S8)
A. Pendahuluan
Babat Banyumas BR. 58 (selanjutnya disingkat BtB) diduga
memiliki mata rantai dengan tradisi teks yang lebih tua (Sejarah
Wirasaba) dan tradisi teks yang lebih muda (Tedhakan Serat Babad
Banyumas). Teks yang terkandung dalam naskah koleksi Perpustakaan
20
21
Nasional itu merupakan salah satu naskah yang pantas dicermati karena
ia diduga sebagai naskah missing link.
Tradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi
yang melahirkan teks-teks babad versi Banjamegara dan Wirjaatmadjan,
sedangkan teks TedhakanSerat Babad Banyumas yang disebut sebagai
teks Mertadiredjan (koleksi Perpustakaan Nasional Hds.B.G. 526 dan
Kangjeng Pangeran Aria Mertadiredja III) merupakan teks yang
menonjol karena memuat tradisi silsilah kiri atau sejarah pangiwa (bdk.
Ekadjati danDarsa, 1999:211-212).
Sekilas bahwa teks BtB menampakkan diri sebagai tradisi babad
yang terbuka (bdk. Sulastin-Sutrisno, 1994: 70) karena terkontaminasi
dari tradisi Sejarah Wirasabadan versi Banjamegara. Selanjutnya, teks
Sejarah Wirasaba mendapat tanggapan pembaca dalam bentuk
transformasi oleh penulis BtB dan TedhakanSeratBabad Banyumas.
Penelitian Babad Banyumas terdahulu menunjukkan bahwa ada
empat belas versi, yaitu (1) Babad Banyumas Kalibening (gancaran), (2)
versi Mertadiredjan (tembang), (3) versi Jayawinata (tembang), (4) versi
Adimulya (gancaran), (5) versi transformasi teks Mertadiredjan
(gancaran), (6) versi PRBN (gancaran), (7) versi Banjamegara
(tembang), (8) versi Kasman Soerawidjaja (gancaran), (9) versi
Wirjaatmadjan (gancaran), (10) versi Oemarmadi & Koesnadi
(gancaran), (11) versi Panenggak Widodo-Nakim (gancaran), (12) versi
Danuredjan (tembang), (13) versi Danuredjan (gancaran), dan (14) versi
keluarga baru (gancaran) (Priyadi, 1997: 232; bdk. 2000: 126).
Penelitian mendalam terhadap teks BtB akan memperjelas kedudukan
teks dan kaitannya dengan proses transformasi yang telah terjadi di
antara ketiga teks tersebut. Kajian mengenai hal itu belum dilakukan
seperti tampak pada kajian-kajiandi bawah ini.
Kajian terhadap teks Babad Banyumas pertama kali dilakukan
oleh Knebel (1901) dengan ringkasan isinya. Teks tersebut berasal dari
Kepangeranan Banyumas, yaitu naskah koleksi Pangeran Aria
Mertadiredja III dan Pangeran Aria Gandasubrata. Di situ, Knebel tidak
22
B. Acuan Teori
Filologi tradisional bertujuan rnernulihkan teks sedekat-dekatnya
dengan teks aslinya rnelalui perbandingan teks yang dite1iti dan
rnenyusun silsilah teks atau sterna (Teeuw, 1988: 264). Penelitian ini
tidak berrnaksud rnenyusun sterna karena tradisi teks yang diteliti
rnenunjukkan adanya gejala kontarninasi teks yang berasal dari tradisi
lain. Dengan dernikian,rnetode sternatidak diterapkan, tetapi rnetode ini
tidak diabaikan dalarn penelitian ini. Penyirnpangan teks da1arnfilologi
modern dipandang sebagai kreasi. Oleh karena itu, variasi tersebut
-- --
-- -------
24
masehi. Kiranya naskah yang sampai pada masa kini adalah naskah
salinan ketiga dari naskah tahun 1787 (1858). Penyalinnya temyata
bukan penduduk Wirasaba yang bemama Mulyareja. Salinan
2. Perbandingan Teks
Jika meneermati ketiga teks, maka BtB tampaknya merupakan
teks yang menjembatani antara tradisi lama (Wirasaba) dengan tradisi
barn (teks Mertadiredjan Banyumas). Hal itu dapat dilihat pada
perbandingan teks antara naskah BtB dengan SW. Kedua teks
perbedaannya tidak begitu meneolok, bahkan naskah BtB itu merupakan
salinan dari naskah SW.SW yang ditemukan sekarang memang banyak
bagian yang hilang dan tidak lengkap sehingga ada perbedaan jumlah
bait pada pupuh tertentu, bahkan pupuh XV pada BtB tidak ditemukan.
Kemungkinan naskah pada bagian belakang SW hilang beberapa
halaman sebelum disalin oleh Mulyareja. Dengan demikian, BtB adalah
penerus tradisi naskah Wirasaba.
