Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR 2013

Bab ini berisikan mengenai pembahasan terkait kondisi dan karakteristik fisik dari lingkup Pasar
Indrasari itu sendiri, ditinjau dari segi layout bangunan pasar, sirkulasi, struktur bangunan pasar
serta fasilitas dan sarana prasarana pendukungnya.
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik dan juga permasalahan yang mungkin
timbul dari segi bangunan, sehingga dapat memberikan masukan bagi kegiatan Penyusunan
Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun.

4.1 ANALISA FUNGSI KAWASAN


Sebagaimana yang telah diatur dalam tinjauan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah, dalam hal ini adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat, disebutkan bahwa fungsi kawasan Pasar Indrasari ini nantinya
adalah sebagai kawasan pusat kegiatan perekonomian dan jasa.
Beberapa hal yang melatarbelakangi kondisi tersebut adalah lokasi pasar jika
dilihat dari konstelasi wilayah yang cukup strategis, hal ini didukung dari adanya ruas
jalur utama yang mengapit lokasi Pasar Indrasari serta adanya rencana
pengembangan kawasan dermaga yang juga terletak di dalam lingkup Pasar
Indrasari. Yang kedua adalah dari fungsi eksisting pasar itu sendiri, di mana saat ini
Pasar Indrasari mampu melayani kegiatan perekonomian dalam skala
kota/kabupaten, oleh karenanya perlu ada sebuah kegiatan pengembangan untuk
mengoptimalkan fungsi kawasan tersebut, sebab pada awalnya pasar ini hanya
digunakan sebagai pusat kegiatan di Kecamatan Arut Selatan saja (khususnya di Kota
Pangkalan Bun)

4.2 ANALISA TAPAK


4.2.1 Analisa Akses
Sebagaimana yang telah disebutkan di awal, bahwa lokasi Pasar Indrasari
terletak di dalam ruas jalan utama, yaitu ruas Jalan H.Udan Said, Jalan Pangeran

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Antasari dan Jalan Sukma Aryanignrat. Meski demikian, dari ketiga ruas utama
tersebut, ketiganya menyatu ke dalam pintu masuk Pasar Indrasari sehingga
terkadang jika arus kendaraan cukup ramai hal ini bisa menimbulkan kemacetan
yang tentunya berdampak bagi menurunnya tingkat pergerakan di wilayah tersebut.
Pada dasarnya kemacetan tersebut memang relatif jarang terjadi mengingat
tingkat kendaraan yang melintas di ruas utama tidak sebanyak tingkat kendaraan
yang melintas di Pulau Jawa misalnyaa (dalam hal ini LOC jalan, Level Of Capacity-nya
masih memenuhi), sehingga tidak terlalu padat jika dilihat dari lebar jalan dan tingkat
arus kendaraannya. Meski demikian, mengingat kebijakan wilayah setempat (dalam
hal ini adalah RTRW) di mana rencananya Pasar Indrasari akan dijadikan sebagai
kawasan pusat kegiatan perekonomian skala kabupaten, maka hal ini perlu mendapat
pertimbangan dan perhatian yang lebih. Beberapa konsep yang mungkin bisa
dijadikan solusi adalah dengan membuat beberapa pintu masuk baru untuk
mengakomodir ruas jalan yang bersangkutan. Misal dalam hal ini untuk ruas Jl H
Udan Said dan Jl Pangeran Antasari akan tetap menggunakan pintu masuk utama
sebagai akses, sedangkan untuk kendaraan dari ruas Jl Sukma Aryaningrat dapat
menggunakan pintu masuk alternatif.
Selain akses dari segi darat, Pasar Indrasari juga dapat dicapai dengan
menggunakan perahu kecil/kapal. Mengingat di wilayah ini telah terdapat dermaga
skala lokal. Ke depan sebagaimana muatan RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat di
mana terdapat rencana pengembangan untuk kawasan dermaga ini,maka nantinya
tentu akan berdampak pada struktur Pasar Indrasari itu sendiri. Sehingga ke depan,
orientasi Pasar Indrasari dimungkinkan akan memiliki dua wajah, yaitu untuk
mengakomodir jalur sungai dan juga jalur utama seperti kondisi eksisting saat ini.

