LEVEL – 1: BASIC
Modul Unit 4
KATA PENGANTAR
Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan audit internal harus memahami penugasan asurans dan
konsultasi, tidak terkecuali auditor internal bagi organisasi yang bergerak dalam industri pelayanan
kesehatan. Terdapat beberapa macam jenis penugasan asurans dan konsultansi. Audit Kinerja, Audit
Investigatif, Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan, Reviu Laporan Keuangan, serta
Evaluasi dan Pemantauan adalah diantara jenis penugasan asurans. Sedangkan penugasan konsultansi
dapat berupa sebagai Fasilitator, Trainer, Pendidik, dan Advisor. Modul ini akan memberikan
gambaran mengenai bagaimana melaksanakan penugasan-penugasan tersebut diatas dilaksanakan
melalui Tahapan Proses Internal Audit yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Komunikasi (Pelaporan).
Sejalan dengan pentingnya memahami Penugasan Asurans dan Konsultansi, sertifikasi Qualified
Healthcare Internal Auditor (QHIA) memberikan perhatian yang dalam pada materi ini. Kehadiran
modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan dan materi pelatihan sertifikasi QHIA,
dan juga sebagai referensi di bidang pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi
auditor internal organisasi bidang pelayanan kesehatan.
Segala kritik, masukan, dan saran yang konstruktif terhadap penyempurnaan modul ini tentunya sangat
diharapkan dari para pembaca sekalian. Semoga kehadiran modul ini dapat bermanfaat bagi para
peserta pelatihan, instruktur/fasilitator, dan pembaca yang budiman. Terimakasih.
Mohamad Hassan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….. 3
A. Deskripsi Singkat………………………………………………………………………….. 3
B. Prasyarat Kompetensi……………………………………………………………………... 3
C. Kompetensi setelah Pelatihan……………………………………………………………... 4
D. Relevansi Modul…………………………………………………………………………... 4
KEGIATAN BELAJAR 1
PENUGASAN KONSULTANSI…………………………………………………………... 5
A. Memberikan Insight Melalui Konsultansi………………………………………………….. 5
B. Perbedaan Penugasan Asurans dan Konsultansi………………………………………….... 6
C. Jenis-jenis Penugasan Konsultansi………………………………………………………… 7
D. Proses Penugasan Konsultansi……………………………………………………………. 9
E. Kertas Kerja Penugasan Konsultansi……………………………………………………… 10
F. Kapabilitas yang Dibutuhkan Untuk Penugasan Konsultansi……………………………… 10
G. Tes Formatif Kegiatan Belajar 1…………………………………………………………... 11
KEGIATAN BELAJAR 2
AUDIT KINERJA PELAYANAN KESEHATAN………………………………………... 13
A. Pendahuluan……………………………………………………………………………….. 13
B. Perencanaan……………………………………………………………………………….. 14
C. Pelaksanaan………………………………………………………………………………... 19
D. Pelaporan………………………………………………………………………………….. 28
E. Pemantauan Tindak Lanjut dan Langkah Koreksi……………………………………….… 30
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 2………………………………………………………….... 31
KEGIATAN BELAJAR 3
AUDIT INVESTIGASI…………………………………………………………………….. 33
A. Pendahuluan………………………………....…………………………………………….. 33
B. Ruang Lingkup………………………………………………………………………….… 34
C. Proses Audit Investigasi…………………………………………………………………… 34
D. Sekilas tentang Audit Forensik…………………………………………………………….. 38
E. Tes Formatif Kegiatan Belajar 3………………………………………………………….... 41
KEGIATAN BELAJAR 4
PENUGASAN LAINNYA…………………………………………………………………. 44
A. Pendahuluan………………………………………………………………………………. 44
B. Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan…………………………………….... 45
C. Reviu Laporan Keuangan…………………………………………………………………. 46
D. Reviu Rencana Kerja dan Anggaran K/L dan SKPD……………………………………... 47
E. Evaluasi dan Pemantauan…………………………………………………………………. 49
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 4…………………………………………………………... 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 36/PB/2016 tanggal 28 Sept 2016
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan
Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019 tentang
Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 255/PMK.09/2015 tentang
Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. Reviu atas
Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
A. Langkah Pembelajaran
Untuk dapat memahami isi modul Penugasan Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan ini,
peserta disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pahami tujuan pembelajaran dari setiap sesi Kegiatan Belajar.
2. Baca modul dengan baik dan pelajarilah dengan teliti semua materi mengenai Penugasan
Asurans dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan.
3. Kerjakan tes formatif yang tersedia dan reviu hasilnya untuk menilai pemahaman dan
kemampuan yang telah Anda miliki.
4. Gunakan hasil tes formatif sebagai umpan balik untuk memperdalam pemahaman mengenai
materi tertentu.
5. Bacalah ketentuan, peraturan perundangan, standar, panduan dan referensi terkait yang
disebutkan dalam modul untuk memperkaya pemahaman Anda.
6. Selamat belajar dan semoga sukses.
B. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan terdiri dari pemaparan materi mengenai Penugasan Asurans
dan Konsultasi Pelayanan Kesehatan oleh fasilitator, diikuti dengan tanya jawab dan diskusi
interaktif, serta diskusi kelompok dan presentasi studi kasus (jika ada).
C. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran yang dibutuhkan adalah 4 sesi atau 8 jam latihan (jamlat), dengan alokasi
waktu sebagai berikut:
AUDIT KINERJA
PENUGASAN PELAYANAN AUDIT INVESTIGASI PENUGASAN LAINNYA
KONSULTANSI KESEHATAN
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Menurut Institute of Internal Audit (IIA): “Internal Auditing is an independent, objective
assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations.
It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach
to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.
Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa asurans dan konsultansi merupakan kegiatan inti
dalam audit internal yang dilaksanakan secara independen dan obyektif dalam rangka memberi
nilai tambah dan meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga setiap individu yang terlibat dalam
kegiatan audit internal harus memahami penugasan asurans dan konsultasi, tidak terkecuali auditor
bagi organisasi yang bergerak dalam industri Kesehatan
Terdapat beberapa macam jenis penugasan asurans dan konsultansi. Audit Kinerja, Audit
Investigatif, Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan, Reviu Laporan Keuangan,
Evaluasi dan Pemantauan adalah beberapa jenis penugasan asurans. Sedangkan penugasan
konsultansi dapat berupa sebagai Fasilitator, Trainer, Pendidik, dan Advisor.
B. PRASYARAT KOMPETENSI
Peserta yang berpartisipasi dalam pelatihan sertifikasi ini adalah auditor internal dan para peserta
lainnya yang ingin memahami dan mendalami penugasan asurans dan konsultansi di bidang
industri pelayanan kesehatan. Agar lebih efektif, peserta pelatihan perlu memiliki pengetahuan
mengenai konsep dasar audit internal, tujuan, kriteria dan ruang lingkup, identifikasi risiko dan
pengendalian utamanya, perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan serta komunikasi
penugasan dan monitoring tindak lanjutnya.
D. RELEVANSI MODUL
Peserta pelatihan sertifikasi Qualified Healthcare Internal Auditor (QHIA) Level 1 perlu dibekali
dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai jenis penugasan asurans dan konsultansi.
Modul ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang cukup lengkap, mudah dipahami, dan
bermanfaat mengenai standar dan proses dalam perencanaan penugasan audit. Sementara itu, bagi
para instruktur atau fasilitator pelatihan, modul ini diharapkan dapat membantu penyampaian
materi pembelajaran secara terstruktur dan sistematis, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh
para peserta pelatihan.
KEGIATAN BELAJAR 1
PENUGASAN KONSULTANSI
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu:
• Memahami penugasan konsultansi sebagai pemberian jasa insight kepada berbagai fungsi
kegiatan organisasi/perusahaan.
• Memahami perbedaan penugasan asurans dan konsultansi
• Memahami jenis-jenis penugasan konsultansi serta kapabilitas yang dibutuhkan
• Memahami proses penugasan konsultansi serta standar penyusunan kertas kerja
penugasan.
Audit Internal wajib memiliki kemampuan dan menawarkan hindsight (tinjauan yang empiris atas
historis yang sudah terjadi), insight (kecemerlangan wawasan dan konsep yang dalam), dan foresight
(tinjauan ke masa depan). Cara pandang auditor intern terhadap masa lalu (past), saat ini (present),
dan yang akan datang (future) akan membuat audit internal sebagai profil yang dicari pendapat dan
pemikirannya.
Dengan kemampuan insight Audit Internal dalam melaksanakan fungsinya, akan membantu
pengambil keputusan dengan memberikan penilaian independen tentang berbagai program,
operasional dan kebijakan-kebijakan. Hal ini dilaksanakan dalam penugasan konsultansi dalam
bidang penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pendampingan audit, konsultasi manajemen
risiko serta penilaian atas pengendalian intern pelaporan keuangan.
Penugasan Asurans
Tujuan dari penugasan asurans secara umum dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menilai
bukti yang relevan atas suatu hal tertentu yang menarik perhatian dan menyajikan kesimpulan
berkaitan dengan hal yang menjadi fokus dan sasaran penugasan asurans. Terdapat berbagai
pertimbangan yang mendasari auditor internal melaksanakan Penugasan Asurans, antara lain:
1. Menguji efektivitas penanganan risiko melekat yang diidentifikasi selama proses penilaian
risiko bisnis dan atau dari hasil penugasan sebelumnya atau berdasarkan permintaan komite
audit.
2. Memenuhi peraturan yang diwajibkan berdasarkan peraturan tertentu (contohnya regulasi
yang berlaku dalam perdagangan saham di bursa).
3. Auditor internal mungkin diminta oleh manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian
atau operasi setelah adanya kejadian-kejadian tertentu (seperti terjadi bencana alam,
perubahan peraturan atau ditemukan adanya indikasi adanya kecurangan).
4. Adanya perubahan-perubahan signifikan dalam bisnis atau industri juga dapat menyebabkan
auditor internal perlu melakukan penugasan asurans untuk mengantisipasi efektivitas dan
efisiensi pengendalian dan mengantisipasi risiko-risiko yang timbul akibat perubahan
tersebut.
5. Pertimbangan-pertimbangan lain misalnya manajemen hendak membandingkan penerapan
suatu hal atau kinerja dengan ekspektasi mereka dan meminta auditor asurans memberikan
pendapat terhadap hal tersebut.
Jenis penugasan asurans yang dapat dilaksanakan oleh audit internal, yaitu audit, reviu, evaluasi,
dan pemantauan. Secara umum kerangka kerja proses penugasan asurans meliputi tahap
Perencanaan, Pelaksanaan Penugasan dan Komunikasi Penugasan (Reding et. al., Internal Auditing
Assurance and Consulting Services 2nd, 2009).
Penugasan Konsultansi
Berdasarkan pengertiannya, penugasan konsultansi adalah aktivitas-aktivitas advisori dan jasa-jasa
lainnya yang diberikan kepada klien, di mana sifat dan ruang lingkup pekerjaannya didasarkan pada
kesepakatan yang dibuat dengan klien. Penugasan konsultansi yang dilakukan auditor internal
dimaksudkan untuk menambah nilai dan meningkatkan proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian atau kepatuhan organisasi. Dalam penugasan konsultansi, auditor internal tidak
mengambil alih tanggung jawab manajemen.
2. Siapa yang menentukan Sifat dan ruang lingkup Penerima jasa dan audit
jenis dan ruang lingkup penugasan ditentukan oleh internal memiliki
penugasan. fungsi audit internal. kesepahaman mengenai sifat
dan ruang lingkup penugasan.
3. Pihak yang terlibat dalam Melibatkan tiga pihak: auditee Melibatkan dua pihak:
penugasan tersebut atau pihak yang terlibat penerima layanan yang
langsung dengan subyek yang memerlukan advis dan audit
asurans, audit internal sebagai internal yang memberikan
pelaksana asurans, dan pihak advis atas suatu hal yang
yang memerlukan hasil dari menjadi kesepakatan.
penugasan asurans yang
dilakukan oleh audit internal.
1. Fasilitator
Sebagai fasilitator, audit internal memimpin dan mengendalikan workshop penilaian mandiri,
melalui curah pendapat terhadap risiko-risiko dan pengendalian serta bertindak sebagai katalis
perubahan.
2. Trainer
Menyajikan materi yang dapat memperkenalkan kepada para staf baru terkait peran audit internal
serta pedoman praktik terbaik tata kelola perusahaan.
3. Pendidik/Educator
Mendukung manajemen dalam mengkomunikasikan pengetahuan dan teknik risiko dan
pengendalian yang layak sehingga para manajer diperlengkapi secara lebih baik untuk
melaksanakan peran mereka secara efektif.
4. Advisor
Memberikan advice isu-isu terkait risiko dan pengendalian pada setiap tingkatan di dalam
organisasi, mulai dari yang sifatnya stratejik sampai ke operasional. Dalam hal ini audit internal
tidak boleh bertindak atas nama /menggantikan manajemen. Advice yang disampaikan oleh audit
internal kemudian diterima oleh manajemen tidak mengalihkan tanggung jawab/akuntabilitas
manajemen atas area-area yang memang menjadi tanggungjawab mereka.
Peran tersebut di atas dilaksanakan atas permintaan manajemen atau dewan atau karena adanya
perubahan suatu program/proyek. Penugasan konsultansi tersebut harus memberikan nilai
tambah serta meningkatkan operasi perusahaan/organisasi.
Penugasan konsultansi di satu sisi, juga merupakan jenis kegiatan yang dapat menyediakan
beberapa tingkatan penjaminan dan secara signifikan berkontribusi bagi kedudukan yang unik dari
audit internal terkait kemampuannya untuk menyediakan dewan direksi pandangan yang lebih
menyeluruh terhadap perusahaan, operasional serta budayanya. Output kegiatan tersebut bukan
jenis laporan asurans seumumnya. Salah satu output bisa dalam bentuk presentasi yang lebih disukai
sebagai bentuk pelaporan kepada manajemen
Perbedaan utama antara penugasan asurans dan konsultansi adalah bahwa penugasan konsultansi
tidak memerlukan penilaian independen untuk digunakan oleh pihak ketiga. Penugasan
konsultansi melibatkan hanya dua pihak, yaitu tim audit internal yang melaksanakan penugasan
dan pihak (individu atau kelompok) yang meminta jasa advisory independen, pelatihan, atau
fasilitasi.
Sifat dan lingkup penugasan konsultansi - berupa pelatihan dan fasilitasi - bisa bervariasi antar
penugasan, tidak ada satu proses yang bersifat umum. Sementara itu, penugasan konsultansi jenis
advisory umumnya mengikuti pendekatan yang ditunjukkan pada Gambar .. dan ini adalah fokus
pembahasan di sesi berikutnya.
Proses audit dapat dikatakan telah memenuhi syarat quality assurance apabila proses yang dijalani
tersebut telah sesuai dengan standar, antara lain: standard for the professional practice, internal audit
charter, kode etik internal audit, kebijakan, tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja audit.
Profesionalisme auditor adalah kombinasi antara kemampuan dan perilaku profesional.
Kemampuan didefinisikan sebagai pengetahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi,
kemampuan teknis, dan kemampuan penguasaan teknologi.
1. Kemampuan insight harus dimiliki oleh Audit Internal adalah kemampuan dalam hal :
a. Tinjauan yang empiris atas historis yang terjadi
b. Memiliki kecemerlangan wawasan dan konsep yang dalam
c. Tinjauan ke masa depan
d. Memecahkan segala persoalan organisasi
2. Alasan yang paling tepat ketika Audit Internal melakukan penugasan asurans adalah
a. Diminta untuk memberikan advis terhadap pengelolaan risiko
b. Mendesak kebutuhan perusahaan/organisasi untuk standar prosedur operasi
c. Diminta oleh manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian atau operasi
setelah adanya peristiwa tertentu
d. Kebutuhan Audit Internal untuk menyusun pedoman tata kelola.
3. Pengertian penugasan konsultansi yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini adalah :
a. Aktivitas-aktivitas advisori dan jasa-jasa lainnya yang diberikan kepada klien, dimana
sifat dan ruang lingkup pekerjaannya didasarkan pada kesepakatan yang dibuat
dengan klien.
b. Menguji efektivitas penanganan risiko melekat yang diidentifikasi selama proses
penilaian risiko bisnis dan atau dari hasil penugasan sebelumnya
c. Memenuhi peraturan yang diwajibkan berdasarkan peraturan tertentu.
d. Permintaan manajemen untuk melakukan pengujian pengendalian atau operasi
setelah adanya kejadian-kejadian tertentu
10. Salah satu kegiatan proses komunikasi dalam penugasan konsultansi adalah :
a. Menentukan sifat dan bentuk komunikasi dengan pengguna jasa
b. Memperoleh persetujuan akhir mengenai tujuan dan lingkup dari pengguna jasa
c. Memahami lingkungan penugasan dan proses bisnis yang relevan
d. Menyusun Advis.
KEGIATAN BELAJAR 2
AUDIT KINERJA PELAYANAN KESEHATAN
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, peserta diharapkan mampu:
• Memahami proses audit kinerja pelayanan kesehatan
• Melaksanakan perencanaan dan survey pendahuluan audit kinerja pelayanan kesehatan
• Melakukan penilaian kecukupan indikator kinerja serta capaian kinerja dibandingkan terhadap
kriteria/target/standar.
• Melaksanakan reviu operasional berbagai fungsi di unit-unit organisasi pelayanan
kesehatan/rumah sakit.
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat
sehingga diperlukan pendekatan yang terpadu untuk menjalankan kegiatannya secara ekonomis,
efisien, dan efektif agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, disamping
harus memenuhi harapan para stakeholder.
Indikator-indikator yang selama ini digunakan oleh rumah sakit harus bisa memberikan sinyal-
sinyal yang memadai untuk memberikan informasi apakah rumah sakit sudah menjalankan
fungsinya sebagaimana mestinya. Disamping indikator yang harus dibangun secara memadai, pihak
manajemen rumah sakit, pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Kesehatan perlu
memperoleh informasi yang lebih detil mengenai capaian kinerja rumah sakit serta faktor-faktor
signifikan yang mempengaruhi kinerja sehingga terjadi perlambatan/percepatan capaian kinerja.
Pengetahuan mengenai capaian kinerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen
peningkatan kinerja. Hal ini disebabkan manajemen memperoleh informasi yang akurat dan jelas
mengenai area-area kegiatan yang memerlukan perbaikan.
Tujuan dilaksanakannya audit kinerja rumah sakit adalah memberikan penilaian ini yang mencakup
semua wewenang dan penggunaannya yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada
pemakaian sumber daya dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
Faktor-faktor kinerja yang dinilai mencakup diantaranya pelayanan rumah sakit; efisiensi dan
efektifitas penerimaan sumber dana dan penggunaannya serta sarana prasarana rumah sakit; dan
sumber daya manusia. Perbaikan dan peningkatan kinerja diharapkan terjadi melalui saran dan
rekomendasi yang diberikan melalui komitmen pimpinan rumah sakit beserta jajarannya untuk
menindaklanjuti rekomendasi tersebut.
B. PERENCANAAN
1. Tujuan
Tujuan perencanaan audit adalah untuk menentukan hal-hal berikut :
a. Jumlah staf auditor yang diperlukan, agar diperoleh pemanfaatan yang optimal dari
kecakapan staf auditor sehingga terhindar dari kegiatan audit yang tidak efisien.
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan, guna menjamin ketepatan waktu kerja.
c. Program audit yang dibuat, agar diperoleh ketepatan penentuan prosedur-prosedur audit
sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak diperlukan.
d. Bentuk dan isi laporan hasil audit, untuk menentukan garis besar (outline) laporan yang
bersifat sementara atas area audit.
Setelah memperoleh informasi umum, auditor diharapkan telah memiliki gambaran ringkas
mengenai penugasan audit, terutama yang berhubungan dengan kinerja auditan.
SURVEI PENDAHULUAN
1. Tujuan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mendukung auditor memperoleh pemahaman yang
memadai atas rumah sakit yang diaudit. Pemahaman ini diperlukan auditor dengan tujuan
untuk menentukan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit dan strategi audit.
Auditor harus memperoleh informasi umum dan informasi latar belakang rumah sakit yang di
audit, diharapkan auditor telah memiliki gambaran umum mengenai kegiatan auditan, terutama
yang berhubungan dengan hal organisasi, aktivitas, program atau sistem. Setelah itu, auditor
harus melakukan penelitian awal terhadap dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja,
(baik kinerja keuangan maupun non keuangan) untuk memastikan adanya konsistensi antara
pengetahuan auditor dengan lingkungan operasional dan struktur rumah sakit, khususnya yang
terkait dengan sistem perencanaan dari rumah sakit.
Melalui survey pendahuluan terhadap dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja, maka
auditor dapat memperoleh gambaran penting tentang :
a. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh rumah sakit;
b. Sumber data kinerja (data primer atau sekunder);
c. Struktur organisasi, khususnya terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk
mengumpulkan dan melaporkan data kinerja kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
baik untuk pemakai internal maupun eksternal dari rumah sakit;
d. Saat pengumpulan dan pelaporan informasi kinerja (per transaksi/even atau periodik);
dan
e. Bagaimana cara-cara (metodologi) yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengolahan data kinerja (manual atau terkomputerisasi); serta
f. Bagaimana hasil data kinerja yang dikumpulkan, dianalisis, dikaji dan digunakan dalam
proses pengambilan keputusan.
Pada akhir tahapan survei pendahuluan diharapkan dapat ditetapkan sasaran audit meskipun
merupakan sasaran audit sementara (tentative audit objectives).
internal dan eksternal yang digunakan untuk menghitung indikator kinerja yang berbeda,
seperti survei pelanggan dan pegawai.
c. Lakukan analisis atas latar belakang dan informasi tersebut dalam rangka memperoleh
bukti yang relevan.
d. Buat kesimpulan sementara secara umum dari informasi-informasi di atas.
e. Lakukan analisis arti penting dan risiko kegiatan rumah sakit.
f. Identifikasi bidang-bidang atau kegiatan-kegiatan yang kemungkinan terdapat kelemahan
yang memerlukan perbaikan, sehingga dapat mengakibatkan tujuan rumah sakit tidak
tercapai. Hasil identifikasi ini dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam
penentuan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti-
bukti audit yang diperlukan.
C. PELAKSANAAN
Tujuan tahap pelaksanaan audit lapangan adalah dalam rangka mengumpulkan informasi yang
cukup dan penting serta menelaah bukti-bukti untuk memudahkan tim :
1. Melakukan pengujian atas penyajian kecukupan indikator kinerja yang digunakan rumah
sakit;
2. Mengembangkan teknik audit mengenai apakah realisasi kinerja telah sesuai dengan
kriteria/standar/target atau tidak;
3. Menyimpulkan setiap tujuan audit;
4. Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kinerja; dan
5. Mendukung rekomendasi reviu dan kesimpulan-kesimpulan.
Melalui tahap ini, harus ditekankan suatu “fokus terhadap hasil”. Pengumpulan informasi
diarahkan melalui pelaksanaan audit kinerja yang dapat membantu tim audit memahami bagaimana
penugasan audit dapat secara langsung memperoleh hasil yang diinginkan di dalam audit. Intinya,
fokus terhadap hasil akhir bukan pengendalian-pengendalian dan proses-proses.
Terdapat beragam metode dalam pengumpulan bukti, seperti wawancara, observasi, penelitian
dokumen, pengukuran terhadap indikator kinerja kunci yang rinci, survei, studi kasus, eksperimen
dan lain-lain. Tim auditor harus menilai metode yang paling cocok untuk pengumpulan informasi.
Informasi yang dikumpulkan disimpan sebagai bukti untuk mendukung temuan-temuan dan
kesimpulan audit.
Tujuan Audit 4: Indikator yang Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat Dikuantifikasi
Tentukan apakah Indikator Kinerja Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat Dikuantifikasi.
Langkah-langkah terkait tujuan audit init mencakup diantaranya :
1) Melakukan penilaian apakah Indikator Kinerja Obyektif, Dapat Diukur dan Dapat
Dikuantifikasi dengan cara menentukan apakah Indikator Kinerja membatasi
observasi pada jenis-jenis permasalahan tertentu atau situasi yang kurang lebih
cenderung untuk bergerak ke arah pencapaian target, dan jika demikian buat penilaian
sejauh mana hal itu akan membuat pengukuran menjadi bias.;
2) Membuat penilaian sejauh mana Indikator Kinerja memungkinkan dibuatnya
perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja yang diinginkan (target dan
benchmarks);
3) Jika ada bentuk-bentuk pengukuran alternative yang digunakan, buat penilaian
apakah bentuk alternatif tersebut memungkinkan dibuatnya perbandingan dengan
kinerja yang diinginkan.
Sumber Kesalahan.
Kesalahan dapat terjadi pada berbagai tahapan dalam pengumpulan, pemeliharaan, dan
pelaporan data. Beberapa kemungkinan jenis kesalahan yang mungkin terjadi sebagai
berikut :
1) Data yang dikumpulkan bukan data yang tepat.
2) Informasi dicatat dengan tidak benar pada saat pengumpulan data maupun pencatatan
awal.
3) Data hilang atau berubah karena ketidakmampuan prosedur pemeliharaan data, misalnya
pada komputer sistem informasi.;
4) Kesalahan dalam pengolahan dan pelaporan data, seperti ketika pemindahan data dari
komputer database ke bentuk pelaporan yang dapat dianalisa.
5) Perubahan sistem yang tidak terotorisasi yang menghasilkan pemrosesan yang tidak
akurat dan tidak lengkapnya data.
6) Kesalahan yang disebabkan oleh sebab-sebab yang sistematik, yang mengakibatkan bias
dan mengarah pada perkiraan kinerja program yang tidak akurat, seperti persepsi yang
tidak benar atas jenis-jenis informasi yang dimaksud oleh pertanyaan (dalam survey).
2) Menentukan bahwa informasi yang disajikan pada satu bagian disertai klasifikasi
indikator yang berbeda.
3) Menilai bahwa ada kecukupan informasi untuk memperbandingkan kinerja saat ini
dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut terkait penilaian terhadap :
a) dasar perhitungan indikator yang berubah, apakah perubahan dan dampaknya
dijelaskan? Apakah informasi tahun sebelumnya telah dihitung ulang?
b) penjelasan yang cukup tentang Indikator Kinerja sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Apakah indikator dan istilah-istilah terkait telah cukup dijelaskan untuk
memungkinkan pembaca memahami apa yang diukur?
c) Penjelasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang luar biasa baik atau
buruknya .
d) penjelasan tentang kualitas informasi, diantaranya penjelasan tentang sumber data
internal atau eksternal yang digunakan serta keandalannya, metode survey yang
digunakan dan sebagainya.
e) pengungkapan yang cukup tentang survey yang dilakukan.
4) Menilai keotentikan dan keakuratan target, benchmark, atau standar industri yang
dipakai otentik dan akurat.
4. Tentukan predikat kinerja rumah sakit sesuai dengan kisaran skor yang diperoleh
dengan menggunakan tabel predikat.
e. Reviu Operasional
Review operasional diarahkan untuk mengidentifikasikan rendahnya pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat yang selama ini disebabkan oleh kurang kompeten dan kurang cukupnya
sumber daya manusia yang melakukan pelayanan, kekurangan dana terutama untuk investasi
dan inefisiensi penggunaan dana serta kurangnya fasilitas rumah sakit dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan.
3) Mutu pelayanan
Langkah kerja:
a) Peroleh data tentang jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.
b) Peroleh standard operating procedures (SOP) untuk setiap jenis pelayanan.
c) Analisis apakah rumah sakit telah menyusun clinical pathway (CP) dan telah
menerapkannya.
Catatan: CP adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis
dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam
jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
d) Analisis apakah rumah sakit telah menetapkan kebijakan mengenai keselamatan
pasien (patient safety).
e) Analisis apakah rumah sakit telah melakukan audit terhadap variasi CP yang terjadi.
f) Lakukan evaluasi dan buatlah kesimpulan tentang mutu pelayanan yang diberikan
rumah sakit.
Area dan ruang lingkup lain yang dapat dilakukan reviu operasional terkait rumah sakit di
antaranya pada bidang Penunjang Umum, Penunjang Medis (Farmasi, Laboratorium,
Radiologi), Layanan BPJS/JKN, Pelayanan Medis (Keperawatan) dan lain-lain.
D. PELAPORAN
Kegiatan audit kinerja rumah sakit harus menghasilkan laporan tertulis yang secara jelas
mengkomunikasikan kepada pihak manajemen rumah sakit mengenai:
1. Latar belakang, tujuan dan ruang lingkup audit termasuk pembatasan-pembatasan atas ruang
lingkup;
2. Kriteria audit yang digunakan dan sumber-sumbernya;
3. Hasil observasi yang dilakukan;
4. Rekomendasi yang dibuat untuk tindakan korektif;
5. Tanggapan manajemen termasuk rencana tindak dan perbedaan pendapat; dan
6. Kesimpulan yang diperoleh pada tiap-tiap tujuan audit.
Pada tahap pelaporan harus bisa memperoleh kesimpulan dari audit kinerja. Pengembangan teknik
audit dan program/langkah-langkah audit yang dilaksanakan harus menghasilkan suatu laporan
final yang tepat waktu. Pihak manajemen rumah sakit berhak mereview draft laporan dan
memberikan tanggapannya sehingga akan dapat dihindari terjadinya ‘kejutan’ bagi manajemen
rumah sakit dikala laporan akhir telah diserahkan.
Draft laporan dapat didiskusikan dan direviu bersama manajemen rumah sakit tetapi laporan akhir
harus direviu oleh Kepala Audit Internal. Kepala Audit Internal sebagai Penanggungjawab
kegiatan audit kinerja yang akan menandatangani laporan akhir.
1. Tingkat signifikansi temuan audit yang dilaporkan, terutama yang yang berkaitan dengan
urgensi dan cakupan tindakan korektif yang diperlukan.
2. Tingkat kesulitan pelaksanaan tindakan korektif oleh manajemen berdasarkan temuan audit
yang dilaporkan.
3. Biaya dan manfaat terkait dengan tindakan korektif.
4. Waktu yang diperlukan manajemen untuk melakukan tindakan korektif.
5. Risiko bila tindakan korektif tidak dapat mengatasi masalah seperti yang diharapkan.
Keberhasilan tindak lanjut audit ditentukan ketika laporan hasil audit dikomunikasikan pada saat
yang tepat kepada tingkatan manajemen yang memiliki kewenangan untuk memerintahkan
tindakan korektif dan atau bertanggungjawab untuk melakukan tindakan korektif. Audit Internal
melakukan penilaian terkait kecukupan dan efektivitas tindakan korektif.
1. Menyusun program audit adalah bagian dari kegiatan Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan
dalam proses
a. Pelaporan
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Persiapan
2. Salah satu kegiatan dari pelaksanaan Audit Kinerja Pelayanan Kesehatan adalah
a. Menguji kecukupan Indikator Kinerja
b. Membuat outline laporan hasil audit
c. Melakukan survey pendahuluan
d. Menyusun program audit
3. Untuk memperoleh pemahaman yang memadai terhadap rumah sakit maka auditor harus
melakukan :
a. Pengumpulan bukti-bukti audit
b. Wawancara.
c. Survey Pendahuluan
d. Menentukan tujuan dan ruang lingkup audit
4. Yang tidak termasuk sebagai sumber informasi kinerja pada saat survey pendahuluan adalah :
a. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh rumah sakit;
b. Sumber data kinerja.
c. Struktur organisasi
d. Data supplier rumah sakit.
5. Pengembangan teknik audit mengenai apakah realisasi kinerja telah sesuai dengan
kriteria/standar/target dilaksanakan pada proses :
a. Perencanaan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Pelaporan
6. Di bawah ini adalah cakupan dari langkah-langkah pengujian kecukupan indikator kinerja,
kecuali :
a. Audit atas sumber daya manusia
b. Audit atas ukuran tertentu
c. Audit atas data kinerja
d. Audit atas penyajian hasil kinerja
7. Dalam rangka mengidentifikasi rendahnya pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang
disebabkan oleh berbagai permasalahan maka dilakukan :
a. Reviu keuangan
b. Audit sumber daya manusia
c. Reviu Operasional
d. Audit Kepatuhan.
8. Laporan tertulis yang secara jelas mengkomunikasikan kepada pihak manajemen rumah sakit
mencakup hal-hal di bawah ini, kecuali :
a. Jumlah bukti yang berhasil diperoleh.
b. Latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
c. Kriteria Audit yang digunakan dan sumber-sumbernya
d. Hasil observasi yang dilakukan
9. Penilaian efektivitas dari tindakan korektif oleh manajemen rumah sakit terhadap laporan
hasil audit kinerja disebut :
a. Penyelesaian hasil audit
b. Pemantauan tindak lanjut
c. Komunikasi hasil audit
d. Pengumpulan bukti.
10. Berikut adalah beberapa langkah-langkah dalam menilai capaian kinerja, kecuali :
a. Menetapkan capaian kinerja pada masing-masing indicator
b. Menentukan skor
c. Menentukan predikat kinerja rumah sakit.
d. Menghitung jumlah fisik persediaan.
KEGIATAN BELAJAR 3
AUDIT INVESTIGASI
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, peserta diharapkan mampu:
• Memahami dan melakukan audit investigasi pada tahap pra perencanaan.
• Memahami dan melakukan audit investigasi pada tahap perencanaan.
• Memahami dan melaksanakan cara pengumpulan dan evaluasi bukti yang relevan,
kompeten, dan cukup.
• Memahami dan melakukan cara menyusun laporan hasil audit investigasi
• Memahami hal-hal terkait audit forensik.
A. PENDAHULUAN
Audit investigasi adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis serta
mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak yang kompeten dan independen untuk
mengungkapkan fakta atau kejadian yang sebenarnya tentang indikasi suatu penyimpangan
dan/atau tujuan spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku.
Audit investigasi merupakan audit yang dilakukan dengan pendekatan investigasi, artinya suatu
audit yang dilaksanakan dengan menggunakan keahlian layaknya seorang penyelidik. Audit
investigasi lebih banyak bersifat intuitif dan oleh karena itu keterampilan auditor akan sangat
tergantung pada ketepatan dalam menetapkan alur pikir “pelaku” penyimpangan dan
menerapkannya di lapangan. Pelaksanaan audit investigasi merupakan gabungan dari keahlian
akuntansi dan audit serta pengetahuan dalam bidang hukum, investigasi, psikologi, kriminologi,
dan komunikasi.
Tujuan dari audit investigasi adalah membuktikan terjadi atau tidak terjadinya penyimpangan
terhadap peraturan perundang-undangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan Negara
dengan memenuhi unsur 5W+2H, yaitu What (Apa-Jenis Penyimpangan dan Dampaknya), Where
(Dimana-Tempat Terjadinya Penyimpangan), When (Kapan-Waktu Terjadinya Penyimpangan),
Who (Siapa-Pihak pihak yang Terkait), Why (Mengapa-Penyebab Terjadinya Penyimpangan), How
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup audit investigasi adalah batasan tentang lokus (tempat kejadian), tempus (waktu
kejadian), dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan yang menjadi sasaran audit investigasi.
Sasaran penugasan audit investigasi adalah kasus-kasus dugaan adanya penyimpangan berupa atau
penyalahgunaan wewenang, maladministrasi, pelanggaran atau perbuatan koruptif yang berindikasi
merugikan keuangan negara yang dilaporkan oleh masyarakat melalui saluran penanganan
pelaporan pelanggaran (whistleblowing) maupun atas inisiatif secara proaktif.
Dengan demikian, ruang lingkup audit investigasi adalah pada kasus-kasus berdasarkan pengaduan
masyarakat dan inisiatif secara proaktif serta permintaan dari Direktur Rumah Sakit.
2. Perencanaan, bertujuan untuk menjamin bahwa tujuan audit dapat tercapai secara
berkualitas.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan audit investigasi,
yaitu :
a. Menentukan/Mengembangkan Hipotesis Untuk Mengarahkan Suatu Pembuktian
Penyimpangan.
Pada tahapan perencanaan, penyimpangan yang digali dari informasi awal masih bersifat
dugaan (hipotesis) yang nantinya akan dibuktikan benar tidaknya melalui audit investigasi.
b. Menentukan Sasaran dan Ruang Lingkup Audit Investigasi berdasarkan hipotesis awal yang
telah dilaporkan dalam laporan penelitian awal, auditor menetapkan sasaran dan ruang
lingkup audit investigasi. Penetapan sasaran ini dinyatakan dalam suatu bentuk pernyataan
misi, yaitu terungkapnya kasus kecurangan yang merugikan keuangan negara.
Kebutuhan sumber daya yang harus ditentukan antara lain terkait dengan personil,
pendanaan, dan sarana atau prasarana lainnya. Alokasi personil dalam audit investigasi harus
mendapat perhatian secara khusus karena tim audit investigasi secara kolektif merupakan
gabungan dari berbagai disiplin, keahlian, dan pengetahuan profesional seorang auditor,
akuntan, ahli hukum, investigator, pewawancara (interviewer), pengumpul informasi
(information collector), ahli teknologi, dan riset.
3. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti, bukti audit yang didapatkan harus relevan,
kompeten, dan cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan simpulan.
Dalam Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia (SAIPI) dinyatakan bahwa bukti dapat
digolongkan menjadi bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian, dan bukti analisis.
a. Bukti fisik yaitu bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara
langsung terhadap orang, properti, atau kejadian. Bukti fisik dapat berupa berita acara
pemeriksaan fisik, foto, gambar, bagan, peta, atau contoh fisik.
b. Bukti dokumen merupakan bukti yang berisi informasi tertulis, seperti surat, dokumen
elektronik, kontrak, catatan akuntansi, faktur, dan informasi tertulis lainnya.
c. Bukti kesaksian merupakan bukti yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner, atau
dengan meminta pernyataan tertulis.
d. Bukti analisis merupakan bukti yang dikembangkan oleh auditor dari bukti audit lainnya.
Bukti analisis ini dapat berupa perbandingan, nisbah/korelasi, perhitungan dan argumen
logis lainnya.
Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa, ”hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada
seseorang kecuali apabila sekurang– kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
Berdasarkan pasal 183 KUHAP di atas, penjatuhan pidana pada orang yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana harus didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti dan
keyakinan hakim, berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh aparat
yang berwenang.
4. Pelaporan Hasil Audit Investigasi, berisi tentang pengungkapan fakta penyimpangan dan
proses kejadian, penyebab penyimpangan, dampak penyimpangan berupa kerugian keuangan
negara, dan rekomendasi berdasarkan bukti-bukti yang telah didapatkan
Berdasarkan proses audit yang telah dilakukan dan seluruh bukti yang telah dikumpulkan serta
dievaluasi, tim audit investigasi menyusun laporan hasil audit investigasi. Hasil audit investigasi
berupa Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) berisi pengungkapan fakta penyimpangan dan
proses kejadian, penyebab, dan dampak penyimpangan serta rekomendasi. LHAI harus
mengungkapkan dengan tegas apakah telah terjadi atau tidak terjadi suatu penyimpangan.
Laporan hasil audit investigasi dimaksud memuat simpulan auditor perihal terjadinya
penyimpangan atas suatu kegiatan. Simpulan hasil audit yang dituangkan dalam LHAI harus
didukung oleh bukti-bukti audit yang relevan, kompeten dan cukup, yang merupakan satu
kesatuan dan dirangkum dalam LHAI, dan harus menguraikan dengan jelas unsur 5W+2H.
LHAI harus menyatakan secara tertulis bahwa kegiatan audit investigasi telah dilaksanakan
sesuai dengan standar audit yang berlaku. Tim Audit Investigasi dilarang menerbitkan laporan
hasil audit investigasi apabila terdapat ketidakcukupan bukti yang menimbulkan risiko audit.
Apabila terdapat pembatasan audit yang berisiko terhadap hasil audit, serta berbagai kualifikasi
yang lain, harus diungkapkan dalam laporan.
Untuk mengungkapkan informasi dalam laporan hasil audit, auditor yang menyusun laporan
hasil audit investigasi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Audit forensik dilakukan atas permintaan penyidik kepada auditor didasarkan pada pasal 120 ayat
(1) KUHAP (Soejono Karni, 2000) yang menyebutkan “Dalam hal penyidik menganggap perlu ia
dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus“. Penyidik dimaksud
disini pihak kepolisian atau kejaksaan. Permintaan bantuan tenaga ahli kepada auditor dapat
dikelompokkan:
1. Auditor dianggap sebagai tenaga ahli;
2. Untuk menghitung kerugian negara.
Sistem pembuktian dalam audit forensik dikategorikan sebagai berikut (M. Yahya Harahap, 1993):
1. Convection – in time, bahwa bukti keterlibatan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim.
2. Convection–raisance, bahwa keterlibatan terdakwa selain ditentukan oleh keyakinan hakim, tetapi
faktor keyakinan itu dibatasi / didasari dengan alasan-alasan yang jelas.
3. Pembuktian menurut Undang–undang secara positif, bahwa kesalahan terdakwa didasarkan
pada alat bukti yang sah. Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat–alat
yang ditentukan oleh Undang–undang.
4. Pembuktian menurut Undang- undang secara negatif, bahwa keterlibatan terdakwa didasarkan
atas keyakinan hukum dan pembuktian menurut Undang undang.
Dalam persidangan di pengadilan alat bukti sah di samping Keterangan Saksi dan Bukti Surat,
Keterangan Ahli juga merupakan bukti yang sah (Soejono Karni, 2000).
Sebagai tenaga ahli auditor bertugas:
1. Mengumpulkan bukti–bukti surat untuk dasar Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai tenaga
ahli.
2. Membantu penyidik dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada di BAP untuk kepentingan
saksi dan terdakwa.
Dalam mengumpulkan bukti audit untuk keperluan persidangan, prosedur yang dilakukan oleh
auditor forensik dengan bahan bukti pertama kali diperoleh dari Kejaksaan pada tahap penyidikan
(DIK) perkara.
Untuk kasus manipulasi keuangan negara melalui manipulasi pembukuan, auditor forensik harus
menyiapkan bukti buku besar dan laporan keuangan terlebih dulu. Bila kedua laporan tersebut
belum dibuat, maka dilakukan prosedur audit secara umum dimana prosedur audit forensik dapat
juga dimulai dari timbulnya transaksi, pelaksanaan transaksi, penggunaan barang atau uang dan
transaksi tersebut.
4. Tahapan dalam proses audit investigasi yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi,
menganalisis informasi, dan mengambil simpulan apakah Audit Internal akan dapat melakukan
atau tidak dapat melakukan audit investigasi adalah :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pra perencanaan
d. Persiapan
6. Bukti audit yang relevan, kompeten, dan cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan simpulan harus diperoleh pada tahap :
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Pelaporan
d. Pra perencanaan
7. Bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara langsung terhadap orang,
properti, atau kejadian merupakan :
a. Bukti dokumen
b. Bukti kesaksian
c. Bukti analisis
d. Bukti Fisik
9. Materi yang disampaikan di dalam Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) harus :
a. mengungkapkan dengan tegas apakah telah terjadi atau tidak terjadi suatu
penyimpangan.
b. mengungkapkan dengan tegas jumlah kerugian Negara yang terjadi.
c. didukung oleh bukti yang relevan dan cukup.
d. Tetap disampaikan walaupun bukti masih belum cukup.
10. Audit forensic merupakan audit yang berhubungan dengan hukum. Sehingga auditor yang
ditugaskan melakukan audit forensic harus mendalami :
a. Audit forensic, dan memahami auditing, akuntansi, dan hokum
b. Audit investigasi, akuntansi serta hukum
c. Audit keuangan dan hukum
d. Audit operasional, audit keuangan dan hukum.
KEGIATAN BELAJAR 4
PENUGASAN LAINNYA
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4, peserta diharapkan mampu:
• Memahami proses Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan
DAFTAR
• Memahami proses reviu Laporan PUSTAKA
Keuangan
• Memahami tentang reviu RKA K/L
• Memahami dan melaksanakan evaluasi dan pemantauan/monitoring
A. PENDAHULUAN
Sebagaimana telah disampaikan pada Kegiatan Belajar 1, bahwa salah satu pertimbangan yang
mendasari auditor internal melaksanakan Penugasan Asurans, adalah karena pertimbangan
lainnya, misalnya manajemen hendak membandingkan penerapan suatu hal atau kinerja dengan
ekspektasi mereka dan meminta auditor asurans memberikan pendapat terhadap hal tersebut.
Beberapa kegiatan penugasan lainnya yang akan dibahas nanti, adalah penugasan-penugasan yang
didasarkan pada hal tersebut.
Demikian halnya dengan penugasan Audit Investigasi, meskipun dari sisi materi erat kaitannya
dengan audit atas kecurangan yang mengakibatkan kerugian Negara,
Namun demikian praktek tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi para auditor internal
yang bukan termasuk APIP untuk memahami proses reviu dari penugasan tersebut di atas dan
diterapkan pada perusahaan/organisasi pelayanan kesehatan/rumah sakit non publik.
Reviu PIPK adalah penelaahan oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
kompeten atas penilaian PIPK.untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa penyusunan laporan
keuangan telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai.
PIPK diterapkan oleh setiap:
1. Entitas Akuntansi; dan
2. Entitas Pelaporan.
Reviu PIPK dilaksanakan terhadap penerapan PIPK yang berasal dari laporan hasil Penilaian
PIPK yang disampaikan oleh Tim Penilai. Penilaian PIPK yang dilaksanakan oleh manajemen
atau disebut juga Penilaian Mandiri (control self assessment) dipengaruhi oleh integritas manaJemen.
Ketidakseragaman integritas manajemen dapat menghasilkan subjektivitas penilaian PIPK. Oleh
karena itu, diperlukan reviu oleh APIP yang merupakan pihak eksternal manajemen untuk
memastikan hasil penilaian PIPK memenuhi kualitas standar yang diharapkan serta objektivitas
penilaiannya dapat ditingkatkan.
ketersediaan Auditor APIP. Oleh karena itu Entitas Akuntansi yang direviu dilakukan secara
uji petik sesuai dengan teknik uji petik yang berlaku umum.
Pelaksanaan Reviu PIPK meliputi :
a. Reviu atas Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan Pengendaliannya
b. Reviu atas Perbaikan Identifikasi Risiko dan Pengendaliannya
c. Reviu Pengujian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
d. Reviu Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi
e. Reviu Pengujian Atribut Pengendalian
f. Reviu Pengujian Pengendalian Aplikasi
g. Reviu Penilaian Efektivitas Implementasi Pengendalian dan Penilaian Kelemahan
Pengendalian
h. Reviu Matriks Kompilasi Penilaian Pengendalian Intern
Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan dalam penyelenggaraan
akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, maka pereviu bersama-sama
dengan unit akuntansi harus segera melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/
atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana dalam audit, karena
dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian,
pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan
cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi,
dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu audit.
Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK K/L,
termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokumen sumber yang diperlukan. Ruang
lingkup reviu tidak mencakup pengujian atas sistem pengendalian intern, catatan akuntansi, dan
dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan keterangan, yang biasanya dilaksanakan
dalam suatu audit. Reviu dititikberatkan pada unit akuntansi dan/atau akun LK K/L yang
berpotensi tinggi terhadap permasalahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau penyajian
LK K/L.
Untuk mendapatkan hasil yang memadai, reviu perlu dirancang dengan baik pada tiap tahapan
meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan reviu. Pada setiap tahapan reviu
tersebut, Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan koordinasi
dengan pihak pihak yang terkait.
perencanaan kegiatan yang terjadi benar-benar telah mendukung pencapaian tujuan Satker dan
semua aktivitas telah diotorisasi secara tepat serta telah dipertanggungjawabkan secara benar.
Reviu RKA-K/L dasarnya adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
oleh Audit Internal terhadap berbagai operasi dan pengendalian untuk menentukan bahwa:
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
2. Risiko yang dihadapi telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang layak telah dipenuhi;
4. Kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi;
5. Sumber daya digunakan secara efisien dan ekonomis.
Berdasarkan pemahaman terhadap entitas tersebut, pereviu perlu melakukan prosedur penentuan
segmen yang berisiko tinggi dibandingkan dengan yang risikonya rendah. Pereviu perlu melakukan
pengujian atas sistem pengendalian intern untuk menentukan luasnya Reviu RKA-K/L rinci yang
perlu dilakukan. Pemahaman terhadap entitas dilaksanakan dengan melakukan pemahaman
terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan, sistem serta prosedur untuk menjamin kelancaran
perencanaan setiap kegiatan dan pengalokasian dana.
Prosedur penentuan risiko digunakan untuk mendapat pemahaman atas entitas, lingkungan, dan
pengendalian internal. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan manajemen, prosedur
analitis, serta pengamatan dan inspeksi. Prosedur ini diperlukan antara lain untuk memaksimalkan
keterbatasan waktu serta tenaga auditor. Pengujian dalam prosedur ini lebih diutamakan pada
segmen yang berisiko tinggi dibandingkan dengan yang berisiko rendah.
Uji pengendalian (test of controls) merupakan prosedur menguji efektivitas pengendalian operasi
dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kelemahan sistem pengendalian internal terkait
perencanaan dan penganggaran. Reviu RKA-K/L rinci dilakukan untuk memastikan apakah
dampak dari kelemahan sistem pengendalian intern (potensi temuan) memang benar-benar
terjadi. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti Reviu RKA-K/L yang relevan,
kompeten, cukup, dan materil. Langkah-langkah proses Reviu RKA- K/L meliputi:
1. Perumusan tujuan Reviu RKA-K/L(PTR);
2. Penyusunan Program Kerja Reviu (PKR);
3. Pelaksanaan Program Kerja Reviu (PPKR);
4. Penyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR);
5. Penyimpulan dan/atau Penyusunan Laporan Hasil Reviu (LHR).
Dengan dilakukannya Reviu RKA-K/L, diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain adalah
peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal atas perencanaan, risiko atas perencanaan
telah ditangani dengan baik, perencanaan dilakukan yang sesuai dengan ketentuan/ peraturan
yang berlaku, dan tercapainya perencanaan yang efisien dan efektif.
Tujuan Evaluasi :
a. Tujuan etis. Memberikan laporan pada pimpinan dan masyarakat tentang bagaimana
sebuah kebijakan diterapkan dan hasil yang dicapai.
b. Tujuan manajerial. Alokasi anggaran dan sumber daya manusia yang lebih rasional diantara
keputusan yang berbeda serta meningkatkan manajemen layanan publik.
c. Tujuan keputusan. Membuka jalan terhadap pembuatan keputusan untuk melanjutkan,
menghentikan atau merubah sebuah kebijakan
d. Tujuan pendidikan dan motivasi. Mendidik dan memotivasi pelaksana dan mitra kerja
melalui pemahaman terhadap proses dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
mereka sendiri.
Jenis Evaluasi :
a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante) yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan untuk memilih dan menentukan :
1) skala prioritas dari berbagai alternatif dan
2) kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya
b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going) yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat
pelaksanaan program sudah selesai. Tujuannya adalah untuk menilai hasil pelaksanaan
program. Temuan utama berupa capaian-capaian dari pelaksanaan program
c. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post) yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah
pelaksanaan rencana berakhir. Tujuannya untuk menilai apakah pencapaian (output/
outcome/ impact) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Penilaian mencakup :
1) efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan),
2) efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), dan/atau
3) manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.
Tahapan Evaluasi
a. Menetapkan apa yang akan dievaluasi :
1) Identifikasi program/kegiatan/objek yang akan dievaluasi
2) Jelaskan uraian program/kegiatan/objek evaluasi
3) Tentukan fokus yang menjadi perhatian s.d informasinya.
b. Menyusun rencana evaluasi
1) Susun pertanyaan evaluasi
2) Tetapkan informasi diperlukan untuk pertanyaan
3) Tentukan kriteria evaluasi
4) Tentukan bagaimana, dimana, kapan, dari siapa informasi didapat
5) Identifikasi hambatan pelaksanaan evaluasi.
c. Pengumpulan data
1) Identifikasi informasi
2) Pilih instrumen dalam mendapatkan informasi
3) Pilot test untuk menguji instrumen
4) Susun kembali instrumen sebagai perbaikan
d. Analisis dan presentasi data
1) Susun metode analisis dan presentasi data
2) Buat kesimpulan analisis
3) Buat laporan hasil evaluasi.
4) Lakukan presentasi dan laporkan secara tertulis
5) Buat rekomendasi
2. Monitoring
Monitoring secara umum dapat diartikan sebagai fungsi manajemen yang dilakukan pada saat
kegiatan sedang berlangsung mencakup aspek-aspek antara lain:
a. Penelusuran pelaksanaan kegiatan dan keluarannya (fokus pada input, proses dan output)
b. Pelaporan tentang kemajuan
c. Identifikasi masalah-masalah pengelolaan dan pelaksanaan.
Tujuan Monitoring :
a. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
b. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.
c. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk
mencapai tujuan proyek.
d. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan.
e. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan.
MONITORING EVALUASI
2. Waktunya bisa kapan saja sejak awal 2. Waktunya ditentukan setelah kegiatan
sampai akhir diperkirakan telah menghasilkan sesuai
target yang telah ditentukan
5. Dari pernyataan di bawah ini, mana yang paling tepat menurut saudara :
a. Reviu Laporan Keuangan memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana
dalam audit.
b. Reviu Laporan Keuangan memberikan dasar untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
penyajian laporan keuangan.
c. Reviu Laporan Keuangan tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat
sebagaimana dalam audit.
d. Reviu laporan Keuangan memberikan pendapat bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji yang material.
7. Reviu RKA-K/L difokuskan untuk melihat hubungan logis antara hal-hal tersebut di bawah
ini, kecuali :
a. Biaya yang telah dikeluarkan dengan volume barang/jasa yang diperoleh
b. Sasaran strategis dengan sasaran program dan dengan sasaran kegiatan.
c. Output strategis dengan output program dan dengan output Satker beserta indikator-
indikatornya;
d. Proses (activities) dengan output yang dihasilkan beserta alokasi anggarannya
DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal, YPIA, 2019
2. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia
3. The Institute of Internal Auditors. 2009. Internal Audit, Assurance and Consultancy. The IIA
Research Foundation
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 255/PMK.09/2015 tentang Standar
Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. Reviu atas Laporan Keuangan
Kementerian Negara/ Lembaga.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
6. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 36/PB/2016 tanggal 28 Sept 2016 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Kesehatan.
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP PENILAIAN KINERJA
Pasal 2
-2- »
BAB III
PENILAIAN KINERJA
Pasal 3
Pasal4
Pasal 5
-4- A
h. Penyusunan SOP Pengelolaan Piutang;
i. Penyusunan SOP Pengelolaan Utang;
j. Penyusunan SOP Pengadaan Barang dan Jasa; dan
k. Penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris.
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
BAB IV
HASIL PENILAIAN KINERJA
Pasal 9
-6-
b. C, apabila TS pada hasil penilaian aspek keuangan
yang dicapai oleh BLU kurang dari 50% (lima puluh
persen).
Pasal 10
BABV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pasal 13
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 S«pt«rab«r 20^6
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,
-.
*• •
jp MARWAMTO HARJOWIRYONO//
-7-
Lampiran I
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :
Perhitungan kinerja BLU bidang layanan kesehatan pada Rumah Sakit meliputi:
1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dari:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
tinggi 11.
2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35
1. Rasio Keuangan 19
a. Rasio Kas (Cash Ratio) 2
b. Rasio Lancar (Current Ratio) 2,5
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period) 2
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover) 2
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset) 2
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity) 2
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) 2
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional 2,5
i. Rasio Subsidi Biaya Pa.sien 2
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif 2
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
2
Keuangan
c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU 2
d. Tarif Layanan 1
e. Sistem Akuntansi 1
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas 0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
i. SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Lamniran I 1
Skor penilaian kinerja pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
Sub Subaspek / Kelompok Indikator /
No. Skor
Indikator
1. Layanan 35
Afiliasi Pendidikan
RSU/RSK
RSU/RSK
Non
Pendidikan
Pendidikan
a. Pertumbuhan Produktivitas 18 18
1) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
2 3
Rawat Jalan
2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
2 2,5
Rawat Darurat
3) Pertumbuhan Hari Perawatan
2 2,5
Rawat Inap
4) Pertumbuhan Pemeriksaan
2 2,5
Radiologi
5) Pertumbuhan Pemeriksaan
2 2,5
Laboratorium
6) Pertumbuhan Operasi 2 2,5
7) Pertumbuhan Rehab Medik 2 2,5
8) Pertumbuhan Peserta Didik
2 —
Pendidikan Kedokteran
9) Pertumbuhan Penelitian Yang
2
Dipublikasikan
—
b. Efektivitas Pelayanan 14 14
1) Kelengkapan Rekam Medik 24 Jam
2 2
Selesai Pelayanan
2) Pengembalian Rekam Medik 2 2
3) Angka Pembatalan Operasi 2 2
4) Angka Kegagalan Hasil Radiologi 2 2
5) Penulisan Resep Sesuai
2 2
Formularium
6) Angka Pengulangan Pemeriksaan
2 2
Laboratorium
7) Bed Occupancy Rate (BOR) 2 2
c. Pertumbuhan Pembelajaran 3 3
1) Rata-rata Jam Pelatihan/Karyawan 1 1,5
2) Persentase Dokter Pendidik Klinis
1
Yang Mendapat TOT
- -
Lampiran I
Subaspek / Kelompok Indikator /
No. Skor
Indikator
2. Mutu dan Manfaat Kepada Masyarakat 35
Afiliasi Pendidikan
RSU/RSK
RSU/RSK
Non
Pendidikan
Pendidikan
a. Mutu Pelayanan 14 14
1) Emergency Response Time Rate 2 2
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan 2 2
3) Length of Stay 2 2
4) Kecepatan Pelayanan Resep Obat
2 2
Jadi
5) Waktu Tunggu Sebelum Operasi 2 2
6) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium 2 2
7) Waktu Tunggu Hasil Radiologi 2 2
b. Mutu Klinik 12 12
1) Angka Kematian di Gawat Darurat 2 2
2) Angka Kematian/Kebutaan > 48 Jam 2 2
3) Post Operative Death Rate 2 2
4) Angka Infeksi Nosokomial 4 4
5) Angka Kematian Ibu di Rumah Sakit 2 2
c. Kepedulian Kepada Masyarakat 4 4
1) Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan
Masyarakat dan Sarana Kesehatan 1 1
Lain
2) Penyuluhan Kesehatan 1 1
3) Rasio Tempat Tidur Kelas III 2 2
d. Kepuasan Pelanggan 2 2
1) Penanganan Pengaduan/Komplain 1 1
2) Kepuasan Pelanggan 1 1
e. Kepedulian Terhadap Lingkungan 3 3
1) Kebersihan Lingkungan (Program
2 2
Rumah Sakit Berseri)
2) Proper Lingkungan 1 1
Lampiran I _ 3
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU "A" adalah 1.
Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Lamniran I
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;
2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
(RL)
RL > 600 2,5
480 < RL < 600 2
360 < RL < 480 1,5
240 < RL < 360 1
120 < RL < 240 0,5
0 < RL < 120 0,25
RL = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU "A" adalah 2.
Lamniran I 5
Skor periode penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP < 30 2
30 < PPP < 40 1,5
40 < PPP < 60 1
60 < PPP < 80 0,5
80 < PPP < 100 0,25
PPP > 100 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "A" adalah 2.
Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT > 20 2
15 < PAT < 20 1,5
10 < PAT < 15 1
5 < PAT < 10 0,5
0 < PAT < 5 0,25
PAT = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "A" adalah 2.
Lampiran I _ 6
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%)
Skor
(ROFA)
ROFA > 6 2
5 < ROFA < 6 1,7
4 < ROFA < 5 1,4
3 < ROFA < 4 1,1
2 < ROFA < 3 0,8
1 < ROFA < 2 0,5
0 < ROFA < 1 0
Contoh perhitungan:
BLU "A", mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "A" adalah 1,7.
Lamniran I 7
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "A" adalah 1,6.
Penjelasan:
1) Total persediaan adalah seluruh barang persediaan yang
dimiliki oleh rumah sakit sebagaimana diatur dalam PSAP
No.05 Paragraf 05.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio perputaran persediaan adalah sebagai berikut:
Perputaran Persediaan (hari)
Skor
(PP)
ROE > 60 0
55 < ROE < 60 0,5
45 < ROE < 55 1
35 < ROE < 45 1,5
30 < ROE < 35 2
25 < ROE < 30 1,5
15 < ROE < 25 1
5 < ROE < 15 0,5
0 < ROE < 5 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "A" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:
Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.
Lampiran I _ 8
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional adalah
sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB > 65 2,5
57 < PB < 65 2,25
50 < PB < 57 2
42 < PB < 50 1,75
35 < PB < 42 1,5
28 < PB < 35 1,25
20 < PB < 28 1
12 < PB < 20 0,75
4 < PB < 12 0,5
0 < PB < 4 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "A" adalah 2,25.
Contoh perhitungan:
BLU RS Jiwa/RS Kusta/RS Ketergantungan Obat/RS Penyakit
Infeksi/RS Paru/RS Stroke mempunyai rasio pendapatan PNBP
terhadap biaya operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%,
maka skor untuk rasio kas BLU "A" adalah 2,5.
Lampiran I .. 9
Penjelasan:
1) Jumlah subsidi biaya pasien adalah selisih antara seluruh
biaya perawatan yang dikeluarkan rumah sakit (termasuk
biaya farmasi) dengan tarif, baik yang dibayarkan penjamin
maupun pasien, pemberian keringanan kepada pasien tidak
mampu, dan kegiatan bakti sosial rumah sakit (Corporate
Social Responsibility/CSR), baik yang bersumber dari PNBP
u-
maupun RM. Jumlah subsidi dimaksud diperhitungkan dalam
periode satu tahun.
2) Pendapatan BLU merupakan pendapatan BLU yang terdiri atas
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan
yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,
sewa, jasa lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU,
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Skor rasio subsidi biaya pasien sebagai berikut:
Rasio Subsidi Biaya Pasien (%)
Skor
(SBP)
SBP > 5 2
3,5 < SBP < 5 1,5
2 < SBP < 3,5 1
0,5 < SBP < 2 0,5
0 < SBP < 0,5 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" mempunyai rasio subsidi biaya pasien sebesar 7%, maka
skor untuk rasio dimaksud adalah 2.
fr
Lampiran I _ 10
2) Kelengkapan
Sesuai ketentuan PMK Nomor 92/PMK.05/2011, RBA Definitif
disusun dengan ketentuan:
a) Ditandatangani oleh pemimpin BLU;
b) Diketahui oleh dewan pengawas atau pejabat yang ditunjuk
oleh menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
dewan pengawas;
c) Disetujui dan ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga;
dan
Lampiran I _ 11
Skor untuk waktu ]Denyampaian dan audit Laporan Keuang an adalah
sebagai berikut:
Jenis
No. Waktu Penyampaian Skor
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 10
2. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. disampaikan sampai dengan 0,2
Laporan
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
5.
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor
Lamoiran I 12
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai beri kut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
Skor
SPM Kebenaran Saldo Kas
d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri 1
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/ pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0
Lampiran I _ 14
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Utang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Utang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Utang 0,5 0
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat jalan per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja sesuai dengan hari kerja di masing-
masing rumah sakit dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat jalan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun *
Lampiran I _ 15
Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata Skor
Kunjungan Rawat Jalan RSU/RSK RSU/RSK Non
(RJ) Pendidikan Pendidikan
RJ > 1,10 2 3
1,00 < RJ < 1,10 1,5 2,5
0,95 < RJ < 1,00 1,25 2
0,90 < RJ < 0,95 1 1,5
0,85 < RJ < 0,90 0,75 1
RJ < 0,85 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rata-rata kunjungan rawat jalan per hari sebesar 1,16, maka skor
pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat jalan per hari BLU "A"
adalah 2.
Lampiran I 16
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rata-rata kunjungan rawat darurat per hari sebesar 1,05 maka
skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat per hari
BLU aA" adalah 1,5.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat per hari sama
dengan BLU "A", maka skor pertumbuhannya adalah 2.
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
hari perawatan rawat inap sebesar 1.05 maka skor pertumbuhan
hari perawatan rawat inap BLU "A" adalah 1,5.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rata-rata hari perawatan rawat inap sama dengan
BLU "A", maka skor pertumbuhannya adalah 2.
4) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
Rumus:
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun berjalan
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari tahun lalu
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari dihitung berdasarkan
jumlah pemeriksaaan radiologi selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan radiologi dengan
formula:
Lampiran I _ 17
Jumlah pemeriksaan radiologi selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan radiologi dalam tahun
yang sama
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
pemeriksan radiologi sebesar 1,09 maka skor pertumbuhan
pemeriksaan radiologi BLU "A" adalah 1,5.
Adapun BLU UB" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan pemeriksaan radiologi sama dengan BLU "A", maka
skor pertumbuhannya adalah 2.
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium
Rumus:
Penjelasan:
Rata-rata pemeriksaan laboratorium per hari dihitung
berdasarkan jumlah pemeriksaaan laboratorium selama satu
tahun dibagi dengan jumlah hari kerja di unit layanan
laboratorium dengan formula:
Jumlah pemeriksaan laboratorium selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan laboratorium dalam
tahun yang sama
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
pemeriksan laboratorium sebesar 0,90, maka skor pertumbuhan
pemeriksaan laboratorium BLU "A" adalah 1.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan pemeriksaan laboratorium sama dengan BLU "A",
maka skor pertumbuhannya adalah sama dengan BLU "A".
6) Pertumbuhan Operasi
Rumus:
Lampiran I 19
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
operasi sebesar 0,95, maka skor pertumbuhan operasi BLU "A"
adalah 1,25.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan operasi sama dengan BLU "A", maka skor
pertumbuhannya adalah 1,5.
7) Pertumbuhan Rehab Medik
Rumus:
Skor
Pertumbuhan Rehab Medik
(PRM) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
rehab medik sebesar 0,99, maka skor pertumbuhan rehab medik
BLU "A" adalah 1,25.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, dengan
pertumbuhan rehab medik sama dengan BLU "A", maka skor
pertumbuhannya adalah 1,5.
8) Pertumbuhan Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Rumus:
Jumlah Peserta Didik Pendidikan Kedokteran tahun berjalan
Jumlah Peserta Didik Pendidikan Kedokteran tahun lalu
Penjelasan:
Jumlah peserta didik pendidikan kedokteran dihitung dari
perbandingan antara jumlah mahasiswa kedokteran baru yang
diterima dibandingkan dengan jumlah mahasiswa kedokteran
yang diterima pada tahun lalu.
Skor pertumbuhan peserta didik pendidikan kedokteran adalah
sebagai berikut:
Lampiran I _ 20
Pertumbuhan Peserta Didik Skor
Pendidikan Kedokteran
RSU/RSK RSU/RSK Non
(PDK) Pendidikan Pendidikan
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
jumlah peserta didik pendidikan kedokteran sebesar 1,05, maka
skor pertumbuhan peserta didik kedokteran BLU "A" adalah 1,5.
9) Pertumbuhan Penelitian Yang Dipublikasikan
Rumus:
PPD> 1,10 2 -
Contoh perhitungan:
BLU "A" merupakan RSU/RSK Pendidikan dengan pertumbuhan
penelitian yang dipublikasikan sebesar 1,05 maka skor
pertumbuhan penelitian yang dipublikasikan BLU "A" adalah 1,5.
b. Efektivitas pelayanan
1) Kelengkapan Rekam Medik 24 Jam Selesai Pelayanan
Rumus:
Rekam medik 24 jam yang telah diisi lengkap
setelah selesai pelayanan
x 100%
Jumlah semua rekam medik
Lampiran I _ 21 #
Penjelasan:
Rekam medik 24 jam selesai pelayanan adalah rekam medik yang
telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu < 24 jam setelah selesai
pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan
untuk pulang, yang meliputi identitas pasien, anamnesis, rencana
pelayanan, pelaksanaan pelayanan, tindak lanjut dan resume.
Skor kelengkapan rekam medik 24 jam selesai pelayanan adalah
sebagai berikut:
Kelengkapan Rekam Skor
Medik 24 Jam Selesai
RSU/RSK
Pelayanan (%) RSU/RSK
Non
(KRM) Pendidikan
Pendidikan
KRM > 80 2
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai kelengkapan rekam medik 24 jam selesai pelayanan
sebesar 80% maka skor kelengkapan rekam medik 24 jam selesai
pelayanan BLU "A" adalah 1,5.
Penjelasan:
Pengembalian rekam medik adalah rata-rata jumlah rekam medik
rawat yang dikembalikan dari rawat inap ke pengelola rekam medik
dalam waktu < 24 jam setelah pasien pulang selama satu tahun.
Skor pengembalian rekam medik adalah sebagai berikut:
Pengembalian Rekam Skor
Medik (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(PRM) Pendidikan Pendidikan
PRM > 80 2
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase pengembalian rekam medik sebesar 95%
maka skor pengembalian rekam medik BLU "A" adalah 2.
>
Lampiran I _ 22
3) Angka Pembatalan Operasi
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase pembatalan operasi elektif sebesar 1%,
maka skor angka pembatalan operasi pada BLU "A" adalah 2.
4) Angka Kegagalan Hasil Radiologi
Rumus:
Jumlah kegagalan hasil radiologi
x 100%
Jumlah pemeriksaan radiologi
Penjelasan:
Angka kegagalan hasil radiologi dihitung berdasarkan persentase
dari jumlah kegagalan radiologi berupa kerusakan foto rontgen yang
tidak dapat dibaca selama satu tahun terhadap jumlah keseluruhan
pemeriksaan radiologi (rontgen) dalam tahun yang sama.
Skor angka kegagalan hasil radiologi adalah sebagai berikut:
Angka Kegagalan Hasil Skor
Radiologi (%)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(AKR)
Pendidikan Pendidikan
AKR > 3 0,5
2 < AKR < 3
Lampiran I _ 23
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase kegagalan hasil pemeriksaan radiologi
sebesar 0,80%, maka skor angka kegagalan hasil radiologi pada
BLU "A" adalah 2.
Penjelasan:
Penulisan resep sesuai formularium adalah persentase jenis obat
yang diresepkan sesuai dengan formularium dibandingkan dengan
seluruh resep di rumah sakit selama satu tahun.
Skor penulisan resep sesuai formularium adalah sebagai berikut:
PRF > 90 2
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase penulisan resep sesuai formularium
sebesar 75%, maka skor penulisan resep sesuai formularium pada
BLU "A" adalah 1,5.
Lampiran I _ 24
Skor angka pengulangan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai
berikut:
Angka Skor
Pengulangan Pemeriksaan
Laboratorium (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(PPL) Pendidikan Pendidikan
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka pengulangan hasil pemeriksaan laboratorium
sebesar 0,80%, maka skor angka pengulangan hasil pemeriksaan
laboratorium pada BLU "A" adalah 2:
7) Bed Occupancy Rate (BOR)
Rumus:
Jumlah Hari Perawatan
x 100%
Jumlah Hari x Tempat Tidur
Penjelasan:
BOR dihitung berdasarkan persentase pemakaian tempat tidur per
hari selama setahun (365 hari), menggambarkkan tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-80%.
BOR adalah total hari perawatan selama satu tahun dibagi dengan
jumlah hari dalam setahun (365 hari) dikalikan jumlah tempat
tidur.
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka BOR sebesar 85%, maka skor BOR BLU "A"
adalah 1,5.
Pertumbuhan Pembelajaran
1) Rata-rata Jam Pelatihan Karyawan
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan) mempunyai rata-rata jam
pelatihan karyawan sebesar 0,70, maka skor rata-rata jam
pelatihan karyawan BLU "A" adalah 0,75.
Adapun BLU "B" sebagai RSU/RSK Non Pendidikan, apabila
mempunyai nilai serupa BLU "A", maka skor pertumbuhannya
adalah 1.
Skor
Dokter Pendidik Klinis
Mendapat TOT (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
TOT > 75 1 —
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan) mempunyai persentase dokter
pendidik klinis yang mendapatkan TOT selama satu tahun sebesar
75%, maka skor persentase dokter pendidik klinis yang mendapat
TOT pada BLU "A" adalah 0,75.
Lampiran I _ 26
3) Program Reward and Punishment
Penjelasan:
Program reward and punishment merupakan salah satu bentuk
metode untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai,
Reward (penghargaan) merupakan bentuk apresiasi dari rumah
sakit kepada Sumber Daya Manusia (SDM) yang berprestasi.
Sedangkan punishment (sanksi) dihitung berdasarkan bentuk
hukuman yang diberikan oleh rumah sakit kepada SDM yang
melanggar peraturan disiplin kepegawaian.
Skor program reward and punishment adalah sebagai berikut:
Skor
Uraian
Program Reward and Punishment RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program reward and 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai emergency response time rate sebesar 9 menit,
maka skor emergency response time rate BLU "A" adalah 1,5.
Lampiran I _ 27 ^
Penjelasan:
Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan mulai
pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis. Waktu
standar umumnya adalah < 30 menit.
Skor waktu tunggu rawat jalan adalah sebagai berikut :
Waktu Tunggu Skor
Rawat Jalan (Menit) RSU/RSK RSU/RSK Non
(WRJ) Pendidikan Pendidikan
WRJ < 30
30 < WRJ < 60 1,5
60 < WRJ < 90
WRJ 90 0,50
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai waktu tunggu rawat jalan sebesar 45 menit,
maka skor waktu tunggu rawat jalan BLU "A" adalah 1,5.
3) Length of Stay
Rumus:
Skor
LOS (Hari)
RSU RSU Non
Pendidikan Pendidikan
6 < LOS < 9 2
9 < LOS < 12 1,5
12 < LOS s 15 1
LOS > 15 0,5
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU Pendidikan/RSU Non Pendidikan) mempunyai
rata-rata LOS 10 hari, maka skor LOS BLU "A" adalah 1,5.
Lampiran I _ 28 M
b) LOS Rumah Sakit Khusus
Skor
LOS (Minggu)
RSK RSK Non
Pendidikan Pendidikan
2 < LOS < 3 2
3 < LOS < 5 1,5
5 < LOS < 8 1
Lampiran I _ 29
*
5) Waktu Tunggu Sebelum Operasi
Rumus:
Rata-rata lama menunggu sebelum dioperasi elektif (dalam
hari)
Penjelasan:
Waktu tunggu sebelum operasi dihitung berdasarkan waktu tunggu
pasien sejak diputuskan operasi elektif dan telah dijadwalkan di
kamar operasi sampai dilaksanakannya tindakan operasi elektif
(standar 2 hari).
Untuk RSJ disetarakan dengan waktu tunggu elektif tindakan
psikoterapi/ ECT/ detoksifikasi.
Skor waktu tunggu sebelum
Waktu Tunggu
Skor
Sebelum Operasi Elektif
(Hari) RSU/RSK RSU/RSK Non
(WTO) Pendidikan Pendidikan
WTO < 2 2
2 < WTO < 3 1,5
3 < WTO < 5 1
WTO > 5 0,50
Contoh perhitungan:
BLU T (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu sebelum operasi elektif 1 hari ,
maka skor waktu tunggu sebelum operasi efektif BLU "A" adalah 2.
6) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil laboratorium (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil laboratorium adalah tenggang waktu sejak
pasien diambil sampel sampai dengan menerima hasil yang sudah
di ekspertise (standar < 140 menit).
Skor waktu tunggu hasil laboratorium adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu Skor
Hasil Laboratorium (Jam)
(WTL) RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
WTL
WTL 0,50
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil laboratorium 4 jam 50
menit, maka skor waktu tunggu hasil laboratorium BLU "A"
adalah 1.
Lampiran I _ 30 ^
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil radiologi adalah tenggang waktu mulai pasien
difoto sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise
(standar < 2 jam).
