Materi Bioetik
Materi Bioetik
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Pada Mata kuliah
Bioetik Profesionalisme Bidan
OLEH
Emmasitah
P102181011
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi. Pemahaman
yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi profesi bidan
Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami
Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan
tanpa diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh
sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat
timbulnya nafsu keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang
maka pihak yang satu bisa tidak segansegan untuk melawannya dengan
segala cara. Segala cara akan ditempuh untuk menjatuhkan dan mengalahkan
satu rumah sakit umum daerah di kota Palopo yang sehari-harinya bertemu dengan
pasien pastinya menginginkan pelayanan yang baik dari tempat kerja saya, yang
sesuai dengan standart pelayanan. Akan tetapi masih ada beberapa teman seprofesi
dan juga teman sejawat yang kadang tidak sengaja atau sengaja melakukan tindakan
seprofesi tidak bisa menghargai seniornya apalagi bila senior tersebut tidak
juniornya apalagi bila junior tersebut hanya seorang tenaga bantu (honorer). Belum
lagi apabila salah satu dari junior tersebut melakukan sedikit kesalahan, bukannya
mencari jalan keluar dari penyelesaian masalah tersebut akan tetapi masalah tersebut
akan dibesar-besarkan, seolah-olah telah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal
Contoh lain yaitu ada beberapa teman yang sudah terhitung senior di kamar
bersalin terkadang masih sangat kasar dan ketus bahkan terkadang setengah hati
dalam melayani pasien. Apalagi bila pasien yang masuk adalah bukan pasien dengan
personal hygiene yang baik. Bukannya menyampaikan dengan kata-kata yang enak
untuk didengar, tetapi dengan kata-kata yang dapat membuat si pasien atau keluarga
pasien tersinggung atau berkecil hati. Akan tetapi lain halnya apabila pasien yang
masuk adalah keluarga atau orang yang mereka kenal. Mereka memperlakukannya
khusus, padahal setiap pasien berhak untuk mendapatkan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan standart tanpa melihat status dan juga derajat pasien.
berulang-ulang kali tetapi masih tetap saja dilakukan. Seperti : saat akan melakukan
tindakan pemberian obat secara injeksi sudah seharusnya bidan meminta izin dan
memberitahu ke pasien obat apa yang akan diinjeksikan, akan tetapi hal itu tidak
seperlunya tanpa menjelaskan apa kegunaan atau efek samping dari obat dan
ditambah lagi caranya menjawab tidak dengan nada suara yang baik di dengar. Sama
halnya dalam pemberian obat oral,sudah seharusnya bidan menjelaskan tata cara dan
Dikasus lain, masih ada beberapa teman bidan yang mengisi “partograf”
dengan asal isi saja. Padahal seperti yang diketahui partograf adalah salah satu alat
bukti bidan apabila terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan hukum. Partograf
sendiri merupakan alat untuk memantau kemajuan persalinan yang mana bisa
menjadi tolak ukur bidan dalam melakukan dan memutuskan tindakan selanjutnya.
Sehingga bidan tahu kapan harus bertindak sendiri atau segera melakukan kolaborasi
dengan dokter.
Masalah lain yang sering muncul adalah pasien merasa privacynya tidak
terjaga dengan baik, khususnya apabila disertai dengan penyakit yang dianggap aib
dalam masyarakat, contoh : hiv-aids, hepatitis, tbc atau ims. Terkadang teman-teman
tidak dapat menahan diri atau tidak sengaja berbicara kepada teman bidannya lainnya
dengan maksud ingin memberitahu teman yang lain berhati-hati agar tidak tertular
dan melakukan PI. Tetapi tanpa disadari disekitar mereka ada keluarga lain pasien
atau tetangga atau orang yang kenal dengan pasien yang bisa mendengarkan
Seperti halnya apabila ada pasien masuk dengan kasus abortus provokatus
yang status perkawinannya belum menikah atau dibawah umur dengan status pelajar
atau wanita dengan status janda. Seharusnya bidannya focus melakukan anamnesa
pada informasi atau data-data yang bisa menunjang hasil pemeriksaannya bukannya
focus pada hal-hal yang tidak perlu diketahui oleh bidan. Sehingga pasien dapat
wewenang untuk melakukan tindakan induksi persalinan yaitu : drips oksitosin dan
pemberian misoprostol. Para bidan dapat melakukan tindakan tersebut apabila ada
instruksi dari dokter obgyn yang bertanggung jawab dan sebagai bukti fisiknya,
bidannya akan lebih dulu menyampaikan bahwa akan dilakukan tindakan induksi
kemudian menjelaskan indikasinya dan juga efek dari tindakan induksi seperti apa.
Untuk tindakan induksi sendiri pasienya akan diberikan lembaran informed consent
apabila pasien setuju dan form penolakan tindakan apabila pasien tidak bersedia yang
ditanda tangani oleh pemberi informasi,penerima informasi dan salah satu keluarga
pada bayi baru lahir tetapkan akan dilakukan pemberian informed consent pada
pasien dan juga keluarga pasien dengan memberikan penjelasan, mengapa tindakan-
Masalah lain yang berkaitan dengan etika dan moral di tempat saya berkerja
yaitu antara bidan dan dokter spesialis. Rumah Sakit tempat bekerja adalah RS
sudah sangat gawat dan harus segera dilakukan tindakan operasi. Akan tetapi ada
beberapa dokter spesialis entah itu obgyn atau anasthesi tidak bisa mengefisienkan
waktu dalam melakukan tindakan. Seperti contoh : lama dalam menjawab telfon perlu
berulang-ulang kali untuk dihubungi padahal dia tahu kalau dirinya yang mendapat
jadwal untuk dokter operasi cyto. Belum lagi kendala, harus dijemput oleh supir RS
melakukan operasi cyto dengan alasan lagi tidak di tempat sehingga meminta bidan
jaga untuk menghubungi juniornya yang akhirnya lebih banyak waktu terbuang
dalam menghubungi dokter, padahal ada pasien yang semestinya bisa segera
ditangani.
Inilah beberapa prinsip etika dan moralitas yang saya alami dan rasakan
selama menjadi seorang praktisi pelayanan kebidanan yang dapat saya tuangkan