Anda di halaman 1dari 94

KARYA TULIS ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

DALAM MENANGANI KRISIS ETIKA PADA SISWA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Karya Tulis Ilmiah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
ROFI’ATI NUR DIANA ISLAM
13792

SMA NEGERI 1 PAMEKASAN


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang

berjudul “ UPAYA PENINGKATAN GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

DALAM MENANGANI KRISIS ETIKA PADA SISWA”

Bantuan, arahan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak sangatlah berarti

bagi penulis guna menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H.Moh.Arifin,S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Pamekasan

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Rizky Saputra Maryono, M.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia atas

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Segenap dewan guru SMA Negeri 1 Pamekasan yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa terbaik agar

penulis diberikan kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Diri penulis sendiri yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Parameswari Kusuma Wardani, Athiyyah Farah Fadhilah dan Nurul Fajri

Arsi selaku sahabat penulis yang selalu memberikan semangat di saat

penulis sedang mengalami masalah.


7. Seluruh teman-teman kelas XI-H yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu persatu atas bantuan, motivasi dan diskusi yang berharga

dalam proses menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh teman pengurus OSIS SMA Negeri 1 Pamekasan yang selalu

menghibur penulis ketika penulis merasa jenuh dalam proses pengerjaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Ibu Intan Kusuma Wijaya, S.Pd, Ibu Suci Rahayu, S.Sos, dan Bapak

Mohammad Kuddus, M.Th.I selaku Narasumber yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu memenuhi data dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian melalui dari berbagai

sumber. Namun, dalam penyusunannya penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon

maaf jika ada kesalahan kata dan mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca

guna memperbaiki sebuah penelitian di masa yang akan datang.

Demikian pengantar sederhana dari penulis semoga berkesan dihati pembaca

dan dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pamekasan, 12 Juli 2023

Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN

“UPAYA PENINGKATAN GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

DALAM MENANGANI KRISIS ETIKA PADA SISWA”

Diajukan guna memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah Bahasa Indonesia SMA

Negeri 1 Pamekasan

Pamekasan, 31 Mei 2023

Menyetujui

Guru Bahasa Indonesia

RIZKY SAPUTRA MARIYONO, M.Pd.


HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan dihadapan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Pamekasan dan


diterima untuk diarsipkan di perpustakaan SMA Negeri 1 Pamekasan dalam
memenuhi Tugas Karya Tulis Ilmiah tahun 2023.

Pada tanggal : 31 Mei 2023

Mengesahkan,

Wali Kelas Kepala Perpustakaan

Amira Yahya, M.Pd. Ismail Madani, S.Pd.


NIP. 198603042009032001 NIP. 197706042014031002

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Pamekasan

H. Moh. Arifin, S.Pd., M.Pd.


NIP. 196806081990011002
HALAMAN PERSEMBAHAN

Halaman ini penulis persembahkan dengan penuh rasa syukur kepada

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas ini. Tanpa petunjuk-Nya, penulis tidak akan mampu

merampungkan tugas ini dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini penulis

persembahkan untuk:

1. Bapak H.Moh.Arifin,S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Pamekasan.

Yang telah memberi kesempatan kepada saya selaku penulis, untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Rizky Saputra Maryono, M.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia atas

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa terbaik agar

penulis diberikan kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Diri penulis sendiri yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh teman-teman kelas XI-H yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu persatu atas bantuan, motivasi dan diskusi yang berharga

dalam proses menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh teman pengurus OSIS SMA Negeri 1 Pamekasan yang selalu

menghibur penulis ketika penulis merasa jenuh dalam proses pengerjaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca halaman

persembahan ini. Semoga apa yang penulis sajikan dapat memberikan

manfaat dan inspirasi bagi pembaca.


MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S Al Insyirah : 6)

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”

(Q.S Al Hadid : 20)

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati”

(Q.S Ali Imran : 185)

“Jika orang lain bisa, maka aku juga harus bisa”

“ Kebiasaan kecil yang baik maka akan menghasilkan kualitas yang baik pula”

“Jika anda takut gagal, anda tidak pantas untuk sukses”

“Jangan malu dengan kegagalanmu, karena itu adalah proses untuk menuju

sukses”

“ Rasa syukur mengubah apa yang kita miliki menjadi cukup”

“Hiduplah seolah engkau mati besok, dan belajarlah seolah engkau hidup

selamanya”–Mathama Gandhi

“Tidak ada usaha yang dilakukan sia-sia, meski sekecil apapun”

“Whatever you are, be a good one”

“Don’t be afraid of being different be afraid of being the same as everyone else”

“Bekerjakeraslah agar Karya Tulis Ilmiah ini cepat selesai”


ABSTRAK

Islam, Rofi’ati Nur Diana. 2023, Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Menangani Krisis Etika Pada Siswa. Tugas Karya Tulis Ilmiah. SMA Negeri 1
Pamekasan . Guru Bahasa Indonesia . Rizky Saputra Mariyono, M.Pd.
Krisis etika merupakan situasi dimana seseorang mengalami moral yang
buruk atau memiliki sedikit kesadaran dengan sekitar dan harus segera ditangani.
Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang tepat. Guru bimbingan dan konseling
sangat berperan penting dalam menangani hal ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yang mengarahkan penelitian
untuk meneliti keadaan sosial yang akan diteliti secara keseluruhan, luas dan
mendalam. Penelitian ini memiliki objek penelitian berupa beberapa siswa dan guru
bimbingan konseling SMA Negeri 1 Pamekasan. Tekhnik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, kuisioner, studi kasus dan
dokumentasi lalu dikelompokkan dalam bentuk diagram Pie Chart. Tekhnik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari sekumpulan responden.
Guru bimbingan dan konseling memantau siswa melalui orang tua, wali
kelas dan teman-temannya serta mengadakan bimbingan klasikal mengenai
pembentukan ataupun pengembangan karakter siswa. Dengan demikian guru
bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam menangani krisis etika
dan membentuk kararakter siswa.
Kata Kunci : Guru Bimbingan dan Konseling, Krisis Etika
ABSTRACT

Islam, Rofi'ati Nur Diana. 2023, Guidance and Counseling Teachers' Efforts in
Addressing the Ethical Crisis in Students. Scientific Writing Assignment. SMA
Negeri 1 Pamekasan . Teacher Indonesian. Rizky Saputra Mariyono, M.Pd.
An ethical crisis is a situation where a person experiences poor morale or
has little awareness of his surroundings and must be dealt with immediately.
Therefore, proper handling is needed. Guidance and counseling teachers play an
important role in dealing with this.
This research uses qualitative methods with a type of qualitative descriptive
research. Qualitative descriptive research that directs research to examine social
circumstances to be researched as a whole, broadly and deeply. This research has
the object of research in the form of several students and counseling guidance
teachers of SMA Negeri 1 Pamekasan. Data collection techniques in this study used
observation, interviews, questionnaires, case studies and documentation and then
grouped in the form of Pie Chart diagrams. The data analysis technique used in this
study is a survey conducted by collecting data from a group of respondents.
Guidance and counseling teachers monitor students through parents,
homeroom teachers and friends and conduct classical guidance on the formation or
development of student character. Thus, guidance and counseling teachers play an
important role in addressing ethical crises and shaping student characteristics.
Keywords: Teacher Guidance and Counseling, Ethical Crisis
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN ............................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO............................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .......................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ............................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .............................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penetian ................................ Error! Bookmark not defined.
1.5 Alasan Pemilihan Judul ...................... Error! Bookmark not defined.
1.6 Metode Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
1.7 Data & Sumber Data........................... Error! Bookmark not defined.
1.7.1 Data ......................................... Error! Bookmark not defined.
1.7.2 Sumber Data ................................... Error! Bookmark not defined.
1.8 Sistematika Penulisan ............................ Error! Bookmark not defined.
BAB II ................................................................. Error! Bookmark not defined.
KAJIAN TEORI .................................................. Error! Bookmark not defined.
2.1 Tinjauan Umum Tentang Ilmu Forensik ..... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Pengertian Ilmu Forensik ................... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Fungsi Ilmu Forensik ......................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Peranan Ilmu Forensik ................................ Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Information on corpus delicti .......... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Information on modus operandi ... Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Linking a suspect with a victim... Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Linking a person to a crime scene Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Disproving or supporting a witness ’s testimony ................ Error!
Bookmark not defined.
2.2.6 Identification of a suspect ......... Error! Bookmark not defined.
2.2.7 Providing Investigative leads ......... Error! Bookmark not defined.
2.2.8 Peran melalui Identifikasi Medik Umum ....... Error! Bookmark not
defined.
2.2.9 Peran melalui Identifikasi Tulang Belulang ... Error! Bookmark not
defined.
2.2.10 Peran melalui Identifikasi Golongan darah .... Error! Bookmark not
defined.
2.2.11 Peran melalui Identifikasi Gigi........ Error! Bookmark not defined.
2.2.13 Peran melalui Identifikasi Serologis . Error! Bookmark not defined.
2.2.14 Peran melalui Identifikasi Rekonstruksi Wajah dan superimposed
Error! Bookmark not defined.
2.2.15 Peran melalui Identifikasi Psychological Personality Profiling Error!
Bookmark not defined.
2.2.16 Peran melalui Identifikasi Pemetaan Sidik Jari DNA (DNA Profiling)
Error! Bookmark not defined.
2.3 Tinjauan Umum Tentang Pembunuhan ....... Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Pengertian Pembunuhan ..................... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Bentuk-Bentuk Pembunuhan .............. Error! Bookmark not defined.
2.3.2.1 Pembunuhan yang Dilakukan dengan Sengaja Error! Bookmark not
defined.
2.3.2.2 Pembunuhan Semi Sengaja.............. Error! Bookmark not defined.
2.3.2.3 Pembunuhan yang Dilakukan karena Kesalahan ...Error! Bookmark
not defined.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Penyidikan ......... Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Pengertian Penyidikan ........................ Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Tujuan Penyidikan ............................. Error! Bookmark not defined.
2.5 Hubungan Ilmu Forensik dengan Penyidikan ............ Error! Bookmark not
defined.
2.6 Kendala dalam Mengungkap Kebenaran ..... Error! Bookmark not defined.
2.6.1 Bagian tubuh yang tidak utuh lagi ...... Error! Bookmark not defined.
2.6.2 Tidak ada identitas korban .................. Error! Bookmark not defined.
2.6.3 Tidak ada orang yang melapor kehilangan ........ Error! Bookmark not
defined.
2.6.4 Penemuan jenazah .............................. Error! Bookmark not defined.
2.6.5 Pemeriksaan saksi .............................. Error! Bookmark not defined.
2.6.6 Mayat yang sudah membusuk ............ Error! Bookmark not defined.
2.6.7 Motif pelaku....................................... Error! Bookmark not defined.
2.6.8 Penolakan autopsi .............................. Error! Bookmark not defined.
BAB III................................................................ Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Metode Penelitian....................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Jenis Penelitian........................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Sumber Data .............................................. Error! Bookmark not defined.
3.4 Objek Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................... Error! Bookmark not defined.
3.6 Teknik Analisis Data .................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV ............................................................... Error! Bookmark not defined.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not defined.
4.1 Deskripsi Data ............................................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Pembahasan ............................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Analisis Sejauh Mana Peranan Ilmu Forensik dalam Pemecahan Kasus
Pembunuhan ................................................ Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Analisis Hubungan Ilmu Forensik dengan Proses Penyidikan .... Error!
Bookmark not defined.
4.2.3 Analisi Kendala yang Dihadapi dalam Mengungkap Kebenaran Error!
Bookmark not defined.
BAB V................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ........................................................... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................. Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan mengajar agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi yang dimiliknya. Tujuannya yaitu untuk memiliki

kekuatan spiritual, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan

yang diperlukan nantinya oleh masyarakat, bangsa dan negara serta dapat

menjadikan seseorang yang berkualitas dan berkarakter untuk mencapai

suatu cita- cita yang diharapkannya.

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus definisi pendidikan adalah upaya

untuk memimpin seseorang agar dapat menambah penguasaan ilmu

pengetahuan. Selain itu, diharapkan dari ilmu pengetahuan tersebut tidak

hanya meningkatkan dalam pengetahuan. Akan tetapi, juga meningkatkan

akhlak dan memudahkan mencapai cita-cita. Pendidikan tidak hanya sarana

untuk meraih cita-cita saja. Akan tetapi, juga dapat dimanfaatkan untuk

mendapatkan kualitas hidup terhadap sesama.

Didalam dunia Pendidikan, sekolah merupakan tempat untuk

melakukan aktivitas belajar, dan mengajar. Tujuan dari sekolah diantaranya

yaitu mengajarkan siswa untuk menjadi anak yang mampu dalam memajukan

bangsa, dan membangun karakteristik yang baik kepada para generasi muda.

Menurut Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro (2003 : 37) sekolah

adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan

1
2

yang terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan

organik.

Sedangkan, menurut Daryanto (1997 : 544) sekolah adalah tempat

atau bagunan maupun lembaga yang digunakan untuk belajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran. Dari beberapa penjelasan diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa sekolah adalah sistem interaksi sosial, suatu

organisasi keseluruhan yang digunakan untuk kegiatan aktivitas belajar dan

mengajar.

Berdasarkan tingkatannya sekolah dibagi menjadi Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

dan Perguruan Tinggi (PT). Sekolah Menengah Atas adalah tempat bernaung

bagi siswa atau siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk melanjutkan

pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi. Siswa Sekolah Menengah Atas

pada umumnya berada pada rentangan usia remaja. Pada masa ini merupakan

masa dimana anak mengalami perkembangan yang pesat dan emosi yang

selalu berfluktasi. Masa remaja merupakan masa dimana para remaja mencari

jati dirinya. Pada masa tersebut para remaja cenderung tidak dapat

membedakan perilaku baik dan buruk sehingga timbul banyak permasalahan.

