Anda di halaman 1dari 17

PERILAKU PEMENUHAN GIZI PADA IBU MENYUSUI DI BEBERAPA ETNIK

DI INDONESIA
Nutrition Fulfillment Behaviors in Breastfeeding Mothers in Several Ethnicities in
Indonesia

Oktarina, Yurika Fauzia


UPF Inovasi Teknologi Kesehatan, Puslitbang Humaniora dan
Manajemen Kesehatan

Naskah masuk: 18 Maret 2019 Perbaikan: 21 Mei 2019 Layak terbit: 5 November 2019
https://doi.org/10.22435/hsr.v22i4.1550

ABSTRAK
Gizi seimbang penting bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu. Pemenuhan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap status gizi ibu menyusui dan tumbuh
kembang bayinya. Konsep tentang sehat-sakit, makanan-minuman yang baik untuk kesehatan,
kepercayaan dan pantangan, di satu lain bisa menjadi penghalang namun di sisi lain bisa
menjadi potensi untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Penelitian ini merupakan analisis data
sekunder, yang bersumber dari data Riset Etnografi Kesehatan tahun 2012, 2014 dan 2015 yang
bertujuan untuk mengetahui perilaku pemenuhan gizi ibu menyusui pada etnik Sabu, Rote dan
Madura. Data yang dikumpulkan meliputi perilaku ibu menyusui serta kecukupan zat gizi ibu
menyusui pada tiga etnik tersebut. Hasil menunjukkan bahwa perilaku ibu pada bayi baru lahir
memberikan jenis makanan prelaktal, dimana pada etnik Rote berupa air kopi atau air gula, pada
etnik Sabu berupa ramuan daun cabai yang ditumbuk, disaring dan diambil sarinya, serta etnik
Madura berupa madu dan air kelapa muda yang bertujuan untuk melicinkan pencernaan bayi.

Kata kunci: Perilaku Ibu menyusui, Etnik Rote, Etnik Sabu dan Etnik Madura

1
PENDAHULUAN bayinya (Kemenkes RI, 2014). Beberapa
Adat istiadat dan perilaku masyarakat di manfaat ASI bagi bayi yaitu menurunkan
satu sisi merupakan hal yang menunjang risiko kematian bayi akibat diare dan
kehidupan sosial masyarakat, karena infeksi, mengurangi angka kematian di
polanya yang didasarkan atas kebiasaan kalangan anak-anak yang kekurangan
yang ada pada masyarakat setempat. Pada gizi, perlindungan terhadap infeksi
sisi lainnya, terkadang adat istiadat menjadi gastrointestinal, serta sumber energi dan
penghalang atau penghambat terciptanya pola nutrisi bagi bayi usia 6 sampai 23 bulan.
hidup sehat di masyarakat. Perilaku, Sedangkan manfaat bagi ibu yang
kebiasaan, dan adat istiadat yang memberikan ASI adalah mengurangi risiko
merupakan penghambat misalnya; ibu kanker ovarium dan payudara, membantu
menyusui dilarang makan makanan yang kelancaran produksi ASI, sebagai metode
asin, seperti ikan asin, telur asin karena alami pencegahan kehamilan dalam enam
bisa membuat air susu ibu (ASI) jadi asin bulan pertama setelah kelahiran, dan
(Firman Edu, 2015)Makanan merupakan membantu mengurangi berat badan lebih
kebutuhan dasar manusia. Kecukupan dengan cepat setelah kehamilan (WHO,
makanan yang tepat dan bervariasi dapat 2016). Cakupan pemberian ASI eksklusif di
menciptakan kesehatan yang optimal. Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase
Kecukupan gizi akan memberikan pengaruh tertinggi terdapat di Provinsi NTB sebesar
pada kualitas dan kuantitas ASI yang akan 79,7% dan terendah di Provinsi Maluku
dihasilkan oleh seorang ibu menyusui. sebesar 25,2% (Riskesdas, 2013).
Seseorang yang mempunyai kemungkinan Makanan/minuman prelakteal adalah
lebih besar untuk dapat menghasilkan air susu makanan/ minuman yang diberikan pada bayi
dalam jumlah maksimal, maka diperkirakan satu sampai tiga hari setelah lahir sebelum
kandungan zat gizi yang terdapat dalam air ASI keluar (Anur Rohmin, 2015). Faktor
susu juga mencukupi (Arisman M.B, 2007). yang banyak menggagalkan praktek ASI
Menyusui merupakan cara alamiah eksklusif diantaranya makanan/minuman
untuk memberikan makanan dan prelakteal. Jenis makanan/minuman
minuman pada awal kehidupan bayi. prelakteal diberikan kepada bayi baru lahir di
Kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan pada Indonesia sebagian besar berupa susu
masa menyusui karena gizi yang masuk tidak formula (79,8%), madu/madu +air (47,5%),
hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya air putih (45,3%), air gula (23,8%), pisang
melainkan harus memproduksi ASI bagi dihaluskan (14,0), nasi dihaluskan (10,8%),

