan hak
akses.
d) T erdapat dokumentasi pelaksanaan pemantauan hak akses.
e) Pe m a ntauan tersebut (jika ada) menilai kepatuhan pemenuhan kewajiban
d a n larangan pengguna.
f) Terda pat dokumentasi tindak lanjut ata s pemantauan kepatuhan
tersebut liika ada).
10 Matriks akses pengguna (User A ccess Matrix/ UAM) di setiap lapisan, baik
a plikasi, OS, DB, dan layanan jaringan disusun dan divalidasi secara
b erkala .
Pe ngendalian lnl bertujuan untuk memberika n keyakinan memadai
m engenai pengendalian hak akses pada aplikasi maupun infrastruktur
t erkait .
a) Te rda pat kebija kan mengenai sistem manajemen keaman an informasi
dan matriks akses pengguna
b) Kebijakan tersebut (jika ada ) telah memuat kewajiban p enyusunan dan
validasi matriks akses pengguna secara berkala
c) Terdapat matriks akses pengguna
d) Akun pengguna tela h divalidasi dan proses validasi diketahui dan
disetujui oleh pemilik proses bisnis yang terkait
e) Tidak terdapat:
1) p egawa i yang tela h keluar/ mengundurkan diri masih berstatus
pengguna aktif di aplikasi;
2) p egawai yang telah dimutasi / promosi namun masih memiliki fungsi
dan tanggung jawab di posisi m e reka se belumnya; dan
3) pengguna yang tidak digunakan (tida k aktif lebih dari 90 hari) masih
berstatus aktif.
11 Hak akses dari pegawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga
y ang kontraknya telah habis, dan individu yang melanggar standar
k eamanan informasi dan tengah menjalani proses hukum dicabut
sesegera mungkin.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses t erha dap sistem dilakukan ole h penP-P11Ila vane: sah.
a) Terdapat kebijaka n mengenai sistem manajemen keamanan informasi
d an matriks akses pengguna.
Kebijakan terse but (jika ada ) tel ah memuat kewajiban penonaktifan
b)
p egawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga yang
k ontraknya telah habis, dan individu yang mela nggar standar keamanan
informasi dan tengah menialani proses hukum.
c) Terdapat matriks akses pengguna.
d) Terda pa t pegawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga yang
k ontraknya tela h habis, dan individu yang melanggar standar keamanan
informasi dan tengah menialani proses hukum.
e) Tangga l perolehan dan penonaktifan hak akses pegawai te r s ebut (jika
ada) t elah sesua i.
12 Akun pen gguna (umum maupun khusus) didefinisikan secara individual
untuk memastika n akunta bilitasnya.
Pengendalian lnl bertujuan untuk m emberikan k eyakinan mema dai
m e ngenai akuntabilitas pene:e:unaan akun oleh p ern:nn1na sistem.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -

No PENGENDALIAN UTAMA

a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi


dan pengelolaan hak akses.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat pengaturan mengenai akun
khusus (dengan oenfYfYUna umum/lebih dari satu oersonill
c) Pengaturan akun khusus tersebut memuat definisi yang jelas mengenai
tanggung jawab pengguna um um.
d) Terdapat prosedur/rencana pemantauan terhadap penggunaan hak
akses, terutama oleh akun khusus.
e) Terdapat daftar pengguna yang memiliki akses ke aolikasi.
f) ID pengguna yang unik untuk tiap pengguna dan akun umum tidak
diberikan kepada suatu departemen atau kelompok.
g) Terdapat standar penamaan untuk ID pengguna.
h) Terdapat ID pengguna um um yang digunakan oleh
departemen/kelompok dalam aolikasi.
13 Akses remote dan jaringan nirkabel diamankan dengan pengendalian
secara teknis (misal segmentasi jaringan) dan administratif.
Pengendalian lnl bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses terhadap sistern dilakukan melalui perangkat yang
terotorisasi oleh pihak y ang terotorisasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
khususnya terkait akses remote dan jaringan nirkabel, serta segmentasi
jaringan.
b) Kebijakan terse but (jika ada) tel ah memuat pengaturan mengenai: 1).
akses remote dan jaringan nirkabel; dan 2) . segmentasi jaringan
berdasarkan kriteria aset, unit/ fungsi yang menggunakan jaringan, dan
pemisahan iaringan internal dan eksternal.
c) Jaringan nirkabel diakses melalui mekanisme yang am an (misalnya
menggunakan metode enkripsi WPA2).
d) Terdapat laporan yang berhubungan dengan pengujian keamanan
iaringan nirkabel.
e) Pemberian akses ke jaringan nirkabel kepada pihak eksternal yang
didasarkan atas kebutuhan dan telah dilakukan pemantauan.
f) Terdapat dokumentasi topologi jaringan.
g) Jaringan internal (yang mencakup segmentasi untuk lingkup
pengembangan, pengujian, dan produksi) dan jaringan eksternal/ tamu
telah dipisahkan secara tepat.
h) Terdapat pembatasan terhadap akses ke lingkungan tertentu sesuai
dengan kebiiakan atau prosedur yang berlaku.
14 Kata sandi default untuk akun-akun default (misa lnya, SYSADMIN,
GUEST) di database, server, dan aplikasi telah diubah.
Pengendalian lnl bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses melalui akun default telah diantisipasi
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat pengaturan mengenai:
1) penggunaan akun dan kata sandi default; atau
2) prosedur standar penerimaan dan penggunaan perangkat TIK yang
mencakup pengubahan akun dan konfigurasi default.
c) User dan kata sandi default pada perangkat terkait aplikasi telah
dinonaktifkan.
15 Penetration testing/ vulnerability assessment dilakukan pad a segmen
sistem/jaringan yang sesuai berdasarkan profil risikonya dan segala
kelemahan ditindaklanjuti berdasarkan rekomendasi yang telah disetujui.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa kerentanan sistem telah diantisipasi.
a) Te rdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat kewajiban dan pengaturan
mengenai penetration testing/ vulnerability assessment, termasuk area
utama testing/ assessment dan periodisasi pengujian (misal: setahun
sekali).
c) Terdapat dokumentasi hasil penetration testing/ vulnerability assessment.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -

No PENGENDALIAN UTAMA

d) Penetration testing/ vulnerability assessment Uika dilakukan) telah


mencakup aktivitas berikut: pre-penetration, identification entry points,
host scanning, scannina, imolementation securitu hardenina.
e) Keren tanan yang ditemukan dari
penguJ1an penetration
testing/ vulnerability assessment Uika ada) telah
diperbaiki/ dimitigasi/ dilakukan pengendalian tambahan.
16 Jejak a udit (audit train di aplikasi diaktifkan dan direviu secara berkala.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa terdapat pemantauan dan langkah perbaikan atas akses yang
tidak terotorisasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
khususnya terkait audit trail.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan mengenai a udit
trail dan kewajiban untuk melakukan reviu audit trail secara periodic.
c) Terdapat kebijakan dan prosedur terka it dengan pemantauan
oelane-e-aran akses.
d) Kebijakan dan prosedur pemantauan pelanggaran akses mencakup
definisi tujuan dan periodisasi pemantauan, serta jenis tindakan yang
dipantau.
e) Terdapat dokumentasi konfigurasi dan pemantauan penggunaan akun
(audit trail serta laporan analisis atas audit train
f) Dokument asi pemantauan penggun aan a kun Uika a da) memuat analisis
a tas aktivitas mencurigakan seperti: login yang tidak berhasil, termasuk
profil akun yang b ersan gkutan (AuditTrail: Activate Profile Option) .

AREA OPERASIONAL TIK DAN KELANGSUNGAN LAYANAN

17 Implementasi prosedur backup dan restore secara konsisten.


Pengendalian lnl bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai ketersediaan data untuk mendukung sistem/lavanan.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat kewajiban untuk melakuka n
backup dan restore.
c) Kebijakan/prosedur tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan kritis
a. I. mengenai:
1) periodisasi backup, dan periodisasi uji restore;
2) definisi tugas dan tanggung j awab para pihak yang terlibat; dan
3) mekanisme penanganan kegagalan pada proses backup dan uji coba
restore.
d) Terdapat dokument asi pelaksanaan backup dan restore.
e) Log backup Uika ada) minimal telah mencakup informasi m engenai:
1) Tanggal dan waktu backup;
2) Status backup; dan
3) Deskripsi mengenai data backup.
f) Jika terjadi kegagalan pada proses backup dan uji coba restore Uika
dilakukan) telah sesuai dengan prosedur.
18 Service-level Agreement (SLA) a tau Operational-level Agreem ent (OLA)
secara formal didefinisikan antara pihak-pihak terkait.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai keselarasan dan konsistensi kapasitas layanan TIK dengan
kebutuhan proses bisnis.
a) Terdapat ke bijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan mengenai:
1) penyu sunan SLA dan OLA;
2) pemantauan pencapaian SLA dan OLA; dan
3) penanganan kegagalan pencapaian target layanan.
c) Terdapat dokumentasi SLA dan OLA; laporan pemantauan pencapaian
SLA/OLA; dan dokumentasi tindak lanjut penanganan kegagalan
pencapaia n target lavanan.
d) SLA dan OLA Uika ada) telah disusun dengan memperkirakan kebutuhan
proses bisnis .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -

No PENGENDALIAN UTAMA

e) SLA dan OLA Uika ada) telah sesuai dengan kebutuhan proses bisnis
pada saat ini.
19 Implementasi dan uji berkala atas DRP.
Pengendalian 1n1 bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai kemampuan pemulihan aplikasi / layanan ketika terjadi
bencana.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan mengenai DRP
yang mencakup: kewajiban penyusunan DRP; informasi penting,
misalnya daftar kontak dan wewenang masing-masing;
mekanisme/prosedur uji dan r eviu hasil uii serta mekanisme sosialisasi.
c) Terdapat dokumentasi: DRP, laporan uji DRP (termasuk reviu hasil uji,
jika ada), dan laporan sosialisasi/pelatihan implementasi DRP.
d) Terdapat m ekanisme eskalasi yang ditempuh atas permasalahan yang
terjadi pad a saat penguJian DRP, serta tindak lanjut/ penyelesaian
permasalahan tersebut.
20 Perencanaan kapasitas dan pemantauan utilisasi infrastruktur dan
kinerja sistern yang kritis secara konsisten (termasuk performa,
beban/utilisasijaringan, deteksi gangguan, virus, performa helpdesk, dll).
Pengendalian 1n1 bertujuan untuk memberikan keyakinan m emadai
mengenai kapasitas dan kinerja infrastruktur (dan penunjangnya) dalam
mendukung layanan dan proses bisnis.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan
pemantauan secara berkala terhadap: l) .utilisasi infrastruktur mencakup
kapasitas pemrosesan, penyimpanan data, komunikasi data;
2).keandalan infrastruktur dalam mengatasi serangan malware; 3).kinerja
perangkat secara um um; 4).kinerja layanan dukungan operasional
(help desk).
c) Terdapat dokumentasi perencanaan kapasitas infrastruktur.
d) Terdapat dokumentasi pemantauan atas kineria infrastruktur sistem.
e) Dokumentasi pemantauan atas kinerja infrastruktur sistem Uika ada)
telah memuat:
1) lingkup pemantauan;
2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan kebijakan/prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/penyelesaian atas gangguan/insiden yang terjadi; dan
4) eskalasi p ermasalahan (gangguan / insiden) dan penyelesaiannya
kepada pimpinan unit pengelola TIK maupun jajaran pimpinan
organisasi.
f) Realisasi kinerja dan kapasitas infrastruktur telah sesuai dengan yang
direncanakan.
21 Gangguan atau insiden operasional TI diidentifikasi, ditangani, direviu,
dan dianalisa dengan tepat waktu.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa gangguan dan insiden terhadap sistem dan layanan TIK telah
diantisipasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan:
1) pemantauan terhadap gangguan dan insiden terhadap sistem;
2) prioritisasi penanganan gangguan/insiden berdasarkan dampak;
3) mekanisme penanganan gangguan dan ins iden tersebut; dan
4) mekanisme eskalasi.
c) Terdapat dokumentasi pemantauan berkala terhadap gangguan dan
insiden operasional terhadap sistem dan infrastrukturnya.
d) Dokumentasi pemantauan berkala terhadap gangguan dan insiden
operasional t erhadap sist ern dan infrastrukturnya Uika ada) telah
memuat:
1) jenis gangguan/insiden yang dipantau;
2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan k ebijakan/ prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/penyelesaian atas gangguan/insiden yang terjadi; dan
4) eskalasi permasalahan (gangruan I insiden) dan penyelesaiannya

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -

No PENGENDALIAN UTAMA
kepada jajaran pimpinan organisasi.

22 Pengendalian fisik diimplementasikan secara memadai pada lingkungan


data center dan fasilitas pemrosesan lainnya.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai keamanan fisik perangkat.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan terse but (jika ada) tel ah memuat pengaturan mengenai
keamanan fisik dan lingkungan yang a.l. mencakup:
1) pengaturan atas akses fisik dengan mekanisme otentifikasi akses
dengan sidik jari pada pintu masuk data center, otentifikasi akses
sidik jari ganda pada main trap data center, dan logbook pada lobi
gedung dan pintu utama data center, serta
2) mekanisme pengaturan kelistrikan, dan pendinginan.
c) Terdapat dokumentasi pemantauan berkala terhadap fasilitas pengolah
informasi {Data Center).
d) Mekanisme akses, penanganan terhadap insiden fisik, perlindungan
kelistrikan, dan pendinginan telah sesuai dengan kebijakan/ standar /
prosedur yang berlaku.
e) Terdapat dokumentasi pemeliharaan fasilitas (Data Centerj dengan
penyedia/ pihak ketiga yang terkait.
f) Aktivitas pemeliharaan fasilitas (Data Centerj dengan penyedia/ pihak
ketiga telah sesuai dengan kontrak/ SLA yang ditetapkan.
g) Aktivitas pemeliharaan fasilitas (Data Centerj telah sesuai dengan dengan
kebutuhan.

Pengujian PUTIK secara menyeluruh dilakukan pada lingkungan


aplikasi terkait pelaporan keuangan yang terdapat pada
Kementerian Keuangan. Pengujian PUTIK pad a Enti tas
Akuntasi/Pelaporan pada masing-masing Kementerian/ Lembaga
dila ksanakan atas 2 (dua) area, yaitu area akses logikal serta area
operasional TIK dan kelangsungan layanan dengan pengendalia n
utama sebagaimana tabel di bawah ini. Dalam hal terdapat
ketidakpasan dengan kondisi di lapangan, butir-butir pengendalian
utama tersebut dapat dimodifikasi, baik ditambah atau dikurangi
dengan menyebutkan a lasannya yang dijelaskan dalam suatu
pernyataan terpisah yang ditandatangani oleh Tim Penilai.

AREA AKSES LOGIKAL

No PENGENDALIAN UTAMA
1 Program security awareness disosialisasikan ke pengguna, termasuk
pengguna sementara. Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan
keyakinan m em adai bahwa p engguna s is tern aplikas i memahami
tanggung jawab penggunaan sistem.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika a da) telah memuat:
1) kewajiban diadakannya program security awareness kepada
pegawai, termas uk pengguna sementara; dan
2) materi program mencakup rincian tanggung jawab dan
konsekuens i bagi pernrn:una.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -

c) Terdapat rencana jadwal sosialisasi security awareness.


d) Terdapat dokumentasi program security awaren ess.
e) Terdapat security awareness team, yang bertugas untuk
mengemba ngkan, menyampaikan, d a n m emelihara program security
awareness.
f)Program security awareness Qika ada) menyediaka n refere nsi bagi
organisasi untuk melatih personil dalam tingkatan yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
g) Program security awareness Qika ada) telah disosialisasikan melalui
be rbagai ialur komunikasi.
2 Pemantauan terhadap penggunaan hak akses.
Pe ngendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai akuntabilitas pene:e:unaan akun oleh pene:llUna sistem.
a) Terdapat kebiiakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut Qika ada) telah memuat kewajiban dila kukannya
pemantauan t erh a d S:P penggunaan hak akses, termasuk pemantauan
terhadap kewaiiban dan larangan pene:llUna .
c) Terdapat prosedur/ rencana pemantauan terhadap penggunaa n hak
akses.
d) Terdapat dokumentasi pelaksanaan pemantauan hak akses.
e ) Pemantauan terse but Uika ada) menila i kepatuhan pemenuhan
kewajiban dan larangan pengguna.
f) Terdapat dokumentasi tindak lanjut atas pemantauan kepatuhan
tersebut (iika ada).
3 Matriks akses pengguna (User Access Matrix/UA M) di setiap lapisan,
ba ik aplikasi, OS, DB, dan lay anan jaringan disusun dan divalidasi
secara berkala.
Pe ngendalian ini b ertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai penge ndalia n hak akses p a da aplikasi m a upun infrastruktur
terkait.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
da n m atriks a kses pengguna.
b) Kebijakan tersebut Qika ada) telah memuat kewajiban penyusunan
da n validasi matriks a kses pengguna secara berkala .
c) Terdapat m atriks akses pengguna.
d) Akun pengguna tela h divalidasi dan proses validasi diketahui dan
disetujui oleh pemilik proses bisnis yang terkait.
e) Tidak terdapat:
1) pegawai yang t elah keluar/ mengundurkan diri masih berstatus
pengguna aktif di aplikasi;
2) pegawru yang telah dimutasi/ promosi namun masih memiliki
fungsi dan tanggung jawab di posisi mereka sebelumnya; dan
3) pengguna yan g tidak digunakan (tidak aktif lebih dari 90 hari)
masih be rstatus a ktif.
4 Ha k akses dari pegawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, piha k
ketiga yang kontraknya telah habis, dan individu yang melangga r
standar keamanan informasi dan tengah menjalani proses hukum
dica but sesegera mungkin.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses terhadap sistem dilakukan oleh pengguna yang sah.
a ) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
dan matriks a kses pen gguna.
b) Kebijakan tersebut Qika ada) telah memuat kewajiban penonaktifan
pegawa1 yan g dimutasi/ mengundurkan diri, pihak k etiga yang
kontraknya telah ha bis, dan individu yang m elanggar standar
keamanan informasi dan tengah menjalani proses hukum.
c) Terdapat matriks akses pengguna.
d) Terdapa t pegawai yang dimutasi/ mengundurka n d iri, pihak ketiga
yang kontraknya telah habis, dan individu y ang melanggar standar
keamanan informasi dan tengah menjalani proses hukum.
e) Ta nggal perolehan dan penonaktifan hak akses pegawai tersebut Qika
ada) telah sesuai.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -

5 Akun pengguna (umum maupun khusus) didefinisikan secara


individual untuk memastikan akuntabilitasnya.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memada i
mengenai akuntabilitas penggunaan akun oleh oenP-P-11na sistem.
a) Terda pat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
dan pengelolaan hak akses.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat pengaturan mengenai
akun khusus (dengan oernn~una umum/lebih dari 1 (satul personil).
c) Pengaturan akun khusus terse but memuat definisi yang jelas
m engenai tanggung jawab pengguna umum .
d)Terdapat prosedur / rencana pemantauan terhadap penggunaan hak
akses, terutama oleh akun khusus.
el Terdapat daftar pene-e-una yang m emiliki akses ke aplikasi.
t) ID pengguna yang unik untuk tiap pengguna dan akun umum tidak
diberikan kepada suatu departemen atau kelompok.
g) Terdapat standar penamaan untuk ID pengguna.
h) Terdapat ID pengguna um um yang digunakan oleh
departemen /kelompok dalam aplikasi.
6 Akses remote dan jaringan nirkabel diamankan dengan p engendalian
secara teknis (misal segmentasi jaringan) dan administratif.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses terhadap sistem dilakukan melalui perangkat yang
terotorisasi oleh pihak yang terotorisasi.
a ) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
khususnya terkait akses remote dan jaringan nirkabel, serta
segmentasi iaringa n.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat pengaturan mengenai: 1).
akses remote dan j aringan nirkabel; dan 2). segmentasi jaringan
berdasarkan kriteria aset, unit/ fungsi yang menggunakan j a ringan,
dan pemisahan jaringan internal dan eksternal.
c) Jaringan nirkabel diakses melalui mekanisme yang aman (misalnya
menggunakan metode enkriosi WPA2l.
d) Terdapat laporan yang berhubungan dengan pengujian keamanan
jaringan nirkabel.
e) Pemberian akses ke jaringan nirkabel kepada pihak eksternal yang
didasarkan atas kebutuhan dan telah dilakukan oemantauan.
t) Terdapat dokumentasi topologi jaringan.
g) Jaringan internal ·(yang mencakup segmentasi untuk lingkup
pengembangan, pengujian, dan produksi) dan jaringan eksternal/tamu
telah dipisahkan secara tepat.
h) Terdapat pembatasan terhadap akses ke lingkungan tertentu sesuai
dengan kebiiakan atau prosedur yang berlaku .
7 Kata sandi default untuk akun-akun default (misalnya, SYSADMIN,
GUEST) di database, server, dan aplikasi telah diubah.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses melalui akun default telah diantisioasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) tela h mem:uat pengaturan mengenai:
1) penggunaan akun dan kata sandi default; atau
2) prosedur standar penerimaan dan penggunaan perangkat TIK yang
mencakup pengubahan akun dan konfigurasi default.
c) User dan kata sandi default pada perangkat t erkait aplikasi telah
dinonaktifkan.
8 Penetration testing/ vulnerability assessment dilakukan pada segmen
sistem/jaringan yang sesuai berdasarkan profil risikonya dan segala
kelemahan ditindaklanjuti berdasarkan rekomendasi yang tel ah
disetujui.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memada i
bahwa kerentanan sistem telah diantisioasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika ada) telah memuat kewajiban dan pengaturan
mengenai penetration testing/ vulnerability assessment, termasuk area
utama testing/assessment dan periodisasi oengujian (misa l: setahun

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -

sekali).
c) Terdapat dokumen tasi hasil penetration tes ting/ vulnerability
assessment.
d) Penetration testing/ vulnerability ass essment Uika dila kukan) telah
m encakup a ktivita s berikut: p re-p enetration, identification entry points,
host scanning, scanning, implementation s ecuritJ.J hardening.
e) Kerentanan yang ditemukan d a ri pe ngujian penetration
testing/ vulnerability ass essment Uika ada) tela h diperbaiki/ dimitigasi/
dilakukan pengendalian tambahan.
9 J ej ak a udit (a udit trail) di aplikasi diaktifkan dan direviu secara
berkala
Pen gendalian ini bertujuan untuk m emberika n keyakinan mema dai
ba hwa terda pat pemanta uan dan la ngkah perbaika n a tas a kses yang
tidak terotorisa si.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
khususnya terkait audit trail.
b) Kebijaka n terse but Uika ada) t elah m emuat pengaturan mengena i
audit trail dan kewajiban untuk melakukan reviu audit trail seca ra
periodik.
c) Terdapat kebijakan dan prosedur terkait dengan pemantauan
pelanggaran akses.
d) Kebijakan dan prosedur pemantauan pelanggaran akses mencakup
d efinisi tujua n dan periodisasi pemantauan, serta jenis tindakan yang
dipa ntau.
e) Terdapat dokumentasi konfigurasi dan pemantauan penggunaan akun
(audit trail serta laporan analisis atas audit trai~ .
f) Dokumentasi pemantauan penggunaan akun Uika ada ) memuat
a nalisis atas aktivita s mencurigakan seperti: login yang tida k berhasil,
t ermasuk profil akun yang b ersangkutan (Audit Trail: Activate Profile
Option)
AREA OPERASIONAL TIK DAN KELANGSUNGAN LAYANAN

10 Implementasi prosedur backup dan restore secara


k onsisten. Pengendalian 1m bertujuan untuk memberikan keyakina n
mema d a i mengenai ketersediaan data untuk mendukung
sistem / layanan.
a ) Te rdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut . Uika a da) telah m emua t kewajiban untuk
m ela kukan backup d an restore.
c) Kebijakan / prosedur terse but Uika ada ) telah memuat pengaturan
kritis a.l. mengenai:
1) periodisasi backup, dan periodisasi uji restore;
2) definisi tuga s dan tanggung jawab para pihak yang terlib at; dan
3 ) mekanisme penanganan kegagalan pada proses backup dan uji
coba restore .
d) Terdapat dokumentasi pelaksanaan backup dan restore.
e) Log backup Uika ada ) minimal telah mencakup informasi m engen ai:
1) tanggal d a n waktu backup;
2) status backup; dan
3) de skripsi mengenai data backup.
f) Jika terjadi k egagalan pada proses backup dan uji coba restore Uika
dilakukan) telah sesuai denga n prosedur.
11 Service-level Agreem ent (SLA) a tau Operational-level Agreement (OLA)
secara formal didefinisikan anta ra pihak- pihak terkait.
Pen gendalian ini bertujuan untuk memberika n keyakinan m em a dai
mengenai keselarasan dan konsist ensi k a p a sitas layanan TIK dengan
kebutuhan proses bisnis.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Ke bijakan tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan m en genai:
1) pen yusunan SLA dan OLA;
2) pemantauan p en capaian SLA dan OLA; dan
3) penanganan kegagalan pencapaian target layanan.
c) Terdapat dokumentasi SLA dan OLA; lapo ran p emantauan
pencapaian SLA/ OLA; dan dokumentasi tindak laniut penanga nan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -

kegagalan pencapaian target layanan.


d) SLA dan OLA (jika ada) telah disusun dengan memperkirakan
kebutuhan proses bisnis.
e) SLA dan OLA (jika ada) telah sesuai dengan kebutuhan proses bisnis
p a da saat ini.
12 Implementasi dan uji berkala atas DRP Pengendalian ini bertujuan
untuk memberikan keyakinan memadai mengenai kemampuan
pemulihan aplikasi/lava nan ketika teriadi bencana.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan terse but (jika ada) tel ah memuat pengaturan mengenai
mengenai DRP yang mencakup: kewajiban penyusunan DRP; informasi
penting, misalnya daftar kontak dan wewenang masing-masing;
mekanisme / prosed ur uji dan reviu hasil uji serta mekanisme
sosialisasi.
c) Terdapat dokumentasi: DRP; laporan uji DRP (termasuk reviu hasil uji,
jika ada); dan laporan sosialisasi/ pelatihan implementasi DRP.
d) Terdapat mekanisme eskalasi yang ditempuh ata s permasa lahan yang
terjadi pada saat pengujian DRP, serta tindak lanjut/ penyelesaian
p ermasalahan tersebut.
13 Perencanaan kapasitas dan pemantauan utilisasi infrastruktur dan
kinerja sis tern yang kritis secara konsisten (termasuk performa,
beban/ utilisasi j a ringan, deteksi gangguan, virus, p erforma helpdesk,
dll) .
Penge ndalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai kapasita s dan kinerja infra struktur (dan penunjangnya)
dalam mendukung layanan dan proses bisnis.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat kewajiban untuk
melakukan pemantauan secara berkala terha dap:
1) utilisasi infrastruktur mencakup kapasitas pemrosesan,
penyimpanan data, komunikasi data;
2) keandalan infrastruktur dalam mengatasi serangan malware;
3) kinerja perangkat secara umum; dan
4) kinerja layanan dukungan operasional (helpdesk).
c) Terdapat dokumentasi perencanaan kapasitas infrastruktur.
d) Terdapat dokumentasi pemantauan atas kineria infrastruktur sistem.
e) Dokumentasi pemantauan atas kinerja infrastruktur sistem (jika ada)
telah memuat:
1) lingkup pemantauan;
2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan kebijakan/ prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/ penyelesaian atas gangguan/ insiden yang terjadi;
dan
4) eskalasi permasalahan (gangguan/ insiden) dan penyelesaiannya
kepada pimpinan unit pengelola TIK m a upun jajaran pimpinan
organisasi
f) Realisasi kinerja dan kapasitas infrastruktur telah sesuai d engan yang
direncanakan.
14 Gangguan atau insiden operasional TI diidentifika si, ditangani, direviu,
dan dianalisa dengan tepat waktu.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa gangguan dan insiden terhadap sistem dan layanan TIK telah
diantisipasi.
a) Terdapat keb~j a kan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat kewajiba n untuk
melakukan:
1) pemantauan terhadap gangguan dan insiden terhadap sis tem;
2) prioritisasi penanganan ganggua n / insiden berdasarkan dampak;
3) mekanisme penanganan gangguan dan insiden tersebut; dan
4) mekanisme eskalasi.
c) Terdapat dokumentasi pemantauan berkala terhadap gangguan dan
insiden operasional terhadap sistem dan infrastrukturnva.
d) Dokumentasi pemantauan berkala terh adap gangguan dan insiden
opera sional terhadap sist ern dan infrastrukturnya (jika ada) telah
memuat:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -

1) j enis gangguan/insiden yang dipantau;


2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan kebijakan/prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/ penyelesaian atas gangguan/insiden yang terjadi;
dan
4) eskalasi permasalahan (gangguan / insiden) dan penyelesaiannya
kepada iaiaran pimpinan organisasi.
15 Pengendalian fisik diim plementasikan secara memadai pada
lingkungan data center dan fasilitas pemrosesan lainnya.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai keamanan fisik perangkat.
a) Terdapat keb~j akan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan t erse but ijika a da) tel ah memuat pengaturan mengenai
keamanan fisik dan lingkungan yang a.l. mencakup:
1) pengaturan atas .akses fisik dengan mekanisme otentifikasi akses
dengan sidik jari pada pintu m asuk data center, otentifikasi akses
sidik jari ganda pada main trap data center, dan logbook pada lobi
gedung dan pintu u tama data center, dan
2) mekanisme pengaturan kelistrikan, dan pendinginan.
c) Terdapat dokumentasi pemantauan berkala terhadap fasilitas
pengolah informasi (Data Center).
d) Mekanisme akses, penanganan terhadap insiden fisik, perlindungan
kelistrikan, dan pendinginan telah sesuai dengan
kebiiakan/standar/prosedur yang berlaku.
e) Terdapat dokumentasi dokumentasi pemeliharaan fasilitas (Data
Center) dengan penyedia/pihak ketiga yang terkait.
f) Aktivitas pemeliharaan pemeliharaan fasilitas (Data Center) dengan
penyedia/ pihak ketiga telah sesuai dengan kontrak/ SLA yang
ditetapkan.
g) Aktivitas pemeliharaan pemeliharaan fasilitas (Data Center) telah
sesuai dengan dengan kebutuhan.

Kelemahan-kelemahan pengendalian yang diperoleh dalam


penguJian PUTIK akan dipertimbangkan dalam penyusunan
simpulan penilaian efektivitas pengendalian intern secara
keseluruhan.

3) Menarik simpulan
Dari hasil pengujian ini akan diperoleh simpulan mengena1
keandalan Pengendalian Intern Tingkat Entitas, kelemahan, dan
re komendasi untuk perbaikan. Simpulan diperoleh dari
persentase skor terhadap jumlah faktor yang dinilai dan
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tingkatan sebagai berikut:
a) Rendah, yaitu apabila nilai akhir kurang dari 34% (tiga
puluh empat persen);
b) Sedang, yaitu apabila nilai akhir sebesar 34%(tiga puluh
empat persen) s.d. 63% (enam puluh tiga persen); a tau
c) Tinggi, yaitu apabila nilai akhir lebih dari 63% (enam puluh
tiga persen).
Simpulan hasil penilaian terse but digunakan sebagai bahan ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -

pertimbangan untuk kelanjutan dalam melakukan penilaian


Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi. Kelemahan penilaian
Pengendalian Intern Tingkat Entitas akan dipertimbangkan dalam
penyusunan simpulan penilaian efektivitas pengendalian intern
secara keseluruhan. Kelemahan tersebut menguraikan kondisi
pelanggaran dan/ atau peny1mpangan terhadap penerapan
pengendalian intern, akibat, dan penyebabnya. Rekomendasi
menguraikan saran-saran perbaikan dan rencana aksi yang
diperlukan.
Bagi K/L yang telah memiliki unit kepatuhan internal dengan nama
dan bentuk apapun sebagai lini pertahanan kedua, dapat
menggunakan hasil penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
yang telah dilaksanakan unit dimaksud.
4. Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi
Setelah seluruh risiko terkait proses utama dan pengendaliannya
diidentifikasi, didokumentasikan, serta langkah pengujiannya disusun
pada tahap perencanaan, langkah berikutnya adalah melaksanakan
penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi.
a. Tujuan
Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi bertujuan
untuk memberikan keyaki~an memadai bahwa pengendalian telah
dilaksanakan secara efektif untuk mencegah dan mendeteksi "apa yang
bisa salah" atau tidak tercapainya tujuan keandalan pelaporan
keuangan.
b. Pelaksana dan Lingkup
Pelaksana penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi
beserta lingkup objek yang dinilai adalah sebagai berikut:
1) Tim Penilai tingkat UAKPA/UAKPA BUN/UBL/UAKBUN-Daerah
menilai Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi unit kerja
UAKPA/ UAKPA BUN/ UBL/ UAKBUN-Daerah.
2) Tim Penilai tingkat UAPPA-W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil
menilai Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi unit kerja
UAPPA-W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil.
3) Tim Penilai tingkat UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA
BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN menilai Pengendalian Intern
Tingkat Proses/Transaksi unit kerja UAPPA-El/UAPPA-El
BUN /UAPPA BUN /UAKPBUN /UAPBUN /UAKBUN. /f_

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -

4) Tim Penilai tingkat UAPA/UABUN mengompilasi hasil penilaian


pengendalian intern Tim Penilai di bawahnya dan menyimpulkan
tingkat keandalan Pengendalian Intern Tingkat Proses / Transaksi
K/L secara keseluruhan.
5) Tim Penilai tingkat UAPP mengompilasi hasil penilaian
pengendalian intern Tim Penilai UAPA dan UABUN dan
menyimpulkan tingkat keandalan Pengendalian Intern Tingkat
Proses / Transaksi Pemerintah Pusat secara keseluruhan.
c. Proses
Proses penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi
dilaksanakan melalui dua tahap yaitu penilaian efektivitas rancangan
pengendalian dan penilaia n efektivitas implementasi pen gendalian.
Penjelasan setiap tahapan d apat diuraikan sebagai berikut:
1) Penilaian Efektivitas Ran cangan Pengendalian
Menilai efektivitas r a n can gan p engendalian dapat dilakukan dengan
p endekatan asersi m an aj emen atas laporan keuangan. Pendekatan
ini berguna untuk m enilai efektivitas rancanga n pengendalian p ada
tingkat transaksi. Hasil dari RCM pada tahap perencanaan dapat
dimanfaatkan untuk m enila i apakah pengendalian yan g dirancang
sudah efektif. Apabila pengendalian yang ada dianggap telah cukup
dan tepat untuk menj a min asersi yang terkait maka kesimpulannya
adalah rancangan telah memadai. Apabila pengendalian yang ada
tidak tepat maka kesimpulan r a ncangan tidak m emadai sehingga
perlu diuraikan kelema h an d an rekomendasinya. Kelemahan ini
akan dipertimbangkan da lam penyusunan kesimpulan efektivitas
pengendalian intern secara keseluruhan.
Prosedur UJl efektivitas rancangan pengendalian meliputi:
wawancara personel terka it, observasi operasional satker, serta
inspeksi dokumen yang relevan. Walkthrough juga d apat dilakukan
dalam melakukan uji rancan gan pengendalian ini.
Untuk melakukan penilaian efektivitas rancanga n p en gendalian
dapat m enggunakan Tabel A yan g telah disusun oleh lini
m a n ajemen pada saat Penerapan PIPK (kolom 1 sampai dengan 9)
dan m elengkapinya dengan m elakukan penilaian pada kolom 10
dan isian Simpulan serta isian Usulan Koreksi (feedback).
Dalam melakukan penilaian efektivitas rancangan pengendalian,
Tim Penilai mempertimbangkan apakah terdapat risiko atas asersi ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -

terhadap akun-akun signifikan. Dalam hal terdapat risiko atas


asersi terhadap akun-akun signifikan maka Tim Penilai harus
memastikan adanya pengendalian utama terhadap risiko tersebut.
Dalam hal seharusnya terdapat risiko atas asersi terhadap akun-
akun signifikan namun tidak diungkapkan oleh pemilik
pengendalian, Tim Penilai harus menyampaikan usulan koreksi
(feedback) terkait risiko tersebut beserta rancangan pengendalian
utamanya . Tidak terdapatnya risiko atas asersi terhadap akun-
akun signifikan tidak mempengaruhi rancangan pengendalian.
Dalam hal isian Simpulan berisi "Tidak Cukup" maka Tim Penilai
memberikan usulan koreksi (feedback) kepada manajemen untuk
m elakukan perbaikan yang bila dilaksanakan maka Tim Penilai
dapat melengkapi Tabel A tersebut dengan Tabel A.1 Perbaikan
Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya khusus untuk
proses/transaksi utama yang diperbaiki atau yang baru.
Pembuatan Tabel A.1 dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut yaitu:
a) penentuan akun signifikan;
b) mengidentifikasi proses /transaksi utama pelaporan keuangan;
c) mengidentifikasi risiko utama;
d) mengidentifikasi penge ndalian utama;
e) mendokumentasikan proses utama dan pengendalian utama
yang berkaitan; dan
f) memahami infrastruktur TIK dan risiko-risikonya.
Penjelasan le bih rinci dari setiap langkah dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Penentuan akun signifikan.
Langkah awal identifikasi proses utama pelaporan keuangan
adalah mengidentifikasi akun yang signifikan pada laporan
keuangan. Akun atau kelompok akun merupakan akun
signifikan apabila memiliki kemungkinan salah saji yang
material, atau menurut pertimbangan manaJeme n perlu
dievaluasi karena alasan tertentu.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam m enentukan
apakah suatu akun merupakan akun signifikan antara lain:
(1) Ukuran dan komposisi akun termasuk kerentanannya
terhadap kecurangan. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -

(2) Jumlah dan nilai serta kompleksitas d an k eseraga man


proses transaksi a tas akun tersebut.
(3) Sejauh mana subjektivitas dan pertimbangan dalam
menentukan saldo akun tersebut.
(4) Sifat akun tersebut (misalnya akun suspen pada umumnya
memperoleh perhatian yang lebih besar).
(5) Kompleksitas perlakuan akuntansi dan pelaporan yang
berkenaan d engan a kun tersebut.
b) Mengidentifikasi proses/transaksi utama p elaporan keuangan
Setelah menentuka n akun yang signifikan, Tim Penilai
selanjutnya m engidentifikasi proses / transaksi u tam a dan
aktivitas akuntansi yang mempengaruhi akun tersebut.
Aktivitas akuntansi termasuk aktivitas membuat dan mencatat
estimasi akuntansi atau untuk menyelesaikan pela poran
k euangan pada a khir periode akuntansi.
Hal penting yan g h arus diperhatikan berkenaan dengan proses
utama adalah tingk at k etergantungannya p ada TIK. Tim Penilai
pada umumnya h aru s m endokumentasikan sistem TIK yang
digunakan untuk m emproses transaksi utama. Da lam kondisi
ketidakcukupan sumber daya yang memahami TIK, keterlibatan
konsultan d a p a t dipertimbangkan.
c) Mengidentifikasi risiko utama.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko atau "apa
yan g bisa salah" pada proses/ tran saksi. Den gan
mengidentifikasi risiko, Tim Penilai akan d apat m emusatkan
perhatian pada pengendalian yang relevan dan efektif dalam
mencegah dan mendeteksi kesalahan penyaJ1an atau
kecurangan.
Tim Penilai h arus m enentukan risiko p elapor a n keuangan yang
akan dieva luasi d an pengaruhnya terhada p kewajaran laporan
keuangan. Dalam m engidentifikasi jenis kesa la han yang dapat
terjadi, Tim Penilai h aru s mempertimbangkan asersi laporan
keuangan atas akun s ignifikan.
Untuk setiap proses utama, Tim Penilai harus mengidentifikasi
titik-titik dalam a liran proses/transaksi saat data diinisiasi,
dikirimkan, atau d iuba h yang memungkinkan terjadinya
kesalahan. Pada titik-titik terse but, pengendalian dibutuhkan ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -

untuk menjamin tercapainya asersi atas laporan keuangan yang


waJar.
Identifikasi apa yang bisa salah akan membantu Tim Penilai
menemukan titik-titik dalam aliran transaksi yang mungkin
terjadi kesalahan mencapai tujuan pelaporan keuangan dan
mengidentifikasikan pengendalian yang sesuai.
Contohnya risiko pada pengeluaran kas antara lain pe ngeluaran
kas dan transfer tidak dicatat pada periode yang tepat,
pengeluaran kas tidak diberi kode untuk menJamm
kelengkapan, dua kali posting pengeluaran kas ke Buku Besar
(Ledger), pengeluaran kas yang tidak riil, dan jumlah yang
dikeluarkan tidak sama dengan yang seharusnya dibayar.
d) Mengidentifikasi pengendalian utama.
Pengendalian utama mengacu pada akun yang signifikan atau
risiko yang signifikan. Pengendalian utama pada umumnya
m emiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) kegagalan pengendalian tersebut akan mempengaruhi
tujuan kegiatan dan tidak dapat dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian-pengendalian yang lain; dan/ atau
(2) pelaksanaan pengendalian tersebut akan mencegah atau
mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan tersebut memiliki
pengaruh material terhadap tujuan kegiatan.
Pada proses ini, Tim Penilai mengidentifikasi pengendalian yang
memberikan keyakinan memadai bahwa kesalahan terkait
asersi laporan keuangan dapat dicegah atau kesalahan selama
proses transaksi dapat dideteksi dan diperbaiki. Proses
transaksi tersebut meliputi m1s1as1, pencatatan, pemrosesan,
dan pelaporan transaksi.
Pada umumnya, pengendalian dibagi menjadi dua yaitu
pengendalian preventif (preventive controij dan pengendalian
detektif (detective controij. Pengendalian preventif adalah
prosedur yang dirancang untuk mencegah kesalahan atau
kecurangan. Pengendalian preventif ini biasa diterapkan pada
satu transaksi. Pengendalian detektif adalah kebijakan dan
prosedur yang dirancang untuk memantau pencapaian tujuan
proses tertentu termasuk mengidentifikasi kesalahan a tau
~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -

kecurangan. Pengendalian detektif dapat diterapkan pada


sekelompok transaksi.
Pengendalian utama dapat diidentifikasi dari rancangan
pengendalian yang ada. Rancangan pengendalian tersebut dapat
berupa SOP, Peraturan, Pedoman, atau kebijakan lainnya.
e) Mendokumentasikan proses utama dan pengendalian utama
yang berkaitan.
Tim Penilai harus mendokumentasikan proses utama pelaporan
keuangan dan pengendalian utamanya. Dokumentasi tersebut
dapat berupa bagan alur, kuesioner, kebijakan atau pedoman
akuntansi, dsb.
Untuk penilaian pengendalian intern yang pertama kali, Tim
Penilai harus memanfaatkan dokumen yang tersedia dalam
organisasi. Meskipun demikian, dokumen dalam bentuk bagan
alur disarankan untuk digunakan karena lebih m emudahkan
dan mempercepat pemahaman.
Berikut contoh bagan alur yang dapat dibuat:
"3 ••• 1"4 ~
l I!~ ua!ISaMI 1'ao'l9
Peru:upari penode
pe!!Wluan IUen beJ)illan
~ diposlllg ' dan pemlU8an penode
baru pemW<uan

~•eng1nloona~ ke
KPPN lefket 111\*
menyelesaW transaksi
yang oolsta~
SOP Reference:
Oit.APK

Bila perlu Tim Penilai dapat melakukan pemnJauan


(walkthrough) untuk memastikan bahwa proses signifikan yang
didokumentasikan masih sesuai dan mutakhir.

Memahami infrastruktur TI dan risiko-risikonya.


Dengan semakin berkembangnya TIK, perannya pun semakin
m eningkat dalam pengembangan PIPK. Tim Penilai harus
menilai pengendalian intern berbasis TIK. Meskipun penilaian
pengendalian intern yang berbasis TIK membutuhkan keahlian
khusus , penilaian pengendalian intern ini harus dilakukan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -

bersamaan dengan penilaian atas pengendalian intern yang


dilakukan secara m anual.
Tim Penilai harus memahami proses pelaporan keuangan dan
sejauh mana proses ini dipengaruhi oleh TIK. Aplikasi-aplikasi
utama harus diperhatikan dalam menilai PIPK.
Setelah memahami operasi penyiapan laporan keuangan , Tim
Penilai harus menilai risiko inheren dan risiko pengendalian
berkaitan dengan sistem informasi.
f) Penyusunan Tabel A.1
Hasil dari langkah-langkah di atas dituangkan dalam Tabel A. l
sebagai berikut:
Tabel A.1.Perbaikan Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Akun Signifikan: [diisi dengan akun-akun signifikan terka it]
Proses/ Nam a
Risiko
Transak Pengendalia Aplikasi Pelaksana Dokumen Tipe Memadai
No Utam n pendukung Pengen dalian Pendukung Pengendalian Asersi
si Ya/Tidak
a
Utama Utama
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

TanggalPenyusunan:
Paraf Tim Penilai/Tanggal:

Keterangan:
Berisi hanya Proses/Transaksi Utama yang kolom (10) Tabel A berisi "Tidak'' serta
Proses/Transaksi Utama baru hasil dari Tim Penilai dan hanya dibuat bila Tim Penila i
telah meyakini bahwa pengendalian utamanya telah memada i sehingga dapat mengisi
kolom ( 10) Tabel A. l dengan isian "Ya".