Berbagai permasalahan yang dilakukan remaja disekolah seperti bermain

handphone saat proses pembelajaran, tidak mendengarkan saat guru

menjelaskan suatu materi, tidak mengerjakan tugas, pergi kekantin pada saat

proses pembelajaran, merokok, membuli teman, berkelahi, bolos sekolah,

pacaran dan bahkan mencuri. Dalam hal ini, peran orang tua sangat

diperlukan untuk memberikan perhatian yang optimal. Selain itu, peran guru
3

bimbingan konseling (BK) juga sangat dibutuhkan dalam membentuk dan

mengembangkan karakter siswa agar siswa dapat beretika ataupun

berperilaku dengan baik .

Guru bimbingan konseling (BK) adalah seorang guru bidang studi

bimbingan dan konseling atau psikologi pendidikan dan bimbingan yang

telah mendapatkan pendidikan formal untuk membimbing peserta didiknya.

Fungsi guru bimbingan konseling (BK) secara khusus memiliki fungsi yaitu

sebagai pembimbing dan konselor mengenai permasalahan siswa baik dalam

lingkup akademik maupun non akademik. Konselor merupakan orang yang

memberikan bimbingan, sedangkan siswa yang membutuhkan bimbingan

dapat disebut sebagai klien. Guru bimbingan konseling (BK) turut mengambil

peran dalam upaya pendidikan karakter yang dilakukan disekolah .

Pendidikan karakter disekolah saat ini mungkin hanya siswa sebagian saja

yang mengikutinya, sebagian lagi siswa melanggarnya. Dalam artiannya,

siswa membuat permasalahan-permasalahan disekolah, Hal tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berusaha mencari perhatian, rasa

ingin tahu yang tinggi, pola asuh kurang tepat, ingin bebas tanpa diatur, dan

belum mampu mengendalikan emosi. Untuk itu, guru bimbingan konseling

(BK) memiliki peran yang sangat penting dalam menangani berbagai

permasalahan yang dilakukan oleh siswa dan juga berperan dalam

mengembangkan dan membentuk karakter siswa.

Penelitian serupa mengenai upaya guru bimbingan konseling (BK)

dalam membentuk akhlak siswa di MAN 2 Boyolali tahun pelajaran

2018/2019 yang dilakukan oleh Marlina Wulandari dan Retno Wahyuningsih


4

(2018) serta bersekolah di IAIN Surakarta dengan judul UPAYA GURU

BIMBINGAN KONSELING (BK) DALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWA

DI MAN 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2018/2019. Dalam penelitian

ini menjabarkan bahwa upaya guru bimbingan konseling dalam membentuk

akhlak siswa di MAN Boyolali perlu melibatkan beberapa guru aqidah

akhlak, orang tua dan ekstrakulikuler yang berkaitan dengan akhlak siswa,

seperti ekstrakulikuler rohis. Dalam ekstrakulikuler rohis membantu Guru

Bimbingan Konseling agar kedisiplinan siswa dapat terbentuk melalui

pembiasaan dan kedisiplinan yang baik. Selain itu Guru Bimbingan

Konseling juga perlu adanya pengontrolan pada setiap program yang

dijalankan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Penelitian serupa yang lain yang dilakukan oleh Sukanik Apriana

(2017) dan bersekolah di UIN Mataram dengan judul UPAYA GURU

BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA

STUDI KASUS DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JONGGAT

LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Dalam penelitian ini

memaparkan bahwa upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi

kenakalan siswa studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jonggat

Lombok Tengah dengan mengidentifikasi masalah, memberikan bimbingan

dan hukuman kepada siswa yang melakukan tindakan kenakalan disekolah,

melakukan kunjungan kerumah siswa yang bermasalah, memanggil orang

tuanya dan kerja sama dengan wali kelas, guru bidang studi serta semua pihak

yang ada di sekolah.


5

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN GURU BIMBINGAN

KONSELING (BK) DALAM MENANGANI SISWA YANG KRISIS

ETIKA”.Alasan penulis tertarik melakukan penelitian karena ingin

mengetahui upaya dan peran guru bimbingan konseling (BK) dalam

menangani krisis etika pada siswa, serta ingin mengetahui metode guru

bimbingan konseling(BK) dalam membentuk dan mengembangkan karakter

siswa. Selain itu, penelitian ini akan dilakukan di sekolah SMA Negeri 1

Pamekasan dengan mewawancarai dan memberikan beberapa pertanyaan

kepada beberapa guru bimbingan konseling (BK) dan siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Peran guru bimbingan konseling (BK) dalam menangani krisis etika

pada siswa.

1.2.2 Upaya peningkatan guru bimbingan konseling (BK) dalam menangani

krisis etika pada siswa.

1.2.3 Metode guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk dan

mengembangkan karakter siswa .

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan berdasarkan penelitian

diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


6

1.3.1 Mendeskripsikan peran guru bimbingan konseling (BK) dalam

menangani krisis etika pada siswa.

1.3.2 Menganalisis upaya guru bimbingan konseling (BK) dalam menang-

ani krisis etika pada siswa.

1.3.3 Mengetahui metode guru bimbingan konseling (BK) dalam

membentuk dan mengembangkan karakter siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka manfaat dari penelitian

diatas sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penulis

bahwa dalam menangani krisis etika pada siswa, dibutuhkan peran

guru bimbingan konseling (BK) secara maksimal.

1.4.2 Bagi Guru Bimbingan Konseling (BK)

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan pertimbangan bagi guru bimbingan konseling untuk lebih

meningkatkan dalam upaya menangani krisis etika pada siswa.

1.5 Alasan Pemilihan Judul

Alasan penulis tertarik melakukan penelitian ini, karena ingin

mengetahui upaya dan peran guru bimbingan konseling (BK) dalam

menangani krisis etika pada siswa, serta ingin mengetahui metode guru

bimbingan konseling (BK) dalam membentuk karakter siswa. Selain itu,


7

mengingat beberapa siswa didalam kelas penulis yang sering melanggar

peraturan- peraturan yang ada seperti bermain handphone pada saat jam

pembelajaran berlangsung, pergi kekantin pada saat proses pembelajaran,

membuli teman, berkelahi, merokok, pacaran, dan bahkan mencuri. Penulis

bermaksud agar siswa kedepannya tidak melakukan hal hal yang mengarah

pada krisis etika ataupun membuat siswa itu jera untuk melakukan

pelanggaran- pelanggaran lagi. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan

pembelajaran untuk pembaca dalam menangani krisis etika pada siswa.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur yang dimiliki dan dilakukan

peneliti dalam rangka memperoleh informasi atau data serta melakukan

investigasi pada data yang telah didapatkan.

Penulis dalam melakukakan penelitian ini menggunakan metode

Penelitian Kualitatif. Data yang terkumpul dapat berbentuk kata- kata, teks,

foto, cerita, gambar yang di peroleh langsung dari partisipan maupun dari

orang lain. Penulis menggunakan metode ini karena bertujuan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan permasalahan yang akan diteliti.

Menurut Sugiyono (2011: 57) metode penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan cara observasi terlibat dan wawancara

mendalam terhadap kelompok sosial yang akan diteliti. Penulis berusaha

dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan permasalahan- permasalahan

yang terjadi di lingkungan sekolah dan upaya peningkatan guru bimbingan

konseling dalam menanganinya. Selain itu, penulis dapat memperoleh data


8

dengan cara mewawancarai dan memberikan beberapa pertanyaan kepada

beberapa guru bimbingan konseling (BK) dan siswa.

1.7 Data dan Sumber Data

Data adalah sekumpulan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti

dari suatu pengamatan atau juga pencarian ke sumber-sumber tertentu. Data

dapat berupa angka, lambang, ataupun simbol. Sebuah data yang di peroleh

dari suatu penelitian dengan menggunakan metode- metode tertentu dapat

lebih mudah untuk menyajikan sebuah informasi baru untuk menyelesaikan

suatu permasalahan- permasalahan tertentu.

Sumber data dalam penelitian adalah data yang dikumpulkan

langsung oleh peneliti dari sumbernya ataupun pihak pertama dan dapat

disebut sebagai subjek. Dalam penelitian ini, peneliti menggumpukan data

primer. Lofland dalam Moleong (2010: 157) mengemukakan bahwa data

primer adalah sumber data utama dalam penelitian dengan melakukan tanya

jawab (wawancara) dan memberikan beberapa pertanyaan (survei) kepada

rersponden.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I : Latar Belakang , Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat

Penelitian, Alasan pemilihaan judul

Bab II : Kajian Teori


9

Bab III : Metode Penelitian

Bab IV : Data & Sumber Data

Bab V : Kesimpulan
BAB II

KAJIAN TEORI

2.4.1 Tinjauan Mengenai Guru

2.1.1 Pengertian Guru

Guru adalah tenaga pendidik atau seseorang yang

profesional dalam mendidik, mengarahkan, memberikan

bimbingan, mengajar dan melatih ilmu pengetahuan maupun

materi pelajaran agar siswa dapat memahaminya. Dalam hal ini,

guru tidak hanya memberikan pendidikan formal. Akan tetapi,

juga bisa memberikan pendidikan lainnya dan dapat dijadikan

sosok yang teladan bagi para siswanya.

Guru adalah tenaga pendidik profesional yang

memiliki tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, memberikan

bimbingan, mengarahkan melatih dan memberikan penilaian

serta mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

melalui formal pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama

maupun pendidikan menengah atas . Dalam uraian diatas, peran

guru sangatlah penting dalam proses membentuk dan

menciptakan sosok generasi baru yang berkualitas , baik secara

intektual maupun spiritual.

Menurut Dri Atmaka (2004 : 17) guru adalah tenaga

pendidik atau seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam

memberikan bantuan kepada siswanya baik secara fisik maupun

9
10

spiritual. Selain itu, guru adalah sebagai orang tua siswa

disekolah yang memberikan fasilitas berupa ilmu pengetahuan .

Menurut Mulyasa, guru adalah tenaga pendidik yang

memiliki keahlian akademik dan keterampilan sebagai agen

pembelajaran, bugar jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Selain itu

guru memiliki wewenang dan tugas dalam dunia pendidikan dan

pengajaran dalam pendidikan formal.

Guru adalah seseorang yang bertugas melatih siswanya

agar memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan

dasar . Jika disekolah umumnya guru memberikan pelatihan

keterampilan dan kecakapan dasar, maka dari itu sekolah

kejuruan harus memberikan pelatihan keterampilan dan

kecakapan dasar lanjutan. Selain itu, guru berfokus kepada

kegiatan mengajar dalam hal intektual sehingga siswa dapat

mengetahui tentang materi suatu disiplin ilmu.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan definisi

guru adalah seseorang atau tenaga pendidik yang sudah

bersekolah tinggi dengan memilih jurusan ilmu pendidikan,

PGSD, PG-PAUD maupun yang lainnya, yang umumnya sudah

berijazah S.Pd atau M.Pd dan memiliki tugas, yaitu untuk

mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan penilaian

serta mengevaluasi peserta didik. Selain itu, peran guru sangatlah

penting bagi bangsa dalam menciptakan generasi muda yang


11

berkualitas dalam segi intektual maupun segi spiritual. Guru

sering kita sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, orang orang

hebat itu bisa terlahir karena guru. Jika tidak ada guru profesi -

profesi yang lain tidak akan bisa tercipta, berkat guru mereka bisa

menjadi orang yang pintar, cerdas, dan hebat.

2.1.2 Peran Guru

2.1.2.1 Sebagai pengajar, yaitu seseorang yang mengajarkan

suatu ilmu bisa berupa ilmu pengetahuan maupun

keterampilan kepada peserta didiknya.

2.1.2.2 Sebagai pendidik, yaitu seseorang mendidik siswanya

agar memiliki tingkah laku dan etika yang baik dan

sesuai dengan norma- norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.2.3 Sebagai pembimbing, yaitu seseorang yang

membimbing dan memberi pengarahan agar tetap

berada pada jalur yang tepat sesuai dengan tujuan

pendidikan.

2.1.2.4 Sebagai motivator, yaitu seseorang yang memberikan

motivasi kepada siswanya agar semangat dalam belajar.

2.1.2.5 Sebagai teladan, yaitu seseorang yang dapat

memberikan contoh dan dapat dijadikan teladan yang

baik bagi siswanya.

2.1.2.6 Sebagai administrator, yaitu seseorang yang dapat

menilai dan mencatat perkembangan siswanya.


12

2.1.2.7 Sebagai evaluator, yaitu seseorang yang melakukan

evaluasi terhadap proses pembelajaran peserta didiknya.

2.1.2.8 Sebagai inspirator, yaitu seseorang yang dapat

menginspirasi siswanya sehingga memiliki cita-cita di

masa depan.

2.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Guru

2.1.3.1 Mengajar ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya.

2.1.3.2 Melatih kemampuan dan keterampilan peserta didiknya.

2.1.3.4 Mendidik tingkah laku dan etika peserta didiknya.

2.1.3.5 Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peserta

didiknya.

2.1.3.6 Memberikan dorongan kepada siswanya agar bisa

semangat dalam belajar. Bisa dengan memberikan

sebuah penghargaan maupun hadiah.

Dilihat dari beberapa tugas dan peranan guru diatas,

maka sudah jelas guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang

sangat besar dan berat dalam mendidik, membimbing dan

mengarahkan siswanya. Selain itu , guru juga bertugas didalam

bagian administrasi dan berkewajiban untuk berhubungan serta

membina masyarakat dilingkungannya.