2
air + kopi (9,0%), susu non formula (7,1%) mengaku tidak mempunyai kebiasaan
(Riskesdas, 2013). Informasi perilaku mencuci tangannya terlebih dahulu.
pemberian makanan prelakteal pada bayi Kebanyakan para ibu mengatakan ASI baru
baru lahir terdapat pada beberapa studi keluar dengan lancar tiga hari setelah
etnografi kesehatan ada pada beberapa melahirkan. Mereka juga menggunakan
etnik di Indonesia yaitu pada etnik ramuan untuk memperlancar ASI, selain
Madura, etnik Rote, dan etnik Sabu mengkonsumsi makanan tersebut. Untuk
(Ratna W, 2012, Marizka, 2014, Roland memperlancar ASI, para ibu di Desa
A.N, 2015) sehingga dapat diungkap perilaku Limakoli mengkonsumsi kacang hijau,
pemberian makanan prelakteal tersebut daging ayam dan daging sapi. Daging
secara budaya. ayam atau daging sapi diolah dengan cara
di goreng, direbus atau dipanggang dan di
METODE masak tanpa menggunakan bumbu, hanya
Penelitian ini menggunakan data garam saja. Mereka juga menggunakan
sekunder yang bersumber dari data Riset ramuan untuk memperlancar ASI, selain
Etnografi Kesehatan tahun 2012, 2014, 2015 mengkonsumsi makanan tersebut. Ramuan
dengan mengambil lokasi di tiga yang digunakan adalah minyak kelapa
Kabupaten di Provinsi NTT dan Provinsi dicampur tumbukan buah kelapa yang sudah
Jawa Timur dengan angka kematian bayi dijemur dan dibakar kemudian dengan
(infant mortality) diatas rata-rata nasional menambahkan air lalu di pijat pada bagian
yaitu 35% (SDKI, 2007). Sampel yang payudara dan punggung ibu setiap pagi
diambil berasal dari etnik Rote, etnik Sabu selama tiga hari berturut-turut.
dan etnik Madura. Data yang dianalisis Perilaku masyarakat etnik Sabu di Desa
meliputi perilaku ibu menyusui, pemberian Kolorae Kecamatan Raijua juga jauh dari
ASI eksklusif, frekuensi pemberian ASI kebiasaan sehat. Semua aktivitas mencuci
serta kecukupan zat gizi ibu menyusui pada tangan dengan sabun tidak pernah
tiga etnik tersebut. terlihat, bahkan setelah menceboki bayi
mereka tidak mencuci tangan dengan sabun
HASIL lalu langsung dan menyusui bayinya.
Perilaku Ibu Menyusui Masyarakat etnik Sabu sudah diajarkan
Perilaku menyusui etnik Rote khususnya oleh orang tua mereka serta oleh Banni
di Desa Limakoli, secara turun temurun. Deo (dukun bayi) secara turun temurun
Pada saat hendak menyusui, seorang ibu mengenai kebiasaan pemberian ramuan

3
daun cabai/lombok atau disebut “Ro’Hili pada etnik Madura ini dengan membuat
yang ditumbuk dan diambil sarinya. Air ramuan yang disebut pejje yaitu air hangat
gula sabu diberikan dengan menggunakan hasil rendaman abu bekas pembakaran
jari yang dimasukkan ke dalam mulut bayi. tungku, abu biasa (tanah), dan asam jawa.
Air gula sabu/gula lontar ini juga Ramuan ini dioleskan di payudara dan
dikonsumsi sebagai makanan pokok untuk diyakini bisa memperlancar ASI. Selain itu
keluarga mulai orang tua sampai bayi baru ibu yang menyusui dan ibu nifas yang
lahir. Untuk bayi, air gula sabu diberikan mengonsumsi jamu terbuat dari daun-
secara bergantian dengan ASI apabila ASI daunan, biji-bijian dan akar kayu yang
sudah keluar. Air gula sabu dan ASI ini disebut jamu galohgor. Ibu menyusui juga
diberikan untuk bayi sampai berusia satu mengonsumsi jamu gendong yang di
tahun dan tidak ada makanan yang lain percaya bermanfaat untuk meningkatkan
(Roland A.N, dkk, 2015). produksi ASI, kebugaran tubuh dan
Bagi etnik Madura perilaku ibu pemulihan Rahim (Dahlianti, Nasoetion and
menyusui baru pertama kali melahirkan dan Roosita, 2005).
belum pernah menyusui sebelumnya,
diajarkan oleh orang tuanya. Caranya ibu Pemberian ASI Eksklusif
duduk di kursi dan di pangkuannya Pada PP No 33 tahun 2012 tentang
diletakkan sebuah bantal, kemudian bayi pemberian ASI eksklusif pasal 1 ayat 2
didekap di atas bantal, lalu mulut bayi berbunyi ASI eksklusif diberikan kepada
diarahkan ke puting susu ibu. Bantal yang bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa
ada di pangkuan ibu memudahkan mulut menambah dan atau mengganti dengan
bayi menggapai puting ibu. Apabila bayi makanan atau minuman lain. ASI eksklusif
sedang berada di tempat tidur, maka cara adalah pemberian ASI yang dilakukan
menyusuinya, ibu memiringkan posisi sedini mungkin setelah persalinan, tanpa
tubuhnya menghadap bayi dan meletakkan jadwal dan tidak diberikan makanan lain,
puting susu ke mulut bayi. Posisi yang lain walaupun air putih sampai bayi berusia 6
adalah ibu berdiri sambil menggendong bulan (Rukiyah, dkk., 2010). Menurut WHO
bayi dengan menggunakan gendongan, lalu (2013), ASI eksklusif adalah pemberian ASI
bayi dimiringkan menghadap dada ibu secara eksklusif pada bayi hanya diberikan
sehingga bisa langsung disusui (Ratna W, ASI saja sampai usia enam bulan tanpa
dkk, 2012). tambahan cairan lain seperti susu formula,
Perilaku ibu untuk memperlancar ASI jeruk, madu, air putih, air teh, air kopi, dan

