Anda di halaman 1dari 17

2023

PEDOMAN
PENURUNAN AKI DAN AKB

PUSKESMAS GAJAH II
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN DEMAK
JL.Cangkring_Tompe Km 5 Tambirejo
Kec.Gajah
Telp.08112743360,e_mail:gjh.puskesmas
@yahoo.com, www.puskesmasgajah2.id
KATA PENGANTAR

Pedoman Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI ) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
susun dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan
Puskesmas Gajah II untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.buku
pedoman ini berisi tentang kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung
Puskesmas

Angka kematian ibu dan bayi menggambarkan keberhasilan dalam sektor kesehatan,
karena AKI dan AKB menentukan derajat kesehatan masyarakat yang menggambarkan
kualitas kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI dan AKB menunjukkan
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dan menyebabkan
kemunduran ekonomi dan sosial di masyarakat (Saifudin, 1997). Upaya pemerintah
untuk menurunkan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) dan kematian bayi tampaknya
masih sulit dilakukan.

Terdapat beberapa faktor penyebab kematian ibu di antaranya disebabkan oleh


penyebab langsung obstetrik dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
sedangkan penyebab tidak langsung disebabkan oleh penyakit yang memperberat
kehamilan dan meningkatkan resiko terjadinya kesakitan dan kematian. Selain itu, salah
satu kontribusi kematian ibu juga disebabkan oleh 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu
sering, terlalu pendek jarak kehamilan dan terlalu tua.

Meskipun demikian, 3 Terlambat juga merupakan penyumbang angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia, yaitu terlambat pengambilan keputusan, terlambat mencapai fasilitas
kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat di fasilitas
kesehatan. Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kematian,
kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang
jelek, perawatan Manual Book SAMPER ANTER ANTAR JEMPUT IBU BERSALIN KE
FASILITAS KESEHATAN selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama
persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak
adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya
menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna
tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu.
Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai dengan
perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk menurunkan kematian bayi
akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis),
hipotermia dan asfiksia. Berdasarkan penjelasan di atas perlu adanya konsep terpadu
untuk menangani kasus AKI/AKB yang tinggi dan upaay kemitraan untuk mengatasinya.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menunjukkan


rendahnya kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dan menyebabkan
kemunduran ekonomi dan sosial di masyarakat. Banyak faktor penyebab kematian ibu
bersalin baik langsung trias klasik (perdarahan, preeklamsia/eklamsia dan infeksi)
maupun penyebab tidak langsung yang diakibatkan karena keterlambatan penanganan
dan pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga sampai di pelayanan
kesehatan rujukan. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki
bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara
bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan
kesehatan ibu,dan sering terjadinya 4T dalam proses perujukan. Kepercayaan
tradisional dan penundaan pengambilan keputusan dalam mencari perawatan pada
fasilitas kesehatan masih terjadi di masyarakat. Kepercayaan 3 tradisional yang dianut
masyarakat tertentu akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suami sebagai
kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting di dalam keluarga.
Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau setelah
melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya keterlambatan di dalam pengambilan keputusan yang
mengakibatkan kematian pada ibu. Terdapat 5 faktor dominan dalam pengambilan
keputusan yaitu: Status, Tingkat Pendidikan, Latar belakang kekerabatan dan kekayaan
yang dimiliki. Selanjutnya keterlambatan lainnya adalah dalam mencapai fasilitas
kesehatan tempat rujukan akibat hambatan transportasi, dan faktor geografis

