Anda di halaman 1dari 44

Sejarah Pencinta Alam

Ada banyak catatan tentang sejarah pencinta alam di Indonesia. Hanya dengan bermodalkan
membuka mesin pencari kemudian mengetikkan kata kunci ’sejarah pencinta alam’ maka akan
ada banyak tulisan yang bisa kita lahap. Tapi jika kita tarik kesimpulan, maka data tertua
mengenai sejarah pencinta alam di Indonesia tercatat tahun 1912.
Dimulai dengan De Nederlandsh Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming, sebuah
komunitas yang bergerak di bidang upaya pelestarian alam. Kemudian pada tahun 1937,
Pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat secara konkret, dengan terbentuknya Bescherming
Afdeling Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu kegiatan kepencintaalaman nusantara mulai
berkembang.
Bicara tentang dunia pencinta alam, tidak bisa lepas dari kegiatan kepanduan atau yang sekarang
lebih dikenal dengan Pramuka. Kepanduan berkibar antara tahun 1940 hingga 1960. Bisa
dikatakan lebih berkibar dari yang saat ini (Maaf, mohon koreksinya jika apa yang saya tuliskan
kurang benar).
Adapun jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh kegiatan kepanduan adalah kegiatan olahraga,
rekreasi, petualangan, membaca jejak, survival, morse, perapian, dan beberapa skill lainnya. Hal
ini sangat mempengaruhi dunia pencinta alam sampai saat ini.
Istilah Pencinta Alam
Banyak sumber yang menyebutkan, bahwa istilah pencinta alam digagas oleh Soe Hok Gie di
tahun 1964. Dengan kata lain, istilah pencinta alam lahir di dalam kampus. Sumber lain
mengatakan, yang pertama kali mengusung istilah pencinta alam adalah sebuah perkumpulan
yang menamakan dirinya sebagai Perkumpulan Pentjinta Alam atau disingkat PPA. Berdirinya
PPA yaitu pada 18 Oktober 1953.
Bagi saya, keduanya saling mengisi dan saling menguatkan. Sampai pada akhirnya para pencinta
alam berkumpul di sebuah acara Forum Gladian IV Ujung Pandang, pada 28 Januari 1974. Saat
itu para perwakilan pencinta alam se Indonesia menggagas adanya Kode Etik Pencinta Alam
Indonesia, atau biasa dikenal dengan nama KEPAI.
Kode Etik Pencinta Alam Indonesia
Bicara tentang KEPAI, saya teringat ucapan seorang aktifis lingkungan hidup Jember bernama
Daenuri. Dia mengatakan begini pada saya. “Meskipun saya tidak ikut membuat, merumuskan
dan mengesahkan KEPAI, tapi saya sangat setuju dengan isi di dalamnya. Seandainya setiap
pencinta alam tahu, mengerti dan paham tentang apa itu KEPAI, tidak perlulah mereka
merumuskan lagi aturan lain, entah itu ikrar atau hal hal semacamnya. Cukuplah KEPAI itu saja
sebagai pegangan seorang pencinta alam.
Berikut adalah isi dari Kode Etik Pencinta Alam Indonesia :
Kode Etik Pencinta Alam Indonesia
• Pencinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
• Pencinta Alam Indonesia sebagai masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab terhadap
Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air.
• Pencinta Alam Indonesia sadar bahwa segenap Pencinta Alam adalah saudara, sebagai mahluk
yang mencintai alam, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Disahkan Dalam Forum Gladian IV
Ujung Pandang tanggal 28 Januari 1974
Pukul 01.00 WITA
Fenomena Pencinta Alam Masa Kini
Seiring berjalannya waktu, orientasi organisasi pencinta alam baik yang ada di dalam kampus
maupun yang di luar kampus, semakin berkembang dan meluas. Sayangnya, ada beberapa divisi
yang teranak tirikan. Contoh paling nyata adalah divisi konservasi sumber daya alam.
Ketika kita bertanya pada masyarakat umum tentang apa itu pencinta alam? Bisa dipastikan,
mereka akan menyebutkan ciri-ciri pencinta alam yang mengambarkan tentang sosok petualang /
pendaki gunung. Ini tidak salah, tapi seharusnya pencinta alam bisa menunjukkan pada
masyarakat umum bahwa dunianya tidak sesempit itu. PA bukan hanya mendaki gunung, ada
banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh seorang pencinta alam.
Seputar Kegiatan Organisasi Pencinta Alam
Kita mulai dari Organisasi Pencinta Alam yang ada di luar kampus / Institusi Pendidikan.
Mereka cenderung lebih merdeka melakukan banyak kegiatan. Sayangnya, mereka harus
menghidupi organisasi secara mandiri (biasanya survive dari iuran anggota atau mengandalkan
seksi dana usaha) karena mereka bukan lembaga di bawah lembaga. Itu bedanya dengan
Organisasi PA yang ada di dalam kampus.
Organisasi Pencinta Alam Kampus satu tingkat lebih aman dari Organisasi Pencinta Alam di luar
kampus karena ada kucuran dana di setiap kegiatannya. Meskipun pada kenyataannya, kucuran
dana tersebut seringkali tidak mencukupi dan mereka harus mengandalkan biaya secara swadaya.
Pencinta Alam kampus seringkali terbentur dengan perijinan (adaptasi dengan jadwal kuliah) dan
juga harus memikirkan laporan pertanggung jawaban masa kepengurusan pada seluruh anggota
dan pada lembaga di atasnya. Entah itu Fakultas atau Universitas. Satu lagi, mereka terjebak
dengan program kerja yang sudah disepakati dalam Rapat Anggota Tahunan (yang membahas
pergantian pengurus organisasi, AD/Art dan program kerja, biasanya seputar itu). Kasusnya
beraneka ragam. Ada yang program kerjanya banyak tapi kehabisan waktu, ada juga yang
sebaliknya.
Kemandegan inovasi, ini juga yang terlihat di dalam dunia pencinta alam (baik di dalam kampus
maupun yang freelance). Yang mudah terlihat adalah kegiatan tahunan seperti DIES NATALIS
OPA. Di sana acara yang berlangsung adalah tasyakuran dengan format ucapan dari para audiens
(biasanya setiap perwakilan maju satu persatu mengucapkan selamat hari lahir pada organisasi
yang bersangkutan) kemudian acara dilanjutkan dengan doa bersama dan makan-makan, disertai
dengan hiburan berupa musik.Beberapa organisasi sudah mulai menggeliat dan berinovasi, tapi
konsep lama masih tetap menjadi mayoritas.
Hubungan Tidak Mesra Antara OPA Kampus Dengan Senat / BEM
Memang, tidak semua Organisasi Pencinta Alam Kampus memiliki kondisi hubungan tidak
mesra dengan BEM. Ada banyak OPA kampus yang hubungannya dengan BEM baik baik saja
bahkan cenderung saling menguntungkan. Saya hanya ingin mengungkapkan tentang yang
sebaliknya.
Mengapa bisa terjadi? Ada banyak sudut pandang yang bisa kita gunakan untuk menyimak
polemik ini. Sudut pandang tersederhana adalah mengenai maksud dan tujuan masing-masing
lembaga. BEM bermaksud baik, mengkoordinir UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan
menjadikannya secara struktural ada di bawah BEM, termasuk di dalamnya adalah Organisasi
Pencinta Alam. Dari pihak Organisasi Pencinta Alam, meminta BEM untuk memberikan
otonomi alias berdiri sendiri. Hubungannya dengan BEM koordinatif / sejajar. Landasannya
lebih pada kesejarahan. Saya yakin, polemik tersebut mudah diselesaikan dengan komunikasi.
Bagaimana Seharusnya Menjadi Pencinta Alam
Itu adalah sebentuk pertanyaan dengan jawaban yang luas. Tapi bila disederhanakan, maka
jawabannya seperti ini. Menjadi bermanfaat, itu saja. Kita tahu, di dunia pencinta alam mengenal
bermacam macam spesialisasi atau divisi. Bila dikerucutkan hanya akan menjadi tiga. Gunung
Hutan, Jurnalistik Lingkungan dan Konservasi SDA. Apapun skill kita, entah itu mendaki,
senang menulis, senang melakukan kegiatan pelestarian alam secara nyata, maka kita harus
mengembalikan kata ‘pencinta alam’ pada habitatnya. Dengan kata lain, mengembalikan tiap-
tiap pencinta alam pada kode etiknya. Setelah itu, mari kita hidup saling memberi manfaat.
Sebenarnya masih banyak poin yang ingin saya tuliskan. Tapi saya rasa tulisan ini sudah terlalu
panjang dan jika saya lanjutkan, anda pasti lelah membacanya. Cukuplah sampai di sini dulu
sudut pandang seputar dunia pencinta alam. Akan saya lanjutkan kembali di catatan berikutnya.
Dan catatan kali ini saya tutup dengan menampilkan sudut pandang Bang Herman Lantang
seputar dunia pencinta alam kampus / Mapala.
“Orientasi Mapala seharusnya adalah untuk menyelamatkan sebuah daerah, mengenal
masyarakat terdekat daerah hingga pelosok, serta suaka alam”