Skor waktu tunggu hasil radiologi adalah sebagai berikut :
Waktu Tunggu Skor
Hasil Radiologi (Jam)
RSU/RSK RSU/RSK Non
(WTR)
Pendidikan Pendidikan
WTR < 3 2
3 < WTR < 4 1,5
4 < WTR < 5 1
WTR > 5 0,50
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil radiologi 3 jam 20
menit, maka skor waktu tunggu hasil radiologi BLU "A" adalah
b. Mutu Klinik
Lampiran I _ 31
Penjelasan:
Angka kematian di gawat darurat pada RSU merupakan
persentase dari perbandingan antara jumlah kematian pasien
yang telah dilayani di Unit Gawat Darurat (UGD) pada RSU
dengan jumlah seluruh pasien yang dilayani oleh UGD pada RSU.
Skor angka kematian di gawat darurat pada RSU adalah sebagai
berikut:
Angka Kematian/Kebutaan/
Skor
Lari/Bunuh Diri di Gawat
Darurat (%) RSU/RSK RSU/RSK Non
(AKG) Pendidikan Pendidikan
AKG < 2,5 2
2,5 < AKG < 3 1,5
3 < AKG < 5 1
AKG > 5 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU Pendidikan atau RSU Non Pendidikan) mempunyai
nilai angka kematian di gawat darurat sebesar 1,16%, maka skor
untuk angka kematian di gawat darurat BLU "A" adalah 2.
2) Angka Kematian/Kebutaan > 48 Jam
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai persentase angka kematian/ kebutaan > 48 jam sebesar
30%, maka skor angka kematian/kebutaan > 48 jam pada BLU "A"
adalah 1,5.
3) Post Operative Death Rate
Rumus:
Lampiran I _ 32
Penjelasan:
Post Operative Death Rate dihitung berdasarkan angka kematian
setelah dilakukan operasi dalam jangka waktu 2 jam termasuk
kasus DOT (Death On The Table).
Untuk RSJ disetarakan dengan angka kematian pasien pasca
psikoterapi/ ECT/detoksifikasi.
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non
Pendidikan) mempunyai persentase post operative death rate
sebesar 5%, maka skor post operative death rate BLU "A" adalah 1.
4) Angka Infeksi Nosokomial
Rumus:
Lampiran I 33
Q/r
b) Phlebitis
Dermatomicosis
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
a. Dekubitus 4% 0,75
b. Phlebitis 3,60% 0,75
c. Infeksi Saluran 4,20% 0J5
d. Infeksi Luka Operasi 3,70% 0,75
Jumlah 3,00
Lampiran I 35
*
adapun tabel perhitungan untuk angka infeksi nosokomial
khusus RSJ dan RSKO adalah sebagai berikut:
Angka Infeksi Nosokomial RSKO/RSJ Skor
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka kematian ibu di rumah sakit sebesar 1,8%, maka
skor angka kematian ibu di rumah sakit pada BLU "A" adalah 1,5.
c. Kepedulian Kepada Masyarakat
1) Pembinaan Kepada Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sarana
Kesehatan Lain
Penjelasan:
Pembinaan kepada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
sarana kesehatan lain merupakan program pada rumah sakit untuk
membina Puskesmas, sarana kesehatan, dan sarana pelayanan
sosial, dalam rangka:
• menurunkan angka kematian kepada ibu dan anak/bayi
(program MDG's goals no.4);
• meningkatkan kesehatan ibu dalam (program MDG's goals no.5);
Lampiran I 36
• menurunkan angka kesakitan masyarakat; dan
• mencegah korban pasung.
Skor Pembinaan kepada Puskesmas dan sarana kesehatan lain
adalah sebagai berikut:
Uraian Skor
Pembinaan Kepada Masyarakat dan
RSU/RSK RSU/RSK Non
Sarana Kesehatan Lain
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program 0,00
Ada program tidak dilaksanakan 0,20
Ada program sebagian dilaksanakan 0,50
Ada program dilaksanakan 1,00
2) Penyuluhan Kesehatan
Penjelasan:
Penyuluhan kesehatan meliputi kegiatan presentasi dan konseling
tentang kesehatan, tata-terbit dan peraturan-peraturan di rumah
sakit baik kepada invidu maupun kelompok masyarakat di rumah
sakit.
Skor penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikjut:
Skor
Uraian
Penyuluhan Kesehatan RSU/RSK RSU/RSK Non
Pendidikan Pendidikan
Tidak ada program 0,00
Ada program tidak dilaksanakan 0,20
Ada program sebagian dilaksanakan 0,50
Ada program dilaksanakan 1,00
Lampiran I 37 fc
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai rasio tempat tidur kelas III sebesar 25%, maka
skor untuk rasio tempat tidur kelas III BLU "A" adalah 1,5.
d. Kepuasan pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/ Komplain
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai penanganan pengaduan/komplain sebesar 70%,
maka skor Rasio penanganan pengaduan/komplain BLU "A" adalah
0,75.
2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:
Hasil Penilaian IKM
x Bobot
Skala Maksimal Nilai IKM
Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survei
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan dalam
rumus, dengan maksimal skor = 1.
Contor perhitungan
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai angka hasil perhitungan IKM sebesar 80, maka skor
kepuasan pelanggan adalah:
Lampiran I _ 38 H*-
80
x 1 = 0,8 (skor yang didapat)
100
Skor
Hasil Pelaksanaan
Program Rumah Sakit Berseri RSU/RSK RSU/RSK
Pendidikan Pendidikan
Nilai Total > 7500 2
5000 < Nilai Total < 7500 1
Nilai Total < 5000 0
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai hasil pemeriksaan/penilaian pelaksanaan program
rumah sakit berseri sebesar 7400, maka skor penilaian program
rumah sakit berseri BLU "A" adalah 1.
2) Proper Lingkungan
Penjelasan:
Proper lingkungan adalah penilaian terhadap pelaksanaan
program lingkungan hidup berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai lingkungan hidup (Kementerian
Lingkungan Hidup).
Skor Proper Lingkungan adalah sebagai berikut:
Hasil Pelaksanaan Program Proper Lingkungan
Pada BLU RSU/RSK Pendidikan atau Skor
RSU/RSK Non Pendidikan
Hitam semua, pengukuran tidak dilaksanakan 0,2
Merah semua, pengukuran dilaksanakan namun
ada kelalaian 0,4
Lampiran I _ 39 h/
Contoh perhitungan:
BLU "A" (RSU/RSK Pendidikan atau RSU/RSK Non Pendidikan)
mempunyai nilai hasil pengukuran proper lingkungan rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam tabel, maka skor penilaian proper
lingkungan adalah sama dengan yang ditetapkan dalam tabel
tersebut.
4 MARWANT HARJOWIRYONO
i
Lampiran I . 40
Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :
1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dari:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
tinggi 11. l 5
2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35 &
Dalam lampiran Peraturan Menteri ini, memuat pedoman yang digunakan
untuk melakukan perhitungan kinerja pada Aspek Keuangan dan Aspek
Pelayanan bagi Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM).
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity)
g. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional 4
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
a. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
c Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belania BLU
d. Tarif Layanan
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas
0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Lampiran II _ 1 J^
Skor penilaian kinerja pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Kelompok Indikator / Indikator Skor
1. Layanan 35
Balai
BKPM BKMM
a, Pertumbuhan Produktivitas 16 16
1) Perumbuhan Rata-rata Kunjungan
Rawat Jalan
2) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan
Rawat Darurat
3) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik
4) Pertumbuhan Kunjungan One Day Care
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
6) Pertumbuhan Jumlah Operasi Mata
7) Pertumbuhan Pemeriksaan
Laboratorium
8) Pertumbuhan Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan
9) Pertumbuhan Rehab Medik
10) Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
11) Pertumbuhan Jumlah Penyuluhan
b. Efisiensi Pelayanan 14 14
jj_ Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Dokter
2) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan
Perawat
3) Rasio Jumlah Pemeriksaaan
Laboratorium dengan Analis
Laboratorium
4) Rasio Jumlah Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik dengan Dokter
Rasio Jumlah Pemeriksaaan Radiologi
dengan Petugas Radiographer
6) Rasio Pasien Penunjang Diagnostik
dengan Perawat
7) Angka Kegagalan Hasil Radiologi
Angka Kegagalan Refraksi (Rehabilitasi
Visus Pasca Operasi)
9) Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
10) Angka Pengulangan Pemeriksaan
Labo r ato r ium
11) Pengembalian Rekam Medik
12) Rasio Penyuluhan dan Petugas
Penyuluhan
c. Perspektif Pertumbuhan Pembelajaran
1) Program Pendidikan dan Pelatihan
2) Penelitian
3) Program Reward dan Punihisment
Lampiran II
No.
Sub Aspek / Kelompok Indikator / Indikator
Bobot
/ Sub Indikator
2. Mutu dan Manfaat Kepada Masyarakat 35
Balai
BKPM BKMM
a. Mutu Pelayanan 12,5 12,5
1) Emergency Response Time 2 2
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan 2 2
3) Kecepatan Pelayanan Resep Obat Jadi 1,5 1,5
4) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium 1,5 1,5
5) Waktu Tunggu Hasil Radiologi 1,5 1,5
6) Waktu Tunggu Sebelum Tindakan 2 2
7) Waktu Tunggu Penyuluhan/Konseling 2 2
b. Mutu Klinik 10 10
1) Angka Kematian di Gawat Darurat 2 __
2) Angka Kebutaan - -
2
3) Angka Kesalahan Pemeriksaan
2
Laboratorium —
2
5) Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara
2
Suspek —
2
7) Angka Kesembuhan Pasien 2
8) Angka Pasien yang Dirujuk - _
2
9) Kesalahan Pelayanan Obat 2 2
c. Kepedulian Kepada Masyarakat 8 8
1) Pembinaan kepada Pusat Kesehatan
2 2
Masyarakat dan Sarana Kesehatan Lain
2) Penyuluhan Kesehatan 2 2
3) Pelayanan Pasien Tidak Mampu 2 2
4) Pemberdayaan Masyarakat 2 2
d. Kepuasan Pelanggan 2 2
1) Penanganan Pengaduan 1 1
2]_ Kepuasan Pelanggan 1 1
e. Kepedulian Terhadap Lingkungan 2,5 2,5
1) Program BKPM / BKMM Berseri 1,5 1,5
2) Proper Lingkungan 1 1
Lampiran II 3 *
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan
1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas [Cash Ratio)
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU "C" adalah 1.
Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Lamniran II *
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;
2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
RL 600
480 RL 600 2,5 ^
360 RL 480
240 RL 360 1,5
120 RL 240
0 RL 120 0,5
RL = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU X" adalah 2,5.
Lampiran II 5 th
Skor periode penagihan piutang adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP < 30 2
30 < PPP < 40 1,5
40 < PPP < 60 1
60 < PPP < 80 0,5
80 < PPP < 100 0,25
PPP > 100 0
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "C" adalah 2.
d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)
Rumus:
Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1 Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT > 20 2
15 < PAT < 20 1,5
10 < PAT < 15 1
5 < PAT < 10 0,5
0 < PAT < 5 0,25
PAT = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "C" adalah 2.
Lampiran II _ 6 Oh
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%}
Skor
(ROFA)
ROFA
ROFA 1,7
4 ROFA 1,4
ROFA 4 1,1
ROFA 0,8
ROFA 0,5
0 ROFA 1 0
Contoh perhitungan:
BLU "C", mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "C" adalah 1,7.
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)
Rumus:
Lampiran II . 7
Contoh perhitungan:
BLU X" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "C" adalah 1,6.
g. Perputaran Persediaan [Inventory Turnover)
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "C" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:
Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
Lampiran II 8
tr
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk
penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
[PBL
PB 65 4
57 PB 65 3,5
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 PB 35 1,5
0 PB 28 1
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C adalah 3,5.
Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C" adalah 4.
Lamoiran II
Khusus untuk Balai Kesehatan Mata Makasar, skor rasio pendapatan
PNBP terhadap biaya operasional untuk penilaian kinerja BLU mulai
Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
m
PB 65 4
57 PB 65 3,5 U
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 < PB < 35 1,5
0 < PB < 28 1
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "C" adalah 3,5.
Lampiran II _ 10 ft*
Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Skor
Kelengkapan
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
Triwulan I : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Semester I : paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
Triwulan III : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
Tahunan : paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
• Audit Laporan Keuangan oleh,auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
• Opini audit Laporan Keuangan.
Skor untuk waktu penyampaian dan audit Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Jenis
No.
Laporan
Waktu Penyampaian Skor
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 10
2. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan
1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
5.
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1
Lampiran II _ 11 h
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor
d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
Lampiran II 12
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0
Lampiran II _ 13 L
h. SOP Pengelolaan Piutang
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 17, BLU
melaksanakan pengelolaan piutang berdasarkan praktik bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan piutang oleh BLU, maka pemimpin BLU
harus menetapkan SOP Pengelolaan Piutang.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Piutang adalah sebagai
berikut:
SOP Pengelolaan Piutang Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Piutang 0,5 0
Lampiran II 14 *
B. Penilaian Indikator pada Aspek Pelayanan
1. Layanan
a. Pertumbuhan Produktivitas
1) Pertumbuhan Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat
jalan per hari sebesar 1,16, maka skor pertumbuhan rata-rata
kunjungan rawat jalan per hari BLU "C" adalah 2.
Penjelasan:
Rata-rata kunjungan rawat darurat per hari dihitung berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat darurat selama satu tahun dibagi
dengan jumlah hari kerja di rawat darurat BKPM dengan formula:
Jumlah kunjungan rawat darurat pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
Lampiran II 15
>
Skor pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat darurat adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan Rata-rata
Kunjungan Rawat Darurat Skor
(RD)
RD > 1,10 2
0,90 < RD < 1,10 1,5
0,70 < RD < 0,90 1
Contoh perhitungan:
BLU "Cw mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat
darurat per hari sebesar 1,05, maka skor pertumbuhan rata-rata
kunjungan rawat darurat per hari BLU "C" adalah 1,5.
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rata-rata kunjungan
pemeriksaan penunjang diagnostik per hari sebesar 1,05, maka
skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan penunjang diagnostik
BLU UC" adalah 1,5.
*>
Lampiran II _ 16
4) Pertumbuhan Kunjungan One Day Care
Rumus
Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai pertumbuhan kunjungan ODC sebesar 1,05,
maka skor pertumbuhan kunjungan ODC BLU "C" adalah 1,5.
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi
Rumus:
Lampiran II 17 A-
Skor pertumbuhan pemeriksan radiologi adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan
Pemeriksaan Radiologi Skor
(PR)
PR > 1,10 2
0,90 < PR < 1,10 1,5
0,70 < PR < 0,90 1
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan radiologi sebesar
0,85, maka skor pertumbuhan pemeriksaan radiologi BLU "CM
adalah 1. to
Penjelasan:
Rata-rata operasi mata per hari dihitung berdasarkan jumlah
tindakan operasi mata di BKMM selama satu tahun dibagi dengan
dengan jumlah hari kerja di unit layanan operasi BKMM dengan
formula:
Jumlah tindakan operasi mata selama satu tahun
Jumlah hari kerja unit layanan operasi BKMM
dalam tahun yang sama
Skor pertumbuhan jumlah operasi mata adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Jumlah
Operasi Mata Skor
(POM)
POM > 1,10
0,90 < POM < 1,10 1,5
0,70 < POM < 0,90
0,50 < POM < 0,70 0,5
POM < 0,50 0
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan jumlah operasi mata sebesar
0,85, maka skor pertumbuhan jumlah operasi mata BLU "C"
adalah 1.
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan laboratorium
sebesar 1,2, maka skor pertumbuhan pemeriksaan laboratorium
BLU "C" adalah 2.
Lampiran II 19 fr
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan pemeriksaan penunjang
pelayanan sebesar 1,10, maka skor pertumbuhan pemeriksaan
penunjang pelayanan BLU "C" adalah 2.
9) Pertumbuhan Rehab Medik
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai pertumbuhan rehab medik sebesar 0,70,
maka skor pertumbuhan rehab medik BLU "C" adalah 1.
10) Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
Rumus:
Lamniran II 20
b) Tindakan spesialistik pada BKMM merupakan tindakan
pemeriksaan spesialistik dasar/awal terkait kesehatan mata
yang dilakukan oleh tenanga dokter ahli maupun tenaga
kesehatan non medis. &
Skor pertumbuhan tindakan spesialistik adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Tindakan Spesialistik
Skor
(PTS)
PTS 1,10
0,90 < PTS 1,10 1,5
0,70 < PTS 0,90
0,50 < PTS 0,70 0,5
PTS 0,50 0
Contoh perhitungan:
BLU «C» mempunyai pertumbuhan tindakan spesialistik sebesar
U9d, maka skor pertumbuhan tindakan spesialistik BLU "C"
adalah 1,5.
Contoh perhitungan:
BLU «C" mempunyai pertumbuhan jumlah penyuluhan sebesar
ObO maka skor pertumbuhan jumlah penyuluhan BLU «C"
adalah 0,5.
Lampiran II 21 /V^
b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Dokter
Rumus:
Rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari
Jumlah dokter yang melaksanakan pelayanan rawat jalan
per hari
Penjelasan:
Rasio pasien rawat jalan dengan dokter digunakan untuk mengukur
efisiensi dalam memberikan pelayanan rawat jalan dengan jumlah
dokter yang ada, berdasarkan perbandingan rata-rata pasien rawat
jalan per hari dengan tenaga dokter yang melaksanakan
pemeriksaan di instalasi rawat jalan/poliklinik di BKPM atau BKMM
per hari.
Skor rasio pasien rawat jalan dengan dokter adalah sebagai berikut:
Rasio Pasien Rawat Jalan
Dengan Dokter Skor
(RJD)
RJD> 25 0,25
20 < RJD< 25 0,75
15 < RJD< 20 1
Contoh perhitungan:
BLU "Cn mempunyai rasio pasien rawat jalan dengan dokter
sebesar 16 pasien /dokter, maka skor rasio pasien rawat jalan
dengan dokter BLU X" adalah 1.
2) Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Perawat
Rumus:
Lampiran II _ 22 ^
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio pasien rawat jalan dengan perawat
sebesar 9 pasien/perawat, maka skor rasio pasien rawat jalan
dengan perawat BLU *C adalah 1.
3) Rasio Jumlah Pemeriksaan Laboratorium dengan Analis
Laboratorium
Rumus:
Lampiran II _ 23 *
Skor rasio jumlah pemeriksaan penunjang diagnostik dengan dokter
adalah sebagai berikut:
Rasio Jumlah
Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik dengan Skor
Dokter
(RPD)
RLA> 20 0,25
15 < RLA< 20 0,5
10 < RLA< 15 1
5 < RLA< 10 0,5
RLA< 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan penunjang
diaknostik dengan dokter sebesar 8 pemeriksaan/dokter, maka
skor rasio jumlah pemeriksaan penunjang diaknostik dengan
dokter BLU "C" adalah 0,5. m
5) Rasio Jumlah Pemeriksaaan Radiologi dengan Petugas
Radiographer
Rumus:
Lampiran II _ 24 *
6) Rasio Pasien Penunjang Diagnostik dengan Perawat
Rumus:
Rata-rata jumlah pasien penujang diagnostik per hari
Jumlah perawat yang melaksanakan layanan
pemeriksaan penunjang diagnostik per hari
Penjelasan:
Rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat digunakan
untuk mengukur efisiensi dalam pelayanan penunjang diagnostik
dengan jumlah perawat tersedia, berdasarkan perbandingan rata-
rata pasien penunjang diagnostik per hari dengan tenaga semua
perawat yang bertugas di unit berkenaan.
Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan dalam rangka
pemeriksaan awal penyakit mata pada BKMM.
Skor rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat adalah
sebagai berikut:
Rasio Pasien Penunjang
Diagnostik dengan
Skor
Perawat
(RPP)
RPP > 20 0,25
15 < RPP < 20 0,5
10 < RPP < 15
5 < RPP < 10 0,5
RPP < 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio jumlah pemeriksaan penunjang
diagnostik dengam perawat sebesar 14 pemeriksaan/perawat,
maka skor rasio pasien penunjang diagnostik dengan perawat BLU
"C" adalah 1.
Lampiran II 25 $r
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kegagalan hasil pemeriksaan radiologi
sebesar 0,80%, maka skor angka kegagalan hasil radiologi pada
BLU "C" adalah 2.
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kegagalan refraksi sebesar 0,80%,
maka skor angka kegagalan refraksi pada BLU "C" adalah 2.
9) Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
Rumus:
Lampiran II _ 26 P
10) Angka Pengulangan Pemeriksaaan Laboratorium
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai persentase pengulangan pemeriksaan
laboratorium sebesar 2%, maka skor angka pengulangan
laboratorium BLU "C adalah 1,5.
11) Pengembalian Rekam Medik
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka pengembalian rekam medik sebesar
82%, maka skor angka pengembalian rekam medik BLU "C"
adalah 2.
Lampiran II 27
12) Rasio Penyuluhan dan Petugas Penyuluhan
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rasio penyuluhan dengan petugas penyuluhan
sebesar 3 penyuluhan/petugas, maka skor rasio penyuluhan dan
petugas penyuluhan BLU UC" adalah 1,5.
2) Penelitian
Penjelasan:
Penelitian dilakukan oleh sumbe rdaya manusia pada BKPM atau
BKMM, baik penelitian yang dilakukan sendiri maupun dengan cara
melakukan kerjasama penelitian dengan pihak lain.
Lampiran II 28 lb*
Skor penelitian adalah sebagai berikut:
Uraian
Skor
Penelitian
Lampiran II 29
Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai mempunyai nilai emergency response time
rate sebesar 9 menit, maka skor emergencv response time rate
BLU "C adalah 1,5.
2) Waktu Tunggu Rawat Jalan
Rumus:
Rata-rata lama waktu tunggu pasien sampai mendapatkan
pelayanan di unit rawatjalan (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan mulai
pasien mendaftar/menyerahkan kartu berobat sampai
mendapatkan pelayanan di bagian rawat jalan/poliklinik, dihitung
dalam satuan menit.
Skor waktu tunggu rawat jalan adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu
Rawat Jalan (Menit) Skor
(WRJ)
WRJ 20
Lampiran II 30
4) Waktu Tunggu Hasil Laboratorium
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil laboratorium (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil laboratorium adalah waktu yang diperlukan
pasien untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
(selain kultur).
Skor waktu tunggu hasil laboratorium adalah sebaga berikut :
Waktu Tunggu Hasil
Laboratorium (Jam) Skor
(WTL)
WTL < 3 1.5
< WTL < 4 1,25
< WTL < 5 0,75
WTL > 5 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil laboratorium 4
jam 50 menit, maka skor waktu tunggu hasil laboratorium BLU
"C" adalah 0,75.
5) Waktu Tunggu Hasil Radiologi
Rumus:
Rata-rata lama menunggu hasil radiologi (dalam jam)
Penjelasan:
Waktu tunggu hasil radiologi adalah tenggang waktu mulai pasien
menyerahkan kartu berobat sampai mendapatkan pelayanan di
unit layanan radiologi BKPM atau pemeriksaan visus BKMM.
Skor waktu tunggu hasil laboratorium ada ah sebaga berikut:
Waktu Tunggu
Hasil Radiologi (Jam) Skor
(WTR)
WTR < 3 1,5
3 < WTR < 4 1,25
4 < WTR < 5 0,75
WTR 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu hasil radiologi 3 jam
20 menit, maka skor waktu tunggu hasil radiologi BLU "C" adalah
i ,ZO.
Lampiran II 31
Skor waktu tunggu sebelum tindakan adalah sebagai berikut:
Waktu Tunggu
Sebelum Tindakan (Jam) Skor
(WTT)
WTT < 3 2
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu sebelum tindakan
sebesar 3 jam 15 menit, maka skor waktu tunggu sebelum tindakan
BLU «C" adalah 1,5.
7) Waktu Tunggu Penyuluhan/Konseling
Rumus:
Rata-rata lama menunggu sebelum pasien mendapatkan
penyuluhan/konseling (dalam menit)
Penjelasan:
Waktu tunggu penyuluhan/konseling dihitung berdasarkan rata-
rata waktu tunggu pasien sejak menyerahkan kartu kartu berobat
sampai mendapatkan pelayanan penyuluhan/konseling.
Skor waktu tunggu penyuluhan/konseling adalah sebagai berikut:
Waktu Tunggu
Penyuluhan/ Konseling
Skor
(Menit)
(WTP)
WPK < 45 2
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai rata-rata waktu tunggu penyuluhan/konseling
55 menit, maka skor waktu tunggu penyuluhan/konseling BLU "C"
adalah 1,5.
b. Mutu Klinik
1) Angka Kematian di Gawat Darurat
Rumus :
Penjelasan:
Angka kematian di gawat darurat RSU dihitung secara persentase
berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian pasien yang
telah dilayani di Unit Gawat Darurat (UGD) pada BKPM dengan
jumlah seluruh pasien yang dilayani oleh UGD pada BKPM.
Skor terhadap angka kematian di gawat darurat BKPM adalah
sebagai berikut:
Lampiran II _ 32
Angka Kematian
di Gawat Darurat (%) Skor
(AKG)
AKG < 2
Contoh perhitungan:
fL^ioF "fW^111 nilai **&*• kematian di gawat darurat sebesar
l,lo/o, maka skor untuk angka kematian di gawat darurat BLU "C"
adalah 2.
2) Angka Kebutaan
Rumus :
AKB s 2
Contoh perhitungan:
BLU "C mempunyai nilai angka kebutaan di gawat darurat sebesar
1,16%, maka skor untuk angka kebutaan di gawat darurat BLU "Cw
adalah 2.
Penjelasan:
Kesalahan pemeriksaan laboratorium adalah kesalahan
pembacaan mikroskopis BTA pada uji silang metoda LQAS (Lot
Quality Assurance System) yang dilakukan oleh analis
laboratorium kesehatan BKPM.
Angka kesalahan laboratorium merupakan rata-rata dari jumlah
nilai perhitungan kesalahan laboratorium dalam satu tahun
berjalan.
Nilai perhitungan untuk tiap pembacaan mikroskopis BTA yang
dilakukan uji silang didapatkan berdasarkan tabel berikut:
Uraian Skor
Penjelasan:
Angka infeksi pasca operasi adalah persentase jumlah infeksi
pasien mata pasca operasi > 24 jam pada BKMM.
Skor angka infeksi pasca operasi pada BKMM adalah sebagai
berikut:
Angka Infeksi
Pasca Operasi (%) Skor
(AIP)
AIP < 2 2
AIP > 15 0
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka infeksi pasca operasi sebesar 14,8%,
maka skor untuk angka infeksi pasca operasi BLU "C" adalah 1.
5) Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
Rumus :
Jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan
, , ; Per tahun
Jumlah pasien suspek TB yang diperiksa per tahun
xl00%
Penjelasan:
Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek adalah persentase
pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya, angka ini menggambarkan mutu dari proses
penemuan sampai diagnosis terhadap pasien, serta kepekaan
menetapkan kriterian suspek.
Skor proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek pada BKPM
adalah sebagai berikut:
Proporsi Pasien TB BTA Positifdiantara Suspek (%)
Skor
(PPT)
0 atau PPT > 26 0
0 < PPT < 2 atau 21 < PPT < 26 0,75
2 < PPT < 4 atau 15 < PPT < 21 1,5
4 < PPT < 15
2
Lampiran II 34
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai proporsi pasien TB BTA positif diantara
suspek sebesar 3,5%, maka skor proporsi pasien TB BTA positif
diantara suspek BLU "C" adalah 1,5.
6) Angka Kecacatan Mata
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kecacatan mata sebesar 8%, maka skor
angka kecacatan mata BLU "Cw adalah 1,5.
7) Angka Kesermbuhan Pasien
Rumus :
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka kesembuhan pasien sebesar 85,6%,
maka skor angka kesembuhan pasien BLU "C" adalah 2.
Lampiran II 35 A,
8) Angka Pasien Yang Dirujuk
Rumus:
Jumlah pasien yang dirujuk per bulan
— x 100%
Jumlah pasien rawat jalan per bulan
Penjelasan:
Angka pasien yang dirujuk adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien rawat jalan di BKMM yang dirujuk ke rumah
sakit tipe A/B.
Skor angka pasien yang dirujuk adalah sebagai berikut:
Angka Pasien
Yang Dirujuk (%) Skor
(APD)
APD < 2 2
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai angka pasien yang dirujuk sebesar 10%,
maka skor angka pasien yang dirujuk BLU "C" adalah 0,75.
9) Kesalahan Pelayanan Obat
Rumus :
Contoh perhitungan:
BLU "C" mempunyai persentase kesalahan pelayanan obat dalam
satu tahun sebesar 1,25%, maka skor kesalahan pelayanan obat
BLU "C adalah 2.
2) Penyuluhan Kesehatan
Penjelasan:
Penyuluhan kesehatan adalah penyampaian informasi kesehatan
oleh petugas BKPM/BKMM kepada masyarakat baik yang
dilakukan didalam atau luar gedung tentang kesehatan
paru/mata supaya lebih mandiri dalam menangani kesehatannya
sehingga dapat berperan aktif dalam mengatasi kesehatan
Paru/mata di wilayahnya.
Skor Penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikjut:
Uraian
Skor
Penyuluhan Kesehatan
Contoh perhitungan:
BkU "Cn ™empif^ai Persentase pelayanan pasien tidak mampu
sebesar 25/b maka skor untuk pelayanan pasien tidak mampu BLU
C adalah 1,5.
4) Pemberdayaan Masyarakat
Penjelasan:
Pemberdayaan masyarakat merupakan program
pembinaan/pelatihan kepada masyarakat baik tenaga kesehatan
ataupun non kesehatan supaya lebih mandiri dalam menangani
kesehatannya sehingga dapat berperan aktif dalam mengatasi
kesehatan paru/mata di wilayahnya.
Skor pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
Uraian
Pemberdayaan Masyarakat Skor
d. Kepuasan Pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/Komplain (PPK)
Rumus:
Lamniran TT 3ft
Skor penanganan pengaduan/komplain adalah sebagai berikut:
Penanganan
Pengaduan/Komplain (% Skor
(PPK)
PPK > 70
60 PPK < 70 0,75
50 < PPK < 60 0,5
PPK < 50 0
Contoh perhitungan:
BLU "C (RSU Pendidikan/RSU non Pendidikan) mempunyai nilai
penanganan pengaduan/komplain sebesar 70%, maka skor Rasio
penanganan pengaduan/komplain BLU "C" adalah 0,75.
2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:
Hasil Penilaian IKM
01 \ ,, . : TT77,~ x Bobot
Skala Maksimal Nilai IKM
Penjelasan:
Kepuasan pelanggan adalah angka yang diperoleh dari hasil survey
kepuasan pelanggan dengan menggunakan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan
sesuai dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit
layanan instansi pemerintah.
Skor yang dihasilkan adalah sesuai dengan hasil perhitungan dalam
rumus, dengan maksimal skor - 1.
Contor perhitungan
BLU "C" mempunyai angka hasil perhitungan IKM sebesar 92, maka
skor kepuasan pelanggan adalah:
92
——— x 1 = 0,92 (skor yang didapat)
g&L PERBENDAHARAAN,
ARJOWIRYONO
<
Lampiran II 40
Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : PER- /PB/2016
Tanggal :
2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Mutu dan Manfaat kepada masyarakat dengan skor paling
tinggi 35.
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio kas sebesar 380%, maka skor untuk rasio
kas BLU «D" adalah 1.
Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Ik.
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca; &&
2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
[Ry
RL 600 3
480 RL 600 2,5
360 RL 480
240 < RL < 360 1,5 1/
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk
rasio lancar BLU aD" adalah 2,5.
c.
Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
Rumus:
PPP 30
30 PPP 40 1,5
40 PPP 60
60 PPP 80 0,5
80 PPP 100 0,25
PPP 100 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai periode penagihan piutang 25 hari, maka skor
untuk rasio periode penagihan piutang BLU "D" adalah 2.
d. Perputaran Aset Tetap [Fixed Asset Turnover)
Rumus:
Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT 20
15 PAT 20 1,5
10 PAT 15
PAT 10 0,5
0 PAT 0,25
PAT = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio perputaran aset tetap 22%, maka skor
untuk rasio perputaran aset tetap BLU "D" adalah 2.
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D* mempunyai rasio imbalan atas aset tetap 5,5%, maka skor
untuk rasio imbalan atas aset tetap BLU "D" adalah 1,7.
f. Imbalan Ekuitas [Return on Equity)
Rumus:
ROE > 8 2
7 < ROE < 8 1,8
6 < ROE < 7 1,6
5 < ROE < 6 1,4
4 < ROE < 5 1,2
3 < ROE < 4 1
2 < ROE < 3 0,8
1 < ROE < 2 0,6
0 < ROE < 1 0,4
ROE = 0 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio imbalan ekuitas sebesar 6,5%, maka skor
untuk rasio imbalan ekuitas BLU "D" adalah 1,6.
g. Perputaran Persediaan [Inventory Turnover)
Rumus:
Penjelasan:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio perputaran persediaan 23 hari, maka skor
untuk rasio perputaran persediaan BLU "D" adalah 1.
h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Rumus:
Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.
2) Bmya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dan penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional untuk
penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB 65
57 PB 65 3,5
50 PB 57
42 PB 50 2,5
35 PB 42
28 PB 35 1,5
0 PB 28 1
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2015 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "D" adalah 3,5.
Contoh perhitungan:
BLU «D" mempunyai rasio pendapatan PNBP terhadap biaya
operasional Tahun Anggaran 2016 sebesar 62%, maka skor untuk
rasio kas BLU "D" adalah 4.
2) Kelengkapan
c.
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Sesuai ketentuan PER-30/PB/2011, BLU mengajukan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) ke KPPN
minimal satu kali dalam satu triwulan, yaitu paling lambat
disampaikan pada akhir triwulan berkenaan.
SP3B BLU disamping memuat pendapatan dan belanja, juga memuat
jumlah saldo awal kas yang telah sesuai dengan saldo akhir kas
triwulan sebelumnya.
Skor untuk waktu penyampaian dan kebenaran saldo kas adalah
sebagai berikut:
Jenis Waktu Penyampaian dan
SPM Skor
Kebenaran Saldo Kas
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan I 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelaPijtrjwulanJ[ 0
I 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan II 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwulan II 0
II 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
SP3B 1. Disampaikan sampai dengan akhir
BLU triwulan III 0,2
Triwulan 2. Disampaikan setelah triwujanju 0
III 3. Saldo kas telah sesuai 0,2
1. Disampaikan sesuai dengan
SP3B langkah-langkah akhir tahun 0,4
anggaran
BLU
Triwulan 2. Masih terdapat pendapatan dan
belanja yang belum dilakukan 0
_p^ngesahan_
3. Saldo kas telah sesuai 0,4
d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
if.
Skor untuk sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Sistem Akuntansi Skor
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0
f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
mikrobiologi per hari sebesar 1,00, maka skor pertumbuhan rata-
rata pemeriksaan mikrobiologi per hari BLU UD" adalah 1,5.
2) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Imunologi
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
imunologi per hari sebesar 1,05, maka skor pertumbuhan rata-
rata kunjungan rawat darurat per hari BLU "D" adalah 1,5.
3) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Patologi Klinik
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan
patologi klinik per hari sebesar 1,16, maka skor pertumbuhan
rata-rata pemeriksaan patologi klinik per hari BLU "D" adalah 2.
4) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan Kimia Kesehatan
Rumus:
Penjelasan:
Pemeriksaan kimia kesehatan adalah jumlah parameter yang
dilakukan pemeriksaan di instalasi kimia kesehatan. Rata-rata
pemeriksaan kimia kesehatan dihitung dengan formula:
Jumlah pemeriksaan kimia
kesehatan pada satu tahun
Jumlah hari kerja dalam satu
tahun
Skor pertumbuhan rata-rata pemeriksaan kimia kesehatan
adalah sebagai berikut:
i
Pertumbuhan Rata-rata
Pemeriksaan kimia
Skor
Kesehatan
(PK)
PK > 1,10 2
1,00 < PK < 1,10 1,5
0,90 < PK < 1,00 1
0,80 < PK < 0,90 0,5
PK < 0,80 0
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan kimia
kesehatan per hari sebesar 1,09, maka skor pertumbuhan rata-
rata pemeriksaan kimia kesehatan per hari BLU "D" adalah 1,5.
5) Pertumbuhan Rata-rata Pembuatan Media dan Reagensia
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pembuatan media
dan reagensia sebesar 0,85, maka skor pertumbuhan rata-rata
pembuatan media dan reagensia BLU "D" adalah 1.
6) Pertumbuhan Rata-rata Pemeriksaan uji Kesehatan
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai pertumbuhan rata-rata pemeriksaan uji
kesehatan sebesar 0,85, maka skor pertumbuhan rata-rata
pemeriksaan uji kesehatan BLU "D" adalah 0,5.
b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi dengan Analis
Rumus:
Rata-rata jumlah parameter pemeriksaan mikrobiologi
per hari
Jumlah analis yang melakukan pemeriksaan per hari
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan analis adalah analis kesehatan yang
melaksanakan pemeriksaan laboratorium kesehatan di instalasi
mikrobiologi.
Skor rasio jumlah pemeriksaan mikrobiologi dengan analis adalah
sebagai berikut:
Rasio Jumlah Pemeriksaan
Mikrobiologi dengan Analis Skor
(RMA)
RMA >20 1
15 < RMA< 20 2
10 < RMA< 15 3
5 < RMA< 10 2
RMA< 5 1
Contoh perhitungan:
BLU "D» mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
asssrisar*sebesar ii ••-«•*>«"««. •*«-
2) Rasio Jumlah Pemeriksaan Imunologi dengan Analis
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
2?S»f?P?
tsLU u adalah 2.
analis sebesar 7 Parameter/analis, maka skor
3) Rasio Jumlah Pemeriksaan Patologi Klinik dengan Analis
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan rasio jumlah pemeriksaan
kimia kesehatan dengan analis sebesar 12 parameter/analis, maka
sKor tSLU D adalah 2.
(RRA)
Contoh perhitungan:
BLuU "D" memPunYai angka pengulangan hasil laboratorium
sebesar 10 pemenksan, maka skor BLU "Dw adalah 0,75.
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata jam pelatihan karyawan sebesar 8
jam/karyawan, maka skor rata-rata jam pelatihan karyawan BLU
"D" adalah 1,75.
2) Penelitian
Penjelasan:
Penelitian dilakukan oleh sumber daya manusia pada balai
laboratorium, baik penelitian yang dilakukan sendiri maupun
dengan cara melakukan kerjasama penelitian dengan pihak lain.
Program penelitian dinilai melalui jumlah kegiatan yang ada pada
dokumen perencanaan penelitian selama satu tahun.
Skor penelitian adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai rata-rata waktu layanan bidang pemeriksaan
kimia kesehatan 6 hari, maka skor waktu layanan bidang
pemeriksaan kimia kesehatan BLU "D" adalah 2.
6) Waktu Layanan Bidang Pembuatan Media dan Reagensia
Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan pembuatan
Media dan Reagensia (dalam hari)
Penjelasan:
Waktu layanan bidang pembuatan media dan reagensia adalah
saat mulai permintaan sampai diterima sampai hasil pembuatan
selesai.
SL^S^"8 pen,b„,„„ medla dan reaeensta
Waktu Layanan
Bidang Pembuatan
Media dan Reagensia (Hari) Skor
(WLM)
WLM < 7
7 < WLM < 9 1,5
$ WLM < 11
11 < WLM < 13 0,5
WLM > 13 0,25
Contoh perhitungan:
BLU «D» mempunyai rata-rata waktu layanan bidang pembuatan
media dan reagensia 10 hari, maka skor waktu layana^SS
pemeriksaan kimia kesehatan BLU «D" adalah 1 y&nan bldang
7) Waktu Layanan Bidang Pemeriksaan Uji Kesehatan
Rumus:
Rata-rata waktu penyelesaian pelayanan uji kesehatan
(dalam hari)
Penjelasan:
IS!!™ Pemeriksaan uji kesehatan adalah saat mulai
selesaiI ^ ^ ^ ^ haSl1 pemeriksaan ** kesehatan
berikuT-^^ layanan Pemeriksaan *# kesehatan adalah sebagai
Waktu Layanan
Bidang Pemeriksaan
Skor
Uji Kesehatan (Hari)
(WLU)
WLU < 4
4 < WLU < 6 1,5
6 < WLU < 8
8 < WLU < 10 0,5
WLU > 10 0,25
Contoh perhitungan:
S^hT "f^P^yai rata-rata waktu layanan pemeriksaan uji
kesehatan 3 hari, maka skor waktu layanan bidang pemeriksaan
uji kesehatan BLU «D» adalah 2. pemeriksaan
b. Mutu Klinik
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai nilai angka kegagalan pengambilan sampel uji
sebesar 5%, maka skor untuk angka kegagalan pengambilan sampel
uji BLU "D" adalah 1,5.
2) Angka Pemeriksaan Laboratorium Yang Dirujuk
Rumus :
Angka Pemeriksaan
Laboratorium yang Dirujuk (%) Skor
(ALR)
ALR < 5 2
5 < ALR < 8 1,5
8 < ALR < 11 1
11 < ALR < 14 0,5
ALR > 14 0,25
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai nilai angka pemeriksaan laboratorium yang
dirujuk sebesar 4%, maka skor untuk angka pemeriksaan
laboratorium yang dirujuk BLU "D" adalah 2.
3) Hasil Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
Rumus:
Contoh perhitungan:
BLU "D" mempunyai hasil perhitungan untuk KPI sebesar 8S<>/
Salt's. ^^ pemantaP- «SS fnternal B"u <D''
4) Hasil Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal
Rumus :
Penjelasan:
Eahegiatan
Jumlah P<;mal\taPan
parameter dengan mutu eksternal
hasil baik dihitung berdasarkan
dibandingkan dengan
jumlah parameter yang diikuti. uengan
bekrikutkegiatan PCmantapan mutu eksternal adalah sebagai
Hasil Kegiatan
Pemantapan Eksternal (%) Skor
JKPE)
KPE < 60 0,5
60 < KPE < 70 1
70 < KPE < 80 1,5
80 < KPE < 90 1,75
KPE > 90 2
Contoh perhitungan:
BLU "D» mempunyai persentase untuk hasil kegiatan pemantapan
mutu ekstermd sebesar 85%, maka skor hasil kegiatan F'laniapan
mutu eksternal BLU "D" adalah 1,75
pemanEn
c. Kepedulian Kepada Masyarakat
1) Pembinaan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
KeseTa^Um^11 M* *» "»—*« ^^ dan Sa—
Penjelasan:
d. Kepuasan Pelanggan
1) Penanganan Pengaduan/Komplain
Rumus:
Contoh perhitungan:
BkU "D"mGmpYnyai nilai Penan§anan pengaduan/komplain
"D» adklah 15 Penanganan pengaduan/komplain BLU
2) Kepuasan Pelanggan
Rumus:
Uraian
Program BLK Berseri Skor
2) Proper Lingkungan
Penjelasan:
Proper lingkungan dinilai melalui keberadaan program lingkungan
hidup yang disusun dengan melihat/merujuk ketentuan
pengaturan mengenai lingkungan hidup.
Skor Proper Lingkungan adalah sebagai berikut:
Uraian
Proper Lingkungan Skor
fi MARWAIpb HARJOWIRYONO/f
•
Lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor ; PER- /PB/2016
Tanggal :
1. Aspek Keuangan dengan skor paling tinggi 30, yang terdiri dan:
a. Subaspek Rasio Keuangan dengan skor paling tinggi 19; dan
b. Subaspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU dengan skor paling
, 2. Aspek Pelayanan dengan skor paling tinggi 70, yang terdiri dari:
a. Subaspek Layanan dengan skor paling tinggi 35; dan
b. Subaspek Kedokteran Polisi dengan skor paling tinggi 35.
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan untuk penilaian kinerja BLU Tahun
Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
No.
Subaspek/Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
Periode Ppnadhan Pinfo-« t
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas
0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang
0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Skor penilaian kinerja pada Aspek Keuangan untuk penilaian kinerja BLU mulai
Iahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
No.
Subaspek / Indikator Skor
1. Rasio Keuangan
19
a. Rasio Kas (Cash Ratio)
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
c Periode Penagihan Piutang (Collection Period)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)
e. Imbalan atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)
f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity)
g. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
h. Rasio Subsidi Biaya Pasien
2. Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU 11
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Definitif
a. RenCana RlSniR Han Ananaron fDDAl r
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
_c. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
d. Tarif Layanan
e. Sistem Akuntansi
f. Persetujuan Rekening 0,5
g. SOP Pengelolaan Kas 0,5
h. SOP Pengelolaan Piutang 0,5
SOP Pengelolaan Utang 0,5
j. SOP Pengadaan Barang dan Jasa 0,5
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5
Jumlah Skor Aspek Keuangan (1+2) 30
Skor penilaian pada Aspek Pelayanan adalah sebagai berikut:
No. Subaspek / Kelompok Indikator / Indikator Skor
1. Layanan 35
a. Pertumbuhan Produktivitas 14
1) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Jalan 2
2) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Darurat 2
3) Pertumbuhan Hari Perawatan Rawat Inap 2
4) Pertumbuhan Pemeriksaan Radiologi 2
5) Pertumbuhan Pemeriksaan Laboratorium 2
6) Pertumbuhan Operasi 2
7) Pertumbuhan Rehab Medik 2
b. Efisiensi Pelayanan 14
1) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Dokter
2) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Perawat
3) Rasio Pasien Instalasi Rawat Daru rat Terh adap Dc kter
4) Rasio Pasien Instalasi Rawat Daru rat Terh adap Pe rawat
5) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap dokter
6) Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Perawat I
7) Bed Occupancu rate (BOR) 2
8) Rata-rata Length of Stay (LOS) 2
9) Rata-rata Bed Turn Over (BTO) 2
10) Rata-rata Turn Over Interval (TOI) 2
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia 3
1) Program Pendidikan dan Pelatihan 2
2) Program Reward and Punihisment 1
d. Penelitian dan Pengembangan 4
1) Kepuasan pelanggan 2
2) Pengembangan Sistem Manajemen 2
2. Kedokteran Polisi 35
Kelas Rumah Sal rit
Bhayangkara
IV III II I
a. Kedokteran Forensik 20 20 20 20
1) Patologi Forensik 4 4 3 3
2) Pusat Pelayanan Terpadu 3 3 3 3
3) Kesehatan Tahanan 4 4 3 3
4) Odontologi Kepolisian 2 2 1 1
5) Antropologi Forensik — -_
1 1
6) Psikiatri Forensik - -
1 3 3
7) Forensik Klinik 3 3 3 3
8) Olah TKP Aspek Medik 3 2 1 1
9) Hukum Kesehatan - - - -
1 1
10) Medikolegal 1 1 1 1
b. Keskamtibmas 15 15 15 15
1) Penanganan Penyalahgunaan
4 4 5 6
Narkoba
2) Kesehatan Lapangan 5 5 4 4
3) Pengamanan Kesehatan 2 2 2 1
4) Food Security 1 1 1 1
5) Geomedicine 1 1 1 1
6) Kesehatan Perpolisian
2 2 2 1
Masyarakat
7) Penanggulangan Bahaya CBRN - - — _ _
1
Jumlah Skor Aspek Pelayanan (1+2) 70
II. PENILAIAN INDIKATOR KINERJA
A. Penilaian Indikator pada Aspek Keuangan
1. Rasio Keuangan
a. Rasio Kas [Cash Ratio)
Rumus:
1) Kas adalah uang tunai atau saldo bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BLU, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
2) Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar
yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam
jangka waktu 1 sampai dengan 3 bulan tanpa menghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan
persediaan. Contoh setara kas antara lain deposito berjangka
kurang dari 3 bulan dan cek yang jatuh tempo kurang dari 3
bulan.
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio kas sebesar 320%,
maka skor untuk rasio kas yang diperoleh adalah 1,5.
b. Rasio Lancar [Current Ratio)
Rumus:
Aset Lancar
x 100%
Kewajiban Jangka Pendek
Penjelasan:
1) Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
neraca;
2) Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang usaha, piutang Iain-lain, persediaan,
uang muka, dan biaya dibayar di muka, tidak termasuk saldo
bank pada rekening dana kelolaan (Jamkesda/BPJS) yang belum
menjadi hak BLU.
3) Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan
akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal neraca.
Skor rasio lancar untuk penilaian kinerja BLU Tahun Anggaran 2015
adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
(RL)
RL 600
480 < RL < 600
360 RL 480
240 RL 360
L--
120 RL 240 0,75
0 < RL 120 0,50
RL = 0 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2015 mempunyai
rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk rasio yang diperoleh
adalah 3.
Skor rasio lancar untuk penilaian kinerja BLU mulai Tahun Anggaran
2016 adalah sebagai berikut:
Rasio Lancar (%)
Skor
RL 600
480 RL 600 2,5
360 RL 480
240 RL 360 1,5
120 RL 240
0 RL 120 0,5
RL = 0 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2016 mempunyai
rasio lancar sebesar 482%, maka skor untuk rasio vang diperoleh
adalah 2,5.
/r.
c. Periode Penagihan Piutang [Collection Period)
Rumus:
Penjelasan:
1) Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang
atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU.
2) Pendapatan usaha merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat.
Skor periode penagihan piutang untuk penilaian kinerja BLU Tahun
Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Periode Penagihan Piutang (hari)
Skor
(PPP)
PPP 30
30 PPP 40 2,25
40 PPP 60 1,75
60 PPP 80 1,25
80 PPP 100 0,75
PPP 100 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2015 mempunyai
periode penagihan piutang 25 hari, maka skor untuk rasio periode
penagihan piutang yang diperoleh adalah 3.
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" Tahun Anggaran 2016 mempunyai
periode penagihan piutang 25 hari, maka skor untuk rasio periode
penagihan piutang yang diperoleh adalah 2.
Pendapatan Operasional
Aset Tetap x 100%
Penjelasan:
1) Pendapatan operasional merupakan PNBP BLU yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa
lembaga keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak
berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak
termasuk pendapatan yang berasal dari APBN dan hibah.
2) Aset tetap dihitung berdasarkan nilai perolehan aset tetap
dikurangi konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:
Perputaran Aset Tetap (%)
Skor
(PAT)
PAT 20
15 PAT 20 1,5
10 PAT 15
PAT 10 0,5
0 PAT 0,25
PAT = 0 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio perputaran aset
tetap 22%, maka skor untuk rasio perputaran aset tetap yang
diperoleh adalah 2.
Penjelasan:
1) Surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian adalah
surplus/defisit sebelum pos keuntungan/kerugian, tanpa
memperhitungkan pendapatan investasi yang bersumber dari
APBN dan biaya penyusutan.
2) Aset tetap adalah nilai perolehan aset tetap tanpa
memperhitungkan konstruksi dalam pengerjaan.
Skor rasio imbalan atas aset tetap adalah sebagai berikut:
Return on Fixed Asset (%)
Skor
(ROFA)
ROFA > 6 2
5 < ROFA < 6 1,7
4 < ROFA < 5 1,4
3 < ROFA < 4 1,1
2 < ROFA < 3 0,8
1 < ROFA < 2 0,5
0 < ROFA < 1 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A", mempunyai rasio imbalan atas aset
tetap 5,5%o, maka skor untuk rasio imbalan atas aset tetap yang
diperoleh adalah 1,7.
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio imbalan ekuitas
sebesar 7%, maka skor untuk rasio imbalan ekuitas yang diperoleh
adalah 1,6.
Pendapatan PNBP
x 100%
Biaya Operasional
Penjelasan:
1) Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh
sebagai imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada
masyarakat termasuk pendapatan yang berasal dari hibah,
hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan Iain-lain pendapatan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk
pendapatan yang berasal dari APBN.
2) Biaya operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri
dari belanja pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya
berasal dari penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP
BLU, tidak termasuk biaya penyusutan.
Skor rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional adalah
sebagai berikut:
Rasio PNBP terhadap Biaya
Operasional (%) Skor
(PB)
PB 65
57 PB 65 3,75
50 PB 57 3,5
42 PB 50
35 PB 42 2,5
28 PB 35
20 PB 28 1,5
12 PB 20
PB 12 0,75
0 PB 4 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pendapatan PNBP
terhadap biaya operasional sebesar 62%, maka skor untuk rasio
pendapatan PNBP terhadap biaya operasional yang diperoleh adalah
o, / O.
Penjelasan:
IL
Skor rasio subsidi biaya pasien sebagai berikut:
Rasio Subsidi Biaya Pasien (%)
(SBP) Skor
SBP 5
3,5 SBP 1,5
SBP < 3,5
0,5 SBP 0,5
0 1 SBP < 0,5 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio subsidi biaya pasien
sebesar 7%, maka skor untuk rasio dimaksud adalah 2.
A.
Skor untuk kelengkapan RBA adalah sebagai berikut:
Kelengkapan Skor
Ya Tidak
1. Ditandatangani oleh pemimpin 0,4 0
BLU.
2. Diketahui oleh dewan pengawas 0,4 0
atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri/pimpinan lembaga jika
BLU tidak mempunyai dewan
pengawas.
3. Disetujui dan ditandatangani 0,4 0
oleh menteri/pimpinan lembaga.
4. Kesesuaian format dengan PMK 0,4 0
No. 92/PMK.05/2011.
b. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
76/PMK.05/2008, BLU diwajibkan menyusun Laporan Keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan diaudit oleh
auditor eksternal, serta menyampaikannya ke Direktorat Pembinaan
PK BLU dengan jadwal sebagai berikut:
• Triwulan I : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Semester I : paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
• Triwulan III : paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
• Tahunan : paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir;
• Audit Laporan Keuangan oleh auditor eksternal paling lambat
tanggal 31 Mei tahun anggaran berikutnya;
• Opini audit Laporan Keuangan.
Skor untuk waktu penyampaian dan audit Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
Jenis
No. Waktu Penyampaian
Laporan Skor
Laporan
] disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 15
1. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Triwulan I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 10
Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Semester I
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
Keuangan tanggal 15
3.
Triwulan 2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
III 3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
Laporan 1. disampaikan sampai dengan 0,2
tanggal 20
4. Keuangan
2. terlambat s.d. 30 hari 0,15
Tahunan
3. terlambat lebih dari 30 hari 0,1
1. diaudit oleh auditor ekternal s.d 0,2
Audit tanggal 31 Mei TA berikutnya
5.
Laporan 2. diaudit oleh auditor ekternal 0,15
Keuangan setelah tanggal 31 Mei TA
Tahunan berikutnya
3. Tidak diaudit 0,1
/»!_
Skor untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
Hasil Audit Laporan Keuangan Skor
d. Tarif Layanan
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005, BLU harus memiliki tarif
layanan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan/atau
didelegasikan kepada menteri/pimpinan lembaga/pemimpin BLU
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif layanan BLU berkenaan.
Skor untuk tarif layanan adalah sebagai berikut:
Tahap Pengusulan Skor
1. Apabila tarif telah ditetapkan oleh Menteri 1
Keuangan.
2. Apabila tarif masih dalam proses penilaian di 0,75
Kementerian Keuangan.
3. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0,5
Keuangan, namun menggunakan tarif
berdasarkan PP.
4. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0.25
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
5. Apabila tarif belum diusulkan ke Menteri 0
Keuangan, namun menggunakan tarif yang
ditetapkan pemimpin BLU.
e. Sistem Akuntansi
Skor
Sistem Akuntansi
Ya Tidak
Sistem Akuntansi Keuangan 0,6 0
Sistem Akuntansi Biaya 0,2 0
Sistem Akuntansi Aset Tetap 0,2 0
f. Persetujuan Rekening
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 dan PMK Nomor
252/PMK.05/2014, BLU dapat membuka rekening lainnya setelah
mendapat persetujuan Bendahara Umum Negara.
Rekening lainnya dimaksud terdiri dari Rekening Pengelolaan Kas
BLU, Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan.
Skor untuk persetujuan rekening adalah sebagai berikut:
Persetujuan Rekening dari Kuasa Skor
BUN Pusat Ya Tidak
Rekening Pengelolaan Kas 0,1 0
Rekening Operasional 0,3 0
Rekening Dana Kelolaan 0,1 0
.~ — i\ r Al,
k. SOP Pengelolaan Barang Inventaris
Sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2005 pasal 21, BLU
melaksanakan pengelolaan barang inventaris berdasarkan praktik
bisnis yang sehat. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan barang inventaris oleh
BLU, maka pemimpin BLU harus menetapkan SOP Pengelolaan
Barang Inventaris.
Skor untuk penyusunan SOP Pengelolaan Barang Inventaris adalah
sebagai berikut:
SOP Pengelolaan Barang Inventaris Skor
(Ditetapkan Pemimpin BLU) Ya Tidak
SOP Pengelolaan Barang Inventaris 0,5 0
RJ > 1,10
1,00 < RJ < 1,10 1,5
0,95 < RJ < 1,0Q 1,25
0,90 < RJ < 0,95
0,85 < RJ < 0,90 0,5
RJ 0,85 0
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai pertumbuhan
kunjungan rawat jalan per hari sebesar 1,16, maka skor
pertumbuhan kunjungan rawat jalan yang diperoleh adalah 2.
2) Pertumbuhan Kunjungan Rawat Darurat
Rumus:
b. Efisiensi Pelayanan
1) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Dokter
Rumus:
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai rasio pasien rawat jalan
terhadap dokter sebesar 18 pasien/dokter, maka skor rasio pasien
rawat jalan terhadap dokter yang diperoleh adalah 1.
2) Rasio Pasien Rawat Jalan Terhadap Perawat
Rumus:
Penjelasan:
Rasio pasien instalasi rawat darurat terhadap perawat dihitung
berdasarkan rata-rata jumlah pasien yang dilayani setiap hari
terhadap jumlah perawat di instalasi rawat darurat yang melayani
pasien setiap hari, tidak termasuk perawat peserta didik.
A
Skor rasio pasien rawat inap terhadap perawat adalah sebagai
berikut:
Rasio Pasien Rawat Inap Terhadap Perawat
Skor
(RIP)
RID 16 0,25
12 RID 16 0,5
8 RID 12
4 RID 8 0,5
RID 0,25
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara "A" mempunyai nilai rasio pasien rawat
inap terhadap perawat sebesar 6 pasien/perawat maka skor rasio
yang diperoleh adalah 0,5.
7) Bed Occupancy Rate (BOR)
Rumus:
lilA
Skor Rata-rata LOS adalah sebaga berikut:
LOS (Hari] Skor
LOS 0,5
LOS
LOS 1,5
LOS
LOS 12 1,5
12 LOS 15
LOS 15 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah sakit Bhayangkara "A" mempunyai rata-rata LOS 10 hari
maka skor LOS yang diperoleh adalah 1,5,
9) Rata-rata Bed Turn Over (BTO)
Rumus:
Penjelasan:
Rata-rata TOI adalah jumlah hari dalam satu tahun dibagi pasien
keluar, baik hidup maupun meninggal.
Skor rata-rata TOI adalah sebaga berikut:
TOI (hari) Skor
TOI j
< TOI « 1,5
j TOI ;
j TOI - 1,5
4 j TOI « 1
TOI : 0,5
Contoh perhitungan:
Rumah sakit Bhayangkara "A" mempunyai rata-rata TOI 3 hari,
maka skor rata-rata TOI yang diperoleh adalah 1,5.
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia
1) Program Pendidikan dan Pelatihan
Rumus:
2. Kedokteran Kepolisian
a. Kedokteran forensik
1) Patologi Forensik
Rumus:
T amT-iiran l\f OR *
Skor patologi forensik adalah sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data patologi
forensik sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan mendukung pelaksanaan 1 kali 1
gali jenazah dalam setahun
2. Kegiatan Otopsi (pemeriksaan luar 5 jenazah/ tahun 1
dan dalam jenazah) pertahun
3. Kegiatan pemeriksaan luar (PL) 3 jenazah/tahun 1
jenazah pertahun
4. Kegiatan pengawetan jenazah Tidak ada 0
^pertahun
5. Kegiatan pemeriksaan 2 kali 2
Laboratorium Kedokteran Forensik
6. Kegiatan pemeriksaan Toksikologi Tidak ada 0
Forensik
Total Nilai 5
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
5
— — x 3 = 0,625 (skor yang didapat)
o x ^
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data PPT
sebagai
£2!
berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
Total Nilai 7
3) Kesehatan Tahanan
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
*
Penjelasan:
Kesehatan tahanan adalah penentuan status kesehatan dan
pelayanan kesehatan terhadap tahanan Polri.
Skor kesehatan tahanan adalah sebagai berikut :
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data PPT
sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
4) Odontologi Kepolisian
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Odontologi Kepolisian adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran gigi beserta ilmu pendukungnya untuk
kepentingan tugas kepolisian.
*
Skor odontologi kepolisian adalah sebaga berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
odontologi kepolisian sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1.
Pemeriksaan odontologi forensik per
tahun 3 kali
2. Pembuatan odontologram per tahun 26 buah
Total Nilai
5) Antropologi Forensik
Penjelasan:
Antropologi forensik adalah penerapan ilmu pengetahuan
antropologi ragawi dan ilmu osteologi manusia untuk kepentingan
hukum dan peradilan.
Skor antropologi forensik untuk RS Bhayangkara Kelas I dan II
adalah sebagai berikut :
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 jenis kegiatan 0,25
2 jenis kegiatan 0,50
3 jenis kegiatan 0,75
- 4 jenis kegiatan 1
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai 3 jenis
kegiatan, maka skor yang didapat adalah 0,75.
*
6) Psikiatri Forensik
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Psikiatri forensik adalah penerapan ilmu kedokteran jiwa untuk
kepentingan hukum dan peradilan.
sik. auaian seoagc
Jumlah
Nilai
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1-2 jenis kegiatan 1
3-4 jenis kegiatan 2
5-6 jenis kegiatan 3
> 7 jenis kegiatan 4
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai jumlah
kegiatan sebanyak 4 jenis kegiatan dengan nilai 2, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
2
— — x 3 = 1,5 (skor yang didapat)
1 X *T
7) Forensik Klinik
Rumus:
T a m n i r o n T\/ ir\
8) Olah TKP Aspek Medis
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Olah TKP Aspek Medis merupakan kegiatan olah tempat kejadian
perkara yang melibatkan aspek medis demi kepentingan
penyidikan.
Perhitungan nilai olah TKP aspek medis adalah sebagai berikut:
Jumlah
Nilai
(Jenis Kegiatan)
JTi^.^__^_Jse_i_i^i 0
1 kali kegiatan/tahun
2 kali kegiatan/tahun
L---.^~^.iS_E^t.^j^^\m_
> 4 kali kegiatan/tahun
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" telah melaksanakan 6
buah kegiatan dalam setahun dengan nilai 4, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
4
— x 1 = 1 (skor yang didapat)
9) Hukum Kesehatan
Penjelasan:
Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/ pelayanan
kesehatan dan penerapannya, terdiri dari:
a) penanganan sengketa medik dan kesehatan;
b) penyusunan aturan internal rumah sakit (hospital by-laws);
c) bioetika kedokteran; dan
d) perdagangan gelap organ tubuh manusia (illegal organ
trafficking)
Skor Hukum Kesehatan pada RS Bhayangkara Kelas I dan II
adalah sebagai berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 kasus 0,25
2 kasus 0,50
3 kasus 0,75
Jenis kegiatan > 4 kasus 1
10) Medikolegal
Rumus:
Sh
Penjelasan:
Medikolegal adalah pelayanan konsultasi ahli yang dilaksanakan
seorang dokter spesialis kedokteran forensik secara tersendiri
atau dibantu oleh ahli lain, dan dokter spesialis lain dalam bidang
terkait sesuai prosedur medikolegal, untuk penyusunan "by
laws", pembuatan dokumen medik, dan penyelesaian sengketa
medik. Kegiatan Medikolegal telah diuraikan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Kapolri mengenai kedokteran polisi.
Penentuan nilai medikolegal adalah sebagai berikut :
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) *A" mempunyai data
medikolegal sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan Medikolegal per tahun 42 kasus
2. Menjadi saksi ahli di persidangan 6 kasus
Total Nilai 7
b. Keskamtibmas
1) Penanganan Penyalahgunaan Narkoba
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
— ——; ~—; x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Penanganan penyalahgunaaan narkoba adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pencegahan terhadap potensi
penyalahgunaan narkoba di masyarakat dan/atau pencegahan
terhadap masyarakat yang telah menjadi pengguna narkoba agar
tidak kembali meyalahgunakan narkoba kembali, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kapolri mengenai kedokteran polisi.
P
Penentuan nilai Penanganan Penyalahgunaan Narkoba adalah
sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
penanganan penyalahgunaan narkoba sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Kegiatan Rikkes dan deteksi narkoba 45 orang
baik secara fisik maupun laboratoris per
tahun
2. Kegiatan perawatan dan pengobatan 18 orang
penyalahguna narkoba per tahun
Total Nilai
2) Kesehatan Lapangan
Rumus:
Total Nilai Unsur Kegiatan
x Bobot Skor
Jumlah Unsur Kegiatan x 4
Penjelasan:
Kesehatan lapangan yang yang selanjutnya disingkat Keslap
adalah bagian dari ilmu kedaruratan medik yang mempelajari
permasalahan medik di lapangan. Kegiatan Keslap terdiri dari
promotif dan preventif bagi petugas lapangan, penanganan gawat
darurat, stabilisasi korban untuk dievakuasi, dan evakuasi
medik.
fa
Penentuan nilai Keslap adalah sebagai berikut:
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data Keslap
sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
1. Jumlah kegiatan Keslap 7 kegiatan 2
2. Jumlah pasien pada kegiatan Keslap 18 orang 4
Total Nilai 6
3) Pengamanan Kesehatan
Rumus:
,—^vr-.- TW O/l
Unsur Kegiatan Penentuan Nilai
Contoh perhitungan:
Rumah Sakit Bhayangkara (Kelas II) "A" mempunyai data
Pengamanan Kesehatan sebagai berikut:
No. Kegiatan Hasil Nilai
Total Nilai
4) Food Security
Penjelasan:
Pengamanan Makanan (food security) adalah upaya pengamanan
terhadap makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
dapat berakibat timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan.
Kegiatan yang termasuk didalam food security antara lain
pemeriksaan makanan/minuman untuk VIP, dan pemeriksaan
makanan/minuman pada situasi khusus.
r
Penentuan skor food security pada RS Bhayangkara Kelas I, II, III,
dan IV adalah sebagai berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 - 3 kegiatan 0,25
4 - 6 kegiatan 0,50
7 - 9 kegiatan 0,75
Jenis kegiatan > 10 kegiatan 1
5) Geomedicine
Penjelasan:
Geomedicine adalah cabang dari ilmu kedokteran yang
mempelajari pemetaan pengaruh kondisi iklim dan lingkungan
terhadap kesehatan.
Penentuan skor geomedicine pada RS Bhayangkara Kelas I, II, III,
dan IV adalah sebagai berikut:
Uraian Skor
Skor
Jumlah Kegiatan Kelas II, III, &
Kelas I
IV
Tidak ada kegiatan 0 0
1 kali/tahun 0,25 0,5
2 kali/tahun 0,50 1
3 kali/ tahun 0,75 1,5
Jenis kegiatan > 4 kali/tahun 1 2
7) Penanggulangan Bahaya CBRN
Penjelasan:
Chemical Biological, Radiological and Nuclear vang selanjutnya
disingkat CBRN adalah bahan-bahan yang dengan perantaraan
teknologi dapat dipergunakan untuk kepentingan/kesejahteraan
hidup orang banyak, namun pada kejadian tertentu dapat
menimbulkan bahaya yang mengancam kehidupan orang banyak
Penentuan skor Penanggulangan Bahaya CBRN adalah sebagai
berikut:
Jumlah
Skor
(Jenis Kegiatan)
Tidak ada kegiatan 0
1 orang/tahun 0,25
2 orang/tahun 0,50
3 orang/tahun 0,75
Jenis kegiatan > 4 orang/tahun 1
DIREKTURJENDERALPERBENDAHARAAN,
MARWAN ARJOWIRYONO
A
Lampiran IV _ 37
MENTEHIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
www.jdih.kemenkeu.go.id
-2-
MEMUTUSKAN:
Men etapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PEDOMAN
PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU PENGENDALIAN
INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
PUSAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yan g dimaksud d engan:
1. Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan yang
selanjutnya disingkat PIPK adalah pengendalian yang
secara spesifik dira n can g untuk m emberika n keyakina n
yan g m em adai b ahwa lapor an keuangan yan g dihasilkan
merupakan laporan yang andal dan d isu sun sesuai V---
www.jdih.kemenkeu.go.id
-3 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
-4-
www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-
BAB II
PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 2
Prinsip-prinsip penerapan PIPK adalah:
a. Mendukung pencapaian tujuan organisasi;
b. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
organisasi dan pengambilan keputusan khususnya
dalam perencanaan strategis;
c. Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu;
d. Mempertimbangkan keseimbangan aspek biaya dan
manfaat; dan
e. Menjaga kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 3
Penerapan PIPK bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa Pelaporan Keuangan dilaksanakan dengan
pengendalian intern yang memadai.
Pasal 4
PIPK diterapkan oleh setiap:
a. Entitas Akuntansi; dan
b. Entitas Pelaporan.
Pasal 5
(1) Penerapan PIPK oleh Entitas Akuntansi dan Entitas
Pelapo ran se bagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilaksanakan pada:
a. tingkat entitas; dan
b. tingkat proses/transaksi.
(2) Penerapan PIPK pada tingkat entitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi unsur-unsur
pengendalian intern yang ada dalam Entitas Akuntansi
dan Entitas Pelaporan, yaitu:
a. lingkungan pengendalian;
www.jdih.kemenkeu.go.id
-6 -
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan.
(3) Penerapan PIPK pada tingkat entitas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk penerapan
Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi
(PUTIK) .
(4) Penerapan PIPK pada tingkat proses/transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
terhadap proses/ transaksi yang dilakukan secara manual
dan/ a tau proses/ transaksi yang dilakukan menggunakan
sistem aplikasi.
Pasal 6
Setiap Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan bertanggung
jawab untuk mengelola, memelihara, dan memutakhirkan
dokumentasi penerapan PIPK.
Pasal 7
Penerapan PIPK dilaksanakan sesua1 dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
BAB III
PENILAIAN PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 8
(1) Dalam menJaga efektivitas penerapan PIPK, Entitas
Akuntansi dan Entitas Pelaporan melaksanakan Penilaian
PIPK.
(2) Entitas Akuntansi yang melaksanakan Penilaian PIPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Entitas Pelaporan berdasarkan pertimbangan risiko.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-7 -
Pasal 9
(1) Penilaian PIPK se bagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat ( 1) dilaksanakan oleh Tim Penilai.
(2) Tim Penilai memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagaimana tercantum dalam Pedoman Penerapan,
Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat.
Pasal 10
( 1) Penilaian PIPK dilaksanakan pada:
a. tingkat entitas; dan
b. tingkat proses/transaksi.
(2) Penilaian PIPK tingkat entitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas
dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali dalam rentang
waktu tanggal 1 September tahun berkenaan sampa i
dengan tanggal 15 Januari tahun berikutnya.
b. Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas pada
tahun berikutnya dapat menggunakan hasil
penilaian tahun sebelumnya apabila entitas
dipandang tidak mengalami perubahan signifikan.
(3) Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses / Transaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun dalam rentang
waktu tanggal 1 September tahun berkenaan sampai
dengan tanggal 15 Januari tahun berikutnya.
Pasal 11
( 1) Tim Penilai menyusun lapo ran hasil Penilaian PIPK.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-8-
Pasal 12
Penilaian PIPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai
dengan Pasal 11 dilaksanakan sesuai dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -
BAB IV
REVIU PENGENDALIAN INTERN
ATAS PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 13
(1) Untuk m emb erikan k eyakinan terbatas kepada pimpinan
Kementerian Negara/Lembaga mengenru efektivitas
penerapan PIPK secara memadai, dilakukan Reviu PIPK.
(2) Reviu PIPK dilaksanakan oleh APIP.
(3) Reviu PIPK dilaksanakan terhadap penerapan PIPK yang
berasal dari laporan hasil Penilaian PIPK yang
disampaikan oleh Tim Penilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3).
Pasal 14
Reviu PIPK dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan Reviu PIPK;
b. Pelaksanaan Reviu PIPK; dan
c. Pelaporan Reviu PIPK.
Pasal 15
(1) Pada tahap perencanaan Reviu PIPK, APIP menyusun
program kerja Reviu PIPK berdasarkan Penerapan,
Penilaia n , dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan
Keu angan Pemerinta h Pusat.
(2) Reviu PIPK diren canakan pa da semester I tahun
berikutnya.
Pasal 16
Reviu PIPK dilaksan akan dengan metode uji petik (sampling)
dan dilakukan paling lambat bersamaan dengan reviu LK K/L,
LK BUN, a tau LKPP.
Pasal 17
(1) Untuk setiap Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas
Pelapora n yang direviu, APIP menyusun CHR PIPK
~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
Pasal 18
Reviu PIPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 17 dilaksanakan sesuai dengan Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
BABV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Penilaian PIPK
yang telah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 14/PMK.09/2017 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 277), diakui sebagai
pelaksanaan Penilaian PIPK berdasarkan Peraturan Menteri
!Ill.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.09 / 2017 tentang Pedoman
Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 277), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Peraturan Menteri m1 mulai ber laku pada tanggal
diundangkan. 1~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2019
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
I~ t' ___,,.___
ARIF BINTARTO WO
NIP 19710912 199703 1 001
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17/PMK.09/2019
TENTANG
PEDOMAN PENERAPAN, PENILAIAN, DAN REVIU
PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................ ... ... ... ... .... ... ................. ... ...... ... ....... .. ............... - 16 -
1. Pendahuluan . ...... ... .. .... .... .. ..... .. .. .... ................. .. . .. .. .... .... .... ......... ........ - 26 -
2. Perencanaan ........................ ... ... ......... ... ... ... ... ................. .... ... ... ... .... .... - 30 -
a. Struktur Organisasi Penilaian Pengendalian Intern . ... ... .. . .. . ...... ... ... . - 30 -
b. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Penilai ....... .. .......... .... .. .. ................. - 31 -
c. Keanggotaan .... ........ ...... ... ........ . .. . ................ .. ....................... ...... .... . - 33 -
g. Penentuan Materialitas ....... ............ ... ............... .. .. ... ... ..... .. ... ............ . - 36 -
L Asersi Pelaporan Keuangan . .. ....... .... ....... .. ... ............... ... ......... ......... . - 38 -
J. Penilaian Risiko .. ..... .. .. ..... ... ... ... ... ... ... .. .. .. ....... ... .. .. . .... .. .. .... ... ... ........ - 40 -
k. Dokumentasi .............. ... .................... ... ......... ............ ..... ... ............... - 40 -k
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
b. Pelaksana dan Lingku p .. .... ................................ ....... .... ....... .. ........ ... - 41 -
c. Proses .............................................................................................. . - 63 -
6. Kompilasi Simpulan Pengendalian Intern Secara Keseluruhan ... ... .. ... ... - 76 -
1. Pendahuluan ... ....... ....... ..... ... .. .. . ....... .. .. . .. . .. . ... ................. .. ... ............... - 80 -
D.CONTOH FORMAT
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
1. Pendahuluan
Tujuan utama pe ngendalian intern adalah untuk m emberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pe ngendalian Intern Pem e rintah, pencapruan tujuan organ1sas1
diwujudkan melalui k egiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Tujuan keandalan pelaporan, khususnya pelaporan keuangan, meliputi
pemenuhan terhadap aspek reliabilitas, ketepatan waktu, transparansi,
dan aspek-aspek lainnya yang telah ditetapkan dalam organisasi,
termasuk organisasi pemerintah. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat,
sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
yang utama, harus disajikan secara andal agar dapat meningkatkan
akuntabilitas Kementerian Negara/Lembaga (K/L), Bendahara Umum
Negara (BUN), maupun Pemerintah Pusat secara umum. Hal ini pada
akhirnya JUga akan m e ningkatkan kepercayaan publik atas
pengelolaan keuangan negara. Mengingat pentingnya tujuan tersebut,
setiap pimpinan dan seluruh pejabat/pegawai di lingkungan K/L dan
BUN perlu meningkatkan penerapan Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan (PIPK) secara sistematis, terstruktur, dan
terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
PIPK adalah pengendalian yang secara spesifik dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan andal dan disusun sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku. Di sampmg itu, penerapan PIPK diharapkan dapat
memberikan keyakinan yang memadai kepada pembaca atau pengguna
laporan keuangan bahwa:
a . La poran keuangan menggambarkan secara le ngkap dan memadai
seluruh transaksi keuangan yan g terjadi;
b. Seluruh tran sak si k eu angan telah dicatat sesuai dengan peraturan,
kebijakan, m aupun standar yang b erlaku;
c. Seluruh transaksi telah dilaksanakan sesuru dengan pembagian
kewenangan yan g telah ditetapkan; dan ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
5) Kegiatan pemantauan
a) Organisasi menetapkan, mengembangkan, dan
melaksanakan evaluasi berkelanjutan dan/ atau evaluasi
terpisah untuk menilai apakah komponen-komponen
pengendalian intern telah ada dan berfungsi.
b) Organisasi mengevaluasi kelemahan pengendalian intern
secara periodik dan mengomunikasikannya kepada pihak-
pihak terkait dalam rangka perbaikan.