(1) diisi nomor urut sebagaimana Tabel A.


Bila terdapat rekomendasi identifikasi baru, nomor urut merupakan nomor
setelah nomor terakhir dari Ta bel A.
(2) diisi proses/transaksi utama yang terkait akun signifikan tersebut
(3) diisi risiko uta ma pada proses atau transaksi
(4) diisi dengan Nomor pada kolom (1) diikuti tanda hubung (-) diikuti bentuk
aktivitas pengendalian seperti pengendalian akses, pemeriksaan fisik,
persetujuan, reviu atas persetujuan, validasi, monitoring, inventarisasi,
penelitian lebih lanjut, klarifikasi, verifikasi keakuratan akun, rekonsiliasi,
pengendalian input (aplikasi). Contoh: 1-Validasi, 2-Rekonsiliasi, 3-Va lidasi, 4-
Monitoring, 5-Klarifikasi, 6-Rekonsiliasi, 7-Validasi, 8. Pengendalia n input
(aplikasi). dll
Catatan: Perhatikan contoh terdapat 3 (tiga) validasi yang dibedakan satu
sama lain denga n nomor sehingga terdapat Nama Pengendalian Utama 1-
Validasi, 3-Validasi, dan 7 -Validasi.
(5) diisi aplikasi yang khusus, misa l: SIMAK BMN, SPAN, d ll.
(6) diisi pemilik pengendalian
(7) diisi dokumen terkait, misal: kuitansi, kontrak, SPM, S P2D, di!.
(8) diisi denga n tipe pengendalian den gan rincian:
a. Manual
b. Aplikasi
c. ITDM {IT Dependent Manual)
d. Pengendalian Umum TIK
(9) diisi j enis asersi terkait: Completeness, Existence and Occurance, Valuation and
Allocation, Rights and Obligation, Presentation and Disclosure
(10) diisi denga n "Ya" bila ada pengendalian utama (5) yang memitigasi risiko utama J.
(3 ) if

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -

Dalam hal isian simpulan berisi "Tidak Cukup" dan usulan


koreksi (feedback) kepada manaJemen untuk melakukan
perbaikan tidak dilaksanakan maka terhadap Proses/Transaksi
U tama yang tidak memadai (kolom 10 terisi "Tidak") dilakukan
penelitian lebih lanjut dampak dari ketidak memadaiannya.
Kelemahan tersebut · dinyatakan sebagai "Kelemahan Tidak
Signifikan" bila basil penelitian lebih lanjut salah saJI
teridentifikasi di bawah 0, 1% (nol koma satu persen) dari Total
aktiva/ penerimaan/ pembiayaan, dinyatakan "Kelemahan
Signifikan" bila salah saji teridentifikasi 0, 1%-0,5% dari total
aktiva/ penerimaan/ pembiayaan, dinyatakan "Kelemahan
Material" bila salah saJI teridentifikasi melewati batas
materialitas 0,5% (nol koma lima persen) dari Total
Aktiva/ penerimaan / pembiayaan.

2) Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian


Penilaian efektivitas implementasi pengendalian di antaranya
dilakukan dengan penguJian atribut pengendalian. Atribut
pengendalian dibagi menjadi dua, yaitu atribut pengendalian
berupa aktivitas dan berupa kriteria. Atribut pengendalian berupa
kriteria merupakan jenis pengendalian yang menggunakan sistem
atau kriteria khusus dalam rangka menghasilkan output tertentu.
Pengujian untuk jenis pengendalian ini dilakukan dengan melihat
apakah kriteria yang ditetapkan telah berjalan sebagaimana
mestinya.
Contohnya salah satu bentuk pengendalian dalam penerbitan Surat
Perintah Membayar (SPM) melalui aplikasi adalah penomoran
secara otomatis untuk mencegah adanya nomor SPM yang sama
atau tidak urut. Prosedur pengujian terhadap atribut pengendalian
ini dilakukan dengan mengecek kolom input nomor SPM apakah
dapat dirubah secara manual. Contoh lainnya adalah pengendalian
berupa pemisahan fungsi antara fungsi penyimpanan uang dan
fungsi pencatatannya sehingga kita hanya menguji satu kali saJa
apakah pemisahan fungsi tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
Atribut pengendalian berupa aktivitas merupakan Jems
pengendalian yang dilakukan secara manual dan berulang dalaml

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -

rangka menghasilkan output tertentu. Pengujian terhadap aktivitas


dilakukan untuk melihat konsistensi pelaksanaan pengendalian.
Contohnya pelaksanaan pengujian te rhadap pengendalian verifikasi
dengan melihat ada tidaknya atribut pengendalian tanda tangan.
Untuk mendukung penguJian atribut pengendalian dilakukan
reperformance (reviu ulang suatu pekerjaan) terutama dalam rangka
melihat dampak terhadap salah saji yang diakibatkan pengendalian
yang tidak andal.

Pengujian keandalan PIPK jenis aktivitas dapat dilakukan dengan


Tabel C . l berikut ini:
Tabel C. l. Pengujian Atribut Pengendalian
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Akun Signifikan: [diisi dengan akun-akun signifikan terkait]
Nama Atribut utama
Nomor sampel/ Hasil
No Pengendalian Pengendalian
Dokumen Reperformance
Utama !'-'/-]
(1) (2) (3) (4) (5)

*Pengenda lian Utama yang Tidak Anda!:

Keterangan:

(1) diisi nomor


(2) diisi Nama Pengendalian Utama dengan tipe pengendalian manual/ITDM.
(3) diisi nomor sampel/ dokumen
(4) diisi ".../" bila atribut pengendalian utama a d a, diisi "-" bila atribut pengendalian
u tamanya tidak ada.
Dalam h al menggunakan sensu s dan terdapat lebih dari 5% (lima persen) dari
kolom (4) berisi "-" maka disimpulkan "Tidak Anda!"
Dalam hal menggunakan uji petik, bila dari 77 atau 93 sampel (tergantung ARO)
untuk setiap pengenda lian utama terdapat lebih d ari 1 pada kolom (4 ) yang berisi
"-" maka disimpulkan "Tidak Andal"
Reperformance hanya dilakukan bila simpulan keandalannya "Tidak Andal".
(5) Reperformance dilakukan terh adap dokumen yang tidak ada atribut
pengendaliannya.
Diisi d engan "Tidak Ada Kelemahan/Kelemahan Tidak Signifikan/Kelemahan
Signifikan/Kelemahan Material"
* diisi Nama Pengenda lian Utama yang Tidak Andal

Pengujian keandalan PIPK Jems aktivitas secara sensus maupun


secara uji petik dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Sensus dilakukan ketika jumlah populasi yang diuji kurang dari
100 (seratus). Untuk populasi dengan jumlah 100 (seratus)
hingga 499 (empat ratus sembilan puluh sembilan) dapat dipilih
dilakukan pengujian secara sensus atau secara uji petik. Jika ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -

jumlah populasi 500 (lima ratus) atau lebih, maka clilakukan


pengujian secara uji petik.
b) Tingkat Penyimpangan yang Ditoleransi (Tolerable Deviation
Rate/TDR), clengan mempertimbangkan Tingkat Risiko
Pengenclalian Dinilai yang Direncanakan (Planned Assessed
Level of Control Risk/PALCR) beracla pacla tingkat renclah,
clitetapkan 5% (lima persen).
c) Pacla pengujian secara sensus, keticlakpatuhan clapat clisajikan
clalam bentuk Tingkat Penyimpangan (Deviation Rate/DR), yaitu
jumlah keticlakpatuhan clibagi populasi clikalikan 100% (seratus
persen), yang kemuclian clibanclingkan clengan TDR (5% (lima
persen)). Jika DR < 5% (lima persen) yang berarti DR < TDR
maka pengenclalian intern clisimpulkan teruji keanclalannya clan
berpeluang menjacli pengenclalian intern yang efektif. Jika DR >
5% (lima persen) yang berarti DR > TDR maka pengenclalian
intern clisimpulkan ticlak teruji keanclalannya clan berarti ticlak
efektif.
cl) Pacla penguJian secara uji petik, sampel clitentukan clengan
tabel ukuran sampel atribut (Attributes Sample Size Table).
Sampel tersebut clipengaruhi oleh Risiko terhaclap
Ketergantungan kepacla Pengenclalian Intern yang Diterima
(Acceptable Risk of Overreliance/ ARO), TDR, dan Tingkat
Penyimpangan Populasi yang Diharapkan (Expected Population
Deviation Rate/EPDR). Penentuan sampel untuk menguji
keandalan PIPK clalam peraturan ini, clengan diclasarkan atas
pertimbangan tertentu, clitentukan sebagai berikut:
• ARO clitetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) apabila hasil
PenilaianPengendalian Intern Tingkat Entitas-nya tinggi, clan
5% (lima persen) apabila hasil Penilaian Pengendalian Intern
Tingkat Entitas-nya sedang dan rendah;
• TDR, dengan mempertimbangkan Tingkat Risiko
Pengenclalian Dinilai yang Direncanakan (Planned Assessed
Level of Control Risk/PALCR) beracla pada tingkat rendah,
clitetapkan 5% (lima persen); dan
• EPDR clitetapkan rendah sebesar 1% (satu persen).

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -

Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:


1) Uji pengendalian, baik menggunakan sensus atau uji petik,
tergantung jumlah populasi dan hasil penilaian Pengendalian Intern
Tingkat Entitas.
a) Jika hasil penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitasnya
tinggi, maka:
• Untuk populasi dengan jumlah kurang dari 100 (seratus),
pengujian dilakukan secara sensus.
• Untuk populasi dengan jumlah 100 (seratus) hingga 499
(empat ratus sembilan puluh sembilan), pengujian dapat
dilakukan secara sensus atau secara uji petik. Apabila
menggunakan uji petik, maka jumlah sampel minimal
diperoleh dengan rumus n definitif = 77'1{1 - (77 /N)}.
• Untuk populasi dengan jumlah 500 (lima ratus) atau lebih,
pengujian dilakukan secara uji petik dengan jumlah sampel
minimal 77 (tujuh puluh tujuh).
b) Jika hasil penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitasnya
sedang atau rendah, maka:
• Untuk populasi dengan jumlah kurang dari 100 (seratus),
pengujian dilakukan secara sensus.
• Untuk populasi dengan jumlah 100 (seratus) hingga 499
(empat ratus sembilan puluh sembilan), pengujian dapat
dilakukan secara sensus atau secara uji petik. Apabila
menggunakan uji petik, maka jumlah sampel minimal
diperoleh dengan rumus n definitif = 93-V{l - (93 /N)}.
• Untuk populasi dengan jumlah 500 (lima ratus) atau lebih,
pengujian dilakukan secara uji petik dengan jumlah sampel
minimal 93 (sembilan puluh tiga).
c) Simpulkan keandalan pengendalian utama dengan ketentuan
se bagai beriku t:

a) Untuk pengujian secara sensus, bila ketidakpatuhan atas


populasi tersebut tidak melebihi 5% (lima persen), maka
disimpulkan andal. Bila di atas 5% (lima persen),
disimpulkan tidak andal.
b) Untuk pengujian secara uji petik, jika ketidakpatuhan atas
sampel tidak melebihi 1 (CUDR ~5% (lima persen)), maka~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -

disimpulkan andal. Bila ketidakpatuhan lebih dari 1


(CUDR>5% (lima persen)), maka disimpulkan tidak andal.
c) Tuangkan keterandalan pengendalian utama ke dalam
Tabel C. 1

Pengujian keandalan PIPK Jen1s kriteria diantaranya


pengujian pengendalian aplikasi. Pengujian pengendalian
aplikasi dilakukan dengan menggunakan Tabel C.2 berikut
in1:

Tabel C.2 Pengujian Pengendalian Aplikasi

Nama Entitas Akuntansi/ Pelaporan:


Nama Aplikasi:
Akun Signifikan: fdiisi dengan akun-akun signifikan terkaitl
Nama Pengujian Hasil
No. Pengendalian yang Hasil Penelitian
Utama dilakukan Pengujian Lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5)

Keterangan:
(1) diisi nomor
(2) diis i Nama Pe n genda lian Utam a d en gan t ipe pengendalia n a plikasi.
(3) diis i dengan menguji asersi keakuratan input a t as field-fie ld pada fo rm
aplika si dan menguji asersi kelengkapan atas field-fie ld yang wajib diisi
pad a form a plikasi.
(4) Dalam hal h a silny a tida k se sua i denga n rancanganny a maka simpulka n
tidak a nda l, bila sesuai disimpulkan andal.
(5) Penelitia n Lanjutan h a nya dila kuka n bila s impula n keandala nnya
"Tida k Anda!" .
Penelitia n Lanjut an dila kuka n dengan m en eliti kesalahan data-da ta
yan g telah direkam.
Diisi de n gan "Tidak Ada Kelema han / Kelemahan Tidak
Signifikan/ Kelema han Signifikan / Ke lemahan Mate ria l"

5 . Penilaian Efektivitas Pengendalian dan Kelemahan Pengendalian


Dari pengujian pengendalian intern tingkat entitas (Tabel B.1), penguJian
PUTIK (Tabel B.2), pengujian atribut pengendalian (Tabel C. 1), dan
penguJian pengendalian aplikasi (Tabel C.2), dihasilkan simpulan
efektivitas implementasi dan penilaian kelemahan pengendalian. Tingkatan
kelemahan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kelemahan tidak signifikan (inconsequentian.
Suatu kelemahan, atau kombinasi dari beberapa kelemahan, yang
pengaruhnya tidak material terhadap pelaporan keuangan.
Secara umum, diklasifikasikan Kelemahan Tidak Signifikan bila hasil
penilaian "TL Tuntas" atau hasil penilaian "TL Tidak Tuntas" tapi salah
saji teridentifikasi di bawah 0, 1% (nol koma satu persen) dari total~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -

aktiva atau 0, 1% (nol koma satu persen) dari total penenmaan atau
total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun signifikan.
Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva maka salah saji
diidentifikasi 0, 1% (nol koma satu persen) dari total aktiva.
b. Kelemahan signifikan (significant deficiency).
Suatu kelemahan, atau kombinasi dari beberapa kelemahan, yang
berpengaruh cukup material terhadap pelaporan keuangan.
Secara umum diklasifikasikan Kelemahan Signifikan bila hasil
penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji teridentifikasi berkisar
0, 1%-0,5% dari total aktiva atau 0, 1%-0,5% dari total penerimaan atau
total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun signifikan.
Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva maka salah saji
diidentifikasi 0, 1%-0,5% dari total aktiva.
c. Kelemahan material (material weakness).
Suatu kelemahan, atau kombinasi dari beberapa kelemahan signifikan,
yang berpengaruh material terhadap pelaporan keuangan.
Secara umum diklasifikasikan Kelemahan Material bila hasil penilaian
"TL Tidak Tuntas" dan salah saji teridentifikasi melewati batas
materialitas 0,5% (nol koma lima persen) dari total aktiva atau melewati
batas materialitas 0,5% (nol koma lima persen) dari total penerimaan
atau total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun
signifikan. Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva
maka salah saji diidentifikasi melewati batas materialitas 0,5% (nol
koma lima persen) dari total aktiva.
Selain pengklasifikasian secara umum seperti tersebut di atas. Tim Penilai
dapat mempertimbangkan 5 (lima) faktor lain berikut ini:
a . Memiliki indikasi adanya kecurangan (fraud);
b. Tingkat pertimbangan subjektif dan kompleksitas dalam menentukan
nilai akun;
c. Kemungkinankelemahan terjadi secara berulang;
d. Besarnya saldo akun termasuk besarnya nilai kelemahan secara relatif
terhadap saldo akun, dan transaksi yang terpengaruh serta asersi
laporan keuangan yang terlibat; dan
e. Kelemahan Pengendalian Intern Tingkat Entitas yang secara signifikan
mempengaruhi laporan keuangan.
Dalam hal Tim Penilai menggunakan pertimbangan faktor-faktor lain
dalam pengklasifikasian kelemahan pengendalian, Tim Penilai harus ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -

menjelaskan pertimbangan faktor-faktor lain yang digunakan dalam


pengklasifikasian kelemahan pengendalian tersebut.
Hasil tersebut dituangkan pada Tabel D Penilaian Efektivitas Implementasi
Pengendalian dan Kelemahan Pengendalian berikut ini:

Tabel D Penilaian Efektivitas lmplementasi Pengendalian dan Penilaian


Kelemahan Pengendalian
Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Akun Signifikan: fdiisi dengan akun-akun signifikan terkaitl
Nama Simpulan
Usulan koreksi TL (Tindak Hasil Penilaian
No Pengendalian Efektifitas
(feed back) Lanjut) Kelemahan
Utama Implementasi
(1) (2) 131 141 (51 161

*Keterangan:
**Total salah saji teridentifikasi:
**"Simpulan PIPK:
Keterangan:
(1) diisi nomor urut.
(2) diisi nama Faktor-faktor dinilai tingkat entitas yang tidak efektif
berdasarkan Tabel B. l dan B.2 dan Nama Pengendalian Utama yang ada di
Tabel C. l dan C.2.
(3) diisi dengan "Efektif/ Tidak Efektif' berdasarkan data dari Tabel B . l, B.2,
C. l, dan C.2.
Efektif bila tidak ada kelemahan atau ada kelemahan tidak signifikan.
Tidak Efektif bila ada kelemahan s ignifikan atau kelemahan material.
(4) diisi dengan ketentuan: .
Berasal dari Tabel B. l , B.2, dan C .2, maka:
a. Diisi dengan "-" bila hasil penelitian lanjutan pada Tabel B . 1
menunjukkan tidak ada kelemahan atau ada kelemahan tidak
signifikan.
b. Diisi dengan usulan koreksi (feed back) yang diperlukan untuk
mengoreksi kelemahan yang ditimbulkan bila hasil penelitian lanjutan
Tabel B.1 menunjukkan ada kelemahan signifikan.
Berasal dari Tabel C.1:
a . Diisi dengan "-" bila hasil reperformance Tabel C. l menunjukkan tidak
ada kelemahan atau ada kelemahan tidak signifikan.
b. Diisi dengan usulan koreksi (feed back) yang diperlukan untuk
mengoreksi kelemahan yang ditimbulkan bila hasil reperformance Tabel
C. l menunjukkan ada kelemahan signifikan.
(5) diisi TL (Tindak Lanjut) dengan "TL Tuntas" apabila dilakukan sesuai usulan koreksi
(feedback) atau "TL Tidak Tuntas" disertai identifikasi salah sajinya: di bawah 0, 1%,
0,1 %-0,5%, atau lebih dari 0,5% dari Total Aktiva/penerimaan/pembiayaan,
(6) diisi "Kelemahan Tidak Signifikan" bila hasil penilaian "TL Tuntas" atau hasil
penilaian "TL Tidak Tuntas" tapi salah saji teridentifikasi di bawah 0, 1% dari Total
aktiva/ penerimaan / pembiayaan.
diisi "Kelemahan Signifikan" bila hasil penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji
teridentifikasi 0 , 1%-0,5% dari total aktiva/ penerimaan/ pembiayaan.
diisi "Kelemahan Material" bila hasil penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji
teridentifikasi melewati batas materialitas 0,5% dari Total Aktiva/penerimaan/
pembiayaa n.
* Dalam hal digunakan lima faktor la in da la m pertimbangan , ma ka pada Keterangan
dijelaskan penggunaan pertimbangan atas faktor lain yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kelemahan.
** Diisi salah saji keseluruhan teridentifikasi) atau "-" bila tidak terdapat salah saji
yang teridentifikasi.
*** Diisi simpulan PIPK
Pengendalian Intern Efektif (PIE) bila terdapat tidak terdapat Kelemahan Materia l
atau Kelemahan Signifikan.
Pengendalian Intern Efektif dengan Pengecualian (PIEDP) bila tidak terdapat
Kelemahan Signifikan.
Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material (PIMKM) bila terdapat
Kelemahan Material.
Simpulan PIPK ini juga harus mempertimbangkan salah saji keseluruhan yang telah
teriden tifikasi.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -

6. Kompilasi Simpulan Pengendalian Intern Secara Keseluruhan


Simpulan pengendalian intern dapat dijadikan dasar bagi manaJemen
dalam membuat pernyataan efektivitas pengendalian intern secara
berjenjang dari tingkat Entitas Akuntansi sampai dengan UAPA/UABUN.
Simpulan-simpulan pengendalian intern dikompilasi secara berjenjang
termasuk dikompilasi pada Entitas Akuntansi yang melakukan kompilasi
seperti UAPPA-El/UAPPA-El BUN/ UAPPA BUN/UAKPBUN /UAPBUN/
UAKBUN (unit terkait).
Kompilasi simpulan didasarkan pada hasil penilaian efektivitas
implementasi pengendalian yang terdapat pada kolom (6) Tabel D Penilaian
Efektivitas Implementasi Pengendalian dan Kelemahan Pengendalian.
Pelaksanaan kompilasi penilaian pengendalian intern pada tingkat Entitas
Pelaporan UAPA/UABUN menggunakan Tabel E Penilaian Kelemahan
Gabungan sebagai berikut:

Tabel E Penilaian Kelemahan Gabungan


[Nama Entitas Akuntansi yang Melakukan Kompilasi/Entitas Pelaporan]
Simpulan
UAPA/UA Entitas
Uraian Entitas Simpulan menurntTim
BUN Akuntansi Ra ta- Penye-
Kelema Akuntansi di Sebelum IPenilai UAPA/
/Unit di rata suaian
han bawahnya Penyesuaian UABUN atau
Terkait bawahnya
Unit Terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

*Keterangan:
Motal salah saji teridentifikasi gabungan:
"'*"Simpulan PIPK gabungan:

Keterangan:
(1) diisi deskripsi kelemahan;
(2) s.d. (4) (1) diisi tingkatan kelemahan yang sama pada unit terkait, yaitu:
D Angka "l" bila kelemahan tidak signifikan /inconsequential;
0 Angka "2" bila kelemahan signifikan/ significant deficiency;
O Angka "3" bila kelemahan material/ material weakness;
Kolom (3) dan (4) dapat diperbanyak sesuai kondisi
(5) diisi nilai rata-rata kolom (2) s.d. (4);
(6) diisi dengan tingkatan kelemahan rata-rata seluruh unit kerja yaitu:
LJ Angka "O" bila nilai. kolom (5) adalah <O, 1 - > tidak ada kelemahan
(kelemahan tereliminasi)
D Angka "l" bila nilai kolom (5) adalah 1,0 s.d. 1,5 -> kelemahan tidak
signifikan/ inconsequential;
J Angka "2" bila nilai kolom (5) adalah 1,6 s.d. 2,5 ->k elemahan
signifikan/ significant deficiency;
D Angka "3" bila nilai kolom (5) adalah 2,6 s.d. 3,0 ->kelemahan
material/ material weakness;
(7) diisi nilai penyesuaian oleh Tim Penilai tingkat wilayah/ eselon I, yaitu:
D Angka "l" untuk penyesuaian satu tingkat di atas s impulan awal;
D Angka "-1" untuk penyesuaianl tingkat di di b awah simpulan awal;
0 Angka "O" bila tidak ada penyesuaian;
Penyesuaian terutama didasarkan atas persentase nilai saji teridentifikasi~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -

terhadap nilai Aktiva atau pertimbangan lainnya dengan ketentuan:


Dapat berubah menjadi Kelemahan Tidak Signifikan bila salah saji teridentifikasi
di bawah 0 , 1% dari Total Aktiva dari seluruh unit kompilasi.
Dapat berubah m enjadi Kelemahan S ignifikan bila sala h saji teridentifikasi berkisar
0 , 1 %-0,5% dari Total Aktiva dari seluruh unit kompilasi.
Dapat berubah menjadi Kelemahan Material bila salah saji teridentifikasi melewati
batas m aterialitas 0 ,5% dari Tota l Aktiva.
Dalam hal kelemahan tid8.k dapat dihubungkan dengan salah saji teridentifikasi
maka tidak da pat dilakukan penye suaian berdasarkan h a ! ini.
(8) diisi hasil penjumlaha n kolom (6) dan kolom (7). Nilai kolom ini
diterje mahkan sebagai berikut :
0 Nilai "O" berarti tidak dianggap k elemaha n (kelema han t e reliminasi);
D Nilai "1" berarti kelemahan tidak signifikan/inconsequential;
D Nilai "2" b erarti k elemahan signifikan/ significant deficiency;
0 Nilai "3" berarti kelemahan materia l/ material weakness.
* Da lam hal digunakan p en yesu aian , jelaskan pertimbangannya di k eteran gan ini.
** Diisi saia h saji keseluruhan teridentifikasi) atau "-" bila tidak terdapat sala h saji
yang teridentifikasi.
*** Diisi s impulan PIPK
Pengendalian Intern Efektif (PIE) bila terda p at tidak terdapat Ke lemahan Material
atau Kelemahan Signifikan.
Pengendalia n Intern Efektif dengan Pengecualian (PIEDP) bila tidak terdapat
Kelemahan Signifikan.
Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material (PIMKM) bila terdapat
Kelemahan Material.
Simpulan PIPK ini juga harus mempertimbangkan saiah saji keseluruhan yang
telah teridentifikasi.

7. Tim Penilai
Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi yang ditetapkan Entitas
Pelaporan untuk melakukan penilaian berdasarkan pertimbangan risiko ,
wajib membentuk Tim Penilai. Entitas Akuntansi berkoordinasi dengan
Entitas Pelaporan sebelum membentuk Tim Penilai dimaksud.

Pertimbangan risiko yang dimaksudkan misalnya:


a. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelumnya.
b. Dominasi saldo akun signifikan.

Secara umum Tim Penilai diatur sebagai berikut:


a. Unit Eselon I Memiliki Unit Vertikal
Tim Penilai Tingkat UAKPA/UAKPA BUN/UBL/UAKBUN-Daerah:
1) Menganalisis seluruh kelemahan hasil penilaian Pengendalian
Intern Tingkat Entitas dan penilaian Pengendalian Intern Tingkat
Proses/ Transaksi Tingkat UAKPA/UAKPA BUN/UBL/ UAKBUN-
Daerah.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan Tingkat
UAKPA/ UAKPA BUN / UBL/UAKBUN-Daerah.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern Tingkat
UAKPA/ UAKPA BUN / UBL/UAKBUN-Daerah.

Tim Penilai Tingkat UAPPA-W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil:


1) Menilai Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi tingkat ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -

Entitas Akuntansi (sebagai satker) .


2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan tingkat Entitas
Akuntansi (sebagai satker).
3) Menyimpulkan efektivitas Pengendalian Intern Tingkat Entitas
Akuntansi (sebagai satker) .
4) Mengompilasi hasil penilaian Entitas Akuntansi (sebagai satker)
dan seluruh Entitas Akuntansi dibawahnya.
5) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil kompilasi.
6) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat UAPPA-
W /UAKKPA BUN/UAKKBUN-Kanwil.

Tim Penilai Tingkat UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/


UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN:
1) Menilai Pengendalian Intern Tingkat Entitas Akuntansi (sebagai
satker).
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan tingkat Entitas
Akuntansi (sebagai satker).
3) Menyimpulkan efektivitas Pengendalian Intern Tingkat Entitas
Akuntansi (sebagai satker).
4) Mengompilasi hasil penilaian Entitas Akuntansi (sebagai satker)
dan Entitas Akuntansi dibawahnya.
5) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil
kompilasi.
6) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat UAPPA-
El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
b . Unit Eselon I Tidak Memiliki Unit Vertikal
Tim Penilai Tingkat UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/
UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN:
1) MenilaiPengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi tingkat
UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/
UAKBUN.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan tingkat UAPPA-
El /UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat UAPPA-
E 1/UAPPA-E1 BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
c . Tim Penilai Tingkat UAPA/UABUN:
1) Mengompilasi hasil penilaian tingkat UAPPA-El/UAPPA-El ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -

BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil kompilasi.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat
UAPA/UABUN.
d. Tim Penilai Tingkat UAPP:
1) Mengompilasi hasil penilaian tingkat UAPA dan UABUN.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil
kompilasi.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat UAPP.

8. Pelaporan Hasil Penilaian


Kelemahan hasil penilaian perlu dilaporkan kepada pihak-pihak yang tepat
dan memiliki wewenang untuk melakukan langkah perbaikan. Atas setiap
kelemahan perlu diberikan usulan koreksi/ rekomendasi yang tepat
sehingga penyebab utama terjadinya suatu kelemahan dapat
dieliminasi/ diminimalisasi. Usulan koreksi/rekomendasi yang diberikan
menyebutkan dengan jelas pihak yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan tindak lanjut. Dalam mengidentifikasi pihak yang
bertanggung jawab perlu memperhatikan tingkat kewenangan yang dimiliki
oleh pihak tersebut untuk dapat melaksanakan tindak lanjut sesuai yang
diharapkan. Usulan koreksi/rekomendasi atas kelemahan yang tidak
dapat ditindaklanjuti di tingkat Entitas Akuntansi yang bersangkutan
karena keterbatasan kewenangan, perlu dieskalasi ke Entitas Akuntansi di
atasnya hingga Entitas Pelaporan.
Sebagai contoh, atas suatu kelemahan yang terjadi di Kantor Pelayanan,
bisa saja usulan koreksi/rekomendasinya lebih tepat ditujukan kepada
Kantor Pusat apabila tindak lanjut kelemahan tersebut m enyangkut
keputusan yang bersifat strategis atau perubahan kebijakan organisasi.
Kelemahan yang dieskalasi adalah yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1) Mempunyai pengaruh strategis terhadap orgamsas1 secara
keseluruhan;
2 ) Mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap kepentingan para
pemangku kepentingan (stakeholders); dan/ atau
3) kelemahan yang memiliki indikasi adanya kecurangan (fraud).
Setiap Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas Pelaporan yang menerima
rekomendasi wajib melaksanakan tindak la njut dan menyampaikan ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -

perkembangan pelaksanaan tindak lanjut yang telah dilakukan kepada


Tim Penilai di unit kerjanya.
Bentuk laporan hasil penilaian PIPK dapat dilihat pada Format I.

9. Hubungan Kerja Tim Penilai dengan APIP


Untuk meningkatkan efektivitas penerapan pengendalian intern secara
menyeluruh, perlu dibangun hubungan kerja yang konstruktif atara Tim
Penilai dengan Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Hubunga n tersebut
diantaranya dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut:
1) Tim Penilai UAPP d an UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/
UAKPBUN/UAPBUN / UAKBUN meminta masukan APIP untuk
penyusunan Rencana Penilaian Tahunan;
2) Tim Penilai UAPP dan UAPPA-El/UAPPA-El BUN/UAPPA BUN/
UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN menyampaikan Laporan Semesteran
dan Ta hunan Hasil Penilaian kepada APIP;
3) Tim Penilai UAPP d a n UAPPA-El / UAPPA-El BUN / UAPPA BUN /
UAKPBUN /UAPBUN/UAKBUN membahas tindak lanjut kelemahan
yang berindikasi fraud dengan APIP; dan
4) APIP menggunakan laporan hasil penilaian Tim Penilai dalam
m erencanakan dan m elaksanakan p engawasan.

C. PEDOMAN REVIU PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
1. Pendahuluan
Penilaian PIPK yang dilaksa nakan oleh manajemen atau disebut juga
Penilaian Mandiri (control self assessment) dipengaruhi oleh integritas
manaJ emen. Ketidakseragaman integritas m a n aJem en d apat
mengha silkan subjektivitas p enilaian PIPK. Oleh karena itu, diperlukan
reviu oleh APIP yang m erupakan pihak eksternal manajemen untuk
memastikan h asil p enilaian PIPK m emenuhi kualitas s ta ndar yang
diharapkan serta objektivitas p enilaiannya dapat ditingkatka n.
2. Penentuan Uji Petik
Reviu yan g dilakukan oleh APIP h a rus m empertimbangkan m an faat
dan biaya serta ketersediaan Auditor APIP. Oleh karena itu Entitas
Akuntansi yang direviu dilakukan secara uji petik sesuai dengan teknik
uji petik yang berlaku umum.
3. Prosedur Reviu PIPK

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -

a . Reviu atas Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan


Pengendaliannya

Prosedur Rinci Reviu Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan


Pengendaliannya dilakukan dengan langkah-langkah reviu sebagai
berikut:

1) Reviu apakah seluruh risiko utama telah diidentifikasi;


2) Reviu apakah seluruh risiko utama telah dimitigasi dengan
suatu pengendalian utama
3) Bila ada risiko utama yang tidak ada pengendaliannya, rev1u
apakah Tim penilai telah memberikan usulan koreksi (feedback)
untuk dibuatkan Perbaikan Identifikasi Risiko dan
Pengendaliannya (Tabel A.1)
4) Bila ada risiko utama yang tidak ada pengendaliannya tetapi
tidak ada usulan dari Tim Penilai, maka rekomendasikan Tim
Penilai untuk menambahkan pada Tabel A.1 dan melakukan
pengujian yang diperlukan.
5) Bila telah ditindaklanjuti sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesuai dengan
pertimbangan profesional perev1u. Setiap simpulan PIPK
terdampak dijelaskan pengaruh dari dampaknya misalnya dari
Pengendalian Intern Efektif menjadi Pengendalian Intern Efektif
dengan Pengecualian.
b. Reviu atas Perbaikan Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya

Prosedur Rinci Reviu Perbaikan Identifikasi Risiko dan


Pengendaliannya dilakukan dengan langkah-langkah reviu sebagai
berikut:

1) Reviu apakah Tim Penilai telah menyusun Perbaikan Identifikasi


Risiko dan Pengendaliannya dengan baik.
2) Reviu apakah pemilik pengendalian memahami pengendalian
yang terkait risiko utama yang baru diidentifikasi dan
berkomitmen melaksanakannya. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -

3) Bila Tim Penilai tidak menyusun Perbaikan Identifikasi Risiko


dan Pengendaliannya dengan baik, berikan rekomendasi untuk
memperbaikinya.
4) Bila pemilik pengendalian tidak memahami/berkomitmen
melaksanakan pengendalian yang baru diidentifikasi, berikan
rekomendasi agar Tim Penilai mendiskusikan hal tersebut
dengan pemilik pengendalian agar memahami dan
berkomitmen.
5) Bila telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesua1 dengan
pertimbangan profesional pereviu.
c. Reviu Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
Prosedur Rinci Reviu Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
dilakukan dengan langkah-langkah reviu sebagai berikut:
1) Lakukan reviu terhadap pengujian PITE oleh Tim Penilai untuk

memastikan penguJ1an telah dilakukan sesuai dengan


ketentuan.
2) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian PITE.
3) Bila telah ditindaklanjuti sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesuai dengan
pertimbangan profesional pereviu.
d. Reviu Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi
Prosedur rinci Reviu PUTIK dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

1) Lakukan reviu terhadap penguJ1an PUTIK oleh Tim Penilai


untuk memastikan kesesuaian dengan ketentuan.
2) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian PUTIK. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -

3) Bila telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, simpulkan


simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesua1 dengan
pertimbangan profesional pereviu.
e. Reviu Pengujian Atribut Pengendalian
Prosedur rinci reviu Pengujian Atribut Pengendalian dilakukan
sebagai berikut:

1) Reviu pengujian atribut pengendalian untuk memastikan


kesesuaian dengan ketentuan di antaranya: jumlah sampel dan
pelaksanaan reperformance.
2) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian atribut pengendalian.
3) Bila telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesuai dengan
pertimbangan profesional pereviu.
f. Reviu Pengujian Pengendalian Aplikasi
Prosedur rinci reviu Pengujian Pengendalian Aplikasi dilakukan
sebagai berikut:
1) Reviu pengujian pengendalian aplikasi untuk memastikan
kesesuaian dengan ketentuan, yang dapat meliputi: pengujian
input control, pengujian process control, dan pengujian output
control.
2) Dalam hal terdapat· ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian pengendalian aplikasi.
3) Bila telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesua1 dengan
pertimbangan profesional pereviu. l

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -

g. Reviu Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian dan


Penilaian Kelemahan Pengendalian
Prosedur rmc1 rev1u Penilaian Efektivitas Implementasi
Pengendalian dan Penilaian Kelemahan Pengendalian dilakukan
sebagai berikut:

1) Reviu Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian untuk


memastikan kesesuaian dengan ketentuan, di antaranya:
pastikan bahwa pengisian Tabel D kolom (3) didukung oleh
Tabel B.1, B.2, C. l, dan C.2.
2) Reviu Penilaian Kelemahan Pengendalian untuk memastikan
kesesuaian dengan ketentuan.
3) Reviu jumlah salah saji teridentifikasi telah didukung oleh
bukti-bukti yang relevan.
4) Reviu simpulan PIPK telah sesuai dengan Hasil Penilaian
Kelemahan pada Tabd D kolom (6).
5) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian pengendalian.
6) Bila telah ditindaklanjuti sesua1 rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila
ditindaklanjuti namun kurang sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK terdampak atau tidak sesuai dengan
pertimbangan profesional pereviu.
h. Reviu Matriks Kompilasi Penilaian Pengendalian Intern
Prosedur rinci reviu Matriks Kompilasi Penilaian Pengendalian
Intern dilakukan sebagai berikut:
1) Reviu Matriks Kompilasi Penilaian Pengendalian Intern untuk
memastikan kesesuaian dengan ketentuan, di antaranya:
jumlah pengendalian intern yang memadai telah didukung dari
Simpulan PIPK dari Tabel D, jumlah salah saji teridentifikasi
telah didukung dari salah saji teridentifikasi dari Tabel D.
2) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian, berikan rekomendasi
untuk memperbaiki pengujian pengendalian.
3) Bila telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi, simpulkan
simpulan PIPK tidak terdampak. Bila tidak ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi, simpulkan simpulan PIPK terdampak. Bila~

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 85 -

ditindaklanjuti namun kurang sesua1 rekomendasi, simpulkan


simpulan PIPK terdampak a tau tidak sesuai dengan
pertimbangan profesional pereviu.

Tabel F Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan


Nama Entitas Akuntansi/Pelaporan:
Akun Signifikan: [diisi dengan akun-akun signifikan terkait]
Hal-hal yang Proses Hasil Tindak
No Fokus Reviu Rekomendasi Simpulan
direviu Reviu Reviu Lanjut

(1) (2 ) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Identifikas i • Semua ris iko
Risiko dan u tama telah
Kecukupan diiden tifikasi
Rancangan
Pengendaliannya
• S emua risiko
tel ah
dimitigasi
dengan
pengendalian

. utama
Bila ada ris iko
utama yang
tidak ada
pengendalian
n ya , Tim
penilai telah
m emberikan
usulan
koreksi
(feedback)
untuk
dibuatkan
Perbaikan
Identifikasi
Risiko dan
Pengendalian
n ya (Tab el
A.1)
Perbaikan • Tim Penilai
Identifikasi tel ah
Risiko dan m enyusun
Pengendaliannya perbaikan
identifikasi
risiko dan
pengendalian
nya dengan
baik
Pengujian • Tim Penilai
Pengendalian telah menguji
Intern Tingkat PITE dan
Entita s m embuat
penilaian
s ecara wajar.
Pengujian PUTIK • Tim Penilai
telah menguji
PUTIK dan
membuat
penilaian
secara wajar.
Pengujian • Tim Penilai
Atribut telah
Pengendalian menentukan
sampel

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -

Hal-hal yang Proses Hasil Tindak


No Fokus Reviu Rekomendasi Simpulan
direviu Reviu Reviu Lanjut

. dengan tepat.
Tim
telah
penilai

melakukan
reperformance
dengan tepat.
• Tim penilai
telah
m embuat
penilaian
secara wajar
Pengujian • Tim Penilai
Pengendalian telah menguji
Aplikasi pengendalian
aplikasi dan
m embuat
penilaian

Penilaian
Efektivitas
. secara wajar.
Tim Penilai
tel ah menilai
Implementasi implementasi
Pengendalian pengendalian
dan Penilaian dan menilai
Kelemahan kelemahan
Pengendalian pengendalian
secara wajar.
• Tim Penilai
telah
membuat
simpulan
PIPK secara
wajar dan
didukung oleh
bukti-bukti
yang dapat
diandalkan.
Penilaian • Tim Penilai
Kelemahan telah
Gabungan* membuat
simpulan
PIPK secara
wajar dan
didukung oleh
bukti-bukti
yang dapat

. diandalkan.
Tim Penilai
melakukan
p enyesuaian
dengan
p ertimbangan
yang sesuai.
• Tim Penilai
telah
membuat
simpulan
PIPK
gabungan
secara wajar
dan didukung
oleh bukti-
bukti yang
dapat
diandalkan.
** Simpulan k eseluruhan reviu PIPK:

*Hanya untuk unit yang memiliki kewajiban melakukan k ompilasi


Keterangan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 87 -

(1) diisi nomor urut.


(2) diisi pokok-pokok yan g direviu
(3) diisi fokus hal-hal yang direviu dengan minimal adalah sebagaimana
t ertulis dalam kolom (2) di atas.
(4) diisi dengan b agaimana m elakukan reviunya secara ringkas, misalnya
menggunaka n reviu dokumen, wawancara, reperformance, dan teknik-
teknik r eviu lainnya.
(5) diisi dengan hasil reviu yang menyatakan apakah hal-hal yang direviu
telah dilakukan tanpa penyimpangan, penyimpangan tidak signifikan,
atau penyimpangan signifikan.
(6 ) diisi d engan rekomendasi u ntuk penyimpangan yan g s ignifikan.
(7) diis i tindaklanjut yang telah dilakukan oleh Tim Penilai.
(8) diisi simpulan apakah Simpulan PIPK oleh Tim Penilai terdampak oleh
penyimpangan signifikan (5) dengan mempertimbangkan t inda k lanjut yang
dilakukan oleh Tim Penilai (6) dengan isian:
a . Simpulan PIPK tidak terdampak;
b. Simpulan PIPK terdampak
** diisi simpulan reviu PIPK yaitu:
Pengendalian Intern Efektif (PIE);
Pen gendalia n Intern Efektif dengan Pengecualian (PIEDP) ; atau
Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material (PIMKM).
Dalam ha! tidak ada simpulan PIPK terdampak pada Kolom (8) m aka s im pulan
reviu PIPK sama dengan s impulan menurut Tim Penilai

i. Penyusuna n CHR PIPK dan / atau LHR PIPK


Hasil reviu PIPK dituangkan dalam CHR PIPK dan/ atau LHR PIPK.
Terhadap kegiatan penyusunan CHR PIPK dan / atau LHR PIPK
dilakukan penelitian berjenjang sebagai pengendalian agar sesuai
dengan hasil reviu PIPK. CHR PIPK adalah sebagaimana Format II
dan LHR PIPK adalah sebagaimana Format III.
l

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88 -

Format I

Contoh Laporan Hasil Penilaian PIPK

LAPORAN HASIL PENILAIAN


PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN

(Nama Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas Pelaporan)

Kami telah melaksanakan penilaian penerapan pengendalian


intern atas pelaporan keuangan pada [diisi nama Entitas Akuntansi
dan/atau Entitas Pelaporan]. Penilaian dilakukan terhadap
Pengendalian Intern Tingkat Entitas, Pengendalian Umum
Teknologi Informasi Dan Komunikasi, dan Pengendalian Intern
Tingkat Proses/Transaksi dengan rincian terlampir. Pengembangan
dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya merupakan
tanggung jawab manajemen.

Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan


dilaksanakan dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga
terdapat kemungkinan kesalahan terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu , meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut
hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai mengenai
keandalan pelaporan keuangan.

Berdasarkan penilaian tersebut, kami menyimpulkan bahwa


pada tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas
pelaporan keuangan adalah efektif/ efektif dengan pengecualian/
mengandung kelemahan material*).

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat dinyatakan


bahwa pengendalian intern atas pelaporan keuangan adalah
memadai / tidak memadai. **

Jakarta,
[Pimpinan Tim
Penilai]

[Nama]
NIP[ .................. ]

*) Pi.lih salah satu


**) Pi.lih salah s atu, dengan ketentuan: memadai bila PIPK ef ektif atau ef ektif
dengan p engecualian; dan tidak memadai bila PIPK mengandung kelemahan
material.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89 -

Lampiran
Laporan Hasil
Penilaian

A. Daftar Akun Signifikan yang dinilai


1.
2.
3.
4.

