Askep Kompre Neonatus
Askep Kompre Neonatus
SITI MUSHOFFAH
P27824621078
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 6 yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Sembayat periode praktik tanggal 3 Januari 2022 –26 Maret 2022
Siti Mushoffah
NIM P27824621078
Dr. Hilda Betsy Marlene R Evi Pratami ,SST., M.Keb Evi Yunita N,S.S.T.Keb.
NIP. 197002162007012009 NIP. 197905242002122001 NIP. 198006212002122001
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik Asuhan Kebidanan Holistik
Pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah di Puskesmas Sembayat”. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 6 pada Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drg. Ratna Nurulhanif Hidayati, selaku Kepala Puskesmas Sembayat.
2. Dr. Hilda Betsy Marlene, Selaku pembimbing Praktik Lapangan yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
3. Ibu Isma Azizah, SST selaku pembimbing praktik lapangan yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
5. Ibu Evi Yunita, SST., M.Keb , selaku pembimbing pendidikan yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
ii
baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah
lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0–7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7–28
hari (Muslihatun, 2010).
Dalam periode 5 tahun sebelum SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah
15 kematian per 1.000 kelahiran hidup, menyiratkan bahwa 1 dari 67 anak meninggal dalam
bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hasil SDKI 2002–03 sampai SDKI 2017 untuk
estimasi angka kematian neonatal, bayi dan balita pada periode 5 tahun sebelum survey,
berikut rentang kepercayaan 95 persen. AKN menurun dari 20 per 1.000 kelahiran hidup
hasil SDKI 2002–03 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup (penurunan 25 persen)
(Kemenkes RI, 2017).
Cakupan kunjungan Neonatal Pertama atau KN 1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada
periode neonatal yaitu 6–48 jam. Setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) (Kemenkse RI, 2017).
Capaian KN 1 di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 92,62% lebih tinggi dari tahun 2016
yaitu sebesar 91,12%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra Tahun 2017 yang sebesar
81%. Sejumlah 23 provinsi (67,6%) yang telah memenuhi target tersebut (Kemenkse RI,
2017).
Neonatus harus beradaptasi dengan keadaannya yang sekarang dan sangat bergantung
kepada sang ibu sampai menjadi mandiri. sehingga ibu harus bisa menjaga kehangatan dan
merawat bayinya setiap hari, melakukan perawatan bayi yang benar dan tepat agar
terciptanya hidup yang sehat. Oleh karena itu cara pemberian ASI eksklusif dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangan bahkan dapat memberikan kekebalan tubuh pada bayi
(Wahyuni, 2011).
Selain ASI, Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan
tubuh terhadap penyakit tertentu seperti: Difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan
hepatitis. Proses imunisasi ialah memasukkan vaksin atau serum ke dalam tubuh melalui
oral atau suntikan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, bila
1
2
terjadi penyakit maka tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
menyebabkan kematian pada neonatus (Maryunani, 2014).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan secara holistik pada neonatus dengan
pendekatan manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masa atau periode neonatus
2. Mengidentifikasi tanda bahaya pada neonatus
3. Mengidentifikasi kelainan kongenital pada neonatus
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sembayat, pada tanggal 3
Januari 2022 –26 Maret 2022
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
4
Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain: mengkaji dan
memantau frekuensi jantung dan pernapasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah
kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5oC -37,5oC), menempatkan ibu
dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi proses perlekatan, menunda
pemberian tetes mata profilaksis satu jam pertama (Muslihatun, 2010).
(3) Fase tidur
Fase ini merupakan interval tidak responsif relatif atau fase tidur yang dimulai dari 30
menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2 hingga 4 jam. Karakteristik
pada fase ini, adalah frekuensi pernapasan dan denyut jantung menurun kembali ke nilai
dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat akrosianosis dan bisa terdengar bising usus
(Muslihatun, 2013).