Tabel 4.1 Analisa Akses


Aksesibilitas Eksisting Analisa
Dari Jalan H Udan Said Ruas jalan H Udan Said Di dalam muatan dokumen
merupakan ruas jalan utama di rencana struktur ruang RTRW
mana dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kotawaringin Barat,
pergerakan di ruas jalan ini telah terdapat indikasi untuk
didominasi oleh pergerakan melakukan peningkatan kelas
komoditas barang dan jasa dan status jalan. Peningkatan ini
(asumsi yang digunakan adalah dimaksudkan untuk
ruas jalan ini merupakan jalan meningkatkan daya layanan dari
penghubung antar ruas jalan ini, selain itu
kota/kecamatan yang implikasi dari peningkatan kelas

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aksesibilitas Eksisting Analisa


menghubungkan Pasar dan status jalan ini pasti akan
Indrasari dengan sub pusat sub diimbangi dengan adanya
pusat kegiatan lain) sehingga pelebaran jalan.
mayoritas kendaraan Pelebaran jalan ini jika
pengangkut komoditas dihubungkan dengan Pasar
perdagangan akan melalui jalur Indrasari, maka akan mampu
ini. memberikan daya dukung
Selain itu, pergerakan para terhadap kemudahan akses baik
pengunjung pasar juga sebagian yang menuju ataupun yang
memang dari sisi ruas jalan ini. berasal dari wilayah Pasar
Indrasari.
Dari Jalan Pangeran Antasari Untuk pergerakan yang menuju Dominasi pergerakan yang
ataupun dari Pasar Indrasari dilakukan oleh pedagang dan
yang melalui ruas Jalan pengunjung pasar menunjukkan
Pangeran Antasari umumnya bahwa untuk saat ini tidak
memang lebih banyak diperlukan peningkatan kelas
didominasi oleh pengunjung jalan terkait akses menuju dan
dan pedagang di dalam pasar. dari pasar.
Meski demikian,di dalam
dokumen RTRW juga telah
disebutkan adanya indikasi
untuk pelebaran jalan.
Dengan adanya indikasi
tersebut, maka sebaiknya untuk
pintu masuk Pasar Indrasari
dapat dibuatkan pintu alternatif
(saat ini jalur masuk utama
hanya ada 1 sehingga jika
terjadi penumpukan akibat
pergerakan masuk dan keluar
bisa mengakibatkan
kemacetan),
Dari Jalan Sukma Aryaningrat Ruas Jalan ini pada dasarnya Dari hasil analisa yang
adalah ruas jalan yang dilakukan, mengingat lebar ruas
menghubungkan permukiman jalan yang tidak terlalu besar
sekitar dengan Pasar Indrasari, (sekitar 4-5m) dan digunakan
saat ini selain digunakan sebagai lajur parkir, maka hal
sebagai akses menuju pasar, ini bisa berdampak pada
juga sebagian digunakan menurunnya carrying capacity
sebagai sarana parkir. dari ruas jalan tersebut.
Meski demikian, dengan
memperhatikan tingkat
kepadatan dan aktivitas
pergerakan yang ada, memang
untuk saat ini masih belum
diperlukan penanganan yang
signifikan terkait keberadaan
ruas jalan ini terhadap penataan
pasar di masa mendatang, akan
tetapi sebagai langkah antisipasi
mengingat Pasar Indrasari ini
nantinya akan dikembangkan
sebagai pusat kegiatan lokal,
tentu hal-hal yang berkaitan
dengan pasar tersebut perlu
diperhatikan dengan seksama.
Beberapa penanganan yang

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aksesibilitas Eksisting Analisa


mungkin bisa dilakukan adalah
dengan mengatur jalur
perjalanan menjadi 1 arah
(eksisting saat ini 2 arah), atau
dengan memindahkan kegiatan-
kegiatan parkir on-street yang
ada.
Dari Arah Sungai Untuk pergerakan dari arah Keberadaan dermaga saat ini
sungai, saat ini telah terdapat masih belum begitu optimal
dermaga sebagai fasilitas dalam kaitannya sebagai
penunjang pergerakan transporrtasi dari dan ke arah
pasar ataupun transportasi
terkait pengangkutan komoditi
untuk diperdagangkan di dalam
Pasar Indrasari.
Sesuai dengan muatan RTRW di
mana nantinya akan dilakukan
sebuah penataan dermaga,
maka hal ini dapat dijadikan
sebagai sebuah peluang untuk
peningkatan akses pasar.
Sehingga ke depan, Pasar
Indrasari akan dapat dicapai
dari jalur darat dan juga jalur
air. Sehingga untuk
mengoptimalkan hal tersebut,
perlu adanya penataan khusus
terkait bagian-bagian ruang
pasar yang berdekatan dengan
dermaga sehingga antara pasar
dan dermaga dapat menjadi
satu bagian utama.
Misalkan dalam hal ini adalah
dengan menambahkan sebuah
areal ataupun kawasan kegiatan
di sekitar dermaga tersebut
sehingga dapat menjadi link
antara pasar dan dermaga.
Adapun kegiatan yang
memungkinkan adalah bongkar
muat, lahan basah/perdagangan
basah (meliputi pasar ikan,
sayur dsb)