SURVIVAL
Posted: 2012 November 28 in Uncategorized
0

Dalam melakukan perjalanan Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan
pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu
mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari
keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari
keadaan yang buruk.

Mengapa Ada Survival ?Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk
keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca
dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri
(mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat
kesalahan-kesalahan kita sendiri.Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan
seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan
kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

 Keadaan alam (cuaca dan medan)


 Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
 Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Definisi Survival

 Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah
menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat

U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah

R : Rasa takut dan putus asa hilangkan

V : Vitalitas tingkatkan

I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya

V : Variasi alam bisa dimanfaatkan

A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya

L : Lancar, slaman, slumun, slamet

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu
anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP”
yang artinya :

S : Stop & seating / berhenti dan duduklah

T : Thingking / berpikirlah

O : Observe / amati keadaan sekitar

P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Kebutuhan survival

Yang harus dipunyai oleh seorang survivor

1. Sikap mental- Semangat untuk tetap hidup- Kepercayaan diri- Akal sehat- Disiplin dan
rencana matang- Kemampuan belajar dari pengalaman

2. Pengetahuan- Cara membuat bivak- Cara memperoleh air- Cara mendapatkan makanan- Cara
membuat api- Pengetahuan orientasi medan- Cara mengatasi gangguan binatang- Cara mencari
pertolongan

3. Pengalaman dan latihan- Latihan mengidentifikasikan tanaman- Latihan membuat trap, dll

4. Peralatan- Kotak survival- Pisau jungle , dll

5. Kemauan belajar

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :


 Mengkoordinasi anggota
 Melakukan pertolongan pertama
 Melihat kemampuan anggota
 Mengadakan orientasi medan
 Mengadakan penjatahan makanan
 Membuat rencana dan pembagian tugas
 Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
 Membuat jejak dan perhatian
 Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :

1. Ketegangan dan panik Pencegahan :- Sering berlatih- Berpikir positif dan optimis- Persiapan
fisik dan mental

2. Matahari / panas- Kelelahan panas- Kejang panas- Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :- Penyakit akut/kronis- Baru sembuh dari
penyakit- Demam- Baru memperoleh vaksinasi- Kurang tidur- Kelelahan- Terlalu gemuk-
Penyakit kulit yang merata- Pernah mengalami sengatan udara panas- Minum alkohol- Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :- Aklimitasi- Persedian air- Mengurangi aktivitas- Garam dapur-
Pakaian :- Longgar- Lengan panjang- Celana pendek- Kaos oblong

3. Serangan penyakit- Demam- Disentri- Typus- Malaria

4. Kemerosotan mental Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik,
histerisPenyebab : Kejiwaan dan fisik lemahKeadaan lingkungan mencekamPencegahan :
Usahakan tenangBanyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa Keracunan Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang
perut, kadang-kadangmencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.Penyebab : Makanan
dan minuman beracunPencegahan : Air garam di minumMinum air sabun mandi panasMinum
teh pekatDi tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat Pencegahan : Makan makanan berkaloriMembatasi kegiatan

7. Kelaparan

8. Lecet

9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematianMembuat Bivak (Shelter)Tujuan
: untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dinginMacam :a. Shelter asli alamGua : Bukan
tempat persembunyian binatangTidak ada gas beracunTidak mudah longsorb. Shelter buatan dari
alamc. Shelter buatanSyarat bivak :Hindari daerah aliran airDi atas shelter tidak ada dahan pohon
mati/rapuhBukan sarang nyamuk/seranggaBahan kuatJangan terlalu merusak alam
sekitarTerlindung langsung dari angin

Mengatasi Gangguan Binatang.

a. Nyamuk

 Obat nyamuk, autan, dll


 Bunga kluwih dibakar
 Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir
nyamuk
 Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.

b. Laron

 Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

c. Lebah

Apabila disengat lebah :

 Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali


 Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
 Jangan dipijit-pijit
 Tempelkan pecahan genting panas di atas luka

d. Lintah

Apabila digigit lintah :

 Teteskan air tembakau pada lintahnya


 Taburkan garam di atas lintahnya
 Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
 Taburkan abu rokok di atas lintahnya

e. Semut

• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan

• Letakkan cabe merah pada jalan semut

• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut


f. Kalajengking dan lipan

 Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar


 Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
 Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
 Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
 Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan

g. Ular Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC

Membuat Perangkap (Trap)

Macam-macam trap :

 Perangkap model menggantung


 Perangkap tali sederhana
 Perangkap lubang jerat
 Perangkap menimpa
 Apace foot share

Bahan :

 tali/kawat
 Umpan
 Batang kayu
 Cabang pohon

Membaca Jejak

Jenis-jenis jejak :

• Jejak buatan : dibuat oleh manusia

• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkunganJejak alami biasanya menyatakan
tentang :

 Jenis binatang yang lewat


 Arah gerak binatang
 Besar kecilnya binatang
 Cepat lambatnya gerak binatang

Membaca jejak alami dapat diketahui dari :

 Kotoran yang tersisa


 Pohon atau ranting yang patah
 Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air

Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi
orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.

Air yang tidak perlu dimurnikan :

1. HujanTampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan

2. Dari tanaman rambat/rotanPotong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air
yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut

3. Dari tanamanAir yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut

Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :

1. Air sungai besar

2. Air sungai tergenang

3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)

4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan

5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal
bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali
pengambilan

Makanan

Patokan memilih makanan :

 Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia


 Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
 Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
 Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah,
tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
 Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

Hubungan air dan makanan

 Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit


 Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
 Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

Tumbuhan yang dapat dimakan


1. Dari batangnya :

 Batang pohon pisang (putihnya)


 Bambu yang masih muda (rebung)
 Pakis dalamnya berwarna putih
 Sagu dalamnya berwarna putih
 Tebu

1. Dari daunnya :

 Selada air
 Rasamala (yang masih muda)
 Daun mlinjo
 Singkong

1. Akar dan umbinya :

 Ubi jalar, talas, singkong

1. Buahnya :

 Arbei, asam jawa, juwet

1. Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :

 Jamur merang, jamur kayu

Ciri-ciri jamur beracun :

ü  Mempunyai warna mencolok

ü  Baunya tidak sedap

ü  Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning

ü  Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan

ü  Bila diraba mudah hancur

ü  Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya

ü  Tumbuh dari kotoran hewan

ü  Mengeluarkan getah putih

Binatang yang bisa dimakan


 Belalang
 Jangkrik
 Tempayak putih (gendon)
 Cacing
 Jenis burung
 Laron
 Lebah , larva, madu
 Siput
 Kadal : bagian belakang dan ekor
 Katak hijau
 Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
 Binatang besar lainnya

Binatang yang tidak bisa dimakan

 Mengandung bisa : lipan dan kalajengking


 Mengandung racun : penyu laut
 Mengandung bau yang khas : sigung

Api

Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api
terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang
dihasilkan merata.