Selain itu, faktor budaya dan tradisi masih berperan dalam proses perawatan masa
nifas melalui pengaruh keluarga yang berperan dalam perawatan pascamelahirkan.
Diantaranya adalah berupa praktik pantangan dan atau keharusan untuk mengonsumsi
makanan tertentu. Saat masa nifas, ibu hanya mengonsumsi nasi putih tanpa protein
hewani dan membatasi konsumsi air putih karena dianggap dapat memperlambat
proses penyembuhan luka. Hal tersebut dapat menurunkan kondisi ibu
pascamelahirkan yang membutuhkan cukup asupan gizi untuk mengembalikan kondisi
tubuh dan membantu proses menyusui (Suryawati, 2007). Hal lainnya penyebab
tingginya AKI/AKB tersebut, antara lain adalah jarak, ketersediaan sarana transportasi
dan juga dapat disebabkan oleh biaya. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa
kepala desa didapatkan bahwa belum tersedianya ambulans desa yang dapat
digunakan sebagai alat transportasi saat akan dilakukan rujukan. Alat transportasi yang
digunakan saat membawa ibu ke fasilitas rujukan menggunakan kendaraan milik
tetangga terdekat saja sehingga butuh waktu lebih lama untuk membawa ibu ke fasilitas
rujukan. WHO (1999) menyatakan bahwa jarak menjadi faktor penghambat penting bagi
pasien dalam mencapai rumah sakit terdekat terutama daerah pedesaan. Pengaruh
jarak akan lebih terasa apabila kurangnya transportasi dan kondisi jalan yang kurang
baik sehingga semakin mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan. Kematian
ibu di fasilitas kesehatan dapat dicegah bila ibu dapat dibawa secepatnya, namun
kondisi gawat darurat yang tidak diketahui dan 2 keterlambatan lainnya menyebabkan
peningkatan jumlah kematian pada ibu. Kondisi tanda bahaya dapat dikenali sejak dini
jika ibu rutin melaksanakan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan pelayanan
kehamilan yang berkualitas. Berdasarkan permasalahan tersebut, Puskesmas
komitmen bersama lintas sektor yang dibangun antara ibu hamil, keluarga, kader, bidan
desa, ketua desa siaga, dan kepala desa untuk bersama- sama menyepakati agar ibu
bersalin dapat ditangani di faskes dengan cara kader kesehatan menjemput ibu hamil
untuk bersalin di faskes. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat menurunkan AKI
dan AKB di wilayah Puskesmas Gajah II.

B. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil,ibu bersalin,pelayanan
kesehatan masa sesudah melahirkan,dan pelayanan bayi baru lahir
b. Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor
c. Untuk Mempermudah Akses Ibu Hamil Mendapatkan Pertolongan Persalinan
di Fasilitas Kesehatan
2. Tujuan Khusus

Menunrunkan AKI dan AKB

C. SASARAN PEDOMAN
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
E. BATASAN OPERASIONAL
BAB II

STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

1.Dokter Umum dengan kualifikasi pendidikan S 1


2.Dokter Gigi dengan kualifikasi pendidikan S 1
3.Bidan dengan kualifikasi pendidikan minimal D 3
4.Perawat dengan kualifikasi pendidikan minimal D3 Keperawatan
5.Perawat gigi dengan kualifikasi pendidikan minimal SPRG
6.Tenaga kesehatan lain yang terkait ( Nutrisionis, Higiene
Sanitasi,Laboratoriam,Apoteker).

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kondisi di


Peraturan Puskesmas
No Menteri Gajah II
. Kesehatan
(PerMenKes 75
Tahun 2014)
1. Dokter Umum v v
2. Dokter Gigi v v
3. Perawat v v
4. Bidan v v
Tenaga Kesehatan
5. v v
Masyarakat
Tenaga Kesehatan
6. v v
Lingkungan
7. Tenaga Analis v v
8. Tenaga Gizi v v
9. Apoteker v

C. JADWAL KEGIATAN

N0 KEGIATAN BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembentukan tim Program V
penurunan AKI AKB
2 Koordinasi dengan lintas V V V V
sektor tentang AKI AKB
3 Sosialisasi kemasyarakat V V V V V V V V V V V V
tentang program
penurunan AKI AKB
4 Pelayanan kesehatan ibu
hamil
1)ANC V V V V V V V V V V V V
2)Pemantauan resti V V V V V V V V V V V V
3)rujukan ibu hamil ke V V
spesialis spog
5 Pelayanan kesehatan V V V V V V V V V V V V
persalinan
6 Pelayanan kesehatan V V V V V V V V V V V V
nifas
7 Pelayanan kesehatan V V V V V V V V V V V V
bayi baru lahir
8 Pelayanan kb V V V V V V V V V V V V
9 Pelayanan Remaja V V V V V V V V V V V V
1) Tablet tambah V V V V V V V V V V V V
darah
2) Edukasi V V V V V V V V V V V V
kesehatan
10 Monitoring Kelengkapan V V V V V V V V V V V V
sarana prasarana
kesehatan ibu dan bayi
11 Monitoring P4K V V V V V V V V V V V V
12 Pencatatan dan V V V V V V V V V V V V
Pelaporan
Pelayanan Ibu
hamil,Pelayanan
bersalin,pelayana
n bayi baru
lahir,pelayanan
kb,pelayanan
remaja
13 Evaluasi Administrasi v v v v
Bidan Desa
BAB III