B. Daftar Kelemahan Material dan/ atau Kelemahan Signifikan

Temuan
No. Rekomendasi
Uraian Sebab Akibat
A. Kelemahan material/ material weakness
1
2

B. Kelemahan siviifikan/ siqnifi.cant defi.cienct1


1
2

C. Kelemahan yang Berdampak Rendah I inconseque ntial de{i.cienct1


1
2

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90 -

Format II

CATATAN HASIL REVIU (CHR) PIPK

[Nama Kementerian Negara/Lembaga)


[NamaAPIP]

CATATAN HASIL REVIU PIPK


PADA: [ENTITAS AKUNTANSI / PELAPORAN]
[NOMOR & TANGGAL]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 91 -

PENDAHULUAN CHR*

A. Penugasan Reviu (diisi hal-hal yang terkait pelaksanaan reviu


PIPK seperti penugasan dan lain-lain)

B. Proses Reviu (diisi bagaimana melakukan reviunya secara


ringkas, misalnya menggunakan reviu dokumen, wawancara,
reperformance, dan teknik-teknik reviu lainnya.)

C. Hasil Reviu (dapat diisi hasil reviu yang menyatakan apakah


hal-hal yang direviu telah dilakukan tanpa penyimpangan,
penyimpangan tidak signifikan, atau penyimpangan
signifikan serta rekomendasi dan tindak lanjut oleh Tim
Penilai)

D. Simpulan (dapat diisi simpulan PIPK oleh Tim Penilai


terdampak atau tidak terdampak dengan penyimpangan
signifikan setelah mempertimbangkan tindak lanjut Tim
Penilai)

*Catatan: Poin-poin A s.d. D dapat dikembangkan sesuai


keperluan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 92 -

[Nama Kementerian Negara/Lembaga] Disusun oleh/Paraf/ Tgl [1]


[NamaAPIP]
Direviu oleh/Paraf/Tgl [2]
Disetujui oleh / Paraf/ Tgl [3]
UAPA D [4]
UAPPA-El D [5]
UAPPA-W D [6]
UAKPA D [7]

Uraian Catatan Hasil Reviu PIPK Indeks KKR


ldentifikasi Risiko clan Kecukupan Rancangan
[8]
Pengendaliannya
• Semua risiko utama telah diidentifikasi
[9]
• Semua risiko telah dimitigasi dengan pengendalian
utama
[10]
• Bila ada risiko utama yang tidak ada pengendaliannya,
Tim penilai telah memberikan usulan koreksi (feedback)
untuk dibuatkan Perbaikan Identifikasi Risiko dan
Pengendaliannya (Tabel A.1)
[ 11]

Perbaikan Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya [12]


• Tim Penilai telah menyusun perbaikan identifikasi risiko
dan pengendaliannya dengan baik
[13]
Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas [14]
• Tim Penilai telah menguji PITE dan membuat penilaian
secara waJar.
[15]
Pengujian PUTIK [16]
• Tim Penilai telah menguji PUTIK dan membuat penilaian
secara waJar.
[17]
Pengujian Atribut Pengendalian [18]
• Tim Penilai telah menentukan sampel dengan tepat.
[19]
• Tim penilai telah melakukan reperfonnance dengan
tepat.
[20]
• Tim penilai telah membuat penilaian secara wajar
[21 ]
Pengujian Pengendalian Aplikasi [22]
• Tim Penilai telah menguji pengendalian aplikasi dan
membuat penilaian secara wajar.
[23]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 93 -

Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian dan [24]


Penilaian Kelemahan Pengendalian
•Tim Penilai tel ah m enilai implementasi pengendalian
dan menilai kelemahan pengendalian secara waj ar.
[25]
•Tim Pen ilai telah membuat simpulan PIPK secara wajar
dan didukung oleh bukti-bukti yang dapat diandalkan.
[26]
Penilaian Kelemahan Gabungan * [27]
• Tim Penilai telah m embuat simpulan PIPK secara wajar
dan didukung oleh bukti-bukti yang dapat diandalkan.
[28]
•Tim Penilai melakukan penyesuaian dengan
pertimbangan yang sesuai.
[29]
• Tim Penilai telah membuat simpulan PIPK gabungan
secara wajar dan didukung oleh bukti-bukti yang dapat
diandalkan.
[30]
Simpulan PIPK:
[31]
Simpulan PIPK Gabungan:
[32]
Koreksi/Perbaikan yang Belum Dilakukan/Tidak Disetujui
[33]
1. ..
2 ...
3 . Dst.

Petunjuk Pengisian:
[1] Diisi d engan nama penyusun KKR, Paraf penyusun, dan tanggal penyusunan.
[2] Diisi dengan nama pereviu KKR, Paraf pereviu, dan tanggal pelaksanaan reviu.
[3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui), Paraf
yang bersangkutan, dan tanggal persetujuan.
[4] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[5] Diisi d engan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I
(UAPPA-E l) .
[6] Diisi d engan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah
(UAPPA-W).
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKP A) yang
direviu.
[8] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[9] Diisi den gan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[10] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[11] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[12] Diisi d engan indeks KKR yang digunakan.
[13] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[14] Diisi d engan indeks KKR yang digunakan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
.- 94 -

[15] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/tidak terdampak.


[16] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[17] Diisi den gan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[18] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[19] Diisi d engan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[20] Diisi dengan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[21] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[22] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[23] Diisi d engan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[24] Diisi dengan kelemahan Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi (dari
pengujian atribut pengendalian dan p engujian pengendalian aplikasi) yang
berdasarkan hasil reviu termasuk kategori material weakness.
[25] Diisi d engan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[26] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[27] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[28] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[29] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/tidak terdampak.
[30] Diisi dengan sirnpulan PIPK terdampak/tidak terdampak.
[31] Diisi dengan sirnpulan Pengendalian Intern Efektif (PIE)/Pengendalian Intern Efektif
denga n Pengecualian (PIEDP)/Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan
Material (PIMKM).
[32] Diisi dengan sirnpulan Pengendalian Intern Efektif (PIE)/Pengendalian Intern Efektif
dengan Pengecualian (PIEDP)/Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan
Material (PIMKM).
[33] Diisi dengan koreksi/ perbaikan yan g belum dilakukan atau tidak disetujui oleh
unit akuntansi berdasarkan usulan dari pereviu atas rekomendasi untuk
penyimpangan yang signifikan. ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
. - 95 -

Format III

LAPORAN HASIL REVIU PIPK

[Nama Kementerian Negara/ Lembaga]


[Nama APIP]

LAPORAN HASIL REVIU PIPK


[ENTITAS AKUNTANSI DAN/ ATAU
ENTITAS PELAPORAN]
[NOMOR & TANGGAL]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 96 -

Format Laporan Hasil Reviu PIPK

Laporan hasil reviu berisi pokok-pokok penting (ikhtisar eksekutif) yang dapat
dituangkan dalam b eberapa paragraf, yaitu:

A. Penugasan Reviu (diisi hal-hal yang terk a it pelaksanaan reviu PIPK seperti
penu gasan dan lain-lain)

B. Proses Reviu (diisi bagaimana melakukan reviunya secara ringkas, misalnya


menggunakan reviu dokumen, wawancara, reperformance, dan teknik-teknik
reviu lainnya.)

C. Hasil Reviu (dapat diisi hasil reviu yang menyatakan apakah hal-hal yan g
direviu telah dilakukan tanpa penyimpangan, penyimpangan tidak s ignifikan,
atau penyimpangan .signifikan)

D. Rekomendasi ( diisi rekomendasi atas penyimpangan signifikan dalam proses


penilaian oleh Tim Penilai)

E. Tindak Lanjut (diisi tindak la njut yang telah dilakukan oleh Tim Penilai)

F. Simpulan (dapa t diisi simpulan PIPK oleh Tim P enilai terdampak a tau tidak
terdampak den gan penyimpangan signifikan setelah mempertimbangkan
tindak la njut Tim P enilai)

*Catalan: Poin-poin A s.d. F dnpnt dikembnngkan sesuni keperluan

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b. . ~-.......
Kepala Bagian T.U. Keme~teiia~~
/
"_,_.--... 01
•• ! t-,,, ~
• ~
"1
°o
~==------\ ~

c::::::========--.tf7Ltt~BiR ~

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 255 /PMK. 09/2015

TENTANG

STANDAR REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 57 ayat (5)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, telah clitetapkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010

tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga, dengan menerapkan

Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju

Akrual;

b. bahwa untuk mendorong peningkatan kualitas Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang clisus11n

dengan menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan

berbasis akrual sebagaimana diamanatkan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu

menyempurnakan Standar Reviu Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga yang diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


·�
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -

Peraturan Menteri Keuangan tentang Stanclar Reviu

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 ten.tang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4890) ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG STANDAR

REVIU LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN

NEGARA/ LEMBAGA.

Pasal 1

Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut Stanclar Reviu,

adalah prasyarat yang diperlukan oleh Aparat Pengawasan

Intern Kementerian Negara/Lembaga untuk menjalankan dan

mengevaluasi pelaksanaan reviu atas Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 2

Tujuan Standar Reviu adalah untuk:

a. memberikan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan dalam

praktek reviu;

b. menyediakan kerangka untuk menjalankan clan

meningkatkan nilai tambah reviu;

c. menetapkan dasar-dasar untuk mengevaluasi

pelaksanaan reviu;

d. mendorong peningkatan kualitas Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 3

(1) Standar Reviu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -

(2) Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian

Negara/Lembaga dilaksanakan dengan mengacu pada

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu sebagaimana

ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 41/PMK. 09/2010 tentang Standar

Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2015

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
BAMBANG P.S. BRODJONEGORO

31 Desember 2015
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 2053

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 255/PMK.09/2015

TENTANG
STANDAR REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA

STANDAR REVIU

LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6-

DAFfAR ISi

Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 7 -
Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 9 -
Tujuan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 9 -
Ruang Lingkup Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 10 -
Sasaran Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 10 -
Waktu Pelaksanaan Reviu - 10 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kompetensi Pereviu ......................................... : ........................................ - 11 -


Obyektivitas Pereviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 11 -
Keyakinan Terbatas Hasil Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 11 -
Tahapan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 12 -
Kertas Kerja Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 12 -
Pelaporan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 13 -
Kamus Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 14 -

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7-
Pendahuluan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(UU 1/2004) mengatur bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga
wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L), yang ketentuan pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai
Pasal 7 ayat (2) UU 1 /2004 tersebut, diatur bahwa Menteri Keuangan
'berkewajiban menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
pada tingkat pemerintah pusat berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang berlaku. Sejal8:n dengan itu, Pemerintah telah
menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) melalui . Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang berisi SAP dengan basis
akuntansi Kas Menuju Akrual sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2 0 1 0 yang berisi SAP dengan
basis akuntansi akrual.
2. Undang- Undang Nomor 1 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menetapkan bahwa pengakuan dan pengukuran pengelolaan keuangan
Negara dilakukan dengan basis akrual. Dalam Pasal 7 ayat ( 1 ) PP Nomor
7 1 Tahun 20 1 0 disebutkan bahwa penerapan SAP berbasis akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis Kas Menuju
Akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Penerapan SAP berbasis
akrual secara bertahap pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Sampai dengan tahun anggaran 2 0 1 4, Pemerintah
Pusat menerapkan SAP berbasis Kas Menuju Akrual dan komponen
laporan keuangan yang disusun dan disampaikan oleh Kementerian
Negara/Lembaga terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Dengan terbitnya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 270/PMK. 0 5/20 1 4 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Aktual pada Pemerintah Pusat, maka
sejak tahun anggaran 2 0 1 5, LK K/L yang semula disusun dengan SAP
berbasis Kas Menuju Akrual harus disusun dengan SAP berbasis akrual.
Dengan penerapan SAP berbasis akrual, komponen laporan keuangan
yang disusun dan disampaikan oleh Kementerian Negara/Lembaga terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO) ,
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, dan Catatan atas Laporan

www.jdih.kemenkeu.go.id
-8 -
Keuangan (CaLK) . Untuk rriewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, LK K/L harus dihasilkan melalui Sistem
Akuntansi lnstansi (SAi), disampaikan secara tepat waktu, disusun
dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan direviu.
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
3. Sesuai dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2 004, LK K/L
Semesteran dan Tahunan harus disertai dengan Pernyataan Tanggung
Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga. Pernyataan Tanggung Jawab memuat
pernyataan bahwa pengelolaan Anggaran Pendapatan clan Belanja Negara
(APBN) telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengenclalian Intern
(SPI) yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan SAP. Sebagai dasar pembuatan Pernyataan Tanggung Jawab
tersebut, Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga atau
pejabat yang ditunjuk oleh Sekretaris Jencleral/pejabat yang setingkat
harus melakukan reviu atas LK K/L Semesteran clan Tahunan, yang
hasilnya dituangkan clalam Pernyataan Telah Direviu. Hal tersebut
cliamanatkan clalam Pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 dan Pasal 57 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
4. Reviu atas LK K/L pacla hakikatnya bertujuan untuk meyakinkan
keanclalan informasi yang clisajikan clalam LK K/L Semesteran dan
Tahunan, namun mengingat keterbatasan waktu antara batas akhir
penyusunan LK K/L dan penyampaiannya kepacla Menteri Keuangan,
maka reviu dimaksud perlu dilaksanakan bersamaan clengan pelaksanaan
anggaran dan tidak menunggu setelah LK K/L selesai disusun. Selain itu,
mengingat peran dan fungsi pengawasan intern pemerintah dalam rangka
membantu dan mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,
maka rev1u atas LK K/L JUga bertujuan untuk membantu
Menteri/Pimpinan Lembaga dalam menghasilkan LK K/L yang berkualitas
clan clapat clipertanggungjawabkan.
5. Dengan mempertimbangkan kewajiban reviu clan peran pentingnya dalam
membantu peningkatan kualitas LK K/L serta amanat Pasal 57 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, perlu clisusun Stanclar
Reviu LK K/L sebagai pecloman clalam pelaksanaan reviu.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -
Definisi
6. Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LK K/L oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Kementerian
Negara/Lembaga yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi
·

dan Pelaporan Keuangan Instansi dan LK K/L telah disajikan sesuai


dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, dalam upaya membantu
. Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menghasilkan LK K/L yang
berkualitas.
7. Definisi istilah lainnya dan singkatan yang digunakan dalam Standar
Reviu ini diuraikan dalam bagian akhir Standar Reviu pada paragraf
Kamus Istilah.

Tujuan Reviu
8. Tujuan reviu adalah untuk:
a. membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LK K/L; dan
b. memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi LK K/L serta pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga,
sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang berkualitas.
9. Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan
dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan
dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
10. Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana
dalam audit, karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas
pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan
akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan
dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi,
pengamatan, atau konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilaksanakan dalam suatu audit.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
Ruang Lingkup Reviu
1 1 . Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntahsi
dan penyajian LK K/L, termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan
dokumen sumber yang diperlukan. Ruang lingkup reviu tidak mencakup
pengujian atas sistem pengendalian intern, catatan akuntansi, dan
dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan keterangan,
yang biasanya dilaksanakan dalam suatu audit.
1 2. Reviu dititikberatkan pada unit akuntansi dan/atau akun LK K/L yang
berpotensi tinggi terhadap permasalahan dalam penyelenggaraan
akuntansi dan/atau penyajian LK K/L. Reviu dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan berjenjang, yang mencakup unit-unit
akuntansi pada Kementerian Negara/Lembaga, yaitu UAKPA, UAPPA-W,
UAPPA- El dan UAPA, serta UAKPB, UAPPB -W, UAPPB- El dan UAPB.
Pendekatan berjenjang tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pada masing-masing tahapan reviu.
1 3 . Reviu terutama dilakukan melalui serangkaian aktivitas:
a. penelusuran LK K/L ke catatan akuntansi dan dokumen sumber;
b. permintaan keterangan mengenai proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi, serta
proses kompilasi dan rekonsiliasi LK K/L antara unit akuntansi
dengan Bendahara Umum Negara (BUN) secara berjenjang; dan
c. analisis untuk mengetahui hubungan clan hal-hal yang kelihatannya
ticlak biasa.

Sasaran Reviu
1 4. Sasaran reviu adalah Menteri/Pimpinan Lembaga memperoleh keyakinan
bahwa penyelenggaraan akuntansi telah sesuai dengan SAI clan LK K/L
disajikan sesuai clengan SAP, serta Menteri/Pimpinan Lembaga clapat
menghasilkan LK K/L yang berkualitas.

Waktu Pelaksanaan Reviu


1 5. Reviu dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan
penyusunan LK K/L. Yang dimaksudkan dengan paralel aclalah rev1u
dilakukan bersamaan atau sepanjang pelaksanaan anggaran clan
penyusunan LK K/L Semesteran clan Tahunan, serta ticlak menunggu
setelah LK K/L tersebut selesai clisusun. Hal ini perlu clilakukan
mengingat keterbatasan waktu antara batas akhir penyusunan LK K/L

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
dan penyampaiannya kepada Menteri Keuangan. Dengan waktu
pelaksanaan reviu sebagaimana tersebut di atas, diharapkan Aparat
Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga memiliki cukup waktu
untuk dapat membantu Menteri/Pimpinan Lembaga menghasilkan LK
K/L yang berkualitas.

Kompetensi Pereviu
1 6 . Untuk mendukung dan menJamm efektivitas rev1u atas LK K/L, perlu
dipertimbangkan kompetensi pereviu yang akan ditugaskan. Sesuai
dengan tujuan reviu atas LK K/L, maka tim rev1u secara kolektif
seharusnya memenuhi kompetensi sebagai berikut:
a. menguasai Standar Akuntansi Pemerirttahan (SAP);
b. menguasai Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi
(Sistem Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara);
c. memahami proses bisnis atau kegiatan pokok unit akuntansi yang
direviu;
d. menguasai dasar-dasar Audit;
e. menguasai teknik komunikasi; dan
f. memahami analisis basis data.

Obyektivitas Pereviu
1 7 . Pereviu harus obyektif dalam melaksanakan kegiatan reviu. Prinsip
obyektivitas mensyaratkan agar pereviu melaksanakan reviu dengan jujur
dan tidak mengkompromikan kualitas. Pereviu harus membuat penilaian
seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

Keyakinan Terbatas Basil Reviu


1 8 . Keyakinan terbatas yang dihasilkan dalam reviu meliputi keyakinan
terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi dalam
LK K/L serta pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi sesuai
dengan SAP.
1 9 . Keyakinan terbatas atas akurasi informasi antara lain diperoleh dengan :
a. membandingkan saldo akun LK K/L terhadap buku besar; dan
b. membandingkan saldo akun LK K/L terhadap laporan pendukung
(misalnya saldo akun Aset Tetap terhadap Laporan Posisi BMN di
Neraca).

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
2 0 . Keyakinan terbatas atas keandalan informasi antara lain diperoleh
dengan:
a. menilai proses rekonsiliasi internal antara data transaksi keuangan
dengan data transaksi BMN;
b. menilai proses rekonsiliasi eksternal antara data dari SAi dengan
data dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
c. menilai proses rekonsiliasi eksternal antara antara data dari SIMAK­
BMN dengan data dari KPKNL; clan
d. menilai proses inventarisasi BMN oleh unit akuntansi.
2 1 . Keyakinan terbatas atas keabsahan informasi antara lain diperoleh
dengan:
a. menilai proses verifikasi dokumen sumber transaksi keuangan atau
transaksi BMN; dart
b. menilai proses otorisasi dokumen transaksi keuangan atau transaksi
BMN.
22. Keyakinan terbatas atas pengakuan, pengukuran, clan pelaporan
diperoleh dengan menilai penyaJian akun-akun dalam LK K/L
berdasarkan SAP.

Tahapan Reviu
2 3 . Untuk mendapatkan hasil yang memadai, reviu perlu dirancang dengan
baik pada tiap tahapan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, clan
pelaporan reviu.
24. Pada setiap tahapan reviu tersebut, Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan pihak­
pihak yang terkait, baik penyusun laporan keuangan pada tingkat UAPA
clan UAPPA-El maupun instansi pemeriksa keuangan yaitu BPK RI.

Kertas Kerja Reviu


2 5 . Sebagai bagian dari pertanggungjawaban clan dokumentasi pelaksanaan
reviu atas LK K/L, pereviu harus menyusun Kertas Kerja Reviu (KKR),
untuk menjelaskan mengenai :
a. pihak yang melakukan reviu (Aparat Pengawasan Intern atau pejabat
yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat pada
Kementerian Negara/Lembaga);
b. tingkatan unit akuntansi yang direviu (UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-El
atau UAPA);

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
c. aktivitas penyelenggaraan akuntansi dan komponen LK K/L {LRA,
LO, LPE, Neraca, dan CaLK) yang direviu;
d. asersi yang dinilai dan langkab-langkab reviu yang dilaksanakan
untuk menilai asersi; dan
e. basil pelaksanaan langkab- langkab rev1u dan simpulan serta
komentar pereviu.
2 6 . Untuk dapat menjamin pengendalian mutu rev1u atas LK K/L, maka
dilakukan reviu atas KKR secara berjenjang menurut peran dalam Tim
reviu.
2 7 . Penyusunan KKR dilakukan pada saat pelaksanaan reviu dan barus
didokumentasikan serta disimpan dengan baik, untuk kepentingan
penelusuran kembali basil reviu dan pelaksanaan reviu atas LK K/L
periode berikutnya.
2 8 . Untuk setiap unit akuntansi yang direviu, simpulan dalam KKR
selanjutnya dituangkan dalam bentuk Catatan Hasil Reviu {CHR) dan
Ikbtisar Hasil Reviu (IHR) .

Pelaporan Reviu
29. Pelaporan reviu pada pokoknya mengungkapkan tujuan dan alasan
pelaksanaan reviu, prosedur reviu yang dilakukan, kesalaban atau
kelemaban yang ditemui, langkab perbaikan yang disepakati, langkab
perbaikan yang telab dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak atau
belum dilaksanakan.
3 0. Pelaporan reviu dibuat pada setiap tingkatan unit akuntansi mulai dari
UAKPA sampai dengan UAPA yang disajikan dalam bentuk CHR dan IHR.
Adapun pada tingkat UAPPA-El dan UAPA dapat disusun Laporan Hasil
Reviu {LHR) yang merupakan kompilasi dari CHR dan IHR pada selurub
unit akuntansi di bawabnya.
3 1 . Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga untuk membuat Pernyataan Telab Direviu
pada tingkat UAPA, yang antara lain menyatakan bahwa:
a. reviu telab dilakukan atas LK K/L berupa LRA, LO, LPE, Neraca, dan
CaLK untuk periode yang berakhir pada tanggal pelaporan keuangan;
b. reviu dilaksanakan sesuai dengan Standar Reviu Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga;
c. semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalab
penyajian manajemen Kementerian Negara/Lembaga;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
d. tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai
akurasi, keandalan, clan keabsahan informasi LK K/L serta
pengakuan, pengukuran, clan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga;
e. ruang lingkup reviu jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan secara keseluruhan;
f. simpulan reviu yaitu apakah LK K/L telah atau belum disajikan
sesuai dengan SAP; clan
g. paragraf penjelas (apabila diperlukan) , yang menguraikan perbaikan
material dalam penyelenggaraan akuntansi clan/atau koreksi
penyajian LK K/L yang belum atau belum selesai dilakukan oleh unit
akuntansi.

Kamus lstilah
32. Dalam Standar Reviu ini yang dimaksud dengan:
1) Akurasi informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L secara
benar dan tepat.
2) Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga adalah
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung
kepada menteri/pimpinan lembaga.
3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
4) Arsip Data Komputer (ADK) adalah ars1p data berupa disket atau
media pehyimpanan digital lainnya. yang berisikan data transaksi,
data buku besar, dan/atau data lainnya.
5) Asersi adalah pernyataan pimpinan satuan kerja bahwa Laporan
Keuangan telah disusun berdasarkan SAi dan telah disajikan sesuai
dengan SAP.
6) Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
yang pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai dengan
peraturan pemerintah terkait.
7) Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
8) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah laporan yang
menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA dan Neraca
dalam rangka pengungkapan yang memadai.
9) Dokumen Sumber (DS) adalah dokumen yang berhubungan dengan
transaksi kel'.langan yang digunakan sebagai sumber atau bukti
untuk menghasilkan data akuntansi.
10) Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
1 1 ) Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang - undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban·berupa Laporan Keuangan.
1 2) Keabsahan informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L yang
didukung dengan dokumen sumber transaksi yang sah dan
memenuhi persyaratan ketentuan perundang-undangan.
1 3) Keandalan informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L yang
didasarkan pada fakta secara jujur, dapat diverifikasi, bebas dari
pengertian menyesatkan, dan bebas dari kesalahan material.
1 4) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) adalah Kementerian
Negara/Lembaga pemerintah non Kementerian Negara/Lembaga
Negara atau Bagian Anggaran APBN yang wajib membuat laporan
keuangan.
1 5) Laporan Keuangan (LK) adalah bentuk pertanggungjawaban
pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, laporan operasional, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih, clan
CaLK. bentuk pertanggungjawaban Kementerian Negara/Lembaga
atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan
h--

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
yang dihasilkan dari proses akuntansi.
16) Laporan Operasional (LO) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan.
1 7) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) adalah laporan yang menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
1 8) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing­
masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
1 9) Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab
atas pengelolaan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
2 0) Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
Kementerian Negara/Lembaga, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
2 1 ) Pelaporan transaksi adalah pengelompokan dan penyajian suatu
transaksi ke dalam akun Laporan Keuangan berdasarkan kriteria
yang diatur dalam SAP.
2 2) Pengakuan transaksi adalah penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu transaksi dalam catatan akuntansi sehingga
menjadi bagian yang melengkapi unsur akun Laporan Keuangan.
Kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh suatu transaksi untuk
diakui adalah: (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
yang berkaitan dengan transaksi tersebut akan mengalir keluar dari
atau masuk ke dalam entitas pelaporan; dan (b) transaksi tersebut
mempunyat nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi
dengan andal.
23) Pengukuran transaksi adalah penetapan nilai uang transaksi untuk
dapat diakui dan dimasukkan ke dalam akun Laporan Keuangan.
Pengukuran akun dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai
perolehan historis, dimana: (a) aset dicatat sebesar pengeluaran
kas/setara kas/nilai wajar dari imbatan yang diberikan untuk

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
memperoleh aset tersebut, dan (b) kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal.
24) Penyajian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga adalah
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian
Negara/Lembaga.
2 5) Penyelenggaraan akuntansi adalah serangkaian kegiatan pemrosesan
data untuk menghasilkan Laporan Keuangan, mulai dari
pengumpulan, pencatatan, dan pengikhtisaran data.
2 6) Pereviu adalah Aparat Pengawasan Intern Kementerian
Negara/Lembaga atau beberapa orang pejabat yang ditunjuk oleh
Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat pada Kementerian
Negara/Lembaga untuk melaksanakan tugas reviu LK K/L.
2 7) Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan
penyajian LK K/L oleh auditor Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga yang kompeten untuk memberikan
keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan
berdasarkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi dan
LK K/L telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk
menghasilkan LK K/L yang berkualitas.
2 8) Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian
Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
dari suatu program.
29) Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi, mulai
dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kemertterian
Negara/Lembaga.
30) Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi,
ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku, dan
keandalan penyajian Laporan Keuangan.
3 1) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah, dhi. Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun


www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
2010 clan Buletin Teknis (Bultek) yang diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.
32) Unit Akuntansi clan Pelaporan Keuangan adalah unit orgamsas1
Kementerian Negara/Lembaga yang bersifat fungsional yang
melaksanakan fungsi akuntansi clan pelaporan keuangan instansi
yang terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan clan Unit Akuntansi
Barang.
33) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) adalah unit
akuntansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat
satuan kerja.
34) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
adalah unit akuntansi ada tingkat wilayah atau unit kerja lain yang
ditetapkan sebagai UAPPA-W yang melakukart kegiatan
penggabungan Laporan Keuangan seluruh UAKPA yang berada dalam
wilayah kerjanya.
3 5) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-El)
adalah unit akuntansi pada tingkat Eselon I yang melakukan
kegiatan penggabungan Laporan BMN seluruh UAPPB-W yang berada
di wilayah kerjanya serta UAKPB yang langsung berada di bawahnya.
36) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) adalah unit akuntansi
pada tingkat kementerian negara/lembaga (Pengguna Anggaran) yang
melakukan kegiatan penggabungan Laporan Keuangan seluruh
UAPPA-El yang berada di bawahnya.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA '

ttd.

BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 255/PMK.09/ 2015

TENTANG
STANDAR REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -

DAFTAR ISi

Pendahuluan - 21 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tahapan Reviu . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 21 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Perencanaan Reviu . . . .. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
. . . . . . . . . . . . . . . . - 22 -. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pelaksanaan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 25 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pelaporan Reviu ....... .. . . . . . . . . . . . . . .. .


, . . . . . . . ..
. . . . . . . ..
. . . . . . . ·: . - 2 7 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Prosedur Reviu Tingkat UAKPA . ... . . . . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . .. . . - 29 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Prosedur Reviu Tingkat UAPPA-W . . . . . .. . .. . . . . . . .. .


. . . . . . . . . - 32 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Prosedur Reviu Tingkat UAPPA-E l . ... . .


. . . . . . . . . . . . . . . . - 33 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Prosedur Reviu Tingkat UAPA . . .


. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . - 34 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 1 : Contoh Formulir Surat Tugas. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 37 -


Format 2 : Contoh Formulir Kertas Kerja Reviu (KKR) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 39 - -

Format 3 : Contoh Formulir Catatan Hasil Reviu (CHR) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 4 7 -


Format 4: Contoh Formulir Ikhtisar Hasil Reviu (IHR) . . . . . . - 53 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 5 : Contoh Formulir Laporan Hasil Reviu (LHR) . . - 61 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 6 : Contoh Pernyataan Telah Direviu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 67 -


Format 7: Prosedur Reviu LRA UAKPA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 69 -
Format 8: Prosedur Reviu LO UAKPA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 77 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 9 : Prosedur Reviu LPE UAKPA . . - 97 -


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 1 0: Prosedur Reviu Neraca UAKPA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 9 9 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 1 1 : Prosedur Reviu CaLK dan Lampiran LK. . .- 151 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 1 2 : Prosedur Reviu LK UAPPA-W . . . . . . . . . - 161 -


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Format 13: Prosedur Reviu LK UAPPA-E l . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 1 63 -


Format 1 4 : Prosedur Reviu LK UAPA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 1 65 -

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

Pendahuluan
1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu atas LK K/L dimaksudkan sebagai
petunjuk pelaksanaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkan hasil reviu atas LK K/L, serta digunakan untuk pembinaan
dan peningkatan kualitas LK K/L.
2. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu atas LK K/L ini menguraikan kegiatan
yang perlu dilakukan pada tiap tahapan reviu, termasuk di dalamnya
prosedur reviu yang berisi serangkaian langkah yang dilaksanakan oleh
pereviu dalam menelaah penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK
K/L.
Tahapan Reviu
3. Tahapan reviu meliputi perencanaan rev1u, pelaksanaan reviu, dan
pelaporan reviu. Tahap perencanaan rev1u pada pokoknya meliputi
kegiatan untuk menyeleksi dan menentukan obyek reviu, proses
penyelenggaraan akuntansi dan akun LK K/L yang akan direviu, dan
pemilihan langkah - langkah reviu. Tahap pelaksanaan reviu mencakup
kegiatan penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan LK K/L pada
unit reviu, serta penyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR). Tahap pelaporan
reviu mencakup kegiatan penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR), Ikhtisar
Hasil Reviu (IHR), dan Laporan Hasil Reviu (LHR), yang dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat UAKPA sampai dengan tingkat UAPA.
4. Sebagai dukungan atas pelaksanaan reviu, pereviu dapat melakukan
pendampingan terhadap unit akuntansi Kementerian Negara/Lembaga
selama pelaksanaan pemeriksaan LK K/L oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Rangkaian aktivitas pendampingan pemeriksaan BPK
diawali melalui koordinasi dengan penyusun LK K/L pada tingkat UAPA
(Biro Perencanaan Keuangan Sekretariat Jenderal) dan penyusun LK K/L
pada tingkat UAPPA-E l (Bagian Keuangan Sekretariat Eselon 1 ). Kegiatan
ini dilakukan paling tidak pada tingkat E- 1 , namun tidak menutup
kemungkinan juga dilakukan pendampingan pada unit- unit akuntansi di
bawahnya sesuai dengan kebutuhan. Tujuan kegiatan pendampingan
adalah untuk membantu efektivitas pelaksanaan pemeriksaan LK K/L
oleh BPK. Sejumlah aktivitas yang dilakukan dalam pendampingan
pemeriksaan BPK antara lain adalah :
a. menjelaskan kepada BPK mengenai hasil reviu atas LK K/L agar
dapat digunakan oleh BPK;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -

b. . mendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan BPK;


c. mengantisipasi permasalahan/kendala yang dihadapi oleh unit
akuntansi pada saat pelaksanaan pemeriksaan LK K/L oleh BPK;
d. membantu penyamaan persepsi unit akuntansi terhadap temuan
hasil pemeriksaan BPK;
e. mendampingi unit akuntansi dalam pertemuan akhir dengan BPK
untuk membahas hasil pemeriksaan atas LK K/L; dan
f. mendorong unit akuntansi untuk segera memperbaiki LK K/L
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.
Pelaporan kegiatan pendampingan pemeriksaan BPK dikategorikan sebagai
laporan intern untuk kepentingan manajerial. Laporan dapat dibuat dalam
bentuk surat, laporan singkat atau Nota Dinas kepada pemberi tugas.
Dalam hal diperlukan laporan dapat disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga (tergantung pada substansi masalah yang dihadapi) .
Perencanaan Reviu
5. Tahapan perencanaan reviu diawali dengan pembangunan komitmen pada
tingkat Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga untuk menghasilkan LK
K/L yang berkualitas, yang diantaranya melalui penetapan target opini LK
K/L yang akan dicapai. Selanjutnya, apabila diperlukan maka Aparat
Pengawasan Intern (API) Kementerian Negara/Lembaga atau Sekretariat
Jenderal menetapkan fungsi yang membidangi dukungan peningkatan
kualitas LK K/L. Dalam menjalankan tugasnya, fungsi tersebut
melakukan koordinasi secara intensif dengan unit/lembaga terkait, seperti
penyusun LK K/L pada tingkat UAPA, penyusun LK K/L pada tingkat
UAPPA-El, dan BPK. Koordinasi diperlukan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan LK K/L, termasuk didalamnya
pendalaman temuan beserta tindak lanjut basil pemeriksaan BPK atas LK
K/L periode sebelumnya. Melalui koordinasi tersebut diharapkan akan
dapat menghasilkan perencanaan reviu yang efektif untuk menentukan
unit akuntansi dan akun-akun signifikan yang akan direviu. Tahapan
perencanaan reviu selanjutnya merupakan aktivitas perencanaan reviu
individual yang meliputi penyusunan tim reviu, pemahaman obyek reviu,
dan pemilihan prosedur reviu berbasis risiko yang akan digunakan.
6. Penyusunan tim reviu dilaksanakan dengan mempertimbangkan
persyaratan kompetensi yang secara kolektif harus terpenuhi. Tim reviu
sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu Anggota Tim (AT) dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -

Ketua Tim (KT), serta apabila diperlukan dilengkapi dengan Pengendali


Teknis (PT) dan Peng�ndali Mutu (PM) untuk lebih dapat menjamin
pengendalian mutu reviu atas LK K/L. Sebagai dasar pelaksanaan
penugasan rev1u atas LK K/L maka pimpinan API atau Sekretaris
Jenderal/pejabat yang setingkat pada Kementerian Negara/Lembaga
membuat dan menandatangani Surat Tugas Reviu. Surat Tugas Reviu
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai pemberi tugas (pimpinan API

atau Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat pada Kementerian


Negara/Lembaga) dan susunan Tim, tujuan, ruang lingkup, lokasi, serta
jangka waktu pelaksanaan reviu. Contoh bentuk Surat Tugas disajikan
pada Format 1 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
7. Penyeleksian dan penentuan obyek reviu dilakukan dengan menggunakan
kriteria-kriteria antara lain sebagai berikut :
a. Materialitas. Unit akuntansi yang mempunyai saldo akun LRA, LO,
LPE, atau Neraca yang relatif besar, yang tercermin dalam data LK
K/L periode pelaporan sebelumnya (diutamakan berasal dari data LK
K/L yang sudah diaudit oleh BPK) .
b. Kepatuhan Penyampaian LK K/L dan Kualitas LK K/L. Unit
akuntansi yang tidak mematuhi batas waktu penyampaian LK K/L
dan/atau unit akuntansi yang LK K/L-nya tidak disusun
berdasarkan SAi dan tidak disajikan sesuai dengan SAP, meski
memenuhi batas waktu penyampaian LK K/L.
c. Signifikansi. Unit akuntansi yang menghadapi permasalahan LK K/L
yang signifikan, yang antara lain tercermin dalam hasil audit BPK
atas LK K/L dan/atau hasil reviu sebelumnya.
d. Ketersediaan Sumber Daya. Penentuan jumlah unit akuntansi yang
akan direviu disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya pereviu.
8. Pemahaman atas obyek rev1u dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran mengenai proses bisnis dan penyelenggaraan akuntansi pada
unit akuntansi yang bersangkutan (UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-El dan
UAPA) guna memahami garis besar sifat transaksi, sistem dan prosedur
akuntansi, bentuk catatan akuntansi, dan basis akuntansi yang
digunakan untuk menyajikan LK K/L. Pemahaman tersebut antara lain
dilakukan dengan memahami :
a. LK K/L Triwulanan/Semesteran/Tahunan untuk periode berjalan
atau periode sebelumnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

b. Hasil reviu dan/atau audit atas LK K/L sebelumnya.


c. Bagan organisasi unit akuntansi, khususnya unit organisasi yang
menangam pengelolaan BMN dan penyelenggaraan akuntansi,
termasuk pemahaman atas kompetensi pegawai yang bertugas
menangani penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan BMN.
d. Peraturan dan ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kegiatan operasional unit akuntansi.
e. Standar Akuntansi Pemerintahan, Kebijakan Akuntansi, dan Sistem
Akuntansi Instansi beserta aturan terkait lainnya.
9. Pemilihan prosedur reviu dimaksudkan untuk menentukan langkah­
langkah reviu yang tepat, dengan mempertimbangkan pada:
a. Tingkatan unit akuntansi yang direviu, yaitu apakah UAKPA, UAPPA­
W, UAPPA-El atau UAPA.
b. Pertimbangan dan justifikasi perev1u berkaitan dengan
penyelenggaraan akuntansi dan akun yang akan direviu, yaitu:
a) apakah penyelenggaraan akuntansi atau akun LRA, LO, LPE,
Neraca, dan segmen dalam CaLK yang akan direviu.
b) apakah semua akun (baik LRA, LO, LPE, maupun Neraca) atau
akun tertentu saja (baik LRA, LO, LPE, maupun Neraca) yang
akan direviu. Penentuan akun LRA dan/atau Neraca yang akan
direviu, dapat didasarkan pada:
• rtilai (besar atau kecilnya) saldo akun;
• potensi kesalahan dalam penyajian akun sesuai SAP, yang
tercermin dalam hasil audit BPK atas LK K/L dan/atau hasil
reviu sebelumnya atas LK K/L;
c) apakah semua segmen CaLK atau segmen tertentu CaLK saJa
yang akan direviu;
d) apakah semua rangkaian aktivitas penyelenggaraan akuntansi
atau aktivitas penyelenggaraan akuntansi tertentu Sa.Ja yang
akan direviu. Penentuan aktivitas penyelenggaraan akuntansi
yang akan direviu, dapat didasarkan pada:
• pertimbangan kompetensi pegawai yang bertugas menangani
penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan BMN;
• pemahaman atas alur kerja _penyelenggaraan akuntansi dan
pelaporan BMN;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -

• kelemahan penyelenggaraan akuntansi yang signifikan, yang


tercermin dalam hasil audit BPK atas LK K/L dan/atau hasil
reviu sebelumnya atas LK K/L;
c. Rencana penggunaan alat bantu berbasis komputer dalam
pelaksanaan reviu.
Pelaksanaan Reviu
10. Rangkaian kegiatan dalam tahap pelaksanaan rev1u dilakukan melalui
koordinasi dengan penyusun LK K/L pada tingkat UAPA (Biro
Perencanaan Keuangan Sekretariat Jenderal) dan penyusun LK K/L pada
tingkat UAPPA-El (Bagian Keuangan Sekretariat Eselon 1 ). Koordinasi
tersebut diperlukan terkait dengan perribahasan mengenai komunikasi
atas rencana pelaksanaan reviu kepada unit-unit vertikal, pembahasan
hasil reviu, dan penyelesaian masalah pada tingkat kebijakan. Tahap
pelaksanaan reviu meliputi identifikasi permasalahan pada proses
penyelenggaraan akuntansi dan peyajian LK K/L serta pemberian saran
perbaikan dan bantuan kepada unit akuntansi agar segera dapat
memperbaiki kesalahan dan kelemahan yang terjadi. Apabila diperlukan,
pada tahap ini API Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan
koordinasi dengan BPK.
Kegiatan yang tercakup pada tahap ini meliputi pengumpulan data
dan/atau informasi, penelaahan penyelenggaraan akuntansi dan laporan
keuangan, dan penyusunan kertas kerja reviu.
1 1 . Metode Pengumpulan Data dan/atau Info!masi. Berkaitan dengan konsep
dasar reviu yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
berjenjang yang meliputi tingkat U}.i-KPA, UAPPA-W, UAPPA-E l sampai
dengan UAPA, pereviu perlu mempertimbangkan metode pengumpulan
data dan/atau informasi yang efektif untuk mendukung pelaksanaan
reviu secara optimal. Apabila lokasi UAKPA yang menjadi obyek reviu
tersebar secara geografis, maka aktivitas pengumpulan data dan/atau
informasi dapat dilakukan dengan meminta para penanggung jawab
dan/atau petugas akuntansi pada masing- masing UAKPA untuk hadir di
UAPPA- W dengan terlebih dahulu menyiapkan dan membawa data
dan/atau informasi yang diperlukan oleh pereviu. .
1 2. Penelaahan Penyelenggaraan Akuntansi dan Laporan Keuangan. Dalam
tahapan ini, pereviu melakukan penelaahan atas penyelenggaraan
akuntansi dan LK K/L pada unit akuntansi yang telah ditetapkan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -

sebelumnya clalam tahap perencanaan rev1u. Penelaahan clilaksanakan


clengan berpecloman pacla proseclur reviu pacla masing-masing unit
akuntansi yang clisusun clengan menggunakan kerangka sebagai berikut:
a. Langkah-langkah reviu untuk seluruh akun LK K/L;
b. Langkah-langkah reviu per akun LK K/L, yang berisi:
1) Tujuan proseclur reviu, yaitu untuk memastikan kesesuaian
pengakuan, pengukuran, clan pelaporan transaksi clengan SAP
clan terpenuhinya akurasi, kehandalan dan keabsahan informasi
dalam LK K/L;
2) Dokumen yang cliperlukan untuk kepentingan reviu akun LK
K/L;
3) Langkah-langkah reviu akun LK K/L; clan
4) Prinsip clasar rev1u, yaitu apabila perev1u menemukan
kelemahan clalam penyelenggaraan akuntansi clan/atau
kesalahan clalam penyajian LK K/L, maka pereviu bersama­
sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan perbaikan
dan/atau koreksi atas kelemahan clan/atau kesalahan tersebut
secara berjenjang.
Pereviu clapat memilih proseclur reviu yang dibutuhkan berclasarkan
berbagai pertimbangan sebagaimana cliuraikan pacla tahap Perencanaan
Reviu. Selanjutnya pereviu clapat menambah, mengurangi, memperluas
atau memperclalam langkah-langkah reviu, apabila menurut
pertimbangan dan justifikasi pereviu hal tersebut harus dilakukan.
1 3 . Penyusunan Kertas Kerja Reviu. Sebagai bagian clari pertanggungjawaban
clan dokumentasi pelaksanaan reviu atas LK K/L maka p�reviu harus
menyusun Kertas Kerja Reviu (KKR), untuk menjelaskan mengenai:
a. Pihak yang melakukan reviu (API atau pejabat yang clitunjuk oleh
Sekretaris Jencleral/pejabat yang setingkat pacla Kementerian
Negara/Lembaga);
b. Pacla tingkatan unit akuntansi mana reviu dilakukan (UAKPA,
UAPPA-W, UAPPA-El atau UAPA);
c. Aktivitas penyelenggaraan akuntansi clan komponen LK K/L (LRA,
LO, LPE, Neraca, CaLK) yang clireviu;
cl. Asersi yang clinilai clan langkah-langkah reviu yang clilaksanakan
untuk menilai asersi; clan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -

e. Hasil pelaksanaan langkah-langkah rev1u dan simpulan/catatan


perev1u.
'