1. Dengan lensa / Kaca pembesarFokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang
mudah terbakar.

2. Gesekan kayu dengan kayu.Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan
menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan
penyala, sehingga terbakar

3. Busur dan gurdi. Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut,
gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar
mudah tebakar.Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :

 Perlengkapan memancing
 Pisau
 Tali kecil
 Senter
 Cermin suryakanta, cermin kecil
 Peluit
 Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
 Tablet garam, norit
 Obat-obatan pribadi
 Jarum + benang + peniti  dll

PETA
Posted: 2012 November 28 in Uncategorized
0

pembacaan peta

Cara Membaca Peta

PETA

Menurut sejarah, pengembangan dari peta topografis telah sebagian besar digunakan untuk
kebutuhan militer. Pelatihan Pembacaan Peta Angkatan perang sangat dipentingkan pada saat itu
untuk menambah keahlian. Selain digunakan untuk angkatan perang, sekaRang ini peta juga
banyak digunakan oleh warga sipil untuk memancing, berkemah, gerak jalan, tehnik mendaki
gunung, menyusuri jalan, atau penggunaan lain yang bersifat untuk mengarahkan ke suatu tujuan
atau tempat (navigasi). Bahkan 80 % dari pekerjaan melibatkan data georeference yang dapat di
ekstrak dalam peta.

A. DEFINISI

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam bidang yang dipilih
dengan skala dan system proyeksi tertentu.

Informasi yang dapat diekstrak dalam peta :

1. Informasi Geometris berupa posisi/lokasi, keruangan/spasial

2. Informasi Semantik atau deskriptif berupa atribut peta dan karakteristik objek

B. JENIS PETA

Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

Peta berdasarkan isinya:


 Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta
informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
 Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan
pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
 Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
 Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
 Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
 Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
 Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
 Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang
mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1
: 10 000 atau lebih besar.
 Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta
informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai
peta dasar.
 Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala
lebih kecil dari 1 : 100 000.

Peta berdasarkan skalanya:ü Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.

 Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 – 1 : 100 000.


 Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
 Peta tanpa skala kurang atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian
dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih
lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan
(engineer’s scale), perbandingan atau skala numeris (numerical or fractional scale) atau
skala fraksi dan grafis (graphical scale).

Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan:

 Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun
pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
 Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema
tertentu.

PETA TOPOGRAFI

A. UNSUR PETA TOPOGRAFI

Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang bersifat natural dan buatan yang terlihat dari atas dan diperkecil dengan
perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik
bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi
pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya yang juga
merupakan unsur yang terdapat dalam peta yaitu:

1.Judul Peta 

Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol

2.Keterangan

Pembuatan Peta Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan


di bagian kiri bawah dari peta

3.Nomor Peta (Indeks Peta) 

Adalah angka yang menunjukan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.Pembagian
Lembar Peta Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang
digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolangan peta bila memerlukan interpretasi suatu
daerah yang lebih luas.Sistem KoordinatAdalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat.
Macam koordinat adalah:

 Koordinat Geografis: Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang
berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau kordinat yang penyebutannya
menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan
detik. Misalnya Co 120°32′ 12″BT 5°17′ 14″ LS.
 Koordinat Grid: Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat
grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke
utara dan barat ke timur dari titik acuan.
 Koordinat Lokal: Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada
gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistem
koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan seiring
membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca
seluruhnya. Misalnya: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

4.Skala Peta

Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan.
Rumus jarak datar dipeta dapat dituliskan sbb: JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI
MEDAN

Ada dua macam skala yakni skala angka atau non garis (grafis), misalnya skala 1:25.000, berarti
1 cm di peta sama dengan 250 m di medan yang sebenarnya, dan skala garis atau grafis (biasanya
di peta skala garis berada di bawah skala angka).

5.Orientasi Arah Utara


Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta
dan kompas, karena tiga arah tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut
adalah:

 Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang
melalui Kutup Utara di Selatan Bumi.
 Utara Peta (Grid North/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis
jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
 Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol ↑ (anak panah separuh), yaitu Utara
yang ditunjukan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap
tahunnya (ke Barat atau Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-
penyimpangan sudut, antara lain:

 Penyimpangan sudut antaraUS – UP baik ke Barat maupun ke Timur, disebut ikhlaf Peta
(IP) atau Konvergensi Meridian. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
 Penyimpangan sudut antara US -UM baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf
Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan adalah I Utara Sebenarnya (IS).
 Penyimpangan sudut antara UP – UM baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf
Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Peta f71′.
dengan diagram sudut digambarkan US UP UM

6.Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medann yang sebenarnya. Sebelum
anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan,
nama sungai, desa, dan lain-lain. Jadi minimal anda tahu kasar posisi anda ada dimana. Orientasi
peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda di peta adalah
benar.

Langkah-langkah orientasi peta :

 usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-
tanda medan yang menyolok.
 Siapkan kompas dan peta anda, letakan pada bidang datar.Utarakan peta, dengan
berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya.
 Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda
medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan.ingat tanda-tanda
itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya

7.Garis Kontur Atau Garis KetinggianGaris kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi
pada peta topografi. Sifat-sifat garis kontur, yaitu:
 Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain
dan tidak bercabang.
 Garis kontur yang didalam selalu lebih tinggi dari yang diluar.
 Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama.
 Indek kotur dinyatakan dengan garis tebal.
 Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal. Jika garis kontur bergerigi
(seperti sisir) maka kemiringannya hampir sama atau sama dengan 90°.
 Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu
sama lain. Sadel yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.

8.Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik
ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi, titik ini adalah suatu titik atau benda yang
meruakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permungkaan
laut. macam-macam titik triangulasi:

 Titik Primer, 1′.14 titik ketinggian gol. I, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
 Titik Sekunder, S.45, titik ketinggian gol. II, No.45, tinggi 2340 mdpl. 2340
 Titik Tersier, 7:15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
 Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV No. 20, tinggi 875 mdpl 875
 Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl 670
 Titik Kadaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.I 31, tg 1202 mdpl 7202
 Titik kadaster Kuater, K.Q 1212, titikketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993
mdpl 1993

9.Legenda PetaAdalah informasi tambahan untuk memudahkan interprestasi peta, berupa unsur
yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting dan perlu sekali
dipahami antara lain:

 Titik ketingian
 Jalan setapak
 Garis batas wilayah
 Jalan raya
 Pemukiman
 Air
 Kuburan, dll.

Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu
harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:

 Simbol: digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan
lain-lainnya.Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta.
 Warna: digunakan untuk membedakan atau memerincikan lebih jauh dari simbol suatu
obyek, misalnya laut yang lebih dalam diberi warna lebih gelap, berbagai kelas jalan
diberi warna yang berbeda-beda dll.
B. MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

1. Membaca Garis Kontur 

 Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari
huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya. 

 Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik)
dengan Ujung yang Tajam. 

 Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat 

Menghitung Harga Interval KonturPada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25
meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak
berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-
1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus
1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun
dapat dicari dengan:

Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B, Hitung selisih
ketinggiannya (antara A dan B), Hitung jumlah kontur antara A dan B, Bagilah selisih ketinggian
antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.

2. Membaca Utara Peta

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya lihat
judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

3. Mengenal Tanda Medan

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga
digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta,
disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke
lapangan, yaitu 

 Lembah antara dua puncak


 Lembah yang curam
 Persimpangan jalan atau ujung desa
 Perpotongan sungai dengan jalan setapak
 Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
 Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai,
jembatan dan lain-lain.

4. Menggunakan Peta 

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan
titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

 Koordinat titik awal (A)


 Koordinat titik tujuan (B)
 Sudut peta antara A – B
 Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
 Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A – B

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah :

 Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
 Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
 Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang
kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
 Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit
dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
 Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan 
 Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan
arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.

Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan
membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis
lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk
peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan
panjang lintasan sebenarnya.

5. Membaca Koordinat 

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

 Cara koordinat peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini
meggunakan: Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461) Cara
Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)

 Cara Koordinat Geografis


Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44′
27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah
barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah
garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk
letak peta.

6. Sudut Peta

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan
sudut dipakai Sistem azimuth (0° – 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan
sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari
suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta
serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas
tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem
perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya. Back azimuth: bila sudut
kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 180° maka sudut
kompas ditambah 180°.

TEKNIK MEMBACA PETA

Prinsipnya: “menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan
tehnik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan”

 Titik awal: Kita harus tahu titik keberangkatan kita, baik itu dipeta maupun di lapangan.
Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
 Tanda Medan: Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran
sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan
tersebut dengan menginterprestasikan peta.
 Arah Kompas: Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai
dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
 Menaksir Jarak: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu
memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah
waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh
perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti. 10′ x 10′ untuk
peta 1:50.000 20′ x 20′ untuk peta 1:100.000 Untuk peta ukuran 20′ x 20′ disebut juga
LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068) merupakan paralel
terpanjang. 40.068km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° x 3)
40.068km : 1080 = 37,1km Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km.
Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak:
37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta: 3.710.000 : 50.000 akan mempunyai jarak:
37,1 km = 3.710.000 : 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya 1 LBD peta 20′ x 20′ skala 1:50.000
di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 x 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam
pemakaiannya.
 Lembar Peta Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka
tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10′ x 10′ atau 37,1 x
37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut lembar peta atau sheet, dan diberi huruf A, B, C, D.
Jika skala peta tersebut 1:50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 x 37,1 =
1.855.000cm = 18,5km.
 Penomoran Lembar Peta Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′
27,79″ BT dipakai sebagai meridian pokok untuk penomoran peta topografi di Indonesia.
Jakarta sebagai garis bujur 0.

manajemen perjalanan
Posted: 2012 November 28 in Uncategorized
0

Berita duka datang silih berganti. Banyak rekan – rekan pendaki mengalami musibah maut dalam
kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah ‘takdir’. Ya…itu
memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya
sendiri. Adakah yang salah?

Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal ( memang tidak semuanya) , mereka melakukan
pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau bisa dibilang nekat. Padahal
dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan. Itulah mengapa ada yang
dinamakan Manajemen Perjalanan / Pendakian.

Segala sesuatunya harus diatur dan dianalisa. Walupun kita hanya melakukan pendakian biasa
bukan sebuah expedisi. Namun Manajemen Perjalanan harus tetap diterapkan. Bahkan hal –
hal kecilpun harus dipikirkan. Bila saja para pendaki memahami dasar – dasar manajemen
perjalanan, maka akan semakin meminimalkal musibah dan korban kegiatan alam bebas ini.

Kebanyakan korban yang jatuh akibat bahaya subjektif ( dari diri sendiri ) . Ini disebabkan
kurangnya pemahaman tentang Manajemen Perjalanan dan teknik hidup di alam bebas. Dan
satu hal yang juga penting adalah menjaga ahlak kita, bagaimana kita bersikap terhadap alam,
karena kadang faktor ‘X’ pun bisa menjadi sebabnya.

A. Perlengkapan Jalan ( untuk medan gunung hutan )

1. Sepatu Mempunyai kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.

1. Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki

2. Harus kuat untuk pemakaian yang berat

3. Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu

4. Melindungi telapak kaki sampai mata kaki


5. Kulit tebal, tidak mudah sobek

6. Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang bagi gerak kaki

7. Keras bagian depannya, untuk melindungi jari kaki ( tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja
tambang, yang bagian depan sepatu sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga
akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu )

8. Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit tanah ke segala arah dan cukup kuat.9. Ada
lubang ventilasi, yang bersekat halus sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak
kaki.

2. Kaus Kaki

   Yang perlu diperhatikan :menyerap keringat.Gunanya :- Melindungi kulit kaki dari


pergesekan dengan kulit sepatu.- Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas.- Menjaga agar
kaki tetap hangat pada daerah yang dingin.

3. Celana Jalan

– Yang perlu diperhatikan :- Kuat, lembut- Ringan- Tidak mengganggu gerakan kaki, jahitannya
cukup longgar- Praktis- Terbuat dari bahan yang menyerap keringat- Mudah kering, bila basah
tidak menambah berat- Bahan celana yang terbuat dari katun cukup baik, tidak terlalu tebal,
tahan duri, mudah kering.

4. Baju Jalan

Yang perlu diperhatikan :– Melindungi tubuh dari kondisi seikitar- Kuat- Ringan- Tidak
mengganggu pergerakan- Terbuat dari bahan yang menyerap keringat- Praktis- Mudah kering

5. Topi Lapangan

Yang perlu diperhatikan :– Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri- Melindungi kepala
dari hujan, terutama kepala bagian belakang.- Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan
gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi Jepang.

6. Sarung Lapangan

   Yang perlu diperhatikan :* Sebaiknya terbuat dari kulit* Bentuknya sesuai dengan tangan kita*
Tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan tangan.

7. Ikat Pinggang

   Pilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh.
Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat – alat yang perlu cepat
dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat – alat P3K, dll.
8. Ransel / Carrier

– Ringan, Sejauh mungkin tidak merupakan tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan
yang water proof.- Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi,
tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh, dsb.- Nyaman
dipakai, dianjurkan agar memakai ransel yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan
seimbang. Selain itu juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh /
punggung dengan ransel.- Praktis, kantung – kantung tambahan serta pembagian ruangan akan
memudahkan untuk mengambil barang – barang tertentu.

9. Peralatan navigasi– Kompas, peta, penggaris segitiga, busur derajat, pensil, dll.

10. Lampu Senter

   Dengan bola lampu dan baterai cadangan

11. Peluit

12. Pisau

   Pisau saku serbaguna ( multi blade ) seperti Victorinox* Pisau pinggang* Golok tebas

B. Peralatan Tidur

 Satu set pakaian tidur


 Kaus kaki untuk tidur
 Sleeping bag
 Matras
 Tenda / ponco / flysheet untuk bivak

C. Perlengkapan Masak dan Makan

     Alat – alat makan* Alat pembuat api ( lilin, spirtus, dll )* Kantung air / tempat air

Menyusun Perlengkapan Kedalam Ransel / carrier ( Packing )

1. Nyaman, efisien, selain secara langsung ditentukan oleh desain ransel, juga banyak
dipengaruhi cara menyusun barang ( packing ) kedalam ransel.