(4) Periode kedua reaktivitas
Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4 - 6 jam setelah kelahiran. Karakteristik
pada periode ini adalah bayi memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus
internal dan lingkungan. Frekuensi nadi apikal berkisar 120-160 kali/menit, frekuensi
pernapasan berkisar 30-60 kali/menit. Terjadi perubahan warna kulit dari warna merah
jambu atau kebiruan ke sianosis dengan disertai bercak-bercak. Bayi sering berkemih dan
mengeluarkan mekonium pada periode ini. Terjadi peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa
tersedak pada saat sekresi. Refleks menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.
(5) Periode pasca transisional
Saat bayi telah melewati periode transisi, bayi dipindah ke ruang bayi normal/rawat
gabung ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda
vital (suhu aksila, frekuensi pernafasan, denyut nadi apikal setiap 4 jam, pemeriksaan fisik
setiap 8 jam, pemberian ASI on demand, mengganti popok serta menimbang berat badan
setiap 24 jam). Selain asuhan pada periode transisional dan pasca transisional, asuhan bayi
baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta ketika bayi berusia 6 minggu
pertama.
2.1.3 Ciri-ciri Neonatus
Berat badan 2.500–4000 gram, panjang badan 48–52 cm, lingkar dada 30–38 cm,
lingkar kepala 33–35 cm, lingkar lengan 11–12 cm, frekuensi jantung 120–160 kali/menit,
pernafasan 40–60 kali/menit, kulit kemerah–merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, genetalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,
pada laki–laki testis sudah turun skrotum sudah ada, reflek isap dan menelan sudah terbentuk
5
dengan baik, reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik, reflek graps atau
menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecokelatan (Dewi, 2010).
2.1.4 Adpatasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi pada neonatus perlu diketahui dengan lebih baik oleh tenaga
kesehatan. Saat lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan yang sangat bergantung
sampai menjadi mandiri. Banyak perubahan yang dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar rahim. Kemampuan adaptasi fisiologi bayi
baru lahir disebut juga homeostasis.
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi.
Kemampuan homeostasis pada neonatus kurang bulan bergantung pada masa gestasi.
Matriks otak neonatus kurang bulan belum sempurna sehingga mudah terjadi perdarahan
intrakranial (Tando, 2016).
Adaptasi di luar uterus yang terjadi secara cepat yaitu :
a. Adaptasi sistem pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertentang ketika terjadi perubahan dari
lingkungan di dalam uteri maupun di luar uteri.
b. Adaptasi sistem sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.Tindakan ini meniadakan
suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya reaksi dalam paru sebagai respons
terhadap tarikan napas pertama.
c. Adaptasi suhu
Neonatus memiliki kecenderungan cepat stress karena perubahan lingkungan dan bayi
harus beradaptasi dengan suhu lingkungan yang cenderung dingin di luar (Tando,
2016).
2.1.5 Kebutuhan Neonatus
A. Kebutuhan Fisik
1. Kebutuhan Nutrisi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum/ makan ASI
eksklusif.ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling banyak sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menyusui secara dini antara lain :
a. Bayi lahir segera dilakukan IMD, jika tidak ada kontra insikasi, minimal 1 jam
pertama setelah lahir.
b. Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam pertama)
dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan
6
c. Colostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang karena untuk menambah kekebalan
tubuh bayi
d. Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau malam yang akan
merangsang payudara memproduksi ASI secara adekuat (Wahyuni, 2011).
e. Kebutuhan minum neonatus :
1) Hari ke -1 : 50-60 cc/kgBB/hari.
2) Hari ke-2 : 90 cc/kgBB/hari.
3) Hari ke-3 : 120 cc/kgBB/hari.
4) Hari ke-4 : 150 cc/kgBB/ hari
2. Kebutuhan Eliminasi
Bayi BAK sebanyak minimal 6 kali sehari.Semakin banyak cairan yang
masuk maka semakin sering bayi miksi.Defekasi pertama berwarna hijau
kehitaman.Pada hari ke 3–5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan.