4
tanpa tambahan makanan padat seperti susu formula dimasukkan dalam botol.
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur Sebagian besar para ibu bayi dan balita di
nasi dan nasi tim kecuali larutan rehidrasi Desa Kolorae memberikan minuman gula
oral atau vitamin drop atau tetes, mineral sabu sehari tiga kali pada bayi dan
atau obat-obatan. balitanya.
Pada etnik Rote bila ASI belum keluar, Pada etnik Madura pemberian madu dan
bayi akan diberikan susu formula atau air kelapa muda kepada bayi baru lahir
teh. Pengertian dan manfaat kolostrum atau menurut keyakinan masyarakat setempat
air susu yang pertama kali keluar, tidak bertujuan untuk melicinkan pencernaan
diketahui oleh para ibu di Desa Limokali. bayi sehingga dapat menerima jenis
Kolostrum dianggap air susu yang lebih makanan apa pun. Ibu yang melahirkan di
kental. Meskipun sebagian ibu sudah polindes akan langsung dibimbing oleh
mendengar informasi mengenai ASI bidan untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
eksklusif dari petugas kesehatan di sehingga ASI yang pertama kali keluar
Posyandu, tetapi masih terdapat masyarakat (kolostrum) diberikan kepada bayi.
yang kurang memahami. Namun terkadang bidan tidak
Masyarakat etnik Sabu sebagian besar mendampingi IMD secara sempurna
para ibu belum memahami pengertian ASI sehingga ketika bayi sudah berada di atas
ekslusif dengan baik karena dalam dada ibu untuk mencari putting ibu, bidan
pelaksanaannya pada bayi dibawah enam sudah menggendong bayi kembali sebelum
bulan pemberian ASI masih diselingi bayi berhasil menyusu ASI. Beberapa ibu
dengan gula sabu. Sayangnya data masih ada yang membuang kolostrum
pemberian ASI eksklusif di etnik Sabu dengan alasan kolostrum adalah ASI
tidak ada. Jenis makanan prelakteal yang yang kotor. Ada ibu yang sudah
diberikan pada bayi selain air gula sabu menyadari bahwa kolostrum baik untuk bayi
yang rasanya manis, juga diberikan susu dan memberikannya.
kambing yang di campur gula sabu dan

Pemberian Minuman Bayi Baru Lahir bayi baru lahir. Kebiasaan tersebut
Sebelum ASI adalah pemberian minuman pertama
Kebiasaan yang tidak mendukung kepada bayi berupa air kopi atau air gula
upaya pemberian ASI secara eksklusif sebelum ASI keluar atau prelakteal
berpengaruh buruk terhadap kesehatan (Hamzah, Asiah, 2000). Perilaku ibu etnik

5
Rote di Desa Limakoli dalam pemberian dada bayi, bayi menjadi kuat dan tidak
seduhan air kopi atau air gula pada bayi mudah sakit. Pemberian
baru lahir ini dipercaya bisa memperkuat

6
air kopi atau air gula ini sebanyak tiga berbeda lagi kebiasaannya. Di daerah
sendok teh dan diberikan hanya sekali sesaat tersebut air gula sabu diberikan sebelum
setelah bayi lahir. Tradisi pemberian minuman keluar ASI saat selesai persalinan berguna
ini sudah dilakukan sejak zaman nenek buat bayi karena rasa manisnya disukai bayi
moyang secara turun menurun dan masih sebagai penggantinya ASI.
bertahan sampai sekarang. Meskipun ASI Pada etnik Madura bayi mulai
eksklusif tidak terpenuhi karena pemberian diperkenalkan minuman selain ASI
air kopi, di Desa Limakoli bayi diberikan ASI beberapa jam setelah lahir, di antaranya
rata-rata sampai usia bayi 6 bulan dan madu dan kelapa muda. Bayi disuapi madu
tanpa makanan apapun. Setelah usia enam beberapa tetes dengan menggunakan jari
bulan, mereka tetap meneruskan pemberian telunjuk neneknya yang belum cuci tangan.
ASI sampai usia satu atau satu setengah Siapa pun bisa menyuapi madu ini, tidak
tahun. Menurut informan masa menyusui harus si ibu. Tiga jam kemudian, bayi disuapi
merupakan masa penting dalam pertumbuhan ro’-moro’ (kelapa muda) sekitar 2-3 sendok
bayi (Marizka K, dkk, 2014). oleh ibunya. Ibu pun mengonsumsi kelapa
Berbeda dengan ibu etnik Sabu di Desa muda setelah menyuapi bayinya. Menurut
Kolorae. Di daerah tersebut, bayi yang keyakinan masyarakat setempat, madu dan
baru lahir diberi ramuan daun kelapa muda bermanfaat untuk melicinkan
cabe/Lombok atau “Ro Hili”. Daun pencernaan bayi sehingga dapat menerima
tersebut ditumbuk dan diambil air sarinya makanan apa pun yang diberikan kepadanya
dengan cara disaring dan diberikan kepada (Ratna W, dkk, 2012).
bayi sebelum bayi diberi gula sabu. Air daun
Lombok ini dipercaya untuk membersihkan Pemberian Makanan Pendamping ASI
pencernaan bayi untuk mengeluarkan lendir Perilaku ibu dalam memberikan
agar perut bayi bersih dari cairan ketuban makanan pendamping ASI pada etnik Rote
yang tertelan saat proses persalinan. Menurut di Desa Limakoli pada usia bayi usia enam
keterangan informan “supaya ana mea/bayi bulan ke atas. Makanan pendamping ASI
dan mengeluarkan lendir dan kotoran berupa bubur nasi atau bubur dari beras yang
sampai bersih, sehingga perut bayi tidak dibuat sendiri oleh ibu, juga bubur instan.
kembung, kasi minum bayi, pagi, siang dan Sedangkan pada etnik Sabu, beberapa bayi
malam hari sebelum air susu ibu keluar..” berhenti minum ASI sebelum usia enam
(HK, 65 tahun). bulan. Pada mereka tetap diberikan air gula
Etnik Sabu lainnya, yaitu di Pulau Rajua sebagai pendamping ASI atau ditambah susu