2. Tempatkanlah barang – barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan.
Barang – barang yang relatif lebih ringan ( sleeping bag, pakaian tidur ) ditempatkan dibagian
bawah
.3. Letakkan barang yang sewaktu – waktu diperlukan diletakkan dibagian atas atau diletakkan
dikantung – kantung luar ransel ( ponco, P3K, kamera, dll ).

4. Kelompokan barang – barang dan masukkan kedalam kantung – kantung plastik yang tidak
tembus air, terutama pakaian tidur / cadangan, pakaian dalam, buku – buku, dll.

Perencanaan Perbekalan

Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu
mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Lamanya perjalanan yang akan dilakukan

2. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan

3. Keadaaan medan yang akan dihadapi ( terjal, sering hujan, dsb )

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam
merencanakan perjalanan:

a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.

b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.

c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan
bakar.

d. Ringan, mudah didapate. Murah

Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat – syarat diatas,
kita dapat mengkajinya dengan langkah – langkah berikut :

1.  Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang
perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.

2.  Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut
komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing – masing kalori totalnya
( setelah siap dimakan ).

3.  Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada
kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.

Perlengkapan Perorangan :

1. Carrier / Ransel
2. Matras

3. Rain coat / ponco

4. Sleeping Bag

5. Perlengkapan makan & minun

6. Baju hangat / jaket + baju ganti ( cadangan)

7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan

8. Senter ( Baterai + bohlam cadangan )

9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan

10. Obat – obatan pribadi

11. Kompas, webbing, tali

12. Logistik

13. Lilin

14. Pisau serba – guna / Victorinox

Perlengkapan Team :

1. Tenda

2. Peralatan masak

3. P3K

4. Trash Bag

5. Golok Tebas

mounteneering
Posted: 2012 November 28 in Uncategorized
0
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang
langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan diri sebagai
kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh
orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang
ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian
suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang
berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk
mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.
Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :

1. Berjalan (Hill Walking)

   Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling
banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan
berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang
dijelajahi (nature interested)

2. Memanjat (Rock Climbing)

   Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap
merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode
pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya
dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.

3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)

   Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara
pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing
gunung salju.Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :
Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik
Rock Climbing dan lain-lain

PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG

1. Pengenalan Medan

   Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus
menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta
altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan
dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut.
Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut
bersama kita.
2. Persiapan Fisik 

   Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot.
Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot
badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.

3. Persiapan Tim

   Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan
semua yang berkaitan dengan pendakian.

4. Perbekalan dan Peralatan

   Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki
gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki
itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup
di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki
mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda,
perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.

BAHAYA DI GUNUNG 

Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
pendakian.

1. Faktor Internal

   Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan
baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan
fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.

2. Faktor Eksternal

   Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya
(gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan,
udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung
Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan
dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta
keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri

LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN 


Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam dalam
suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :

1. Persiapan

   Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :

 Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus : Perijinan


pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan
perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan
pendakian.
 Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga
secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinan-
kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara
pencegahan/pemecahannya.

2. Pelaksanaan

   Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut,
atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan
koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Kelompok pelopor
 Kelompok inti
 Kelompok penyapu

   Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan


(penanggungjawab koordinasi).Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di
setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung
tersebut.

   Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu :

 Pelopor di depan (disertai guide),


 kelompok initi di tengah, dan
 team penyapu di belakang.

   Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian
juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp
jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.

 
3. Evaluasi

   Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan
evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan
kebaikan (vivat et floreat)

FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN 

Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala
konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun jelas akan
berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian
adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan
semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin berkurang.Fenomena alam seperti ini
beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita ketahui
dalam mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di
pegunungan akibat kurang pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana
penyelamat.

1. Konsekuensi Penurunan Suhu

   Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia


memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh terhadap
perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat membahayakan. Jika
tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan terangsang untuk meningkatkan
metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal (mis : dengan menggigil). Untuk
mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlu banyak makan, karena makanan yang kita
makan itulah yang menjadi sumber energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.

2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen

  Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk menjamin
kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh biasanya sangat erat
hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi haemoglobin dalam darah.
Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi Haemoglobin, maka kapasitas oksigen
respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian,
kita perlu mengadakan latihan aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan
ini juga merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.

3. Kesegaran Jasmani

   Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang ditinjau
dari sudut fatal olahraga adalah system kardiovaskulare dan neuromusculare.Seorang pendaki
gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang enak, yang disebabkan
oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit gunung (mountain sickness). Kapasitas
kerja fisik akan menurun secara menyolokpada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja
aerobic akan menurun (dengan membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan
lambat.Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :

 Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing


 Sukar atau tidak dapat tidur
 Kehilangan control emosi atau lekas marah
 Bernafas agak berat/susah
 Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikap semaunya
dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
 Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi maka orang
ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegah
kekosongan perut.
 Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai puncaknya
pada hari kedua.

   Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah terlanjur
parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli lagi nasehat (keras kepala),
maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea
cerebral dapat menyebabkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya
menurun. Dapat pula timbul rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan
dan gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea
semakin nyata dan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.

4. Program Aerobik

   Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang maksimum
pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran transportasi
oksigen dalam tubuh selai respirasi.Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat
menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah
yang mrmasuki jaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah
haemoglobin darah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal
tersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang
membutuhkan lebih terjamin.Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan
selama dua bulan sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan
(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri (mental), keteguhan
hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan denyut nadi mencapai 80% dari
denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah lari selama 20 menit. Seorang yang dapat
dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit
per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan
untuk menjaga daya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan
beban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.

 
PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER 

1. Orientasi Medan

A. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta

 Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta. Dengan
menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi
tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
 Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai :

ü  Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka perpotongan garis
yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai adalah kedudukan kita.

ü  Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan
kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah kedudukan kita.

ü  Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung, kemudian titik yang
berhasil yang    diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis dari titik identifikasi itu, lalu
perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita daki.

B. Menggunakan kompas

   Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai dalam
satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.

C. Peta dalam perjalanan

   Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilaui atau
dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam praktek sangat sukar
dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang sangat lebat atau kabut yang
sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi. Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya
dimulai dari awal perjalanan, yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat
pertama yang menjadi awal perjalanan.Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam
situasi seperi di atas. Ada baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan
dihafal, mungkin akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali
ketempat semula.Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadap
lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan    alat-alat seperti
kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan kepekaan itu bisa
diperoleh.

2. Membaca Keadaan Alam

    A. Keadaan udara


 Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak
berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari terbit
sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
 Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila tidak angin
gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka diramalkan
adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
 Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat
saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih
maka datanglah cuaca buruk.

    B. Membaca sandi-sandi yang diterapkan di alam menggunakan bahan-bahan dari alam,
seperti :

 Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk


 Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
 Sandi dari rumput/semak yang diikat

         Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali ke
tempat semula atau pulang.

3. Tingkatan Pendakian gunung

Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau mudah, maka
dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau
lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperamen
dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam
variabel lainnya.

 Kelas 1 : Berjalan. Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus.


 Kelas 2 : Merangkak (scrambling). Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.
Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
 Kelas 3 : Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum berpengalaman.
 Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying. Anchor untuk belaying mungkin
diperlukan.
 Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner. Kelas ini dibagi
lagi menjadi 13 tingkatan.
 Kelas 6 : Pemanjatan artificial. Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik. Kelas ini
sering disebut kelas A.

navigasi darat
Posted: 2012 Juli 16 in Uncategorized
0

PENDAHULUAN
 Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan dan arah lintasan perjalanan secara
tepat, atau navigasi adalah navigasi adalah suatu kegiatan mengontrol arah perjalanan baik di
peta maupun di medan sebenarnya dengan tepat hingga sampai ke tujuan. Dalam arti yang lebih
sempit, navigasi telah dikenal oleh bangsa-bangsa Aztec, Babylonia dan Bangsa Eskimo tua
sejak 4500 tahun yang lalu.

