Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No.

1, April 2016
ISSN 2089-6697

IDENTIFIKASI PUSAT KOTA MERAUKE


SEBAGAI INDIKATOR TARIKAN LALULINTAS

Agustan
E-mail : mulianagustan2011@gmail.com
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Musamus

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah pusat kota merauke sebagai pusat kegiatan
ekonomi yang dominan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis indeks
sentralitas terbobot. Lokasi penelitian di lakukan di dalam kota merauke meliputi 10 zona
administrasi yang terdiri dari delapan kelurahan ditambah dengan dua kampung. Hasil analisis
penelitian ini diperoleh nilai Index Sentralitas Terbobot masing-masing kelurahan dan kampung,
sebagai berikut : (1) Kelurahan Mandala, index : 6.575, (2) Kelurahan Kelapa Lima, index :
4.976, (3) Kelurahan Rimba Jaya, index : 3.856, (4) Kelurahan Maro, index : 3.608, (5)
Kelurahan Seringgu, index : 2.225, (6) Kelurahan Samkai, index : 1.299, (7) Kelurahan Karang
Indah, index : 1.285, (8) Kelurahan bambu Pemali, index : 1.277 (9) Kampung Wasur, index :
1.259, (10) Kampung Nasem, index : 641.
Hasil analisis ini di peroleh ranking pertama nilai index tertinggi yaitu 6.575 untuk Kelurahan
Mandala. Ranking kedua sebesar 4.976 untuk kelurahan Kelapa Lima dan ranking ke tiga sebesar
3.856 untuk kelurahan Rimba Jaya. Dengan demikian berdasarkan analisis sentralitas terbobot
maka pusat kota merauke sebagai pusat aktifitas yang dominan adalah Kelurahan Mandala.

Kata Kunci : Index, Pusat, Kota, Merauke

PENDAHULUAN sirkulasi atau arah arus lalulintas kemudian


Salah satu faktor yang membentuk suatu memberikan kontribusi terhadap efektifitas
kota adalah struktur jaringan transportasi waktu dalam menggunakan jalan raya dalam
khususnya jaringan jalan. Oleh karena itu kota maupun dalam kota.
jaringan jalan raya dalam kota harus mampu Terkait dengan bangkitan lalulintas yang
memberikan indikator kecepatan berbasis dari rumah-rumah penduduk
pelayanannya kepada pengguna jalan raya. melahirkan awal pergerakan arus lalulintas
Setelah jaringan jalan terbentuk selanjutnya pejalan kaki, kendaraan tidak bermesin,

30
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

kendaraan bermesin pada waktu yang karena suatu kota dalam memberikan
bersamaan dalam jumlah yang banyak dan pelayanannya akan terus berkembang dan
bahkan hamper sebanyak jumlah penduduk akan terus melebar mengisi lahan-lahan
kota itu sendiri. Bersifat missal dan kolosal, kosong di pinggiran kota dan seterusnya
artinya dalam jumlah yang sangat banyak kota akan selalu berkembang dan melebar.
dan pada waktu yang hampir bersamaan. Fakta menunjukkan di beberapa ruas
Hal ini ditunjukkan pada jam-jam puncak jalan di kota merauke terus dilakukan
keberangkatan menuju atau dari tempat peningkatan kapasitas dan daya dukung
kerja dan sekolah. jalan seperti jalan poros mandala dan jalan
Demikian pula tentang jawaban kemana poros Brawijaya. Begitu juga fakta bahwa
arah pergerakan lalulintas dalam kota itu fasilitas-fasilitas pelayanan kota seperti
menuju. Hal ini menunjukkan ada daya tarik perkantoran, pendidikan (sekolah-sekolah,
atau grafitasi kemana kendaraan akan perguruan tinggi), perekonomian (pasar-
emngarah. Pada dasarnya kegiatan pasar, pertokoan, perusahaan-perusahaan,
penduduk kota akan mengarah ke tiga daya dll) telah mengisi selah-selah lahan dalam
tarik dominan yaitu tempat kerja, sekolah, lingkungan kota merauke.
dan tempat belanja untuk memenuhi Data kependudukan juga
kebutuhan hidup. Sehingga penempatan- memperlihatkan kahwa kota merauke yang
penempatan fasilitas-fasilitas pelayanan kota sekarang ini telah terbagi menjadi 8
dalam suatu lahan lingkungan perkotaan kelurahan dan 2 kampung menunjukkan data
juga sangat menentukan zigzag atau sejak tahun 22006 jumlah penduduk sebesar
tidaknya arus kendaraan dalam kota. 71.836 jiwa dan pada tahun 2011 data
Pendalaman selanjutnya adalah jumlah penduduk sebesar 92.559 jiwa. Ini
bagaimana struktur kota merauke khususnya berarti penduduk kota merauke selama
penempatan fasilitas-fasilitas kota interval 5 tahun terjadi perkembangan
memberikan daya tarik arus lalulintas sebesar 28,85%, dan ini juga berarti bahwa
kendaraan bersirkulasi di dalam kota akan terus bertambah mengikuti model
sehingga kita dapat memperkirakan pola piramida terbalik.
pergerakannya. Pola pergerakan arus Perkembangan jumlah penduduk akan
kendaraan sangat penting untuk diketahui berpengaruh signifikan terhadap