Untuk lebih dapat menjamin pengendalian mutu reviu atas LK K/L, maka
KKR yang disusun oleh AT harus direviu oleh KT, untuk selanjutnya
disetujui oleh PT apabila diperlukan. Reviu dan persetujuan atas KKR
dibuktikan dengan membubuhkan inisial, paraf/tanda tangan dan tanggal
saat KKR tersebut direviu dan disetujui. Penyusunan KKR dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan reviu, dengan menggunakan contoh
sesuai Format 2 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. KKR harus
didokumentasikan dan disimpan dengan baik, untuk kepentingan
penelusuran kembali hasil reviu dan pelaksanaan reviu atas LK K/L
berikutnya.
Pelaporan Reviu
14 . Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada
pertanggungjawaban pelaksanaan rev1u yang pada pokoknya
mengungkapkan prosedur rev1u yang dilakukan, kesalahan atau
kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati, langkah
perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak atau
belum dilaksanakan. Laporan tersebut merupakan dasar penyusunan
Pernyataan Telah Direviu.
15. Pelaporan reviu dibuat pada setiap tingkatan unit akuntansi mulai dari
UAKPA sampai dengan UAPA yang disajikan dalam bentuk CHR dan IHR.
Adapun pada tingkat UAPPA-El dan UAPA dapat disusun Laporan Hasil
Reviu (LHR) yang merupakan kompilasi dari CHR dan IHR pada seluruh
unit akuntansi di bawahnya.
16. Penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR). Dalam hal pereviu menyimpulkan
terdapat penyusunan LK K/L yang belum diselenggarakan berdasarkan
SAi dan/atau penyajian LK K/L belum sesuai dengan SAP, maka pereviu
harus membuat Catatan Hasil Reviu (CHR) kepada unit akuntansi yang
terkait. Hal-hal yang harus diuraikan dalam CHR antara lain adalah :
a. Penyelenggaraan akuntansi yang harus diperbaiki dan/atau LK K/L
(LRA, LO, LPE, Neraca, CaLK) yang harus dikoreksi.
b. Permasalahan yang dihadapi oleh unit akuntansi dalam penyusunan
LK K/L berdasarkan SAi dan/atau penyajian LK K/L sesuai SAP.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -

c. Tindakan perbaikan clan/atau koreksi yang disepakati oleh pereviu


clan unit akuntansi clan telah atau akan dilakukan oleh unit
akuntansi.
d. Tindakan perbaikan clan/atau koreksi yang disarankan oleh pereviu
tetapi tidak disepakati clan dilaksanakan oleh unit akuntansi.
Dalam hal unit akuntansi belum atau belum selesai melakukan perbaikan
clan/atau koreksi yang tertuang dalam CHR, baik yang disepakati
ataupun tidak, sampai dengan menjelang batas waktu penyampaian LK
K/L kepada Menteri Keuangan (minggu ke-3 Juli atau minggu ke-3
Februari), maka koreksi clan/atau perbaikan yang belum dilaksanakan
tersebut dituangkan dalam paragraf penjelasan Pernyataan Telah Direviu.
Contoh bentuk CHR disajikan dalam Format 3 Lampiran II Peraturan
Menteri Keuangan ini.
1 7 . Penyusunan Ikhtisar Hasil Reviu (IHR) . Untuk memudahkan pengguna
hasil reviu dalam memahami hasil reviu yang berkaitan dengan penyajian
LK K/L, pereviu menyusun IHR yang berisi tabulasi tiap akun yang
menggambarkan nilai akun sebelum koreksi, usulan koreksi clan nilai
sesudah koreksi. Usulan koreksi dalam IHR mencakup seluruh usulan
koreksi, baik yang ditemukan pada unit akuntansi bersangkutan maupun
unit akuntansi di bawahnya. Contoh bentuk IHR disajikan dalam Format
4 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
1 8 . Penyusunan Laporan Hasil Reviu (LHR). Laporan ini dapat disusun pada
tingkatan UAPPA-El clan UAPA sebagai gabungan dari CHR clan IHR unit
akuntansi di bawahnya. Tujuan penyusunan LHR adalah untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap hasil reviu yang dilakukan.
LHR dapat disusun dengan contoh seperti pada Format 5 Lampiran II
Peraturan Menteri Keuangan ini.
1 9 . Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga untuk membuat Pernyataan Telah Direviu
pada tingkat UAPA, yang antara lain menyatakan bahwa:
a. reviu telah dilakukan atas LK K/L berupa LRA, LO, LPE, Neraca, clan
CaLK untuk periode yang berakhir pada tanggal pelaporan keuangan;
b. reviu dilaksanakan sesuai dengan Standar Reviu Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Leinbaga;
c. semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah
penyajian manajemen Kementerian Negara/Lembaga;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -

d. tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai


akurasi, kehandalan, dan keabsahan informasi LK K/L serta
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga;
e. ruang lingkup reviu jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan secara keseluruhan;
f. simpulan reviu yaitu apakah LK K/L telah atau belum disajikan
sesuai dengan SAP; dan
g. Paragraf penjelas (apabila diperlukanJ , yang menguraikan perbaikan
penyelenggaraan akuntansi dan/atau koreksi penyajian LK K/L yang
belum atau belum selesai dilakukan oleh unit akuntansi.
Contoh format Pernyataan Telah Direviu disajikan dalam Format 6
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
Prosedur Reviu Tingkat UAKPA
2 0. Laporan Realisasi Anggaran. Prosedur reviu LRA tingkat UAKPA
bertujuan untuk memastikan bahwa pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun LRA telah sesuai dengan SAP serta akurasi, kehandalan
dan keabsahan LRA telah terpenuhi. Prosedur reviu LRA UAKPA disusun
dengan menggunakan kerangka sebagai berikut:
a. Langkah-langkah reviu untuk seluruh akun LRA;
b. Langkah-langkah reviu per akun LRA, yang berisi:
1) Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan kesesuaian
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun dengan SAP serta
terpenuhinya akurasi, kehandalan dan keabsahan informasi
dalam LRA;
2) Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu akun LRA;
3) Langkah-langkah reviu akun LRA; dan
4) Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan dalam
mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan
keuangan (termasuk keterlambatan dalam penyampaian LK unit
akuntansi) , maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas
kelemahan dan/atau kesafahan tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu LRA UAKPA diuraikan dalam Format 7 Lampiran
II Peraturan Menteri Keuangan ini.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -

2 1 . Laporan Operasional. Prosedur reviu LO tingkat UAKPA bertujuan untuk


memastikan bahwa pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun LO
telah sesuai dengan SAP serta akurasi, kehandalan dan keabsahan LO
telah terpenuhi. Prosedur reviu LO UAKPA disusun dengan menggunakan
kerangka sebagai berikut :
a. Langkah-langkah reviu untuk seluruh akun LO;
b. Langkah-langkah reviu per akun LO, yang berisi :
1) Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan kesesuaian
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun dengan SAP serta
terpenuhinya akurasi, kehandalan dan keabsahan informasi
dalam LO;
2) Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu akun LO ;
3) Langkah-langkah reviu akun LO; dan
4) Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan dalam
mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan
keuangan (termasuk keterlambatan dalam penyampaian LK unit
akuntansi), maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas
kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu LO UAKPA diuraikan dalam Format 8 Lampiran II
Peraturan Menteri Keuangan ini.
22 . Laporan Perubahan Ekuitas Prosedur reviu LPE UAKPA bertujuan untuk
memastikan bahwa pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun LPE
telah sesuai dengan SAP serta akurasi, kehandalan dan keabsahan LPE
telah terpenuhi. Prosedur rev1u LPE UAKPA disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Langkah-langkah reviu untuk seluruh akun LPE;
b. Langkah-langkah reviu per akun LPE, yang berisi :
1) Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan kesesuaian
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun dengan SAP serta
terpenuhinya akurasi, kehandalan dan keabsahan informasi
dalam LPE;
2) Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu akun LPE;
3) Langkah-langkah reviu akun LPE; dan
4) Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan dalam
mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -

keuangan (termasuk keterlambatan dalam penyampaian LK unit


akuntansi), maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas
kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu LPE UAKPA diuraikan dalam Format 9 Lampiran
II Peraturan Menteri Keuangan ini.
2 3 . Neraca. Prosedur reviu Neraca UAKPA bertujuan untuk memastikan
bahwa pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun Neraca telah sesuai
dengan SAP serta akurasi, kehandalan dan keabsahan Neraca telah
terpenuhi. Prosedur reviu Neraca UAKPA disusun dengan menggunakan
kerangka sebagai berikut :
a. Langkah-langkah reviu untuk seluruh akun Neraca;
b. Langkah-langkah reviu per akun Neraca, yang berisi :
1) Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan kesesuaian
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan akun dengan SAP serta
terpenuhinya akurasi, kehandalan dan keabsahan informasi
dalam Neraca;
2) Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu akun
Neraca;
3) Langkah-langkah reviu akun Neraca; dan
4) Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan dalam
mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan
keuangan (termasuk keterlambatan dalam penyampaian LK unit
akuntansi), maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas
kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu Neraca UAKPA diuraikan dalam Format 10
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
24 . CaLK dan Lampiran LK UAKPA. Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK
UAKPA bertujuan untuk memastikan bahwa aspek formal LK UAKPA clan
kecukupan pengungkapan informasi dalam CaLK UAKPA telah terpenuhi.
Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAKPA disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya aspek
formal LK UAKPA dan kecukupan pengungkapan informasi dalam
CaLK UAKPA;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -

b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu CaLK dan


Lampiran LK UAKPA;
c. Langkah-langkah reviu segmen CaLK dan Lampiran LK UAKPA; dan
d. Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAKPA diuraikan dalam
Format 11 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.

Prosedur Reviu Tingkat UAPPA-W


2 5 . Laporan Realisasi Anggaran, LO, LPE, dan Neraca. Berdasarkan prose �
pelaporan keuangan tingkat UAPPA-W yang diuraikan pada Bab I angka 2
butir 2), prosedur reviu LRA, LO, LPE dan Neraca tingkat UAPPA-W
dititikberatkan pada penelaahan atas proses kompilasi LRA, LO, LPE, dan
Neraca UAKPA yang berada dibawahnya serta proses rekonsiliasi Laporan
Keuangan Tingkat UAPPA-W dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (Ditjen PBN) . Prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan
Neraca UAPPA-W disusun dengan menggunakan kerangka sebagai
berikut:
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya
akurasi, kehandalan, dan keabsahan LRA, LO, LPE, dan Neraca
UAPPA-W;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu LRA, LO, LPE,
dan Neraca ·UAPPA-W;
c. Langkah-langkah reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPPA-W; dan
d. Prinsip dasar rev1u, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPPA-W diuraikan
dalam Format 12 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
2 6 . CaLK dan Lampiran LK UAPPA-W. Prosedur reviu CaLK dan Lampiran
LK UAPPA-W bertujuan untuk memastikan bahwa aspek formal LK

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -

UAPPA-W dan kecukupan pengungkapan informasi dalam CaLK UAPPA-W


telah terpenuhi. Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPPA-W disusun
dengan menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya aspek
formal LK UAPPA-W dan kecukupan pengungkapan informasi dalam
CaLK UAPPA-W;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan rev1u CaLK dan
Lampiran LK UAPPA-W;
c. Langkah-langkah rev1u segmen CaLK dan Lampiran LK UAPPA-W;
clan
d. Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan 'dan/atau kesalahan
tersebut secara berjenjang.
Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPPA-W serupa dengan prosedur
reviu CaLK dan Lampiran LK UAKPA (Format 1 1 Lampiran II Peraturan
Menteri Keuangan ini) .

Prosedur Reviu Tingkat UAPPA-El


2 7 . Laporan Realisasi Anggaran, LO, LPE, dan Neraca. Berdasarkan proses
pelaporan keuangan tingkat UAPPA-E l yang diuraikan pada Bab I angka
2 butir 3 ), prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca tingkat UAPPA-E l
dititikberatkan pada penelaahan atas proses kompilasi LRA, LO, LPE, dan
Neraca UAPPA-W dan Badan Layanan Umum · (BLU) yang berada
dibawahnya serta proses rekonsiliasi Laporan Keuangan Tingkat UAPPA­
El dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) .
Selain itu, mengingat kemungkinan bahwa terdapat UAKPA Kantor Pusat
atau UAKPA Dana Dekonsentrasi/�gas Pembantuan atau yang
melakukan pelaporan keuangan secara langsung ke UAPPA-E l maka
penelaahan juga dilakukan untuk proses kompilasinya di tingkat UAPPA­
El .
Prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPPA-E l disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -

· a. Tujuan prosedur rev1u, yaitu untuk memastikan terpenuhinya


akurasi, kehandalan, dan keabsahan LRA, LO, LPE, dan Neraca
UAPPA-El;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan rev1u LRA, LO, LPE,
dan Neraca UAPPA-El;
c. Langkah-langkah reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPPA-El; dan
d. Prinsip dasar rev1u, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
tersebut secara berjenjang.
Rincian prosedur reviu LRA dan Neraca UAPPA-El diuraikan dalam
Format 13 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
2 8 . CaLK dan Lampiran LK UAPPA-El . Prosedur reviu CaLK dan Lampiran
LK UAPPA-El bertujuan untuk memastikan bahwa aspek formal LK
UAPPA-El dan kecukupan pengungkapan informasi dalam CaLK UAPPA­
El telah terpenuhi. Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPPA-El
disusun dengan menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya aspek
formal LK UAPPA-El dan kecukupan pengungkapan informasi dalam
CaLK UAPPA-E l ;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu CaLK dan
Lampiran LK UAPPA-El;
c. Langkah-langkah reviu segmen CaLK dan Lampiran LK UAPPA-El;
clan
d. Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
tersebut secara berjenjang.
Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPPA-El serupa dengan prosedur
reviu CaLK dan Lampiran LK UAKPA ( Format 11 Lampiran II Peraturan
Menteri Keuangan ini).
Prosedur Reviu Tingkat UAPA
29 . Laporan Realisasi Anggaran, LO, LPE, dan Neraca. Berdasarkan proses
pelaporan keuangan tingkat UAPA yang diuraikan pada Bab I angka 2

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -

butir 4), prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca tingkat UAPA
dititikberatkan pada penelaahan atas proses kompilasi LRA LO, LPE, dan
Neraca UAPPA-El yang berada dibawahnya serta proses rekonsiliasi
Laporan Keuangan UAPA dengan Dit. APK.
Prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPA disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya
akurasi, kehandalan, dan keabsahan LRA, LO, LPE, dan Neraca
UAPA;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu LRA, LO, LPE,
dan Neraca UAPA;
c. Langkah-langkah reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPA; dan
d. Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
·

tersebut secara berjenjang.


Rincian prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPA diuraikan dalam
Format 14 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
3 0 . CaLK dan Lampiran LK UAPA. Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK
UAPA bertujuan untuk memastikan bahwa aspek formal LK UAPA dan
kecukupan pengungkapan informasi dalam CaLK UAPA telah terpenuhi.
Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPA disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya aspek
formal LK UAPA dan kecukupan pengungkapan informasi dalam
CaLK UAPA;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu CaLK dan
Lampiran LK UAPA;
c. Langkah-langkah reviu segmen CaLK dan Lampiran LK UAPA; dan
d. Prinsip dasar rev1u, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akunt.ansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/a tau kesalahan
tersebut secara berjenjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -

Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPA serupa dengan prosedur reviu
CaLK dan Lampiran LK UAKPA (Format 11 Lampiran II Peraturan Menteri
Keuangan ini) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -

FORMAT 1:

CONTOH FORMULIR SURAT TUGAS

[Nama Kementerian Negara/ Lembaga]


[Inspektorat Jenderal]

SURAT TUGAS
[Nomor Surat Tugas]

Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Sekretaris Jenderal/pejabat yang


setingkat pada · Kementerian Negara/Lembaga [Nama Kementerian
Negara/Lembaga], dengan m1 menugaskan kepada nama-nama yang
tercantum di bawah ini:

�-'���--=�-���;��;��:�::-��� :���-=�
I. . . _ . . . . . . . . .- . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. .. .. . . . . ... . ... . .._ _ -·· - -········ ·- ··-· ��.(���1.::.!. ��---�-�-�1.��---�-�-��--�:��L._. . . . .
-·· ·-- - ·---·············

[ ···- ·· · -······--· ··--·--·····-········ ··-·············· ·····------··· ··-· · ··-·- ···---·-·· ···--····-·· --- --- --- -��< ���-1.::.L�� -��-�1._i_..
- - � .:�.1.�-�- -�-�=�-�
- ---------············

untuk melaksanakan reviu atas Laporan Keuangan [Nama Kementerian


Negara/ Lembaga] untuk periode yang berakhir pada tanggal [Tanggal
Pelaporan] .
Reviu dimaksud ditujukan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai
akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi serta kesesuaian pengukuran,
pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) ,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) serta proses pelaporan
keuangan pada:

• Unit Akuntansi Kuasa : [Sebutkan nama UAKPA dan lokasinya]


Pengguna Anggaran (UAKPA)
• Unit Akuntansi Pembantu : [Sebutkan nama UAKPA dan lokasinya]
Pengguna Anggaran Wilayah
(UAPPA-W)
• Unit Akuntansi Pembantu : [Sebutkan nama UAKPA dan lokasinya]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -

Pengguna Anggaran Eselon I


(UAPPA-El)

Reviu dilaksanakan selama . . . . . ( . . . . . . . . . . . ) hari, mulai tanggal [tanggal mulai]


. . . . .

sampai dengan tanggal [tanggal selesai) .

Demikian surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

[Nama Kota], [Tanggal-Bulan-Tahun]


Inspektur Jenderal

[Nama Terang]
[NIP]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -

FORMAT 2:

CONTOH FORMULIR KERTAS KERJA REVIU (KKR)

[Nama Kementerian Negara/Lembaga] No. Indeks KKR [1]


[Inspektorat Jenderal] Disusun oleh/Tanggal [2 )
Direviu 'oleh/Tanggal [3 )
Disetujui oleh/Tanggal [4)
UAPA D [5]

UAPPA-E l D [6]

UAPPA-W D [7 )

UAKPA D [8]

Komponen LK [9] D LRA D LO D LPE

D Neraca D CaLK

Akun/ Segmen [ 1 0]
Penyelengga raan
Akuntansi

[1 1]

[ 1 5]

. Petunjuk Pengisian:
[1] Diisi dengan Nomor Indeks KKR.
[2] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan.
[3] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu .
[4] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
[SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA­
El).
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-
W) .
[8] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu.
[9] Dicontreng Laporan Keuangan yang direviu.
[ 1 0] Diisi dengan akun yang menjadi ruang lingkup KKR.
[ 1 1] Diisi dengan langkah-langkah reviu yang dipilih.
[ 1 2] Diisi dengan judul KKR Pendukung untuk tiap Jangkah reviu.
[ 1 3] Diisi dengan Nomor Indeks KKR Pendukung.
[ 1 4] Diisi dengan Kesimpulan atas pelaksanaan langkah-langkah reviu .
[ 1 5] Diisi dengan Komentar-komentar dari Pereviu KKR atau pemberi persetujuan KKR.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -

CONTOH PENGISIAN KERTAS KERJA REVIU (KKR) LRA UAKPA


AKUN BELANJA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia ·


N o . Indeks KKR KKR.BEL

Inspektorat Jenderal Disusun oleh/Tanggal JT/ l l -Jan- 1 6


Direviu oleh/Tanggal LW / 1 1 -Jan- 1 6
Disetujui oleh/Tanggal WT/ l l -Jan- 1 6

UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-E l D Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA x Kantor Pelayanan Pajak " 1 23'

Komponen LK X LRA D LO D LPE

D Neraca D CaLK
Akun/Segmen Belanja
Penyelenggaraan
Akuntansi

:;��;''!' ,l!c1::.
1 . Teliti apakah rekonsiliasi Belanj a telah dilakukan antara unit akuntansi dengan KPPN melalui permintaan
keterangan dan penelusuran ke Berita Acara Rekonsiliasi.
2. Lakukan uji petik atas transaksi Belanja dan teliti apakah setiap transaksi tersebut telah didukung dokumen
pengeluaran yang sah, melalui penelusuran ke dokumen SPM dan SP2D.
3 . Teliti apakah pengembalian Belanja hanya merupakan trarisaksi pengembalian Belanja untuk periode
berjalan, melalui permintaan keterangan dan penelusuran jumal transaksi ke dokumen SSPB.
4. Teliti apakah pengembalian Belanj a periode sebelumnya telah diakui dan dicatat sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak, dengan melakukan permintaan
. keterangan dan penelusuran jurnal trarisaksi ke dokumen
�B�

!ij���:·'.fi�1�����\�1i(F.�.i\·:···
1 . Penelaahan Rekonsiliasi Belanja dengan KPPN BEL- 1 . 0

2 . Uji Petik SPM dan SP2D BEL-2 . 0

3 . Penelaahan Pengembalian Belanja Periode Berjalan BEL-3 . 0

4 . Penelaahan Pengembalian Belanja Periode Sebelumnya BEL-4. 0

:�l�1PS4�,·'
1 . Terdapat 2 buah SP2D belanja modal yang belum diinput senilai Rp l S0.000.000,00.

2 . Setiap transaksi hasil uji petik telah sesuai dengan dokumen yang sah.

3 . Pengembalian Belanj a Periode Berjalan telah dicatat sebagai pengembalian belanj a.

4. Pengembalian Belanj a Periode Sebelumnya telah dicatat sebagai PNBP.

KKR telah lengkap .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -

CONTOH PENGISIAN KERTAS KERJA REVIU (KKR) LO UAKPA


AKUN PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK

Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. lndeks KKR KKR.PNBPLO

lnspektorat Jenderal Disusun oleh/Tanggal JT/ l l -Jan- 1 6


Direviu oleh/Tanggal LW / l l -Jan- 1 6
Disetujui oleh /Tanggal WT/ l l -Jan- 1 6
UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-El D Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA x Kantor Pelayanan Pajak " 1 23'

Komponen LK D LRA X LO D LPE

D Neraca D CaLK
Akun / Segmen Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penyelenggaraan Akuntansi

\t�#J��;�,,���
� �
1 . Teliti apakah seluruh PNBP-LO tahun berjalan telah dicatat ke dalam Buku Besar sesuai dengan dokumen
sumber.
2. Teliti apakah PNBP-LO diakui/ dicatat pada saat timbulnya hak/kewajiban dan tidak semata-mata p ada saat kas
masuk/keluar ke/dari kas negara dengan melakukan uji petik ke dokumen sumber.
3. Teliti apakah PNBP-LO Diterima Dimuka yang merupakan pendapatan pada periode berjalan telah dilakukan
penyesuaian.
4. Teliti apakah PNBP-LO Yang Masih Harns Diterima yang merupakan pendapatan pada periode berj alan telah
dilakukan penyesuaian.
5. Teliti apakah informasi terkait PNBP-LO telah disajikan secara memadai dalam CaLK.

1 . Penelaahan Dokumen Sumber dengan Buku Besar PNBPLO- 1 . 0

2 . Penelaahan Pengakuan PNBP-LO PNBPL0 -2 . 0

. 3 . Penelaahan Penyesuaian PNBP Diterima Dimuka PNBPL0 - 3 . 0

4 . Penelaahan Penyesuaian PNBP Yang Masih H arn s Diterima PNBPLO -4 . 0

5 . Penelaahan CaLK PNBP-LO PNBPL0 - 5 . 0

1 . Seluruh PNBP-LO telah dicatat k e dalam Buku Besar sesuai dengan dokumen sumber.

2. Dari basil uji petik, PNBP-LO telah diakui/ dicatat pada saat timbulnya hak/kewajiban dan tidak semata-mata
pada saat kas masuk/keluar ke /dari kas negara sesuai dengan dokumen sumber.

3. PNBP-LO lebih saji sebesar Rp25 . 000.000, karena satker belum melakukan penyesuaian atas PNBP Diterima
Dimuka yang bukan merupakan pendapatan periode berjalan sebesar Rp2 5 . 000.000.

4 . PNBP-LO Yang Masih Harus Diterima yang merupakan pendapatan pada periode berjalan telah dilakukan
penyesuaian.

5. CaLK PNBP-LO telah disajikan secara memadai.

KKR telah lengkap .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -

CONTOH PENGISIAN KERTAS KERJA REVIU (KKR) LPE UAKPA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. lndeks KKR KKR.LPE

Inspektorat Jenderal Disusun oleh/Tanggal JT/ l l -Jan- 1 6


Direviu oleh/Tanggal LW/ l l -Jan- 1 6

Disetujui oleh/Tanggal WT/ l l -Jan- 1 6

UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-E l 0 Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA x Kantor Pelayanan Pajak " 1 23'

Komponen LK D LRA D LO X LPE

D Neraca D CaLK

Akun/ Segmen LPE


Penyelenggaraan
Akuntansi

·
:.���1¥.�����-�-�P.�l��Ji · · ·. · ·�r�;�*�::��i��,�{!;�- �: 5���t�f���i����.:. ;/
.

1. Teliti apakah Saldo Awal Ekuitas telah sesuai dengan Saldo Ekuitas Neraca periode sebelurnny a.
2. Teliti apakah setiap Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/ Kesalahan Mendasar telah
didukung dengan dokumen sumber.
3. Teliti apakah nilai akun Diterima Dari Entitas Lain (DDEL) dalam Neraca Percobaan telah sesuai dengan nilai
Pendapatan dalam LRA. Contoh: ketidaksesuaian DDEL dengan Pendapatan disebabkan salah jurnal oleh
operator.
4. Teliti apakah nilai akun Ditagihkan Ke Entitas Lain (OKEL) dalam Neraca Percobaan telah sesuai dengan
nilai belanja dalam LRA. Contoh: ketidaksesuaian OKEL dengan Pendapatan disebabkan salah jurnal oleh
operator.
5. Teliti apakah seluruh aset yang diterima oleh satker yang berasal d ari luar entitas akuntansi telah tercatat
pada akun Transfer Masuk.
6. Teliti apakah seluruh aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun Transfer Keluar.
7. Teliti apakah transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar telah didukung dengan dokumen sumber
pencatatan yang sah. Contoh: Akun Transfer masuk atas aset tetap yang diterima oleh satker telah sesuai
dengan Laporan Daftar BMN dan telah didukung oleh Berita Acara Serah Terima (BAST) .
8. Teliti apakah koreksi hasil reviu atas Surplus/Defisit Laporan Operasional (jika ada) telah diperhitungkan
pada LPE.
9. Teliti apakah unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

1 . Penelahaan kesesuaian saldo awal Ekuitas dengan saldo akhir Ekuitas periode sebelumnya LPE- 1 . 0

2 . Uji petik dokumen sumber atas Dampak Kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/ LPE-2.0
kesalahan mendasar.

3. Penelaahan saldo akun Diterima Dari Entitas Lain (DDEL) LPE-3 . 0

4 . Penelahaan saldo akun Ditagihkan Ke Entitas L ain (DKEL) LPE-4 . 0

5. Penelahaan saldo Transfer Masuk LPE- 5 . 0

6 . Penelahaan saldo Tansfer keluar. LPE-6.0

7 . Uji petik dokumen sumber atas transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar LPE-7 . 0

8 . Penelahaan koreksi Surplus/Defisit LO. LPE- 8 . 0

9. Pengungkapan unsur-unsur pada Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan LPE-9. 0
Keuangan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -

1 . Ekuitas awal telah sesuai dengan dengan Saldo Ekuitas Neraca periode sebelumnya.

2. Seluruh aset yang diterima oleh satker yang berasal dari luar entitas akuntansi hasil uji petik telah tercatat
pada akun transfer masuk dan seluruh aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun
transfer keluar.

3 . Akun Diterima Dari Entitas Lain (DDEL) dalam neraca percobaan telah sesuai dengan nilai pendapatan
dalam LRA.

4. Akun Ditagihkan Ke Entitas Lain (DKEL) dalam neraca percobaan telah sesuai dengan nilai belanja dalam
LRA.

5. Berdasarkan hasil reviu , diketahui bahwa terdapat Transfer Masuk Peralatan dan Mesin berupa Komputer
dari Kantor Pusat DJP senilai RpS0 . 000. 000,00 yang belum dicatat sebagai Transfer Masuk.

6. Aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun Transfer Keluar.

7. Transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar telah didukung dengan dokumen sumber yang sah .

8 . Koreksi hasil reviu atas akun surplus/defisit L O telah disesuaikan pada LPE.
Berdasarkan hasil reviu, diketahui terdapat koreksi kurang sebesar Rp2 5 . 000.000 atas Surplus/Defisit
Laporan Operasional yang berasal dari koreksi atas nilai PNBP-LO.

9. Unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

KKR telah lengkap.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -

CONTOH PENGISIAN KERTAS KERJA REVIU (KKR) NERACA UAKPA


AKUN ASET TETAP

Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. Indeks KKR KKR.AT

Inspektorat Jenderal Disusun oleh/Tanggal JT/ l l -Jan- 1 6


KERTAS Direviu oleh/Tanggal LW / l l -Jan- 1 6
Disetujui oleh /Tanggal WT/ l l -Jan- 1 6
UAPA 0 Kementerian Keuangan

UAPPA-E l 0 Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W 0 Kanwil DJP "234"

UAKPA x Kantor Pelayanan Pajak (KPP) " 1 23"

Komponen LK 0 LRA 0 LO 0 LPE

x Neraca 0 CaLK
Akun/Segmen
Aset Tetap
Penyelengga raan
Akuntansi

;�.�#�¥.�:�{F��Jij·��!;�:· i ��git�:t.\t�i·:��[:;T�!ff�.���.t,!:f:;;.�f;�t��i�l'.��:{t��\�:
1. Teliti apakah saldo Aset Tetap di Neraca telah sesuai dengan rincian Aset Tetap di CaLK, melalui penelaahan
CaLK.
2. Teliti apakah saldo Aset Tetap d i Neraca telah sesuai dengan Lampiran BMN, melalui penelaahan Lampiran
BMN.
3. Teliti apakah Aset Tetap (misalnya Tanah, Gedung dan Bangunan, Kendaraan Operasional) yang tidak
didukung dengan dokumen yang sah telah diungkapkan dalam CaLK.
4. Teliti apakah Aset Tetap yang tidak dimanfaatkan d an atau dimanfaatkan oleh pihak yang ti d ak berhak
telah diungkapkan dalam CaLK melalui permintaan keterangan.
5. Teliti apakah setiap Belanja Modal telah dibukukan sebagai penambahan Aset Tetap atau Aset Lain-lain,
melalui rekonsiliasi antara Daftar Realisasi Belanja Modal dengan penambahan Aset Tetap atau Aset Lain­
. lain yang berasal dari pembelian, pengembangan nilai aset, Aset Tetap dalam renovasi, perolehan KDP, dan
pengembangan KDP.
6. Teliti apakah mutasi tambah dan mutasi kurang yang telah dibukukan dalam SIMAK-BMN telah didukung
dengan dokumen sumber untuk transaksi Transfer Masuk, Reklasifikasi Masuk, Pertukaran, Perolehan
Lainnya, Pengurangan Nilai Aset, Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas, Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset,
Penerimaan Aset Tetap Renovasi, Penghapusan, Transfer Keluar, Hibah (Keluar) , Reklasifikasi Keluar,
Koreksi Pencatatan, Penghentian Aset dari Penggunaan, Saldo Akhir Tahun Berjalan, melalui penelusuran
ke dokumen-dokumen yang terkait.
7. Teliti apakah untuk Aset Tetap yang dalam kondisi Rusak Berat/Usang. telah direklasifikasi ke Aset Lainnya,
melalui permintaan keterangan dan penelusuran dokumen Berita Acara Penghentian Penggunaan Aset
Tetap ke akun Aset Lainnya.
8. Teliti apakah Penyusutan Aset Tetap telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku .

:!{��ll.1!��-��..��-���7{tt;.�i�iJ;·e,,���i�?T,f:
1 . Penelaahan Kesesuaian Saldo Aset Tetap dengan CaLK AT- 1 00

2 . Penelaahan. Kesesuaian Saldo Aset Tetap dengan Lampiran BMN AT-200

3. Penelaahan Dokumen Kepemilikan BMN dan Pengungkapannya cialam CaLK AT-300

4. Penelaahan Pemanfaatan BMN dan Pengungkapannya dalam CaLK AT-400

5. Rekonsiliasi Belanja Modal dengan Penambahan Aset Tetap dari Pembelian AT-500

6. Penelaahan Mutasi Tambah Kurang BMN dengan Dokumen Sumber AT-600

7 . Penelaahan Reklasifikasi Aset Tetap Rusak Berat AT- 7 00

8. Penelahaan Penyusutan Aset Tetap AT-800

1. Terdapat selisih nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan sebesar Rp50 . 000.000,00 yang kurang
diungkapkan dalam CaLK.
2. Terdapat kurang saji Aset Tetap berupa Peralatan d an Mesin d i Neraca sebesar Rp25 . 000.000,00 karena
ADK SIMAK-BMN yang diinput ke SAKPA belum yang terakhir.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -

3. Terdapat 2 bidang tanah senilai Rp300 .000. 000,00 yang belum didukung dengan sertifikat kepemilikan dan
belum diungkapkan dalam CaLK.
4. Penjelasan pemanfaatan aset tetap:
a. Terdapat 1 bidang tanah senilai Rp 500.000. 000,00 yang tidak dimanfaatkan (tanah kosong) belum
diungkapkan dalam CaLK.
b. Terdapat 5 Gedung dan Bangunan berupa rumah dinas yang ditempati oleh pihak yang tidak berhak
(pensiunan) belum diungkapkan dalam CaLK.
5. Rekonsiliasi belanj a modal dengan penambahan Aset Tetap dari pembelian:
a. Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp30. 000.000,00 karena terdapat terdapat
pembelian Peralatan dan Mesin yang belum diinput dalam SIMAK-BMN.
b. Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp l 0 . 000. 000,00 yang berasal dari belanja
barang (pembelian notebook dengan menggunakan mata anggaran belanja barang) dan belum diinput di
SIMAK-BMN serta belum diungkap dalam CaLK.
6. Terdapat Transfer Masuk Peralatan dan Mesin berupa komputer senilai Rp50.000.000,00 yang belum
dicatat . . Uji petik telah dilakukan terhadap mutasi Aset Tetap, dimana seluruh transaksi mutasi Aset Tetap
telah didukung dengan dokumen sumber.
7. Terdapat Peralatan dan Mesin yang sudah ru sak berat senilai Rp200 . 000.000,00 yang belum direklasifikasi
ke Aset Lainnya.
8. Perhitungan Penyusutan telah sesuai dengan ketentuan.

KKR lengkap .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -

CONTOH PENGISIAN KERTAS KERJA REVIU (KKR) CaLK UAKPA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. Indeks KKR KKR.CLK

Inspektorat Jenderal Disusun oleh/Tanggal JT/ l l -Jan- 1 6


Direviu oleh/Tanggal LW/ l l -Jan- 1 6

Disetujui oleh/Tanggal WT/ 1 l -Jan- 1 6

UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-E l 0 Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA D Kantor Pelayanan Pajak " 1 23"

Komponen LK D LRA D LO D LPE

D Neraca X CaLK

Akun/ Segmen
Seluruh Akun dan Lampiran LK.
Penyelenggaraan
Akuntansi

;��ri,--�,���'#'��'.i����
1. . . . . . . .
.... .... ...... . ..... . . . . . . . . . .
. .. ... .. . ...... .................
2. Teliti apakah Aset Tetap disajikan dan diungkapkan secara memadai, dengan mengungkapkan:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carryin g amount) ;
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: penambahan, pelepasan,
akumulasi penyusutan, dan perubahan nilai Uika ada) , mutasi aset tetap lainnya;
c. Informasi penyusutan;
d. Eksistensi dan batasan hak milik aset tetap;
e. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi aset tetap;
f. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
g. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap;
h. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal tambahan yang harus
diungkapkan: dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap, tanggal efektif penilaian kembali,
nama penilai independen Uika ada) , hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
pengganti, nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
3. dst.

Penelaahan pengungkapan Aset Tetap CLK-AT

1.
2. Pengungkapan Aset Tetap poin a, d , f, g, h telah memadai sedangkan poin b dan e belum memadai.
3. Dst

KKR lengkap .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -

FORMAT 3:

CONTOH FORMULIR CATATAN HASIL REVIU (CHR)

[Nama Kementerian Negara/Lembaga]


[Inspektorat Jenderal]

CATATAN HASIL REVIU


LAPORAN KEUANGAN [UNIT AKUNTANSI]
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL [TANGGAL LAPORAN]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -

[Nama Kementerian Negara/Lembaga] Disusun oleh/Tanggal (1)


[Inspektorat Jenderal] Direviu oleh/Tanggal [2)
KERTAS
Disetujui oleh/Tanggal [3)
UAPA D [4)

UAPPA-El D [SJ

UAPPA-W D [6)

UAKPA 0 (7)

Penyelenggaraan Akuntansi:

[8) [9)

Penyajian LK:

A. LRA

[ 1 0) [1 1)

B. LO

[ 1 2) [ 1 3)

C. LPE

[ 1 4] [ 1 5]

D. Neraca

[ 1 6) [ 1 7]

E. CaLK

[ 1 8] [ 1 9)

[20]

[2 1 ) [25]
(22] [26]

[23] [27]
[24] [28]

Petunjuk Pengisian:
[ 1 ] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan.
[ 2 ] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu.
[3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
[4] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[ SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA-E l ) .
[6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) .
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu .
[8] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyelenggaraan akuntansi berupa temuan reviu dan
usulan perbaikan yang diberikan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -

[9] Diisi dengan indeks KKR akun yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 0 ] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LRA berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 1 ] Diisi dengan indeks KKR akun LRA yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 2] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LO berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 3] Diisi dengan indeks KKR akun LO yang diberikan catatan hasil reviu
[ 1 4] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LPE berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun
1 5
[ ] Diisi dengan indeks KKR akun LPE yang diberikan catatan hasil reviu
[ 1 6] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian Neraca berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 7] Diisi dengan indeks KKR akun Neraca yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 8] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian CaLK berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.

[20] Diisi dengan koreksi/ perbaikan yang belum dilakukan atau tidak disetujui oleh unit
[ 1 9] Diisi dengan indeks KKR CaLK yang diberikan catatan hasil reviu .

akuntansi berdasarkan usulan dari pereviu.


[2 1 ] Diisi dengan tanggal penyusunan CHR.
[22] Diisi dengan nama peran dalam tim reviu yang menandatangani CHR.
[23] Diisi dengan nama Ketua Tim atau Pengendali Teknis yang menandatangani CHR.
[24] Diisi dengan nomor induk pegawai Ketua Tim atau Pengendali Teknis yang
menandatangani CHR.
[2 5] Diisi dengan tanggal penandatanganan CHR oleh pejabat penanggung jawab unit
akuntansi.
2
( 6 ] Diisi dengan nama jabatan penanggung jawab unit akuntansi yang menandatangani CHR.
[2 7] Diisi dengan nama pej abat penanggung jawab unit akuntansi yang menandatangani CHR.
[28] Diisi dengan nomor induk pegawai pejabat penanggung jawab unit akuntansi yang
menandatangani CHR.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -

CONTOH PENGISIAN CATATAN HASIL REVIU (CHR) UAKPA

[Nama Kementerian Negara/LembagaJ


[Inspektorat JenderalJ

CATATAN HASIL REVIU


LAPORAN KEUANGAN KPP " 1 23"
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 20 1 5

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Disusun oleh/Tanggal AG/ l l -Jan- 1 6


Inspektorat Jenderal ·
Direviu oleh/Tanggal LW/ l l -Jan- 1 6

Disetujui oleh/Tanggal JM/ l l -Jan- 1 6

UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-E l D Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA x Kantor Pelayanan Pajak (KPP) " 1 23'

:y€���i'¢:��;'.f���J!i'.���ii���Wf�j¥��f.�d���1���i)lfP1.�&i;W�l�%��)�YiitI�ial�l��-�;tlt�W�f.��� :1�����1�1r���f
Penyelenggaraan Akuntansi:

1 . Jurnal Koreksi penambahan Akun Persediaan sebesar Rp l .000.000,00 belum didukung KKR-NRC
dengan dengan Memo Penyesuaian.

2 . Terdapat Aset Tetap berupa Gedung d an Bangunan yang diperoleh sebelum 2005 yang KKR-AT
belum dilakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP) oleh DJKN dan masih diberi nilai Rp l ,00
dalam SIMAK BMN.

3 . Terdapat transfer keluar Peralatan d an Mesin berupa komputer senilai Rp50.000.000,00 KKR-AT
yang tidak didukung dengan dokumen sumber.

4 . dst.

Penyajian LK:

A. LRA

1. Pendapatan
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·

2. Belanja

Terdapat 2 buah SP2D belanja modal yang belum diinput senilai Rp l 50 . 000.000,00. KKR-BEL

B. Neraca

1. Kas di Bendahara Pengeluaran


. . . . . .
.... . . .. .... ... . . ............. . .. . . . . .

2. Aset Tetap
1 ) Terdapat Peralatan d an Mesin berupa 5 kendaraan bermotor yang sudah dilakukan KKR-AT
IP oleh DJKN dan sudah ada berita acaranya (LP-0 1 ) namun belum diinput ke
SIMAK BMN senilai Rp450 .000.000,00.
2) Terdapat Peralatan dan Mesin yang sudah rusak berat senilai Rp200 .000.000,00
yang belum direklasifikasi ke Aset Lainnya.
3) Terdapat selisih nilai A set Te tap berupa Gedung dan Bangunan sebesar
Rp50.000.000,00 yang kurang diungkapkan dalam CaLK.
4) Terdapat kurang saji Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar
Rp25. 000 . 000,00 karena SIMAK-BMN yang diinput ke SAKPA belum yang terakhir.
5) Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp30.000.000,00
karena terdapat belanja modal yang belum diinput dalam SIMAK-BMN.
6) Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp l 0 . 000.000,00 yang
berasal dari belanja barang (beli notebook dengan menggunakan mata anggaran
belanja barang) dan belum diungkap dalam CaLK.

C. Catatan atas Laporan Keuangan

1. Kas di Bendahara Pengeluaran

.
. ... . . . . . . . .
... .......... . . ........... ........ . . . .

2. Aset Tetap

1 ) Terdapat 2 bidang tanah senilai Rp300.000 . 000,00 yang belum didukung dengan KKR-AT
sertifikat kepemilikan dan belum diungkapkan dalam CaLK.
2) Terdapat 1 bidang tanah senilai Rp 500.000. 000,00 yang tidak dimanfaatkan
(tanah kosong) belum diungkapkan dalam CaLK.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -

3) Terdapat 5 Gedung dan Bangunan berupa rumah dinas yang ditempati oleh pihak
yang tidak berhak (pensiunan) belum diungkapkan dalam CaLK.

4) Terdapat catatan yang belum diungkapkan secara memadai yaitu : KKR-CLK


• Ri;konsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai (jika ada) ,
mutasi aset tetap lainnya;
• Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi aset tetap.

_tt?i��i.Z�����-��,1i�!ij����(_' ������€i-�
���i1FJ;
__

Belum dilakukan penginputan Peralatan dan Mesin sebesar Rp30 . 000.000,00 yang berasal dari belanja modal.

20 Januari 20 1 6 20 Januari 20 1 6
Pengendali Teknis Kepala KPP " 1 23"

J. Makson M. Jakson
NIP 1 9660202 2000 1 1 1 00 1 NIP 1 9660202 2000 1 1 1 002

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -

FORMAT 4:

CONTOH FORMULIR IKHTISAR HASIL REVIU (IHR)


Nama Kementerian Negara/Lembaga] Disusun oleh/Tanggal [l]
[Inspektorat Jenderal] Direviu oleh/Tanggal [2]
Disetujui oleh/Tanggal (3 ]

UAPA D [4]

UAPPA-El D [SJ

UAPPA-W D [6 )

UAKPA D ( 7]

Ikhtisar Hasil Reviu Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


: · .··
".Status Korekal·
·. ·· ·;· . . Setelah Uaulan
..Sebelum Reviu Ua.ulan Korekai Korekal
Nama Akun k . ' · .. · Belum
. s�cli�:> '
No ·
(RPI., . (Rp ) . Haall Reviu

.· .·
. · Dlkorekal (Rp)
· Dlkorebi;{:Rp )
. . . . ,, ,.. ':,.;.,; ·:·11'.-. .:
·' .'...=,.:, ..
(Rp)
.