2.2 Tinjauan Mengenai Bimbingan dan Konseling

2.2.1 Pengertian Bimbingan

Menurut Sukardi (2008 : 2) bimbingan adalah suatu

proses memberikan bantuan kepada individu ataupun


13

sekelompok orang secara berkesinambungan dan sistematis

yang dilakukan oleh guru pembimbing agar individu menjadi

pribadi yang lebih baik dan mandiri. Selain itu, bimbingan

dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan kepada orang lain

untuk dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri sehingga

bisa mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar yang

sesuai dengan peraturan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Menurut Jones dalam Sutirna (2013) bimbingan adalah

suatu bantuan kepada seseorang dalam menentukan pilihan

yang cerdas atau tepat dalam menyesuaikan kehidupannya.

Selain itu, bimbingan juga dapat diartikan suatu layanan yang

diperuntukkan untuk seseorang guna membantu mereka dalam

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menentukan

pilihan, rencana serta interpretasi untuk melakukan penyesuaian

diri yang baik.

Dilihat dari beberapa penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses

memberikan bantuan kepada individu ataupun kelompok secara

berkesinambungan dalam memahami dirinya sendiri dan

menentukan pilihan yang tepat agar menjadi pribadi yang lebih

baik, mandiri serta dapat menyesuaikan diri di lingkungan

masyarakat.
14

2.2.2 Pengertian Konseling

Konseling ataupun penyuluhan adalah proses dalam

bantuan yang dilakukan oleh ahlinya kepada seseorang yang

mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapinya.

Menurut Tolbert dalam Prayitno (2004 : 101),

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara

kontak langsung antara dua orang. Dimana konselor melakukan

hubungan itu dengan menggunakan kemampuan-kemampuan

yang dimilikinya . Dalam hal ini, konseli atau orang yang

mengalami masalah maupun membutuhkan bantuan yang dapat

dibantu untuk memahami dirinya sendiri, keadaannya sekarang

bagaimana, dan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan

sendiri dengan potensi -potensi yang dimilikinya sehingga

tercipta kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Selain itu,

konseli atau orang yang mengalami masalah dapat belajar

bagaimana cara menuntaskan masalah-masalah dan

menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang .

Menurut Jones dalam Insano (2004 : 11) konseling

adalah hubungan profesional antara konselor yang telatih

dengan konseli yang bersifat pribadi, walaupun terkadang

melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu

konseli dalam memahami dan memperjelas pandangan terhadap


15

ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat menentukan pilihan

yang bermakna bagi dirinya.

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan

konseling adalah hubungan timbal balik antara konselor dan

konseli untuk menangani masalah konseli yang didukung oleh

keahlian konselor dan suasana yang selaras dan integrasi,

berdasarkan norma- norma yang berlaku dimasyarakat sehingga

dapat berguna bagi konseli.

Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling diatas

maka dapat dirumuskan bahwa makna bimbingan dan konseling

adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang

diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu

(konseli) melalui kontak langsung atau interaksi antar keduanya

agar konseli dapat memiliki kemampuan dan kecakapan melihat

atau menemukan masalahnya serta dapat menyelesaikan

permasalahannya sendiri. Proses pemberian bantuan atau

pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada

seseorang (konseli) melalui pertemuan langsung untuk

mengungkap masalah seseorang (konseli) sehingga dia mampu

melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya sendiri

sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya dan mampu

memecahkan masalah yang dihadapinya.


16

2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling

2.2.3.1 Mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya

seoptimal mungkin dengan menyesuaikan bakat dan

minatnya sehingga dapat berguna dalam

kehidupannya.

2.2.3.2 Mengatasi berbagai kesulitan dan dapat memahami

dirinya sendiri, lingkungannya, keluarganya,

pekerjaanya, sosialnya, ekonominya dan

kebudayaannya.

2.2.3.3 Mampu dalam mengatur kehidupannya dengan

mengambil sikap dan mempunyai pandangan sendiri

serta menerima segala konsekuensi atas tindakan-

tindakannya.

2.2.3.4 Memiliki komitmen yang kokoh dalam mengamalkan

nilai nilai ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Baik dalam kehidupannya sendiri,

sekolah maupun masyarakat.

2.2.3.5 Memiliki sikap saling menghargai dan menghormati

terhadap umat agama lain serta memelihara hak dan

kewajibannya.

2.2.3.6 Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, yang dapat

diwujudkan melalui komitmen terhadap tugas dan

kewajibannya.
17

2.2.3.7 Mampu dalam memecahkan masalah baik bersifat

internal maupun eksternal.

2.2.3.8 Mampu dalam mengambil keputusan secara efektif.

2.2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling

2.2.4.1 Fungsi pencegahan (preventif), yaitu fungsi yang

bertujuan untuk mencegah dan menghindari peserta

didik dari suatu masalah yang dapat terjadi dan bisa

mengganggu serta menghambat proses perkembangan

nya.

2.2.4.2 Fungsi pemahaman, yaitu membantu seseorang untuk

mengenal dan memahami dirinya serta lingkungannya.

Selain itu, mengarah pada peningkatkan kapasitas

dalam mengontrol perasaan dan tindakan.

2.2.4.3 Fungsi pengembangan, yaitu untuk mengembangkan

dan menciptakan lingkungan yang kondusif dan dapat

memfasilitasi perkembangan konseli.

2.2.4.4 Fungsi penyembuhan, yaitu upaya pemberian bantuan

kepada konseli yang tengah mengalami masalah baik

dilihat dari aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.

2.2.4.5 Fungsi pemeliharaan, yaitu bimbingan konseling untuk

membantu konseli agar dapat menjaga dan

mempertahankan diri.

2.2.4.6 Fungsi Perbaikan , yaitu bimbingan konseling dalam

membantu konseli sehingga bisa berubah menjadi lebih


18

baik dengan cara memperbaiki pikiran, perasaan dan

tindakan.

2.2.4.7 Fungsi Fasilitasi, yaitu bimbingan konseling

memfasilitasi konseli dalam mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal, serasi dan selaras

dengan aspek dalam diri konseli.

2.2.4.8 Fungsi penyesuaian, yaitu bimbingan konseling dapat

memberikan bantuan dalam menyesuaikan diri konseli

dengan lingkungannya yang berubah-ubah dan kondisi

yang tenang serta mendukung.

2.2.4.9 Fungsi penyaluran, yaitu bimbingan konseling dapat

memberikan bantuan dalam menentukan kegiatan

ekstrakulikuler, jurusan, program studi dan karir

dengan menyesuaikan bakat dan minat konseli.

2.2.5 Asas Bimbingan dan Konseling

2.2.5.1 Asas kerahasiaan, yaitu konselor dituntut atau diminta

harus merahasiakannya segenap data konseli (siswa).

2.2.5.2 Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan konseling

yang menghendaki adanya kesukarelaan konseli untuk

mengikuti atau menjalani kegiatan yang dikhususkan

baginya.

2.2.5.3 Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan konseling

menghendaki agar peserta didik dan orang tuanya

menjadi terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.


19

2.2.5.4 Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan konseling yang

menghendaki agar siswa atau orang tua dapat

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bimbingan

dan konseling.

2.2.5.5 Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan konseling

yang mengharapkan individu (konseli) lebih mandiri.

2.2.5.6 Asas kekinian, yaitu asas bimbingan konseling yang

merujuk pada kondisi saat ini.

2.2.5.7 Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan konseling

yang mengharapkan agar layanan bisa mengalami

perubahan dari yang monoton bisa menjadi lebih maju.

2.2.5.8 Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan konseling

yang menghendaki agar layanan yang dilakukan

harmonis dan terpadu.

2.2.5.9 Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan konseling

menghendaki agar layanan yang dilaksanakan

berdasarkan norma-norma yang berlaku, yaitu norma

agama, hukum dan peraturan.

2.2.6 Prinsip Bimbingan dan Konseling

2.2.6.1 Bimbingan berkaitan dengan perkembangan

kepribadian individu.

2.2.6.2 Bimbingan memfokuskan perhatian pada dunia

subjektif peserta didik.


20

2.2.6.3 Bimbingan mengarah pada kerja sama, tetapi bukan

paksaan.

2.2.6.4 Setiap manusia mampu untuk melakukan perubahan

dengan mengembangkan dirinya sendiri.

2.2.6.5 Bimbingan berdasarkan hak-hak dan nilai-nilai

kepribadian individu disamping kebebasan individu

untuk memilih.

2.2.6.6 Bimbingan merupakan suatu proses yang

berkelanjutan dan dilakukan secara terus menerus dan

sistematis.

2.3 Tinjauan Mengenai Guru Bimbingan Konseling

2.3.1 Pengertian Guru Bimbingan Konseling

Guru bimbingan konseling atau yang biasa disebut konselor

sekolah dalam memberikan pengertian antara tokoh yang satu dengan

yang lainnya berbeda-beda karena dipandang dari sudut pandang yang

berbeda.

Menurut Ws.Winkell guru bimbingan konseling adalah

seorang guru bidang studi yang telah mendapat pendidikan formal

sebagai tenaga pembimbing, di samping itu tetap menjadi tenaga

pengajar , ia berkedudukan sebagai tenaga bimbingan yang dibawahi

oleh penyuluh pendidikan dan bertugas memberi pelayanan

bimbingan sejauh tidak bertentangan dengan tugasnya sebagai tenaga

pengajar.
21

Guru bimbingan konseling (BK) adalah tenaga profesional

pria atau wanita yang mendapat pendidikan khusus bimbingan dan

konseling, secara ideal berijazah FIP-IKIP, jurusan atau program studi

bimbingan dan konseling atau psikologi pendidikan dan bimbingan,

serta jurusan-jurusan yang sejenis.

Dari kedua pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa guru bimbingan dan konseling (BK) adalah tenaga profesional

baik pria maupun wanita yang memperoleh pendidikan khusus di

perguruan tinggi dan idealnya berijazah sarjana FIP IKIP jurusan

psikologi dan bimbingan yang mencurahkan waktunya pada

pelayanan bimbingan

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab 1 pasal 1

ayat 1 dan ayat 6. Ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.3.2 Tujuan Guru Bimbingan dan Konseling

2.3.2.1 Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.

2.3.2.2 Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.

2.3.2.3 Penyelesaian masalah.

2.3.2.4 Mencapai keefektifan pribadi.


22

2.3.2.5 Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang

penting bagi dirinya.

2.3.3 Syarat- Syarat Guru Bimbingan dan Konseling

Memiliki profesi sebagai guru bimbingan dan konseling (BK)

bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang ringan dan mudah karena

siswa-siwa yang dihadapi disekolah satu dengan yang lainnya

pastinya memiliki suatu permasalahan yang berbeda-beda pula.

Masing -masing siswa memiliki ciri khas dan keunikan baik dalam

aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikapnya.

Sama seperti profesi yang lainnya untuk menjabat dan

memasuki suatu lapangan kerja, seorang konselor sekolah harus

memenuhi persyaratan berikut :

2.3.3.1 Persyaratan Formal

2.3.3.1.1 Pendidikan

Secara umum konselor sekolah serendah

rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari suatu

pendidikan yang sah dan memenuhi persyaratannya untuk

menjadi guru (memiliki sertifikat mengajar) dalan jenjang

pendidikan dimana ia ditugaskan.

Secara profesional seorang konselor harus

mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan . Dalam

masa pendidikannya pada institusi bersangkutan seorang

konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi

tentang prinsip-prinsip dan praktek bimbingan, seperti


23

proses konseling, pemahaman individu, informasi dalam

bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir,

administrasi dan kaitannya dengan program bimbingan dan

prosedur penelitian serta penilaian bimbingan.

2.3.3.1.2 Pengalaman

Seorang konselor profesional dalam bidangnya,

hendaknya telah memiliki pengalaman mengajar atau

praktek konseling selama dua tahun, ditambah satu tahun

pengalaman bekerja di luar bidang persekolahan, tiga bulan

sampai enam bulan praktek konseling yang di awasi tim

pembimbing atau praktek internship, dan pengalaman-

pengalaman yang ada kaitannya dengan bidang sosial,

seperti kegiatan suka rela dalam masyarakat, bekerja

dengan orang lain dan menunjukkan kemampuan

memimpin dengan baik.

2.3.3.1.3 Kecocokan kepribadian

Konselor sekolah hendaknya memiliki bakat

Scolastik (Scolastik Aptitude) yang baik, sehingga mereka

akan dapat menyelesaikan studinya di perguruan tinggi

dengan hasil yang memuaskan dan minat (Interest) yang

mendalam untuk bekerja sama dengan orang lain. serta

tertarik untuk melakukan kegiatan-kegiatan (Activities)

yang akan dilakukannya.


24

Faktor-faktor kepribadian (Personality factors)

seorang konselor harus memiliki kematangan emosi yang

dapat diteliti dari situasi kehidupan kepribadiannya,

kesabaran, keramahan, keseimbangan batin, tidak lekas

menarik diri dari situasi yang rawan, cepat tanggap

terhadap kritik, sense or humor dan sebagainya.

2.3.3.2 Persyaratan Kepribadian

Menurut Sukardi, seorang konselor sekolah dalam

mengadakan kontak dengan orang lain haruslah memiliki

pemahaman kepada orang lain secara obyektif dan

simpatik, memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang

lain secara baik , memahami batas-batas kemampuan yang

ada pada dirinya sendiri, memiliki minat yang mendalam

mengenai murid-murid dan berkeinginan sungguh-sungguh

untuk memberikan bantuan kepada mereka. Selain itu,

harus memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial

dan fisik.