Pada awalnya, istilah navigasi dipakai dalam pelayaran maupun penerbangan, namun dewasa ini
telah umum dipakai dalam pengembaraan di gunung, rimba, sungai dan sebagainya. Orang yang
bertanggung jawab dalam hal navigasi biasa disebut navigator.

Untuk dapat melakukan perjalanan di alam bebas kita hanya dibantu oleh peta, kompas dan
kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan / menentukan tempat kedudukan setepat
mungkin dengan cara mengamati, mempelajari, mengenali keadaan sekitar selama perjalanan
dilakukan.

Menyadari betapa pentingnya ketiga hal diatas, maka timbul pepatah : “peta dan kompas serta
kemampuan untuk menggunakannya merupakan tiket ke tempat manapun di alam bebas”.

PETA

Peta adalah gambaran sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam
bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu
peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1 :
50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala
1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya
berwarna.

Peta berdasarkan isinya dibagi menjadi :

1. Peta Umum; yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum, baik kenampakan fisis
maupun kenampakan sosial ekonomi. Peta jenis ini meliputi :

a. Peta Topografi; yaitu peta yang berskala besar dan memuat keterangan yang umum.

b. Peta Chorografi; yaitu peta yang berskala sedang yang menggambarkan daerah yang luas,
negara atau benua.

c. Peta Dunia; peta yang digambarkan dengan skala kecil dan meliputi seluruh dunia.

2. Peta Khusus / Thematik; yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang


khusus. Peta ini meliputi antara lain : peta militer, peta bintang, peta triangulasi, peta pariwisata,
dll.
Peta berdasarkan skalanya digolongkan menjadi :

a. Peta Kadaster

1 : 100 sampai 1 : 5.000

b. Peta berskala besar

1 : 5.000 sampai 1 : 250.000

c. Peta berskala sedang

1 : 250.000 sampai 1 : 500.000

d. Peta berskala kecil

1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000

e. Peta Geografi

1 : 1.000.000 ke atas

Bagian-bagian Peta :

1. Judul; menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, biasanya terdapat
diatas.

2. Penerbit; menyatakan badan/lembaga yang menerbitkan/mengeluarkan peta.

3. Nomor; sebagai nomor registrasi dari badan pembuat peta, juga berguna sebagai petunjuk bila
kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang terpetakan.

4. Tahun; menyatakan waktu pembuatan peta, semakin baru tahun pembuatannya, maka data
yang disajikan akan semakin akurat.

5. Legenda; yaitu keterangan singkat mengenai simbol/tanda yang tercantum dalam sebuah peta,
dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

6. Skala/Kedar; yaitu perbandingan jarak antara dua titik tertentu pada peta dengan jarak
sebenarnya di lapangan. Untuk menyatakan skala peta ada 3 cara yaitu :

a. skala angka/fraksi

1 : 50.000

b. skala verbal/perkataan
“satu sentimeter dibanding lima puluh ribu sentimeter”

c.

7. Koordinat ; yaitu kedudukan suatu titik di peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu,
yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang
resmi dipakai ada dua macam yaitu :

a. Koordinat Geografis (Geographycal Coordinate)

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan
garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik.

Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama.
Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada peta
skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30”), dan pada peta skala 1 : 50.000, satu
karvak sama dengan 1 menit (60”).

Contoh : 114°34’10” BT atau 05°15’17” LS

b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik
acuan.Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (06° LU, 98° BT).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur.

Sistem koordinat grid mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS,
biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk
penentuan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka,
satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan
koordinat grid 8 angka dibagi menjadi 10 bagian (per 1 mm).

8. Kontur; yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari
permukaan laut atau garis bayangan/imajinasi dari rangkaian titik-titik di lapangan yang
mempunyai nilai ketinggian/elevasi yang sama.

Karakteristik Garis Kontur Ketinggian :

1. Garis kontur ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

2. Garis kontur ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak bercabang.

3. Garis kontur ketinggian merupakan kurva tertutup sehingga tidak akan ada yang terputus.
4. Garis kontur ketinggian pada daerah landai/datar akan
tergambarrenggang/berjauhan sebaliknya garis kontur di daerah curam/terjalakan tergambar
rapat.

5. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung keluar menjauhi puncak berbentuk “U”


menggambarkan punggungan.

6. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung kedalammendekati puncak berbentuk “∩”


menggambarkan lembah.

7. Garis kontur ketinggian untuk daerah yang cekung digambarkangaris berbulu.

8. Garis kontur ketinggian antara digambarkan dengan garis terputus-putus.

9. Perbedaan ketinggian antara dua garis kontur yang berurutan (interval kontur) merupakan
bilangan tetap.

10. Interval kontur sama dengan skala peta dibagi 2000. Rumus ini tidak berlaku apabila peta
tersebut telah di fotocopy perbesar atau perkecil. Jadi cara yang paling mudah mencari interval
kontur adalah selisih antara dua indeks kontur yang berdekatan dibagi spasinya adalah harga
interval kontur.

KOMPAS

Kompas adalah alat penunjuk arah. Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun yang lalu
terbukti dengan diketemukannya kompas kuno yang dipakai pejuang China sekitar tahun 1100
M.

Karena sifat kemagnetannya maka jarum kompas selalu menunjukkan arah utara dan selatan
(jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas adalah kutub utara magnetis bumi yang letaknya tidak bertepatan
dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di jazirah Boothia sekitar 1400 mil
atau sekitar 2250 km. Tapi unyuk keperluan praktis, utara peta, utara sebenarnya dan utara
kompas/magnetis dianggap sama.

Menurut kegunaan dan fungsinya kompas dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

– Kompas Orientasi, yaitu jenis kompas yang digunakan untuk orientasi dalam suatu perjalanan
(orientering). Contohnya kompas silva.

– Kompas Bidik, yaitu kompas yang digunakan untuk membidik objek serta arah yang akan kita
lalui. Contohnya Kompas Prisma. 

– Kompas Geologi, yaitu kompas yang digunakan untuk menentukan arah serta kemiringan
dalam pekerjaan geologi. Contoh .Kompas Geologi.
Bagian –bagian kompas antara lain :

1. Badan/Body kompas yaitu tempat melekatnya komponen-komponen kompas.

2. Jarum Kompas Selalu menunjuk arah utara-selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat
tidak dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak terhambat perputarannya.)

3. Skala kompas, menunjukkan pembagian derajat sistem mata angin.

Cara Penggunaan kompas :

Penggunaan kompas pada prinsipnya yang paling penting diperhatikan adalah kompas harus
horozontal, maka pembacaan skala peta melalui garis fisir, sedangkan pada kompas orienteering
(misal kompas silva) yang paling penting diperhatikan adalah Utara Kompas harus sejajar
dengan Utara peta.

Faktor kesalahan pada sudut bacaan kompas

Penyebab dari kesalahan ini antara lain :

– Karena benturan dengan benda keras.

-Cairan yang terdapat dalam tabung kompas membeku (pengaruh waktau atau cuaca), sehingga
jarum atau piringan kompas tidak bergerak bebas.

-Ada kesalahan indeks yaitu penunjuk indeks skala bacaan kompas tidak segaris lurus dengan
garis penunjuk arah bacaan.