(8) [9) [10] [1 1) [12] [ 1 3) [14)

m.m.m m.m m.m m.m m.m.m


Penerimaan Negara dan
A
Hibah

1 Penerimaan Pajak xxx. xxx .JCICll: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

m.m.m xxx . xxx xxx .xxx . m


Penerimaan Negara Bukan
2 xxx . xxx xxx . xxx
Pajak

B Belanja xxx .xxx .m xxx. xxx xxx . xxx m.m xxx . m.xxx

1 Belanja Pegawai m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . m.m

2 Belanja Barang m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . m

3 Belanja Modal m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx. m.xxx

Ikhtisar Hasil Reviu Laporan Operasional (LO)

/. : . .·. ·,. : . ·· · :: ·status•· Korekai Setelah Uaulan


Sebelum · '
U•ulan i

Dlkorebi
. Sudah , ···· · Belum Korekai
· No Nama Aku.n .. ReVi.u · : Kore.kai
. . . (Rp) · �
Dlk � eks { '
;
Haall Reviu
(Rp) .
, (Rp) : ..{ I " · , . · (Rp) . (Rp)
(8] [9] [10) [ 1 1) (12] ( 1 3) [14]

A. Pendapatan Operasional xxx. m.m m.xxx xxx . xxx . m

1 Pendapatan Perpajakan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx . xxx

2 Pendapatan Negara Bukan


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

Pajak

B. Beban Operasional m.m.m m.m m.m.m

1 Beban Pegawai xxx . xxx .xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

2 Beban Persediaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

3 Beban Barang dan Jasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

4 Beban Pemeliharaan xxx .xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

5 Beban Perjalanan Dinas xxx . xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -

7 Beban Penyusutan dan


xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
Amortisasi

8 Beban Penyisihan Piutang


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx
Tak Tertagih

c Kegiatan Non Op erasional xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.xxx: . xxx

1 Surplus/ (Defisit) dari

Kegiatan Non Operasional xxx . xxx . xxx: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

Lainnya

2 Pendapatan dari Kegiatan


XXX . xxX.XXX xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Non Operasional Lainnya

3 Behan dari Kegiatan Non


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

Operasional Lainnya

D Pos Luar Biasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

Behan Luar Biasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

Ikhtisar Hasil Reviu Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Status _Koreksi
Sebel\un Usulan
·; Setelah

\ Belum
�ucl��; : Hasll Rev:l,u
korelud

(Rpj - (Rp)
, .. .,

No Nama Ab� Revlu Koreksi ; . ._ . ·


.
.. ·
.. .-

Dikorebi (Rp) . I>ikoreksi (Rp)


·,'»:-..'
(Rp )
. - ·
.,

(8) (9) ( 1 0) (1 1) (12) (13) (14)


1 Ekuitas Awai xxx . xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

2 Surplus Laporan
xxx . xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Operasional

3 Dampak Kumulatif

Peruhahan (Total Koreksi)


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Kehijakan/kesalahan

Mendasar

. Koreksi Nilai
xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
Persediaan

. Selisih Revaluasi Aset


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx . xxx
Te tap

. Koreksi Nilai Aset


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

Tetap non Revaluasi

Transaksi Antar Entitas

4 (Surplus+ Dampak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

Kumulatif)

Kenaikan/ Penurunan
5 xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Ekuitas

6 Ekuitas Akhir xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -

Ikhtisar Hasil Reviu Neraca

'• . .
• ·
i!lt!'tus ,Ko�eksl
. · '· Setelah Korekd

. Sudah.'.: <
Sebelum Re.viu Usulan Koreksl

:· : Dlkoreksl
No Nama· Akun Hasli Reviu
. fRp) fRp) Belum
fRp)
._
Dlkoreksi (Rp)
. .
. . IRpJ

[8] (9) [10) [1 1) [12) [1 3) [14]

A Ase t m.XJ1C11: . x:xx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .x:xx . xxx

Kas di Bendahara Pengeluaran


1 xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

2 Kas di Bendahara Penerimaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx .xxx

3 Setara Kas xxx .m.xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx m.xxx .xxx

4 Piutang Pajak xxx . xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

5 Piutang Bukan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xx:x.xxx

6 Persediaan xxx .m.xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJCIE.xxx . m

7 Investasi Jangka Panjang xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.ll:XX . XXX

8 Aset Tetap xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx lDCl:.XXX . XXX

. Tan ah xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .m.m

. Peralatan dan Mesin xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx .xxx

. Gedung dan Bangunan xxx .xxx . x:xx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJIDl:.XXX: . XXX

. Jalan, lrigasi dan J �ringan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx

. Aset Tetap Lainnya xxx . xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

.
xxx .xxx
Konstruksi Dalam
xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .m
Pengerjaan

9 Aset Lainnya xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . m.m

B Kewajiban xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

c Ekultas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx .m.xxx

Petunjuk Pengisian:
( 1 ] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan .
( 2] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu .
( 3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
(4 ] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[ SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA-E l ) .
( 6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) .
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu .
( 8] Diisi dengan Nomor Urut.
( 9] Diisi dengan nama akun LK.
( 1 0] Diisi dengan nilai akun sebelum koreksi.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -

[ 1 1 ] Diisi dengan usulan nilai koreksi hasil reviu, termasuk nilai koreksi bawaan dari unit
akuntansi tingkat di bawahnya.
[ 1 2] Diisi dengan nilai koreksi yang telah dilakukan oleh unit akuntansi.
[ 1 3] Diisi dengan nilai koreksi yang belum dilakukan oleh unit akuntansi.
[ 1 4] Diisi dengan nilai akun seharusnya setelah koreksi.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -

CONTOH PENGISIAN IKHTISAR BASIL REVIU (IHR) UAKPA

· KementerianKeuangan Republik Indonesia Disusun oleh/Tanggal AG/ 1 1 -Jan- 1 6


Inspektorat Jenderal Direviu oleh/Tanggal LW/ l l -Jan- 1 6
KERTAS Disetujui oleh/Tanggal JM/ l 1-Jan- 1 6

UAPA D Kementerian Keuangan

UAPPA-E l D Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

UAPPA-W D Kanwil DJP "234"

UAKPA . x Kantor Pelayanan Pajak (KPP) " 1 23'

Ikhtisar Hasil Reviu Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

No _ Nama Akun

(8) (9) ( 1 0) ( 1 1) (12) ( 1 3) (14)

Penerlmaan Negara dan


A xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx .m
Hibah

1 Penerimaan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.xxx .xxx

xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx


Penerimaan Negara Bukan
2 xxx . xxx . :icci: :icci: . :icci: . :icci:
Pajak

B Belanja :icci: . :icci: . xxx :icci: . :icci: xxx . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: .:icci:

Belanja Pegawai :icci: . :icci: . :icci: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . m

2 Belanja Barang XXX . JIXX . XKX xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XX:X . XXX • .JCDl

3 Belanja Modal 2.000.000.000 1 50 . 000.00.0•I 1 50.000. 000 0 2 . 1 50.000. 000

Ikhtisat Hasil Reviu Laporan Operasional (LO)

Seb.�. l�m.
. .: _: :�
·
· . Statµ. .JCoreksl ..
Setelah Uaulan

;;
,_,_.,,
.

Revl�
. Uaulan
Koreksf> .
��:�:�f�'.:: �/·:P;i·> :.;· .
.
. Beluni
No Nama Akuii . . . Reviu
.. ·.
J{orekal
Dlkorekid · H�sll
. ;•
·
(RJI) (RpJ

(9)
"

(8) (14)
.· · . . (Rp )
. (Rp) :::;1 .'.;.;,
(Rp)
( 1 0) ( 1 1) ( 1 2) ( 1 3)

A. Pendap atan Operaslonal :icci: . :icci: . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: xxx . xxx .xxx

Pendapatan Perpajakan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

2 Pendapatan Negara Bukan


1 50.000.000 (2 5 . 000. 000) bJ (2 5 . 000. 000) 1 2 5 . 000. 000
Pajak

B. Behan Operaalonal xxx . xxx . :icci: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .m

Beban Pegawai xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

2 Beban Persediaan :icci: . :icci: . xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

3 Beban Barang dan Jasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx

4 Beban Pemeliharaan JCCt .lCCt .lCIX xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx lCIX.JCCt . lCIX

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -

5 Behan Perjalanan Dinas xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx .xxx

7 Behan Penyusutan dan


xxx . xxx . xxx xxx . xxx XX.X . Xxx xx.x.xxx xxx . xxx . xxx
Amortisasi

8 Behan Penyisihan Piutang


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xx.x. xxx xxx . xxx . xxx

Tak Tertagih

c Keglatan Non Op eraslonal xxx. xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx m.m.m

1 Surplus/ (Defisit) dari

Kegiatan Non Operasional xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xx.x.xxx xxx . xxx .xxx

Lainnya

2 Pendapatan dari Kegiatan


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

Non Operasional Lainnya

3 Behan dari Kegiatan Non


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xx.x.xxx xx:x.xxx . JCKX
Operasional Lainnya

D Po• Luar Blasa xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . x:xx

Behan Luar Biasa lDDt . JIDIX . XJl:X xxx . xxx xx.x.xxx xx.x .xxx xxx . xxx . XKX

Ikhtisar Hasil Reviu Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Status Koreksl Setelah


Sebelum Usulan
Koreksl
No Nama Akun Reviu Koreksl Sud ah Belum
Basil Revlu
(Rp) (Rp) Dikoreksl (RJ>) Dlkoreksl (Rp)
(Rp)
(SJ (9] (10] (1 1] (12] ( 1 3] ( 1 4]
1 Ekuitas Awai xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

2 Surplus Laporan 62.350. 500.0 62.325. 500.0


(25.000.000) b) (2 5.000. 000) xxx . xxx
Operasional 00 00

3 Dampak Kumulatif

Peruhahan (Total Koreksi)


xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

Kehijakan/kesalahan

M e ndasar

. Koreksi Nilai
xxx. xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xx.x .xxx XXJt . lDDr: . XXX.

Persediaan

. Selisih Revaluasi Aset


xxx . m.xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx

Tetap

. Koreksi Nilai Aset


xxx . xxx. xxx xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx . xxx

Tetap non Revaluasi

Transaksi Antar Entitas


60.225. 000. 0 60.275. 000.0
4 (Surplus+ Dampak 50.000.000 °1 50. 000.000 -

00 00
Kumuliatif)

Kenaikan/Penurunan
5 xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx .xxx
Ekuitas

6 Ekuitas Akhir xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx . xx:x.xxx

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -

Ikhtisar Hasil Reviu Neraca

Statu• Korebt
Sebel.um Rt!viU U•ulan Korek•l 1----�-..,----r--�--J Setelah Korek•I
No Nama Akun , Belum · Hasll Reviu ·
f Rp ) (Rp) . . Sudah ·' '
Dlkoreksl . (Rp)
. . btkot�k•t. 'iR.-i{
(Rp ) . .

(8) [9) (10) [1 1) [12) [1 3) [ 1 4]

A Aset xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx . xx:x

Kas di Bendahara Pengeluaran


xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx

2 Kas di Bendahara Penerimaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

3 Setara Kas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

4 Piutang Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx

5 Piutang Bukan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx

6 Persediaan xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx

7 Investasi Jangka Panjang xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

8 Aset Tetap xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

• Tanah xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx

• Peralatan dan Mesin 700.000.000 (85.000. 000) dJ (85.000. 000) 0 6 1 5 . . 000.000

• Gedung dan Bangunan 900.000.000 0 0 0 900.0,00.000

• Jalan, lrigasi dan Jaringan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx

• Aset Tetap Lainnya xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJ[J(.]l[]l[X.XXJl

• Konstruksi Dalam
xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
Pengerjaan

9 Aset Lainnya 30.000.000 200.000.000 •I 200.000. 000 0 230.000.000

B Kewajlban xxx . x:xx . lDDt m.xxx xxx . xxx

c Ekultas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx

Keterangan :

a) Terdapat 2 buah SP2D Belanja Modal yang belum diinput sehilai Rp 1 5 0 . 000. 000,00.
b) PNBP-LO lebih saji sebesar Rp2 5 . 000. 000,00, karena satker belum melakukan penyesuaian
atas PNBP Diterima Dimuka yang bukan merupakan pendapatan periode berjalan sebesar
Rp2 5 . 000. 000, 00.
c) Transfer Masuk atas Peralatan dan Mesin sebesar RpS0 . 000. 000 yang belum dicatat
d) Perhitungan penambahan Peralatan dan Mesin:
1) Peralatan dan Mesin yang sudah rusak berat senilai Rp200. 000. 000
yang belum direklasifikasi ke Aset Lainnya. (2 00. 00 0 . 000)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -

2) Kurang saji Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin di Neraca


sebesar Rp2 5 . 000. 000 karena SIMAK-BMN yang diinput ke SAKPA 2 5 . 00 0 . 0 0 0
belum yang terakhir.
3) Kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp3 0 . 000. 000
karena terdapat pembelia:n Peralatan dan Mesin yang belum diinput 30. 000 . 000
dalam SIMAK-BMN.
4) Kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp l 0 . 000. 000
yang berasal dari belanj a barang (beli notebook dengan
menggunakan mata anggaran belanj a barang) dan belum diungkap 1 0 . 000. 000
dalam CaLK.
5) Kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp5 0 . 0 00 . 000 5 0 . 00 0 . 0 0 0
yang berasal dari transfer masuk .

Jumlah koreksi
(85 . 000. 000)

e) Penambahan hasil reklasifikasi Aset Tetap ke Aset lainnya sebesar Rp2 0 0 . 000. 000.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -

FORMAT 5 :
CONTOH FORMULIR LAPORAN BASIL REVIU (LHR)

[Nama Kementerian Negara/Lembaga]


[Inspektorat Jenderal/Inspektorat/ Sekretariat Jenderal]

LAPO RAN HASIL REVIU


LAPORAN KEUANGAN [NAMA UAPPA-E l / UAPA]
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL [TANGGAL LAPORAN]

No. LHR: [ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ]
Tanggal [ . . . . .
. . . ... .
. . . . . . . . .]
. . . . . . . .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -

Daftar Isi Halaman

1. Ringkasan Eksekutif

2. Dasar Hukum

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Reviu

4. Metodologi Reviu

5. Gambaran Umum Obyek Reviu

6. Hasil Reviu atas Laporan Realisasi Anggaran

7. Hasil Reviu atas Laporan Operasional

8. Hasil Reviu atas Laporan Perubahan Ekuitas

9. Hasil Reviu atas Neraca

10. Hasil Reviu atas CaLK dan Lampiran LK

1 1. Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan

12. Apresiasi

Daftar Lampiran :

I. Catatan Hasil Reviu (CHR) UAPPA-El /UAPA

II. Ikhtisar Hasil Reviu (IHR) UAPPA-E l / UAPA

1. Ringkasan Eksekutif: Berisi mengenai ringkasan umum Laporan Hasil Reviu


Inspektorat Jencleral/ Inspektorat Utama sebagai Aparat Pengawasan Intern
(Nama UAPPA-E l / UAPA] telah melakukan reviu atas Laporan Keuangan (LK)
[Nama UAPPA-E l / UAPAJ untuk tahun anggaran [Tahun Anggaran] berupa Neraca
per tanggal [Tanggal Neraca] , Laporan Reali s asi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, clan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periocle
yang berakhir pacla tanggal tersebut. [Nama Kementerian Negara/ Lembaga]
sebagai Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) tercliri clari [Jumlah UAPPA­
E l ] Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E l ) , [Jumlah
UAPPA-WJ , Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) ,
clan [Jumlah UAKPA] Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) .
Reviu clitujukan untuk: ( 1 ) membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi
clan penyajian LK K / L, clan (2) memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi,
keanclalan, dan keabsahan informasi LK K/ L serta pengakuan, pengukuran, dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -

pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga,


sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang berkualitas. Ruang lingkup reviu
meliputi penelaahari atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan
Keuangan, termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokumen sumber
yang diperlukan pada [UAPPA-E l , UAPPA-W, dan UAKPA] . Dalam pelaksanaan
reviu, kami telah melakukan serangkaian aktivitas untuk menelusuri angka­
angka Laporan Keuangan ke catatan akuntansi dan dokumen sumber,
permintaan keterangan mengenai proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan data transaksi, serta analitik
untuk mengetahui hubungan dan hal-hal yang kelihatannya tidak biasa.
Berdasarkan hasil reviu yang kami lakukan, kami menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Terdapat koreksi Penerimaan Negara Bukan Paj ak sebesar Rp xxx . xxx , - pada
UAPPA-E l [Nama UAPPA-E l ] atas kelebihan pencatatan penerimaan dari
denda keterlambatan penerbitan SP2D yang sudah ditindaklanjuti oleh unit
akuntansi.
2. Terdapat koreksi realisasi Belanja sebesar Rp xxx . xxx , - atas belum dicatatnya
hasil rekonsiliasi Belanja dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan yang sudah ditindaklanjuti oleh unit akuntansi.
3. Terdapat koreksi Pendapatan LO dari Pemanfaatan BMN sebesar Rp xxx . xxx , ­

atas belum dicatatnya penyesuaian Pendapatan Sewa Dibayar Dimuka.


4. Terdapat koreksi transfer masuk sebesar Rp xxx .xxx , - atas belum tercatatnya
transfer masuk Peralatan dan Mesin.
5. Terdapat koreksi Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp xxx . xxx , - untuk
kekurangan pencatatan di [Nama UAPPA-E l ] yang sudah ditindaklanjuti oleh
unit akuntansi.
6. Terdapat koreksi Piutang Paj ak sebesar Rp xxx .xxx , - atas kesalahan
pencatatan pada [Nama UAPPA-E l ] yang belum ditindaklanjuti oleh unit
akuntansi.
7. Terdapat koreksi Piutang Bukan Paj ak sebesar Rp xxx . xxx , - atas duplikasi
pencatatan pada [Nama UAPPA-E l ] yang belum ditindaklanjuti oleh unit
akuntansi.
8. Terdapat koreksi Aset Tetap sebesar Rp xxx . xxx , - atas kekurangan dan
kelebihan pencatatan Tanah, Gedung dan Bangunan serta Konstruksi Dalam
Pengerjaan, namun unit akuntansi hanya mengakui dan menindaklanjuti
sebesar Rp xxxx .

9. Terdapat [Jumlah UAKPA/ UAPPA-W / UAPPA-E l ] UAKPA/ UAPPA-W / UAPPA-E l


yang terlambat menyampaikan LK secara berjenj ang.

2. Dasar Hukum: Berisi mengenai ketentuan perundang-undangan yang mendasari


pelaksanaan reviu atas LK Kementerian Negara/ Lembaga, termasuk Surat Tugas
Reviu.

1 . Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Keuangan Pemerintah Pasal 33 ayat (3) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -

2 . Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah, Pasal 57 ayat ( 1 ) .
3 . Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2 1 3 / PMK. 05 / 2 0 1 3 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Pasal 48 ayat ( 1 ) .
4 . Surat Tugas Inspektur Jenderal Nomor 706 / IJ / 2 0 1 6 dan 707 / IJ / 2 0 1 6
tanggal 8 Januari 20 1 5 .

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Reviu: Berisi mengenai tujuan dan ruang lingkup
reviu atas LK Kementerian Negara/ Lembaga.

Tujuan reviu adalah untuk: ( 1 ) . membantu terlaksananya penyelenggaraan


akuntansi dan penyajian LK K/ L, dan (2) memberikan keyakinan terbatas
mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi LK K / L serta pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada
Menteri/ Pimpinan Lembaga, sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang
berkualitas.
Ruang lingkup reviu meliputi penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan
penyajian LK K/L, termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokumen
sumber yang diperlukan pada [UAPPA-E l , UAPPA-W, dan UAKPA] . Ruang lingkup
reviu tidak mencakup pengujian atas sistem pengendalian intern, catatan
akuntansi, dan dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan
keterangan, yang biasanya dilaksanakan dalam suatu audit.

4. Metodologi Reviu : Berisi mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkah reviu


atas LK Kementerian Negara/ Lembaga.

Reviu atas LK [Nama Kementerian Negara/ Lembaga] dilakukan secara paralel


dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan LK dan dengan menggunakan
pendekatan berjenjang mulai dari tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran (UAKPA) , Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah
(UAPPA-W) , Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E l )
sampai dengan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) , yaitu :
1. UAKPA : [Uraikan UAKPA yang direviu]
2. UAPPA-W : [Uraikan UAPPA-W yang direviu]
3. UAPPA-E l : [Uraikan UAPPA-E l yang direviu]
Reviu terutama dilakukan melalui serangkaian aktivitas untuk :
1 . Menelusuri angka-angka LK ke catatan akuntansi dan dokumen sumber.
2. Permintaan keterangan mengenai proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan data transaksi.
3 . Analitik untuk mengetahui hubungan dan hal-hal yang kelihatannya tidak
biasa.
Reviu dititikberatkan pada akun LK yang mempunyai potensi tinggi terhadap
kesalahan dalam mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan
keuangan .

5. Gambaran Umum Obyek Reviu: Berisi mengenai identitas obyek reviu dan
informasi keuangan secara umum.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -

LK [Nama Kementerian Negara/ Lembaga] disusun berdasarkan LK [Jumlah


UAPPA-E l ] UAPPA-E l , yaitu :

Jumlah UAPPA- Jumlah


No Nama UAPPA-E l Jumlah BLU
w UAKPA

Jumlah

6. Hasil Reviu . atas Laporan Realisasi Anggaran: Berisi mengenai catatan reviu
atas akun LRA.

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Terdapat kelebihan pencatatan atas akun Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
(Nama UAPPA-E l ] sebesar Rp xxx . xxx , - yang berupa denda atas keterlambatan
penerbitan SP2 D .

Belanja

Terdapat realisasi Belanj a yang kurang dicatat sebesar Rp xxx . xxx , - karena belum
dibukukannya hasil rekonsiliasi antara [Nama UAPPA-E l ] dengan Direktorat
Akuntansi clan Pelaporan Keuangan.

7.
Hasil Reviu atas Laporan Operasional: Berisi mengenai catatan reviu atas akun
l
LO .

Pendapatan Negara Bukan Pajak

Terdapat koreksi Pendapatan LO dari Pemanfaatan BMN sebesar Rp xxx . xxx , - atas
belum dicatatnya penyesuaian Pendapatan Sewa Dibayar Dimuka.

8. Hasil Reviu atas Laporan Perubahan Ekuitas: Berisi mengenai catatan reviu atas
akun LPE.
Transaksi Antar Entitas
Terdapat koreksi transfer masuk sebesar Rp xxx . xxx , - atas belum tercatatnya
·

transfer masuk Peralatan dan Mesin .


9. Hasil Reviu atas Neraca: Berisi mengenai catatan reviu atas akun Neraca

Kas di Bendahara Penerimaan

Terdapat transaksi Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp xxx . xxx , - yang


belum dibukukan oleh [Nama UAPPA-E l ] .

Piutang Pajak

Terdapat kelebihan pencatatan Piutang Pajak sebesar Rp xxx . xxx , - oleh [Nama
UAPPA-E l ] sehingga terjadi salah saji pada Neraca LK Semester I 2 0 1 6 .

Piutang Bukan Pajak

Terjadi duplikasi pencatatan atas akun Piutang Bukan Paj ak sehingga terdapat
salah saji sebesar Rp xxx . xxx , - .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -

Aset Tetap

Terdapat kekurangan dan kelebihan pencatatan Aset Tetap sebesar Rp xxx .xxx , -
yang terdiri dari:

• Kekurangan pencatatan Tanah pada [Nama UAPPA-E l ] sebesar Rp xxx . xxx , -


• Kekurangan pencatatan Tanah pada [Nama UAPPA-E l ] sebesar Rp xxx . xxx , -
• Kelebihan pencatatan Gedung dan Bangunan pada [Nama UAPPA-E l ] sebesar
Rp xxx . xxx, -

Kekurangan pencatatan Konstruksi Dalam Pengerjaan pada (Nama UAPPA-E l ]
sebesar Rp xxx . xxx , -

10. Hasil Reviu atas CaLK dan Lampiran LK: Berisi mengenai catatan reviu atas
CaLK.
1 1. Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan: Berisi mengenai catatan reviu atas
penyelenggaraan akuntansi dan hal-hal lain seperti status temuan BPK-RI yang
belum ditindaklanjuti, kelengkapan lampiran LK, serta ketidaktepatan waktu
penyampaian LK.

Terdapat [Jumlah UAKPA/ UAPPA-W / UAPPA-E l ] UAKPA/ UAPPA-W / UAPPA-E l


yang terlambat menyampaikan LK secara berjenjang, yaitu:

Tanggal Jadual
No Nama Unit Akuntansi Keterlambatan

UAKPA (AJ
Penyampaian Penyampaian

2 UAKPA [BJ

3 UAKPA [C]

4 UAPPA-W [AJ
5 UAPPA-W [BJ

6 UAPPA-E l [AJ

12. Apresiasi : Berisi mengenai apresiasi terhadap obyek reviu, pejabat / petugas yang
aktif mendukung tugas reviu .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -

FORMAT 6:
CONTOH FORMULIR
PERNYATAAN TELAH DIREVIU TANPA PARAGRAF PENJELAS

PERNYATAAN TELAH DIREVIU


KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA [NAMA KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA) ·

TAHUN ANGGARAN [TAHUN ANGGARAN)

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga [ Nama Kementerian
Negara/Lembaga] untuk tahun anggaran [Ta hun Anggaran] berupa Neraca per tanggal
[Tanggal Nera ca] , Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen
Kementerian Negara/ Lembaga [Nama Kementerian Negara/Lembaga) .

Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi
dengan SAP. Reviu mempunyai lingkup yang j auh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu , kami tidak memberi
pendapat semacam itu.

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan
keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2 0 1 0
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, clan peraturan lain yang terkait.

[Nama Kota] , [Tanggal-Bulan-Tahun]


[Jabatan Penanda Tangan]

[Nama Penanda Tangan]


[NIP)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -

CONTOH FORMULIR
PERNYATAAN TELAH DIREVIU DENGAN PARAGRAF PENJELAS

PERNYATAAN TELAH DIREVIU


KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA [NAMA KE.MENTERIAN NEGARA/LEMBAGA)
TAHUN ANGGARAN [TAHUN ANGGARAN)

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lemhaga [Nama Kementerian
Negara/Lembaga] untuk tahun anggaran [Tahun Anggaran] berupa Neraca per tanggal
[Tanggal Neraca] , Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manaj emen
Kementerian Negara/ Lembaga [Nama Kementerian Negara/Lembaga] .

Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi
dengan SAP. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi
pendapat semacam itu .

Kami memberikan catatan atas terdapatnya: ( 1 ) kelemahan administrasi piutang bukan pajak
pada beberapa satuan kerja berkenaan dengan daluwarsa penagihan; (2) kelemahan
pengelolaan aset tetap berkenaan dengan penambahan aset yang berasal dari belanj a barang,
dan penggunaan aplikasi input revaluasi aset (Maya) pada satuan kerja tertentu . Terhadap
catatan pengecualian tersebut, meskipun materialitasnya rendah, tetap harus ditindaklanjuti
oleh pihak manajemen.

Berdasarkan reviu kami, kecuali terhadap catatan pada paragraf ketiga di atas, tidak terdapat

tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor l Tahun 2 004 tentang Perbendaharaan
perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangari yang kami sebutkan di atas

Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2 0 1 0 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan, dan peraturan lain yang terkait.

[Nama Kata] , [Tanggal-Bulan-Tahun]


[Jabatan Penanda Tangan]

[Nama Penanda Tangan]


[NIP]

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -

FORMAT 7:

PROSEDUR REVIU LRA UAKPA

A. Langkah-langkah Reviu untuk Seluruh Akun LRA:

. . ·.
, _,
<··- .. ·
· .
·. Asersi

Prosedur Revhi ·

.. .
. .. _ , . ..

1. Teliti apakah rincian akun LRA telah


disajikan sesuai BAS dengan

klasifikasi BAS .
melakukan perbandingan terhadap

2. Teliti apakah angka Estimasi


Pendapatan dan Belanj a pada LRA
telah disajikan sesuai DIPA dengan
melakukan penelusuran ke DIPA atau
revismya dan / atau dokumen yang
clipersamakan clengan DIPA.

3. Teliti apakah saldo akun LRA telah


sesuai dengan salclo normal
(misalnya: akun Penclapatan memiliki
salclo normal Kreclit positif clan akun
Belanj a memliki salclo normal Debit
positif) clengan melakukan
penelusuran ke Buku Besar LRA.

4. Teliti apakah salclo akun LRA telah


sesuai clengan Buku Besar clengan
melakukan penelusuran ke Buku
Besar LRA.

5. Teliti apakah rekonsiliasi internal


Penerimaan Perpaj akan dan PNBP
telah dilakukan antara unit
akuntansi clengan unit teknis melalui
permintaan keterangan clan
penelusuran ke dokumen hasil
rekonsiliasi internal.

6. Teliti apakah rekonsiliasi eksternal


Penerimaan Perpaj akan, PNBP, clan
Belanj a telah clilakukan antara unit
akuntansi dengan KPPN yang terkait
melalui permintaan keterangan dan
penelusurail ke Berita Acara
Rekonsiliasi.

7. Teliti apakah informasi keterangan


terkait akun LRA telah cliungkapkan
secara memaclai clalam CaLK.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -

• • • • < '�;

.A,sersi

1::1 s::
' ell ;::
�: .. · ·
' Est.�:.·.:
. ' '

· prosedur . Reviu · ·. �
s::

)
' '

� �; ell
'

ell

0
tot �
Pereviu m�si
]ell ]
..
ell ·
tot .Cl


.

. ·· e .g1::1
ti)

ell .a
....

. :Waktu'.
1::1 ell ell
ti)

:
.

1::1 .�
.

SS,,
. .

bl)

1:14 ·�
114
·-
� �· �
. ·::id
., -- .

·
' · � . . 1:14 ' ::id

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

B. Langkah-langkah Reviu Per Akun LRA:

:
:
, '•
' ., .· .
I· ,
Asersi
-

: -· . .
. . ·
.

, '
. .,

'
.. . .

c:: c:: s:: c::


'

e ' f!c::
' '
Esti-
'

Prosed11r .Cl
. .

ell ell
0 .,.:'· .. rn
. ·. ell ell ell
Reviu .Pereviu masi ·-
..
·

: .&!ell : •Pill

s:I
] ·� . ·'tS
:
.; . .

. Waktu
s:: · g, J1 " f! ell ell
"

'
I'll
·

c::
.. " • ; . ·
.

. ' ..
"
bl) .a
·. ;.
1:14
� .
.
.

·:. > .
.

� �
·� � �
' '


:. ,

·.
.· ·
. .

· 111 � .• : ::id ::id


., .

.-:··.
· ·
1:14 .: i.'· ..
>
. ·.- · :

A. PENERIMAAN PERPAJAKAN
(Kode Perkiraan: 4 1 )
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1. Penerimaan Perpaj akan diakui
pada saat diterima pada Kas

Penerimaan Perpaj akan selama 1


Umum Negara (KUN) .
2.
(satu) periode adalah sebesar total
capaian Penerimaan Perpaj akan
selama periode pelaporan atau
persentase capaian dari
anggarannya.
3. Akuntansi Penerimaan Perpaj akan
dilaksanakan berdasarkan as as
bruto , yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto dan tidak
men catat jumlah netonya/jumlah
setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran .
4. Pengembalian Penerimaan
Perpaj akan yang sifatnya normal
clan berulang ( recurring) tel ah

5.
diinput seluruhnya.
Estimasi Penerimaan Perpajakan
disajikan berdasarkan DIPA

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -

..

· "·
. � '
,. ·'·

· · Asersi
.. ,

Esti- . s:I
�- � s:I R
m m
"4

JI!
, Pi-osedur Reviu Pereviµ, mast . ... .!!
; ,gm
..
. . .. "4 ' . .Cl
.'· .

Waktu
' ::I
:o fl2
� m

R
j · ba
fl2

R
g,
c:i..
bl)
.!!
R

f:l,c
m

f:l,c
·f:!,c_ �
.Q) · Q) Q)
' ·
. '
Q)

dan/ atau dokumen yang


dipersamakan dengan DIPA yang
terakhir.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Estimasi Penerimaan Perpaj akan
yang Dialokasikan, berdasarkan
DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran) berikut revisinya
dan/ atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan DIPA;
2. Dokumen setoran pajak, misalnya
Surat Setoran Paj ak (SSP) / Surat
Setoran Pabean , Cukai, dan Paj ak
(SSPCP) / Surat Tanda Bukti Setor
(STBS) atau dokumen lain yang
dipersamakan ;
3. Lap oran penenmaan perpajakan,
misalnya Lap oran Penerimaan
Perpaj akan Direktorat Jenderal
Paj ak / DJP (data MPN selain PBB ,
BPHTB, Valuta A sing,
Pengembalian Pendapatan) ,
Laporan Penerimaan Direktorat
Jenderal Bea clan Cukai/ DJBC
(Lap oran Realisasi Penerimaan BM ,

Laporan 15 Harian / MPO) ;


Cukai, PDRI , dan PPNHT berupa

4. Dokumen pengembalian
penerimaan perpaj akan, misalnya
Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak (SPMKP) , Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) ,
Surat Perintah Membayar (SPM) ;
5. Memo Penyesuaian Penerimaan
Perpaj akan;
6. Berita A cara Rekonsiliasi (BAR)
atau dokumen lain yang dianggap
sah.

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Estimasi
Penerimaan Perpaj akan di LRA
tel ah sesuai dengan Dokumen
.,;
Estimasi Penerimaan Perpaj akan
yang Dialokasikan yang dikelola
·

oleh unit teknis terkait.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -

..
• '

" ;.'-

Prosedur R�:.rtu
·. · ·· ·

·, ·.
,.. ).. . . ·; -,'. ; '· - · .:
·
. .

2. Teliti apakah saldo Penerimaan


Perpajakan di LRA telah sesuai
dengan lapo ran penerimaan
perpaj akan dari unit teknis dan
bahwa seluruh akun Penerimaan
Perpaj akan yang dikelola oleh unit
teknis telah disajikan dalam LRA,
melalui permintaan keterangan
dan penelusuran ke laporan
Penerimaan Perpaj akan .

3. Lakukan uji petik atas transaksi


Penerimaan Perpajakan dan teliti
apakah setiap transaksi tersebut
telah didukung dengan dokumen
setoran paj ak, melalui penelusuran
ke dokumen setoran paj ak
(misalnya SS PCP) .

4. Teliti apakah angka yang disajikan


dalam LRA telah dilakukan cut-off
per tanggal LRA melalui
penelusuran ke laporan
Penerimaan Perpaj akan .

5. Teliti apakah semua SPMKP yang


telah menj adi SP2D telah dicatat
dan diakui sebagai Pengembalian
Pendapatan Pajak.

6. Teliti apakah informasi terkait


Pendapatan Perpaj akan-LRA telah
diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -

As�rsi .

·
Esti- R R R �
·. � s a
. ·

o
�eviu Pe reviu
JI!
Prosedur
' : ··
.
· .
masf

. '
....rd . -a �
tot . 9'
· ·::S . "
·. r . . Waktu
. s=
'tJ ::
·
·

.. .· bl)� . .,;.:i�
.
. .
. .· '9
'"
.
. ·.
: : .. . ·· : .' · · R .
· . · .
· · ·· . - . :.

<· · .
.
\ ... . . . .·. d! . d! d!;
.
. . . ·,
.� � �
. ;; : '. ' :
:
·

'• ' . : .· : J.

B. PENERIMAN NEGARA BUKAN PAJAK


' .
· ·1 ·:/

(Kode Perkiraan: 42)


Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
1.
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) diakui pada saat diterima
pada Kas Umum Negara.
2. Realisasi PNBP pada satu periode
laporan adalah sebesar total
capaian atau persentase capaian
dari anggarannya (estimasi
penerimaan) .
3. Akuntansi PNBP dilaksanakan
berdasarkan asas bruto , yaitu
dengan membukukan penerimaan
bruto dan tidak mencatat jumlah
netonya/jumlah setelah
dikompensasikan dengan
pengeluaran .
4. PNBP juga berasal dari
pengembalian Belanj a atas belanj a
yang terj adi pada tahun anggaran
lalu , yang dibukukan sebesar nilai
pengembaliannya sebagai
Pendapatan Lain-lain .

Dokumen yang Diperlukan:


1. Estimasi Penerimaan Negara
Bukan Paj ak yang Dialokasikan,
berdasarkan DIPA (Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran) revisi
dan / atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan DIPA;
2. Dokumen setoran bukan paj ak,
misalnya Surat Setoran Bukan
Paj ak (SSBP) / Surat Tanda Bukti
Setor (STBS) , dan dokumen lain
yang dipersamakan;
3. Surat Setoran Pengembalian
Belanj a (SSPB) ;
4. Memo Penyesuaian untuk PNBP;
5. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
atau dokumen lain yang dianggap
sah .

Langkah-langkah Reviu:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -

. ... .
'· , !.' rs i
. . · ..
Ase
,.
• ,, . \
.

·
:
. . ·" , .

. · "" ·... ...


·
'

·
.
.. ..

E8ti- 1::1 1::1 s:: R


Prosedur' Reviu · ·
. .. R
rn
Cll ' cd cd

o:
cd
· · Pereviu . : m asi
rn
.,
....
l . ,g. ft : ·. .=
.
·�
...

R
Cll
waktu
..

s::
· Cll -�:: -
·�
..
s:a.
b.O
'° .!.1 �Cl>
l!l4 l!l4 til til
::I Cll
. RCl>
l!l4
.
Cl> Cl>
; · ;a
Cl>
.. .

1. Teliti apakah saldo PNBP di LRA


telah sesuai dengan laporan PNBP
dari unit teknis dan bahwa seluruh
akun PNBP yang dikelola oleh unit
teknis telah disajikan dalam LRA,
melalui permintaan keterangan
dan penelusuran ke laporan PNBP.

2. Lakukan uji petik atas transaksi


PNBP dan Teliti apakah setiap
transaksi tersebut telah didukung
dokumen setoran bukan paj ak
(SSBP yang telah dilengkapi
dengan BPN) , melalui penelusuran
ke dokumen setoran bukan pajak.

3. Teliti apakah setiap transaksi


pengembalian belanj a tahun
anggaran lalu telah dibukukan ke
dalam akun PNBP, melalui
penelusuran dokumen SSPB ke
jurnalnya.

4. Teliti apakah informasi terkait


PNBP telah diungkapkan secara
memadai dalam CaLK.

Prinsip Dasar :
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

. · ,_.
.. .. .
. ._ ,
·• : . .
. . ' .
,.
.: . ·; Asersi
· · . :, .

s:i r::
s:i• '
Esti.. 1::1Cll ; 1::1Cll
.=
rn
Cll
Prosedµr Revilt
0
· Pereviu m asi cd . .!.1
.aCll
...

r::
.a .g
. ...
...
Cll
Waktu s:a.
Cll rn

s:i
b.O
'° �
R
P4
�·
l!l4 :: !
Cll

si..
Cl>
Cl>
. Q> \.
=:! =:!
c. BELANJA (Kode Perkiraan: 5)
Tujuan prosedur reviu berikut IDI . .

adalah untuk memastikan bahwa


pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun te lah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -

·Asersi

Prosequr Reviu

1. Belanj a diakui pada saat terj adinya


pengeluaran dari · Kas Umum
Negara.
2. Khusus pengeluaran melalui
Bendahara Pengeluaran,
pengakuannya dilakukan pada
saat pertanggungj awaban atas
. pengeluaran tersebut telah
disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi
perbendaharaan .

Dokumen yang Diperlukan:


1. Surat Kuasa Penggunaan Anggaran
(SKPA) , SKO , dan dokumen lain
yang dipersamakan;
2. Surat Perintah Membayar (SPM) ,
Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) ;
3. Surat Setoran Pengembalian
Belanj a (SSPB) ;
4. Memo Penyesuaian untuk Belanj a;
5. Laporan Realisasi Belanj a;
6. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
atau dokumen lain yang
dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah rekonsiliasi Belanj a
telah dilakukan antara unit
akuntansi dengan KPPN melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke Berita Acara
Rekonsiliasi.

2. Lakukan uji petik atas transaksi


Belanj a dan Teliti apakah setiap
transaksi tersebut telah didukung
dokumen pengeluaran yang sah,
melalui penelusuran ke dokumen
SPM dan SP2D .

3. Teliti apakah pengembalian belanj a

di catat
untuk periode berj alan telah
diakui dan sebagai
Pengembalian Belanj a (pengurang
nilai Belanja) , dengan melakukan
permintaan keterangan dan
penelusuran jurnal transaksi ke

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -

As e rs i

r:I ,s;:: r:I s:I


C'd C'd r:I
0 tU
C'd

0
... s
0
Prosedur ReViu.-
]tU i! ... .cl


.
. -.

] e s:I
C'd

=
"CS
bD .a

'14 •
� :f
'14 .�
C'd C'd

'14
Cl)
Cl)
Cl)
Cl)
� �

dokumen SSPB .

4. Teliti apakah pengembalian belanj a


periode sebelumnya telah diakui
dan dicatat sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak, dengan
melakukan permintaan keterangan
dan penelusuran jurnal transaksi
ke dokumen SSBP.

5. Teliti apakah setiap Belanj a Modal


telah dicatat dan menambah Aset
Tetap , dengan melakukan
penelusuran dokumen SPM dan
SP2D ke jun al dan Buku Besar.
Lakukan pengecekan terhadap
kertas kerj a Belanj a Modal-Aset
Tetap yang dibuat oleh unit terkait
apabila terdapat selisih antara nilai
Belanj a Modal dan nilai yang
menambah nilai Aset Tetap pada
SIMAK BMN.

6. Teliti apakah informasi terkait


Belanj a telah diungkapkan secara
memadai dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -

FORMAT 8:

PROSEDUR REVIU LO UAKPA

A. Langkah-langkah Reviu untuk Seluruh Akun LO: ·


.
fi." . ..., , . .

A s e r� i
:\/ 1---��-.--_��-_-.---�
- ��

Prosedur · Reviu
. ' .
, ·. ·· ,
.:
· : - '·

1 . Teliti apakah seluruh akun LO telah


dicatat ke dalam Buku B.esar sesuai
dengan dokumen sumber.

2 . Teliti apakah saldo akun LO telah


sesuai dengan saldo normal (niisalnya:
akun Pendapatan memiliki saldo
normal Kredit positif dan akun Behan
memliki saldo normal Debit positif)
dengan melakukan penelusuran ke
Buku Besar.

3. Teliti apakah Pendapatan Diterima di


Muka yang bukan merupakan
pendapatan pada periode berj alan
telah dilakukan penyesuaian.

4. Teliti apakah Pendapatan yang Masih


Harus Diterima yang merupakan
pendapatan pada periode berj alan
telah dilakukan penyesuaian.

5. Teliti apakah Behan Dibayar di Muka


yang bukan merupakan beban pada
periode berj alan telah dilakukan
penyesuaian.

6. Teliti apakah Behan yang Masih Harns


Dibayar yang merupakan beban pada
periode berj alan telah dilakukan
penyesuruan.

7. Teliti secara uji petik bahwa setiap


transaksi jurnal penyesuaian telah
didukung dengan Memo Penyesuaian
beserta dokumen pendukungnya.

8 . Teliti apakah keterangan terkait akun


LO telah diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -

'• '•
. . .
. .
.
' Aser,,.i
·.« ·
.. .. . . . .
'

·:: . �� :'.>:;
· · ·. ·
..

.
· . · .
'· · ·· . , ,

Prosed�r Re'V'iu · .

melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

B. Langkah-langkah Reviu Per Akun LO:


:
;
·:

Ase rs i
:.

<. . 01 .
'.
,
;
»
> ,: .
.

,:�\.�-�· . · .

A. PENDAPATAN PERPAJAKAN
(Kode Perkiraan: 4 1 )
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan ·

pelaporan akun telah sesuai dengan


SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Pendapatan Perpaj akan-LO diakui
pada saat:
a. timbulnya hak atas pendapatan ;
b . pendapatan direalisasi, yaitu
adanya aliran masuk sumber
daya ekonomi.
2 . Pendapatan Perpajakan-LO yang
diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan diakui pada
saat timbulnya hak untuk menagih
pendapatan .
3 . Akuntansi Pendapatan Perpaj akan­
LO dilaksanakan berdasarkan asas
bruto yaitu dengan membukukan
penenmaan bruto dan tidak
mencatat jumlah netonya/jumlah
setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran .
4 . Pengembalian Pendapatan
Perpaj akan-LO yang sifatnya normal
dan berulang (recurring) telah dicatat
seluruhnya sebagai pengurang
Pendapatan Perpaj akan-LO .
5 . Koreksi dan pengembalian yang

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -

. ··. , , ·... ·
· · .Asersi

Esti-' ·
Prosedur Reviu. Pereviu · <Jllasi '' . ....