4–6 hari kotoran bayi yang biasanya minum susu biasanya cair. Bayi yang
mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi yang minum susu
botol, kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau (Wahyuni, 2011).
3. Kebutuhan Tidur
Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.Bayi
baru lahir mempergunakan sebagian besar dari waktunya untuk tidur. Neonatus
sampai usia 3 bulan rata–rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umunya, bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat
pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi akan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi. Pola tidur bayi menurut Wahyuni
(2011) diantarannya :
a. 1 minggu 16,5 jam
b. 1 tahun 14 jam
c. 2 tahun 13 jam
d. 5 tahun 11 jam
e. 9 tahun 10 jam
4. Memandikan neonatus.
Neonatus harus dijaga agar tetap bersih , hamgat dan kering. Beberapa cara untuk
menjaga kulit neonatus tetap bersih adalah dengan memandikan, mengganti popok atau
pakaian sesuai kebutuhan , pastikan neonatus tidak terlalu panas/dingin. Memandikan
neonatus sebaiknya ditundah sampai 6 jam kelahiran. Hal ini agar neonatus tidak tidak
hipotermi. Prinsip saat memandikan neonatus adalah:
Cara memenuhi kebutuhan psikologis neonatus dan bayi bisa dengan melalui
Bounding Attachment.
2) Bouding ( keterikatan)
3) Dukungan sosial
2) Rawat gabung.
4) Suara ( Voice)
5) Aroma ( odor )
3) Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologi bayi
kelak.
1) Peramaturitas.
3) Cacat fisik.
a. Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan sabun kemudian
dikeringkan
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau
disterilkan
d. Pastikan pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih dan hangat (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskop dll) (Tando, 2016).
2.1.8 Reflek pada Neonatus
Reflek pada neonatus menurut Kelly (2010) yaitu :
1. Reflek Moro diperiksa dengan cara bertepuk tangan. Jika bayi terkejut bayi membuka
telapak tangannya seperti mengambil sesuatu
2. Reflek rooting mengusap pipi atau area disekitar mulut bayi dan kepala bayi ke arah
sumber sentuhan dan mencari puting dengan mulutnya, bayi menggunakan refleks
ini untuk mencari makanan.
3. Refleks sucking setelah puting susu masuk kedalam mulut bayi kemudian bayi
menghisap ASI
4. Refleks swallowing bayi akan menelan
5. Reflek tonic neck baringkan bayi terlentang kepala bayi akan menoleh ke samping
pada saat berbaring. Lengan yang sejajar arah kepala menoleh akan direntangkan
lurus
6. Refleks graps jari–jari tangan bayi akan menggenggan jika disentuh
7. Refleks glabelar kelopak mata akan membuka dan menutup dengan cepat atau
berkedip apabila menyentuh mata
8. Refleks babinsky jari–jari kaki akan melengkung atau mengkerut jika disentuh
10
9. Refleks melangkah memegang bayi dalam posisi berdiri dan kaki agak menekan ke
lantai dan bayi akan mengangkat kaki secara bergantian atau jari–jari kaki
melengkung
10. Refleks withdrawal nyeri udara dingin bayi berusaha untuk menarik lengan dan
tungkainya mendekati tubuh
11. Refleks parasut menerjunkan bayi kearah lantai dan bayi akan merentangkan
tangannya sebagai upaya melindungi diri
2.2 Konsep Dokumentasi Kebidanan (SOAP)
2.2.1 Pengertian Dokumentasi Kebidanan
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan
yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) Muslihatun, Mudlilah,
Setyawati, 2009).
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Dokumentasi Kebidanan
Adapun tujuan dokumentasi kebidanan menurut Muslihatun, Mudlilah, dan
Setiyawati (2009) adalah sebagai sarana komunikasi. Komunikasi terjadi dalam tiga
arah sebagai berikut.