2.3.3.3 Persyaratan Sikap dan Sifat

Beberapa syarat yang berkenaan dengan sifat dan

sikap yang harus dimiliki oleh seorang konselor di

antaranya adalah sifat dan sikap untuk menerima klien

sebagaimana adanya, penuh pengertian atau pemahaman

terhadap klien secara jelas, benar dan menyeluruh dari apa

yang diungkapkan oleh klien, dan kesungguhan serta


25

mengomunikasikan pemahamannya tentang bagaimana

klien berusaha untuk mengekpresikan dirinya. Semua hal

tersebut di atas juga harus dilengkapi dengan sifat dan sikap

yang supel, ramah, dan fleksibel yang harus dimiliki oleh

seorang konselor.

2.3.4 Peran Guru Bimbingan Dan Konseling (BK) Dalam Menangani


Krisis Etika Pada Siswa.

Permasalahan krisis yang paling unik yaitu adanya dampak yang

terjadi pada seorang individu. Seseorang yang sedang berada dalam

kondisi krisis tiba-tiba tidak mampu dalam memenuhi tuntutan sehari-

hari. Siswa yang sebelumnya berperilaku kompeten dan efisien tiba -tiba

menjadi tidak teratur, depresi, hiperaktif, bingung ataupun histeris.

Mereka tidak dapat dibantu dengan menggunakan tekhnik konseling

sekolah yang biasanya dilakukan. Namun demikian, anak yang

mengalami krisis etika sering sekali terjadi disekolah. Oleh karena itu

guru bimbingan dan konseling (BK)/konselor sekolah berperan penting

dalam penanganan krisis etika yaitu :

2.4.1 Guru bimbingan konseling (BK) diharapkan mampu

mendukung guru, orang tua dan anak -anak sendiri selama

masa periode krisis, yaitu jika guru bimbingan konseling ,

guru dan orang tua dapat bekerja sama dalam melaksanakan

tugasnya dengan baik, maka siswa disekolah yang berada

dalam usia remaja dan banyak mengalami permasalahan,

seperti penyesuaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa


26

menyebabkan perilaku menyimpang akan lebih mudah

dibimbing kejalan yang baik.

2.4.2 Guru bimbingan konseling (BK) berperan penting untuk

memberikan pendampingan kepada siswa, yaitu guru

bimbingan konseling diharapkan mampu untuk mendampingi

siswa dan membantu bimbingan konseling disekolah dengan

menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak terutama bagi

siswa. Untuk itu diperlukan upaya -upaya untuk

meningkatkan keberdayaan guru bimbingan konseling.

2.4.3 Guru bimbingan konseling (BK) sangat diperlukan untuk

membantu dalam memberikan bimbingan konseling di

sekolah, yaitu jika ada salah satu siswa yang sedang

mengalami suatu masalah, maka guru bimbingan konseling

(BK) akan membantu dalam mengatasi masalah pribadi, sosial

dan masalah penyesuaian diri terhadap dirinya sendiri dengan

memberikan bimbingan konseling disekolah.

2.3.5 Upaya Peningkatan Guru Bimbingan Dan Konseling (BK) Dalam


Menangani Krisis Etika Pada Siswa.

Upaya merupakan usaha seseorang untuk melakukan sesuatu,

yang dalam konteks ini upaya yang peneliti lakukan adalah usaha

peningkatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling

(BK)/konselor sekolah dalam menangani krisis etika pada siswa yaitu :

2.5.1 Identifikasi masalah

Guru bimbingan dan konseling (BK)/konselor

memanfaatkan kemampuannya dan pengetahuannya yang lebih


27

banyak dari siswa untuk memberikan informasi atau mencari

jalan keluar mengenai masalah yang belum diketahui oleh

siswa, seperti memberitahu tentang kemungkinan-

kemungkinan melanjutkan sekolah, tentang seksualitas dan

sebagainya. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu untuk

menyelesaikan masalahnya dikemudian hari.

2.5.2 Pemberian bimbingan peringatan dan hukuman

Langkah awal yang harus dilakukan oleh guru

bimbingan konseling (BK) dalam menangani suatu

permasalahan yaitu dengan memberikan bimbingan atau

teguran kepada siswa yang bermasalah tersebut. Hal ini

dilakukan karena siswa yang melakukan permasalahan tersebut

mungkin ada faktor-faktor yang mendorongnya untuk

melakukan sebuah kesalahan atau pelanggaran yang dapat

merugikan orang lain terutama dirinya sendiri. Oleh karena itu

bimbingan konseling sangat tepat diberikan kepada siswa

seperti ini sehingga dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya. Jika setelah diberikan bimbingan atau arahan akan

tetapi siswa tersebut tetap melakukan pelanggaran dan

kesalahan yang sama , maka tindakan selanjutnya yang harus

dilakukan adalah memberikan sanksi hukuman agar siswa jera.

2.5.3 Melakukan kunjungan rumah

Dalam rangka menangani masalah siswa adakalanya

dilakukan terapi sekaligus terhadap seluruh atau sebagian


28

anggota keluarga (ayah, ibu dan anak-anak). Hal ini perlu

dilakukan jika masalah yang dihadapi siswa berkaitan erat

dengan perilaku atau cara-cara pendekatan yang dilakukan oleh

orang tua atau anggota keluarga lainnya dirumah atau siswa

yang bermasalah tersebut. Tujuan dari tekhnik terapi keluarga

/kunjungan rumah ini adalah agar keluarga menjadi satu-

kesatuan yang bisa berfungsi dengan baik dan setiap anggota

keluarga dapat menjalankan fungsinya masing-masing yang

selalu saling mendukung serta saling membantu dengan anggota

keluarga lainnya.

2.5.4 Memanggil orang tuanya

Guru bimbingan dan konseling (BK) memanggil orang

tua siswa yang bermasalah/bersangkutan guna untuk memenuhi

undangan dari pihak sekolah dengan tujuan memberi tahu

orang tua tentang kejadian yang dilakukan oleh anaknya.

2.5.4 Kerja sama para guru

Guru bimbingan konseling (BK) dapat melakukan kerja

sama dengan pihak yang ada disekolah, seperti guru dan

temannya. Dengan terjalinnya kerja sama ini tentu akan lebih

memudahkan guru bimbingan konseling (BK) dalam upaya

menangani siswa yang krisis etika karena permasalahan siswa

disekolah bukan merupakan tanggung jawab guru bimbingan

konseling, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama dengan

semua pihak sekolah. Adapun bentuk kerjasama yang dilakukan


29

dapat berupa pemberian informasi tentanng siswa oleh wali

kelas dan guru bidang studi tentang permasalahan yang dialami

siswa sehingga dengan saling memberikan informasi, guru

bimbingan dan konseling dapat mengadakan tindak lanjut

terhadap permasalahan yang dialami siswa tersebut.

2.3.6 Metode Guru Bimbingan Konseling (BK) Dalam Mengembangkan


Dan Membentuk Karakter Siswa

Dalam dunia pendidikan tugas guru bimbingan konseling

bukan hanya mengajar tetapi menjadi sosok guru yang bisa membantu

dan menuntun individu dalam upayanya untuk menyelesaikan

masalahnya serta urusan maupun tujuan yang diinginkan sehingga

dapat tercapai . Akan tetapi, tugas guru bimbingan konseling lebih dari

itu, yakni membina akhlak dalam proses pembentukan dan

pengembangan karakter peserta didik sehingga tercapai kepribadian

dan karakter yang baik bagi peserta didik. Untuk dapat mewujudkan

peserta didik yang berkarakter, maka guru bimbingan dan konseling

harus mempunyai metode dalam membentuk karakter siswa . Metode

guru bimbingan dan konseling dalam membentuk dan mengembangkan

karakter siswa yaitu :

2.6.1 Metode langsung dan tidak langsung

metode langsung adalah metode yang diberikan kepada

siswa dengan memberikan praktik langsung tentang materi dan

pembelajaran tentang akhlak, baik itu akhlak kepada orang tua,

guru, masyarakat ataupun akhlak kepada teman sejawat.

Sedangkan metode tidak langsung merupakan metode yang


30

diberikan kepada peserta didik mengenai tentang menanamkan

nilai-nilai karakter dengan menceritakan kisah -kisah teladan

yang dapat diamalkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan metode ini, siswa dapat memiliki karakter yang

berakhlak mulia, baik kepada orang tua, guru, masyarakat dan

teman-temannya.

2.6.2 Metode keteladanan

Metode yang dilakukan guru bimbingan konseling

(BK) adalah metode keteladanan, karena sifat siswa yang suka

meniru orang yang dikaguminya maka dalam pemberian materi

langsung memberikan contoh-contoh sifat yang terpuji yang

dimiliki oleh tokoh-tokoh yang menjadi panutan dan selalu

memberikan contoh-contoh langsung kepada peserta didik

,seperti mimik, berbagai gerakan badan, dramatisasi, suara serta

perilaku sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan dengan

sendirinya meniru sikap dan tindakan guru tersebut.

2.6.3 Metode memberikan saran dan nasihat

Metode memberikan saran atau anjuran untuk berbuat

kebaikan diharapkan siswa mampu menjalankannya dengan

baik sehingga dapat meningkatkan karakter siswa. Kemudian

metode ceramah biasanya digunakan untuk memberikan

penjelasan sedikit. Dalam metode ini, materi yang susah

diperagakan, seperti materi kedisiplinan, kesopanan dan perlu

penjelasan secara detail. Metode ini dianngap sangat efektif


31

dalam penguasaan kelas maupun konsultasi secara tatap muka

antara siswa dan guru bimbingan dan konseling. Dalam kegiatan

konseling ini terdapat hubungan yang dinamis dan khusus

karena dalam interaksi tersebut konseli merasa diterima dan

dimengerti oleh konselor . Dalam hubungan ini , konselor dapat

menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan

penilaian . konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti

masalah pribadinya dan mau membantu memecahkan masalah

tersebut. Pada proses ini juga konseli maupun konselor sama -

sama mengambil pelajaran dari pengalaman hubungan yang

bersifat khusus dan pribadi. Selain itu, dapat menggunakan

metode diskusi. Metode ini lebih mengaktifkan siswa untuk

tidak pasif dalam menerima materi yang sudah diberikan

melalui metode ini pun bisa dibuat untuk penekanan akhlak

antar siswa, yaitu berupa toleransi antar lawan bicara dengan

cara saling membantu dan saling menghargai pendapat orang

lain.

2.6.4 Metode pemberian sanksi atau pemberian hadiah

Metode hukuman juga sangat bermanfaat bagi siswa ,

namun hanya berupa gerakan kepada siswa sehingga hukuman

yang dimaksud adalah untuk membuat siswa itu jera bukan

merasa dirinya dihukum. Namun, pada dasarnya jika siswa

tersebut melakukan pelanggaran maka pemberian hukuman pun

diberikan itupun dilakukan dengan sangat berhati-hati. Dengan


32

begitu, siswa paham tentang pelanggaran yang sudah

dilakukannya untuk tidak melakukannya lagi serta penekanan

pada pembinaan. Selain itu, pembentukan akhlak dan karakter

yang baik, yaitu dapat dilakukan dengan musyawarah dalam

mencapai mufakat dan saling mengharagai pendapat orang lain,

sedangkan dengan metode pemberian hadiah kepada siswa

dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan metode ini, siswa

dapat meningkatkan cara belajar dan meraih prestasi yang lebih

baik lagi. Selain itu, dengan mudah tertanam karakter yang baik

dan menjadi siswa yang unggul baik dalam bidang akademik,

non akademik, seni maupun dalam bidang keagamaan

khususnya.

2.4 Tinjauan Mengenai Krisis Etika

2.4.1 Pengertian Krisis

Krisis adalah suatu peristiwa yang tengah terjadi atau

diperkirakan akan mengarah pada situasi yang tidak stabil dan dapat

mengancam serta berbahaya yang memengaruhi individu, kelompok

dan masyarakat. Selain itu krisis juga dianggap membawa dampak

negatif dalam urusan keamanan, sosial maupun lingkungan.

Menurut Davlin dalam Kariyantono ( 2012 : 171 ) definisi

dari krisis adalah suatu kondisi yang tidak stabil dan memungkinkan

akan menghasilkan hasil yang tidak diinginkan. Jika suatu organisasi

mengalami krisis maka akan memungkinkan tidak dapat berjalan

dengan lancar.
33

Sedangkan menurut Machfud (1998) definisi krisis adalah

suatu kejadian, perkiraaan , keadaan yang mengancam kesatuan ,

keunggulan atau keberlangsungan individu ataupun suatu organisasi.

Hal tersebut dapat mengancam keamanan, kelayakan dan nilai-nilai

sosial serta bersifat dapat merusak baik secara faktual maupun secara

potensial pada organisasi dimana organisasi itu sendiri tidak dapat

segera menyelesaikannya.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu krisis adalah suatu peristiwa yang sedang terjadi

kondisi yang diperkirakan akan menghasilkan hasil yang tidak

diinginkan dan dapat mengancam kesatuan, keamanan, kelayakan dan

nilai- nilai sosial.

2.4.2 Pengertian Etika

Etika adalah suatu rancangan pertimbangan dasar atau

kebaikan dari perilaku sosial individu yang didasarkan tradisi dan

dimiliki suatu individu maupun kelompok tersebut. Moral adalah

unsur utama yang membentuk etika. Selain itu, etika dapat mengatur

cara individu dalam berperilaku. Akan tetapi, tidak memperhatikan

kondisi fisik dari individu.

Menurut Webster Dictionary etika adalah sebuah perilaku

berdasarkan aturan ilmu yang menjelaskan sesuatu yang benar dan

salah, tugas atau kewajiban moral, bisa juga mengenai kumpulan

prinsip atau nilai-nilai moral. Selain itu, etika dapat membedakan

mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus dilakukan
34

dan mana yang harus dihindarkan, mana yang baik dan mana yang

buruk.

Sedangkan menurut Bertens definisi etika adalah nilai-nilai

dan norma-norma moral yang baik yang dapat diterapkan dan tidak

dapat diterapkan. Walaupun seharusnya harus diterapkan. Selain itu ,

etika dapat diartikan sebagai moral yang harus dilakukan, dan tidak

boleh dilakukan, pantas dilakukan dan tidak pantas dilakukan.