7
formula, supaya bayi tidak menangis karena bayi menerima ASI sebanyak tiga kali
lapar. dalam sehari, selama lima hari. Setelah air
Sedangkan pada etnik Madura bayi tidak susu ibu keluar, air gula diberikan secara
hanya minum ASI, tetapi setiap pagi dan sore bergantian. Tidak ada frekuensi waktu
disuapi pisang yang dicampur dengan nasi menyusui bayi, karena setiap saat akan di
tim, sebelum usia enam bulan. Untuk berikan ASI. Sedangkan untuk air gula
menyuapkan makanan bagi bayi ada dua diberikan sehari tiga kali selama 5 hari
cara yaitu dengan menggunakan sendok kepada bayi dan balita. Sudah menjadi
dan menggunakan cara tradisional, yaitu bayi tradisi sejak bayi hingga anak balita
diikat di atas kaki penyuap yang sedang mengonsumsi air gula sabu setiap akan tidur.
berselonjor, kemudian disuapi dengan Frekuensi menyusui bayi pada etnik
tangan tanpa memperdulikan bayi yang Madura adalah sesering mungkin. Jika bayi
menangis meronta. Masyarakat berpikir menangis karena merasa lapar, maka ibu
bahwa cara ini dilakukan untuk membuat akan segera menyusui bayinya. Ibu
bayi kenyang, bukan bermaksud untuk menyusui bayinya tidak peduli siang atau
menyakiti bayi. malam, tetap menyusui bayinya. Masih ada
beberapa ibu memberikan susu formula,
Frekuensi Pemberian ASI bahkan pada saat bayi masih berusia kurang
Para ibu etnik Rote tidak menentukan dari 7 hari. Ibu merasa bahwa ASI-nya
waktu menyusui bayi mereka. Setiap saat kurang mencukupi dan bayi masih lapar.
bayi membutuhkan ASI, para ibu tersebut
memberikan ASI mereka. Frekuensi Asupan Makanan Bagi Ibu Menyusui
pemberian ASI relatif lebih banyak. Makanan sehari-hari pada masyarakat
Meskipun ibu tahu persis bahwa bayinya Desa Limokali pada etnik Rote berupa
tidak lapar, tapi pada kondisi tertentu, sayuran, meskipun jenisnya kurang
misalnya: menangis atau rewel, ibu beragam. Sayuran yang biasa dikonsumsi
langsung menyusui bayi mereka. bagi ibu menyusui merupakan jenis sayur
Pada etnik Sabu air sari daun yang biasa ditanam di kebun setempat
cabai/lombok “ro’ hili” diberikan sebelum seperti

8
kangkung, bayam, dan sawi. Selain itu ditemukan di daerah ini. Sayuran dan buah
sumber sayuran untuk dimakan juga berasal tertentu seperti daun papaya dan labu
dari halaman rumah setempat seperti sayur kuning adalah menu keseharian yang
daun marungga, sayur pucuk daun labu, dikonsumsi. Sayur bayam dan kangkung
dan sayur bunga pepaya. Sedangkan hanya bisa ditemukan pada saat musim hujan.
konsumsi buah sangat kurang. Hal ini Sedangkan buah jarang ditemukan kecuali
disebabkan keterbatasan jenis buah yang buah kelapa.
ada di Desa Limokali. Jenis buah yang Pada etnik Madura makanan yang
tumbuh antara lain buah pisang dan buah dikonsumsi bagi ibu menyusui sehari hari
pepaya. Tetapi dua jenis buah ini jarang di berupa nasi, ikan asin, serta kacang-kacangan
konsumsi, karena penduduk setempat lebih yang merupakan makanan selingan serta
memilih untuk menjual dibandingkan untuk minum ramuan tradisional. Sedangkan buah
mengkonsumsinya. Ibu menyusui biasa dan sayuran kurang disukai.
mengonsumsi kacang tanah, sepotong daging
ayam atau sepotong daging sapi. Daging Pantangan Ibu Selama Menyusui
tersebut diolah dengan cara digoreng, Pada etnik Rote ibu yang menyusui
direbus, atau dipanggang tanpa berupaya memelihara agar ASI tetap cukup
menggunakan bumbu masak dan garam. dan berkualitas antara lain dengan
Pada masyarakat etnik Sabu, khususnya mengonsumsi jenis kacang-kacangan dan
ibu menyusui, setiap pagi sarapan dengan sayur daun marungga. Sedangkan
segelas air gula dan sepiring bubur. Bubur pantangan yang tidak boleh di konsumsi
terbuat dari beras atau kacang hijau atau adalah makanan yang pedas karena
kacang merah. Makan siang dan makan dapat menyebabkan sakit perut pada bayi dan
malam serta makanan selingan ibu tidak boleh mengonsumsi daging babi
menyusui adalah nasi putih sepiring dengan karena menyebabkan perut bayi menjadi
sepotong ikan laut yang sudah dikeringkan. kembung. Meskipun secara medis tidak
Untuk makan ikan, kepala keluarga harus seluruhnya terbukti, namun ada upaya yang
pergi ke laut mencari ikan. Ikan atau gurita dengan sengaja dilakukan oleh para ibu etnik
tersebut dikeringkan dengan cara dijemur di Rote untuk memelihara dan meningkatkan
bawah sinar matahari agar awet dan tahan kualitas ASI. Paling tidak hal tersebut tidak
lama. Sedangkan makanan pokok masyarakat bertentangan dengan kesehatan bayi.
Desa Kolorae adalah sorgum atau sejenis Berbeda dengan masyarakat pada etnik
gandum. Untuk sayur dan buah memang sulit Rote, maka pada etnik Sabu tidak ada