Adapun gambaran terkait aksesibilitas kawasan dapat dilihat dalam gambar


berikut

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Gambar 4.1
Akses Kawasan

4.2.2 Analisa Sirkulasi


Sirkulasi yang dimaksud di dalam bahasan ini adalah jalur sirkulasi di dalam
tapak. Dalam hal ini berarti merupakan jalur-jalur perjalanan/ruas jalan
yangdijadikan sebagai media pergerakan oleh orang ataupun barang
dagangan/komoditas. Secara eksisting, pada dasarnya pergerakan dibagi ke dalam
dua jenis, yaitu pergerakan orang dan juga pergerakan barang. Pergerakan orang di
sini dimaksudkan ke dalam pergerakan pengunjung untuk membeli barang, melihat-
lihat barang dan juga pulang. Sedangkan pergerakan barang di sini lebih diartikan
kepada pergerakan barang dari tempat bongkar muat menuju kios masing-masing.
Sebagaimana yang telah disebutkan di awal, bahwa untuk wilayah Pasar
Indrasari sendiri, belum terdapat kawasan bongkar muat barang di areal parkir
(untuk drop off barang), sehingga seringkali bongkar muat dilakukan di titik terdekat
toko/kios ataupun lapak yang ada. Hal ini pun berakibat pada menurunnya sirkulasi
melalui lajur-lajur droping barang tersebut.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Gambar 4.2 Sirkulasi Dalam Tapak

4.2.3 Analisa Zonasi


Berdasarkan dari kondisi eksisting yang ada, layout di dalam tata ruang pasar
Indrasari tergolong sederhana. Hal ini dapat dilihat dari adanya sistem bangunan
yang terpisah-pisah di mana peletakan bangunan dan fisik pendukung lainnya
tersebar sesuai dengan jalur sirkulasi atau alur jalan.
Adapun tata letak Pasar Indrasari juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan
lokal, dalam hal ini adalah Peraturan Daerah No 21 Tahun 2007 (yang direvisi ke
dalam Peraturan Daerah No 8 tahun 2011) serta Peraturan Bupati No 17 dan 18 yang
mengatur tentang pemanfaataan dan penataan blok bangunan.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Jika dilihat dalam tata letak nya, terdapat blok Lapak/Los yang letaknya di
antara Blok H, F dan Blok J. Jika dilihat dari segi estetika, hal ini cukup mengganggu
mengingat alur view atau pandangan akan tertutupi. Mengingat akses utama terletak
di sekitar Blok H, sehingga pengunjung akan langsung bertemu dengan lapak-lapak.
Untuk itu sebaiknya perlu dilakukan penataan pemanfaatan blok ataupun pengaturan
pemanfaatan blok sesuai dengan alur sirkulasi barang dan jasa yang ada di lokasi.

Tabel 4.2 Analisa Zonasi


Zona Eksisting Analisa
Blok A Blok A berisikan kios-kios Perlu adanya penataan blok-
pedagang, umumnya berjualan blok kawasan, rekomendasi
bahan kebutuhan pangan yang mungkin dapat
sehari-hari dilaksanakan adalah dengan
Blok B Berisikan lapak perdagangan mengelompokkan beberapa
berupa sayur, ikan dan bahan jenis komoditas yang setipe ke
pangan mentah dalam satu kawasan blok utama.
Blok C Sama seperti blok A, berisikan
kios-kios pedagang untuk Misal dalam hal ini adalah,
kebutuhan sehari-hari untuk kawasan perdagangan
Blok D Areal perdagangan kebutuhan sayuran dan ikan segar, maka
pangan sehari-hari nanti dapat dikelompokkan ke

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Zona Eksisting Analisa


Blok E Sama seperti blok A dalam satu ruang tersendiri.
Blok F Sebagian merupakan sentra (saat ini eksisting adalah Blok A,
kuliner dengan dominasi C, E, B dan J maka ke depan ke
warung-warung kecil lima blok tersebut dapat
Blok G Lapak dan PKL digabung menjadi satu blok
Blok H Bangunan baru, berisikan kios- besar dengan tema perdagangan
kios dengan kebutuhan barang sayur dan ikan segar). Contoh
primer dan sekunder lain misal untuk kawasan grosir
Blok I Lapak dan PKL dan perdagangan komoditas
Blok J Lapak dan PKL olahan/kemasan, misal dalam
hal ini beras, pakaian, minyak
sembako, kebutuhan primer dan
sekunder lain mungkin dapat
dikelompokkan tersendiri ke
dalam satu kawasan.

Kelemahannya adalah interaksi


kawasan nanti dapat menjadi
minim mengingat dengan
dijadikan pemisahan zona
berdasarkan komoditas, maka
bisa jadi akan timbul daerah-
daerah sepi (utamanya daerah
dengan spot perdagangan yang
komoditasnya kurang diminati).
Sehingga pergerakan kawasan
nantinya akan cenderung
tertuju ke daerah-daerah yang
menyajikan komoditas utama.