Di samping penerapan atas prinsip dan komponen pengendalian
intern COSO 2013, Pengendalian Intern Tingkat Entitas juga harus
memperhatikan Pengendalian Umum Teknologi Informasi dan
Komunikasi (PUTIK) /Information Technology General Control (ITGC).
Bentuk pengendalian ini juga merupakan penjabaran dari salah
satu prinsip dalam komponen kegiatan pengendalian menurut
COSO 2013 di atas. Hal ini perlu dilakukan oleh manajemen karena
proses penyusunan LKPP di semua tingkatan tidak dapat
dipisahkan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Bahkan tren saat ini menunjukkan bahwa TIK mempunya1
peran yang semakin vital dalam mewujudkan laporan keuangan
yang andal.
PUTIK adalah bentuk pengendalian yang bertujuan untuk
meyakinkan keamanan, kestabilan, dan keandalan kinerja dari
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
komputer serta sumber daya manusia dan TIK yang berhubungan
dengan sistem-sistem keuangan, khususnya dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Secara umum, Pengendalian
Umum TIK terdiri dari 4 (empat) komponen atau area pengendalian
utama, yaitu:
1) Manajemen Risiko
Pengendalian umum berupa pendekatan sistematis yang
meliputi budaya, proses, dan struktur untuk menentukan
tindakan terbaik terkait kemungkinan terjadinya peristiwa yang
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
Keterangan:
Kolom (1) s.d. (9) diisi oleh Pemilik Pengendalian sedangkan Kolom (10), *, dan ** diisi Tim
Penilai.
(1) diisi nomor uru t.
(2) diisi proses/transaksi utama yang terkait akun signifikan tersebut
(3) diisi risiko utama pada proses atau transaksi
(4) diisi dengan Nomor pada kolom (1) diikuti tanda hubung (-) diikuti bentuk aktivitas
pengendalian seperti pengendalian akses, pemeriksaan fisik, persetujuan, reviu atas
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
b. Definisi
Dalam pedoman m1, istilah-istilah penting yang digunakan
didefinisikan sebagai berikut:
1) Pengendalian Intern atau Sistem Pengendalian Intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
2) Control Self Asessment (CSA) adalah proses penilaian efektivitas
pengendalian intern yang dilakukan oleh manaJemen.
Tujuannya adalah memberikan asurans yang memadai bahwa
tujuan organisasi dapat dicapai.
3) Kegiatan pengendalian (control activities) adalah
kebijakan/prosedur untuk memastikan bahwa arahan
manajemen telah dilaksanakan pada seluruh tingkatan dan
fungsi dalam suatu entitas. Kegiatan pengendalian
dilaksanakan antara lain melalui pemberian persetujuan
(approvan, otorisasi (authorization), verifikasi (verification), reviu
atas kinerja operas1 (review of operating performance),
pengamanan aset (security of asset), dan pemisahan tugas
(segregation of duties) .
4) Pengendalian utama (keycontron adalah pengendalian yang
ketika dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang
kemampuan keseluruhan sistem pengendalian intern dalam
mencapai tujuan kegiatan yang ditetapkan.
5) Kelemahan adalah pelanggaran dan/ atau peny1mpangan
terhadap penerapan pengendalian intern, baik berupa tidak
dijalankannya pengendalian yang sudah ditetapkan, tidak
diidentifikasinya risiko yang signifikan, atau tidak dibuatnya
suatu pengendalian yang diperlukan.
6) Pemilik pengendalian (control owner) adalah pejabat pada tiap
jenjang unit kerja yang bertanggung jawab atas terlaksananya
suatu pengendalian di unit kerjanya, biasanya adalah atasan
langsung pelaksana pengendalian.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
PIPK; ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
Jumlah (10)
Total faktor relevan (1 1)
Persentase (12 )
Keterangan:
(1) diisi huruf besar atau a ngka
(2) diisi huruf kecil
(3) diisi faktor-faktor yan g dinilai.
(4) diisi Y jika h asil reviu dokumen m enunjukka n faktor yang dinilai ada, diisi
T faktor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N /A jika faktor yang dinilai tidak
relevan dengan kondisi yang a da.
(5) diisi Y jika hasil wawancara menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T
factor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak
relevan dengan kondisi yang ada.
(6) diisi Y jika h asil survei menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T factor
yang dinilai tidak ada, atau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak relevan
dengan kondisi yang ada.
(7) diisi Y jika h asil observasi menunjukkan faktor yang dinilai ada, diisi T
faktor yang dinilai tidak ada, a tau diisi N/A jika faktor yang dinilai tidak
relevan d engan kondisi yang a d a.
(8) diisi 1 jika s impulannya faktor yang dinilai a da atau diisi 0 jika
simpulanny a factor yang dinilai tak ada, atau diisi N/A jika faktor yang
dinilai tidak relevan dengan kondis i yang ada.
(9) Penelitian Lanjutan hanya dilakukan bila skor bernilai 0.
Penelitian Lanjutan dilakukan dengan memperhatikan ketiadaan
compensating control terkait dan/atau adanya bukti bahwa kelemahan
tersebut telah dieks ploitasi yang mendukung simpulan adanya Kelemahan
Signifikan.
Diisi dengan "Tidak Ada Kelemahan/Kelemahan Tidak
Signifikan / Kelemahan Signifikan / Kelemahan Material"
(10) Di isi denganjumlah faktor-faktor yang m e miliki skor " l "
(11) Di isi dengan total -faktor yang relevan.
(12) Di isi dengan jumlah faktor-faktor yang memiliki skor "l" dibagi total factor
yang relevan dikali 100%.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
B PENILAIAN RISIKO
1 Sasaran unit kerja telah disusun dan dikomunikasikan
Apakah sasaran unit kerja telah dikomunikasikan kepada
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
seluruh pegawai?
Telah dilakukan penilaian risiko yang meliputi perkiraan
2 signifikansi d ari suatu risiko, penilaian kemun gkina n
terjadinya, dan p en anganannya
Apakah unit kerj a telah mengidentifikasi risiko dalam
a
pencapaian tuiuan?
Apakah unit kerja tela h menganalisis dan mengevaluasi
b
risiko dalam pencapaian tujuan?
Apakah unit kerja telah melakukan penanganan risiko
c
dalam pencapaian tuiuan?
Adanya mekanisme untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, dan bereaksi terhadap pe rubahan yang
3
dapat menghasilkan dampak besar dan menyebar pada
unit keria
Apakah ada mekan isme untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, dan b ereaksi terhadap pe rubahan yang
dapat menghasilkan d a m pak besar dan menyebar pada
unit kerja?
c KEGIATAN PENGENDALIAN
Ke bija kan dan prosedur yang dibutuhkan untuk
1
pengendalian setiap kegiatan telah diterapkan secara tepat
Apakah t elah dilakukan perbandinga n antara kinerja yang
a
direncanakan dengan kineria yang dicapai setiao pegawai?
Apakah laporan pencapaian kinerja telah disampaikan
b
tepat waktu kepada pimpinan?
Evaluasi atas perbedaan capaian kinerja dan pelaksanaan
2
tinda kan perbaikan yang tepat serta tepat waktu
Apakah unit kerja tel ah melaksanakan evaluasi atas
a
pencapaian In d ikator Kinerja Utama?
Apakah ada tindak lanjut atas perbedaan capaian kinerja
b
dengan kinerja yang direncanakan?
Adanya pemisahan a t au pembagian tugas kepada pihak
3 yang berbeda u ntuk mengu rangi risiko k ecurangan atau
tindakan yang t idak layak
Apakah pimpinan unit kerja telah memperhatikan
pemisahan tugas (segregation of duties) untuk mengurangi
risiko terjadinya kecurangan a t a u tinda kan y ang tidak
la yak?
Pembatasan akses terhad ap dokumen, catatan, asset, data,
4 d a n aplikasi
Apakah unit kerja telah mengatur pembatasan akses atas
aset dan a plikasi yang dimiliki?
Adanya mekanisme otorisasi dan persetuj uan terhadap
5 transaksi dan keiadian penting
Apakah unit kerja telah memiliki mekanisme otorisasi dan
persetujuan (approvaij atas transaksi dan kejadian
pen ting?
6 Dokumentasi yang baik atas kegiatan
Apakah pelaksanaan kegiatan t elah didukung den gan
dokume ntasi yang cukup dan tepat waktu?
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
E PEMANTAUAN
Terdapat mekanisme reviu atas pelaksanaan kegiatan
1
pengendalian
Apakah terdapat prosedur yang mewajibkan pimpinan unit
ker ja untuk mereviu pelaksanaan pengendalian?
Telah diambil tindakan perbaikan terhadap kesalahan atau
2 sebagai tanggapan atas rekomendasi dan saran perbaikan
bagi unit kerja
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
Keterangan:
(1) diisi nomor
(2) diisi nama Pengenda lian Utama dengan tipe PUTIK.
(3) diisi d engan menguji manajemen risiko TIK, manajemen perubahan TIK,
akses logikal, dan operasional TIK. Pengujian terhadap unsur-unsur
pengendalian umum TIK bergantung pada lingkungan TIK terkait, sehingga
suatu lingkungan TIK dapat hanya terdiri dari satu unsur saja. Situasi
terkait lingkungan TIK tersebut perlu dijelaskan dalam suatu kertas kerja.
Misalnya dalam situasi lingkungan TIK tertentu, h anya dila kukan
pengujian asersi pemisahan fungsi atas user role beserta akses logika lnya
terutama program sosialisasi security awareness ke pengguna,
pemantauan terhadap penggunaan hak akses serta kewajiban dan
larangan pengguna, reviu secara berkala atas pengaktivan jejak audit
(audit trail), serta pengujian konsistensi implementasi prosedur backup dan /
restore. ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -
(4) Dalam hal hasilnya tidak sesuai d en gan kriterianya maka simpulka n tidak
efektif. Bila sesuai, simpulkan efektif.
(5) Penelitian La njutan hanya dilakukan bila simpulan efektivitasnya "Tidak
Efektif '.
Penelitian Lanju tan dilakuka n dengan memperhatikan ketiadaan
compensating control terkait dan/atau adan ya bukti bahwa k ele m ah an
tersebut telah dieksploitasi yang mendukung simpulan adanya Ke lemahan
Signifikan.
Diis i dengan "Tidak Ada Kelemahan/Kelemahan Tidak
Signifikan / Kelemahan Signifikan / Kelemahan Material"
No PENGENDALIAN UTAMA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
No PENGENDALIAN UTAMA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
No PENGENDALIAN UTAMA
6 Perubahan sistem dalam konfigurasi sistem, aplikasi, interface, database,
OS, dan patches/ peningkatan sistern telah disetujui sebelum
dimigrasikan dan diimplementasikan di lingkungan produksi.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perubahan terhadap s istem atau konfigurasi sistem diterapkan
berdasarkan otorisasi yang sah dari pihak berwenang.
a ) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan s is tern dan kebijakan
pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut Gika ada) telah memuat:
1) definisi tugas dan tanggung jawab yang jelas dari para pihak yang
terlibat dalam proses perubahan sistem; dan
2) mekanisme persetujuan sebelum perubahan sis tern
diimplementasikan ke dalam lingkungan produksi.
c) Terdapat dokumentasi implementasi perubahan sistem.
d) Terdapat persetujuan sebelum perubahan sistem diimplementasikan ke
dalam lingkungan produksi.
7 Lingkungan pengembangan dan pengujian terpisah dari lingkungan
produksi. Akses fisik maupun logis terhadap lingkungan tersebut dibatasi
berdasarkan fungsi (role) dan tanggung jawab pengguna.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perubahan data pada lingkungan produks i merupakan perubahan
yang sah.
a ) Terdapat kebijakan mengenai pengembangan sis tern dan kebijakan
pengelolaan perubahan sistem.
b) Kebijakan tersebut Gika ada) telah memuat:
1) kewajiban pemisahan antara lingkungan pengembangan, pengujian,
dan produksi; dan
2) definisi yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab para pihak
yang terlibat pada lingkungan tiap-tiap lingkungan tersebut.
c) Lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi telah dipisahkan
dalam pengembangan dan pengujian sistem.
d) Terdapat perangkat yang dikhususkan untuk digunakan sebagai
lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi.
e) Dalam h al terdapat lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi:
1) terdapat daftar pengguna beserta h ak akses atas perangkat pada tiap-
tiap lingkungan tersebut; dan
2) pemisahan IP address tiap-tiap lingkungan.
f) Ada pengguna (user) pada lingkun gan produksi yang memiliki
responsibility/role sebagai "Application Developer'
AREA AKSES LOGIKAL
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
No PENGENDALIAN UTAMA
g) Program secu rity awareness (jika ada) telah disosialisa sikan m ela lui
b erbagai jalur komunikasi.
9 Pemantauan terhadap penggunaan hak akses.
Penge ndalian lnl bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai akuntabilitas penggunaan akun oleh pengguna sistem .
al Terdapat kebijakan mengenai sistem manaiemen keamanan informa si.
b) Kebijakan terse but (jika ada) telah memuat kewajiban dilakukanny a
p emantauan terhadap penggunaan hak akses, termasuk pemantauan
t erhadap kewaiiban dan larangan pene:e:una.
c) Terdapat prosedur / rencana pemantauan terhadap penggunaan hak
akses.
d) T erdapat dokumentasi pelaksanaan pemantauan hak akses.
e) Pe m a ntauan tersebut (jika ada) menilai kepatuhan pemenuhan kewajiban
d a n larangan pengguna.
f) Terda pat dokumentasi tindak lanjut ata s pemantauan kepatuhan
tersebut liika ada).
10 Matriks akses pengguna (User A ccess Matrix/ UAM) di setiap lapisan, baik
a plikasi, OS, DB, dan layanan jaringan disusun dan divalidasi secara
b erkala .
Pe ngendalian lnl bertujuan untuk memberika n keyakinan memadai
m engenai pengendalian hak akses pada aplikasi maupun infrastruktur
t erkait .
a) Te rda pat kebija kan mengenai sistem manajemen keaman an informasi
dan matriks akses pengguna
b) Kebijakan tersebut (jika ada ) telah memuat kewajiban p enyusunan dan
validasi matriks akses pengguna secara berkala
c) Terdapat matriks akses pengguna
d) Akun pengguna tela h divalidasi dan proses validasi diketahui dan
disetujui oleh pemilik proses bisnis yang terkait
e) Tidak terdapat:
1) p egawa i yang tela h keluar/ mengundurkan diri masih berstatus
pengguna aktif di aplikasi;
2) p egawai yang telah dimutasi / promosi namun masih memiliki fungsi
dan tanggung jawab di posisi m e reka se belumnya; dan
3) pengguna yang tidak digunakan (tida k aktif lebih dari 90 hari) masih
berstatus aktif.
11 Hak akses dari pegawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga
y ang kontraknya telah habis, dan individu yang melanggar standar
k eamanan informasi dan tengah menjalani proses hukum dicabut
sesegera mungkin.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa akses t erha dap sistem dilakukan ole h penP-P11Ila vane: sah.
a) Terdapat kebijaka n mengenai sistem manajemen keamanan informasi
d an matriks akses pengguna.
Kebijakan terse but (jika ada ) tel ah memuat kewajiban penonaktifan
b)
p egawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga yang
k ontraknya telah habis, dan individu yang mela nggar standar keamanan
informasi dan tengah menialani proses hukum.
c) Terdapat matriks akses pengguna.
d) Terda pa t pegawai yang dimutasi/ mengundurkan diri, pihak ketiga yang
k ontraknya tela h habis, dan individu yang melanggar standar keamanan
informasi dan tengah menialani proses hukum.
e) Tangga l perolehan dan penonaktifan hak akses pegawai te r s ebut (jika
ada) t elah sesua i.
12 Akun pen gguna (umum maupun khusus) didefinisikan secara individual
untuk memastika n akunta bilitasnya.
Pengendalian lnl bertujuan untuk m emberikan k eyakinan mema dai
m e ngenai akuntabilitas pene:e:unaan akun oleh p ern:nn1na sistem.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
No PENGENDALIAN UTAMA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
No PENGENDALIAN UTAMA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
No PENGENDALIAN UTAMA
e) SLA dan OLA Uika ada) telah sesuai dengan kebutuhan proses bisnis
pada saat ini.
19 Implementasi dan uji berkala atas DRP.
Pengendalian 1n1 bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
mengenai kemampuan pemulihan aplikasi / layanan ketika terjadi
bencana.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat pengaturan mengenai DRP
yang mencakup: kewajiban penyusunan DRP; informasi penting,
misalnya daftar kontak dan wewenang masing-masing;
mekanisme/prosedur uji dan r eviu hasil uii serta mekanisme sosialisasi.
c) Terdapat dokumentasi: DRP, laporan uji DRP (termasuk reviu hasil uji,
jika ada), dan laporan sosialisasi/pelatihan implementasi DRP.
d) Terdapat m ekanisme eskalasi yang ditempuh atas permasalahan yang
terjadi pad a saat penguJian DRP, serta tindak lanjut/ penyelesaian
permasalahan tersebut.
20 Perencanaan kapasitas dan pemantauan utilisasi infrastruktur dan
kinerja sistern yang kritis secara konsisten (termasuk performa,
beban/utilisasijaringan, deteksi gangguan, virus, performa helpdesk, dll).
Pengendalian 1n1 bertujuan untuk memberikan keyakinan m emadai
mengenai kapasitas dan kinerja infrastruktur (dan penunjangnya) dalam
mendukung layanan dan proses bisnis.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan
pemantauan secara berkala terhadap: l) .utilisasi infrastruktur mencakup
kapasitas pemrosesan, penyimpanan data, komunikasi data;
2).keandalan infrastruktur dalam mengatasi serangan malware; 3).kinerja
perangkat secara um um; 4).kinerja layanan dukungan operasional
(help desk).
c) Terdapat dokumentasi perencanaan kapasitas infrastruktur.
d) Terdapat dokumentasi pemantauan atas kineria infrastruktur sistem.
e) Dokumentasi pemantauan atas kinerja infrastruktur sistem Uika ada)
telah memuat:
1) lingkup pemantauan;
2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan kebijakan/prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/penyelesaian atas gangguan/insiden yang terjadi; dan
4) eskalasi p ermasalahan (gangguan / insiden) dan penyelesaiannya
kepada pimpinan unit pengelola TIK maupun jajaran pimpinan
organisasi.
f) Realisasi kinerja dan kapasitas infrastruktur telah sesuai dengan yang
direncanakan.
21 Gangguan atau insiden operasional TI diidentifikasi, ditangani, direviu,
dan dianalisa dengan tepat waktu.
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa gangguan dan insiden terhadap sistem dan layanan TIK telah
diantisipasi.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen layanan TIK.
b) Kebijakan tersebut Uika ada) telah memuat kewajiban untuk melakukan:
1) pemantauan terhadap gangguan dan insiden terhadap sistem;
2) prioritisasi penanganan gangguan/insiden berdasarkan dampak;
3) mekanisme penanganan gangguan dan ins iden tersebut; dan
4) mekanisme eskalasi.
c) Terdapat dokumentasi pemantauan berkala terhadap gangguan dan
insiden operasional terhadap sistem dan infrastrukturnya.
d) Dokumentasi pemantauan berkala terhadap gangguan dan insiden
operasional t erhadap sist ern dan infrastrukturnya Uika ada) telah
memuat:
1) jenis gangguan/insiden yang dipantau;
2) kesesuaian periodisasi, pencatatan, dan mekanisme penanganan
dengan k ebijakan/ prosedur yang ditetapkan;
3) tindak lanjut/penyelesaian atas gangguan/insiden yang terjadi; dan
4) eskalasi permasalahan (gangruan I insiden) dan penyelesaiannya
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
No PENGENDALIAN UTAMA
kepada jajaran pimpinan organisasi.
No PENGENDALIAN UTAMA
1 Program security awareness disosialisasikan ke pengguna, termasuk
pengguna sementara. Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan
keyakinan m em adai bahwa p engguna s is tern aplikas i memahami
tanggung jawab penggunaan sistem.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi.
b) Kebijakan tersebut (jika a da) telah memuat:
1) kewajiban diadakannya program security awareness kepada
pegawai, termas uk pengguna sementara; dan
2) materi program mencakup rincian tanggung jawab dan
konsekuens i bagi pernrn:una.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -
sekali).
c) Terdapat dokumen tasi hasil penetration tes ting/ vulnerability
assessment.
d) Penetration testing/ vulnerability ass essment Uika dila kukan) telah
m encakup a ktivita s berikut: p re-p enetration, identification entry points,
host scanning, scanning, implementation s ecuritJ.J hardening.
e) Kerentanan yang ditemukan d a ri pe ngujian penetration
testing/ vulnerability ass essment Uika ada) tela h diperbaiki/ dimitigasi/
dilakukan pengendalian tambahan.
9 J ej ak a udit (a udit trail) di aplikasi diaktifkan dan direviu secara
berkala
Pen gendalian ini bertujuan untuk m emberika n keyakinan mema dai
ba hwa terda pat pemanta uan dan la ngkah perbaika n a tas a kses yang
tidak terotorisa si.
a) Terdapat kebijakan mengenai sistem manajemen keamanan informasi
khususnya terkait audit trail.
b) Kebijaka n terse but Uika ada) t elah m emuat pengaturan mengena i
audit trail dan kewajiban untuk melakukan reviu audit trail seca ra
periodik.
c) Terdapat kebijakan dan prosedur terkait dengan pemantauan
pelanggaran akses.
d) Kebijakan dan prosedur pemantauan pelanggaran akses mencakup
d efinisi tujua n dan periodisasi pemantauan, serta jenis tindakan yang
dipa ntau.
e) Terdapat dokumentasi konfigurasi dan pemantauan penggunaan akun
(audit trail serta laporan analisis atas audit trai~ .
f) Dokumentasi pemantauan penggunaan akun Uika ada ) memuat
a nalisis atas aktivita s mencurigakan seperti: login yang tida k berhasil,
t ermasuk profil akun yang b ersangkutan (Audit Trail: Activate Profile
Option)
AREA OPERASIONAL TIK DAN KELANGSUNGAN LAYANAN
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
3) Menarik simpulan
Dari hasil pengujian ini akan diperoleh simpulan mengena1
keandalan Pengendalian Intern Tingkat Entitas, kelemahan, dan
re komendasi untuk perbaikan. Simpulan diperoleh dari
persentase skor terhadap jumlah faktor yang dinilai dan
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tingkatan sebagai berikut:
a) Rendah, yaitu apabila nilai akhir kurang dari 34% (tiga
puluh empat persen);
b) Sedang, yaitu apabila nilai akhir sebesar 34%(tiga puluh
empat persen) s.d. 63% (enam puluh tiga persen); a tau
c) Tinggi, yaitu apabila nilai akhir lebih dari 63% (enam puluh
tiga persen).
Simpulan hasil penilaian terse but digunakan sebagai bahan ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
~•eng1nloona~ ke
KPPN lefket 111\*
menyelesaW transaksi
yang oolsta~
SOP Reference:
Oit.APK
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
TanggalPenyusunan:
Paraf Tim Penilai/Tanggal:
Keterangan:
Berisi hanya Proses/Transaksi Utama yang kolom (10) Tabel A berisi "Tidak'' serta
Proses/Transaksi Utama baru hasil dari Tim Penilai dan hanya dibuat bila Tim Penila i
telah meyakini bahwa pengendalian utamanya telah memada i sehingga dapat mengisi
kolom ( 10) Tabel A. l dengan isian "Ya".
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -
Keterangan:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -
Keterangan:
(1) diisi nomor
(2) diis i Nama Pe n genda lian Utam a d en gan t ipe pengendalia n a plikasi.
(3) diis i dengan menguji asersi keakuratan input a t as field-fie ld pada fo rm
aplika si dan menguji asersi kelengkapan atas field-fie ld yang wajib diisi
pad a form a plikasi.
(4) Dalam hal h a silny a tida k se sua i denga n rancanganny a maka simpulka n
tidak a nda l, bila sesuai disimpulkan andal.
(5) Penelitia n Lanjutan h a nya dila kuka n bila s impula n keandala nnya
"Tida k Anda!" .
Penelitia n Lanjut an dila kuka n dengan m en eliti kesalahan data-da ta
yan g telah direkam.
Diisi de n gan "Tidak Ada Kelema han / Kelemahan Tidak
Signifikan/ Kelema han Signifikan / Ke lemahan Mate ria l"
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -
aktiva atau 0, 1% (nol koma satu persen) dari total penenmaan atau
total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun signifikan.
Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva maka salah saji
diidentifikasi 0, 1% (nol koma satu persen) dari total aktiva.
b. Kelemahan signifikan (significant deficiency).
Suatu kelemahan, atau kombinasi dari beberapa kelemahan, yang
berpengaruh cukup material terhadap pelaporan keuangan.
Secara umum diklasifikasikan Kelemahan Signifikan bila hasil
penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji teridentifikasi berkisar
0, 1%-0,5% dari total aktiva atau 0, 1%-0,5% dari total penerimaan atau
total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun signifikan.
Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva maka salah saji
diidentifikasi 0, 1%-0,5% dari total aktiva.
c. Kelemahan material (material weakness).
Suatu kelemahan, atau kombinasi dari beberapa kelemahan signifikan,
yang berpengaruh material terhadap pelaporan keuangan.
Secara umum diklasifikasikan Kelemahan Material bila hasil penilaian
"TL Tidak Tuntas" dan salah saji teridentifikasi melewati batas
materialitas 0,5% (nol koma lima persen) dari total aktiva atau melewati
batas materialitas 0,5% (nol koma lima persen) dari total penerimaan
atau total pembiayaan tergantung dari relevansinya dengan akun
signifikan. Dalam hal hanya terdapat informasi berupa total aktiva
maka salah saji diidentifikasi melewati batas materialitas 0,5% (nol
koma lima persen) dari total aktiva.
Selain pengklasifikasian secara umum seperti tersebut di atas. Tim Penilai
dapat mempertimbangkan 5 (lima) faktor lain berikut ini:
a . Memiliki indikasi adanya kecurangan (fraud);
b. Tingkat pertimbangan subjektif dan kompleksitas dalam menentukan
nilai akun;
c. Kemungkinankelemahan terjadi secara berulang;
d. Besarnya saldo akun termasuk besarnya nilai kelemahan secara relatif
terhadap saldo akun, dan transaksi yang terpengaruh serta asersi
laporan keuangan yang terlibat; dan
e. Kelemahan Pengendalian Intern Tingkat Entitas yang secara signifikan
mempengaruhi laporan keuangan.
Dalam hal Tim Penilai menggunakan pertimbangan faktor-faktor lain
dalam pengklasifikasian kelemahan pengendalian, Tim Penilai harus ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -
*Keterangan:
**Total salah saji teridentifikasi:
**"Simpulan PIPK:
Keterangan:
(1) diisi nomor urut.
(2) diisi nama Faktor-faktor dinilai tingkat entitas yang tidak efektif
berdasarkan Tabel B. l dan B.2 dan Nama Pengendalian Utama yang ada di
Tabel C. l dan C.2.
(3) diisi dengan "Efektif/ Tidak Efektif' berdasarkan data dari Tabel B . l, B.2,
C. l, dan C.2.
Efektif bila tidak ada kelemahan atau ada kelemahan tidak signifikan.
Tidak Efektif bila ada kelemahan s ignifikan atau kelemahan material.
(4) diisi dengan ketentuan: .
Berasal dari Tabel B. l , B.2, dan C .2, maka:
a. Diisi dengan "-" bila hasil penelitian lanjutan pada Tabel B . 1
menunjukkan tidak ada kelemahan atau ada kelemahan tidak
signifikan.
b. Diisi dengan usulan koreksi (feed back) yang diperlukan untuk
mengoreksi kelemahan yang ditimbulkan bila hasil penelitian lanjutan
Tabel B.1 menunjukkan ada kelemahan signifikan.
Berasal dari Tabel C.1:
a . Diisi dengan "-" bila hasil reperformance Tabel C. l menunjukkan tidak
ada kelemahan atau ada kelemahan tidak signifikan.
b. Diisi dengan usulan koreksi (feed back) yang diperlukan untuk
mengoreksi kelemahan yang ditimbulkan bila hasil reperformance Tabel
C. l menunjukkan ada kelemahan signifikan.
(5) diisi TL (Tindak Lanjut) dengan "TL Tuntas" apabila dilakukan sesuai usulan koreksi
(feedback) atau "TL Tidak Tuntas" disertai identifikasi salah sajinya: di bawah 0, 1%,
0,1 %-0,5%, atau lebih dari 0,5% dari Total Aktiva/penerimaan/pembiayaan,
(6) diisi "Kelemahan Tidak Signifikan" bila hasil penilaian "TL Tuntas" atau hasil
penilaian "TL Tidak Tuntas" tapi salah saji teridentifikasi di bawah 0, 1% dari Total
aktiva/ penerimaan / pembiayaan.
diisi "Kelemahan Signifikan" bila hasil penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji
teridentifikasi 0 , 1%-0,5% dari total aktiva/ penerimaan/ pembiayaan.
diisi "Kelemahan Material" bila hasil penilaian "TL Tidak Tuntas" dan salah saji
teridentifikasi melewati batas materialitas 0,5% dari Total Aktiva/penerimaan/
pembiayaa n.
* Dalam hal digunakan lima faktor la in da la m pertimbangan , ma ka pada Keterangan
dijelaskan penggunaan pertimbangan atas faktor lain yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kelemahan.
** Diisi salah saji keseluruhan teridentifikasi) atau "-" bila tidak terdapat salah saji
yang teridentifikasi.
*** Diisi simpulan PIPK
Pengendalian Intern Efektif (PIE) bila terdapat tidak terdapat Kelemahan Materia l
atau Kelemahan Signifikan.
Pengendalian Intern Efektif dengan Pengecualian (PIEDP) bila tidak terdapat
Kelemahan Signifikan.
Pengendalian Intern Mengandung Kelemahan Material (PIMKM) bila terdapat
Kelemahan Material.
Simpulan PIPK ini juga harus mempertimbangkan salah saji keseluruhan yang telah
teriden tifikasi.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -
*Keterangan:
Motal salah saji teridentifikasi gabungan:
"'*"Simpulan PIPK gabungan:
Keterangan:
(1) diisi deskripsi kelemahan;
(2) s.d. (4) (1) diisi tingkatan kelemahan yang sama pada unit terkait, yaitu:
D Angka "l" bila kelemahan tidak signifikan /inconsequential;
0 Angka "2" bila kelemahan signifikan/ significant deficiency;
O Angka "3" bila kelemahan material/ material weakness;
Kolom (3) dan (4) dapat diperbanyak sesuai kondisi
(5) diisi nilai rata-rata kolom (2) s.d. (4);
(6) diisi dengan tingkatan kelemahan rata-rata seluruh unit kerja yaitu:
LJ Angka "O" bila nilai. kolom (5) adalah <O, 1 - > tidak ada kelemahan
(kelemahan tereliminasi)
D Angka "l" bila nilai kolom (5) adalah 1,0 s.d. 1,5 -> kelemahan tidak
signifikan/ inconsequential;
J Angka "2" bila nilai kolom (5) adalah 1,6 s.d. 2,5 ->k elemahan
signifikan/ significant deficiency;
D Angka "3" bila nilai kolom (5) adalah 2,6 s.d. 3,0 ->kelemahan
material/ material weakness;
(7) diisi nilai penyesuaian oleh Tim Penilai tingkat wilayah/ eselon I, yaitu:
D Angka "l" untuk penyesuaian satu tingkat di atas s impulan awal;
D Angka "-1" untuk penyesuaianl tingkat di di b awah simpulan awal;
0 Angka "O" bila tidak ada penyesuaian;
Penyesuaian terutama didasarkan atas persentase nilai saji teridentifikasi~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -
7. Tim Penilai
Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi yang ditetapkan Entitas
Pelaporan untuk melakukan penilaian berdasarkan pertimbangan risiko ,
wajib membentuk Tim Penilai. Entitas Akuntansi berkoordinasi dengan
Entitas Pelaporan sebelum membentuk Tim Penilai dimaksud.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -
BUN/UAPPA BUN/UAKPBUN/UAPBUN/UAKBUN.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil kompilasi.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat
UAPA/UABUN.
d. Tim Penilai Tingkat UAPP:
1) Mengompilasi hasil penilaian tingkat UAPA dan UABUN.
2) Menilai dan menentukan tingkatan kelemahan dari hasil
kompilasi.
3) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat UAPP.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 85 -
. utama
Bila ada ris iko
utama yang
tidak ada
pengendalian
n ya , Tim
penilai telah
m emberikan
usulan
koreksi
(feedback)
untuk
dibuatkan
Perbaikan
Identifikasi
Risiko dan
Pengendalian
n ya (Tab el
A.1)
Perbaikan • Tim Penilai
Identifikasi tel ah
Risiko dan m enyusun
Pengendaliannya perbaikan
identifikasi
risiko dan
pengendalian
nya dengan
baik
Pengujian • Tim Penilai
Pengendalian telah menguji
Intern Tingkat PITE dan
Entita s m embuat
penilaian
s ecara wajar.
Pengujian PUTIK • Tim Penilai
telah menguji
PUTIK dan
membuat
penilaian
secara wajar.
Pengujian • Tim Penilai
Atribut telah
Pengendalian menentukan
sampel
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -
. dengan tepat.
Tim
telah
penilai
melakukan
reperformance
dengan tepat.
• Tim penilai
telah
m embuat
penilaian
secara wajar
Pengujian • Tim Penilai
Pengendalian telah menguji
Aplikasi pengendalian
aplikasi dan
m embuat
penilaian
Penilaian
Efektivitas
. secara wajar.
Tim Penilai
tel ah menilai
Implementasi implementasi
Pengendalian pengendalian
dan Penilaian dan menilai
Kelemahan kelemahan
Pengendalian pengendalian
secara wajar.
• Tim Penilai
telah
membuat
simpulan
PIPK secara
wajar dan
didukung oleh
bukti-bukti
yang dapat
diandalkan.
Penilaian • Tim Penilai
Kelemahan telah
Gabungan* membuat
simpulan
PIPK secara
wajar dan
didukung oleh
bukti-bukti
yang dapat
. diandalkan.
Tim Penilai
melakukan
p enyesuaian
dengan
p ertimbangan
yang sesuai.
• Tim Penilai
telah
membuat
simpulan
PIPK
gabungan
secara wajar
dan didukung
oleh bukti-
bukti yang
dapat
diandalkan.
** Simpulan k eseluruhan reviu PIPK:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 87 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88 -
Format I
Jakarta,
[Pimpinan Tim
Penilai]
[Nama]
NIP[ .................. ]
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89 -
Lampiran
Laporan Hasil
Penilaian
Temuan
No. Rekomendasi
Uraian Sebab Akibat
A. Kelemahan material/ material weakness
1
2
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90 -
Format II
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 91 -
PENDAHULUAN CHR*
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 92 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 93 -
Petunjuk Pengisian:
[1] Diisi d engan nama penyusun KKR, Paraf penyusun, dan tanggal penyusunan.
[2] Diisi dengan nama pereviu KKR, Paraf pereviu, dan tanggal pelaksanaan reviu.
[3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui), Paraf
yang bersangkutan, dan tanggal persetujuan.
[4] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[5] Diisi d engan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I
(UAPPA-E l) .
[6] Diisi d engan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah
(UAPPA-W).
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKP A) yang
direviu.
[8] Diisi dengan indeks KKR yang digunakan.
[9] Diisi den gan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[10] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[11] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[12] Diisi d engan indeks KKR yang digunakan.
[13] Diisi d engan simpulan PIPK terdampak/ tidak terdampak.
[14] Diisi d engan indeks KKR yang digunakan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
.- 94 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
. - 95 -
Format III
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 96 -
Laporan hasil reviu berisi pokok-pokok penting (ikhtisar eksekutif) yang dapat
dituangkan dalam b eberapa paragraf, yaitu:
A. Penugasan Reviu (diisi hal-hal yang terk a it pelaksanaan reviu PIPK seperti
penu gasan dan lain-lain)
C. Hasil Reviu (dapat diisi hasil reviu yang menyatakan apakah hal-hal yan g
direviu telah dilakukan tanpa penyimpangan, penyimpangan tidak s ignifikan,
atau penyimpangan .signifikan)
E. Tindak Lanjut (diisi tindak la njut yang telah dilakukan oleh Tim Penilai)
F. Simpulan (dapa t diisi simpulan PIPK oleh Tim P enilai terdampak a tau tidak
terdampak den gan penyimpangan signifikan setelah mempertimbangkan
tindak la njut Tim P enilai)
c::::::========--.tf7Ltt~BiR ~
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
TENTANG
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
Akrual;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
MEMUTUSKAN:
NEGARA/ LEMBAGA.