STANDART FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi


diselenggarakan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta, terutama penguatan pelayanan kesehatan primer,
dengan mendorong upaya promotif dan preventif. Puskesmas memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan persalinan, pelayanan
kesehatan masa sesudah melahirkan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir
beserta jdih.kemkes.go.id – 134 - pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan


kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan, dan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

B. METODE
1. Pelayanan Dalam Gedung
a. Konseling / wawancara
b. Pemerikasaan Fisik
c. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang
d. Pelayanan Interprofesi ( Gigi,Gizi,Jiwa,TB,HIV )
2. Pelayanan Luar Gedung
a. Pelayanan Kesehatan Lewat kelas Ibu Hamil,Kelas Balita,Posyandu
Remaja )

C. LANGKAH KEGIATAN

Pelayanan kesehatan ibu hamil :

1. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa sesudah melahirkan,


dan bayi baru lahir dilakukan sesuai dengan standar dalam pedoman yang
berlaku.
2. Upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan secara terintegrasi
dengan lintas program dalam rangka penurunan stunting.
3. Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan sesuai dengan standar
kuantitas dan standar kualitas.

Untuk Pelayanan Kesehatan Ibu hamil minimal enam kali selama periode kehamilan
(K6) dengan ketentuan:
1. satu kali pada trimester pertama.
2. dua kali pada trimester kedua
3. tiga kali pada trimester ketiga

Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T yang meliputi:

1. pengukuran berat badan dan tinggi badan;

2. pengukuran tekanan darah;

3. pengukuran lingkar lengan atas (lila);

4. pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

5. penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

6. pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;

7. pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;

8. tes laboratorium;

9. tata laksana/penanganan kasus; dan

10. temu wicara (konseling)

PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN

Pelayanan kesehatan ibu bersalin yang selanjutnya disebut persalinan adalah


setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada ibu sejak
dimulainya persalinan hingga 6 jam sesudah melahirkan

Adapun Pelayanan pada masa persalinan sesuai standar meliputi

1. persalinan normal.
2. persalinan dengan komplikasi

STANDAR PERSALINAN NORMAL

Standar persalinan normal adalah Asuhan Persalinan Normal (APN) sesuai


standar, yaitu

a. dilakukan di fasilitas kesehatan.


b. tenaga penolong minimal 3 orang, terdiri dari:

1) dokter, bidan dan perawat; atau

2) dokter dan 2 (dua) orang bidan

STANDAR PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI

Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu di FKTP dan FKRTL.
PELAYANAN KESEHATAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan


dan/atau serangkaian yang dilakukan ditujukan kepada ibu selama nifas (6 jam
sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan dilakukan minimal empat kali,


yaitu sebagai berikut.

1. Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 - 48 jam setelah persalinan2.


2. Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3 - 7 hari setelah persalinan3.
3. Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8 - 28 hari setelah persalinan 4.
4. Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29 - 42 hari setelah persalinan.

Pelayanan dilakukan dengan ruang lingkup yang meliputi

1. pemeriksaan dan tata laksana menggunakan algoritme tata laksana masa nipas;
2. identifikasi risiko dan komplikasi;
3. penanganan risiko dan komplikasi;
4. konseling; dan
5. pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak, kohort ibu dan kartu ibu/rekam
medis; l) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan
kesehatan neonatal esensial sesuai dengan standar. Pelayanan kesehatan
neonatal esensial dilakukan ketika bayi berumur 0—28 hari.

Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai dengan standar kuantitas
dan standar kualitas.

1. Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal tiga kali selama periode
neonatal dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6-48 jam
b) Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3-7 hari
c) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8-28 hari
2. Standar kualitas yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Pelayanan Neonatal Esensial Saat Lahir (0—6 jam). Perawatan neonatal


esensial saat lahir meliputi:

1. perawatan neontarus pada 30 detik pertama;

2. penjagaan bayi tetap hangat;

3. pemotongan dan perawatan tali pusat;

4. inisiasi menyusu dini (IMD);

5. pemberian identitas;

6. injeksi vitamin K1;

7. pemberian salep/tetes mata antibiotik;


8. pemeriksaan fisik bayi baru lahir;

9. penentuan usia gestasi;

10. pemberian imunisasi (injeksi vaksin hepatitis B0);

11. pemantauan tanda bahaya; dan

12. perujukan pada kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dengan tepat
waktu ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.

Pelayanan Neonatal Esensial Setelah Lahir (6 jam - 28 hari). Perawatan neonatal


esensial setelah lahir meliputi:

1. penjagaan bayi tetap hangat; 2.


2. konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif; 3.
3. pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan standar manajemen terpadu
balita sakit (MTBS) dan buku KIA;4.
4. pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan atau belum
mendapatkan injeksi vitamin K1;5.
5. imunisasi hepatitis B injeksi untuk bayi usia kurang dari 24 jam yang lahir tidak
ditolong oleh tenaga kesehatan;6.
6. perawatan dengan metode kanguru bagi bayi berat lahir rendah (BBLR); dan7.
7. penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi.

Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan harus melakukan


pelayanan dan penyediaan alat, obat, dan prasarana pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, termasuk standar alat kegawatdaruratan maternal sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan program penurunan jumlah kematian


ibu dan jumlah kematian bayi, dilakukan upaya promotif dan preventif dengan pelibatan
lintas program dan lintas sektor serta dengan pemberdayaan masyarakat. Bentuk
keterlibatan dalam kegiatan ini bisa berupa terbentuknya koordinasi dalam tim yang
bertujuan untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di tingkat
kecamatan, yaitu dengan adanya program Desa Siaga dengan pendekatan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), Suami Siaga, dan kegiatan
pemberdayaan lainnya.

Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja yang telah


ditetapkan dan dilakukan analisis capaian. Analisis capaian indikator dilakukan dengan
metode analisis sesuai dengan pedoman/panduan yang berlaku, misal dengan merujuk
pada metode analisis situasi yang terdapat di dalam buku Pedoman Manajemen
Puskesmas.

Pencatatan dan pelaporan terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu


bersalin, ibu pada masa sesudah melahirkan, bayi baru lahir, dan bayi dilakukan secara
manual ataupun elektronik dengan lengkap, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan
prosedur yang meliputi cakupan program kesehatan keluarga, pencatatan kohort,
pelaporan kematian ibu, bayi lahir mati dan kematian neonatal, kematian bayi
pascalahir (post-natal), serta pengisian dan pemanfaatan buku KIA. Pelaporan kepada
kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaporan kepada kepala
puskesmas dapat dilakukan secara tertulis atau penyampaian secara langsung melalui
pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini
bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum lainnya.

Rencana program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi
disusun dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis
masalah kematian ibu dan kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas dengan
melibatkan lintas program yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM
serta UKP, laboratorium, dan kefarmasian.
BAB V
LOGISTIK

Untuk Kebutuhan logistik yang diperlukan dalam pelayanan Kesehatan Ibu Anak dan
Keluarga Berencana di sediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Demak,sedangkan
untuk pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
kelurga berencana menggunakan anggaran dari semua pengannggaran yang di terima
oleh Puskesmas Gajah II

1. Logistik dari dinas Kesehatan dan dari Anggaran BLUD


a. Antropometri
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan Pelaksanaan Pelayanan


Penurunan AKI AKB perlu diperhatikan keselamatan sasaran
dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan penurunan AKI


dan AKB perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas / pelaksanan dan
lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat saat pelaksanaan kegiatan .upaya pencegahan terhadap resiko harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja Pelaksanaan Pelayanan Program AKI AKB dimonitor dan di


evaluasi dengan mengunakan indikator sebagai berikut :
BAB IX
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai