Buruknya
- Budaya dan norma yang kurang mendukung status infeksi
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
MASALAH INTERGENERASI
Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
PERILAKU gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
KONSUMSI 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
KURANG makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi
PROTEI
penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
HEWANI
N dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan
MPASI
KONSUMSI
penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat
rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti
KURANG dengan anak sekolah dan remaja.
SAYUR &
BUA Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata
total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok
H umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang
mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400
gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya
hampir sama pada semua kelompok umur.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan
MPASI
PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
ASI EKSKLUSIF sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
6 BULAN DAN
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
MPASI menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang
dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan
persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat
(21,7%)
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI Lebih dari
- Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap tahun
di seluruh dunia.
- Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal karena
diare. Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang tahun yang
ke-5.
- Dengan demikian, adalah mandatori untuk memasukkan faktor kontekstual kedalam program
perubahan perilaku untuk pencegahan stunting: air bersih, jernih, tidak berasa, tidak berbau;
jamban leher angsa, berpintu, berdinding kuat, dan beratap; dengan tangki septik tidak bocor,
dikuras terjadwal, jarak minimal 10 meter dari sumber air; rumah sehat, cukup ventilasi dan
cahaya alami, ada tempat penyimpanan makanan yang tertutup; ada sistem drainase rumah tangga
sehingga air limbah rumah tangga tidak mengalir ke permukaaan tanah.
• Susenas terkait penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK)
dan air isi ulang menunjukan peningkatan yang signifikan yakni 1.83
% tahun 2003, 13,05% tahun 2009, dan 31,3% tahun 2016. Ini
berarti angkanya sangat tinggi, karena 1 dari 3 atau sepertiga
• IUWASH, (2016) sekitar 39% rumah tangga menggunakan air isi ulang
sebagai sumber air siap minum sehari-hari
• Studi Pakpahan dkk. (2015) di Kota Kupang menemukan 33,3% dari
depot air isi ulang menjual air isi ulang yang tercemar E-coli. Di Makassar,
studi menemukan seperempat (25,3%) mengandung E-coli (Kasim dkk.,
2014).
FAKTA
RUMAH SEHAT
Psikologis
KUNJUNGAN Keluarga -Pola makan “Beragam,
Faktor
RUMAH - Dukungan anggota
keluarga Bergizi seimbang, dan TAHAP II
OLEH PUSKESMAS - Pembagian tugas keluarga Cukup” “SADAR
-Berbagi nilai yang sama -Minum pil zat besi 90 hari
CERAMAH STUNTING”
tentang perilaku yang selama kehamilan
TOMA, TOGA diharapkan -IMD, ASI Eksklusif 6 bulan - NORMA
Masyarakat
MPASI bergizi saat bayi KELUARGA
MOBILISASI - Dukung & Prioritas
berumur 6 bulan
MASYARAKAT DESA + Sinkron - Pembagian tanggung
Jadwal jawab
Materi KIE - Norma sosial Perilaku Higienitas
TAHAP II
Lokus DESA/KEL.
- Kepemimpinan -CTPS dengan air mengalir
FaktorPemungkin
Emosi Risiko
Semakin banyak faktor
Yang positif semakin besar
Dirasakan kemungkinan
Kemampuan terjadinya perilaku
Diri Norma yang diinginkan
TUJUAN INTERVENSI
KOMUNIKASI Perilaku Sadar Warga Desa
Warga Desa Lokus
berperilaku “Sadar Stunting menjadi
norma keluarga
Stunting” Lokus bebas
Intergenerasi
Stunting
KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU
KOMUNIKASI RADIO,
Social
Media ( twitter,
instagram,
youtube),
MOBILISASI
MASYARAKAT
ADVOCACY .
KOMUNITAS
, KIP
CETAK
(KORAN,
MAJALAH,
POSTER
DLL)
REKOMENDASI
TERIMA KASIH