9
pantangan ibu selama menyusui. Mereka berumur dua tahun hanya diberikan ASI
beranggapan air gula sabu yang tanpa makanan tambahan apapun kecuali
diminumkan untuk ibu menyusui dan vitamin, mineral atau obat dalam bentuk
bayinya sangat bermanfaat buat kesehatan tetes atau sirup hingga enam bulan.
selain membuat kenyang juga dapat Kemampuan ibu dalam menyusui dengan
mencegah sakit perut pada bayi. Selain itu teknik yang benar sangat mendukung
air gula sabu juga bermanfaat pada saat bayi perilaku ibu dalam memberikan ASI
baru lahir. kepada bayinya. Teknik menyusui dengan
Pada etnik Madura ada beberapa benar akan mempengaruhi pemberian ASI
pantangan untuk ibu ketika sedang dalam pada bayi. Penelitian Rhokliana, dkk. (2011),
masa menyusui bayi, di antaranya adalah menunjukkan ada hubungan antara kondisi
ibu tidak diperkenankan mengonsumsi ikan sosial budaya masyarakat dengan
laut karena dikhawatirkan ASI-nya akan keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya.
berbau amis. Selain itu, ibu juga tidak Kegagalan ibu pada saat memberikan ASI
boleh mengonsumsi cabai terlalu banyak kepada bayinya disebabkan faktor
karena ASI akan terasa pedas dan ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui
menyebabkan mata bayi kotor serta dengan benar. Sedangkan pengeluaran
merah. Untuk pantangan selain makanan, si ASI bisa lancar, karena ibu menyusui
ibu tidak boleh terlalu sering melakukan juga melakukan perawatan payudara ibu
hubungan seksual agar ASI tidak panas post partum. Penelitian ini sejalan
sehingga bayi kurang menyukainya. Berikut dengan hasil penelitian Scholichah
pernyataan informan tentang pantangan (2012), yangmenunjukkan adanya
makanan saat menyusui, “..tidak boleh hubungan antara perawatan payudara pada
makan ikan karena membuat ASI amis. ibu post partum dengan kelancaran
Kalau cabai juga tidak boleh karena nanti pengeluaran ASI.
mata bayi bisa kotor, bu..”.
PEMBAHASAN Pemberian ASI Eksklusif
Perilaku pemberian ASI guna proses Pada etnik Rote sebagian besar ibu
tumbuh kembang bayi, juga memberikan menyusui masih membuang kolostrum
manfaat untuk mencegah bayi dari sakit. dengan alasan air susu tersebut terlalu
Masa menyusui dimulai sejak bayi keluar kental. Hasil penelitian Marizka K, dkk
dari rahim ibu hingga bayi berumur dua (2014) menyebutkan bahwa program ASI
tahun. Sejak bayi baru lahir sampai eksklusif yang dicanangkan oleh

10
pemerintah di Desa Limokali, Kabupaten kekebalan tubuh kurang, jika dibandingkan
Rote Ndao khususnya etnik Rote ini belum bayi yang diberi kolostrum.
dapat tercapai. Para ibu pada etnik Sabu dan Berbagai macam hal yang dapat
etnik Madura juga masih membuang mempengaruhi produksi ASI adalah tidak
kolostrum dengan alasan kolostrum adalah melakukan inisiasi menyusui dini, ibu
ASI yang kotor. Padahal bidan di posyandu menjadwalkan sendiri pemberian ASI, bayi
telah melakukan penyuluhan kesehatan diberi minum sebelum air susu ibu keluar, dan
tentang ASI dan manfaat kolostrum posisi menyusui ibu yang kurang baik. Ibu
(Dahlianti, Nasoetion dan Roosita, 2005). menyusui harus memperhatikan hal-hal
Jadi memang ada alasan yang biasanya tersebut. Ada kalanya ibu beranggapan
berkaitan dengan budaya setempat dalam bahwa produksi ASI tidak mencukupi
hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif sehingga memutuskan untuk menambahkan
(Yusrina & Devy, 2016). atau mengganti dengan susu formula.
Pengetahuan masyarakat di beberapa
etnik di Indonesia masih menganggap Pemberian Minuman Bayi Baru Lahir
bahwa ASI yang pertama kali keluar basi, Para ibu pada etnik Rote di Desa
sehingga mereka membuang ASI tersebut. Hal Limakoli memberikan seduhan air kopi
ini bertentangan dengan Kepmenkes No atau air gula pada bayinya yang baru lahir,
450/Menkes/SK/VI/2004 tentang pemberian begitu pula para ibu pada etnik Sabu Desa
ASI secara eksklusif di Indonesia selama Kolorae. Tujuan pemberian air gula tersebut
bayi 6 bulan. Menurut UU No 36/2009 adalah agar bayinya kuat dan kenyang. Air
tentang Kesehatan pasal 129 (1) pemerintah gula tersebut disukai bayi karena rasa
bertanggung jawab menetapkan kebijakan manisnya.
dalam rangka menjamin hak bayi untuk Pada etnik Madura, bayi baru lahir
mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. diberi madu dan air kelapa muda.
Keputusan WHO juga mengharuskan Minuman prelakteal ini berbahaya karena
pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia dianggap sebagai pengganti kolostrum,
6 bulan karena pencernaan bayi belum sehingga diberikan sebagai minuman bayi
mampu menerima makanan lain selain ASI. paling awal. Pemberian minuman
Secara tidak langsung pemberian kolostrum prelakteal pada bayi baru lahir sangat
pada bayi memiliki dampak terhadap status merugikan karena akan menghilangkan rasa
gizi balita (Masithah, dkk, 2005). Bayi yang haus bayi, sehingga bayi malas menyusui.
tidak memperoleh kolostrum akan memiliki Minuman prelakteal yang terbanyak