31
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

peningkatan fasilitas-fasiliats perkotaan. Murwono (2003) mengemukakan,


Diantaranya yang paling menonjol dan bahwa fenomena dampak lalulintas di
bersifat ekstensifikasi adalah fasilitas akibatkan oleh adanya pembangunan dan
perekonomian seperti pertokoan, pelayanan pengoperasian pusat kegiatan yang
jasa, dan perusahaan-perusahaan lainnya. menimbulkan bangkitan lalulintas yang
Sedangkan fasilitas pemerintah dan cukup besar, seperti pusat perkantoran, pusat
pendidikan pada umumnya hanya bersifat perbelanjaan, terminal, dan lain-lain. Lebih
intensifikasi yang artinya bangunan yang lanjut dikemukakan bahwa dampak
ada diperbaiki dan dikembangkan saja. lalulintas terjadi pada 2 tahap, yaitu :
a. Tahap konstruksi/pembangunan.
Tujutan penelitian Pada tahap ini akan terjadi bangkitan
Penelitian ini bertujuan untuk lalulintas akibat angkutan material
mnegetahui wilayah pusat kota merauke dan mobilisasi alat berat yang
sebagai pusat kegiatan yang dominan membebani ruas jalan pada rute
TINJAUAN PUSTAKA material
1. Bangkitan dan tarikan lalulitas b. Tahap pasca konstruksi atau saat
Tamim (2000) mnegemukakan bahwa beroperasi. Pada tahap ini akan
setiap kegiatan akan “membangkitkan” terjadi bangkitan lalulintas dari
pergerakan dan “menarik” pergerakan yang pengunjung, pegawai dan penjual
intensitasnya tergantung pada jenis tata guna jasa transportasi yang akan
lahannya. Bila terdapat pembangunan dan membebani ruas-ruas jalan tertentu,
pengembangan kawasan baru seperti pusat serta timbulnya bangkitan parkir
perbelanjaan, superblock dan lain-lain tentu kendaraan.
akan menimbulkan tambahan bangkitan dan 2. Pusat kota
tarikan lalulintas baru akibat kegiatan Burgess (1925) mengemukakann teori
tambahan di dalam dan sekitar kawasan konsentris. Yaitu bahwa daerah pusat kota
tersebut. Karena itulah, pengembangan atau central business District (CBD) adalah
kawasan baru dan pengembangannya akan pusat kota yang letaknya tepat di tengah
memberikan pengaruh langsung terhadap kota danberbentuk bundar yang merupakan
system jaringan jalan disekitarnya. pusat kehidupan social, ekonomi, budaya