Konsep lain adalah dengan


mengelompokkan zonasi blok
sesuai dengan karakter
penjualannya, misal kios-kios
akan dikelompookkan dalam
blok tertentu, lapak-lapak dan
bak serta PKL akan disendirikan
dalam satu blok-blok terpisah.
Sehingga dengan demikian, akan
terdapat beberapa blok utama
yang terbagi dalam blok PKL,
Blok Kios/pasar serta blok
Lapak/los.

Kelemahan yang mungkin


muncul adalah, adanya
pencampuran komoditas yang
memungkinkan adanya
kekurangnyamanan dari segi
pengunjung, misalnya saja
dalam blok kios terdapat kios
yang menjual ikan segar dan
juga baju-baju, jika nantinya
tercampur maka dari segi visual
dan estetika maka menjadi
kurang menarik.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Zona Eksisting Analisa


Konsep yang paling pas adalah
pembagian zonasi berdasarkan
komoditas penjualannya, akan
tetapi perlu ada perhatian
dalam penataan lajur sirkulasi
sehingga nantinya tidak terjadi
penumpukan di sektor
komoditas utama.
Pengelompokan zonasi berdasar
komoditas juga akan
memudahkan pengunjung untuk
menuju daerah-daerah
perdagangan yang diinginkan.

4.3 ANALISA BANGUNAN


4.3.1 Analisa Sirkulasi Antar Bangunan
Analisa sirkulasi antar bangunan ini sendiri pada dasarnya hampir sama
dengan analisis sirkulasi dalam tapak, akan tetapi yang menjadikan pembeda adalah
lingkup lokasinya. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa analisa sirkulasi
dalam tapak cenderung membahas pergerakan sirkulasi barang dan orang dari dan
ke dalam tapak, termasuk juga pergerakan-pergerakan yang menghubungkan antar
titik/zonasi kawasan. Sedangkan jika dalam analisis sirkulasi bangunan, yang
dilihat/diamati adalah kondisi pergerakan yang ada di dalam masing-masing blok
kawasan. Tujuannya adalah untuk menilai kondisi sirkulasi di dalam blok-blok yang
telah ada (umumnya ini dilakukan jika dalam satu kawasan terdapat bermacam-
macam gedung dengan karakteristik kegiatan yang berbeda, sehingga pergerakan di
dalam bangunan gedung tersebut akan berbeda-beda pula).
Sedangkan untuk Pasar Indrasari sendiri, karakteristik di dalam masing-
masing blok relatif sama (untuk karakteristik pergerakannya) meskipun terdiri dari
zona/pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Secara umum karakteristik pergerakan
di dalam pasar, utamanya adalah pergerakan/mobilitas para pengunjung untuk
membeli keperluan sehari-hari, saat ini perlu dilakukan penataan dengan seksama.
Hal ini dapat dilihat dari peletakan kios ataupun los di mana barang dagangan
seringkali menutupi badan jalan sehingga akses/pergerakan kurang begitu leluasa.
Problem yang paling sering dijumpai berhubungan dengan lay out fisik ruang
pasar adalah problem ruang terpinggirkan/spatial marginalization (D.Dewar dan

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Vanessa W, 1990). Lay out ini berhubungan dengan pergerakan populasi pengunjung
di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los/kios-kiosnya. Penyebaran
dari flow / pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni :
lingkungan, orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan, dan
kontak visual. Pergerakan / sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering
atau jarangnya suatu tempat / kios / los dikunjungi atau dilewati oleh calon pembeli,
sehingga di dalam sebuah pasar tidak menutup kemungkinan dijumpai tempat-
tempat yang mati / jarang dikunjungi oleh pembeli (dead spots). Ada 4 bentuk dari
dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk diamati pada sebuah pasar yakni :

Dead spots disebabkan


oleh bentuk pasar yang
tidak bersebelahan atau
terpecah (caused by a non
contiguous, fragmented
market form).

Dead spots terjadi ketika


toko dan kios saling
berhadapan

Dead spots yang


disebabkan oleh
banyaknya pertemuan
jalur sirkulasi pengunjung

Ruang mati yang


disebabkan terlalu
lebarnya jalur sirkulasi
pengunjung

Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur sirkulasi
berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan beberapa contoh
fenomenanya adalah sebagai berikut

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Terlalu pendeknya jarak pertemuan untuk


pergerakan pembeli

Terlalu lebar dan panjang jalur untuk


pergerakan pembeli

Terlalu lebar dan panjang jalur untuk


pergerakan pembeli

Terlalu sempit jalur untuk pergerakan pembeli

4.3.2 Analisa Zonasi Berdasarkan Tapak


Berdasarkan dari hasil analisa zonasi tapak, diketemukankecenderungan bahwa
untuk saat ini blok bangunan dapat dikembangkan ke dalam pembagian sesuai komoditas,
ataupun pembagian blok sesuai dengan karakteristik bangunannya. Dengan memperhatikan
kedua hal tersebut, maka berikut adalah zonasi bangunan yang ada di dalam
wilayah/kawasan perencanaan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun Kabupaten
Kotawaringin Barat.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Pengembangan kawasan Pasar


