Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggur (Vitis vinifera) adalah tanaman buah yang populer dan memiliki

nilai ekonomi tinggi karena buahnya digunakan untuk menghasilkan wine, jus,

dan berbagai produk olahan lainnya (Herlambang, Yudiantoro, Wibowo, 2021).

Kebun anggur memainkan peran penting dalam industri anggur yang berkembang

pesat di berbagai negara. Dalam upaya memastikan hasil panen yang optimal,

ketersediaan benih anggur yang berkualitas sangatlah penting dalam pemeliharaan

tanaman anggur. Tahap pembibitan di kebun anggur menjadi fase awal yang

kritis, di mana tanaman diperbanyak secara vegetatif atau generatif untuk

menghasilkan benih yang kuat, berkualitas tinggi, dan bebas dari penyakit

(Budiyati, Apriyanti, 2015).

Buah anggur mengandung sejumlah besar senyawa polifenol dan resverato

l yang memiliki peran penting dalam berbagai proses metabolisme tubuh. Selain it

u, senyawa-senyawa tersebut juga memiliki kemampuan untuk mencegah pemben

tukan sel kanker dan melawan berbagai jenis penyakit (Khairunnisa, Hazar, & Mu

lqie, 2022). Aktivitas tersebut juga terhubung dengan keberadaan senyawa metabo

lit sekunder dalam buah anggur yang berfungsi sebagai antioksidan, bertindak seb

agai perlawanan terhadap radikal (Apriyanto dan Ahsan, 2019).

1
2

Buah anggur merupakan produk yang prospektif, baik untuk memenuhi

kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan pasar baik di dalam

maupun di luar negeri masih besar. Di samping itu, produk buah anggur juga

memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kemajuan perekonomian menyebabkan

permintaan buah anggur semakin meningkat. Di sisi lain, keragaman karakteristik

lahan, agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah

Indonesia digunakan untuk pengembangan hortukultura khususnya tanaman

anggur (Pitaloka, 2017).

Pada tahun 2019, produksi anggur di Indonesia mencapai 13.724 ton,

transformasinya sebagai salah satu produksi tanaman buah-buahan terendah kedua

setelah stroberi yang mencapai 7.501 ton. Terdapat peningkatan yang signifikan

dalam produksi anggur di Indonesia jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang

hanya mencapai 9.507 ton (BPS, 2019). Namun, masih terdapat beberapa faktor

penyebab rendahnya produksi anggur di Indonesia. Secara umum, anggur

biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan sebagai tanaman

yang ditanam di antara tanaman lainnya. Meskipun begitu, hingga saat ini

pengelolaan budidaya tanaman anggur masih belum optimal (Budiyati, Apriyanti,

2015).

Penyebab rendahnya produksi anggur di Indonesia tidak hanya terkait

dengan sistem pengelolaannya, tetapi juga disebabkan oleh keterbatasan jumlah

dan kualitas bibit. Oleh karena itu, diperlukan penyambungan dengan

menggunakan batang atas anggur yang unggul, seperti yang sering dilakukan

dengan menggunakan batang atas anggur impor (Purba, 2017). Kendala dalam
3

perbanyakan tanaman dengan setek juga menjadi salah satu faktor penghambat,

karena jumlah setek yang berhasil membentuk akar terbatas dan pertumbuhan

tunas yang lambat. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya hormon pembentuk

akar dan pemilihan media perakaran yang kurang tepat untuk setek (Ihsan, Yulian,

& Hermansyah, 2022).