32
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

dan politik, serta merupakan zona dengan mendatar dengan cara menempati ruang-
derajat aksessibilitas tinggi dalam suatu ruang yang masih kosong baik di daerah
kota. CBD tersebut terbagi atas 2 bagian pinggiran kota maupun di daerah bagian
yaitu : pertama bagian paling inti atau Retail dalam kota. Perkembangan keruangan
Bussiness District (RBD) dengan kegiatan secara horizontal terdiri dari proses
dominan pertokoan, perkantoran dan jasa ; perkembangan spasial sentrifugal dan proses
kedua di bagian luarnya atau Wholesale perkembangan secara sentripetal. Dua
Bussiness District (WBD) yang ditempati macam proses ini merupakan proses
oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan perkembangan spasial yang utama yang
ekonomi skala besar, seperti pasar, menandai bentuk perkembangan kota-kota
pergudangan (warehaouse), dan gedung dinegara yang sedang berkembang,
penyimpanan barang supaya tahan lama sementara itu untuk Negara yang sudah
(stotage building). berkembang proses perkembangan spasial
Harris & Ullman (1945) menyatakan vertical terlihat mendominasi perkembangan
bahwa CBD adalah pusat kota yang letaknya kotanya.
relative di tengah-tengah sel-sel lainnya dan Selanjutnya Lee (1979) dalam studinya
berfungsi sebagai salah satu growing points. mengemukakan bahwa terdapat 6 faktor
Zona ini menampung sebagian besar yang mempunyai pengaruh kuat terhadap
kegiatan kota, berupa pusat fasilitas proses perkembangan ruang secara
transportasi dan disalamnya terdapat distrik sentrifugal dan sekaligus akan
spesialisasi pelayanan seperti retailing, mencerminkan variasi intensitas
districk khusus perbankan, teater dan lain- perkembangan ruang pinggiran kota ke 6
lain. faktor tersebut adalah :
Hadi S.Y. (2008) mengemukakan 1. Faktor aksessibilitas
didalam studi kota bahwa proses ini menjadi 2. Faktor pelayanan umum
penentu bertambah luasnya areal kekotaan 3. Faktor karakteristik lahan
dan makin padatnya bangunan di bagian 4. Faktor karakteristik pemilik lahan
dalam kota sehingga secara definitive dapat 5. Faktor keberadaan peraturan yang
dirumuskan sebagai suatu proses mengatur tata ruang
pertambahan ruang yang terjadi secara

33
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

6. Faktor prakarsa pengembang kelembagaan yang meliputi individu,


(developer) kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah
dan swasta yang terlibat secara langsung
3. System transportasi dan system
maupun tidak langsung.
aktifitas
Tamim (2000) mengemukakan bahwa 4. Metode Index Sentralitas Terbobot
system perkotaan mempunyai beberapa cirri Pedoman Teknik Penataan Ruang
dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi (1990), Metode index sentralitas terbobot
dalam perencanaannya, yang mengakibatkan dapat dipakai untuk menentukan tingkat
lokasi berbagai kegiatan tidak berada dalam sentralitas suatu satuan permukiman atau
suatu kawasan, sehingga orang harus sebaran fasilitas. Metode ini mengukur
melakukan perjalanan untuk dapat sentralitas satuan permukiman atau sebaran
melaksanakan kegiatannya. Akibatnya fasilitas tidak hanya berdasarkan jumlah
muncul berbagai pergeraka nyang fungsi atau fasilitas pelayanan yang ada
menggunakan jaringan transportasi. pada satuan sebaran fasilitas atau
Pergerakan yang terjadi ini akan permukiman tetapi juga berdasarkan
menimbulkan berbagai macam interaksi frekuensi keberadaan fungsi atau fasilitas
yang memerlukan perjalanan, sehingga tersebut pada wilayah yang ditinjau.
menghasilkan arus lalulintas. Dengan Suatu fungsi akan diberikan bobot yang
demikian dapat dikatakan fungsi dasar berbanding terbalik dengan frekuensi
transportasi kota adalah menghubungkan keberadaannya. Misalnya suatu sekolah
permukiman, tempat kerja, dan hiburan serta teknik yang hanya terdapat pada beberapa
menghubungkan konsumen dengan permukiman akan diberi bobot yang relative
produsen. Sehingga dalam proses lebih besar disbanding dengan bobot yang
perencanaan sutu kota harus dikaitkan diberikan pada sekolah dasar yang terletak
dengan system perangkutan itu sendiri pada hampir semua permukiman.
sebagai bagian dari kesatuan sistek kota. Index sentralitas dari suatu permukiman
System transportasi suatu kota dihitung berdasarkan jumlah dari bobot
merupakan komponen utama struktur social, fungsi yang terdapat pada permukiman atau
ekonomi, fisik suatu wilayah kota, dan sebaran fasilitas tersebut. Makin besar index
merupakan determinasi aktivitas, struktur
34
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