11
diberikan di Indonesia adalah susu formula, menyatakan bahwa pemberian MP-ASI
secara nasional sebesar 79,8% (Riskesdas, secara dini kepada bayi sebelum berusia 6
2013). bulan adalah sebesar 35,5% berupa pisang
di haluskan serta bubur susu instant.
Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Frekuensi Pemberian ASI
merupakan makanan yang diberikan pada Indikator keberhasilan menyusui
bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di diukur dari frekuensi, durasi Air Susu Ibu
samping ASI dan mulai diberikan saat bayi (ASI), pertumbuhan bayi, dan status gizi
berusia enam bulan. Sebelum bayi berusia ibu pasca menyusui (Fikawati dkk, 2015).
enam bulan, enzim pencernaan dan system Kebutuhan kalori bagi ibu menyusui
kekebalan usus bayi belum sempurna sebanyak 500-1000 kalori lebih banyak
sehingga zat tepung dan protein belum dapat dari ibu yang tidak menyusui. Pada ibu
dicerna oleh bayi (Najahah dkk., 2013). menyusui sering kekurangan magnesium,
Makanan pendamping ASI ini berupa vitamin B6, folat, kalsiumdan seng.
pisang halus, atau produk bubur instan. Sedangkan nutrisi yang tidak adekuat pada
Pilihan makanan yang tepat untuk bayi, ibu menyusui dapat menurunkan jumlah
menyebabkan bayi terhindar dari produksi Air Susu Ibu (ASI) (Proverawati
kekurangan gizi dan bayi tidak sering & Rahmawati, 2010). Pada etnik Rote,
menderita penyakit (Masaora, 2003). etnik Sabu dan etnik Madura tidak ada
Pada etnik Rote, makanan frekuensi waktu mereka menyusui.
pendamping ASI berupa bubur nasi atau Mereka menyusui sesering mungkin bahkan
bubur dari beras yang dibuat sendiri oleh tidak ditentukan waktunya. Menurut Suradi
ibu dan juga bubur susu instan. Pada etnik R, dkk (2010), agar ASI dapat diproduksi
Sabu dan etnik Madura, setiap pagi dan dengan jumlah dan kualitas yang baik
sore bayi disuapi pisang yang dihaluskan maka diperlukan asupan gizi ibu
dan dicampur dengan nasi tim. Namun menyusui mencukupi, teknik cara
pemberian makanan pendamping ASI menyusui yang benar, dan seringnya
pada etnik ini sebagian besar diberikan frekuensi menyusui. Semakin sering bayi
sebelum bayi berusia 6 bulan. Mereka menyusu kepada ibunya, maka produksi
beralasan agar bayi tidak rewel. Hasil ASI akan lancar.
penelitian (Rizki K I & Lailatul M, 2016)
di Desa Ujung Piring Bangkalan, Madura Asupan Makanan Bagi Ibu Menyusui

12
Pada ibu menyusui kebutuhan gizi porsinya per hari. Sedangkan sayur dan
meningkat dibandingkan dengan tidak buah jarang dikonsumsi, karena jarang
menyusui dan masa kehamilan (Kemenkes ditemukan, apalagi susu. Pada etnik Madura
RI, 2014). Gizi ibu menyusui dalam enam asupan makanan bagi ibu menyusui per
bulan pertama membutuhkan tambahan energi hari yaitu nasi, ikan asin dan selingan
sebesar 500 kalori per hari untuk menghasilkan berupa kacang-kacangan, namun tidak
jumlah susu normal. Total kebutuhan energi dijelaskan jumlah porsinya per hari. Sayur
selama menyusui meningkat menjadi 2400 dan buah dikonsumsi, namun tidak setiap
kal per hari yang digunakan untuk hari. Minum jamu tradisional dikonsumsi
memproduksi ASI dan aktivitas ibu. setiap hari sedangkan susu jarang
Pelaksanaan gizi seimbang yang dianjurkan dikonsumsi oleh ibu menyusui. Menurut
dapat dibagi menjadi enam kali makan (tiga hasil penelitian (Ni Kadek R, dkk, 2017) ada
kali makan utama dan tiga kali makan hubungan antara pemenuhan kebutuhan gizi
selingan). Selain itu, ibu menyusui sangat ibu dengan kelancaran ASI pada ibu
membutuhkan cairan agar dapat menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado.
menghasilkan air susu dengan cepat. Sedangkan hasil penelitian (Irma Eva Yani,
Dianjurkan minum air lebih dari delapan dkk, 2009) menyebutkan bahwa ibu tidak
gelas sehari. memberikan ASI pada bayinya (54,6%)
Ibu menyusui dengan gizi buruk dikarenakan tidak tersedianya makanan
akan mempengaruhi kecukupan ASI, dirumah. Tidak adanya makanan yang
karena tubuh membutuhkan zat gizi yang dikonsumsi ibu sehingga menyebabkan ibu
cukup untuk memproduksi ASI. Ada tidak memberikan ASI pada bayinya.
hubungan antara status gizi ibu menyusui Tingkat pendidikan ibu menyusui juga
dengan kecukupan ASI (Nurul. P, 2010). dapat berpengaruh pada pengetahuan ibu.
Beberapa etnik di Indonesia, khususnya pada Pada ibu-ibu yang memiliki tingkat
etnik Rote, ibu menyusui makan perhari pengetahuan yang cukup, maka ibu dapat
berupa nasi, sayur dan ikan, namun jumlah memilih pengolahan dan pengaturan
porsi per harinya tidak dijelaskan. Sedangkan makanan sehari-hari. Hal tersebut
buah dan susu jarang dikonsumsi. Pada etnik menyebutkan ibu menyusui dapat
Sabu asupan perhari rata-rata hanya makan mengonsumsi makanannya dengan gizi yang
nasi atau bubur dan sepotong ikan kering seimbang setiap hari (Maharani, 2016).
tetapi juga tidak menjelaskan ukuran