-Garis penunjuk arah bacaan tidak segaris lurus dengan pisir/garis rambut pembidik objek.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian kompas yaitu :

– Jauhkanlah dari benda-benda yang mengandung unsur logam seperti golo/parang, pisau,
gunting, victorinoks, dll

– Jauhkan dari benda-benda elektronik seperti : TV, jam tangan, walkman, dll.

– Sesama kompas dilarang saling berdekatan !!!!

TEKNIK PETA KOMPAS

Sebelum masuk pada teknik peta kompas yang perlu duketahui adalah Azimuth dan Back
azimuth. Azimuth adalah sudut antara sasaran terhadap kutub magnetik bumi (sudut kompas)
sedangkan Back Azimuth adalh kebalikan dari Azimuth. Cara praktisnya sebagai berikut :
Jika Azimuth < 180° maka Back Azimuthnya = Azimuth + 180°

Jika Azimuth >180° maka Back Azimuthnya = Azimuth – 180°

Orientasi Peta

Orientasi Peta yaitu menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (menyamakan utara
peta dengan utara kompas).

Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar
yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncak,
sungai desa, dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini
hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda di peta adalah benar.

Cara-cara orientasi peta antara lain :

– Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.

– Letakkan peta pada medan datar.

– Samakan utara peta dan utara kompas (peta yang diputar), dengan demikian letak peta akan
sesuai dengan bentang alam yang akan dihadapi.

– Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut
dalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.

– Ingat tanda-tanda medan itu, bentuknya tempatnya di medan sebenarnya maupun di peta.Ingat
hal-hal yang khas dari setiap benda medan (sifat-sifat garis kontur).

Resection

Resection adalah menetukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan
yang dikenali. Bila kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang punggungan, maka
hanya perlu mencari satu tanda medan yang lainnya yang dibidik.

Langkah-langkah melakukan resection :

1. Lakukan orientasi peta.

2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah.

3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.

4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
5. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada
setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.

6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.

Intersection

Intersection adalah menentukan posisi suatu titik pada peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali dilapangan tanpa harus ke tempat tersebut.

Langkah-langkah melakukan Intersection adalah :

1. Lakukan orientasi peta.

2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.

3. Bidik obyek yang kita amati

4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta

5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1 – 3.

6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi yang dimaksud.

Menentukan Arah Tanpa Kompas

1. Dengan Tanda-Tanda Alam

– Kuburan Islam Menghadap Utara

– Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap ke barat laut

– Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur, karena sinar matahari yang belum
terik pada pagi hari.

2. Dengan Jarum Jam Arloji

Jika berada di daerah sebelah utara Khatulistiwa, jarum jam diarahkan ke matahari, garis
pembagi sudut antara jarum kecil tersebut dengan angka 12 menunjukkan arah utara. Jika berada
di daerah sebelah selatan khatulistiwa, caranya sama, hanya yang didapat adalah arah selatan.

3. Dengan Perbintangan

Perhatikan rasi bintang Crux (Bintang Salib atau Gubuk Penceng). Perpanjangan garis diagonal
yang memotong horizon dari tempat kita adalah Selatan.
Penampang Lintasan

Penampang lintasan adalah penggambaran secara proposional bentuk jalur lintasan jika dilihat
dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk
membayangkannya bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut
ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk
medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi
yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan

Berapa manfaat penampang lintasan :

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan

2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan.

3. Dapat mengetahui titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.

Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna
menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan :

a. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang
diruncing , penggaris dan penghapus

b. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan
yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan
mdpl. Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.

c. Tempatkan titik awal di sumbu x = 0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu
beda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai
dengan perubahan kontur pada jalur yang akan anda buat.Demikian seterusnya hingga titik
terakhir.

d. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik tersebut dihubungkan satu sama lainnya
hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.

e. Tambahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai,


puncak, dan titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak/camp dan titik istirahat), ataupun
tanda medan lainnya.

Catatan : informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih
membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
NAVIGASI DARAT
Posted: 2012 Juni 27 in Uncategorized
0