-Wakt� ·a
·� . ·
sifatnya tidak berulang (non­
recu rring) atas Pendapatan
Perpaj akan-LO yang terj adi pada
periode penerimaan pendapatan
dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang
sama.
6. Koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non­
recurring) atas Pendapatan
Perpaj akan-LO yang terj adi pada
periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pacla
periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Rekapitulasi dokumen surat
ketetapan paj ak berupa rekapitulasi
SKP/ STP, SKPKB, SKPLB di DJP,
atau dokumen lain yang
dipersamakan . Untuk DJBC,
dokumen surat ketetapan paj ak
dapat berupa surat teguran, surat
peringatan, surat paksa, STCK- 1 ,
STCK-2 , SPTNP, SPKTNP, SPP,
SPSA, SPPBK, SPKPBK;
2 . Dokumen setoran paj ak, misalnya
Surat Setoran Paj ak (SSP) / Surat
Setoran Pabean , Cukai, dan Paj ak
(SSPCP) / Surat Tanda Bukti Setor
(STBS) atau dokumen lain yang
dipersamakan ;
3 . Laporan penerimaan perpaj akan,
misalnya Laporan Penerimaan
Perpaj akan Direktorat Jenderal
Paj ak/ DJP (data MPN selain PBB ,
Valuta Asing, Pengembalian
Pendapatan) , Laporan Penerimaan
Direktorat J enderal Bea dan
Cukai/ DJBC (Laporan Realisasi
Penerimaan BM , Cukai, PDRI , dan
PPNHT berupa Laporan 15
Harian / MPO) ;
4 . Rekapitulasi dokumen terkait
pengembalian perpaj akan berupa
SKPLB dan SPMKP di DJP. Untuk
DJBC berupa SKPC , SPKPC, SKPBM
dan SPMKBM .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -

,.
. .. . .
.

' ··· ; /), : ··,..;·· ·, '


" Asers i
,, . . ' · ..

.
i ,.
.. . . . • Esti-
.=
1· : . i:I
a i:I i:I

<IS
. . tel i:I

.
tel

0
. t'4 .s
Pro sedur Reviu Pereviu masi
iJ<IS iJ l? •M
flJ tel

<IS
Wiiktu
<IS
j
"'

S:l
U)
;�
• ." . . . s:i.
·. ·:··. bJ)
g, i:I .a

l:d .
.s
Pot
Pot

� i:I
4) � �
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh Pendapatan
Perpajakan-LO tahun berj alan telah
..J ..J
dicatat di dalam Buku Besar sesuai
dengan dokumen sumber.

2 . Lakukan penghitungan kembali


untuk memastikan bahwa
Pendapatan Perpaj akan-LO tel ah '1 '1
mencerminkan pendapatan yang
merupakan hak periode berj alan .

3 . Lakukan penghitungan kembali


untuk memastikan bahwa saldo
Pendapatan Perpaj akan-LO tidak
hanya mencerminkan pendapatan
yang berasal dari pembayaran paj ak ..J ..J
pada Kas Negara, tetapi juga telah
memperhitungkan hak/ kewajiban
yang mun cul akibat penerbitan
dokumen surat ketetapan paj ak.

4. Teliti apakah upaya hukum yang


menyebabkan timbul/ hilangnya hak
tagih atas ketetapan paj ak tel ah
..J ..J
menj adi unsur
penambah/ pengurang Pendapatan
Perpaj akan-LO .

5 . Teliti apakah nilai Pendapatan


Perpaj akan-LO yang berasal dari
pembayaran paj ak pada Kas Negara
tel ah sesuai dengan Surat Setor an
..J ..J
Paj ak/ Surat Setoran Paj ak Cukai
dan Pabean serta Lap or an
Penerimaan Paj ak/ Laporan
Penerimaan Bea dan Cukai.

6 . Teliti apakah nilai Pendapatan


Perpaj akan-LO yang berasal dari
penerbitan ketetapan pajak tel ah ..J ..J
sesuai dengan rekapitulasi dokumen
ketetapan pajak.

7 . Teliti apakah kewajiban pembayaran


kelebihan paj ak telah sesuai dengan
..J ..J
dokumen terkait pengembalian
perpaj akan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -

•.'
,: . Asersi ..
.

Esti'." . · . cd= ; . .R =
· , · , , ;;, ..

=
·
..
.
. .
. . . · , . '; _ ·.
. Per".yiu illa:- ';:"si ·· ·
.. . .•
·
'

.
Prosed:ur �eviti . . cd

0
.
... cd ' � .·
. ......
.. , .-":\:":_: : · . . C':S
... :
.s=
.
: W�k�'.fl , · �s= l ·
''. Cl)
. . (!$ cd

. ··
''. ;] .·
_:;-
·
.' 0
·r , 'e:it

s= ·
' .
., , _ :; .
. ··�� g, �
·

.Q

� ·�
cd
.,· ' ' . .: ·
· :.: � .
.


GI ' GI . GI
·- ·
.
. ·. GI . �·

8 . Teliti apakah informasi terkait


Pendapatan Perpaj akan-LO tel ah
,j
diungkapkan secara memadai dalam
CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

AS�tSi. · . . . :. . I

. ' ' .
·
. .
.
. .,.
..

B. PENDAPATAN NEGARA BUKAN


PAJAK
(Kode Perkiraan: 42)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Pendapatan Negara Bukan Paj ak
(PNBP) -LO diakui pada saat:
a. timbulnya hak atas pendapatan
b . pendapatan direalisasi, yaitu
adanya aliran masuk sumber
daya ekonomi.
2 . PNBP-LO yang diperoleh
berdasarkan peraturan perundang­
undangan diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih
pendapatan .
3 . PNBP-LO yang diperoleh sebagai
imbalan atas suatu pelayanan yang
telah selesai diberikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan,
diakui pada saat timbulnya hak
untuk menagih imbalan .
4 . Akuntansi PNBP-LO dilaksanakan
berdasarkan asas bruto yaitu
dengan membukukan penerimaan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -

:; · . ·

" . .'- ' ·

.'

·. ·. . ::s �Cd � ..
·::::
. Esti.; R d
;!fJ
. . . . · ' eel
Prosedur Reviu Pereviu masi . . o
"4
waii:tu �.. .; .

- . �
·
.�
.

:
;
� d:·� �
04 · 04 ·
· .
.]
� �

bru to dan tidak mencatat jumlah


netonya/jumlah setelah
dikompensasikan dengan
pengeluaran .
5 . Koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non­
recu rring) atas PNBP-LO yang terj adi
pada periode berj alan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada
periode yang sama.
6. Koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non­
recu rring) atas PNBP-LO yang terj adi
pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pada
periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Dokumen setoran bukan paj ak,
misalnya Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP) / Surat Tanda Bukti Setor
(STBS) , dan dokumen lain yang
dipersamakan;
2 . Surat Setoran Pengembalian Belanj a
(SSPB) ;
3 . Laporan PNBP;
4. Dokumen kontrak/perj anjian terkait
PNBP;
5. Memo Penyesuaian untuk PNBP.

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh PNBP-LO
tahun berj alan telah dicatat ke
dalam Buku Besar sesuai dengan
dokumen sumber.

2 . Lakukan penghitungan kembali


untuk memastikan bahwa PNBP-LO
telah mencerminkan pendapatan
yang merupakan hak periode
berj alan .

3 . Teliti apakah PNBP-LO


diakui/ dicatat pada saat timbulnya
hak/ kewajiban dan tidak semata­
mata pada saat kas masuk ke Kas ·

Umum Negara dengan melakukan


uji petik ke dokumen sumber.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -

Asersi
· • .:
�:

'"· ' . ·. . . . .
.
· , , · -. , ,
·. · .
! ' ' "
' ,· '
.'

EsU·
' '

. Prosedur Reviu ·
R

R <. R
af af R ··.s::
Perevlu :niasi k cu
-
...
,, .Sfaf l e
k ' .' s::
·. � '
.a
. II) .af
W'�ktu · o
i:a.
cu . 0

. e .. . ·Q,
' bl)

· · . ·�
.11

cu .


af .
. ' .

·
R


� ·
� �

:. ..
. · ·· �

4 . Teliti apakah PNBP-LO Diterima �

Dimuka yang bukan merupakan


.../
pendapatan pada periode berj alan
telah dilakukan penyesuaian .

5 . Teliti apakah PNBP-LO Yang Masih


Harus Diterima yang merupakan
.../
pendapatan pada periode berj alan
telah dilakukan penyesuaian

6 . Teliti apakah informasi terkait PNBP-


LO telah diungkapkan secara .../
memadai dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

. As e rs i

.. " Esti� ' ,. �

Prose'dur:�eviu .. P_e reviU. · masi


·

. · ·· . ·

·... · - , · _
.
.

· · · · . :·waJr:�.:a:
,

·
,, . . 1· ' : • .

. , ·'

C. BEBAN (Kode Perkiraan: 5)


Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Beban diakui pada saat:
a. Timbulnya kewajiban, yaitu saat
terj adinya peralihan hak dari
pihak lain ke pemerintah tanpa
diikuti keluarnya kas dari kas
umum negara/ daerah .
Contohnya tagihan rekening
telepon dan rekening listrik yang
belum dibayar pemerintah .
b . Terj adinya konsumsi aset, yaitu
saat pengeluaran kas kepada
pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/ atau

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -

. ' •
.


· · Asersi
s::f
s:: s::
•,
,. ... :· '
..
. · .

. .
' ,.. • .
·
"
:
· Esti- ..
.

a
ell
. . ell i:I
·., ·
ell
...
. . ... Cl!
Prosedur Reviu Pereviu · . masi •. .. · ;... · -
· ,.

..
. ,.•
. .
."! ,
! .

.

:. Waktu
< . .. . ·. ;.
� l · . . .
l!
0 fl) . Cl!
.Cl
. . rn

s::
·, ell ·,:.'d
. .. ·.
fa . g, Poi ...
·
'
. "2

.
� s::
.

�.
< .
' . : ep
ell C'd

11c. �
Cl>
"
d! . 5
Cl>
l1c �

konsumsi aset non kas dalam


kegiatan operasional pemerintah .
c . Terj adinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi j asa terj adi
pada saat penurunan nilai aset
sehu bungan dengan penggunaan
a set bersangkutan/berlalunya
waktu . Contoh penurunan
manfaat ekonomi atau potensi
j asa ad al ah penyusutan atau
amortisasi.
2 . Penerimaan kembali atas Be ban
yang kelebihan dibayar, yang terj adi
pada periode be ban dibukukan
sebagai pengurang be ban pada
periode yang sama. Penerimaan
kembali atas Beban yang kelebihan
dibayar yang diterima pada periode
berikutnya, koreksi atas beban
dibukukan dalam pendapatan lain-
lain . Dalam hal mengakibatkan
penambahan Beban dilakukan
dengan pembetulan pada akun
ekuitas .
3 . Dalam. hal Badan Layanan Umum,
Beban diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang
mengatur mengenai Badan Layanan
Umum .
4 . Beban telah dikelompokkan dalam
kegiatan Operasional clan Non
Operasional. Beban yang sifatnya
tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam. kegiatan non
operasional .

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Surat Kuasa Penggunaan Anggaran
(SKPA) , SKO , clan dokumen lain
yang dipersamakan ;
2 . Surat Perintah Membayar (SPM) ,
Surat Perintab Pencairan Dana
(SP2D) ;
3 . Surat Setoran Pengembalian Belanj a
(SSPB) ;
4 . Memo Penyesuaian untuk Be ban
atau dokumen lainnya yang
dianggap sah.

Langkah-langkah Reviu:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 85 -

.
Asersi
.

s:I R R s:I
R
Esti - CIS
· ff •CIS
-
CIS
Prosedur Reviu · Per�viu m as i
. rn
....

Waktu .aCIS � e
0 rn CIS
.a=
CIS

s= . · gs,,
CIS ·�
Poi . ·�

s=
bD . s:I

. . f:!.4 .
. .!3
ll4 < · �
.· CIS
.G> . Q> ,;· • 4) . , . 4)
Q>
ll4 ··· :

, · ..

1 . Behan Pegawai (Kode Perkiraan:


5 1)

a. Teliti apakah saldo Beban


Pegawai tel ah sesuai dengan
penjumlahan rincian akun-
..J
akunnya dalam Buku Besar,
dengan melakukan penelusuran
dalam Buku Besar.

b . Teliti apakah penyesuaian akrual


telah diinput dengan benar dan
nilainya telah sesuai dengan
dokumen sumber terkait:
Beban pegawai yang masih harus
dibayar contohnya uang makan
untuk periode pelaporan yang
belum dibayar ,kenaikan gaji
pegawai pada periode pelaporan
yang belum dibayar, dll .

Dokumen yang Diperlukan :


a. Buku Besar;
b . Rincian gaji pegawai yang masih
harus dibayar;
c . SK kenaikan gaji pegawai.

2. Beban Persediaan (Ko de


Perkiraan: 593)
a. Dapatkan nilai persediaan awal
dari saldo awal neraca.

b. Dapatkan nilai persediaan akhir


berdasarkan BA stock opname
persediaan per akhir periode .

c . Dapatkan nilai pembelian


persediaan berdasarkan
dokumen sumber (SPM / SP2D
Belanj a Barang Persediaan) .

d . Lakukan penghitung saldo Beban


Persediaan yang disajikan di LO
dengan formulasi: saldo awal
ditambah penambahan
persediaan (baik yang berasal
dari pembelian persediaan
maupun transfer masuk) ,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -

y /: :,
·
..,, '· Ase.rsi ·

.,
Esti,. .. ) . Clf
R ·R s:: r:i
R

·
Clf
Prosedur · Reviu Pereviu · masi,'- · . · ...
.rn , -�� Clf

rn
...

Waktu'. .·.Qc'iS �
e .s=
Clf
0 "ti

R
� •':�
R

.·.

.SSo ·· ,,Q

> �
bl)
... .!!I
� .�
Clf


4) 4) ·
� .· �
·
4)
· .. · ·
. . ··

dikurangi persediaan akhir


berdasarkan data dari unit
teknis, melalui permintaan
keterangan dan penghitungan
kembali .

Dokumen yang dibutuhkan :


a. Saldo awal neraca;
b. BA Stock Opname Persediaan;
c . SPM / SP2D Belanj a Persediaan .

3 . Behan Barang dan Jasa (Kode


Perkiraan: 521 dan 522)
a. Teliti apakah saldo Beban Barang
dan Jasa telah sesuai dengan
penjumlahan rincian akun­
akunnya dalam Buku Besar,
dengan melakukan penelusuran
dalam Buku Besar.

b . Teliti apakah penyesuaian akrual


telah diinput dengan benar dan
nilainya telah sesuai dengan
dokumen sumber terkait:

1 ) Beban Belanj a Barang dan


Jasa yang masih harus
dibayar contohnya listrik/ air
dan langganan daya dan j asa
lainnya yang sudah
digunakan/ dinikmati pada
periode berj alan namun
belum dibayar, beban honor
yang kegiatannya terj adi
pada periode herj alan namun
helum dibayar sampai akhir
periode dll .
2) Behan Belanj a Barang dan
Jasa dihayar di muka

dibayar sekaligus untuk 1


contohnya beban sewa yang

(satu) tahun atau lebih harus


disesuaikan dan diakui
hanya untuk periode
berj alan .

c . Apabila terdapat Behan Barang


dan J asa yang digunakan untuk
memheli persediaan contohnya
pembelian ATK · dengan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 87 -

Asersi · ·..

...

Esti-' ·
Prosedur Reviu Perevitl . masi ·.•

· ·. ·· : Walttli '

menggunakan akun Belanj a


Keperluan Perkantoran, teliti
apakah nilai pembelian
persediaan terse but telah
dikeluarkan dari nilai Beban
Barang dan Jasa.

Dokumen yang diperlukan :


a. Buku besar rincian beban barang
dan j asa;
b. Nilai realisasi belanj a barang dan
j asa;
c. Dokumen kontrak/ sewa yang
dibayar dimuka;
d. Tagihan langganan daya dan j asa
yang masih harus dibayar;
e . Rincian Kas di Bendahara
Pengeluaran (terkait pembayaran
belanj a barang dari. jasa yang
belum diserahkan kepada Pihak
Ketiga) .

4. Beban Pemeliharaan (Ko de


Perkiraan: 523)
a. Teliti apakah saldo Beban
Pemeliharaan tel ah sesuai
dengan penjumlahan rincian ..J
akun-akunnya dalam Buku
Besar.

b . Teliti apakah penyesuaian akrual


telah diinput dengan benar dan
nilainya telah sesuai dengan
dokumen sumber terkait:
1 ) Behan Pemeliharaan yang
masih harus dibayar;
2) Beban Pemeliharaan dibayar
dimuka contohnya kontrak
kegiatan pemeliharaan yang
dibayar sekaligus (dibayar
dimuka) .

c. Apabila terdapat Beban


Pemeliharaan yang digunakan
untuk membeli persediaan
dengan menggunakan akun
Belanj a Pemeliharaan Gedung
dan Bangunan, teliti apakah nilai
pembelian persediaan tersebut
telah dikeluarkan dari nilai

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88 -

.
·.
Asersi
.

·.
·'
.
s:: s:: s:: s::
, "

d
. ,

Esti�· · Cll Cll


Prosedur Reviu Pereviu masi e ... ·. �Cll ·.
" '
: wa:ktu
l .= e
0
.

U2
•cf
.d
Cll

s= . . . Qi
. . U2
. Cll ,:a.

s=
. .
. , bl)
.!! · : ;G> �
" "
. ·.
P-4
J
<
.

P-4
: _· · · '
..
. . ·. • .
> G>
� G>
G> ·

..
.
· �
: -. < !· ' ' '


·

Behan Pemeliharaan .
.

Dokumen yang diperlukan :


a. Buku hesar rincian hehan
pemeliharaan ;
h . Nilai realisasi helanj a
pemeliharaan;
c. Dokumen kontrak/ sewa. yang
dihayar dimuka;
d. Tagihan hehan pemeliharaan
yang masih harus dihayar; dan
e . Rincian Kas di Bendahara
Pengeluaran (terkait pemhayaran
untuk pemeliharaan yang helum
dihayarkan ke Pihak Ketiga) .

5 . Beban Perjalanan Dinas (Kode


Perkiraan: 524)
a. Teliti apakah saldo Behan
Perj alanan Dinas tel ah sesuai
dengan penjumlahan rincian
'1
akun-akunnya dalam Buku
Besar, dengan melakukan
penelusuran dalam Buku Besar.

h . Teliti apakah penyesuaian akrual


telah diinput dengan henar dan
nilainya telah sesuai dengan
.,;
dokumen sumher terkait Behan
Perj alanan Din as yang masih
harus dihayar.

c. Apahila terdapat Behan


Pemeliharaan yang digunakan
untuk memheli persediaan
dengan menggunakan akun
Belanj a Pemeliharaan Ge dung .,;
dan Bangunan , teliti apakah nilai
pemhelian persediaan tersebut
tel ah dikeluarkan dari nilai
Behan Pemeliharaan .

Dokumen yang Diperlukan :


a. Buku besar rincian he ban
perj alanan dinas ;
b. Nilai realisasi helanj a perjalanan
dinas ;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89 -

Asersi

R R
.
. ,':
Esti� ftl . · �

rn ftl
R ftl
Pereviu masi ... C1I
Prosedur Reviu ·
rn
ftl ...

Waktu ' ,gC'd l


. ... .a=

c:i..
'CU ·
R
. . ·
0 'tS
e
.· � R
g, �· �Q)
· ·. � . t:d
..

. Pot
. ftl
Q)
Pot .
Q) � . . �. . , Cl)

c. Rincian Kas di Bendahara


Pengeluaran (terkait uang
perj alanan dinas yang helum
dihayar) .

6 . Beban Penyusutan dan Amortisasi


(Kode Perkiraan: 59 1 dan 592)
a. Teliti apakah saldo Behan
Penyusutan dan Amortisasi telah
sesuai dengan penjumlahan
-v
rincian akun-akunnya dalam
Buku Besar, dengan melakukan
penelusuran dalam Buku Besar.

h . Teliti apakah saldo masing-


masmg Behan Penyusutan dan
-v -v
Amortisasi telah sesuai dengan
perhitungan .

Dokumen yang Diperlukan :


a. Buku hesar rincian hehan
penyusutan dan amortisasi;
b . Nilai penyusutan dan amortisasi
pada kertas kerja.

7. Beban Penyisihan Piutang Tak


Tertagih (Koder Perkiraan: 594)
a. Teliti apakah saldo Behan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
telah sesuai dengan
penjumlahan rincian akun-
akunnya dalam Buku Besar,
dengan melakukan penelusuran
dalam Buku Besar.

b . Teliti apakah saldo · Behan


Penyisihan Piutang Tak . Tertagih
telah sesuai kertas kerja
Penyisihan Piutang PNBP dan
kertas kerj a Penyisihan Piutang
TP/TGR.

Dokumen yang Diperlukan :


a. Buku besar rincian hehan
penyisihan piutang tak tertagih ;
h . kertas kerj a penyisihan piutang
pajak;
c. kertas kerj a Penyisihan Piutang
PNBP;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90 -

.. i ·. . . . Asersi .•
.
, . .
. ·
.'
'

r:I
.
.. Esti- r:I
a
. ,.

=
Pereviu as = as
.

. . as
• ,
k
"

Prosedµr ReViu masi


·.&Ias f! ' · Clf .
· .=

. · s:: : �
.a Ill) ell
....

Wa.ktu 0

I
"C -
fl)
Qi
b.O
g,
· �
=

= .s . . . as

114
"

Cl> Cl>
.

Cl> Cl> .
114 Cl> 114

d. kertas kerj a Penyisihan Piutang


TP/TGR.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

. . "
.

Asersi .
.
; .

'

·.
·,
· ·. . . . '·

. Esti- ·
.,

= =·
. "

. . " � ·. · .· =as
· · C'd · .=
"

. .
=
Perevbf ·
"

as ·

Prose dur Reviu > · . · f!


, .

. inasl
. ' .. .

as
]I ]I k

s:: ..
as
-

Ill)
· waktu 0 as . . "C fl)


. as
k
-

Qi

r:I
.

. �

g, . .J!I .�
.

•' 0 •


. 114 114
.
.

·
.. .· .
C'd

·.
114
�·· · Cl>
' "

Cl>

, .

Cl>
Cl),
"

.
.

D. PENDAPATAN/BEBAN PELEPASAN
ASET NON LANCAR (Kode Perkiraan:
423/596)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Pendapatan /Beban Pelepasan A set
Non Lan car adalah
pendapatan /beban yang sifatnya
tidak rutin yang berasal
pemindahtanganan as et tetap dan
harus dikelompokkan sendiri dalam
kegiatan non operasional.
2 . Surplus / defisit Pelepasan A set
merupakan selisih antara nilai buku
aset dengan harga jual aset.
3 . Pengakuan keuntungan dilakukan
sebagaimana pengakuan
pendapatan .
4 . Pengakuan kerugian dilakukan
sebagaimana pengakuan beban .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 91 -

Asersi
; ·.
; Esti- s:I · C1S= · R R

0
., C1S R C1S
Prosedur Reviu Pereviu masi ... �·
0
...

. . Waktu. ]·
C1S ] � 0
e .
C1S
' "ti
.c:
C1S
e
R . . '° .i1· �· �
' till , i::
.
·� �
·. � C1S

· �
·
'· �
., 4) R 4)
4)

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Dokumen penghapusan BMN;
2. Dokumen Lelang BMN;
3. S SBP atas penjualan BMN;
4. Berita Acara Serah Terima BMN atau
dokumen lain yang dianggap sah.

Langkah-langkah Reviu:
1 . Dapatkan dokumen terkait
pelepasan aset.

2 . Teliti apakah perhitungan


pendapatan/beban pelepasan aset
telah sesuai dengan dokumen
pendukung, antara lain :
a. Dijual (risalah lelang atau
dokumen penjualan) ;
b . Dipertukarkan (BAST) ;
c . Dihibahkan (BAST) ;

3 . Dalam hal pelepasan Aset Tetap


akibat dari pemindahtanganan
dengan cara dijual, teliti apakah
selisih antara harga jual dengan nilai
buku Aset Tetap terkait telah dicatat
sebagai Pendapatan / Beban
Pelepasan Aset dan telah dilaporkan
pada Laporan Operasional bagian
Kegiatan Non Operasional.

4. Teliti apakah dalam hal pelepasan


Aset Tetap merupakan akibat dari
pertukaran aset dan dalam
pertukaran tersebut terdapat
tambahan Kas maka:
a. mitra wajib menyetorkan uang
ke Rekening Kas Umum Negara
sejumlah selisih nilai lebih
antara barang yang dilepas
dengan barang pengganti paling
lambat sebelum pelaksanaan
serah terima barang. Atas
setoran ini dicatat sebagai
pendapatan oleh pemerintah
sebagai Surplus Atas Pelepasan
Aset;
b. apabila di dalam tukar menukar
antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah terdapat

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 92 -

Asersi
. .
s:: s:: s:: s:I
. '
s::
Esti-
.cl
. C'd
f . cd cd
Prosedur Reviu Pereviu masi
.aC'd .a e . .... ·-
. s::
'Waktu a � cd

s::
0 ··
ti)
· �
. bl) '
�II>
..
..
.
;•

.. . '
. .

II> · � . d!•s
II>
.

. . . l:d
. �'
' ('d,
II>

p,.

selisih lebih, maka selisih lebih


dimaksud dapat dihibahkan dan
dituangkan di dalam Berita �
Acara Hibah.

5 . Teliti apakah informasi terkait


Pelepasan Aset Non Lan car tel ah
-.J
diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

' · .

. ·
.
. · ,·

..
. !
' ·
. .
Asersi ·· ·: .· . .

. ..
·, , · 1 .
· :
, . . . Esti� . cds:: ;
' .. ' ·
..

.cl
Prosedur Reviu
·

Pereviu · masi ...


s:I
C'd
" s::
s ;
·

.a -

. r:I
...
.0
wa ktu · .a ti). . Cd
' "tf
C'd

s:I
0 ti)
g, . . . en �
Cd
...

l:d
s
< l:d
.a . .. ' Cd Cd
·
II>
d!
II> R II>
i:aot II>
p. .

E. PENDAPATAN /BEBAN SELISIH KURS


YANG BELUM TEREALISASI (Kode
Perkiraan: 49 1 /596)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Transaksi dalam mata uang asing
harus dibukukan dalam mata uang
rupiah.
2. Pendapatan / Beban Selisih Kurs
yang Belum Terealisasi adalah
pendapatan /beban yang timbul
pada saat penj abaran pos moneter
dalam mata uang asing ke dalam
mata uang rupiah pada tanggal
pelaporan .
3 . Pendapatan /Beban Selisih Kurs
yang Belum Terealisasi dilakukan
pada saat tanggal pelaporan dengan
memperhatikan timbulnya

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 93 -

Asersi
..
..

s:I s:I ' s:I


s:I �·
· Esu- ·
Prosedur Revi11 . . Per iu masi ·
cu . cu
k

0 � 0
ev cu ....
'.
] ] k .-=

R
. . . 1.
C'd
Wakt:u 0

s::
' . C'd cu 'ti
·
' c:a. .
bl)
� k

ii..

ii..
' C'd
Q)
ii..
R
Q)
Q)
! ' Q)
� �
hak/kewajiban atas transaksi dalam
mata uang asing tersebut.

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen terkait pos-pos moneter
dalam mata uang asing, atau dokumen
lain yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah setiap pos moneter
dalam mata uang asing yang masih
mempunyai nilai pada tanggal
pelaporan telah dij abarkan ke dalam
mata uang rupiah . dengan
menggunakan Kurs Tengah Bank
Indonesia (BI) pada tanggal
pelaporan .

2 . Lakukan penelusuran untuk


memastikan bahwa
Pendapatan / Beban Selisih Kurs
yang Belum Terealisasi ad al ah
.y
pendapatan /beban yang timbul
akibat selisih Kurs Tengah BI pada
saat transaksi clan Kurs tengah BI
pada tanggal pelaporan .

3 . Untuk awal periode, lakukan


penelitian apakah
Pendapatan /Beban Kurs yang
Belum Terealisasi periode sebelumya
telah dilakukan jurnal balik untuk
membalik akun tersebut.

2. PENDAPATAN/BEBAN SELISIH KURS


YANG TEREALISASI
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Transaksi dalam mata uang asing
harus dibukukan dalam mata uang
rupiah .
2 . Pendapatan / Beban Selisih Kurs
yang Terealisasi adalah
pendapatan /beban yang timbul
akibat selisih Kurs Tengah BI antara

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 94 -

As e rsi

1:1 1:1 1:1 r:::


s:::
ESti-
.

. .
. t'll t'll al
. Prosedur Reviu ... s
.· · Pereviu· m asi ...
] e .a=
.
.
'- ..

Waktu. C'd · ] 0
Pt
U2
e
. C'd
.· 'tS
t'll
Ill

s:::
: bl)
g, ·� · s:I
. C'd �Cl)
bl: bl:
·.

�·
S::: ·
. . .·.
Cl)

· �.
. . Cl)
Cl)
�. � •
.
Cl)

tanggal pencatatan awal pos moneter


dalam mata uang asing dengan
· tanggal pelunasan/pembayaran pos
moneter tersebut.
3. Pengakuan Pendapatan /Beban
Selisih Kurs yang Terealisasi
dilakukan pada saat tanggal
transaksi dengan memperhatikan
timbulnya hak/kewajiban atas
transaksi dalam mata uang asing
terse but.

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen terkait pos-pos moneter
dalam mata uang asing, atau dokumen
lain yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pencatatan awal setiap
pos moneter menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal pencatatan .

2 . Teliti apakah
pelunasan/pembayaran setiap pos
moneter dalam mata uang asing
ditranslasikan dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal
transaksi .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berjenjang.

' " ; .A:s e rsi

� . s:1

·�::s
· ESti-
·
..

Prosedur Revlu . · PereVi-µ . .masi ... , · fl ....


Waktu ·� ] e
.

· o

. 'i t f �
.

� .
1 ·. :.

F. PENDAPATAN/BEBAN POS LUAR


BIASA
Tujuan prosedur reviu berikut ini

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 95 -

Asersi

Esti­ �
.Cl

0 ell
R

0
Prosedur Reviu C'd


Pereviu masi
0
e ....

Poi
Ci!
R
Waktu
::s
· fl
� -=Cl)
. Q.i :id :id
ell
. • .. . : ' Cl)

. . .
Cl)

adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan · dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:

1 . Pos Luar Biasa adalah pendapatan


luar biasa atau beban luar biasa
yang terj adi karena kej adian atau
transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terj adi, dc:m berada
di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan .
2 . Sifat dan jumlah rupiah kej adian
luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan
Keuangan .

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Pernyataan Manaj emen terkait
·
transaksi yang menyebabkan
pendapatan /beban luar biasa;
2 . Dokumen penerimaan/ pengeluaran
terkait pos luar biasa yang dianggap
sah .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah atas setiap pengakuan
Pos Luar Biasa telah didukung
pernyataan manaJ emen serta
kronologi terj adinya peristiwa luar
biasa tersebut.

2 . Teliti apakah peristiwa luar biasa


telah memenuhi setiap karakteristik
Pos Luar Biasa. Apabila tidak
memenuhi salah satu unsurnya
maka dianggap sebagai
pendapatan/beban dari kegiatan
non operasional lainnya.

3 . Teliti apakah saldo


Pendapatan /Beban Luar Biasa telah
sesuai dengan dokumen pendukung.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit aktintansi harus segera

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 96 -

• : ·:

Asersi

s:: d R·
ell s::
.. .

. ell
Es.ti- :

. .cl
; ·.

ell
. .. .

ell
ell

0
ell
Prosedur Reviu Pereviu niasi •pf ·-

Waktu ':,;
·· . l .
tot

Cl. a
..

d
•tf

' a::
as Ill
: b.O
: gs, �Q>
1::1 JIQ>
::id ::id
ell
G> •
· '. �
..

·�
Q> � � Q>

melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 97 -

FORMAT 9:

PROSEDUR REVIU LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

A. Langkah-langkah Reviu untuk Seluruh Akun LPE:

· Asersi
. .
. ' •. ' : .
. ...

·
Prosedur Reviu ,

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keaJidalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Ekuitas merupakan kekayaan
bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal laporan .
2 . Saldo ekuitas di Neraca berasal dari
saldo akhir ekuitas pada Laporan
Perubahan Ekuitas .

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Laporan Keuangan Audited periode
sebelumnya;
2 . dokumen pendukung lainnya.

Langkah-langkah Reviu:

1 . Teliti apakah Saldo Awal Ekuitas


telah sesuai dengan Saldo Ekuitas
Neraca periode sebelumnya.

2 . Teliti apakah setiap Dampak


Kumulatif Perubahan Kebij akan
Akuntansi/ Kesalahan Mendasar
telah didukung dengan dokumen
sumber.

3 . Teliti apakah nilai akun Diterima


.'
Dari Entitas Lain (DDEL) dalam
Neraca Percobaan tel ah sesuai
dengan nilai Pendapatan dalam -Y
LRA. Apabila terdapat selisih antara
DDEL dengan nilai Pendapatan
dalam LRA, lakukan penelusuran.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 98 -

..
· · ." , '··
. .
._·, : .' · ··. .
'
·. . . · .·
.

. . .. ·· ' ' .

'Prosedur .:R.eviu · ·

..
·. ·.. . .. · ..

. ;. : :;
. . •·
.

4 . Teliti apakah nilai akun Ditagihkan


Ke Entitas Lain (DKEL) dalam
Neraca Percobaan telah sesuai
dengan nilai belanj a dalam LRA.
Apabila terdapat selisih antara
DKEL dengan nilai Belanj a dalam
LRA, lakukan penelusuran .

5 . Teliti apakah seluruh aset yang


diterima oleh satker yang berasal
dari luar entitas akuntansi telah
tercatat pada akun Transfer Masuk.

6 . Teliti apakah seluruh aset yang


keluar dari entitas akuntansi telah
tercatat pada akun Transfer Keluar.

7 . Teliti apakah transaksi Transfer


M asuk dan Transfer Keluar telah
didukung dengan dokumen sumber
pencatatan yang sah . Contoh :
Akun Transfer masuk atas aset'
tetap yang diterima oleh satker telah
sesuai dengan Laporan Daftar BMN
dan telah didukung oleh Berita
Acara Serah Terima (BAST) .

8 . Teliti apakah koreksi hasil reviu


atas Surplus/ Defisit Laporan
Operasional (jika ada) telah
diperhitungkan pada LPE.

9 . Telitiapakah unsur-unsur yang


terdapat dalam Laporan Perubahan
Ekuitas telah diungkapakan secara
memadai dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 99 -

FORMAT 10:

PROSEDUR REVIU NERACA UAKPA

A. Langkah-langkah Reviu untuk Seluruh Akun Neraca

. .
. .

Prosedur �eviu

:�· . . .'

1 . Teliti apakah rincian akun Neraca


telah disajikan sesuai BAS dengan
melakukan perbandingan terhadap
klasifi.kasi BAS .

2 . Teliti apakah saldo awal akun


Neraca telah sama dengan saldo
akhir akun Neraca periode
sebelumnya, dengan melakukan
penelusuran ke Neraca periode
sebelumnya.

3. Teliti apakah saldo akun Neraca


telah sesuai dengan saldo norm al
(misalnya: akun Aset memiliki saldo
normal Debet positif dan akun
Kewajiban memiliki saldo normal
Kredit positif) , dengan melakukan
penelusuran ke Buku Besar.

4 . Teliti apakah saldo akun Neraca


telah sesuai dengan Buku Besar,
dengan melakukan penelusuran ke
Buku Besar.

5. Teliti apakah secara uji petik bahwa


setiap transaksi jurnal
penyesuaian/jurnal koreksi yang
terkait akun Neraca telah didukung
dengan Memo Penyesuaian, dengan
menelusuri keberadaaan Memo
Penyesuaiannya.

6 . Teliti apakah rekonsiliasi internal


akun Neraca telah dilakukan antara
unit penyusun LK dengan unit
teknis, melalui permintaan
keterangan dan penelu suran ke
dokumen hasil rekonsiliasi internal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 00 -

· Asersi

. Esti­
W8.Ji:t U
Prosedut Reviu . PereViu . · m asi
·
· ' ·· · ·
..

· . · · · _.·'; ·.

. .• .. '
·
. . .

7 . Teliti apakah rekonsiliasi eksternal


telah dilakukan antara unit
akuntansi dengan instansi terkait,
antara lain Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang
{KPKNL) , melalui permintaan
keterangan dan penelusuran ke
Berita Acara Rekonsiliasi.

8 . Teliti apakah unsur-unsur yang


terdapat ·dalam CaLK telah
diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 101 - .

B. Langkah-langkah Reviu Per Akun Neraca

· Asersi

Prosedur Revi� ' , Perevi11

. .

• " .· .

" : ·:· - :·
. ..
·
' .-: . '.·
··
. . , . ,
. , :

KAS DI BE.N:PAHARA ' · ·' , ',

PENGELU� .. . . :·· . .• ·' ·-·�


. . .
'
. ..< ' . · .·. .

A.
·..
·
. .

(KODE PERKI�= l f16F


Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
merupakan kas yang dikuasai,
dikelola, dan berada di bawah
tanggung j awab Bendahara
Pengeluaran , yang berasal dari
sisa U ang Persediaan (UP) dan
Tambahan Uang Persediaan (TUP)
yang belum
dipertanggungj awabkan atau
disetorkan kembali ke Kas Negara
per tanggal Neraca.
2. Kas di Bendahara Pengeluaran
mencakup seluruh saldo rekening
Bendahara Pengeluaran, uang
logam, uang kertas dan lain-lain
kas termasuk bukti pengeluaran
yang belum
dipertanggungj awabkan yang
sumbernya berasal dari dana UP
yang belum disetor kembali ke
Kas Negara per tanggal Neraca.
3. Kas di Benda11ara Pengeluaran
disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valli ta
asing, maka dikonversi ke dalam
rupiah dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal N eraca.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 02 -

:. . . .
,· . . .
.' · · . .

· · ·;(:
. .·
.. ,. " . . �.
;· •. · . .. •
• Asersi
'

., .· . ·
. .·

·
. . ..
.
; :. ·, . . . .
· ;
.
. ·. _.·:· . · •. · , .
, . �· Esti-· · .
. t'll. ' . t'll
s= .. s= s= s=
Prosedut Revlu PereViu ' . . masi· -
s= t'll
· '"
.!!I
·

·. ·waktu ·. jbl)
al
.. 0 fl
B fl)
...
al
s=
t'll
"d
.ct
t'll
Ul

d
c:i,.
g, �

s= t'll
- t'll

d! "'4
Gj .
U)
"'4 � U)
·�

Dokumen yang Diperlukan:


1. Rekening Koran;
2. Buku Kas Umum;
3. Buku Kas Pembantu ;

5.
4. Berita Acara Pemeriksaan Kas ;
Register Penutupan Kas ;
6. Surat Se toran Bukan
Paj ak(SSBP) / Surat Setoran
Paj ak(SSP) ;
7. SPM , SP2D-UP d an SP2D-TUP;
8. M emb Penyesuaian Kas di

9.
Bendahara Pengeluaran ;
Bukti-bukti pengeluaran yang
belum dipertanggungj awabkan.

Langkah-langkah ReViu:
1. Teliti apakah saldo Kas di
Bendahara Pengeluaran yang
disajikan di Neraca hanya
mencakup UP dan TUP dengan
membandingkan saldo kas (Uang
Tunai di Brankas, Saldo rekening
Koran di Bank, bukti-bukti
pengeluaran yang belum
dipertanggungj awabkan , dan
tidak termasuk Jasa Giro) dengan
SP2D-UP dan SP2D-TUP.

2. Teliti apakah saldo Kas di


Bendahara Pengeluaran telah
disajikan sebesar nilai rupiahnya,
dengan melakukan penelusuran
ke Register Penutupan Kas .

3. Teliti apakah saldo kas di


Bendahara Pengeluaran pada
akhir tahun anggaran ad al ah
nihil, melalui penelusuran ke
Berita Acara Pemeriksaan Kas
dan Register Penutupan Kas . ;j ;j ;j
Apabila saldo kas tidak nihil,
maka Teliti apakah saldo tersebut
telah disetorkan ke Kas Negara,
melalui penelusuran ke dokumen
SSBP-nya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 03 -

..
. ,·. : ·: . ;
. .(, .
, . "· ;
.

.·. ·
.. ; ·
Asersi

E$ ti r:: r:: s:I


s:I
-. ..


: - s:I

. ::s
cu cu cu
Prosedur Reviu ·.
M
Pereviu m a.si · ... cu ;...
J!
·· · : ·

;
Waktu .acu ... .
fl) cu cu

s:I
:
0
cu 'ts UJ
...
"
:

r::
·s:i.t

.
.
tl4
e, . s:I
�G>
.. Pot
. .
J!
Pot td
cu
.
.. . .

·�
. .

Pot
, .
. .. ; ;: ·. :

.
..
.
G>
G)
G)
::!
4. Teliti apakah jumlah pengeluaran
yan g belum
dipertanggungj awabkan adalah
sesuai dengan Berita Acara
Pemeriksaan Kas, Register
Penutupan Kas, dan bukti-bukti
pengeluarannya, melalui
penelusuran ke dokumen-
dokumen dimaksud.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, m aka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan terse but
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
:
- 1 04 -

·
. ..
. ·
.. Asersi · ·
·. · .·
•.::� ]�.:
... . ' :
.
.
..

·
:.'
· . ·
. .·· . p ' i;f'· · �· . : t
, i; · •· · · .·:·· · ·· ·: .'· ·. ·· �·· ,·::: '. •' . ····�· ·· ··.� · :. ,.·.·.'·· �:
. .. · · . ·. , · , . .. . ·
�. ·. . .Jit - _. , . �.. .· � · ·;:: .· · , . ,:.
.·· ·.


. e re . ,11;",;: ,���u; · . · ·_ · �
.

: �:
' . .

·
.. ..

.
.

· Pr��edU'.l'
: ;
' · .
. · -_= .
R�vi4"':
. ·: -.1\::.; . .. . ·. �
· •.
.

. :, .
'

·
.

..
.;
:,,! ; .
.

::

So .<.� < ::s t'<I. t1S


.�· ·' ' ... .

· .
,
· .

·
. .
.

·
..... .
.

. : .
'
·
&
.

s :t

'' ' d: ,�'}··., ·=a . · � � "


·
. '

.. . . ·
KAS DI BENDAHARA PENERIMA.AN
. . .
.
B � (KODE PERKI�:
.
.

. 'lli7)
" '· <
·.·.
.

' .'
.

Tujuan prosedur reviu berikut ini


.

adalah untuk memastikan bahwa '

pengakuan, pengttkuran, dan


pelaporan akun telah sesuai dengan
·
SAP serta akurasi, keandalan dan '

keabsahan LK telah terpenuhi,


yaitu:
1 . Kas di Bendahara Penerimaan :

mencakup seluruh kas , baik itu


saldo rekening di bank maupun
saldo uang tunai, yang berada di
:
bawah tanggung j awab Bendahara
Penerimaan yang sumbernya
berasal dari pelaksanaan tugas .

pemerintahan .
2 . Kas di Bendahara Penerimaan
yang disajikan dalam Neraca
adalah kas yang benar-benar
menj adi hak negara pada tanggal .

Neraca.
3 . Kas di Bendahara Penerimaan
disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valuta
asing, maka dikonversi menj adi
rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada
tanggal N eraca.
4. Sal do Kas di Bendahara
Penerimaan diperoleh dari Laporan
Keadaan Kas (LKK) Bendahara
Penerimaan yang dilampiri bukti
penerimaan kas dari wajib pungut.
Pada akhir tahun, saldo Kas di
Bendahara Penerimaan harus
nihil, namun apabila tidak nihil
maka harus disajikan dalam
Neraca.

Dokumen yang Diperlukan: '

1. Rekening Koran;
2. Buku Kas Umum;
3. Buku Kas Pembantu ;
4. Berita Acara Pemeriksaan Kas ;
5. Register Penutupan Kas ;
6. M emo Penyesuaian Kas di
Bendahara Penerimaan;
7 . SSBP dan SSP.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 05 -

-. . . i · · ; ., . . .
.

As:e rsf -

EsU- s:::
Pe reviu ...� ' 'Cll...s::: .
.

Cll
,Prosedur Reviu . masi
, Waktu . ]Cll ] .: .Pot
·

s:::
0

s:::
bO
g, .!1
� � . �.·
. .� · Q)
Q)
· ,, · 1·.
· ·. -
.