13
Tabel 1. Pengaturan Jumlah Porsi Makan Utama dan Makan Selingan dalam Sehari Ibu Menyusui
Jumla 2.400 kkal
Bahan Makanan/Penukar h Porsi Pagi Selinga Siang Selingan Malam Selingan
n Pagi Sore Malam
Nasi/ Karbohidrat 1 1/2 1/2 1/2 1½ 1/2 2 -
Daging/ Lauk Hewani 3 1 - 1 - 1 -
Tempe/ Lauk Nabati 3 1/2 1 - 1 1/2 1 -
Sayuran 3 1/2 1 1/4 - 1 1/4 - 1 -
Buah 5 1 1 1 - 1 1
Minyak/ Lemak 6 1 1 1 1 2 -
Susu 1 - - - - - 1
Gula 1 1/2 1 - - - 1
Sumber: Kurniash, dkk, 201

ibu pada etnik Madura yaitu pantangan makan atau minuman sebelum bayi berusia enam bulan.
ikan laut sebesar 4,8% karena dikhawatirkan Tindakan tersebut dilakukan dengan alasan
air susu ibu menjadi amis dan pantangan supaya bayi tidak rewel dan tidak menangis.
makan cabai sebesar 64,5% dikhawatirkan bayi Beberapa pantangan makanan bagi ibu selama
menjadi diare. Pantangan makan tertentu bagi menyusui bertujuan supaya bayinya tidak sakit-
ibu menyusui pada etnik Rote dan Madura sakitan. Perilaku ibu menyusui tidak
hampir sama. Hal ini tidak tepat karena ikan membatasi frekuensi untuk menyusui dan
mengandung protein yang diperlukan untuk sesering mungkin bahkan tidak menentukan
pertumbuhan bayi dan tidak berpengaruh waktu, setiap saat memberikan ASI bagi
terhadap rasa ASI. Pembatasan makanan pada bayinya, hal ini membuat bayinya terlindungi
ibu menyusui menyebabkan nutrisi ibu serta diperhatikan oleh ibunya setiap saat.
menyusui kurang terpenuhi. Kebiasaan seperti Pemenuhan gizi pada ibu menyusui pada etnik
diatas dianggap mitos sehingga perlu diubah Rote, etnik Sabu dan etnik Madura belum sesuai
secara bertahap dan sistematis melalui dengan anjuran Kementerian Kesehatan
pendekatan yang tepat. Kurangnya asupan gizi dalam memenuhi kecukupan gizinya, karena
ibu menyusui mempengaruhi kesehatan dan tidak dijelaskan porsinya per hari.
produksi air susu ibu (Kristiyansari, 2009).
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Perlu penyuluhan dengan melibatkan lintas
Kesimpulan sektor seperti dinas kesehatan, puskesmas, dan
Perilaku ibu menyusui pada etnik Rote, perangkat desa untuk mengubah perilaku dan
etnik Sabu dan etnik Madura pada masa persepsi masyarakat tentang kepercayaan dan
menyusui sebagian besar memberikan makanan tradisi yang terkait pemberian ASI eksklusif.
14
Perlu memberikan penyuluhan dengan Keragaan Perawatan Kesehatan Masa
melibatkan orang tua dari ibu balita serta nifas, Pola
tokoh masyarakat dalam penyuluhan Konsumsi Jamu Tradisional dan Pengaruhnya
kesehatan agar mengurangi pemberian Pada Ibu Nifas di Desa Sukajadi,
makanan/ minuman prelakteal pada bayi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
baru lahir, asupan gizi ibu menyusui yang Jurnal Media dan Gizi Keluarga. 29 (2),
cukup, pemberian makanan pendamping ASI 55-65.
sebelum 6 bulan serta upaya mengubah Fikawati dkk, 2015. Gizi Ibu dan Bayi.
kepercayaan pantang makanan tertentu pada Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
ibu menyusui. Diharapkan pemerintah daerah Firman Edu, 2015. Aspek Sosial Budaya dalam
mengadakan program kesehatan untuk Kesehatan.
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan https://firmanedu.wordpress.com/2015/03/
(PMT-P) berupa susu dan lainnya untuk page/2
pemulihan kondisi yang mempengaruhi Kemenkes RI, 2011.Makanan Sehat Ibu
penurunan status gizi pada ibu hamil dan Menyusui.
menyusui yang disebabkan adanya budaya turun Direktorat Bina Kesehatan
temurun warga berupa pantangan dalam Masyarakat.Jakarta Kementerian Kesehatan RI,
memberikan sayur dan buah pada masa 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
kehamilan ibu. Kementerian Kesehatan RI: Direktorat Bina
DAFTAR PUSTAKA Gizi Kristiyansari, W, 2009. ASI, Menyusui
Anur Rohmin, Nura Malahayati, Hartati, 2015. dan Sadari.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Yogyakarta: Muha Medika.
Praktek Kurniasih, D, Hilmansyah, H, Astuti, MP,
Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi Imam,S, 2010. Sehat & Bugar Berkat
Baru Lahir di Kecamatan Bukit Kecil Gizi Seimbang. Jakarta: PT Penelitian
Kota Sarana Bobo.
Palembang. Jurnal Kesehatan Volume IV, Hamzah, Asiah, 2000. Pola Asuh Anak Pada
Nomor 2, Oktober 2015, Hal 183-19. Etnik Jawa Migran dan Etnik Mandar.
Arisman, M.B. 2007. Gizi Dalam Daur Disertasi, Program Pascasarjana Univ.
Kehidupan. Jakarta: EGC. Airlangga, Surabaya.
Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2013. Riset Irma Eva Yani, Defriani Dwiyanti, Novelasari,
Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. 2009. Faktor- Faktor yang
Dahlianti R, Nasoetion, A, Roosita K, 2005. Mempengaruhi