Anggur memiliki kemampuan untuk berkembang biak baik secara

generatif maupun vegetatif, namun umumnya perkembangbiakan vegetatif lebih

banyak digunakan karena biji yang dihasilkan terbatas, sulit untuk tumbuh, dan

sering mengalami variasi genetik (Suhartika, Muhardi, 2021 ). Jika kita menanam

anggur dari biji, maka buah anggur yang dihasilkan tidak akan sama dengan buah

yang dihasilkan oleh tanaman tetuanya. Ini disebabkan oleh variasi sifat yang

dimiliki oleh anakan, yang bisa lebih baik atau lebih buruk dari tetuanya dalam

hal rasa, warna, dan bentuk. Selain itu, persentase kecambah yang tumbuh dari

biji anggur cenderung rendah karena biji anggur mengalami dormansi. Di sisi lain,

perbanyakan tanaman secara vegetatif banyak dipilih karena buah yang dihasilkan

akan sama dengan tanaman induknya dan juga memungkinkan tanaman anggur

untuk berbuah lebih cepat (Budiyati, Apriyanti, 2015).

Setek grafting merupakan metode perbanyakan yang menggabungkan

batang bawah sebagai setek dengan batang atas sebagai penyambung. Dalam

teknik ini, batang bawah yang digunakan berasal dari varietas dengan sistem

perakaran yang kuat dan resisten terhadap serangan organisme pengganggu

tanaman. Sedangkan, batang atas yang digunakan berasal dari varietas yang
4

memiliki keunggulan dalam kualitas buah, namun memiliki sistem perakaran yang

kurang kuat (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, 2017).

Meningkatkan jumlah tanaman anggur bisa dilakukan dengan

memanfaatkan bibit yang memiliki kekuatan pertumbuhan yang tinggi. Karena

proses pembibitan dari biji memerlukan waktu yang relatif lama, maka pilihan

yang lebih cepat adalah dengan menggunakan metode vegetatif. Bibit anggur yang

memiliki kekuatan pertumbuhan tinggi biasanya diperoleh melalui metode

perbanyakan tanaman secara vegetatif, salah satunya adalah dengan menggunakan

teknik setek grafting (Diana, 2014).

Menanam anggur memiliki tantangan tersendiri karena anggur memiliki

sistem reproduksi yang unik. Dalam praktik pembibitan, ada dua metode umum

yang digunakan, yaitu pemotongan stek dan penaburan benih (Herlambang,

Yudiantoro, Wibowo, 2021). Setiap metode membutuhkan teknik dan persyaratan

yang berbeda, dan pemahaman mendmealam tentang proses pembibitan anggur

menjadi kunci utama. Karena itu, pemahaman tentang teknik penanaman yang

benar sangatlah penting bagi para petani anggur. Dengan menguasai teknik

pembibitan yang tepat, para petani anggur dapat menghasilkan benih berkualitas

tinggi, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan produktivitas kebun anggur

mereka. Selain itu, pemahaman yang mendalam tentang teknik pembibitan anggur

juga menjadi kunci bagi peneliti dan ahli agronomi dalam mengembangkan

inovasi dan solusi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman merambat

di kebun anggur (Annisa, 2021).


5

Oleh karena itu, praktek lapang dalam pembibitan anggur menjadi sangat

penting. Dengan melakukan praktek lapangan, para petani, peneliti, dan ahli

agronomi dapat berinteraksi langsung dengan tanaman anggur dan mengamati

proses pembibitan secara langsung. Pengalaman lapangan ini akan memberikan

pemahaman yang lebih mendalam tentang teknik-teknik penanaman anggur yang

efektif dan efisien, serta membantu mengidentifikasi tantangan dan mencari

potensi solusi dalam praktik pembibitan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian

yang berjudul “Pembibitan Anggur (Vitis vinifera) di Kebun Anggur Wong Kito

Grapes Palembang".

B. Tujuan Pratek Lapangan

1. Memperoleh pengalaman praktis yang berharga dan pemahaman yang mendal

am mengenai seluruh proses pembibitan anggur.

2. Menerapkan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari dalam bidang budiday

a anggur ke dalam situasi lapangan yang nyata.

3. Mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dalam konteks pertanian

untuk meningkatkan kemampuan dalam pembibitan anggur.

Anda mungkin juga menyukai