Indra Sari dapat dibagi menjadi
dua macam zona, yang pertama
adalah yang mendapat
urgensi/prioritas tinggi dan yang
kedua adalah prioritas rendah.
Zona prioritas pengembangan
Dermaga terdapat pada blok A,B,C dan E
di mana merupakan kawasan
untuk perdagangan berupa kios,
los dan lesehan serta kawasan
dermaga.
Kedua kawasan tersebut
mendapat urgensi/prioritas
Pasar sayur pengembangan dan penataan
yang tinggi mengingat daerah
Pasar Indra Sari akan diarahkan
sebagai pusat kegiatan/Public
Space dengan konsep waterfront
Pasar ikan area yang sangat menuntut
adanya penataan dari dua bagian
pasar tersebut

Kios dan lapak

Berdasarkan dari gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada


kawasan/wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Pasar Indrasari, terdapat
kecenderungan untuk membagi kawasan ke dalam 4 bagian zonasi. Antara lain adalah
sebagai berikut
1. Zonasi Dermaga
Zona dermaga ini meliputi dermaga dan kantor ASDP, pada dasarnya bukan
merupakan kawasan perdagangan, melainkan kawasan fasilitas umum dan
perkantoran. Meski demikian perlu dilakukan penataan di dalam zona ini
untuk menyelaraskan dengan kondisi penataan di dalam site kawasan
perdagangan yang ada.
2. Zonasi Pasar Ikan
Zona ini secara eksisting terdiri dari para pedagang ikan segar dan bahan-
bahan makanan mentah lainnya. Umumnya masih berupa los-los perdagangan
dan bak sehingga jika dilihat dari segi akses sirkulasi dalam blok, terdapat
permasalahan terkait kemudahan akses di mana ruas jalan termakan/terpakai
oleh pedagang yang barang dagangannya melebihi lapak dagangnya.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Penataan yang perlu dilakukan, sebagaimana bahasan dalam “sirkulasi dalam


bangunan” akan difokuskan pada penataan blok peruntukan dan jalur
sirkulasi sehingga tidak akan muncul yang namanya dead end dan juga stall.
3. Zonasi Pasar Sayur
Zona ini secara umum hampir sama dengan zona pasar ikan, akan tetapi di
dalam zona ini terdapat bangunan kios-kios dan bak pedanganan. Sehingga
dapat dikategorikan kawasan ini secara eksisting sudah merupakan fusion
antara bangunan permanen (kios) dan tak permanen (los).
4. Zonasi Kios
Merupakan single building yang sedikit terpisah dari zona pasar lain (terpisah
oleh RTH dan tenda-tenda PKL), di mana untuk blok ini sebagian telah terdiri
dari kios-kios yang menempati lantai I dan II dengan jumlah sekitar 40-50 kios
di tiap lantainya.

Dari ke empat pembagian zonasi secara eksisting tersebut, dapat diamati


secara sepintas bahwa nantinya diperlukan sebuah elemen penghubung antar zonasi
yang ada. Secara teori elemen penghubung kawasan dapat disebut dengan path.
Adapun path ini nanti dalam praktiknya adalah sebuah jalur sirkulasi ataupun jalur
pergerakan yang dapat terintegrasi antara pola ruang yang ada. Dalam hal ini adalah
pembagian zonasi dan blok-blok kawasan, oleh karena itu diperlukan sebuah konsep
pengembangan jaringan jalan/sirkulasi kawasan yang dapat menghubungkan
masing-masing bangunan tanpa menimbulkan overload pada jalur pergerakan
tersebut.
Konsep yang mungkin dapat ditawarkan adalah jalur pergerakan satu arah. Di
mana jika dengan menggunakan pergerakan satu arah, nantinya selain mengurangi
arus pergerakan orang/pengunjung, tentu juga dapat mengarahkan pengunjung ke
daerah-daerah yang sepi (terkait dalam hal pembagian blok di mana nantinya ada
kekhawatiran bahwa pengunjung akan cenderung mendatangi kios-kios/blok
bangunan yang menjual komoditas utama/sehari-hari).