15
2 Juli:126- 137 ISSN: 2086-3071
Perilaku Ibu Laktasi Dalam Memberikan ASI Ni Kadek Radharisnawati, Rina Kundre, Linnie
di Kab/Kota Provinsi Sumbar. Jurnal Pondaag, 2017. Hubungan Pemenuhan
Penelitian Gizi Makan (PGM) 32 (2): 101- Kebutuhan Gizi dengan Kelancaran Air Susu Ibu
111. (ASI) Pada Ibu Menyusui di Puskesmas
Masoara, S. 2003. Manfaat ASI untuk bayi, ibu Bahu Kota Manado. E-Journal
dan keluarga. Program Manajemen Keperawatan (e-Kp), Vol 5. No 1.
Laktasi,Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Ratna Widyasari, Ida Diana Sari, Aprilliana
Indonesia. Marizka K, Indah Nur Esti Lailatul M, Sofyan Haryanto, M. Setyo
Leksana, Dusri L.M, Betty Pramono, 2012. Etnik Madura Desa
Roosihermiatie, 2014. Perempuan Rote Jrangon Kecamatan Omben Kabupaten
Meniti Tradisi, Etnik Rote, Kabupaten Rote Sampang, Provinsi Jawa Timur. Buku Seri
Ndao, Provinsi NTT. Buku Seri Etnografi Etnografi Kesehatan 2012. Jakarta:
Kesehatan 2014. Jakarta: Lembaga Lembaga Penerbitan Balitbangkes-
Penerbitan Balitbangkes- Kemenkes RI Kemenkes RI
Maharani, 2016. Faktor-Faktor yang Rhokliana, Aisyah.S, Chandradewi,
berhubungan dengan Status Gizi Ibu A.A.S.P. 2011. Hubungan Sosial Budaya
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas dengan Pemberian ASI pada Bayi di
Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Wilayah Kerja Puskesmas Kruak
FKM Universitas Diponegoro Semarang. Kabupaten Nusa Lombok Timur, Jurnal
Diakses pada tanggal 04 Desember 2017 Kesehatan Prima [e-journal]5(2):pp 765-
Najahah I, KT Adhi, GNI Pinatih, 2013. Faktor 777
Risiko Balita Stunting Usia 12-36 Bulan Rizki Kurnia Illahi, Lailatul Muniroh, 2016.
di Puskesmas Dasan Agung Mataram, Gambaran Sosio Budaya Gizi Etnik
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Public Madura dan Kejadian Stunting Balita
Health and Preventiv Medicine Archive 1 Usia 24-59 bulan di Bangkalan Madura.
(2), 134-141. Diakses dari: Media Gizi Indonesia, Vol 11, No.2
http://download.portalgaruda. org/article Juli-Desember: hlm 135-143.
Nurul Pujiastuti, 2010. Korelasi Antara Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti, Meida Liana,
Status Gizi Ibu Menyusui Dengan 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas). CV.
Kecukupan ASI di Posyandu Desa Karang Trans Info Media: Jakarta Timur.
Kedawang Kecamatan Sooko Kabupaten Roland A.N, Indriyaningsih, Agung Dwi L.
Mojokerto. Jurnal Keperawatan. Vol 1 no 2015. Daun Ro Hili & Air Gula Sabu,

16
Penyambut Bayi Baru Lahir, Etnik Kesehatan Indonesia. [e- journal]
Sabu, Kabupaten Sabu Raijua. Buku
Seri Etnografi Kesehatan 2015. Jakarta:
Lembaga Penerbitan Balitbangkes-
Kemenkes RI
Proverawati & Rahmawati, 2010. Kapita
Selekta Asi & Menyusui. Yogyakarta:
Nuha Medika
WHO, 2013. Breas-feeding-Exclusive
Breasfeeding. Tersedia dari
http://www.who.int/elena/titles/
exclusive_breastfeeding/en/index.html.
World Health Organization. 2016.
Breastfeeding: Only 1 in 5 Countries
Fully Implement
WHO’s Infant Formula Code. Diakses: 18
April 2016.
http://www.who.int/mediacentre/news/rele
ases/2013/world_breastfeeding_
week_20130730/en
Scholichah N. 2012. Hubungan Perawatan
Payudara pada Ibu Postpartum dengan
Kelancaran Pengeluaran ASI di Desa
Karang Duren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Jurnal Komunikasi
Kesehatan (Edisi 3), 2(02):1-7, 2012
Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN, Marzuki
ANS, Ananta Y, 2010. Indonesia
Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Yusrina, A, Devy, S.R.2016. Faktor yang
Mempengaruhi Niat Ibu Memberikan
ASI Eksklusif di Kelurahan Magersari,
Sidoarjo. Journal Promosi dan Pendidikan

17

Anda mungkin juga menyukai