PENDAHULUAN
Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan dan arah lintasan perjalanan secara
tepat, atau navigasi adalah navigasi adalah suatu kegiatan mengontrol arah perjalanan baik di
peta maupun di medan sebenarnya dengan tepat hingga sampai ke tujuan. Dalam arti yang lebih
sempit, navigasi telah dikenal oleh bangsa-bangsa Aztec, Babylonia dan Bangsa Eskimo tua
sejak 4500 tahun yang lalu.
Pada awalnya, istilah navigasi dipakai dalam pelayaran maupun penerbangan, namun dewasa ini
telah umum dipakai dalam pengembaraan di gunung, rimba, sungai dan sebagainya. Orang yang
bertanggung jawab dalam hal navigasi biasa disebut navigator.
Untuk dapat melakukan perjalanan di alam bebas kita hanya dibantu oleh peta, kompas dan
kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan / menentukan tempat kedudukan setepat
mungkin dengan cara mengamati, mempelajari, mengenali keadaan sekitar selama perjalanan
dilakukan.
Menyadari betapa pentingnya ketiga hal diatas, maka timbul pepatah : “peta dan kompas serta
kemampuan untuk menggunakannya merupakan tiket ke tempat manapun di alam bebas”.
PETA
Peta adalah gambaran sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam
bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu
peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1 :
50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala
1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya
berwarna.
Peta berdasarkan isinya dibagi menjadi :
1. Peta Umum; yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum, baik kenampakan fisis
maupun kenampakan sosial ekonomi. Peta jenis ini meliputi :
a. Peta Topografi; yaitu peta yang berskala besar dan memuat keterangan yang umum.
b. Peta Chorografi; yaitu peta yang berskala sedang yang menggambarkan daerah yang luas,
negara atau benua.
c. Peta Dunia; peta yang digambarkan dengan skala kecil dan meliputi seluruh dunia.
2. Peta Khusus / Thematik; yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang
khusus. Peta ini meliputi antara lain : peta militer, peta bintang, peta triangulasi, peta pariwisata,
dll.
Peta berdasarkan skalanya digolongkan menjadi :
a. Peta Kadaster
1 : 100 sampai 1 : 5.000
b. Peta berskala besar
1 : 5.000 sampai 1 : 250.000
c. Peta berskala sedang
1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
d. Peta berskala kecil
1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000
e. Peta Geografi
1 : 1.000.000 ke atas
Bagian-bagian Peta :
1. Judul; menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, biasanya terdapat
diatas.
2. Penerbit; menyatakan badan/lembaga yang menerbitkan/mengeluarkan peta.
3. Nomor; sebagai nomor registrasi dari badan pembuat peta, juga berguna sebagai petunjuk bila
kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang terpetakan.
4. Tahun; menyatakan waktu pembuatan peta, semakin baru tahun pembuatannya, maka data
yang disajikan akan semakin akurat.
5. Legenda; yaitu keterangan singkat mengenai simbol/tanda yang tercantum dalam sebuah peta,
dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
6. Skala/Kedar; yaitu perbandingan jarak antara dua titik tertentu pada peta dengan jarak
sebenarnya di lapangan. Untuk menyatakan skala peta ada 3 cara yaitu :
a. skala angka/fraksi
1 : 50.000
b. skala verbal/perkataan
“satu sentimeter dibanding lima puluh ribu sentimeter”
c.
7. Koordinat ; yaitu kedudukan suatu titik di peta. Secara teori, koordinat merupakan titik
pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu,
yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang
resmi dipakai ada dua macam yaitu :
a. Koordinat Geografis (Geographycal Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan
garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik.
Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama.
Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada peta
skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30”), dan pada peta skala 1 : 50.000, satu
karvak sama dengan 1 menit (60”).
Contoh : 114°34’10” BT atau 05°15’17” LS
b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik
acuan.Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (06° LU, 98° BT).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur.
Sistem koordinat grid mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS,
biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk
penentuan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka,
satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan
koordinat grid 8 angka dibagi menjadi 10 bagian (per 1 mm).
8. Kontur; yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari
permukaan laut atau garis bayangan/imajinasi dari rangkaian titik-titik di lapangan yang
mempunyai nilai ketinggian/elevasi yang sama.
Karakteristik Garis Kontur Ketinggian :
1. Garis kontur ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
2. Garis kontur ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak bercabang.
3. Garis kontur ketinggian merupakan kurva tertutup sehingga tidak akan ada yang terputus.
4. Garis kontur ketinggian pada daerah landai/datar akan tergambarrenggang/berjauhan
sebaliknya garis kontur di daerah curam/terjalakan tergambar rapat.
5. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung keluar menjauhi puncak berbentuk “U”
menggambarkan punggungan.
6. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung kedalammendekati puncak berbentuk “∩”
menggambarkan lembah.
7. Garis kontur ketinggian untuk daerah yang cekung digambarkangaris berbulu.
8. Garis kontur ketinggian antara digambarkan dengan garis terputus-putus.
9. Perbedaan ketinggian antara dua garis kontur yang berurutan (interval kontur) merupakan
bilangan tetap.
10. Interval kontur sama dengan skala peta dibagi 2000. Rumus ini tidak berlaku apabila peta
tersebut telah di fotocopy perbesar atau perkecil. Jadi cara yang paling mudah mencari interval
kontur adalah selisih antara dua indeks kontur yang berdekatan dibagi spasinya adalah harga
interval kontur.
KOMPAS
Kompas adalah alat penunjuk arah. Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun yang lalu
terbukti dengan diketemukannya kompas kuno yang dipakai pejuang China sekitar tahun 1100
M.
Karena sifat kemagnetannya maka jarum kompas selalu menunjukkan arah utara dan selatan
(jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas adalah kutub utara magnetis bumi yang letaknya tidak bertepatan
dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di jazirah Boothia sekitar 1400 mil
atau sekitar 2250 km. Tapi unyuk keperluan praktis, utara peta, utara sebenarnya dan utara
kompas/magnetis dianggap sama.
Menurut kegunaan dan fungsinya kompas dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
– Kompas Orientasi, yaitu jenis kompas yang digunakan untuk orientasi dalam suatu perjalanan
(orientering). Contohnya kompas silva.
– Kompas Bidik, yaitu kompas yang digunakan untuk membidik objek serta arah yang akan kita
lalui. Contohnya Kompas Prisma.
– Kompas Geologi, yaitu kompas yang digunakan untuk menentukan arah serta kemiringan
dalam pekerjaan geologi. Contoh .Kompas Geologi.
Bagian –bagian kompas antara lain :
1. Badan/Body kompas yaitu tempat melekatnya komponen-komponen kompas.
2. Jarum Kompas Selalu menunjuk arah utara-selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat
tidak dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak terhambat perputarannya.)
3. Skala kompas, menunjukkan pembagian derajat sistem mata angin.
Cara Penggunaan kompas :
Penggunaan kompas pada prinsipnya yang paling penting diperhatikan adalah kompas harus
horozontal, maka pembacaan skala peta melalui garis fisir, sedangkan pada kompas orienteering
(misal kompas silva) yang paling penting diperhatikan adalah Utara Kompas harus sejajar
dengan Utara peta.
Faktor kesalahan pada sudut bacaan kompas
Penyebab dari kesalahan ini antara lain :
– Karena benturan dengan benda keras.
-Cairan yang terdapat dalam tabung kompas membeku (pengaruh waktau atau cuaca), sehingga
jarum atau piringan kompas tidak bergerak bebas.
-Ada kesalahan indeks yaitu penunjuk indeks skala bacaan kompas tidak segaris lurus dengan
garis penunjuk arah bacaan.
-Garis penunjuk arah bacaan tidak segaris lurus dengan pisir/garis rambut pembidik objek.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian kompas yaitu :
– Jauhkanlah dari benda-benda yang mengandung unsur logam seperti golo/parang, pisau,
gunting, victorinoks, dll
– Jauhkan dari benda-benda elektronik seperti : TV, jam tangan, walkman, dll.
– Sesama kompas dilarang saling berdekatan !!!!
TEKNIK PETA KOMPAS
Sebelum masuk pada teknik peta kompas yang perlu duketahui adalah Azimuth dan Back
azimuth. Azimuth adalah sudut antara sasaran terhadap kutub magnetik bumi (sudut kompas)
sedangkan Back Azimuth adalh kebalikan dari Azimuth. Cara praktisnya sebagai berikut :
Jika Azimuth 180° maka Back Azimuthnya = Azimuth – 180°

Orientasi Peta
Orientasi Peta yaitu menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (menyamakan utara
peta dengan utara kompas).
Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar
yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncak,
sungai desa, dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini
hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda di peta adalah benar.
Cara-cara orientasi peta antara lain :
– Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
– Letakkan peta pada medan datar.
– Samakan utara peta dan utara kompas (peta yang diputar), dengan demikian letak peta akan
sesuai dengan bentang alam yang akan dihadapi.
– Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut
dalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.
– Ingat tanda-tanda medan itu, bentuknya tempatnya di medan sebenarnya maupun di peta.Ingat
hal-hal yang khas dari setiap benda medan (sifat-sifat garis kontur).
Resection
Resection adalah menetukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan
yang dikenali. Bila kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang punggungan, maka
hanya perlu mencari satu tanda medan yang lainnya yang dibidik.
Langkah-langkah melakukan resection :
1. Lakukan orientasi peta.
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah.
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
5. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada
setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.
Intersection
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik pada peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali dilapangan tanpa harus ke tempat tersebut.
Langkah-langkah melakukan Intersection adalah :
1. Lakukan orientasi peta.
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1 – 3.
6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi yang dimaksud.
Menentukan Arah Tanpa Kompas
1. Dengan Tanda-Tanda Alam
– Kuburan Islam Menghadap Utara
– Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap ke barat laut
– Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur, karena sinar matahari yang belum
terik pada pagi hari.
2. Dengan Jarum Jam Arloji
Jika berada di daerah sebelah utara Khatulistiwa, jarum jam diarahkan ke matahari, garis
pembagi sudut antara jarum kecil tersebut dengan angka 12 menunjukkan arah utara. Jika berada
di daerah sebelah selatan khatulistiwa, caranya sama, hanya yang didapat adalah arah selatan.
3. Dengan Perbintangan
Perhatikan rasi bintang Crux (Bintang Salib atau Gubuk Penceng). Perpanjangan garis diagonal
yang memotong horizon dari tempat kita adalah Selatan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proposional bentuk jalur lintasan jika dilihat
dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pandangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk
membayangkannya bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut
ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk
medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi
yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan
Berapa manfaat penampang lintasan :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan.
3. Dapat mengetahui titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna
menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan :
a. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang
diruncing , penggaris dan penghapus
b. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan
yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl.
Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
c. Tempatkan titik awal di sumbu x = 0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu
beda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai
dengan perubahan kontur pada jalur yang akan anda buat.Demikian seterusnya hingga titik
terakhir.
d. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik tersebut dihubungkan satu sama lainnya
hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
e. Tambahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai,
puncak, dan titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak/camp dan titik istirahat), ataupun
tanda medan lainnya.
Catatan : informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih
membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.

https://eyer49.wordpress.com/category/uncategorized/

Anda mungkin juga menyukai