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

4.3.3 Struktur Bangunan


Secara umum, struktur bangunan pasar yang terdapat di lingkup wilayah
Pasar Indrasari Kota Pangkalanbun dapat dikategorikan pada bangunan permanen
dan non-permanen. Bangunan permanen ini meliputi gedung perdagagan, kantor
dinas, serta sarana-prasarana pendukung lain. Sedangkan untuk bangunan non
permanen merupakan los dan lapak pedagang.
Analisa struktur bangunan ini pada dasarnya digunakan untuk menentukan
dan memberi arahan terkait struktur bangunan yang ideal bagi kondisi pasar
disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya. Misalnya dalam hal ini adalah, areal
pasar yang terdapat di kawasan rawan gempa, maka struktur yang disarankan
sebaiknya menggunakan bangunan bersendi yang dapat meminimalisir adanya
getaran akibat gempa sehingga dapat mengurangi resiko roboh. Bangunan pasar di
tempat rawa-rawa misalnya, maka perlu adanya struktur fondasi yang dapat
menahan bangunan utama agar tidak mudah ambles (dengan menggunakan fondasi
cakar ayam misalnya).
Adapun untuk wilayah pasar Indrasari sendiri, rawan bencana yang dimiliki
atau jenis bencana yang sering terjadi belakangan ini adalah kebakaran. Kebakaran
ini seringnya terjadi karena konslet arus, kebakaran di sekitar permukiman ataupun
kebakaran akibat kegagalan transportasi bahan bakar (contoh kasus di mana
kapal/perahu pengangkut bbm hanyut ke sungai dan menabrak bagian dermaga
sehingga terbakar). Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan
menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus
diproteksi melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta
kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam
mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,
sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi
bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah


terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-
lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun
meminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi
menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun
pasif.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis,
sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR
(alat pemadam api ringan) dan pemadam khusus.
Penempatan APAR harus tampak jelas, mencolok, mudah dijangkau dan siap
digunakan setiap saat, serta perawatan dan pengecekan APAR secara periodik.
Pemasangan sprinkler (menggunakan air) dan bonpet (menggunakan gas) pada
tempat-tempat yang terbuka dan strategis dalam ruangan juga secara aktif akan
membantu dalam menanggulangi kebakaran., karena air atau gas akan langsung
memadamkan api. Selain itu, juga dilengkapi dengan instalasi alarm kebakaran untuk
memberi tanda jika terjadi kebakaran.
Untuk bangunan dengan ruangan yang dipisahkan dengan kompartemenisasi,
hidran yang dibutuhkan adalah dua buah per 800 m2 dan penempatannya harus pada
posisi yang berjauhan. Selain itu untuk pada bangunan yang dilengkapi hidran harus
terdapat personil (penghuni) yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam
bangunan.
Sedangkan sistem proteksi kebakaran pasif merupakan sistem proteksi
kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan
dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.
Sedangkan kompartemensasi merupakan usaha untuk mencegah penjalaran
kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang
tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung.
Sistem proteksi pasif berperan dalam pengaturan pemakaian bahan bangunan
dan interior bangunan dalam upaya meminimasi intensitas kebakaran serta

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

menunjang terhadap tersedianya sarana jalan keluar (exit) aman kebakaran untuk
proses evakuasi. Sarana exit merupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang
dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau
peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit pelepasan.
Sarana exit harus direncanakan dan dibuat agar mudah dijangkau, tidak buntu
pada ujungnya, tidak melewati ruangan yang mungkin terkunci seperti dapur, kloset
atau ruang kerja, dan rambu menuju pintu exit harus jelas dan mudah dilihat. Tangga
darurat dibangun di tempat yang terhindar dari jangkauan asap dan api kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran pada gedung keberadaannya sangat diperlukan
sekali. Keberadaannya agar dapat berdaya guna perlu didukung oleh semua pihak
yang memanfaatkan fasilitas gedung tersebut, sehingga kejadian kebakaran dapat
dihindari dan bila masih terjadi akan memudahkan penghuni gedung menyelamatkan
diri dan pihak petugas pemadam kebakaran memadamkan api

4.4 ANALISA UTILITAS


Pada paparan terkait kondisi sarana dan prasarana yang ada, difokuskan pada
identifikasi utilitas yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yakni meliputi lebar jalur
sirkulasi, zoning kawasan, aksesibilitas dan sirkulasi, penghawaan, pencahayaan,
fasilitas umum, utilitas air bersih, utilitas air kotor dan juga persampahan . Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi dan mengkaji kondisi pasar itu sendiri dari segi fisik,
untuk kemudian dibandingkan dengan standar penilaian sesuai dengan Permendagri
No 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Perpres 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta Kepmenkes
No 519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
Dengan mengacu pada ketiga dasar kebijakan tersebut, maka kondisi pasar
nantinya akan dianalisis dan disesuiakan sehingga bentuk dokumen perencanaan
revitalisasi pasar yang ada sesuai dengan kaidah aturan yang ada, dan juga tepat guna
untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam wilayah perencanaan.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Tabel 4.
Analisa Fasilitas Dan Utilitas Pasar
Aspek Eksisting Ideal Ket
Lebar Jalur Sirkulasi Secara umum, lebar Lebar jalur sirkulasi
jalur sirkulasi di minimal bisa dilewati
wilayah perencanaan, dua orang dan
yaitu Pasar Indra Sari maksimal 30% dari
telah memadai, yakni jumlah lebar unit jual
dapat dilewati oleh yang diapitnya
lebih dari dua orang.
Akan tetapi, lebar
yangmemadai ini hanya
terdapat di beberapa
jalur perdagangan
utama saja, selain itu
belum mampu pula
melayani perdagangan
secara dua sisi, sehingga
dari konteks ke-ideal-an
lebar jalur, masih perlu
dilakukan pembenahan
di beberapa spot lokasi