Langkah-langkah Reviu:

1 . Teliti apakah saldo Kas di


Bendahara Penerimaan yang
disajikan di Neraca hanya
mencakup hak negara yang belum
disetorkan dan tidak mencakup
uang milik pihak ketiga (seperti
uang hasil lelang pihak ketiga dan
uang j aminan) , melalui
perbandingan derigan perhitungan
yang dibuat oleh unit teknis.

2. Teliti apakah saldo kas di


Bendahara Penerimaan pada akhir
tahun anggaran adalah nihil,
melalui penelusuran ke Berita
Acara Pemeriksaan Kas dan
Register Penutupan Kas . Apabila
saldo kas tidak nihil, maka Teliti
apakah saldo tersebut telah
disetorkan ke Kas Negara, melalui
penelusuran ke dokumen SSBP­
nya.

3 . Teliti apakah saldo Kas di


Bendahara Penerimaan telah
disajikan sebesar nilai rupiahnya
dengan menelusuri Register
Penutupan Kas . Apabila terdapat
saldo kas dalam valuta asing, Teliti
apakah saldo tersebut telah
dikonversi ke dalam Rupiah
dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal
Neraca, melalui permintaan
keterangan dan perbandingan ke
kurs tengah Bank Indonesia per
tanggal Neraca.

Prinsip Dasar:

dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan

melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan terse but
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 06 -

. ··
,· '
,... L .A� � �si ·
.

. ._ , · . ·'.".· , ,
. .

;
; ·_ ·, , · '

., .;

.. . : .{;'l4t1� ·

; ·= . � '. ; �
. Prosedur Reviu . ·· Pereviu masi .Q .,. ff .... Cii �
'

�·
<
. .
·

: > waktu · .. CIS · .· ·.



- . ·

.&I • o . '.'.CS •·

. . ,;·;::[:· 1. t · f': '. �


r11
·
··
. .· � !
·
·

· .

KAS LAINNYA DAN SETARA KAS


c.
''
1:
(KODE PERKIRAAN: · lll8)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Kas Lainnya adalah kas selain
yang berasal dari Uang Persediaan,
dapat berupa bunga j asa giro yang
belum disetor ke kas negara, uang
pihak ketiga yang belum
diserahkan seperti honorarium
pegawai, atau paj ak yang belum
disetor.
2 : Setara Kas adalah investasi j angka
pendek yang sangat likuid yang
siap dij abarkan menj adi kas dan
bebas dari risiko perubahan nilai
yang signifikan .
3 . Kas Lainnya dan Setara Kas
dicatat sebesar nilai rupiah
nominal. Apabila terdapat Kas
Lainnya dan Setara Kas dalam
valuta asmg, maka dikonversi
menj adi rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal Neraca.
4. Setara Kas ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kas j angka
pendek atau untuk tujuan lainnya.
Su atu investasi dise but setara kas
jika investasi tersebut memiliki
masa j atuh tempo paling lama 3
(tiga) bulan sej ak tanggal
perolehannya.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Berita Acara Pemeriksaan Kas ;
2 . Sertifikat Deposito atau sertifikat
lain yang berkaitan dengan
investasi j angka pendek - paling
lama 3 bulan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 07 -

. . ., .. . , ..

·. • .

Asersi · ·
� '• :I •

s::
. . .
, , . ..
.
·
·
..
. Esti- ..
fJ . C'ds::
.cl
..

Prosedur •Reviu ·
Pereviu · .·
·
· masi
C'd
... �
s::
fJ
Waktu .e .e O ·· ; ... . ...

cu . .g
. II) C'd

s::
.:,, Q, . t:at
·. ...
II)

s::
' s:: ;O
�.
£ Q,,.cu i· <. �
C'd
; ii cu

,,
·

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah uang pada
bendahara pengeluaran selain
uang persediaan telah dicatat ke
dalam akun Kas Lainnya dan
Setara Kas .

2 . Teliti apakah saldo Setara Kas


yang disajikan di Neraca hanya
mencaku p investasi j angka pendek
yang sangat likuid seperti Deposito
yang berj angka waktu paling lama
3 (tiga) bulan, melalui penelusuran
ke Sertifikat Deposito .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
'
- 108 -

.Asersi ·
' .' · '
··:·
·
Prosedur Re�iu ' . ··
·, ·; , .
· . • ' ".
,. .
.,

. ,
. · ...

KAS Dl BLU
: .. · . .

D.
(KODE PERK.IRAAN : 1.1 19) .
. ' '
'

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Kas di BLU adalah saldo kas pada
instansi pemerintah yang
menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLU di Kementerian
Negara/ Lembaga yang merupakan
bagian dari kekayaan negara yang
tidak dipisahkan .
2 . Kas di BLU meru pakan selisih
antara pendapatan dan belanj a
yang telah dilakukan pengesahan
melalui Surat Perintah Pengesahan
Pendapatan dan Belanj a BLU
(SP3B-BLU) .
3 . Kas di BLU dapat disimpan dalam
bentuk tunai atau disimpan pada
rekening di bank oleh Bendahara
Penerimaan atau Bendahara
Pengeluaran .

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Daftar rincian saldo rekening
Koran Bendahara Pengeluaran
Pembantu BLU ;
2 . Buku Kas Umum;
3. Berita Acara Pemeriksaan Kas;
4 . Register Penutupan Kas ;
5 . Daftar SP3B-BLU .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah saldo Kas di BLU
yang disajikan di N eraca telah
mencakup selisih antara
pendapatan dan belanj a yang telah
dilakukan pengesahan melalui
perbandingan ke dokumen
sumber.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 09 -

· .As
. , � rsi . .
, ., .
, _ ! .·
· .
. -:�

R
j j a : :....g
·
, Esti· . . · ,::

.
Prosedur Reviu
. · l"� reViii masi •' . ' ,

� · • .ea· ."il�
; .. ;
·
waktu . ·· _

R
·

.
.!14

� . �:� ·<
o ··

£
2 . Lakukan uji petik apakah atas
rekapitulasi saldo Kas di BLU telah
didukung dengan SP3B-BLU
melalui penelusuran ke dokumen
sumber.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang. ·

l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 10 -

. .
.·. :. ,;:, .

·'
,

.,, .• ,
: . �.
. .

Asersi ·.
• '
• • '
I« , ,.
:
. ·. .- •'
·. ·. · ' . :--
· •.
· .

· -. · · ·
' . .· . · · :

Prosedtir ��vju ·
. · ..

"
. , . . .
. ,. , ·.·

..
.. . . .
.· .. .·. � ' . · ''lo : .; ·

KAS LAINNYA . . ..
(KODE PERKIRAAN : : °il 19) �
DI . BLU .

E. ·· '
.
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Kas Lainnya di BLU merupakan
kas yang diakui sebagai
Pendapatan yang sudah diterima
BLU namun belum disahkan
dengan SP3B-BLU .
2 . Kas Lainnya di BLU dicatat
sebesar nilai rupiah nominal.
Apabila terdapat Kas Lainnya
dalam valu ta asing, maka
dikonversi menj adi rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal Neraca.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Berita Acara Pemeriksaan Kas;
2. Rekapitulasi Pendapatan BLU;
3. Rekapitulasi Belanj a BLU ;
4. Daftar SP3B-BLU .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pendapatan yang
diterima BLU namun belum
disahkan dengan SP3BLU telah
dicatat ke dalam akun Kas Lainnya
Di BLU, melalui perbandingan
daftar perhitungan yang dibuat
oleh unit teknis ke dokumen
sumber.

2. Untuk awal periode , lakukan


penelitian apakah pendapatan
yang pada periode sebelumnya
dicatat sebagai Kas Lainnya di BLU
dan telah disahkan dengan SP3B­
BLU telah dilakukan jurnal
penyesuaian untuk membalik
akun tersebut.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 111 -

Ase rs i
': .. , ·, ' .. .

" ·. ·

ESti· .
Prosedur Revi� .. · Pereytu: ..
·
fua�i
. Waktp.
·
. , .. · ·

- .: ,. . . � . ,.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi clan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 12 -

..

As�rsi
.. . .
. Esti-
Prosedur- �eviu Peteviu masi
waktu

BELANJA · . DIBAYAR
·. · ,,
.
. .
MUKA
F.
'Dl : .· ·

(PREPAID) . · .. . . . ' '

(KODE PE��: 1 14�J . . .


. " .'

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan. dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Belanj a Dibayar di Muka adalah
pengeluaran belanj a pada tahun
berj alan tetapi manfaatnya
melampaui tahun anggaran
berj alan , sehingga pada tahun
berikutnya masih ada manfaat
yang akan diterima akibat
pembayaran tersebut.
2. Belanj a Dibayar di Muka dicatat
sesuai nilai penyesuaian Belanj a
Dibayar di Muka yang diakui
pada periode pelaporan .

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen Realisasi Belanj a dan
Dokumen perj anjiah/kontrak atau
dokumen lainnya yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah Belanj a Dibayar di
Muka adalah pengeluaran belanj a
pada tahun berj alan tetapi
manfaatnya melampaui tahun
anggaran berjalan , sehingga pada
tahun berikutnya masih ada
manfaat yang akan diterima akibat
pembayaran tersebut.

2. Teliti apakah saldo Belanj a Dibayar


di M uka telah di catat dalam jurnal
penyesuaian sesuai nilai yang
diakui pada periode pelaporan dan
telah didukung oleh Memo
Penyesuaian .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 13 -

·
..:'{: : , , : .···. ,
. As���i.
· . ·,.
:; . .. ; t--.
. .
.._,.,�,_-..,��--'---l

· .· . Esti•
Prose4ur Re1'iu •· · · ·
· Pereviu · .· m asi · ·

. . Waktu

3 . Lakukart uji petik atas Belanj a


Dibayar di Muka d an Teliti apakah
setiap transaksi tersebut telah
dilengkapi dengan dokumen yang
sah , melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen terkait.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 14 - '

.
. .. �-
'
.
As�rsi

'· s:: s:: :3s:: s::


s::
·
Esti� '
....
C'd C'd C'd
Prosedur Reviu Perevfo. , ,inasi _. ...
C'd
]C'd ] f? (/)
.c:I

· JSQ) : /]. . · · ·. ·::.::·Q)s:i


' ,•

.. : Waktu C'd
·
0 C'd fl)
c:a. ....
b4
g, �·
' ·
·
'' ·
Q)
•S:S
.
: C'd

. p.,.
· s:s
; .
.' ;: :}� ' ,
Q)
·
. p.,. Q) · ::.::
· . '. ·:

.
..•

.
.
. ' .
·

UANG .MuKA
'
.
:'

BELANJA . . "
··

, ,
G. (PREPAYJ{Elro . .
\ . . '
,

. · . ·. .

.
(KODE PERK.IRAAN : 1'142) . =·
·
·

Tujuan prosedur reviu berikut ini


�··
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Uang Muka Belanj a adalah
pembayaran di Muka atas belanj a
yang diberikan terlebih dahulu
sebelum pegawai/ rekanan
menyerahkan hasil pekerj aan j asa.
2. Uang Muka Belanj a dicatat apabila
ada pembayaran Uang Muka atas
Belanj a sedangkan prestasi
pekerj aan belum diselesaikan
seluruhnya atau sebagian , atau
pembayaran terse but belum
dikembalikan .

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen Realisasi Belanj a dan
Prestasi Kerj a dan Dokumen
perj anjian/kontrak atau dokumen
lainnya yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah saldo Uang Muka
Belanj a adalah pembayaran di
Muka atas belanj a yang diberikan
terlebih dahulu sebelum pegawai/
rekanan menyerahkan hasil
pekerj aan j asa.

2. Lakukan uji petik atas transaksi


Uang Muka Belanja dan teliti
apakah setiap transaksi tersebut
telah dilengkapi dengan dokumen
yang sah, melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen terkait.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 15 -

Asersi.' , i < .
.: •.' .

.'
' .

'•j.
.

. .

• Esti-
..
PereViu masi
Waktu

PENDAPATAN YANG. MASIH ' '.HARU,S


H. .
· (KODE PERK,IRJ¥\N : :i:L4 3) · .
DITERIMA . · ·. ·

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Pendapatan Yang M asih Harus
Diterima adalah Pendapatan yang
seharusnya sudah dibayarkan oleh
wajib bayar namun belum diterima
pembayarannya atau belum disetor
ke kas negara.
2. Pendapatan Yang Harus Diterima
dicatat sebesar penyesuaian atas
nilai Pendapatan Yang Harus
Diterima pada periode berj alan
sesuai yang terdapat dalam
kontrak atau dokumen perj anjian
yang dipersamakan .

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen perj anjian/kontrak atau
dokumen lainnya yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pendapatan-
pendapatan yang masih harus
diterima dalam periode berj alan
telah dibukukan sebagai
Pendapatan yang M asih Harus
diterima dan telah diakui sebagai
di Neraca pada pos Aset Lancar.

2. Teliti apakah saldo akun


Pendapatan Yang M asih Harus
Diterima telah dicatat dalam jurnal
penyesuaian sesuai nilai yang
diakui pada periode pelaporan clan
telah didukung oleh Memo
Penyesuaian .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 16 -

Ase rs i

. Esti­
.
Prosedur · Reviu · PereViu . masi
. ·
. ..
· . Waktu
".'. · ·

3 . Lakukan uji petik atas transaksi


Penclapatan Yang Masih Harus
Diterima clan Teliti apakah setiap
transaksi tersebut telah clilengkapi
clengan clokumen yang sah, melalui
penelusuran ke clokumen­
clokumen terkait.

Prinsip Dasar
Apabila clitemukan kelemahan clalam penyelenggaraan akuntansi clan/ atau
kesalahan clalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama clengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan clan / atau koreksi atas kelemahan clan/ atau ·
kesalahan tersebut secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 17 -

.
.
Asersi . · .
. : ,.

.
·
. • . ·r .
i----r
-, · ,_ .· · _;_,...c_
"--�-'-.,.-� __j
_

.
Esti-
· . ·

Prosedur Reviu Pereviu m asi


· waktu

PIUTANG PERPAJAKAN ,' ·· ·•


I. (KODE PERKIRAAN : 115�) _ .

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Piutang Perpaj akan adalah
piutang yang timbul atas
pendapatan paj ak sebagaimana
diatur dalam undang-undang
perpaj akan, yang belum dilunasi
sampai dengan akhir periode
laporan keuangan .
2 . Untuk Piutang Perpaj akan yang
dikelola DJP, dicatat sebesar nilai
nominal seluruh Surat Ketetapan
Paj ak (SKP KB) yang telah
disetujui oleh Wajib Pajak (WP)
per tanggal N eraca.
3 . Untuk Piutang Perpajakan yang
dikelola oleh DJBC, dicatat
sebesar nilai nominal seluruh
Surat Pemberitahuan Kekurangan
Pembayaran Bea M asuk
(SPKPBM) yang belum dibayar
oleh WP per tanggal Neraca
dikurangi dengan Paj ak Dalam
Rangka lmpor (PDRI) yang telah
diserahkan ke DJP.
4 . Sal do Piu tang Perpaj akan
disajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan ( net
realizable value) dengan
memperhitungkan besarnya
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih-Piutang Perpaj akan .

Dokumen yang Diperlukan:


1. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
internal antara penyusun LK dan
unit teknis atau dokumen lain
yang dianggap sah;
2. Dokumen ketetapan pajak,
misalnya Surat Ketetapan atau
Tagihan Paj ak
(SPKKB / SKPKBT / SKP

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 18 -

Asersi ·

s:I s:I s:: s:I


s:I
Esti-
l
m ., C1I
ProsedU:r Reviu ' Pere�U, , ,, masi ' . •>'4
,;!! '
· ,.. . ']
·
' ,. ·J·.
· e ' 112 m
.Cl
m
· ;.wali:tu · <11 · o •m "CS Ill
·.
. . ... ·
'' ·;
. �

s:I
· ' s:I
.. ' ·'
bl)
' Q, :,] �Q)
td
s
< td
,.
·
s:I m

l!l4
·, , . .. '•
· ·.
' ' , Q) , Q) Q)
' ,Pi Q) l!l4 '
' '
• :. ·"

Pembetulan, Surat
Pemberitahuan Kekurangan
Pembayaran Bea Masuk
(SPKPBM) , Surat Tagihan Cukai
(STCK) , SK Keberatan, Putusan
Banding, dan Putusan
Peninj auan Kembali, SPPT PBB ,
STP PBB , SKP PBB) ;
3. Dokumen setoran pajak, misalnya
Surat Setoran Paj ak (SSP) , Surat
Setoran Pabean, Cukai, dan
Paj ak(SSPCP) , Surat Tanda Bukti
Setor (STBS) , dan dokumen lain
yang dipersamakan;
4. Memo Penyesuaian Piutang
Perpaj akan;
5. Lap or an Perkembangan Piu tang
Paj ak.

Langkah-langkah Reviu :

1. Teliti apakah saldo Piutang


Perpaj akan yang disajikan di
Neraca telah sesuai dengan
Laporan Perkembangan Piutang
Paj ak dari unit teknis (misalnya
Seksi Penagihan untuk DJP atau
Seksi Perbendaharaan untuk
DJBC) dan teliti apakah seluruh
akun Piutang Paj ak yang dikelola
oleh unit teknis yang
bersangkutan telah disajikan
dalam N eraca, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke Laporan
Perkembangan Piutang Pajak.

2. Teliti apakah saldo Piutang


Perpaj akan yang berupa hak
pemerintah untuk menagih dalam
USD , telah dicatat dalam rupiah
dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 19 -

.
Ase. .r, s. . i
.

.

·

R R R S::I
..

R
: ·.

Esti• C'CI C'CI


Prosedur Reviu . Pereviu · masi l! .s
�C'CI . � · e ...

.c:i..
. .ci

e �S::I
. rn C'CI
·

Waktu
S::I . fo
·
" 0 Ill

R
' '
bO
.s �
Pot p.. .
C'CI
... � .
'
IP .
. .

Pot
IP
IP
.:� IP
� �
3. Teliti apakah saldo Piutang
Perpaj akan yang disajikan di
Neraca adalah sama dengan saldo
awal ditambah mutasi Piutang
Paj ak (penambahan dan
pengurangan) berdasarkan data
dari unit teknis, melalui
permintaan keterangan dan
penghitungan kembali.

4. Untuk Piutang Perpajakan yang


dikelola DJBC:
a. Teliti apakah saldo Piutang
Perpaj akan yang disajikan di
Neraca telah dikurangi
dengan PDRI yang
dilimpahkan ke DJP dengan
SP3DRI, melalui permintaan
keterangan dan penelusuran
ke dokumen SP3DRI;
b . Teliti apakah saldo Piutang
Perpaj akan yang disajikan di
N eraca telah dikurangi atau
ditambah dengan
pembayaran sebagian Piutang
Pajak sebagai syarat
penga.iuan keberatan /
banding, melalui penelusuran
ke dokumen SSPCP.

5. Lakukan uji petik atas transaksi


Piutang Perpaj akan dan Teliti
apakah setiap transaksi tersebut
telah dilengkapi dengan dokumen
yang sah , melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen terkait
(misalnya SKP / SPKPBM / SK
Penghapusan) .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 20 -

Asersi
.. ..
. .
.,
·· . ·
Prosedur Reviu

. '
. · . .(
_ . : .
·
. ' . ..:' . � : . .

.· PWTANG BUKAN . PAJAK·.. ·

(KODE PERKIR¥,N : flS�)


J. . '. · . . -.: '
· '

.. .
.

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Piutang Bukan Paj ak adalah
piutang yang timbul atas
Pendapatan Negara Bukan Paj ak,
yang belum dilunasi sampai
dengan akhir periode laporan
keuangan .
2. Saldo Piutang Bukan Paj ak
disajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan ( net
realizable value) dengan
memperhitungkan besarnya
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih-Piutang Bukan Pajak.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Laporan PNBP;
2. Memo Penyesuaian;
3. Dokumen
perj anjian /kontrak/ dokumen
lainnya yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh akun
Piutang Bukan Paj ak yang
dikelola oleh unit teknis yang
bersangkutan telah disajikan
dalam N eraca, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke dokumen terkait.

2 . Teliti apakah saldo Piutang


Bukan Paj ak yang berupa hak
pemerintah untuk menagih dalam
USD , telah dicatat dalam rupiah
dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia.

l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 121 -

. ·· .i· ·
" ;

.
. ,: , · · · Asersl
"
1: · ., .
. ' . :··. · . '

r:I r:I r:I


.
1 '

' Esti- . .
"
...

i
m m r:I
Prosedur Reviu Pereviu <masi . ....
m
·

]m .= f?• .cs

r:I
· waktu :
0 m

r:I
e
0 0
c:a.

r:I
' . "
bO
� .s �4)
· ·�· �
m
. 4)

4)
4)
·� � �

Bukan Paj ak yang disajikan di


3 . Teliti apakah saldo Piutang

Neraca adalah sama dengan saldo


awal ditambah mutasi Piutang
Paj ak (penambahan clan
pengurangan) berdasarkan data
dari unit teknis, melalui
permintaan keterangan clan
penghitungan kembali.

PENYISIHAN 'IU'.f�� : TIDAK


" PIUTANG BUKAN
..

K� TERTAGIH � . . ·.
.

. PAJ� (KOD� '.P:E�:'' it' (;'2 ) . ; :·

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Penyisihan Piutang Paj ak Tidak
Tertagih-Piutang Bukan Paj ak
dilakukan dalam rangka
penyajian nilai bersih Piutang
Bukan Paj ak yang dapat

2.
direalisasi ( net realizable value) .
Nilai Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih telah disajikan secara
wajar clan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang
berlaku .

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen terkait PNBP clan kertas
kerj a perhitungannya.

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah perhitungan
penyisihan piutang telah sesuai
dengan ketentuan peraturan
berlaku .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 22 -

. : ' ., ·-=
Asersi

.· ·.
·'
Esti- .··

Prose dur Revi'.11 Pereviu ·. m ,asi _


waktu
,. .
: :

2. Teliti apakah saldo atas akun


Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih-Piutang Bukan Paj ak
tel ah didukung dengan kertas
'1
kerj a perhitungan melalui
penelusuran ke kertas kerja,
dokumen pendukung clan
perhitungan kembali.

LANCA,R\). · ·
" ,. ' '
: . . ._ . ,
·
· BAGIAN :"rAGIHAN
·> · . ·
,
. . .· · · · . · '•
·
·
. .

. L.
TUNTUTAN- · ,
' .
· ·
; ' · · 1 '
· . .

PERBENDAHARAAN /TUNT'{JTAN '. , . . ·. ..


: ·: :-
, , .. . • '; .

GANTl RUGI' ;: · «.: . : . , . /:' > : ' '


·. . . .
.
. . .
· ' . ..

'
·: "

(KODE PERl(I�:. t1�5.iJ)' " :_: · · ' .


.
• ',
' ·.
. .

" .
. .. . . ,

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Saldo Bagian Lancar Tagihan
TP /TGR adalah jumlah Piutang
atas Tuntutan Perbendaharaan
(TP) /Tuntu tan Perbendaharaan
(TGR) yang akan j atuh tempo
dalam tahun berj alan dan ditagih
dalam 1 2 bulan ke depan yang
disajikan di Neraca sebagai
kelompok Aset lancar.
2. Setiap transaksi TP/TGR telah
didukung dokumen yang sah .
3. Sald o Bagian Lan car Tagihan
TP /TGR disajikan sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan
( net realizable value) dengan
memperhitungkan besarnya
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih-Bagian Lancar TP/TGR.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Dokumen ketatapan TP /TGR;
2 . Surat Keterangan Tanggung Jawab
Mutlak (SKTM) ;
3 . Memo Penyesuaian .

Langkah-langkah Reviu:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 23 -

. : As e rs i
.

·
Ptosed.u1die�iu
.; .. ' . ·; .
· '

·;• :.
,, ·· . ... .

· ­
. .. .

., �. . ·

.. -'! ;,

1 . Teliti apakah saldo Bagian Lancar


TP/TGR di Neraca telah sesuai
dengan dokumen rekapitulasi dari
unit teknis/pengelola.

2. Teliti apakah saldo Bagian Lancar


TP/TGR merupakan piutal,l.g
TP /TGR yang akan j atuh tempo
dalam tahun berj alan dan yang
akan ditagih dalam 12 bulan ke
depan berdasarkan surat
ketentuan penyelesaian yang telah
ditetapkan .

3 . Lakukan uji petik atas transaksi


TP/TGR dan Teliti apakah setiap
transaksi tersebut telah didukung
dokumen yang . sah, melalui
penelusuran ke dokumen­
dokumen terkait.

PENYISIHAN PIUTANG TIDAK


TERTAGIH - BAGIAN LANCAR
TAGIHAN TUNTUTAN
M.
PERBENDAHARAAN /TUNTUTAN
GANTI RUGI
(KODE PERKIRAAN : 1 1 64)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 24 -

As e rsi
: :•

Esti- . ; .; . , .R
masi . . .a .
_

Prosedlir Reviu ·� :
PereViu . . k :
e
·�· ·.

Waktu � ] g.
R
· - � &9o
. a> .
.
�a>


f:14 .
. d! f:14 .

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Penyisihan Piutang Paj ak Tidak
Tertagih - Bagian Lancar Tagihan
Tuntu tan
Perbendaharaan /Tuntutan Ganti
Rugi dilakukan dalam . rangka
penyajian nilai bersih Bagian
Lancar TP /TGR yang dapat
direalisasi ( net realizable value) .
2 . Nilai Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih - Bagian Lancar Tagihan ·

Tuntutan
Perbendaharaan /Tuntutan Ganti
Rugi telah disajikan secara waj ar
dan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku .

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen terkait TP/TGR dan kertas
kerj a perhitungannya.

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah perhitungan
penyisihan piutang telah sesuai
dengan ketentuan peraturan
berlaku .

2 . Teliti apakah saldo atas akun


Penyisihan Piutang Tidak Tertagih­
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan /Tuntutan Ganti
Rugi telah didukung dengan kertas
kerj a perhitungan melalui
penelusuran ke kertas kerj a,
dokumen pendukung dan
perhitungan kembali

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 125 -

. .· '
'· .

. . As�rsi
. . . .
. ..' t..: ·�'
. .· .

r= c:s s:I
c:s
. ,. · i·:.- . , .
. . Esti- ..

.

;
.

�. �·
Prosedur Revi; ... . PereViu
; , ·, . , . �asi.· .... � •Pl
.� ·
·�
·
...
·� � �
.
' ··
"' �
. Wakt'il .

s:I .
. .
0 rlJ
c:lt Cf
s:I
bl) · 6'n . �cu .c

� � �

!

cu cu
&: &:
. .
N. PERSEDIAAN (KODE AKUN: 1 17)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Persediaan ad al ah as et lancar
dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah dalam
rangka pelayanan kepada
masyarakat clan tidak
dimaksudkan untuk dijual
dan/ atau diserahkan .
2 . Persediaan diakui pada saat
potensi manfaat ekonomi masa
depan tel ah diperoleh dan
mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
Persediaan diakui pad a saat
diterima atau hak kepemilikannya
dan/ atau kepenguasaannya
berpindah .
3 . Persediaan disajikan sebesar biaya
perolehan (apabila diperoleh
dengan cara pembelian) , harga
pokok produksi (apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri) clan
nilai waj ar (apabila diperoleh
dengan car a lainnya seperti
donasi/ rampasan) .
4 . Persediaan dicatat berdasarkan
basil inventarisasi fisik pada akhir
periode akuntansi dan disajikan di
Neraca sebesar nilai moneternya.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Berita Acara Opname Fisik
Persediaan;
2 . Daftar Rekapitulasi
Persediaan/ laporan persediaan
(SIMAK-BMN) ;
3 . Surat penetapan lelang;
4 . Memo Penyesuaian Persediaan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 26 -

' '

· Asersi

s:: s:: s::


s::
Esti-
.!I . .cl
· S::
C'd C'd
...
ProsedUr . Reviu . . Pereviu masi
Waktu . . · l .a � . . ...

s:I
.g C'd

. s:I
0 . 0
. .
. . : · . c:a. C'd 0

. a> . :,, P-4a>r:: . P-4a>


-
.
.. ,
. '«
' .
. ·
. · g, .!I . ...

. � .' <
.. . ]
C'd

·.
.
. ... '
·,
- .. .

' . . ..
'
..
.
·.· ·.

. -
. ._,
,·.. -
:
.

·.
··
. .
� · ·�
; · :. . . I ·· ';
' :
. . . '• . . . . .

Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah Persediaan yang
dalam kondisi rusak atau usang
tel ah dikeluarkan dari saldo
Persediaan, melalui penelusuran .y
ke Berita Acara Opname Fisik
Persediaan dan Daftar Rekapitulasi
Persediaan (SIMAK-BMN) .

2 . Untuk Persediaan Pita Cukai yang


dikelola DJBC, teliti apakah nilai
persediaan pita cukai di Neraca
tel ah dicatat sebesar biaya
pengganti cetak pita cukai tersebut
.y
(bukan nilai pita cukainya) ,
melalui permintaan keterangan
dan penelusuran ke Daftar
Rekapitulasi Persediaan (SIMAK-
BMN) .

3 . Teliti apakah saldo Persediaan


yang disajikan di Neraca ad alah
sama dengan saldo fisik
Persediaan dikalikan dengan biaya
perolehan terakhir sesuai Berita .y .y
Acara Opname Fisik Persediaan,
melalui permintaan keterangan
dan penelusuran ke Berita Acara
Opname Fisik Persediaan .

4 . Teliti apakah Barang Milik Negara


yang berasal dari
sitaan /rampasan / tangkapan dan
telah mendapat penetapan untuk
dilelang sesuai Daftar Rekapitulasi
.y
Persediaan (SIMAK-BMN) , tel ah
disajikan dalam saldo Persediaan
di Neraca melalui permintaan
keterangan dan penelusuran ke
dokumen-dokumen dimaksud.

5. Teliti apakah unit akuntansi telah


menggunakan Aplikasi Persediaan
yang terdapat di SIMAK-BMN
secara optimal, melalui permintaan
keterangan dan perbandingan .y
antara Berita Acara Opname Fisik
Persediaan dengan Daftar
Rekapitulasi Persediaan (SIMAK-
BMN) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 27 -

. . . . . . ,.

. .
· ,As�rsi
· ·.:

,�·· .x� ·.· ·- ·.· , . . · .


> : . ·.

t:I
' . .;:;:. ...·.. . ·· ..· .

ell '
"

;:
Esti� -._,
.
. �
. · ·�

Prose4ur Re,,.iu Pete�u masi ·


]ell
� .
j �

.. s:I
·, . .....
.Wagtu ] . < 112
. .g ell

· s:I . ell
. ·
· . < A?
Ill

t:I
.. .
·
. .
bi)
e, ·-· �
< �
"
·� d! ':��. � ;,] ·. G> G>
.. . . .· · , �
:
>.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalah an
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 28 -


..
I •' ' j,
.. . :, ,•' •

. .
. . �. . . · · Asersi
: . 1 . :·
·
. . ·. · · ,.
. . '
:· "' ., .

· · · 1

. .. .
. _,

' . ., . ESti­
Prosed1lr Reviu •· PereViu. masi
· Waktu
. ' '··, '· . · :

.
. .. �

O
ASET TETAP . . . , :, ' .

(KODE PERKIRAAN° : 13):


. !
, · :, . .
.

· •

.
·

Tujuan prosedur reviu berikut ini '

adalah untuk memastikan bahwa


pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
·

SAP .serta akurasi, keandalan, dan


keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Aset Tetap adalah aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 2 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau digunakan oleh
masyarakat umum, biaya
perolehannya dapat diukur secara
andal, dan tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam operasi
normal entitas .
2 . Pengakuan Aset Tetap akan
sangat andal jika Aset Tetap telah
diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada
saat penguasaannya berpindah,
dan bukti kepemilikannya
terdokumentasi dengan memadai,
serta dikuasai oleh Negara dan
dimanfaatkan .
3 . Untuk keperluan penyusunan
neraca awal, biaya perolehan Aset
Tetap yang digunakan adalah
nilai waj ar pada saat neraca awal
tersebut disusun . Untuk periode
selanjutnya, untuk setiap
perolehan A set Tetap baru ,
entitas menggunakan biaya
perolehan atau harga waj ar (bila
tidak ada biaya perolehannya) .
4 . Biaya perolehan Aset Tetap terdiri
dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea
impor dan setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara
langsung dalam rangka
memperoleh aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset
tersebut dapat bekerj a untuk

5 . A set Te tap disajikan berdasarkan


penggunaan yang dimaksudkan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 29 -

'A.sersi

./· . · · '
.
. Prosedur Re�iu ,
. ,
•, I

. '·' .
·- ' _, . .
.. . -::·.
;
;

· .":'•
, .

.
\

- : .,

biaya perolehan aset tetap


tersebut clikurangi akumulasi
penyusutan .
6. Apabila penyelesaian pekerj aan
suatu Aset Tetap melebihi clan
atau melewati satu periocle tahun
anggaran , maka Aset Tetap yang
belum selesai tersebut
cligolongkan · clan clisajikan sebagai
Konstruksi Dalam Pengerj aan
(KDP) sampai clengan aset
tersebut selesai clan siap clipakai.
7. Biaya perolehan clari Aset Tetap
yang cliperoleh secara gabungan
clitentukan clengan
mengalokasikan harga gabungan
terse but berclasarkan
perbanclingan nilai wajar masing­
masing aset yang bersangkutan .
8. Aset Tetap yang cliperoleh melalui
pertukaran atau pertukaran
sebagian Aset Tetap yang ticlak
serupa atau aset lainnya, cliukur
berclasarkan nilai waj ar aset yang
cliperoleh (nilai ekuivalen atas
nilai tercatat aset yang clilepas
setelah clisesuaikan clengan
jumlah setiap kas atau setara kas
clan kewajiban yang clitransfer /

9.
cliserahkan) .
Suatu Aset Tetap clapat cliperoleh
melalui pertukaran atas suatu
aset yang serupa yang memiliki
manfaat yang serupa dan
memiliki nilai wajar yang serupa.
Suatu Aset Tetap juga clapat
clilepas clalam pertukaran clengan
kepemilikan aset yang serupa.
Dalam keaclaan tersebut, ticlak
acla keuntungan clan kerugian
yang cliakui clalam transaksi ini.
Biaya aset yang baru cliperoleh
dicatat sebesar nilai tercatat
( carrying amount) atas aset yang
clilepas . Dalam hal aset tetap
yang dipertukai-kan nilainya lebih
tinggi daripada aset tetap
pengganti, dan terdapat kas yang
diterima, maka kas tersebut
cliakui sebagai Pendapatan LRA

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 30 -

· Asersi
•·, t' ·.

. s:: s::
J .=
Esti- R R
m m

rn
Pereviu · -cd •"'4
Prosedur �eviu . masi
]m ] "·


g, ·.'&

fl) m

.. ,
· :waktu · m
. ' .: I · .

s::
" .. , bl)

_' � · , !
R
.

�.
C1S
' ""
R '" " · - m
�· " cu ·�
J· ..
·
, , � �
Poi · .. �
,
· .·
•. .

dan Pendapatan-LO .
1 0 . Aset Tetap yang diperoleh dari
sumbangan (donasi) harus dicatat
sebesar nilai waj ar pada saat
perolehan.
1 1 . Pengeluaran setelah perolehan
awal suatu Aset Tetap yang
memperpanj ang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomis di
masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi,
atau peningkatan standar kinerj a,
harus .ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan .
1 2 . Penilaian kembali atau revaluasi
Aset Tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena SAP
menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau
harga pertukaran . Penyimpangan
dari peraturan m1 mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara
nasional. Apabila terj adi kondisi
yang memungkinkan penilaian
kembali, maka Aset Tetap
disajikan dengan penyesuaian
pada masing-masing akun Aset
Tetap dan akun Revaluasi Aset
Tetap .
1 3 . Aset Bersej arah (Heritage Assets)
tidak . harus disajikan di Neraca,
namun aset tersebut harus
diungkapkan dalam CaLK.
Beberapa Aset Bersej arah yang
memberikan potensi manfaat
lainnya kepada pemerintah selain
nilai sej arahnya, seperti
bangunan bersej arah yang
digunakan sebagai ruang
perkantoran, maka aset m1
ditetapkan prinsip-prinsip yang
sama seperti aset lainnya.
1 4 . Aset Tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah
tidak memenuhi definisi Aset
Tetap dan harus dipindahkan ke
pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 131 -

.• •
.. . '
:

..
' . Esti;.
··
·
· Prosedur Reviu · ·
.
·· · Pereviu: . . . masi
· ·

Waktu

1 5 . Aset tetap yang secara permanen


dihentikan atau dilepas harus
dieliminasi dari Neraca dan
diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan .

Dokumen yang Diperlukan:


1. Daftar Barang Milik Negara dan
Catatan Ringkas Barang Milik
Negara;
2. Daftar Realisasi Belanj a Modal,
SP2D / SPM Belanj a Modal,
Kuitansi, Faktur Pembelian;
3. Berita Acara Serah Terima BMN,
Bukti Kepemilikan BMN;
4. Surat Keputusan Penghapusan;
5. Kartu Inventaris Barang (KIB)
Tanah, Kartu Inventaris Barang
(KIB) Bangunan Gedung, Kartu
Inventaris Barang (KIB) Alat
Angkutan Bermotor, Kartu
Inventaris Barang (KIB) Alat
Persenj ataan , Daftar Inventaris
Lainnya (DIL) , Daftar lnventaris
Ruangan (DIR) , Laporan Barang
Kuasa Pengguna (LBKP) , Lap oran
Kondisi Barang (LKB) , dan
Laporan BMN;
6. Memo Penyesuaian Aset Tetap .

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Aset Tetap di
N eraca telah sesuai dengan
rincian Aset Tetap di CaLK,
melalui penelaahan CaLK.

2. Teliti apakah saldo Aset Tetap


pada CaLK telah sesuai dengan
Lampiran BMN, melalui
penelaahan Lampiran BMN.

3. Teliti apakah Aset Tetap (misalnya


Tanah, Gedung dan Bangunan,
Kendaraan Operasional) yang
tidak didukung dengan dokumen
yang sah telah diungkapkan
dalam CaLK.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 32 -

A$ e. rsi
� � '.:
·

: :

. ell .
Esti- s:I s:I s:I

ell
"
:
\ . ell . S:: s::
cu
.f.t .S!
·
Prosedur Reviu . · Pereviu . :rD:asi:. cu ....
: ' l � 1-t .
.c:

s::
·
:o fl) ell
Waktl:i t'd t'd "' Ill
.� . f.t
: · '
"' ; .:•
b.O
· . · � · ·�
., ·
.. '. ·�
p.. ·�
ell

. ·. p.. .
"
"•
...
s:: .
,. .
:�
'· "

., ·. d , O•
...
" IP
·. Q)
-�
·
..·. :::rt:' .
. Q)

4. Teliti apakah As et Tetap yang
tidak dimanfaatkan dan atau
dimanfaatkan oleh pihak yang
-v
tidak berhak telah diungkapkan
dalam CaLK melalui permintaan
keterangan .

5. Teliti apakah setiap Belanj a


Modal telah dibukukan sebagai
penambahan Aset Tetap atau Aset
Lain-lain, melalui rekonsiliasi
antara Daftar Realisasi Belanj a
Modal dengan penambahan Aset
Tetap atau Aset Lain-lain yang
berasal dari pembelian,
pengembangan nilai aset, Aset
Tetap dalam renovasi, perolehan
KDP, dan pengembangan KDP.

6. Teliti apakah mutasi tambah dan


mutasi kurang yang telah
dibukukan dalam SIMAK-BMN
telah didukung dengan dokumen
sumber untuk transaksi Transfer
M asuk, Reklasifikasi Masuk,
Pertukaran, Perolehan Lainnya,
Pengurangan Nilai Aset, Koreksi
Pencatatan Nilai/ Kuantitas ,
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset,
Penerimaan Aset Tetap Renovasi,
Penghapusan, Transfer Keluar,
Hi bah (Keluar) , Reklasifikasi
Keluar, Koreksi Pencatatan,
Penghentian Aset dari
Penggunaan, Saldo Akhir Tahun
Berjalan , melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen yang terkait.

7. Teliti apakah untuk Aset Tetap


yang dalam kondisi Rusak
Berat/ Usang telah direklasifikasi
ke A set Lainnya, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran dokumen Berita
Acara Penghentian Penggunaan
Aset Tetap ke akun Aset Lainnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 33 -

Asersi
' • :-'
·· . . /': '··:, · ·


Pr�sedur Re�u · ·
· .. ... ·

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 34 -

.. · - · .
:.. : · .!: _.., ; · · . ' ' , ' -; :}i/0�!:?1/ .
'. •
'
. . •. •
: -":<: .. . . ··'

:-� \; .':· �· · . ·
1
'
: '· ·
,.
" ;A,sersi
. ..
.

.
. . '.
I· '
_ :
,. ,

. ::;�ti- /t:ICll ' · r:I R r:I


.
.

PereViu . Zlriasi ·
Prosedur· Revi1l . .
. .

. f? . Cll ;
....
••h .
� -
·

\vaktu . ' ell ] '·t:lt �- fl)



r:I
.d
ell

R
!
Ill
. g, .
r:I
bl)
� �Q>
l::d
ell


. Q>
� Q>
Q>
. . '1. �
. .

. . \;i·,}:Y,,
P.
PENYUSUTAN ASET 'TETAP ,
··
\;
(KODE PERKIR.AA,N : 137) .·

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Penyusutan Aset Tetap adalah
penyesuaian nilai sehubungan
dengan penurunan kapasitas dan
manfaat dari suatu aset.
Penyesuaian nilai terse but
dilakukan atas seluruh aset tetap
selain tanah da konstruksi dalam
pengerj aan dengan berbagai
metode yang sistematis sesuai
dengan masa manfaat.
2. Penyusutan Aset Tetap
menggunakan metode garis lurus
(straight line method) , sehingga
metode penyusutan lainnya tidak
diperkenankan .
3. Masa manfaat aset tetap yang
dapat disu sutkan harus ditinj au
secara periodik dan jika terdapat
perbedaan besar dari estimasi
sebelumnya, penyusutan periode
sekarang dan yang akan datang
harus dilakukan penyesuaian .
4. Nilai penyusutan untuk masing­
masing periode diakui sebagai
pengurang nilai Aset Tetap di
neraca.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Daftar Barang Milik Negara dan
Catatan Ringkas Barang Milik
Negara;
2. Memo Penyesuaian Aset Tetap .

Langkah-langkah Reviu:
1. Dapatkan seluruh daftar Aset
Tetap .

2. Identifikasi aset-aset yang dapat


dianggap sebagai aset yang harus
disu sutkan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 35 -

. .

"
;_ '.:. .:· '
-.:·
· ,:
· Asersi
- "
" . .,,,.
. .

. f:i r::
.

r::
' E5 t1-• " .
Clf
e f eR
;
< :. •

·
·
.cs

..
, , · ·:.

Clf
. /� asi ·
rn Clf
Prosedur ��viu
i 0
Per. eviu .
"CJ
. �
· :. ·:: . Waktti. ] rn
....

:,, 6'o '2c


'
·

s:I
.

.
e
s:I
.

. : .· .;_ : '. .
. �
,] - �Q)
'14 . "'4 . -< � �
·. Clf

'14
Q) 1::1 Q)
Q)
..
:- - .
...;� · .. -
.,._ .
.• .
·

3. Teliti apakah perhitungan


penyusutan asset tetap tel ah
../
sesuai dengan ketentuan
peraturan berlaku .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan terse but
secara be:rj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 36 -

. . ··:.'·.. ;
..

. . '.
Ase:tsi
.
·. : : .

- Esu- · s::
-· ._• m asi
s:: s:I
e es:I
s=
C'd C'd
Prosedur R�viu Pereviu �
._

· waktu ,g ,g .... ,i:I

i:I
C'd 0
Pt �
fl)
� C'd
fl)
bD
s:I � -� C'd �
' '. .
. . ' .
Cl>

- �
s:I
Cl>
Cl>"
- - �- ! � �
·

, -' .,,
·
·_.

..
Q. . .. . . -
· .:
. '·
I

. ·:.
.• ,

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Piutang Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan (TP) /Tagihan
Tuntutan Perbendaharaan (TGR)
adalah piutang yang timbul
akibat adanya kelalaian atau
perbuatan melawawan hukum
yang dilakukan oleh pegawai
negeri ataupun bukan pegawru
negeri yang bukan
bendaharawan /bendaharawan
yang mengakibatkan kerugian
negara.
2. TP /TGR disajikan di neraca
sebagai Piutang Tagihan TP /TGR
untuk jumlah yang akan diterima
lebih dari 1 2 bulan mendatang
dan disajikan sebagai piutang
kelompok aset lancar (Bagian
Lancar Tagihan TP/TGR) untuk
jumlah yang akan diterima dalam
waktu 1 2 bulan mendatang.
3. Setiap transaksi TP/TGR telah
didukung dokumen yang sah .
4. Saldo Piutang Tagihan TP/TGR
disajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan ( net
realizable value) dengan
memperhitungkan besarnya
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih-Tagihan TP/TGR.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Dokumen ketatapan TP /TGR;
2. Surat Keterangan Tanggung
Jawab Mutlak (SKTM) ;
3. Memo Penyesuaian .

Langkah-langkah Reviu:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 37 -

Asersi
·
·

..
. . ··�
.
:· . ·�·{. ,
· ·

�f : . , '
. . .·

masi , ]a .a
. ::s

n;
. . Pereviu
·o. <
Prosedur Reviu .
.!II
.
.
·

Waktu .· · cu .f: '. ·u;

·· .: .�
. cu '6
' ' ·�· .· . SSn . ' · � k �
114 <
11> " ]
·
• ' '
. ·
· 11>
.

,,,.
. ..
. II> R·
.
·
' Cl)
'
· 11f .• ··· . �
." . ·
. ; ,. ' ' '• ' ' , :£' '

1. Teliti apakah saldo Piutang


Tagihan TP/TGR di Neraca telah
sesuai dengan dokumen
rekapitulasi dari unit
teknis / pengelola.

2. Teliti apakah saldo TP/TGR


disajikan di Neraca sebagai
Piutang Tagihan TP /TGR untuk
jumlah yang akan diterima lebih
dari 1 2 bulan mendatang dan
disajikan sebagai piutang
kelompok aset lancar (Bagian
Lancar Tagihan TP /TGR) untuk
jumlah yang akan diterima dalam
waktu 1 2 bulan mendatang.

3. Lakukan uji petik atas transaksi


TP/TGR dan teliti apakah setiap
transaksi tersebut telah didukung
dokumen yang sah, melalui
penelusuran ke dokumen­
dokumen terkait.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 38 -

'•

. .,
·. , ,

•' .. .Aserst · ·
• ,
'

c:: s::
< Esti d·' , · '•
. .-

-
· .
.

..
...
' '
'
clJ '· '·

.] ·
' ' • ', , clJ
Pereyi.u . masi
'

·· � o - · �
Piosedur :Q.eViu •

Waktu .
. 1o1 �· ; ·;; S
.
; =: ·
·. · · '
. , : · .

\
:
� · �
' ' '
�. ·.· � . . . : "a.;: �
'
. ' it · Sl.c� I it.·' ' ' < �
."
. ! ' '

· ••
•,

' ..
..
'; :·•, . '
ASET LAINNYA
. .· . -

R. •
(KODE P�RKI�: .
.
1 5 ) :; .
.
. . ·.. . .
.
.
.

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Aset Lainnya terdiri dari Piutang
Jangka Panj ang, Kemitraan
Dengan Pihak Ketiga, Aset Tak
Berwujud, dan Aset Lain-lain.
2. Setiap transaksi Aset Lainnya
telah didukung dokumen yang
sah .
3. Seluruh Aset Lainnya telah
tercatat dalam SIMAK-BMN.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Memo Penyesuaian Aset Lainnya;
2. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
internal atau dokumen lain yang
dianggap sah .

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Aset Lainnya
di N eraca telah sesuai dengan
dokumen rekapitulasi dari unit
teknis / pengelola.

2. Lakukan uji petik atas transaksi


Aset Lainnya dan Teliti apakah
setiap transaksi tersebut telah
didukung dokumen yang sah ,
melalui penelusuran ke dokumen­
dokumen terkait.

3. Teliti apakah satuan kerj a telah


melakukan inventarisasi dan
merekam aset tak berwujud ke
dalam SIMAK-BMN, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke Laporan Aset
Lainnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 39 -

Asersi

;, ·._ ·. . .. Esti­
Prosedur Reyiu PereViu i
· . �as · ·
. waktu
·
.'
. . . ·. . ... . . . .
.
� ; . . . .·
. ._

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan terse but
secara berjenj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 40 -

" '
· . Asersi .

Esti-
� S::
S:: . R R
1-1
m
Prosedur Reviu Pereviu niasi Jl( m
....

Waktu .am .a 0i! � -8 enm .cl

e:a. 1-1

·�
A
bl)
g, � ·
P4.
d m

.. .
Q)
Po4
S:: Q)
Q)
p,. •
·� � �
' ..
"
- '
.
S. . KEWAJIBAN (KODE �EIU{I�: 2)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1.Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi
pemerintah .
2 . Karakterisitik esensial kewajiban
adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini
yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan
sumber daya ekonomi di masa
yan,g akan datang.
3. Setiap entitas pelaporan
mengungkapkan setiap pos
kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan
akan diselesaikan dalam waktu
1 2 (dua belas bulan) dan lebih
dari 1 2 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan.
4. Kewajiban diakui pada saat dana
pinj aman diterima dan / atau pada
saat kewajiban timbul.
5. Kewajiban diakui/ dicatat jika
besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan atau
telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang
ada sekarang dan perubahan atas
kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat

6.
diukur.
Kewajiban dapat timbul dari:
a) transaksi dengan pertukaran
( exchange transaction) ;
b) transaksi tanpa pertukaran
( non exchange transaction) ,
sesuai hukum yang berlaku
dan kebij akan yang

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 141 -

· . : . : '. .. . . ,
.
.. ·.;
Asersi ' '

� { .

Pro�edur Revtu Pereviu


.· .·

· · .·
�. .

diterapkan belum lunas


dibayar sampai dengan
tanggal pelaporan;
c) kej adian yang berkaitan
dengan pemerintah
(government-related events) ;
d) kej adian yang diakui
pemerintah (government-
acknowledgement events) .
7. Kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal . Kewajiban dalam mata
uang asing dij abarkan dan
dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Penj abaran dalam mata
uang asing menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca.

Dokumen yang Diperlukan:


1 . Laporan rekapitulasi kewajiban;
2. Dokumen tagihan;
3. Surat Perintah Membayar (SPM) ,
Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) ;

5 . Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)


4 . Memo Penyesuaian Kewajiban ;

atau dokumen lain yang dianggap


sah .

Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Kewajiban di
Neraca tel ah sesuai dengan
laporan rekapitulasi kewajiban
dari unit teknis dan bahwa
seluruh akun Kewajiban yang
'1 '1
dikelola oleh unit teknis tel ah
disajikan dalam LRA, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke lap or an
rekapitulasi kewajiban.

2. Lakukan uji petik atas transaksi


Kewajiban dan teliti apakah
setiap transaksi tersebut telah
· didukung dokumen yang sah,
melalui penelusuran ke dokumen­
dokumen yang terkait (misalnya
dokumen tagihan , SPM dan
SP2D) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 42 -

· · Ase!"�i. ··
. . . . .

·
· . Pros� dur Reviu ·· · �· .. .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 43 -

.Asersi ·

. ·
Prosedur �e1fiu > . . .
·
.

·� . . . .

·
KEWAJ:IBAN J.l\N(iKA. P)!;ND�K ·

··
T. (KODE }!ERKIRAAN : .2 1); a11tara
lain: · . .·
,.
. .
. > ·. · · ·
·

' UTANG KEPADA . ' PIHAK ,: ::KETIGA


l.
,'

. . (KOJ:)E P���� ��2�h/. : J . . --

Tujuan prosedur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP s e rta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Utang kepada pihak ketiga terdiri
dari:
a. Kas Lainnya di Bendahara
Pengeluaran yang merupakan
uang pihak ketiga yang sudah
dibelanj akan (dibebankan
pada DIPA) , tetapi belum
diserahkan kepada yang
berhak.
b . Belanj a yang Masih Harus
Dibayar adalah tagihan pihak
ketiga atau kewajiban
pemerintah kepada pihak
ketiga yang pada tanggal
pelaporan keuangan belum
dapat dibayarkan karena
belum diajukan
pembayarannya atau dana
yang tersedia tidak
mencukupi.
2. Belanj a yang M asih Harus
Dibayar dicatat sebesar nilai
penyesuaian tagihan pihak ketiga
atau kewajiban pemerintah
kepada pihak ketiga sesuai
dengan periode pelaporan .
Belanj a ini belum dicatat sebagai
Belanj a menurut basis kas , tetapi
sudah dapat diakui sebagai beban
dalam Laporan Operasional dan
harus disajikan di Neraca sebagai
Utang kepada Pihak Ketiga.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 44 -

:. .. . .
'. ' .
.
. ..
.· •- . Asersi

ProsedurJ�eviU'.: <; · ·PereV.ii ....


.. . . ' . , . -.
-· : · ·
·.. .

l
.
.
:�
·

·
.
.

- .
.

Dokumen yang Diperlukan :


1. Berita Acara Pemeriksaan Kas;
2. Daftar SPM d an SP2D ;
3. S K Kenaikan Pangkat Pegawai;
4. Tagihan dari penyedia barangjj asa
seperti tagihan listrik, tagihan
telepon, dan tagihan pihak ketiga

5.
lainnya;
Memo Penyesuaian .

Langkah-langkah Reviu:

1. Dapatkan informasi mengenai


tagihan pihak ketiga atau
kewajiban pemerintah kepada
pihak ketiga yang pada tanggal
pelaporan keuangan belum dapat
dibayarkan . Teliti apakah tagihan
kepada pihak ketiga tersebut
telah dibukukan sebagai
Kewajiban di Neraca.

2. Teliti apakah saldo Utang Kepada


Pihak Ketiga telah mencakup :
a. Kas Lainnya di Bendahara
Pengeluaran yang merupakan
uang pihak ketiga yang belum
diserahkan telah dicatat
dalam jumal penyesuaian
sebagai Utang Kepada Pihak
Ketiga;
b. Belanj a Yang Masih Harns
Dibayar telah dicatat dalam
jurnal penyesuaian sesuai
nilai yang diakui pada periode
pelaporan .

3 . Lakukan uji petik atas Utang


Kepada Pihak Ketiga dan teliti
apakah setiap transaksi tersebut
telah dilengkapi dengan dokumen
yang sah, melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen terkait.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan. dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalah an tersebut
secara berj enjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 45 -

·· Asersi

Re�il • · �··.
·
Prosedur .
:!
. .. .
,_. ,:

..
. .
·•
'
·

.
·
·.KELEBillAN .:.PEMBAYARAN
•·
::
..

·
. UTANG '
• ' ' • ,, . . .,
PENDAP.AT.�.N\ .
.
. ·
•>

... . . ". ... .. . ' . .:: '


·.
. ., ., _ ·! · ...
.

(KO])E PER.l{];I,&AN: ·� i· 9 .l) :' . . .


. ,• .
. . . ' . . :· \- . .
. ' .
' : -� .
·.

Tujuan prose dur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan , pengukuran , dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu :
1. Utang Kelebihan Pembayaran
Pendapatan adalah kewajiban
Pemerintah yang timbul atas
kelebihan pembayaran
paj ak/pelunasan piutang paj ak
dari wajib paj ak.
2. Utang Kelebihan Pembayaran
Pendapatan Perpaj akan disajikan
di Neraca sebesar jumlah
ketetapan lebih bayar
(S l{,PLB / SKPC / SPKPC / SKPBM)
tanggal pelaporan yang belum
diterbitkan SP2D-nya.

Dokumen yang Diperlukan :


1. Rekapitulasi dokumen terkait
pengembalian perpaj akan berupa
SKPLB dan SPMKP di DJP. Untuk
DJBC berupa SKPC, SPKPC,
SKPBM clan SPMKBM ;
2. SP2 D ;
3. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
internal antara penyusun LK clan
unit teknis atau dokumen lain
yang dianggap sah;
4. M emo Penyesuaian .

Langkah-langkah Reviu:

1. Teliti apakah Utang Kelebihan


Pembayaran Pendapatan adalah
disajikan sebagai Kewajiban
sebesar jumlah ketetapan lebih
bayar
(SKPLB / SKPC / SPKPC / SKPBM)
tanggal pelaporan yang belum
diterbitkan SP2D-nya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 46 -

, , ,

·
· Prosedur Reviu . ··

. '· '' ...

2. Teliti apakah Salclo Utang


Kelebihan Pembayaran
Penclapatan telah sesuai clengan
clokumen terkait pengembalian
perpaj akan .

3. Lakukan uji petik atas Utang


Kelebihan Pembayaran
Penclapatan clan teliti apakah
setiap transaksi tersebut telah
dilengkapi dengan dokumen yang
sah, melalui penelusuran ke
dokumen-dokumen terkait.

Prinsip Dasar:
Apabila clitemukan kelemahan clalam penyelenggaraan akuntansi clan/ atau kesalahan
clalam penyaj ian LK, maka pereviu bersama-sama clengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan clan/ atau koreksi atas kelemahan clan / atat.l kesalahan tersebut
secara berjenj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 47 -

Ase.rsi

.= Esti- '

.
Prosedur Reviu Pereviu masi
•' .�
· waktu
.: '
" : I

3.
PENDAPATAN DITE RIMA I>l .'.MUKA '
'
(KODE PERKXRAAN : 2' i 92f ' ,' •

' ·. ':. ' I 1.: ' •


Tujuan prose dur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan
bahwa
pengakuan, pengukuran , dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1. Pendapatan Diterima di Muka
adalah pendapatan bukan pajak
yang sudah diterima di rekening
kas negara tetapi belum menj adi
hak pemerintah sepenuhnya
karena masih melekat kewajiban
pemerintah untuk memberikan
barang j asa di kemudian hari
kepada pihak ketiga atau adanya
kelebihan pembayaran oleh pihak
ketiga tetapi belum dikembalikan .
2. Pendapatan Diterima di Muka
dicatat sebesar penyesuaian atas
nilai Pendapatan Diterima di
Muka yang menj adi kewajiban
periode berj alan.

Dokumen yang Diperlukan:


Dokumen perj anjian/ kontrak atau
dokumen lainnya yang dipersamakan .

Langkah-langkah Reviu:

4. Teliti apakah saldo Pendapatan


Diterima di Muka telah dicatat
dalam jurnal penyesuaian sesuai
nilai yang diakui pada periode
pelaporan dan telah didukung
oleh Memo Penyesuaian.

5. Lakukan uji petik atas


Pendapatan Diterima di Muka
dan Teliti apakah setiap transaksi
tersebut telah dilengkapi dengan
dokumen yang sah, melalui
penelusuran ke dokumen­
dokumen terkait..

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 48 -

Asersi
• .
' ,, '

· .
.
ES ti'." r:: r::
"
r::
.c;
· ·. Prosedut Re�,iu . ·
. Pereviu . · . rtiasi ·J ' t'd
;...
t'd
...
;.
·-
.
t'd
:, ...
· .·· · , ..•.

\Yaktli ·· .e
:n · · en ·
·
0 . fl)
t'd
t'd
"C:S '
t'd
flJ

r:I
. Pt ...
,

J9
r:i
�Q)
�-
r:i t'd


,

.
e:i.. · e:i.. e:i..
Q)
Q)
Q) · ·


Q)

Prinsip Dasar:
' ·
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
,

melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut

secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 49 -

:
. ..
.. . .
.. · As e rs i ·

� 2
::s
. Esti- .. .
:· �
·
s:I

rn
s:I
.
· ' _a
. .!II
Prose dur . Reviu
rn
Pereviu masi ....
fl ·

·.
.s=
·· l:S '
"'
. Waktu , ·"'
s:I
s:I , - bl>
· .
0
; .. . • · . bl) . t:a. · fl
.
.. . . '
.
(l.f .
-
s:I

. . >'
"'
: . .


. •
, Q)
.
.
� �

i;. .· · if
Q) ·
· ·. : . �·
· .

UANG MPKA DARI KPPN. ,


. . · ., .


..
(KODE PERKIR.AAN : 2 1 95)

Tujuan prose dur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan , dan
keabsahan LK telah terpenuhi,

1.
yaitu:
Uang Muka dari KPPN
merupakan utang yang timbul
akibat Bendahara Pengeluaran
belum menyetor sisa U ang
Persediaan (UP) sampai dengan

2.
tanggal neraca.
Saldo Uang Muka dari KPPN yang
dicantumkan di Neraca adalah
sebesar sisa Uang Persediaan (UP)
dan Tambahan Uang Persediaan
(TUP) yang belum
dipertanggungj awabkan atau
disetorkan kembali ke Kas Negara
per tanggal N eraca.

Dokumen yang Diperlukan:


1. Rekening Koran;
2. Buku Kas Umum;
3. Berita Acara Pemeriksaan Kas;
4. Register Penutupan Kas;
5. Memo Penyesuaian Kas di
Bendahara Pengeluaran ;
6. Bukti-bukti pengeluaran yang
belum dipertanggungjawabkan .

Langkah-langkah Reviu :

1. Teliti apakah saldo Uang Muka


dari KPPN yang disajikan di
Neraca hanya mencakup UP dan
TUP dengan membandingkan
saldo kas (U ang Tunai di
Brankas, Saldo rekening Koran di
Bank, bukti-bukti pengeluaran
yang belum
dipertanggungj awabkan , dan
tidak termasuk J asa Giro) dengan
SP2D-UP dan SP2D-TUP.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 50 -

. . ' '· ' · •. ·

. ·.
··
·. . Asersi
; ,

· > Esti- .
.

·
· · ·. Prosedur Reviu
' .• :
. ·• · . }>ereViu ·masi ·

.,_ : . .
Waktu

2. Teliti apakah saldo Uang Muka


dari KPPN telah disajikan sebesar
nilai rupiahnya, dengan
melakukan penelusuran ke
Register Penutupan Kas .

3. Teliti apakah saldo Uang Muka


dari KPPN pada akhir tahun
anggaran adalah nihil, melalui
penelusuran ke Berita Acara
Pemeriksaan Kas dan Register
Penutupan Kas . Apabila saldo kas
tidak nihil, maka teliti apakah
saldo tersebut telah disetorkan ke
Kas Negara, melalui penelusuran.
ke dokumen SSBP-nya.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 151 -

FORMAT 1 1:

PROSEDUR REVIU CaLK DAN LAMPIRAN LK


UAKPA/ UAPPA-W /UAPPA-El / UAPA

i:(. ·
. • . :
. . •. As��si
.
'
· . · · :·
. . :
. / ,
' ·.. . .
.
,, . . '. .· . .'- . ·· : " >" .

P�o,sedUr·R�vj,11 : . :

··: . •

Tujuan prose dur reviu berikut ini adalah


untuk memastikan bahwa aspek formal
LK dan kecukupan pengungkapan
informasi dalam CaLK telah terpenuhi,
yaitu:
1. CaLK harus disajikan secara
sistematis. Setiap pos dalam LRA, LO ,
LPE , dan Neraca harus mempunyai
referensi silang dengan informasi
terkait dalam CaLK.
2. CaLK menyajikan informasi tentang
penj elasan pos-pos LK dalam rangka
pengungkapan yang memadai, antara
lain :
a. menyajikan informasi umum
tentang entitas pelaporan dan
entitas akuntansi;
b. menyajikan informasi tentang
kebij akan fiskal/ keuangan dan
ekonomi makro;
c. menyajikan ikhtisar pencapaian
target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
d. menyajikan informasi tentang
dasar penyajian laporan
keuangan dan kebij akan-
kebij akan akuntansi yang dipilih
untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan
kej adian-kej adian penting
lainnya;
e. rincian dan penj elasan masing­
masing pos yang disajikan pada
lembar muka laporan keuangan;
f. mengungkapkan informasi yang
diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum
disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan;
g. informasi lainnya yang
diperlukan untuk penyajian

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 52 -

·' '
· ·'

.•.....•. Asersi
..
. �

•·

· Prosedur Reviu·\
. � ·: ·,

·;; . . '
.' ·'
. .

yang wajar, yang tidak djsajikan


dalam lembar muka laporan
keuangan .
3. CaLK harus dapat menj elaskan
perubahan anggaran yang penting
selama periode berj alan dibandingkan
dengan anggaran yang pertama kali
disahkan, hambatan dan kendala
yang ada dalam pencapaian target
yang telah ditetapkan, serta masalah
lainnya yang dianggap perlu oleh
manaj emen entitas pelaporan untuk
diketahui pembaca LK.
4. Dalam menyajikan CaLK, entitas
pelaporan harus mengungkapkan
dasar penyajian LK dan kebij akan
akuntansi.
5. Pengungkapan kebij akan akuntansi
harus mengidentifikasikan dan
menj elaskan prinsip-prinsip
akuntansi yang digunakan oleh
entitas pelaporan dan metode­
metode penerapannya yang secara
material mempengaruhi penyajian
LRA, LO , LPE, dan Neraca.
Pengungkapan JUga harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan penting
yang diambil dalam memilih
prinsip-prinsip yang sesuru. Secara
umum, kebij akan akuntansi pada
CaLK menj elaskan hal-hal berikut ini:
a. entitas pelaporan ;
b. basis akuntansi yang mendasari
penyusunan LK;
c. basis pengukuran yang
digunakan dalam penyusunan
LK;
d. sampai sej auh mana kebij akan­
kebij akan akuntansi yang
berkaitan dengan ketentuan­
ketentuan masa transisi
Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan diterapkan oleh
suatu entitas pelaporan;
e. setiap kebij akan akuntansi
tertentu yang diperlukan untuk
memahami LK.
6. Perubahan kebij akan akuntansi yang
tidak mempunyai pengaruh material
dalam tahun perubahan juga harus

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 53 -

. ·. .
.. .
. As,ersi ·
. ' ·:'
"· ' . ..
.. .
.. . E8t1;,; · • .

. . Prosedur- Reviu .· masL ·


.C'CI �·
. .... .
s:: R
J( ;
•1'4
· ·

· ·W�ktti. i J. ']
S:: e .ci ·
,.
0 llJ
� C'CI

·: ·:.·: .\: . . . ·�s:i · �


. .,
C'CI Ill

s:I . Q)
.

�d.>
!
s::
J(
:id :id
C'CI
.. Q) Q)
. ., ·
p,. . d.> p,.
. . Pot
.

diungkapkan jika berpengaruh secara


material terhadap tahun-tahun yang
akan datang.
7. CaLK juga haru s mengungkapkan
informasi yang bila tidak
diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan .

Dokumen yang Diperlukan :


1. LRA versi Cetak yang sudah
dilengkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab (khusus untuk LK
semesteran dan tahunan) .
2. LO versi Cetak yang sudah dilengkapi
dengan Pernyataan Tanggung Jawab
(khusus untuk LK semesteran dan
tahunan) .
3. LPE versi Cetak yang sudah ·
dilengkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab (khusus untuk LK
semesteran dan tahunan) .
4. Neraca versi Cetak yang sudah
dilengkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab (khusus untuk LK
semesteran dan tahunan) .
5. CaLK d an Lampiran-lampirannya
versi Cetak yang sudah dilengkapi
dengan Pernyataan Tanggung Jawab
(khusus untuk LK semesteran dan
tahunan) .

Langkah-langkah Reviu:

Teliti apakah LK Semesteran dan Tahunan


telah memuat informasi mengenai:

1. Identitas unit kerj a Pengguna


Anggaran dan periode penyampaian
LK.

2. Gambaran ringkas mengenai LK yang


ditandatangani oleh pej abat yang
berwenang.

3. Daftar tabel (nama tabel, nomor tabel


dan nomor halaman) .

4. · Daftar grafik (nama grafik, nomor dan


nomor halaman) .

5. Daftar lampiran (nama lampiran,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 54 -

As�rsi
f' ! .

Prosedur R�vill�. . . :.:


.

:
... .

nomor lampiran dan nomor halaman) .

6. Daftar singkatan (singkatan­


·

singkatan yang digunakan dalam LK) .

7. Pernyataan tanggung j awab dari


Pengguna Anggaran terhadap
penggunaan anggaran pada lingkup
unit kerj anya yang ditandatangani
oleh pimpinan unit kerj a dan memuat
pernyataan tanggung j awab terhadap
penyusunan dan 1s1 LK yang
disampaikan ; bahwa LK telah
disu sun sesuai dengan SAP dan
bahwa LK telah disusun berdasarkan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang
memadai .

8. Gambaran ringkas mengenai kondisi


LK yang dipertanggungj awabkan,
yang mencakup gambaran mengenai
LRA, LO , LPE, Neraca, dan CaLK.

9. Lembar Muka LRA, LO , LPE, dan


Neraca.

10. Penj elasan umum terkait dasar


hukum penyusunan LK, kebijakan
teknis entitas pelaporan, pendekatan
penyusunan LK, basis akuntansi,
dasar pengukuran, dan kebij akan
akuntansi.

1 1. Penj elasan atas pos-pos LRA:


Realisasi pendapatan dan belanj a,
masing-masing dibandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode
berdasarkan cetakan dari aplikasi SAI
(laporan semester I atau laporan
komparatif dengan membandingkan
anggaran dan realisasi tahun
anggaran yang lalu dengan tahun
anggaran berj alan) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 55 -

.. ·· · . ,.. · ,
,· t :

·(. . . .
Asersi

12. Jumlah rupiah dan persentase dari


target yang direncanakan dalam DIPA
Penerimaan telah dij elaskan di CaLK.
Realisasi Penerimaan juga
dibandingkan antara periode dehgan
menj elaskan terj adi
kenaikan /penurunan (dalam bentuk
tabel per j enis penerimaan) .

13. Jumlah rupiah dan persentase dari


target yang direncanakan dalam DIPA
Belanj a (Belanj a Pegawai, Belanj a
Barang, Belanj a Modal, Belanj a
Bantuan Sosial) telah dij elaskan
dalam CaLK. Realisasi Belanj a juga
dibandingkan antara periode dengan
menj elaskan terj adi
· u
kenaikan /pen runan .

14. CaLK telah disertai informasi


tambahan yang menj elaskan hal-hal
yang mempengaruhi pelaksanaan
anggaran seperti kebij akan fiskal
dan moneter, sebab-sebab
terj adinya perbedaan yang
material antaia anggaran dan
realisasinya serta daftar-daftar yang
merinci lebih lanjut angka-angka
yang dianggap perlu untuk
dij elaskan .

15. Penj elasan atas LO disajikan untuk


pendapatan-LO dan beban dengan
struktur sebagai berikut:
perbandingan dengan periode yang
lalu ; penj elasan atas perbedaan
antara periode berj alan dan periode
yang lalu ; rincian lebih lanjut
pendapatan-LO menurut sumber
pendapatan, rincian lebih · lanjut
beban menurut klasifikasi ekonomi,
organisasi dan fungsi; penj elasan hal­
hal penting yang diperlukan .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 56 -

Asersi

Esti�
Prosed iir · Revhi Pereviu masi
Waktu

.· : · '·
·. · ·., · -.
·.

16. Penj elasan atas LPE disajikan untuk


ekuitas awal periode , surplus/ defisit
LO , dampak kumtilatif perubahan
kebij akan /kesalahan mendasar, dan
ekuitas akhir periode dengan struktur
sebagai berikut: perbandingan
dengan periode yang lalu ; penj elasan
atas perbedaan antara periode
berj alan dan periode yang lalu ;
rincian yang diperlukan ; penj elasan
h '.11 - hal penting yang diperlukan .

Aset, kewajiban , dan ekuitas per


17. Penj elasan atas pos-pos Neraca:

tanggal pelaporan berdasarkan


cetakan dari aplikasi SAi (laporan
semester I atau laporan tahunan) .

a. Kas di Bendahara Pengeluaran


disajikan dan diungkapkan
secara memadai, dengan
mengungkapkan seluruh saldo
rekening bendahara
pengeluaran, uang logam, uang
kertas , dan lain-lain kas
(termasuk bukti pengeluaran
yang belum
dipertanggungj awabkan) yang
sumbernya berasal dari dana UP
yang belum
dipertanggungj awabkan atau
belum disetor kembali ke Kas
Negara per tanggal Neraca atau
diperhitungkan dengan dana UP
tahun anggaran berikutnya.
Apabila terdapat bukti-bukti
pengeluaran yang belum
dipertanggungj awabkan, maka
hal 1m harus diungkapkan
dalam CaLK. Untuk saldo UP
yang disetor sesudah tanggal 3 1
Desember, harus diungkapkan
tanggal setor dan dilampirkan
bukti SSBP-nya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 57 -

. '
·. ·.
: '.
:A•.ersi . . t;

. a
. . . �ti - . a . ·_. .

.
.

Prosedur.'Reviu ] · "" � · . , . ...

Wa ktu c1S J · �
·
Pereviu m asi .
· ·

·S:S " �: ... �


.
·,

bll ·.'. � • a
. . .. ' ' bl)
.. . . s=

' " ;. ' . .. .


. ,f. ·� )f > < '
b. Kas d i Bendahara Penerimaan
disajikan dan diungkapkan
secara memadai, dengan
mengungkapkan seluruh kas,
baik itu saldo rekening di bank
maupun saldo uang tunai, yang
berada di bawah tanggung j awab
Bendahara Penerimaan yang
sumbernya berasal dari
pelaksanaan tu gas
pemerintahan (Penerimaan
Negara Bukan Paj ak) . Saldo kas
1m baik yang berasal dari
pungutan yang sudah diterima
oleh Bendahara Penerimaah
selaku wajib pungut yang belum
disetorkan ke Kas Negara
maupun uang pihak ketiga yang
masih berada di Bendahara
Penerimaan dengan
melampirkan rekening koran.
Apabila masih terdapat uang
milik pihak ketiga, maka hal
tersebut harus diungkapkan di
CaLK beserta tanggal
penyetorannya.

c. Setara Kas disajikan dan


diungkapkan secara memadai .
Mutasi antar pos-pos kas dan
setara kas tidak diinformasikan
dalam LK karena kegiatan
tersebut merupakan bagian dari
manaj emen kas dan bukan
merupakan bagian aktivitas
operasi, investasi aset non
keuangan , pembiayaan dan non­
anggaran .

d. Piutang Pajak disajikan dan


diungkapkan secara memadai,
dengan mengungkapkan :
1) Kebij akan akuntansi yang
digunakan dalam
penilaian, pengakuan dan
pengukuran piutang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 58 -

Asersi

Cd c::
':
.

. .

.
.
. .
. . Esti-
I ·.
i:I c:: i:I c::
Prose clur l�.eyiu . ·
: : ;.
.. " ., . Pereviu · niasi . .� .
.ftS

.!ill
.
·

, ·�
ft_ ·�
ftf
� .;
cd


· .
' ·.

I
.
. Waktu ·
...
.
.... ... -... 0
. ·.. . � SSo , . ,i1• = �
,
. . · d:. : '� ,·�. � �
2) Rincian Saldo Piutang
Paj ak per unit akuntansi
berdasarkan · j enis pajak
dan berdasarkan umur
piutang untuk mengetahui
tingkat kolektibilitasnya;

e. Perse diaan disajikan dan


diungkapkan secara memadai,
dengan mengungkapkan :
. 1) kebij akan akuntansi yang
digunakan dalam
penguk.uran persediaan;

2) penj elasan lebih lanjut


persediaan seperti barang
atau perlengkapan yang
digunakan dalam
pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan
yang digunakan dalam
proses produksi, barang
yang disimpan untuk dijual
atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang
yang masih dalam proses
produksi yang
dimaksudkan untuk dijual
atau diserahkan kepada ·

masyarakat;

3) Kondisi persediaan ;

4) Hal-hal lain yang perlu


diungkapkan berkaitan
dengan persediaan,
misalnya persediaan yang
diperoleh melalui hibah
atau rampasan ;

5) Persediaan dengan kondisi


rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca,
tetapi diungkapkan dalam
CaLK.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 59 -

: :: . ..
'· Asersi

J. � ·
·
. Es U­ s::
C1S
.

s:: s:: s::


(U
Pr�sedur ReV:iu . ·• · · Pereviu ·· . masi ...
]C1S �
·
f! , .
. .s= ·
. C1S
': � Waktu. : 0 fl)
C1S fl)
bl) s:i. k s::
�G>
Po. Po.
C1S

::id ::id
s:: ell
' . . .
Q> · s::
if.
·Q)
! G>

f. Aset Tetap disajikan dan -'1


diungkapkan secara memadai,
dengan mengungkapkan :
1) Dasar penilaian yang
digunakan untuk
menentukan nilai tercatat
(carrying amount) ;

2) Rekonsiliasi jumlah
tercatat pada awal dan
akhir periode yang
menunjukkan :
penambahan, pelepasan ,
akumulasi penyusutan dan
peru bahan nilai (jika ada) ,
mutasi aset tetap lainnya;

3) Informasi penyusutan;

4) Eksistensi dan batasan hak


milik aset tetap ;

5) Kebij akan akuntansi untuk


kapitalisasi aset tetap ;

6) Jumlah pengeluaran pada


pos aset tetap dalam
konstruksi;

7) Jumlah komitmen untuk


akuisisi aset tetap .

8) Jika aset tetap dicatat pada


jumlah yang dinilai
kembali, maka hal-hal
tambahan yang harus
diungkapkan : dasar
peraturan untuk menilai
kembali aset tetap , tanggal
efektif penilaian kembali,
nama penilai independen
(jika ada) , hakikat setiap
petunjuk yang digunakan
untuk menentukan biaya
pengganti, nilai tercatat
setiap j enis aset tetap .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 60 -

.. . · . A.sersi
": .
"'· '· · ' .

Prosedur Reviu •·

18. Penj elasan, daftar rinci, dan analisis


atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam LRA, LO , LPE, dan Neraca,
termasuk apabila terdapat hal-hal
yang tidak berhubungan langsung
dengan LRA, LO, LPE, dan Neraca
namun mempengaruhi LK,
misalnya reorganisasi, force majeure,
sengketa peradilan dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan unit
akuntansi.

19. Lampiran pendukung yaitu LRA


Pendapatan dan . LRA Pengembalian
Pendapatan, LRA Belanj a dan LRA
Pengembalian Belanja, serta Neraca
Percobaan .

20. Lampiran laporan barang pengguna


yaitu Laporan Barang Pengguna
Semesteran/Tahunan, Laporan
Kondisi Barang (khu sus LK
Tahunan) , dan Rincian Saldo Awal.

21. Lampiran LK BLU (apabila terdapat


BLU) .

22. Lampiran Laporan Rekening


Pemerintah .

23. Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan


BPK, dengan menj elaskan temuan­
temuan BPK dan tindak lanjut yang
telah dilakukan beserta daftar
temuan BPK dan tindak lanjutnya.

24 . Lampiran-lampiran lainnya sebagai


pendukung CaLK seperti Laporan
Barang Kuasa Pengguna Barang
Persediaan .

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 161 -

FORMAT 12:

PROSEDUR �EVIU LAPORAN KEUANGAN UAPPA-W

. . J. ..

· 1'sersi
.

Prosedtlr . �eYiu . ' . .

,. '

'
:.. . . ' '.' · :: · · ' ', ,. ...

Tujuan prose dur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
akurasi , keandalan dan keabsahan
LK telah terpenuhi, yaitu:
1. UAPPA-W melakukan verifikasi
atas LRA, LO , LPE, Neraca, dan
CaLK beserta ADK yang diterima
dari seluruh unit akuntansi di
bawahnya.
2. LRA, LO , LPE, Neraca, d an CaLK
UAPPA-W merupakan hasil
kompilasi dari LRA, LO , LPE,
Neraca, dan CaLK seluruh unit
akuntansi di bawahnya.
3. UAPPA-W melakukan rekonsiliasi
LK dengan instansi terkait, antara
lain Kanwil DJPb dan DJKN .
4. Rekonsiliasi internal dilakukan
antara unit penyusun laporan
keuangan dengan unit teknis.

Dokumen yang Diperlukan :

1. LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK


UAKPA versi Cetak yang sudah
dilengkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab (khusus untuk
LK semesteran dan tahunan) ;
2. ADK UAPPA-W;
3. ADK dari masing-masing UAKPA;
4. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
eksternal dan hasil rekonsiliasi
internal .

Langkah-langkah Reviu:

1. Teliti apakah LK dan ADK setiap


akun LRA, LO , LPE, dan Neraca
yang diterima dari UAKPA sudah
dilakukan verifikasi dengan
meminta keterangan kepada
Penanggung Jawab unit
akuntansi (khusus untuk LK
semesteran dan tahunan) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 62 -

. "
• · . Asersi ·

· ·· . : .EsU-
, . masi
.
. Pere-riu .

.
. .

.
. · .·.:
· Waktu
• •. i . I . .
. ·. '

. : .. . J.
.. , , , ..
:,
.�. . .
'•

2. Teliti apakah saldo setiap akun


LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK
UAPPA-W telah sesuai dengan
jumlah total saldo akun UAKPA
yang berada di bawahnya, melalui
penjumlahan ulang seluruh saldo
akun LRA, LO , LPE, Neraca, dan
CaLK UAKPA.

3. Teliti apakah proses rekonsiliasi


internal antara unit penyusun
laporan keuangan dengan unit
teknis sudah dtlakukan melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke hasil rekonsiliasi
internal.

4. Teliti apakah proses rekonsiliasi


LRA dengan Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dan rekonsiliasi
BMN dengan Kanwil DJKN sudah
dilakukan, melalui penelusuran
ke BAR. Apabila berdasarkan
hasil rekonsiliasi tersebut
terdapat perbedaan , Teliti apakah
perbedaan tersebut telah
diperbaiki dengan meminta
keterangan dan bukti pendukung.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 63 -

FORMAT 1 3:

PROSEDUR REVIU LAPORAN KEUANGAN UAPPA-E l

' '
, Asersi
'
,"'1
,

• t· .
�ti� . · ' s:I s:I

' Prose dur: Re lu , '. Pe:revi� "
. aS
a .·. .,-'...
.

, , . _ masi
, '� :' .....
·o:
•l"I
· ·Waktu ·- •v
' � :I
-�
,.!i4
. . bO .

�- ..A.c
. ..
- � ,• ...

.•".· · '

' � -- � - · �
' �-
.....
,, ' ,
" " . "
,/ " : . : · p.t
., ,
,
. ·

114
.
'

Tujuan prose dur reviu berikut ini


adalah untuk memastikan bahwa
akurasi , keandalan dan keabsahan
LK telah terpenuhi , yaitu:
1. UAPPA-E l melakukan verifikasi
atas LRA, LO , LPE, Neraca, CaLK
beserta ADK yang diterima dari
seluruh unit akuntansi di
bawahnya.

UAPPA-E l
2. LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK
merupakan hasil
kompilasi dari LRA dan Neraca
seluruh unit akuntansi di
bawahnya.
3. UAPPA-E l melakukan rekonsiliasi
LK dengan instansi terkait, antara
lain Ditj en Perbendaharaan c . q.
Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan dan DJKN .
4. Rekonsiliasi internal dilakukan
antara unit penyusun laporan
keuangan dengati unit teknis .

Dokumen yang Diperlukan:

1. LRA, LO , LPE, Neraca, dan CaLK


UAPPA-W versi Cetak yang suclah
dile:ri gkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab (khusus untuk
LK semesteran dan tahunan) ;
2. ADK UAPPA-E l ;
3. ADK dari masing-masing UAPPA­
W;
4. Berita Acara Rekonsiliasi {BAR)
eksternal dan hasil rekonsiliasi
internal.

Langkah-langkah Reviu:

1. Teliti apakah LK cl an ADK setiap


akun LRA, LO , LPE, dan Neraca
yang diterima dari UAPPA-W
sudah dilakukan verifikasi
dengan meminta keterangan
kepacla Penanggung Jawab unit
akuntansi {khusus untuk LK
semesteran clan tahunan) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 64 -

Asersi
.
. .

Esti- R . r:: r::


..
' . .
.

.<
.

.cl
·
a•. �
i . .sf
·
·
.· ·

. .!I
ClS·.
Prosed.llr R�viu ,· ., . :
PeJ"eViu ma&i · I! .··. > ·
...
· -: : ·· . : . . . ·
· .
. . ·.
.
.
' ·
f f
· . "

wa'.ktu Cd .; · o
. •· f:I. e .gr::
fl) ClS
fl)

, .
bb
R . ;, . JI ' ClS -:
.. . '•

· ..
·
'
.
,
. .
,
\
··
· ..
Q)


.R Q)
Q). ...·� �· � �
2. Teliti apakah saldo setiap akun
LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK
UAPPA-E l telah sesuru. dengan
jumlah total saldo akun UAPPA-W
yang berada di bawahnya, melalui
penjumlahan ulang seluruh saldo
akun LRA, Neraca dan CaLK
UAPPA-W.

3. Teliti apakah proses rekonsiliasi


internal antara unit penyusun
laporan keuangan dengan unit
teknis sudah dilakukan melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke hasil rekonsiliasi
internal .

4. Teliti apakah proses rekonsiliasi


LRA dengan Ditj en
Perbendaharaan c . q. Dit APK dan
rekonsiliasi BMN dengan DJKN
sudah dilakukan, melalui
penelusuran ke BAR. Apabila
berdasarkan hasil rekonsiliasi
tersebut terdapat perbedaan,
Teliti apakah perbedaan tersebut
telah diperbaiki dengan meminta
keterangan dan bukti pendukung.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan· unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalah an tersebut
secara berj enj ang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 65 -

FORMAT 14:

PROSEDUR REVIU LRA DAN NERACA UAPA


.
. .. .
'
"f .
<. Asersi
" . .

.R
..

R R
Esti-
o
Pr sedur. · Reviu Pereviu , masi cu
C1J
... R R
cu
' cu '""
,.
Waktu ]cu ] :
M
II> :
� �II>
R
g,
0
c:at �
. ' '· ' . . ' bl) ·'
R
�G)
�.
. .!!
P-4 .' ' P-4 ' P-4 �
R C1J

.
'
. ,
. · ..

•. :
" :
.· , ·
o.> . . : o.> . , .
"
o.>
-� G)

Tujuan prose dur reviu berikut ini


a dalah untuk memastikan bahwa
akurasi , keandalan dan keabsahan
LK telah terpenuhi, yaitu:
1. UAPA melakukan verifikasi atas
LRA, LO , LPE, Neraca, CaLK
beserta ADK yang diterima dari
seluruh unit akuntansi
dibawahnya.
2. LRA, LO , LPE, Neraca, dan CaLK
UAPA merupakan hasil kompilasi
dari LRA dan Neraca seluruh unit
akuntansi dibawahnya.
3. UAPA melakukan rekonsiliasi LK
dengan instansi terkait, antara
lain Ditj en Perbendaharaan c . q.
Dit APK (apabila dimungkinkan) .
4. Rekonsiliasi internal dilakukan
antara unit penyusun laporan
keuangan dengan unit teknis .

Dokumen yang Diperlukan :


1. LRA, LO , LPE, Neraca, dan CaLK
UAPPA-E l versi Cetak yang
sudah dilengkapi dengan
Pernyataan Tanggung Jawab
(khusus untuk LK semesteran
dan tahunan) ;
2. ADK UAPA;
3. ADK dari masing-masing UAPPA­
El;
4. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR)
eksternal dan hasil rekonsiliasi
internal .

Langkah-langkah Reviu:

1. Teliti apakah LK dan ADK setiap


akun LRA, LO , LPE, dan Neraca
yang diterima dari UAPPA-E l
sudah dilakukan verifikasi
dengan meminta keterangan
kepada Penanggung Jawab unit
akuntansi (khusus untuk LK
semesteran dan tahunan) .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 66 -

Asersi

··
Esti­
Prosedur Reviu Pe.reviu masi
Waktu ·

2. Teliti apakah saldo setiap akun


LRA, LO , LPE, Neraca, dan CaLK
UAPA telah sesuai dengan jumlah
total saldo akun UAPPA-E l yang
berada di bawahnya, melalui
penjumlahan ulang seluruh saldo
akun LRA dan Neraca UAPPA-E l .

3. Teliti apakah proses rekonsiliasi


internal antara unit penyusun
laporan keuangan dengan unit
teknis sudah dilakukan melalui
permintaan keterangar;i. dan
penelusuran ke hasil rekonsiliasi
internal.

4. Teliti apakah proses rekonsiliasi


LRA dengan Ditj en
Perbendaharaan c . q. Dit APK dan
rekonsiliasi BMN dengan DJKN
sudah dilakukan, melalui
penelusuran ke BAR. Apabila
berdasarkan hasil rekonsiliasi
tersebut terdapat perbedaan ,
Teliti apakah perbedaan tersebut
telah diperbaiki dengan meminta
keterangan dan bukti pendukung.

Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG P . S . BRODJONEGORO

www.jdih.kemenkeu.go.id
Pusat Pengembangan Internal Audit Yayasan Pendidikan Internal Audit (PPIA-YPIA)
L’Avenue Office Tower, Lt.17. Jl Raya Pasar Minggu, Kav.16.
Pancoran, Jakarta Selatan 12780

Telp: 021-7985555 | Whatsapp: 0878-7218-3943 | Website: www.ypia.co.id

follow, like and subscribe

ppiaypia ppia_ypia ypia

Anda mungkin juga menyukai