Pasal 1
Kementerian Negara/Lembaga.
Pasal 2
praktek reviu;
pelaksanaan reviu;
Kementerian Negara/Lembaga.
Pasal 3
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -
Pasal 4
Pasal 5
diundangkan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
Ditetapkan di Jakarta
31 Desember 2015
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 255/PMK.09/2015
TENTANG
STANDAR REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA
STANDAR REVIU
LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6-
DAFfAR ISi
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 7 -
Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 9 -
Tujuan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 9 -
Ruang Lingkup Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 10 -
Sasaran Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 10 -
Waktu Pelaksanaan Reviu - 10 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7-
Pendahuluan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(UU 1/2004) mengatur bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga
wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L), yang ketentuan pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai
Pasal 7 ayat (2) UU 1 /2004 tersebut, diatur bahwa Menteri Keuangan
'berkewajiban menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
pada tingkat pemerintah pusat berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang berlaku. Sejal8:n dengan itu, Pemerintah telah
menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) melalui . Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang berisi SAP dengan basis
akuntansi Kas Menuju Akrual sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2 0 1 0 yang berisi SAP dengan
basis akuntansi akrual.
2. Undang- Undang Nomor 1 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menetapkan bahwa pengakuan dan pengukuran pengelolaan keuangan
Negara dilakukan dengan basis akrual. Dalam Pasal 7 ayat ( 1 ) PP Nomor
7 1 Tahun 20 1 0 disebutkan bahwa penerapan SAP berbasis akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis Kas Menuju
Akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Penerapan SAP berbasis
akrual secara bertahap pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Sampai dengan tahun anggaran 2 0 1 4, Pemerintah
Pusat menerapkan SAP berbasis Kas Menuju Akrual dan komponen
laporan keuangan yang disusun dan disampaikan oleh Kementerian
Negara/Lembaga terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Dengan terbitnya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 270/PMK. 0 5/20 1 4 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Aktual pada Pemerintah Pusat, maka
sejak tahun anggaran 2 0 1 5, LK K/L yang semula disusun dengan SAP
berbasis Kas Menuju Akrual harus disusun dengan SAP berbasis akrual.
Dengan penerapan SAP berbasis akrual, komponen laporan keuangan
yang disusun dan disampaikan oleh Kementerian Negara/Lembaga terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO) ,
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, dan Catatan atas Laporan
www.jdih.kemenkeu.go.id
-8 -
Keuangan (CaLK) . Untuk rriewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, LK K/L harus dihasilkan melalui Sistem
Akuntansi lnstansi (SAi), disampaikan secara tepat waktu, disusun
dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan direviu.
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
3. Sesuai dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2 004, LK K/L
Semesteran dan Tahunan harus disertai dengan Pernyataan Tanggung
Jawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga. Pernyataan Tanggung Jawab memuat
pernyataan bahwa pengelolaan Anggaran Pendapatan clan Belanja Negara
(APBN) telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengenclalian Intern
(SPI) yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan SAP. Sebagai dasar pembuatan Pernyataan Tanggung Jawab
tersebut, Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga atau
pejabat yang ditunjuk oleh Sekretaris Jencleral/pejabat yang setingkat
harus melakukan reviu atas LK K/L Semesteran clan Tahunan, yang
hasilnya dituangkan clalam Pernyataan Telah Direviu. Hal tersebut
cliamanatkan clalam Pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 dan Pasal 57 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
4. Reviu atas LK K/L pacla hakikatnya bertujuan untuk meyakinkan
keanclalan informasi yang clisajikan clalam LK K/L Semesteran dan
Tahunan, namun mengingat keterbatasan waktu antara batas akhir
penyusunan LK K/L dan penyampaiannya kepacla Menteri Keuangan,
maka reviu dimaksud perlu dilaksanakan bersamaan clengan pelaksanaan
anggaran dan tidak menunggu setelah LK K/L selesai disusun. Selain itu,
mengingat peran dan fungsi pengawasan intern pemerintah dalam rangka
membantu dan mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,
maka rev1u atas LK K/L JUga bertujuan untuk membantu
Menteri/Pimpinan Lembaga dalam menghasilkan LK K/L yang berkualitas
clan clapat clipertanggungjawabkan.
5. Dengan mempertimbangkan kewajiban reviu clan peran pentingnya dalam
membantu peningkatan kualitas LK K/L serta amanat Pasal 57 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, perlu clisusun Stanclar
Reviu LK K/L sebagai pecloman clalam pelaksanaan reviu.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -
Definisi
6. Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LK K/L oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Kementerian
Negara/Lembaga yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi
·
Tujuan Reviu
8. Tujuan reviu adalah untuk:
a. membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LK K/L; dan
b. memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi LK K/L serta pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi sesuai dengan SAP kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga,
sehingga dapat menghasilkan LK K/L yang berkualitas.
9. Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan
dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan
dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
10. Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana
dalam audit, karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas
pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan
akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan
dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi,
pengamatan, atau konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilaksanakan dalam suatu audit.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
Ruang Lingkup Reviu
1 1 . Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntahsi
dan penyajian LK K/L, termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan
dokumen sumber yang diperlukan. Ruang lingkup reviu tidak mencakup
pengujian atas sistem pengendalian intern, catatan akuntansi, dan
dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan keterangan,
yang biasanya dilaksanakan dalam suatu audit.
1 2. Reviu dititikberatkan pada unit akuntansi dan/atau akun LK K/L yang
berpotensi tinggi terhadap permasalahan dalam penyelenggaraan
akuntansi dan/atau penyajian LK K/L. Reviu dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan berjenjang, yang mencakup unit-unit
akuntansi pada Kementerian Negara/Lembaga, yaitu UAKPA, UAPPA-W,
UAPPA- El dan UAPA, serta UAKPB, UAPPB -W, UAPPB- El dan UAPB.
Pendekatan berjenjang tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pada masing-masing tahapan reviu.
1 3 . Reviu terutama dilakukan melalui serangkaian aktivitas:
a. penelusuran LK K/L ke catatan akuntansi dan dokumen sumber;
b. permintaan keterangan mengenai proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi, serta
proses kompilasi dan rekonsiliasi LK K/L antara unit akuntansi
dengan Bendahara Umum Negara (BUN) secara berjenjang; dan
c. analisis untuk mengetahui hubungan clan hal-hal yang kelihatannya
ticlak biasa.
Sasaran Reviu
1 4. Sasaran reviu adalah Menteri/Pimpinan Lembaga memperoleh keyakinan
bahwa penyelenggaraan akuntansi telah sesuai dengan SAI clan LK K/L
disajikan sesuai clengan SAP, serta Menteri/Pimpinan Lembaga clapat
menghasilkan LK K/L yang berkualitas.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
dan penyampaiannya kepada Menteri Keuangan. Dengan waktu
pelaksanaan reviu sebagaimana tersebut di atas, diharapkan Aparat
Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga memiliki cukup waktu
untuk dapat membantu Menteri/Pimpinan Lembaga menghasilkan LK
K/L yang berkualitas.
Kompetensi Pereviu
1 6 . Untuk mendukung dan menJamm efektivitas rev1u atas LK K/L, perlu
dipertimbangkan kompetensi pereviu yang akan ditugaskan. Sesuai
dengan tujuan reviu atas LK K/L, maka tim rev1u secara kolektif
seharusnya memenuhi kompetensi sebagai berikut:
a. menguasai Standar Akuntansi Pemerirttahan (SAP);
b. menguasai Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi
(Sistem Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara);
c. memahami proses bisnis atau kegiatan pokok unit akuntansi yang
direviu;
d. menguasai dasar-dasar Audit;
e. menguasai teknik komunikasi; dan
f. memahami analisis basis data.
Obyektivitas Pereviu
1 7 . Pereviu harus obyektif dalam melaksanakan kegiatan reviu. Prinsip
obyektivitas mensyaratkan agar pereviu melaksanakan reviu dengan jujur
dan tidak mengkompromikan kualitas. Pereviu harus membuat penilaian
seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
2 0 . Keyakinan terbatas atas keandalan informasi antara lain diperoleh
dengan:
a. menilai proses rekonsiliasi internal antara data transaksi keuangan
dengan data transaksi BMN;
b. menilai proses rekonsiliasi eksternal antara data dari SAi dengan
data dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
c. menilai proses rekonsiliasi eksternal antara antara data dari SIMAK
BMN dengan data dari KPKNL; clan
d. menilai proses inventarisasi BMN oleh unit akuntansi.
2 1 . Keyakinan terbatas atas keabsahan informasi antara lain diperoleh
dengan:
a. menilai proses verifikasi dokumen sumber transaksi keuangan atau
transaksi BMN; dart
b. menilai proses otorisasi dokumen transaksi keuangan atau transaksi
BMN.
22. Keyakinan terbatas atas pengakuan, pengukuran, clan pelaporan
diperoleh dengan menilai penyaJian akun-akun dalam LK K/L
berdasarkan SAP.
Tahapan Reviu
2 3 . Untuk mendapatkan hasil yang memadai, reviu perlu dirancang dengan
baik pada tiap tahapan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, clan
pelaporan reviu.
24. Pada setiap tahapan reviu tersebut, Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan pihak
pihak yang terkait, baik penyusun laporan keuangan pada tingkat UAPA
clan UAPPA-El maupun instansi pemeriksa keuangan yaitu BPK RI.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
c. aktivitas penyelenggaraan akuntansi dan komponen LK K/L {LRA,
LO, LPE, Neraca, dan CaLK) yang direviu;
d. asersi yang dinilai dan langkab-langkab reviu yang dilaksanakan
untuk menilai asersi; dan
e. basil pelaksanaan langkab- langkab rev1u dan simpulan serta
komentar pereviu.
2 6 . Untuk dapat menjamin pengendalian mutu rev1u atas LK K/L, maka
dilakukan reviu atas KKR secara berjenjang menurut peran dalam Tim
reviu.
2 7 . Penyusunan KKR dilakukan pada saat pelaksanaan reviu dan barus
didokumentasikan serta disimpan dengan baik, untuk kepentingan
penelusuran kembali basil reviu dan pelaksanaan reviu atas LK K/L
periode berikutnya.
2 8 . Untuk setiap unit akuntansi yang direviu, simpulan dalam KKR
selanjutnya dituangkan dalam bentuk Catatan Hasil Reviu {CHR) dan
Ikbtisar Hasil Reviu (IHR) .
Pelaporan Reviu
29. Pelaporan reviu pada pokoknya mengungkapkan tujuan dan alasan
pelaksanaan reviu, prosedur reviu yang dilakukan, kesalaban atau
kelemaban yang ditemui, langkab perbaikan yang disepakati, langkab
perbaikan yang telab dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak atau
belum dilaksanakan.
3 0. Pelaporan reviu dibuat pada setiap tingkatan unit akuntansi mulai dari
UAKPA sampai dengan UAPA yang disajikan dalam bentuk CHR dan IHR.
Adapun pada tingkat UAPPA-El dan UAPA dapat disusun Laporan Hasil
Reviu {LHR) yang merupakan kompilasi dari CHR dan IHR pada selurub
unit akuntansi di bawabnya.
3 1 . Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga untuk membuat Pernyataan Telab Direviu
pada tingkat UAPA, yang antara lain menyatakan bahwa:
a. reviu telab dilakukan atas LK K/L berupa LRA, LO, LPE, Neraca, dan
CaLK untuk periode yang berakhir pada tanggal pelaporan keuangan;
b. reviu dilaksanakan sesuai dengan Standar Reviu Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga;
c. semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalab
penyajian manajemen Kementerian Negara/Lembaga;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
d. tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai
akurasi, keandalan, clan keabsahan informasi LK K/L serta
pengakuan, pengukuran, clan pelaporan transaksi sesuai dengan SAP
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga;
e. ruang lingkup reviu jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan secara keseluruhan;
f. simpulan reviu yaitu apakah LK K/L telah atau belum disajikan
sesuai dengan SAP; clan
g. paragraf penjelas (apabila diperlukan) , yang menguraikan perbaikan
material dalam penyelenggaraan akuntansi clan/atau koreksi
penyajian LK K/L yang belum atau belum selesai dilakukan oleh unit
akuntansi.
Kamus lstilah
32. Dalam Standar Reviu ini yang dimaksud dengan:
1) Akurasi informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L secara
benar dan tepat.
2) Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga adalah
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung
kepada menteri/pimpinan lembaga.
3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
4) Arsip Data Komputer (ADK) adalah ars1p data berupa disket atau
media pehyimpanan digital lainnya. yang berisikan data transaksi,
data buku besar, dan/atau data lainnya.
5) Asersi adalah pernyataan pimpinan satuan kerja bahwa Laporan
Keuangan telah disusun berdasarkan SAi dan telah disajikan sesuai
dengan SAP.
6) Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
yang pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai dengan
peraturan pemerintah terkait.
7) Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
8) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah laporan yang
menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA dan Neraca
dalam rangka pengungkapan yang memadai.
9) Dokumen Sumber (DS) adalah dokumen yang berhubungan dengan
transaksi kel'.langan yang digunakan sebagai sumber atau bukti
untuk menghasilkan data akuntansi.
10) Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
1 1 ) Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang - undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban·berupa Laporan Keuangan.
1 2) Keabsahan informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L yang
didukung dengan dokumen sumber transaksi yang sah dan
memenuhi persyaratan ketentuan perundang-undangan.
1 3) Keandalan informasi adalah penyajian informasi dalam LK K/L yang
didasarkan pada fakta secara jujur, dapat diverifikasi, bebas dari
pengertian menyesatkan, dan bebas dari kesalahan material.
1 4) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) adalah Kementerian
Negara/Lembaga pemerintah non Kementerian Negara/Lembaga
Negara atau Bagian Anggaran APBN yang wajib membuat laporan
keuangan.
1 5) Laporan Keuangan (LK) adalah bentuk pertanggungjawaban
pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, laporan operasional, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih, clan
CaLK. bentuk pertanggungjawaban Kementerian Negara/Lembaga
atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan
h--
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
yang dihasilkan dari proses akuntansi.
16) Laporan Operasional (LO) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan.
1 7) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) adalah laporan yang menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
1 8) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing
masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
1 9) Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab
atas pengelolaan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
2 0) Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
Kementerian Negara/Lembaga, yaitu aset, utang, dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
2 1 ) Pelaporan transaksi adalah pengelompokan dan penyajian suatu
transaksi ke dalam akun Laporan Keuangan berdasarkan kriteria
yang diatur dalam SAP.
2 2) Pengakuan transaksi adalah penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu transaksi dalam catatan akuntansi sehingga
menjadi bagian yang melengkapi unsur akun Laporan Keuangan.
Kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh suatu transaksi untuk
diakui adalah: (a) terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
yang berkaitan dengan transaksi tersebut akan mengalir keluar dari
atau masuk ke dalam entitas pelaporan; dan (b) transaksi tersebut
mempunyat nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi
dengan andal.
23) Pengukuran transaksi adalah penetapan nilai uang transaksi untuk
dapat diakui dan dimasukkan ke dalam akun Laporan Keuangan.
Pengukuran akun dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai
perolehan historis, dimana: (a) aset dicatat sebesar pengeluaran
kas/setara kas/nilai wajar dari imbatan yang diberikan untuk
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
memperoleh aset tersebut, dan (b) kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal.
24) Penyajian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga adalah
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian
Negara/Lembaga.
2 5) Penyelenggaraan akuntansi adalah serangkaian kegiatan pemrosesan
data untuk menghasilkan Laporan Keuangan, mulai dari
pengumpulan, pencatatan, dan pengikhtisaran data.
2 6) Pereviu adalah Aparat Pengawasan Intern Kementerian
Negara/Lembaga atau beberapa orang pejabat yang ditunjuk oleh
Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat pada Kementerian
Negara/Lembaga untuk melaksanakan tugas reviu LK K/L.
2 7) Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan
penyajian LK K/L oleh auditor Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Negara/Lembaga yang kompeten untuk memberikan
keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan
berdasarkan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi dan
LK K/L telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk
menghasilkan LK K/L yang berkualitas.
2 8) Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian
Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
dari suatu program.
29) Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) adalah
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi, mulai
dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kemertterian
Negara/Lembaga.
30) Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi,
ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku, dan
keandalan penyajian Laporan Keuangan.
3 1) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah, dhi. Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun
�
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
2010 clan Buletin Teknis (Bultek) yang diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.
32) Unit Akuntansi clan Pelaporan Keuangan adalah unit orgamsas1
Kementerian Negara/Lembaga yang bersifat fungsional yang
melaksanakan fungsi akuntansi clan pelaporan keuangan instansi
yang terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan clan Unit Akuntansi
Barang.
33) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) adalah unit
akuntansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat
satuan kerja.
34) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
adalah unit akuntansi ada tingkat wilayah atau unit kerja lain yang
ditetapkan sebagai UAPPA-W yang melakukart kegiatan
penggabungan Laporan Keuangan seluruh UAKPA yang berada dalam
wilayah kerjanya.
3 5) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-El)
adalah unit akuntansi pada tingkat Eselon I yang melakukan
kegiatan penggabungan Laporan BMN seluruh UAPPB-W yang berada
di wilayah kerjanya serta UAKPB yang langsung berada di bawahnya.
36) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) adalah unit akuntansi
pada tingkat kementerian negara/lembaga (Pengguna Anggaran) yang
melakukan kegiatan penggabungan Laporan Keuangan seluruh
UAPPA-El yang berada di bawahnya.
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 255/PMK.09/ 2015
TENTANG
STANDAR REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
DAFTAR ISi
Pendahuluan - 21 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tahapan Reviu . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 21 -
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perencanaan Reviu . . . .. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
. . . . . . . . . . . . . . . . - 22 -. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pelaksanaan Reviu . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 25 - . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
Pendahuluan
1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu atas LK K/L dimaksudkan sebagai
petunjuk pelaksanaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkan hasil reviu atas LK K/L, serta digunakan untuk pembinaan
dan peningkatan kualitas LK K/L.
2. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Reviu atas LK K/L ini menguraikan kegiatan
yang perlu dilakukan pada tiap tahapan reviu, termasuk di dalamnya
prosedur reviu yang berisi serangkaian langkah yang dilaksanakan oleh
pereviu dalam menelaah penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK
K/L.
Tahapan Reviu
3. Tahapan reviu meliputi perencanaan rev1u, pelaksanaan reviu, dan
pelaporan reviu. Tahap perencanaan rev1u pada pokoknya meliputi
kegiatan untuk menyeleksi dan menentukan obyek reviu, proses
penyelenggaraan akuntansi dan akun LK K/L yang akan direviu, dan
pemilihan langkah - langkah reviu. Tahap pelaksanaan reviu mencakup
kegiatan penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan LK K/L pada
unit reviu, serta penyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR). Tahap pelaporan
reviu mencakup kegiatan penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR), Ikhtisar
Hasil Reviu (IHR), dan Laporan Hasil Reviu (LHR), yang dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat UAKPA sampai dengan tingkat UAPA.
4. Sebagai dukungan atas pelaksanaan reviu, pereviu dapat melakukan
pendampingan terhadap unit akuntansi Kementerian Negara/Lembaga
selama pelaksanaan pemeriksaan LK K/L oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Rangkaian aktivitas pendampingan pemeriksaan BPK
diawali melalui koordinasi dengan penyusun LK K/L pada tingkat UAPA
(Biro Perencanaan Keuangan Sekretariat Jenderal) dan penyusun LK K/L
pada tingkat UAPPA-E l (Bagian Keuangan Sekretariat Eselon 1 ). Kegiatan
ini dilakukan paling tidak pada tingkat E- 1 , namun tidak menutup
kemungkinan juga dilakukan pendampingan pada unit- unit akuntansi di
bawahnya sesuai dengan kebutuhan. Tujuan kegiatan pendampingan
adalah untuk membantu efektivitas pelaksanaan pemeriksaan LK K/L
oleh BPK. Sejumlah aktivitas yang dilakukan dalam pendampingan
pemeriksaan BPK antara lain adalah :
a. menjelaskan kepada BPK mengenai hasil reviu atas LK K/L agar
dapat digunakan oleh BPK;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
Untuk lebih dapat menjamin pengendalian mutu reviu atas LK K/L, maka
KKR yang disusun oleh AT harus direviu oleh KT, untuk selanjutnya
disetujui oleh PT apabila diperlukan. Reviu dan persetujuan atas KKR
dibuktikan dengan membubuhkan inisial, paraf/tanda tangan dan tanggal
saat KKR tersebut direviu dan disetujui. Penyusunan KKR dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan reviu, dengan menggunakan contoh
sesuai Format 2 Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. KKR harus
didokumentasikan dan disimpan dengan baik, untuk kepentingan
penelusuran kembali hasil reviu dan pelaksanaan reviu atas LK K/L
berikutnya.
Pelaporan Reviu
14 . Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada
pertanggungjawaban pelaksanaan rev1u yang pada pokoknya
mengungkapkan prosedur rev1u yang dilakukan, kesalahan atau
kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati, langkah
perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak atau
belum dilaksanakan. Laporan tersebut merupakan dasar penyusunan
Pernyataan Telah Direviu.
15. Pelaporan reviu dibuat pada setiap tingkatan unit akuntansi mulai dari
UAKPA sampai dengan UAPA yang disajikan dalam bentuk CHR dan IHR.
Adapun pada tingkat UAPPA-El dan UAPA dapat disusun Laporan Hasil
Reviu (LHR) yang merupakan kompilasi dari CHR dan IHR pada seluruh
unit akuntansi di bawahnya.
16. Penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR). Dalam hal pereviu menyimpulkan
terdapat penyusunan LK K/L yang belum diselenggarakan berdasarkan
SAi dan/atau penyajian LK K/L belum sesuai dengan SAP, maka pereviu
harus membuat Catatan Hasil Reviu (CHR) kepada unit akuntansi yang
terkait. Hal-hal yang harus diuraikan dalam CHR antara lain adalah :
a. Penyelenggaraan akuntansi yang harus diperbaiki dan/atau LK K/L
(LRA, LO, LPE, Neraca, CaLK) yang harus dikoreksi.
b. Permasalahan yang dihadapi oleh unit akuntansi dalam penyusunan
LK K/L berdasarkan SAi dan/atau penyajian LK K/L sesuai SAP.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
butir 4), prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca tingkat UAPA
dititikberatkan pada penelaahan atas proses kompilasi LRA LO, LPE, dan
Neraca UAPPA-El yang berada dibawahnya serta proses rekonsiliasi
Laporan Keuangan UAPA dengan Dit. APK.
Prosedur reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPA disusun dengan
menggunakan kerangka sebagai berikut :
a. Tujuan prosedur reviu, yaitu untuk memastikan terpenuhinya
akurasi, kehandalan, dan keabsahan LRA, LO, LPE, dan Neraca
UAPA;
b. Dokumen yang diperlukan untuk kepentingan reviu LRA, LO, LPE,
dan Neraca UAPA;
c. Langkah-langkah reviu LRA, LO, LPE, dan Neraca UAPA; dan
d. Prinsip dasar reviu, yaitu jika ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pengungkapan informasi keuangan, maka pereviu
bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan
perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan
·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
Prosedur reviu CaLK dan Lampiran LK UAPA serupa dengan prosedur reviu
CaLK dan Lampiran LK UAKPA (Format 11 Lampiran II Peraturan Menteri
Keuangan ini) .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
FORMAT 1:
SURAT TUGAS
[Nomor Surat Tugas]
�-'���--=�-���;��;��:�::-��� :���-=�
I. . . _ . . . . . . . . .- . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. .. .. . . . . ... . ... . .._ _ -·· - -········ ·- ··-· ��.(���1.::.!. ��---�-�-�1.��---�-�-��--�:��L._. . . . .
-·· ·-- - ·---·············
[ ···- ·· · -······--· ··--·--·····-········ ··-·············· ·····------··· ··-· · ··-·- ···---·-·· ···--····-·· --- --- --- -��< ���-1.::.L�� -��-�1._i_..
- - � .:�.1.�-�- -�-�=�-�
- ---------············
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
[Nama Terang]
[NIP]
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
FORMAT 2:
UAPPA-E l D [6]
UAPPA-W D [7 )
UAKPA D [8]
D Neraca D CaLK
Akun/ Segmen [ 1 0]
Penyelengga raan
Akuntansi
[1 1]
[ 1 5]
. Petunjuk Pengisian:
[1] Diisi dengan Nomor Indeks KKR.
[2] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan.
[3] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu .
[4] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
[SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA
El).
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-
W) .
[8] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu.
[9] Dicontreng Laporan Keuangan yang direviu.
[ 1 0] Diisi dengan akun yang menjadi ruang lingkup KKR.
[ 1 1] Diisi dengan langkah-langkah reviu yang dipilih.
[ 1 2] Diisi dengan judul KKR Pendukung untuk tiap Jangkah reviu.
[ 1 3] Diisi dengan Nomor Indeks KKR Pendukung.
[ 1 4] Diisi dengan Kesimpulan atas pelaksanaan langkah-langkah reviu .
[ 1 5] Diisi dengan Komentar-komentar dari Pereviu KKR atau pemberi persetujuan KKR.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
D Neraca D CaLK
Akun/Segmen Belanja
Penyelenggaraan
Akuntansi
:;��;''!' ,l!c1::.
1 . Teliti apakah rekonsiliasi Belanj a telah dilakukan antara unit akuntansi dengan KPPN melalui permintaan
keterangan dan penelusuran ke Berita Acara Rekonsiliasi.
2. Lakukan uji petik atas transaksi Belanja dan teliti apakah setiap transaksi tersebut telah didukung dokumen
pengeluaran yang sah, melalui penelusuran ke dokumen SPM dan SP2D.
3 . Teliti apakah pengembalian Belanja hanya merupakan trarisaksi pengembalian Belanja untuk periode
berjalan, melalui permintaan keterangan dan penelusuran jumal transaksi ke dokumen SSPB.
4. Teliti apakah pengembalian Belanj a periode sebelumnya telah diakui dan dicatat sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak, dengan melakukan permintaan
. keterangan dan penelusuran jurnal trarisaksi ke dokumen
�B�
!ij���:·'.fi�1�����\�1i(F.�.i\·:···
1 . Penelaahan Rekonsiliasi Belanja dengan KPPN BEL- 1 . 0
:�l�1PS4�,·'
1 . Terdapat 2 buah SP2D belanja modal yang belum diinput senilai Rp l S0.000.000,00.
2 . Setiap transaksi hasil uji petik telah sesuai dengan dokumen yang sah.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
D Neraca D CaLK
Akun / Segmen Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penyelenggaraan Akuntansi
\t�#J��;�,,���
� �
1 . Teliti apakah seluruh PNBP-LO tahun berjalan telah dicatat ke dalam Buku Besar sesuai dengan dokumen
sumber.
2. Teliti apakah PNBP-LO diakui/ dicatat pada saat timbulnya hak/kewajiban dan tidak semata-mata p ada saat kas
masuk/keluar ke/dari kas negara dengan melakukan uji petik ke dokumen sumber.
3. Teliti apakah PNBP-LO Diterima Dimuka yang merupakan pendapatan pada periode berjalan telah dilakukan
penyesuaian.
4. Teliti apakah PNBP-LO Yang Masih Harns Diterima yang merupakan pendapatan pada periode berj alan telah
dilakukan penyesuaian.
5. Teliti apakah informasi terkait PNBP-LO telah disajikan secara memadai dalam CaLK.
1 . Seluruh PNBP-LO telah dicatat k e dalam Buku Besar sesuai dengan dokumen sumber.
2. Dari basil uji petik, PNBP-LO telah diakui/ dicatat pada saat timbulnya hak/kewajiban dan tidak semata-mata
pada saat kas masuk/keluar ke /dari kas negara sesuai dengan dokumen sumber.
3. PNBP-LO lebih saji sebesar Rp25 . 000.000, karena satker belum melakukan penyesuaian atas PNBP Diterima
Dimuka yang bukan merupakan pendapatan periode berjalan sebesar Rp2 5 . 000.000.
4 . PNBP-LO Yang Masih Harus Diterima yang merupakan pendapatan pada periode berjalan telah dilakukan
penyesuaian.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
D Neraca D CaLK
·
:.���1¥.�����-�-�P.�l��Ji · · ·. · ·�r�;�*�::��i��,�{!;�- �: 5���t�f���i����.:. ;/
.
1. Teliti apakah Saldo Awal Ekuitas telah sesuai dengan Saldo Ekuitas Neraca periode sebelurnny a.
2. Teliti apakah setiap Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/ Kesalahan Mendasar telah
didukung dengan dokumen sumber.
3. Teliti apakah nilai akun Diterima Dari Entitas Lain (DDEL) dalam Neraca Percobaan telah sesuai dengan nilai
Pendapatan dalam LRA. Contoh: ketidaksesuaian DDEL dengan Pendapatan disebabkan salah jurnal oleh
operator.
4. Teliti apakah nilai akun Ditagihkan Ke Entitas Lain (OKEL) dalam Neraca Percobaan telah sesuai dengan
nilai belanja dalam LRA. Contoh: ketidaksesuaian OKEL dengan Pendapatan disebabkan salah jurnal oleh
operator.
5. Teliti apakah seluruh aset yang diterima oleh satker yang berasal d ari luar entitas akuntansi telah tercatat
pada akun Transfer Masuk.
6. Teliti apakah seluruh aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun Transfer Keluar.
7. Teliti apakah transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar telah didukung dengan dokumen sumber
pencatatan yang sah. Contoh: Akun Transfer masuk atas aset tetap yang diterima oleh satker telah sesuai
dengan Laporan Daftar BMN dan telah didukung oleh Berita Acara Serah Terima (BAST) .
8. Teliti apakah koreksi hasil reviu atas Surplus/Defisit Laporan Operasional (jika ada) telah diperhitungkan
pada LPE.
9. Teliti apakah unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
1 . Penelahaan kesesuaian saldo awal Ekuitas dengan saldo akhir Ekuitas periode sebelumnya LPE- 1 . 0
2 . Uji petik dokumen sumber atas Dampak Kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/ LPE-2.0
kesalahan mendasar.
7 . Uji petik dokumen sumber atas transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar LPE-7 . 0
9. Pengungkapan unsur-unsur pada Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan LPE-9. 0
Keuangan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
1 . Ekuitas awal telah sesuai dengan dengan Saldo Ekuitas Neraca periode sebelumnya.
2. Seluruh aset yang diterima oleh satker yang berasal dari luar entitas akuntansi hasil uji petik telah tercatat
pada akun transfer masuk dan seluruh aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun
transfer keluar.
3 . Akun Diterima Dari Entitas Lain (DDEL) dalam neraca percobaan telah sesuai dengan nilai pendapatan
dalam LRA.
4. Akun Ditagihkan Ke Entitas Lain (DKEL) dalam neraca percobaan telah sesuai dengan nilai belanja dalam
LRA.
5. Berdasarkan hasil reviu , diketahui bahwa terdapat Transfer Masuk Peralatan dan Mesin berupa Komputer
dari Kantor Pusat DJP senilai RpS0 . 000. 000,00 yang belum dicatat sebagai Transfer Masuk.
6. Aset yang keluar dari entitas akuntansi telah tercatat pada akun Transfer Keluar.
7. Transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar telah didukung dengan dokumen sumber yang sah .
8 . Koreksi hasil reviu atas akun surplus/defisit L O telah disesuaikan pada LPE.
Berdasarkan hasil reviu, diketahui terdapat koreksi kurang sebesar Rp2 5 . 000.000 atas Surplus/Defisit
Laporan Operasional yang berasal dari koreksi atas nilai PNBP-LO.
9. Unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
x Neraca 0 CaLK
Akun/Segmen
Aset Tetap
Penyelengga raan
Akuntansi
;�.�#�¥.�:�{F��Jij·��!;�:· i ��git�:t.\t�i·:��[:;T�!ff�.���.t,!:f:;;.�f;�t��i�l'.��:{t��\�:
1. Teliti apakah saldo Aset Tetap di Neraca telah sesuai dengan rincian Aset Tetap di CaLK, melalui penelaahan
CaLK.
2. Teliti apakah saldo Aset Tetap d i Neraca telah sesuai dengan Lampiran BMN, melalui penelaahan Lampiran
BMN.
3. Teliti apakah Aset Tetap (misalnya Tanah, Gedung dan Bangunan, Kendaraan Operasional) yang tidak
didukung dengan dokumen yang sah telah diungkapkan dalam CaLK.
4. Teliti apakah Aset Tetap yang tidak dimanfaatkan d an atau dimanfaatkan oleh pihak yang ti d ak berhak
telah diungkapkan dalam CaLK melalui permintaan keterangan.
5. Teliti apakah setiap Belanja Modal telah dibukukan sebagai penambahan Aset Tetap atau Aset Lain-lain,
melalui rekonsiliasi antara Daftar Realisasi Belanja Modal dengan penambahan Aset Tetap atau Aset Lain
. lain yang berasal dari pembelian, pengembangan nilai aset, Aset Tetap dalam renovasi, perolehan KDP, dan
pengembangan KDP.
6. Teliti apakah mutasi tambah dan mutasi kurang yang telah dibukukan dalam SIMAK-BMN telah didukung
dengan dokumen sumber untuk transaksi Transfer Masuk, Reklasifikasi Masuk, Pertukaran, Perolehan
Lainnya, Pengurangan Nilai Aset, Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas, Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset,
Penerimaan Aset Tetap Renovasi, Penghapusan, Transfer Keluar, Hibah (Keluar) , Reklasifikasi Keluar,
Koreksi Pencatatan, Penghentian Aset dari Penggunaan, Saldo Akhir Tahun Berjalan, melalui penelusuran
ke dokumen-dokumen yang terkait.
7. Teliti apakah untuk Aset Tetap yang dalam kondisi Rusak Berat/Usang. telah direklasifikasi ke Aset Lainnya,
melalui permintaan keterangan dan penelusuran dokumen Berita Acara Penghentian Penggunaan Aset
Tetap ke akun Aset Lainnya.
8. Teliti apakah Penyusutan Aset Tetap telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
:!{��ll.1!��-��..��-���7{tt;.�i�iJ;·e,,���i�?T,f:
1 . Penelaahan Kesesuaian Saldo Aset Tetap dengan CaLK AT- 1 00
5. Rekonsiliasi Belanja Modal dengan Penambahan Aset Tetap dari Pembelian AT-500
1. Terdapat selisih nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan sebesar Rp50 . 000.000,00 yang kurang
diungkapkan dalam CaLK.
2. Terdapat kurang saji Aset Tetap berupa Peralatan d an Mesin d i Neraca sebesar Rp25 . 000.000,00 karena
ADK SIMAK-BMN yang diinput ke SAKPA belum yang terakhir.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
3. Terdapat 2 bidang tanah senilai Rp300 .000. 000,00 yang belum didukung dengan sertifikat kepemilikan dan
belum diungkapkan dalam CaLK.
4. Penjelasan pemanfaatan aset tetap:
a. Terdapat 1 bidang tanah senilai Rp 500.000. 000,00 yang tidak dimanfaatkan (tanah kosong) belum
diungkapkan dalam CaLK.
b. Terdapat 5 Gedung dan Bangunan berupa rumah dinas yang ditempati oleh pihak yang tidak berhak
(pensiunan) belum diungkapkan dalam CaLK.
5. Rekonsiliasi belanj a modal dengan penambahan Aset Tetap dari pembelian:
a. Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp30. 000.000,00 karena terdapat terdapat
pembelian Peralatan dan Mesin yang belum diinput dalam SIMAK-BMN.
b. Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp l 0 . 000. 000,00 yang berasal dari belanja
barang (pembelian notebook dengan menggunakan mata anggaran belanja barang) dan belum diinput di
SIMAK-BMN serta belum diungkap dalam CaLK.
6. Terdapat Transfer Masuk Peralatan dan Mesin berupa komputer senilai Rp50.000.000,00 yang belum
dicatat . . Uji petik telah dilakukan terhadap mutasi Aset Tetap, dimana seluruh transaksi mutasi Aset Tetap
telah didukung dengan dokumen sumber.
7. Terdapat Peralatan dan Mesin yang sudah ru sak berat senilai Rp200 . 000.000,00 yang belum direklasifikasi
ke Aset Lainnya.
8. Perhitungan Penyusutan telah sesuai dengan ketentuan.
KKR lengkap .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
D Neraca X CaLK
Akun/ Segmen
Seluruh Akun dan Lampiran LK.
Penyelenggaraan
Akuntansi
;��ri,--�,���'#'��'.i����
1. . . . . . . .
.... .... ...... . ..... . . . . . . . . . .
. .. ... .. . ...... .................
2. Teliti apakah Aset Tetap disajikan dan diungkapkan secara memadai, dengan mengungkapkan:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carryin g amount) ;
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: penambahan, pelepasan,
akumulasi penyusutan, dan perubahan nilai Uika ada) , mutasi aset tetap lainnya;
c. Informasi penyusutan;
d. Eksistensi dan batasan hak milik aset tetap;
e. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi aset tetap;
f. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
g. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap;
h. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal tambahan yang harus
diungkapkan: dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap, tanggal efektif penilaian kembali,
nama penilai independen Uika ada) , hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
pengganti, nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
3. dst.
1.
2. Pengungkapan Aset Tetap poin a, d , f, g, h telah memadai sedangkan poin b dan e belum memadai.
3. Dst
KKR lengkap .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
FORMAT 3:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
UAPPA-El D [SJ
UAPPA-W D [6)
UAKPA 0 (7)
Penyelenggaraan Akuntansi:
[8) [9)
Penyajian LK:
A. LRA
[ 1 0) [1 1)
B. LO
[ 1 2) [ 1 3)
C. LPE
[ 1 4] [ 1 5]
D. Neraca
[ 1 6) [ 1 7]
E. CaLK
[ 1 8] [ 1 9)
[20]
[2 1 ) [25]
(22] [26]
[23] [27]
[24] [28]
Petunjuk Pengisian:
[ 1 ] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan.
[ 2 ] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu.
[3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
[4] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[ SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA-E l ) .
[6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) .
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu .
[8] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyelenggaraan akuntansi berupa temuan reviu dan
usulan perbaikan yang diberikan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -
[9] Diisi dengan indeks KKR akun yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 0 ] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LRA berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 1 ] Diisi dengan indeks KKR akun LRA yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 2] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LO berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 3] Diisi dengan indeks KKR akun LO yang diberikan catatan hasil reviu
[ 1 4] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian LPE berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun
1 5
[ ] Diisi dengan indeks KKR akun LPE yang diberikan catatan hasil reviu
[ 1 6] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian Neraca berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[ 1 7] Diisi dengan indeks KKR akun Neraca yang diberikan catatan hasil reviu .
[ 1 8] Diisi dengan catatan hasil reviu atas penyajian CaLK berupa temuan reviu dan usulan
perbaikan yang diberikan untuk tiap akun.
[20] Diisi dengan koreksi/ perbaikan yang belum dilakukan atau tidak disetujui oleh unit
[ 1 9] Diisi dengan indeks KKR CaLK yang diberikan catatan hasil reviu .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
:y€���i'¢:��;'.f���J!i'.���ii���Wf�j¥��f.�d���1���i)lfP1.�&i;W�l�%��)�YiitI�ial�l��-�;tlt�W�f.��� :1�����1�1r���f
Penyelenggaraan Akuntansi:
1 . Jurnal Koreksi penambahan Akun Persediaan sebesar Rp l .000.000,00 belum didukung KKR-NRC
dengan dengan Memo Penyesuaian.
2 . Terdapat Aset Tetap berupa Gedung d an Bangunan yang diperoleh sebelum 2005 yang KKR-AT
belum dilakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP) oleh DJKN dan masih diberi nilai Rp l ,00
dalam SIMAK BMN.
3 . Terdapat transfer keluar Peralatan d an Mesin berupa komputer senilai Rp50.000.000,00 KKR-AT
yang tidak didukung dengan dokumen sumber.
4 . dst.
Penyajian LK:
A. LRA
1. Pendapatan
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
2. Belanja
Terdapat 2 buah SP2D belanja modal yang belum diinput senilai Rp l 50 . 000.000,00. KKR-BEL
B. Neraca
2. Aset Tetap
1 ) Terdapat Peralatan d an Mesin berupa 5 kendaraan bermotor yang sudah dilakukan KKR-AT
IP oleh DJKN dan sudah ada berita acaranya (LP-0 1 ) namun belum diinput ke
SIMAK BMN senilai Rp450 .000.000,00.
2) Terdapat Peralatan dan Mesin yang sudah rusak berat senilai Rp200 .000.000,00
yang belum direklasifikasi ke Aset Lainnya.
3) Terdapat selisih nilai A set Te tap berupa Gedung dan Bangunan sebesar
Rp50.000.000,00 yang kurang diungkapkan dalam CaLK.
4) Terdapat kurang saji Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar
Rp25. 000 . 000,00 karena SIMAK-BMN yang diinput ke SAKPA belum yang terakhir.
5) Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp30.000.000,00
karena terdapat belanja modal yang belum diinput dalam SIMAK-BMN.
6) Terdapat kurang saji Peralatan dan Mesin di Neraca sebesar Rp l 0 . 000.000,00 yang
berasal dari belanja barang (beli notebook dengan menggunakan mata anggaran
belanja barang) dan belum diungkap dalam CaLK.
.
. ... . . . . . . . .
... .......... . . ........... ........ . . . .
2. Aset Tetap
1 ) Terdapat 2 bidang tanah senilai Rp300.000 . 000,00 yang belum didukung dengan KKR-AT
sertifikat kepemilikan dan belum diungkapkan dalam CaLK.
2) Terdapat 1 bidang tanah senilai Rp 500.000. 000,00 yang tidak dimanfaatkan
(tanah kosong) belum diungkapkan dalam CaLK.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
3) Terdapat 5 Gedung dan Bangunan berupa rumah dinas yang ditempati oleh pihak
yang tidak berhak (pensiunan) belum diungkapkan dalam CaLK.
_tt?i��i.Z�����-��,1i�!ij����(_' ������€i-�
���i1FJ;
__
Belum dilakukan penginputan Peralatan dan Mesin sebesar Rp30 . 000.000,00 yang berasal dari belanja modal.
20 Januari 20 1 6 20 Januari 20 1 6
Pengendali Teknis Kepala KPP " 1 23"
J. Makson M. Jakson
NIP 1 9660202 2000 1 1 1 00 1 NIP 1 9660202 2000 1 1 1 002
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
FORMAT 4:
UAPA D [4]
UAPPA-El D [SJ
UAPPA-W D [6 )
UAKPA D ( 7]
1 Penerimaan Pajak xxx. xxx .JCICll: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
B Belanja xxx .xxx .m xxx. xxx xxx . xxx m.m xxx . m.xxx
1 Belanja Pegawai m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . m.m
2 Belanja Barang m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . m
3 Belanja Modal m.m.m xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx. m.xxx
Dlkorebi
. Sudah , ···· · Belum Korekai
· No Nama Aku.n .. ReVi.u · : Kore.kai
. . . (Rp) · �
Dlk � eks { '
;
Haall Reviu
(Rp) .
, (Rp) : ..{ I " · , . · (Rp) . (Rp)
(8] [9] [10) [ 1 1) (12] ( 1 3) [14]
1 Pendapatan Perpajakan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx . xxx
Pajak
1 Beban Pegawai xxx . xxx .xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
2 Beban Persediaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
3 Beban Barang dan Jasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx
4 Beban Pemeliharaan xxx .xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
5 Beban Perjalanan Dinas xxx . xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
c Kegiatan Non Op erasional xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.xxx: . xxx
Kegiatan Non Operasional xxx . xxx . xxx: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
Lainnya
Operasional Lainnya
D Pos Luar Biasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
Behan Luar Biasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Status _Koreksi
Sebel\un Usulan
·; Setelah
\ Belum
�ucl��; : Hasll Rev:l,u
korelud
(Rpj - (Rp)
, .. .,
2 Surplus Laporan
xxx . xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Operasional
3 Dampak Kumulatif
Mendasar
. Koreksi Nilai
xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
Persediaan
4 (Surplus+ Dampak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Kumulatif)
Kenaikan/ Penurunan
5 xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
Ekuitas
6 Ekuitas Akhir xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
'• . .
• ·
i!lt!'tus ,Ko�eksl
. · '· Setelah Korekd
. Sudah.'.: <
Sebelum Re.viu Usulan Koreksl
:· : Dlkoreksl
No Nama· Akun Hasli Reviu
. fRp) fRp) Belum
fRp)
._
Dlkoreksi (Rp)
. .
. . IRpJ
A Ase t m.XJ1C11: . x:xx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .x:xx . xxx
2 Kas di Bendahara Penerimaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx .xxx
3 Setara Kas xxx .m.xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx m.xxx .xxx
4 Piutang Pajak xxx . xxx .xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
5 Piutang Bukan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xx:x.xxx
6 Persediaan xxx .m.xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJCIE.xxx . m
7 Investasi Jangka Panjang xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.ll:XX . XXX
8 Aset Tetap xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx lDCl:.XXX . XXX
. Tan ah xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .m.m
. Peralatan dan Mesin xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx .xxx
. Gedung dan Bangunan xxx .xxx . x:xx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJIDl:.XXX: . XXX
. Jalan, lrigasi dan J �ringan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx
. Aset Tetap Lainnya xxx . xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . xxx
.
xxx .xxx
Konstruksi Dalam
xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .m
Pengerjaan
9 Aset Lainnya xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . m.m
B Kewajiban xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
c Ekultas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx .m.xxx
Petunjuk Pengisian:
( 1 ] Diisi dengan nama penyusun KKR dan tanggal penyusunan .
( 2] Diisi dengan nama pereviu KKR dan tanggal pelaksanaan reviu .
( 3] Diisi dengan nama pengendali teknis tim reviu (yang berwenang menyetujui) .
(4 ] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) .
[ SJ Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon l (UAPPA-E l ) .
( 6] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) .
[7] Diisi dengan nama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang direviu .
( 8] Diisi dengan Nomor Urut.
( 9] Diisi dengan nama akun LK.
( 1 0] Diisi dengan nilai akun sebelum koreksi.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
[ 1 1 ] Diisi dengan usulan nilai koreksi hasil reviu, termasuk nilai koreksi bawaan dari unit
akuntansi tingkat di bawahnya.
[ 1 2] Diisi dengan nilai koreksi yang telah dilakukan oleh unit akuntansi.
[ 1 3] Diisi dengan nilai koreksi yang belum dilakukan oleh unit akuntansi.
[ 1 4] Diisi dengan nilai akun seharusnya setelah koreksi.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -
No _ Nama Akun
1 Penerimaan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx m.xxx .xxx
B Belanja :icci: . :icci: . xxx :icci: . :icci: xxx . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: .:icci:
Belanja Pegawai :icci: . :icci: . :icci: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . m
2 Belanja Barang XXX . JIXX . XKX xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XX:X . XXX • .JCDl
Seb.�. l�m.
. .: _: :�
·
· . Statµ. .JCoreksl ..
Setelah Uaulan
;;
,_,_.,,
.
Revl�
. Uaulan
Koreksf> .
��:�:�f�'.:: �/·:P;i·> :.;· .
.
. Beluni
No Nama Akuii . . . Reviu
.. ·.
J{orekal
Dlkorekid · H�sll
. ;•
·
(RJI) (RpJ
(9)
"
(8) (14)
.· · . . (Rp )
. (Rp) :::;1 .'.;.;,
(Rp)
( 1 0) ( 1 1) ( 1 2) ( 1 3)
A. Pendap atan Operaslonal :icci: . :icci: . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: :icci: . :icci: xxx . xxx .xxx
Pendapatan Perpajakan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
B. Behan Operaalonal xxx . xxx . :icci: xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .m
Beban Pegawai xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx
2 Beban Persediaan :icci: . :icci: . xxx xxx .xxx xxx .xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
3 Beban Barang dan Jasa xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx
4 Beban Pemeliharaan JCCt .lCCt .lCIX xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx lCIX.JCCt . lCIX
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
5 Behan Perjalanan Dinas xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx .xxx
Tak Tertagih
c Keglatan Non Op eraslonal xxx. xxx . xxx xxx. xxx xxx . xxx xxx . xxx m.m.m
Kegiatan Non Operasional xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xx.x.xxx xxx . xxx .xxx
Lainnya
D Po• Luar Blasa xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx . x:xx
Behan Luar Biasa lDDt . JIDIX . XJl:X xxx . xxx xx.x.xxx xx.x .xxx xxx . xxx . XKX
3 Dampak Kumulatif
Kehijakan/kesalahan
M e ndasar
. Koreksi Nilai
xxx. xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xx.x .xxx XXJt . lDDr: . XXX.
Persediaan
Tetap
00 00
Kumuliatif)
Kenaikan/Penurunan
5 xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx .xxx
Ekuitas
6 Ekuitas Akhir xxx . xxx . xxx xx.x.xxx xx.x.xxx xxx . xxx xxx . xx:x.xxx
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -
Statu• Korebt
Sebel.um Rt!viU U•ulan Korek•l 1----�-..,----r--�--J Setelah Korek•I
No Nama Akun , Belum · Hasll Reviu ·
f Rp ) (Rp) . . Sudah ·' '
Dlkoreksl . (Rp)
. . btkot�k•t. 'iR.-i{
(Rp ) . .
2 Kas di Bendahara Penerimaan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx
3 Setara Kas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
4 Piutang Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx . xxx
5 Piutang Bukan Pajak xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx xxx .xxx . xxx
6 Persediaan xxx. xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx .xxx
7 Investasi Jangka Panjang xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
8 Aset Tetap xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
• Tanah xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
• Jalan, lrigasi dan Jaringan xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx
• Aset Tetap Lainnya xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx XJ[J(.]l[]l[X.XXJl
• Konstruksi Dalam
xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx .xxx .xxx
Pengerjaan
c Ekultas xxx . xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx xxx . xxx
Keterangan :
a) Terdapat 2 buah SP2D Belanja Modal yang belum diinput sehilai Rp 1 5 0 . 000. 000,00.
b) PNBP-LO lebih saji sebesar Rp2 5 . 000. 000,00, karena satker belum melakukan penyesuaian
atas PNBP Diterima Dimuka yang bukan merupakan pendapatan periode berjalan sebesar
Rp2 5 . 000. 000, 00.
c) Transfer Masuk atas Peralatan dan Mesin sebesar RpS0 . 000. 000 yang belum dicatat
d) Perhitungan penambahan Peralatan dan Mesin:
1) Peralatan dan Mesin yang sudah rusak berat senilai Rp200. 000. 000
yang belum direklasifikasi ke Aset Lainnya. (2 00. 00 0 . 000)
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
Jumlah koreksi
(85 . 000. 000)
e) Penambahan hasil reklasifikasi Aset Tetap ke Aset lainnya sebesar Rp2 0 0 . 000. 000.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
FORMAT 5 :
CONTOH FORMULIR LAPORAN BASIL REVIU (LHR)
No. LHR: [ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ]
Tanggal [ . . . . .
. . . ... .
. . . . . . . . .]
. . . . . . . .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
1. Ringkasan Eksekutif
2. Dasar Hukum
4. Metodologi Reviu
12. Apresiasi
Daftar Lampiran :
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -
3. Tujuan dan Ruang Lingkup Reviu: Berisi mengenai tujuan dan ruang lingkup
reviu atas LK Kementerian Negara/ Lembaga.
5. Gambaran Umum Obyek Reviu: Berisi mengenai identitas obyek reviu dan
informasi keuangan secara umum.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -
Jumlah
6. Hasil Reviu . atas Laporan Realisasi Anggaran: Berisi mengenai catatan reviu
atas akun LRA.
Terdapat kelebihan pencatatan atas akun Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
(Nama UAPPA-E l ] sebesar Rp xxx . xxx , - yang berupa denda atas keterlambatan
penerbitan SP2 D .
Belanja
Terdapat realisasi Belanj a yang kurang dicatat sebesar Rp xxx . xxx , - karena belum
dibukukannya hasil rekonsiliasi antara [Nama UAPPA-E l ] dengan Direktorat
Akuntansi clan Pelaporan Keuangan.
7.
Hasil Reviu atas Laporan Operasional: Berisi mengenai catatan reviu atas akun
l
LO .
Terdapat koreksi Pendapatan LO dari Pemanfaatan BMN sebesar Rp xxx . xxx , - atas
belum dicatatnya penyesuaian Pendapatan Sewa Dibayar Dimuka.
8. Hasil Reviu atas Laporan Perubahan Ekuitas: Berisi mengenai catatan reviu atas
akun LPE.
Transaksi Antar Entitas
Terdapat koreksi transfer masuk sebesar Rp xxx . xxx , - atas belum tercatatnya
·
Piutang Pajak
Terdapat kelebihan pencatatan Piutang Pajak sebesar Rp xxx . xxx , - oleh [Nama
UAPPA-E l ] sehingga terjadi salah saji pada Neraca LK Semester I 2 0 1 6 .
Terjadi duplikasi pencatatan atas akun Piutang Bukan Paj ak sehingga terdapat
salah saji sebesar Rp xxx . xxx , - .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -
Aset Tetap
Terdapat kekurangan dan kelebihan pencatatan Aset Tetap sebesar Rp xxx .xxx , -
yang terdiri dari:
10. Hasil Reviu atas CaLK dan Lampiran LK: Berisi mengenai catatan reviu atas
CaLK.
1 1. Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan: Berisi mengenai catatan reviu atas
penyelenggaraan akuntansi dan hal-hal lain seperti status temuan BPK-RI yang
belum ditindaklanjuti, kelengkapan lampiran LK, serta ketidaktepatan waktu
penyampaian LK.
Tanggal Jadual
No Nama Unit Akuntansi Keterlambatan
UAKPA (AJ
Penyampaian Penyampaian
2 UAKPA [BJ
3 UAKPA [C]
4 UAPPA-W [AJ
5 UAPPA-W [BJ
6 UAPPA-E l [AJ
12. Apresiasi : Berisi mengenai apresiasi terhadap obyek reviu, pejabat / petugas yang
aktif mendukung tugas reviu .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
FORMAT 6:
CONTOH FORMULIR
PERNYATAAN TELAH DIREVIU TANPA PARAGRAF PENJELAS
Kami telah mereviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga [ Nama Kementerian
Negara/Lembaga] untuk tahun anggaran [Ta hun Anggaran] berupa Neraca per tanggal
[Tanggal Nera ca] , Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen
Kementerian Negara/ Lembaga [Nama Kementerian Negara/Lembaga) .
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi
dengan SAP. Reviu mempunyai lingkup yang j auh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu , kami tidak memberi
pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan
keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2 0 1 0
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, clan peraturan lain yang terkait.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
CONTOH FORMULIR
PERNYATAAN TELAH DIREVIU DENGAN PARAGRAF PENJELAS
Kami telah mereviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lemhaga [Nama Kementerian
Negara/Lembaga] untuk tahun anggaran [Tahun Anggaran] berupa Neraca per tanggal
[Tanggal Neraca] , Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manaj emen
Kementerian Negara/ Lembaga [Nama Kementerian Negara/Lembaga] .
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan
keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi
dengan SAP. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup
audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi
pendapat semacam itu .
Kami memberikan catatan atas terdapatnya: ( 1 ) kelemahan administrasi piutang bukan pajak
pada beberapa satuan kerja berkenaan dengan daluwarsa penagihan; (2) kelemahan
pengelolaan aset tetap berkenaan dengan penambahan aset yang berasal dari belanj a barang,
dan penggunaan aplikasi input revaluasi aset (Maya) pada satuan kerja tertentu . Terhadap
catatan pengecualian tersebut, meskipun materialitasnya rendah, tetap harus ditindaklanjuti
oleh pihak manajemen.
Berdasarkan reviu kami, kecuali terhadap catatan pada paragraf ketiga di atas, tidak terdapat
tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor l Tahun 2 004 tentang Perbendaharaan
perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangari yang kami sebutkan di atas
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
FORMAT 7:
. . ·.
, _,
<··- .. ·
· .
·. Asersi
Prosedur Revhi ·
.. .
. .. _ , . ..
klasifikasi BAS .
melakukan perbandingan terhadap
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -
• • • • < '�;
.A,sersi
1::1 s::
' ell ;::
�: .. · ·
' Est.�:.·.:
. ' '
· prosedur . Reviu · ·. �
s::
)
' '
� �; ell
'
ell
0
tot �
Pereviu m�si
]ell ]
..
ell ·
tot .Cl
�
.
. ·· e .g1::1
ti)
ell .a
....
. :Waktu'.
1::1 ell ell
ti)
:
.
1::1 .�
.
SS,,
. .
bl)
1:14 ·�
114
·-
� �· �
. ·::id
., -- .
·
' · � . . 1:14 ' ::id
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
:
:
, '•
' ., .· .
I· ,
Asersi
-
: -· . .
. . ·
.
, '
. .,
'
.. . .
e ' f!c::
' '
Esti-
'
Prosed11r .Cl
. .
ell ell
0 .,.:'· .. rn
. ·. ell ell ell
Reviu .Pereviu masi ·-
..
·
: .&!ell : •Pill
s:I
] ·� . ·'tS
:
.; . .
. Waktu
s:: · g, J1 " f! ell ell
"
'
I'll
·
c::
.. " • ; . ·
.
. ' ..
"
bl) .a
·. ;.
1:14
� .
.
.
·:. > .
.
� �
·� � �
' '
•
:. ,
·.
.· ·
. .
.-:··.
· ·
1:14 .: i.'· ..
>
. ·.- · :
A. PENERIMAAN PERPAJAKAN
(Kode Perkiraan: 4 1 )
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1. Penerimaan Perpaj akan diakui
pada saat diterima pada Kas
5.
diinput seluruhnya.
Estimasi Penerimaan Perpajakan
disajikan berdasarkan DIPA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
..
· "·
. � '
,. ·'·
· · Asersi
.. ,
Esti- . s:I
�- � s:I R
m m
"4
JI!
, Pi-osedur Reviu Pereviµ, mast . ... .!!
; ,gm
..
. . .. "4 ' . .Cl
.'· .
Waktu
' ::I
:o fl2
� m
R
j · ba
fl2
R
g,
c:i..
bl)
.!!
R
�
f:l,c
m
f:l,c
·f:!,c_ �
.Q) · Q) Q)
' ·
. '
Q)
4. Dokumen pengembalian
penerimaan perpaj akan, misalnya
Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak (SPMKP) , Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) ,
Surat Perintah Membayar (SPM) ;
5. Memo Penyesuaian Penerimaan
Perpaj akan;
6. Berita A cara Rekonsiliasi (BAR)
atau dokumen lain yang dianggap
sah.
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Estimasi
Penerimaan Perpaj akan di LRA
tel ah sesuai dengan Dokumen
.,;
Estimasi Penerimaan Perpaj akan
yang Dialokasikan yang dikelola
·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -
..
• '
" ;.'-
Prosedur R�:.rtu
·. · ·· ·
·, ·.
,.. ).. . . ·; -,'. ; '· - · .:
·
. .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -
As�rsi .
·
Esti- R R R �
·. � s a
. ·
o
�eviu Pe reviu
JI!
Prosedur
' : ··
.
· .
masf
�
. '
....rd . -a �
tot . 9'
· ·::S . "
·. r . . Waktu
. s=
'tJ ::
·
·
.. .· bl)� . .,;.:i�
.
. .
. .· '9
'"
.
. ·.
: : .. . ·· : .' · · R .
· . · .
· · ·· . - . :.
<· · .
.
\ ... . . . .·. d! . d! d!;
.
. . . ·,
.� � �
. ;; : '. ' :
:
·
'• ' . : .· : J.
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -
. ... .
'· , !.' rs i
. . · ..
Ase
,.
• ,, . \
.
·
:
. . ·" , .
·
.
.. ..
o:
cd
· · Pereviu . : m asi
rn
.,
....
l . ,g. ft : ·. .=
.
·�
...
R
Cll
waktu
..
s::
· Cll -�:: -
·�
..
s:a.
b.O
'° .!.1 �Cl>
l!l4 l!l4 til til
::I Cll
. RCl>
l!l4
.
Cl> Cl>
; · ;a
Cl>
.. .
Prinsip Dasar :
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
. · ,_.
.. .. .
. ._ ,
·• : . .
. . ' .
,.
.: . ·; Asersi
· · . :, .
s:i r::
s:i• '
Esti.. 1::1Cll ; 1::1Cll
.=
rn
Cll
Prosedµr Revilt
0
· Pereviu m asi cd . .!.1
.aCll
...
r::
.a .g
. ...
...
Cll
Waktu s:a.
Cll rn
s:i
b.O
'° �
R
P4
�·
l!l4 :: !
Cll
si..
Cl>
Cl>
. Q> \.
=:! =:!
c. BELANJA (Kode Perkiraan: 5)
Tujuan prosedur reviu berikut IDI . .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -
·Asersi
Prosequr Reviu
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah rekonsiliasi Belanj a
telah dilakukan antara unit
akuntansi dengan KPPN melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke Berita Acara
Rekonsiliasi.
di catat
untuk periode berj alan telah
diakui dan sebagai
Pengembalian Belanj a (pengurang
nilai Belanja) , dengan melakukan
permintaan keterangan dan
penelusuran jurnal transaksi ke
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -
As e rs i
0
... s
0
Prosedur ReViu.-
]tU i! ... .cl
�
.
. -.
] e s:I
C'd
=
"CS
bD .a
'14 •
� :f
'14 .�
C'd C'd
'14
Cl)
Cl)
Cl)
Cl)
� �
dokumen SSPB .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -
FORMAT 8:
A s e r� i
:\/ 1---��-.--_��-_-.---�
- ��
Prosedur · Reviu
. ' .
, ·. ·· ,
.:
· : - '·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -
'• '•
. . .
. .
.
' Aser,,.i
·.« ·
.. .. . . . .
'
·:: . �� :'.>:;
· · ·. ·
..
.
· . · .
'· · ·· . , ,
Prosed�r Re'V'iu · .
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
Ase rs i
:.
<. . 01 .
'.
,
;
»
> ,: .
.
,:�\.�-�· . · .
A. PENDAPATAN PERPAJAKAN
(Kode Perkiraan: 4 1 )
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan ·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -
. ··. , , ·... ·
· · .Asersi
Esti-' ·
Prosedur Reviu. Pereviu · <Jllasi '' . ....
-Wakt� ·a
·� . ·
sifatnya tidak berulang (non
recu rring) atas Pendapatan
Perpaj akan-LO yang terj adi pada
periode penerimaan pendapatan
dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang
sama.
6. Koreksi dan pengembalian yang
sifatnya tidak berulang (non
recurring) atas Pendapatan
Perpaj akan-LO yang terj adi pada
periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pacla
periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -
,.
. .. . .
.
.
i ,.
.. . . . • Esti-
.=
1· : . i:I
a i:I i:I
<IS
. . tel i:I
.
tel
0
. t'4 .s
Pro sedur Reviu Pereviu masi
iJ<IS iJ l? •M
flJ tel
<IS
Wiiktu
<IS
j
"'
S:l
U)
;�
• ." . . . s:i.
·. ·:··. bJ)
g, i:I .a
l:d .
.s
Pot
Pot
�
� i:I
4) � �
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh Pendapatan
Perpajakan-LO tahun berj alan telah
..J ..J
dicatat di dalam Buku Besar sesuai
dengan dokumen sumber.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -
•.'
,: . Asersi ..
.
Esti'." . · . cd= ; . .R =
· , · , , ;;, ..
=
·
..
.
. .
. . . · , . '; _ ·.
. Per".yiu illa:- ';:"si ·· ·
.. . .•
·
'
.
Prosed:ur �eviti . . cd
0
.
... cd ' � .·
. ......
.. , .-":\:":_: : · . . C':S
... :
.s=
.
: W�k�'.fl , · �s= l ·
''. Cl)
. . (!$ cd
. ··
''. ;] .·
_:;-
·
.' 0
·r , 'e:it
s= ·
' .
., , _ :; .
. ··�� g, �
·
�
.Q
� ·�
cd
.,· ' ' . .: ·
· :.: � .
.
�
GI ' GI . GI
·- ·
.
. ·. GI . �·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
AS�tSi. · . . . :. . I
. ' ' .
·
. .
.
. .,.
..
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -
:; · . ·
.'
·. ·. . ::s �Cd � ..
·::::
. Esti.; R d
;!fJ
. . . . · ' eel
Prosedur Reviu Pereviu masi . . o
"4
waii:tu �.. .; .
- . �
·
.�
.
:
;
� d:·� �
04 · 04 ·
· .
.]
� �
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh PNBP-LO
tahun berj alan telah dicatat ke
dalam Buku Besar sesuai dengan
dokumen sumber.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -
Asersi
· • .:
�:
'"· ' . ·. . . . .
.
· , , · -. , ,
·. · .
! ' ' "
' ,· '
.'
EsU·
' '
. Prosedur Reviu ·
R
�
R <. R
af af R ··.s::
Perevlu :niasi k cu
-
...
,, .Sfaf l e
k ' .' s::
·. � '
.a
. II) .af
W'�ktu · o
i:a.
cu . 0
. e .. . ·Q,
' bl)
· · . ·�
.11
�
cu .
�
af .
. ' .
'·
·
R
�
�
� ·
� �
:. ..
. · ·· �
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
. As e rs i
. · ·· . ·
·... · - , · _
.
.
· · · · . :·waJr:�.:a:
,
·
,, . . 1· ' : • .
. , ·'
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -
. ' •
.
'·
· · Asersi
s::f
s:: s::
•,
,. ... :· '
..
. · .
. .
' ,.. • .
·
"
:
· Esti- ..
.
a
ell
. . ell i:I
·., ·
ell
...
. . ... Cl!
Prosedur Reviu Pereviu · . masi •. .. · ;... · -
· ,.
..
. ,.•
. .
."! ,
! .
.
•
:. Waktu
< . .. . ·. ;.
� l · . . .
l!
0 fl) . Cl!
.Cl
. . rn
s::
·, ell ·,:.'d
. .. ·.
fa . g, Poi ...
·
'
. "2
.
� s::
.
�.
< .
' . : ep
ell C'd
11c. �
Cl>
"
d! . 5
Cl>
l1c �
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 85 -
.
Asersi
.
s:I R R s:I
R
Esti - CIS
· ff •CIS
-
CIS
Prosedur Reviu · Per�viu m as i
. rn
....
Waktu .aCIS � e
0 rn CIS
.a=
CIS
s= . · gs,,
CIS ·�
Poi . ·�
s=
bD . s:I
�
. . f:!.4 .
. .!3
ll4 < · �
.· CIS
.G> . Q> ,;· • 4) . , . 4)
Q>
ll4 ··· :
�
, · ..
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -
y /: :,
·
..,, '· Ase.rsi ·
.,
Esti,. .. ) . Clf
R ·R s:: r:i
R
I·
·
Clf
Prosedur · Reviu Pereviu · masi,'- · . · ...
.rn , -�� Clf
rn
...
Waktu'. .·.Qc'iS �
e .s=
Clf
0 "ti
R
� •':�
R
�
.·.
.SSo ·· ,,Q
> �
bl)
... .!!I
� .�
Clf
�
4) 4) ·
� .· �
·
4)
· .. · ·
. . ··
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 87 -
Asersi · ·..
...
Esti-' ·
Prosedur Reviu Perevitl . masi ·.•
· ·. ·· : Walttli '
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88 -
.
·.
Asersi
.
·.
·'
.
s:: s:: s:: s::
, "
d
. ,
U2
•cf
.d
Cll
�
s= . . . Qi
. . U2
. Cll ,:a.
s=
. .
. , bl)
.!! · : ;G> �
" "
. ·.
P-4
J
<
.
P-4
: _· · · '
..
. . ·. • .
> G>
� G>
G> ·
..
.
· �
: -. < !· ' ' '
�
·
Behan Pemeliharaan .
.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89 -
Asersi
R R
.
. ,':
Esti� ftl . · �
R·
rn ftl
R ftl
Pereviu masi ... C1I
Prosedur Reviu ·
rn
ftl ...
c:i..
'CU ·
R
. . ·
0 'tS
e
.· � R
g, �· �Q)
· ·. � . t:d
..
. Pot
. ftl
Q)
Pot .
Q) � . . �. . , Cl)
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90 -
.. i ·. . . . Asersi .•
.
, . .
. ·
.'
'
r:I
.
.. Esti- r:I
a
. ,.
=
Pereviu as = as
.
. . as
• ,
k
"
. · s:: : �
.a Ill) ell
....
Wa.ktu 0
I
"C -
fl)
Qi
b.O
g,
· �
=
�
= .s . . . as
114
"
Cl> Cl>
.
Cl> Cl> .
114 Cl> 114
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
. . "
.
Asersi .
.
; .
'
·.
·,
· ·. . . . '·
. Esti- ·
.,
= =·
. "
. . " � ·. · .· =as
· · C'd · .=
"
. .
=
Perevbf ·
"
as ·
. inasl
. ' .. .
as
]I ]I k
s:: ..
as
-
Ill)
· waktu 0 as . . "C fl)
�
. as
k
-
Qi
r:I
.
. �
g, . .J!I .�
.
•' 0 •
�
. 114 114
.
.
·
.. .· .
C'd
•
·.
114
�·· · Cl>
' "
Cl>
�
, .
Cl>
Cl),
"
.
.
D. PENDAPATAN/BEBAN PELEPASAN
ASET NON LANCAR (Kode Perkiraan:
423/596)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
1 . Pendapatan /Beban Pelepasan A set
Non Lan car adalah
pendapatan /beban yang sifatnya
tidak rutin yang berasal
pemindahtanganan as et tetap dan
harus dikelompokkan sendiri dalam
kegiatan non operasional.
2 . Surplus / defisit Pelepasan A set
merupakan selisih antara nilai buku
aset dengan harga jual aset.
3 . Pengakuan keuntungan dilakukan
sebagaimana pengakuan
pendapatan .
4 . Pengakuan kerugian dilakukan
sebagaimana pengakuan beban .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 91 -
Asersi
; ·.
; Esti- s:I · C1S= · R R
0
., C1S R C1S
Prosedur Reviu Pereviu masi ... �·
0
...
. . Waktu. ]·
C1S ] � 0
e .
C1S
' "ti
.c:
C1S
e
R . . '° .i1· �· �
' till , i::
.
·� �
·. � C1S
· �
·
'· �
., 4) R 4)
4)
Langkah-langkah Reviu:
1 . Dapatkan dokumen terkait
pelepasan aset.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 92 -
Asersi
. .
s:: s:: s:: s:I
. '
s::
Esti-
.cl
. C'd
f . cd cd
Prosedur Reviu Pereviu masi
.aC'd .a e . .... ·-
. s::
'Waktu a � cd
s::
0 ··
ti)
· �
. bl) '
�II>
..
..
.
;•
.. . '
. .
�
II> · � . d!•s
II>
.
. . . l:d
. �'
' ('d,
II>
p,.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
' · .
. ·
.
. · ,·
..
. !
' ·
. .
Asersi ·· ·: .· . .
. ..
·, , · 1 .
· :
, . . . Esti� . cds:: ;
' .. ' ·
..
.cl
Prosedur Reviu
·
.a -
. r:I
...
.0
wa ktu · .a ti). . Cd
' "tf
C'd
s:I
0 ti)
g, . . . en �
Cd
...
l:d
s
< l:d
.a . .. ' Cd Cd
·
II>
d!
II> R II>
i:aot II>
p. .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 93 -
Asersi
..
..
0 � 0
ev cu ....
'.
] ] k .-=
R
. . . 1.
C'd
Wakt:u 0
s::
' . C'd cu 'ti
·
' c:a. .
bl)
� k
�
ii..
�
ii..
' C'd
Q)
ii..
R
Q)
Q)
! ' Q)
� �
hak/kewajiban atas transaksi dalam
mata uang asing tersebut.
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah setiap pos moneter
dalam mata uang asing yang masih
mempunyai nilai pada tanggal
pelaporan telah dij abarkan ke dalam
mata uang rupiah . dengan
menggunakan Kurs Tengah Bank
Indonesia (BI) pada tanggal
pelaporan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 94 -
As e rsi
. .
. t'll t'll al
. Prosedur Reviu ... s
.· · Pereviu· m asi ...
] e .a=
.
.
'- ..
Waktu. C'd · ] 0
Pt
U2
e
. C'd
.· 'tS
t'll
Ill
s:::
: bl)
g, ·� · s:I
. C'd �Cl)
bl: bl:
·.
�·
S::: ·
. . .·.
Cl)
· �.
. . Cl)
Cl)
�. � •
.
Cl)
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pencatatan awal setiap
pos moneter menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal pencatatan .
2 . Teliti apakah
pelunasan/pembayaran setiap pos
moneter dalam mata uang asing
ditranslasikan dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal
transaksi .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berjenjang.
� . s:1
·�::s
· ESti-
·
..
· o
. 'i t f �
.
� .
1 ·. :.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 95 -
Asersi
Esti �
.Cl
�
0 ell
R
0
Prosedur Reviu C'd
�
Pereviu masi
0
e ....
Poi
Ci!
R
Waktu
::s
· fl
� -=Cl)
. Q.i :id :id
ell
. • .. . : ' Cl)
. . .
Cl)
�
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan · dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu:
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah atas setiap pengakuan
Pos Luar Biasa telah didukung
pernyataan manaJ emen serta
kronologi terj adinya peristiwa luar
biasa tersebut.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit aktintansi harus segera
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 96 -
• : ·:
Asersi
s:: d R·
ell s::
.. .
. ell
Es.ti- :
. .cl
; ·.
ell
. .. .
ell
ell
0
ell
Prosedur Reviu Pereviu niasi •pf ·-
Waktu ':,;
·· . l .
tot
Cl. a
..
d
•tf
' a::
as Ill
: b.O
: gs, �Q>
1::1 JIQ>
::id ::id
ell
G> •
· '. �
..
:·
·�
Q> � � Q>
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 97 -
FORMAT 9:
· Asersi
. .
. ' •. ' : .
. ...
·
Prosedur Reviu ,
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 98 -
..
· · ." , '··
. .
._·, : .' · ··. .
'
·. . . · .·
.
. . .. ·· ' ' .
'Prosedur .:R.eviu · ·
..
·. ·.. . .. · ..
. ;. : :;
. . •·
.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 99 -
FORMAT 10:
. .
. .
Prosedur �eviu
:�· . . .'
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 00 -
· Asersi
. Esti
W8.Ji:t U
Prosedut Reviu . PereViu . · m asi
·
· ' ·· · ·
..
· . · · · _.·'; ·.
. .• .. '
·
. . .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 101 - .
· Asersi
. .
• " .· .
" : ·:· - :·
. ..
·
' .-: . '.·
··
. . , . ,
. , :
A.
·..
·
. .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 02 -
:. . . .
,· . . .
.' · · . .
· · ·;(:
. .·
.. ,. " . . �.
;· •. · . .. •
• Asersi
'
., .· . ·
. .·
·
. . ..
.
; :. ·, . . . .
· ;
.
. ·. _.·:· . · •. · , .
, . �· Esti-· · .
. t'll. ' . t'll
s= .. s= s= s=
Prosedut Revlu PereViu ' . . masi· -
s= t'll
· '"
.!!I
·
·. ·waktu ·. jbl)
al
.. 0 fl
B fl)
...
al
s=
t'll
"d
.ct
t'll
Ul
d
c:i,.
g, �
�
s= t'll
- t'll
d! "'4
Gj .
U)
"'4 � U)
·�
5.