Perbandingan teks BtB dengan TSBB menunjukkan bahwa
keduanya menampakkan kesamaan atau kedekatan teksnya pada pupuh
VIII-XV (BtB) dan pupuh XVI-XXIII (TSBB). Jadi, ada 8 pupuh. Pupuh
I-VIII (TSBB) berisi teks yang berbeda dengan teks-teks lain Babad
Banyumas, termasuk BtB. Mulai pupuh IX hingga XV (TSBB)
merupakan transformasi teks dari tembang yang satu ke tembang yang
lain, yaitu pupuh I Asmarandana menjadi pupuh IX Pangkur, II Durma
menjadi X Pucung, III Sinom menjadiXI Mijil, IV Kinanthi menjadi XII
Sinom, V Dhandhanggula menjadi XIII Kinanthi, VI Sinom (34 bait)
menjadi XIV Sinom (40 bait), dan VII Mijil menjadi XV Gambuh.
Selanjutnya, untuk memahami perbandingan teks antara ketiga naskah
tersebut dibuat tabel di bawah ini.
- - ---
---- - -
28
Tedhakan
Sejarah Wirasaba BabatBanyumas(BR.58)
SeratBabadBanyumas
I Dha 18
II Sin 18
III Asm 38
IV Mas 47
V Kin 42
VI Dur 12
VII Asm 34
VIII Dur 20
I Asm 12 I Asm 12 IX Pan 20
II Dur 31 II Dur 31 X Puc 47
III Sin 26 III Sin 26 XI Mij 26
IV Kin 32 IV Kin 33 XII Sin 18
V Dha 68 V Dha 68 XIII Kin 18
VI Sin 34 VI Sin 34 XIV Sin 40
VII Mij 22 VII Mii 22 XV Gam 17
VIII Pan 30 VIII Pan 30 XVI Pan 30
IX Me 35 IX Me 35 XVII Meg 35
X Asm 35 X Asm 35 XVIII Asm 36
XI Dha 8 XI Dha 13 XIX Dha 13
XII Asm 35 XII Asm 39 XX Asm 39
XIII Sin 19 XIII Sin 19 . XXI Sin 19
XIV Mas 9 XIV Mas 15 XXII Mas 15
XV Dha 15 XXIII Dha 15
Agustus 1956, sedangkan naskah asli yang diturun berasal dari tahun
Jawa 1787 atau 1858 Masehi. Penyimpan naskah, Mad Marta,
menyatakan bahwa naskah Mulyareja itu merupakan salinan ketiga dari
naskah tahun 1858 tersebut. Dengan demikian, naskah SW merupakan
tradisi Wirasaba yang keluar dari komunitasnya berupa naskah salinan
yang berjudul BtB. Dengan kata lain, BtB merupakan salinan dari
naskah SW atau naskah lain yang disalin dari SW. Hal yang amat
mendukung adalah ditemukannya sengkalan yang berbunyi swara naga
giri nabi. Sengkalan tersebutjuga ditemukan pada teks SW.
Meskipun BtB disalin berdasarkan SW temyata terdapat
perbedaan dalam jumlah baitpada empat pupuh, yakni pupuh IV
Kinanthi 33 (BtB), sedangkan 32 (SW); XI Dhandhanggula 13 (BtB)
sedangkan 8 (SW); X Asmarandana 39 (BtB), sedangkan 35 (SW); XIV
Maskumambang 15 (BtB), sedangkan 9 (SW); dan XV Dhandhanggula
15(BtB), sedangkantidak ada satu bait pun (SW). Perbedaanjumlah bait
itu terjadi karena naskah yang disalin oleh Mulyareja terdapat bagian
naskah yang hilang atau rusak dan tidak terbaca. Namun, Mulyareja
masih melampirkan silsilah Wirasaba yang dimulai dari Raden Katuhu
(Adipati Wira Utama) sampai dengan Tumenggung Yudanagara (Raden
Gandakusuma).
----
---
30
--
32
34
D. Penutup
Sejarah Wirasaba (SW) sebagai teks tradisi Wirasaba yang
rnengungkap keberadaan Wirasaba sebagai wilayah Majapahit telah
rnengakar karena ia rnerupakan hasil kelarnpauan bersarna rnasyarakat
seternpat yang diakui oleh rnasyarakat yang lebih luas. Penyalinan
terhadap teks SW rnernungkinkan adanya perubahan teks atau
transformasi teks. Salah satu teks yang dihasilkan dari penyalinan
terhadap SW adalah teks BtB, yang tersirnpan pada koleksi
~ ,
»I MII-IK
~~,: .~ UPT PERPUSTAKAAN
V \ UNIV!:RS!T ~KAftTA,
AS NEGERIYOGY
Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.5S) (Sugeng Priyadi)
----
- ---- - - -
36
DAFTAR PUSTAKA