ini mneunjukkan tingkat sentralitas yang 2. Jenis data


makin tinggi pula. a. Data sekunder
Tahapan perhitungan index sentralitas Data-data sekunder untuk keperluan
terbobot adalah sebagai berikut : penelitian ini meliputi :
1. Buat tabel persiapan pengambilan 1) Data-data peta terkait kota
data lapangan merauke
2. Buat rekapitulasi hasil data lapangan 2) Data jaringan jalan kota merauke
3) Data sejarah perkembangan kota
3. Buat perengkingan untuk
merauke
mengetahui karakteristik data 4) Data luas wilayah kota merauke
4. Buat skalogram untuk 5) Data demografi penduduk
mempermudah perhitungan 6) Dan lain-lain terkait
5. Hitung jumlah menurut baris dan
kolom
6. Hitung bobot dari fungsi berdasarkan b. Data primer
rumus : Data primer sebagai variable yang
akan diukur dalam kota merauke
t
C = ----- adalah sebagai berikut :
T 1) Data jumlah fasilitas ekonomi
Dimana :
C = Bobot fungsi 2) Data jumlah fasilitas pendidikan
T = Nilai sentralitas Total 3) Data jumlah fasilitas
T = Jumlah total fungsi dalam
wilayah yang ditinjau pemerintahan
METODE PENELITIAN 4) Data jumlah fasilitas kesehatan
1. Lokasi dan waktu penelitian 5) Data jumlahl fasilitas umum dan
Penelitian ini dilaksanakan di dalam kota utilitas lainnya dalam kota
merauke yang di dominasi dalam wilayah merauke.
Distrik Merauke dan terdiri dari 8 kelurahan
3. Teknik pengambilan data
dan 2 kampung. Sedangkan penelitian ini
a. Data sekunder
dilaksanakan dalam kurun waktu 1 semester
Pengambilan data-data sekunder ini
(6 bulan)
dapat diperoleh di kantor-kantor
pemerintah seperti kantor statistic,
kantor pajak bumi dan bangunan,
kantor distrik dan kelurahan, kantor

35
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

BAPPEDA, perpustakaan kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN


merauke, dan perpustakaan Unmus. A. Data hasil survey lapangan
b. Data primer
1. Kelurahan Seringgu Jaya
Pengambilan data-data primer seperti
dimaksud adalah melalui survey
pengamatan langsung ke lokasi
penelitian. Data primer terukur
diperoleh denfgan format
perhitungan data jumlah fasilitas dan
utilitas kota yang ada di kota
merauke.

4. Analisis data
Metode index sentralitas terbobot dapat
dipakai untuk menentukan tingkat sentralitas
suatu satuan permukiman atau sebaran
2. Kampung Wasur
fasilitas. Dengan persamaan index
sentralitas terbobot sebagai berikut :
t
C = -----
T
Dimana :
C = Bobot fungsi
T = Nilai sentralitas Total
T = Jumlah total fungsi dalam
wilayah yang ditinjau
5. Bagan Alir Penelitian

36
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

3. Kelurahan Rimba Jaya 5. Kelurahan Maro

4. Kelurahan Kelapa Lima 6. Kelurahan Karang Indah

37
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

9. Kelurahan Mandala
7. Kelurahan Samkai

10. Kampung Nasem


8. Kelurahan Bambu Pemali

38
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

B. Rekapitulasi hasil survey lapangan

C. Frekuensi dan Perengkingan jenis fasilitas

39
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

D. Perengkingan Jumlah Dan Frekuensi


fasilitas per Kelurahan/Kampung

E. Analisa Index Sentralitas

40
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

41
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

42
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

Setelah dilakukan langkah-langkah


perhitungan Index Sentralitas Terbobot dari
sumber data yang telah diperoleh, maka
dapat diketahui zona kelurahan mana yang
ternyata lebih menonjol menjadi pusat
kegiatan yang dominan dalam kota merauke,
sebagai mana ditunjukkan pada tabel 5.22
berikut ini :