4. Berita Acara Pemeriksaan Kas ;
Register Penutupan Kas ;
6. Surat Se toran Bukan
Paj ak(SSBP) / Surat Setoran
Paj ak(SSP) ;
7. SPM , SP2D-UP d an SP2D-TUP;
8. M emb Penyesuaian Kas di
9.
Bendahara Pengeluaran ;
Bukti-bukti pengeluaran yang
belum dipertanggungj awabkan.
Langkah-langkah ReViu:
1. Teliti apakah saldo Kas di
Bendahara Pengeluaran yang
disajikan di Neraca hanya
mencakup UP dan TUP dengan
membandingkan saldo kas (Uang
Tunai di Brankas, Saldo rekening
Koran di Bank, bukti-bukti
pengeluaran yang belum
dipertanggungj awabkan , dan
tidak termasuk Jasa Giro) dengan
SP2D-UP dan SP2D-TUP.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 03 -
..
. ,·. : ·: . ;
. .(, .
, . "· ;
.
;·
.·. ·
.. ; ·
Asersi
�
: - s:I
. ::s
cu cu cu
Prosedur Reviu ·.
M
Pereviu m a.si · ... cu ;...
J!
·· · : ·
;
Waktu .acu ... .
fl) cu cu
s:I
:
0
cu 'ts UJ
...
"
:
r::
·s:i.t
.
.
tl4
e, . s:I
�G>
.. Pot
. .
J!
Pot td
cu
.
.. . .
·�
. .
Pot
, .
. .. ; ;: ·. :
.
..
.
G>
G)
G)
::!
4. Teliti apakah jumlah pengeluaran
yan g belum
dipertanggungj awabkan adalah
sesuai dengan Berita Acara
Pemeriksaan Kas, Register
Penutupan Kas, dan bukti-bukti
pengeluarannya, melalui
penelusuran ke dokumen-
dokumen dimaksud.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, m aka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan terse but
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
:
- 1 04 -
·
. ..
. ·
.. Asersi · ·
·. · .·
•.::� ]�.:
... . ' :
.
.
..
·
:.'
· . ·
. .·· . p ' i;f'· · �· . : t
, i; · •· · · .·:·· · ·· ·: .'· ·. ·· �·· ,·::: '. •' . ····�· ·· ··.� · :. ,.·.·.'·· �:
. .. · · . ·. , · , . .. . ·
�. ·. . .Jit - _. , . �.. .· � · ·;:: .· · , . ,:.
.·· ·.
:·
. e re . ,11;",;: ,���u; · . · ·_ · �
.
: �:
' . .
·
.. ..
.
.
· Pr��edU'.l'
: ;
' · .
. · -_= .
R�vi4"':
. ·: -.1\::.; . .. . ·. �
· •.
.
. :, .
'
·
.
..
.;
:,,! ; .
.
::
· .
,
· .
·
. .
.
·
..... .
.
. : .
'
·
&
.
s :t
.. . . ·
KAS DI BENDAHARA PENERIMA.AN
. . .
.
B � (KODE PERKI�:
.
.
. 'lli7)
" '· <
·.·.
.
' .'
.
pemerintahan .
2 . Kas di Bendahara Penerimaan
yang disajikan dalam Neraca
adalah kas yang benar-benar
menj adi hak negara pada tanggal .
Neraca.
3 . Kas di Bendahara Penerimaan
disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam valuta
asing, maka dikonversi menj adi
rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada
tanggal N eraca.
4. Sal do Kas di Bendahara
Penerimaan diperoleh dari Laporan
Keadaan Kas (LKK) Bendahara
Penerimaan yang dilampiri bukti
penerimaan kas dari wajib pungut.
Pada akhir tahun, saldo Kas di
Bendahara Penerimaan harus
nihil, namun apabila tidak nihil
maka harus disajikan dalam
Neraca.
1. Rekening Koran;
2. Buku Kas Umum;
3. Buku Kas Pembantu ;
4. Berita Acara Pemeriksaan Kas ;
5. Register Penutupan Kas ;
6. M emo Penyesuaian Kas di
Bendahara Penerimaan;
7 . SSBP dan SSP.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 05 -
-. . . i · · ; ., . . .
.
As:e rsf -
EsU- s:::
Pe reviu ...� ' 'Cll...s::: .
.
Cll
,Prosedur Reviu . masi
, Waktu . ]Cll ] .: .Pot
·
s:::
0
s:::
bO
g, .!1
� � . �.·
. .� · Q)
Q)
· ,, · 1·.
· ·. -
.
Langkah-langkah Reviu:
Prinsip Dasar:
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan terse but
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 06 -
. ··
,· '
,... L .A� � �si ·
.
. ._ , · . ·'.".· , ,
. .
;
; ·_ ·, , · '
., .;
.. . : .{;'l4t1� ·
; ·= . � '. ; �
. Prosedur Reviu . ·· Pereviu masi .Q .,. ff .... Cii �
'
�·
<
. .
·
.&I • o . '.'.CS •·
· .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 07 -
. . ., .. . , ..
;·
·. • .
Asersi · ·
� '• :I •
s::
. . .
, , . ..
.
·
·
..
. Esti- ..
fJ . C'ds::
.cl
..
Prosedur •Reviu ·
Pereviu · .·
·
· masi
C'd
... �
s::
fJ
Waktu .e .e O ·· ; ... . ...
cu . .g
. II) C'd
s::
.:,, Q, . t:at
·. ...
II)
s::
' s:: ;O
�.
£ Q,,.cu i· <. �
C'd
; ii cu
,,
·
�
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah uang pada
bendahara pengeluaran selain
uang persediaan telah dicatat ke
dalam akun Kas Lainnya dan
Setara Kas .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
'
- 108 -
.Asersi ·
' .' · '
··:·
·
Prosedur Re�iu ' . ··
·, ·; , .
· . • ' ".
,. .
.,
. ,
. · ...
KAS Dl BLU
: .. · . .
D.
(KODE PERK.IRAAN : 1.1 19) .
. ' '
'
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah saldo Kas di BLU
yang disajikan di N eraca telah
mencakup selisih antara
pendapatan dan belanj a yang telah
dilakukan pengesahan melalui
perbandingan ke dokumen
sumber.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 09 -
· .As
. , � rsi . .
, ., .
, _ ! .·
· .
. -:�
R
j j a : :....g
·
, Esti· . . · ,::
.
Prosedur Reviu
. · l"� reViii masi •' . ' ,
� · • .ea· ."il�
; .. ;
·
waktu . ·· _
R
·
.
.!14
� . �:� ·<
o ··
£
2 . Lakukan uji petik apakah atas
rekapitulasi saldo Kas di BLU telah
didukung dengan SP3B-BLU
melalui penelusuran ke dokumen
sumber.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang. ·
l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 10 -
. .
.·. :. ,;:, .
·'
,
.,, .• ,
: . �.
. .
Asersi ·.
• '
• • '
I« , ,.
:
. ·. .- •'
·. ·. · ' . :--
· •.
· .
· -. · · ·
' . .· . · · :
Prosedtir ��vju ·
. · ..
"
. , . . .
. ,. , ·.·
..
.. . . .
.· .. .·. � ' . · ''lo : .; ·
KAS LAINNYA . . ..
(KODE PERKIRAAN : : °il 19) �
DI . BLU .
E. ·· '
.
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Kas Lainnya di BLU merupakan
kas yang diakui sebagai
Pendapatan yang sudah diterima
BLU namun belum disahkan
dengan SP3B-BLU .
2 . Kas Lainnya di BLU dicatat
sebesar nilai rupiah nominal.
Apabila terdapat Kas Lainnya
dalam valu ta asing, maka
dikonversi menj adi rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal Neraca.
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pendapatan yang
diterima BLU namun belum
disahkan dengan SP3BLU telah
dicatat ke dalam akun Kas Lainnya
Di BLU, melalui perbandingan
daftar perhitungan yang dibuat
oleh unit teknis ke dokumen
sumber.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 111 -
Ase rs i
': .. , ·, ' .. .
" ·. ·
ESti· .
Prosedur Revi� .. · Pereytu: ..
·
fua�i
. Waktp.
·
. , .. · ·
- .: ,. . . � . ,.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi clan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 12 -
..
As�rsi
.. . .
. Esti-
Prosedur- �eviu Peteviu masi
waktu
BELANJA · . DIBAYAR
·. · ,,
.
. .
MUKA
F.
'Dl : .· ·
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah Belanj a Dibayar di
Muka adalah pengeluaran belanj a
pada tahun berj alan tetapi
manfaatnya melampaui tahun
anggaran berjalan , sehingga pada
tahun berikutnya masih ada
manfaat yang akan diterima akibat
pembayaran tersebut.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 13 -
·
..:'{: : , , : .···. ,
. As���i.
· . ·,.
:; . .. ; t--.
. .
.._,.,�,_-..,��--'---l
· .· . Esti•
Prose4ur Re1'iu •· · · ·
· Pereviu · .· m asi · ·
. . Waktu
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 14 - '
.
. .. �-
'
.
As�rsi
.. : Waktu C'd
·
0 C'd fl)
c:a. ....
b4
g, �·
' ·
·
'' ·
Q)
•S:S
.
: C'd
. p.,.
· s:s
; .
.' ;: :}� ' ,
Q)
·
. p.,. Q) · ::.::
· . '. ·:
.·
.
..•
.
.
. ' .
·
UANG .MuKA
'
.
:'
�
BELANJA . . "
··
, ,
G. (PREPAYJ{Elro . .
\ . . '
,
. · . ·. .
.
(KODE PERK.IRAAN : 1'142) . =·
·
·
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah saldo Uang Muka
Belanj a adalah pembayaran di
Muka atas belanj a yang diberikan
terlebih dahulu sebelum pegawai/
rekanan menyerahkan hasil
pekerj aan j asa.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 15 -
Asersi.' , i < .
.: •.' .
.'
' .
'•j.
.
•
. .
• Esti-
..
PereViu masi
Waktu
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah pendapatan-
pendapatan yang masih harus
diterima dalam periode berj alan
telah dibukukan sebagai
Pendapatan yang M asih Harus
diterima dan telah diakui sebagai
di Neraca pada pos Aset Lancar.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 16 -
Ase rs i
. Esti
.
Prosedur · Reviu · PereViu . masi
. ·
. ..
· . Waktu
".'. · ·
Prinsip Dasar
Apabila clitemukan kelemahan clalam penyelenggaraan akuntansi clan/ atau
kesalahan clalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama clengan unit akuntansi
harus segera melakukan perbaikan clan / atau koreksi atas kelemahan clan/ atau ·
kesalahan tersebut secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 17 -
.
.
Asersi . · .
. : ,.
1·
.
·
. • . ·r .
i----r
-, · ,_ .· · _;_,...c_
"--�-'-.,.-� __j
_
.
Esti-
· . ·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 18 -
Asersi ·
s:I
· ' s:I
.. ' ·'
bl)
' Q, :,] �Q)
td
s
< td
,.
·
s:I m
l!l4
·, , . .. '•
· ·.
' ' , Q) , Q) Q)
' ,Pi Q) l!l4 '
' '
• :. ·"
Pembetulan, Surat
Pemberitahuan Kekurangan
Pembayaran Bea Masuk
(SPKPBM) , Surat Tagihan Cukai
(STCK) , SK Keberatan, Putusan
Banding, dan Putusan
Peninj auan Kembali, SPPT PBB ,
STP PBB , SKP PBB) ;
3. Dokumen setoran pajak, misalnya
Surat Setoran Paj ak (SSP) , Surat
Setoran Pabean, Cukai, dan
Paj ak(SSPCP) , Surat Tanda Bukti
Setor (STBS) , dan dokumen lain
yang dipersamakan;
4. Memo Penyesuaian Piutang
Perpaj akan;
5. Lap or an Perkembangan Piu tang
Paj ak.
Langkah-langkah Reviu :
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 19 -
.
Ase. .r, s. . i
.
.
.·
·
R R R S::I
..
R
: ·.
.c:i..
. .ci
e �S::I
. rn C'CI
·
Waktu
S::I . fo
·
" 0 Ill
R
' '
bO
.s �
Pot p.. .
C'CI
... � .
'
IP .
. .
Pot
IP
IP
.:� IP
� �
3. Teliti apakah saldo Piutang
Perpaj akan yang disajikan di
Neraca adalah sama dengan saldo
awal ditambah mutasi Piutang
Paj ak (penambahan dan
pengurangan) berdasarkan data
dari unit teknis, melalui
permintaan keterangan dan
penghitungan kembali.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 20 -
Asersi
.. ..
. .
.,
·· . ·
Prosedur Reviu
. '
. · . .(
_ . : .
·
. ' . ..:' . � : . .
.. .
.
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah seluruh akun
Piutang Bukan Paj ak yang
dikelola oleh unit teknis yang
bersangkutan telah disajikan
dalam N eraca, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke dokumen terkait.
l
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 121 -
. ·· .i· ·
" ;
.
. ,: , · · · Asersl
"
1: · ., .
. ' . :··. · . '
' Esti- . .
"
...
i
m m r:I
Prosedur Reviu Pereviu <masi . ....
m
·
]m .= f?• .cs
r:I
· waktu :
0 m
r:I
e
0 0
c:a.
r:I
' . "
bO
� .s �4)
· ·�· �
m
. 4)
�
4)
4)
·� � �
K� TERTAGIH � . . ·.
.
2.
direalisasi ( net realizable value) .
Nilai Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih telah disajikan secara
wajar clan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang
berlaku .
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah perhitungan
penyisihan piutang telah sesuai
dengan ketentuan peraturan
berlaku .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 22 -
. : ' ., ·-=
Asersi
.· ·.
·'
Esti- .··
LANCA,R\). · ·
" ,. ' '
: . . ._ . ,
·
· BAGIAN :"rAGIHAN
·> · . ·
,
. . .· · · · . · '•
·
·
. .
. L.
TUNTUTAN- · ,
' .
· ·
; ' · · 1 '
· . .
'
·: "
" .
. .. . . ,
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 23 -
. : As e rs i
.
·
Ptosed.u1die�iu
.; .. ' . ·; .
· '
·;• :.
,, ·· . ... .
·
. .. .
., �. . ·
.. -'! ;,
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 24 -
As e rsi
: :•
Esti- . ; .; . , .R
masi . . .a .
_
Prosedlir Reviu ·� :
PereViu . . k :
e
·�· ·.
Waktu � ] g.
R
· - � &9o
. a> .
.
�a>
:·
f:14 .
. d! f:14 .
Tuntutan
Perbendaharaan /Tuntutan Ganti
Rugi telah disajikan secara waj ar
dan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku .
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah perhitungan
penyisihan piutang telah sesuai
dengan ketentuan peraturan
berlaku .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 125 -
. .· '
'· .
. . As�rsi
. . . .
. ..' t..: ·�'
. .· .
r= c:s s:I
c:s
. ,. · i·:.- . , .
. . Esti- ..
�
.
;
.
�. �·
Prosedur Revi; ... . PereViu
; , ·, . , . �asi.· .... � •Pl
.� ·
·�
·
...
·� � �
.
' ··
"' �
. Wakt'il .
s:I .
. .
0 rlJ
c:lt Cf
s:I
bl) · 6'n . �cu .c
�
� � �
�
!
.·
cu cu
&: &:
. .
N. PERSEDIAAN (KODE AKUN: 1 17)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1 . Persediaan ad al ah as et lancar
dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah dalam
rangka pelayanan kepada
masyarakat clan tidak
dimaksudkan untuk dijual
dan/ atau diserahkan .
2 . Persediaan diakui pada saat
potensi manfaat ekonomi masa
depan tel ah diperoleh dan
mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
Persediaan diakui pad a saat
diterima atau hak kepemilikannya
dan/ atau kepenguasaannya
berpindah .
3 . Persediaan disajikan sebesar biaya
perolehan (apabila diperoleh
dengan cara pembelian) , harga
pokok produksi (apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri) clan
nilai waj ar (apabila diperoleh
dengan car a lainnya seperti
donasi/ rampasan) .
4 . Persediaan dicatat berdasarkan
basil inventarisasi fisik pada akhir
periode akuntansi dan disajikan di
Neraca sebesar nilai moneternya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 26 -
' '
· Asersi
s:I
.g C'd
. s:I
0 . 0
. .
. . : · . c:a. C'd 0
·.
.
. ... '
·,
- .. .
' . . ..
'
..
.
·.· ·.
.·
. -
. ._,
,·.. -
:
.
·.
··
. .
� · ·�
; · :. . . I ·· ';
' :
. . . '• . . . . .
Langkah-langkah Reviu:
1 . Teliti apakah Persediaan yang
dalam kondisi rusak atau usang
tel ah dikeluarkan dari saldo
Persediaan, melalui penelusuran .y
ke Berita Acara Opname Fisik
Persediaan dan Daftar Rekapitulasi
Persediaan (SIMAK-BMN) .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 27 -
. . . . . . ,.
"·
. .
· ,As�rsi
· ·.:
t:I
' . .;:;:. ...·.. . ·· ..· .
ell '
"
;:
Esti� -._,
.
. �
. · ·�
.. s:I
·, . .....
.Wagtu ] . < 112
. .g ell
· s:I . ell
. ·
· . < A?
Ill
t:I
.. .
·
. .
bi)
e, ·-· �
< �
"
·� d! ':��. � ;,] ·. G> G>
.. . . .· · , �
:
>.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalah an
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 28 -
•
..
I •' ' j,
.. . :, ,•' •
. .
. . �. . . · · Asersi
: . 1 . :·
·
. . ·. · · ,.
. . '
:· "' ., .
.·
· · · 1
. .. .
. _,
' . ., . ESti
Prosed1lr Reviu •· PereViu. masi
· Waktu
. ' '··, '· . · :
.
. .. �
O
ASET TETAP . . . , :, ' .
· •
.
·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 29 -
'A.sersi
./· . · · '
.
. Prosedur Re�iu ,
. ,
•, I
. '·' .
·- ' _, . .
.. . -::·.
;
;
· .":'•
, .
.
\
- : .,
9.
cliserahkan) .
Suatu Aset Tetap clapat cliperoleh
melalui pertukaran atas suatu
aset yang serupa yang memiliki
manfaat yang serupa dan
memiliki nilai wajar yang serupa.
Suatu Aset Tetap juga clapat
clilepas clalam pertukaran clengan
kepemilikan aset yang serupa.
Dalam keaclaan tersebut, ticlak
acla keuntungan clan kerugian
yang cliakui clalam transaksi ini.
Biaya aset yang baru cliperoleh
dicatat sebesar nilai tercatat
( carrying amount) atas aset yang
clilepas . Dalam hal aset tetap
yang dipertukai-kan nilainya lebih
tinggi daripada aset tetap
pengganti, dan terdapat kas yang
diterima, maka kas tersebut
cliakui sebagai Pendapatan LRA
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 30 -
· Asersi
•·, t' ·.
. s:: s::
J .=
Esti- R R
m m
rn
Pereviu · -cd •"'4
Prosedur �eviu . masi
]m ] "·
�
g, ·.'&
:·
fl) m
.. ,
· :waktu · m
. ' .: I · .
s::
" .. , bl)
�
_' � · , !
R
.
�.
C1S
' ""
R '" " · - m
�· " cu ·�
J· ..
·
, , � �
Poi · .. �
,
· .·
•. .
�
dan Pendapatan-LO .
1 0 . Aset Tetap yang diperoleh dari
sumbangan (donasi) harus dicatat
sebesar nilai waj ar pada saat
perolehan.
1 1 . Pengeluaran setelah perolehan
awal suatu Aset Tetap yang
memperpanj ang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomis di
masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi,
atau peningkatan standar kinerj a,
harus .ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan .
1 2 . Penilaian kembali atau revaluasi
Aset Tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena SAP
menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau
harga pertukaran . Penyimpangan
dari peraturan m1 mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara
nasional. Apabila terj adi kondisi
yang memungkinkan penilaian
kembali, maka Aset Tetap
disajikan dengan penyesuaian
pada masing-masing akun Aset
Tetap dan akun Revaluasi Aset
Tetap .
1 3 . Aset Bersej arah (Heritage Assets)
tidak . harus disajikan di Neraca,
namun aset tersebut harus
diungkapkan dalam CaLK.
Beberapa Aset Bersej arah yang
memberikan potensi manfaat
lainnya kepada pemerintah selain
nilai sej arahnya, seperti
bangunan bersej arah yang
digunakan sebagai ruang
perkantoran, maka aset m1
ditetapkan prinsip-prinsip yang
sama seperti aset lainnya.
1 4 . Aset Tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah
tidak memenuhi definisi Aset
Tetap dan harus dipindahkan ke
pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 131 -
.• •
.. . '
:
..
' . Esti;.
··
·
· Prosedur Reviu · ·
.
·· · Pereviu: . . . masi
· ·
Waktu
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Aset Tetap di
N eraca telah sesuai dengan
rincian Aset Tetap di CaLK,
melalui penelaahan CaLK.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 32 -
A$ e. rsi
� � '.:
·
: :
. ell .
Esti- s:I s:I s:I
ell
"
:
\ . ell . S:: s::
cu
.f.t .S!
·
Prosedur Reviu . · Pereviu . :rD:asi:. cu ....
: ' l � 1-t .
.c:
s::
·
:o fl) ell
Waktl:i t'd t'd "' Ill
.� . f.t
: · '
"' ; .:•
b.O
· . · � · ·�
., ·
.. '. ·�
p.. ·�
ell
. ·. p.. .
"
"•
...
s:: .
,. .
:�
'· "
., ·. d , O•
...
" IP
·. Q)
-�
·
..·. :::rt:' .
. Q)
�
4. Teliti apakah As et Tetap yang
tidak dimanfaatkan dan atau
dimanfaatkan oleh pihak yang
-v
tidak berhak telah diungkapkan
dalam CaLK melalui permintaan
keterangan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 33 -
Asersi
' • :-'
·· . . /': '··:, · ·
;·
Pr�sedur Re�u · ·
· .. ... ·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenjang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 34 -
.. · - · .
:.. : · .!: _.., ; · · . ' ' , ' -; :}i/0�!:?1/ .
'. •
'
. . •. •
: -":<: .. . . ··'
:-� \; .':· �· · . ·
1
'
: '· ·
,.
" ;A,sersi
. ..
.
.
. . '.
I· '
_ :
,. ,
PereViu . Zlriasi ·
Prosedur· Revi1l . .
. .
. f? . Cll ;
....
••h .
� -
·
R
!
Ill
. g, .
r:I
bl)
� �Q>
l::d
ell
�
. Q>
� Q>
Q>
. . '1. �
. .
y·
. . \;i·,}:Y,,
P.
PENYUSUTAN ASET 'TETAP ,
··
\;
(KODE PERKIR.AA,N : 137) .·
Langkah-langkah Reviu:
1. Dapatkan seluruh daftar Aset
Tetap .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 35 -
. .
"
;_ '.:. .:· '
-.:·
· ,:
· Asersi
- "
" . .,,,.
. .
. f:i r::
.
r::
' E5 t1-• " .
Clf
e f eR
;
< :. •
·
·
.cs
�
..
, , · ·:.
Clf
. /� asi ·
rn Clf
Prosedur ��viu
i 0
Per. eviu .
"CJ
. �
· :. ·:: . Waktti. ] rn
....
s:I
.
.
e
s:I
.
. : .· .;_ : '. .
. �
,] - �Q)
'14 . "'4 . -< � �
·. Clf
'14
Q) 1::1 Q)
Q)
..
:- - .
...;� · .. -
.,._ .
.• .
·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan terse but
secara be:rj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 36 -
. . ··:.'·.. ;
..
. . '.
Ase:tsi
.
·. : : .
- Esu- · s::
-· ._• m asi
s:: s:I
e es:I
s=
C'd C'd
Prosedur R�viu Pereviu �
._
i:I
C'd 0
Pt �
fl)
� C'd
fl)
bD
s:I � -� C'd �
' '. .
. . ' .
Cl>
�
- �
s:I
Cl>
Cl>"
- - �- ! � �
·
, -' .,,
·
·_.
..
Q. . .. . . -
· .:
. '·
I
. ·:.
.• ,
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 37 -
Asersi
·
·
..
. . ··�
.
:· . ·�·{. ,
· ·
�f : . , '
. . .·
masi , ]a .a
. ::s
�
n;
. . Pereviu
·o. <
Prosedur Reviu .
.!II
.
.
·
·· .: .�
. cu '6
' ' ·�· .· . SSn . ' · � k �
114 <
11> " ]
·
• ' '
. ·
· 11>
.
,,,.
. ..
. II> R·
.
·
' Cl)
'
· 11f .• ··· . �
." . ·
. ; ,. ' ' '• ' ' , :£' '
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 38 -
'•
. .,
·. , ,
•' .. .Aserst · ·
• ,
'
c:: s::
< Esti d·' , · '•
. .-
.·
-
· .
.
..
...
' '
'
clJ '· '·
.] ·
' ' • ', , clJ
Pereyi.u . masi
'
·· � o - · �
Piosedur :Q.eViu •
Waktu .
. 1o1 �· ; ·;; S
.
; =: ·
·. · · '
. , : · .
\
:
� · �
' ' '
�. ·.· � . . . : "a.;: �
'
. ' it · Sl.c� I it.·' ' ' < �
."
. ! ' '
· ••
•,
' ..
..
'; :·•, . '
ASET LAINNYA
. .· . -
R. •
(KODE P�RKI�: .
.
1 5 ) :; .
.
. . ·.. . .
.
.
.
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Aset Lainnya
di N eraca telah sesuai dengan
dokumen rekapitulasi dari unit
teknis / pengelola.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 39 -
Asersi
;, ·._ ·. . .. Esti
Prosedur Reyiu PereViu i
· . �as · ·
. waktu
·
.'
. . . ·. . ... . . . .
.
� ; . . . .·
. ._
,·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama- sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan terse but
secara berjenj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 40 -
" '
· . Asersi .
Esti-
� S::
S:: . R R
1-1
m
Prosedur Reviu Pereviu niasi Jl( m
....
e:a. 1-1
·�
A
bl)
g, � ·
P4.
d m
.. .
Q)
Po4
S:: Q)
Q)
p,. •
·� � �
' ..
"
- '
.
S. . KEWAJIBAN (KODE �EIU{I�: 2)
Tujuan prosedur reviu berikut ini
adalah untuk memastikan bahwa
pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan akun telah sesuai dengan
SAP serta akurasi, keandalan, dan
keabsahan LK telah terpenuhi,
yaitu:
1.Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi
pemerintah .
2 . Karakterisitik esensial kewajiban
adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini
yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan
sumber daya ekonomi di masa
yan,g akan datang.
3. Setiap entitas pelaporan
mengungkapkan setiap pos
kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan
akan diselesaikan dalam waktu
1 2 (dua belas bulan) dan lebih
dari 1 2 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan.
4. Kewajiban diakui pada saat dana
pinj aman diterima dan / atau pada
saat kewajiban timbul.
5. Kewajiban diakui/ dicatat jika
besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan atau
telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang
ada sekarang dan perubahan atas
kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat
6.
diukur.
Kewajiban dapat timbul dari:
a) transaksi dengan pertukaran
( exchange transaction) ;
b) transaksi tanpa pertukaran
( non exchange transaction) ,
sesuai hukum yang berlaku
dan kebij akan yang
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 141 -
· . : . : '. .. . . ,
.
.. ·.;
Asersi ' '
� { .
· · .·
�. .
Langkah-langkah Reviu:
1. Teliti apakah saldo Kewajiban di
Neraca tel ah sesuai dengan
laporan rekapitulasi kewajiban
dari unit teknis dan bahwa
seluruh akun Kewajiban yang
'1 '1
dikelola oleh unit teknis tel ah
disajikan dalam LRA, melalui
permintaan keterangan dan
penelusuran ke lap or an
rekapitulasi kewajiban.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 42 -
· · Ase!"�i. ··
. . . . .
·
· . Pros� dur Reviu ·· · �· .. .
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berjenj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 43 -
.Asersi ·
. ·
Prosedur �e1fiu > . . .
·
.
·� . . . .
·
KEWAJ:IBAN J.l\N(iKA. P)!;ND�K ·
··
T. (KODE }!ERKIRAAN : .2 1); a11tara
lain: · . .·
,.
. .
. > ·. · · ·
·
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 44 -
:. .. . .
'. ' .
.
. ..
.· •- . Asersi
l
.
.
:�
·
·
.
.
- .
.
5.
lainnya;
Memo Penyesuaian .
Langkah-langkah Reviu:
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan. dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalah an tersebut
secara berj enjang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 45 -
·· Asersi
Re�il • · �··.
·
Prosedur .
:!
. .. .
,_. ,:
..
. .
·•
'
·
.
·
·.KELEBillAN .:.PEMBAYARAN
•·
::
..
·
. UTANG '
• ' ' • ,, . . .,
PENDAP.AT.�.N\ .
.
. ·
•>
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 46 -
, , ,
·
· Prosedur Reviu . ··
Prinsip Dasar:
Apabila clitemukan kelemahan clalam penyelenggaraan akuntansi clan/ atau kesalahan
clalam penyaj ian LK, maka pereviu bersama-sama clengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan clan/ atau koreksi atas kelemahan clan / atat.l kesalahan tersebut
secara berjenj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 47 -
Ase.rsi
.= Esti- '
•
.
Prosedur Reviu Pereviu masi
•' .�
· waktu
.: '
" : I
3.
PENDAPATAN DITE RIMA I>l .'.MUKA '
'
(KODE PERKXRAAN : 2' i 92f ' ,' •
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 48 -
Asersi
• .
' ,, '
· .
.
ES ti'." r:: r::
"
r::
.c;
· ·. Prosedut Re�,iu . ·
. Pereviu . · . rtiasi ·J ' t'd
;...
t'd
...
;.
·-
.
t'd
:, ...
· .·· · , ..•.
\Yaktli ·· .e
:n · · en ·
·
0 . fl)
t'd
t'd
"C:S '
t'd
flJ
r:I
. Pt ...
,
J9
r:i
�Q)
�-
r:i t'd
�
,
.
e:i.. · e:i.. e:i..
Q)
Q)
Q) · ·
�
Q)
Prinsip Dasar:
' ·
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
,
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
•
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 49 -
:
. ..
.. . .
.. · As e rs i ·
� 2
::s
. Esti- .. .
:· �
·
s:I
rn
s:I
.
· ' _a
. .!II
Prose dur . Reviu
rn
Pereviu masi ....
fl ·
�
·.
.s=
·· l:S '
"'
. Waktu , ·"'
s:I
s:I , - bl>
· .
0
; .. . • · . bl) . t:a. · fl
.
.. . . '
.
(l.f .
-
s:I
�
. . >'
"'
: . .
�
. •
, Q)
.
.
� �
•
i;. .· · if
Q) ·
· ·. : . �·
· .
4·
..
(KODE PERKIR.AAN : 2 1 95)
1.
yaitu:
Uang Muka dari KPPN
merupakan utang yang timbul
akibat Bendahara Pengeluaran
belum menyetor sisa U ang
Persediaan (UP) sampai dengan
2.
tanggal neraca.
Saldo Uang Muka dari KPPN yang
dicantumkan di Neraca adalah
sebesar sisa Uang Persediaan (UP)
dan Tambahan Uang Persediaan
(TUP) yang belum
dipertanggungj awabkan atau
disetorkan kembali ke Kas Negara
per tanggal N eraca.
Langkah-langkah Reviu :
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 50 -
. ·.
··
·. . Asersi
; ,
· > Esti- .
.
·
· · ·. Prosedur Reviu
' .• :
. ·• · . }>ereViu ·masi ·
.,_ : . .
Waktu
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 151 -
FORMAT 1 1:
i:(. ·
. • . :
. . •. As��si
.
'
· . · · :·
. . :
. / ,
' ·.. . .
.
,, . . '. .· . .'- . ·· : " >" .
P�o,sedUr·R�vj,11 : . :
··: . •
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 52 -
·' '
· ·'
.•.....•. Asersi
..
. �
•·
· Prosedur Reviu·\
. � ·: ·,
·;; . . '
.' ·'
. .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 53 -
. ·. .
.. .
. As,ersi ·
. ' ·:'
"· ' . ..
.. .
.. . E8t1;,; · • .
· ·W�ktti. i J. ']
S:: e .ci ·
,.
0 llJ
� C'CI
s:I . Q)
.
�
�d.>
!
s::
J(
:id :id
C'CI
.. Q) Q)
. ., ·
p,. . d.> p,.
. . Pot
.
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 54 -
As�rsi
f' ! .
:
... .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 55 -
.. ·· · . ,.. · ,
,· t :
·(. . . .
Asersi
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 56 -
Asersi
Esti�
Prosed iir · Revhi Pereviu masi
Waktu
.· : · '·
·. · ·., · -.
·.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 57 -
'·
. '
·. ·.
: '.
:A•.ersi . . t;
. a
. . . �ti - . a . ·_. .
.
.
Wa ktu c1S J · �
·
Pereviu m asi .
· ·
bll ·.'. � • a
. . .. ' ' bl)
.. . . s=
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 58 -
Asersi
Cd c::
':
.
. .
�
.
.
. .
. . Esti-
I ·.
i:I c:: i:I c::
Prose clur l�.eyiu . ·
: : ;.
.. " ., . Pereviu · niasi . .� .
.ftS
�
.!ill
.
·
, ·�
ft_ ·�
ftf
� .;
cd
�
· .
' ·.
I
.
. Waktu ·
...
.
.... ... -... 0
. ·.. . � SSo , . ,i1• = �
,
. . · d:. : '� ,·�. � �
2) Rincian Saldo Piutang
Paj ak per unit akuntansi
berdasarkan · j enis pajak
dan berdasarkan umur
piutang untuk mengetahui
tingkat kolektibilitasnya;
masyarakat;
3) Kondisi persediaan ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 59 -
: :: . ..
'· Asersi
J. � ·
·
. Es U s::
C1S
.
::id ::id
s:: ell
' . . .
Q> · s::
if.
·Q)
! G>
2) Rekonsiliasi jumlah
tercatat pada awal dan
akhir periode yang
menunjukkan :
penambahan, pelepasan ,
akumulasi penyusutan dan
peru bahan nilai (jika ada) ,
mutasi aset tetap lainnya;
3) Informasi penyusutan;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 60 -
.. . · . A.sersi
": .
"'· '· · ' .
Prosedur Reviu •·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi haru s segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 161 -
FORMAT 12:
. . J. ..
· 1'sersi
.
,. '
'
:.. . . ' '.' · :: · · ' ', ,. ...
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 62 -
. "
• · . Asersi ·
· ·· . : .EsU-
, . masi
.
. Pere-riu .
.
. .
.
. · .·.:
· Waktu
• •. i . I . .
. ·. '
. : .. . J.
.. , , , ..
:,
.�. . .
'•
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enjang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 63 -
FORMAT 1 3:
' '
, Asersi
'
,"'1
,
• t· .
�ti� . · ' s:I s:I
�
' Prose dur: Re lu , '. Pe:revi� "
. aS
a .·. .,-'...
.
�
, , . _ masi
, '� :' .....
·o:
•l"I
· ·Waktu ·- •v
' � :I
-�
,.!i4
. . bO .
�- ..A.c
. ..
- � ,• ...
.•".· · '
�
' � -- � - · �
' �-
.....
,, ' ,
" " . "
,/ " : . : · p.t
., ,
,
. ·
114
.
'
UAPPA-E l
2. LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK
merupakan hasil
kompilasi dari LRA dan Neraca
seluruh unit akuntansi di
bawahnya.
3. UAPPA-E l melakukan rekonsiliasi
LK dengan instansi terkait, antara
lain Ditj en Perbendaharaan c . q.
Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan dan DJKN .
4. Rekonsiliasi internal dilakukan
antara unit penyusun laporan
keuangan dengati unit teknis .
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 64 -
Asersi
.
. .
.<
.
.cl
·
a•. �
i . .sf
·
·
.· ·
. .!I
ClS·.
Prosed.llr R�viu ,· ., . :
PeJ"eViu ma&i · I! .··. > ·
...
· -: : ·· . : . . . ·
· .
. . ·.
.
.
' ·
f f
· . "
wa'.ktu Cd .; · o
. •· f:I. e .gr::
fl) ClS
fl)
, .
bb
R . ;, . JI ' ClS -:
.. . '•
· ..
·
'
.
,
. .
,
\
··
· ..
Q)
�
�
.R Q)
Q). ...·� �· � �
2. Teliti apakah saldo setiap akun
LRA, LO , LPE, Neraca dan CaLK
UAPPA-E l telah sesuru. dengan
jumlah total saldo akun UAPPA-W
yang berada di bawahnya, melalui
penjumlahan ulang seluruh saldo
akun LRA, Neraca dan CaLK
UAPPA-W.
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan / atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan· unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan / atau koreksi atas kelemahan dan/ atau kesalah an tersebut
secara berj enj ang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 65 -
FORMAT 14:
.R
..
R R
Esti-
o
Pr sedur. · Reviu Pereviu , masi cu
C1J
... R R
cu
' cu '""
,.
Waktu ]cu ] :
M
II> :
� �II>
R
g,
0
c:at �
. ' '· ' . . ' bl) ·'
R
�G)
�.
. .!!
P-4 .' ' P-4 ' P-4 �
R C1J
.
'
. ,
. · ..
•. :
" :
.· , ·
o.> . . : o.> . , .
"
o.>
-� G)
Langkah-langkah Reviu:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 1 66 -
Asersi
··
Esti
Prosedur Reviu Pe.reviu masi
Waktu ·
Prinsip Dasar:
Apabila ditemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/ atau kesalahan
dalam penyajian LK, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera
melakukan perbaikan dan/ atau koreksi atas kelemahan dan / atau kesalahan tersebut
secara berj enj ang.
ttd.
BAMBANG P . S . BRODJONEGORO
www.jdih.kemenkeu.go.id
Pusat Pengembangan Internal Audit Yayasan Pendidikan Internal Audit (PPIA-YPIA)
L’Avenue Office Tower, Lt.17. Jl Raya Pasar Minggu, Kav.16.
Pancoran, Jakarta Selatan 12780