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Zoning Pembagian zona Telah terdapat
komoditas telah diatur pembagian zonasi
sebagaimana Peraturan perdagangan di mana,
Bupati No 17 dan 18 di beberapa barang
tahun 2008, meski komoditas utama/yang
kedua Peraturan Bupati paling sering dicari
tersebut hanya disarankan untuk
mengatur Blok F dan diletakkan di tempat
Blok D saja. Akan tetapi yang paling dalam atau
hal ini mengindikasikan akhir dari sirkulasi.
bahwa telah dilakukan Tujuannya adalah untuk
sebuah upaya menghidupkan zona-
perencanaan dan zona bagi komoditas
penataan bagi non-unggulan
pengembangan
kawasan pasar Indra
Sari di mendatang
Meski demikian, kondisi
tata letak masih belum
memperhatikan kaidah
pembagian komoditas
utama/non utama,
sehingga masih terdapat
spot-spot zona
perdagangan yang
kurang aktif jika
dibandingkan dengan
zona lainnya

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Aksesibilitas dan sistem Penataan yang Terdapat sebuah
sirkulasi dilakukan di dalam penataan yang dapat
Pasar Indra Sari telah memberikan sebuah
membagi blok-blok kemudahan bagi
perdagangan sesuai pengunjung untuk
dengan jenis mencapai beberapa
perdagangan dan juga blok-blok perdagangan
media perdagangan dari dan juga akses menuju
masing-masing lokasi-lokasi di lantai
pedagang yang ada. 2(atau lebih)
Pembagian dari para
pedagang dengan media
kios, los, meja ataupun
lesehan telah dibagi dan
dikelompokkan sesuai
dengan peraturan
daerah dan peraturan
bupati yang telah
ditetapkan.
Adapun untuk
kemudahan akses
terhadap bangunan
bertingkat, telah
dilakukan pula
mengingat di bagian
barat wilayah Pasar
Indra Sari terdapa
gedung bertingkat
sebagai lokasi pasar
pula. Dan untuk menuju
akses tersebut telah
disediakan tangga

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Penghawaan Kondisi eksisting dari Sebisa mungkin
Pasar Indra Sari terbagi mengoptimalkan
ke dalam pasar dengan penghawaan alami
ciri modern di mana dengan memanfaatkan
terdapat bangunan penataan sirkulasi dan
gedung sebagai lokasi lebar/jarak antar
pasar dan juga pasar perdagangan sehingga
yang masih tradisional dapat menekan
di mana media penggunaan AC ataupun
perdagangan di lakukan kipas angin sebagai
di areal terbuka. media penghawaan
Untuk sistem buatan
penghawaan di dalam
bangunan pasar,
sebagian spot
menggunakan kipas
angin untuk
memberikan
penghawaan secara
buatan. Hal ini
dikarenakan lebar, dan
sirkulasi udara yang
terdapat di dalam
bangunan gedung
kurang memberikan
efek penghawaan alami
secara signifikan pada
bangunan tersebut

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Pencahayaan Beberapa spot bagian di Sebisa mungkin
dalam pasar, cenderung diharapkan
gelap mengingat bentuk mengoptimalkan
atap/tutupan yang pencahayaan alami
digunakan menghalangi dengan cara menata
cahaya yang masuk ke beberapa ruangan dan
dalam ruang juga kawasan
perdagangan. Hal ini perdagangan sehingga
tentunya tidak memberikan
mengakibatkan ruang
pedagang menggunakan gelap/menghalangi
media pencahayaan cahaya yang masuk.
buatan untuk Tujuan utama
menerangi komoditas pencahayaan alami
perdagangan yang ada. adalah sebagai langkah
untuk menghemat
sumber daya yang ada

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Fasilitas Umum Telah terdapat Fasilitas umum minimal
kelengkapan fasilitas yang harus disediakan
umum berupa Masjid adalah KM/WC,
yang juga dilengkapi mushalla, kantor
dengan adanya pengelola dan ruang
WC/Kamar Mandi serbaguna serta
umum. Ke depan beberapa fasilitas
mengingat kawasan umum lain yang dapat
Pasar Indra Sari akan ditambahkan sesuai
direncanakan sebagai dengan karakteristik
icon daerah, maka lokal dari lokasi pasar
perllu ada sebuah unsur yang bersangkutan
lokal yang perlu
ditonjolkan di dalam
penerapan bangunan
fasilitas umum yang
ada.