1. Ke bawah untuk melakukan instruksi.
2. Ke atas untuk member laporan.
3. Ke samping (lateral) untuk member saran.
Selanjutnya, tujuan dari dilakukannya dokumentasi kebidanan menurut
Fauziah, Afroh,dan Sudarti (2010) meliputi dua hal berikut ini.
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,
merencanakan, melaksanakan tindakan, mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
3. Terkait penelitian, keuangan, hukum, dan etika, dokumentasi memiliki tujuan
sebagai berikut.
a. Bukti kualitas asuhan kebidanan.
b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien.
c. Informasi terhadap perlindungan individu.
11
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data
yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus
2.3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Identitas bayi
Hal ini dikaji dengan tujuan agar tidak terjadi salah pasien. Identitas bayi terdiri
dari nama, tanggal lahir dan usia, dan jenis kelamin.
b. Identitas orang tua
Nama Ibu/Ayah : sebagai identitas agar kita lebih mudah dalam memanggil
dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi
antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Sulistyawati,
2013).
Pendidikan terakhir :sebagai dasar untuk menentukan metode yang paling tepat
dalam penyampaian informasi mengenai teknik merawat bayi.
Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya
tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan
13
(Sulistyawati, 2013).
Suku / bangsa : berhubungan dengan social budaya yang dianut oleh pasien
dan keluarga yang berkaitan dengan pasien
(Sulistyawati,2013).
Alamat : mengetahui lingkungan ibu dan bayi serta kebiasaan
masyarakat dalam merawat bayi.
c. Keluhan utama
Keadaan bayi saat dilihat dan pernyataan dari orang tua
d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibunya
Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan persalinan aterm,
berat badan bayi, dan masalah-masalah yang di alami ibu.
e. Riwayat imunisasi
Neonatus biasanya sudah diberikan imunisasi Hb0
f. Riwayat kesehatan ibu
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat dahulu dan sekarang,
seperti masalah hipertensi, diabetes mellitus, malaria, PMS atau HIV/AIDS.
g. Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan keluarga
terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat,
merokok dan minuman keras, mengkonsimsi obat-obat terlarang, kegiatan sehari-
hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan.
h. Pola sehari-hari
1) Pola nutrisi
Bertujuan untuk mengetahui apakah bayi diberi ASI atau susu formula, dan untuk
mengetahui kebutuhan nutrisi dan cairan sudah terpenuhi atau belum.
Kebutuhan cairan neonatus :
Hari 1 : 80cc / KgBB/ hari
Hari 2 : 90cc / KgBB/ hari
Hari 3 : 100cc / KgBB/ hari
14
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Periksa adanya
trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan
subaponeurotik /fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital
seperti :anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya (Jamil, Sukma dan
Hamidah, 2017).
2) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang
rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan
yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom
tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal (Jamil, Sukma dan Hamidah,
2017).
3) Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa
adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan menyebabkan kebutaan. Apabila
ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
(Jamil, Sukma dan Hamidah, 2017).
4) Hidung dan Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir
dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf
bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar
hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 cm. Bayi harus bernafas
16
2.3.6 Penatalaksanaan
Pada langkah ke-6 ini, perencanaan yang menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggotatim
kesehatan lainnya dalam menangani klien.Langkah ini memerlukan pelaksanaan
asuhan kebidanan pada BBL sesuai tindakan yang yang telah direncanakan
sebelumnya dan memerlukan tindakan segera sesuai kebutuhan klien dan
memberikan penanganan yang baik sesuai standar operasional kesehatan.
2.3.7 Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan
didalam masalah dan diagnosis.Evaluasi merupakan tahapan akhir dari asuhan
kebidanan yang penting guna mengetahui sejauh mana kemajuan dan keberhasilan
telah dicapai dalam evaluasi dan pemantauan dalam perencanaan tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
18
19
4. Riwayat Persalinan
Bayi lahir tanggal 15 Maret 2022 pukul 04.02 WIB, Jenis persalinan Normal,tempat di
PMB, penolong Bidan.jenis kelamin perempuan, bayi langsung menangis , warna kulit
merah mudah, tonus otot kuat, BB 3.700 gram, PB 51 cm, lingkar kepala 34,5 cm,
lingkar dada 33 cm. Tidak ada kelainan.