Berdasarkan berapa penjelasan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu etika adalah suatu rancangan pertimbangan dasar ,

nilai-nilai sosial berdasarkan aturan ilmu yang menjelaskan mana

yang benar dan mana yang salah.

Berdasarkan pengertian krisis dan etika diatas maka dapat

dirumuskan bahwa makna krisis etika adalah situasi dimana seseorang

mengalami moral yang buruk atau memiliki sedikit kesadaran dengan

sekitar dan harus segera ditangani.

2.4.3 Faktor penyebab krisis etika

2.4.3.1 Pengaruh lingkungan dan budaya sekitar.

2.4.3.2 Pudarnya nilai-nilai agama dan keimanan.

2.4.3.3 Pudarnya nilai-nilai religius.

2.4.3.4 Tidak memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

2.4.3.5 Rendahnya sikap disiplin diri.

2.4.3.6 Tidak memiliki rasa kejujuran yang tinggi.

2.4.3.7 Tidak memiliki pemikiran untuk masa depan

2.4.3.8 Perkembangan dan kemajuan tekhnologi.


35

2.4.4 Dampak krisis etika

2.4.4.1 Dapat melakukan tindakan kriminal.

2.4.4.2 Dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman.

2.4.4.3 Akan dijauhi dan tidak dipercayai oleh orang lain.

2.4.4.4 Berperilaku agresif.

2.4.4.5 Mengalami penyimpangan perilaku sosial

2.4.4.6 Memiliki masa depan yang suram

2.4.5 Upaya dalam mencegah krisis etika

2.7.5.1 Memberikan pengawasan yang ketat disekolah.

2.7.5.2 Membekali dengan pendidikan moral.

2.7.5.3 Menanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini.

2.7.5.4 Orang tua membangun hubungan yang baik dengan anak.

2.7.5.5 Menjaga komunikasi tetap terbuka dengan orang tua.

2.7.5.6 Mendorong anak untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang

positif.

2.7.5.7 Orang tua memberikan contoh yang baik dan menjadi panutan.
BAB III

METODE PENENLITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

menggambarkan suatu rumusan masalah dan mengarahkan penelitian untuk

meneliti atau memeriksa keadaan sosial yang akan diteliti secara keseluruhan,

luas serta mendalam. Menurut Mukhtar (2013 : 10) metode penelitian

deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan

pengetahuan dan teori terhadap penelitian pada suatu waktu tertentu,

sedangkan menurut Sugiyono (2008 : 15) metode penelitian deskriptif

kualitatif adalah metode penelitian berdasarkan pada filsafat yang sependapat

dan biasanya digunakan untuk meneliti pada keadaan yang sebenarnya serta

bersifat alamiah. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai

insrumen kunci.

Dalam suatu penelitian, penentuan jenis penelitian merupakan cara

yang sangat penting karena dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah

penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan jenis

penelitian yang tepat . Selain itu, jenis penelitian akan memandu seorang

peneliti mengenai urutan-urutan bagaimana sebuah penelitian dilakukan.

Jenis penelitian merupakan langkah penting untuk memecahkan berbagai

permasalahan dalam sebuah penelitian. Dengan menguasai jenis penelitian ,

maka dapat memecahkan masalah-masalah dalam sebuah penelitian . Setiap

jenis penelitian pasti memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu.

36
37

Penentuan jenis penelitian yang tepat akan sangat bergantung pada

maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan.

3.2 Metode Penelitan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif . Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang bertujuan untuk memahami peristiwa atau kejadian tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain lain secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk tulisan,

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong , 2017: 6 ). Sedangkan

menurut Sukmadinata (2009:53-60) , penelitian kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa,

kejadian , aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan orang secara

individu maupun kelompok.

Penelitian kualitatif lebih menekankan untuk menjelaskan suatu

peristiwa atau kejadian yang terjadi dengan sedalam-dalamnya . Dengan cara

mengumpulkan data yang serinci-rincinya pula, yang menunjukkan

pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Semakin

mendalam, teliti dan tergali suatu data yang diperoleh, maka dapat diartikan

pula bahwa semakin baik kualitas penelitian tersebut. Selain itu, metode

penelitian kualitatif berfokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karena

itu, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan

kajian atas suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih komprehensif.
38

Metode penelitian kualitatif membantu menjelaskan suatu

permasalahan serta menguraikan solusinya secara mendalam dan sistematis.

Metode ini sangat tepat dalam menguraikan berbagai permasalahan dan

memberi ruang bebas pada peneliti untuk terus menginvestigasi tentang

kasus yang akan diteliti. Selain itu, peneliti harus memiliki bekal pengetahuan

dan wawasan yang luas sehingga dapat bertanya, menganalisis dan

mengontruksi objek yang akan diteliti menjadi lebih detail dan jelas.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti mempunyai peran yaitu sebagai

instrument kunci dalam memperoleh dan mengumpulkan data serta

menafsirkan data . Data yang dikumpulkan dilakukan dengan cara

pengamatan langsung atau observasi, wawancara, kuisioner, studi kasus dan

dokumentasi.

3.3 Sumber Data

Menurut Lofland (dalam moleong, 2013 : 157) “Sumber data utama

adalah tulisan yang berupa kata-kata, tindakan, perilaku dan selebihnya

adalah tambahan seperti dokumen yang dapat berupa foto dan lain-lain “.

Sumber data akan diambil dari hasil observasi, wawancara, kuisioner, studi

kasus dan dokumentasi . Jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian

ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

langsung diperoleh dari sumbernya dan merupakan data pokok yang harus

didapatkan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sudi

kasus yang sebelumnya seperti buku, majalah ilmiah dan dokumen-dokumen

dari pihak yang terkait mengenai masalah krisis etika pada siswa di sekolah
39

SMA Negeri 1 Pamekasan. Selain itu, jenis sumber data terutama pada

penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

3.3.1 Narasumber

Narasumber adalah orang yang mengetahui dan memberikan

informasi secara jelas atau menjadi sumber informasi untuk

kepentingan kelengkapan suatu data penelitian. Narasumber dalam

penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling (BK) dan

beberapa siswa SMA Negeri 1 Pamekasan.

3.3.2 Peristiwa atau Aktivitas

Data dan informasi dapat dihasilkan dari suatu pengamatan

peristiwa atau kegiatan yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan

penelitian . Dengan melihat melalui peristiwa atau kejadian yang

terjadi, peneliti dapat lebih memahami proses dari sesuatu yang

terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan

melakukan suatu pengamatan peristiwa dan kejadian yang terjadi di

sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan.

3.3.3 Tempat atau Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Negeri 1

Pamekasan. Informasi tentang situasi dan kondisi tempat terjadinya

peristiwa , kegiatan dan kejadian dapat digali dari sumber informasi

tentang tempat terjadinya peristiwa tersebut, baik yang merupakan

tempat maupun lingkungannya.


40

3.3.4 Dokumentasi atau Arsip

Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan

data yang menghasilkan sebuah catatan-catatan dan juga dapat berupa

foto dokumentasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti

sehingga akan diperoleh data yang detail , lengkap ,sah dan bukan

dilakukan berdasarkan perkiraan . Dalam hal ini, peneliti akan

mengumpulkan data berupa foto atau gambar yang terkait dengan

permasalahan penelitian ini.

3.4 Objek Penelitian

Jumlah siswa SMA Negeri 1 Pamekasan terdapat 1.026 anak , terdiri

dari 457 siswa laki-laki dan 569 siswa perempuan. Kedisiplinan di sekolah

SMA Negeri 1 Pamekasan sangat tergolong tinggi, karena adanya kesadaran

diri dari beberapa dorongan dari para guru dan guru bimbingan dan konseling

(BK) SMA Negeri 1 Pamekasan. Mungkin ada beberapa siswa yang

melanggar atau tidak mentaati tata tertib yang ada disekolah karena

kurangnya kesadaran diri dan upaya mendisplinkan diri mereka. Konsekuensi

yang akan mereka terima jika mereka memiliki sifat krisis dalam etika dan

melakukan pelanggaran ataupun tidak mentaati peraturan- peraturan yang ada

disekolah, maka akan diberikan hukuman ataupun sanksi yang sesuai dengan

tata tertib sekolah. Selain itu, objek dalam penelitian ini adalah beberapa

guru bimbingan konseling (BK) dan siswa di sekolah SMA Negeri 1

Pamekasan. Dalam hal ini, guru bimbingan konseling yang akan dijadikan

objek, yakni Ibu Intan Wijaya Kusumawati S.Pd , Ibu Suci Rahayu, S.Sos dan

Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I .


41

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian , diperlukan adanya suatu data sebagai

hasil akhir dari sebuah penelitian. Untuk mengumpulkan data yang konkrit

peneliti menggunakan beberapa tekhnik dalam pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut :

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatan –

pencatatan terhadap keadaan, tindakan dan perilaku objek sasaran.

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode

pengumpulan data yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan

karena mempunyai beberapa alasan. Pengamatan dapat

diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan, pengamatan

tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu

mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, pengamat memiliki

dua peran yaitu berperan sebagai pengamat dan sekaligus menjadi

anggota yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati . Adapun tujuan peneliti melakukan observasi, yaitu agar

peneliti mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan oleh siswa

selama berada dilingkungan sekolah dan agar peneliti memperoleh

data atau informasi siswa yang krisis dalam etika. Selain itu,

observasi digunakan untuk mengetahui peran dan upaya guru

bimbingan dan konseling (BK) dalam menangani krisis etika siswa

serta membentuk karakter siswa. Metode observasi ini dilakukan


42

secara langsung didalam lingkungan sekolah, kelas dan ruang

bimbingan konseling pada sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah percakapan atau tanya jawab secara lisan

yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang berlangsung antara

narasumber dan pewawancara dengan maksud untuk memperoleh

informasi atau data. Metode wawancara yang digunakan peneliti

dalam penenlitian ini adalah wawancara terstruktur. Artinya, peneliti

telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis disertai dengan jawabannya. Adapun pertanyaan yang akan

saya tanyakan antara lain, yaitu peran dan upaya guru bimbingan

konseling (BK) dalam menangani krisis etika pada siswa serta metode

guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk serta

mengembangkan karakter siswa di SMA Negeri 1 Pamekasan.

3.5.3 Kuisioner

Metode kuisioner atau angket adalah metode pengumpulan

data dengan cara memberi sekumpulan pertanyaan yang sama pada

setiap orang untuk dijawab. Dalam hal ini, peneliti memberikan

seperangkat pertanyaan kepada responden dngan menggunakan

google forms yang dibagikan kepada beberapa siswa di sekolah SMA

Negeri 1 Pamekasan.

3.5.4 Studi kasus

Metode studi kasus adalah penelitian yang digali secara

mendalam , terperinci, jelas, detail dan tentang suatu kasus yang


43

aktual serta spesifik , seperti orang , kelompok, atau peristiwa untuk

mencari pola dan faktor penyebab perilaku . Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode studi kasus karena peneliti ingin

mendeskripsikan dan menggambarkan secara rinci dan spesifik.

3.5.5 Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk

mengumpulkan data yang menghasilkan sebuah catatan-catatan dan

juga dapat berupa foto dokumentasi yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data yang detail ,

lengkap ,sah dan bukan dilakukan berdasarkan perkiraan. Dari

pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa metode dokumentasi

adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mencatat data resmi

dan dapat juga berupa foto dokumentasi pada berbagai sumber -

sumber yang terkait pada penelitian ini. Dengan demikian,

penggunaan metode dokumentasi memiliki tujuan untuk

memperoleh data-data yang tertulis seperti data jumlah siswa sekolah

SMA Negeri 1 Pamekasan yang melanggar aturan tata tertib . Selain

itu, pengarahan yang dilakukan guru bimbingan konseling terhadap

siswa yang melakukan pelanggaran akan peneliti paparkan

menggunakan foto dokumentasi .

Setelah data terkumpul, peneliti akan memilih dan mengelompokkan

data sesuai dengan rumusan-rumusan masalah yang telah diajukan

sebelumnya.
44

3.6 Tekhnik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018 : 482) adalah proses untuk

menyusun data yang sudah dicari dan didapatkan secara sistematis . Data

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, kuisioner, studi kasus dan

dokumentasi dilakukan dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori. Selain itu, dilakukan dengan cara memaparkan, menjabarkan unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting, memilih mana yang akan dipelajari dan menarik kesimpulan agar

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Moleong (2017: 280-281) analisis data adalah proses

menyusun dan mengurutkan data agar terorganisasi kedalam pola ,

kategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan sebagai hepotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Kesahihan dan keakuratan data yang terkumpul sangat penting.

Namun, tidak bisa dibantah bahwa sumber informasi atau informan yang

berbeda akan memberikan informasi yang berbeda pula. Pekerjaan

menganalisis data membutuhkan usaha pemusatan perhatian dan

pengerahan tenaga fisik serta usaha dan pikiran sendiri. Selain itu, dalam

menganalisis data peneliti juga penting untuk memahami dan mendalami

kepustakaan guna mengonfirmasi teori.

Dalam penelitian ini, data kualitatif diperoleh dari berbagai sumber.

Dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam


45

(triangulasi) dan dilakukan secara sistematis serta terus menerus hingga

tuntas. Hal tersebut akan mengakibatkan variasi data yang sangat tinggi.