Utilitas Air Bersih

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Utilitas Air Kotor Terdapat beberapa Terdapat sistem
saluran drainase dan pembuangan aliran air,
juga manhole di khususnya di daerah
beberapa titik untuk zona basah sehingga
mengalirkan air hujan tidak menyebabkan
ataupun aliran air genangan ataupun
buangan dari masing- becek di dalam pasar
masing pedagang
sehingga dapat
meminimalisir
genangan dan juga
becek

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Aspek Eksisting Ideal Ket


Persampahan Telah terdapat sebuah Fasilitas fisik pada zona
bangunan/tempat yang basah harus dirancang
dijadikan sebagai TPS untuk meminimalkan
untuk mengakomodasi genangan air kotor
timbulan sampah dari
para pedagang ataupun
pengunjung

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun

IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

4.5 ANALISA SISTEM PERPARKIRAN


Sistem perparkiran yang terdapat di dalam kawasan Pasar Indrasari ini
terbagi ke dalam dua bagian, yaitu parkir on-site dan parkir off-site. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan parkir on-site adalah parkir yang terdapat di dalam kawasan
perencanaan, sedangkan parkir off-site adalah parkir yang terdapat di luar kawasan.

Dalam kondisi sistem perpakiran yang ada di dalam lingkup kawasan Pasar
Indrasari, yang terjadi adalah belum adanya ketegasan tentang penetapan lahan-
lahan parkir yang ada. Sehingga saat ini masyarakat dan pengunjung cenderung
parkir di sembarang tempat (selain dari tempat parkir yang memang disediakan, dan
ada juru parkirnya). Kondisi yang demikian ini tentunya dapat berdampak pada
menurunnya tingkat pergerakan yang ada di dalam kawasan. Selain tu, sebagian
orang juga cenderung menggunakan kendaraannya di dalam jalan pasar, yang
tentunya hal ini membahayakan pejalan/pengunjung pasar lainnya.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Jika berbicara masalah sistem perparkiran, hal ini tentu juga dipengaruhi dari
adanya sirkulasi dan zona ruang yang terdapat di dalam kawasan itu sendiri.
Pengaruh sirkulasi dan zona penataan ruang berdampak pada kecenderungan parkir,
umumnya orang parkir di tempat yang terdekat dengan daerah tujuannya. Di dalam
lingkup Pasar Indrasari inipun, sebagaimana gambaran di atas, sistem parkir yang
dilakukan cenderung berada pada jalur-jalur sirkulasi/pejalan kaki yang ada.
Sehingga hal ini menjadi perlu untuk dilakukan penataan.
Penataan terkait kawasan parkir ini dilakukan sebagai wujud sinergi antara
perbaikan kualitas pasar dan juga perbaikan image kawasan sebagai pusat kegiatan.
Sehingga jika melihat dari kondisi yang ada saat ini, masih perlu adanya beberapa
penambahan-penambahan ataupun perbaikan terkait kawasan.

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27
LAPORAN AKHIR 2013

Sirkulasi ke
Sungai/Dermaga

Sirkulasi
Barang/kendaraan

Sirkulasi Pejalan
kaki/ pedestrian

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa yang berwarna merah


merupakan jalur eksisting/ruas jalan yang saat ini dijadikan sebagai jalur pergerakan
orang ataupun barang. Dengan mengamati hal tersebut maka dapat diatur sebuah
arahan terkait kebutuhan luasan lahan perparkiran yang sesuai, sehingga tidak ada
lagi masyarakat (pedagang dan pembeli) yang memarkirkan kendaraannya
(umumnya sepeda motor) di dalam jalur-jalur aktif pergerakan.
Adapun kebutuhan luasan lahan yang ideal untuk kawasan perparkiran ini
dapat mengacu pada KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
NOMOR 272/HK.105/DRJD/96 Tentang PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN
FASILITAS PARKIR. Di dalam dokumen tersebut diatur mengenai standar minimum
pengadaan utilitas parkir, jika untuk pasar (dalam hal ini adalah Pasar Indrasari),
dinyatakan dalam dokumen tersebut bahwa untuk tiap 60m 2 dibutuhkan 1 unit SRP,
Di mana SRP (Satuan Ruang Parkir) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
mobil penumpang. Pasar Indrasari sendiri, saat ini memiliki luas lahan hampir
mencapai 10.000 m2 (pembulatan lahan ke atas, terkait rencana pasar sebagai pusat
kegiatan perekonomian skala kabupaten, sehingga standar yang diacu digunakan
lebih tinggi dari nilai luasan aslinya). Oleh karenanya SRP yang harus disediakan
dalam ruang kawasan Pasar Indrasari adalah sebesar 166 SRP, atau sekitar 1.909 m 2

Penyusunan Masterplan Pasar Indrasari Kota Pangkalan Bun


IV - 27

Anda mungkin juga menyukai