5. Riwayat Imunisasi
Umur
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(Bulan)
Vaksin Tanggal Pemberian
HB-0 15/03/2022
BCG
Polio
DPT-HB-
Hib 1
Polio 2
DPT-HB-
Hib 2
Polio 3
DPT-HB-
Hib 3
Polio 4
IPV
Campak
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : kulit kepala bersih, fontanela mayor dan fontanela minor datar, berdenyut,
dan belum menutup, tidak terdapat cephal hematom maupun caput
succedaneum. Tidak ada penumpukan sutura.
Muka : muka simetris, tidak tampak pucat, tidak sianosis, tidak ikterus
Mata : kedua mata simetris, mata bersih, tidak cekung, tidak ada pembengkakan
pada kelopak mata, tidak perdarahan pada mata, tidak ada nanah, konjungtiva
merah mudah, sklera putih
Telinga : kedua telinga simetris, daun telinga terbentuk sempurna, daun telinga
bersih, rongga telinga bersih dan tidak berbau, tidak tampak serumen
Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada lendir
Mulut : bibir merah, lembab, tidak ada labioskizis maupun palatoskizis. Lidah dan
rongga mulut bersih. Gigi bayi belum tumbuh
Leher : leher normal, tidak terdapat trauma pada leher, tidak ada tambahan kulit
pada leher (webbed neck), tidak terdapat bendungan vena jugularis, tidak
terdapat pembengkakan kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe
Dada : bentuk dada silindris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar ronchi
atau wheezing, suara jantung normal
Abdomen : tampak bulat, tidak terdapat luka, tidak kembung, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada tali pusat, tidak ada perdarahan tali pusat,tidak terasa massa
abnormal
Punggung : tidak ada spina bifida
21
Genetalia : bersih, tidak ada kelainan pada organ genetalia, labia mayor telah menutupi
labia minor, terdapat lubang uretra, tidak terdapat flour albus.
Anus : bersih, terdapat lubang anus
Ekstremitas: tonus otot baik, pergerakan bebas dan aktif. Panjang lengan tangan kanan
dan kiri, serta tungkai kaki tangan dan kiri sama panjang. Kuku berwarna
merah muda, kuku agak panjang, jumlah jari dimasing-masing tangan dan
kaki 5 buah.
Reflek : grasping reflex (+), sucking reflex (+), rooting reflex (+), moro reflex (+),
tonickneck refex (+)
3.3 Analisa Data
Neonatus sehat usia 5 jam dalam masa transisi
3.4 Pentalaksanaan
Tanggal
Penatalaksanaan Paraf
(Pukul)
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada By Ny “F”
15/03/2022
(09.05) Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya
Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan cari
posisi duduk yang nyaman, dekap bayi menghadap dada,
posisikan hidug bayi tepat didepan puting, sangga payudara dari
bawah dan bawa mendekati mulut bayi, letakkan jari-jari di areola
untuk membantu mengarahkan ke mulut bayi, tempelkan puting
15/03/2022 pada bibir bawah bayi, sehingga areola berada di tengah mulut,
(09.06)
setelah puting berhasil masuk, topang payudara ibu agar bayi bisa
mengisapnya dengan leluasa, sarankan ibu menatap bayinya saat
Menyusui
Evaluasi : bayi menyusui dengan benar, sebagian areola masuk
kedalam mulut bayi
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi nya sesering mungkin,
jika bayi tidur saat waktunya menyusu dianjurkan untuk
15/03/2022
(09.10) Dibangunkan
Evaluasi : bayi sering menyusu, lama menyusu ± 15 menit
Pada pengkajian data subjektif didapatkan bayi Ny “F” berusia 5 jam, sehingga
bayi dapat dikatakan masih berada dalam fase transisi periode kedua reaktivitas, bayi
sering menyusu, dan isapan kuat, bayi sudah BAB, dan sudah BAK 3 kali. Fase transisi
adalah Merupakan periode tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama kehidupan yang akan
dilalui oleh seluruh bayi dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau
melahirkan (Sondakh, 2013).