Informasi pada tabel 5.22. dengan


menggunakan alat analisis Index Sentralitas
Terbobot dapat dijadikan dasar untuk
mengklaim bahwa pusat kota merauke bila
dilihat dari jenis dan frekuensi fasiliats

43
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

kotanya adalah Kelurahan Mandala, Saran


sehingga tarikan lalulitas ke arah jalan 1. Sebaran fasilitas kota merauke dapat
mandala masih lebih tinggi di banding dibagi merata sesuai dengan sebaran
kelurahan lainnya. permukiman penduduk untuk
Informasi berikutnya adalah bahwa mengurangi araus lalulitas berpapasan
kelurahan kelapa lima adalah kekuatan antar zona administrasi kelurahan
kedua terkuat dalam memberikan kontribusi 2. Mengingat kelurahan mandala
tarikan lalulitas dalam kota, menyusul teriedntifikasi sebagai pusat kegiatan
kelurahan rimba jaya dan kelurahan maro. sehingga perlu diberlakukan regulasi
Masing-masing zona wilayah kelurahan khusus seperti :
memperlihatkan gejala kekuatannya menarik a. Pembatasan jam angkutan
pengunjung sehingga pemerintah sebagai material melintas pada jalan raya
pemegang kebijakan harus lebih jeli melihat mandala
perkembangan dan pengaturan tata guna b. Angkutan truck retail pertokoan
lahan agar tidak menjadi penyebab harus ditentukan jam aksesnya
kemacetan lalulitas. karena menimbulkan hambatan
samping
KESIMPULAN DAN SARAN c. Pembatasan ukuran kendaraan
Kesimpulan melitasi jalan raya mandala
Berdasarkan hasil perhitungan maka
diambil kesimpulan bahwa wilayah kota DAFTAR PUSTAKA
merauke yang merupakan pusat yang paling 1. Eko, 1997. Tataruang Perkotaan.
dominan dengan skor 6575 terdapat Bandung : Penerbit PT. Alumni
dikelurahan Mandala sebagai urutan 2. Budiharjo Eko, Djoko Sudjarto, 1999.
pertama. Urutan kedua kedua dengan skor Kota Berkelanjutan. Bandung : Penerbit
4976 terdapat di kelurahan Kelapa lima. Alumni
Sedangkan urutan ke tiga dengan skor 3856 3. BPS. 2011. Merauke Dalam Angka.
berada di kelurahan rimba jaya, dan Penerbit CV. Sekar Wangi
seterusnya dapat dilihat pada tabel 5.22.

44
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016
ISSN 2089-6697

4. Catanese, A.J. and Snynder J.C, 1996 10. Tamim, O.Z. 2000. Perencanaan dan
Perencanaan Kota. Penerbit Erlangga, pemodelan transportassi. Edisi kedua
Surabaya ITB, Bandung
5. Direktorat Tata Kota Dan Tata Daerah, 11. Wiryomartono BP. 1995. Seni
Dirjen Cipta Karya, Departemen PU, bangunan dan seni bina kota di
Pedoman Teknik Penataan Ruang Indonesia. Penerbit PT. Gramedia
Daerah. Jakarta 1990 Pustaka Utama. Jakarta
6. Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi 12. Warpani S.P. 2002. Pengelolaan
Kota. Tarsito : Bandung lalulitas dan angkutan jalan. ITB.
7. Pamudji S. 1985. Pembinaan Perkotaan Bandung
Di Indonesia. Penerbit PT. Bina Aksara, 13. Yunhus HS. 2005. Manajemen Kota.
Jakarta Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar
8. PT. Sucofindo. 2005. Revisi RTRW 14. Yunus HS. 2000. Struktur tata ruang
Kabupaten Merauke 2005-2015 kota. Yogyakarta : Penerbit Pustaka
9. Sudjarto Joko, 1989. Factor sejarah Pelajar
perkembangan kota dalam perencanaan
perkembangan kota. Fakultas teknik
sipil dan perencanaan ITB, Bandung

45

Anda mungkin juga menyukai