Tekhnik analisis data dalam penelitian ini, menggunakan tehnik

analisis yang berbentuk Pie Chart. Pie Chart merupakan sebuah data

diagram yang memperlihatkan setiap kategori yang ditampilkan oleh

potongan-potongan bagian. Area dari potongan- potongan tersebut

merupakan proporsi atau presentase dari setiap kategori. Pie Chart sangat

efektif untuk menampilkan frekuensi untuk kategori yang tidak terlalu

banyak. Tekhnik analisis data berupa Pie Chart memudahkan peneliti untuk

menjelaskan atau menjabarkan hasil data yang akan dibahas pada bab

selanjutnya.

Semua data yang telah di dapatkan dalam penelitian ini selanjutnya

akan diuraikan melalui kategorisasi data yaitu dengan membuat diagram

Pie Chart yang kemudian dapat dianalisa sehingga dapat ditarik sebuah

kesimpulan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif. Data

kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, deskripsi atau pendapat yang

tidak berbentuk simbol dan angka. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu survei. Survei adalah metode analisis

data kuantitatif yang menggunakan pertanyaan yang sama pada setiap orang

dan terstruktur. Data yang diperoleh kemudian dicatat, dianalisis dan diolah.

Selain itu, survei ini identik dengan pertanyaan yang menghasilkan tanggapan

numerik atau yang biasa kita kenal dengan data kuantitatif. Namun, metode

pengumpulan data ini ternyata juga dapat digunakan pada analisis data

kualiatif. Dalam analisis data kualitatif, peneliti akan menambahkan

pertanyaan yang berisi jawaban seperti alasan mengapa anda merasa belum

memiliki etika yang baik.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, studi

kasus, kuisioner, dokumentasi dan wawancara . Wawancara dikelompokkan

menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yakni data

yang dihasilkan berasal dari informan, yaitu Ibu Intan Wijaya Kusumawati

S.Pd , Ibu Suci Rahayu, S.Sos dan Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I selaku

guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan.

Selain itu, data yang dihasilkan berasal dari beberapa siswa yang memberikan

informasi terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, sedangkan data

46
47

sekunder, yakni data yang dihasilkan dari berbagai jurnal dan penelitian-

penelitian terdahulu.

Data dari hasil penelitian ini menggambarkan suatu permasalahan

krisis etika pada siswa di sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan. Selain itu,

peneliti akan mendeskripsikan bagaimana peran dan upaya peningkatan guru

bimbingan konseling (BK) dalam menangani krisis etika serta metode guru

bimbingan konseling (BK) dalam membentuk dan mengembangkan karakter

siswa.

4.2 Data Penelitian

4.2.1 Data Penelitian Diagram

Data 1 :

Adalah survei dari pertanyaan :

“Apakah anda merasa sudah memiliki etika yang baik?”

Diagram data 4.2.2


Etika

Data diagram
Etika
1
10% 7%

83%

Ya Tidak Mungkin

Data 2 :

Adalah survei dari pertanyaan :

“Apakah etika itu penting bagi anda?”


48

Diagram data 4.2.3

Pentingnya Etika

Data diagram 2
13%
0%

87%

Penting Tidak Penting Sangat Penting

Data 3 :

Adalah survei dari pertanyaan :

“Melanggar tata tertib sekolah termasuk dalam krisis etika, apakah anda

sering melanggar tata tertib di sekolah?”

Diagram data 4.2.4

Krisis Etika

Data diagram 3
1%

36%

63%

Ya Tidak Mungkin
49

4.3 Analisis Data

4.3.1 Data Penelitian Diagram

Data 1 :

Adalah survei dari pertanyaan :

“Apa itu etika menurut anda ?”

Diagram analisis data 4.3.2

Data diagram 1
7%
10%

83%

Keterangan :

 7% : “Etika adalah karakter ataupun watak seseorang. Dimana etika ini

sangat berhubungan erat dengan individu maupun kelompok karena

dianggap sebagai penilai kebenaran .”

 10% : “Etika merupakan norma tertulis maupun tidak tertulis. Dimana

norma tidak tertulis sudah ada dalam diri kita yang digunakan untuk

berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.”

 83% : “Etika adalah norma, aturan, kaidah ataupun tatacara yang

dijadikan sebagai pedoman dan asas individu dalam bertingkah laku

terhadap orang lain.”


50

Data 2

Adalah survei dari pertanyaan :

”Mengapa etika itu sangat penting menurut anda ?”

Diagram analisis data 4.3.3

Data diagram 2

37%
46%

17%

Keterangan :

 17% :“Karena dengan etika seseorang dapat menentukan perilakunya

mana yang baik dan mana yang buruk dengan menggunakan hati

nuraninya dalam kehidupan sehari-hari.”

 37% : “Karena etika itu mengajari seseorang untuk sadar dalam

bertindak. Dengan kesadaran itu, seseorang akan mengetahui hal-hal

yang harus dilakukan serta menghindari hal-hal yang tidak boleh

dilakukan.”

 67%:” Karena dengan etika tentunya seseorang mampu dalam

mengontrol tutur katanya dengan sesama manusia pada saat berinteraksi.


51

Selain itu, seseorang dengan beretika tentunya dapat di pandang baik

oleh orang lain dan pastinya lebih di hargai oleh orang lain.”

Data 3

Adalah survei dari pertanyaan :

Apa penyebab krisis etika yang terjadi pada siswa menurut anda?

Diagram analisis data 4.3.4

Data diagram 3
3%

50% 47%

Keterangan :

 3% : “Kemajuan tekhnologi. Adanya tekhnologi di era globalisasi

menunjukkan pengaruh dahsyatnya sebagai faktor penyebab perilaku

krisis etika pada remaja.”

 47% : “Keluarga dan perceraian orang tua. Tidak adanya sebuah

komunikasi antar anggota keluarga atau perselisihan antar anggota

keluarga dapat memicu perilaku krisis etika pada remaja. Pendidikan

yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak


52

memberikan pendidikan agama, ataupun penolakan terhadap eksistensi

anak.”

 50% : “Pergaulan. Jika memiliki kontrol diri yang lemah dan tidak

dibimbing dengan baik oleh orang tua, maka anak remaja bisa mengikuti

apa yang dilakukan oleh temannya, seperti melakukan hal-hal yang

mengarah pada krisis etika.”

Data 4

Adalah survei dari pertanyaan :

“Apa dampak krisis etika yang dilakukan oleh siswa menurut anda?”

Diagram analisis data 4.3.5

Data diagram 4
14%

14%

72%

Keterangan :

 14% : “Remaja yang krisis etika dalam berperilaku pastinya akan di

kucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya dianggap sebagai pe-

ngganggu atau orang yang tidak berguna .”


53

 14% : “Memiliki masa depan yang suram. Remaja yang krisis dalam

etika akan menghancurkan dirinya sendiri dan secara perlahan hidup

anak tersebut pun akan hancur serta tidak memiliki masa depan seperti

layaknya anak remaja lain.”

 73% : “Berimbas pada dirinya sendiri. Seorang remaja yang krisis dalam

beretika dan tidak diberikan pengarahan secara tepat, maka akan

berimbas pada remaja itu sendiri sehingga pada akhirnya remaja tersebut

akan tumbuh menjadi seorang dengan pribadi yang sangat buruk.”

Data 5

Adalah survei dari pertanyaan :

“Bagaimana cara memiliki etika yang baik dalam diri anda ?”

Diagram analisis data 4.3.6

Data diagram 5
4%
12%

84%

Keterangan :

 4% : “Dengan cara belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari, seperti contohnya yaitu belajar melalukan hal-hal yang positif .’’
54

 12% : “Dengan cara memilih lingkungan yang baik karena jika

lingkungan itu baik, maka akan memberikan dampak yang baik juga

dan sebaliknya.”

 83% : “Dengan cara berperilaku baik terhadap orang lain, seperti

contohnya menghormati orang yang lebih tua dari kita, jujur dan

terbuka kepada orang tua serta tidak memberikan informasi yang belum

tentu kebenarannya.”

Data 6

Adalah survei dari pertanyaan :

“Bagaimana seandainya anda memiliki teman yang krisis etika, apa yang

akan anda lakukan ?”

Diagram analisis data 4.3.7

Data diagram 6

17%

46%

37%

Keterangan :

 17% : “ Mencoba mengingatkannya dengan menggunakan tutur kata

yang halus dan sopan serta tidak menuntut mereka.”


55

 37% : “Jika melakukan satu pelanggaran yang mengarah pada krisis

etika saya biarkan dulu. Akan tetapi , jika mengulanginya lagi akan saya

menegurnya.”

 46% : “Menasehati dengan baik dan memberitahu bahwa apa yang

dilakukan itu salah serta dan akan berujung fatal jika dilakukan secara

terus-menerus.”

Data 7

Adalah survei dari pertanyaan :

“Apa itu guru bimbingan dan konseling menurut anda ?”

Diagram analisis data 4.3.8

Data diagram 7
10%

23%

67%

Keterangan :

 10% : “Guru bimbingan konseling merupakan guru khusus yang

menangani siswa yang bermasalah dan mengarah pada krisis etika

disekolah.”

 23% : “ Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang dapat dijadikan

tempat curhat ataupun cerita ketika siswa sedang mengalami masalah.”


56

 67% : “ Guru bimbingan konseling merupakan guru khusus yang

memberikan pelayanan bimbingan maupun arahan dalam mengambil

keputusan untuk menyelesaikan suatu permasalahan agar siswa lebih

mandiri dan bertanggung jawab.”

4.4 Pembahasan

Hasil dari penelitian ini diperoleh dari data yang telah diobservasi,

kuisioner, studi kasus, wawancara dan dokumentasi yang penulis lakukan pada

tanggal 13-23 Mei di sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan tentang upaya peningkatan

guru bimbingan konseling (BK) dalam menangani krisis etika pada siswa.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan konseling

di SMA Negeri 1 Pamekasan mengenai upaya peningkatan guru bimbingan

konseling (BK) dalam menangani krisis etika pada siswa. Adapun hasil wawancara

yang sudah peneliti lakukan dengan guru bimbingan konseling sudah cukup

memadai dan baik.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai etika di SMA Negeri 1 Pamekasan menghasilkan data, yaitu

menurut Ibu Intan Wijaya Kusuma, S.Pd 60% siswa bisa dikatakan sudah memiliki

etika, 40% nya lagi masih dalam proses perbaikan, sedangkan menurut Ibu Suci

Rahayu , S.Sos mayoritas siswa sudah termasuk dalam kategori memiliki etika. Akan

tetapi, sebagian kecil masih ada yang belum memiliki etika karena mungkin terbawa

dari kebiasaan-kebiasaan yang lama dan dapat disebabkan dari faktor lingkungan

maupun pertemanan. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, MTh.I

mengatakan bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki etika. Namun, bagian-

bagian tertentu masih dapat dikatakan belum memiliki etika . Berdasarkan hasil
57

wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa sudah dapat

dikatakan memiliki etika. Namun, pada bagian bagian tertentu siswa belum dapat

dikatakan memiliki etika karena mungkin terbawa dari kebiasaan-kebiasaan yang

lama dan masih dalam proses perbaikan.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai bentuk-bentuk perilaku krisis etika yang dilakukan oleh siswa

SMA Negeri 1 Pamekasan menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Wijaya

Kusuma, S.Pd. bentuk-bentuk perilaku krisis etika yang sering dilakukan oleh siswa

SMA Negeri 1 Pamekasan adalah tidak menghormati orang yang lebih tua. Jika

bukan guru pengajar tidak disapa dan tidak menjaga dalam bicara serta selalu

menyampaikan sesuatu yang belum tentu kebenarannya, sedangkan menurut Ibu

Suci Rahayu, S.Sos bentuk-bentuk perilaku krisis etika yang sering dilakukan oleh

siswa SMA Negeri 1 Pamekasan adalah kebiasaan terlambat pergi kesekolah, tidak

mendengarkan gurunya ketika sedang menjelaskan, mengentengkan dan tidak

mengerjakan tugas. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I bentuk

-bentuk perilaku krisis etika yang sering dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1

Pamekasan, yaitu tidak menghormati gurunya, kurang memperhatikan gurunya saat

menjelaskan dan tidak menghargai atau membuli teman-temannya. Berdasarkan

hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk perilaku

krisis etika yang sering dilakukan oleh siswa SMA Negeri 1 Pamekasan yaitu tidak

menghormati orang yang lebih tua, kebiasaan terlambat saat pergi kesekolah, tidak
58

memperhatikan gurunya ketika sedang menjelaskan, tidak menghargai atau membuli

temannya, mengentengkan dan tidak mengerjakan tugas.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai faktor penyebab terjadinya krisis etika pada siswa menghasilkan

data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma Wijaya, S.Pd faktor yang menyebabkan

terjadinya krisis etika pada siswa adalah dari keluarga, circle pertemanan dan

tontonan, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos faktor yang menyebabkan

krisis etika pada siswa adalah cara atau pola didik keluarga, pengaruh lingkungan,

dan perkembangan tekhnologi. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus,

M.Th.I faktor yang menyebabkan terjadinya krisis etika pada siswa yaitu media

sosial, pergaulan yang kurang baik dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan siswa

berperilaku krisis etika yaitu pola didik keluarga, circle pertemanan, pengaruh

lingkungan dan media sosial maupun tontonan.

Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling mengenai dampak dari perilaku krisis etika yang dilakukan oleh

siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma Wijaya, S.Pd dampak

dari krisis etika yang dilakukan oleh siswa dapat mengakibatkan siswa diberi label

atau dianggap buruk, menjadi bahan bullying, berdampak pada teman sekitarnya dan

berdampak pada nilai pribadinya, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos

dampak dari krisis etika yang dilakukan oleh siswa dapat mengakibatkan

terhambatnya prestasi siswa, kurangnya motivasi belajar dan rusaknya pergaulan.

Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I dampak dari krisis etika
59

yang dilakukan oleh siswa yaitu tidak mendapat ilmu yang sempurna, kurang

dihargai oleh guru dan teman-temannya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling tersebut, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa dampak terjadinya krisis etika pada siswa yaitu diberi label

atau dianggap buruk oleh guru, dibuli oleh temannya, terhambatnya prestasi siswa,

tidak mendapatkan ilmu yang sempurna dan rusaknya pergaulan. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak dari terjadinya krisis etika

pada siswa, yaitu diberi label atau dianggap buruk oleh guru, menjadi bahan bullying,

terhambatnya prestasi siswa, tidak mendapakan ilmu yang sempurna, berdampak

pada teman sekitarnya dan rusaknya pergaulan.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai upaya pencegahan agar krisis etika tidak terjadi ataupun tidak

dilakukan oleh siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma Wijaya,

S.Pd upaya yang dilakukan agar krisis etika tidak terjadi pada siswa adalah dengan

memberikan konseling secara individu, mengadakan sosialisasi tentang pentingya

etika, memberikan bimbingan klasikal dan kerja sama dengan orang tua ataupun wali

kelas, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos tindakan preventif atau upaya

pencegahan yang dilakukan agar krisis etika tidak terjadi pada siswa adalah dengan

memberikan bimbingan individual, menanamkan nilai nilai yang baik terhadap

siswa, mendorong siswa untuk melakukan kegiatan positif seperti Rohis, menjaga

komunikasi tetap terbuka dan memberitahu konsekuensinya. Selain itu, menurut

Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I upaya pencegahan yang dilakukan agar krisis

etika tidak terjadi pada siswa, yaitu dengan menyampaikan dampak positif dalam
60

beretika yang baik dan dampak negatif dalam beretika yang kurang baik ataupun

yang dapat disebut dengan krisis etika. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling tersebut, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa upaya pencegahan atau tindakan preventif yang dilakukan

oleh guru bimbingan konseling agar siswa tidak terjadi krisis etika, yaitu dengan

cara memberikan bimbingan secara individu, memberikan bimbingan klasikal, kerja

sama dengan orang tua, menanamkan nilai-nilai yang baik dengan mengadakan

sosialisasi tentang pentingnya etika dan memberitahu dampak dari perilaku krisis

etika. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa

guru bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya

pencegahan yang dilakukan guru bimbingan konseling agar krisis etika tidak terjadi,

yaitu dengan cara memberikan konseling secara individu, memberikan bimbingan

klasikal, mengadakan sosialisasi tentang pentingnya etika, menjaga komunikasi tetap

terbuka, kerja sama dengan orang tua ataupun wali kelas dan menanamkan nilai-nilai

yang positif.

Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling mengenai upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling

untuk menangani krisis etika pada siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan

Kusuma Wijaya, S.Pd upaya yang dilakukan dalam menangani hal tersebut, yaitu

dengan cara memantaunya melalui orang tua, wali kelas dan teman-temannya. Selain

itu, dengan cara mengendalikannya yang dilakukan dengan cara memberikan

hukuman jika siswa tersebut mengalami krisis dalam etika dan memanggil orang

tuanya dengan mengirim surat jika masalahnya sudah dianggap serius. Tujuannya

agar mereka jera, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos upaya dalam
61

menangani hal tersebut, yaitu dengan cara memanggil dan menegurnya bahwa etika

yang dilakukan kurang baik. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I

upaya yang dilakukan dalam menangani hal tersebut yaitu jika secara umum dengan

menyampaikan tentang bagaimana cara beretika yang baik melalui ketaqwaan dan

jika secara perseorangan dengan cara diajari dan ditegur secara langsung.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru

bimbingan konseling dalam menangani siswa yang krisis dalam etika yaitu dengan

cara menegurnya secara individu, mengendalikannya dengan memberikan hukuman,

menyampaikan tentang bagaimana cara beretika yang baik melalui ketaqwaan dan

memantaunya melalui orang tua, wali kelas maupun teman-temannya.

Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling mengenai kendala guru bimbingan konseling dalam menangani

krisis etika pada siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma Wijaya,

S.Pd kendalanya dalam menangani hal tersebut adalah pertemanan. Ibu Intan

Kusuma Wijaya, S.Pd menjelaskan tentang kendala pertemanan itu karena jika

misalnya siswa tersebut sudah menjawab dengan baik ketika diajak bicara diruang

bimbingan konseling (BK). Akan tetapi, ketika siswa tersebut sudah kembali

kekelasnya, siswa tersebut akan berubah karena pengaruh pertemanannya yang

dianggap sefrekuensi, sedangkan menurut, Ibu Suci Rahayu, S.Sos kendalanya dalam

menangani hal tersebut, yaitu ketidak sejalanan dengan orang tua dan lingkungan

sosialnya. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I kendalanya dalam

menangani hal tersebut yaitu tidak mempunyai waktu khusus untuk memberikan

bimbingan kepada siswa . Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan
62

dengan beberapa guru bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kendala yang dialami oleh guru bimbingan konseling dalam menangani krisis

etika pada siswa yaitu pertemanan yang dianggap sefrekuensi, ketidak sejalanan

orang tua dengan, tidak mempunyai waktu khusus utuk bersosialisasi dan lingkungan

sosialnya.

Guru bimbingan konseling memiliki peranan penting bagi sekolah karena

guru bimbingan konseling mampu memberikan solusi atau penyelesaian dalam

menangani permasalahan-permasalahan yang dilakukan oleh siswa, seperti

contohnya krisis etika tersebut. Keberadaan guru bimbingan dan konseling sangat

mempengaruhi perkembangan peserta didik disekolah. Hal yang sama yang

dilakukan oleh guru bimbingan konseling di sekolah SMA Negeri 1 Pamekasan

dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai metode pembentukan dan pengembangan karakter siswa

menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma Wijaya, S.Pd upaya yang

dilakukan dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa dengan cara

mengadakan bimbingan klasikal, mengadakan sosialisasi mengenai pembentukan

ataupun pengembangan karakter siswa, melayani dan memberikan bimbingan dalam

membangun komunitas, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos upaya yang

dilakukan dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa yaitu dengan

mengajak siswa untuk sharing dan memberikan pengarahan. Selain itu, menurut

Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I upaya yang dilakukan dalam membentuk dan

mengembangkan karakter siswa, yaitu dengan menyampaikan dampak positif dalam

beretika yang baik dan dampak negatif dalam beretika yang kurang baik ataupun
63

krisis etika. Dapat disampaikan melalui bimbingan klasikal maupun individu.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya

pembentukan dan pengembangan karakter siswa, yaitu mengadakan sosialisi

mengenai bagaimana pembentukan dan pengembangan karakter siswa.

Masing -masing siswa pastinya memiliki karakter yang berbeda. Dalam

membentuk dan mengembangkan karakter siswa pastinya guru bimbingan konseling

sudah tahu terlebih dahulu masing-masing karakter siswa. Hasil wawancara yang

telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan konseling mengenai upaya

guru bimbingan konseling untuk mengetahui karakter siswa dalam pembentukan dan

pengembangan karakter siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma

Wijaya, S.Pd upaya yang dilakukan untuk mengetahui karakter dari masing -masing

siswa, yaitu dengan cara melihat biodata siswa, data atau angket guru bimbingan

konseling, angket kebutuhan peserta didik, data anak PPL atau sosiometri, media

sosial, hasil penilaian, refrensi sosial, guru dan orang tua, sedangkan menurut Ibu

Suci Rahayu, S.Sos upaya yang dilakukan untuk mengetahui karakter dari masing-

masing siswa yaitu dengan melihat biodata siswa secara lengkap dan menempatkan

pola asuh dari keluarganya. Selain itu, menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I

upaya yang dilakukan untuk mengetahui karakter dari masing-masing siswa yaitu

dengan cara melihat kegiatan -kegiatan yang dilakukan oleh siswa setiap harinya,

dimulai sejak berada dilingkungan sekolah, seperti dikelas, kantin dan masjid .

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru

bimbingan dan konseling untuk mengetahui karakter masing-masing siswa, yaitu


64

dengan cara melihat biodata siswa secara detail, sosiometri, angket guru, dan

kegiatan yang dilakukan sehari-hari sejak ada dilingkungan sekolah.

Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling mengenai kendala guru bimbingan konseling dalam

membentuk dan mengembangkan karakter siswa menghasilkan data, yaitu menurut

Ibu Intan Kusuma Wijaya, S.Pd kendalanya dalam membentuk dan mengembangkan

karakter siswa adalah karena keluarga yang kurang mendukung seperti halnya jika

anaknya melanggar sebagian orang tua sering menyalahkan tata tertib yang ada

disekolah, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos kendalanya dalam

membentuk dan mengembangkan karakter siswa yaitu meyakinkan siswa bahwa dia

bisa untuk berubah dan berkembang. Seperti halnya ketika siswa memiliki impian

untuk melanjutkan ke universitas yang dia impikan. Akan tetapi, dia merasa tidak

percaya diri. Selain itu menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I kendala yang

dihadapi dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa, yaitu waktunya

terbatas dan tidak mempunyai waktu khusus untuk bersosialisasi didalam kelas.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala guru

bimbingan konseling dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa, yaitu

keluarga kurang mendukung, ketidakpercayaan diri siswa dan tidak mempunyai

waktu khusus untuk bersosialisasi.

Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru bimbingan

konseling mengenai peran bimbingan konseling dalam membentuk dan

mengembangkan karakter siswa menghasilkan data, yaitu menurut Ibu Intan Kusuma

Wijaya, S.Pd perannya dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa, yaitu
65

sebagai orang tua disekolah yang memberikan pengarahan. Selain itu, memantau

siswa yang notabenenya rewel, sedangkan menurut Ibu Suci Rahayu, S.Sos perannya

dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa yaitu sebagai orang tua

disekolah dan sebagai sahabat mereka. Walaupun dalam hal ini terkadang harus

bersikap keras dan tegas karena tujuannya agar mereka tidak terjerumus. Selain itu,

menurut Bapak Mohammad Kuddus, M.Th.I perannya dalam membentuk dan

mengembangkan karakter siswa yaitu berperan sebagai layanan informasi .

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa guru

bimbingan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru

bimbingan konseling dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa yaitu

sebagai orang tua disekolah yang memberi pengarahan, memantau anak yang

notabene nya rewel dan sebagai layanan informasi.

Berdasarkan hasil survei yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan

form.google.com dan dibagikan kepada beberapa siswa di SMA Negeri 1 Pamekasan

dapat ditarik kesimpulan mengenai apakah anda memiliki etika, sedikit siswa

menjawab merasa tidak memiliki etika alasannya karena masih labil dan sering

terpancing emosinya sehingga mereka merasa belum memiliki etika. Beberapa siswa

lagi sudah merasa memiliki etika alasannya karena orang-orang terdekat mereka

yang selalu mengingatkan dan melarang hal-hal apa yang sebenarnya tidak boleh

dilakukan seperti yang mengarah pada krisis etika. Akan tetapi, kebanyakan siswa

menjawab mungkin memiliki etika alasannya karena siswa tersebut bisa saja tanpa

sadar maupun dengan sadar melakukan kesalahan yang mengarah pada krisis etika .

Dari hasil data kuisioner yang sudah peneliti lakukan mereka juga sadar akan

pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari.


66

Berdasarkan hasil data kuisioner yang telah peneliti lakukan mengenai

upaya yang dilakukan oleh siswa untuk memiliki etika yang baik dalam dirinya, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian kecil siswa mengatakan dengan cara belajar

dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti belajar melalukan hal-hal

yang positif. Beberapa siswa lagi juga mengatakan dengan cara memilih lingkungan

yang baik karena jika lingkungan itu baik maka akan memberikan dampak baik dan

juga sebaliknya. Selain itu, sebagian besar siswa mengatakan dengan cara

berperilaku sopan, jujur, baik terhadap orang lain, seperti menghormati orang yang

lebih tua dari kita, jujur dan terbuka kepada orang tua serta tidak memberikan

informasi yang belum tentu kebenarannya. Dari hasil data kuisioner yang sudah

peneliti lakukan mereka juga sadar akan pentingnya etika dalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan hasil data kuisioner yang telah peneliti lakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan mengenai alasan siswa mengatakan bahwa etika itu penting, yaitu

sebagian kecil siswa mengatakan karena dengan etika seseorang dapat menentukan

perilakunya mana yang baik dan mana yang buruk dengan menggunakan hati

nuraninya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan sebagian siswa lagi juga

mengatakan karena etika itu mengajari seseorang untuk sadar dalam bertindak.

Dengan kesadaran itu, seseorang akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan serta

menghindari hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, Sebagian besar siswa

mengatakan bahwa dengan etika tentunya seseorang mampu dalam mengontrol tutur

katanya dengan sesama manusia pada saat berinteraksi. Selain itu, seseorang dengan

beretika tentunya dapat di pandang baik oleh orang lain dan pastinya lebih di hargai

oleh orang lain.


67

Kuisioner yang telah dilakukan peneliti mengenai apa itu etika, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa sebagian kecil mengatakan etika adalah karakter ataupun

watak seseorang. Dimana etika ini sangat berhubungan erat dengan individu maupun

kelompok karena dianggap sebagai penilai kebenaran. Beberapa siswa juga

mengatakan bahwa etika merupakan norma, tertulis maupun tidak tertulis, dimana

norma tidak tertulis sudah ada dalam diri kita yang digunakan untuk berinteraksi

dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagian besar siswa

mengatakan bahwa etika adalah norma, aturan, kaidah ataupun tatacara yang

dijadikan sebagai pedoman dan asas individu dalam bertingkah laku terhadap orang

lain. Selain itu, hasil data kuisioner yang sudah peneliti lakukan mengenai bagaimana

jika teman anda meiliki etika yang kurang baik atau biasa disebut dengan krisis etika

apa yang akan anda lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian siswa

mengatakan akan mencoba mengingatkannya dengan menggunakan tutur kata yang

halus dan sopan serta tidak menuntut mereka. Beberapa siswa lagi mengatakan jika

melakukan satu pelanggaran yang mengarah pada krisis etika saya biarkan dulu.