Menurut Muslihatun (2013), periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4 - 6 jam
setelah kelahiran. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium pada periode ini.
Refleks menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Pada data objektif didapatkan frekuensi denyut nadi bayi 120 kali/menit, dan frekuensi
pernapasan 40 kali/menit. Menurut Muslihatun (2013), periode kedua reaktivitas ini
berakhir sekitar 4 - 6 jam setelah kelahiran. Frekuensi nadi apikal berkisar 120-160
kali/menit, frekuensi pernapasan berkisar 30-60 kali/menit. Selain itu didapatkan berat
badan bayi 3.700, panjang badan bayi 51 cm, lingkar kepala 34,5 cm, dan lingkar dada 33
cm, dari pemeriksaan fisik kuku agak panjang, labia mayora sudah menutupi labia minora.
Dari tanda-tanda di atas bayi tersebut adalah bayi sehat dengan usia gestasi cukup
bulan.Menurut Dewi (2010), tanda – tanda Bayi sehat dan lahir dengan usia gestasi cukup
bulan adalah: berat badan 2.500–4000 gram, panjang badan 48–52 cm, lingkar dada 30–38
cm, lingkar kepala 33–35 cm, frekuensi jantung 120–160 kali/menit, pernafasan 40– 60
kali/menit, kulit kemerah–merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas,
genetalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, reflek isap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan
sudah baik, reflek graps atau menggenggam sudah baik.
Berdasarkan data subjektif dan objektif didapatkan analisa data Neonatus sehat usia 5
jam dalam masa transisi.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, menjaga
personal hygiene, menjaga kehangatan bayi, memantau nutrisi bayi, dan memberikan KIE
kepada ibu tentang tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir.
Pada beberapa jam pertama kehidupan bayi, perlu dilakukan beberapa asuhan
antara lain : memantau tanda-tanda vital, menimbang berat badan dan mengukur panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar dada, lakukan pengkajian usia gestasi bayi dalam 4 jam
pertama kehidupan bayi, teori karakteristik fisik eksternal dan keadaan neuromuskular bayi
(Muslihatun, 2013).
Periode pertama reaktivitas berakhir pada 30 menit pertama setelah kelahiran. Pada
periode ini akan terjadi pernapasan cepat (mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan cuping
hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara seperti mendengkur dapat terjadi.
Denyut jantung dapat mencapai 180 kali/menit selama beberapa menit kehidupan (Sondakh,
2013).
Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain: mengkaji dan
memantau frekuensi jantung dan pernapasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah
kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5oC -37,5oC), menempatkan ibu
dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi proses perlekatan, menunda
pemberian tetes mata profilaksis satu jam pertama (Muslihatun, 2010).
26
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan :
1. Bayi Ny “F” berada dalam masa transisi periode kedua reaktivitas
2. Tidak ditemukan tanda-tanda bahaya tetapi harus selalu diwaspadai pada bayi Ny
“F”karena masa neonatal dini bayi masih sangat labil dan membutuhkan pengawasan.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika
Jamil, Sukma dan Hamidah. 2017. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pras-Sekolah. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Kelly, Paula. 2010. Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi. Jakarta : EGC
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012a. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2015b. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maryunani. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra – Sekolah. Tajurhalang : IN
MEDIA
Muslihatun, Wafi N. 2013a. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Muslihatun, Wafi N. 2010b. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang:
Erlangga
Tando, NM. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : EGC
Wahyuni, S. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : EGC
29