Akan tetapi, jika mengulanginya lagi akan saya tegur. Selain itu, Sebagian besar

siswa mengatakan akan menasehati dengan baik dan memberitahu bahwa apa yang

dilakukan itu salah dan akan berujung fatal jika dilakukan secara terus-menerus.

Selain itu, melanggar tata tertib yang ada disekolah termasuk dalam krisis

etika. Dari hasil data kuisioner yang peneliti lakukan didapatkan data 3,3 % siswa

merasa sering melanggar tata tertib, 16,7% merasa mungkin sering melanggar tata

terti dan 80% siswa merasa tidak sering atau jarang melanggar tata tertib.

Kuisioner yang telah dilakukan peneliti mengenai apa penyebab krisis etika

, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian kecil siswa mengatakan karena
68

kemajuan tekhnologi. Adanya tekhnologi di era globalisasi menunjukkan pengaruh

dahsyatnya sebagai faktor penyebab perilaku krisis etika pada remaja, sedangkan

sebagian siswa lagi mengatakan karena faktor keluarga dan perceraian orang tua.

Tidak adanya sebuah komunikasi antar anggota keluarga atau perselisihan antar

anggota keluarga dapat memicu perilaku krisis etika pada remaja. Pendidikan yang

salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan

pendidikan agama, ataupun penolakan terhadap eksistensi anak. Selain itu Sebagian

besar siswa menyatakan karena faktor Pergaulan. Jika memiliki kontrol diri yang

lemah dan tidak dibimbing dengan baik oleh orang tua, maka anak remaja bisa

mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya, seperti melakukan hal-hal yang

mengarah pada krisis etika.

Kuisioner yang telah dilakukan peneliti mengenai apa dampak krisis etika ,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian kecil siswa mengatakan remaja yang

krisis etika dalam berperilaku pastinya akan di kucilkan oleh banyak orang. Remaja

tersebut hanya dianggap sebagai pengganggu atau orang yang tidak berguna,

sedangkan Sebagian siswa lagi mengatakan dampak krisis etika, yaitu memiliki masa

depan yang suram. Remaja yang krisis dalam etika akan menghancurkan dirinya

sendiri dan secara perlahan hidup anak tersebut pun akan hancur serta tidak memiliki

masa depan seperti layaknya anak remaja lain. Selain itu, Sebagian besar siswa

mengatakan bahwa dampak krisis etika, yaitu berimbas pada dirinya sendiri. Seorang

remaja yang krisis dalam beretika dan tidak diberikan pengarahan secara tepat, maka

akan berimbas pada remaja itu sendiri sehingga pada akhirnya remaja tersebut akan

tumbuh menjadi seorang dengan pribadi yang sangat buruk.


69

Hasil kuisioner yang peneliti lakukan mengenai apa itu guru bimbingan dan

konseling, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian kecil siswa mengatakan

bahwa guru bimbingan konseling merupakan guru khusus yang menangani siswa

yang bermasalah dan mengarah pada krisis etika disekolah. Beberapa siswa lagi

mengatakan guru bimbingan konseling adalah guru yang dapat dijadikan tempat

curhat ataupun cerita ketika siswa sedang mengalami masalah dan sebagian besar

siswa mengatakan bahwa guru bimbingan konseling merupakan guru khusus yang

memberikan pelayanan bimbingan maupun arahan dalam mengambil keputusan

untuk menyelesaikan suatu permasalahan agar siswa lebih mandiri dan bertanggung

jawab.

Berdasarkan hasil studi kasus yang telah peneliti lakukan mengenai peran

guru bimbingan konseling dalam menangani krisis etika pada siswa, guru bimbingan

konseling sangat berperan penting dalam membantu siswa untuk menyelesaikan

masalahnya agar terhindar dari kenakalan remaja yang mengarah pada krisis etika .

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SMA Negeri 1

Pamekasan, peneliti melihat guru bimbingan konseling sangat berperan dalam

membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Dalam hal ini dapat dilihat dari saat

saya bertamu ke ruang bimbingan dan konseling, guru bimbingan konseling sangat

ramah untuk memberikan pelayanan . Selain itu, Berdasarkan hasil dokumentasi

yang telah peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Pamekasan tepatnya di ruang

bimbingan dan konseling akan peneliti lampirkan diakhir.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

mengenai Upaya Peningkatan Guru Bimbingan Konseling Dalam

Menangani Krisis Etika Pada Siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

5.1.1 Guru bimbingan konseling memantau siswa melalui orang tua, wali

kelas dan teman-temannya .

5.1.2 Guru bimbingan konseling mengadakan bimbingan klasikal mengenai

pembentukan ataupun pengembangan karakter siswa.

5.1.3 Guru bimbingan konseling berperan sebagai orang tua disekolah yang

memberikan pengarahan dan sebagai layanan informasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti, maka ada

beberapa saran yang peneliti harapkan tentang Upaya Peningkatan Guru

Bimbingan Konseling Dalam Menangani Krisis Etika yaitu sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Guru Bimbingan Konseling

Diharapkan terus memmbimbing dan memantau gerak-gerik

siswa yang notabenenya rewel agar tidak terjadi krisis etika pada

siswa lagi.

5.2.3 Bagi Siswa

Agar lebih sadar akan pentingnya etika dan menghargai

maupun mematuhi peraturan yang berlaku disekolah .

70
71

5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat menjadi masukan dan memperluas wawasan ilmu

pengetahuan tentang penelitian ini dan melanjutkan penelitian

selanjutnya agar lebih baik.


71
72

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, Machfud. 2016. Krisis, Ancaman Bagi Perusahaan.


https://www.kompasiana.com/mahfud.achyar/56a1efc36d7a619a0
7e50928/krisis-ancaman-bagi-perusahaan .(diakses pada hari
Minggu tanggal 26 Maret 2023 jam 08.34 WIB).
Dara Meivani1& kawan-kawannya. Counseling Teachers' Efforts In
Implementing Student Career Exploration.Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.hlm.61.(diakses pada hari Sabtu tanggal 25 Maret
2023 jam 15.15 WIB).
Darmadi, Herru . 2020. Penggunaan Pie Chart untuk Visualisasi Data.
https://binus.ac.id/knowledge/2020/04/penggunaan-pie-chart-
untuk-visualisasi-data/. (diakses pada hari Minggu tanggal 7 Mei
2023 jam 18.22 WIB).
Daryanto,1997. Pengertian bagunan Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
(diakses pada hari Minggu, tanggal 9 April 2023 jam 14:46 WIB ).
Ibrahim, Adzikra. Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Para Pakar
Ahli Terkemuka. https://pengertiandefinisi.com/pengertian-
bimbingan-konseling-menurut-para-pakar-ahli-terkemuka/ .
(diakses pada hari sabtu tanggal 25 Maret 2023 jam 09.01 WIB).
Lp2m. 2022. Metode Pengumpulan Data: Pengertian, Contoh dan Sumbe.r
https://lp2m.uma.ac.id/2022/04/08/metode-pengumpulan-data-
pengertian-contoh-dan-sumber/ ( diakses pada hari Kamis, tanggal
16 Februari 2023 jam 19.32 WIB ).
Manis, Si. 2022. Pengertian Manajemen Krisis : Jenis dan Tahapan
Manajemen Krisis. https://www.pelajaran.co.id/manajemen-krisis/
.(diakses pada hari Senin tanggal 27 Maret 2023 jam 21.00).
Mohammad, Nirmawati. 2017. Landasan Yuridis Sistem Pendidikan
Nasional.https://mahasiswa.ung.ac.id/431416013/home/2017/3/29
/landasan-yuridis-sistem-pendidikan-
nasional.html#:~:text=Seperti%20yang%20terdapat%20dalam%2
0Pasal%201%20ayat%201,keterampilan%20yang%20diperlukan
%20dirinya%2C%20masyarakat%2C%20bangsa%20dan%20neg
ara%E2%80%9D . (diakses pada hari Minggu tanggal 26 Maret
2023 jam 07.12).
Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.(diakses pada hari Senin, tanggal 6 Maret 2023 jam
00.47 WIB).
Moleong.2013.Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosda Karya.(diakses pada hari Minggu tanggal 7 Mei
2023 jam 08.13 WIB).
73

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:


Referensi (GP Press Group).(diakses pada hari Sabtu tanggal 6 Mei
2023 jam 16.03 WIB).
Pendidikan, Guru.2023. Fungsi Bimbingan dan Konseling berserta
Tujuannya. https://www.gurupendidikan.co.id/bimbingan-dan-
konseling/ .(diakses pada hari Sabtu tanggal 25 Maret 2023 jam
08.15 WIB).
Prof.H.Mahmud Yunus dan Martinus Jan lavangeveld,2015. Pengertian ,
Definisi Tujuan Menurut Para Ahli. Jakarta : Sumber Mutiara
Widya (diakses pada hari Minggu, tanggal 9 April 2023 jam 14.16
WIB).
Ruminem.2021. Pengantar Etika Keperawatan. Skripsi sekolah pasca
Doktor.Universitas Mulawarman, Samarinda. (diakses pada hari
Senin tanggal 27 Maret 2023 jam 21.23 WIB).
Satria, Rio Agung dan teman- temannya. Pengantar Data. Pengantar Data -
WageIndicator-Data-Academy.org ( diakses pada hari Kamis,
tanggal 16 Februari 2023 jam 18.49 WIB ).
Setiawan, Asep Erma. 2017. Jenis Data Penelitian Kualitatif.
http://asernulis.blogspot.com/2017/08/jenis-data-penelitian-
kualitatif.html?m=1 (diakses pada hari Kamis, tanggal 16 Februari
2023 jam 10.20 WIB).
Smkn 1 perhentian raja. 2020. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli.
https://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-
pendidikan-menurut-ahli ( diakses pada hari Jumat tanggal 17
Februari 2023 jam 17.58 WIB).
Sugiyono.2008. Metode penelitian pendidikan : (pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R & D) / Sugiyono. Bandung : Alfabeta. (diakses
pada hari Sabtu tanggal 6 Mei 2023 jam 16.40 WIB).
Sugiyono, 2011 .Metode Penelitian Kualitatif .Bandung : Alfabeta.
(diakses pada hari Senin, tanggal 6 Maret 2023 jam 00.08 WIB).
Sugiyono.2018. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi
(mixed methods). Bandung: Alfabeta.(diakses pada hari Minggu
tanggal 7 Mei 2023 jam 15.54 WIB).
Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
(diakses pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2023 jam 09.34 WIB).
Sukmadinata.2009. Metode Penelitian Pendidikan / Nana Syaodih
Sukmadinata. Jakarta : Remaja Rosdakarya. )(diakses pada hari
Sabtu tanggal 6 Mei 2023 jam 18.37 WIB).
74

Syafii, Muhammad. 2022. Metode Penelitian Kualitatif Adalah.


https://umsu.ac.id/metode-penelitian-kualitatif-adalah/ ( diakses
pada hari Kamis, tanggal 16 Februari 2023 jam 09.50 WIB).
Wardi Yuana Serang, SMA .2019. Pengertian Guru: Definisi, Tugas, dan
Peran Guru dalam Pendidikan.
https://www.smamyserang.sch.id/baca/pengertian-guru-definisi-
tugas-dan-peran-guru-
dalampendidikan#:~:text=Dri%20Atmaka%20Menurut%20Dri%
20Atmaka%20%282004%3A17%29%2C%20pendidik%20atau,k
epada%20siswa%20dalam%20pengembangan%20baik%20fisik%
20dan%20spiritual. (diakses pada hari Jumat tanggal 24 Maret
2023 jam 09.00 WIB).
Yucky Putri Erdiyanti1 & Aden Arif Gaffar . Pengaruh Biopsikologi Dalam
Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling Oleh Guru Bk Bagi
Bagi Peserta Didik Di Sekolah. Universitas Majalengka. hlm. 55.
(Diakses pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2023 jam 10.15 WIB).
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rofi’ati Nur Diana Islam adalah Nama penulis Karya Tulis

Ilmiah ini. Penulis lahir dari orang tua Shaleh Bakri Muhammady

dan (Almh) Sulalah sebagai anak ketiga dari empat bersaudara.

Penulis dilahirkan di kota Pamekasan pada tanggal 8 Mei 2005.

Penulis menempuh pendidikan dimulai dari TK Aisyiyah

Bustanul Athfal, melanjutkan pendidikan di SDN Branta Pesisisir 1 dan setelah

tamat SD penulis melanjutkan pendidikan di SMP 1 Pamekasan, hingga saat ini

penulis melanjutkan pendidikan di SMA 1 Pamekasan. Setelah lulus SMA penulis

berniat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Penulis aktif dalam organisasi siswa intra sekolah. Dalam berorganisasi , penulis

mendapatkan banyak pengalaman yang mahal dan dapat berguna untuk masa yang

akan datang. Selain itu, penulis sangat menyukai hal-hal yang berbau seni . Pada

saat awal masuk SMA penulis dipilih sebagai tim Paduan Suara tetapi penulis tidak

menekuninya karena sibuk dalam berorganisasi, namun bagi penulis menyanyi

tetap menjadi hobi yang digemari hingga saat ini.

Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis

akhirnya berhasil menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini . Dalam proses pengerjaan

Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan banyak ilmu baru yang sangat

bermanfaat di masa yang akan datang. Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

mampu memberikan manfaat kepada pembaca dan dapat dijadikan referensi sebuah

penelitian agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai